kajian sintesis karbon aktif dari bonggol jagung

8
National Conference: Design and Application of Technology 2010 73 Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung Aditya Putranto*, Tedi Hudaya , Fenni Watywiguna, Mario Bernardino Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141, Telp / Fax : (022) – 2032700, Email : [email protected] dan [email protected] ABSTRAK Karbon aktif merupakan adsorben yang memiliki banyak kegunaan dan dapat disintesis dari berbagai biomassa. Kajian ini mempelajari proses sintesis karbon aktif dari limbah biomassa berupa bonggol jagung dengan perlakuan termal (pirolisis). Karbon aktif yang dihasilkan diharapkan memiliki properti yang cocok untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair industri yang mengandung zat warna. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh holding time pirolisis dan ukuran partikel biomassa terhadap kapasitas dan kinetika adsorpsi karbon aktif yang dihasilkan. Pembuatan karbon aktif dari bonggol jagung dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu aktivasi kimia diikuti dengan pirolisis. Bonggol jagung dengan berbagai variasi ukuran mesh partikel (-30 +40, -40 +50, -50 +60, -60 +70) diaktivasi dengan H 3 PO 4 50%-w. Rasio berat padatan bonggol jagung terhadap larutan asam adalah 1 : 4. Bonggol jagung yang telah teraktivasi kemudian dipirolisis pada temperatur 550 o C dengan holding time yang bervariasi (30, 60, 90 dan 120 menit). Gas N 2 dengan laju alir 100 cm 3 /min dialirkan ke dalam tungku pemanas untuk menciptakan atmosfer inert. Karbon aktif hasil pirolisis dicuci dengan HCl 10 M selama 48 jam, kemudian dibilas dengan air sampai pH konstan tercapai. Uji kapasitas dan kinetika adsorpsi dilakukan dengan adsorpsi metilen biru (sebagai model adsorbate) pada karbon aktif hasil sintesis. Konsentrasi larutan metilen biru diukur tiap selang waktu tertentu dengan spektrofotometer UV-vis. Karbon aktif dengan kualitas terbaik, diperoleh dari ukuran bonggol jagung -50+60 dan holding time pirolisis 30 menit, yang setara dengan karbon aktif komersial Merck. Di samping itu, model kinetika orde 2 semu merupakan model yang paling cocok menggambarkan proses adsorpsi metilen biru pada karbon aktif yang disintesis. 1. PENDAHULUAN Cadmium, zink, tembaga, nikel, timbal, merkuri dan kromium merupakan logam-logam yang sering ditemukan di dalam limbah industri. Logam-logam tersebut bersifat berbahaya (beracun) dan dapat terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup sehingga menyebabkan berbagai penyakit dan kelumpuhan. Selain itu, banyak industri yang menggunakan zat pewarna untuk mewarnai produk. Jika tidak diolah dengan baik zat warna tersebut dapat mencemari perairan. Adsorpsi merupakan salah satu perlakuan fisika-kimia yang efektif untuk menghilangkan logam berat dan zat pewarna yang terkandung dalam limbah cair, yang umumnya menggunakan karbon aktif. Karbon aktif yang biasa digunakan adalah karbon aktif komersial yang berasal dari batu bara yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, karbon aktif dapat pula disintesis dengan bahan baku lain yang dapat diperbaharui berupa limbah agrikultural, seperti sekam padi, serbuk gergaji, dedak gandum, bonggol jagung, limbah kentang dan serat tanaman. Keuntungan dari penggunaan limbah ini adalah teknik pembuatannya mudah, kapasitas adsorpsi karbon yang baik, dapat mengadsorpsi ion logam berat secara selektif, biaya produksi yang rendah dan mudah diregenerasi. Sedangkan kelemahan dari penggunaan limbah ini adalah perolehan karbon aktif dari limbah agrikultural lebih sedikit dibandingkan dengan karbon aktif dari batu bara karena kandungan fixed carbon dalam limbah agrikultural lebih sedikit jika dibandingkan dengan fixed carbon dalam batu bara. 2. LANDASAN TEORI Adsorpsi adalah proses pengontakan cair atau gas dengan padatan dimana terjadi perpindahan masa secara difusional dari fasa cair atau gas ke padatan. Solut yang teradsorpsi disebut dengan adsorbat sedangkan padatan yang mengadsorp disebut adsorben. Berdasarkan gaya yang terjadi antara adsorbat

