kajian penurunan emisi gas rumah kaca pada rumah potong hewan
TRANSCRIPT
USULAN MASALAH KHUSUS
KAJIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PADA RUMAH POTONG HEWAN
Oleh :
IKA KARTIKA
F34070092
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAJIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PADA RUMAH POTONG HEWAN
USULAN MASALAH KHUSUS
Sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IKA KARTIKA
F34070092
Disetujui
Bogor, Maret 2011
Dr. Ir. Mohamad Yani, M. Eng
NIP. 19630805 199002 1001
I. JUDUL : KAJIAN PENURUNAN EMISI GAS
RUMAH KACA PADA RUMAH
POTONG HEWAN
II. PERSONALIA
A. PELAKSANA : Ika Kartika (F34070092)Mahasiswa tingkat akhir pada Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
B. PEMBIMBING : Dr. Ir. Moh. Yani, M.EngStaf pengajar pada Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
III.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPerubahan pola konsumsi masyarakat menyebabkan kebutuhan produk pangan yang
sehat dan bergizi semakin meningkat. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi industri
pangan, khususnya bahan pangan yang berasal dari hewan. Industri peternakan dituntut untuk
selalu menyediakan daging yang sehat dan dengan kualitas yang dapat
dipertanggungjawabkan. Namun, penelitian terbaru mengatakan bahwa industri peternakan
ditengarai sebagai sumber emisi gas rumah kaca terbesar di bumi. Peternakan merupakan
salah satu sektor yang menghasilkan gas rumah kaca berupa gas metana (CH4) yaitu ternak
yang menghasilkan 18% emisi global. Isu-isu lingkungan ini akan berdampak pada
menurunnya konsumsi daging dan hasil peternakan lainnya, khususnya di Indonesia.
Gas rumah kaca adalah penyebab terjadinya pemanasan global yang juga
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di muka bumi. Efek rumah kaca terbentuk karena
adanya interaksi antara CO2 dalam atmosfir yang jumlahnya bertambah oleh radiasi solar,
selain itu gas yang ikut menyumbang gas rumah kaca adalah gas CH4 dari industri
peternakan.
Industri peternakan sebagai produsen hasil ternak, dituntut untuk ikut mengelola
lingkungan agar tetap terjaga. Adanya isu lingkungan tersebut, industri peternakan juga harus
memiliki sertifikasi ISO seri 14000 dan carbon foot print sebagai prasyarat diterimanya
produk oleh konsumen. Salah satu cara untuk mendapatkan prasyarat tersebut, industri harus
melakukan penurunan rata-rata enam gas sumber emisi gas rumah kaca sebagaimana yang
telah diratifikasi pada Protokol Kyoto dan disetujui pemerintah Indonesia.
Industri peternakan memerlukan strategi bisnis yang tepat agar dapat meningkatkan
produk dan kinerja lingkungan secara bersaman. Eco-efficiency merupakan strategi bisnis
dalam memproduksi hasil peternakan dengan menggunakan sedikit energi dan menurunkan
gas metan dari ternak. Upaya penurunan emisi gas rumah kaca merupakan salah satu cara
dalam menerapkan strategi tersebut. Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi,
menyebutkan bahwa himbauan kepada semua instansi pemerintah dan swasta untuk
melaksanakan upaya penghematan energi, untuk mengatasi peningkatan masalah krisis
energi dunia dan degradasi lingkungan. Industri peternakan, khususnya rumah potong hewan
(RPH), perlu menggunakan sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Metode
Pemanasan global
Penggunaan energi yang boros
Penggunaan bahan bakar fosil
Emisi gas CO2 meningkat
Tuntutan penurunan emisi GRK
Protokol Kyoto
Industri peternakan sebagai penghasil CH4 dan pengguna bahan
bakar fosil
Greenhouse Gas Calculation
Upaya penurunan emisi GRK
Greenhouse Gas Inventory
Berkembangnya industri peternakan
Emisi gas CH4 terbesar
greenhouse gas inventory merupakan sebuah metode yang membantu dalam menentukan
opsi yang akan digunakan agar program efisiensi dan konservasi energi dapat terlaksana.
