kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP UNIVERSITAS
SANATA DHARMA YOGYAKARTA DI LUAR
PEMBELAJARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Zella Sekar Arum Putri
151224025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
“Tidak ada yang jelek dan yang bagus, Allah maha menghargai orang yang mau
belajar dan berusaha”
(Melly Goeslaw)
“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikan telapak tangan.
Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras.”
(Chairul Tanjung)
“Pengalaman tidak bisa dipelajari, tetapi harus dilalui.”
(B.J Habibie)
“Hal paling jenius yang kita lakukan adalah tidak menyerah.”
(Jay-Z)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing, mencintai, menyertai,
dan menjamah doa serta hidup penulis.
2. Kedua orang tua saya, Sudarmaji dan Konik Muji Slamet yang tetap setia,
sabar mendidik dan mendukung saya hingga mampu menyelesaikan
pendidikan penulis.
3. Kakak saya, Stefanus Agri Karuniawan dan Bernadeta Elshinta Kurniati
yang selalu sabar membimbing, memberikan dukungan, dan motivasi
kepada penulis.
4. Sahabat-sahabat saya yang memberikan dukungan, dorongan, dan
semangat tiada henti kepada penulis.
5. Almamater saya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kajian Sosiolinguistik
Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta di Luar Pembelajaran” dapat peneliti selesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena
kerja keras penulis, melainkan juga berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran
dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang begitu sabar dalam memantau
perkembangan skripsi penulis, memberikan motivasi dan saran yang
membangun terhadap penyelesaian skripsi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
4. Prof. Dr. Pranowo., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah sabar
dalam membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun,
sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen triangulator yang telah
bersedia meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga guna memeriksa data
triangulasi penelitian penulis.
6. Segenap dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan kepada penulis dengan sepenuh hati.
7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan
sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam
menyelesaikan berbagai urusan administrasi.
8. Segenap staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik.
9. Kedua orang tua, Sudarmaji dan Konik Muji Slamet yang selau setia
mencintai, menyayangi, memberikan dukungan, memberikan dorongan
semangat, dan doa tanpa pamrih.
10. Kakak saya, Stefanus Agri Karuniawan dan Bernadeta Elshinta Kurniati
yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian
skripsi penulis.
11. Sahabat dan teman-teman saya yang telah memberikan saya motivasi dan
memberikan dorongan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRAK
Putri, Zella Sekar Arum. 2019. Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan
Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di Luar Pembelajaran. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas penggunaan kedwibahasaan dalam kajian
Sosiolinguistik di Luar Pembelajaran Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan utama penelitian untuk
mengetahui penggunaan kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik di luar
pembelajaran pada mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Berdasarkan tujuan umum tersebut, disusun tujuan khusus
sebagai berikut. Tujuan selanjutnya untuk mendeskripsikan tingkat
kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik di luar pembelajaran pada mahasiswa
PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini sebagai penelitian deskriptif kualitatif sesuai dengan data
penelitian dan tujuannya. Data penelitian ini adalah tuturan lisan para mahasiswa
PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data yang
dimaksud berupa tuturan atau kalimat yang diduga mengandung tingkat
kedwibahasaan dalam penggunaan kedwibahasaan. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian berupa metode simak (pengamatan atau
observasi) dan metode cakap (wawancara). Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik sadap dan teknik lanjutan (teknik simak bebas libat cakap,
teknik catat, teknik rekam). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah identifikasi, klasifikasi, interpretasi/pemaknaan, dan mendeskripsikan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa memang terdapat penggunaan
kedwibahasaan di luar pembelajaran pada mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP
Universitas Sanata Dharma. Peneliti telah menganalisis tiga tingkat
kedwibahasaan yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan
koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk. Berdasarkan hasil analisis data
tuturan penelitian dapat dibuktikan bahwa sebagian besar pengguna
kedwibahasaan adalah tingkat kedwibahasaan subordinatif. Pertama, tingkat
kedwibahasaan subordinatif dalam percakapan terdapat empat puluh dua data.
Kedua, tingkat kedwibahasaan koordinatif dalam percakapan terdapat enam data.
Ketiga, tingkat kedwibahasaan majemuk dalam percakapan terdapat tiga data.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan
mengenai kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan
2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran.
Kata kunci: tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan
koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
Putri, Zella Sekar Arum. 2019. Sociolinguistic Study of the Level of Bilingualism
of the Student of PBSI 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta
Outside of Learning. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma
University.
This study discussed the use of bilingualism in the Sociolinguistic Study
Outside of the learning process of PBSI Student Batch 2015, FKIP Sanata
Dharma University Yogyakarta. The main objective of the study was to find out
the use of bilingualism in sociolinguistic studies outside of the learning process in
PBSI students of class 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta. Based
on these general objectives, specific objectives were prepared as follows. The
specific objective was to describe the level of bilingualism in sociolinguistic
studies outside the learning process of PBSI students batch 2015, FKIP Sanata
Dharma University, Yogyakarta.
This research was a qualitative descriptive study according to the research
data and its objectives. The data of this study were oral speeches of PBSI students
batch 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta. The intended data was
in the form of utterances or sentences that were assumed containing a degree of
bilingualism in bilingual usage. Data collection method in this research were
referring methods (observation) and proficient methods (interviews). The data
collection technique for this research used advanced and tapping techniques
(referring to skillful free technique, note-taking techniques, recording techniques).
The data analysis technique used in this study were identification, classification,
interpretation / meaning, and describing.
The results of the study found that there was indeed a bilingualism usage
outside of learning process in PBSI students batch 2015, FKIP Sanata Dharma
University. The researcher analyzed three levels of bilingualism, namely
subordinate bilingualism, coordinative bilingualism, and multiple bilingualism.
Based on the results of analysis of research speech data it could be proven that
the majority of bilingual users are subordinate bilingualism. First, the level of
subordinated kedmanship in conversation involves fourty two data. Second, the
level of coordination of conversation are six data. Thrid, the rate of coumpound
linguistic mastery in converstation is that of three data. This research is expected
to be able to contribute and knowledge about sociolinguistic study of the level of
bilingualism of the student of PBSI 2015, FKIP Sanata Dharma University
Yogyakarta outside of learning.
Keywords: subordinate bilingualism level, coordinative bilingualism level, and
multiple bilingualism level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
MOTO ................................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA...................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .... Error! Bookmark
not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................... 8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ....................................................................... 9
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................ 9
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.1 Pengertian Sosiolinguistik .................................................................... 12
2.2.2 Konteks Sosial ...................................................................................... 15
2.2.3 Kedwibahasaan ..................................................................................... 19
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 30
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ................................................................ 31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 31
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................... 34
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 34
3.6 Triangulasi ................................................................................................... 36
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................... 37
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 37
4.2 Analisis Data ............................................................................................... 39
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 69
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 72
5.2 Saran ............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN ......................................................................................................... 78
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Triangulasi .......................................................................................... 79
Hasil Triangulasi .......................................................................................... 80
Hasil Wawancara ......................................................................................... 144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini akan memaparkan (a) latar belakang, (b) rumusan
masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, (f)
sistematika penelitian. Paparan selengkapnya akan disampaikan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian dari alat komunikasi seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa nasional yang
digunakan oleh negara Indonesia. Namun, adanya beberapa daerah di Indonesia
yang tersebar luas, masyarakat Indonesia memiliki bahasa daerah yang digunakan
dalam kegiatan tidak resmi. Tutur kata yang beragam serta memiliki keunikan
masing-masing dalam pengucapan, mengakibatkan masyarakat Indonesia yang
menggunakan dua bahasa seperti bahasa Indonesia dan bahasa daerah secara
bergantian.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa orang Indonesia merupakan
dwibahasawan, bahkan biasa disebut multibahasawan. Hal ini tampak dari
penggunaan dua bahasa atau bahkan lebih yang digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Keadaan semacam itu menyebabkan bahasa komunikasi
sehari-hari digunakan lebih dari satu bahasa oleh masyarakat Indonesia.
Kedwibahasaan dapat terjadi pada setiap masyarakat yang mengenal dan
menggunakan dua bahasa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang
dikuasai dalam masyarakat Indonesia setelah bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada mahasiswa PBSI, FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menunjukkan bahwa mereka
menggunakan lebih dari satu bahasa. Mereka sering menggunakan bahasa daerah
dan bahasa Indonesia, bahkan lebih sering menggunakan bahasa daerah untuk
kegiatan tidak resmi pada situasi dan kondisi tertentu. Maka dapat disimpulkan
bahwa mereka merupakan dwibahasawan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Pranowo (2014:103) yang mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia pada
umumnya tergolong masyarakat dwibahasa. Mereka menguasai bahasa pertama
(B1) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2) bahasa Indonesia. Berkaitan dengan
hal tersebut, mahasiswa sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia
dalam proses komunikasi sehari-hari.
Fenomena kedwibahasaan dapat terjadi dalam lingkungan pendidikan,
baik pendidikan yang berada di daerah perkotaan ataupun pinggiran perkotaan.
Universitas Swasta Sanata Dharma Yogyakarta prodi PBSI memiliki
dwibahasawan yang beraneka ragam dalam penggunaan kedwibahasan dengan
sesama teman saat bercakap-cakap ataupun bergaul di sekitar lingkungan sosial.
Hal tersebut membuat si peneliti antusias untuk mengkaji penelitian ini dibidang
sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan salah satu ilmu bahasa yang mengkaji bahasa
dalam kemasyarakatan, hubungan bahasa dengan apa yang terjadi dalam
masyarakat tutur. Hal itulah penggunaan bahasa diamati secara sosial bukan
secara individu, sehinga penulis akan membahas tentang “kajian sosiolinguistik
tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran”. Tingkat kedwibahasaan mahasiswa
PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dapat
ditemukan dalam kegiatan berdiskusi, istirahat di kantin, dan kegiatan sosial di
sekitar lingkungan Universitas Sanata Dharma.
Komunikasi yang digunakan dalam percakapan yaitu bahasa yang bersifat
santai atau tidak resmi, dengan alasan lebih sering digunakan dalam kegiatan
sehari-hari serta memiliki tujuan untuk menciptakan suasana yang akrab dengan
lawan bicara. Hal tersebut menimbulkan tingkat kedwibahasaan yang muncul
akibat penggunaan dua bahasa atau lebih. Bahasa yang sering digunakan dalam
komunikasi santai oleh mahasiswa misalnya bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
yang digunakan secara bergantian saat melakukan percakapan akrab atau santai.
Adapun tingkat kedwibahasaan diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu tingkat
kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan koordinatif, dan tingkat
kedwibahasan majemuk. Hal tersebut akan menjadi topik bahasan pada penelitan.
Harapannya dengan adanya penelitian ini, kajian sosiolinguistik dalam
penggunaan kedwibahasaan pada mahasiswa PBSI 2015, FKIP Universitas Sanata
Dharma dapat terpecahkan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh
peneliti. Hal tersebut semoga bermanfaat bagi informasi pengetahuan mahasiswa
prodi PBSI maupun luar prodi sekaligus. Kedepannya peneliti akan meneliti
kedwibahasaan mahasiswa kurang lebih selama empat bulan. Besar harapannya
penelitian bisa dilakukan untuk mahasiswa PBSI angkatan 2015 untuk
mendapatkan data tuturan dan latar belakang penggunaan kedwibahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusun rumusan masalah
utama “bagaimanakah kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran?”. Oleh karena itu, atas dasar rumusan
masalah utama di atas, disusun submasalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan subordinatif yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran?
b. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan koordinatif yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran?
c. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan majemuk yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui kajian sosiolinguistik
tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran. Berdasarkan tujuan umum tersebut,
disusun tujuan khusus sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan subordinatif yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan koordinatif yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran.
c. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan majemuk yang digunakan oleh
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta di luar pembelajaran.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil dari penelitian ini sekiranya dapat dijadikan salah satu
referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan ranah
yang sama. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman peneliti lain
yang menkaji tentang kedwibahasaan dengan metode penelitian yang berbeda,
sumber, ataupun data yang berbeda. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk
menambah kekayaan pada kajian sosiolinguistik khususnya dalam bidang
kedwibahasaan.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
wawasan baru untuk mengadakan penelitian lanjutan lebih mendalam,
khususnya dalam bidang kedwibahasaan. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi mahasiswa dalam penggunaan kedwibahasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sehingga dapat menunjang komunikasi yang baik, serta untuk memperoleh
hasil dari penggunaan kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik.
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah ini dituliskan untuk memberikan pemahaman yang sama
antar peneliti dengan pembaca. Batasan dari batasan istilah yang ada dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Sosiolinguistik
Chaer (2003: 16) “sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.
Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan
linguistik.”. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan
linguistic, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat.
Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu berlangsung dan
tetap ada. Sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai bahasa.
b. Kedwibahasaan
Chaer (2004:84) Bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut
kedwibahasaan. Istilah yang dikemukakan oleh Chaer, dapat dipahami bahwa
bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa
secara bergantian oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari atau
interaksi sosialnya. Bilingualisme dapat diartikan sebagai pengguna dua
bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara
bergantian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Pengukur Kedwibahasaan
Mackey (dalam Pranowo, 2014:113) megemukakan pengukuran
kedwibahasaan dapat dilakukan melalui beberapa aspek, yaitu a) aspek
tingkat, b) aspek fungsi, c) aspek pergantian, dan d) interferensi. Tingkat
kedwibahasaan adalah sesorang yang mampu menjadi seorang
dwibahasawan. Fungsi kedwibahasaan adalah pengertian untuk apa
seseorang menggunakan bahasa dan apa peranan bahasa dalam kehidupan
pelakunya. Pergantian adalah pengukuran terhadap seberapa jauh pemakai
bahasa mampu berganti dari satu bahasa ke bahasa lain. Interferensi, adanya
saling mempengaruhi antarbahasa.
d. Konteks Sosial
Mey (dalam Rahardi 2003:15) konteks sosial merupakan konteks
kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan
interaksi antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya
yang sangat tertentu sifatnya. Konteks sosial dapat diartikan sebagai
konteks yang menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan
tuturan atau percakapan yang dilakukan oleh seseorang membentuk suatu
gambaran pada konteks sosial. Konteks sosial berguna untuk
melatarbelakangi suatu tuturan atau percakapan yang terjadi.
e. Klasifikasi Tingkat Kedwibahasaan
Pranowo (dalam Weinreich, 1953:105-107) Kedwibahasaan dibedakan
berdasarkan tingkat yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kedwibahasaan
koordinatif, kedwibahasaan subordinatif, dan kedwibahasaan majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Kedwibahasaan koordinatif adalah kedwibahasaan yang menunjukan bahwa
pemakaian dua bahasa sama-sama baiknya oleh seorang individu.
Kedwibahasaan subordinatif adalah kedwibahsaan yang menunjukan bahwa
seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukan unsur B2 atau
sebaliknya. Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang
menunjukan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik
daripada kemampuan berbahasa bahasa yang lain.
1.6 Sistematika Penyajian
Proposal ini terdiri dari lima bab yang diuraikan secara sistematis sebagai
berikut. Bab I menggunakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II
berisi mengenai kajian teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan,
landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang
penelitian yang sejenis dan memiliki topik yang sama. Landasan teori berisi
uraian mengenai sosiolinguistik, kedwibahasaan, pengukuran kedwibahasan,
konteks, dan tingkat kedwibahasaan. Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab
ini menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data dan
data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
triangulasi, teknik analisis data. Bab IV berisi tentang pembahasan yang berkaitan
dengan hasil penelitian. Bab V adalah bagian bab terakhir yang berisi tentang
kesimpulan terkait dengan hasil penelitian yang disertai dengan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan untuk pembelajaran kedwibahasaan dalam kajian
sosiolinguistik terhadap prodi PBSI belum pernah dilakukan. Namun, skripsi yang
mengkaji mengenai bidang sosiolinguistik pernah dilakukan oleh Hermi Murwanti
pada tahun (2002) di Universitas Sanata Dharma dengan judul Variasi Rubrik-
Rubrik Pada Media Sekolah Menengah Umum Di Kotamadya Yogyakarta Dan
Relevansinya Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMU: Suatu Tinjaun
Sosiolinguistik. Pada skripsi tersebut peneliti memiliki kesamaan menggunakan
kajian sosiolinguistik, sedangkan perbedaannya terletak pada sasaran, subjek yang
dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan rumusan masalah.
Penelitian yang disusun oleh Welsi Damayanti pada tahun (2014) di
Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul Penggunaan Kedwibahasaan
Sebagai Media Komunikasi Penjual Asesoris Toko Rock Stuff Plaza Parahyangan
Bandung. Penelitian tersebut mendiskripsikan kebiasaan penggunaan bahasa
kedua (B2) para penjual asesoris di toko Rock Stuff Asesoris. Penelitian analisis
kebiasaan menggunakan bahasa kedua (B2) para penjual asesoris di toko Rock
Stuff Asesoris ini berjenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian ini sangat menarik bagi peneliti karena yang menjadi
pembahasannya cukup menantang yaitu tentang kebiasaan menggunakan bahasa
kedua oleh penjual yang berasal dari Padang di toko Rock Stuff Asesoris. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penelitian ini adalah adanya kedwibahasaan pada situasi jual beli yang terjadi di
kota Bandung. Mereka selalu berusaha melayani pembeli yang berasal dari
Bandung dengan menggunakan bahasa Sunda. Semua itu demi kelancaran dan
keakraban antara penjual dan pembeli. Adapun kesamaan antara penelitian saya
dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meniliti penggunaan
kedwibahasaan, sedangkan perbedaannya terletak pada sasaran, subjek yang
dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan rumusan masalah.