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

73

Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

Aditya Putranto*, Tedi Hudaya, Fenni Watywiguna, Mario Bernardino

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik ParahyanganJalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141, Telp / Fax : (022) – 2032700, Email : [email protected] [email protected]

ABSTRAK

Karbon aktif merupakan adsorben yang memiliki banyak kegunaan dan dapat disintesis dari berbagaibiomassa. Kajian ini mempelajari proses sintesis karbon aktif dari limbah biomassa berupa bonggol jagungdengan perlakuan termal (pirolisis). Karbon aktif yang dihasilkan diharapkan memiliki properti yang cocokuntuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair industri yang mengandung zat warna. Secara khusus,tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh holding time pirolisis dan ukuran partikel biomassaterhadap kapasitas dan kinetika adsorpsi karbon aktif yang dihasilkan.

Pembuatan karbon aktif dari bonggol jagung dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu aktivasikimia diikuti dengan pirolisis. Bonggol jagung dengan berbagai variasi ukuran mesh partikel (-30 +40, -40+50, -50 +60, -60 +70) diaktivasi dengan H3PO4 50%-w. Rasio berat padatan bonggol jagung terhadaplarutan asam adalah 1 : 4. Bonggol jagung yang telah teraktivasi kemudian dipirolisis pada temperatur 550oC dengan holding time yang bervariasi (30, 60, 90 dan 120 menit). Gas N2 dengan laju alir 100 cm3/mindialirkan ke dalam tungku pemanas untuk menciptakan atmosfer inert. Karbon aktif hasil pirolisis dicucidengan HCl 10 M selama 48 jam, kemudian dibilas dengan air sampai pH konstan tercapai.

Uji kapasitas dan kinetika adsorpsi dilakukan dengan adsorpsi metilen biru (sebagai modeladsorbate) pada karbon aktif hasil sintesis. Konsentrasi larutan metilen biru diukur tiap selang waktutertentu dengan spektrofotometer UV-vis. Karbon aktif dengan kualitas terbaik, diperoleh dari ukuranbonggol jagung -50+60 dan holding time pirolisis 30 menit, yang setara dengan karbon aktif komersialMerck. Di samping itu, model kinetika orde 2 semu merupakan model yang paling cocok menggambarkanproses adsorpsi metilen biru pada karbon aktif yang disintesis.

1. PENDAHULUAN

Cadmium, zink, tembaga, nikel, timbal, merkuri dan kromium merupakan logam-logam yang seringditemukan di dalam limbah industri. Logam-logam tersebut bersifat berbahaya (beracun) dan dapatterakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup sehingga menyebabkan berbagai penyakit dan kelumpuhan.Selain itu, banyak industri yang menggunakan zat pewarna untuk mewarnai produk. Jika tidak diolah denganbaik zat warna tersebut dapat mencemari perairan. Adsorpsi merupakan salah satu perlakuan fisika-kimiayang efektif untuk menghilangkan logam berat dan zat pewarna yang terkandung dalam limbah cair, yangumumnya menggunakan karbon aktif.

Karbon aktif yang biasa digunakan adalah karbon aktif komersial yang berasal dari batu bara yangmerupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, karbon aktif dapat pula disintesisdengan bahan baku lain yang dapat diperbaharui berupa limbah agrikultural, seperti sekam padi, serbukgergaji, dedak gandum, bonggol jagung, limbah kentang dan serat tanaman. Keuntungan dari penggunaanlimbah ini adalah teknik pembuatannya mudah, kapasitas adsorpsi karbon yang baik, dapat mengadsorpsi ionlogam berat secara selektif, biaya produksi yang rendah dan mudah diregenerasi. Sedangkan kelemahan daripenggunaan limbah ini adalah perolehan karbon aktif dari limbah agrikultural lebih sedikit dibandingkandengan karbon aktif dari batu bara karena kandungan fixed carbon dalam limbah agrikultural lebih sedikitjika dibandingkan dengan fixed carbon dalam batu bara.