B. KERANGKA PEMIKIRANPemanasan global yang semakin meningkat menuntut industri, khususnya industri
peternakan untuk ikut serta dalam upaya penurunan emisi gas. Penurunan emisi gas dengan
metode Greenhouse Gas Inventory. Penggunaan metode ini berupa cara perhitungan emisi
karbon yang dikeluarkan oleh industri, dengan adanya perhitungan jejak karbon maka
dengan begitu industri dapat mengontrol dan mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan.
Berikut ini adalah gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Berpikir
C. PERUMUSAN MASALAHEmisi yang dihasilkan industri bukan hanya berasal dari cerobong asap, tetapi emisi
rumah kaca (GRK) ditimbulkan dari semua aktifitas yang dilakukan industri tersebut.
Industri peternakan menghasilkan emisi selain gas CO2, yaitu gas metan (CH4). Limbah
peternakan berupa kotoran hewan merupakan salah satu penghasil gas metan. Emisi GRK
juga dapat dihasilkan dari aktifitas yang menggunakan energi, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penggunaan listrik PLN merupakan salah satu aktifitas yang menggunakan
energi secara tidak langsung dan tentunya tetap menimbulkan emisi GRK. Penghematan
konsumsi energi dan upaya pengurangan gas metan yang dihasilkan ternak akan mampu
mengurangi biaya produksi industri peternakan sehingga keuntungan dapat ditingkatkan.
Adanya tuntutan pasar terhadap produk yang ramah lingkungan, industri
multinasional atau internasional perlu melakukan penghitungan emisi GRK agar dapat
memperkirakan penghematan energi yang dapat dilakukan dan keuntungan finansial yang
akan dihasilkan per produk. RPH PT Elders Indonesia merupakan salah satu RPH yang
berskala internasional sehingga perlu melakukan proses penghitungan emisi gas rumah kaca
(Greenhouse Gas Calculation).
D. TUJUANTujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengindentifikasi dan mengklasifikasikan bagian yang berpotensi sebagai sumber
penghasil emisi GRK pada RPH
2. Menghitung konsumsi energi dan produksi emisi CO2 dan CH4 dari kegiatan
pemotongan hewan
3. Memilih opsi yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK
4. Analisa finansial jika dilakukan penurunan terhadap emisi yang dihasilkan
E. MANFAAT PENELITIANManfaat dari penelitian ini adalah :
1. RPH dapat melakukan pengurangan pengeluaran gas metan dari ternak dan menghemat
penggunaan energi, sehingga dapat menurunkan tingkat emisinya
2. RPH dapat mengurangi biaya produksi dengan melakukan opsi yang disarankan
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. PEMANASAN GLOBAL DAN EMISI GAS RUMAH KACAUdara adalah campuran beberapa macam gas dan berupa atmosfir yang mengelilingi
bumi dan memiliki fungsi yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan di bumi.
Susunan udara bersih dan kering adalah nitrogen (N2) sebanyak 78,09%, oksigen (O2)
sebanyak 21,94%, argon (Ar) sebanyak 0,93%, dan karbon dioksida (CO2) sebanyak 0,032%
(Wardhana 2004).
Pencemaran udara merupakan adanya komponen-komponen asing di dalam udara
yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan normalnya. Pencemaran udara
disebabkan oleh pembangunan yang berkembang pesat pada sektor industri dan teknologi
serta meningkatnya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, hal tersebut
menyebabkan udara yang dihirup manusia menjaadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil
pembakaran (Wadhana 2004). Menurut Soemarno (1999) pencemaran udara ada dua macam
berdasarkan sumbernya yaitu, alami dan non-alami. Pencemaran udara alami adalah
masuknya zat pencemar ke dalam udara, diakibatkan oleh proses-proses alam, sedangkan
pencemaran non-alami adalah masuknya zat pencemar ke dalam udara yang diakibatkan oleh
hasil samping aktifitas manusia yang tanpa disadari.
Pemanasan global merupakan salah satu dampak dari terjadinya pencemaran udara
di bumi. Peristiwa diakibatkan oleh meningkatnya temperatur rata-rata pada lapisan atmosfir,
temperatur pada air laut, dan temperatur pada daratan. Hal ini ditengarai oleh aktivitas
manusia yang menimbulkan gas rumah kaca dan dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca, ada enam jenis emisi
gas rumah kaca yang telah disepakati dalam Protokol Kyoto, yaitu karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), nitrooksida (N2O), chloro-fluoro-carbon (CFCs), hydro-fluoro-carbon
(HFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6) (Susanta dan Sutjahjo 2007).
