kajian pengaruh jarak antar cincin baja sebagai …/kajian...pengaruh jarak antar cincin baja ......
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KAJIAN PENGARUH JARAK ANTAR CINCIN BAJA
SEBAGAI EXTERNAL CONFINEMENT TERHADAP
MODULUS ELASTISITAS BETON
Study Of Spacing EffectsBetween Steel Ring As External Confinement Against
Elastic Modulus ofConcrete
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh :
MUHAMMAD IRVAN SYAH PUTRA
I 0108117
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Lakukan yang terbaik, karena Allah tau apa yang terbaikbagikita
Memangbaikmenjadi orang penting, tapilebihpentingmenjadi orang baik
Berkarya, bukanberkarir, karya yang besarpastimenjadikarir yang tinggi,
sedangkarir yang tinggibelumtentumenjadikarya yang besar
Bekerjadenganjujurdancerdas, you can do anything, but not everything
Real Leaders is an ordinary man with extraordinary determination
Finally, Take care of your body, it's the only place you have to live
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Sebuahkaryakecilini, kupersembahkanuntuk,
Allah SWT yang mempunyai 99 namamulia, yang
selalupunyarencanaindahuntukkehidupan, kepada-Mu
lahakumemohonperlindungandanpertolongan
Mama, yang selaluada di sampingku, terimakasihatasperjuangannya,
dukungannyadandoanya, janganpernahberhentiya ma
memangakutakakanbisamembalassemuaitu,
kuhanyabisamemohon,supaya Allah SWT selalumelimpahkanmukebahagiaan,
kesehatan, kesabaran, daniman yang teguh
Abi, Arif, Eyang, Ibu,terimakasihya, sudahmendampingi mas mu inisampaibisa
lulus kuliah, saatbersama kalian semua di rumahkecilkita
tidakakanpernahtergantidanterbelidenganapapun
Arum Kesumaningtyas, yang selalu ada buat aku, menerima aku apa adanya,
harapanku, semoga jarak dan waktu tidak akan pernah merubah rasa itu,
aku tidak bisa menjanjikan masa depan, namun aku selalu berusaha yang terbaik
untuk kehidupan kita kelak, pray for me sweetheart
Dina, Darto, Tim PKM, Cah2 EC, Asisten2 tubesku, Staf pengajaran dan
semua armada sipil 2006-2010, terima kasih atas kisah klasik selama ini,
sukses buat semua
Bu Endah, Pak Basuki, Pak Sunarmasto, Pak Djumari, Pak Budi Utomo,
Pak Bambang, Pak Edy, Pak Wibowo, dan semua dosen2ku
terima kasih atas ilmunya, pengalamannya, terima kasih atas semuanya....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Muhammad Irvan Syah Putra, 2013. Kajian Pengaruh Jarak antar Cincin
Baja sebagai External Confinement terhadap Modulus Elastisitas Beton.
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Indonesia sering mengalami gempa bumi karena terletak pada sabuk gempa
pasifik. Keruntuhan bangunan yang terjadi saat gempa memperlihatkan bahwa
struktur bangunan tersebut tidak memiliki daktilitas yang tinggi. Penelitian
terdahulu (Roeder, 2010) bahwa pemberian kekangan (confinement) pada
Concrete Filled Steel Tubes (CFST) terbukti meningkatkan kekuatan dan
daktilitas beton. Penelitian ini menggunakan tabung baja yang dipotong
menyerupai cincin dengan lebar (a) yang bernilai konstan untuk menyelimuti
beton dengan variasi jarak antar cincin (b). Penelitian ini bertujuan meninjau
pengaruh variasi jarak (b) terhadap modulus elastisitas beton dan berapa rasio a/b
yang menghasilkan nilai modulus elastisitas beton maksimum.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen di laboratorium
dengan benda uji beton berupa silinder diameter 150-160 mm dan tinggi 300-310
mm dengan masing–masing variasi rasio a/b yaitu (0/300 = 0); (40/90 = 0,444);
(40/47 =0 ,851); (40/25 = 1,6). Pengujian beton dilaksanakan pada umur 28 hari
dan selanjutnya dilakukan analisis modulus elastisitas beton terhadap masing-
masing variasi rasio a/b.
Hasil pengujian dan analisis data menunjukkan bahwa pemakaian external
confinement cincin baja akan meningkatkan nilai modulus elastisitas beton seiring
semakin kecilnya jarak antar cincin pada beton. Modulus elastisitas beton
maksimum = 29186,506 MPa pada rasio a/b optimum = 1,6.
Kata kunci: Beton terkekang, cincin baja, external confinement, modulus
elastisitas beton, rasio a/b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Muhammad Irvan Syah Putra, 2012. Study Of Spacing Effects Between Steel
Ring As External Confinement Against Elastic Modulus of Concrete.
Thesis.Civil Engineering Faculty of Engineering. Sebelas Maret University
Surakarta.
Earthquake frequently happened in Indonesia caused by its location on the ring of
fire. The building collapse in the earthquake can be seen that the structure doesn't
meet the high ductility. Pre-research by Roeder on 2010 said that giving
confinement to CSFT proved in increasing the strength and ductility of concrete.
This research use the steel tubes which cut as ring-like by width (a) which the
value is constant to cover the concrete with the varieties spacing between ring (b).
The purpose is to study the effects of ring space (b) against the elastic modulus of
concrete and what is the value of maximum elastic modulus and the optimum a/b
ratio
This research use experimental method in laboratory by using the cylindrical
sample with diameter is about 150-160 mm and the height is about 300-310 mm
with each a/b ratio. The ratio are( 0/300 = 0); ( 40/90 = 0,444); (40/46,67 =
0,851); (40/25 = 1,6). The test done at the concrete age 28 days, then do the
analysis about the value of elastic modulus of each sample with varieties a/b
ratio.
The result and the data analysis show that the use of steel ring as external
confinement will increase the value of elastic modulus of concrete parallel with
the decreasing of spacing between the steel ring. The maximum value of modulus
= 29186,506 MPa at optimum a/b ratio = 1,6.
Keywords: Confinement concrete, steel ring, external confinement, elastic
modulus of concrete, ratio a/b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan
judul “Kajian Pengaruh Jarak Antar Cincin Baja Sebagai External Confinement
Terhadap Modulus Elastisitas Beton” guna memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian untuk tugas akhir ini, merupakan bagian dari penelitian milik Endah
Safitri, ST, MT selaku ketua penelitian sekaligus dosen pembimbing I tugas akhir.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penyusun ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Pimpinan beserta semua staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Endah Safitri, ST., MT selaku Dosen Pembimbing I.
3. Achmad Basuki, ST., MT selaku Dosen Pembimbing II.
4. Ir. Sunarmasto, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Tim validator dan penguji pendadaran tugas akhir.
6. Orang tua, adik, eyang dan kekasih saya yang selalu mendukung &
mendoakan saya.