Penelitian yang relevan terkait kedwibahasaan diteliti oleh Silvia Sanca
mahasiswi dari Universitas Negri Yogyakarta, tahun (2012) dengan judul
Penggunaan Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga keturunan Etnis Tionghoa
di ketandan kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
ragam kedwibahasaan dan fungsi penggunaan dwibahasa oleh warga keturunan
etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah
warga keturunan etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Penelitian ini
difokuskan pada ragam kedwibahasaan dan fungsi penggunaan dwibahasa. Data
diperoleh dengan kartu kuisioner, teknik simak dan wawancara yang dilakukan
secara berkesinambungan. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui perpanjangan keikutsertaan dan
ketekunan pengamatan.
Hasil penelitian terkait dengan penggunaan dwibahasan oleh warga
keturunan etnis Tionghoa di Ketandan Yogyakarta menunjukkan bahwa ragam
kedwibahasaan dibedakan menjadi delapan macam, yaitu berdasarkan hipotesis
ambang kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan substraktif dan aditif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berdasarkan tahapan usia pemerolehan kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan
masa kecil, kedwibahasaan masa kanak-kanak, dan kedwibahasaan remaja.
Berdasarkan usia belajar bahasa kedua kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan
serentak, dan berurutan. Berdasarkan konteks kedwibahasaan terdiri dari
kedwibahasaan buatan, dan alamiah. Berdasarkan hakikat tanda dalam kontak
bahasa kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan majemuk dan subordinatif.
Berdasarkan tingkat pendidikan hanya terdiri dari kedwibahasaan rakyat biasa.
Berdasarkan keresmian kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan resmi, dan
tidak resmi. Berdasarkan kesosialan kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan
sosial.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa fungsi bahasa
dibedakan menjadi enam macam diantaranya, fungsi personal (marah, canda,
heran, kecewa), fungsi direktif, fungsi fatik, fungsi referensial, fungsi metalingual,
serta fungsi imaginatif. Pada skripsi tesrsebut peneliti memiliki kesamaan untuk
membahas penggunaan kedwibahasaan. Adapun yang membedakan penelitian ini
terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan
rumusan masalah.
Jurnal yang relevan terkait penggunaan kedwibahasa oleh Saunir
mahasiswi dari Universitas Negeri Padang, tahun (2008) dengan judul Profil
Kedwibahasaan Mahasiswa Bahasa dan sastra Inggris. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif gabungan
kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan
keadaan atau profil kedwibahasaan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
FBS UHP Padang. Hasil penelitian, bahasa Indonesia lebih cenderung dipilih
oleh responden. Ini dapat menjadi perhatian bagi pihak-pihak yang tertarik dalam
mempertahankan bahasa Ibu dalam kaitannya dengan pemertahanan budayanya.
Dilain pihak penggunaan bahasa Inggris yang sangat rendah yang didukung juga
oleh pengakuan responden wawancara, hendaknya pihak yang berwenang segera
mengambil tindakan atau kebijakan untuk sesegera mungkin menggerakkan dan
menggairahkan penggunaan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa. Pada jurnal
tersebut memiliki kesamaan membahas kedwibahasaan mahasiswa. Adapun yang
membedakan penelitian ini terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan
hasil penelitian, dan rumusan masalah.
2.2 Landasan Teori
Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap
relevan, yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan. Sehingga dapat
memperkuat teori dan keakuratan data responden. Teori-teori tersebut adalah
sosiolinguistik, konteks, kedwibahasaan, pengukuran kedwibahasaan, dan
klasifikasi tingkat kedwibahasaan.
2.2.1 Pengertian Sosiolinguistik
Kajian bahasa melalui sudut pandang kemasyarakatan termasuk dalam
pembahasan sosiolinguistik. Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu,
sosio dan linguistik. Linguistik membahas tentang unsur bahasa (fonem, morfem,
kata, kalimat), sedangkan sosio berkaitan dengan sosial masyarakat. Menurut
Nababan (1984:2) sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas tentang aspek
masyarakat bahasa, khususnya berkaitan dengan perbedaan atau variasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan lainnya. Pengertian sosiolinguistik yang
disampaikan oleh para pakar khususnya bahasa, pada akhirnya selalu berkaitan
antara bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek dalam masyarakat.
Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang dan menempatkan
kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pengguna bahasa di dalam
masyarakat, karena di dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi
dikatakan sebagai individu, tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu,
segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitarnya. Bahasa dan penggunanya tidak
diamati secara individual, tetapi dipandang secara sosial.
Pride dan Holmes (dalam Soemarsono, 2002:2) merumuskan
sosiolinguistik secara sederhana: the study of language aspart of culture and
society, yaitu kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat.
Rumusan yang dipaparkan di atas menekankan bahwa bahasa bukan merupakan
suatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan. Budaya dan bahasa saling
berkesinambungan, karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan (language in
culture). J.A Fishman (dalam Chaer dan Agustina,2004:3) menjelaskan
sociolinguistics is the study of the characteristics of their speakers as these three
constantly interact, change and change one another within a speech community (=
sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi
bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah,
dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur). J.A Fishman
mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif. Jadi, sosiolinguistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang
sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek dalam
budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan
penutur, topik, dan latar pembicaraan (Chaer dan Agustina, 2004:5). Secara
eksplisit Fishman mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi tentang
karakteristik variasi bahasa, karakteristik fungsi bahasa, dan karakteristik
pemakaian bahasa yang terjalin dalam interaksi, sehingga menyebabkan
perubahan-perubahan antara ketiganya di dalam masyarakat tuturnya.
Kridalaksana menjelaskan pula bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu
yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa serta hubungan antara
bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa di dalam suatu masyarakat bahasa
(Chaer, 2004). Manusia sebagai makhluk individu selalu hidup dalam kelompok
sosial dan menjadi bagian dari anggota masyarakat. Selain bergantung pada
pranata sosial yang berlaku, dalam interaksi sosial manusia juga tergantung pada
bahasa. Maka, secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan
cabang ilmu bahasa yang membahas tentang hubungan antara bahasa dengan
masyar akat pengguna bahasa, serta faktor-faktor lain yang ada di sekitarnya.
Menurut Chaer (2003: 16) “sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.
Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik”.
Sosiolinguistik menurut saya merupakan ilmu bahasa yang didapatkan
oleh masyarakat ketika melakukan kegiatan sosial. Kegiatan sosial ini bisa berupa
aktivitas percakapan masyarakat yang mengakibatkan munculnya sebuah tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari. Hal tersebut
sependapat oleh ungkapan beberapa para ahli mengenai pengertian
sosiolinguistik.
2.2.2 Konteks Sosial
Mey (dalam Rahardi 2005:15) konteks sosial merupakan konteks
kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi
antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat
tertentu sifatnya. Konteks sosial dapat diartikan sebagai konteks yang
menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan tuturan atau
percakapan yang dilakukan oleh seseorang membentuk suatu gambaran pada
konteks sosial. Konteks sosial berguna untuk melatarbelakangi suatu tuturan atau
percakapan yang terjadi. Hal tersebut akan membantu peneliti untuk memahami
suatu percakapan atau tuturan yang terjadi.
Komponen tutur yang dikembangkan Poedjosoedarmo 1985 (dalam
Baryadi: 2015:24-29) merupakan pengembangan dari konsep yang disampaikan
Dell Hymes. Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa
disebut sebagai konsep memoteknik OOEMAUBICARA, yaitu (1) O1= orang ke
satu, atau penutur (2) O2= orang kedua atau mitra tutur, (3) E= warna emosi O1,
(4) M= maksud dan tujuan percakapan, (5) A= adanya O3 dan barang-barang lain
di sekeliling adegan percakapan, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang
dipercakapkan; pokok pembicaraan, (8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9)
C= citarasa tutur, (10) A= adegan tutur, (11) R= register tutur/genre, (12) A=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
aturan atau norma kebahasaan . Penjelasan setiap komponen dapat diringkas
sebagai berikut.
1) O= O1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal,
yaitu siapakah O1 dan dari manakah asal atau latar belakang O1. Siapakah
O1 berkenaan dengan (i) bagaimanakah keadaan fisik O1, (ii) bagaimana
keadaan mental O1, dan (iii) bagaiman kemahiran bahasa O1. Latar belakang
si penutur menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal golongan kelas
masyaraktnya, umur, jenis profesi, kelompok etnik, dan aliran
kepercayaannya.
2) O= O2. Orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur atau mitra
tutur. Faktor ini yang berkaitan dengan dua hal, yaitu anggapan O1 tentang
seberapa tinggi tingkatan sosial O2 dan seberapa akrab hubungan O1 dan O2.
O1 dengan O2 akan menyesuaikan penggunaan bahasa yang sesuai coraknya
untuk menyesuaikan penggunaan bahasa yang dilakukan mitra tutur.
3) E= warna emosi O1. Warna emosi O1 mempengaruhi bentuk tuturanya.
Seorang yang sedang gugup, marah, sakit dan semacamnya akan melontarkan
ujaran-ujaran yang kurang teratur, banyak frasa-frasa yang putus, maksud
yang diungkapkan tidak terujarkan, dan sukar mengontrol pilihan tingkat
tutur seperti frasa serta kata-katanya.
4) M= maksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak O1 sangat
mempengaruhi bentuk-bentuk tutur yang diujarkannya. Maksud O1 ini dapat
mempengaruhi pemilihan bahasa, pemilihan tingkat tutur, ragam dialek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
idiolek, pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu, atau pemilihan unsur
suprasegmental tertentu.
5) A= adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat berganti
bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada seseorang yang
kebetulan hadir pada adegan tutur. Pengubahan kode bahasa yang disebabkan
oleh adanya O3 terjadi karena ingin mengikutsertakan O3 dalam pecakapan,
ingin merahasiakan sesuatu agar O1 memberikan kesan kepada O3 bahwa O2
sebetulnya ialah orang yang terhormat dan tidak menggangu O3.
6) U= urutan bicara. Urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara
lebih dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Masyarakat ada yang
memiliki aturan bahwa orang yang berstatus sosial lebih tinggai atau orang
lebi tua harus berbicara lebih dulu. O1 atau penutur sebagai pengambil
inisiatif berbicara dalam menentukan bentuk tuturnya daripada mitra
tuturnya. O2 atau mitra tutur yang menanggapi tuturan O1 tidak sebebas O1
memilih bentuk tuturannya. Kode bahasa yang dipilih O2 tergantung pada
penilaian terhadap hubungan yang ia inginkan terhadap O1 atau tergantung
pada suasana kebahasaan yang ia ciptakan
7) B= bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi warna bicara.
Hal ini tidak berarti bahwa setiap pokok pembicaraan harus dibahas dengan
ragam bahasa tertentu. Namun, ada beberapa topik pembicaraan tertentu yang
mengharuskan anggota masyarakat menggunakan kode bahasa tertentu
apabila mereka akan membicarakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
8) I= instrumen atau sarana tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi bentuk
ujaran. Yang dimaksud dengan saran tutur ialah sarana yang dipakai untuk
menyampaikan sarana tutur. Adanya bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa
lisan dismapaikan secara lngsung dengan menggerakkan alat-alat bicara
mulut sedangkan bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan huruf-huruf
di atas kertas atau alat tulis. Pada kebanyakan masyarakat, bahasa tulis
biasanya terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa tertentu. Sarana-
saran tutur, sperti telepon, handphone, email, dan sebagainya yang
mempengaruhi ujaran seorang penutur.
9) C= citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan dapat
mempengaruhi O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang diucapkan oleh
O1. Hal ini sering dibedakan ragam bahasa santai, ragam bahasa formal, dan
ragam bahasa indah.
10) A= adegan tutur. Adegan tutur terkait dengan tempat, waktu, dan peristiwa
(termasuk kualitas suprasegmental tutur dan pilihan pokok pembicaraan).
Adegan tutur mempengaruhi penutur dalam menentukan bentuk-bentuk
ujaran. “percakapan di dalam masjid, gereja, dan tempat-tempat ibadah
lainnya, rumah sakit, kantor pengadilan biasanya tidak terlalu keras, dan
orang biasanya tidak bersenda gurau. Percakapan harus sopan, serius, dan
khidmat.
11) R= register atau bentuk wacana. Di dalam masyarakat, terdapat beberapa
macam wacana yang bentuknya sudah mapan. Wacana-wacana seperti surat-
menyurat dinas, perundang-undangan, percakapan dengan telepon, telegram,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pidato pembukaan atau penutup suatu lokakarya, seminar, konferensi atau
pidato seremonial lainnya, atur-atur kenduri, ujub dan doa kenduri, tajuk
rencana surat kabar, mempunyai struktur yang kurang lebih mapan dan
diketahui oleh anggota masyarakat banyak. Bentuk wacana seperti pidato
akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang lazim, misalnya dimulai
dengan sapaan, salam, introduksi, isi pidato, dan penutup.
12) A= aturan atau norma kebahasaan lainnya. Aturan kebahasaan lainnya
bersangkutan dengan norma-norma kebahasaan yang khusus berlaku pada
suatu masyarakat bahasa. Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi,
menghindari kata-kata yang dianggap tabu dan sebagainya. Aturan-aturan
kebahasaan dapat mempengaruhi O1 dalam menentukan bentuk tuturan.
Berdasarkan teori tersebut, penulis dapat mengetahui latar belakang tuturan
dengan “OOEMAUBICARA” yang menjadi dasar kontek sosial. Kontek sosial
membantu peneliti untuk menggambarkan suatu tuturan yang telah terjadi.
Kontek sosial menjadi patokan peneliti untuk memahami sebuah tuturan di
lingkungan sosial secara lebih mendalam.
2.2.3 Kedwibahasaan
2.2.3.1 Pengertian Kedwibahasaan
Kedwibahasaan merupakan salah satu topik yang dikaji dalam
sosiolinguistik dengan fenomena kebahasaan yang ada di dalam masyarakat.
Kedwibahasaan merupakan akibat dari kontak bahasa antara kelompok
masyarakat yang berbahasa minoritas dengan kelompok masyarakat yang
berbahasa mayoritas. Bloomfield (dalam Chaer, 1994:65) menjelaskan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bilingual merupakan kemampuan seseorang menguasai dua bahasa sama baiknya.
Berdasarkan pendapat Weinrich (dalam Chaer, 1994:65) bilingualisme merupakan
penggunaan dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Bilingualisme dalam
bahasa Indonesia disebut kedwibahasaan Chaer (2004:84). Dari istilah yang
dikemukakan oleh Chaer, dapat dipahami bahwa bilingualisme atau
kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa secara bergantian oleh
seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari atau interaksi sosialnya.
Fenomena kedwibahasaan ini digunakan sebagai istilah kemampuan dalam
menggunakan dua bahasa. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Ervin dan
Ogood (dalam Nababan, 1984:27) bahwa bilingualisme merupakan kemampuan
dalam menuturkan dua bahasa. Bilingualisme merupakan rentangan berjenjang
berawal dari menguasai bahasa pertama. Setelah menguasai bahasa pertama,
kemudian menguasai bahasa kedua, hingga kedua bahasa dikuasai sama baiknya.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa, kedwibahasaan merupakan kondisi pemakaian dua bahasa secara
bergantian oleh penutur dwibahasawan dalam interaksi sosialnya. Kedwibahasaan
tidak mengacu pada proses tetapi pada kondisi dan merupakan kebiasaan pemakai
dua bahasa secara bergantian oleh penutur bilingual.
Menurut Mackey (1967:155) kedwibahasaan adalah “The alternative use
of two or more languages by the same individual” atau praktik penggunaan bahasa
secara bergantian, dari satu bahasa ke bahasa lain oleh seorang penutur.
Menurutnya, dalam kedwibahasaan terdapat beberapa pengertian seperti tingkat,
fungsi, alih kode, campur kode, interferensi, dan integrasi. Mackey juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memperluas pendapatnya dengan mengemukakan adanya tingkatan
kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik,
dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Menurut Robert Lado (1964:214) kedwibahasaan merupakan kemampuan
berbicara menggunakan dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya.
Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa oleh seseorang
bagaimanapun tingkatnya. Haugen (1968:10) pendapat Lado diperkuat oleh
Haugen yang menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah mengetahui dua bahasa.
Jika diuraikan lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah penggunaan
dua bahasa baik secara produktif maupun secara reseptif oleh seorang individu
ataupun masyarakat. Haugen mengemukakan kedwibahasaan dengan mengetahui
dua bahasa “knowledge of two languages” cukup mengetahui dua bahasa secara
pasif atau “understanding without speaking”.