2. LANDASAN TEORI

Adsorpsi adalah proses pengontakan cair atau gas dengan padatan dimana terjadi perpindahan masasecara difusional dari fasa cair atau gas ke padatan. Solut yang teradsorpsi disebut dengan adsorbatsedangkan padatan yang mengadsorp disebut adsorben. Berdasarkan gaya yang terjadi antara adsorbat

Page 2: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

74

dengan adsorben, adsorpsi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsifisika terjadi karena gaya intermolekular antara molekul padat dengan gas lebih besar daripada gaya antarmolekul gas itu sendiri. Sedangkan adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia [1].

Karbon aktif dapat dibuat melalui metode kimia dan fisika. Metode kimia terdiri dari aktivasi kimiadengan agen-agen pembentuk pori dan pirolisis, sedangkan metode fisika terdiri dari pirolisis dan aktivasifisika. Aktivasi kimia menggunakan agen pengaktivasi, yaitu H3PO4, ZnCl2 dan komponen logam alkali,misalnya KOH. H3PO4 dan ZnCl2 digunakan untuk mengaktivasi material – material lignosellulosa yangbelum mengalami proses pirolisis, sedangkan KOH digunakan untuk mengaktivasi coal precursors atauchar. Jika dibandingkan, H3PO4 lebih banyak digunakan daripada ZnCl2. Hal ini disebabkan, asam H3PO4lebih ramah terhadap lingkungan dan karbon yang dihasilkan dari aktivasi dengan ZnCl2 tidak dapatdigunakan untuk industri obat dan makanan karena dikhawatirkan akan mencemari produk dari industritersebut [2-4]. Pirolisis merupakan salah satu metode konversi thermokimia yang utama untuk mengubahbiomassa menjadi produk yang bernilai. Produk dari tahap ini adalah padatan (char), cairan dan gas. Semuaproduk ini dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pirolisis biomassa dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu:perubahan kandungan uap air, dekomposisi hemiselulosa, dekomposisi selulosa, dekomposisi lignin [5].Produksi gas utama dari pirolisis adalah CO2, CH4, CO dan gas organik, campuran asam, aldehid (C=O),alkana (C-C) dan eter (C-O-C) dengan air [6]. Tahap aktivasi karbon secara fisika dilakukan denganmenggunakan gasifying agent yaitu CO2 atau steam. Steam atau CO2 akan menghilangkan karbon daripermukaan sehingga menciptakan struktur yang lebih berpori. Steam juga dapat memperbesar mikropori dandapat menghasilkan lebih banyak mesopori.

Metode fisika fisika terdiri dari 2 tahap, yaitu:1) Pirolisis material berkarbon pada temperatur tinggi (500 – 1000oC) dengan atmosfer inert yang bertujuan

untuk mengeliminasi elemen oksigen dan hidrogen.2) Aktivasi thermal pada temperatur yang sama atau lebih tinggi dengan temperatur pirolisis dan terdapat

gas oksidasi seperti H2O, dan CO2 [7].

3. METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan Karbon Aktif

Bonggol jagung dibersihkan lalu dikeringkan. Bonggol jagung ditumbuk hingga memiliki rentangukuran partikel dari -30 sampai +70. Kemudian dioven pada 110oC selama 24 jam. Bonggol jagung tersebutdirendam di dalam H3PO4 50%-w dengan perbandingan biomassa dengan reagen kimia 1:4 selama 24 jam.Setelah pencampuran, slurry dikeringkan pada 70oC selama 24 jam. Hasil dari aktivasi kimia ini, dipirolisisdi dalam vertical tubular furnace pada temperatur 550oC dengan holding time 30, 60, 90 dan 120 menit danlaju nitrogen 100 cm3 min- STP. Produk dari pirolisis direndam dengan HCl pekat selama 24 jam dilanjutkandengan aquades untuk menetralkan karbon aktif.

3.2 Adsorpsi Metilen Biru

Kinetika dan isoterm adsorpsi dilakukan dengan membuat larutan metilen biru berkonsentrasi tertentu.0,5 gram karbon aktif dimasukkan ke dalam larutan metilen biru, lalu dishake (100 shake/min dengantemperatur 30oC) selama waktu tertentu. Panjang gelombang dari larutan metilen biru dianalisa denganspektrofotometer.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Baku Bonggol jagung

Karakteristik bahan baku ditentukan dengan metode proximate anaylisis yang bertujuan untukmengetahui jumlah komposisi fixed carbon, volatile matter, moisture dan abu dari bahan baku tersebut.Penentuan komposisi tersebut penting untuk meramalkan hasil akhir karbon aktif dari biomassa.