7. Tim skripsi dan rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2008.
8. Semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian tugas akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan untuk
kesempurnaan tugas akhir ini dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Februari 2013
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
LEMBAR MOTTO....................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN....................................................................... v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR NOTASI ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian........................................................................ 3
1.5. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 5
2.2. Landasan Teori ........................................................................... 7
2.2.1. Beton ................................................................................. 7
2.2.2. Berat Jenis Beton ............................................................... 7
2.2.3. Bahan Penyusun Beton...................................................... 8
2.2.3.1. Semen Portland ..................................................... 8
2.2.3.2. Agregat ................................................................. 9
2.2.3.3. Air ......................................................................... 12
2.2.3.4. Cincin Baja ........................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.2.4. Tegangan ........................................................................... 13
2.2.5. Regangan ........................................................................... 14
2.2.6. Kurva Tegangan-Regangan ............................................... 14
2.2.7. Modulus Elastisitas ........................................................... 15
2.2.8. Momen Inersia................................................................... 16
2.2.9. Kekakuan Material ............................................................ 17
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Benda Uji Penelitian ................................................................... 18
3.2. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 20
3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian ................................................... 21
3.4. Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Beton .............. 24
3.4.1. Standar Pengujian Agregat Halus ..................................... 24
3.4.2. Standar Pengujian Agregat Kasar ..................................... 24
3.5. Pengujian Bahan Dasar Beton .................................................... 25
3.5.1. Pengujian Agregat Halus (Pasir) ....................................... 25
3.5.1.1. Pengujian Kadar Zat Organik .................................. 25
3.5.1.2. Pengujian Kadar Lumpur ........................................ 25
3.5.1.3. Pengujian Specific Gravity ...................................... 26
3.5.1.4. Pengujian Gradasi ................................................... 27
3.5.2. Pengujian Agregat Kasar (Kerikil) ................................. 27
3.5.2.1. Pengujian Specific Gravity ...................................... 27
3.5.2.2. Pengujian Gradasi ................................................... 28
3.5.2.3. Pengujian Abrasi ..................................................... 29
3.6. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ............................. 29
3.7. Pembuatan Benda Uji ................................................................. 29
3.8. Pengujian Nilai Slump ............................................................... 30
3.9. Perawatan Benda Uji .................................................................. 31
3.10. Prosedur Pengujian Modulus Elastisitas Beton ........................ 31
BAB 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar ..................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus ......................................... 33
4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar ......................................... 33
4.2. Hasil Perhitungan Rancang Campur Adukan Beton .................. 34
4.3. Hasil Pengujian Slump............................................................... 34
4.4. Hasil Pengujian Berat Jenis Beton.............................................. 35
4.5. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton................................ 36
4.6. Hubungan antara Efek kekangan Cincin Baja sebagai
External Confinement terhadap Modulus Elastisitas Beton ..... 41
4.7. Hasil Perhitungan Nilai Kekakuan Material Beton.................... 42
4.8. Hubungan antara Efek kekangan Cincin Baja sebagai
External Confinement terhadap Kekakuan Material Beton ...... 44
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 45
5.1. Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... xvi
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Cincin Baja................................................................................ 12
Gambar 2.2. Ilustrasi Efektifitas Daerah Kekangan...................................... 13
Gambar 2.3. Kurva Tegangan-Regangan tipikal beton.................................. 15
Gambar 2.4. Kurva Tegangan-Regangan untuk berbagai kekuatan beton..... 15
Gambar 2.5. Modulus Sekan dan Modulus Tangen Beton............................ 16
Gambar 3.1. Benda Uji Penelitian................................................................. 18
Gambar 3.2. Benda Uji Beton dengan Rasio a/b bervariasi (nilai a konstan) 19
Gambar 3.3. Bagan Alir Tahapan Penelitian................................................. 23
Gambar 4.1. Grafik tegangan-regangan benda uji MOE (0/300) A.............. 37
Gambar 4.2. Hubungan antara Rasio a/b terhadap
Modulus Elastisitas Beton........................................................ 39
Gambar 4.3. Grafik Regresi Peningkatan MOE............................................ 40
Gambar 4.4. Daerah Kekangan pada Beton dengan Cincin Baja.................. 41
Gambar 4.5. Grafik Regresi Peningkatan Kekakuan Material...................... 44
Gambar 4.5. Hubungan Tegangan- Regangan Beton Terkekang dan
dan Beton Tidak Terkekang...................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Bahan Utama Semen................................................. 8
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Jenis Semen Portland di Indonesia sesuai SII 0013-81...............
Batasan Susunan Butir Agregat Halus SK-SNI-T-15-1990-03...
9
10
Tabel 2.4. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar ASTM C33-74................... 11
Tabel 3.1. Benda Uji dengan Variasi Jarak antar Cincin Baja..................... 19
Tabel 3.2. Pengaruh Kandungan Zat Organik Terhadap Penurunan
Kekuatan Beton........................................................................... 25
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Agregat Halus................................................... 33
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar................................................... 34
Tabel 4.3. Berat Jenis beton dengan Rasio a/b............................................. 35
Tabel 4.4. Hasil Persamaan Regresi linier fungsi tegangan – regangan
arah aksial untuk benda uji beton................................................ 38
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton................................. 39
Tabel 4.6. Peningkatan Modulus Elastisitas Beton Terkekang terhadap
Beton Normal.............................................................................. 40
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Kekakuan Material Beton............................. 43
Tabel 4.8. Peningkatan Kekakuan Material Beton Terkekang terhadap
Beton Normal.............................................................................. 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
% = Persentase
σ = Tegangan
π = Phi (3,14285)
fc’ = Kuat Desak Beton
°C = Derajat Celcius
A = Luas permukaan benda uji tertekan
ASTM = American Society for Testing and Material
cm = Centimeter
D = Diameter
f.a.s = Faktor air semen
fy =Tegangan baja
G0 = berat pasir sebelum dicuci
G1 = berat pasir setelah dicuci
gr = Gram
Kg = Kilogram
lt = Liter
m = Meter
mm = Milimeter
MPa = Mega Pascal
N = Newton
P = Beban
Pmax = Beban Maksimal
SK SNI = Surat Keputusan Standar Nasional Indonesia
SSD =Saturated Surface Dry
T = Tinggi
V =Volume beton
W = Berat beton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Hasil Uji Material
Lampiran B. Rencana Adukan Beton
Lampiran C. Hasil Pengujian Beton
Lampiran D. Dokumentasi
Lampiran E. Form Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sering mengalami gempa bumi tektonik, karena terletak pada sabuk
gempa pasifik, yaitu daerah yang sering mengalami gempa bumi yang
mengelilingi cekungan samudra pasifik. Disebut demikian karena 90% dari gempa
bumi terbesar yang terjadi di bumi berada pada sabuk gempa ini. Beberapa gempa
tektonik besar terbaru yang terjadi di Indonesia antara lain Gempa Aceh (2004),
Gempa Yogya (2006) dan Gempa Padang (2009) yang telah mengakibatkan
banyak korban jiwa dan kerugian akibat runtuhnya bangunan. Keruntuhan
bangunan yang terjadi saat gempa memperlihatkan bahwa struktur bangunan
tersebut tidak memiliki daktilitas yang tinggi sehingga kemampuan
berdeformasinya kurang memadai, khususnya dalam kondisi plastis, oleh sebab
itu, dibutuhkan sistem struktur berdaktilitas tinggi yang mampu berdeformasi
secara optimal, sehingga saat bangunan mengalami gempa kuat, kegagalan
struktur yang berakibat runtuhnya bangunan dapat dihindari.
Tuntutan akan kebutuhan suatu desain elemen struktur tahan gempa berdaktilitas
tinggi tersebut membuat peneliti berlomba untuk meningkatkan daktilitas material
yang ada dengan metode – metode yang baru. Dalam penelitian ini metode yang
dilakukan adalah dengan beton terkekang silinder baja. Material beton yang diberi
kekangan (confinement) akan meningkat daktilitasnya karena ekspansi lateral
yang terjadi akibat efek pembebanan dapat termobilisasi oleh adanya kekangan.
Concrete Filled Steel Tubes (CFST) ini sangat cocok bila digunakan pada kolom
bangunan tahan gempa karena kolom merupakan elemen struktur yang menerima
gaya tekan aksial yang paling besar. Maka apabila digunakan material yang
daktilitasnya tinggi, akan memungkinkan terbentuknya sendi plastis terlebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dahulu pada balok sehingga hierarki “kolom kuat – balok lemah” dapat terjadi dan
pendisipasian energi gempa yang lebih baik pada struktur.
Tolak ukur yang umum dari sifat elastisitas suatu bahan adalah modulus
elastisitas, yang merupakan perbandingan dari desakan yang diberikan dengan
perubahan bentuk per satuan panjang sebagai akibat dari desakan yang diberikan.
Modulus elastisitas beton yang besar menunjukkan kemampuan beton menahan
tegangan yang cukup besar dalam kondisi regangan yang masih kecil, artinya
bahwa beton tersebut mempunyai kemampuan menahan tegangan yang cukup
besar akibat beban-beban yang terjadi pada suatu regangan yang kecil. Dengan
adanya confinement, akan meningkatkan kekuatan dan deformability beton. Hal
ini dikarenakan retak yang terjadi pada beton akibat pembebanan terhambat oleh
adanya aplikasi tegangan lateral oleh confinement. Sehingga modulus elastisitas
beton (E) akan meningkat seiring peningkatan nilai tegangan (σ) dan regangan (ε)
tekan maksimum beton tersebut.
Pada penelitian sebelumnya oleh Roeder (2010) mengenai Concrete Filled Steel
Tubes (CFST), silinder baja menyelubungi seluruh tinggi kolom, karena berfungsi
untuk confinement juga berfungsi sebagai external reinforcement. Namun hal
tersebut sangatlah mahal bila ditinjau dari segi biaya konstruksi. Pada penelitian
ini digunakan silinder baja yang dipotong dengan lebar tertentu (a) sehingga
berbentuk menyerupai cincin dan dipasang pada jarak antar cincin tertentu (b).
Dengan menggunakan variabel bebas berupa variasi rasio a/b diharapkan dapat
diketahui rasio a/b yang optimum yang menghasilkan nilai modulus elastisitas
beton maksimum. Selain itu, pada penelitian ini silinder baja hanya berfungsi
sebagai external confinement, sehingga tidak perlu menyelubungi seluruh tinggi
kolom dan dapat menghemat biaya konstruksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh jarak antar external confinement terhadap modulus
elastistas beton.
b. Berapa nilai optimum jarak antar external confinement yang dapat
menghasilkan modulus elastisitas beton maksimum.