Kedwibahasaan menurut saya merupakan kemampuan seseorang yang bisa
menguasai lebih dari satu bahasa atau dua bahasa. Bahasa tersebut diperoleh dari
bahasa Ibu atau disebut juga bahasa pertama dan bahasa kedua yang diperoleh
dari suatu lingkungan ataupun pendidikan. Misalnya bahasa pertama si A adalah
bahasa Jawa yang diperoleh dari kedua orangtuanya. A juga mendapatkan bahasa
Indonesia ketika berada di lingkungan sekolah, sehingga bahasa kedua si A adalah
Bahasa Indonesia. Hal tersebut si A disebut juga dwibahasawan karena memiliki
dua bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.3.2 Pengukuran Kedwibahasaan
Penelitian kedwibahasaan sangat perlu untuk memperhatikan situasi
kebahasaan yang ada dalam mahasiswa PBSI 2015 karena termasuk masyarakat
dwibahasa, dengan adanya hal tersebut, maka akan dikemukakan uraian mengenai
pengukuran kedwibahsaan agar si peneliti mengetahui situasi kedwibahasaan.
Menurut Mackey (dalam Pranowo, 2014:113) megemukakan pengukuran
kedwibahasaan dapat dilakukan melalui beberapa aspek, yaitu a) aspek tingkat, b)
aspek fungsi, c) aspek pergantian, dan d) interferensi.
a) Pertama, tingkat kedwibahasaan adalah dengan mana sesorang mampu
menjadi seorang dwibahasawan atau sejauh mana seseorang mampu
mengetahui bahasa yang dipakainya. Masalah tingkat dalam pembahasan
bilinguaisme menurut Alwasilah (1990:125) berkaitan dengan tingkat
kemampuan berbahasa seseorang. Kemampuan berbahasa seseorang akan
nampak dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca,
berbicara, dan menulis. Menurutnya, dalam keempat keterampilan tersebut
akan mencakup fonologi, gramatik, leksis, semantik, dan stailistik. Jika
diambil kesimpulan, masalah tingkat ini adalah masalah yang berkaitan
dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap bahasa yang
dipakainya.
b) Kedua, fungsi kedwibahasaan adalah pengertian untuk apa seseorang
menggunakan bahasa dan apa peranan bahasa dalam kehidupan pelakunya.
Hal ini berkaitan dengan kapan seseorang yang bilingual menggunakan kedua
bahasanya secara bergantian. Masalah fungsi ini menyangkut masalah pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sosiolinguistik yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan,
dan dengan tujuan apa (Chaer, 2004:88). Penggunaan bahasa pertama oleh
seorang penutur, misalnya bahasa pertamanya bahasa Sunda, hanya akan
digunakan dengan semua anggota masyarakat tutur yang menggunakan bahasa
Sunda pula. Penggunaan bahasa pertama tersebut juga akan terbatas hanya
pada situasi-situasi tertentu, misalnya ketika dalam percakapan sehari-hari
dalam ruang lingkup keluarga dan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat
biasa. Namun, dalam situasi-situasi tertentu pula bahasa pertama tidak dapat
digunakan. Misalnya dalam kegiatan pendidikan di sekolah, walaupun guru
dan murid menggunakan B1 yang sama (misalnya Bahasa Jawa), akan tetapi
dalam hal ini hanya bahasa Indonesialah yang dapat digunakan, sebab bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa kedua guru dan murid tersebut merupakan
bahasa nasional yang berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan.
c) Ketiga, pergantian adalah pengukuran terhadap seberapa jauh pemakai bahasa
mampu berganti dari satu bahasa ke bahasa lain. Kemampuan berganti
(berpindah) dari satu bahasa ke bahasa lain. Kemampuan berganti (berpindah)
dari satu bahasa ke bahasa lain ini bergantung pada tingkat kelancaran
pemakaian masing-masing bahasa. Terjadinya pergantian bahasa ini dapat
dilihat antara lain pergantin dari satu bahasa di suatu tempat ke bahasa lain di
tempat yang lain. Ada tiga faktor utama menentukan pergantian bahasa ini,
yaitu topik yang dibicarakan, orang yang diajak berbicara, serta penekanan
pada yang dibicarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d) Keempat, interferensi adalah bagaimana seseorang yang menganut
bilingualisme menjaga bahasa-bahasa itu sehingga terpisah dan seberapa jauh
seeorang itu mampu mencampuradukkan serta bagaimana pengaruh bahasa
yang satu dalam penggunaan bahasa lainnya. Interferensi berarti adanya saling
mempengaruhi antarbahasa. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata
bahasa, kosakata dan makna bahkan budaya – baik dalam ucapan maupun
tulisan – terutama kalau seseorang sedang mempelajari bahasa kedua
(Alwasilah, 1990:131). Ciri yang menonjol dalam interferensi adalah
peminjaman kosakata dari bahasa lain, alasannya adalah perlunya kosakata
untuk mengacu pada obyek, konsep, atau tempat baru. Maka, meminjam
kosakata dari bahasa lain akan lebih mudah daripada menciptakan kosakata
baru. Hanya saja, kosakata-kosakata hasil pinjaman yang biasa dipakai dalam
bahasa Indonesia telah disesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia.
2.2.3.3 Klasifikasi Tingkat Kedwibahasaan
Aslinda (2010:24) Tingkat adalah penguasaan bahasa oleh seseorang,
maksudnya sejauh mana seseorang itu mampu menjadi seseorang dwibahasawan
atau sejauh manakah seseorang itu mengetahui bahasa yang dipakainya.
Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa dengan sudut
pandang dan diantaranya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan hakikat tanda dalam kontak bahasa, maka Weinrich (dalam
Tarigan, 1988:8) mengategorikannya sebagai berikut.
a. Kedwibahasaan Koordinatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kedwibahasaan koordinatif merupakan dwibahasawan yang mempunyai dua
perangkat satuan makna dan dua bentuk ekspresi.
b. Kedwibahasaan Majemuk
Kedwibahasaan majemuk merupakan dwibahasawan yang mempunyai satu
perangkat satuan makna dan dua bentuk ekspresi.
c. Kedwibahasaan Subordinatif
Kedwibahasaan subordinatif merupakan dwibahasawan yang mempunyai
satuan makna dari bahasa pertama dan dua bentuk ekspresi. Bentuk eskpresi
bahasa pertama dan bentuk ekspresi bahasa kedua yang dipelajari melalui
bahasa pertama.
Mennurut Weinreich (dalam Pranowo, 1953:105-107) Kedwibahasaan
dibedakan berdasarkan derajat yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu
Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan Subordinatif, dan Kedwibahasaan
Majemuk.
a. Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukan bahwa
kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan
berbahasa bahasa yang lain. Hal itu dapat terjadi karena proses penguasaannya
di dalam kondisi yang sama sehingga pemakaian bahasa memiliki rujukan
makna yang sama untuk simbol-simbol bahasa yang dipertukarkan dalam dua
bahasa karna pemakaian bahasa dilibatkan dalam dua bahasa yang berbeda
pada saat yang bersamaan Alwasih, 1985 (dalam Pranowo: 105)
b. Kedwibahasaan koordinatif/ sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukan
bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baiknya oleh seorang individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Proses terjadinya kedwibahsaan ini karena seorang individu memiliki
pengalaman yang berbeda dalam menguasai dua bahasa sehingga jarang sekali
dipertukarkan pemakaiannya. Keadaan ini terjadi karena ada kemungkinan
penguasaan B1 terjadi secara alamiah, sedangkan penguasaan B2 terjadi
secara formal. Kemampuan dan tindak tutur dalam kedua bahasa tersebut
terpisah dan bekerja sendiri-sendiri Nababan, 1984 (dalam Pranowo 2014:
155)
c. Kedwibahasaan Subordinatif (kompleks) adalah kedwibahsaan yang
menunjukan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering
memasukan unsur B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini memiliki tanda
(sign) yang kompleks, yang berisi satu konsep tunggal yang mengandung
kosakata B1, dan selanjutnya mengundang, kosakata B2. Bahasa kedua
dihasilkan dengan cara menerjemahkan ke dalam B2 terlebih dahulu sebelum
dikatakan dalam bahasa kedua.
Menurut Weinrich 1953 (dalam Suandi, 2014:19) membedakan kedwibahasan
majemuk (compound bilinguality), kedwibahasaan koordinatif/setara (coordinate
bilingualism), dan kedwibahasaan subordinat (subordinate bilingualism).
Pembedaan ketiganya menekankan tumpuan perhatiannya pada dimensi
bagaimana dua sandi bahasa (atau lebih) diatur oleh individu yang bersangkutan.
Kedwibahasaan koordinatif/sejajar menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa
sama-sama baik oleh seorang individu.
a. Kedwibahsaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2, yaitu
orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Kedwibahasan subordinatif (kompleks) menunjukkan bahwa seorang individu
pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya.
Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1 Adalah
sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu
bahasa yang besar sehingga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat
kehilangan bahasa pertamanya (B1).
Menurut Nababan 1984 Sebagaimana kita lihat di atas, bilingualitas berarti
kemampuan dalam dua bahasa. Jika kita perhatikan hubungan antara kemampuan
dan tindak laku dalam bahasa itu adalah terpisah dan bekerja sendiri-sendiri.
Bilingualitas demikian disebut bilingualitas sejajar. Tipe bilingualitas yang lain
sering terdapat dalam keadaan belajar bahasa kedua setelah kita menguasai satu
bahasa (= bahasa pertama/utama) dengan baik, khususnya dalam keadaan belajar
bahasa kedua atau asing di sekolah. Hal tersebut menimbulkan kemampuan dan
kebiasaan orang dalam bahasa utama (source language atau bahasa sumber)
berpengaruh atas pengguanaanya dari bahasa kedua (target language atau bahasa
sasaran). Kedwibahasaan yang demikian disebut bilingualitas majemuk.
Menurut saya tingkat kedwibahasaan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Kedwibahasaan Subordinatif merupakan kedwibahasaan yang digunakan saat
memakai B1 namun sering memasukan B2 atau sebaliknya. Hal tersebut
terjadi karena situasi di masyarakat yang lebih dominan menggunakan B2
atau B1. Misalnya dwibahasawan berbicara menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Kedwibahasaan Kordinatif atau sering disebut kedwibahasaan sejajar
merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa atau lebih yang dikuasai
oleh dwibahasawan dengan pengalaman atau pemerolehan yang berbeda dan
kedua bahasa tersebut jarang digunakan dengan sama baiknya. Hal tersebut
B1 dan B2 sama-sama dikuasai namun berbeda tempat pemerolehan bahasa
yang telah di dapat oleh si dwibahasawan. Misalnya B1 di peroleh dari
lingkungan rumah dan B2 di peroleh dari lingkungan sekolah.
c. Kedwibahasaan Majemuk merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa
atau lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan situasi kondisi yang
sama dan bahasa yang digunakan sama jeleknya. Misalnya orangtua berbicara
menggunakan dua bahasa secara bergantian lalu si anak merespon dengan
satu bahasa saja walaupun paham dengan dua bahasa tersebut.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini, subjek yang diteliti adalah mahasiswa PBSI 2015
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sedangkan objek yang diteliti terkait
dengan penggunaan kedwibahasaan. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang
didapat oleh masyarakat sehingga menghasilkan tuturan dalam kegiatan sehari-
hari. Tingkat kedwibahasaan memiliki tiga jenis klasifikasi. Tingkat
kedwibahasaan tersebut tingkat subordinatif, tingkat koordinatif atau sejajar, dan
tingkat majemuk. Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan, maka dapat
diketahui terkait tingkat kedwibahasaan pada mahasiswa. Berikut adalah kerangka
berpikir terkait dengan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
Penggunaan Kedwibahasaan Mahasiswa
di Luar Pembelajaran
Sosiolinguistik
Tingkat
Kedwibahasaan
Tingkat
Kedwibahasaan
Subordinatif
Tingkat
Kedwibahasaan
Koordinatif
Tingkat
Kedwibahasaan
Majemuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dasar persoalan yang jelas. Objek
penelitian ini adalah bahasa tertulis dengan kategori penelitian deskriptif
kualitatif. Peneliti akan mengumpulkan data-data terkait penggunaan
kedwibahasaan pada mahasiswa prodi PBSI angkatan 2015 Universitas Sanata
Dharma. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang
diamati (Moleong, 2008: 4). Ciri utama penelitian kualitatif ini mewarnai sifat dan
bentuk laporannya menjadi sebuah laporan yang dapat digunakan pada waktu
tertentu. Oleh karena cirinya itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam
bentuk narasi yang kritis, kreatif, mendalam, dan natural yang penuh dengan
keautentikan.
Menurut (Arikunto, 2003:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan,
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan. Penelitian ini hanya
menyampaikan apapun yang terjadi apa adanya tanpa merekayasa dengan maksud
lain. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan tingkat kedwibahasaan khususnya pada tingkat
kedwibahasaan pada mahasiswa prodi PBSI angkatan 2015 Universitas Sanata
Dharma. Data yang ditemukan nantinya akan dianalisis dan dideskripsikan
mengenai tingkat kedwibahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data membantu peneliti memperoleh data yang akurat. Sumber
data dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa pada mahasiswa prodi PBSI
Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data penelitian berupa
tuturan atau kalimat yang diduga mengandung kedwibahasaan pada mahasiswa
prodi PBSI Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mahasiswa
yang menjadi responden dalam penelitian ini sekitar berjumlah 37 orang dengan
51 tuturan atau kalimat yang mengandung tingkat kedwibahasaan yang akan
dianalisis dan dideskripsikan pada bagian bab empat.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan; teknik
adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa metode simak
(pengamatan atau observasi) dan metode cakap (wawancara).
1. Metode simak (pengamatan atau observasi)
Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data
dengan menyimak penggunaan bahasa. Dinamakan metode simak karena cara
yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan cara menyimak
penggunaan bahasa Mahsun (2007:29). Metode ini memiliki teknik sadap
disebut sebagai teknik dasar dalam teknik simak karena pada hakikatnya
penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Mahsun (2007:93) menyatakan
bahwa teknik sadap ini diikuti teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap,
teknik simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Keempat teknik ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dapat digunakan secara bersama-sama jika pengunaan Bahasa yang disadap itu
berwujud seara lisan.
a. Teknik sadap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara
berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan
menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, si peneliti terlibat langsung dalam
dialog. Adapun teknik simak bebas libat cakap, maksudnya si peneliti
hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para
informannya. Dia tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya
sedang diteliti. Namun, peneliti akan selalu berada di dekat subjek
penelitian untuk mendapatkan tuturan antar mahasiswa PBSI angkatan
2015.
b. Teknik simak bebas libat cakap atau disebut teknik lanjutan, maksudnya si
peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa responden.
Adapun dalam teknik simak bebas libat cakap ini terdapat langkah untuk
lebih mempermudah yaitu peneliti membuat lembar tinjauan yang berisi
keterangan-keterangan yang dapat ditulis dengan cepat. Lembar tinjauan
tersebut berisi tanggal, tempat kejadian, situasi, topik pembicaraan, dan
orang yang terlibat dalam peristiwa tutur yang ditinjau.
c. Teknik catat adalah teknik lanjutan II yang dilakukan ketika menerapkan
metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Hal yang sama, jika tidak
dilakukan pencatatan, si peneliti dapat saja melakukan perekaman ketika
menerapkan metode simak dengan kedua metode lanjutan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
d. Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah bahasa
yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Teknik rekam dilakukan dengan
menggunakan voice recorder yang berada di aplikasi telepon genggam.
2. Metode Cakap (wawancara)
Metode cakap atau dalam penelitian dikenal dengan nama metode wawancara
atau interview merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap
penyediaan data yang dilakukan dengan cara peneliti melakukan percakapan atau
kontak dengan penutur Mahsun (2007:250). Metode ini memiliki teknik pancing
dan teknik lanjutan yaitu teknik cakap semuka, di mana peneliti melakukan
percakapan dengan cara berhadapan langsung di suatu tempat dengan
informasinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rekaman dan informasi
untuk memperjelas penelitian.
Wawancara akan peneliti tujukan kepada mahasiswa yang berasal dari Jawa.
Berikut langkah-langkah untuk melakukan wawancara: menentukan tema atau
topik wawancara, mempelajari masalah yang berkaitan dengan tema wawancara,
menyusun daftar atau garis besar pertanyaan yang akan diajukan (5W+1H),
menentukan narasumber dan mengetahui identitasnya, menghubungi atau
membuat janji dengan narasumber, mempersiapkan peralatan untuk wawancara
(alat tulis atau alat perekam), melakukan wawancara, mencatat pokok-pokok
wawancara, menyususn laporan hasil wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.4 Instrumen Penelitian
Peneliti sebagai instrumen penelitian tidak bisa menjalankan penelitian tanpa
adanya bantuan. Peneliti dibantu dengan adanya alat dan bahan dalam penelitian.