Tabel 4.1 Komposisi bonggol jagung yang digunakan sebagai bahan baku

Page 3: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

75

Bonggol JagungVolatile Matter 70,1Fixed Carbon 27,5

Abu 2,4

Berdasarkan jumlah fixed carbon dan abu pada Tabel 4.1, bonggol jagung berpotensi untuk dijadikan karbonaktif karena memiliki kandungan fixed carbon yang tinggi namun memiliki kandungan abu yang rendah jikadibandingkan dengan biomassa lain. Jumlah fixed carbon yang tinggi menyebabkan jumlah karbon aktif yangdihasilkan lebih banyak. Selain itu, fixed carbon yang tinggi mempermudah dan mempercepat prosespirolisis pada biomassa sehingga jumlah energi yang diperlukan untuk proses ini lebih kecil. Kandungan abuyang sedikit menyebabkan abu yang terbentuk saat proses pirolisis juga sedikit. Saat proses washing, abu inidipisahkan dari karbon aktif. Jumlah abu yang sedikit menyebabkan proses pemisahan lebih mudah danjumlah karbon yang tersisa setelah proses washing lebih banyak.

4.2 Burn-off Karbon Aktif Bonggol Jagung

Dalam proses pirolisis, jumlah biomassa berkurang (burn-off). Semakin besar jumlah burn-off makachar yang dihasilkan semakin sedikit, sehingga yield dari karbon aktif bonggol jagung pun semakin sedikit.Jumlah burn-off dari biomassa yang digunakan pada proses pirolisis dihitung dengan cara:

% Burn-off = (1)

Pada penelitian ini, burn-off dipengaruhi oleh waktu pirolisis dan ukuran partikel.

Grafik 4.1 Pengaruh Waktu Pirolisis dan Ukuran Partikel Terhadap Burn-off

Pada waktu pirolisis dari 30 - 60 – 90 – 120 menit dengan mesh -30+40, nilai burn-off pada bonggol jagungmengalami peningkatan karena terjadi peningkatan material yang terdevolatilasi dan produksi gas. Ukuranpartikel dari bonggol jagung yang semakin kecil, menyebabkan semakin besar jumlah burn-off pada bonggoljagung. Pada 30 menit dari mesh -30+40, -40+50, -50+60 dan -60+70 burn-off mengalami kenaikan. Hal inidisebabkan luas area perpindahan panas semakin besar sehingga jumlah volatile matter yang terdevolatilisasisemakin banyak. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmadpoer dan Skordas et al.dimana terjadi peningkatan nilai burn off seiring bertambahnya waktu pirolisis [8,9]. Pada penelitianZabaniotou et al. luas area BET semakin meningkat seiring dengan peningkatan burn-off [10].

4.3 Pengaruh Waktu Pirolisis dan Ukuran Partikel terhadap Kinetika

Kinetika adsorpsi menggambarkan kecepatan penyerapan solut oleh adsorben. Kecepatanpenyerapan solut dapat digunakan untuk memperkirakan kapasitas adsorpsi adsorben. Hal ini dapatditunjukkan melalui profil konsentrasi adsorbat terhadap waktu selama proses adsorpsi berlangsung.Peningkatan laju adsorpsi ditunjukkan oleh profil C/Co vs t yang semakin curam. Struktur pori yang baikmenunjukkan dengan luas permukaan dan volume pori yang besar.