1.3. Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian terarah dan tidak meluas maka
dalam penelitian ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut :
a. Mix design rencana menggunakan metode SK.SNI.T-15-1990-03
b. Umur beton pengujian untuk beton adalah umur 28 hari, yang ditinjau adalah
beton dengan kuat tekan, f’c = 20 Mpa
c. Semen yang digunakan adalah semen tipe PCC.
d. Pembebanan aksial sentris.
1.4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jarak antar external
confinement terhadap modulus elastisitas beton.
b. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai optimum jarak antar external
confinement yang dapat menghasilkan modulus elastisitas beton maksimum.
c. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jarak antar external
confinement terhadap kekakuan material beton.
d. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai optimum jarak antar external
confinement yang dapat menghasilkan kekakuan material beton maksimum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi konstribusi terhadap ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang teknik sipil dan mengembangkan penelitian
mengenai penggunaan external confinement cincin baja pada beton. Sehingga
diharapkan akan menghasilkan metode baru yang dapat diaplikasikan pada
struktur bangunan tahan gempa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Salah satu profil baja komposit yang digunakan adalah baja yang berintikan beton
atau Concrete Filled Steel Tube (CFST). Efek utama dari beton terkekang adalah
penundaan tekuk lokal dari beton dapat dicegah oleh tabung baja. Profil ini
mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan profil baja pada umumnya
atau beton bertulang. Salah satu keuntungan utamanya adalah interaksi antara baja
dengan beton inti, tekuk lokal profil baja direduksi oleh beton dan kekuatan beton
akan menjadi tinggi karena efek kekang dari baja (Yudha,2011).
Material beton menunjukkan perilaku mekanik yang lebih baik jika diberi
kekangan (confinement). Adanya confinement menyebabkan termobilisasinya
tegangan tekan lateral pada saat beton menahan beban tekan aksial, sehingga
timbul kondisi tegangan tekan tiga arah atau, dalam batas-batas tertentu, tegangan
tekan triaksial simetris. Semakin tinggi nilai tekanan lateral yang termobilisasi
akibat kekangan, semakin membaik perilaku beton yang dihasilkan terhadap
beban aksial tekan, ditandai dengan tertundanya mekanisme ekspansi yang terjadi
akibat efek poison selama pembebanan berlangsung sehingga memungkinkan
terbentuknya sendi plastis yang daktail dan selanjutnya memungkinkan terjadi
disipasi energi yang baik pada struktur (Imran,2010).
CFST merupakan elemen struktur komposit yang terdiri dari sebuah tabung baja
dan beton pengisi. Pada dasarnya tabung baja diisi oleh material beton, sehingga
dalam kondisi tekanan triaksial akan meningkatkan tegangan dan regangan beton,
karena tabung baja berfungsi untuk confinement juga berfungsi sebagai external
reinforcement (Roeder,2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kolom komposit dapat juga digunakan untuk menolak tekanan luar, seperti
gelombang laut, es, gempa bumi karena sifatnya yang baik seperti kekuatannya
tinggi, daktilitas tinggi, dan penyerapan energi yang lebih besar
(Kuranovas,2007).
Struktur komposit yang terdiri dari tabung baja persegi yang diisi beton banyak
digunakan dalam struktur yang melibatkan kontruksi – konstruksi besar, terutama
diterapkan pada bangunan di zona rawan gempa. Salah satunya profil baja
komposit yang digunakan adalah baja yang berintikan beton atau Concrete Filled
Tubes (CFT) banyak dimanfaatkan sebagai kolom, balok dan balok-kolom dalam
menguatkan struktur frame. Dua tipe utama kolom komposit baja dengan beton
yakni material baja yang terbungkus beton bertulang dan tabung baja yang diisi
oleh beton (CFST) (Morino,2003).
Keuntungan CFST tercantum di bawah ini:
a. Interaksi antara tabung baja dan beton, tekuk lokal beton dapat ditunda oleh
tabung baja, dan kemerosotan kekuatan setelah tekuk lokal dimoderasi oleh
tabung baja
b. Beton rontok (spalling) dapat dicegah oleh tabung baja.
c. Pengeringan penyusutan dan rangkak beton jauh lebih kecil dibandingkan
dengan beton bertulang biasa.
d. Tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
e. Tabung baja bertindak sebagai bekisting tetap pada beton.
f. Kekuatan tekan yang relatif lebih tinggi.
g. Lebih mudah dalam perakitannya
Beton mempunyai sifat getas dan kuat tekan yang tinggi sedangkan baja memiliki
sifat kuat tarik dan daktilitas yang tinggi. Dengan menggabungkan keunggulan
kedua material itu maka didapat material baru yang disebut beton komposit.
Secara umum material komposit dibentuk oleh dua material atau lebih yang
mempunyai sifat alami dan makroskopik yang berbeda (Nawy,1990)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Beton
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air dan agregat
dengan atau bahan tambahan (kadang-kadang bahan tambah, yang sangat
bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan buangan non-
kimia, pozzolan, dan sebagainya) pada perbandingan tertentu. Dalam adukan
beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini
selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga bersifat
sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran
agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak dan
padat (Tjokrodimulyo,1996).
2.2.2. Berat Jenis Beton
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan relatif antara berat sebuah material
dengan volume material tersebut. Berat jenis dapat dihitung dengan Persamaan
2.1 berikut :
Bj = W
V ...............................................................................................................(2.1)
Dengan :
W = Berat benda (kg)
V = Volume benda (m3)
Pada penelitian ini, dihitung berat jenis beton, yaitu berat jenis benda uji silinder
beton. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah beton yang kita
buat sudah sesuai dengan acuan yang berlaku.
Beton normal memiliki berat jenis antara 2200-2400 kg/m3 (Tjokrodimulyo,
1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2.3. Bahan Penyusun Beton
2.2.3.1. Semen Portland
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Semen Portland yang dikenal pertama kali pada tahun 1824 oleh
Joseph Aspadin yaitu dengan membakar campuran batu kapur dengan tanah liat
sampai suhu cukup tinggi, kemudian ditumbuk halus. Karena warnanya berupa
abu-abu seperti batuan yang ada di pulau Portland, maka dinamakan Semen
Portland (Tjokrodimulyo,1996).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete) (Mulyono,
2003).
Material-material utama dari semen portland disajikan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1.Komposisi Bahan Utama Semen Portland
Komposisi Persentase (%)
Kapur (CaO)
Silika (SiO2)
Alumina (Al2O3)
Besi (Fe2O3)
Magnesia (MgO)
Sulfur (SO3)
Potash (Na2O + K2O)
60 – 65
17 – 25
3 – 8
0,5 – 6
0,5 – 4
1 – 2
0,5 – 1
Sumber: Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Perubahan komposisi semen yang dilakukan dengan cara mengubah persentase
empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai
jenis pemakaiannya. Jenis-jenis semen portland yang sering digunakan dalam
konstruksi serta penggunaannya dicantumkan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2.Jenis –Jenis Semen Portland di Indonesia sesuai SII 0013-81
Jenis
Semen Karakteristik Umum
Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain
Jenis II Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang
Jenis III Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi
Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah
Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat
Sumber: ASTM C-150-18
2.2.3.2. Agregat
Agregat merupakan bahan utama pembentuk beton disamping pasta semen. Kadar
agregat dalam campuran berkisar antara 60-80 % dari volume total beton. Oleh
karena itu kualitas agregat berpengaruh terhadap kualitas beton. Penggunaan
agregat bertujuan untuk memberi bentuk pada beton, memberi kekerasan yang
dapat menahan beban, goresan dan cuaca, mengontrol workability, serta agar lebih
ekonomis karena menghemat pemakaian semen. Agregat beton dapat berasal dari
bahan alami, buatan (batu pecah) maupun bahan sisa produk tertentu. Selain
persyaratan teknis yang harus dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan jenis agregat adalah faktor ekonomisnya (Nugroho,1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Persyaratan teknis agregat beton mengacu pada standar ASTM C 33-97. Sebagai
material penyusun beton, agregat yang digunakan dapat dibedakan dalam dua
jenis yaitu agregat halus dan agregat kasar yang masing-masing mempunyai
spesifikasi khusus.
a. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang berbutir kecil (antara 0,15 mm dan 5 mm)
Dalam pemilihannya agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.Hal tersebut sangat berpengaruh pada kemudahan pengerjaan
(workability), kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability) dari beton
yang dihasilkan.Untuk memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus
dikendalikan (Tjokrodimulyo,1996).