Peneliti sebagai pengendali akan membutuhkan alat-alat penelitian seperti alat
perekam, laptop, dan alat tulis untuk menunjang catatan lapangan atau wawancara
untuk mengetahui latar belakang dan riwayat responden. Alat perekam dan catatan
lapangan digunakan untuk merekam ujaran yang terkait dengan penelitian. Selain
membutuhkan alat dalam penelitian, peneliti juga membutuhkan bahan dalam
penelitian yakni buku sumber kepustakaan.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis yang digunakan oleh peneliti Furchan (1982:475) menyatakan bahwa
langkah pertama yang harus dilakukan peneliti dalam menganaliss data adalah
melihat kembali usulan penelitian guna memeriksa rencana penyajian data dan
pelaksanaan data. Beberapa hal yang akan peneliti kembangkan dalam teknik
analisis data adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi
Keberhasilan seorang peneliti adalah ketika ia mampu mengidentifikasi
berdasarkan data yang ada dan teori yang relevan yang telah ia kemukakan.
Misalnya, saat peneliti menemukan kata dalam data yang sekiranya sesuai dengan
teori yang relevan sehingga ia mendapatkan ciri penanda yang terdapat dalam kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tersebut maka identifikasi itu juga baik untuk diterapkan. Identifikasi akan dilihat
dari hasil analisis kebutuhan, hasil pengamatan, dan hasil wawancara.
b. Klasifikasi
Mendeskripsikan data berarti memberikan gambaran berdasarkan data yang
digunakan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden. Hal ini dilakukan agar
penelitian lebih mudah dipahami oleh peneliti itu sendiri atau pun orang lain yang
telah tertarik dengan penelitian ini. Penggambaran data harus sesuai dengan
sumber dan data yang diperoleh. Deskripsi data dalam penelitian ini akan
digambarkan dengan cara pengelompokan data yang ada dan mengkajinya
berdasarkan teori yang relevan serta sejauh mana tingkat kedwibahasaan dalam
data yang diperoleh.
c. Interpretasi/Pemaknaan
Peneliti harus memaknai data yang ia peroleh sebelumnya yang bersumber
dari catatan lapangan, dokumen ataupun lainnya. Pemaknaan data ini digunakan
untuk menganalisis data yang telah ditemukan. Tindak lanjut yang akan dilakukan
setelah menafsirkan data adalah pengecekkan keabsahan data.
d. Mendeskripsikan
Peneliti harus mengkaji hasil temuan penelitian ke dalam bentuk deskriptif.
Deskriptif bertujuan untuk memperjelas tingkat kedwibahasaan. Pada tahap ini
peneliti akan mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan yang terbagi menjadi tiga
bagian yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasan
koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.6 Triangulasi
Moleong (2008:330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi
data dilakukan untuk me-rechek temuan dengan jalan membandingkannya dengan
berbagai sumber, metode, atau teori. Setiap hal temuan harus dicek keabsahannya,
agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat
dibuktikan keabsahannya.
Pengecekan keabsahan yang dipakai oleh peneliti adalah triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Peneliti meminta bantuan ahli untuk mengecek
keabsahan data dan hasil analisis data. Peneliti memilih Dr. R. Kunjana Rahardi,
M. Hum dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) di Uniersitas Sanata
Dharma sebagai traggulator, karena beliau merupakan ahli Bahasa dibidang
sosiolinguistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab hasil analisis dan pembahasan ini memaparkan tiga hal yaitu (1)
Deskripsi data, (2) Analisis data, dan (3) Pembahasan. Deskripsi data
memaparkan gambaran dari hasil analisis data penelitian. Analisis data penelitian
memaparkan proses peneliti menganalisis data penelitian berdasarkan
klasifikasinya. Kemudian pada pembahasan akan memaparkan hasil penelitian
dengan alasan-alasan si peneliti untuk memilih tingkat kedwibahasaan dengan
memperhatikan karakteristiknya. Ketiga hal tersebut yang akan dibahas satu
persatu di bawah ini:
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa tuturan yang dihasilkan oleh mahasiswa angkatan
2015 yang tinggal di pulau Jawa dan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa di Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang di dalamnya terdapat tingkat kedwibahasaan. Observasi awal dilakukan pada
awal bulan februari 2019, dan penelitian berakhir pada bulan mei 2019. Observasi
memiliki keuntungan bagi peneliti untuk menemukan fakta yang sesungguhnya
dilapangan penelitian. Fakta-fakta tersebut berupa para mahasiswa PBSI 2015
sering berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari menggunakan lebih dari satu
bahasa, yaitu bahasa Ibu dan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang digunakan
tersebut tak lepas dari kedwibahasaan. Oleh karena itu, peneliti ingin
menganalisis tingkat kedwibahasaan yang dimiliki mahasiswa PBSI 2015 saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berkomunikasi di lingkungan sosial. Data diperoleh melalui metode simak
observasi dan metode cakap wawancara untuk menunjang latar belakang
responden.
Faktor penyebab adanya tingkat kedwibahasaan yang dikaitkan dengan kajian
sosiolinguistik, dimana mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merupakan masyarakat
bilingual yang tampak adanya penggunaan kedwibahasaan yang menampilkan
tingkat kedwibahasaan subordinatif, koordinatif atau sejajar, dan majemuk.
Tingkat kedwibahasaan subordinatif merupakan kedwibahasaan yang digunakan
saat memakai bahasa pertama namun sering memasukan bahasa kedua. Tingkat
kedwibahasaan koordinatif atau sejajar merupakan seseorang yang memiliki dua
bahasa sama-sama baiknya dalam penggunaan kedwibahasaan. Tingkat
kedwibahasaan majemuk merupakan kedwibahasaan yang salah satu bahasa lebih
baik daripada kemampuan berbahasa bahasa lain. Para mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2015 dalam interaksi di luar pembejaran
menggunakan bahasa daerah (dominan Jawa), bahasa Indonesia, dan juga bahasa
asing (bahasa Inggris) sesuai dengan konteks percakapakan. Data wawancara
menghasilkan data yang berupa latar belakang bahasa pertama dan bahasa kedua
yang telah dimiliki ataupun digunakan oleh responden.
Data berupa tuturan-tuturan mahasiswa yang mengandung kedwibahasaan lalu
ditranskrip dan dianalisis, hingga ditemukan 54 analisis data terpilih. Data dari
penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi dilakukan kepada orang
yang paham mengenai bahasa ataupun tingkat kedwibahasaan. Triangulasi ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dilakukan dari dosen Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia yaitu Bapak Dr. R.
Kunjana Rahardi M.Pd. triangulasi data dilaksanakan pada Kamis, 16 Mei 2019.
Setelah di triangulasi, data yang disetujui oleh triangulator yaitu 51 analisis dan
yang tidak disetujui ada 3 analisis. Hasil analisis data yang tidak disetujui oleh
triangulator tidak digunakan dalam penelitian karena tidak sesuai dengan acuan
bahasan. Peneliti telah memperbaiki triangulasi sesuai komentar atau saran
triangulator. Peneliti telah memberikan tanda pada setiap tuturan yang dirasa
mengandung tingkat kedwibahasaan sesuai dengan komentar yang diberikan oleh
triangulator. Peneliti telah mencetak tebal pada tuturan yang mengandung tingkat
kedwibahasaan untuk mempermudah identifikasi data.
4.2 Analisis Data
Pada bagian analisis data yang berjudul “kajian sosiolinguistik tingkat
kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran”, peneliti akan memaparkan data-data
yang ditemukan dan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data. Penelitian ini
ada empat tahapan teknik analisis data yaitu: Identifikasi, Klasifikasi,
Interpretasi/Pemaknaan, dan Mendeskripsikan. Pada tahap pertama, peneliti
mengidentifikasi adanya kedwibahasaan pada temuan tuturan-tuturan mahasiswa
yang mengandung tingkat kedwibahasaan. Pada tahap kedua, peneliti
mengklarifikasikan data yang telah didapatkan dari lapangan yang memiliki salah
satu kategori tingkat kedwibahasaan yang berupa subordinatif, koordinatif, dan
majemuk. Pada tahap ketiga, peneliti menginterpretasikan temuan-temuan peneliti
dan dilanjutkan dengan perwakilan yang tidak terlepas dari konteks data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
penelitian. Pada tahap terakhir, peneliti akan mendiskripsikan hasil kajian yang
ditemukan oleh peneliti kedalam bentuk deskriptif.
Agar pemahaman lebih jelas mengenai hasil analisis tersebut, berikut ini akan
dipaparkan terlebih dahulu penggunaan kedwibahasaan dengan teori Haugen
(1968:10) pendapat Lado diperkuat oleh Haugen yang menyatakan bahwa
kedwibahasaan adalah mengetahui dua bahasa. Jika diuraikan lebih umum maka
pengertian kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa baik secara produktif
maupun secara reseptif oleh seorang individu ataupun masyarakat. Haugen
mengemukakan kedwibahasaan dengan mengetahui dua bahasa “knowledge of
two languages” cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau “understanding
without speaking”. Selanjutnya akan dipaparkan data-data secara rinci perihal
tingkat kedwibahasaan. Tingkat kedwibahasaan akan dianalisis dengan adanya
teori yang dipaparkan oleh Weinreich (dalam Pranowo, 1953:105-107)
Kedwibahasaan dibedakan berdasarkan drajat yang terbagi menjadi tiga bagian
yaitu Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan Subordinatif, dan
Kedwibahasaan Majemuk.
Metode dan teknik pengumpulan data sangat membantu peneliti untuk
memecahkan permasalahan pada penelitian. Adanya teori tersebut diharapkan
dapat membantu peneliti untuk menganalisis data responden. Metode yang
digunakan peneliti yaitu metode simak (pengamatan dan observasi) dan metode
cakap (wawancara). Metode simak diterapkan pada masalah tingkat
kedwibahasaan. Sedangkan, metode cakap untuk mengetahui latar belakang
responden yang diteliti. Latar belakang responden berguna untuk memastikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
responden adalah pengguna kedwibahasaan. Sedangkan metode simak berguna
untuk memperoleh data tuturan mahasiswa. Berikut data analisis penggunaan
kedwibahasaan dan tingkat kedwibahasaan yang diperoleh peneliti.
4.2.1 Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI
Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di
Luar Pembelajaran
Hasil analisis wawancara mahasiswa 2015 yang berasal dari Pulau Jawa,
membuktikan bahwa mahasiswa 2015 menggunakan lebih dari dua bahasa atau
bilingual. Peneliti mencoba menggolongkan bahasa produktif dan reseptif pada
bahasa yang digunakan oleh responden. Hasil analisis data wawancara
menghasilkan sebuah pernyataan bahwa mahasiswa PBSI 2015 terbukti
menggunakan dua bahasa atau disebut juga dengan dwibahasawan. Data tersebut
menunjukan bahwa seringnya penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
dalam kegiatan sehari-hari di kehidupan sosial. Dari hasil wawancara tersebut
akan diambil beberapa tuturan dari responden yang mengandung penggunaan
kedwibahasaan yang memiliki tingkat kedwibahasaan. Hal tersebut akan
mendukung data tuturan responden.
Tingkat kedwibahasaan yang dianalisis berupa tingkat kedwibahasaan
subordinatif, tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sejajar, dan tingkat
kedwibahasaan majemuk. Tuturan yang memiliki tingkat tertinggi dengan jumlah
42 merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif. Tingkat kedwibahasaan
koordinatif atau sejajar menemukan tuturan dengan jumlah 6 tuturan atau kalimat
dari responden. Tingkat kedwibahasaan majemuk menemukan tuturan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
jumlah 3 tuturan atau kalimat pada responden. Hal tersebut didapat dari analisis
tingkat kedwibahasaan pada tuturan responden dengan menggunakan metode
simak dan teknik penelitian.
4.2.1.1 Tingkat Kedwibahasaan Subordinatif yang digunakan oleh
Mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan
kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.
Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan
yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan
kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap
percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat
kedwibahasaan subordinatif. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan
peneliti pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah ditriangulasi dan itu
terbukti dari data percakapan berikut ini.
Tuturan data (1)
So: Din, kowe gelem ora lipstik focallure?
Di: Focallure apa?
So: Tapi warnane coklat banget.
Di: Banget?
So: Gelap pokok‟e.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat menjelaskan pada penutur terkait prodak kecantikan berupa lipstik.
M= penutur menawarkan prodak kecantikan berupa lipstick yang berwarna coklat
kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas warna lipstik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ditawarkan kepada mitra tutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur nampak ragu-ragu untuk menerima tawaran penutur.
A= pertuturan terjadi di perpustakan Universitas Sanata Dharma pada hari Selasa,
26 Februari 2019 dengan situasi cukup hening dan tidak resmi diruang diskusi.
R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 1) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh So sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan tentang
prodak kecantikan berupa lipstik. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada
situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur.
Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Tapi warnane coklat banget.”,
menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan
B1 (bahasa Indonesia) dan sering memasukan B2 (bahasa Jawa) yaitu dalam satu
kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “warnane” yang termasuk dalam
bahasa Jawa.
Tuturan data (2)
Ty: BTW, kemarin Ay ulang tahun.
Di: Storyne ndelok ora?
Ty: Storyne aku ndelok, “terima kasih sudah datang”.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan cerita sosial media yang ditulis oleh salah
satu teman kelasnya. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh
penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas cerita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ditulis teman kelasnya di salah satu sosial media. I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk
membicarakan topik yang dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 25 Februari 2019 ketika sedang di pastoran Kota Baru dengan situasi hujan
deras dan tidak formal. R= story. A= penutur dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 2) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ty sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan status di
media sosial salah satu temannya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada
situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur.
Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Storyne ndelok ora, “terima kasih
sudah datang”.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan
yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat
dibuktikan pada kata “storyne” yang termasuk dalam bahasa Inggris dan bahasa
Jawa.
Tuturan data (6)
Yo: Kondone nganu, hehheehe.
Pe: Haha ketawan chatingan.
Yo: Yoi hehe, kan dia yang chatting gue, eh aku ndisik.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 24 tahun.
O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancer dan bersemangat karena
mitra tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M= penutur membicarakan soal salah satu teman seangkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang memberikan pesan kepada penutur. A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas teman angkatan yang menceritakan sesuatu kepada si penutur. I=
pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
bersemangat untuk membicarakan topik yang dimulai oleh penutur. A= pertuturan
terjadi pada hari Kamis, 14 Februari 2019 ketika sedang duduk di depan
sekretariat PBSI dengan situasi tidak formal. R= tidak ada. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 6) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Yo sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan salah satu
seorang temannya yang sering bertukar cerita atau kabar menggunakan media
sosial. Penutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia
saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak
formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi
formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Yoi hehe, kan dia yang
chatting gue, eh aku ndisik.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat
dibuktikan pada kata “Yoi hehe, kan dia yang chatting gue” yang termasuk
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Tuturan data (7)
Di: Aku wes ora sariawan Yas, selama beberapa minggu.
Ty: Hla iki ngopo meneh?
Di: Tiba-tiba ki muncul meneh, gara-gara disikat ketoke.
Konteks sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur bercerita mengenai kondisi kesehatan penutur. A= tidak
ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan membahas penyakit yang dialami si penutur. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak heran dan
memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang dialami si penutur. A= pertuturan
terjadi pada hari Senin, 18 Februari 2019 di PKL Resto dengan situasi tidak
formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 7) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Di sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Ty sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal sakit
sariawan yang telah diderita si penutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1
pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra
tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Aku wes
ora sariawan Yas, selama beberapa minggu.”, menunjukan bahwa penutur
adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering
memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat
dibuktikan pada kata “selama beberapa minggu” yang termasuk dalam bahasa
Indonesia.
Tuturan data (8)
Ty: Ayo joinan tuku anting!
Pe: Apik yo, pironan?
Ty: Iki eneng promo seng 100k dapat 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pe: Mengko ndadak tuku 5?
Ty: Yora mengko nek tuku 5 kakean, mengko golek wong 5 sopo-sopo. Apik
nggo njagong-njagong.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan promosi anting-anting yang ditawarkan
di salah satu media sosial. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh
penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas promo anting-
anting dan kegunaannya. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk membicarakan topik yang
dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 25 Februari 2019
ketika sedang di depan kapel Bintang Samudra Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 8) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ty sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal anting
yang dijual di media sosial instagram. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1
pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra
tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Ayo
joinan tuku anting! dan Iki eneng promo seng 100k dapat 5.”, menunjukan
bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa
Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “joinan dan 100k”
yang termasuk dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawad an bahasa Inggris.
Tuturan data (10)
Na: Apik mantole transparan.
Gi: Ndemok-ndemok! nek apik mantole, hahaha.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan jas hujan yang digunakan saah satu temannya. A=
tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh
mitra tutur. B= pertuturan membahas jas hujan yang dipuji oleh si penutur dan
ditanggapi oleh mitra tutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk mengolok-ngolok penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari Senin, 25 Februari 2019 ketika sedang di depan kapel
Bintang Samudra Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal. R=
tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 10) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Na sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Gi sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal jas
hujan yang digunakan oleh temannya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1
pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra
tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Apik
mantole transparan.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada
kata “transparan” yang termasuk dalam bahasa Indonesia.