Efek rumah kaca (Gambar 2) merupakan suatu keadaan dimana suhu rumah kaca
meningkat karena adanya atap dan dinding kaca yang terbentuk oleh konsentrasi gas CO2
yang tinggi di atmosfer dan menjadi seperti filter satu arah, sehingga CO2 mengabsorbsi
radiasi gelombang panjang dan menyebabkan suhu bumi meningkat (Fardiaz 1992).
Gambar 2. Transformasi sinar radiasi yang terjadi pada permukaan bumi
(http://en.wikipedia.org/wiki/Greenhouse_gas)
Menurut Burnie (2005), efek rumah kaca merupakan hal yang sangat penting bagi
semua kehidupan di bumi. Efek tersebut mengubah atmosfer menjadi isolator searah, energi
sinar matahari yang akan mencapai tanah terhalangi oleh aliran kembali energi tersebut
keluar dari bumi menuju ke luar angkasa sehingga jika tidak ada efek rumah kaca suhu di
bumi pada malam hari akan sangat dingin. Kekuatan efek rumah kaca tergantung pada
jumlah karbon yang ada di atmosfer, semakin banyak terdapat gas tersebut maka semakin
sulit panas keluar dari bumi.
B. EMISI GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN GAS METANA (CH4) Karbon merupakan salah satu bahan yang terdapat di udara sebagai karbon dioksida
(CO2), di air sebagai CO2 terlarut, dan di tanah sebagai bebatuan karbonat. Karbon adalah
bahan dasar penyusun semua kehidupan, senyawa-senyawa ini dimakan oleh konsumen,
sehingga karbon berpindah-pindah dari tanaman ke hewan dan dari hewan kembali lagi ke
udara berupa gas (Gonick dan Outwater 2004).
Fardiaz (1992) menyatakan bahwa unsur karbon dalam CO2 bukan termasuk polutan
udara dan komponen yang terdapat dalam susunan udara, serta CO2 yang secara terus-
menerus mengalami sirkulasi ke dalam dan ke luar atmosfer melalui aktivitas tanaman dan
hewan merupakan hal yang normal dan tidak menimbulkan kerusakan, namun dengan
bertambahnya aktivitas manusia, menyebabkan siklus tersebut terganggu sehingga jika
diakumulasikan dari seluruh aktivitas yang terjadi maka akan terjadi kenaikan CO2 di
atmosfer dan menyebabkan adanya efek rumah kaca.
Burnie (2005) menyatakan bahwa, Seorang ahli fisika Inggris bernama John Tyndall
menemukan sifat dari gas karbondioksida yang tidak biasa, yaitu gas tersebut tembus cahaya
namun menghalangi panas. Sifat inilah yang menjadi penyebab efek rumah kaca. Selama
kurun waktu 100 tahun gas karbon dioksida meningkat 44 % dari 250 part per million (ppm)
saat sebelum revolusi industri, yaitu menjadi sebesar 360 ppm. Hal tersebut termasuk dalam
perubahan yang luar biasa cepat. Gas karbon dioksida tambahan tersebut sebagian besar
berasal dari bahan bakar fosil.
Pada tahun 1957, para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu
International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa
di Hawai. Penelitian tersebut menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer (Gambar 3). Banyaknya konsentrasi dalam atmosfer
menyebabkan peningkatan suhu di bumi. Selama penelitian tersebut berlangsung, IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Gambar 3. Perubahan Konsentrasi Karbon dioksida di Atmosfer dari tahun 1960
sampai 2010
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global)
Menurut Sugiyono (2006), kontribusi gas rumah kaca terhadap pemanasan global,
khususnya CO2 mencapai 64%, CH4 mencapai 19%, N2O sebesar 6%, HFC dan PFC sebesar
10%, serta 1% untuk gas lainnya. Data tersebut menujukkan bahwa jumlah karbon dioksida
paling banyak berkontribusi dalam pemanasan global.