Menurut SK SNI T-15-1991-03, agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami batuan atau pasir dihasilkan oleh industri pemecah batu
(artificial sand) dan mempunyai ukuran butiran antara 0,15-5,0 mm. Pasir sebagai
agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang ditentukan. Batasan
susunan butiran agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus SK-SNI-T-15-1990-03
Ukuran
saringan
(mm)
Persentase lolos saringan
Daerah
1
Daerah
2
Daerah
3 Daerah 4
10,00
4,80
2,40
1,20
0,60
0,30
0,15
100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10
100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
100
95-100
95-100
90-100
80-100
15-50
0-15
Sumber: Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Keterangan:
Daerah 1 : Pasir kasar
Daerah 2 : Pasir agak kasar
Daerah 3 : Pasir agak halus
Daerah 4 : Pasir halus
b. Agregat Kasar
Agregat kasar didefinisikan sebagai butiran yang tertahan saringan 4,75 mm (No 4
standart ASTM). Agregat kasar sebagai bahan campuran untuk membentuk beton
dapat berupa sebagai berikut :
1. Kerikil adalah bahan yang terjadi karena hasil disintegrasi alami dari batuan
dan terbentuklah agak bulat serta permukaannya yang licin atau diperoleh
dengan cara meledakkan, memecah maupun menyaring.
2. Batu pecah (kricak) adalah bahan yang diperoleh dari batu yang dipecah
menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm. Butir-butirannya berbentuk
tajam sehingga sedikit lebih memperkuat betonnya.
Sifat-sifat bahan bangunan sangat perlu untuk diketahui, karena dengan
mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan tersebut, kita dapat menentukan
langkah-langkah yang diambil dalam menangani bahan bangunan tersebut.
Sifat-sifat dari agregat kasar yang perlu untuk diketahui antara lain ketahanan
(hardness), bentuk dan tekstur permukaan (shape and texture surface), berat jenis
agregat (spesific gravity), ikatan agregat kasar (bonding), modulus halus butir
(finenes modulus), dan gradasi agregat (grading).Batasan susunan butiran agregat
kasar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 2.4. Persyaratan gradasi agregat kasar SK-SNI-T-15-1990-03
Ukuran saringan
(mm)
Persentase lolos saringan
40 mm 20 mm
40
20
10
4,8
95-100
30-70
10-35
0-5
100
95 – 100
22-55
0-10
Sumber: Teknologi Beton, Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)
2.2.3.3.Air
Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting namun harganya paling
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi reaksi kimia
yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan pada beton,
serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah
dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air hanya diperlukan
25% dari berat semen saja. Selain itu, air juga digunakan untuk perawatan beton
dengan cara pembasahan setelah dicor (Tjokrodimuljo, 1996).
Syarat-syarat air untuk campuran beton sesuai standar PBI 1971/NI-2 Pasal 3.6 :
a. Tidak mengandung organik (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dll) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
2.2.3.4. Cincin Baja
Cincin baja terbuat dari tabung baja yang dipotong dan berbentuk melingkar.
Dalam kasusnya, cincin ini berfungsi sebagai cincin pengaku yang diisi dengan
inti beton. Selain itu cincin baja juga berperan sebagai bekesting permanen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.1. Cincin Baja
Sama halnya dengan sengkang pada beton bertulang, cincin baja yang melapisi
selimut beton juga memberi pengaruh pada daktalitas kolom. Konsep kekangan
sengkang maupun cincin baja pada daerah beton akan menimbulkan tekanan
merata ke sekeliling penampang. Pengembangan ini menyebabkan tulangan
sengkang atau cincin baja yang melingkupi inti beton menjadi tertarik dan
menimbulkan efek tegangan lateralpada inti beton. Dalam kondisi terkekang,
beton memiliki kuat tekan aksial yang lebih tinggi dan perilaku yang lebih daktail
(Imran dkk.,1996; Mander dkk, 1988)
Gambar 2.2. Ilustrasi Efektifitas Daerah Kekangan (Mander et al,1988)
2.2.4. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dengan luas penampang yang menerima gaya tersebut. Pada beton,
tegangan biasa disebut kuat tekan, yaitu parameter kekuatan beton dalam
menerima beban yang diterimanya. Tegangan beton disimbolkan dengan f’c.
Kulit beton
Bagian beton tak
terkekang Bagian beton yang
terkekang cincin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tegangan merupakan aksi dari reaksi yang diterima. Menghitung tegangan ( σ )
yang terjadi dengan Persamaan 2.2
Tegangan (σ) =P
A .............................................................................................(2.2)
Dimana :
P = Beban yang diberikan pada benda uji (N)
A = Bidang luasan tekan beban terhadap benda uji (mm2)
2.2.5. Regangan
Regangan didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan
panjang awalnya. Pertambahan panjang yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah deformasi lateral yang terjadi pada beton akibat beban yang diterima.
Beton memberikan respon berupa regangan bersamaan dengan aksi yang timbul
akibat pembebanan. Panjang awal yang dijadikan acuan dalam penelitian ini
adalah jarak antar ring perletakan LVDT yaitu berjarak 20 cm / 200 mm.
Menghitung regangan ( ɛ ) yang terjadi dengan Persamaan 2.3
Regangan (ɛ) =Δl
l.............................................................................................(2.3)
Dimana :
Δl = Deformasi yang terjadi saat benda uji menerima P (mm)
L = Tinggi beton relatif (Jarak antar ring perletakan LVDT) = 200 mm
2.2.6. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
Persamaan-Persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton. Gambar 2.3, memperlihatkan kurva tegangan-regangan tipikal yang
diperoleh dari percobaan dengan menggunakan benda uji silinder beton dan
dibebani tekan uniaksial selama beberapa menit. Bagian pertama kurva ini
(sampai sekitar 40% dari f’c) pada umumnya untuk tujuan praktis dapat dianggap
linier. Sesudah mendekati 70% tegangan hancur, materialnya banyak kehilangan
kekakuannya sehingga menambah ketidaklinieran diagram. Pada beban batas,
retak yang searah dengan arah beban menjadi sangat terlihat dan hampir semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
silinder beton (kecuali yang kekuatannya sangat rendah). Gambar 2.4,
memperlihatkan kurva tegangan-regangan beton untuk berbagai kekuatan yang
diperoleh dari Portland Cement Association. Terlihat bahwa (1) semakin rendah
kekuatan beton, semakin tinggi regangan hancurnya, (2) semakin tinggi kekuatan
beton, panjang bagian linier pada kurva semakin bertambah, dan (3) ada reduksi
daktilitas apabila kekuatan beton bertambah (Nawy,1990)
Gambar 2.3. Kurva Tegangan-Regangan Tipikal Beton (Nawy,1990)
Gambar 2.4. Kurva Tegangan-Regangan Berbagai kekuatan Beton (Nawy,1990)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.7. Modulus Elastisitas
Karena kurva tegangan-regangan beton seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.5 adalah kurvilinier pada taraf pembebanan awal, maka modulus elastisitas
(modulus Young) dari bahan ini adalah garis singgung dari kurva tegangan-
regangan pada titik pusatnya. Kemiringan garis singgung ini didefinisikan sebagai
modulus tangen awal. Bisa saja dibuat modulus tangen untuk tiap titik lain pada
kurva tegangan-regangan. Kemiringan suatu garis lurus yang menghubungkan
titik pusat dengan suatu harga tegangan (sekitar 0,40 f’c) disebut modulus
elastisitas sekan dari beton. Harga ini pada perhitungan desain disebut modulus
elastisitas. Modulus ini memenuhi asumsi praktis bahwa regangan yang terjadi
selama pembebanan pada dasarnya dapat dianggap elastis (pada keadaan beban
dihilangkan bersifat reversibel penuh), dan regangan lainnya dianggap sebagai
rangkak (Nawy,1990)
Gambar 2.5. Modulus Tangen dan Sekan pada Beton (Nawy,1990)
Modulus Elastistisitas beton (Ec) dapat dihitung dengan Persamaan 2.3
Ec =S
2−S
1ε
2− 0,00005
..................................................................................................(2.3)
Dengan : Ec : modulus elastisitas beton (MPa)
S2 : kuat tekan pada saat 40% dari beban maksimum, dalam MPa
S1 : kuat tekan pada saat regangan longitudinal mencapai ε
1 = 0,00005
ε2
: regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat S2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2.2.8. Momen Inersia
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Benda uji pada penelitian ini berbentuk silinder dan penampangnya
berbentuk lingkaran.
Momen inersia benda uji dihitung dengan persamaan 2.4
I = 1
64πD4 ......................................................................................................(2.4)
Dengan :
I = Momen inersia (mm4)
D = Diameter lingkaran (mm)
2.2.9. Kekakuan Material
Pada analisis struktur metode matriks, dikenal istilah kekakuan / stiffness yang
didefinisikan sebagai aksi yang diperlukan untuk menghasilkan unit displacement
Kekakuan menahan beban yang diaplikasikan pada suatu struktur / material.