Tuturan data (11)
Ag: Aku gur muni, “Opo kowe nak rapopo to Din? Kok paket lengkap, sikut
barang?”. Pe: Neng jarene keseret, tapi yo untungno rapopo sih, maksute yo dek‟e bersyukur
untunge iseh selamet.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan saat menanyakan keadaan ke salah satu
temannya yang mengalami kecelakaan. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan
diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas
cerita keadaan salah satu temannya. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur nampak prihatin untuk membicarakan topik yang
dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 ketika
di kantor BAA Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 11) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian
kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan
B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan
mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Aku
gur muni, “Opo kowe nak rapopo to Din? Kok paket lengkap, sikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
barang?”.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang
menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia)
yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “Kok paket
lengkap” yang termasuk dalam bahasa Indonesia.
Tuturan data (13)
Fe: Kowe nggawe apa nes, pas arep tes TKBI?
Ag: Nggawe rancangan tanya jawab beberapa doang.
Fe: Iku pertanyaane angel ora?
Ag: Ora
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan tes TKBI yang telah dilalui mitra tutur.
A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas rancangan tanya jawab tes TKBI. I=
pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan tanngapan apa adanya kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada
hari Senin, 01 April 2019 ketika di ruang Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma dengan situasi tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
Data tuturan (data 13) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Fe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian
kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan
B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan
“Nggawe rancangan tanya jawab beberapa doang.”, menunjukan bahwa
penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa)
dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan
dan dapat dibuktikan pada kata “nggawe” yang termasuk dalam bahasa Jawa.
Tuturan data (16)
Fe: Tumben banget dia naik montor pelan-pelan, Sumpah ya din, di sebelah
kanan pada nyelip-nyelip. Bocah ki ngapa to, kok sui banget ki numpak
montor’e?
Di: Mending koyo ngunu deh, sesok aku ngunu kui nek numpak motor.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan kejadian yang dialami saat di jalan. A=
tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh
mitra tutur. B= pertuturan membahas cerita yang dialami saat berkendara. I=
pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan tanngapan apa adanya kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada
hari Senin, 01 April 2019 ketika di rumah Di dengan situasi tidak formal. R=
tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 16) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Fe sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian
kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan
B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan
“Tumben banget dia naik monor pelan-pelan, Sumpah ya din, di sebelah
kanan pada nyelip-nyelip. Bocah ki ngapa to, kok sui banget ki numpak
montor’e?”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang
menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia)
yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “Bocah ki ngapa
to, kok sui banget ki numpak montor’e?” yang termasuk dalam bahasa Jawa.
Tuturan data (17)
Ag: “Candy”, weh ramengo.
Di: Coba aku sek nyeluk. “Candy?”.
Ag: Weh mengo. “Aku tu nggak budeg tau”.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur membicarakan hewan peliharaan si mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan terjadi dengan memanggil hewan peliharaan. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan
tanngapan kepada penutur dengan mengibaratkan hewan peliharaannya bisa
berbicara. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 ketika di rumah Di
dengan situasi tidak resmi. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 17) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian
kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan
B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan
mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan
„“Candy”, weh ramengo. dan Weh mengo. “Aku tu nggak budeg tau”.”,
menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan
B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu
kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “weh ramengo, weh mengo, dan
budeg” yang termasuk dalam bahasa Jawa.
Tuturan data (19)
Mu: Sek endi? sek-sek.
De: Golekono sek full, mengko ndak meng nganu.
Mu: Aku njupuke sek neng E?
De: Hayo sek full, sek ana tulisane N mengko ndak’e nanggung.
Mu: Eh sek eksplisite to?
De: Hooh.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur mencari file di laptop mitra tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B=
pertuturan mencari file yang disimpan oleh mitra tutur. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan
jawaban secara jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Selasa, 02
April 2019 di Cafe Ojo Dumeh dengan situasi tidak formal dan gaduh. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 19) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Mu sebagai penutur yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
responden kepada peneliti sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan file
yang disimpan oleh De. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak
formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi
formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan” Golekono sek full, mengko
ndak meng nganu. dan Hayo sek full, sek ana tulisane N mengko ndak’e
nanggung”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang
menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu
dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “full” yang termasuk
dalam bahasa Inggris yang artinya penuh.
Tuturan data (21)
Mu: Eh, Kakange Okt mlebu Hitam Putih? Terus aku komen “Wangun”.
De: Haiya, sesuk Kamis. Dek mben kae hlo ono beritane, ya kui sek guru sekolah
ngajar nganggo Iron Man.
Mu: Ohh, aku rareti
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur memuji kakak salah satu temannya yang muncul di
sebuah acara televisi. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh
penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan baik. B= pertuturan membicarakan
dan mengonfirmasi berita salah satu kakak temannya yang masuk di acara televisi.
I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 02 April 2019 di Cafe Ojo Dumeh dengan situasi tidak formal dan gaduh.
R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 21) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucap kan oleh Mu sebagai penutur yang
menjadi responden kepada De sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan
minuman yang sedang diminumnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1
dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut
terbukti dengan adanya tuturan “Eh Kakange Okta mlebu Hitam Putih? Terus
aku komen “Wangun”,“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
(bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada
kosa kata “komen” yang termasuk dalam bahasa Indonesia yang biasa disebut
komentar.
Tuturan data (25)
Gi: Kan kui ana makronine. Jajal kowe searching resep pizza tlefon! Kan
saose berguna, kentange ya berguna. Pe: Ragi, tepung terigu, garam, minyak sayur, saos tomat, mozzarella, uwis.
Gi: Ora nganggo maizena po?
Pe: Ora, dadi gur tuku sosis, keju, tuku saose mau, bawang Bombay…
Gi: catet wae catet!
Pe: Ok tak catet di HP.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur memberikan bahan makanan yang harus disiapkan. A=
tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh
mitra tutur dengan baik. B= pertuturan membicarakan bahan yang akan digunakan
untuk memasak. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=
mitra tutur nampak memberikan jawaban secara jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari Jumat, 05 April 2019 di Kos-Kosan Jalan Gejayan
dengan situasi tidak formal dan gaduh. R= tidak ada wacana. A= penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
Data tuturan (data 25) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Gi sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan file yang
disimpan oleh peneliti. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia
saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak
formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi
formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kan kui ana makronine.
Jajal kowe searching resep pizza tlefon! Kan saose berguna, kentange ya
berguna”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang
menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu
dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “searching” yang
termasuk dalam bahasa Inggris yang artinya mencari.
Tuturan data (32)
So: File’e nandi, rareti mau nang opo?
St: Namanya apa tadi? nggak ada po?
Di: Wes tok deweke?
Fe: Hehee, bocah kok le pinter, di save dulu!
So: Tak ganti jenengelah.
Fe: Nek ra tok pindah nang flashdisk! di Capslock wae le ganti.
So: Hooh iki uwes.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 23
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur menanyakan file yang dibaca. A= dua mahasiswa yang
berusia 22 tahun. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra
tutur dengan baik. B= pertuturan terjadi secara panik karena file yang telah dibaca
si penutur tiba-tiba hilang. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak memberikan jawaban secara menduga-duga. A=
pertuturan terjadi pada hari Rabu, 24 April 2019 di Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 32) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Fe sebagai penutur yang menjadi
responden kepada peneliti St, So, Di sebagai mitra tutur yang sedang
membicarakan file yang hilang di laptop So. Penutur menggunakan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan
B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan
mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan
“File’e nandi, rareti mau nang opo? Hehee, bocah kok le pinter, di save dulu!
dan Nek ra tok pindah nang flashdisk! di Capslock wae le ganti”, menunjukan
bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa
Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan
dan dapat dibuktikan pada kata “file, save, dan capslock” yang termasuk dalam
bahasa Inggris yang artinya data, simpan, kunci huruf kapital.
Tuturan data (49)
So: Kowe wes ngabarin netizen?
St: Apa maksutnya?
So: Buat story maksunya tu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur menanyakan kepada mitra tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan
bingung apa yang dimaksud si penutur. B= pertuturan membicarakan sebuah
sosial media yang berhubungan dengan kabar cerita untuk teman media sosialnya.
I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang bingung kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada
hari Senin, 13 Mei 2019 ketika sedang di perpustakaan kampus Universitas Sanata
Dharma dengan situasi hening dan tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 49) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh So sebagai penutur yang menjadi
responden kepada peneliti St sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal
keinginan So untuk memberikan kabar melalui cerita di aplikasi media sosial
instagram. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat
melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak formal
dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi formal.
Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kowe wes ngabarin netizen? dan
Buat story maksunya tu”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat
dibuktikan pada kata “story” yang termasuk dalam bahasa Inggris yang artinya
cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.2.1.2 Tingkat Kedwibahasaan Koordinatif yang digunakan oleh Mahasiswa
PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan
kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.
Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan
yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan
kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap
percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat
kedwibahasaan koordinatif. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan
peneliti pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah di triangulasi dan itu
terbukti dari data percakapan berikut ini.
Tuturan data (9)
Wi: Assalamualaikum teman-teman. Berkah Dalem.
Tt: Walaikumsalam. Berkah Dalem.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur memberikan salam kepada mitra tutur. A= tidak ada
orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan memberikan salam sapaan hangat. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan
jawaban yang tegas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 25
Februari 2019 di depan kapel Bintang Samudra kampus Universitas Sanata
Dharma dengan situasi gaduh dan tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan bahasa Arab bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 9) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Wi sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Tt sebagai mitra tutur yang sedang memberikan ucapan salam.
Penutur menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia saat mengucapkan
salam kepada teman-teman. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak
formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi
formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Assalamualaikum teman-
teman. Berkah Dalem”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
(bahasa Indonesia dan bahasa Arab). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur
memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat
mengucapkan salam dengan berbagai bahasa.
Tuturan data (15)
Ag: Kepiye ceritane kok isa ngunu ki?
Di: Wingi ki ketok‟e mobil ijeh adoh to, tapi ki dee ngerem ndadak jut aku
nyrempet pinggire.
Fe: Trus ra tanggung jawab tinggal lungo?
Di: Ya mandek nakoni “nggak apa-apa to mbak? Soalnya mbaknya tadi
keseret jauh banget hlo?”, terus aku muni “nggak apa-apa!”.
Fe: Oh kowe rasadar Din?
Di: Hooh, lagi ndelok kok akeh getih.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur menanyakan jalan cerita yang telah terjadi saat
kecelakaan kepada mitra tutur. A= Fe sebagai orang ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan
menceritakan kejadian saat mitra tutur mengalami kecelakaan untuk menjawab
pertanyaan penutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=
mitra tutur nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 di rumah Di dengan situasi sepi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 15) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Di sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Ag dan Fe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal
peristiwa kecelakaan yang telah menimpa Dinda. Penutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering
menggunakan B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat
berbicara dengan mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan
adanya tuturan “Ya mandek nakoni “nggak apa-apa to mbak? Soalnya
mbaknya tadi keseret jauh banget hlo?”, terus aku muni “nggak apa-apa!”.”,
menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan
B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut
membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang
sama baiknya karena dapat bercerita dengan temannya menggunakan bahasa Jawa
dan mengulang percakapan saat kejadian dengan bahasa Indonesia dengan kalimat
langsung.
Tuturan data (41)
Pe: Kepiye maine St?
St: Kamu pilih yang Bunglon, kalau ada kata kunci nanti kamu diskripsikan, kalau
gada kamu jadi Mr White. Mudeng kan?
Pe: Oh ya, aku dong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur menanyakan cara main tebak-tebakan yang dimainkan
oleh kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh
penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan menjelaskan
cara bermain tebak-tebakan pada penutur sampai jelas dengan mempraktekan
secara langsung. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=
mitra tutur nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari Senin, 07 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 41) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh St sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang akan bermain tebak-tebakan.
Responden berusaha menjelaskan cara bermain tebak-tebakan pada aplikasi
telepon masa kini. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat
melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara
dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya
tuturan “Mudeng kan?” menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Indonesia) dan sering memasukan
B2 (bahasa Jawa). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki
kemampuan lebih dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat berbicara
dengan temannya menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang memasukan
bahasa Jawa untuk menekankan pada suatu kalimat. Responden bisa memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tuturan mitra tutur yang menggunakan bahasa Jawa dan menjawab tuturan mitra
tutur menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa
responden memiliki tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sejajar.
Tuturan data (42)
De: Kamu nunjuk siapa?
Ad: Aku nunjuk Ganda.
Ga: Kowe sapa? Kamu siapa?
Er: Nunjuk dia.
Pe: Aku nunjuk stefi.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan tebak-tebakan yang dimainkan oleh kepada mitra tutur.
A= Ad, Pe dan Er orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan
ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan mencoba menebak siapa
yang menjadi tersangka saat permainan yang sudah dimulai. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan
jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 07 Mei
2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan situasi
tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 42) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ga sebagai penutur yang menjadi
responden kepada De, Ad, Er, dan Pe sebagai mitra tutur yang sedang bermain
tebak-tebakan dan mendeskripsikan sebuah benda. Penutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering
menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut.
Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kowe sapa? Kamu siapa?”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan
B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut
membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang
sama baiknya karena dapat berbicara dengan temannya menggunakan bahasa
Jawa dan mengulang percakapan dengan bahasa Indonesia kepada teman yang
tidak bias menggerti bahasa Jawa.
Tuturan data (48)
Pe: Nda kowe melu bukber ora?
Ga: Mboh sesok, Siapa aja?
Pe: akeh kok, melu rapate ora sesok?
Ga: Males aku.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan kepada mitra tutur tentang acara buka bersama. A= tidak
ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra
tutur dengan jelas. B= pertuturan menanyakan tentang acara buka bersama. I=
pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang bingung kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada
hari Senin, 13 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan
mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
Data tuturan (data 48) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ga sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang berbicara mengenai buka
puasa. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan
percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Mboh
sesok. Siapa aja?“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan
yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa
Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih
dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat berbicara dengan temannya
menggunakan bahasa Jawa dan mengulang percakapan dengan bahasa Indonesia
kepada teman mitra tutur.
4.2.1.3 Tingkat Kedwibahasaan Majemuk yang digunakan oleh Mahasiswa
PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan
kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.
Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan
yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan
kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap
percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat
kedwibahasaan majemuk. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan peneliti
pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah di triangulasi dan itu terbukti dari
data percakapan berikut ini.
Tuturan data (20)
De: Eh, aku wes isa nggawe iki? aku ndelok le nggawe, ana sek dodol ngunu kui
neng ngangkruk.
Pe: Piro regane?
De: Ada yang 7000 apa 8000 ya, lali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22
tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan harga minuman oleh kepada mitra tutur. A= tidak ada
orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan membahas minuman yang telah disajikan. I=
pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 02 April 2019 di Café Ojo Dhumeh dengan situasi tidak formal dan santai.
R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 20) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.
Konteks sosia pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh De sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan minuman
yang sedang diminumnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2
saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti
dengan adanya tuturan “Ada yang 7000 apa 8000 ya, lali“ menunjukkan bahwa
penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa)
dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa
penutur memiliki bahasa yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara
dengan temannya dalam satu kalimat tuturan karena terdapat kosa kata bahasa
Jawa “lali” yang seharusnya bisa diucapkan dengan bahasa Indonesia yaitu
“lupa”. Hal tersebut peneliti mengklasifikasikan tingkat kedwibahasaan yang
digunakan penutur yaitu tingkat kedwibahasaan majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tuturan data (44)
Yo: Lu udah madang belum?
Ba: Durung, ngopi wae mengko?
Yo: Nandi?
Ba: Nangkunu kuwi cerak kampus.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat memberikan
respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan. M= penutur
menanyakan sudah makan atau belum kepada mitra tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan
jelas. B= pertuturan berlangsung untuk mengajak makan dan minum di suatu
tempat. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 09 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 44) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.
Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah
informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas
menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Yo sebagai penutur yang menjadi
responden kepada Ba sebagai mitra tutur yang sedang ingin mengajak makan
mitra tutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat
melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara
dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya
tuturan “Lu udah madang belum?“ menunjukan bahwa penutur adalah
pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering
memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur
memiliki bahasa yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara dengan
temannya. Percakapan yang dilakukan oleh responden dengan bahasa gaul dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bahasa Jawa dengan kosakata yang tidak baik “madang” yang berarti “makan”
yang digunakan dalam satu kalimat tanya, menurut saya bahasa yang digunakan
oleh responden sama jeleknya. Bahasa yang digunakan oleh responden dengan
mitra tutur jika dimaksudkan dalam bahasa Indonesia “Kamu sudah makan
belum?” namun responden pada saat itu menggunakan bahasa gaul dan bahasa
Jawa sehingga menurut peneliti hal tersebut masuk dalam klasifikasi tingkat
majemuk.
Tuturan data (45)
Ba: Kowe ngerti pengajaran bahasa?
Pe: Kowe takon aku?
Ba: Hooh, aku nggoleki neng perpustakaan raono. Iki tahun buku-bukune,
sangat-sangat wes tuek.
Pe: Ora, coba cari jurnal apa bagian perpus bawah sekitaran 410.
Konteks sosial
O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan
berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan soal buku kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga.
U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan membahas buku dan sumber untuk tugas akhir. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan
jawaban yang berupa saran kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin,
09 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan
situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.