Gas lain yang menyebabkan terjadinya pemanasan global adalah CH4. Menurut
Whitman et al (1992) dalam Boone (2000), metana adalah produk penting yang terbentuk
dari hasil degradasi bahan organik oleh bakteri di lingkungan seperti tanah tergenang, lahan
basah, muara, sedimen air tawar dan laut, serta saluran pencernaan binatang. Setiap
tahunnya ada 350-500 juta ton gas metan yang dihasilkan dari peternakan,
penggunaan bahan bakar fosil, gas alam, kultivasi padi, dan lahan tempat
pembuangan akhir sampah. Artikel dalam Koran Jakarta (2010) menyebutkan
bahwa, gas metan 25 kali lebih panas daripada gas karbondioksida dengan kata lain
gas metan merupakan gas yang paling banyak berkontribusi dalam pemanasan
global, sedangkan menurut Wahyuni (2009) CH4 memiliki dampak 21 kali lebih
tinggi dibandingkan gas karbondioksida sehingga gas ini termasuk gas yang
menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Berikut adalah Gambar 4 yang menunjukan peningkatan gas metan dari tahun 1970
hingga tahun 2000.
Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Metana di Atmosfer dari tahun 1970 sampai 2000
(Hopwood N dan Cohen J 1998)
C. INDUSTRI PETERNAKAN SEBAGAI SUMBER EMISI GAS
RUMAH KACAManusia berupaya dengan segala daya untuk mengolah dan memanfaatkan
kekayaan alam yang ada demi mencapai kualitas hidup yang diinginkan. Industri merupakan
salah satu usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Namun pada kenyataannya,
kualitas hidup yang diingikan tersebut semakin jauh dari jangakuan karena dengan adanya
industri dan teknologi yang semakin berkembang maka akan berdampak pula pada
lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak terhadap lingkungan dapat mengurangi daya
dukung alam yang juga akan mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan
hidup manusia. Penurunan daya dukung alam ini tentunya akan berdampak pada kehidupan
manusia yaitu menurunkan bahkan menurunkan kualitas hidup manusia (Wardhana 2004).
Perkembangan industri peternakan merupakan salah satu upaya manusia dalam
mencapai kualitas hidup yang diinginkan dari segi pangan. Industri peternakan di Indonesia,
umumnya masih terfokus pada peningkatan kualitas produk dan kurang memperhatikan
aspek lingkungan. Menurut penelitian pada tahun 2006 diketahui bahwa 51% emisi GRK
berasal dari industri peternakan. Industri peternakan, khususnya rumah potong hewan
termasuk industri yang menghasilkan emisi GRK berupa gas CO2 dari penggunaan energi
seperti listrik dan gas CH4 dari hewan ternak.
Emisi gas metan yang dihasilkan dari hewan ternak jenis ruminansia merupakan
proses metanogenesis di dalam sistem pencernaan hewan tersebut. Proses metanogenesis
dilakukan oleh bakteri metanogenik atau metanogen, bakteri ini merupakan bakteri yang
terdapat dalam bahan-bahan organik dan menghasilkan gas metan dan gas-gas lainnya pada
proses reaksinya dalam keadaan anaerobik. Menurut penelitian Dewi Ratih Ayu (2010)
dalam artikel majalah Trobos, bakteri metanogenik di dalam rumen (lambung) sapi dapat
menghasilkan gas metan karena adanya simbiosis dengan protozoa yang dapat memecah pati,
sehingga apabila protozoa dalam rumen sapi dapat dikendalikan maka gas metan yang
dihasilkan ternak tersebut juga dapat dikurangi.
Protokol Kyoto pada tahun 2005, mengamandemenkan sebuah persetujuan untuk
dilakukannya penurunan emisi GRK di negara-negara yang menyutujui Protokol tersebut
(Anonim 2010). Pemberlakuan Protokol tersebut berpengaruh terhadap industri peternakan
sebagai salah satu produsen pangan. Pengaruh yang ditimbulkan seperti tuntutan konsumen
untuk adanya logo carbon foot print pada setiap produk yang mereka konsumsi. Pemasangan
logo carbon foot print (Gambar 5) pada setiap produk yang dihasilkan industri, dilakukan
untuk meyakinkan konsumen bahwa perusahaan tersebut telah melakukan sertifikasi ISO seri
14000 dan dapat diterima oleh konsumen.
Gambar 5. Contoh Logo Carbon Foot Print
(http://www.treehugger.com/files/2009/07/reduce-carbon-footprint.php)
D. PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACAIndonesia merupakan negara yang dinyatakan sebagai negara penghasil emisi gas
rumah kaca terbesar ketiga di dunia yaitu mencapai 2,1 milyar ton karbon dioksida di tahun
2005. Para peneliti mengestimasikan penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia, hal
tersebut di deskripsikan pada Gambar 6 (Butler 2010).
