kajian ekonomi regional triwulan iv-2013 provinsi papua ... · kajian ekonomi regional triwulan...

81
Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i Visi Bank Indonesia “ Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil ” Misi Bank Indonesia “ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan ” Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan ”

Upload: hoangnguyet

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

Visi Bank Indonesia

“ Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional

maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki

serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil ”

Misi Bank Indonesia

“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk

pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan ”

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk

bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi,

akuntabilitas dan kebersamaan ”

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan IV tahun 2013 ini dapat terbit

tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa

makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah

menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi

bagi masyarakat luas.

Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang

cukup menggembirakan sebesar 23,90% (yoy) atau sepanjang tahun 2013 mencatatkan

pertumbuhan sebesar 14,91% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi

nasional pada triwulan IV-2013 sebesar 5,72% (yoy) atau secara tahunan sebesar 5,78% (yoy).

Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan IV tumbuh positif sebesar 15,76%

(yoy) atau secara tahunan tumbuh sebesar 9,41% (yoy),angka tersebut lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV sebesar 5,72% (yoy) atau secara tahunan

sebesar 5,78% (yoy).

Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi tahunan kota Jayapura1 tercatat sebesar

8,27% (yoy) atau sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,38% (yoy).

Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar

7,28% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,38% (yoy).

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada

triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa

indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup

meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang

tumbuh sebesar 14,78% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sangat

signifikan sebesar 26,48% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR)

perbankan menjadi sebesar 62,01% pada triwulan IV-2013 dari triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 56,28%.

Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua

mencapai Rp 13,74 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 13.586 lembar. Disisi lain, dana yang

masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 18,41 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama

1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.

2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong.

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai

Rp 1,20 triliun dengan jumlah warkat sebesar 32.208 lembar. Jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -28,49% (yoy).

Pada triwulan IV-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua

Barat mencapai Rp 5,39 triliun atau meningkat 231,01% (yoy) dibanding periode yang sama

tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 5,77 Triliun atau

menurun sebesar -7,41% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara

keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi

net outflow sebesar Rp 381,17 miliar.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga

hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan

datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.

Jayapura, Februari 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT

Kepala Perwakilan

Ttd.

Hasiholan Siahaan

Deputi Direktur

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... vi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. viii

TABEL INDIKATOR MONETER........................................................................................................ x

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xiii

BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................................. 1

I. Provinsi Papua ............................................................................................................... 4

1.1. Sisi Permintaan ....................................................................................................... 4

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .......................................................................... 4

1.1.2. Investasi ...................................................................................................... 6

1.1.3. Ekspor dan Impor ...................................................................................... 7

1.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 8

1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 9

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................................................... 10

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 11

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 12

1.2.5. Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan ....................................... 13

II. Provinsi Papua Barat..................................................................................................... 15

2.1. Sisi Permintaan ...................................................................................................... 15

2.1.1. Konsumsi ..................................................................................................... 15

2.1.2. Ekspor Impor................................................................................................ 17

2.2. Sisi Penawaran ....................................................................................................... 18

2.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................... 18

2.2.2. Sektor Pengolahan. ..................................................................................... 19

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................. 20

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 20

2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 21

2.2.6. Sektor Jasa-jasa .......................................................................................... 22

2.2.7. Sektor Bangunan ........................................................................................ 22

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA .............................................................................................. 23

I. Provinsi Papua .............................................................................................................. 23

1.1. Kondisi Umum ....................................................................................................... 23

1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi ................................ 24

1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ................................................................ 25

1.3.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 25

1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 26

1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik ....................................................... 26

1.3.4. Kelompok Sandang .................................................................................... 26

1.3.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 27

1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 27

1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ............................... 27

II. Provinsi Papua Barat .................................................................................................. 28

2.1. Kondisi Umum ..................................................................................................... 28

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan .............. 28

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ........................................................................ 29

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................... 29

2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................... 30

2.2.4. Kelompok Sandang ..................................................................................... 30

2.2.5. Kelompok Kesehatan ................................................................................. 30

2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................................ 30

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. .............................. 31

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ..................................................................................... 32

I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua .................................................... 32

II. Perbankan Provinsi Papua ......................................................................................... 34

2.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 34

2.2. Perkembangan Aset ............................................................................................... 34

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 35

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 36

2.5. LDR dan NPL ........................................................................................................... 37

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 38

III. Perbankan Provinsi Papua Barat ............................................................................... 40

3.1. Perkembangan Umum ........................................................................................... 40

3.2. Aset Perbankan ...................................................................................................... 41

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan .................................................................... 41

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan................................................................................ 42

3.5. LDR dan NPL .......................................................................................................... 43

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ........................................................................ 44

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ....................................................................... 45

I. Keuangan Daerah Provinsi Papua ............................................................................. 45

1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua .................................................. 46

1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ................................................. 47

1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ........................................................................... 48

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................... 49

I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ............................................. 49

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ..................................................... 50

III. Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 52

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ........................................................................ 54

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ............................................................................... 54

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ..................................................... 54

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama........................................... 55

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ..................................................................... 56

2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ............................ 56

2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ............................................ 56

III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat......................................... 58

3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ..................................................... 58

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 59

BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 61

I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................. 61

1.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 61

1.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 63

II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 64

2.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 64

2.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 65

III. Prospek Pertumbuhan Perbankan ............................................................................. 65

3.1. Provinsi Papua ......................................................................................................... 65

3.2. Provinsi Papua Barat .............................................................................................. 66

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ....................................................................... 2

Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat

Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ....................................................................... 2

Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) .............................................................. 3

Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ............................................................. 3

Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Tambang Terbesar di Provinsi Papua ......... 7

Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua ........................................... 9

Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua ................................................... 10

Tabel 8 Perkembangan Produksi Tembaga & Emas Pada Perusahaan Tambang Terbesar 11

Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua .............................. 12

Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ................................... 13

Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua .................................................... 14

Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat.................................................. 15

Tabel 13 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat ................................................... 18

Tabel 14 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat .......................................... 21

Tabel 15 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .......................................................................... 23

Tabel 16 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ................................................................................ 25

Tabel 17 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat ............................................................... 28

Tabel 18 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua ................................................................. 32

Tabel 19 Perkembangan NPL Persektor ...................................................................................... 33

Tabel 20 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ................................................................. 34

Tabel 21 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ......................................................... 36

Tabel 22. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ..................................... 37

Tabel 23 Perkembangan Indikator Perbankan Papua ................................................................ 38

Tabel 24 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua .......................................... 39

Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ....................................................... 40

Tabel 26 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat....................................................................... 42

Tabel 27 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ........................................................ 43

Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ..................................................... 44

Tabel 29 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat ................................................... 44

Tabel 30 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua ........................................ 45

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

Tabel 31 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 45

Tabel 32 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua .................................... 46

Tabel 33 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013 ............................... 47

Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua ........................................... 47

Tabel 35 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013 ...................................... 48

Tabel 36 Perbandingan APBD Provinsi Papua ................................................................................ 48

Tabel 37 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2013 ....................................................... 48

Tabel 38 Transaksi RTGS Wilayah Papua .................................................................................... 48

Tabel 39 Transaksi Kliring Wilayah Papua .................................................................................. 50

Tabel 40 Perkembangan Perkasan Kpw Bank Indonesia Papua & Papua Barat ..................... 53

Tabel 41 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama .................................... 54

Tabel 42 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja ......................................................................... 54

Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011 – Agustus 2013 Provinsi Papua .......... 55

Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

Februari 2010– Februari 2012 Provinsi Papua Barat ............................................... 56

Tabel 45 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 57

Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ......................................... 59

Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat ................................... 60

Tabel 48 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ........................................................ 63

Tabel 49 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ........................................................ 64

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

Grafik 1 Survei Konsumen ........................................................................................................ 5

Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ..................................................................................................... 5

Grafik 3 Kredit Konsumsi ......................................................................................................... 5

Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru .............................................................................................. 6

Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ............................................................................. 6

Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ...................................................................................... 7

Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ................................................................... 7

Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua .............................................................................. 7

Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ................................................................................... 7

Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ................................................................................ 8

Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua ..................................................................................... 8

Grafik 12 Nilai Tukar Petani ......................................................................................................... 10

Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua ................................................................................... 10

Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan ........................................................................... 12

Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua ........................................................................................ 12

Grafik 16 Grafik Survey Konsumen ............................................................................................ 16

Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat ..................................................................................... 16

Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat .................................................................................... 17

Grafik 19 Perkembangan Produksi PT. Tangguh ....................................................................... 17

Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat.................................................................. 17

Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat .................................................................................... 19

Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat .......................................................................... 19

Grafik 23 Penggunaan Listrik ....................................................................................................... 20

Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional ................................................ 23

Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura ............................................................................... 25

Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen ............................................................................... 25

Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ........................................................ 35

Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan .......................................................................................... 35

Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua .................................... 36

Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua .................................................... 37

Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan ....................................................................................... 37

Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 38

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix

Grafik 33 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat ........................................................... 41

Grafik 34 Komposisi Aset Perbankan ......................................................................................... 41

Grafik 35 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat ................................................................ 42

Grafik 36 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat ............................................................. 42

Grafik 37 Komposisi Kredit Perbankan ...................................................................................... 42

Grafik 38 Perkembangan NPL & LDR ......................................................................................... 44

Grafik 39 Nilai Transaksi RTGS ................................................................................................... 50

Grafik 40 Perkembangan Kliring Wilayah Papua ....................................................................... 52

Grafik 41 Perkembangan Uang Kartal ........................................................................................ 53

Grafik 42 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua ......................................................... 59

Grafik 43 Perkembangan UMR Prov. Papua .............................................................................. 59

Grafik 44 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat ......................................................... 60

Grafik 45 Perkembangan UMR Papua Barat .............................................................................. 60

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

TABEL INDIKATOR

PDRB DAN INFLASI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 6.85% 1.19% 2.33% 5.42% 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.17% 4.90% 5.33% 8.26%

Pertambangan & Penggalian 2.28% -5.20% -30.98% -58.29% -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.82% -24.61% 43.04% 64.24%

Industri Pengolahan 11.82% 5.82% 3.03% 1.36% -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.95% 5.16% 4.91%

Listrik,Gas & Air Bersih 5.27% 4.79% 3.86% 6.17% 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 7.28% 8.00% 9.25% 8.41%

Bangunan 17.76% 16.76% 16.89% 15.12% 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 8.31% 8.87% 1.54% 2.02%

Perdagangan, Hotel & Restoran 11.30% 10.81% 9.69% 7.46% 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 13.54% 8.69% 7.41%

Angkutan & Komunikasi 10.41% 9.44% 7.04% 10.41% 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 4.03% 48.44% 27.86% -21.24% 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 15.84% 11.87% 14.92% 23.09%

Jasa - jasa 14.67% 9.88% 11.29% 12.34% 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 20.12% 20.26% 16.03% 9.61%

TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%

Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%

Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%

Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.38% 9.42% 10.08% 9.48% 8.33%

Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73%

Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%

Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.92% 10.74% 11.13% 10.65% 8.91%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 2.89% 10.91% 13.20% 9.57% 15.49%

Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%

TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%

2013

2013Growth PDRB Papua

2011 2012

Growth PDRB Papua Barat2011 2012

IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY

Bahan Makanan 151.85 6.70 7.36 8.26 152.03 -8.14 0.12 10.66 147.90 -1.14 -2.72 5.49 153.05 -4.84 3.48 8.21 162.66 4.36 6.28 7.12

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 151.52 0.44 0.60 4.02 152.88 0.22 0.90 4.14 155.80 0.63 1.91 6.90 158.70 1.54 1.86 5.37 163.91 0.89 3.28 8.18

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 120.50 0.21 0.18 3.28 125.93 0.14 4.51 7.17 127.39 0.20 1.16 7.92 130.17 0.02 2.18 8.22 131.56 0.18 1.07 9.18

Sandang 132.23 0.11 0.28 2.48 130.71 -0.64 -1.15 0.93 130.01 0.36 -0.54 1.46 136.74 2.79 5.18 3.70 137.61 -0.02 0.64 4.07

Kesehatan 115.53 0.00 0.01 0.57 115.77 0.00 0.21 0.30 117.24 0.16 1.27 1.40 118.86 0.06 1.38 2.89 119.92 0.32 0.89 3.80

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 114.13 0.00 0.03 4.96 114.18 0.02 0.04 4.99 114.26 0.05 0.07 4.90 118.37 0.00 3.60 3.75 118.39 0.02 0.02 3.73

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 121.44 2.82 3.07 2.29 119.93 -0.89 -1.24 1.99 126.53 3.30 5.50 6.61 135.97 -0.55 7.46 15.40 135.98 0.41 0.01 11.97

Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 132.71 2.57 2.82 4.52 133.82 -2.63 0.84 5.89 135.01 0.52 0.89 6.07 140.15 -1.14 3.81 8.58 143.68 1.48 2.52 8.27

IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY

Bahan Makanan 167.38 3.38 0.49 6.99 174.36 2.81 4.17 13.74 179.60 1.31 4.17 9.30 189.57 -7.68 5.55 13.81 192.33 1.68 1.46 9.53

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 167.72 0.06 0.29 3.44 170.41 0.57 1.60 4.40 171.30 -0.05 1.60 3.02 174.49 0.41 1.86 4.34 190.76 0.36 9.32 6.06

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.75 0.01 0.68 2.09 147.64 0.07 1.30 2.75 149.43 0.02 1.30 3.72 151.49 0.15 1.38 4.65 145.66 0.21 -3.85 5.34

Sandang 128.59 0.41 1.52 4.21 129.10 0.11 0.40 4.24 128.90 0.18 0.40 2.33 127.25 0.64 -1.28 0.46 122.17 -0.14 -3.99 -2.41

Kesehatan 138.42 0.35 0.39 2.55 138.91 0.30 0.35 1.56 139.33 0.14 0.35 1.53 140.69 0.27 0.98 2.04 144.80 1.24 2.92 4.77

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 128.21 -0.04 -0.02 3.49 128.66 -0.08 0.35 3.21 128.64 0.00 0.35 1.83 129.51 0.48 0.68 0.99 132.56 0.30 2.36 1.27

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 131.94 0.99 2.26 13.14 126.24 1.50 -4.32 5.90 131.23 4.26 -4.32 5.05 138.33 -4.59 5.41 7.22 134.98 0.71 -2.42 11.72

Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 151.64 1.30 0.85 4.98 153.62 1.37 1.31 7.41 156.58 1.08 1.31 5.58 162.22 -3.60 3.60 7.89 163.94 0.91 1.06 7.28

2013

TW IV

2012

Kelompok Komoditi

Kelompok Komoditi

2012

TW IV TW IV

2013

TW III

TW III

TW I

TW II

TW II

TW IVTW I

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

TABEL PERBANKAN

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

TABEL SISTEM PEMBAYARAN

Tabel Transaksi Kliring

Tabel Transaksi RTGS

Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat

I II III IV I II III IV

Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 -1.55%

Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 -2.27%

Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)

Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 -12.76%

Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari

(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 -13.13%

Nisbah Rata-Rata Penolakan

Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03

Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp

Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 98.22%

Growth

(YOY)Kliring

2012 2013

I II III IV I II III IV

Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 13,877.11 8,187.49 9,929.65 13,739.36 3.93%

Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 12,489.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 -2.38%

Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 12,387.32 10,157.60 14,715.87 18,410.79 24.70%

Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 13,798.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 -3.88%

Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 -1,489.79 1,970.11 4,786.22 4,671.43 202.67%

Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 1,309.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 -9.93%

Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 901.87 739.53 3,059.66 5,199.31 31.04%

Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 2,090.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 -4.64%

Growth

(YoY)RTGS

2012 2013

I II III IV I II III IV

Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 133.95%

Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 24.86%

Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) -1138.59%

Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 47.93%

- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 -14.58%

- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 233.44%

Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 1123.35%

Growth

(YOY)Uang Kartal

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. GAMBARAN UMUM

Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua

Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat.

Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat

menggembirakan. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 23,90% (yoy)

sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 15,76% (yoy).

Pertumbuhan kedua provinsi tersebut meningkat dibandingkan

pertumbuhan selama triwulan III-2013.

2. MAKRO EKONOMI

Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh

pertumbuhan pada sektor pertambangan, jasa-jasa; sektor pertanian;

sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan; sektor angkutan &

komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel &restoran. Sementara itu,

sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan hotel

dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi; dan sektor

pertanian menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua

Barat.