Kekakuan juga merupakan parameter seberapa besar kemampuan suatu material /
struktur dalam menahan beban. Semakin tinggi nilai kekakuan suatu material,
maka semakin tinggi pula beban yang mampu ditahan oleh material / struktur
tersebut. Kekakuan dapat dihitung dengan persamaan 2.5
k = E.I
L ..............................................................................................................(2.5)
Dengan ;
k = kekakuan (Nmm)
E = Modulus elastisitas (MPa)
I = Momen Inersia (mm4)
L = Panjang (mm)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Benda Uji Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu
dengan cara mengadakan suatu percobaan di laboratorium untuk mendapatkan
hasil dengan menegaskan variabel–variabel yang ada.
Variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang berperan penting dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
Benda uji pada pengujian modulus elastisitas menggunakan beton silinder dengan
diameter 150-160 mm dan tinggi 300-310 mm. Dengan a adalah lebar cincin dan
b adalah jarak antar cincin baja. Visualisasi benda uji disajikan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1.Benda Uji Penelitian
Dalam pengujian ini, dibuat benda uji dengan 4 variasi rasio a/b dengan nilai (a)
konstan (lihat Gambar 3.2). Jumlah total benda uji 10 buah dengan perincian
masing – masing sebanyak 2 buah untuk setiap variasi rasio a/b dapat dilihat pada
Tabel 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tabel 3.1. Benda Uji dengan Variasi Jarak antar Cincin Baja
Kode Lebar cincin
(a) mm
Jarak antar cincin
(b) mm Rasio a/b
Jumlah
Benda Uji
MOE
(0/300) 0 300 0 2
MOE
(40/90)
40
90 0,444 2
MOE
(40/47) 47 0,857 2
MOE
(40/25) 25 1,600 2
Gambar 3.2 Benda Uji Beton dengan Rasio a/b bervariasi (nilai a konstan)
Dalam penelitian ini rasio a/b sebagai variabel bebas, sedangkan f’c beton normal
sebagai variable terikat. Faktor-faktor yang lain seperti proporsi campuran, cara
pemadatan, cara perawatan dan sebagainya dianggap tidak berpengaruh.
Setelah sampel berumur 28 hari dilakukan pengujian terhadap masing-masing
sampel. Untuk pengujian modulus elastisitas beton dilakukan dengan UTM di
Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Alat tersebut dilengkapi
dengan LVDT dan dihubungkan dengan Portable Data Logger Output dari
pengujian tersebut nantinya berupa print out yang menunjukkan nilai kekuatan (p)
dan deformasi (Δ)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3.2.Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk membuat benda uji pada penelitian ini antara lain:
a. Semen Portland tipe PCC
b. Air
c. Agregat Halus (Pasir)
d. Agregat Kasar (Kerikil)
e. Cetakan beton yang terbuat dari pipa baja hitam 6” tebal 2,8 mm
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
a. Timbangan dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1 kg digunakan untuk
mengukur berat semen dan agregat sebelum dicampur.
b. Gelas ukur dengan kapasitas 2000 ml untuk mengukur air sebagai bahan
susun.
c. Ayakan dengan ukuran diameter saringan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 12,5 mm;
9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; pan dan
mesin penggetar ayakan (vibrator) yang digunakan untuk pengujian gradasi
agregat.
d. Oven dengan temperatur 220 oC dan daya listrik 1500 W yang digunakan
untuk mengeringkan agregat
e. Conical mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter bawah 8,9 cm,
tinggi 7,6 cm, lengkap dengan alat penumbuk. Alat ini digunakan untuk
mengukur keadaan SSD agregat halus.
f. Kerucut Abrams yang terbuat dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm, lengkap dengan tongkat baja penusuk
yang ujungnya ditumpulkan dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm. alat
ini digunakan untuk mengukur nilai slump adukan beton
g. Mesin Los Angelos berbentuk silinder container besar berdiameter 1 m yang
dilengkapi dengan 12 buah bola baja dan pengatur jumlah putaran.Alat ini
digunakan untuk menguji ketahanan aus (abrasion) dari agregat kasar.
h. Bak air untuk merendam (merawat) benda uji selama perawatan.
i. Universal Testing machine digunakan untuk pengujian modulus elastisitas
beton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
j. LVDT (Linear Variable Differential Transformers) yang digunakan sebagai
pengganti dial gauge untuk mendeteksi deformasi pada benda uji akibat
pembebanan.
k. Portable Data Logger yang digunakan untuk menampilkan hasil pengujian
modulus elastisitas beton oleh UTM melalui print out.
l. Alat bantu lain:
1) Gelas ukur 250 ml untuk pengujian kadar Lumpur dan kandungan zat
organic dalam pasir
2) Gelas ukur 2000 ml untuk menakar air
3) Cetok semen
4) Alat Tulis
5) Kamera Digital
6) Stopwatch, dll
3.3.Tahap dan Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian selengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Tahap I, Persiapan
Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan
terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Pembuatan
cetakan beton atau bekisting benda uji beton juga dilakukan pada tahap ini.
b. Tahap II, Uji bahan
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan yang akan digunakan. Dari
pengujian-pengujian tersebut dapat diketahui apakah bahan yang akan
digunakan untuk penelitian tersebut memenuhi syarat atau tidak bila
digunakan sebagai bahan adukan beton. Tahap ini dilakukan pengujian :
1) Agregat halus, antara lain dilakukan uji :
a) Kadar lumpur
b) Kadar organik
c) Specific gravity
d) Gradasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Agregat kasar, antara lain dilakukan uji :
a) Abrasi
b) Specific gravity
c) Gradasi
c. Tahap III, Pembuatan mix design
Pada tahap ini dilakukan pembuatan mix design dengan kuat tekan rencana
beton 20 MPa. Hasil mix design tersebut dipakai untuk pembuatan benda uji
silinder beton.
d. Tahap IV, Pembuatan benda uji
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:
1) Pembuatan adukan beton.
2) Pengecoran ke dalam bekisting.
3) Pelepasan benda uji dari cetakan.
4) Perawatan benda uji pada kolam perawatan (curing).
e. Tahap V, Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian modulus elastisitas pada benda uji setelah
beton mencapai umur 28 hari. Pengujian ini dilakukan dengan mesin UTM
yang terdapat di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM.
f. Tahap VI, Analisis data
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pegujian dianalisis untuk
mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti
dalam penelitian.
g. Tahap VII, Pengambilan kesimpulan
Pada tahap ini, data yang telah dianalisa dibuat suatu kesimpulan yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3.3 berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 3.3 Bagan Alir Tahapan Penelitian
Perhitungan Rancang Campur
(Mix Design)
Perawatan (Curing)
Pembuatan Adukan Beton
Pembuatan Benda Uji
Silinder d: 15 cm, t: 30 cm
Pengujian Modulus Elastisitas Beton
Analisis Data danPembahasan
Selesai
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
Uji Bahan:
- kadarlumpur
- kadarorganik
- specific gravity
- gradasi
Uji Bahan:
- abrasi
- specific gravity
- gradasi
Persiapan
OK
TIDAK
Pengujian Slump
Agregat
Kasar Semen Agregat
Halus Air Cincin
Baja
Kesimpulan dan Saran
Mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3.4. Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Beton
Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan dasar penyusun beton maka
perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan terhadap agregat halus dan
agregat kasar.
3.4.1. Standar Pengujian Agregat Halus.
Pengujian terhadap agregat halus dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat halus adalah
sebagai berikut :
a. ASTM C-40 : Standar penelitian untuk tes kandungan zat organik dalam
agregat halus.
b. ASTM C-117 : Standar penelitian untuk agregat yang lolos saringan
no.200 dengan pencucian.
c. ASTM C-128 : Standar penelitian untuk menentukan specific gravity
agregat halus.
d. ASTM C-136 : Standar penelitian untuk analisis saringan agregat halus.
3.4.2. Standar Pengujian Agregat Kasar.
Pengujian terhadap agregat kasar dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat kasar adalah
sebagai berikut :
a. ASTM C-127 : Standar penelitian untuk menentukan specific gravity
agregat kasar.
b. ASTM C-136 : Standar penelitian untuk analisis saringan agregat kasar.
c. ASTM C-131 : Standar penelitian untuk pengujian abrasi (keausan)
agregat kasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3.5. Pengujian Bahan Dasar Beton
Pengujian bahan dasar beton bertujuan untuk mengetahui kelayakan karakteristik
bahan penyusun beton yang nantinya dipakai dalam mix design terhadap satu
target tertentu. Pengujian bahan dasar beton hanya dilakukan terhadap agregat
halus dan agregat kasar.