Page 4: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

76

Grafik 4.2 Grafik profil konsentrasi adsorpsi metilen biru pada ukuran partikel-30+40 dan variasi holding time pirolisis

Grafik 4.3 Grafik profil konsentrasi adsorpsi metilen biru pada ukuran partikel-40+50 dan variasi holding time pirolisis

Grafik 4.4 Grafik profil konsentrasi adsorpsi metilen biru pada ukuran partikel-50+60 dan variasi holding time pirolisis

Page 5: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

77

Grafik 4.5 Grafik profil konsentrasi adsorpsi metilen biru pada ukuran partikel-60+70 dan variasi holding time pirolisis

Grafik 4.2 dan 4.4 menunjukkan kinetika adsorpsi pada ukuran partikel -30+40 dan -50+60 yangpaling cepat terjadi ketika holding time pirolisis 30 menit kemudian diikuti 90, 60 dan 120 menit. Holdingtime pirolisis 30 menit memiliki kinetika yang paling cepat karena sisa volatile matter berkurang dan banyakterbentuk mikropori sehingga semakin banyak solut yang dapat diserap oleh adsorben. Kinetika pada holdingtime pirolisis 60 menit melambat daripada holding time pirolisis 30 menit karena terbentuk lelehanintermediate yang menyebabkan pori karbon tertutup. Kinetika adsorpsi meningkat kembali saat holding timepirolisis 90 menit. Hal ini dikarenakan lelehan intermediate menguap dan terjadi pelepasan volatile mattersehingga volume pori bertambah. Pada holding time pirolisis 120 menit kinetika adsorpsi berlangsung palinglambat karena karbon aktif mulai kehilangan kekakuan dan rontoknya mikropori. Namun, pada ukuranpartikel -60+70, kinetika adsorpsi pada 120 menit lebih cepat daripada 60 menit. Hal ini menunjukkan bahwapada ukuran partikel yang lebih kecil, penutupan pori oleh lelehan intermediate lebih berpengaruh terhadapkemampuan adsorpsi dibandingkan dengan kerontokan dinding pori.

Kinetika pada ukuran -50+60 dengan holding time pirolisis 30 menit lebih cepat dibandingkandengan 90 menit secara keseluruhan. Namun, pada menit-menit awal hingga 20 menit pertama kinetikakarbon aktif dengan holding time pirolisis 90 menit lebih cepat dibandingkan dengan 30 menit bahkanmenyamai kinetika dari karbon aktif komersial. Kinetika pada menit-menit awal ini lebih pentingdibandingkan dengan kinetika pada menit selanjutnya karena perbedaan konsentrasi metilen biru di larutanpada holding time pirolisis 30 menit dan 90 menit pada menit-menit selanjutnya tidak terlalu signifikan jikadibandingkan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi tertentu.

Kecenderungan ini sejalan dengan penelitian Ahmad et al. yang membuat karbon aktif dari oil palmwood, memperoleh peningkatan holding time pirolisis menyebabkan peningkatan luas permukaan BET (SBET)dan luas permukaan mikropori. Tetapi pada suatu waktu SBET akan mengalami penurunan dan pada holdingtime yang lebih lama SBET meningkat kembali [11] . Hal ini didukung pula oleh Aygun et al. yangmenyatakan bahwa holding time pirolisis yang semakin lama akan meningkatkan kemampuan adsorpsiadsorben. Namun suatu waktu kemampuan adsorpsi ini akan menurun [12]. Menurut S.Ismadji dan Juan F.Gonzalez holding time pirolisis yang semakin lama akan menyebabkan pori yang terbentuk lebih banyak,volume mikropori meningkat dan mengembangkan mikropori menjadi mesopori. Namun, waktu aktivasiyang terlalu lama dapat menyebabkan hancurnya dinding pori sehingga pori tersumbat. Usmani et.al jugamenyatakan bahwa holding time pirolisis yang semakin lama akan mengurangi karakteristik fisik (surfacearea) dari karbon aktif yang dihasilkan [13,14,15].

Grafik 4.3 menunjukkan pada ukuran partikel -40+50 kinetika adsorpsi yang paling cepat terjadisaat holding time pirolisis 90 menit lalu diikuti dengan 60, 120 dan 30 menit. Kecenderungan ini berbedadengan kecenderungan yang terjadi pada ukuran partikel lainnya. Hal ini mungkin saja terjadi sebagai akibatdari ketidaksamaan dimensi partikel. Partikel dapat memiliki diameter yang sama namun dengan panjangyang berbeda.

Berdasarkan hasil uji kinetika di atas dapat diketahui bahwa holding time pirolisis optimal berbedauntuk tiap ukuran partikel yang berbeda. Karbon aktif dengan kinetika tercepat diperoleh dengan ukuranpartikel -50+60 dan holding time pirolisis 90 menit.