3. INFLASI

Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi kota Jayapura3

tercatat sebesar 8,27% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013

yang tercatat sebesar 8,58% (yoy). Secara triwulanan, inflasi kota Jayapura

tercatat sebesar 2.52% (qtq) atau mengalami penurunan yang cukup

signifikan jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya

sebesar 3,81% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi

tahunan kota Jayapura tercatat sedikit lebih rendah, dimana inflasi

nasional pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 8,38% (yoy). Sementara

itu, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat4 tercatat sebesar 7.28% (yoy)

atau secara triwulanan sebesar 1,06% (qtq).

3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.

4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

4. PERBANKAN

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat pada triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi

intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat sebagaimana tercermin

dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh

sebesar 13,82% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh

cukup signifikan sebesar 12,63% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan

to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 61,00% (yoy) pada

triwulan IV-2013 dari 56,28% (yoy) pada triwulan IV-2012. Namun

demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang

telah ditetapkan sebelumnya.

5. SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS

dari Wilayah Papua mencapai Rp 13,74 trilliun atau naik sebesar 3,93%

(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di

tahun sebelumnya serta naik sebesar 38,37% (qtq) jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua

merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang

kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain,

jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)

mencapai Rp 18,41 triliun, angka tersebut mengalami kenaikan sebesar

24,70% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang

sama di tahun sebelumnya serta naik sebesar 25,11% (qtq) jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk

berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi

Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan

antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp

5,12 triliun atau naik sebesar 31,04% (yoy) dibandingkan dengan tahun

lalu serta naik sebesar 69,93% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

5. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih

akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,10%±1% (yoy),

lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

sebesar 14,91% (yoy). Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan

perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,54%

(yoy. Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan

masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar

8,85%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan

selama tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy). Pada tahun 2014,

perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami

pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 8,85%±1% (yoy), angka

tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama

tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy). Adapun pada triwulan I-2014

pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan

tumbuh sebesar 8,86% (yoy).

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan

mengalami inflasi tahunan sebesar 5,42% (yoy). Pencapaian inflasi

Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang

target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang

diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan

distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun

gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi

Papua diperkirakan berada level 8,59 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di

Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena

tingginya curah hujan pada awal tahun menjadi ancaman yang dapat

mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas pertanian,

sehingga dapat menekan harga komoditas terserbut ke level yang lebih

tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat

diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,25% (yoy)..

Pelaksanaan pemilu 2014, juga dapat menjadi ancaman menjadi

penyebabterjadinya inflasi yang cukup tinggi di tahun 2014. Pada triwulan

I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level

7,84 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan

mendatang disinyalir terjadi karena tingginya gelombang laut pada

triwulan I-2014 menyebabkan terhambatnya pasokan komoditas volatile

food ke pasar, sehingga hal tersebut dapat menekan harga komoditas

tersebut ke level yang lebih tinggi.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

BAB 1.

MAKROEKONOMI REGIONAL

Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan

pertumbuhan yang sangat baik. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua

provinsi yang sangat menggembirakan. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 23,90% (yoy)

sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 15,76% (yoy). Dari sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama didorong oleh konsumsi, investasi

dan ekspor.

Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor

pertambangan, jasa-jasa; sektor pertanian; sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan;

sektor angkutan & komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel &restoran. Sementara itu,

sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor

jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi; dan sektor pertanian menjadi motor penggerak

utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.

Sepanjang tahun 2013, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat mengalami

pertumbuhan yang cukup baik. Tercatat, perekonomian Provinsi Papua mengalami

pertumbuhan sebesar 14,91% (yoy) sedangkan perekonomian Provinsi Papua Barat

mengalami pertumbuhan sebesar 9,41% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2012. Sektor

pertambangan masih menjadi pendorong utama perekonomian di Provinsi Papua, sedangkan

Provinsi Papua Barat mengantungkan perekonomiannya ke sektor industri pengolahan. Baik

sektor pertambangan maupun sektor industri pengolahan menyumbangkan lebih dari 5%

terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi. Sedangkan dari sisi penggunaan,

faktor konsumsi dan ekspor menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat

Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)

Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat

Tabel 2.

Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Dari Sisi Permintaan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 6.85% 1.19% 2.33% 5.42% 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.17% 4.90% 5.33% 8.26%

Pertambangan & Penggalian 2.28% -5.20% -30.98% -58.29% -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.82% -24.61% 43.04% 64.24%

Industri Pengolahan 11.82% 5.82% 3.03% 1.36% -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.95% 5.16% 4.91%

Listrik,Gas & Air Bersih 5.27% 4.79% 3.86% 6.17% 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 7.28% 8.00% 9.25% 8.41%

Bangunan 17.76% 16.76% 16.89% 15.12% 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 8.31% 8.87% 1.54% 2.02%

Perdagangan, Hotel & Restoran 11.30% 10.81% 9.69% 7.46% 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 13.54% 8.69% 7.41%

Angkutan & Komunikasi 10.41% 9.44% 7.04% 10.41% 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 4.03% 48.44% 27.86% -21.24% 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 15.84% 11.87% 14.92% 23.09%

Jasa - jasa 14.67% 9.88% 11.29% 12.34% 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 20.12% 20.26% 16.03% 9.61%

TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%

Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%

Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%

Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.38% 9.42% 10.08% 9.48% 8.33%

Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73%

Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%

Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.92% 10.74% 11.13% 10.65% 8.91%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 2.89% 10.91% 13.20% 9.57% 15.49%

Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%

TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%

2013

2013Growth PDRB Papua

2011 2012

Growth PDRB Papua Barat2011 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsumsi Rumah Tangga 8.84% 8.00% 6.48% 6.05% 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.85% 6.03% 6.10% 6.97%

Konsumsi Nirlaba 7.82% 7.19% 7.10% 7.64% 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02%

Konsumsi Pemerintah 12.93% 11.13% 4.38% 1.41% 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 7.01% 3.21% 3.39% 6.83%

PMTB 7.63% 8.38% 7.53% 8.12% 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20%

Perubahan Stok -31.17% -14.62% -40.29% 43.18% 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% -15.62% 4.71% 81.19% 104.72%

Ekspor -14.83% -8.60% -25.70% -68.39% -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 29.52% -22.29% 60.24% 94.94%

Dikurangi Impor 3.26% 8.76% 16.32% -18.45% -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 10.74% 1.23% 0.35% 0.57%

PDRB 7.27% 3.97% -8.59% -20.20% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsumsi Rumah Tangga 9.51% 10.39% 11.34% 8.77% 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 8.02% 9.72% 9.90%

Konsumsi Nirlaba 11.86% 10.32% 10.42% 7.33% 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11%

Konsumsi Pemerintah 2.01% 10.64% 14.42% 13.59% 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.41% 13.21% 19.15%

PMTB 16.46% 10.66% 10.34% 6.82% 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 17.03% 18.24% 17.82% 18.60%

Perubahan Stok -4.44% 39.04% 86.05% -50.04% -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -200.26% -22.88% -220.62% -233.53%

Ekspor 23.25% 93.73% 152.03% 184.39% 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 25.17% 17.43% 28.81% 47.84%

Dikurangi Impor 5.21% 6.85% 11.32% 11.63% 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 9.98% 11.01% 10.97% 16.82%

PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%

2013

2013

2012

2012

Growth PDRB Papua 2011

Growth PDRB Papua Barat2011

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

Tabel 3.

Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

Tabel 4.

Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsumsi Rumah Tangga 8.75% 7.97% 5.96% 5.72% 7.38% 8.42% 8.02% 6.95% 8.32% 6.97% 6.93% 7.77%

Konsumsi Nirlaba 6.19% 5.68% 5.04% 5.38% 5.68% 5.66% 5.81% 6.76% 6.54% 6.15% 6.06% 6.00%

Konsumsi Pemerintah 2.56% 2.29% 0.91% 0.34% 1.70% 2.76% 2.21% 0.19% 1.78% 0.82% 0.87% 1.77%

PMTB 3.25% 3.59% 2.95% 3.33% 3.09% 4.21% 3.88% 1.98% 3.85% 3.81% 3.56% 2.52%

Perubahan Stok 7.81% 4.33% 10.32% -4.44% -6.01% -1.36% 2.19% -12.50% 3.88% -1.25% -11.65% -27.24%

Ekspor -9.84% -5.35% -16.47% -40.37% -27.70% -18.43% -19.36% 28.33% 8.31% -8.34% 19.45% 41.29%

Dikurangi Impor 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% -12.04% -3.91% -6.61% 5.85% 8.18% 0.94% 0.29% 0.44%

PDRB 7.27% 3.97% -8.59% -20.20% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsumsi Rumah Tangga 6.14% 6.70% 6.54% 5.29% 3.81% 4.12% 3.39% 4.66% 4.07% 3.81% 4.77% 5.14%

Konsumsi Nirlaba 5.83% 4.97% 4.50% 3.34% 3.22% 3.25% 2.74% 3.97% 3.13% 3.10% 3.25% 2.83%

Konsumsi Pemerintah 0.31% 1.73% 2.09% 2.00% 0.59% 0.87% 0.64% 0.68% 0.93% 0.71% 1.52% 2.30%

PMTB 3.66% 2.36% 2.07% 1.51% 2.52% 2.86% 2.50% 2.93% 3.02% 3.26% 3.36% 3.76%

Perubahan Stok 0.22% -2.72% -0.42% 1.56% 4.30% 2.32% 6.01% 24.04% -10.80% -1.41% -14.23% -16.01%

Ekspor 11.80% 49.31% 79.82% 95.33% 42.07% 28.76% 1.73% -9.90% 17.46% 11.73% 19.08% 29.79%

Dikurangi Impor 1.71% 2.21% 3.36% 3.60% 23.69% 21.03% 17.09% 16.49% 3.85% 4.27% 4.46% 6.93%

PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%

2013

2013Kontribusi PDRB Papua

Barat

2011 2012

2012Kontribusi PDRB Papua

2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 1.17% 0.22% 0.38% 0.79% 0.05% 0.72% 1.14% 1.39% 0.80% 0.96% 1.02% 1.43%

Pertambangan & Penggalian 0.97% -2.08% -13.79% -24.24% -16.21% -8.75% -4.55% 11.88% 8.81% -7.07% 12.36% 18.16%

Industri Pengolahan 0.31% 0.15% 0.07% 0.03% -0.02% 0.17% 0.09% 0.01% -0.05% 0.03% 0.14% 0.13%

Listrik,Gas & Air Bersih 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%

Bangunan 1.56% 1.51% 1.48% 1.49% 1.83% 2.01% 1.84% 1.77% 1.07% 1.11% 0.20% 0.27%

Perdagangan, Hotel & Restoran 0.88% 0.84% 0.69% 0.55% 0.66% 0.70% 0.93% 1.34% 1.35% 1.26% 0.81% 0.70%

Angkutan & Komunikasi 0.84% 0.77% 0.53% 0.78% 0.75% 0.83% 0.92% 0.95% 0.98% 0.88% 0.74% 0.79%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 0.13% 1.46% 0.81% -1.04% 0.61% 0.08% 0.29% 0.08% 0.65% 0.54% 0.64% 0.95%

Jasa - jasa 1.39% 1.03% 1.15% 1.44% 1.13% 0.97% 0.66% 1.47% 2.55% 2.51% 2.07% 1.45%

TOTAL PDRB 7.27% 3.92% -8.67% -20.19% -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.18% 0.25% 18.01% 23.90%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 1.09% 0.13% 0.11% 0.11% 0.11% 0.40% 0.01% 0.49% 0.36% 0.59% 0.86% 0.33%

Pertambangan & Penggalian 0.38% 0.68% 0.85% 0.85% 1.64% 0.79% 0.10% -0.08% -0.36% -0.08% 0.24% 0.26%

Industri Pengolahan 13.43% 19.51% 24.74% 23.99% 30.14% 20.19% 1.08% 0.65% 6.62% -0.37% 4.45% 12.17%

Listrik,Gas & Air Bersih 0.04% 0.03% 0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.02% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03%

Bangunan 1.27% 1.04% 0.97% 0.54% 0.81% 0.74% 0.74% 1.03% 0.75% 0.73% 0.75% 0.76%

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.06% 1.17% 1.12% 0.54% 0.71% 0.60% 0.62% 0.85% 0.80% 0.83% 0.74% 0.76%

Angkutan & Komunikasi 0.78% 0.79% 0.75% 0.66% 0.85% 0.66% 0.53% 0.66% 0.58% 0.59% 0.59% 0.52%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 0.16% 0.24% 0.26% 0.28% 0.18% 0.21% 0.02% 0.05% 0.17% 0.22% 0.16% 0.28%

Jasa - jasa 1.89% 2.68% 2.74% 1.76% 1.36% 1.03% 0.76% 1.53% 0.94% 1.05% 0.70% 0.65%

TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.22% 9.90% 3.58% 8.53% 15.76%

2013

2013Kontribusi PDRB Papua

Barat

2011 2012

Kontribusi PDRB Papua 2011 2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

I. Provinsi Papua

1.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan IV-2013, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 23,90 % (yoy) atau

lebih tinggi dari triwulan III-2013 sebesar 18,01% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi

Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah), investasi

(pembentukan modal tetap bruto), dan ekspor yang tumbuh cukup menggembirakan.

Membaiknya kinerja ekspor yang disebabkan oleh meningkatnya tingkat produksi komoditas

tambang oleh PT. Freeport Indonesia menjadi salah satu penopang pertumbuhan

perekonomian di Provinsi Papua. Kinerja ekonomi Papua juga ditopang oleh komponen

konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari raya

Natal dan Tahun Baru. Di samping itu investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga

memegang peranan yang penting dalam perekonomian dengan angka pertumbuhan yang

cukup menggembirakan. Kedepannya, ekpektasi masyarakat yang tetap tinggi akan kondisi

ekonomi menjaga gairah ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.

Secara tahunan, perekonomian Provinsi Papua mengalami pertumbuhan sebesar

14,91% (yoy) dengan pertumbuhan terbesar dialami oleh sisi ekspor yang mengalami

pertumbuhan hingga 45,43% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2012.

1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga

Pada triwulan IV-2013, komponen konsumsi masyarakat tumbuh mencapai 6,97% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 6,89% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh beberapa aspek

seperti: perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru, masuknya musim liburan sekolah,

penyelenggaraan event oleh pemerintah, serta adanya realisasi belanja pemerintah dengan

menggunakan dana otonomi khusus. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei

konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan

konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang durable goods dengan Indeks

mencapai 139,3 di triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan III-2013

sebesar 114,0. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen secara keseluruhan ytercatat

sebesar 130,9 lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 sebesar 126,8.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik

rumah tangga yang tumbuh 11,58% (yoy) pada triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 9,96% (yoy). Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga

tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada

periode laporan tumbuh sebesar 36,05% (yoy). Pada triwulan IV-2013, peningkatan konsumsi

masyarakat juga tercermin melalui peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan

yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 15,20% (yoy).

Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan IV-2013 juga

mengalami pertumbuhan sebesar 27,60% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 65,20%

(yoy). Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari

peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar dari seluruh

anggaran yang tersedia.

Secara tahunan, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 6,49%

(yoy). Komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang mengalami

pertumbuhan terbesar kedua setelah ekspor. Peningkatan pendapatan secara tahunan

yang dirasakan oleh masyarakat Papua mendorong peningkatan konsumsi dari waktu ke

waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Papua.

Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Grafik 1. Survei Konsumen

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

1.1.2 Investasi

Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang

cukup menggembirakan sebesar 5,20% (yoy) atau sedikit melambat dari pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak

terlepas dari semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis

seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan

investasi. Pada periode triwulan IV-2013, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,89

triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan peningkatan peran investasi

swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan

perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan IV-2013 juga didorong oleh perkiraan

meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 19,87%

(yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi

pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.

Komponen investasi sepanjang tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 6,82%

(yoy) dan bersama dengan ekspor dan konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama

terjadinya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua. Realisasi investasi di Provinsi Papua

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik PMA dan PMDN. Dan tercatat

sepanjang tahun 2013 realisasi investasi di Provinsi Papua merupakan yang terbesar

selama Provinsi Papua berdiri.

Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua

Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Papua,

diolah

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia

1.1.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Provinsi Papua pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan yang sangat

tinggi sebesar 94,94% (yoy) sementara impor hanya tumbuh sebesar 0,57% (yoy). Nilai

ekspor non migas Provinsi Papua mengalami pertumbuhan sebesar 17,45% (yoy) menjadi

penyebab utama perbaikan kinerja ekspor pada periode laporan. Kelompok komoditas

utama ekspor non migas Papua meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain

berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas yang diproduksi oleh PT. Freeport

Indonesia (PTFI). Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang

searah dengan pertumbuhan penjualan PT. Freeport Indonesia baik komoditas tembaga

maupun emas yang pada triwulan ke IV-2013 mengalami peningkatan masing-masing

sebesar 43,14% (yoy) dan 112,50% (yoy).

Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold

237 292

278 476

Grafik 7. Belanja Modal

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

mpor non-migas Papua justru mengalami pertumbuhan yang negatif pada triwulan

laporan sebesar -1,38% (yoy). Sejalan dengan penurunan nilai, volume impor Papua juga

mengalami penurunan kinerja sebesar -0,57% (yoy). Penurunan kinerja impor dinilai

merupakan suatu hal yang cukup baik karena segala kebutuhan barang dan jasa di suatu

wilayah dapat dipenuhi sendiri oleh masyarakat Papua. Kedepannya, hal tersebut akan

menjadi suatu momentum untuk menekan defisit neraca transaksi perdagangan yang saat

ini terjadi.

Realisasi ekspor di Provinsi Papua sangat bergantung dengan kondisi sektor

tambangnya. Seiring dengan pertumbuhan sektor tambang yang signifikan sepanjang tahun

2013, ekspor juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 45,43% (yoy).

Penerapan UU Minerba di tahun 2014 ditenggarai menjadi penyebab dari meningkatnya

realisasi ekspor pada tahun ini. Sedangkan di sisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan

sebesar 2,91% (yoy). Masih tingginya ketergantungan Provinsi Papua terhadap daerah lain

menjadi penyebab masih tumbuhnya impor seiring dengan pertumbuhan konsumsi. Namun

dari tahun ke tahun, pertumbuhan impor semakin mengecil. Hal ini menunjukkan semakin

mandirinya Provinsi Papua dalam memenuhi kebutuhannya.

1.2. Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh

pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan terendah dialami oleh sektor

bangunan sebesar 2,02% (yoy) sementara pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor

pertambangan sebesar 64,24% (yoy). Sedangkan pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor

lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 8,26%; sektor jasa-saja sebesar

9,61%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 23,09%; sektor industri

pengolahan sebesar 4,91%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,41%; sektor

pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,26%; dan sektor listrik dan air bersih sebesar

8,41%.

Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

Hal yang relatif sama juga terjadi pada perekonomian Provinsi Papua secara tahunan

dimana sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang terbesar (29,77%, yoy), namun

pertumbuhan terkecil dicatatkan oleh sektor industri pengolahan (2,33% , yoy) setelah sempat

mengalami penurunan pada triwulan I-2014. Sedangkan untuk sektor lainnya, terkecuali

sektor bangunan, mengalami perumbuhan lebih dari 5% dibandingkan kondisi pada tahun

2012.

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan sebesar

8,26% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

5,33% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan produksi dan produktivitas beberapa

komoditas tanaman pangan yang sudah mulai memasuki masa panen. Hal ini sejalan dengan

ARAM yang dirilis oleh BPS dimana dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami

peningkatan tahunan sebesar 15,53%.

Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua

Salah satu penyebab masih positifnya pertumbuhan sektor pertanian adalah

pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan IV-2013, sub sektor perikanan

mengalami peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan

terutama perikanan laut dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 3,92% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan

IV-2013 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai 77.656 ton.

2012 2013

Produksi (Ton) 102,610 115,437 127,673 147,498 10.60 15.53

Luas Panen (Ha) 26,686 29,262 32,017 37,165 9.41 16.08

Produktivitas (Ton/Ha) 3.85 3.94 3.99 3.97 1.08 -0.47

2012 2013

Produksi Ubi Kayu (Ton) 35,530 34,899 37,506 27,506 7.47 -26.66

Luas Panen (Ha) 2,988 2,867 2,923 3,076 1.95 5.23

Produktivitas (Ton/Ha) 11.89 12.17 12.83 8.94 5.41 -30.31

2012 2013

Produksi Ubi Jalar (Ton) 349,135 348,438 369,332 304,449 6.00 -17.57

Luas Panen (Ha) 34,670 35,810 36,190 33,960 1.06 -6.16

Produktivitas (Ton/Ha) 10.07 9.73 10.21 8.96 4.88 -12.15

2012 2013Growth (%)

2010 2011 2012 2013

Padi Sawah dan

Ladang2010 2011

Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah

*) Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat

Ubi Kayu 2010 2011 2012 2013Growth (%)

Ubi JalarGrowth (%)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua

Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian

nilai NTP Papua pada triwulan IV-2013 yang mengalami penurunan menjadi sebesar 99,33

dibandingkan pencapaian triwulan III-2013 sebesar 99,24. Angka tersebut berada di bawah

basis nilai 100 yang berarti terjadi bahwa nilai yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari

keuntungan yang diterima.

Secara tahunan, sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,70%

dibandingkan dengan tahun 2012 dan menyumbangkan sebesar 1,07% terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua di tahun 2013. Pertumbuhan di sektor pertanian pada

tahun ini merupakan pertumbuhan terbesar yang dialami sektor tersebut sejak tahun 2008

berdasarkan data yang ada. Subsektor perikanan dan pertanian masih menjadi tumpuan

utama dari sektor ini terutama pada beberapa daerah sentra produksinya seperti di Merauke

dan Jayapura.

Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan

yang signifikan sebesar 64,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan III-2013 yang tercatat

tumbuh sebesar 43,04% (yoy). Sebagai penyumbang utama sektor tambang, peningkatan

produksi hasil tambang oleh PT. Freeport Indonesia turut memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap kinerja sektor tambang.

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW II TW III TW IV

LAUT

Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440

Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86

PERAIRAN UMUM (axis kanan)

Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993

Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47

BUDIDAYA (axis kanan)

Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223

Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54

TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656

PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92

3

No URAIAN

1

2012

2

2013

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,

diolah

Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

Tabel 8. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia

Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan IV-2013 Freeport-McMoran Copper and

Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan peningkatan produksi

tembaga dan emas masing-masing sebesar 52,00% dan 127,15%. Adapun peningkatan yang

cukup signifikan tersebut terjadi sebagai akibat adanya upaya PT. Freeport Indonesia untuk

mengejar target produksi tahunan secara semaksimal mungkin pada triwulan seiring adanya

penerapan UU Minerba mulai awal tahun 2013. Selain itu, tingginya angka produksi juga

didukung oleh lancarnya kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia yang selama triwulan IV-

2013 tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti.

Setelah mengalami tren yang terus menurun sejak tahun 2010, sektor pertambangan

mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik sepanjang tahun 2013, yaitu mencapai 29,77%

(yoy). Walaupun sempat mengalami penurunan pada triwulan II-2013 sebagai akibat dari

kecelakaan kerja yang terjadi pada salah satu perusahaan tambang terbesar di Papua,

namun dampak penerapan UU Minerba yang akan diterapkan pada tahun 2014 menjadi

pendorong bagi para pelaku usaha di sektor pertambangan untuk meningkatkan produksinya

sebelum UU tersebut diterapkan.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2013 tercatat

tumbuh sebesar 7,41% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-

2013 yang mencapai 8,69%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan

papua juga tercermin dari tingginya kapasitas bongkar bongkar muat barang di

pelabuhan Papua. Pada triwulan IV-2013, arus bongkar muat barang mengalami

pertumbuhan sebesar 5,55% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Namun demikian, searah dengan perlambatan sektor PHR dibandingkan

triwulan sebelumnya, volume bongkar muat pelabuhan pada triwulan IV juga

mengalami penurunan menjadi sebesar 216.786 ton dari triwulan sebelumnya

sebesar 265.424 ton.

253 304

297 502

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua

Sumber: PT Pelindo Papua

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga dapat terlihat dari kinerja tingkat

occupancy rate hotel di wilayah Papua mencapai angka 90% atau lebih tinggi dari triwulan

yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 86%. Tingginya frekuensi

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan baik oleh pemerintah maupun institusi lain menjadi

penyebab tingginya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Selain itu, Pertumbuhan sektor

perdagangan pada triwulan IV-2013 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit

perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat

sebesar 23,02% (yoy).

Sektor PHR juga mencatatkan pertumbuhan yang relatif baik sepanjang tahun 2013 yaitu

mencapai 10,66% (yoy) dibandingkan tahun 2012. Terus bertambahnya jumlah hotel yang

didukung oleh semakin tingginya permintaan sebagai akibat dari perekonomian dan aliran

dana yang terus meningkat ke Provinsi Papua diduga menjadi penyebab terus bertumbuhnya

sektor ini di Provinsi Papua.

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 tumbuh mencapai 8,26%

(yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar

7,64% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didorong sub sektor-sub sektor angkutan laut, angkutan

udara dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan

pada periode triwulan ini dibadingkan triwulan sebelumnya.

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

Volume Bongkar Muat 284,266 302,668 259,997 205,380 255,672 295,761 265,424 216,786

Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65% 2.06% -27.27% -10.06% -2.28% 2.09% 5.55%

2012Perkembangan Arus Bongkar

Muat Barang

2013

Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua

Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan

transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang

maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan

komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada

triwulan IV-2013 mencapai 68.633 orang atau tumbuh sebesar 0,37% (yoy) dibanding periode

yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terjadi seiring adanya arus mudik dari

kota-kota besar di Papua ke kota-kota lainnya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Pada tahun 2013, sektor pengangkutan dan telekomunikasi mengalami pertumbuhan

sebesar 8,61% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2012. Terus meningkatnya jalur

transportasi ke wilayah Provinsi Papua baik melalui laut maupun udara menjadi penggerak

utama dari tumbuhnya sektor ini di tahun 2013. Sedangkan untuk subsektor telekomunikasi,

sejak tahun ini hingga beberapa tahun kedepan akan sedikit mengalami peningkatan seiring

dengan adanya kegiatan investasi di sektor ini untuk meningkatkan kualitas layanan

terutama dalam akses data dan layanan internet kepada pelanggan.

1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tumbuh

mencapai 23,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 yang

tercatat sebesar 14,92% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari

nilai tambah bank yang pada triwulan IV-2013 berhasil tumbuh sebesar 20,08% (yoy) lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2013 sebesar 15,65% (yoy).

Sektor ini sepanjang tahun 2013 mencatatkan pertumbuhan 16,51% (yoy) atau terbesar

kedua setelah sektor pertambangan. Pertumbuhan di subsektor keuangan ditenggarai

menjadi penyebab besarnya pertumbuhan di sektor ini sebagai akibat dari bertambahnya

jumlah bank yang beroperasi di wilayah Papua dan terus tumbuhnya penyaluran kredit

kepada masyarakat Papua.

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

Perkembangan Arus Penumpang

(orang)52,971 48,683 81,078 55,620 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633

Pertumbuhan Tahunan (%) 22.64% 5.39% 78.78% 14.68% -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57%

2012Indikator

2011 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua

Sumber: Bank Indonesia

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

A. PENDEKATAN PENDAPATAN

1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748

2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080

3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704

4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817

PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349

B. PENDEKATAN PRODUKSI

1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429

2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191)

3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375

4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307

GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920

5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571

NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19%

2012KOMPONEN

2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

II. Provinsi Papua Barat

2.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan IV-2013, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 15,74% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,52% (yoy).

kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan

pemerintah), investasi (pembentukan modal tetap bruto), dan ekspor yang tumbuh cukup

baik. Membaiknya kinerja produksi gas oleh PT. Tangguh pada triwulan laporan menjadi salah

satu pendorong tumbuhnya perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, pelemahan

kurs Rupiah yang terjadi pada triwulan IV-2013 disinyalir menjadi salah satu pendorong

tumbuhnya ekspor Provinsi Papua Barat. Kinerja ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan

juga ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi

seiring adanya perayaan hari raya Lebaran dan masuknya masa liburan sekolah.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat tercatat tumbuh sebesar

9,41% (yoy). Perekonomian Provinsi Papua Barat masih ditunjang sebagian besar dari kinerja

ekspor serta konsumsi yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan rumah

tangga ataupun APBD pemerintah setiap tahunnya.

Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.1.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 9,90% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,72% (yoy).

Tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan

bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Perbaikan pendapatan

masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota

Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Pada triwulan IV-2013 IKK naik menjadi sebesar 147 dari 137,2 pada triwulan III-

2013. Hal ini menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi

ekonomi yang secara tidak langsung dapat menandakan meningkatnya konsumsi

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Konsumsi Rumah Tangga 9.51% 10.39% 11.34% 8.77% 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 8.02% 9.72% 9.90%

Konsumsi Nirlaba 11.86% 10.32% 10.42% 7.33% 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11%

Konsumsi Pemerintah 2.01% 10.64% 14.42% 13.59% 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.41% 13.21% 19.15%

PMTB 16.46% 10.66% 10.34% 6.82% 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 17.03% 18.24% 17.82% 18.60%

Perubahan Stok -4.44% 39.04% 86.05% -50.04% -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -200.26% -22.88% -220.62% -233.53%

Ekspor 23.25% 93.73% 152.03% 184.39% 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 25.17% 17.43% 28.81% 47.84%

Dikurangi Impor 5.21% 6.85% 11.32% 11.63% 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 9.98% 11.01% 10.97% 16.82%

PDRB 20.11% 26.74% 31.80% 28.87% 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.90% 3.58% 8.52% 15.74%

20132012Growth PDRB Papua Barat

2011

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan

berjalan juga diperkuat oleh meningkatnya indeks penghasilan saat ini yang pada

triwulan IV-2013 meningkat menjadi sebesar 152 dari triwulan sebelumnya yang

hanya tercatat sebesar 144.

Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 5,14%

terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan IV-2013. Kontribusi

konsumsi masyarakat yang signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan

penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan IV-2013, realisasi kredit

konsumsi tercatat sebesar Rp 2,92 trilliun atau tumbuh sebesar 30,89% (yoy). Selain

itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi

listrik rumah tangga sebesar 13,58% (yoy) atau tercatat sebesar 58,25 juta Kwh.

Kinerja konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2013 di Provinsi Papua Barat

cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai pertumbuhannya yang cukup besar mencapai

9,14% (yoy). Berkurangnya jumlah penggangguran yang ditunjang oleh terus

meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan

konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang masih

dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan

konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan yang dilakukan

seiring dengan proses pemekaran wilayah tersebut.

Grafik 16. Grafik Survey Konsumen

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

2.1.2. Ekspor – Impor

Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan IV-2013 mengalami

pertumbuhan sebesar 47,84% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

triwulan III-2013 sebesar 28,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

tingginya kontribusi ekspor gas oleh LNG Tangguh yang mengalami peningkatan yang

signigfikan pada triwulan laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya

sempat mengalami gangguan.

Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 16,82% (yoy) atau

sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,97%

(yoy) Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta

menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat.

Tak jauh berbeda dengan “kondisi saudara tuanya” di Provinsi Papua, Provinsi

Papua Barat juga sangat mengantungkan kinerja ekspornya pada satu sektor tertentu.

Seiring dengan baiknya kinerja industri pengolahan sepanjang tahun 2013, ekspor

Provinsi Papua Barat juga mengalami pertumbuhan sebesar 29,39% (yoy). Di sisi lain,

komponen impor Provinsi Papua Barat juga meningkat sebesar 12,24% (yoy). Hal ini

Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat

Sumber: PLN Wilyah Papua

Grafik 19. Perkembangan Produksi PT. Tangguh

Sumber: Dinas Pertambangan Prov. Papua Barat

Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

menunjukkan masih tingginya ketergantungan yang cukup tinggi dari Provinsi Papua

Barat terhadap daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya.

2.2. Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan yang

positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut:

sektor pertanian (2,12%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri

pengolahan (28,23%); sektor listrik, gas & air bersih (8,37%); sektor bangunan (10,74%);

sektor perdagangan, hotel & restoran (10,75%); sektor angkutan & komunikasi (8,90%);

sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (14,85%); dan sektor jasa-jasa (6,19%).

Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun

2011-2013 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 2,12% (yoy),

tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2013 sebesar

5,84% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak

menyebabkan penurunan dari segi kondisi kesejahteraan petani. Hal tersebut dapat

dilihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang dirilis oleh BPS yang mana

didalamnya tercatat bahwa Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan

IV-2013 meningkat menjadi sebesar 100,59 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir

triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99.31. Pencapaian Indeks NTP diatas 100

pada triwulan laporan menunjukan bahwa para petani yang terdapat di Papua Barat

telah memperoleh hasil yang positif dari kegiatan usaha yang dilakukannya.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pertanian 4.66% 0.57% 0.56% 0.55% 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.98% 5.84% 2.12%

Pertambangan & Penggalian 2.95% 5.54% 7.95% 7.64% 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99%

Industri Pengolahan 50.03% 66.20% 66.19% 71.45% 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 14.13% -0.79% 9.58% 28.23%

Listrik,Gas & Air Bersih 8.97% 8.60% 9.83% 8.05% 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 9.42% 10.08% 9.48% 8.37%

Bangunan 16.04% 13.08% 13.61% 7.00% 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.74%

Perdagangan, Hotel & Restoran 12.33% 14.29% 15.58% 6.76% 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.87% 11.11% 10.75%

Angkutan & Komunikasi 11.20% 11.64% 12.30% 10.29% 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.74% 11.13% 10.65% 8.90%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 7.01% 11.27% 12.45% 13.74% 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.85%

Jasa - jasa 17.58% 26.46% 29.97% 16.86% 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 11.70% 7.43% 6.19%

TOTAL PDRB 20.10% 26.27% 31.57% 28.76% 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.90% 3.58% 8.53% 15.74%

2013Growth PDRB Papua Barat

2011 2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

Sepanjang tahun 2013, sektor pertanian di Provinsi Papua Barat mengalami

pertumbuhan sebesar 3,58% (yoy). Masih tumbuhnya subsektor perikanan didaerah

Sorong dan sekitarnya serta terjaganya panen di sentra-sentra produksi di Provinsi

Papua Barat menjadi pendorong dari pertumbuhan tersebut.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor-sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 28,23% (yoy) atau lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,58%

(yoy). Sektor ini memegang kontribusi terbesar yang mencapai 49% dari total PDRB

Papua Barat, selain itu sektor industri pengolahan juga memberikan sumbangan

pertumbuhan sebesar 12,17% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terutama disebabkan

adanya adanya peningkatan produksi LNG Tangguh yang cukup signifikan pada

triwulan laporan seiring adanya upaya untuk mengejar target produksi tahunan.

Parameter lain yang menunjukkan pertumbuhan positif sektor Industri pengolahan

dapat tercermin dari aktivitas penggunaan listrik industri sebesar 1,69 juta kWh yang

tumbuh sebesar 12,46 % pada triwulan IV-2013.

Di sektor industri pengolahan, Provinsi Papua Barat masih sangat tergantung

dengan industir pengolahan gas di Bintuni. Saat ini, industri tersebut sedang

melakukan investasi berupa pembangunan rantai produksi ke III-nya disana sehingga

diharapkan pertumbuhan dari sektor ini akan terus berkelanjutan kedepan. Pada

tahun 2013, industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan

sebesar 12,37% (yoy) atau yang terbesar dibandingkan sektor lainnya.

Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia

Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

Grafik 23. Penggunaan Listrik

Sumber: PLN Wilayah Papua

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2013 tumbuh

sebesar 10,75% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 11,11% (yoy). Masihtercapainya kinerja pertumbuhan

yang cukup signifikan bagi sektor PHR ditenggarai karena adanya perayaan Natal dan

Tahun Baru pada akhir triwulan IV-2013, yang mana di wilayah Papua event ini selalu

dirayakan secara besar-besaran. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin

dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan

yang meningkat sebesar 33,0% (yoy) atau mencapai Rp 2,13 triliun . Tumbuhnya

kinerja sektor PHR juga tercermin dari peningkatan konsumsi listrik konsumen

komersial yang tumbuh mencapai 9,26% (yoy).

Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat

mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR. Sektor PHR berhasil mencatatkan

pertumbuhan yang relatif baik selama tahun 2013 yaitu sebesar 11,78%. Semakin

berkurangnya jumlah pengangguran di Provinsi Papua Barat yang menandakan

semakin banyaknya memperoleh penghasilan, juga semakin menggerakkan roda

perekonomian di sektor ini terutama di subsektor perdagangan. Terlebih,

ketergantungan Provinsi Papua Barat masih cukup besar dari daerah lainnya. Hal ini

mengakibatkan masyarakat Provinsi ini sangat menggantungkan pemenuhan

kebutuhan hidupnya dari subsektor perdagangan.

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan IV-2013, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 8,91%

(yoy), atau sedikit lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan III-2013 yang tercatat

sebesar 10,65% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin

Sumber: PLN Wilayah Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang

paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan

dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi

Papua Barat yang tumbuh sebesar 7,57% (yoy).

Selama tahun 2013, sektor angkutan dan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat

mengalami pertumbuhan sebesar 10,33% (yoy) dibandingkan tahun 2012. Semakin

bertambahnya jalur transportasi udara dengan masuknya satu maskapai baru di Provinsi

Papua Barat.

2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh

sebesar 15,49% (yoy), tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar 9,57% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup

signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sehingga, tumbuhnya

pertumbuhan sektor keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank

(NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 17,33% (yoy) dari pertumbuhan triwulan

yang sama pada tahun 2012.

Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan di seluruh wilayah

Indonesia terutama didaerah terpencil seperti banyak daerah di Provinsi Papua Barat,

subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Penetrasi ke seluruh

wilayah Papua yang dilakukan salah satu BPD yang dimiliki oleh Pemprov setempat, juga ikut

menjadi bagian dari program inklusi keuangan yang sedang digalakkan. Selama tahun 2013,

andil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Papua Barat cukup baik, yaitu dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,33%

(yoy) atau terbesar kedua dibawah sektor industri pengolahan. .

Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat

Sumber: Bank Indonesia

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

A. PENDEKATAN PENDAPATAN

1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537

2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927

3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183

4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780

PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427

B. PENDEKATAN PRODUKSI

1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068

2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074)

3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956

4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625

GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575

5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148

NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69%

2012KOMPONEN

2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

2.2.6. Sektor Jasa-jasa

Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 6,19% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,43% (yoy). Hal

ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 54,49%

(yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya

musim liburan sekolah serta musim liburan akhir tahun telah meningkatkan aktivitas jasa

pariwisata di sejumlah tempat wisata di Papua Barat.

Sektor jasa merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di Provinsi

Papua Barat dengan pertumbuhan sebesar 8,87% (yoy) sepanjang tahun 2013.

Perkembangan sektor jasa di Provinsi Papua Barat cukup baik terutama di kota-kota pusat

pemerintahan dan perdagangan yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Sorong dan

Manokwari. Industri jasa pariwisata merupakan salah satu yang terbesar dimana sebagai

akibat dari makin dikenalnya daerah pariwisata di Provinsi Papua Barat seperti di daerah Raja

Ampat.

2.2.7. Sektor Bangunan

Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 10,73% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,31% (yoy).

Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di

Provinsi Papua Barat sebesar 39.238 sak atau bertumbuh sebesar 265,92% (yoy) jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Sepanjang tahun 2013, sektor bangunan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan

sebesar 11,37% (yoy). Berkembangnya beberapa daerah baru di Provinsi Papua Barat serta

pembangunan pusat-pusat pemerintahan didaerah yang baru saja dimekarkan menjadi salah

satu pendorong tumbuhnya kinerja sektor ini pada tahun 2013.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

BAB 2.

PERKEMBANGAN HARGA

1. Provinsi Papua

1.1. Kondisi Umum

Sampai dengan periode triwulan IV-2013, inflasi kota Jayapura5 tercatat sebesar 8,27%

(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 8,58% (yoy). Secara

triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.52% (qtq) atau mengalami penurunan

yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar

3,81% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan kota Jayapura

tercatat sedikit lebih rendah, dimana inflasi nasional pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar

8,38% (yoy).

Secara umum, kenaikan inflasi yang terjadi pada triwulan IV-2013 diakibatkan oleh

terjadinya kenaikan harga beberapa Komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, bawang

putih dan bawang merah. Secara umum, kenaikan harga komoditas bahan makanan terjadi

akibat meningkatnya biaya transportasi pasca kenaikan harga BBM besubsidi dan

berkurangnya pasokan dari beberapa daerah penghasil.

Tabel 15. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura

Sumber: BPS Provinsi Papua

5 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura.

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV

Inflasi Jayapura mtm Inflasi Nasional mtm

Inflasi Jayapura yoy Inflasi Nasional yoy

IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY

Bahan Makanan 151.85 6.70 7.36 8.26 152.03 -8.14 0.12 10.66 147.90 -1.14 -2.72 5.49 153.05 -4.84 3.48 8.21 162.66 4.36 6.28 7.12

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 151.52 0.44 0.60 4.02 152.88 0.22 0.90 4.14 155.80 0.63 1.91 6.90 158.70 1.54 1.86 5.37 163.91 0.89 3.28 8.18

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 120.50 0.21 0.18 3.28 125.93 0.14 4.51 7.17 127.39 0.20 1.16 7.92 130.17 0.02 2.18 8.22 131.56 0.18 1.07 9.18

Sandang 132.23 0.11 0.28 2.48 130.71 -0.64 -1.15 0.93 130.01 0.36 -0.54 1.46 136.74 2.79 5.18 3.70 137.61 -0.02 0.64 4.07

Kesehatan 115.53 0.00 0.01 0.57 115.77 0.00 0.21 0.30 117.24 0.16 1.27 1.40 118.86 0.06 1.38 2.89 119.92 0.32 0.89 3.80

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 114.13 0.00 0.03 4.96 114.18 0.02 0.04 4.99 114.26 0.05 0.07 4.90 118.37 0.00 3.60 3.75 118.39 0.02 0.02 3.73

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 121.44 2.82 3.07 2.29 119.93 -0.89 -1.24 1.99 126.53 3.30 5.50 6.61 135.97 -0.55 7.46 15.40 135.98 0.41 0.01 11.97

Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 132.71 2.57 2.82 4.52 133.82 -2.63 0.84 5.89 135.01 0.52 0.89 6.07 140.15 -1.14 3.81 8.58 143.68 1.48 2.52 8.27

2013

TW IV

2012

Kelompok Komoditi TW IIITW II TW IVTW I

Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok

barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

sebesar 11,97% (yoy) kelompok Bahan Makanan sebesar 7,12% (yoy), kelompok Perumahan,

Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 9,18% (yoy), kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau sebesar 8,18% (yoy), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

sebesar 3,73% (yoy), kelompok Sandang sebesar 4,07% (yoy) dan kelompok Kesehatan

sebesar 3,80% (yoy).

1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Secara keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat

mengalami inflasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 6,61% (yoy) sedangkan secara

triwulanan tercatat sebesar 3,08% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini

adalah sub kelompok ikan yang diawetkan sebesar 18,32% (qtq), sub kelompok jasa

perawatan jasmani sebesar 6,80% (qtq), sub kelompok makanan jadi sebesar 3,73% (qtq),

sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,26% (qtq), sub kelompok sandang

anak-anak sebesar 1,13% (qtq), dan sub kelompok sandang wanita sebesar 1,01% (qtq).

Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti adalah cakalang dan

ekor kuning asap, jasa creambath, minuman kaleng non alkohol, bir, nasi, baju kaos t-shirt

untuk anak-anak dan aneka jenis kue kering .

Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat sebesar 6,59%

(yoy) dan secara triwulanan sebesar 3,09% (qtq). inflasi tersebut disebabkan oleh

peningkatan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar

sebesar 32,93% (qtq), sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 5,75% (yoy), sub

kelompok padi-padian,umbi-umbian dan hasilnya sebesar 3,43% (yoy), sub kelompok telur,

susu dan hasilnya sebesar 1,99% (qtq) serta sub kelompok buah-buahan sebesar 1,56%

(qtq) . Adapun komoditas peyumbang inflasi pada kelompok volatile food antara lain adalah

ikan cakalang, ikan bandeng, ikan deho, buah salak, daging ayam ras, daging babi, dan

daging sapi.

Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 18,23% (yoy)

dan secara triwulanan sebesar 1,80% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga

BBM bersubsidi yang terjadi di bulan Juni 2013 dan kenaikan Tarif Listrik pada bulan

Oktober. Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub kelompok bahan

bakar, penerangan dan air sebesar 2,93% (qtq) sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol sebesar 1,95% (qtq) dan sub kelompok transpor sebesar 0,01% (qtq). Adapun

komoditas yang menyebabkan kenaikan harga pada kelompok ini adalah: tarif listrik, lampu

neon, angkutan dalam kota, angkutan udara, angkutan antar kota, dan rokok kretek.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

Tabel 16. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura

Sumber: BPS diolah

Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen

Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas

1.3.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 7,12% (yoy) atau secara

triwulanan mengalami inflasi sebesar 6,28% (qtq), inflasi tersebut lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 8,21% (yoy) dan 3,48% (qtq). Meningkatnya harga BBM

pada pertengahan tahun serta minimnya pasokan beberapa komoditas bumbu-bumbuan

sebagai akibat buruknya cuaca selama triwulan IV-2013 menjadi penyebab tingginya inflasi

pada kelompok bahan makanan. Secara triwulanan, dari 11 sub kelompok dalam kelompok

Bahan Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menjadi faktor pendorong

tingginya inflasi dari kelompok bahan makanan, yakni: sub kelompok ikan segar sebesar

32,93% (qtq), sub kelompok daging dan hasilnya sebesar 5,75% (qtq), sub kelompok padi dan

umbi-umbian sebesar 3,43% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 1,99%

(qtq), serta sub kelompok Buah-buahan sebesar 1,56% (qtq),.

I II III IV I II III IV I II III IV

Index 122.62 124.43 123.56 125.54 125.78 126.26 127.33 131.00 132.43 133.62 135.67 139.66

Inflasi Core (mtm) 0.29 0.79 -1.06 0.47 -0.25 1.15 -0.54 2.34 -1.61 0.24 -0.52 2.94

Inflasi Core (qtq) 5.00 1.48 -0.70 1.60 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08

Inflasi Core (yoy) 3.91 2.93 3.53 2.29 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 6.61

Index 140.01 139.10 143.81 145.26 141.11 144.11 149.51 156.10 156.00 153.27 162.48 166.39

Inflasi Volatile (mtm) -1.03 0.42 -1.88 0.12 -4.18 1.00 1.94 4.95 -7.16 -0.56 -3.70 2.40

Inflasi Volatile (qtq) 5.79 -0.65 3.39 1.01 -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09

Inflasi Volatile (yoy) 5.15 4.15 2.44 6.88 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 6.59

Index 111.27 111.63 111.86 112.09 112.24 112.45 112.98 113.21 114.43 119.98 132.52 133.85

Inflasi Adm Price (mtm) 0.00 0.00 0.11 0.21 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00

Inflasi Adm Price (qtq) -11.68 0.32 0.21 0.21 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80

Inflasi Adm Price (yoy) 4.19 6.96 3.07 2.94 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.23

2013

Adm

Price

2011 2012

Core

Volatile

Foods

Komponen Disagregasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

kelompok makanan jadi merupakan komoditas yang hampir seluruhnya didatangkan dari

luar Papua. Kelompok ini pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi sebesar 8,18% (yoy) atau

3,28% (qtq), inflasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 5,37% (yoy) atau 1,86 (qtq). Peningkatan inflasi kelompok makanan jadi

dapat terjadi karena adanya perayaan hari raya natal dan tahun baru yang mana hal tersebut

mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat. Adapun inflasi yang terjadi pada

ketiga sub kelompok dalam kelompok ini secara triwulanan adalah sub kelompok Makanan

Jadi sebesar 3,73% (qtq), sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,26% (qtq),

serta subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 1,95% (qtq).

1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.

Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi 9,18% (yoy) atau 1,07% (qtq),

angka tersebut lebih tinggi dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,22%

(yoy) atau 2,18% (qtq). Kenaikan harga BBM yang terjadi pada bulan Juni menjadi salah satu

faktor pendorong tingginya inflasi dari kelompok perumahan, air dan listrik, terutama

disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar. Selain itu, adanya keputusan pemerintah untuk

menaikan tarif listrik dan LPG pada bulan Oktober juga turut berkontribusi terhadap

pencapaian inflasi pada triwulan laporan. Adapun kenaikan inflasi untuk setiap sub kelompok

adalah sebagai berikut: sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 0,59% (qtq), sub

kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,93% (yoy), sub kelompok

perlengkapan rumah tangga sebesar 0,15% (qtq) dan sub kelompok penyelenggaraan rumah

tangga sebesar 0,57% (qtq).

1.3.4. Kelompok Sandang

Pada triwulan IV-2013, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 4,07% (yoy) atau

0,64% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan

sebelumnya sebesar 3,70% (yoy) atau 5,18% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan sandang anak akibat tingginya permintaan

masyarakat terhadap pakaian anak. Selain itu, juga disebabkan oleh meningkatnmya tarif

jasa perawatan jasmani seperti tarif salon dan perawatan rambut. Adapun kenaikan inflasi

untuk setiap sub kelompok adalah sebagai berikut: sub kelompok sandang laki-laki sebesar

0,50% (qtq), sub kelompok sandang wanita sebesar 1,01% (qtq) serta sub kelompok sandang

anak-anak sebesar 1,13% (qtq) dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar

0,19 (qtq).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

1.3.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok ini pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi 3,80% (yoy) atau 0,89% (qtq),

lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 2,89% (yoy) atau 1,38%

(qtq). inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan

jasmani sebesar 6,80% (qtq) serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar

0,86%(qtq).

1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi

3,73% (yoy) atau 0,02% (qtq), angka tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 3,75% (yoy) atau 3,60% (qtq). Meredanya inflasi pada kelompok

ini terjadi seiring telah berlalunya masa tahun ajaran sekolah.

1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan IV-2013

mengalami inflasi sebesar 11,97% (yoy) atau 0,01% (qtq). Meredanya tekanan inflasi pada

triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh penurunan harga

pada sub kelompok transpor sebagai akibat menurunnya tarif pesawat setelah melewati

masa libur lebaran dan penurunan pada sub kelompok sarana dan sub kelompok penunjang

transpor.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

2. Provinsi Papua Barat

2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum

Pada triwulan IV- 2013, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat6 tercatat sebesar 7.28%

(yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi yang sangat rendah sebesar 1,06%

(qtq). Angka pertumbuhan tahunan inflasi sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan triwulan III-2013 yang tercatat pada level 7,89% (yoy) dan 1,31% (qtq). Inflasi tahunan

di Kota Manokwari tercatat sebesar 4,63% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan angka inflasi

pada triwulan sebelumnya sebesar 5,38% (yoy) dan 1,17% (qtq). Namun demikian, inflasi

tahunan Kota Sorong tercatat pada level yang cukup tinggi sebesar 7,93% (yoy) atau secara

triwulanan tercatat mengalami deflasi sebesar 2,93% (qtq), angka tersebut lebih rendah

dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,80%

(yoy) dan 7,09% (qtq).

Tabel 17. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Inflasi tahunan di Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 terjadi hampir pada

semua kelompok komoditas barang dan jasa, kecuali kelompok sandang yang tercatat

mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 11,72% (yoy), sedangkan deflasi berasal dari

kelompok sandang yang mengalami deflasi sebesar -2,41% (yoy). Keputusan untuk menaikan

harga BBM bersubsidi yang diambil oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2013

menyebabkan tekanan meningkatnya inflasi di subsektor bensin dan transportasi. Namun

demikian, turunnya harga komoditas emas perhiasan yang mengikuti harga internasionalnya,

serta harga komoditas pakaian dan seragam anak disinyalir menjadi salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap deflasi dari kelompok barang sandang beserta turunannya.

Secara umum, inflasi triwulanan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 tercatat

cukup rendah sebesar 1,06% (qtq). Inflasi tertinggi berasal dari kelompok barang yang

6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota

Sorong.

IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY IHK MTM QTQ YOY

Bahan Makanan 167.38 3.38 0.49 6.99 174.36 2.81 4.17 13.74 179.60 1.31 4.17 9.30 189.57 -7.68 5.55 13.81 192.33 1.68 1.46 9.53

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 167.72 0.06 0.29 3.44 170.41 0.57 1.60 4.40 171.30 -0.05 1.60 3.02 174.49 0.41 1.86 4.34 190.76 0.36 9.32 6.06

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.75 0.01 0.68 2.09 147.64 0.07 1.30 2.75 149.43 0.02 1.30 3.72 151.49 0.15 1.38 4.65 145.66 0.21 -3.85 5.34

Sandang 128.59 0.41 1.52 4.21 129.10 0.11 0.40 4.24 128.90 0.18 0.40 2.33 127.25 0.64 -1.28 0.46 122.17 -0.14 -3.99 -2.41

Kesehatan 138.42 0.35 0.39 2.55 138.91 0.30 0.35 1.56 139.33 0.14 0.35 1.53 140.69 0.27 0.98 2.04 144.80 1.24 2.92 4.77

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 128.21 -0.04 -0.02 3.49 128.66 -0.08 0.35 3.21 128.64 0.00 0.35 1.83 129.51 0.48 0.68 0.99 132.56 0.30 2.36 1.27

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 131.94 0.99 2.26 13.14 126.24 1.50 -4.32 5.90 131.23 4.26 -4.32 5.05 138.33 -4.59 5.41 7.22 134.98 0.71 -2.42 11.72

Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 151.64 1.30 0.85 4.98 153.62 1.37 1.31 7.41 156.58 1.08 1.31 5.58 162.22 -3.60 3.60 7.89 163.94 0.91 1.06 7.28

TW IV

2013

TW IIITW I TW IIKelompok Komoditi

2012

TW IV

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

tergolong kedalam makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Pendorong inflasi pada

kelompok tersebut berasal dari barang-barang seperti minuman kaleng, buah pinang dan kue-

kue kering. Kenaikan harga pada kelompok tersebut terjadi sebagai akibat adanya perayaan

hari raya natal dan tahun yang mana di seluruh wilayah Papua, event tersebut selalu

dirayakan secara meriah.

Inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2013 dipengaruhi oleh 7 (tujuh)

kelompok, yaitu kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi

tertinggi diantara kelompok lainnya sebesar 9,32% (qtq); kelompok kesehatan mencatatkan

inflasi sebesar 2,92% (qtq); kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi

sebesar 4,65% (qtq); kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencatatkan

inflasi sebesar 2,36% (qtq); kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi sebesar 1,46%

(qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan deflasi sebesar 2,42%

(qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan deflasi sebesar

3,85% (qtq) serta kelompok sandang mencatatkan deflasi sebesar 3,99% (qtq) .

2.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi sebesar 9,53% (yoy)

dan 1,46% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

13,81% (yoy) dan 5,55% (qtq). Inflasi dari kelompok bahan makanan merupakan inflasi yang

cukup tinggi diantara kelompok-kelompok lainnya. pencapaian inflasi tersebut disebabkan

oleh sub kelompok buah-buahan yang tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,60% (qtq),

kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh beberapa komoditas seperti apel, salak,

mangga dan durian yang mencapai lebih dari 10 % (qtq). Selain itu, sub padi, umbi-umbian

dan hasilnya juga menjadi penyumbang tingginya inflasi kelompok bahan makanan, terutama

disebabkan oleh meningkatnya harga sagu dan beras. Namun demikian, menurunnya harga

komoditas ikan-ikanan dibandingkan harga pada tahun sebelumnya (seperti ikan ekor kuning,

burbara, dan cakalang) menjadi salah satu faktor yang menahan laju inflasi lebih tinggi.

Adapun sub kelompok lainnya yang turut menyumbang inflasi terhadap kelompok bahan

makanan lainnya adalah sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar

0,11% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya sebesar 1,08% (qtq) serta sub kelompok

lemak dan minyak sebesar 1,37% (qtq).

2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2013 tercatat

mengalami inflasi sebesar 6,06% (yoy) dan 9,32% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,34% (yoy) dan 1,56%

(qtq). Hampir seluruh sub kelompok mencatatkan inflasi secara triwulanan. Sub kelompok

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

yang memiliki angka pertumbuhan inflasi paling besar adalah sub kelompok tembakau dan

minuman beralkohol yang tercatat sebesar 2,25% (qtq) dan sub kelompok makanan jadi

sebesar 1,34% (qtq). Adapun komoditas yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan

adalah buah pinang, sirih dan minuman kaleng yang tingkat konsumsinya cukup besar di

wilayah Papua.

2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami

inflasi sebesar 5,34% (yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami deflasi sebesar -3,84%

(qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,65% (yoy)

dan 1,38% (qtq). Deflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal yakni

akibat menurunnya harga beberapa peralatan rumah tangga seperti lampu neon serta

beberapa komoditas bahan-bahan bangunan. Namun demikian, untuk komoditas tarif listrik

justru mengalami inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya tarif listrik sebagai akibat

adanya kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan tarif listrik.

2.2.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan IV-2013 mencatatkan deflasi sebesar -2,41% (yoy)

atau secara triwulanan mengalami deflasi sebesar -3,99% (qtq), angka tersebut lebih rendah

dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy) dan -1,28% (qtq). Deflasi yang terjadi pada

kelompok sandang terutama disebabkan oleh kontribusi dari sub kelompok barang pribadi

dan sandang lain. Adapun hal tersebut terjadi sebagai akibat turunnya harga emas perhiasan

seiring dengan melemahnya harga komoditas emas di pasar internasional.

2.2.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 4,77% (yoy) atau

2,92% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,53% (yoy) dan 0,35% (qtq). Inflasi

pada kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 4,28% (qtq) akibat

meningkatnya harga obat flu dan obat gosok serta sub kelompok perawatan jasmani dan

kosmetika sebesar 3,74% (qtq) akibat meningkatnya harga parfum dan bedak.

2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan IV-2013 mengalami inflasi

sebesar 1,27% (yoy) atau 2,36% (qtq). Tekanan inflasi terutama datang dari sub kelompok

perlengkapan dan peralatan pendidikan sebesar 1,79% (qtq) serta sub kelompok olahraga

yang mengalami pertumbuhan inflasi sebesar 0,60% (qtq).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami

inflasi sebesar 11,72% (yoy) atau -2,42% (qtq), inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy), tetapi secara triwulanan justru mengalami deflasi.

Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub kelompok transpor sebesar 3,80%

(qtq) akibat meningkatnya harga tarif angkutan darat, laut dan udara menjelang perayaan

Natal dan Tahun Baru serta sub kelompok sarana dan penunjang transpor akibat

meningkatnya harga aneka ban kendaraan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

BAB 3.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada

triwulan IV-2013 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa

indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup

meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva

perbankan yang tumbuh sebesar 13,82% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan

tumbuh cukup signifikan sebesar 12,63% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit

rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 61,00% (yoy) pada triwulan IV-2013 dari 56,28% (yoy)

pada triwulan IV-2012. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar

80% yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 18. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 12,63% (yoy) yang terutama

disumbang oleh tingginya pertumbuhan kredit sebesar 23,37% (yoy). Kredit konsumsi dan

modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai

+85% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 45,62% (yoy) dan 38,52% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun sektor ini

mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni 34,29% (yoy). Namun demikian, dicapainya

pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas kredit.

Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada

triwulan IV-2013 menjadi sebesar 1,80%, meskipun sebenarnya peningkatan NPL pada

triwulan IV-2013 dapat dikatakan masih cukup kecil. Namun adanya tren kenaikan NPL yang

cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai.

Tabel 19. Perkembangan NPL Persektor

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan

deposito dengan pertumbuhan sebesar 11,95% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar

8,36% (yoy) serta giro sebesar 24,74% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan giro di wilayah

Papua terutama disebabkan oleh adanya target penyelesaian beberapa proyek pemerintah

oleh para perusahaan kontraktor di wilayah Papua.

I I I I I I IV I I I I I I IV

Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.97%

Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86%

Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57%

Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.47%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.41%

Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14%

Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95%

Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.53%

Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.19%

Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79%

20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT

(%)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

II. Perbankan Provinsi Papua

2.1. Perkembangan Umum

Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin

dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 9,19% (yoy), DPK sebesar

9,17 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 26,27% (yoy).

Tabel 20. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK

menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 61,96% (yoy)

atau meningkat sebesar 8,39% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang hanya mencapai 53,57% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi

oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan

IV-2013 tercatat sebesar 1,74% atau meningkat dari triwulan yang sama di tahun sebelumnya

yang tercatat hanya sebesar 1,23% (yoy).

2.2 Aset Perbankan

Pada triwulan IV-2013, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 37,39

triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan

dengan pangsa aset sebesar 78,00% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di

Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 20,48% dan BPR hanya memiliki pangsa aset

sebesar 1,52%. Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah

dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 29,16 triliun

dan Rp 7,66 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 570 miliar. Pertumbuhan aset tersebut

terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 26,77% (yoy).

Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,64 triliun yang terdiri dari giro sebesar

Rp 9,08 triliun, tabungan sebesar Rp 14,97 triliun dan deposito sebesar Rp 5,59 triliun.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat

paling besar yakni sebesar 9,80% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 9,31% (yoy) dan

pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,85% (yoy).

Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih

mendominasi dengan share sebesar 76,39% diikuti kelompok bank swasta 22,89% dan

kelompok BPR 0,72%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah

dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi

Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank

Pembangunan Daerah (BPD) Papua.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

Tabel 21. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan

Walaupun menjelang akhir tahun 2013, tren suku bunga perbankan mengalami

kenaikan seiring meningkatnya BI Rate, hal ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja kredit

perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi

Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 26,77% (yoy). Secara lebih mendalam,

Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 14,34% (yoy), kredit

konsumsi sebesar 36,05% (yoy) dan kredit investasi sebesar 28,55% (yoy). Tingginya

pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya tingkat konsumsi dan semakin

membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat

IV IV I II III IV I II III IV

Bank Pemerintah 14,976.47 18,150.55 18,287.97 20,246.47 21,741.08 20,277.95 20,206.97 22,805.10 24,083.00 22,640.00 10.49%

Giro 5,232.11 6,304.84 7,698.35 9,219.45 11,181.75 6,227.03 7,535.00 9,962.50 11,343.00 6,665.00 -2.12%

Deposito 2,282.30 2,656.07 2,955.54 3,004.90 3,073.17 2,970.59 3,434.94 3,565.80 3,254.00 3,772.00 16.22%

Tabungan 7,462.27 9,189.64 7,634.08 8,022.12 7,486.17 11,080.33 9,237.03 9,276.80 9,486.00 12,203.00 21.00%

Bank Swasta 4,447.94 5,444.50 5,303.38 5,364.02 4,495.55 6,098.42 5,954.81 5,841.70 5,981.00 6,784.00 12.28%

Giro 1,180.83 1,890.71 1,822.46 1,949.36 1,540.86 1,738.21 1,662.68 1,126.77 1,492.00 2,413.00 -8.77%

Deposito 1,444.90 1,563.15 1,523.22 1,500.82 1,276.73 2,083.37 1,972.27 2,492.54 2,170.00 1,669.00 29.48%

Tabungan 1,822.20 1,996.22 1,957.70 1,913.85 1,677.96 2,276.83 2,319.85 2,222.39 2,319.00 2,702.00 18.50%

BPR 166.35 223.64 237.06 206.69 217.03 202.58 202.58 215.60 229.72 214.00 -14.54%

Deposito 131.78 179.66 191.31 153.84 161.53 149.48 149.48 159.30 171.05 154.00 -21.86%

Tabungan 34.56 43.98 45.75 52.85 55.50 53.10 53.10 56.30 58.67 60.00 16.07%

Total DPK Provinsi Papua 19,590.75 23,818.69 23,828.40 25,817.18 26,453.66 26,578.94 26,364.35 28,862.40 30,293.72 29,638.00 10.64%

Giro 6,412.94 8,195.55 9,520.81 11,168.80 12,722.61 7,965.24 9,197.68 11,089.27 12,835.00 9,232.00 -3.39%

Deposito 3,858.99 4,398.87 4,670.07 4,659.55 4,511.43 5,203.44 5,556.70 6,217.64 5,595.05 5,501.00 18.99%

Tabungan 9,319.03 11,229.84 9,637.53 9,988.83 9,219.63 13,410.26 11,609.98 11,555.49 11,863.67 14,965.00 20.47%

2013Kelomok Bank

2010 2011 Growth

(yoy)

2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti

pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur ditenggarai

menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.