Data tuturan (data 45) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk. Konteks
sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah informasi latar
belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas menunjukkan
bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ba sebagai penutur yang menjadi responden
kepada Pe sebagai mitra tutur. Responden sedang menanyakan sebuah buku yang
berjudul pengajaran bahasa kepada mitra tutur. Penutur menggunakan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan yang santai. Penutur
sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi
tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan ”Iki buku-bukune, tahune
sangat-sangat wes tuek.“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna
kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2
(bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki bahasa
yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara dengan temannya.
Percakapan yang dilakukan oleh responden dengan bahasa Jawa dengan kosakata
yang tidak baik “Iki tahun buku-bukune, sangat-sangat wes tuek.” yang berarti
dalam bahasa Indonesia maksud tuturan tersebut “Ini tahun dalam buku-
buknya, sangat-sangat sudah tua” yang digunakan dalam satu kalimat tuturan,
menurut saya bahasa yang digunakan oleh responden sama jeleknya.
4.3 Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini disampaikan oleh peneliti dengan adanya temuan
data-data hasil penelitian yang sudah di triangulasi dan di analisis sesuai dengan
teori yang dianut pada bagian bab II. Penelitan yang berjudul “kajian
sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran” bertujuan untuk
mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan yang digunakan oleh mahasiswa PBSI
angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti
mengangkat judul tersebut karena penelitian ini masih jarang diteliti di Indonesia
dan terlebih dikalangan akademis Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia.
Pemilihan tempat dan subjek pun dirasa dekat dengan peneliti sehingga mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
untuk didapatkan. Peneliti mencapai tujuan tersebut dengan metode teknik simak
dan metode cakap. Pada metode simak terdapat empat teknik yang terbukti
menghasilkan data yang berkualitas dan akurat. Sumber data penelitian
berhubungan dengan subjek penelitian yang masing-masing berasal dari berbagai
kota di pulau Jawa ini sehingga memiliki bahasa Ibu dan bahasa kedua atau
bahasa ketiganya yang memiliki tingkat kedwibahasaan.
Hal tersebut terbukti adanya tingkat kedwibahasaan yang digunakan oleh
mahasiswa yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan
koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk berdasarkan kosep para ahli
Weinrich (dalam Tarigan, 1988:8); Weinreich (dalam Pranowo, 2014:105-107);
Alwasih, 1985 (dalam Pranowo 2014:105); Nababan, 1984 (dalam Pranowo 2014:
155); dan Weinrich 1953 (dalam Suandi, 2014:19). Sasaran penelitian ini adalah
tuturan sehari-hari yang digunakan mahasiswa. Tuturan yang dimaksud adalah
tuturan yang mengandung tingkat kedwibahasaan pada interaksi di luar
pembelajaran mahasiswa PBSI 2015 Universitas Sanata Dharma.
Pada bagian pembahasan, peneliti menjawab keseluruhan rumusan masalah
dengan menghubungkan teori yang peneliti gunakan dengan acuan teori
sosiolinguistik secara umum Menurut Nababan (1984:2) sosiolinguistik adalah
ilmu yang membahas tentang aspek masyarakat bahasa, khususnya berkaitan
dengan perbedaan atau variasi dalam bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan
lainnya. Acuan teori yang digunakan Kedwibahasaan Weinrich (dalam Chaer,
1994:65) bilingualisme merupakan penggunaan dua bahasa oleh seseorang secara
bergantian. Acuan teori Tingkat kedwibahasan Menurut Weinreich (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pranowo, 2014:105-107) Kedwibahasaan dibedakan berdasarkan derajat yang
terbagi menjadi tiga bagian yaitu Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan
Subordinatif, dan Kedwibahasaan Majemuk. Dengan acuan penelitian yang
relevan terkait kedwibahasaan diteliti oleh Silvia Sanca mahasiswi dari
Universitas Negri Yogyakarta, tahun (2012) dengan judul Penggunaan
Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga keturunan Etnis Tionghoa di ketandan
kota Yogyakarta. Pada skripsi tesrsebut peneliti memiliki kesamaan untuk
membahas penggunaan kedwibahasaan. Adapun yang membedakan penelitian ini
terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan
rumusan masalah.
Berdasarkan data yang ditemukan dan dianalisis oleh peneliti, tingkat
kedwibahasaan yang paling banyak ditemukan adalah tingkat kedwibahasaan
subordinatif. Mahasiswa PBSI 2015 seringgnya penggunaan kedwibahasaan
bahasa pertama memasukan bahasa kedua untuk melakukan percakapan di
kehidupan sehari-hari. Peneliti menemukan 42 tingkat kedwibahasaan
subordinatif. Peneliti hanya menemukan tingkat kedwibahasaan koordinatif atau
sejajar sebanyak 6 dan tingkat kedwibahasan majemuk sebanyak 3 tuturan atau
kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB V
PENUTUP
Bab penutup akan memaparkan (1) simpulan dan (2) saran. Kesimpulan ini
berisi rangkuman dari keseluruhan penelitian ini, sementara saran berisi hal-hal
yang perlu ditingkatkan bagi peneliti lanjutan. Kedua hal tersebut akan dipaparkan
secara rinci di bawah ini.
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dari bab IV pembahasan mengenai tingkat penggunaan
kedwibahasaan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia
angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka dapat ditarik
kesimpulan sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan. Mahasiswa PBSI 2015,
FKIP Universitas Sanata Dharma terbukti menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Sedangkan tingkat kedwibahasaan yang ditemukan dalam hasil penelitian ini
adalah berdasarkan data penelitian terdiri dari tingkat kedwibahasaan subordinatif,
tingkat kedwibahasaan koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.
Pertama, tingkat kedwibahasaan subordinatif dalam percakapan nonformal
yang terjadi di kalangan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan
Indonesia angkatan 2015 terdapat 42 data yang di setujui oleh triangulator dari 51
data. Kedwibahasaan tingkat subordinatif merupakan kedwibahasaan yang
digunakan saat memakai B1 namun sering memasukan B2 atau sebaliknya. Hal
tersebut sering terjadi pada situasi di lingkungan mahasiswa yang lebih dominan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menggunakan B2 atau B1. Data penelitian percakapan menunjukkan bahwa
mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015
menunjukkan hasil terbanyak dan dominan mahasiswa tergolong pada tingkat
kedwibahasaan subordinatif.
Kedua, tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sering disebut dengan
kedwibahasaan sejajar dalam percakapan nonformal yang terjadi di kalangan
mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015
terdapat 6 data yang disetujui oleh triangulator dari 51 data. Kedwibahasaan
Koordinatif atau sering disebut kedwibahasaan sejajar merupakan seseorang yang
memiliki dua bahasa atau lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan
pengalaman atau pemerolehan yang berbeda dan kedua bahasa tersebut jarang
digunakan dengan sama baiknya. Hal tersebut B1 dan B2 sama-sama dikuasai
namun berbeda tempat pemerolehan bahasa yang telah di dapat oleh si
dwibahasawan. Data penelitian percakapan menunjukkan bahwa mahasiswa
Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015 menunjukkan
hasil penelitian yang sangat sedikit kurang dari 10 data dalam percakapan, namun
dalam hasil tanya jawab wawancara hal tersebut memang terlihat dari jawaban
yang diberikan responden bahwa mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra
dan Indonesia angkatan 2015 menguasai B1 dan B2 namun berbeda tempat
pemerolehan bahasa ada di tingkat Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar.
Ketiga, tingkat kedwibahasaan majemuk dalam percakapan nonformal yang
terjadi di kalangan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia
angkatan 2015 terdapat 3 data yang disetujui oleh triangulator dari 51 data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kedwibahasaan majemuk merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa atau
lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan situasi kondisi yang sama dan
bahasa yang digunakan sama jeleknya. Hal tersebut terlihat dari percakapan
mahasiswa yang menggunakan bahasa gaul atau menggunakan bahasa Indonesia,
dan bahasa Jawa dalam satu kalimat sehingga membuat peneliti menyimpulkan
bahasa tersebut tergolong pada tingkat kedwibahasaan majemuk.
Tingkat kedwibahasaan yang sering peneliti jumpai adalah tingkat
kedwibahasaan subordinatif. Tingkat kedwibahasaan koordinatif dan tingkat
kedwibahasaan majemuk sangat jarang digunakan pada tuturan atau percakapan
yang dilakukan mahasiswa PBSI 2015 di luar pembelajaran. Hal tersebut terbukti
pada hasil penelitian.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan dan pembahasan penelitian.
Peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti
selanjutnya atau bagi kepentingan peneliti selanjunya. Saran tersebut dipaparkan
sebagai berikut.
1. Penelitian ini saya sadari masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dengan kajian yang berbeda dan
subjek yang berbeda.
2. Penelitian ini terbatas pada penelitian dan pembahasan tingkat kedwibahasaan
mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Maka, bagi peneliti bahasa, penelitian ini dapat dijadikan
referensi untuk penelitian lebih lanjut yang tidak hanya membahas tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kedwibahasaan namun diharapkan peneliti selanjutnya dapat membahas faktor
penggunaan kedwibahasaan.
3. Peneliti hanya menemukan beberapa tingkat kedwibahasaan majemuk dan
kordinatif, hasil dari analisis data dan pembahasan lebih banyak menemukan
tingkat kedwibahasaan subordinatif. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menemukan data tuturan yang mempunyai tigkat kedwibahasaan koordinatif
dan tingkat kedwibahasan majemuk lebih banyak lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Alek & H. Ahmad HP. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Aslinda dan Lani & Leni Syahfyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:
Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina
Aksara.
Alwasilah, A. Chaer. 1990. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Baryadi, 1 Praptomo. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascasttruktural Memasuki
Abad ke-21. Yogyakarta. PT Kanisius.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti, Welsi. 2014.Penggunaan Kedwibahasaan Sebagai Media Komunikasi
Penjual Asesoris Toko Rock Stuff Plaza Parahyangan Bandung. Jurnal
Edutech, Tahun 13, Vol.1, No.1, Februari 2014 Jurusan MKDU FPIPS,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Kamaruddin. 1989. Kedwibahasaan dan Pendidikan Dwibahasa (Pengantar).
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi dan Pengembangan. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Murwanti, Hermi. 2002. Variasi Rubrik-Rubrik pada Media Sekolah Menengah
Umum di Kotamadya Yogyakarta dan Relevansinya dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMU: Suatu Tinjaun Sosiolinguistik. Skripsi S1.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia,
FKIP USD Yogyakarta.
Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M.S, Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan
Tekniknya. Jakarta: Raya Grafindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.Jakarta: Gramedia: Pustaka
Irama.
Nababan. P.W.J. 1992. Survei Kedwibahasaan di Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Pranowo. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2015.Optimalisasi Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Wahana
Pembentukan Metode dan Karakter di Era Globaisasi Menuju
Indonesia Emas. Jakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta. Erlangga.
Sancha, Silvia. 2012. Penggunaan Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga
Keturunan Etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Skripsi S1.
Yogyakarta:Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah, FBS UNY
Yogyakarta.
Saunir. 2008. “Profil Kedwibahasaan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris”.
Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pendidikan Bahasa. 2 (2) Jurusan Bahasa dan
Sastra Inggris FBS UHP Padang, Universitas Negri Padang.
Sudaryanto. 2015.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma Universitas Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Soewandi, Slamet. 1995. Kedwibahasaan Pengertian, Implikasi, dan Kenyataan
Empirisnya dalam Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Soemarsono, dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
TRIANGULASI DATA
Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI
Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Luar Pembelajaran”
Oleh: Zella Sekar Arum Putri
Pembimbing: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
Petunjuk Trianggulasi:
1. Berilah tanda centang (√) pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penilaian anda terhadap hasil
analisis tingkat kedwibahasaan dan fungsi kedwibahasaan.
2. Berilah catatan pada kolom komentar yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tingkat kedwibahasaan dan fungsi
kedwibahasaan.
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.
No.
Data Rumusan
Masalah Trianggulasi
Komentar Tuturan Konteks Sosial
Tingkat
Kedwibahasaan Setuju
Tidak
Setuju
1. So: Din, kowe gelem
ora lipstik focallure?
Di: Focallure apa?
So: Tapi warnane
coklat banget.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Di: Banget?
So: Gelap pokok‟e.
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat menjelaskan pada
penutur terkait prodak
kecantikan berupa lipstik. M=
penutur menawarkan prodak
kecantikan berupa lipstick
yang berwarna coklat kepada
mitra tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas warna lipstik yang
ditawarkan kepada mitra tutur.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak ragu-
ragu untuk menerima tawaran
penutur. A= pertuturan terjadi
di perpustakan Universitas
Sanata Dharma pada hari
Selasa, 26 Februari 2019
dengan situasi cukup hening
dan tidak resmi diruang
diskusi. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
2. Ty: BTW, kemarin Ayu
ulang tahun.
Di: Storyne ndelok ora?
Ty: Storyne ndelok,
“terima kasih sudah
datang”.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan
cerita sosial media yang ditulis
oleh salah satu teman kelasnya.
A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan membahas
cerita yang ditulis teman
kelasnya di salah satu sosial
media. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
bersemangat untuk
membicarakan topik yang
dimulai oleh penutur. A=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 25 Februari 2019 ketika
sedang di pastoran Kota Baru
dengan situasi hujan deras dan
tidak formal. R= story. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
3. Gi: Kowe le bali pie
udan? Mesakke.
Di: Padahal sek ngarep
zella.
Gi: Ngeyup tempat
makan sek wae! Wes
rada trenceng iki..
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan cara
pulang karena hujan deras
kepada mitra tutur. A= Fe
sebagai orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
menanyakan cara pulang
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kepada mitra tutur dan
membujuk untuk makan dan
pulang kalua hujan sudah reda.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 25 Februari 2019 ketika
sedang di pastoran Kota Baru
dengan situasi hujan deras dan
tidak formal. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
4. Yo: Hooh, koyo
Bapake, “Pak Puji”.
Ba: Hayo kae nek
ngajar, jam’e rampung
malah terus wae.
An: Bapaknya Pak Ga?
Ba: Hooh, Pak Pu kae.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. E=
pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
penutur memberikan cerita
yang sama dengan apa yang
dirasakan. A= An sebagai
orang ketiga. U= pertuturan
diawali oleh penutur dan
ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
memberikan informasi kepada
mitra tutur. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
yang jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 19 Februari 2019
ketika sedang di rumah makan
dan situasi tidak formal. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
5. Yo: Ngono kuwi to
model‟e, nek aku ki
langsung, ngasi setengah
jam nek konsultasi.
Bi: Aku yo ngono kuwi
model’e Pak, malah
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 24 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 23 tahun. E=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penak langsung
digarap.
pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memberikan cerita
cara konsultasi kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan menceritakan
cara konsultasi. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
yang jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Kamis, 14 Februari 2019
ketika sedang di depan
secretariat PBSI dengan situasi
lalu lalang orang lewat dan
tidak formal. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
Yo: Kondone nganu, O1= penutur adalah seorang Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
6.
hehheehe.
Pe: Haha ketawan
chatingan.
Yo: Yoi hehe, kan dia
yang chatting gue, eh
aku ndisik.
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 24 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancer dan bersemangat karena
mitra tutur dapat memberikan
respon kepada mitra tutur
terhadap topik yang sedang
dibicarakan. M= penutur
membicarakan soal salah satu
teman seangkatan yang
memberikan pesan kepada
penutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas teman angkatan
yang menceritakan sesuatu
kepada si penutur. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
bersemangat untuk
membicarakan topik yang
dimulai oleh penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kamis, 14 Februari 2019
ketika sedang duduk di depan
sekretariat PBSI dengan situasi
tidak formal. R= tidak ada. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
7. Di: Aku wes ora
sariawan Yas, selama
beberapa minggu. Ty: Hla iki ngopo
meneh?
Di: Tiba-tiba ki muncul
meneh, gara-gara disikat
ketoke.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur bercerita
mengenai kondisi kesehatan
penutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas penyakit yang
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dialami si penutur. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak heran
dan memiliki rasa ingin tahu
tentang apa yang dialami si
penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 18 Februari
2019 di PKL Resto dengan
situasi tidak formal. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan
mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
8. Ty: Ayo joinan tuku
anting!
Pe: Apik yo, pironan?
Ty: Iki eneng promo
seng 100k dapat 5.
Pe: Mengko ndadak
tuku 5?
Ty: Yora mengko nek
tuku 5 kakean, mengko
golek wong 5 sopo-
sopo. Apik nggo
njagong-njagong.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan
promosi anting-anting yang
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
ditawarkan di salah satu media
sosial. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas promo anting-
anting dan kegunaannya. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
bersemangat untuk
membicarakan topik yang
dimulai oleh penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 25 Februari 2019 ketika
sedang di depan kapel Bintang
Samudra Universitas Sanata
Dharma dengan situasi tidak
formal. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
9. Wi: Assalamualaikum
teman-teman…
Tt: Walaikumsalam.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
Koordinatif atau
sejajar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memberikan
salam kepada mitra tutur. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
memberikan salam sapaan
hangat. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
tegas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 25 Februari 2019 di
depan kapel Bintang Samudra
kampus Universitas Sanata
Dharma dengan situasi gaduh
dan tidak formal. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Arab bahasa Jawa, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
berlangsung.