Gambar 6. Estimasi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Penurunan emisi dapat dilakukan dengan menginventarisasi emisi karbon yang
dihasilkan suatu perusahaan. Metode tersebut digunakan untuk mengestimasikan emisi
karbon yang dapat diturunkan industri. Penurunan emisi karbon penting dilakukan suatu
industri peternakan di Indonesia, dengan adanya tuntutan bahwa industri tersebut harus ikut
serta dalam rencana penurunan emisi karbon di Indonesia serta tuntutan konsumen yang
menginginkan produk yang ramah lingkungan. Greenhouse Gas Inventory merupakan
metode pendekatan yang digunakan dalam proses penurunan emisi gas rumah kaca (Putt del
Pino et al 2006).
Menurut Wardhana (2004), emisi gas rumah kaca dari sektor industri dapat
ditanggulangi atau dikurangi secara teknis dengan cara mengganti sumber energi yang
digunakan, yaitu mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar LNG (Liquid Natural
Gases) yang akan menghasilkan gas buang yang lebih bersih.
Emisi gas rumah kaca berupa CH4 dapat ditanggulangi dengan cara mengubahnya
menjadi biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Pembuatan biogas memerlukan
digester untuk menguraikan emisi gas metan agar dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan
bakar alternatif (Wahyuni 2009). Selain itu, menurut penelitian Dewi Ratih Ayu (2010) gas
metan yang dihasilkan oleh ternak ruminansia dapat dikurangi dengan cara pemberian pakan
yang mengandung tanin, karena tanin dapat menekan jumlah protozoa pemecah pati dalam
rumen ternak agar tidak memproduksi gas metan yang berlebihan.
V. METODOLOGIPenelitian ini akan dilakukan pada industri yang bergerak pada bidang agroindustri.
Penelitian ini akan dimulai dengan melakukan pengumpulan data umum industri peternakan,
dalam kasus ini adalah rumah potong hewan. Target pengambilan data tersebut adalah bagian-
bagian dari rumah potong hewan yang diperkirakan menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Pengukuran emisi GRK dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dari RPH yang
bersangkutan, seperti proses produksi, data penggunaan listrik, data penggunaan air, data
penggunaan bahan bakar, dan data limbah organik yang dihasilkan (kotoran ternak, sisa pakan
ternak, dan lain-lain). Rumah potong hewan yang memungkinkan untuk dilakukan penerapan
Greenhouse Gas Inventory adalah PT Elders Indonesia.
METODE PENELITIANPenurunan emisi GRK pada suatu industri dilakukan dengan beberapa tahapan,
yaitu mengidentifikasi sumber CO2 dan CH4 pada RPH, mengklasifikasikan sumber emisi
menjadi emisi langsung dan tidak langsung, mengidentifikasi data yang dibutuhkan,
mengestimasikan faktor emisi, menghitung emisi yang dapat direduksi, menentukan target
atau bagian yang dapat dilakukan penurunan emisi, dan analisis finansial. Berikut ini adalah
diagram metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini (Gambar 7).
Gambar 7. Tahapan Penelitian
1. Tahap Perencanaan dan Identifikasi (Plan and Identify)Tahap perencaan merupakan tahapan yang dilakukan untuk merencanakan
kajian yang akan dilakukan. Komitmen dari manajemen puncak sangat dibutuhkan untuk
menjalankan tahapan selanjutnya. Manajemen puncak dan tim harus sepakat dalam
menentukan area atau bagian dari industri yang akan dilakukan efisiensi.
Tahap identifikasi merupakan tahap mengidentifikasi bagian-bagian dari
industri yang memiliki potensi menghasilkan emisi gas rumah kaca, khususnya CO2 dan
CH4 . Fokus dari tahap ini adalah sumber emisi atau energi yang digunakan dan jumlah
yang dipergunakan pada industri tersebut.
2. Tahap Klasifikasi Sumber Emisi CO2 dan CH4 (Classification)Tahap klasifikasi merupakan tahapan setelah tahap perencanaan dan
identifikasi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan emisi CO2 dan CH4 berdasarkan
sumbernya. Berdasarkan sumbernya emisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu emisi
langsung (direct emissions) dan emisi tidak langsung (indirect emissions). Tahap
klasifikasi ini diperlukan untuk membedakan perhitungan emisi CO2 dan CH4 yang
dihasilkan dari sumber yang berbeda-beda pula.