Tabel 22. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan

share 47%, modal kerja 37%, investasi 16%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain

untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat

rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya

adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang

dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain.

2.5 LDR Dan NPL

Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan

dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal,

dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar

62,01%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan

usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu,

jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum)

serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di

Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan

pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam

mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua.

Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih

tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 1,74% yang masih

berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik,

gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti

terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,38% dan 5,10%. Sektor-sektor

ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa

sosial dan lainnya) masih cukup aman dan berada dibawah batas sebesar 5%.

Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari

rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang

mencapai sebesar mencapai sebesar 40,39% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,42 triliun. Nilai

itu mengalami pertumbuhan sebesar 36,46% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama

tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami

pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif besar. Selain itu, pada periode

laporan target penyaluran kredit bagi UMKM sebesar diatas 40% dari total kredit keseluruhan

telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat terjadinya

peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil

yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

I I I I I I IV I I I I I I IV

Pertanian 1.35% 1.42% 1.41% 0.55% 0.85% 1.15% 1.32% 1.16%

Pertambangan 0.39% 0.41% 0.40% 0.88% 1.27% 1.47% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.23% 1.30% 1.29% 2.03% 4.29% 5.65% 4.96% 5.10%

Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02% 8.93% 10.86% 13.64% 10.00% 10.00% 9.38%

Konstruksi 1.98% 2.09% 2.06% 1.59% 1.91% 2.46% 3.17% 3.02%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.23% 1.30% 1.28% 1.73% 2.08% 2.20% 2.24% 2.13%

Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84% 0.84% 0.35% 0.67% 0.86% 1.25% 1.37%

Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20% 0.20% 0.92% 1.94% 2.85% 2.89% 2.01%

Jasa Sosial 1.38% 1.46% 1.44% 0.74% 1.44% 1.76% 1.89% 1.74%

Lain-lain 1.27% 1.33% 1.32% 0.90% 0.98% 1.12% 1.28% 1.18%

Total 1.31% 1.38% 1.31% 1.22% 1.49% 1.79% 1.89% 1.74%

20132012NPL PAPUA (%)

Tabel 23. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

Tabel 24. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat, penghitungan menggunakan pendekatan plafond.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

III. Perbankan Provinsi Papua Barat

3.1 Perkembangan Umum

Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat

baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK

Perbankan pada triwulan IV-2013. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan IV-2013

mencapai Rp 12,23 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 33,79% (yoy) sementara

total DPK mencapai Rp 11,03 triliun atau meningkat 33,15% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 6,86 triliun atau tumbuh sebesar

27,04% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 62,16%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut

juga diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup

rendah sebesar 1,93%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan

sebesar 5%.

Tabel 25. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di

Papua Barat masih dibawah targetyang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang

layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana

dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

3.2 Total Aset

Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 12,23 triliun atau tumbuh

33,79% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua,

dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa

89% sedangkan bank swasta hanya 9% dan BPR 2%.

Grafik 33. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 34. Komposisi Aset Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 11,03 triliun yang terdiri dari giro Rp

3,88 triliun, tabungan Rp 5,19 triliun dan deposito Rp 1,96 triliun. Apabila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen tumbuh sebagai

berikut: giro sebesar 86,19% (yoy), deposito sebesar 37,36% (yoy), dan tabungan sebesar

8,73% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi

sebesar 90,23% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 8,67% dan BPR sebesar

1,10%.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

Grafik 35. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan

Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan IV-2013 mencapai sebesar Rp 6,86

triliun atau tumbuh sebesar 27,04% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2012.

Berdasarkan penggunaannya, kredit konsumsi memiliki pangsa tertinggi sebesar 42,56%,

diikuti oleh kredit modal kerja dengan share 42,06%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,38%.

Tabel 26. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 36. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 37. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV

Modal Kerja 1590 1751 1911 1917 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884

Pertumbuhan Modal Kerja 38.26% 32.85% 29.91% 16.04% 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04%

Investasi 314 344 355 408 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004

Pertumbuhan investasi 23.62% 17.01% 14.89% 40.21% 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22%

Kredit Konsumsi 1298 1444 1470 1624 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843

Pertumbuhan Kredit Konsumsi25.05% 32.11% 36.36% 47.64% 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89%

20132011Provinsi Papua Barat

2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

Sementara itu, secara sektoral kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain

yakni yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor yang

mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan restoran sebesar

31,55%

Tabel 27. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

3.5. LDR dan NPL

Pada triwulan IV-2013, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan menurunnya

pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 62,16% atau menurun sebesar 2,99%

(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang cukup

rendah menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum

optimal mengingat masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh

perbankan di Provinsi Papua Barat seiring masih tingginya akses perbankan dalam

memperoleh DPK di Papua Barat.

Ditengah masih rendahnya angka LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan

laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih belum

mengalami perbaikan yang signifikan. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya kenaikan NPL

yang cukup tipis menjadi sebesar 1,93% pada triwulan IV-2013 dari 1,41% pada triwulan III-

2012. Kenaikan NPL yang terjadi pada triwulan berjalan sebenarnya masih cukup kecil dan

masih berada dibawah ambang batas 5%, namun kedepannya perbankan di Provinsi Papua

Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit. Hal tersebut harus

diperhatikan mengingat dalam beberapa triwulan kebelakang tren NPL Provinsi Papua Barat

selalu mengalami peningkatan.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah.

Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua

Barat pada triwulan IV-2013 mencapai Rp 3,02 triliun. Kredit MKM tersebut didominasi oleh

kredit menengah dengan share 47,67%, kemudian kredit kecil sebesar 38,87% dan kredit

usaha mikro sebesar 13,46%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap

periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif besar. Selain

itu, pada periode laporan target penyaluran kredit bagi UMKM sebesar diatas 40% dari total

kredit keseluruhan telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan

mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya

pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Papua.

Tabel 29. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

I I I I I I IV I I I I I I IV

Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48%

Pertambangan 0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Industri Pengolahan 1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03%

Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Konstruksi 0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07%

Angkutan dan Komunikasi 1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76%

Jasa Dunia Usaha 0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82%

Jasa Sosial 1.92% 2.38% 2.31% 0.91% 0.42% 0.26% 0.87% 0.70%

Lain-lain 1.62% 2.01% 1.91% 1.32% 1.02% 1.01% 1.44% 1.21%

Total 1.19% 1.47% 1.86% 1.40% 1.66% 1.93% 2.28% 1.93%

20132012NPL PAPUA BARAT (%)

Tabel 28. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 38. Perkembangan NPL & LDR

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45

BAB 4

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

I. Keuangan Daerah Provinsi Papua

Pada tahun 2013, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar

sebesar Rp 8,29 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 13,74% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang

oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh

pemerintah pusat, karena kedepannya Provinsi Papua diharapkan menjadi salah satu Provinsi

yang maju baik dari segi perekonomian maupun dari segi pembangunan.

Tabel 30. Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2013 menargetkan

sebesar Rp 8,94 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 24,49% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama

disebabkan oleh meningkatnya belanja langsung sebesar 33,0% (yoy) dengan peruntukan

kebutuhan gaji pegawai, pembelian barang dan jasa serta kebutuhan investasi.

Tabel 31. Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

PENDAPATAN 7.295.601.882.000 8.298.239.247.000 13,74%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 403.560.936.000 512.034.309.000 26,88%

Pajak Daerah 273.920.000.000 413.950.000.000 51,12%

Retribusi Daerah 15.500.000.000 17.639.200.000 13,80%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.887.900.000 25.492.803.000 28,18%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 94.253.036.000 54.952.306.000 -41,70%

PENDAPATAN TRANSFER 5.988.779.925.000 6.862.934.226.000 14,60%

Dana Perimbangan 2.155.377.790.000 2.506.984.178.000 16,31%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.404.176.000 483.819.088.000 0,92%

Dana Alokasi Umum 1.569.782.444.000 1.889.267.850.000 20,35%

Dana Alokasi Khusus 106.191.170.000 133.897.240.000 26,09%

Dana Otonomi Khusus 3.833.402.135.000 4.355.950.048.000 13,63%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 903.261.021.000 923.270.712.000 2,22%

PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Anggaran 2012 Anggaran 2013 Pertumbuhan

BELANJA 7.182.633.394.000 8.941.437.247.000 24,49%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 4.460.857.121.750 5.322.499.969.000 19,32%

Belanja Pegawai 710.902.948.750 733.505.273.000 3,18%

Belanja Hibah 849.817.450.000 685.960.406.000 -19,28%

Belanja Bantuan Sosial 219.031.522.000 274.645.567.000 25,39%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 108.336.720.000 233.162.194.000 115,22%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 2.529.102.563.000 3.365.226.529.000 33,06%

Pemerintah Desa dan Partai Politik

Belanja Tidak Terduga 43.665.918.000 30.000.000.000 -31,30%

BELANJA LANGSUNG 2.721.776.272.250 3.618.937.278.000 32,96%

Belanja Pegawai 180.980.920.800 195.333.490.000 7,93%

Belanja Barang dan Jasa 1.514.970.805.500 1.898.047.082.000 25,29%

Belanja Modal 1.025.824.545.950 1.525.556.706.000 48,72%

BELANJA DAERAH PROVINSI PAPUA ANGGARAN 2012 ANGGARAN 2013 Pertumbuhan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46

1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan III-2013, realisasi target pendapatan daerah Provinsi Papua tercatat

sebesar Rp 6,34 triliun, meningkat sebesar 12,24% (yoy) dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Kontribusi terhadap kenaikan pendapatan daerah tersebut disumbang oleh

peningkatan dana perimbangan yang mencapai Rp 1,92 triliun atau naik sebesar 9,90% (yoy).

Meningkatnya pendapatan daerah juga diikuti oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

(PAD) menjadi sebesar Rp 404,76 miliar atau naik 21,04% (yoy). Semakin meningkatnya PAD

dari setiap periode merupakan suatu hal yang sangat baik karena kedepannya dapat

menghilangkan ketergantungan daerah terhadap alokasi dana dari pemerintah pusat. Namun

demikian, jika mangacu pada kondisi saat ini proporsi terbesar dalam APBD masih disumbang

oleh dana otonomi khusus dan dana perimbangan yang merupakan alokasi dari pemerintah

pusat dengan pangsa masing-masing sebesar 30,27% dan 51,50%.

Tabel 32. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran

hingga triwulan III-2013 mencapai sebesar 76,45% atau senilai Rp 6,34 triliun, angka

tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang mencapai 77,47%. Tingkat realisasi tertinggi berada pada komponen

retribusi daerah yang mencapai sebesar 112,21%, diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah dan Dana Alokasi Umum yang masing-masing sebesar 95,76% dan 83,33%.

PENDAPATAN 5.651.857.442.000 6.343.866.211.128 12,24%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 334.397.008.000 404.757.636.591 21,04%

Pajak Daerah 235.796.795.300 332.141.831.259 40,86%

Retribusi Daerah 10.397.510.580 19.792.328.356 90,36%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 22.598.925.560 200.000.000 -99,12%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 65.603.776.530 52.623.476.976 -19,79%

PENDAPATAN TRANSFER 4.718.664.025.000 5.187.115.095.537 9,93%

Dana Perimbangan 1.747.235.454.000 1.920.152.559.537 9,90%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 490.255.239.800 305.593.577.537 -37,67%

Dana Alokasi Umum 1.209.194.187.000 1.574.389.810.000 30,20%

Dana Alokasi Khusus 47.786.027.000 40.169.172.000 -15,94%

Dana Otonomi Khusus 2.971.428.571.000 3.266.962.536.000 9,95%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 598.796.409.000 751.993.479.000 25,58%

PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Realisasi s.d Triwulan III-2012 Realisasi s.d Triwulan III-2013 Pertumbuhan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47

Tabel 33. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013

Sumber: Pemerintah Provinsi Papua

1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan III-2013, realisasi target belanja daerah Provinsi Papua tercatat sebesar

Rp 4,05 triliun, meningkat sebesar 12,24% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kontribusi kenaikan realisasi belanja daerah daerah disumbang oleh komponen belanja tidak

langsung yang mencapai Rp 2,98 triliun atau naik sebesar 27,54% (yoy). Namun demikian,

Meningkatnya realisasi belanja daerah tidak diikuti oleh meningkatnya realisasi belanja

modal, karena pada triwulan berjalan belanja modal pemda tecatat mengalami penurunan

menjadi Rp 304,19 miliar atau turun sebesar -15,47% (yoy). Menurunnya realisasi belanja

modal oleh Pemda bukan merupakan suatu hal yang baik, karena sebagian besar dari belanja

modal berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di suatu wilayah.

Tabel 34. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Papua terhadap target anggaran

hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar 45,29% atau senilai Rp 4,05 triliun. Apabila kita

menggunakan asumsi secara proporsional, seharusnya realisasi pendapatan Pemda berada

di kisaran 65-75%. Adapun Tingkat realisasi tertinggi dari belanja Pemda saat ini berada pada

komponen belanja tidak langsung yang proporsinya mencapai 55,94%, diikuti oleh belanja

langsung dengan proporsi sebesar 29,62%

PENDAPATAN 8.298.239.247.000 6.343.866.211.128 76,45%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 512.034.309.000 404.757.636.591 79,05%

Pajak Daerah 413.950.000.000 332.141.831.259 80,24%

Retribusi Daerah 17.639.200.000 19.792.328.356 112,21%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 25.492.803.000 200.000.000 0,78%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 54.952.306.000 52.623.476.976 95,76%

PENDAPATAN TRANSFER 6.862.934.226.000 5.187.115.095.537 75,58%

Dana Perimbangan 2.506.984.178.000 1.920.152.559.537 76,59%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 483.819.088.000 305.593.577.537 63,16%

Dana Alokasi Umum 1.889.267.850.000 1.574.389.810.000 83,33%

Dana Alokasi Khusus 133.897.240.000 40.169.172.000 30,00%

Dana Otonomi Khusus 4.355.950.048.000 3.266.962.536.000 75,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 923.270.712.000 751.993.479.000 81,45%

PENDAPATAN DAERAH PROVINSI PAPUA Realisasi s.d Triwulan III-2013Anggaran 2013 % Realisasi

BELANJA 3.324.511.883.000 4.049.590.610.786 21,81%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.334.668.206.000 2.977.578.397.784 27,54%

Belanja Pegawai 413.632.212.900 431.158.621.105 4,24%

Belanja Hibah 337.830.635.000 583.743.140.000 72,79%

Belanja Bantuan Sosial 57.696.407.600 116.653.873.800 102,19%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 62.360.994.580 71.843.245.229 15,21%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1.463.147.956.000 1.761.622.744.650 20,40%

Belanja Tidak Terduga - 12.556.773.000 100,00%

BELANJA LANGSUNG 989.843.677.100 1.072.012.213.002 8,30%

Belanja Pegawai 59.646.411.820 70.764.953.990 18,64%

Belanja Barang dan Jasa 570.323.108.300 697.051.052.634 22,22%

Belanja Modal 359.874.157.000 304.196.206.378 -15,47%

URAIANRealisasi s.d

Triwulan III-2012

Realisasi s.d

Triwulan III-2013Pertumbuhan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48

Tabel 35. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2013

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan

Pada tahun 2013, APBD Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami defisit yang

nilainya mencapai Rp 643,12 miliar, atau menurun sebesar -669,36% (yoy) jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang berhasil mencetak surplus anggaran. Defisit pada tahun

2013 dapat ditutup oleh adanya sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang

nilainya mencapai Rp 768,20 miliar.

Tabel 36. Perbandingan APBD Provinsi Papua

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Pada triwulan III-2013, realisasi APBD Provinsi Papua mengalami surplus sebesar Rp

2,29 triliun. Angka tersebut berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan dalam

target APBD tahun 2013.