3.5.1. Pengujian Agregat Halus (Pasir)
3.5.1.1. Pengujian Kadar Zat Organik
Pasir yang digunakan biasanya diambil dari sungai sehingga kemungkinan kotor
akibat tercampur lumpur atau zat organik sangat besar. Pasir sebagai agregat halus
tidak boleh mengandung terlalu banyak zat organik, hal ini dapai dilihat dari
percobaan warna Abram Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai
standar ASTM C-40. Hasil pengujian dibandingkan dengan Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Pengaruh Kandungan Zat Organik Terhadap Penurunan Kekuatan
Beton
No Warna Persentase ( % )
1 Jernih 0
2 Kuning muda 0 - 10
3 Kuning tua 10 - 20
4 Kuning kemerahan 20 - 30
5 Coklat kemerahan 30 - 50
6 Coklat tua 50 - 100
Sumber : Prof. Ir. Rooseno (1954)
3.5.1.2. Pengujian Kadar Lumpur
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar lumpur agregat halus. Kadar
lumpur agregat halus tidak boleh lebih dari 5% dari berat keringnya. Apabila
lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
Perhitungan kadar lumpur dengan menggunakan Persamaan 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Kadar lumpur = 𝐺1−𝐺2
𝐺2.100%......................................................................(3.1)
dengan :
G1: berat kering awal
G2: berat kering akhir
3.5.1.3. Pengujian Specific Gravity
Pengujian spesific gravity agregat halus mengacu pada ASTM C 128. Pengujian
ini ditujukan agar mendapatkan :
a. Bulk spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi
kering dengan volume pasir total.
b. Bulk spesific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam
kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
c. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi
kering dengan volume butir pasir.
d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat
pasir kering.
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.2 s/d 3.5 sebagai berikut:
Bulk Specific Gravity cdb
a
.......................................................... (3.2)
Bulk Specific Gravity SSD cdb
d
........................................................... (3.3)
Apparent Specific Gravity cab
a
........................................................... (3.4)
Absorbsion %100
a
ad ............................................................................. (3.5)
dengan :
a = berat pasir kering oven (gram)
b = berat Volumetricflash berisi air (gram)
c = berat Volumetricflash berisi pasir dan air (gram)
d = berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3.5.1.4. Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat pengerjaan dan sifat
kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus sangatlah
diperhatikan. Pengujian gradasi agregat halus menggunakan standar pengujian
ASTM C-136. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi
diameter butiran pasir, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan
adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir pasir.
Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut :
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑘𝑒ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 =e
d.............................................................(3.6)
dengan :
d = Σ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan
e = Σ prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal
3.5.2. Pengujian Agregat Kasar (Kerikil)
3.5.2.1. Pengujian Specific Gravity
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil atau batu pecah
dengan diameter maksimum 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada
pengujian spesific gravity agregat kasar adalah ASTM C 33. Pengujian ini
ditujukan untuk mengetahui:
a. Bulk spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi
kering dengan volume kerikil total.
b. Bulk spesific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil jenuh dalam
kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total.
c. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam
kondisi kering dengan volume butir kerikil.
d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat
kerikil kering.
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.7 s/d 3.10 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Bulk Specific Gravity hg
f
............................................................... (3.7)
Bulk Specific Gravity SSD hg
g
............................................................... (3.8)
Apparent Specific Gravity hf
f
.............................................................. (3.9)
Absorbsion %100
h
hg ........................................................................... (3.10)
dengan :
f = berat agregat kasar (gram)
g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)
h = berat agregat kasar jenuh (gram)
3.5.2.2. Pengujian Gradasi
Gradasi pada pasir sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat
kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah
diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian
ASTM C 33. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi
diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus
kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan
butir pasir.
Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan Persamaan 3.11 sebagai berikut:
Modulus kehalusan kerikil = n
m.........................................................(3.11)
dengan :
m = Σ prosentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal selain dalam pan
n = Σ prosentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3.5.2.3. Pengujian Abrasi
Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar
pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan
menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh
lebih dari 50%. Prosentase berat yang hilang dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.12 sebagai berikut :
Prosentase berat yang hilang = %100xi
ji ..............................(3.12)
dengan:
i = berat agregat kasar kering oven yang telah dicuci, sebelum pengausan (gram)
j = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2,3 mm dan telah
dicuci, setelah pengausan (gram)
3.6. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Perencanaan campuran beton yang tepat dan sesuai dengan proporsi campuran
adukan beton sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas beton yang baik.
Penelitian ini menggunakan rancang campur beton yang mengacu pada peraturan
SK.SNI .T-15-1990-03 dengan kuat tekan (f’c) target 20 MPa.
3.7. Pembuatan Benda Uji
Langkah-langkah pembuatan benda uji:
a. Bahan-bahan campuran adukan beton disiapkan dan ditimbang sesuai dengan
rancang campur adukan beton (mix design).
b. Cetakan beton disiapkan dan dilumuri permukaannya serta bagian dalam
cincin dengan pelumas agar memudahkan pada waktu pembongkaran.
c. Bahan-bahan tersebut dicampur sampai homogen dengan cara dimasukkan ke
dalam molen secara berurutan mulai dari air, semen, kerikil, dan pasir.
d. Nilai slump diukur, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelacakan
adukan beton.
e. Adukan dimasukkan ke dalam cetakan silinder hingga penuh sambil
dipadatkan dengan menggunakan vibrator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
f. Permukaan cetakan yang telah penuh dan dipadatkan, kemudian diratakan dan
diberi kode benda uji di atasnya, kemudian didiamkan selama 24 jam.
g. Cetakan dibuka setelah 24 jam dan dilakukan curing selama 28 hari.
3.8. Pengujian Nilai Slump
Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) atau plastisitas dan kohesif dari
beton segar. Melakukan pengujian nilai slump menurut ASTM C 143-90a untuk
mengetahui kelecakan beton, dengan menggunakan kerucut Abrams.
Urutan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Kerucut Abrams bagian dalam dan luar dibersihkan dengan air.
b. Cetakan kerucut diletakkan diatas pelat baja.
c. Kaki kerucut dipegang dengan kuat, lalu memasukkan adonan beton hingga
1/3 tinggi kerucut, kemudian dipadatkan dengan cara menumbuknya
menggunakan tongkat besi ujung bulat sebanyak 25 kali.
d. Cetakan diisi campuran sampai dua lapis berikutnya dan dipadatkan dengan
cara yang sama seperti sebelumnya sampai cetakan terisi penuh, selanjutnya
pada bagian atas diratakan dengan cetok.
e. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
f. Waktu pengujian mulai dari pengisian sampai pengangkutan cetakan harus
selesai dalam waktu 2,5 menit.
g. Adukan beton diukur penurunannya dari tinggi mula-mula, besar penurunan
ini disebut nilai slump
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3.9. Perawatan Benda Uji
Perawatan beton adalah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar
selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar proses hidrasi berlangsung dengan
sempurna sehingga timbulnya retak-retak dapat dihindarkan dan mutu beton dapat
terjamin.
Benda uji yang telah berumur 24 jam dilepas dari cetakan. Perawatan dilakukan
dengan cara merendam benda uji dalam bak air sampai umur 7 hari. Setelah itu
benda uji diangkat dan diangin-anginkan sampai berumur 28 hari untuk
selanjutnya dilakukan pengujian.
3.10. Prosedur Pengujian Modulus Elastisitas Beton
a. Peralatan
1) Mesin UTM (Universal Testing Machine) yang dapat menghasilkan beban
dengan kecepatan penambahan beban kontinu dalam satu gerakan tanpa
menimbulkan efek kejut, dan mempunyai ketelitian pembacaan maksimum
10 kN.
2) LVDT (Linear Variable Differential Transformers) yang secara otomatis
dapat mendeteksi deformasi yang terjadi pada benda uji saat pembebanan
dilakukan. LVDT memiliki komponen elektrik yang berfungsi sebagai
transduser deformasi ke alat pencatat data.
3) Portable Data Logger yang dapat mengeluarkan Output dari pengujian
tersebut berupa print out yang menunjukkan nilai kekuatan (p), dan
deformasi (Δ) yang terjadi.
4) Timbangan dengan ketelitian maksimum 10 gram dan kapasitas minimum
35 kg.
5) Jangka sorong
6) Alat dan perlengkapan kaping benda uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Cara Pengujian
1) Diameter benda uji diukur dengan jangka sorong pada 3 posisi ukur,
ditengah dan di kedua ujung benda uji sampai ketelitian 0,05 mm dari
hasil pembacaan rata-rata.
2) Panjang benda uji termasuk kaping harus diukur sampai pembacaan 1 mm.
3) Benda uji ditimbang dengan ketelitian timbangan 0,3 %.