Perencanaan dan Identifikasi
Klasifikasi sumber emisi CO2 dan CH4
Identifikasi data
Menghitung emisi
Opsi penurunan emisi
Analisa finansial
Laporan prakiraan emisi yang dapat diturunkan
3. Tahap Identifikasi Data (Gather Data)Tahap identifikasi data merupakan tahap pengelompokan data menjadi dua
bagian, yaitu data aktifitas dan faktor emisi. Dua bagian tersebut dibutuhkan untuk
menghitung emisi CO2. Data aktifitas yang digunakan berupa data kuantitas yang berasal
dari aktifitas yang menjadi sumber emisi secara langsung dan tidak langsung, sedangkan
faktor emisi yang digunakan berdasarkan penggunaannya. Berdasarkan Project Design
Document/PDD dalam situs UNFCCC, disebutkan bahwa pembakaran gas alam akan
menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa CO2, CH4, dan N2O, berikut faktor konversi
dari pembakaran gas alam (Tabel 1):
Tabel 1. Faktor emisi dari pembakaran gas alam
Faktor Emisi Besaran Unit
EFCO2-NG : Faktor Emisi CO2 56,10 tCO2/TJ
EFCH4-NG : Faktor Emisi CH4 0,021 tCO2/TJ
EFN2O-NG : Faktor Emisi N2O 0,031 tCO2/TJ
Menurut Wiharja (2010), total emisi dari pembakaran gas alam, PENG tCO2
adalah sebagai berikut :
PENG tCO2=( EFCO2−NG+EFCH 4−NG+EFN 20−NG) tCO2/TJ × jumlah gasalam TJ
PENG tCO2=(56,10+0,021+0,031 ) tCO2/TJ × jumlah gas alamTJ
PENG tCO2=(56,152 ) tCO2/TJ × jumlahgas alam TJ
Emisi yang dikeluarkan akibat penggunaan listrik PLN adalah sebagai berikut :
EEPLN tCO2=EFPLN tCO2/ MWh× penggunaanlistrik MWh
Menurut artikel dalam majalah Trobos (2010), total emisi CO2 yang dihasilkan
dari gas CH4 adalah sebagai berikut :
1 tonCH 4=21 tonCO2
Sehingga perhitungan emisi karbon yang dikeluarkan dari limbah RPH adalah sebagai
berikut :
ECH 4=x kgkotoran ternak × %CH 4
ECO 2=ECH 4 ×21 tonCO2
4. Tahap Menghitung Emisi (Calculate the Emissions)Tahap ini dilakukan setelah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
berupa data aktifitas dan faktor emisi. Berikut adalah formulasi perhitungan emisi CO 2
(Putt del Pino dan Bhatia 2002):
CO2emissions=activitydata ×emissions factor
Perhitungan emisi dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan sumber emisi GRK
tersebut. Perhitungan ini akan menghasilkan nilai dengan satuan kg CO2.
5. Tahap Penentuan Opsi Penurunan EmisiTahap penentuan opsi penurunan emisi merupakan tahap pemberian opsi-opsi
yang dapat dilakukan perusahaan untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan.
Penentuan opsi ini dilakukan setelah sumber emisi dan jumlah emisi yang dihasilkan
diketahui.
6. Tahap Analisa FinansialTahap analisa finansial merupakan tahap perhitungan penurunan emisi secara
ekonomi. Perhitungan ini dapat digunakan sebagai penentu apakah program penurunan
emisi dapat dilanjutkan atau tidak. Metode standar dalam perhitungan keuangan yang
umumnya digunakan antara lain:
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan perbedaan nilai investasi sekarang dari keuntungan dan biaya di
masa yang akan datang (Gray et al. 1992 dalam Indrasti dan Fauzi 2009). Formulasi
yang digunakan adalah :
NPV =∑t=0
n Bt−C t
(1+i)t
Keterangan : Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t
Ct = total biaya proyek tahun ke-t
i = tingkat suku bunga
n = umur ekonomis proyek
b. Internal rate of return (IRR)
IRR adalah tingkat keuntungan yang akan didapatkan investor dari investasi proyek
tersebut (Gray et al. 1992 dalam Indrasti dan Fauzi 2009). Formulasi yang digunakan
adalah :
i¿=i+NPV 1
NPV 1−NPV 2
×(i2−i1)
Keterangan : i* = tingkat suku bunga yang dicari
i = tingkat suku bunga yang berlaku
NPV = total nilai sekarang
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah nilai perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang positif dengan
jumlah nilai sekarang yang negatif (Gray et al. 1992 dalam Indrasti dan Fauzi 2009).
Formulasi yang digunakan adalah :
Net B /C=∑t=0
n Bt−Ct
(1+ i)t ……untuk Bt−Ct >0
∑t=0
n C t−Bt
(1+ i)t ……untuk Bt−Ct <0
d. Pay Back Period (PBP)
PBP adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal (Newman
1990 dalam Indrasti dan Fauzi 2009). Formulasi yang digunakan adalah :
PBP=Nilai Investasi awalKas Bersih
× 1tahun
atau
PBP=Nilai Investasi awalKeuntungan
Nilai NPV berbanding terbalik dengan PBP. Jika nilai NPV semakin besar, maka
nilai PBP semakin mengecil dan demikian pula sebaliknya.
e. Break Even Point (BEP)
BEP adalah jumlah hasil penjualan dimana proyek tidak menderita kerugian dan juga
tidak mendapatkan keuntungan, dengan kata lain impas (Sutojo 1996 dalam Indrasti
dan Fauzi 2009). Formulasi yang digunakan adalah :
QBEP=BT
P−BV
Keterangan : QBEP = jumlah penjualan break even point
BV = biaya variabel per tahun (Rp)
BT = biaya tetap per tahun (Rp)
P = harga jual produk per unit (Rp)
7. Tahap Penulisan Laporan Prakiraan Penurunan Emisi (Reporting)Penulisan laporan prakiraan penurunan emisi merupakan laporan estimasi yang
dibuat untuk membantu industri dalam mengimplementasikan penurunan emisi CO2.
Laporan ini akan menjelaskan tahapan yang harus dilakukan RPH dalam upaya
penurunan emisi CO2, opsi yang dapat dipilih untuk mengimplementasikan program
tersebut, dan keuntungan yang didapatkan industri jika melakukan program ini.
VI. WAKTU PENELITIANPenelitian akan dilakukan selama 2(dua) bulan, yaitu pada bulan 14 Maret 2011 sampai
dengan 14 Mei 2011. Berikut ini jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan:
No Aktivitas
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1Penyusunan proposal
2Survei awal lokasi penelitian
3Identifikasi proses produksi
4Identifikasi sumber emisi
5Pengisian Kuisoner
6 Analisa data
7Penulusuran literatur
8Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Protokol Kyoto. http://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Kyoto. [1 Februari 2011]
----------. 2010. Peternakan Merupakan Penghasil Metana Terbesar. http://www.koran-
jakarta.com/berita-detail.php?id=55895. [3 maret 2011]
----------. 2011. Greenhouse Gas. http://www.wikipedia.org/free+encyclopedia/green-house-gas/.
[28 Januari 2011]
Boone DR. 2000. Biological Formation and Consumption of Methane. In : Khalik, MAK. (ed.)
Atmospheric Methane : Its Role In The Global Environtment. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg, Germany.
Burnie D. 2005. Bengkel Ilmu : Ekologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Butler R A. 2010. Indonesia Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar Ke-3 Namun
Pengurangan Penggundulan Hutan Tawarkan Kesempatan Besar, Kata Pemerintah.
http://indonesia.mongabay.com/news/2010/id1001-0927-indonesia_abatement.html. [2
Februari 2011]
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan & Gizi. IPB,
Bogor.
Gonick L dan Outwater A. 2004. Kartun Lingkungan. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.
Gray C.P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaitella dan R. G.C. Varley. 1992. Pengantar
Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. dalam Indrasti N.S. dan Fauzi
A.M. 2009. Produksi Bersih. IPB Press, Bogor.
Hopwood N dan Cohen J. 1998. Greenhouse Gas and Society.
http://www.umich.edu/~gs265/society/greenhouse.htm [5 Maret 2011]
http://en.wikipedia.org/wiki/Greenhouse_gas. [28 januari 2011]
Newman D.G. 1990. Engineering Economic Analysis. Binarupa Aksara, Jakarta. dalam Indrasti
N.S. dan Fauzi A.M. 2009. Produksi Bersih. IPB Press, Bogor.