4.4 Uji Model Kinetika Pseudo Orde Satu, Pseudo Orde Dua dan Intrapartikel

Mekanisme adsorpsi dapat digambarkan melalui tiga jenis permodelan, yaitu pseudo orde satu,pseudo orde dua dan intrapartikel. Persamaan tersebut digambarkan dengan :

Page 6: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

78

pseudo orde satu : ln (qe-q) = ln qe – k1t (2)

pseudo orde dua : tqeqekq

tt

112

2

(3)

intarpartikel : qt = kd t (4)dimana : qe dan qt adalah jumlah metilen biru yang terserap saat setimbang dan pada waktu tertentu (mg/g)

k1 adalah konstanta orde satu (min-1) k2 adalah konstanta orde dua (g mg-1 min-1)kd adalah konstanta difusi intrapartikel (mg g-1 min -1/2)

Nilai dari konstanta orde satu, orde dua dan difusi intrapartikel dievaluasi dengan mengalurkan ln(qe-q) vs t,

t/qt vs t dan qt vs t . Koefisien korelasi (R2) digunakan untuk mengevaluasi model mana yang cocokdengan mekanisme kinetika adsorpsi yang terjadi. Model yang sesuai pada penelitian Kennnedy et.al yangmenggunakan sekam padi sebagai bahan baku untuk menyerap fenol adalah model pseudo orde dua karenamemiliki nilai R2 yang paling mendekati satu. Sejalan dengan pernyataan Kennendy et.al, KaustubhaMontany juga menyatakan hal yang sama walaupun pada penelitiannya Kaustubha Montany (2006)menggunakan kulit kacang Sterculia alata sebagai bahan baku [16,17].

Dalam penelitian Nevine Kamal Amin yang menggunakan sugarcane bagasse pith sebagai bahanbaku pembuatan karbon aktif juga menggunakan ketiga jenis model ini untuk mengetahui kinetikaadsorpsinya. Model pseudo orde dua merupakan model yang paling sesuai dengan kinetika adsorpsi padapenelitiannya [18]. Aroguz et.al juga menggambarkan kinetika adsorpsi dari metilen biru dengan pyrolyzedpetrified sediment (PPS) dengan ketiga model tersebut. Model pseudo orde satu merupakan model yangpaling sesuai dengan kinetika adsorpsi metilen biru dengan PPS [19].

Mekanisme adsorpsi yang paling sesuai dengan profil konsentrasi adsorpsi metilen biru seperti yangditunjukkan oleh Grafik 4.6 adalah model kinetika pseudo orde dua. Keakuratan data hasil percobaandiketahui dari nilai R2 yang mendekati satu. Model pseudo orde dua memiliki nilai R2 yang paling mendekatisatu, sehingga model kinetika ini yang paling menggambarkan kinetika adsorpsi metilen biru oleh karbonaktif bonggol jagung.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.6 Grafik Kinetika Adsorpsi Metilen biru (a) Model Pseudo Orde Satu, (b) Pseudo Orde Duadan (c) Intrapartikel (pada mesh -30+40, t = 30 menit)

Page 7: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

79

4.5 Kondisi Optimal Berdasarkan Kinetika, Kapasitas Adsorpsi, dan Perolehan KarbonAktif

Kondisi optimal dalam pembuatan karbon aktif dipilih agar karbon aktif yang dihasilkan memilikikualitas dan kuantitas yang baik. Kualitas karbon aktif ditunjukkan oleh kinetika dan kapasitas adsorpsisedangkan kuantitas ditunjukkan oleh perolehan karbon aktif yang terkait dengan nilai burn-off.

Kinetika adsorpsi yang cepat dan kapasitas adsorpsi yang besar menunjukkan bahwa karbon aktifmemiliki struktur pori, luas permukaan dan distribusi pori yang baik. Analisa struktur pori dilakukan denganscanning electron micrograph (SEM), luas permukaan dengan adsorpsi N2 yg kemudian mengggunakanpersamaan BET dan distribusi pori dengan menggunakan metode density functional theory (DFT).