Tabel 37. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2013

Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua

BELANJA 8.941.437.247.000 4.049.590.610.786 45,29%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.322.499.969.000 2.977.578.397.784 55,94%

Belanja Pegawai 733.505.273.000 431.158.621.105 58,78%

Belanja Hibah 685.960.406.000 583.743.140.000 85,10%

Belanja Bantuan Sosial 274.645.567.000 116.653.873.800 42,47%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 233.162.194.000 71.843.245.229 30,81%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 3.365.226.529.000 1.761.622.744.650 52,35%

Belanja Tidak Terduga 30.000.000.000 12.556.773.000 41,86%

BELANJA LANGSUNG 3.618.937.278.000 1.072.012.213.002 29,62%

Belanja Pegawai 195.333.490.000 70.764.953.990 36,23%

Belanja Barang dan Jasa 1.898.047.082.000 697.051.052.634 36,72%

Belanja Modal 1.525.556.706.000 304.196.206.378 19,94%

URAIAN ANGGARAN 2013Realisasi s.d

Triwulan III-2013% Realisasi

SURPLUS / DEFISIT 112.968.488.000 (643.198.000.000) -669,36%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 75.000.000.000 768.198.000.000 924,26%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 75.000.000.000 768.198.000.000 924,26%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 187.968.488.000 125.000.000.000 -33,50%

Pembentukan Dana Cadangan 100.000.000.000 100.000.000.000 0,00%

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 85.000.000.000 25.000.000.000 -70,59%

Pembayaran Pokok Utang 2.968.488.000 - -100,00%

PEMBIAYAAN NETTO (112.968.488.000) 643.198.000.000 -669,36%

URAIAN 2012 2013 Pertumbuhan

SURPLUS / DEFISIT (643.198.000.000) 2.294.275.600.342 -356,70%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 768.198.000.000 100.000.000.000 13,02%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 768.198.000.000 100.000.000.000 13,02%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 125.000.000.000 100.000.000.000 80,00%

Pembentukan Dana Cadangan 100.000.000.000 100.000.000.000 100,00%

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 25.000.000.000 0,00%

Pembayaran Pokok Utang - 0,00%

PEMBIAYAAN NETTO 643.198.000.000 - 0,00%

URAIAN Anggaran 2013Realisasi s.d

Triwulan III-2013% Realisasi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49

BAB 5.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan mengenai tingkat kemajuan sistem pembayaran merupakan salah satu

indikator dalam mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah. Secara umum, semakin tinggi

frekuensi dan nilai transaksi sistem pembayaran suatu daerah semakin besar besar pula

kapasitas perekonomiannya. Dalam kaitan itu, otoritas sistem pembayaran diharapkan dapat

mendorong bertumbuhnya sistem pembayaran yang cepat, efisien, handal, dan aman yang

mampu memenuhi kebutuhan sistem perekonomian. Dalam sistem pembayaran, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya

menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi,

maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Selain dalam penyediaan

alat pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat juga berupaya membantu

kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan sistem

penyelesaian transaksi uang giral (non tunai) yang lancar, aman, dan efisien. Dalam hal ini,

sistem yang senantiasa dijaga agar dapat tetap berjalan dengan lancar, aman dan efisien

adalah Bank Indonesia Real Time Gross Settlement(BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia(SKN-BI). Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank

Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, kedua sistem ini harus dipastikan dapat beroperasi

dengan toleransi gangguan yang sangat minimal (< 2 jam). Terhadap implementasi BI-RTGS

dan SKN-BI, Kantor Perwakilan Bank Indonesia selain bertindak mewakili regulator juga

sekaligus sebagai peserta.

I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

Pada triwulan IV-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah

Papua mencapai nilai Rp 13,74 trilliun atau naik sebesar 3,93% (yoy) jika dibandingkan

dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Besarnya transaksi

keluar di Papua Barat merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang

kebutuhan yang sebagian berasal dari wilayah luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang

masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 18,41 triliun, angka

tersebut mengalami kenaikan sebesar 24,70% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi

pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk sebagian

besar berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi Pemerintah

daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS

di wilayah Papua tercatat sebesar Rp 5,12 triliun atau naik sebesar 31,04% (yoy)

dibandingkan dengan tahun lalu.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50

Tabel 38. Transaksi RTGS Wilayah Papua

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Desember

Grafik 39. Nilai Transaksi RTGS

Dengan demikian, pada triwulan IV-2013 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat

sebesar Rp 4,67 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 202,67% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan net inflow

pada triwulan IV-2013 ini merupakan cerminan bahwa uang yang masuk ke Wilayah Papua

nilainya semakin bertambah setiap waktunya. Hal tersebut menandakan bahwa kegiatan

perekonomian di wilayah Papua berjalan semakin dinamis, meskipun sebenarnya besarnya

angka tersebut tidak terlepas dari adanya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang

dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di wilayah Papua.

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua &

Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian utang piutang antar bank

dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan dilembaga kliring

(penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian

transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil (di

I II III IV I II III IV

Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 13,877.11 8,187.49 9,929.65 13,739.36 3.93%

Lembar Warkat 10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 12,489.00 7,743.18 11,764.00 13,586.00 -2.38%

Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 12,387.32 10,157.60 14,715.87 18,410.79 24.70%

Lembar Warkat 12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 13,798.00 11,314.36 15,230.00 16,698.00 -3.88%

Net Inflow Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 -1,489.79 1,970.11 4,786.22 4,671.43 202.67%

Lembar Warkat 1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 1,309.00 3,571.18 3,466.00 3,112.00 -9.93%

Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 901.87 739.53 3,059.66 5,199.31 31.04%

Lembar Warkat 1,574.41 1,646.00 1,966.00 2,304.00 2,090.00 1,713.80 2,092.00 2,197.00 -4.64%

Growth

(YoY)RTGS

2012 2013

Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51

bawah Rp 100 juta). Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS.

Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang lebih lama (adanya

jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time).

Tabel 39 . Transaksi Kliring Wilayah Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja

KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka

tersebut menurun sebesar 27,26% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar 25,57% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat

sebanyak 32.208 lembar, menurun sebesar -28,49% (yoy) dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu

sebesar 27,37% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan IV jika

dibandingkan triwulan III terjadi karena adanya periode libur yang cukup panjang di

wilayah Papua pada triwulan IV-2013.

Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan

IV-2013 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp

19,29 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar 34,70% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya serta turun sebesar 24,83% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata harian warkat yang digunakan tercatat

sebanyak 516,64 lembar, atau turun sebesar 35,89% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan

pada triwulan IV-2013 mencapai sebesar Rp 2,81 milliar dengan rata rata penolakan

warkat sebesar 2,03 lembar.

I II III IV I II III IV

Total Volume (lembar) 46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 -1.55%

Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 -2.27%

Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)

Rata-Rata Volume (lembar) 800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 -12.76%

Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari

(Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 -13.13%

Nisbah Rata-Rata Penolakan

Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03

Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp

Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 98.22%

Growth

(YOY)Kliring

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52

Sumber: KBI Jayapura

Grafik 40. Perkembangan Kliring Wilayah Papua

Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

III. Perkembangan Uang Kartal

Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &

Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk

menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan

uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/

denominasi maupun tingkat kelayakan edar.

Pada triwulan IV-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI

Papua & Papua Barat mencapai Rp 5,39 triliun atau meningkat 133,95% (yoy)

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar

(outflow) mencapai sebesar Rp 5,77 Triliun atau meningkat sebesar 24,86% (yoy)

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan

IV-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami

posisi net outflow sebesar Rp230,4 miliar, yang artinya selama periode triwulan IV-

2013 jumlah uang yang keluar lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat.

Tingginya peredaran uang kartal mencerminkan bahwa kecenderungan

masyarakat Papua memegang uang tunai cukup tinggi. Selain itu, hal tersebut juga

ditengarai karena masih minimnya kondisi infrastruktur maupun jaringan bank yang

relatif belum terlalu banyak di Papua khususnya di wilayah pemekaran Kabupaten

paska pemberlakukan UU Otonomi Khusus Papua.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53

Tabel 40. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat

Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 41. Perkembangan Uang Kartal

Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap

dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai

upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang

tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun

dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di

Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota

yakni: Sorong, Merauke, Timika, Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi

Desember 2013 oleh KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 301 miliar.

I II III IV I II III IV

Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 133.95%

Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 24.86%

Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) -1138.59%

Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 47.93%

- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 -14.58%

- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 233.44%

Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 1123.35%

Growth

(YOY)Uang Kartal

2012 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54

BAB 6.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua

Walaupun ekonomi Provinsi Papua mengalami pertumbuhan namun penyerapan tenaga

kerja pada periode laporan tidak terlalu baik. Hal ini ditunjukkan dari semakin menurunnya

tingkat partisipasi angkatan kerja dan meningkatnya angka pengangguran di Provinsi Papua.

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua7

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Agustus 2013 mencapai 1.688.876

orang, mengalami penurunan sebesar -2,84% (yoy) dibandingkan periode laporan

sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 78,01% atau

mengalami penurunan sebesar -2,24% dibandingkan dengan peride laporan sebelumnya.

Disamping itu, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 2,81% pada Februari

2013 menjadi 3,23% pada Agustus 2013. Hal itu tidak terlalu baik mengingat meskipun

jumlah angkatan kerja menurun, namun tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Papua

justru mengalami peningkatan.

Tabel 41. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama

Jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor

ekonomi, maka sektor pertanian menempati peringkat paling rendah diantara sektor lainnya

dengan nilai pendapatan perkapita berkisar Rp. 920,886.35,-

Tabel 42. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja

Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah

7

1 2 3 4 1 2 3

Pertanian 849,290.80 979,274.76 940,278.95 903,111.93 804,123.16 885,532.06 920,886.35

Industri Pengolahan 6,043,228.36 7,587,620.77 10,398,180.06 8,945,004.24 6,259,578.64 6,516,559.56 7,050,030.03

Perdagangan, Hotel & Restoran 4,026,641.60 3,708,113.88 3,811,167.21 4,843,066.60 3,950,922.79 4,021,513.48 4,662,981.83

Jasa - jasa 3,820,305.40 4,358,900.70 4,676,941.04 5,576,726.42 4,455,931.40 4,691,641.47 5,008,138.34

TOTAL PDRB 3,225,072.12 3,520,171.87 3,564,668.64 3,860,084.83 3,410,797.82 3,164,807.66 3,963,315.80

PDRB Papua Per Kapita2012 2013

Sumber: BPS Provinsi Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Agustus 2013 mengalami sedikit

penurunan sebesar -0,71% dibandingkan dengan periode laporan sebelumnya. Sektor yang

mengalami penurunan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah Sektor

jasa-jasa (-0,03%), sektor pertanian (-0,92%), sektor industri (-4,00%), sektor perdagangan (-

13,20%). Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik dan PHR) mengalami peningkatan

penyerapan tenaga kerja sebesar 15,56%..

Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Agustus

2013, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 72,90% diikuti oleh

sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 10,11%. Namun demikian jika

dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor ini masih

perlu mendapatkan pembenahan, sehingga menjadi sektor yang mampu memberikan nilai

tambah yang lebih baik.

Tabel 43. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2010 – Agustus 2013 Provinsi Papua

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian 840696 1133982 1,092,878 1,036,520 1,124,829 1,112,814 1,202,394 1,191,356

Industri 10601 15671 24645 19,885 14,468 16,998 23,372 22,438

Perdagangan 88214 96199 118183 130,766 135,469 114,442 136,903 118,838

Jasa-Jasa 114057 118839 160465 147,906 152,476 158,216 165,260 165,218

Lainnya 65,221 89,307 102,283 141,150 118,225 126,463 118,109 136,482

TOTAL 1118779 1456545 1498454 1,476,227 1,545,467 1,527,933 1,646,038 1,634,332

Pertanian 4.6% 34.9% -3.6% -5.2% 8.5% -1.1% 8.0% -0.9%

Industri 455.9% 47.8% 57.3% -19.3% -27.2% 17.5% 37.5% -4.0%

Perdagangan -0.9% 9.1% 22.9% 10.6% 3.6% -15.5% 19.6% -13.2%

Jasa-Jasa 22.0% 4.2% 35.0% -7.8% 3.1% 3.8% 4.5% 0.0%

Lainnya -14.8% 36.9% 14.5% 38.0% -16.2% 7.0% -6.6% 15.6%

TOTAL 3.4% 30.2% 2.9% -1.5% 4.7% -1.1% 7.7% -0.7%

Pertanian 7.3% 41.1% 30.0% -8.6% 2.9% 7.4% 6.9% 7.1%

Industri -3.0% 721.8% 132.5% 26.9% -41.3% -14.5% 61.5% 32.0%

Perdagangan -1.2% 8.0% 34.0% 35.9% 14.6% -12.5% 1.1% 3.8%

Jasa-Jasa 6.1% 27.1% 40.7% 24.5% -5.0% 7.0% 8.4% 4.4%

Lainnya 22.1% 16.6% 56.8% 58.1% 15.6% -10.4% -0.1% 7.9%

TOTAL 7.1% 34.6% 33.9% 1.4% 3.1% 3.5% 6.5% 7.0%

Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun

2013Lapangan Pekerjaan Utama

2010 2011 2012

Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester

Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat

2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat

Sampai dengan periode bulan Agustus 2013, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua

Barat mencapai 370.750 orang, atau mengalami penurunan sebesar -1,18% dibandingkan

periode laporan sebelumnya. Penurunan angkatan kerja juga diikuti oleh penurunan tingkat

pastisipasi angkatan kerja dari 68,25% pada Februari 2013 menjadi 66,41% pada Agustus

2013. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat penurunan lapangan kerja di Propinsi Papua

Barat meskipun secara perekonomian mencatatkan kinerja yang positif. Selain itu, tingkat

pengangguran terbuka meningkat dari 4,47% pada Februari 2013 menjadi 4,62% pada

Agustus 2013.

Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin membaik seiring

dengan adanya pemekaran beberapa wilayah di Papua Barat. Pemekaran wilayah tersebut

tentu akan diikuti oleh kebutuhan akan tenaga kerja pada kabupaten yang baru dibentuk.

Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

Februari 2010– Agustus 2013 Provinsi Papua Barat

2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Pada Agustus 2013 seluruh sektor menyerap tenaga kerja yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan posisi Februari 2013.. Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang

paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa (19,86%).

Namun jika dibandingkan dengan Februari 2013, tenaga kerja sektor pertanian pada

Agustus 2013 justru mengalami penurunan sebesar -0,76% atau sebanyak 1.316 orang.

Sementara sektor Industri dan sektor jasa-jasa menjadi sektor yang mengalami peningkatan

daya serap tenaga kerja tertinggi dengan pertumbuhan masing-masing 11,61% dan 0,82%.

Jika dilihat dari perkembangan Nilai Tukar Petani, penurunan jumlah tenaga kerja di

sektor pertanian seiring dengan Nilai Tukar Petani yang juga mengalami penurunan.

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Penduduk 15+ 513,750 522,211 531,489 538,709 549,724 558,262 Angkatan Kerja 367,312 369,619 384,092 361,597 375,189 370,750 - Bekerja 366,890 336,588 358,846 341,741 358,430 353,619 - Penganggur 30,422 33,031 25,246 19,856 16,759 17,131 Bukan Angkatan Kerja 146,438 152,592 147,397 177,122 174,535 187,512 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71.50 70.78 72.27 67.12 68.25 66,41 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 8.28 8.94 6.57 5.49 4.47 4,62

2013 2012 2011 Keterangan

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57

Tabel 45. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

1.60 -6.12 4.75 -6.98 9.18 -0.76

-17.01 13.44 38.59 9.99 -34.64 11.61

10.08 35.18 0.48 -8.35 -1.68 0.24

15.65 -6.08 6.68 -3.23 14.91 0.82

17.97 -3.88 12.50 -0.04 0.08 -10.49

6.43 -0.09 6.61 -4.77 4.88 -1.34

14.01% -4.62% -1.66% -2.57% 1.55% 8.35%

-6.04% -5.85% 57.22% 52.44% -28.11% -27.05%

1.07% 48.80% 35.83% -7.91% -9.89% -1.44%

-10.74% 8.62% 0.20% 3.24% 11.20% 15.85%

15.60% 13.38% 8.13% 12.45% 0.04% -10.42%

6% 6% 7% 2% 0% 3%

Pertumbuhan tenaga kerja per semester

Pertumbuhan tenaga kerja per tahun

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58

III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Sampai dengan Akhir tahun 2013, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi

daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap

kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat

telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang

kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian,

berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.

Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya

suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh

adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat

mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga

dengan demikian baik ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat

Papua akan semakin meningkat .

3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga September 2013 tercatat sebanyak

1.057.980 Jiwa atau sebanyak 31,53% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut

mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebesar 976.400

Orang atau sebanyak 30,66% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka

garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan September 2013 sebesar Rp 339.096 per

kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 41.594 per kapita per bulan jika

dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 297.502 per

kapita per bulan.

Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu permasalahan yang dapat

mengurangi kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepannya pemerintah perlu menerapkan

suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga menigkatkan

kesejahteraan masyarakat Papua.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59

Tabel 46. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua diolah

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga September 2013 tercatat

sebanyak 234.230 Jiwa atau sebanyak 27,14% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat,

angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat

sebanyak 223.241 Jiwa atau sebanyak 27,04% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat.

Terbatsanya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu

faktor masih tingginya kemisikinan di Provinsi Papua Barat.

Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan September

2013 sebesar Rp 307.003 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp

42.377 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang

tercatat sebesar Rp 354.626 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan

yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan

pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan

dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu permasalahan yang dapat

mengurangi kesejahteraan masyarakat.

Mar Sept Mar Sept Mar Sept

Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980

Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53%

Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096

Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789

Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079

Kemiskinan2011 2012 2013

Grafik 43. Perkembangan UMR Prov. Papua Grafik 42. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60

Tabel 47. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat

Sumber: BPS Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah

Maret September Maret September Maret September

Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230

Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14%

Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003

Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900

Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163

2012 2013Uraian

2011

Grafik 44. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 45. Perkembangan UMR Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61

BAB 7.

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH SERTA

REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan mengalami

pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,10%±1% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,91% (yoy). Adapun pada

triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh

sebesar 3,54% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong

oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan

pemerintah) dan komponen investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi

yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor pertambangan, jasa-jasa, bangunan dan

perdagangan.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan mampu tumbuh positif seiring telah disahkannya

Upah Minimum Regional (UMR) yang pada tahun 2014 sebesar Rp1.900.000. Selain itu,

adanya persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu pada bulan April 2014 diperkirakan dapat

turut mendorong tingginya angka konsumsi secara keseluruhan pada tahun 2014. Di sisi lain,

telah disahkannya anggaran pemerintah pada tahun 2014 yang mengalami kenaikan cukup

signifikan yang mana didalamnya terdapat dana Otonomi Khusus serta mulai diterapkannya

kebijakan Otonomi Khusus Plus pada tahun 2014 diperkirakan juga turut mendorong

bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah.

Pertumbuhan komponen Investasi di triwulan I-2014 diperkirakan cukup besar. Adanya

beberapa realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai

dilaksanakan pada triwulan I-2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi kinerja

investasi pada triwulan yang akan datang. Beberapa Proyek besar itu diantaranya adalah

Masih berlanjutnya proyek infrastruktur pembangunan papua cable system sepanjang 2000

kilometer oleh PT Telkom senilai US$ 71,1 juta yang merupakan salah satu bagian dari proyek

MP3EI di sektor pembangunan konektivitas antar daerah, Adanya rencana pembangunan

pabrik pemurnian hasil tambang (smelter) oleh PT Freeport di Kab. Mimika, Adanya proyek

UP4B untuk melakukan pembangunan 14 ruas jalan sepanjang 120 km di beberapa wilayah

Papua senilai Rp 425 miliar, Adanya pembangunan infrastruktur pertambangan batubara

senilai US$ 6 juta yang merupakan kerjasama antara PT Indika Energi dengan China Railway

Group Ltd, Pembangunan 3 unit pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan 18 unit listrik

tenaga Surya di seluruh wilayah Papua masih sedang dilaksanakan, Adanya pembangunan

bandara di Wamena yang merupakan salah satu proyek untuk meningkatkan kapasitas

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62

distribusi ke wilayah pegunungan tengah.

Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 diperkirakan masih

didominasi oleh tingginya kontribusi dari sektor pertambangan. Dalam beberapa waktu

kebelakang sektor pertambangan Papua diprediksi akan mengalami kelangsungan usaha

yang cukup sulit seiring dimulainya penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014. Akan

tetapi, dengan dikeluarkannya PP Nomor 1/2014 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara serta Permen Kementrian ESDM Nomor 1/2014 tentang Peningkatan

Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, dinilai

memungkinkan bagi perusahaan tambang yang ada di Papua untuk tetap melakukan ekspor

beberapa komoditas hasil tambang yang belum dimurnikan. Namun demikian, sebagai

konsekuensinya pemerintah telah menerapkan Bea Keluar yang bersifat progresif atas

komoditas hasil tambang yang akan diekspor keluar negeri.

Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, sektor pertambangan yang ada di Papua

tetap dapat melakukan kegiatan ekspor dan menjaga kelangsungan produksinya meskipun

kemungkinan besar akan mengalami penurunan kinerja sebagai akibat dari berkurangnya

marjin keuntungan. Sementara sektor usaha lainnya seperti sektor pertanian, sektor jasa-jasa

dan sektor bangunan diprediksi masih tetap tumbuh postif. Hal tersebut terjadi seiring

dengan melemahnya kondisi fundamental perekonomian global yang secara tidak langsung

turut mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian nasional. Selain itu, kondisi Neraca

Perdagangan Indonesia yang berpotensi akan kembali mengalami defisit setelah pada

periode sebelumnya sempat mengalami surplus, dapat memacu terjadinya peningkatan BI

Rate dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Kondisi terebut tentunya

dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi pada periode yang akan datang.

Sepanjang tahun 2014 perekonomian Prov. Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar

5,10% (yoy). Angka pertumbuhan pada tahun 2014 dapat dikatakan mengalami perlambatan

jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 yang tercatat sebesar

14,91% (yoy). Seperti yang telah diketahui bersama bahwa proporsi terbesar dari

perekonomian Prov. Papua adalah berasal dari sektor pertambangan. Adanya rencana

pemerintah untuk menerapkan tarif bea keluar yang cukup tinggi bagi perusahaan tambang

yang mengekspor hasil tambangnya yang belum dimurnikan menjadi penyebab dari

perlambatan pertumbuhan ini. Dengan adanya aturan tersebut tentunya akan mempengaruhi

kinerja secara finansial maupun produksi dari perusahaan tambang yang akan mengalami

penurunan, Dimana penurunan tersebut tentunya berpengaruh terhadap pencapaian

pertumbuhan ekonomi selama tahun 2014. Adapun pada tahun 2014, periode triwulan yang

akan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah triwulan II-2014 sebesar 5,94% (yoy),

hal tersebut terjadi seiring dampak positif yang disebabkan oleh perayaan Pemilu 2014.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63

Tabel 48. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 8,85%±1% (yoy), angka tersebut lebih

rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,41% (yoy).

Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan

akan tumbuh sebesar 8,86% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang masih

positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi

rumah tangga dan pemerintah) dan komponen investasi. Sedangkan dari sisi penawaran,

pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri pengolahan,

jasa-jasa dan bangunan.

Ekspektasi lebih besarnya pertumbuhan pada triwulan I-2014 didorong oleh beberapa

faktor. Dari Sisi Permintaan, tingginya ekspektasi konsumen atas kondisi ekonomi

diperkirakan dapat mendorong tingkat konsumsi untuk tumbuh positif seiring telah

ditetapkannya Upah Minimum Regional (UMR) pada tahun 2014 sebesar Rp1.870.000. Dari

sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tumbuh cukup tinggi seiring dengan

ekspektasi pertumbuhan produksi gas yang dihasilkan oleh PT Tangguh yang meningkat

cukup signifikan seiring adanya proses pembangunan Train III sebagai salah satu fasilitas

produksi yang baru. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat tumbuh cukup signifikan seiring adanya

kenaikan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup signifikan pada tahun 2014. Sektor

Bangunan diprediksi tumbuh signifikan seiring dengan adanya beberapa proyek seperti:

Realisasi pembangunan pabrik semen di Manokwari oleh investor Cina, Pembangunan

fasilitas dan infrastruktur Pulau Mansinam sebagai salah satu tujuan wisata yang baru,

pembangunan gedung kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa

kota/kabupaten baru dan dimulainya pembagunan beberapa proyek pemerintah di Papua

Barat.

Sepanjang tahun 2014 perekonomian Prov. Papua Barat diperkirakan akan tumbuh

sebesar 8,85% (yoy). Angka pertumbuhan pada tahun 2014 dapat dikatakan sedikit

mengalami perlambatan jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada tahun

1 2 3 4 1P 2P 3P 4P1. Pertanian 4.17 4.90 5.33 8.26 5.70 2.89 3.71 5.29 6.24 4.60

2. Pertambangan & Penggalian 31.82 -24.61 43.04 64.24 29.77 -8.65 -7.05 -2.69 -3.70 -5.00

3. Industri Pengolahan -1.77 0.95 5.16 4.91 2.33 3.38 4.17 4.88 5.29 4.45

4. Listrik, Gas & Air Bersih 7.28 8.00 9.25 8.41 8.25 5.37 5.77 6.30 6.49 5.99

5. Bangunan 8.31 8.87 1.54 2.02 4.92 10.34 11.42 11.17 11.31 11.08

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.66 13.54 8.69 7.41 10.66 10.63 10.68 10.44 10.75 10.62

7. Angkutan & Komunikasi 9.58 9.07 7.64 8.26 8.61 11.91 11.76 11.60 11.65 11.73

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 15.84 11.87 14.92 23.09 16.51 11.24 13.07 13.16 12.87 12.64

9. Jasa - jasa 20.12 20.26 16.03 9.61 15.87 13.57 13.27 14.23 14.48 13.93

PDRB 16.18 0.25 18.01 23.90 14.91 3.54 5.94 5.62 5.25 5.10

20132013

20142014PKeterangan

PA

PU

A

yo

y (

%)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64

2013 yang tercatat sebesar 9,41% (yoy). Perlambatan terjadi seiring dimulainya

pembangunan Train III oleh PT Tangguh, dimana hal tersebut tentunya diprediksi akan

memberikan sedikit pengaruh terhadap kelancaran produksi Train lainnya. Adapun pada

tahun 2014, periode triwulan yang akan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah

triwulan II-2014 sebesar 9,42% (yoy), hal tersebut terjadi seiring adanya dampak positif yang

disebabkan oleh perayaan Pemilu 2014.

Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

II. PROSPEK INFLASI

2.1 Inflasi Provinsi Papua

Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 8,59 ± 1%

(yoy) atau secara triwulanan sebesar 1,13%±1% (qtq). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua

pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena tingginya curah hujan pada awal tahun

menjadi ancaman yang dapat mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas

pertanian, sehingga dapat menekan harga komoditas terserbut ke level yang lebih tinggi.

Masih tingginya potensi terjadinya banjir dibeberapa daerah yang menjadi penghasil barang-

barang kebutuhan juga dapat mempengaruhi kelancaran pasokan barang-barang kebutuhan

ke wilayah Papua.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi

tahunan sebesar 5,42% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara

optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga

barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan distribusi

barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang signifikan. Dapat

diinformasikan juga bahwa pada tahun 2014 salah satu perusahaan retailer nasional yang

cukup besar akan membuka beberapa cabang di Papua, sehingga hal tersebut diperkirakan

dapat menjadi salah faktor yang dapat menjaga kestabilan harga barang di Papua.

1 2 3 4 1P 2P 3P 4P1. Pertanian 2.41 3.98 5.84 2.12 3.58 3.83 4.16 4.23 3.61 3.96

2. Pertambangan & Penggalian -3.88 -0.93 2.84 2.99 0.19 3.30 2.12 1.23 0.49 1.78

3. Industri Pengolahan 14.13 -0.79 9.58 28.23 12.37 9.30 11.10 11.30 8.50 10.00

4. Listrik, Gas & Air Bersih 9.42 10.08 9.48 8.33 9.31 9.11 8.97 9.01 8.40 8.87

5. Bangunan 12.03 11.51 11.31 10.73 11.37 13.23 12.60 13.18 11.23 12.53

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.51 12.87 11.11 10.75 11.78 9.47 9.23 9.35 9.18 9.30

7. Angkutan & Komunikasi 10.74 11.13 10.65 8.91 10.33 12.26 11.61 11.26 10.93 11.50

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 10.91 13.20 9.57 15.49 12.33 14.50 12.30 13.60 14.40 13.70

9. Jasa - jasa 10.71 11.70 7.43 6.19 8.87 12.90 12.15 10.13 9.92 11.22

PDRB 9.90 3.58 8.53 15.76 9.41 8.86 9.42 9.38 7.81 8.85

20132013

20142014PKeterangan

PA

PU

A B

AR

AT

yo

y (

%)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 65

2.2 Inflasi Provinsi Papua Barat

Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level

7,84 ± 1% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,31%±1% (qtq). Pencapaian inflasi di

Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang disinyalir terjadi karena tingginya curah hujan

menjelang pada awal tahun dapat mengganggu kelancaran produksi beberapa komoditas

pertanian. Di sisi lain, tingginya gelombang laut pada triwulan I-2014 menyebabkan

terhambatnya pasokan ikan segar ke pasar, sehingga hal tersebut dapat menekan harga

komoditas tersebut ke level yang lebih tinggi.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami

inflasi tahunan sebesar 5,25% (yoy). Pembukaan salah satu retailer besar di wilayah Papua

juga akan turut mempengaruhi pergerakan inflasi di Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan

pemilu 2014, juga dapat menjadi ancaman menjadi penyebabterjadinya inflasi yang cukup

tinggi di tahun 2014.

III. PROSPEK PERBANKAN

3.1 Provinsi Papua

Adanya kenaikan tingkat suku bunga sebagai akibat adanya tren kenaikan BI rate

diperkirakan menjadi salah satu faktor yang dapat menekan laju pertumbuhan kredit lebih

rendah dari yang diharapkan. Meskipun demikian, pertumbuhan kinerja perbankan pada

triwulan I-2014 diperkirakan akan masih positif dengan rentang pertumbuhan jumlah kredit

yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai rentang 11-16%.

Pertumbuhan tersebut secara optimis dapat tercapai seiring masih tingginya berbagai potensi

daerah di Papua.Sehingga, tingginya tingkat suku bunga yang diterapkan oleh perbankan

diprediksi tidak memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kinerja perbankan di Provinsi

Papua

Pada tahun 2014, pertumbuhan kredit perbankan di Provinsi Papua akan mengalami

perlambatan seiring masih belum adanya tanda-tanda yang menunjukan akan terjadinya

penurunan BI-Rate dalam waktu yang cukup dekat. Secara umum, kredit di Provinsi Papua

diperkirakan berada pada kisaran 10-15% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh Perbankan di Papua diperkirakan akan sedikit

mengalami peningkatan di kisaran 13-17% (yoy), peningkatan APBD tahun 2014 yang dimiliki

oleh Pemda setempat menjadi salah satu faktor penyebab masih relatif tingginya peningkatan

DPK oleh Perbankan di Papua,selain pembukaan cabang bank yang semakin banyak

dilakukan hingga ke pelosok wilayah Papua.

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 66

3.2 Provinsi Papua Barat

Pada triwulan I-2014, Kondisi perbankan di Provinsi Papua Barat diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari Provinsi Papua. Angka pertumbuhan untuk

kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 15-

20%. Pertumbuhan kinerja perbankan di wilayah Papua Barat didorong adanya beberapa

pemekaran wilayah Tingkat II yang mana baik secara langsung maupun tidak langsung akan

membutuhkan kehadiran perbankan.

Seiring dengan kondisi di Provinsi Papua, pertumbuhan kredit perbankan di Provinsi

Papua Barat pada tahun 2014 juga akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Secara

umum, kredit di Provinsi Papua Barat diperkirakan berada pada kisaran 20-25% (yoy), angka

tersebut masih relatif lebih besar jika dibandingkan dengan pencapaina pertumbuhan di

Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh

Perbankan di Papua diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan di kisaran 30-35%

(yoy), peningkatan APBD tahun 2014 yang cukup signifikan di wilayah Papua Barat menjadi

salah satu faktor penyebab masih relatif tingginya peningkatan DPK oleh Perbankan di Papua

Barat.