Putt del Pino S dan Bathia P. 2002. Working 9 to 5 on Climate Change : An Office Guide. World
Resources Institute, Washington D.C.
Putt del Pino S, Levinson R, dan Larsen J. 2006. Hot Climate, Cool Commerce: A Service Sector
Guide to Greenhouse Gas Management. World Resources Institute, Washington D.C.
Soemarno S H. 1999. Meteorologi Pencermaran Udara. Catatan Kuliah. Penerbit ITB, Bandung.
Sugiyono A. 2006. Penanggulangan Pemanasan Globaldi Sektor Pengguna Energi. Sains dan
Teknologi Modifikasi Cuaca 7(2) : 15-19.
Susanta G dan Sutjahjo H. 2007. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutojo T. 1993. Studi Kelayakan Proyek. PT Pustaka Binaman Pressinda, Jakarta. dalam Indrasti
N.S. dan Fauzi A.M. 2009. Produksi Bersih. IPB Press, Bogor.
Trobos. 2010. Ternak Ramah Lingkungan dengan Limbah Teh. Majalah.
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=19&aid=2409. [3 Maret 2011]
Wahyuni S. 2009. Biogas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wardhana W A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta.
CURRICULUM VITAE
Identitas Diri
Nama : Ika Kartika
NIM : F34070092
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Juli 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Bapak : Yanizar Matropi, S.E
Nama Ibu : Tetty Widyastoety
Alamat Rumah : Komp. Pondok Pucung Indah II
Jl. Krakatau I Blok A3/11
Pondok Aren – Tangerang Selatan 15229
Alamat Bogor : Pondok Irafan – Babakan Lebak
Telepon/Hp : 021-745 5251 / 085691042028
Riwayat Pendidikan Formal
TK Kartini – Jakarta Pusat 1993 - 1995
SD Dahlia – Tangerang 1995 – 1997
SD Az Zahra – Palembang 1997 – 1999
SD Dahlia – Tangerang 1999 – 2001
SLTP N 11 Jakarta 2001 – 2004
SMA N 29 Jakarta 2004 – 2007
Institut Pertanian Bogor 2007 – 2011
Riwayat Pendidikan Informal
English Camp SMA N 29 Jakarta 2004
Ajang Orientasi Bersama Mahasiswa “Agraris 44” 2007
Seminar Nasional Konservasi Penyu Indonesia 2007
Bird Lecture 2008 “Indonesian Bird Conservation” 2008
Seminar Nasional Konservasi Orang Utan Indonesia 2009
Bird Banding Training UKF IPB – WCS Indonesian Program 2010
Seminar Nasional Perdagangan Satwa Liar 2010
Seminar Nasional Agroindustri 2010
Pengalaman Organisasi
Anggota Paduan Suara SMA N 29 Jakarta 2004 – 2007
Anggota Majalah Dinding SMA N 29 Jakarta 2004 – 2006
Humas Eksternal Paduan Suara SMA N 29 Jakarta 2005 – 2006
Pengurus Kelas (Bendahara) XI IPA 2 SMA N 29 Jakarta 2005 – 2006
Kepala Biro Kepustakaan UKM Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB 2008 – 2009
Bendahara Eksternal UKM Uni Kenservasi Fauna IPB 2009 – 2010
Anggota HIMALOGIN IPB 2008 – 2011
Anggota Aktif UKM Uni Konservasi Fauna IPB 2007 – 2011
Anggota Divisi Konservasi Burung UKF IPB 2007 – 2011
Pengalaman Kepanitian
Bendahara Ekspedisi Global UKF IPB 2008
Staff Divisi Dana Usaha EXPO UKF 2008 2008
Staff Divisi Medis Red’s Cup (BEM-F) 2009
Bendahara UKF EXPO 2009 2009
Kepala Divisi Konsumsi 2nd Tetranology (BEM-F) 2009
Staff Divisi Konsumsi UKF EXPO 2010 2010
PJ Open Recruitment Metamorfosa 9 UKF IPB 2010
Prestasi
Peserta Olimpiade Matematika Nasional 2005
Peserta Lomba Essay Nasional Terumbu Karang 2007
Diterima di IPB Melalui Jalur USMI 2007