Hasil SEM pada penelitian Viboon (2008) yang membuat karbon aktif dari Jatropha curcas, karbonaktif yang diaktivasi dengan H3PO4 memiliki bentuk dan ukuran pori yang beragam dan makropori tampakberhubungan dengan mesopori [4]. Menurut penelitian Prahas (2008), yang membuat karbon aktif dari buahnangka, pada temperatur 550oC dengan IR 4:1 menghasilkan karbon aktif yang utamanya terdiri darimikropori dan sebagian mesopori [2]. Mikropori memiliki diameter < 2 nm dan mesopori berdiameter 2-50nm. Karbon aktif yang memiliki banyak mikropori memiliki kemampuan menyerap metilen biru, berdiameter1,2 nm, dengan baik karena diameter molekul metilen biru lebih kecil dibanding pori karbon aktif. Namun,proses adsorpsi dapat terhambat oleh struktur pori yang rumit.

Kinetika adsorpsi yang paling mendekati karbon aktif komersial ditunjukkan oleh mesh -50+60dengan holding time pirolisis 30 menit dan 90 menit. Pada holding time pirolisis 90 menit memiliki awalkinetika yang lebih cepat daripada 30 menit, namun setelah waktu yang cukup lama kinetika pada holdingtime pirolisis 30 menit lebih cepat. Kapasitas adsorpsi yang ditunjukkan oleh % pengurangan jumlah adsorbatdalam larutan metilen biru. Kedua kondisi tersebut memiliki kapasitas adsorpsi yang tidak jauh berbeda. Halini menunjukkan bahwa molekul metilen biru lebih banyak menempel di permukaan adsorben daripada yangterikat di dalam pori. Walaupun pori yang terbentuk mampu menyerap metilen biru, tetapi jumlah yangterserap di dalam pori sedikit. Hal ini disebabkan karena struktur pori yang rumit sehingga molekul metilenbiru sulit untuk masuk ke dalam pori.

Pada ukuran partikel -50+60 dengan holding time pirolisis 30 menit memiliki nilai burn-off sebesar39,4% dan perolehan karbon aktif 60,6% sedangkan holding time pirolisis 90 menit memiliki nilai burn-off49,6% dan perolehan karbon aktif sebesar 50,4%. Jumlah karbon aktif yang diperoleh lebih banyak padaholding time pirolisis 30 menit daripada 90 menit. Holding time pirolisis yang singkat akan menekan biayaproduksi karena jumlah energi yang dibutuhkan pada proses pirolisis lebih sedikit.

Dengan mempertimbangkan kualitas dan kuantitas yang diperoleh, maka kondisi optimal untukpembuatan karbon aktif dari bonggol jagung dengan menggunakan ukuran partikel -50+60 dan holding timepirolisis 30 menit. Ukuran partikel -50+60 dengan holding time 30 menit memiliki kinetika dan kapasitasyang tidak jauh berbeda namun perolehan karbon lebih tinggi dibandingkan pada 90 menit. Selain itu, biayauntuk memproduksi karbon aktif pada holding time pirolisis 30 menit lebih rendah daripada 90 menit.

5. KESIMPULAN

Parameter yang digunakan untuk menguji kualitas dari karbon aktif dari bonggol jagung adalah dengankinetika, kapasitas adsorpsi, dan perolehan dari karbon aktif. Kapasitas adsorpsi cenderung tidak berubahsedangkan kinetika adsorpsi paling cepat dengan perolehan optimum didapat dengan menggunakan ukuranpartikel -50+60 dan holding time pirolisis 30 menit. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin lamaholding time pirolisis menyebabkan jumlah burn-off semakin besar. Model kinetika dari karbon aktif tersebutmengikuti model pseudo orde 2 sedangkan untuk kapasitas adsorpsi mengikuti model isotherm Freundlich.

REFERENSI

1. http://www.ias.ac.in/sadhana/Pdf2003Apr/Pe1070.pdf2. Prahas, Devarly., Kartika, Y., Indraswati, N. and Ismadji, S., Activated carbon from jackfruit peel waste

by H3PO4 chemical activation : Pore Structure and surface chemistry characterization, Article inPress, Chemical Engineering Journal, Vol 140, No 1-3, pp. 32-42 (2008).