4) Suhu dan kelembaban ruang uji selama pengujian dijaga konstan.
5) Benda uji diletakkan pada mesin uji tekan dengan kedudukan simetris.
6) LVDT dipasang pada benda uji, hubungkan dengan Portable Data Logger.
7) Mesin uji tekan dihidupkan dan diberikan pembebanan secara teratur.
8) Deformasi (Δl) dicatat menggunakan Portable Data Logger dilakukan tiap
peningkatan beban 10 kN, pencatatan dilakukan sampai benda uji hancur
atau sampai mesin uji tidak memberikan beban lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar
4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus
Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian kadar lumpur, kandungan zat organik, specific gravity, gradasi agregat
dan berat jenis. Rekapitulasi hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel
4.1. Perhitungan serta data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Agregat Halus
Jenis pengujian Hasil pengujian Standar Kesimpulan
Kandungan zat organik 5 % 0-10 % Memenuhi syarat
Kandungan lumpur 2 % Maks 5 % Memenuhi syarat
Bulk specific gravity 2,405 gr/cm3 - -
Bulk specific SSD 2, 5 gr/cm3 2,5 - 2,7 Memenuhi syarat
Apparent specific
gravity 2,657 gr/cm3 - -
Absorbtion 3,95 % - -
Modulus halus 2,753 2,3 – 3,1 Memenuhi syarat
4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar
Pengujian terhadap agregat kasar split (batu pecah) yang dilaksanakan dalam
penelitian ini meliputi pengujian berat jenis (specific gravity), keausan (abrasi)
dan gradasi agregat kasar. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel
4.2, Perhitungan serta data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar
Jenis pengujian Hasil pengujian Standar Kesimpulan
Abrasi 41% Maks 50% Memenuhi syarat
Bulk specific gravity 2,801 gr/cm3 - -
Bulk specific SSD 2,927 gr/cm3 - -
Apparent specific
gravity 3,205 gr/cm3 - -
Absorbtion 4,5 % - -
Modulus halus 7,656 5-8 Memenuhi syarat
4.2. Hasil Perhitungan Rancang Campur Adukan Beton
Perhitungan rancang campur adukan beton menggunakan standar Dinas Pekerjaan
Umum ( SK SNI T-15-1990-03 ) , dari perhitungan tersebut didapat kebutuhan
bahan per 1 m3 yaitu :
a. Semen = 420 kg
b. Pasir = 668 kg
c. Kerikil = 1002 kg
d. Air = 210 liter
4.3. Hasil Pengujian Slump
Pengujian nilai slump menggunakan kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas
10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Nilai slump campuran adukan
beton yaitu 3 cm. Nilai slump ini digunakan untuk mengetahui tingkat workability
campuran, yaitu kemudahan proses pengadukan, pengangkutan, penuangan dan
pemadatan adukan beton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4.4. Hasil Pengujian Berat Jenis Beton
Berat jenis beton didapat dari berat sample beton (W) dibagi volume beton (V).
Contoh perhitungan berat jenis beton dengan rasio a/b sebagai variasi jarak antar
cincin adalah dengan Persamaan 2.1:
Berat silinder beton (W) = 13,85 kg
Volume silinder beton (V) = 0,25 x π x (0,155)2 x 0,3 = 0,0058 m3
Berat jenis = W
V =
13,85
0,0058 = 2368,95 kg/m3
Hasil perhitungan berat jenis masing masing benda uji disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Berat Jenis Beton dengan Rasio a/b bervariasi (nilai a konstan)
Kode benda uji Berat benda uji Berat jenis beton
(Kg) (Kg/m2)
MOE (0/300)
13,85 2368,95
13,60 2326,18
MOE (40/90) 13,87 2372,37
13,77 2355,26
MOE (40/47) 13,88 2374,08
13,86 2370,66
MOE (40/25) 13,93 2382,63
13,83 2365,52
Berat jenis beton yang diperoleh berkisar antara 2326,18 kg/m3 sampai dengan
2382,63 kg/m3. Sehingga beton tersebut termasuk beton normal. Menurut Tri
Mulyono (2004), beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir
sebagai agregat halus dan kerikil sebagai agregat kasar dan mempunyai berat jenis
beton antara 2200 kg/m3 sampai dengan 2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15
sampai dengan 40 MPa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4.5. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton
Pengujian dilakukan pada saat benda uji 28 hari dengan menggunakan
Compressive Testing Machine dan LVDT sebagai transduser deformasi yang
terhubung dengan Portable Data Logger sebagai alat pencatat data yang dapat
memberi informasi mengenai deformasi yang terjadi (Δl ) pada beban tertentu (P).
Sebagai contoh perhitungan diambil data dari benda uji MOE (0/300) A, dari
Lampiran diperoleh sebagai berikut:
Saat Pmax = 470 kN = 470 x 103 N
Δl = 0,41 mm
A = 0,25 x π x 1552 = 18859,63 mm2
Menghitung nilai tegangan-regangan dengan Persamaan 2.2 dan 2.3
Regangan (ɛ) =Δl
l
= 0,41
200 = 0,0021
Tegangan (σ) =P
A
= 470 ×103
18859,63 = 24,9210
Kurva tegangan – regangan diperoleh dengan memplot data tegangan pada setiap
kenaikan 10 kN beban aksial dengan regangan yang terjadi. Data selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran, dengan analisa regresi pada program Microsoft Excel,
didapatkan grafik tegangan – regangan dan persamaan regresi linier. Kurva
tegangan-regangan untuk benda uji MOE 0/300 A dapat dilihat pada Gambar 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 4.1 Grafik tegangan – regangan benda uji MOE (0/300) A
Selanjutnya dari persamaan regresi linier seperti terlihat pada Gambar 4.1, dapat
dihitung nilai modulus elastisitas. Sebagai contoh diambil persamaan regresi
tegangan – regangan pada benda uji MOE (0/300) A, perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Diketahui :
Pmax = 470 kN = 470 x 103 N
Δl = 0,41 mm
A = 0,25 x π x 1552 = 18859,63 mm2
Persamaan regresi linier modulus elastisitas : y = 20274x
Kemudian dihitung nilai modulus elastisitas (Ec) dengan Persamaan 2.3
Ec = S2 − S1
ɛ2 − 0.00005
S2 = 0,4 . f’c
= 0,4 . 24,9210
= 9,9684 MPa
y = 20274xR² = 0.9627
0
5
10
15
20
25
30
0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025 0.0030
Tega
nag
n (
MP
a)
Regangan
MOE H-30/300 (A)
Grafik 0/300
Linear (Treadline)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dengan persamaan regresi linier dari grafik tegangan – regangan :
y = 20274x
Untuk : S2 = 9,9684 MPa didapat ɛ2 = 0,00049
ɛ1 = 0,00005 didapat S1 = 1,0137 MPa
Sehingga nilai modulus elastistasnya adalah :
Ec = S2 − S1
ɛ2 − 0.00005
= 9,9684 − 1,0137
0,00049 − 0.00005
= 20351,591 MPa
Analog untuk perhitungan modulus elastisitas masing – masing benda uji yang
lain. Persamaan regresi linier pada masing-masing benda uji disajikan pada Tabel
4.4
Tabel 4.4 Hasil Persamaan Regresi linier fungsi tegangan – regangan
arah aksial untuk benda uji beton
Kode benda uji Persamaan Regresi
MOE (0/300) A y = 20274x
MOE (0/300) B y = 21381x
MOE (40/90) A y = 22014x
MOE (40/90) B y = 23167x
MOE (40/47) A y = 35527x
MOE (40/47) B y = 29137x
MOE (40/25) A y = 30476x
MOE (40/25) B y = 33011x
Hasil selanjutnya disajikan dalam Tabel 4.5 nilai modulus elastisitas untuk masing
– masing benda uji dengan variasi a/b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton (Ec)
Kode benda uji Ec Perhitungan Ec Rata – Rata
% Kenaikan (MPa) (MPa)
MOE (0/300) A 20351,591 22227,796 0
MOE (0/300) B 24104
MOE (40/90) A 26444,667 25178,453 13,28
MOE (40/90) B 23912,239
MOE (40/47) A 27074,875 27770,007 24,93
MOE (40/47) B 28465,139
MOE (40/25) A 28038,774 29186,506 31,31
MOE (40/25) B 30334,238
Grafik hubungan antara rasio a/b dan modulus elastisitas beton disajikan pada
Gambar 4.2
Gambar 4.2. Hubungan Antara Rasio a/b dengan Modulus Elastisitas Beton
0
10
20
30
40
50
60
70
0.000 0.005 0.010
Grafik 0/300
Grafik 40/90
Grafik 40/47
Grafik 40/25
Reganga
n
Tegangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dari Gambar 4.2 dapat diketahui penggunaan external confinement cincin baja
dengan variasi rasio a/b, nilai modulus elastisitas beton mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan rasio a/b. Peningkatan modulus elastisitas beton pada
beton normal dan beton dengan kekangan cincin baja dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Peningkatan Modulus Elastisitas Beton Terkekang Terhadap Beton
Normal
Kode Benda Uji Rata-rata
MOE (MPa)
Peningkatan
MPa %
MOE (0/300) 22227,796 0 0
MOE (40/90) 25178,453 2950,657 13,28
MOE (40/47) 27770,007 5542,211 24,93
MOE (40/25) 29186,506 6958,710 31,31
Dengan memasukkan data modulus elastisitas dan variasi rasio a/b ke dalam
analisa regresi pada program Microsoft excel, didapat grafik hubungan antara
modulus elastisitas dan variasi rasio a/b. Selanjutnya grafik hubungan
peningkatan modulus elastisitas beton terkekang terhadap beton normal disajikan
pada Gambar 4.3
Gambar 4.3. Grafik Regresi Peningkatan Modulus Elastisitas Beton
y = 1678.8xR² = 0.8828
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
MOE (0/300) MOE (40/90) MOE (40/47) MOE (40/25)
MO
E B
eto
n (
MP
a)
Kode Benda Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasar Tabel 4.6 penggunaan cincin baja sebagai external confinement pada
beton terkekang memberikan peningkatan nilai modulus elastisitas dibanding
dengan beton tanpa kekangan . Kuat tekan beton dengan lebar cincin 40 mm dan
jarak antar cincin 90 mm (rasio 40/90) didapat modulus elastisitas beton sebesar
25178,453 MPa dengan peningkatan terhadap beton normal tanpa kekangan
sebesar 13,28 %. Selanjutnya peningkatan kuat tekan sebesar 24,93 % dan 31,31
% terhadap beton normal tanpa kekangan berturut-turut pada rasio 40/47 dan rasio
40/25. Maka, apabila ditinjau dari pengaruh jarak pemakaian external confinement
cincin baja, nilai modulus elastisitas beton akan meningkat seiring jarak antar
cincin pada beton yang semakin rapat.