10. Na: Apik mantole
transparan. Gi: Ndemok-ndemok!
nek apik mantole,
hahaha.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin pria berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur membicarakan jas
hujan yang digunakan saah
satu temannya. A= tidak ada
orang ketiga. U= pertuturan
diawali oleh penutur dan
ditanggapi oleh mitra tutur. B=
pertuturan membahas jas hujan
yang dipuji oleh si penutur dan
ditanggapi oleh mitra tutur. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
bersemangat untuk mengolok-
ngolok penutur. A= pertuturan
terjadi pada hari Senin, 25
Februari 2019 ketika sedang di
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
depan kapel Bintang Samudra
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
11. Ag: Aku gur muni,
“Opo kowe nak rapopo
to Din? Kok paket
lengkap, sikut
barang?”.
Pe: Neng jarene keseret,
tapi yo untungno rapopo
sih, maksute yo dek‟e
bersyukur untunge iseh
selamet.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan
saat menanyakan keadaan ke
salah satu temannya yang
mengalami kecelakaan. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan membahas
cerita keadaan salah satu
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
temannya. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
prihatin untuk membicarakan
topik yang dimulai oleh
penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 01 April 2019
ketika di kantor BAA
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
12. Pe: Takira arep konsul.
Ok: Ora mengko meng
numpuk tok. Iki meh
ngeprint aku. Kowe
garap?
Peneliti: Hooh, meh
garap iki.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin pria berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan kegiatan
kepada mitra tutur. A= tidak
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
memberikan cerita kegiatan. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
tegas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 01 April 2019 di
perpustakaan kampus
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tenang dan tidak
formal. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
dan bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
13. Fe: Kowe nggawe apa
nes, pas arep tes TKBI?
Ag: Nggawe
rancangan tanya
jawab beberapa doang.
Fe: Iku pertanyaane
angel ora?
Ag: Ora
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
Subordinatif. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan tes
TKBI yang telah dilalui mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas rancangan tanya
jawab tes TKBI. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan
tanngapan apa adanya kepada
penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 01 April 2019
ketika di ruang Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
14. Gi: Eh Mangan yo?
anyar to kunu kuwi? Pe: Aku kok raseneng
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ya, mending mie ayam.
Gi: Tapi cabange kunu
kui embuh enak ora?
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memberikan saran
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
memberikan ajakan makan. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
tegas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Jumat, 22 Maret 2019 di
belakang kelas K22 kampus
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi gaduh dan tidak
formal. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
15. Ag: Kepiye ceritane kok
isa ngunu ki?
Di: Wingi ki ketok‟e
mobil ijeh adoh to, tapi
ki dee ngerem ndadak
jut aku nyrempet
pinggire.
Fe: Trus ra tanggung
jawab tinggal lungo?
Dinda: Ya mandek
nakoni “nggak apa-
apa to mbak? Soalnya
mbaknya tadi keseret
jauh banget hlo?”,
terus aku muni “nggak
apa-apa”. Fe: Oh kowe rasadar
Din?
Di: Hooh, lagi ndelok
kok akeh getih.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan jalan
cerita yang telah terjadi saat
kecelakaan kepada mitra tutur.
A= Fe sebagai orang ketiga.
U= pertuturan diawali oleh
penutur dan ditanggapi oleh
mitra tutur dengan jelas. B=
pertuturan menceritakan
kejadian saat mitra tutur
mengalami kecelakaan untuk
menjawab pertanyaan penutur.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
Koordinatif atau
sejajar
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 01 April 2019 di rumah
Di dengan situasi sepi. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
16. Fe: Tumben banget dia
naik monor pelan-
pelan, Sumpah ya din,
di sebelah kanan pada
nyelip-nyelip. Bocah ki
ngapa to, kok sui
banget ki numpak
montor’e?
Di: Mending koyo
ngunu deh, sesok aku
ngunu kui nek numpak
motor.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan
kejadian yang dialami saat di
jalan. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
membahas cerita yang dialami
saat berkendara. I= pertuturan
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan
tanngapan apa adanya kepada
penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 01 April 2019
ketika di rumah Di dengan
situasi tidak formal. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan
mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
17. Ag: “Candy”, weh
ramengo.
Di: Coba aku sek
nyeluk. “Candy?”.
Ag: Weh mengo.
“Aku tu nggak budek
tau”.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur membicarakan
hewan peliharaan si mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur. B= pertuturan
terjadi dengan memanggil
hewan peliharaan. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan tanngapan kepada
penutur dengan mengibaratkan
hewan peliharaannya bisa
berbicara. A= pertuturan
terjadi pada hari Senin, 01
April 2019 ketika di rumah Di
dengan situasi tidak resmi. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
18. Mu: Aku ki ngerem
ndadak to, tapi aku
rafokus, tapi aku
ngantuk banget
posisine. Aku kan
ngantuk, ana mobil
ngerem ndadak. Aku
meh menghindari tapi
aku malah tibo, ya
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
nang ngarep popeye
kono kae. Berarti kana
kae ki rawan hlo.
Pe: Hooh rawan.
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menceritakan
kejadian kepada mitra tutur.
A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan
menceritakan kejadian
kecelakaan yang dialami
dengan tempat kejadian yang
sama persis yang dialami
salahsatu temannya kepada
mitra tutur. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 02 April 2019 di Cafe
Ojo Dumeh dengan situasi
tidak formal dan gaduh. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
19. Mu: Sek endi? sek-sek.
De: Golekono sek full,
mengko ndak meng
nganu.
Mu: Aku njupuke sek
neng E?
De: Hayo sek full, sek
ana tulisane N mengko
ndak’e nanggung.
Mu: Eh sek eksplisite
to?
De: Hooh.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur mencari file di
laptop mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra
tutur. B= pertuturan mencari
file yang disimpan oleh mitra
tutur. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 02 April 2019 di Cafe
Ojo Dumeh dengan situasi
tidak formal dan gaduh. R=
tidak ada wacana. A= penutur
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
20. De: Eh, aku wes isa
nggawe iki? aku ndelok
le nggawe, ana sek
dodol ngunu kui neng
ngangkruk.
Pe: Piro regane?
De: Ada yang 7000 apa
8000 ya, lali.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin pria berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan harga
minuman oleh kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan membahas
minuman yang telah disajikan.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
jelas kepada penutur. A=
Majemuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 02 April 2019 di Café
Ojo Dhumeh dengan situasi
tidak formal dan santai. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
21. Mu: Eh Kakange Okt
mlebu Hitam Putih?
Terus aku komen
“Wangun”. De: Haiya: Sesuk
Kamis. Dek mben kae
hlo ono beritane, ya kui
sek guru sekolah ngajar
nganggo Iron Man.
Mu: Ohh, aku rareti
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memuji kakak
salah satu temannya yang
muncul di sebuah acara
televisi. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan baik.
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
B= pertuturan membicarakan
dan mengonfirmasi berita salah
satu kakak temannya yang
masuk di acara televisi. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 02 April 2019 di Cafe
Ojo Dumeh dengan situasi
tidak formal dan gaduh. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
22. Pe: Neng Condong
Catur kae hlo, Balai-
Balai apa…
Gi: Masalahe tutup
ora, kui hlo kos olive
nah kan ono
Indomaret kan ono
puskesmas.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan pusat
kesehatan seperti klinik atau
puskesmas. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh mitra tutur dan ditanggapi
oleh penutur dengan baik. B=
pertuturan membahas daerah
klinik atau puskesmas yang
buka pada saat itu. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Jumat, 05 April 2019 di Kos-
Kosan Jalan Gejayan dengan
situasi tidak formal dan panik.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
23. Ba: Dinda ki ngapa?
Pe: Tibo.
Ba: Maksute kejadiane
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pie, kok le luka-luka
iso roto kae hlo?
Pe: Iyo, tapi cilik-cilik
kae hlo.
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan keadaan
salah satu teman kelas. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh mitra
tutur dan ditanggapi oleh
penutur dengan baik. B=
pertuturan membahas luka-
luka yang dialami teman yang
kecelakaan pada waktu lalu. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Jumat, 05 April 2019 di Kos-
Kosan Jalan Gejayan dengan
situasi tidak formal dan panik.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
24. Gi: Aku sek pengen
ngulon kok nggolek
kerjoku.
Pe: Neng Malang
Surabaya kae ya gede.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menceritakan
keinginannya untuk bekerja di
daerah kota. A= tidak ada
orang ketiga. U= pertuturan
diawali oleh mitra tutur dan
ditanggapi oleh penutur
dengan baik. B= pertuturan
membahas keinginan bekerja
di daerah kota. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Jumat, 05 April 2019 di Kos-
Kosan Jalan Gejayan dengan
situasi tidak formal dan panik.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
25. Gita: Kan kui ana
makronine. Jajal kowe
searching resep pizza
tlefon! Kan saose
berguna, kentange ya
berguna. Peneliti: Ragi, tepung
terigu, garam, minyak
sayur, saos tomat,
mozzarella, uwis.
Gita: Ora nganggo
maizena po?
Peneliti: Ora, dadi gur
tuku sosis, keju, tuku
saose mau, bawang
Bombay…
Gita: catet wae catet!
Peneliti: Ok tak catet di
HP.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memberikan
bahan makanan yang harus
disiapkan. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan baik.
B= pertuturan membicarakan
bahan yang akan digunakan
untuk memasak. I= pertuturan
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Jumat, 05 April 2019 di Kos-
Kosan Jalan Gejayan dengan
situasi tidak formal dan gaduh.
R= tidak ada wacana. A=
penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
26. Ty: Kowe bali
langsung, mampir
kosku sek nggak? Pe: Hooh soale
mendung wedi nek
udan, sesok meneh wae
tak mampir. Kuncine
beb?
Ty: Malah tak jabut,
kowe ra nggowo jaket
po Zel?
Pe: Nggowo, ora lali
aku. Wingi kae aku
sidane dijilihi jaket
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan mau
mampir ke kos atau tidak
kepada mitra tutur. A= tidak
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
masku.
Ty: Hla salahe kowe
ranggowo jaket.
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh mitra
tutur dan ditanggapi oleh
penutur dengan baik. B=
pertuturan membahas keadaan
mitra tutur yang tidak
membawa jaket. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 08 April 2019 di kos
Jalan Narada 04 dengan situasi
tidak formal dan sepi. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
27. Di: Dadi laporane seng
bab satu opo?
So: Kui ki tentang
hakikat, trus latar
belakang, sejarah
ketoke.
.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan
tugas. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh mitra tutur dan ditanggapi
oleh penutur dengan baik. B=
pertuturan membahas tugas
PPL. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 09 April 2019 di kos
So dengan situasi tidak formal
dan sepi. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
28. Di: Ah kesel aku
So: Podo, makane
untung wae
sakkelompok siji.
Di: Rebo prei malah
garap iki.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
So: Halah. tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur mengeluhkan
keadaan. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh mitra tutur dan ditanggapi
oleh penutur dengan baik. B=
pertuturan berisi curhatan
keluhan. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 09 April 2019 di kantin
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
gaduh. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
29. Di: Ndang di
rampungke, mesake
utekmu!
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Aj: Aku lagi refreshing
iki! Di: Koe terakhir nang
Telkom kapan e?
Aj: Lagi wingi rung
suwe, sesok ak lagi arep
bimbingan, terus
nggarap skripsi.
Dinda: Aku wes suwe
rakonsul,meh sesasi.
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur mengeluhkan keadaan.
A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh mitra
tutur dan ditanggapi oleh
penutur dengan baik. B=
pertuturan berisi curhatan anak
mahasiswa. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Rabu, 17 April 2019 di Tugu
Lor dengan situasi tidak formal
dan gaduh. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia
selama pertuturan berlangsung.
30. Pe: Eh, Stefi. O1= penutur adalah seorang Koordinatif atau √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
St: Hai Pe, selamat
paskah.
Pe: Selamat paskah.
St: Dari mana, Bantul
po?
Pe: Iya ini dari rumah
Bantul.
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur mengucapkan
selamat paskah kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh mitra tutur dan ditanggapi
oleh penutur dengan baik. B=
pertuturan berisi sapaan dan
menanyakan dari mana mitra
tutur. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Rabu, 24 April 2019 di
Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma dengan situasi
tidak formal dan hening. R=
sejajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
31. Fe: Jadi dia nanyain
kenapa kamu dibahasa
Indonesia ini ada
jurusan tertentu ndak,
kayak misalkan
jurnaslistik truss…
Pe: BIPA
Fe: Terus dia bilang
sorry your passion, trus
ditanyain dan aku
jawabnya for example I
talk with you open the
door, trus open the
door ada berapa
artinya dia tanya kan,
trus aku jawab two
meaning. Baik kok
Ibuknya, kamu belajar
aja!
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menceritakan
pengalaman TKBI. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi cerita pengalaman saat
tes TKBI dan memberikan
contoh reka ulang saat tes. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Rabu, 24 April 2019 di
Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma dengan situasi
tidak formal dan santai. R=
tidak ada wacana. A= penutur
dan mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa, bahasa Inggris,
dan bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
32. So: File‟e nandi, rareti
mau nang opo?
St: Namanya apa tadi?
nggak ada po?
Di: Wes tok deweke?
Fe: Hehee, bocah kok
le pinter, di save dulu!
So: Tak ganti
jenengelah.
Fe: Nek ra tok pindah
nang flashdisk! di
Capslock wae le ganti.
So: Hooh iki uwes.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 23 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan file
yang dibaca. A= dua
mahasiswa yang berusia 22
tahun. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
oleh mitra tutur dengan baik.
B= pertuturan terjadi secara
panik karena file yang telah
dibaca si penutur tiba-tiba
hilang. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
menduga-duga. A= pertuturan
terjadi pada hari Rabu, 24
April 2019 di Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
33. Yo: Aku ki ijeh sayang
Jogja.
Pe: Muni wae ora arep
ninggalke pacarmu.
Yo: Ora ngono, ora yo,
gari golek meneh.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur mengungkapkan rasa
kota yang telah ditinggalinya
selama tiga tahun. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi cerita keluhan yang
sangat berat untuk
meninggalkan kota
Yogyakarta. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Kamis, 25 April 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
34. Pe: Ayo diuyak yo… O1= penutur adalah seorang Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Ga: Iso Pe, sek penting
ki ngene perkoro kowe
bener po ora ki ditulis
sikik, tenan nek kowe
ragu-ragu ora tok tulis
ki gur bingung
mulaine. Misalkan aku
duwe pendapat nganu,
iki bener ora yo, kok
tempat Ang step-step e
bedo ya, dadi raperlu
mikir ko ngono.
Pe: Baiklah.
mahasiswa berjenis kelamin
peria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memberikan semangat
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi motivasi untuk mitra
tutur. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 06 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
35. Pe: Target tuturan
datamu piro? Ngko nek
raseket pie?
Gi: Semene, iki
dataku. Iki nganti gilo
deloken nang buku
coretanku, kan aku
merekam sama
nyertain gambar juga
ada kayak gimana,
datanya kayak gini,
mukanya kayak gini.
(sambal menunjukan
bukti). Pe: Oh iya nonverbal
kok ya?
Gi: Hooh.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memberikan
pernyataan target penelitian
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi contoh penelitian data
tuturan untuk ditunjukan
kepada mitra tutur. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 06 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
36. An: Udah TKBI blum?
Aj: Belum, aku kapan
ya? Aku nek kon
nyeritake Jogja, teneh
Jogja is big city.
An: Aku di suruh
nyeritain ini, kenapa
kamu di Jogja.
Aj: Sinaulah,
wkwkwk, study Miss.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memberikan contoh
ceritak kepada mitra tutur. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dengan baik. B= pertuturan
berisi contoh cerita saat
melalui tes TKBI I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 06 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
37. Pe: Hai Tal, nungguin
sapa?
Ta: Nungguin mas
Gatot ini, mau pulang.
Pe: Habis apa e?
Ta: Habis japok, aku
kan shoper ke bawah
waktu cuti hlo, ada 4
mata kuliah, tapi ini
tadi japok psikobel.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
peria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
penutur memberikan sepenggal
cerita yang dialaminya dalam
kegiatan perkuliahan. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh mitra
tutur dan ditanggapi oleh
penutur dengan baik. B=
pertuturan berisi tanya jawab
kegiatanyang dilakukan
penutur. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 06 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
38. Yo: Kae Pak Dab? Pak
Pakkk…
Dab: Oh ya, komplit
satu, kuah satu.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Yo: Ulangin ya, bakso
kuah kowe, sek
komplit aku.
Dab: Kecap sambele
udah?
Yo: Belum.
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 50 tahun. E=
pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memesan bakso. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi pesanan bakso untuk
mitra tutur. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 06 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
39. Pe: Kok piknik terus?
Se: Iyo to, nang
Banyuwangi nang
pulau merah tura-turu
jalan-jalan terus
nongkrong. Aku
pengen nang Bali
wingi kae tapi duitku
entek’e, hla piye?