3. Srinivasakannan, C., and Abu Bakar, Mohamad Zailani, Production of activated carbon from rubberwood sawdust, Biomass & Bioenergy, 27, pp. 89-96 (2004).

Page 8: Kajian Sintesis Karbon Aktif dari Bonggol Jagung

National Conference: Design and Application of Technology 2010

80

4. Sricharoenchaikul, Viboon., Pechyen, Chiravoot, and Aht – Ong, Duangdao, and Duangduen Atong,Preparation and Characterization of Activated Carbon from the Pyrolysis of Physic Nut (Jatrophacurcas L.) Waste, Energy & Fuels, Vol. 22, pp. 31-37 (2008).

5. Apaydin-Varol, Esin., Putun, Ersan and Putun, Ayse E., Slow Pyrolisis of Pistachio Shell, Fuel, 86, pp.1892 - 1899 (2007).

6. Yang, Haiping, Yan, Rong, Chen, Hanping, Lee, Dong Ho, and Zheng, Chuguang, Characteristics ofhemicellulose, cellulose and lignin pyrolisis, Fuel, 86, pp. 1781-1788 (2007).

7. Tennant, Matthew F. and Mazyck, David W., Steam-pyrolysis activation of wood char for superiorodorant removal, Carbon, 41, pp. 2195-2202 (2003).

8. Ahmadpour, A., and Do, D. D., The preparation of active carbons from coal by chemical and physicalactivation, Carbon, Vol. 34, No. 4, pp. 471 – 479 (1996).

9. Skordas, G., Orfanoudaki, Th., and Kakaras, E., Production of special activated carbon from lignite forenviromental purposes, Fuel Processing Technology, 77, pp. 75-87 (2002).

10. Zabaniotou, A., Stravropoulos, G., and Skoulou, V., Activated carbon from olive kernels in a two-stageprocess: industrial improvement, Bioresources Technology, 99, pp. 320-326 (2008).

11. Ahmad, A.L, Loh, M.M., and Aziz, J.A., Preparation and characterization of activated carbon from oilpalm wood and its evaluation on methylene blue adsorption, Dyes and Pigments, 75, pp. 263-272(2007).

12. Aygun, A., Yenisoy-Karakas, S., Duman, I., Production of granular activated carbon from fruit stonesand nutshells and evaluation of their physical,chemical and adsorption properties, Microporous andMesoporous Materials, 66, pp. 189-195 (2003).

13. Ismadji, S., Sudaryanto, Y., Hartono, S. B., Setiawan, L. E. K., dan Ayucitra, A., Activated carbon fromchar obtained from vacuum pyrolysis of teak sawdust : pore structure development andcharacterization, Bioresource Technology, 96, pp. 1364 – 1369 (2005).

14. González, Juan F., Encinar, José M., González – Garciá, Carmen M., Sabio, E., Ramiro, A., Canito, JoséL., and Gañán, José, Preparation of activated carbons from used tyres by gasification with steam andcarbon dioxide, Applied Surface Science, 252, pp. 5999 – 6004 (2006).

15. Usmani, Tanzil Haider, Ahmed, Tamoor Wahad, Ahmed, S. Zafar and Yousufzai, A.H.K., Preparationand characterization of activated carbon from a low rank coal, Carbon, 34, pp. 77-82 (1996)

16. Kennedy, L.John, Judith Vijaya, J., Kayalvizhi K., and Sekaran, G., Adsorption of phenol from aqueoussolutions using mesoporous carbon prepared by two-stage process, Chemical Engineering Journal, 132,pp. 279-287 (2007).

17. González, Juan F., Encinar, José M., González – Garciá, Carmen M., Sabio, E., Ramiro, A., Canito, JoséL., and Gañán, José, Preparation of activated carbons from used tyres by gasification with steam andcarbon dioxide, Applied Surface Science, 252, pp. 5999 – 6004 (2006).

18. Amin, Nevine Kamal, Removal of reactive dye from aquaeous solutions by adsorption onto activatedcarbons prepared from sugarcane bagasse pith, Desalination, 223, pp. 152-161 (2008).

19. Aroguz, Ayse Z., Gulen, J., Evers, R.H., Adsorption od methylene blue from aqueous solution onpyrolyzed petrified sediment, Bioresources Technology, 99, pp. 1503-1508 (2008).