4.6. Hubungan Antara Efek Kekangan Cincin Baja Sebagai
External Confinement Terhadap Modulus Elastisitas Beton
Pemakaian cincin baja sebagai external confinement pada beton pada dasarnya
sama seperti penggunaan sengkang pada kolom. Cincin baja berfungsi untuk
mengurangi bahaya pecah (spalling) pada selimut beton. Daerah yang tidak diarsir
pada Gambar 4.4. merupakan bagian beton yang tidak memperoleh efek kekangan
oleh cincin baja.
Gambar 4.4 Daerah Kekangan Pada Beton Dengan Cincin Baja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Cincin baja akan memberikan kekangan (confine) di sekeliling penampang beton
saat terjadi pembebanan. Pada percobaan dilaboratorium, saat beton sudah
mencapai beban maksimum (Pmax) maka selimut beton mulai terlepas dari inti
beton. Selanjutnya cincin baja mulai aktif bekerja dengan memberikan tegangan
lateral pada inti beton untuk menahan inti beton dari deformasi lateral yang
menyebabkan keruntuhan. Semakin dekat jarak antar cincin baja, semakin besar
tegangan lateral yang diberikan oleh cincin baja. Semakin besar tegangan lateral
yang diberikan oleh cincin baja pada beton maka modulus elastisitas beton akan
meningkat.
4.7. Hasil Perhitungan Nilai Kekakuan Material Beton
Sebagai contoh, perhitungan nilai kekakuan material diambil data dari benda uji
MOE (0/300) A, sebagai berikut:
Diketahui
E = 20351,591 MPa
D = 155 mm
L = 300 mm
Menghitung momen inersia dengan Persamaan 2.4 berikut :
I = 1
64πD4
= 1
64π1554
= 28333269,42 mm4
Kemudian menghitung kekakuan material dengan Persamaan 2.5 berikut :
k = E. I
L
= 20351,591 × 28333269,42
300
= 1922090370 Nmm = 1922,0904 kNm
Analog untuk perhitungan benda uji yang lain
Hasil perhitungan kekakuan material disajikan pada Tabel 4.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kekakuan Material Beton (k)
Kode benda uji K Perhitungan K Rata – Rata
% Kenaikan (kNm) (kNm)
MOE (0/300) A 1922,090 2099,287 0
MOE (0/300) B 2276,484
MOE (40/90) A 2497,546 2377,960 13,28
MOE (40/90) B 2258,373
MOE (40/47) A 2557,066 2622,717 24,93
MOE (40/47) B 2688,368
MOE (40/25) A 2648,100 2756,497 31,31
MOE (40/25) B 2864,894
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui penggunaan external confinement cincin baja
dengan variasi rasio a/b, nilai kekakuan material beton mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan rasio a/b. Peningkatan kekakuan material beton pada
beton normal dan beton dengan kekangan cincin baja dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Peningkatan Kekakuan Material Beton Terkekang Terhadap Beton
Normal
Kode Benda Uji Rata-rata
k (kNm)
Peningkatan
kNm %
MOE (0/300) 2099,287 0 0
MOE (40/90) 2377,960 278,673 13,28
MOE (40/47) 2622,717 523,430 24,93
MOE (40/25) 2756,497 657,210 31,31
Dengan memasukkan data kekakuan material dan variasi rasio a/b ke dalam
analisa regresi pada program Microsoft excel, didapat grafik hubungan antara
kekakuan material dan variasi rasio a/b. Selanjutnya grafik hubungan peningkatan
kekakuan material beton terkekang terhadap beton normal disajikan pada Gambar
4.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4.5. Grafik Regresi Peningkatan Kekakuan Material Beton
4.8. Hubungan Antara Efek Kekangan Cincin Baja Sebagai
External Confinement Terhadap Kekakuan Material Beton
Peningkatan nilai modulus elastisitas beton akan berdampak pada peningkatan
kekakuan material, seperti terdapat pada persamaan 2.5 :
k = E. I
L
Dari persamaan tersebut dapat diketahui, apabila E meningkat maka nilai k juga
akan meningkat (berbanding lurus). Berikut ini, Gambar 4.6 juga memperlihatkan
bahwa pada tegangan awal, modulus elastis beton terkekang dengan beton tidak
terkekang hampir sama. Namun kekangan akan menambah besar tegangan dan
regangan tekan maksimum beton. Material beton menunjukkan perilaku mekanik
yang lebih baik jika diberi kekangan (confinement).
Gambar 4.6 Hubungan Tegangan- Regangan Beton Terkekang dan Beton Tidak
Terkekang (Razvi & Saatcioglu,1992)
y = 158.55xR² = 0.8828
0
100
200
300
400
500
600
700
MOE (0/300) MOE (40/90) MOE (40/47) MOE (40/25)
Ke
kaku
an (
kNm
)
Kode Benda Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Nilai modulus elastisitas beton untuk setiap nilai Rasio a/b
a. untuk benda uji MOE 0/300 (rasio a/b = 0) = 22227,796 MPa
b. untuk benda uji MOE 40/90 (rasio a/b = 0,444) = 25178,453 MPa
c. untuk benda uji MOE 40/47 (rasio a/b = 0,857) = 27770,007 MPa
d. untuk benda uji MOE 40/25 (rasio a/b = 1,6) = 29186,506 MPa
Pada penelitian ini, nilai modulus elastisitas beton yang maksimum dihasilkan
pada rasio a/b = 1,6 yaitu sebesar 29186,506 MPa.
b. Semakin besar rasio a/b maka makin tinggi nilai modulus elastisitas beton.
c. Nilai kekakuan material beton untuk setiap nilai Rasio a/b
a. untuk benda uji MOE 0/300 (rasio a/b = 0) = 2099,287 kNm
b. untuk benda uji MOE 40/90 (rasio a/b = 0,444) = 2377,960 kNm
c. untuk benda uji MOE 40/47 (rasio a/b = 0,857) = 2622,717 kNm
d. untuk benda uji MOE 40/25 (rasio a/b = 1,6) = 2756,497 kNm
Pada penelitian ini, nilai kekakuan material beton yang maksimum dihasilkan
pada rasio a/b = 1,6 yaitu sebesar 2756,497 kNm
d. Semakin besar rasio a/b maka makin tinggi nilai kekakuan material beton.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran
yang bertujuan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, antara lain:
1. Adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan beton ringan maupun
beton daur ulang .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Adanya penelitian lebih lanjut tentang karakteristik beton yang lain seperti
kuat tarik.
3. Adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sistem pembebanan non-
sentris terhadap benda uji.