Pe: Oh asik banget
ketok‟e, berarti kowe
rasido nang Bali wingi?
Se: Iyo tapi nang
Malang.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur memberikan
pertanyaan kepada mitra tutur.
A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi ceita piknik untuk
memberikan jawaban kepada
mitra tutur. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 07 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
40. Pe: Ayok foto Bec?
Re: Ayok
Pe: Kapan?
Re: Tapi jangan pas
aku ada acara atau pas
aku balik.
Pe: Dadakan e.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur mengungkapkan
keinginannya kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh mitra tutur dan ditanggapi
oleh penutur dengan baik. B=
pertuturan berisi ajakan untuk
foto bersama. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
secara jelas kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 07 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
41. Pe: Kepiye maine Stef?
St: Kamu pilih yang
Bunglon, kalau ada kata
kunci nanti kamu
diskripsikan, kalau gada
kamu jadi Mr White.
Mudeng kan? Pe: Oh ya, aku mudeng.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan cara
main tebak-tebakan yang
dimainkan oleh kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
Koordinatif atau
sejajar
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan menjelaskan
cara bermain tebak-tebakan
pada penutur sampai jelas
dengan mempraktekan secara
langsung. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 07 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
42. De: Kamu nunjuk siapa?
Ad: Aku nunjuk Ganda.
Ga: Kowe sapa? Kamu
siapa?
Er: Nunjuk dia.
Pe: Aku nunjuk stefi.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin pria berusia 22 tahun.
Koordinatif atau
sejajar
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan tebak-
tebakan yang dimainkan oleh
kepada mitra tutur. A= Ad, Pe
dan Er orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
mencoba menebak siapa yang
menjadi tersangka saat
permainan yang sudah dimulai.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 07 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
43. Se: Kalau aku ga hadir
udah dianggap sekali
danggap udah ikut
belum sih?
An: Tapikan kamu
nggak ujian, kamu
nggak tanda tangan,
udah bayar?
Se: Iya, udah.
An: Besok dispensasi
aja!
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
peria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memberikan
pertanyaan kepada mitra tutur.
A= tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan baik. B= pertuturan
berisi menanyakan kejelasan
TKBI kepada lawan bicaranya.
I= pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban secara
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Kamis, 09 Mei 2019 di area
parkiran Universitas Sanata
Dharma dengan situasi tidak
formal dan santai. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan
mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa, bahasa Inggris,
dan bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
44. Yo: Lu udah madang
belum?
Ba: Durung, ngopi wae
mengko?
Yo: Nandi?
Ba: Nangkunu kuwi
cerak kampus.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. E=
pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan sudah
makan atau belum kepada
mitra tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan berlangsung
untuk mengajak makan dan
Majemuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
minum di suatu tempat. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
jelas kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 09 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
45. Ba: Kowe ngerti
pengajaran bahasa?
Pe: Kowe takon aku?
Ba: Hooh, aku nggoleki
nang perpustakaan
raono. Iki tahun buku-
bukune, sangat-sangat
wes tuek.
Pe: Ora, coba cari jurnal
apa bagian perpus
bawah sekitaran 410.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
Majemuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
penutur menanyakan soal buku
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
membahas buku dan sumber
untuk tugas akhir. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
berupa saran kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 09 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
46. Fe: Inget ya, nek ngejak
aja pas lagi tekan!
Di: Ya berarti intinya
ga niat, gitu ajalah.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur mengingatkan mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan diawali dengan
mengingatkan mitra tutur
untuk mengajak main tidak
dadakan. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
berupa saran kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 13 Mei 2019 di area
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
pertuturan berlangsung.
47. Ok: Aku lagi ngerti
kata “Dalam” gak
boleh untuk
mengawali kalimat. Pe: Iya kan Pak
Kunjana pernah
menjelaskan, soale kui
kata preposisi.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
pria berusia 22 tahun. O2=
mitra tutur merupakan seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur memberikan ilmu
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
membahas kata yang tepat
pada awalan kalimat untuk
tugas akhir. I= pertuturan
terjadi secara langsung dengan
bahasa lisan. C= mitra tutur
nampak memberikan jawaban
yang berupa saran kepada
penutur. A= pertuturan terjadi
pada hari Senin, 13 Mei 2019
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
di ruang diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
48. Pe: Nda kowe melu
bukber ora?
Ga: Mbuh sesok, siapa
aja?
Pe: akeh kok, melu
rapate ora sesok?
Ga: Males aku.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin pria berusia 22 tahun.
E= pertuturan terjadi dengan
lancar karena mitra tutur dapat
memberikan respon kepada
mitra tutur terhadap topik yang
sedang dibicarakan. M=
penutur menanyakan kepada
mitra tutur tentang acara buka
bersama. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan menanyakan
tentang acara buka bersama. I=
Koordinatif atau
sejajar
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
bingung kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 13 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
49. So: Kowe wes
ngabarin netizen?
St: Apa maksutnya?
So: Buat story
maksunya tu.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
kepada mitra tutur. A= tidak
ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan bingung apa yang
dimaksud si penutur. B=
pertuturan membicarakan
sebuah sosial media yang
berhubungan dengan kabar
cerita untuk teman media
sosialnya. I= pertuturan terjadi
secara langsung dengan bahasa
lisan. C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
bingung kepada penutur. A=
pertuturan terjadi pada hari
Senin, 13 Mei 2019 ketika
sedang di perpustakaan
kampus Universitas Sanata
Dharma dengan situasi hening
dan tidak formal. R= tidak ada
wacana. A= penutur dan mitra
tutur menggunakan bahasa
Jawa bahasa Inggris, dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
50. St: Kecuali laporannya
belum ya.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
So: Berarti nanti dijilid
kan?
St: Hiya nanti setelah
di tanda tangani
semua.
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan soal
tugas kepada mitra tutur. A=
tidak ada orang ketiga. U=
pertuturan diawali oleh penutur
dan ditanggapi oleh mitra tutur
dengan jelas. B= pertuturan
membahas langkah selanjunya
terkait tugas akhir. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
memberikan jawaban yang
berupa saran kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Senin, 13 Mei 2019 di foto
copy Universitas Sanata
Dharma dengan situasi tidak
formal dan santai. R= tidak
ada wacana. A= penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
mitra tutur menggunakan
bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia selama pertuturan
berlangsung.
51. St: Kamu ada kutipan
Hammer enggak? So: Enggak ada.
Stefi: Kok tempatku ada
ya, darimana ini?
So: Tempatku nggak
ada. Bab berapa?
St: Bab 1.
O1= penutur adalah seorang
mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun.
O2= mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa berjenis
kelamin perempuan berusia 22
tahun. E= pertuturan terjadi
dengan lancar karena mitra
tutur dapat memberikan respon
kepada mitra tutur terhadap
topik yang sedang dibicarakan.
M= penutur menanyakan soal
kutipan buku kepada mitra
tutur. A= tidak ada orang
ketiga. U= pertuturan diawali
oleh penutur dan ditanggapi
oleh mitra tutur dengan jelas.
B= pertuturan membahas
kutipan buku dan sumber
untuk tugas akhir. I=
pertuturan terjadi secara
langsung dengan bahasa lisan.
C= mitra tutur nampak
Subordinatif √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
memberikan jawaban yang
berupa saran kepada penutur.
A= pertuturan terjadi pada hari
Selasa, 14 Mei 2019 di ruang
diskusi Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma
dengan situasi tidak formal dan
santai. R= tidak ada wacana.
A= penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia selama
pertuturan berlangsung.
Yogyakarta, Mei 2019
Menyetujui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
HASIL WAWANCARA
Responden Bahasa 1 Memperoleh B1 Usia B1
diperoleh
Bahasa 2 Memperoleh B2 Usia B2
diperoleh
Penggunaan Bahasa
1. Mu Bahasa
Jawa
Orangtua Sejak Bayi Bahasa
Indonesia,
Bahasa,
Bahasa
Inggris, dan
Bahasa
Mandarin
SD, SMA, Kuliah 6-7, 17, 20 Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
keluarga ataupun di lingkungan sosial
masyarakat.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan
kegiatan kuliah dan situasi resmi.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
b. Bahasa Mandarin
2. Pr Bahasa
Jawa
Orangtua dan
Lingkungan
TK Bahasa
Indonesia
Orangtua dan
lingkungan
TK Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan ibadah.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan sosial.
Reseptif: -
3. Bi Bahasa Lingkungan Dari kecil Bahasa Lingkungan 6 tahun Produktif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Jawa keluarga dan
Sekolah
Indonesia dan
Bahasa
Inggris
kelas 1 SD a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan, dan lingkungan sosial.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
4. So Bahasa
Indonesia
Orangtua 2 tahun Bahasa Jawa Lingkungan 10 tahun Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
c. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman.
Reseptif:-
5. Be Bahasa
Jawa
Orangtua Semenjak
kecil
Bahasa
Indonesia
Orangtua dan
Lingkungan
Sekolah
TK Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
6. Yo Bahasa Orangtua Semenjak Bahasa Sekolah dan SMP Produktif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Indonesia kecil Sunda dan
Bahasa Jawa
Orangtua a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam lingkungan
keluarga, peribadatan, dan
perkuliahan.
b. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
Reseptif:
a. Bahasa Sunda
7. Ba Bahasa
Jawa
Orangtua Sebelum
TK, 1
tahun
Bahasa
Indonesia
TK 5 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
8. Aj Bahasa
Jawa
Orangtua Semenjak
kecil,
mungkin 1
tahun
Bahasa
Indonesia
Lingkungan 4 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Reseptif:-
9. Wi Bahasa
Jawa
Orangtua,
Saudara, dan
tetangga
Anak-anak
1 atau 2
tahun
Bahasa
Indonesia
Guru 6 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan dan
lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
10. Yoh Bahasa
Jawa
Lingkungan dan
orangtua
1 tahun Bahasa
Indonesia
Lingkungan TK Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
11. Di Bahasa
Jawa
Orangtua 1 tahun Bahasa
Indonesia
Orangtua Sejak kecil
1,5 tahun
Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
12. Ag Bahasa
Jawa
Orangtua Sejak kecil Bahasa
Indonesia
TK 4 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
13. Dio Bahasa
Jawa
Orangtua Dari lahir
dan TK
Bahasa
Indonesia
SD 6 atau 7
tahun
Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
14. Gio
v
Bahasa
Indonesia
2 atau 3 tahun Bahasa
Jawa
Bahasa Jawa Orangtua 5 tahun Produktif:
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan perkuliahan.
d. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman.
Reseptif:-
15. Fe Bahasa
Jawa
Ibu Dari kecil Bahasa
Indonesia
Orangtua Dari kecil Produktif:
a. Bahasa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
16. De Bahasa
Jawa
Orangtua Dari lahir Bahasa
Indonesia
SD 6 atau 7
tahun
Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkulihan dan lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
17. To Bahasa
Indonesia
Orangtua 2 tahun Bahasa Jawa
dan Bahasa
Inggris
Orangtua,
Keluarga,
Sekolah
7 tahun Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkulihan, dan lingkungan sosial.
e. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
18. Ban Bahasa Orangtua 3 tahun Bahasa Orangtua 4 tahun Produktif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Jawa Indonesia a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan lingkungan sosial.
Reseptif:-
19. Ti Bahasa
jwa
Keluarga Sejak dini Bahasa
Indonesiadan
Bahasa
Inggris
Sekolah 5 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan dan
lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
20. Gi Bahasa
Jawa
IBu 2 tahun Bahasa
Indonesia
Keluarga 3 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
c. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
21. Se Bahasa Orangtua 1 tahun Bahasa Keluarga dan 4 tahun Produktif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Jawa Indonesia Sekolah a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
22. Dy Bahasa
Jawa
Keluarga Saat belajar
berbicara
Bahasa
Indonesia dan
bahasa
Sumatera
Lingkungan Sekolah Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, perkuliahan dan
lingkungan sosial.
d. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
lingkungan sosial dan peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Sumatera
23. Kr Bahasa
Jawa
Lingkungan
keluarga
TK Bahasa
Indonesia dan
Bahasa
Ngapak
Lingkungan Sekolah Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkuliahan dan lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Ngapak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
24. Ri Bahasa
Indonesia
Orangtua 3 tahun Bahasa Jawa Keluarga dan
teman bermain
5 tahun Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan dalam
peribadatan, perkulihan dan
lingkungan sosial.
b. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
dan lingkungan keluarga.
Reseptif:-
25. Mu Bahasa
Jawa
Orangtua dan
Lingkungan
Dari kecil Bahasa
Indonesia
TK Orangtua,
guru, dan
lingkungan
Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, perkuliahan,
dan ibadah.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan sosial.
Reseptif: -
26. Ad Bahasa
Indonesia
Ibu Lupa Bahasa Jawad
an Bahasa
Inggris
Game, music, les 8 tahun Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan dan
lingkungan sosial.
b. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman dan
lingkungan keluarga.
Reseptif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
a. Bahasa Inggris
27. Chr Bahasa
Jawa
Keluarga Kurang
lebih 7
tahun
Bahasa
Indonesia
Keluarga,
sekolah, dan
masyarakat
Kurang
lebih 7
tahun
Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkuliahan, dan lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkuliahan, dan lingkungan sosial.
Reseptif: -
28. Ta Bahasa
Indonesia
Keluarga Sejak
belajar
berbicara
Bahasa Jawa,
Bahasa
Spanyol,
Bahasa
Inggris, dan
Bahasa
Jerman
Lingkungan,
Sekolah, dan
media sosial
6 tahun Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan dalam
peribadatan dan perkulihan.
f. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman dan
lingkungan keluarga.
Reseptif:
a. Bahasa Spanyol
b. Bahasa Inggris
c. Bahasa Jerman
29. Stf Bahasa
Indonesia
Lingkungan
keluarga
Usia baita Bahasa Jawa Lingkungan
keluarga
SD Produktif:
a. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkulihan dan lingkungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
g. Bahasa Jawa
Digunakan dalam lingkungan sosial
seperti bersama teman-teman dan
lingkungan keluaraga.
Reseptif:-
30. Ra Bahasa
Jawa
Orangtua 1-2 tahun Bahasa
Indonesia dan
Bahasa
Inggris
Sekolah dan
Masyarakat
12-13
tahun
Produktif:
c. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
d. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
31. Okt Bahasa
Jawa
Orangtua Sejak kecil Bahasa
Indonesia dan
Bahasa
Inggris
Lingkungan
sekolah
SD Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, perkuliahan,
dan lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
32. Ga Bahasa
Jawa
Ibu Sejak kecil Bahasa
Indonesia
Lingkungan
masyarakat
SD Produktif:
a. Bahasa Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
perkuliahan, dan lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
33. Fel Bahasa
Jawa
Orangtua Sejak kecil Bahasa
Indonesia
Sekolah SD Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan,
dan lingkungan sosial.
e. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
34. Me Bahasa
Jawa
Orangtua Sejak kecil Bahsa
Indonesia
Lingkungan
sekitar
6 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan dan
peribadatan.
Reseptif:-
35. Hes Bahasa
Jawa
Ibu Sejak kecil Bahasa
Indonesia
Orangtua Sejak kecil Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
lingkungan keluarga.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam lingkungan
keluarga, perkuliahan, lingkungan
sosial, dan peribadatan.
Reseptif:-
36. Se Bahasa
Jawa
Keluarga Sejak kecil Bahasa
Indonesia dan
Bahasa
Inggris
Keluarga dan
Sekolah
SD Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga dan lingkungan
sosial.
f. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
peribadatan dan sosial.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
37. Ty Bahasa
Jawa dan
Bahasa
Indonesia
Orangtua 1,5 tahun Bahasa
Inggris
SD 7 tahun Produktif:
a. Bahasa Jawa
Digunakan dalam percakapan di
lingkungan keluarga, peribadatan dan
lingkungan sosial.
b. Bahasa Indonesia
Digunakan dalam perkuliahan,
lingkungan sosial dan peribadatan.
Reseptif:
a. Bahasa Inggris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
BIOGRAFI PENULIS
Zella Sekar Arum Putri lahir di Bantul, 26 Februari
1997, anak bungsu dari pasangan Sudarmaji dan Konik Muji
Slamet. Penulis menempuh Taman Kanak-Kanak di ABA
Ngambah pada tahun 2003. Penulis melanjutkan Sekolah
Dasar di SD Kanisius Ganjuran pada tahun 2003-2009.
Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Kanisius Ganjuran pada
tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas
di SMA Stella Duce 3 Bantul dan lulus pada tahun 2015.
Pada saat menjadi mahasiswa ia aktif dalam beberapa unit kegiatan
mahasiswa seperti kepanitiaan atau organisasi. Ia pernah bergabung kepanitian
INFISA pada tahun 2016 sebagai anggota seksi keamanan. Ia juga tergabung
dalam kepanitiaan pementasan teater ingsun pada tahun 2016 sebagai anggota
seksi dana usaha. Selain itu ia juga aktif mengikuti inisiasi di FKIP dan PBSI,
pendampingan pengembangan kepribadian dan metode belajar I dan II, kegiatan
week-end moral, pelatihan kejurnalistikan mahasiswa tahun 2016, dan workshop
pengembangan materi dan media BIPA level A1. Masa pendidikan di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri pada tahun 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI