kajian ekonomi regional jakarta - bi.go.id filesumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi,...
TRANSCRIPT
i
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Kajian Ekonomi RegionalJakarta
Triwulan III - 2008
ii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata»ala yang telahmelimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional(KER) Jakarta yang secara rutin triwulanan dilakukan dapat diselesaikan. Buku
Kajian Ekonomi Regional berisi potret perkembangan ekonomi dan perbankan diJakarta yang di era otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting.Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini adalah untuk memberikan
informasi kepada»stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan diJakarta, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satusumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak
lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembanganekonomi di Jakarta.
Cakupan kajian di dalam buku KER cukup luas, yaitu meliputi kajian perkembangan
ekonomi regional, inflasi, perbankan, keuangan daerah, perkembangankesejahteraan dan outlook perekonomian satu triwulan ke depan. Berdasarkanasesmen pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jakarta sedikit meningkat,
tekanan inflasi melemah namun masih pada level yang tinggi sementara fungsiintermediasi perbankan relatif stabil. Sementara itu, kesejahteraan masyarakatmengalami perbaikan namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak halyang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajianbuku ini. Untuk itu masukan dan terutama supplai data terkini, serta kritik dan
saran yang membangun sangat kamiΩ harapkan. Selanjutnya, pada kesempatanini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.
Jakarta, 28 Oktober 2008
BIRO KEBIJAKAN MONETER
Hendar
iii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Daftar Isi
halaman v
halaman 1
halaman 1
halaman 10
halaman 25
halaman 26
halaman 31
halaman 21
halaman 64
halaman 35
halaman 36
halaman 41
halaman 43
halaman 44
halaman 45
halaman 47
halaman 49
halaman 50
halaman 51
halaman 53
halaman 57
halaman 57
halaman 60
halaman 60
halaman 61
halaman 62
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Inflasi Berdasarkan Kelompok
Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti dan Non Inti
BOKS 1 : Keunggulan Komporatif Zona
Berdasarkan PDB 2007
BOKS 2 : Pertumbuhan Ekonomi dan
Penyerapan Tenaga Kerja
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN
Intermediasi Perbankan
Resiko Kredit Perbankan
Resiko Likuiditas Perbankan
Resiko Pasar
Kredit UMKM
Pasar Keuangan
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi RTGS
Transaksi Kliring
Transaksi Tunai
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketenagakerjaan
Upah
Kemiskinan
Indeks Kesengsaraan
Indeks Pembangunan Manusia
iv
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :Biro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterBank IndonesiaGedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18Kompleks Bank IndonesiaJl MH Thamrin No. 2 JakartaPh. 021-381-8868, 381-8199Fax. 021-386-4929, 345-2489Email : BKM [email protected] site : www.bi.go.id
halaman 69
halaman 69
halaman 72
halaman 75
halaman 75
halaman 86
halaman 91
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
Perkembangan Keuangan Daerah
Prioritas Program Pembangunan
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
v
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif
Sampai dengan triwulan III 2008, walaupun gejolak perekonomianglobal masih berlanjut, beberapa indikator perekonomian nasional yangjuga tercermin pada indikator perekonomian DKI Jakarta masihberkembang secara positif. Perekonomian DKI Jakarta diperkirakantumbuh sebesar 6,2% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan denganpertumbuhan triwulan II 2008 (6,1%). Di sisi permintaan, peningkatanpertumbuhan ekonomi bersumber dari peningkatan pertumbuhankonsumsi dan investasi. Faktor yang mempengaruhi peningkatankonsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang masih tinggidan ekpektasi positif masyarakat, serta dukungan pembiayaan konsumenyang masih tinggi di triwulan laporan. Investasi yang masih tumbuhdipengaruhi oleh tingginya permintaan domestik. Sedangkan ekspor-impor tumbuh sedikit melambat seiring dengan perekonomian duniayang tumbuh melambat. Di sisi penawaran, searah denganperkembangan di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terjadipada sektor industri, keuangan serta pengangkutan dan komunikasi.Sementara itu, di sisi harga-harga, di triwulan laporan tekanan inflasimelemah, namun angka inflasi masih di level yang cukup tinggi.Membaiknya pertumbuhan di Jakarta telah memberikan dampak padaperbaikan kesejahteraan walaupun dengan kualitas yang belummembaik secara signifikan. Sementara itu, kegiatan di sektor keuangan,khususnya fungsi intermediasi perbankan menunjukkan perkembangandan kinerja yang stabil dan diikuti oleh perkembangan di sisi pembayarannon tunai yang membaik.
vi
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Perkembangan Makro RegionalPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, sedikitPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, sedikitPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, sedikitPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, sedikitPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, sedikit
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1).Peningkatan pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan
konsumsi dan investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor sedikit melambat, diiringidengan impor yang tumbuh moderat. Di sisi penawaran, sektor industri, keuanganserta pengangkutan dan komunikasi menjadi penyumbang pertumbuhan Jakarta.
Di sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbang
pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. Konsumsi tumbuh 6,3%, sedikit naik dibandingkan dengantriwulan sebelumnya (6,1%). Faktor yang mempengaruhi peningkatan
pertumbuhan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang sedikit naikmenjelang hari raya, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yangmembaik, dan dukungan pembiayaan yang masih tinggi. Dari sisi pemerintah,
belanja konsumsi pemerintah juga meningkat sehingga turut berkontribusi padapeningkatan konsumsi di triwulan laporan. Sementara itu, investasi tumbuh 8,9%,meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%). Faktor yang mempengaruhi
investasi masih tumbuh meningkat dipicu oleh trend kenaikan konsumsi domestikdan keyakinan usaha yang masih kuat. Pertumbuhan investasi yang masihmeningkat tersebut terutama berasal dari investasi non bangunan, sedangkan
investasi bangunan diperkirakan tumbuh moderat.
Peningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah direspons
oleh sektor industri; keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.oleh sektor industri; keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.oleh sektor industri; keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.oleh sektor industri; keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.oleh sektor industri; keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri
merespon peningkatan permintaan dengan peningkatan produksi yang dilakukanmelalui fine tune penggunaan kapasitas dan sebagian lainnya menambah kapasitas.Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masih
tumbuh cukup tinggi 6,2% (y-o-y), relatif stabil dibandingkan dengan triwulan II2008 (6,2%). Masih tingginya pertumbuhan di sektor perdagangan tidak terlepasdari daya beli masyarakat yang masih cukup baik. Sektor keuangan, persewaan
dan jasa tumbuh 4,3%, meningkat tipis dari triwulan sebelumnya 4,2%.Kemampuan lembaga keuangan melakukan efisiensi sehingga industri perbankanmasih dapat memberikan suku bunga yang kompetitif, kredit masih meningkat
dan masih kuatnya aktifitas ekonomi berdampak pada peningkatan kegiatan sektorkeuangan. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh (14,9%),sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). Faktor yang
mempengaruhi peningkatan di sub sektor ini terutama adalah permintaanmasyarakat yang tinggi pada jasa ini
vii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Perkembangan Inflasi RegionalTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008 sedikit menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008 sedikit menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008 sedikit menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008 sedikit menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008 sedikit menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih di level yang cukupdibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih di level yang cukupdibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih di level yang cukupdibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih di level yang cukupdibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih di level yang cukup
tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. Inflasi pada triwulan laporan sebesar 2,5% (q-t-q), menurun dibandingkan
dengan inflasi triwulan sebelumnya (4,3%). Sementara itu, dihitung secara tahunaninflasi di Jakarta pada triwulan III 2008 masih pada level yang tinggi sebesar 12,5%(y-o-y). Sumber inflasi berasal dari inflasi pada kelompok bahan makanan,
perumahan dan pendidikan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi laju inflasimasih tinggi adalah kenaikan permintaan menjelang perayaan hari besarkeagamaan dan memasuki tahun ajaran baru. Namun demikian, kenaikan harga-
harga agak tertahan antara lain karena stok kebutuhan barang pokok masih cukup,harga beberapa komoditas di pasar internasional turun dan upaya-upaya moralsuasion yang dilakukan oleh pemerintah.
Perkembangan Perbankan dan Pasar KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank di
Jakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masih menunjukkanJakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masih menunjukkanJakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masih menunjukkanJakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masih menunjukkanJakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masih menunjukkan
perkembangan yang relatif stabil.perkembangan yang relatif stabil.perkembangan yang relatif stabil.perkembangan yang relatif stabil.perkembangan yang relatif stabil. Kegiatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga(DPK) mengalami perlambatan pertumbuhan dan pada akhir triwulan III 20081
turun -3,7% (q-t-q). Faktor yang mempengaruhi penurunan penghimpunan dana
masyarakat di bank antara lain adalah meningkatnya kebutuhan dana tunaimasyarakat dan penarikan simpanan milik BUMN dan perusahaan non keuanganswasta, serta masih belum ekspansifnya belanja pemerintah. Sementara itu,
penyaluran kredit oleh kantor bank yang berlokasi di Jakarta secara triwulanannaik 5,3% (q-t-q) dan secara tahunan (y-o-y) relatif masih tumbuh tinggi (37,0%).Faktor yang mempengaruhi relatif masih tingginya peningkatan outstanding kredit
antara lain dipengaruhi oleh suku bunga yang masih kompetitif dan di sisi lainpermintaan kredit masih cukup tinggi. Dengan perkembangan tersebut maka rasiopenyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakarta naik dari
75,5% pada akhir triwulan II 2008 menjadi 82,6% pada akhir Agustus 2008, diatas angka LDR Nasional 79,0%. Peningkatan LDR tersebut masih diikuti denganperformance kredit yang relatif baik dibandingkan dengan periode waktu yang
sama pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin pada angka NPLs Grossyang rendah (3,6%). Secara keseluruhan, risiko likuiditas dan risiko pasar masih
1 Per Agustus 2008
viii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
dapat tertangani dengan baik. Selain itu, kondisi perbankan juga relatif masihdalam rambu-rambu yang sehat, termasuk di dalamnya CAR perbankan masihjauh di atas ketentuan minimalnya. Sementara itu, hingga akhir Agustus 2008,
kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnya pembiayaan konsumenmenunjukkan pertumbuhan yang moderat. Sedangkan kegiatan di pasar modalterimbas krisis keuangan global mengalami koreksi ke bawah yang cukup signifkan.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta pada
triwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi peningkatantriwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi peningkatantriwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi peningkatantriwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi peningkatantriwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi peningkatan
outflowoutflowoutflowoutflowoutflow. . . . . Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi pembayaran non tunai
dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) relatif stabilsedangkan sarana kliring menunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang sedikit meningkat.Jumlah warkat mencapai rata-rata 225.148 per hari dan nilai nominalnya rata-rata
mencapai Rp 3,65 triliun per hari. Faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksikliring antara lain terutama adalah peningkatan kegiatan usaha di triwulan laporan dandisisi lain dengan di implementasikannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
sehingga wilayah yang terhubung dengan sistem kliring nasional bertambah luas danjuga karena diberlakukannya daftar hitam nasional sehingga mampu meningkatkanefisiensi dan keamanan dalam bertransaksi. Implikasinya kepercayaan masyarakat
terhadap transaksi non tunai meningkat. Dalam empat triwulan terakhir tren transaksikliring terus meningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai bersamaan denganmasuknya perayaan hari besar keagamaan maka kebutuhan uang tunai melonjak,
sebagaimana tercermin pada peningkatan arus net outflow Rp 285,5 miliar per hari. Disisi lain pada triwulan laporan, temuan uang palsu juga relatif rendah.
Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatSampai dengan triwulan III 2008, tingkat kesejahteraan di DKI Jakarta sudahSampai dengan triwulan III 2008, tingkat kesejahteraan di DKI Jakarta sudahSampai dengan triwulan III 2008, tingkat kesejahteraan di DKI Jakarta sudahSampai dengan triwulan III 2008, tingkat kesejahteraan di DKI Jakarta sudahSampai dengan triwulan III 2008, tingkat kesejahteraan di DKI Jakarta sudah
mengalami perbaikan namun belum berkualitas.mengalami perbaikan namun belum berkualitas.mengalami perbaikan namun belum berkualitas.mengalami perbaikan namun belum berkualitas.mengalami perbaikan namun belum berkualitas. Tingkat pengangguran di DKI
menurun, dari 12,57% pada tahun 2007 menjadi 11,06% pada tahun 2008,namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional(8,5%). Tingkat kemiskinan sedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari 4,6%
menjadi 4,3%. Namun demikian, perbaikan pengangguran dan kemiskinan belumdiikuti dengan distribusi pendapatan yang merata. Kesenjangan pendapatansebagaimana tercermin pada peningkatan angka gini rasio memburuk dari 0,269
pada tahun 2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret). Demikian pula indikator-
ix
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
indikator kesejahteraan lainnya, seperti indeks kesengsaraan yang masih buruk,sejalan dengan inflasi yang masih tinggi.
Perkembangan Keuangan DaerahSampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBD DKI JakartaSampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBD DKI JakartaSampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBD DKI JakartaSampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBD DKI JakartaSampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBD DKI Jakarta
tahun 2008 masih relatif rendah.tahun 2008 masih relatif rendah.tahun 2008 masih relatif rendah.tahun 2008 masih relatif rendah.tahun 2008 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai Rp 10,04
triliun atau 53,4% dari total anggaran pendapatan Rp 18,79 triliun. Realisasi padapos belanja baru mencapai Rp 8,66 triliun atau sekitar 42,2% dari total belanja.Rendahnya realisasi penerimaan antara lain bersumber dari masih rendahnya
realisasi bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat, lain-lain pendapatan, dan pajakdaerah. Sementara itu, realisasi pengeluaran yang rendah antara lain disebabkanoleh berlarutnya pengesahan APBD dan juga penyesuaian APBD-P yang harus
mengakomodir keluarnya Surat Edaran Sekretaris Daerah April 2008 yang meresponterhadap terjadinya pemotongan anggaran pos-pos tertentu oleh DPRD. Faktorpenyebab yang lain diperkirakan lebih terkait dengan permasalahan teknis
pengeluaran anggaran.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan InflasiKrisis keuangan global diperkirakan berdampak pada perlambatan ekonomi DKIKrisis keuangan global diperkirakan berdampak pada perlambatan ekonomi DKIKrisis keuangan global diperkirakan berdampak pada perlambatan ekonomi DKIKrisis keuangan global diperkirakan berdampak pada perlambatan ekonomi DKIKrisis keuangan global diperkirakan berdampak pada perlambatan ekonomi DKI
Jakarta pada triwulan IV 2008.Jakarta pada triwulan IV 2008.Jakarta pada triwulan IV 2008.Jakarta pada triwulan IV 2008.Jakarta pada triwulan IV 2008. Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV 2008diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,7% - 6,1% (y-o-y), melambatdibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama
bersumber dari melambatnya pertumbuhan konsumsi, investasi dan kegiatanekspor. Konsumsi menurun dipengaruhi oleh daya beli yang melemah danekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian yang turun, serta
peningkatan dukungan pembiayaan bank yang melambat. Investasi melambatsejalan dengan permintaan internasional dan domestik yang melemah. Kegiatanekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia yang melemah tumbuh melambat.
Sementara itu Impor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang melemah.
Pada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan akanPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan akanPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan akanPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan akanPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan akan
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka
inflasi diperkirakan mencapai 1,9% (q-t-q) dan secara tahunan 12,8% (y-o-y) +0,5%. Penurunan inflasi di triwulan III-2008 diperkirakan berasal dari menurunnyatekanan dari kelompok bahan makanan, transportasi dan perumahan. Faktor positif
yang dapat menjaga perkembangan harga relatif lebih terkendali adalah : (1)
x
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
penurunan harga BBM internasional dan penurunan harga beberapa komoditasdi pasar internasional, seperti kedelai, gadum dan CPO; (2) ketersediaan stok barangkebutuhan pokok masih mencukupi, (3) konsumsi masyarakat yang melambat.
Sementara itu, faktor resiko yang dapat mendongkrak harga-harga, antara lainadalah (1) pelemahan nilai tukar rupiah, (2) musim penghujan yang dikhawatirkanakan memunculkan bencana banjir dan berpotensi menimbulkan gangguan
pasokan dan distribusi.
1
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
A. SISI PERMINTAANPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, meningkatPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, meningkatPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, meningkatPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, meningkatPerekonomian Jakarta pada triwulan III 2008 tumbuh sekitar 6,2%, meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,1%) (Tabel I.1). Peningkatanpertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi
dan investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor sedikit melambat, diiringi denganimpor yang tumbuh moderat.
KondisiMakro Ekonomi Regional
BAB 1
Sampai dengan triwulan III 2008, walaupun gejolak perekonomianglobal masih berlanjut, pertumbuhan perekonomian DKI masih tumbuhtinggi. Perekonomian DKI Jakarta tumbuh sebesar 6,2% (y-o-y),meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II 2008 (6,1%).Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi bersumber daripertumbuhan konsumsi dan investasi. Faktor yang mempengaruhipeningkatan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yangmasih tinggi dan ekspektasi positif masyarakat, serta dukunganpembiayaan konsumen yang masih tinggi. Investasi masih tumbuh yangdipengaruhi oleh tingginya permintaan domestik. Sementara ekspor-impor diperkirakan sedikit tumbuh melambat seiring denganperlambatan perekonomian dunia. Sementara itu, di sisi penawaran,peningkatan pertumbuhan terjadi pada sektor industri, keuangan sertapengangkutan dan komunikasi.
2
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
1. KonsumsiPada triwulan III 2008, konsumsi tumbuh 6,3%, meningkat dibandingkan denganPada triwulan III 2008, konsumsi tumbuh 6,3%, meningkat dibandingkan denganPada triwulan III 2008, konsumsi tumbuh 6,3%, meningkat dibandingkan denganPada triwulan III 2008, konsumsi tumbuh 6,3%, meningkat dibandingkan denganPada triwulan III 2008, konsumsi tumbuh 6,3%, meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (6,1%). triwulan sebelumnya (6,1%). triwulan sebelumnya (6,1%). triwulan sebelumnya (6,1%). triwulan sebelumnya (6,1%). Faktor yang mempengaruhi peningkatan
pertumbuhan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang sedikit naikmenjelang hari raya, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yangmembaik, dan dukungan pembiayaan yang masih tinggi. Dari sisi pemerintah,
belanja konsumsi pemerintah juga meningkat sehingga turut berkontribusi padapeningkatan konsumsi.
Beberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya peningkatan konsumsi masyarakatBeberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya peningkatan konsumsi masyarakatBeberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya peningkatan konsumsi masyarakatBeberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya peningkatan konsumsi masyarakatBeberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat
tersebut. tersebut. tersebut. tersebut. tersebut. Hasil survei1 mendukung peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut.Indeks keyakinan Survei Konsumen BI (SK-BI) menunjukkan optimisme konsumenyang meningkat terhadap kondisi perekonomian. Kenaikan tersebut terjadi baik
dari sisi keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi
* angka sementaraSumber : BPS, diolah
Tabel I.1Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, y-o-y)
Konsumsi 7,8 6,1 6,3 3,9Investasi 8,3 8,6 8,9 3,4Ekspor 6,3 0,6 0,3 0,0Impor 17,2 11,1 6,5 -0,6PDRB 6,3 6,1 6,2 6,2
D K I Q1-2008 Q2-2008* Q3-2008* KontribusiQ3 - 2008
Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen(Survei Konsumen √ BI)
Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Indeks Kondisi Saat Ini (SK√ BI)
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
50556065707580859095
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Keyakinan Konsumen (rhs)
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
40
45
50
55
60
65
70
75
80
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Kondisi EkonomiSaat Ini (rhs)
1 Oleh Bank Indonesia dan BPS
3
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang. Begitupula, SurveiPenjualan Eceran menunjukkan stance pertumbuhan yang moderat pada levelyang masih tinggi. Sementara itu, hasil survei BPS menunjukkan bahwa konsumsi
pada triwulan ini meningkat, terutama konsumsi untuk durable goods (barangtahan lama) (Grafik I.1 s.d. I.5).
Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Indeks Ekspektasi Konsumen (SK√ BI)
Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Survei Penjualan Eceran - BI
Searah dengan hasil survei, beberapa prompt indikator konsumsi juga terpantaumeningkat.
Kenaikan prompt indikator konsumsi antara lain tercermin pada peningkatanpembelian mobil dan motor yang terpantau dari pendaftaran jumlah kendaraanbaru yang tercatat di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Jakarta, pertumbuhan
penjualan barang elektronik (Elektronic Marketer Club) dan pertumbuhan konsumsiBBM (Pertamina).
Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Indeks Konsumsi Komoditi Non Makanan
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 950
60
70
80
90
100
110
120
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Ekspektasi Konsumen (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-80-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Konsumsi Jktg.indeks spe (rhs)
65,24
83,36
141,91
141,64
144,05
95,3
130,7
123,1
59,2
123,5
Q2-2008Q3*-2008
Sumber : BPS
Kesehatan
Transportasi
Pendidikan
Perumahan
Pakaian
0 20 40 60 80 100 120 140 160
4
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Peningkatan konsumsi masyarakat disebabkan oleh masih kuatnya kemampuanPeningkatan konsumsi masyarakat disebabkan oleh masih kuatnya kemampuanPeningkatan konsumsi masyarakat disebabkan oleh masih kuatnya kemampuanPeningkatan konsumsi masyarakat disebabkan oleh masih kuatnya kemampuanPeningkatan konsumsi masyarakat disebabkan oleh masih kuatnya kemampuan
daya beli masyarakat di Jakarta, terutama untuk golongan masyarakat stratadaya beli masyarakat di Jakarta, terutama untuk golongan masyarakat stratadaya beli masyarakat di Jakarta, terutama untuk golongan masyarakat stratadaya beli masyarakat di Jakarta, terutama untuk golongan masyarakat stratadaya beli masyarakat di Jakarta, terutama untuk golongan masyarakat strata
menengah ke atas. menengah ke atas. menengah ke atas. menengah ke atas. menengah ke atas. Kelompok masyarakat yang tergolong berstrata menengah
ke atas cukup tinggi jumlahnya di DKI Jakarta, dan lebih tinggi dibandingkandaerah lainnya. Kelompok masyarakat ini memberi kontribusi yang besar dalammendongkrak pertumbuhan konsumsi. Sementara itu, kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah sulit untuk dapat mendongkrak peningkatan pertumbuhankonsumsi. Beberapa indikasi yang mendukung argumen ini antara lain adalahtingkat perkembangan upah riil sebagian masyarakat dikelompok ini tumbuh relatif
rendah, seperti perkembangan upah riil provinsi dan upah riil buruh informal (GrafikI.10 √ I.11). Pada triwulan laporan, walaupun tambahan penghasilan yang berupatunjangan hari raya (THR) mampu meningkatkan daya beli mayarakat pada strata
berpenghasilan rendah, namun kenaikannya tidak signifikan.
Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Pendaftaran Mobil di Jakarta
Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Pendaftaran Motor di Jakarta
Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Pertumbuhan Penjualan Elektronik
Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Konsumsi BBM Rumah Tangga
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Dispenda Jakarta, diolah
23456789
1011
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Konsumsi Jktg.Sedan, Jeep, Minibus,B.Wagon, Delvan [baru] (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Dispenda Jakarta, diolah
23456789
1011
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-40-30-20-10010203040506070
g.PDRB Konsumsi Jktg.Motor[baru] (rhs)
%, y-o-y
Sumber : EMC, diolah
%, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
11
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Konsumsi Jktg.PenjualanElektronik (rhs)
%, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
%, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 -15
-10
-5
0
5
10
15
20
25g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons BBM RumahTangga (rhs)
5
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Peningkatan konsumsi juga didukung oleh peningkatan pembiayaan dari bankPeningkatan konsumsi juga didukung oleh peningkatan pembiayaan dari bankPeningkatan konsumsi juga didukung oleh peningkatan pembiayaan dari bankPeningkatan konsumsi juga didukung oleh peningkatan pembiayaan dari bankPeningkatan konsumsi juga didukung oleh peningkatan pembiayaan dari bank
maupun non bank.maupun non bank.maupun non bank.maupun non bank.maupun non bank. Outstanding kredit konsumsi yang disalurkan masih tumbuhtinggi (28,9%). Outstanding kredit konsumsi pada akhir Agustus 2008 mencapai
Rp 96,3 triliun. Sementara itu, pembiayaan lembaga keuangan non bank sampaidengan triwulan III 2008 menunjukkan peningkatan di atas 20%.
Tabel I. 2 Strata penghasilan
Penghasilan Jakarta(Rp Ribu) (%)
Strata
A1 >3.000 13
A2 2.000 - 3.000 16
B 1.500 - 2.000 20
C1 1.000 - 1.500 25
C2 700 - 1.000 18
D 500 - 700 4
E < 500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Perkembangan UMP Riil
Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Upah Buruh Informal
%, y-o-y
Sumber : Apindo, diolah
0
4
8
12
16
20
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
g.Upah Riil Jakartag.Upah Riil Banten
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : BPS, diolah
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
g.Upah Potong Rambutg.Upah Pembantu Rumah Tangga
g.Konsumsi Jkt (lhs)g.Upah Buruh Bangunan
Grafik I.12 Grafik I.12 Grafik I.12 Grafik I.12 Grafik I.12 Kredit Konsumsi BerdasarkanLokasi Proyek
Grafik I.13 Grafik I.13 Grafik I.13 Grafik I.13 Grafik I.13 Pembiayaan Lembaga KeuanganNon Bank
%, y-o-y %, y-o-y
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 90
5
10
15
20
25
30
35g.PDRB Konsumsi Jktg.kredit konsumsi Jkt (rhs)
%, y-o-y
Sumber : CEIC
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
g.Total Pembiayaan g.Leasingg.Credit Card g.Pemb. Kons.
6
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Unit Perkantoran Tersedia
Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Impor Barang Modal
2. InvestasiInvestasi tumbuh 8,9%, meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%).Investasi tumbuh 8,9%, meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%).Investasi tumbuh 8,9%, meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%).Investasi tumbuh 8,9%, meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%).Investasi tumbuh 8,9%, meningkat dibandingkan triwulan II 2008 (8,6%). Faktor
yang memicu peningkatan investasi antara lain adalah konsumsi domestik yangmasih tumbuh tinggi. Pertumbuhan investasi yang masih meningkat tersebutterutama berasal dari investasi non bangunan. Sementara investasi bangunan
diperkirakan tumbuh moderat.
Ribuan meter2 %, y-o-y
Sumber : CII, diolah
3.1003.2003.3003.4003.5003.6003.7003.8003.9004.0004.100
0
2
4
6
8
10
12
14
16Unit Tersediag.Unit Tersedia (rhs)
I II III IV I II III
2007 2008p
%, y-o-y %, y-o-y
0123456789
10
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-90
-40
10
60
110
160g.PDRB Investasi Jktg.Volum Tertimbang ImporBrg Modal (rhs)
Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Impor Barang Modal Utama Terimbang
Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Konsumsi Semen Jakarta
Terdapat beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan investasi. Terdapat beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan investasi. Terdapat beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan investasi. Terdapat beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan investasi. Terdapat beberapa indikator yang menunjukkan peningkatan investasi. Dari sisisurvei, perkembangan investasi di triwulan laporan tercermin dari hasil survei SKDU
dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatanusaha maupun situasi bisnis (SKDU) masih positif. Sementara itu, masih positifnyapertumbuhan investasi bangunan antara lain diindikasikan oleh hasil survei
penjualan eceran untuk bahan konstruksi yang masih tumbuh tinggi.
%, y-o-y
-100-50
050
100150
200250
300
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
Machinery & transport eqpRoad VehiclesPower generatingParticels industriesGeneral industrial mach.&eqp
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : CEIC, diolah
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons Semen Jkt(rhs)
7
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal danDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal danDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal danDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal danDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal dan
pemerintah daerah diperkirakan tumbuh terbatas.pemerintah daerah diperkirakan tumbuh terbatas.pemerintah daerah diperkirakan tumbuh terbatas.pemerintah daerah diperkirakan tumbuh terbatas.pemerintah daerah diperkirakan tumbuh terbatas. Pada triwulan laporan, sampaidengan akhir bulan Agustus 2008 ini tercatat Initial Public Offering (IPO) sahammencapai Rp17,1 triliun yang berasal dari 3 emiten.
Pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari belanja modal masih rendahyaitu sebesar 13,1%, yang disebabkan antara lain oleh pengesahan APBD yangtertunda dan permasalahan lain yang bersifat teknis. Sementara itu, dukungan
pembiayaan investasi yang berasal dari dana perbankan masih tinggi, sebagamainatercermin pada peningkatan kredit investasi yang berlokasi di Jakarta mencapai51,6% (y-o-y).
Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Ekspektasi Kegiatan Usaha
Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Survei Penjualan Eceran
Indeks SBT
Sumber : SKDU Jakarta
0
10
20
30
40
50
60
2006 2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Ekspektasi Kegiatan Dunia UsahaEkspektasi Situasi Bisnis
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-100
-50
0
50
100
150
200g.PDRB Investasi Jkt (lhs)g.Bhn konstruksi
Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20IPO Saham dan Obligasi
Grafik I.21Grafik I.21Grafik I.21Grafik I.21Grafik I.21Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek
3. Kegiatan Ekspor-ImporEkspor dari Jakarta pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%,Ekspor dari Jakarta pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%,Ekspor dari Jakarta pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%,Ekspor dari Jakarta pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%,Ekspor dari Jakarta pada triwulan III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%,
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,6%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,6%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,6%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,6%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,6%). Kegiatan ekspor
Rp miliar
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
ObligasiSahamPasar Modal
%, y-o-y %, y-o-y
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-10
0
10
20
30
40
50
60g.PDRB Investasi Jktg.kredit investasi Jkt (rhs)
8
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
mengalami perlambatan pertumbuhan, terutama bersumber dari perlambatanpertumbuhan ekspor ke luar negeri. Perlambatan pertumbuhan ekspor ke luarnegeri yang didominasi oleh produk manufaktur lebih dipengaruhi oleh
perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, terutama perekonomian di negara-negara tujuan ekspor.
Grafik I. 22Grafik I. 22Grafik I. 22Grafik I. 22Grafik I. 22Perkembangan Nilai Ekspor
Grafik I.23Grafik I.23Grafik I.23Grafik I.23Grafik I.23Perkembangan Volume Ekspor
Sesuai dengan karakteristik perekonomian DKI, ekspor dari DKI Jakarta terbesarSesuai dengan karakteristik perekonomian DKI, ekspor dari DKI Jakarta terbesarSesuai dengan karakteristik perekonomian DKI, ekspor dari DKI Jakarta terbesarSesuai dengan karakteristik perekonomian DKI, ekspor dari DKI Jakarta terbesarSesuai dengan karakteristik perekonomian DKI, ekspor dari DKI Jakarta terbesar
adalah produk manufaktur.adalah produk manufaktur.adalah produk manufaktur.adalah produk manufaktur.adalah produk manufaktur. Nilai ekspor produk manufaktur Jakarta mencapai90% dari total nilai ekspor. Komoditi utama ekspor produk manufaktur antara
lain adalah produk barang kimia, mesin dan perlengkapan transportasi, pakaian,alas kaki dan barang-barang manufaktur lainnya. Sementara itu, berdasarkannegara tujuan ekspor, maka Asia merupakan pasar yang terbesar (60%), diikuti
Amerika (17%), Eropa (8%) dan Australia (8%).
Jutaan USD %, y-o-y
0
200
400
600
800
1.000
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8-40
-20
0
20
40
60
80Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
Juta Kg %, y-o-y
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8-40
-20
0
20
40
60
80Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Komposisi Ekspor Jakarta Berdasarkan Komoditi
Grafik I.25Grafik I.25Grafik I.25Grafik I.25Grafik I.25Pertumbuhan Nilai Ekspor Komponen Utama
Jakarta
Manufaktur98,5%
Pertanian1,5%
Tambang0,0%
%, y-o-y%, y-o-y
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
-50
0
50
100
150
200
250
Non metalic minerals mfs (lhs) Animal&Vegetable Oils & Fats (lhs)Metalliferous ores&metal scr Ess. Oils & perfum materialsMisc. Food preparations
9
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Impor Jakarta meskipun tumbuh melambat namun masih tumbuh pada level yangImpor Jakarta meskipun tumbuh melambat namun masih tumbuh pada level yangImpor Jakarta meskipun tumbuh melambat namun masih tumbuh pada level yangImpor Jakarta meskipun tumbuh melambat namun masih tumbuh pada level yangImpor Jakarta meskipun tumbuh melambat namun masih tumbuh pada level yang
tinggi yaitu sebesar 6,5%, turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (11,1%).tinggi yaitu sebesar 6,5%, turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (11,1%).tinggi yaitu sebesar 6,5%, turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (11,1%).tinggi yaitu sebesar 6,5%, turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (11,1%).tinggi yaitu sebesar 6,5%, turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (11,1%).Faktor utama yang mempengaruhi masih tingginya pertumbuhan impor dari negaralain antara lain adalah konsumsi yang masih tumbuh tinggi, di sisi lain
ketergantungan terhadap bahan baku dan barang modal impor untuk kegiatanproses produksi yang menghasilkan barang konsumsi tinggi. Di sisi perdaganganantar propinsi, Jakarta sebagai pasar yang besar menjadi pengimpor yang cukup
besar dari daerah/propinsi lain. Daya beli penduduk Jakarta yang relatif lebih tinggimenjadikan Jakarta sebagai pasar yang potensial.
Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26 Komposisi Ekspor JakartaBerdasarkan Negara Tujuan
Australia8%
Europe8%
Africa5%
Ameica17%
SouthAmerica
2%Asia60%
C.UnitedStates ofAmerica
86
C.Canada4%
OtherAmrica10%
Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Nilai Impor Jakarta
Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Perkembangan Volume Impor
Impor dalam konteks perdagangan internasional, baik di sisi nilai maupunImpor dalam konteks perdagangan internasional, baik di sisi nilai maupunImpor dalam konteks perdagangan internasional, baik di sisi nilai maupunImpor dalam konteks perdagangan internasional, baik di sisi nilai maupunImpor dalam konteks perdagangan internasional, baik di sisi nilai maupun
volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku.volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku.volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku.volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku.volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku. Faktor yang mempengaruhitingginya impor bahan baku terutama adalah tingginya ketergantungan
Juta USD %, y-o-y
0500
10001500200025003000350040004500
2005 2006 20072 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
-40
-20
0
20
40
60
80Total Impor Jakartag. Total impor Jkt (rhs)
%, y-o-y
-80-60-40-20
020406080
100120140
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
g.Barang Modalg.Konsumsig.Bahan Baku
10
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
penggunaan bahan baku impor di dalam proses produksi sebagian besar industri
di Indonesia. Akibatnya, kenaikan permintaan domestik memberikan dampak padaimpor kebutuhan bahan baku yang meningkat. Pada beberapa kelompok industri,seperti di industri kimia misalnya, ketergantungan pada impor bahan baku yang
tinggi juga menjadi salah satu penyebab terhambatnya ekspansi di kelompokindustri ini. Hal ini diperparah dengan kecenderungan harga bahan baku yangcenderung meningkat. Sementara itu, peningkatan impor barang modal dalam
nilai lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan dari sektor transportasi dankomunikasi yang tercermin dari masih tumbuhnya investasi di sektor tersebut.
Grafik I.29Grafik I.29Grafik I.29Grafik I.29Grafik I.29Komposisi Nilai Impor
Grafik I.30Grafik I.30Grafik I.30Grafik I.30Grafik I.30Komposisi Volume Impor
B. SISI PENAWARANPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah diresponsPeningkatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi telah direspons
dengan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor industri;dengan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor industri;dengan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor industri;dengan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor industri;dengan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor industri;
keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi.keuangan; serta pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri meresponpeningkatan permintaan dengan peningkatan produksi yang dilakukan melalui
Konsumsi3,9%
Bahan Baku44,1%Barang Modal
52,0%
Bahan Baku79,1%
Barang Modal20,6
Konsumsi0,4%
Tabel 1.3Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, y-o-y)
D K I Q1-2008 Q2-2008* Q3-208*
Pertanian 1,4 -0,3 0,7 0,0Pertambangan 1,5 0,9 1,4 0,0Industri 4,1 4,0 4,2 0,7Listrik 7,4 7,3 7,3 0,0Bangunan 7,5 7,6 7,8 0,8Perdagangan 6,8 6,2 6,2 1,4Pengangkutan 15,2 14,8 14,9 1,4Keuangan 4,1 4,2 4,3 1,3Jasa-jasa 6,4 6,1 6,1 0,7PDRB 6,3 6,1 6,2 6,2
* angka sangat sementara. Sumber : BPS, diolah
KontribusiQ3-2008
11
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
fine tune penggunaan kapasitas dan sebagian lainnya menambah kapasitas. Secarakeseluruhan perekonomian di triwulan III 2008 tumbuh cukup tinggi namundengan kualitas pertumbuhan yang belum secara sigifikan berubah.
1. IndustriPada triwulan III 2008, sektor industri meningkat 4,2%, lebih tinggi dari triwulanPada triwulan III 2008, sektor industri meningkat 4,2%, lebih tinggi dari triwulanPada triwulan III 2008, sektor industri meningkat 4,2%, lebih tinggi dari triwulanPada triwulan III 2008, sektor industri meningkat 4,2%, lebih tinggi dari triwulanPada triwulan III 2008, sektor industri meningkat 4,2%, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (4,0%).sebelumnya (4,0%).sebelumnya (4,0%).sebelumnya (4,0%).sebelumnya (4,0%). Faktor yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan disektor industri antara lain adalah permintaan domestik yang meningkat, seiringdengan masih tingginya daya beli masyarakat. Sementara itu, tekanan biaya
produksi menurun seiring dengan harga BBM yang sudah kembali ke fase normaldan penurunan harga bahan baku di pasar internasional.
Indeks produksi industri masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.Indeks produksi industri masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.Indeks produksi industri masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.Indeks produksi industri masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.Indeks produksi industri masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Namun
demikian, secara individual indeks produksi di masing-masing industri relatifbervariasi. Indeks produksi industri tekstil meningkat, namun indeks produksiindusti mesin dan industri makanan relatif menurun (Grafik I. 33-34). Sementara
Grafik I. 31 Grafik I. 31 Grafik I. 31 Grafik I. 31 Grafik I. 31 Indeks Produksi Industri Grafik I. 32 Grafik I. 32 Grafik I. 32 Grafik I. 32 Grafik I. 32 Indeks Produksi Tekstil
Grafik I.33 Grafik I.33 Grafik I.33 Grafik I.33 Grafik I.33 Indeks Produksi Mesin Grafik I. 34 Grafik I. 34 Grafik I. 34 Grafik I. 34 Grafik I. 34 Indeks Produksi Makanan
Sumber :CEIC, diolah
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-15
-10
-5
0
5
10
15
20g.PDRB Industri Jktg.Industrial Production Index(rhs)
%, y-o-yIndeks
Sumber : CEIC, diolah
0
20
40
60
80
100
120
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
IPI Tekstilg.IPI Tekstil (rhs)
Indeks %, y-o-y
Sumber : CEIC, diolah
0
50
100
150
200
250
300
350
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6-60
-40
-20
0
20
40
60
80IPI Mesing.IPI Mesin (rhs)
Indeks %, y-o-y
Sumber : CEIC, diolah
0
50
100
150
200
250
300
350
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6
-20
-10
0
10
20
30
40Makanang.Makanan (rhs)
12
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I. 35 Grafik I. 35 Grafik I. 35 Grafik I. 35 Grafik I. 35 Pemakaian Listrik Industri Grafik I. 36 Grafik I. 36 Grafik I. 36 Grafik I. 36 Grafik I. 36 Konsumsi BBM Industri
itu indikator lain yang mendukung peningkatan di sektor industri, antara lain adalah
peningkatan konsumsi energi (BBM dan listrik) industri di Jakarta.
Peningkatan kinerja di sektor industri didukung oleh peningkatan pembiayaanPeningkatan kinerja di sektor industri didukung oleh peningkatan pembiayaanPeningkatan kinerja di sektor industri didukung oleh peningkatan pembiayaanPeningkatan kinerja di sektor industri didukung oleh peningkatan pembiayaanPeningkatan kinerja di sektor industri didukung oleh peningkatan pembiayaan
perbankan di sektor industri. perbankan di sektor industri. perbankan di sektor industri. perbankan di sektor industri. perbankan di sektor industri. Outstanding kredit lokasi proyek di sektor industriJakarta pada posisi akhir bulan Agustus Rp 68,39 triliun, meningkat cukup tinggi22,27% (y-o-y). Namun demikian, peningkatan pembiayaan tersebut belum diikutidengan penurunan resiko kredit sebagaimana tercermin pada NPLs yang masih
cukup tinggi (6,5%).
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : PLN
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
6
2006 2007 20083 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-40-30-20-100102030405060
g,PDRB Industri Jktg,Kons Listrik Industri (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
7
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Industri Jktg.Kons. BBM Industri (rhs)
Grafik I.37 Grafik I.37 Grafik I.37 Grafik I.37 Grafik I.37 Kredit Lokasi Proyek Sektor Industri Grafik I.38 Grafik I.38 Grafik I.38 Grafik I.38 Grafik I.38 NPLs Kredit Industri
2. Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masihSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masihSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masihSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masihSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan III 2008 diperkirakan masih
tumbuh stabil sebesar 6,2% (y-o-y). tumbuh stabil sebesar 6,2% (y-o-y). tumbuh stabil sebesar 6,2% (y-o-y). tumbuh stabil sebesar 6,2% (y-o-y). tumbuh stabil sebesar 6,2% (y-o-y). Masih tingginya pertumbuhan di sektorperdagangan tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang masih cukup baik.
Pertumbuhan perdagangan ini terpantau dari beberapa prompt indikator, seperti
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
7
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-20
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Industri Jktg.kredit Industri (rhs)
Rp miliar %
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
024681012141618
Nominal NPL Industri JakartaNPL Industri Jakarta (rhs)
13
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
pertumbuhan arus bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, konsumsi listrik
sektor bisnis seperti mal, pasar, toko dan pusat bisnis lainnya (grafik I.39√41).Dari sisi survei, pertumbuhan di sub sektor ini tercermin pada pertumbuhan indekspenjualan eceran yang masih berada di level yang cukup tinggi (grafik I.42).
Grafik I.39 Grafik I.39 Grafik I.39 Grafik I.39 Grafik I.39 Jumlah Arus Barang di PelabuhanTanjung Priok (BPS)
Grafik I.40 Grafik I.40 Grafik I.40 Grafik I.40 Grafik I.40 Jumlah Arus Bongkar MuatPelabuhan Tj. Priok (CEIC)
Grafik I. 41 Grafik I. 41 Grafik I. 41 Grafik I. 41 Grafik I. 41 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik I. 42 Grafik I. 42 Grafik I. 42 Grafik I. 42 Grafik I. 42 Survei Penjualan Eceran
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : BPS
0
2
4
6
8
10
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-30-20-10010203040506070
g.PDRB Perdagangan Jktg.Brg Tnjg. Priok (rhs)
Ribu ton %, y-o-y
600
1100
1600
2100
2600
3100
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50UnloadedLoadedg_unloaded (rhs)g_loaded (rhs)
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : PLN
0123456789
2006 2007 20083 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-10
0
10
20
30g.PDRB Perdagangan Jktg.Kons Listrik Bisnis (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Perdagangan Jktg.SPE (rhs)
-40
-20
0
20
40
60
Sub sektor hotel dan restoran tumbuh relatif terbatas, antara lain tercermin padaSub sektor hotel dan restoran tumbuh relatif terbatas, antara lain tercermin padaSub sektor hotel dan restoran tumbuh relatif terbatas, antara lain tercermin padaSub sektor hotel dan restoran tumbuh relatif terbatas, antara lain tercermin padaSub sektor hotel dan restoran tumbuh relatif terbatas, antara lain tercermin pada
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hoteljumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hoteljumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hoteljumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hoteljumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hotel. Jumlahwisman yang masuk melalui bandara Sukarno Hatta tumbuh relatif moderat,
demikian pula tingkat hunian hotel di wilayah Jakarta. Keamanan danperekonomian domestik yang relatif membaik dan pencanangan program VisitIndonesia 2008, tampaknya belum cukup kuat mendongkrak perkembangan di
sub sektor ini.
14
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I.43 Grafik I.43 Grafik I.43 Grafik I.43 Grafik I.43 Arus wisatawan mancanegara Grafik I. 44 Grafik I. 44 Grafik I. 44 Grafik I. 44 Grafik I. 44 Tingkat Hunian Hotel di Jakarta
Grafik I.45 Grafik I.45 Grafik I.45 Grafik I.45 Grafik I.45 Kredit Lokasi Proyek SektorPerdagangan
Grafik I.46 Grafik I.46 Grafik I.46 Grafik I.46 Grafik I.46 Perkembangan NPLs
3. Keuangan, Persewaan dan JasaPada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,3%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,3%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,3%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,3%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,3%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2%. meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2%. meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2%. meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2%. meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2%. Di sub sektor keuangan,
faktor yang mempengaruhi peningkatan di sub sektor ini diperkirakan adalahkemampuan lembaga keuangan melakukan efisiensi sehingga industri perbankanmasih dapat memberikan suku bunga yang kompetitif dan kredit masih meningkat
tinggi. Nilai tambah di sektor perbankan dan sektor keuangan non bank relatifmeningkat sejalan dengan aktifitas yang tumbuh membaik.
Ribuan Orang Ribuan Orang
Sumber : CEIC
30
50
70
90
110
130
150
170
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2
3
4
5
6
7
8
9Kedatangan di Empat PintuUtama JakartaKedatangan di Tanjung Priok(rhs)
% Hari
Sumber : CEIC
4547495153555759616365
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
0
1
2
3
4Tingkat hunian hotel JakartaLama tinggal turis di Jakarta (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Perdagangan Jktg.kredit Perdagangan (rhs)
Rp miliar %
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
0
2
4
6
8
10
12Nominal NPL Perdagangan JakartaNPL Perdagangan Jakarta (rhs)
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat dengan
perfomanceperfomanceperfomanceperfomanceperfomance kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan disektor ini tumbuh cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Padaposisi akhir Agustus 2008, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 68,6 triliun,
naik 29,5 % (y-o-y). Sementara itu, performance kredit yang tercermin pada NPLsberada di level yang rendah yaitu sebesar 2,9%.
15
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
*) s.d. Agustus 2008
Tabel I. 4 Perkembangan Kegiatan Bank
Jakarta DPK Rp Miliar 717.000,7 765.022,5 736.584,5Pertumbuhan (%. y-o-y) 15,7 15,8 8,9Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 524.871,4 577.897,6 608.426,5Pertumbuhan (%. y-o-y) 32,5 34,8 37,0Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 374.904,6 408.253,9 431.966,7Pertumbuhan (%. y-o-y) 33,7 39,3 38,8LDR (%) 73,2 75,5 82,6NPL (%) 3,9 3,8 3,6
I II III*
2 0 0 8U r a i an
Grafik I.47 Grafik I.47 Grafik I.47 Grafik I.47 Grafik I.47 Perkemb. NTB Bank di Jakarta Grafik I.48 Grafik I.48 Grafik I.48 Grafik I.48 Grafik I.48 Perkembangan Kegiatan LembagaKeuangan Bukan Bank
Rp Triliun %, y-o-y
0
4
8
12
16
20
2006 2007 2008 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
-80
-40
0
40
80
120Nilai Tambah Bankg.NTB (rhs)
Rp Triliun %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
140
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 70
10
20
30
40
50
60Total Pembiayaang.Total Pembiayaan (rhs)
Sementara itu, di sub sektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan jugaSementara itu, di sub sektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan jugaSementara itu, di sub sektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan jugaSementara itu, di sub sektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan jugaSementara itu, di sub sektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan juga
masih tumbuh positifmasih tumbuh positifmasih tumbuh positifmasih tumbuh positifmasih tumbuh positif. Aktifitas perekonomian yang masih tumbuh berdampakpada peningkatan kegiatan sewa ruang perkantoran, apartemen dan retail, serta
penggunaan jasa konsultasi bisnis. Berdasarkan publikasi Collier InternationalIndonesia, tingkat hunian untuk ketiga jenis kelompok properti dimaksud relatifstabil (grafik I.49 √ 50).
Grafik I.49 Grafik I.49 Grafik I.49 Grafik I.49 Grafik I.49 Tingkat Hunian dan PersediaanPerkantoran
Grafik I.50 Grafik I.50 Grafik I.50 Grafik I.50 Grafik I.50 Tingkat Hunian Apartemen
%5.500.0005.000.0004.500.0004.000.0003.500.0003.000.0002.500.0002.000.0001.500.0001.000.000
SupplyDemandOccupancy Rate
20002001
20022003
20042005
20062007
2008p2009p
2010p
10097949188858279767370
%
2007 2008I II III IV I II
10095908580757065605550
16
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
4. BangunanSektor bangunan pada triwulan III 2008 tumbuh meningkat yaitu dari 7,6% padaSektor bangunan pada triwulan III 2008 tumbuh meningkat yaitu dari 7,6% padaSektor bangunan pada triwulan III 2008 tumbuh meningkat yaitu dari 7,6% padaSektor bangunan pada triwulan III 2008 tumbuh meningkat yaitu dari 7,6% padaSektor bangunan pada triwulan III 2008 tumbuh meningkat yaitu dari 7,6% pada
triwulan II 2008 menjadi 7,8%. triwulan II 2008 menjadi 7,8%. triwulan II 2008 menjadi 7,8%. triwulan II 2008 menjadi 7,8%. triwulan II 2008 menjadi 7,8%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektorbangunan antara lain adalah masih tingginya permintaan produk properti. Kegiatan
pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersial maupun huniandi wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut. Proyek-proyek besar gedungperkantoran swasta yang saat ini dalam tahap pembangunan antara lain adalah
The Energy, UOB Tower, Prudential Tower, City Tower, Menara DEA 2, Talavera,TBSimatupang, Grand Kebon Sirih. Pembangunan apartemen yang sedangberlangsung antara lain adalah Kemang Village, Jakarta Selatan, Central Park di
Jakarta Barat, The Stupa apartment di Menteng, Jakarta Pusat. Proyek retail yangsedang dibangun adalah Season City, Latumenten; Grand Paragon Gajah Mada;Blok M Square; Mall of Indonesia; Emporium Pluit; Pulogadung Central Business,
Penggilingan; Mall Pejaten Village. Kementrian perumahan rakyat juga menargetkanakan membangun 14 tower di Kelapa Gading dan 3 rusun di Kalimalang.
Grafik I.51 Grafik I.51 Grafik I.51 Grafik I.51 Grafik I.51 Konsumsi Semen Jakarta Grafik I.52 Grafik I.52 Grafik I.52 Grafik I.52 Grafik I.52 Pembangunan Apartemen di Jakarta
Untuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masih
menghadapi kendala. menghadapi kendala. menghadapi kendala. menghadapi kendala. menghadapi kendala. Kendala yang dihadapi pembangunan di Jakarta antara lain
menyangkut pembebasan lahan sehingga beberapa proyek sampai dengan triwulanIII 2008 belum sepenuhnya terealisasi. Proyek-proyek yang sedang dan akan berjalanantara lain adalah proyek Banjir Kanal Timur, pengadaan busway (dalam tahap
pembangunan koridor VIII-X), rencana pembangunan 3000 unit rumah susun,pembangunan JORR 2 dan pembuatan lima taman di Jakarta Selatan. Sementaraitu proyek infrastruktur yang dibiayai non APBD antara lain adalah proyek
penambahan ruas tol Bandara Sukarno Hatta.
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : CEIC
6
6,4
6,8
7,2
7,6
8
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Bangunan Jktg.Semen Jkt(rhs)
Ribuan Meter2 %, y-o-y
Sumber : CII, diolah
45
50
55
60
65
III IV I II III
2007 2008
-30-20-100102030405060
Unit Tersediag.Unit Tersedia (rhs)
17
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I. 53 Grafik I. 53 Grafik I. 53 Grafik I. 53 Grafik I. 53 Kredit Lokasi Proyek Sektor Bangunan Grafik I. 54 Grafik I. 54 Grafik I. 54 Grafik I. 54 Grafik I. 54 NPLs Sektor Bangunan
Dari sisi pembiayaan, selain dana yang bersumber dari dana sendiri, dukunganDari sisi pembiayaan, selain dana yang bersumber dari dana sendiri, dukunganDari sisi pembiayaan, selain dana yang bersumber dari dana sendiri, dukunganDari sisi pembiayaan, selain dana yang bersumber dari dana sendiri, dukunganDari sisi pembiayaan, selain dana yang bersumber dari dana sendiri, dukungan
pembiayaan perbankan ke sektor bangunan di Jakarta masih meningkat.pembiayaan perbankan ke sektor bangunan di Jakarta masih meningkat.pembiayaan perbankan ke sektor bangunan di Jakarta masih meningkat.pembiayaan perbankan ke sektor bangunan di Jakarta masih meningkat.pembiayaan perbankan ke sektor bangunan di Jakarta masih meningkat.Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan yang berlokasi di Jakartapada posisi akhir Agustus 2008 Rp 23,6 triliun, naik 47,98% (y-o-y). Sementara
itu resiko kredit di sektor bangunan sebagaimana tercermin pada besaran NPLstrennya relatif turun (2,6%).
5. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiPada triwulan III 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesarPada triwulan III 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesarPada triwulan III 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesarPada triwulan III 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesarPada triwulan III 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar
14,9%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). 14,9%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). 14,9%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). 14,9%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). 14,9%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,8%). Pertumbuhan
yang tinggi terutama terjadi di sub sektor komunikasi, tercermin dari jumlahpelanggan seluler yang tumbuh tinggi. Faktor yang mempengaruhi peningkatandi sub sektor ini terutama adalah permintaan masyarakat yang tinggi dan perilaku
konsumen yang telah memasukkan komunikasi sebagai kebutuhan pokok. Di sisilain, persaingan antar provider yang ketat dengan produk yang semakin inovatiftelah mendorong biaya jasa penggunaan seluler makin rendah.
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
0
10
20
30
40
50
60
70
80g.PDRB Bangunan Jktg.kredit Bangunan (rhs)
Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
0
2
4
6
8
10
12
14
16Nominal NPL Bangunan JakartaNPL Bangunan Jakarta (rhs)
Grafik I.55 Grafik I.55 Grafik I.55 Grafik I.55 Grafik I.55 Perkembangan Telepon Seluler Grafik I.56 Grafik I.56 Grafik I.56 Grafik I.56 Grafik I.56 Jumlah Penumpang KA Jabodetabek
Sumber : CEIC dan Pers Release
Jumlah pelanggan (juta orang) %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
2004 2005 2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2*
0
10
20
30
40
50
60
70
Cellular (telkomsel +Indosat+ProXL)g.Cellular (rhs)
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : BPS, diolah
02468
1012141618
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30g.PDRB Transport Jktg.Pnpg KA Jabodetabek (rhs)
18
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Pada sub sektor pengangkutan, di triwulan laporan tumbuh relatif lebih rendahPada sub sektor pengangkutan, di triwulan laporan tumbuh relatif lebih rendahPada sub sektor pengangkutan, di triwulan laporan tumbuh relatif lebih rendahPada sub sektor pengangkutan, di triwulan laporan tumbuh relatif lebih rendahPada sub sektor pengangkutan, di triwulan laporan tumbuh relatif lebih rendah
yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator. Jumlahpenumpang kereta api Jabodetabek dan jumlah penumpang angkutan udara
tumbuh relatif moderat. Sementara itu, konsumsi BBM transportasi tumbuh 8,72% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan II 2008 (14,0%). Jenis BBM yangterbesar dikonsumsi adalah premium (82%) diikuti solar (18%).
Grafik I.57 Grafik I.57 Grafik I.57 Grafik I.57 Grafik I.57 Jumlah Penumpang Udara di BandaraSukarno Hatta
Grafik I.58 Grafik I.58 Grafik I.58 Grafik I.58 Grafik I.58 Konsumsi BBM Sektor TransportasiJakarta
Sumber : BPS
Ribu Orang %
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
-20
-10
0
10
20
30
40
50
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
Pnpg Soeka DomestikPnpg Soeka Internasionalg.Pnpg Soeka Domestik(rhs)g.Pnpg Soeka Int.(rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina
0
4
8
12
16
20
-20
-10
0
10
20
30
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2 3 5 7 9
g.PDRB Transport Jktg.Kons. BBM Transport (rhs)
Grafik I.59 Grafik I.59 Grafik I.59 Grafik I.59 Grafik I.59 Kredit Lokasi Proyek SektorTransportasi
Grafik I.60 Grafik I.60 Grafik I.60 Grafik I.60 Grafik I.60 NPLs Sektor Transportasi
%, y-o-y %, y-o-y
8
9
10
11
12
13
14
15
16
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-20
0
20
40
60
80
100
120
g.PDRB Transport Jktg.Kredit Transport (rhs)
Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
0
2
4
6
8
10
12
14
16Nominal NPL Transport JakartaNPL Transport Jakarta (rhs)
Sementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektorSementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektorSementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektorSementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektorSementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor
ini masih tinggi. ini masih tinggi. ini masih tinggi. ini masih tinggi. ini masih tinggi. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir
bulan Agustus 2008 tercatat sebesar Rp 39,45 triliun, naik 111 %. Peningkatankredit ini diikuti dengan kualitas kredit yang semakin baik (NPLs sebesar 1,4%).
19
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I.61 Grafik I.61 Grafik I.61 Grafik I.61 Grafik I.61 Penjualan Listrik PLN Distribusi DKIJakarta dan Tangerang
Grafik I.62 Grafik I.62 Grafik I.62 Grafik I.62 Grafik I.62 Konsumsi BBM Sektor Listrik Jakartadan Tangerang
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : PLN
0
2
4
6
8
10
-5
0
5
10
15
20
25
30
20082006 20073 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Listrik Jktg.Kons Listrik (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
0123456789
10
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-150-100-50050100150200250300350
g.PDRB Listrik Jktg.Kons. BBM Listrik (rhs)
Grafik I.63 Grafik I.63 Grafik I.63 Grafik I.63 Grafik I.63 Kredit Lokasi Proyek Sektor Listrik Grafik I.64 Grafik I.64 Grafik I.64 Grafik I.64 Grafik I.64 NPLs Sektor Listrik
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2006 2007 20085 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
-80-60-40-20020406080100120
g.PDRB Listrik Jktg.kredit Listrik (rhs)
Rp miliar %
0100200300400500600700800900
024681012141618
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
Nominal NPL Listrik JakartaNPL Listrik Jakarta (rhs)
6. ListrikSektor listrik tumbuh relatif stabil sebesar 7,3% (y-o-y). Sektor listrik tumbuh relatif stabil sebesar 7,3% (y-o-y). Sektor listrik tumbuh relatif stabil sebesar 7,3% (y-o-y). Sektor listrik tumbuh relatif stabil sebesar 7,3% (y-o-y). Sektor listrik tumbuh relatif stabil sebesar 7,3% (y-o-y). Terdapat beberapa
hambatan yang menyebabkan pertumbuhan sektor listrik tidak maksimal, yaituperawatan rutin dan terhambatnya pasokan bahan bakar di beberapa pembangkitlistrik seperti PLTU Paiton, PLTGU Muara Karang dan PLTGU Tanjung Priok. Ke
depan, diharapkan supply listrik di wilayah Jakarta termasuk Jawa Bali akanmeningkat. Pada saat ini sedang dikerjakan pembangunan beberapa PLTGU yangmemiliki daya di atas 600 MW.
Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.
Meskipun jumlah kredit di sektor ini relatif kecil, namun pertumbuhannya relatiftinggi (88,5%), dengan outstanding kredit per Agustus 2008 Rp 6,12 triliun.Kualitas kredit di sektor listrik relatif baik dengan NPLs sebesar 0,1 %.
20
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik I.65 Grafik I.65 Grafik I.65 Grafik I.65 Grafik I.65 Kredit Lokasi Proyek Sektor Jasa Grafik I.66 Grafik I.66 Grafik I.66 Grafik I.66 Grafik I.66 NPLs Sektor Jasa
%, y-o-y %, y-o-y
2
3
4
5
6
7
8
05101520253035404550
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
g.PDRB Jasa Jktg.Kredit Jasa-jasa (rhs)
Rp miliar %
050
100150200250300350400450
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
012345678910
Nominal NPL Jasa JakartaNPL Jasa Jakarta (rhs)
7. Sektor Jasa-JasaPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2008 relatif moderat sebesar 6,1%.Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2008 relatif moderat sebesar 6,1%.Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2008 relatif moderat sebesar 6,1%.Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2008 relatif moderat sebesar 6,1%.Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan III 2008 relatif moderat sebesar 6,1%.
Faktor yang mempengaruhi tingginya pertumbuhan di sektor ini adalahpeningkatan konsumsi jasa hiburan masyarakat di musim liburan. Tempat wisataseperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kebun binatang ragunan dan tempat
wisata lainnya mengalami peningkatan jumlah pengunjung. Pada liburan Idul Fitri,lonjakan pengunjung seperti di Ancol meningkat hampir 5 kali lipat dibandingkanhari kerja biasa. Sementara, berdasarkan hiburan musik hidup, selama triwulan III
2008 sedikitnya terdapat 2 artis mancanegara dan 2 festival musik yang melakukankonser di Jakarta2
(((((Di sisi pembiayaan kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi, dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi, dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi, dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi, dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi, dengan resiko kredit
yang membaik. yang membaik. yang membaik. yang membaik. yang membaik. Outstanding kredit di sektor ini hingga Agustus 2008 mencapai
Rp 104,4 triliun, tumbuh sekitar 28,9 % (y-o-y). Kualitas kredit sektor ini relatifbaik, dengan NPLs kredit selalu di bawah batas maksimal (<5%).
2 Jakartaconcerts.com.
21
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Boks I
Keunggulan Komparatif Zona1
Berdasarkan PDB 2007
Berdasarkan angka PDRB, tahun 2007 perekonomian mengalami ekspansi5,63%. Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan pertumbuhantertinggi (10,39%) sementara sektor pertambangan tumbuh paling lambat(0,25%). Daerah (Zona) DKI Jakarta mengalami ekspansi paling tinggi(6,44%), sementara pertumbuhan terendah terjadi di zona Kalimantansebesar 3,14%. Keunggulan komperatif zona sangat dipengaruhi olehstruktur ekonomi masing-masing zona.
Pertumbuhan Regional Tahun 2007Berdasarkan angka total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terdiri
atas 33 PDRB propinsi, perekonomian Indonesia tahun 2007 mengalamiekspansi sebesar 5,63%, meningkat dibandingkan tahun 2006 yangmencatat pertumbuhan sebesar 5,19%.
Tabel 1Petumbuhan Ekonomi Regional Tahun 2007 Menurut Zona Ekonomi (% y-o-y)
PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN & PERIKANAN 4,97 4,92 5,91 2,70 2,59 3,13 2,70 3,70 4,07 1,55 3,81PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -18,25 0,22 -0,11 -6,86 6,47 10,44 2,79 2,78 3,87 0,46 0,25INDUSTRI PENGOLAHAN 2,33 6,56 5,69 6,46 5,38 4,64 9,03 -2,36 5,72 4,60 4,73LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2,15 6,08 7,72 5,56 6,91 11,81 7,36 4,69 7,78 5,20 7,10BANGUNAN 9,24 13,01 7,40 9,23 7,60 1,21 5,87 9,51 10,29 7,81 7,96PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6,11 7,73 7,07 8,67 6,39 8,39 7,26 5,04 8,69 6,88 7,49PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,10 8,82 10,50 9,00 7,76 7,77 9,35 8,79 9,67 15,25 10,39KEUANGAN, PERSEWAAN &JASA PERUSAHAAN 11,94 10,54 11,10 12,80 6,74 8,47 7,47 12,91 12,32 4,47 6,75JASA - JASA 10,37 7,74 7,31 3,78 6,21 5,88 4,31 8,88 6,56 6,08 6,41
P D R BP D R BP D R BP D R BP D R B 4,324,324,324,324,32 4,994,994,994,994,99 5,765,765,765,765,76 6,346,346,346,346,34 5,465,465,465,465,46 6,116,116,116,116,11 5,425,425,425,425,42 3,143,143,143,143,14 6,396,396,396,396,39 6,446,446,446,446,44 5,635,635,635,635,63
Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona ZonaI II III IV V VI VII VIII IX X
Lapangan Usaha
Sumber : BPS, diolah
TotalPDRB2007
1 Bank Indonesia telah membagi daerah Indonesia atas 10 (sepuluh) zona ekonomi, sebagaimana tercantum padatable 2
22
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Pertumbuhan tahun 2007 tersebut, terutama disebabkan oleh ekspansi yangterjadi pada seluruh sektor, terutama sektor pengangkutan dan komunikasiyang mencatat ekspansi paling tinggi (10,39%). Ekspansi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi tersebut terjadi secara merata di seluruh zona,dengan pertumbuhan tertinggi di zona X (15,25%) dan terendah di zona V(7,76%). Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian merupakan
sektor yang mengalami pertumbuhan paling lambat (0,25%), disebabkanoleh kontraksi pada sektor pertambangan dan penggalian yang terjadi dizona I (-18,25%), zona IV (-6,86%), dan zona III (-0,11%).
Pertumbuhan Menurut Zona EkonomiBerdasarkan hasil analisis, zona X (DKI Jakarta) menunjukkan pertumbuhan
ekonomi paling tinggi (6,44%), dengan didorong oleh pertumbuhan sektorpengangkutan dan komunikasi (15,25%) diikuti oleh sektor bangunan(7,81%). Sementara itu laju pertumbuhan terendah terjadi di zona VIII (wilayah
Kalimantan) sebesar 3,14%, terkait dengan kontraksi yang terjadi pada sektorindustri pengolahan, serta perlambatan yang terjadi pada sektor perdagangan,hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor
pertanian.
Tabel 2Cakupan Wilayah Zona
MedanMedanMedanMedanMedan PadangPadangPadangPadangPadang PalembangPalembangPalembangPalembangPalembang BandungBandungBandungBandungBandung SemarangSemarangSemarangSemarangSemarang SurabayaSurabayaSurabayaSurabayaSurabaya DenpasarDenpasarDenpasarDenpasarDenpasar BanjarmasinBanjarmasinBanjarmasinBanjarmasinBanjarmasin MakassarMakassarMakassarMakassarMakassar DKI JakartaDKI JakartaDKI JakartaDKI JakartaDKI JakartaLhokseumawe Pekanbaru Bengkulu Cirebon Purwokerto Jember Mataram Pontianak ManadoBanda Aceh Batam Bandar Tasikmalaya Surakarta Kediri Kupang Palangkaraya Palu
LampungSibolga Jambi Banten DI Yogyakarta Malang Balikpapan Kendari
Samarinda AmbonTernateJayapura
ZONA
Sumber : BPS, diolah
I II III IV V VI VII VIII IX X
Distribusi PDRB Tahun 2007Berdasarkan zona, distribusi terbesar terhadap PDRB 2007 berasal dari zonaIV, yaitu sebesar 17,97% yang didominasi oleh sektor industri pengolahan
23
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
yang memiliki pangsa sebesar 45,45%. Selanjutnya diikuti oleh zona X(16,06%) dengan pangsa terbesar pada sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan (28,65%). Sementara itu, distribusi terendah terhadap PDRBberasal dari zona VII (2,69%), yang memiliki struktur ekonomi yang didominasiterutama oleh sektor pertanian (24,32%).
Tabel 3Pangsa PDRB Tahun 2007 Menurut Zona Ekonomi (%)
PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN & PERIKANAN 24,06 19,60 25,48 11,27 19,91 16,72 24,32 12,95 26,64 0,10 15,18 13,83PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 7,17 29,49 16,70 2,01 0,98 2,11 13,91 30,86 22,23 0,47 9,86 11,14INDUSTRI PENGOLAHAN 20,97 21,03 18,93 45,45 30,38 28,75 5,49 27,40 8,54 15,97 25,96 27,01LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,81 0,51 0,58 3,11 1,11 1,92 1,11 0,40 0,69 1,06 1,38 0,88BANGUNAN 6,26 4,09 5,59 3,02 6,25 3,36 5,42 4,18 6,42 11,20 5,57 7,71PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 17,28 11,26 13,54 19,11 19,87 28,81 20,28 10,77 12,42 20,36 18,47 14,93PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,67 4,93 5,66 6,43 6,28 5,55 9,33 5,26 7,33 9,32 6,74 6,70KEUANGAN, PERSEWAAN &JASA PERUSAHAAN 5,07 3,13 4,20 3,01 4,06 4,62 5,46 2,99 4,48 28,65 7,86 7,71JASA - JASA 9,71 5,97 9,32 6,59 11,17 8,15 14,68 5,19 11,26 12,87 8,98 10,09
PDRBPDRBPDRBPDRBPDRB 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00 100,00100,00100,00100,00100,00
Pangsa terhadap PDRB TotalPangsa terhadap PDRB TotalPangsa terhadap PDRB TotalPangsa terhadap PDRB TotalPangsa terhadap PDRB Total 7,237,237,237,237,23 10,0310,0310,0310,0310,03 5,725,725,725,725,72 17,9717,9717,9717,9717,97 9,799,799,799,799,79 15,1715,1715,1715,1715,17 2,692,692,692,692,69 9,139,139,139,139,13 6,206,206,206,206,20 16,0616,0616,0616,0616,06
Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona ZonaI II III IV V VI VII VIII IX X
Lapangan Usaha
Sumber : BPS, diolah
TotalPDB2007
TotalPDRB2007
Keunggulan Komparatif Regional Menurut Sektor EkonomiTahun 2007Berdasarkan share masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB dibandingkandengan share sektor ekonomi terhadap total PDB 2007 dengan menggunakan
rumusan Location Quotient (LQ), maka dapat digambarkan mengenaikeunggulan komparatif dari masing-masing sektor ekonomi yang ada menurutzona ekonomi. Menurut nilai LQ tersebut, diperoleh kesimpulan :
Keunggulan komparatif tertinggi terdapat pada sektor keuangan, persewaandan jasa perusahaan dengan nilai LQ sebesar 3,71 yang terdapat di zona X(DKI jakarta). Zona ini juga memiliki keunggulan komperatif yang tinggi di
sektor Bangunan (1,45), pengangkutan & komunikasi (1,39), perdagangan(1,36) dan jasa-jasa (1,28) (Lihat tabel 4).
24
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Implikasi KebijakanSemakin banyak suatu zona memiliki keunggulan komparatif mencerminkanbahwa zona dimaksud lebihdeveloped daripada zona yang lain. Untuk itu
bagi zona-zona yang keunggulan komparatifnya relatif sedikit perlu membuatperencanaan yang lebih integratif. Perencanan pembangunan harus mampumengaitkan antar sektor secara lebih optimal sehingga nilai tambah
perekonomian di zona tersebut dapat lebih ditingkatkan. Salah satupendekatan yang mungkin dapat digunakan adalah pemanfaatan tabel I-O.
Tabel 4Perbandingan Keunggulan Comparatif Sektor Ekonomi Menurut Zona Ekonomi
PERTANIAN, PETERNAKAN,KEHUTANAN & PERIKANAN 1,74 1,42 1,84 0,82 1,44 1,21 1,76 0,94 1,93 0,01PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,64 2,65 1,50 0,18 0,09 0,19 1,25 2,77 2,00 0,04INDUSTRI PENGOLAHAN 0,78 0,78 0,70 1,68 1,12 1,06 0,20 1,01 0,32 0,59LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,93 0,58 0,66 3,54 1,27 2,19 1,27 0,45 0,79 1,21BANGUNAN 0,81 0,53 0,72 0,39 0,81 0,44 0,70 0,54 0,83 1,45PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,16 0,75 0,91 1,28 1,33 1,93 1,36 0,72 0,83 1,36PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,29 0,73 0,84 0,96 0,94 0,83 1,39 0,78 1,09 1,39KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0,66 0,41 0,54 0,39 0,53 0,60 0,71 0,39 0,58 3,71JASA - JASA 0,96 0,59 0,92 0,65 1,11 0,81 1,45 0,51 1,12 1,28
P D R BP D R BP D R BP D R BP D R B 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00 1,001,001,001,001,00
Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona Zona ZonaI II III IV V VI VII VIII IX X
Lapangan Usaha
Sumber : BPS, diolah
25
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Berbeda dengan pola historisnya, dengan diterapkannya SBH 2007 sebagai dasarBerbeda dengan pola historisnya, dengan diterapkannya SBH 2007 sebagai dasarBerbeda dengan pola historisnya, dengan diterapkannya SBH 2007 sebagai dasarBerbeda dengan pola historisnya, dengan diterapkannya SBH 2007 sebagai dasarBerbeda dengan pola historisnya, dengan diterapkannya SBH 2007 sebagai dasar
penghitungan inflasi, maka dalam dua triwulan terakhir inflasi di DKI laju inflasi dipenghitungan inflasi, maka dalam dua triwulan terakhir inflasi di DKI laju inflasi dipenghitungan inflasi, maka dalam dua triwulan terakhir inflasi di DKI laju inflasi dipenghitungan inflasi, maka dalam dua triwulan terakhir inflasi di DKI laju inflasi dipenghitungan inflasi, maka dalam dua triwulan terakhir inflasi di DKI laju inflasi di
DKI Jakarta lebih tinggi dari angka nasionalDKI Jakarta lebih tinggi dari angka nasionalDKI Jakarta lebih tinggi dari angka nasionalDKI Jakarta lebih tinggi dari angka nasionalDKI Jakarta lebih tinggi dari angka nasional. Dalam dua triwulan terakhir inflasi (q-
t-q) di DKI Jakarta tercatat 4,3% (Tw II 2008) dan 2,5% (Tw III 2008), sementaraangka inflasi nasional pada periode waktu yang sama masing-masing adalah 2,8%.Secara tahunan inflasi di Jakarta pada triwulan II 11,7% dan triwulan III 2008 12,5%,
lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional pada periode yang sama masing-masing 11,0% dan 11,7%. Sebagai informasi, dengan diterapkannya SBH 2007,maka bobot inflasi non makanan di DKI meningkat dari 62,82% menjadi 71,37%.
Perkembangan Inflasi Jakarta
BAB 2
Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan III 2008sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namunsedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namunsedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namunsedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namunsedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namunmasih di level yang cukup tinggi. masih di level yang cukup tinggi. masih di level yang cukup tinggi. masih di level yang cukup tinggi. masih di level yang cukup tinggi. Inflasi pada triwulan laporan sebesar2,5% (q-t-q), menurun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya(4,3%). Sementara itu, dihitung secara tahunan inflasi di Jakarta padatriwulan III 2008 adalah sebesar 12,5% (y-o-y), naik tipis dibandingkandengan triwulan sebelumnya sebesar 11,7%. Sumber inflasi di triwulanlaporan berasal dari kelompok bahan makanan, perumahan danpendidikan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi laju inflasi masihtinggi adalah kenaikan permintaan menjelang perayaan hari besarkeagamaan dan memasuki tahun ajaran baru, kenaikan harga jual baikoleh produsen maupun pedagang pada komoditas tertentu. Namundemikian, kenaikan harga-harga agak tertahan antara lain karena stokkebutuhan barang pokok masih cukup, harga beberapa komoditas dipasar internasional turun dan upaya-upaya moral suasion yang dilakukanpemerintah cukup gencar dilakukan.
26
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik II. 1Inflasi Berdasarkan Kelompok
Grafik II. 2Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
A. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOKInflasi berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan menunjukkan pola yangInflasi berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan menunjukkan pola yangInflasi berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan menunjukkan pola yangInflasi berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan menunjukkan pola yangInflasi berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan menunjukkan pola yang
masih searah. masih searah. masih searah. masih searah. masih searah. Kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan menjadi
sumber utama inflasi di DKI Jakarta. Namun demikian dengan bobot inflasikelompok non makanan yang meningkat maka sudah sepatutnya perhatian yanglebih besar juga diarahkan pada kelompok ini.
1. Inflasi Triwulanan (q-t-q)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makananKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makananKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makananKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makananKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan
(5,8%) diikuti oleh perumahan (5,5%) dan pendidikan (2,5%).(5,8%) diikuti oleh perumahan (5,5%) dan pendidikan (2,5%).(5,8%) diikuti oleh perumahan (5,5%) dan pendidikan (2,5%).(5,8%) diikuti oleh perumahan (5,5%) dan pendidikan (2,5%).(5,8%) diikuti oleh perumahan (5,5%) dan pendidikan (2,5%). Kenaikan tertinggidi kelompok bahan makanan terutama terjadi pada sub daging dan hasil-hasilnya
yang mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 17,5% dibandingkan denganharga Juni 2008. Walaupun konsumsi pada komoditas ini tidak meningkat pesat,namun produsen dan pedagang menaikkan harga cukup signifikan. Pada kelompok
perumahan, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan bakar, seiring dengankenaikan harga minyak tanah dan gas. Harga minyak tanah di DKI pada saat inimerupakan harga yang berlaku di pasar. Sedangkan kenaikan harga gas lebih
terkait dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas secara berkala,walaupun kemudian dihentikan. Sementara itu kenaikan harga di kelompokpendidikan dipengaruhi oleh masuknya tahun ajaran baru sehingga mendorong
peningkatan permintaan pada sub kelompok ini.
%(q-t-q)
0
2
4
6
8
10
12
Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008 Q3-20081,8 1,6 3,5 4,3 2,52,4 4,1 5,1 2,6 5,80,6 2,7 5,4 2,7 1,11,6 -0,3 3,6 4,3 5,52,0 5,4 5,0 1,2 -0,70,9 1,1 3,3 1,6 1,69,0 0,1 -0,1 0,6 2,50,3 0,2 0,6 9,6 0,4
Sumber : BPS, diolah
IHKBhn MknnMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
1,1
0,2
1,7
0,1 0,2
2,5
0,1
%
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
SHARE :IHK
BhnMakanan
Mknnjadi
Permhn Pakaian Kesehatan
Pendidikan
Transports
100,0 19,3 16,3 31,1 5,8 3,8 6,2 17,6
27
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahan
makanan, harganya cukup stabil seiring dengan terjaganya pasokan.makanan, harganya cukup stabil seiring dengan terjaganya pasokan.makanan, harganya cukup stabil seiring dengan terjaganya pasokan.makanan, harganya cukup stabil seiring dengan terjaganya pasokan.makanan, harganya cukup stabil seiring dengan terjaganya pasokan. Pasokan beraspada triwulan III 2008 mengalami kenaikan karena daerah pemasok masih pada
periode panen gadu. Pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tersebutsebagian besar (60%) berasal dari Jawa Barat. Selain itu, kecukupan pasokan beraske PIBC juga didukung oleh upaya pemerintah dalam pengadaan beras impor.
Rata-rata stok beras di PIBC pada triwulan III memiliki kapasitas untuk pemenuhankebutuhan rata-rata 11 hari (dihitung dari rata-rata stok harian non Bulog dibagipengeluaran harian). Pada bulan September pasokan beras ke PIBC mencapai 2.700
ton per hari, meningkat dibandingkan bulan Agustus 2.300 ton per hari.
Grafik II.3Pemasukan dan Pengeluaran Beras di PIBC
Grafik II.4Pasokan dan Kebutuhan Beras di DKI Jakarta
Dalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makanan
di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan relatif stabil.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan relatif stabil.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan relatif stabil.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan relatif stabil.di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan relatif stabil. Pasokan sayuryang sebagian besar berasal dari Rembang Jateng dan Magetan Jawa Timur relatif
Ton Ribuan ton
Sumber : Biro Adms Perekonomian
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
05101520253035404550
Pasokan HarianPengeluaran HarianStok Harian (rhs)
Rp Ton
3000
3600
4200
4800
5400
6000
600
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
600
1200
1800
2400
3000
3600Harga Beras Rata-rataPasokan Harian (rhs)
Ribu ton %, m-t-m
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
05
101520253035404550
2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8-30
-20
-10
0
10
20
30
40Pasokan SayurRata-rata Harga Sayur (rhs)
Ribu ton %, m-t-m
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
05
1015202530354045
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-8-6-4-20246810
Pasokan BuahRata-rata Harga Buah (rhs)
Grafik II.5Perkembangan Rata-rata Pasokan dan Harga Sayur
Grafik II.6Perkembangan Rata-rata Pasokan dan Harga Buah
28
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
lancar dan menunjukkan peningkatan. Pasokan sayur-sayuran ke Pasar Induk
Kramat Jati pada bulan Agustus relatif normal, sekitar 35 ribu ton per bulan.Sementara itu pasokan buah-buahan ke Pasar Induk Kramat Jati di triwulan III2008 juga relatif stabil, rata-rata mencapai 32 ribu ton per bulan sehingga rata-
rata harga buah-buahan hanya meningkat tipis sebesar 1,0%.
Kenaikan harga daging sapi yang mencapai (4%) diikuti oleh harga barangKenaikan harga daging sapi yang mencapai (4%) diikuti oleh harga barangKenaikan harga daging sapi yang mencapai (4%) diikuti oleh harga barangKenaikan harga daging sapi yang mencapai (4%) diikuti oleh harga barangKenaikan harga daging sapi yang mencapai (4%) diikuti oleh harga barang
substitusi lainnya.substitusi lainnya.substitusi lainnya.substitusi lainnya.substitusi lainnya. Kenaikan harga daging sapi yang pada bulan September 2008sempat mencapai angka Rp 64.000 per kg dari harga semula Rp 55.000 per kg
terjadi karena harga sapi potong hidup naik. Sementara itu harga barang subsitusilainnya juga meningkat, seperti daging ayam broiler (60%), telur ayam (5%) danikan bandeng (3%). Kenaikan harga daging ayam dan telur broiler disebabkan
oleh peningkatan permintaan dan di sisi lain produksi peternak di sekitar Jakartaturun sebagai dampak dari kenaikan harga pakan ternak dan biaya perawatan.Walaupun naik, peternak dan pedagang memandang bahwa kenaikan harga ayam
ras dimaksud dianggap masih kurang menguntungkan.
Berdasarkan kontribusinya, kelompok perumahan pada triwulan laporanBerdasarkan kontribusinya, kelompok perumahan pada triwulan laporanBerdasarkan kontribusinya, kelompok perumahan pada triwulan laporanBerdasarkan kontribusinya, kelompok perumahan pada triwulan laporanBerdasarkan kontribusinya, kelompok perumahan pada triwulan laporan
memberikan sumbangan inflasi tertinggi, diikuti kelompok bahan makanan danmemberikan sumbangan inflasi tertinggi, diikuti kelompok bahan makanan danmemberikan sumbangan inflasi tertinggi, diikuti kelompok bahan makanan danmemberikan sumbangan inflasi tertinggi, diikuti kelompok bahan makanan danmemberikan sumbangan inflasi tertinggi, diikuti kelompok bahan makanan dan
kelompok pendidikankelompok pendidikankelompok pendidikankelompok pendidikankelompok pendidikan. Kelompok perumahan memberikan kontribusi terhadapinflasi sebesar 1,68%, terutama bersumber dari sub komoditi bahan bakar, listrik
dan air (1,38%). Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi terhadap inflasisebesar 1,25%, dan yang terbesar adalah pada sub komoditi daging dan hasil-hasilnya 0,53% (Tabel II.1).
Grafik II.7Perkembangan H arga Sembako (SPH-BI)
%, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-30
-20
-10
010
20
30
40
50
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Daging sapiCabe merahBerasMinyak goreng
29
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
2. Inflasi Tahunan (y-o-y)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan III-2008 sedikit meningkatSecara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan III-2008 sedikit meningkatSecara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan III-2008 sedikit meningkatSecara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan III-2008 sedikit meningkatSecara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan III-2008 sedikit meningkat
(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya (11,7%).(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya (11,7%).(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya (11,7%).(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya (11,7%).(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya (11,7%). Tekanan harga tertinggiterjadi pada kelompok bahan makanan, perumahan dan makanan jadi. Kenaikan
pada kelompok bahan makanan bersumber dari tingginya kenaikan harga kacang-kacangan dan daging. Harga pada kedua sub komoditas ini naik tidak terlepasdari kenaikan harga kedua komoditas tersebut dipasar dunia yang ditransmisikan
ke kenaikan harga domestik. Kenaikan harga daging juga dipengaruhi olehkenaikan harga pakan ternak. Kenaikan pada kelompok perumahan bersumberdari kenaikan harga bahan bakar dan penyelenggara rumah tangga. Kenaikan
harga dipengaruhi antara lain oleh kenaikan harga BBM dan dampak lanjutannya,termasuk kenaikan harga pada biaya penyelenggaraan rumah tangga. Kemudiankenaikan pada kelompok makanan jadi bersumber dari kenaikan harga makanan
jadi dan minuman tidak beralkohol. Kenaikan pada kelompok barang inidisebabkan oleh dunia usaha sudah mentransmisikan kenaikan biaya produksinyapada harga jual ke konsumen.
Sumber : BPS, diolah
Tabel II.1Sub Kelompok dengan Kontribusi Kenaikan Harga (Q-t-Q) Tertinggi
UMUM 4,30 2,54 2,54BAHAN MAKANAN 2,60 5,82 1,25Daging dan Hasil-hasilnya 5,33 17,53 0,53Ikan Segar 0,99 12,18 0,24MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2,68 1,10 0,18Minuman yang Tidak Beralkohol 1,56 2,22 0,06Makanan Jadi 3,62 1,12 0,12PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 4,27 5,49 1,68Bahan Bakar, Penerangan dan Air 11,36 17,29 1,32Penyelenggaraan Rumahtangga 2,25 1,22 0,05SANDANG 1,22 -0,74 -0,04Sandang Laki-laki 1,73 4,50 0,07Sandang Anak-anak 2,04 0,83 0,01KESEHATAN 1,62 1,62 0,06Obat-obatan 0,01 4,37 0,02Perawatan Jasmani dan Kosmetika 3,46 1,76 0,03PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,60 2,47 0,16Pendidikan 0,00 7,36 0,29Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 1,75 0,06 0,00TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA 9,57 0,37 0,06Jasa Keuangan 0,00 3,73 0,01Transpor 18,10 0,35 0,04
Q2-2008 Q3-2008* Kontribusi
Kenaikan Harga Q-t-Q
30
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik II.8Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang (y-o-y)
Grafik II.9 Kontribusi Per Kelompok BarangDalam Inflasi (y-o-y)
(y-o-y%)
0
5
10
15
20
6,5 6,0 7,7 11,7 12,512,7 11,4 11,8 14,9 18,84,2 5,4 9,8 11,8 12,47,1 4,8 6,1 9,5 13,75,1 8,2 13,1 14,3 11,23,1 4,0 5,7 7,1 7,89,0 9,1 8,9 9,6 3,01,0 0,9 1,4 10,7 10,8
Sumber : BPS
IHKBhn MknnMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008
12,48
3,62
2,01
4,25
0,64 0,29
1,90
0,19
%
0
2
4
6
8
10
12
14
100,0 19,3 16,3 31,1 5,8 3,8 6,2 17,6
SHARE :IHK
BhnMakanan
Mknn jadi Permhn Pakaian Kese
hatanPendidikan Transports
Tabel II.2Sub Kelompok dengan Kontribusi Kenaikan Harga (y-o-y) Tertinggi
UMUM 11,72 12,48 12,48BAHAN MAKANAN 14,94 18,76 4,03Kacang - kacangan 45,02 47,62 0,63Daging dan Hasil-hasilnya 14,85 25,26 0,76MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 11,80 12,36 2,01Makanan Jadi 16,60 17,02 1,79Minuman yang Tidak Beralkohol 2,99 4,61 0,13PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 9,48 13,68 4,19Bahan Bakar, Penerangan dan Air 24,14 39,02 2,97Penyelenggaraan Rumahtangga 8,56 6,78 0,29SANDANG 14,26 11,18 0,66Barang Pribadi dan Sandang Lain 37,46 25,91 0,54Sandang Laki-laki 6,06 9,28 0,14KESEHATAN 7,11 7,82 0,28Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10,56 10,57 0,19Obat-obatan 4,26 7,99 0,04PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 9,57 3,04 0,19Pendidikan 14,90 7,36 0,29Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 3,64 2,63 0,01TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA 10,71 10,84 1,71Transpor 18,80 19,30 2,16Jasa Keuangan 8,35 12,39 0,03
Q2-2008 Q3-2008 KontribusiKenaikan Harga Y-o-Y
Kontribusi kenaikan harga bahan bakar semakin besar dalam keranjang inflasiKontribusi kenaikan harga bahan bakar semakin besar dalam keranjang inflasiKontribusi kenaikan harga bahan bakar semakin besar dalam keranjang inflasiKontribusi kenaikan harga bahan bakar semakin besar dalam keranjang inflasiKontribusi kenaikan harga bahan bakar semakin besar dalam keranjang inflasi
yaitu dari 0,02% pada triwulan II 2008 menjadi 2,97% pada triwulan III 2008.yaitu dari 0,02% pada triwulan II 2008 menjadi 2,97% pada triwulan III 2008.yaitu dari 0,02% pada triwulan II 2008 menjadi 2,97% pada triwulan III 2008.yaitu dari 0,02% pada triwulan II 2008 menjadi 2,97% pada triwulan III 2008.yaitu dari 0,02% pada triwulan II 2008 menjadi 2,97% pada triwulan III 2008.Kenaikan sumbangan bahan bakar terhadap inflasi di Jakarta tersebut antara lain
31
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
disebabkan oleh kenaikan harga jual elpiji 12 kg di tingkat eceran pada triwulan III2008 yang mencapai 25%, sempat meningkatnya harga LPG secara berkala, dandi sisi lain harga minyak tanah di DKI yang sudah dilepas ke pasar. Sebagai informasi
program konversi minyak tanah ke gas di DKI hampir mencapai 100%, namun disisi lain konsumsi minyak tanah masih ada. Sementara itu, sejalan dengan semakinmeningkatnya konsumsi LPG, maka sudah sepantasnya infrastruktur pengisian
Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk ELPIJI (SPPBE) yang pada saat ini barumencapai kapasitas sekitar 50% untuk ditingkatkan.
B. INFLASI BERDASARKAN INFLASI INTI DAN NON INTIKenaikan inflasi IHK pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih bersumber dariKenaikan inflasi IHK pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih bersumber dariKenaikan inflasi IHK pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih bersumber dariKenaikan inflasi IHK pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih bersumber dariKenaikan inflasi IHK pada triwulan III-2008 diperkirakan lebih bersumber dari
kenaikan inflasi non inti.kenaikan inflasi non inti.kenaikan inflasi non inti.kenaikan inflasi non inti.kenaikan inflasi non inti. Peningkatan harga yang tinggi lebih didominasi olehkelompok komoditas yang masuk ke dalam volatile foods maupun administered.Sementara kelompok komoditas yang masuk dalam inflasi inti terpantau relatif
stabil yang antara lain disebabkan oleh permintaan masyarakat relatif yang stabildan disisi lain ekspektasi masyarakat terhadap perekonomian relatif baik. Komoditiseperti daging sapi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4% (q-t-q). Sementaraitu harga komoditas yang diatur (administered price) hanya sebagian yang
meningkat, antara lain gas elpiji (25%).
Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price seperti tarif parkir, air minum dan seperti tarif parkir, air minum dan seperti tarif parkir, air minum dan seperti tarif parkir, air minum dan seperti tarif parkir, air minum dan
angkutan umum tidak mengalami kenaikan yang berarti.angkutan umum tidak mengalami kenaikan yang berarti.angkutan umum tidak mengalami kenaikan yang berarti.angkutan umum tidak mengalami kenaikan yang berarti.angkutan umum tidak mengalami kenaikan yang berarti. Tarif air minum di DKI
Jakarta hingga kini tidak mengalami kenaikan, meskipun pihak penyelenggara
Grafik II.10 Perkembangan Harga BeberapaKomoditi dalam Inflasi Non Inti
Grafik II.11 Perkembangan Harga BeberapaKomoditi dalam Inflasi Inti
%, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
Daging sapiCabe merahBerasMinyak goreng
%, m-t-m %, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-4-3-2-10123456
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
-20
-10
0
10
20
30
40
50Nasi Gula PasirEmas Perhiasan (rhs) Tempe (rhs)
32
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Tabel II.2 Tarif Parkir
1 Jam pertama Rp1,500 Rp3,0001 Jam berikutnya Rp1,500 Rp1,5001 Jam pertama Rp1,500 Rp3,0001 Jam berikutnya Rp1,500 Rp3,0001 Jam pertama Rp500 Rp7501 Jam berikutnya Rp500 Rp750
Tarif Lama Tarif Baru*Golongan I (sedan dan jeep)
Sumber : *) Pergub No. 86 - 2006
sudah mengusulkan kenaikan sebesar 30%. Kalaupun naik, kenaikan tarif air
minum tersebut diperkirakan tidak akan memberikan dampak yang cukup berarti.
Berbeda dengan harga gas dan minyak tanah, harga BBM Pertamax di JakartaBerbeda dengan harga gas dan minyak tanah, harga BBM Pertamax di JakartaBerbeda dengan harga gas dan minyak tanah, harga BBM Pertamax di JakartaBerbeda dengan harga gas dan minyak tanah, harga BBM Pertamax di JakartaBerbeda dengan harga gas dan minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta
relatif turun 15% dibandingkan dengan harga pada triwulan sebelumnya.relatif turun 15% dibandingkan dengan harga pada triwulan sebelumnya.relatif turun 15% dibandingkan dengan harga pada triwulan sebelumnya.relatif turun 15% dibandingkan dengan harga pada triwulan sebelumnya.relatif turun 15% dibandingkan dengan harga pada triwulan sebelumnya.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan harga minyak dunia.Harga BBM Pertamax di Jakarta yang pada triwulan II berkisar Rp 10.000 per liter,turun menjadi Rp 8.450 per liter. Demikian pula harga Pertamax Plus dan Pertamax
Dex juga terpantau turun1.
TTTTTabel II.4 Harga BBM di Jakarta
Premium 4,500 6,000 6,000 33,3 0,0Pertamax Plus 8,300 10,300 8,700 24,1 -15,5Pertamax 8,100 10,000 8,450 23,5 -15,5Pertamax Dex 9,100 12,700 10,300 39,6 -18,9Minyak Tanah 2,000 7,736 9,483 286,8 22,6Minyak Solar 4,300 7,780 8,449 80,9 8,6
Harga (Rp) Perubahan (%)
Sumber : Pertamina
J e n i sTw I - 08 Tw II - 08 Tw III - 08 Tw I - II 08 Tw II - III 08
Beberapa harga Beberapa harga Beberapa harga Beberapa harga Beberapa harga administeredadministeredadministeredadministeredadministered lainnya terpantau tetap. lainnya terpantau tetap. lainnya terpantau tetap. lainnya terpantau tetap. lainnya terpantau tetap. Rencana kenaikan tarif
Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkanPemprov DKI Jakarta pada triwulan ini masih belum terealisasi. Tarif angkutan lautdalam negeri tidak mengalami perubahan mengingat baru saja mengalami kenaikan
sebesar 30% pada triwulan yang lalu. Untuk tarif listrik, meskipun pemerintahsebelumnya telah mengijinkan PLN untuk memberlakukan tarif insentif dan
1 www.pertamina.com
33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
disinsentif kepada pelanggan, namun realisasinya ditunda menunggu hasil sosialisasidari masyarakat. Rencana dari ketentuan baru tersebut, seorang pelanggan harusmembayar tarif listrik sebesar 1,6 kali lipat apabila pemakaiannya melebihi 80%
angka patokan. Sebaliknya seorang pelanggan akan menerima diskon 20% jikapemakaian listriknya dibawah 80% angka patokan.
34
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
35
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Perkembangan Perbankan1
BAB 3
Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan nonbank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Agustus 2008 masihmenunjukkan perkembangan yang relatif normal. Kegiatanpenghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perlambatanpertumbuhan, dan pada akhir triwulan II (Agustus) 2008 turun -3,7%(q-t-q). Faktor yang mempengaruhi penurunan penghimpunan danamasyarakat di bank antara lain adalah meningkatnya kebutuhan danatunai masyarakat dan penarikan simpanan milik BUMN dan perusahaannon keuangan swasta, serta masih belum ekspansifnya belanjapemerintah. Perlambatan penghimpunan dana terjadi pada simpananmilik individu dan badan usaha bukan-keuangan milik swasta.Sementara itu, penyaluran kredit oleh kantor bank yang berlokasi diJakarta secara triwulanan naik 5,3% (q-t-q) dan secara tahunan (y-o-y)relatif masih tumbuh tinggi (37,0%). Faktor yang mempengaruhi relatifmasih tingginya peningkatan outstanding kredit antara lain dipengaruhioleh suku bunga yang masih kompetitif dan di sisi lain permintaan kreditmasih cukup tinggi. Dengan perkembangan tersebut maka rasiopenyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakartanaik dari 75,5% pada akhir triwulan II 2008 menjadi 82,6% pada akhirAgustus 2008, di atas angka LDR Nasional 79,0%. Peningkatan LDRtersebut masih diikuti dengan performance kredit yang relatif baikdibandingkan dengan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya,sebagaimana tercermin pada angka NPLs Gross yang rendah (3,6%).
1 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta,bukan data menurut kriteria lokasi proyek. Fokusnya adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan kantor bank yangberlokasi di Jakarta, termasuk risiko-risiko yang dihadapi bank di Jakarta. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan danInformasi Perbankan.
36
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
A. INTERMEDIASI PERBANKAN
Penghimpunan dana perbankan (DPK) di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008Penghimpunan dana perbankan (DPK) di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008Penghimpunan dana perbankan (DPK) di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008Penghimpunan dana perbankan (DPK) di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008Penghimpunan dana perbankan (DPK) di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008
sedikit menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, sedangkansedikit menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, sedangkansedikit menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, sedangkansedikit menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, sedangkansedikit menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, sedangkan
penyaluran kredit masih meningkat tinggi. penyaluran kredit masih meningkat tinggi. penyaluran kredit masih meningkat tinggi. penyaluran kredit masih meningkat tinggi. penyaluran kredit masih meningkat tinggi. Penurunan terjadi pada komponengiro, tabungan, maupun deposito. Faktor yang mempengaruhi penurunanpenghimpunan dana masyarakat di Bank antara lain diduga karena kebutuhan
dana tunai meningkat, baik oleh nasabah individu maupun perusahaan dan belanjapemerintah masih belum terlalu ekspansif. Sementara peningkatan kredit yangmasih relatif tinggi dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan kredit dan di sisi
lain tingkat suku bunga dianggap masih kompetitif.
Secara keseluruhan, risiko likuiditas dan risiko pasar masih dapattertangani dengan baik. Selain itu, kondisi perbankan juga relatif masihdalam rambu-rambu yang sehat, termasuk di dalamnya CAR perbankanmasih jauh di atas ketentuan minimalnya. Sementara itu, hingga akhirAgustus 2008, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnyapembiayaan konsumen menunjukkan pertumbuhan yang moderat.Sedangkan kegiatan di pasar modal terimbas krisis keuangan globalmengalami koreksi ke bawah yang cukup signifkan.
*) s.d. Agustus 2008
Tabel III. 1Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
Jakarta DPK Rp Miliar 717.000,7 765.022,5 736.584,5Pertumbuhan (%. y-o-y) 15,7 15,8 8,9Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 524.871,4 577.897,6 608.426,5Pertumbuhan (%. y-o-y) 32,5 34,8 37,0Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 374.904,6 408.253,9 431.966,7Pertumbuhan (%. y-o-y) 33,7 39,3 38,8LDR (%) 73,2 75,5 82,6NPL (%) 3,9 3,8 3,6
I II III*
2 0 0 8U r a i an
37
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
1. Penghimpunan Dana MasyarakatPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai dengan
Agustus 2008 sedikit menurun, demikian pula tren pertumbuhan tahunannya jugaAgustus 2008 sedikit menurun, demikian pula tren pertumbuhan tahunannya jugaAgustus 2008 sedikit menurun, demikian pula tren pertumbuhan tahunannya jugaAgustus 2008 sedikit menurun, demikian pula tren pertumbuhan tahunannya jugaAgustus 2008 sedikit menurun, demikian pula tren pertumbuhan tahunannya juga
menurun (Grafik III. 1 dan 2).menurun (Grafik III. 1 dan 2).menurun (Grafik III. 1 dan 2).menurun (Grafik III. 1 dan 2).menurun (Grafik III. 1 dan 2). Secara triwulanan penghimpunan DPK menurun (-3,7%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,7%). Dengan perkembanganini maka pertumbuhan penghimpunan DPK s.d. Agustus 2008 justru turun -2,0%
(y-t-d) dan secara tahunan (y-o-y) hanya tumbuh 8,9%, melambat dibandingkantriwulan sebelumnya (15,8%, y-o-y).
Grafik III. 1Grafik III. 1Grafik III. 1Grafik III. 1Grafik III. 1Perkembangan DPK Jakarta
Grafik III. 2Grafik III. 2Grafik III. 2Grafik III. 2Grafik III. 2Perkembangan Komponen DPK Jakarta
Rp triliun %
0100200300400500600700800900
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
-10
-5
0
5
10
15
20
25Total (lhs) g(q-t-q)g(y-t-d) g(y-o-y)
%, y-o-y
-20
-10
0
10
20
30
40
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2006 2007 2008
Giro Tabungan Deposito
Penurunan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari penurunan pada seluruhPenurunan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari penurunan pada seluruhPenurunan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari penurunan pada seluruhPenurunan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari penurunan pada seluruhPenurunan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari penurunan pada seluruh
komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. Penurunan terbesar terjadi pada giro (-10,0%), sementaraoutstanding tabungan dan deposito menurun berturut-turut -1,6% dan -1,1%
pada akhir Agustus 2008. Penurunan giro yang tinggi terutama disebabkan olehadanya penarikan dana milik BUMN dan perusahaan swasta non lembagakeuangan. Sementara itu, deposan individual lebih banyak menarik dananya dari
kedua skim yang lain.
Walaupun jumlah deposito menurun namun struktur atau komposisi dana pihakWalaupun jumlah deposito menurun namun struktur atau komposisi dana pihakWalaupun jumlah deposito menurun namun struktur atau komposisi dana pihakWalaupun jumlah deposito menurun namun struktur atau komposisi dana pihakWalaupun jumlah deposito menurun namun struktur atau komposisi dana pihak
ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap memilikiketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap memilikiketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap memilikiketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap memilikiketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, deposito tetap memiliki
porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). Simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesarRp 414,2 triliun (56,2%), diikuti giro Rp 195,1 triliun (26,5%) dan tabungan Rp127,3 triliun (17,3%). Faktor yang mempengaruhi tingginya porsi deposito di dalam
komposisi DPK tetap tinggi, antara lain dikarenakan sebagian deposan masihmenganggap deposito masih menguntungkan (walaupun imbal hasil menurun),aman, dan kemungkinan juga keterbatasan pengetahuan dari deposan terhadap
alternatif berinvestasi dilembaga keuangan lainnya. Sementara itu, aktivitas bisnis
38
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
yang tinggi di Jakarta berpengaruh pada tingginya porsi simpanan dalam bentukgiro yang melampaui porsi simpanan dalam bentuk tabungan. Berdasarkankepemilikannya, 48,2% DPK perbankan di Jakarta dimiliki oleh nasabah dari sektor
swasta (terutama nasabah individual), 35,9% dimiliki oleh perusahaan bukanlembaga keuangan swasta. Sementara dana BUMN/BUMD sebesar 5,1% dan milikpemerintah daerah di bawah 1%.
Grafik III. 3Grafik III. 3Grafik III. 3Grafik III. 3Grafik III. 3Komposisi DPK Bank Umum Jakarta
Grafik III. 4Grafik III. 4Grafik III. 4Grafik III. 4Grafik III. 4Kepemilikan DPK Bank di Jakarta
Rp Triliun
-100200300400500600700800900
1.000
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
DepositoTabunganGiro
Rp triliun
0100200300400500600700800900
1.000
2007 20085 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Sektor Swasta LainnyaBU Bukan-Keuangan Milik SwastaBU Bukan Keuangan Milik Negara
Pemerintah DaerahLembaga Keuangan Lainnya:
2. Penyaluran KreditPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta masih terpantauPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta masih terpantauPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta masih terpantauPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta masih terpantauPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta masih terpantau
meningkat.meningkat.meningkat.meningkat.meningkat. Pada triwulan laporan pertumbuhan kredit mencapai 37,0%.
Peningkatan merata di hampir semua jenis penggunaan kredit. Outstanding kreditmodal kerja, investasi dan konsumsi hingga Agustus 2008 masing-masing tumbuh36,2%, 37,3% dan 38,7% (y-o-y). Permintaan outstanding kredit di triwulan
laporan, dipengaruhi oleh perekonomian yang masih tumbuh cukup tinggi sehinggapermintaan kredit meningkat.
Grafik III. 5Grafik III. 5Grafik III. 5Grafik III. 5Grafik III. 5Perkembangan Kredit Jakarta
Grafik III. 6Grafik III. 6Grafik III. 6Grafik III. 6Grafik III. 6Perkembangan Kredit Modal Kerja
Triliun rupiah %
0
100
200
300
400
500
600
700
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2006 2007 2008
-10-50510152025303540
Total kredit (sisi kiri)y-o-yy-t-d
%Triliun rupiah
0
50
100
150200
250
300
350
400
-10-5051015202530354045
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
Modal Kerja (sisi kiri)g.Modal Kerja (y-o-y)g.Modal Kerja (y-to-d)
39
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan di JakartaKredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan di JakartaKredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan di JakartaKredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan di JakartaKredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta. Outstandingkredit modal kerja per Agustus 2008 sebesar Rp 335,7 triliun (55,2%), diikuti oleh
kredit investasi Rp 143,9 triliun (23,7%) dan kredit konsumsi Rp 128,8 triliun(21,2%). Tingginya kredit modal kerja dan kredit investasi yang disalurkan olehperbankan di DKI Jakarta tersebut tidak terlepas dari pengaruh DKI Jakarta sebagai
pusat kegiatan bisnis, perdagangan dan jasa terbesar di tanah air. Transaksi ekonomiyang tinggi membutuhkan likuiditas yang tinggi yang diantaranya dipenuhi dengankredit modal kerja. Sementara itu, dilihat dari jumlahnya, penyaluran kredit diJakarta yang besar tidak terlepas dari banyaknya kantor pusat bank dan perusahaan
yang berlokasi di Jakarta. Pengajuan kredit dalam jumlah yang besar maupunkeputusannya pada umumnya di lakukan di kantor pusat, walaupun mungkinproyeknya perlokasi di luar Jakarta.
Secara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di
sektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usaha. Outstanding kredit di
sektor industri pada bulan Agustus 2008 Rp 141,7 triliun (23,3%), sektorperdagangan Rp 90,9 triliun (14,9%) dan sektor jasa dunia usaha Rp 99,99 triliun(16,4%). Kredit di masing-masing sektor tersebut, tumbuh di atas 20% (y-o-y).
Dengan peningkatan tertinggi pada kredit di sektor jasa dunia usaha sebesar 47,1%.Tingginya outstanding kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahatersebut menunjukkan bahwa arah pembiayaan kredit bank untuk mendukung
perekonomian sudah berada pada jalur yang benar, yaitu mampu memberikanmultiplier effect yang lebih ketimbang kredit disalurkan untuk membiayai konsumsi.
Secara keseluruhan rasio pinjaman terhadap DPK (Secara keseluruhan rasio pinjaman terhadap DPK (Secara keseluruhan rasio pinjaman terhadap DPK (Secara keseluruhan rasio pinjaman terhadap DPK (Secara keseluruhan rasio pinjaman terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDRLoan to Deposit Ratio/LDRLoan to Deposit Ratio/LDRLoan to Deposit Ratio/LDRLoan to Deposit Ratio/LDR),),),),),
dengan perkembangan di atas meningkat cukup tinggi. dengan perkembangan di atas meningkat cukup tinggi. dengan perkembangan di atas meningkat cukup tinggi. dengan perkembangan di atas meningkat cukup tinggi. dengan perkembangan di atas meningkat cukup tinggi. Pertumbuhan kredit yang
Grafik III. 7Grafik III. 7Grafik III. 7Grafik III. 7Grafik III. 7Perkembangan Kredit Investasi
Grafik III. 8Grafik III. 8Grafik III. 8Grafik III. 8Grafik III. 8Perkembangan Kredit Konsumsi
%Triliun rupiah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
-10-50510152025303540
Investasi (sisi kiri)g.Investasi (y-o-y)g.Investasi (y-to-d)
%Triliun rupiah
0
20
40
60
80
100
120
140
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
-10-5051015202530354045
Konsumsi (sisi kiri)gKonsumsi (y-o-y)gKonsumsi (y-to-d)
40
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
lebih terakselerasi dibandingkan DPK berimplikasi pada peningkatan LDR perbankandi Jakarta dari 75,5% menjadi 82,6% pada akhir bulan Agustus 2008 (Grafik
III.11). Hal ini mencerminkan aktifitas intermediasi perbankan yang masih baikkarena intermediasi perbankan dapat lebih dioptimalkan. Di tengah-tengah gejolakfinansial global, peningkatan penyaluran kredit juga membuktikan bahwa
kepercayaan bank terhadap kondisi perekonomian dan khususnya terhadapkemampuan nasabah untuk melakukan pelunasan masih tinggi.
Grafik III. 9 Grafik III. 9 Grafik III. 9 Grafik III. 9 Grafik III. 9 Perkembangan KreditSektor Ekonomi Utama
Grafik III. 10 Grafik III. 10 Grafik III. 10 Grafik III. 10 Grafik III. 10 Perkembangan KreditSektor Ekonomi
%, y-o-y
-10
0
10
20
30
40
50
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2006 2007 2008
IndustriPerdaganganJasa DU
%, y-o-y
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
KonstruksiPengk, perg, komJasa Sosial/Masyarakat
Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11LDR Kredit Lokasi Bank
Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12LDR Kredit Lokasi Proyek
%
0
20
40
60
80
100
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
JakartaNasional
%
0
20
40
60
80
100
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2006 2007 2008
JakartaNasional
Sementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyek22222
menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12). Pada posisi akhirbulan Agustus 2008, penghitungan LDR dengan menggunakan jumlah kredit
berdasarkan lokasi proyek di Jakarta adalah 58,6%, naik dibandingan dengan
2 Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan di suatu daerah atau wilayah tertentu, tempat dimana lokasiproyek yang dibiayai kredit tersebut berada tanpa memperhatikan asal daerah/wilayah kantor bank yang membiayai.
41
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
posisi pada akhir bulan Juni 2008 (53,4%). Jumlah kredit untuk membiayai proyekyang berlokasi di Jakarta pada posisi akhir Agustus 2008 adalah Rp 431,9 triliun,lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
di DKI pada posisi yang sama Rp 608,4 triliun. Artinya, sebanyak Rp 176,5 triliunkredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta digunakan untuk membiayaiproyek yang berlokasi di luar Jakarta.
B. RISIKO KREDIT PERBANKAN
Dukungan Bank Indonesia untuk mendorong agar sektor riil bergerak terusDukungan Bank Indonesia untuk mendorong agar sektor riil bergerak terusDukungan Bank Indonesia untuk mendorong agar sektor riil bergerak terusDukungan Bank Indonesia untuk mendorong agar sektor riil bergerak terusDukungan Bank Indonesia untuk mendorong agar sektor riil bergerak terus
diberikan.diberikan.diberikan.diberikan.diberikan. Bank Indonesia, untuk memacu perkembangan di sektor riil secaraberhati-hati memberikan sinyal bahwa kebijakan di sektor moneter akan tetapberhati-hati yang disesuaikan dengan kapasitas perekonomian yang ada. Likuiditas
perekonomian diupayakan selalu dapat memenuhi kebutuhan perekonomian,tidak berlebih dan tidak pula ketat. Hal ini tercermin dari kebijakan Bank Indonesiayang secara berhati-hati menjaga BI rate agar tetap dalam koridor. Namun demikian,
secara mikro, untuk memacu fungsi intermediasi, Bank Indonesia melonggarkanbeberapa ketentuan perbankan dengan harapan dapat mendorong perbankanlebih ekspansif. Di samping itu, Bank Indonesia juga meneruskan upaya-upaya
pengembangan UMKM, baik melalui KKMB, TFPPED, kegiatan-kegiatan optimalisasipengembangan klaster maupun peningkatan kegiatan kajian ekonomi regional.Upaya-upaya yang dilakukan tersebut sedikit banyak telah menunjukkan hasil.
Kegiatan intermediasi, khususnya pembiayaan perbankan terus meningkat danakselerasi pertumbuhan perekonomian sampai dengan triwulan III 2008 masihcukup menggembirakan, yaitu mampu tumbuh di atas 6,0%. Walaupun ekspansi
kredit perbankan meningkat, namun dalam pelaksanaannya perbankan padaumumnya tetap menerapkan prinsip kehati-hatian. Kecukupan modal (CAR) terjaga,dan NPLs perbankan pun tercatat masih rendah, dibawah 5%. Selain itu perbankan
dalam kegiatannya diarahkan untuk tetap melakukan upaya-upaya agar resiko-resiko yang mungkin muncul diantisipasi.
Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masih
relatif rendah.relatif rendah.relatif rendah.relatif rendah.relatif rendah. Resiko kredit yang rendah dimaksud tercermin pada NPLs grossbank yang cukup rendah3 dan masih dalam batas aman rasio Non PerformingLoans, yaitu di bawah 5%. Berdasarkan tolok ukur ini maka NPLs gross perbankan
3 NPLs pada beberapa Bank besar menurun yang dipengaruhi oleh keberhasilan restrukturisasi dan pelunasan hutang olehsebagian debitur besar.
42
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
di DKI Jakarta per Agustus 2008 relatif rendah, yaitu sebesar 3,6% (Grafik III.13).Rendahnya NPLs tersebut bersumber dari relatif baiknya performance semua kreditterutama kredit konsumsi. Faktor yang mempengaruhi perbaikan diantaranya
adalah semakin intensifnya penagihan kredit bermasalah dan upaya restrukturisasikredit nasabah-nasabah besar. Selain itu, dalam pemberian kredit baru, makakelayakan kredit termasuk didalamnya penilaian resiko semakin konsisten
diterapkan. Praktek-praktek perbankan yang didasarkan pada azas prudentialbanking dijalankan oleh perbankan, termasuk didalamnya dilakukan pembentukantim manajemen resiko..
Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13NPLs Perbankan Jakarta
Grafik III. 14Grafik III. 14Grafik III. 14Grafik III. 14Grafik III. 14NPLs Jenis Penggunaan
Menurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawah
batas aman yang diperkenankan.batas aman yang diperkenankan.batas aman yang diperkenankan.batas aman yang diperkenankan.batas aman yang diperkenankan. NPLs kredit modal kerja, investasi dan konsumsiperbankan di Jakarta per Agustus 2008 berturut-turut adalah 3,1%, 4,2% dan4,4% da trend-nya menurun (Grafik III. 14). Kenaikan BI rate belum mengakibatkan
kenaikan NPLs, karena perbankan antara lain menyikapinya dengan carameningkatkan efisiensi sehingga suku bunga kredit kenaikannya lebih terukur.Walaupun NIM mungkin turun, namun ekspansi kredit yang meningkat diharapkan
tetap akan mampu mempertahankan tingkat keuntungan perbankan.
Relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta di level yang rendah juga tercerminRelatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta di level yang rendah juga tercerminRelatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta di level yang rendah juga tercerminRelatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta di level yang rendah juga tercerminRelatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta di level yang rendah juga tercermin
pada relatif rendah dan terjaganya NPLs di di semua sektor, walaupun NPLs dipada relatif rendah dan terjaganya NPLs di di semua sektor, walaupun NPLs dipada relatif rendah dan terjaganya NPLs di di semua sektor, walaupun NPLs dipada relatif rendah dan terjaganya NPLs di di semua sektor, walaupun NPLs dipada relatif rendah dan terjaganya NPLs di di semua sektor, walaupun NPLs di
sektor industri pengolahan relatif masih tinggi (Grafik III. 15√16)sektor industri pengolahan relatif masih tinggi (Grafik III. 15√16)sektor industri pengolahan relatif masih tinggi (Grafik III. 15√16)sektor industri pengolahan relatif masih tinggi (Grafik III. 15√16)sektor industri pengolahan relatif masih tinggi (Grafik III. 15√16). Pada posisi bulanAgustus 2008, NPLs kredit perbankan Jakarta berada di bawah 5%. Namun NPLs
untuk sektor industri masih di atas 5 % yaitu 6,5%. Tingginya NPLs di sektorindustri antara lain disebabkan oleh∆risk profile di sektor ini relatif lebih tinggidibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Optimalisasi upaya-upaya intensif
Rp triliun %
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
0
2
4
6
8
10
12Nominal Non PerformingLoan JakartaNon Performing Loan (%) (rhs)
%
0
4
8
12
16
20
2 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2006 2007 2008
KonsumsiModal KerjaInvestasi
43
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
dan produktif oleh perbankan perlu dilakukan supaya beberapa debitur bermasalahdapat melunasi ataupun merestruktirisasi hutang-hutangnya sehingga dapatmenekan NPLs di sektor ini. Ke depan, NPLs di sektor industri ini memiliki potensi
untuk meningkat yang antara lain disebabkan oleh pelemahan ekonomi global.Pelemahan ini dikawatirkan akan mengurangi pasar produk hasil industri nasional,yang artinya kegiatan produksi dapat saja turun dan pada gilirannya akan dapatmengganggu cash flow dunia usaha, termasuk mengurangi kemampuannya dalam
membayar hutang.
C. RISIKO LIKUIDITAS PERBANKAN
Pengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajibanPengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajibanPengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajibanPengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajibanPengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo merupakan poin penting didalam pengelolaan kegiatan bankyang jatuh tempo merupakan poin penting didalam pengelolaan kegiatan bankyang jatuh tempo merupakan poin penting didalam pengelolaan kegiatan bankyang jatuh tempo merupakan poin penting didalam pengelolaan kegiatan bankyang jatuh tempo merupakan poin penting didalam pengelolaan kegiatan bank
sehingga resiko likuiditas dapat diminimalisasisehingga resiko likuiditas dapat diminimalisasisehingga resiko likuiditas dapat diminimalisasisehingga resiko likuiditas dapat diminimalisasisehingga resiko likuiditas dapat diminimalisasi. Risiko likuiditas adalah suatu
ketidakmampuan bank untuk mengakomodasi jatuh tempo kewajiban danpenarikan serta pembiayaan pertumbuhan aktiva dan untuk memenuhi kewajibanpada tingkat harga pasar yang layak.
Pengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat diperlukan karena jika tidakPengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat diperlukan karena jika tidakPengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat diperlukan karena jika tidakPengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat diperlukan karena jika tidakPengelolaan likuiditas yang baik dan benar sangat diperlukan karena jika tidak
akan dihadapkan pada risiko-risiko yang akan berdampak pada kontinuitas usahaakan dihadapkan pada risiko-risiko yang akan berdampak pada kontinuitas usahaakan dihadapkan pada risiko-risiko yang akan berdampak pada kontinuitas usahaakan dihadapkan pada risiko-risiko yang akan berdampak pada kontinuitas usahaakan dihadapkan pada risiko-risiko yang akan berdampak pada kontinuitas usaha
bank sebagai lembaga pengelola risikobank sebagai lembaga pengelola risikobank sebagai lembaga pengelola risikobank sebagai lembaga pengelola risikobank sebagai lembaga pengelola risiko. Dari sisi pemenuhan kewajiban terhadap
DPK, maka komposisi DPK yang berhasil dihimpun perbankan dapat dijadikansebagai salah satu indikator besar kecilnya risiko likuiditas yang ditanggung olehperbankan. Melihat struktur dana pihak ketiga perbankan di Jakarta, maka porsi
dana jangka pendek memiliki outstanding yang cukup besar, baik dalam bentukgiro maupun deposito. Kondisi ini menyebabkan perbankan relatif berhati-hati
Grafik III. 15Grafik III. 15Grafik III. 15Grafik III. 15Grafik III. 15NPLs Sektor Ekonomi Utama
GrafikGrafikGrafikGrafikGrafik III. 16III. 16III. 16III. 16III. 16NPLs Sektor Ekonomi
%
Jasa Dunia UsahaLain-LainIndustri PengolahanPerdg, Rest, dan Hotel
0
4
8
12
16
20
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
%
0
4
8
12
16
20
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
KonstruksiPeng., Pergd., dan Kom.Pert., Perb., & Alat Pert.Pertambangan
44
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
dalam meningkatkan aktiva berupa kredit, dan menjadi wajar jika kredit yangdisalurkan lebih didominasi pada kredit modal kerja yang berjangka waktu pendek.Kredit konsumsi outstanding-nya juga cukup tinggi karena dianggap lebih aman.
Sementara itu kredit investasi pertumbuhannya relatif lambat karena sifatnya yangjangka panjang, exposure-risk yang lebih besar dan jika tidak berhati-hati dapatberpotensi menimbulkan mismatch. Kehati-hatian Bank juga tercermin pada LDR
yang tumbuh relatif terjaga, rasio kecukupan modal (CAR) yang relatif masih tinggidan di sisi lain aset bank yang likuid (termasuk dalam bentuk SBI) masih cukuptinggi. Secara keseluruhan, memperhatikan perilaku bank di dalam mengelola
aset, perbankan dipandang masih tetap beroperasi di dalam koridor asas-asaskehati-hatian dan kondisi likuiditas perbankan, walaupun akhir-akhir ini mengetat,dipandang relatif masih terjaga.
D. RISIKO PASAR
Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar. Risiko pasar adalah fluktuasi
nilai aset yang disebabkan oleh perubahan harga-harga pasar dan yields. Bagibank risiko itu terutama tercermin pada suku bunga dan sebagian pada nilai tukar.Untuk suku bunga, perbankan diuntungkan oleh relatif fleksibelnya suku bunga
DPK, sementara suku bunga kredit relatif rigid untuk turun namun fleksibel untuknaik. Kondisi ini menyebabkan spread bunga masih cukup terjaga, namun banktetap berhati-hati menyalurkan kreditnya. Kondisi lainnya adalah tingkat suku
bunga SBI yang masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga DPK sehingga menjadialternatif investasi yang aman bagi perbankan untuk mengalokasikan kelebihanlikuiditasnya. Dengan pola yang masih seperti ini, maka fluktuasi tingkat bunga
secara keseluruhan masih dapat dihadapi oleh perbankan dengan risiko terbesarhanya berupa kemungkinan turunnya keuntungan (dengan catatan pengelolaanbank tetap benar). Yang patut diwaspadai pada saat ini adalah likuiditas yang
relatif mengetat. Hal ini dikawatirkan akan dapat mendorong biaya dana meningkatdan pada gilirannya bunga kredit meningkat. Perlu dilakukan upaya-upaya agarlikuiditas dapat ditingkatkan, antara lain dapat dilakukan melalui kebijakan moneter,
seperti pelonggaran GWM dan dapat juga pemerintah lebih ekspansifmembelanjakan pengeluarannya.
Sementara itu risiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebihSementara itu risiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebihSementara itu risiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebihSementara itu risiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebihSementara itu risiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebih
terukur.terukur.terukur.terukur.terukur. Beberapa ketentuan perbankan, seperti pembatasan exposure valas (PDN)dan aturan yang ketat bagi bank dalam melakukan pinjaman luar negeri
45
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar yang akan dihadapi oleh perbankan. Selainitu, dukungan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga nilai tukar jugamampu mengurangi tekanan risiko yang berasal dari pergerakan nilai tukar. Namun
demikian, kondisi eksternal akhir-akhir ini yang relatif kurang kondusif, yaitu krisisfinansial global perlu untuk diwaspadai. Penarikan dana asing di pasar keuangandapat saja terjadi, dan dikawatirkan dapat memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.
E. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK)
Pada triwulan laporanPada triwulan laporanPada triwulan laporanPada triwulan laporanPada triwulan laporan (s.d) Agustus 2008), outstanding (s.d) Agustus 2008), outstanding (s.d) Agustus 2008), outstanding (s.d) Agustus 2008), outstanding (s.d) Agustus 2008), outstanding kredit mikro, kecil dan kredit mikro, kecil dan kredit mikro, kecil dan kredit mikro, kecil dan kredit mikro, kecil dan
menengah (MKM) di Jakarta tumbuh tinggimenengah (MKM) di Jakarta tumbuh tinggimenengah (MKM) di Jakarta tumbuh tinggimenengah (MKM) di Jakarta tumbuh tinggimenengah (MKM) di Jakarta tumbuh tinggi. Outstanding kredit UMKM di Jakartahingga akhir bulan Agustus 2008 tumbuh 28,0% (y-o-y) menjadi Rp 131,2 triliun(Grafik II.17 -18). Ekspansi kredit MKM di Jakarta naik dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Secara nominal jumlah MKM yang disalurkan di Jakartabesar, namun demikian proporsi kredit MKM di DKI Jakarta terhadap total kredityang disalurkan di Jakarta hanya 21,6 %, relatif lebih rendah dibandingkan dengan
proporsi yang sama di propinsi lain. Relatif rendahnya proporsi kredit MKM diJakarta dibandingkan dengan proporsi MKM di provinsi lain, antara lain dipengaruhioleh : pertama, kondisi riil bahwa Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnis nasional
sehingga jumlah kredit bank lebih didominasi oleh debitur korporat, kedua adalahketidaktahuan MKM tentang adanya fasilitas kredit4. Selain itu, juga disebabkankarena sebagian MKM belum membutuhkan kredit.
Grafik III. 17Grafik III. 17Grafik III. 17Grafik III. 17Grafik III. 17Proporsi Kredit UMKM
Grafik III. 18Grafik III. 18Grafik III. 18Grafik III. 18Grafik III. 18Pertumbuhan Kredit
%
Jasa Dunia UsahaLain-LainIndustri PengolahanPerdg, Rest, dan Hotel
0
4
8
12
16
20
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
%
0
4
8
12
16
20
2006 2007 20082 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
KonstruksiPeng., Pergd., dan Kom.Pert., Perb., & Alat Pert.Pertambangan
4 Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dengan SEM Institute terhadap 255 orang responden yang berasal dari pejabatpemerintah, perbankan, asosiasi usaha kecil dan perguruan tinggi didapatkan informasi bahwa hanya 54,72% UMKM yangmengetahui adanya fasilitas kredit. Dari persentase tersebut hanya 33,46% yang pernah mengajukan kredit. Sementara itu,faktor penghambat akses UMKM untuk mendapatkan kredit adalah faktor prosedur (43,86%), persyaratan berat (43,61%),jaminan (43,37%), bunga tinggi (38,07%) dan keharusan membuat studi kelayakan (35,18%). Di dalam survei tersebutsebanyak 28,19% menyatakan tidak membutuhkan kredit.
46
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Dari sisi level, Dari sisi level, Dari sisi level, Dari sisi level, Dari sisi level, outstanding outstanding outstanding outstanding outstanding kredit MKM di Jakarta merupakan yang tertinggikredit MKM di Jakarta merupakan yang tertinggikredit MKM di Jakarta merupakan yang tertinggikredit MKM di Jakarta merupakan yang tertinggikredit MKM di Jakarta merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). Kredit MKM di Jakarta pada posisiakhir bulan Agustus 2008 sebesar Rp 131,2 triliun (20,8%), menyusul kemudian
adalah Jawa Barat (15,5%), Jawa Timur (11,8%), dan Jawa Tengah (9,7%).Tingginya outstanding MKM di Jakarta adalah merupakan fenomena yang normal,terutama mengingat Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesia menjadi
daya tarik pelaku ekonomi pada berbagai ukuran (size) untuk beraktifitas di Jakarta.
Tabel III. 3Outstanding Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
1. DKI Jakarta/DKI Jakarta 102.505,6 114.323,4 123.665,5 131.219,8 20,8% 28,0% 13,8%2. Jawa Barat/West Java 76.327,0 84.794,2 93.460,2 97.449,5 15,5% 27,7% 19,7%3. Jawa Timur/East Java 58.837,3 65.159,2 71.774,2 74.435,2 11,8% 26,5% 17,2%4. Jawa Tengah/Central Java 48.314,7 53.631,9 58.937,6 61.032,4 9,7% 26,3% 18,4%5. Sumatera Utara/North Sumatra 24.623,9 28.054,9 31.733,2 33.466,6 5,3% 35,9% 26,1%6. Banten/Banten 20.568,4 22.865,5 25.530,1 27.472,5 4,4% 33,6% 25,0%7. Sulawesi Selatan/South Sulawesi 16.137,1 18.343,9 20.379,6 21.462,8 3,4% 33,0% 23,6%8. Riau/Riau a 11.563,3 13.356,0 15.600,3 16.415,1 2,6% 42,0% 32,4%9. Bali/Bali 11.918,6 13.293,3 14.714,4 15.355,3 2,4% 28,8% 19,2%10. Lampung/Lampung 10.275,7 11.707,7 13.295,3 13.693,4 2,2% 33,3% 23,4%Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 Provinces 381,071.6381,071.6381,071.6381,071.6381,071.6 425,529.9425,529.9425,529.9425,529.9425,529.9 469,090.5469,090.5469,090.5469,090.5469,090.5 492,002.6492,002.6492,002.6492,002.6492,002.6 78.0%78.0%78.0%78.0%78.0% 29.1%29.1%29.1%29.1%29.1% 18.8%18.8%18.8%18.8%18.8%Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Other ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther Provinces 101,333.5101,333.5101,333.5101,333.5101,333.5 115,247.6115,247.6115,247.6115,247.6115,247.6 131,134.9131,134.9131,134.9131,134.9131,134.9 138,494.6138,494.6138,494.6138,494.6138,494.6 36.7%36.7%36.7%36.7%36.7% 25.8%25.8%25.8%25.8%25.8%Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total ofTotal ofTotal ofTotal ofTotal of National»s MSM Credits National»s MSM Credits National»s MSM Credits National»s MSM Credits National»s MSM Credits 482,405.1482,405.1482,405.1482,405.1482,405.1 540,777.6540,777.6540,777.6540,777.6540,777.6 600,225.4600,225.4600,225.4600,225.4600,225.4 630,497.3630,497.3630,497.3630,497.3630,497.3 30.7%30.7%30.7%30.7%30.7% 20.3%20.3%20.3%20.3%20.3%
Agt/Agt/Agt/Agt/Agt/AugAugAugAugAug Tw I/Tw I/Tw I/Tw I/Tw I/Qrt IQrt IQrt IQrt IQrt I Tw II/Tw II/Tw II/Tw II/Tw II/Qrt IIQrt IIQrt IIQrt IIQrt II Agt/Agt/Agt/Agt/Agt/AugAugAugAugAug Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/ Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/ Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/Pertumbuhan/20072007200720072007 20082008200820082008 20082008200820082008 20082008200820082008 ShareShareShareShareShare GrowthGrowthGrowthGrowthGrowth GrowthGrowthGrowthGrowthGrowth
Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08 Des 07 - Agt 08Des 07 - Agt 08Des 07 - Agt 08Des 07 - Agt 08Des 07 - Agt 08Baki Debet/Baki Debet/Baki Debet/Baki Debet/Baki Debet/OutstandingOutstandingOutstandingOutstandingOutstanding
Ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada triwulan laporan (s.dEkspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada triwulan laporan (s.dEkspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada triwulan laporan (s.dEkspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada triwulan laporan (s.dEkspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada triwulan laporan (s.d
Agustus 2008) meningkat relatif tinggi (tabel III.4). Agustus 2008) meningkat relatif tinggi (tabel III.4). Agustus 2008) meningkat relatif tinggi (tabel III.4). Agustus 2008) meningkat relatif tinggi (tabel III.4). Agustus 2008) meningkat relatif tinggi (tabel III.4). Selama periode Juli dan Agustus
2008 ekspansi kredit MKM di Jakarta mencapai Rp 7,6 triliun, naik dibandingkandengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya (Rp 3,1 triliun). Net ekspansikredit UMKM di Jakarta tersebut termasuk tertinggi dibandingkan di provinsi
lainnya. Faktor yang mempengaruhi tingginya ekspansi kredit MKM di Jakartaantara lain adalah kinerja perbankan di Jakarta yang relatif baik, intensnya programpembiayaan UMKM oleh pemerintah, usaha kecil dan mikro yang jumlahnya
meningkat, serta tidak terlepas juga dari peningkatan kredit konsumsi yang didalam penghitungannya sebagian dimasukkan di dalam kredit MKM.
Sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan modal kerja, sementaraSebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan modal kerja, sementaraSebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan modal kerja, sementaraSebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan modal kerja, sementaraSebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan modal kerja, sementara
untuk investasi relatif rendah. untuk investasi relatif rendah. untuk investasi relatif rendah. untuk investasi relatif rendah. untuk investasi relatif rendah. Berdasarkan outstanding data MKM nasional, kreditMKM untuk konsumsi memiliki porsi 51,3%, modal kerja 39,9%, dan yang
digunakan untuk investasi hanya 8,8% dari total outstanding Rp 630,5 triliun.
47
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Tabel III. 4Ekspansi Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
1. Jawa Barat/West Java 3.183,6 3.394,5 8.665,9 3.989,4 16.049,8 15,1% 78,2%2. DKI Jakarta/DKI Jakarta 3.071,7 -1.005,8 9.342,1 7.554,3 15.890,5 14,9% 257,5%3. Jawa Timur/East Java 2.283,0 1.647,0 6.615,0 2.661,0 10.923,1 10,3% 65,8%4. Jawa Tengah/Central Java 2.226,5 2.093,1 5.305,8 2.094,7 9.493,6 8,9% 66,4%5. Sumatra Utara/North Sumatra 1.072,4 1.509,5 3.678,3 1.733,4 6.921,2 6,5% 127,7%6. Banten/Banten 1.308,1 891,8 2.664,7 1.942,4 5.498,8 5,2% 78,6%7. Sulawesi Selatan/South Sulawesi 614,4 980,6 2.035,7 1.083,2 4.099,5 3,9% 163,5%8. Riau/Riau 518,4 954,8 2.244,3 814,8 4.013,9 3,8% 115,3%9. Sumatra Selatan/South Sumatra 530,0 751,1 1.596,7 890,2 3.238,0 3,0% 129,2%10. Lampung/Lampung 242,4 608,9 1.587,6 398,0 2.594,6 2,4% 77,9%Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 Provinces 15.050,615.050,615.050,615.050,615.050,6 11.825,511.825,511.825,511.825,511.825,5 43.736,143.736,143.736,143.736,143.736,1 23.161,523.161,523.161,523.161,523.161,5 78.723,178.723,178.723,178.723,178.723,1 74,0%74,0%74,0%74,0%74,0% 106,3%Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Other ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther Provinces 4.663,84.663,84.663,84.663,84.663,8 4.777,64.777,64.777,64.777,64.777,6 15.711,715.711,715.711,715.711,715.711,7 7.110,47.110,47.110,47.110,47.110,4 27.599,727.599,727.599,727.599,727.599,7 26,0%26,0%26,0%26,0%26,0% 69,8%Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM / Net Expansion of MSM Credits Net Expansion of MSM Credits Net Expansion of MSM Credits Net Expansion of MSM Credits Net Expansion of MSM Credits 19.714,419.714,419.714,419.714,419.714,4 16.603,116.603,116.603,116.603,116.603,1 59.447,859.447,859.447,859.447,859.447,8 30.271,930.271,930.271,930.271,930.271,9 106.322,8106.322,8106.322,8106.322,8106.322,8 100,0% 95,4%
Jul + AgtJul + AgtJul + AgtJul + AgtJul + Agt Tw I/Tw I/Tw I/Tw I/Tw I/Qrt IQrt IQrt IQrt IQrt I Tw II/Tw II/Tw II/Tw II/Tw II/Qrt IIQrt IIQrt IIQrt IIQrt II Jul + AgtJul + AgtJul + AgtJul + AgtJul + Agt Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/ Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/ Perbandingan/Perbandingan/Perbandingan/Perbandingan/Perbandingan/20072007200720072007 20082008200820082008 20082008200820082008 20082008200820082008 AccumulationAccumulationAccumulationAccumulationAccumulation ShareShareShareShareShare ComparisonComparisonComparisonComparisonComparison
20082008200820082008 Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Agt 07 - Agt 08Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net ExpansionNet ExpansionNet ExpansionNet ExpansionNet Expansion
Sementara itu, di sisi sektoral tingginya kredit konsumsi tercermin pada tingginyaoutstanding MKM pada sektor lain-lain (51,8%) dan untuk modal kerja tercerminpada tingginya»outstanding kredit sektor perdagangan (25,4%).
Kinerja kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja MKM diKinerja kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja MKM diKinerja kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja MKM diKinerja kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja MKM diKinerja kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja MKM di
level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMlevel nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKM. Kinerja kredit MKMdengan menggunakan NPLs sebagai ukuran, per akhir Agustus 2008 semakin
membaik dengan NPLs gross MKM 3,45%, relatif turun dibandingkan dengantriwulan-triwulan sebelumnya. NPLs gross MKM tersebut membaik seiring denganmembaiknya angka NPLs-gross non MKM yang tercatat 3,18%. Faktor yang
mempengaruhi angka NPLs di sektor MKM relatif rendah antara lain adalah risikodi sektor ini relatif lebih terukur, MKM relatif lebih kuat dalam menghadapi shockdan komitmen dari pelaku MKM dalam pengembalian kredit cukup tinggi.
F. PASAR KEUANGAN
Pertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luar
bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). Pertumbuhanpembiayaan yang berasal dari lembaga keuangan non bank, seperti leasingmenunjukkan pertumbuhan yang relatif stagnan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sedangkan kartu kredit dan pembiayaan konsumen mengalamipenurunan. Outstanding pembiayaan melalui leasing, sampai dengan akhir Agustus2008 mencapai Rp 42,16 triliun, pembiayaan konsumen mencapai Rp 82,84 triliun,
48
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
sementara kartu kredit hanya sebesar Rp 1,3 triliun. Penurunan juga terjadi dipasar modal, pembiayaan yang berasal dari Initial Public Offering (IPO) sahamsampai dengan akhir bulan Agustus 2008 mencapai«RpΩ17,1 triliun yang berasal
dariΩ3Ωemiten. Sementara, penjualan Obligasi swasta masih nihil.«
Grafik III. 19Grafik III. 19Grafik III. 19Grafik III. 19Grafik III. 19Perolehan Dana Pasar Modal
Grafik III. 20Grafik III. 20Grafik III. 20Grafik III. 20Grafik III. 20Kapitalisasi Pasar Modal
Rp miliar
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
ObligasiSahamPasar Modal
%, y-o-yRp Triliun
0
500
1000
1500
2000
2500
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
0102030405060708090
KapitalisasigKapitalisasi (rhs)
Grafik III. 21 Grafik III. 21 Grafik III. 21 Grafik III. 21 Grafik III. 21 Pembiayaan Konsumen LembagaKeuangan Non Bank
Grafik III. 22 Grafik III. 22 Grafik III. 22 Grafik III. 22 Grafik III. 22 Pertumbuhan PembiayaanKonsumen Lembaga Keuangan Non Bank
Rp Triliun Rp Triliun
0
20
40
60
80
100
120
140
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
00,20,40,60,811,21,41,61,82
Total Pembiayaan Cons, FinancingLeasing Credit Card (rhs)
%, y-o-y
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
g.Total Pembiayaan g.Leasingg.Credit Card g.Pemb. Kons.
Sumber : CEIC
Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.
Perlambatan kinerja pasar modal dalam beberapa bulan terakhir dipengaruhi olehperlambatan kinerja pasar keuangan dunia sebagai rentetan dari dampak gejolakdi sektor keuangan di Amerika. Hampir seluruh bursa regional mengalami tekanan
sehingga indeksnya terkoreksi. IHSG yang pada posisi bulan Desember 2007mencapai 2745,8 turun menjadi 1846.091 pada akhir bulan September 2008.Penurunan ini berdampak pada turunnya nilai kapitalisasi pasar dari Rp 1.988,3
triliun menjadi Rp 1.719,7 triliun. Yang patut diwaspadai adalah kemungkinankeluarnya pelaku asing di pasar modal. Keluarnya pelaku asing disamping akanberdampak pada kinerja pasar modal, juga dikhawatirkan akan dapat memberikan
tekanan pada rupiah melalui peningkatan pembelian valas.
49
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Perkembangan SistemPembayaran
BAB 4
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKIJakarta pada triwulan laporan relatif normal, sedangkan untuk transaksitunai terjadi peningkatan outflow. Dibandingkan dengan triwulansebelumnya, transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakansarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) relatif stabil sedangkansarana kliring menunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang sedikitmeningkat. Jumlah warkat mencapai rata-rata 225.148 per hari dannilai nominalnya rata-rata mencapai Rp 3,65 triliun per hari. Faktoryang mempengaruhi peningkatan transaksi kliring antara lain terutamaadalah peningkatan kegiatan usaha di triwulan laporan dan disisi laindengan di implementasikannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKNBI) sehingga wilayah yang terhubung dengan sistem kliring nasionalbertambah luas dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasionalsehingga mampu meningkatkan efisiensi dan keamanan dalambertransaksi. Implikasinya kepercayaan masyarakat terhadap transaksinon tunai meningkat. Dalam empat triwulan terakhir tren transaksi kliringterus meningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai bersamaan denganmasuknya perayaan hari besar keagamaan maka kebutuhan uang tunaimelonjak, sebagaimana tercermin pada peningkatan arus net outflowRp 285,5 miliar per hari. Di sisi lain pada triwulan laporan, temuanuang palsu juga relatif rendah. Rasio temuan uang palsu terhadap uangyang kartal yang beredar 0,0000007%.
50
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
A. TRANSAKSI RTGS
Perkembangan penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan saranaPerkembangan penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan saranaPerkembangan penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan saranaPerkembangan penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan saranaPerkembangan penyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana
RTGS relatif normal di level yang tinggi (Tabel IV.1).RTGS relatif normal di level yang tinggi (Tabel IV.1).RTGS relatif normal di level yang tinggi (Tabel IV.1).RTGS relatif normal di level yang tinggi (Tabel IV.1).RTGS relatif normal di level yang tinggi (Tabel IV.1). Penggunaan RTGS yang tinggimenunjukkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap alternatif sistem
pembayaran non tunai ini. Dengan RTGS penyelesaian transaksi dapat dilakukanseketika dan resiko settlement-nya kecil (Grafik IV. 1 - 2). Faktor yang lain adalahadanya ketentuan yang mewajibkan bahwa transaksi non tunai dengan jumlah
minimal tertentu wajib dilaksanakan dengan menggunakan RTGS.
Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Perkembangan Transaksi RTGS Harian
Penyelesaian transaksi non tunai dengan memanfaatkan BI RTGS masih beradaPenyelesaian transaksi non tunai dengan memanfaatkan BI RTGS masih beradaPenyelesaian transaksi non tunai dengan memanfaatkan BI RTGS masih beradaPenyelesaian transaksi non tunai dengan memanfaatkan BI RTGS masih beradaPenyelesaian transaksi non tunai dengan memanfaatkan BI RTGS masih berada
pada level yang tinggi, walaupun di triwulan laporan menurun.pada level yang tinggi, walaupun di triwulan laporan menurun.pada level yang tinggi, walaupun di triwulan laporan menurun.pada level yang tinggi, walaupun di triwulan laporan menurun.pada level yang tinggi, walaupun di triwulan laporan menurun. Penggunaan RTGSmendominasi pembayaran non tunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari95% dari total nilai transaksi non tunai. Nilai transaksi RTGS dalam triwulan laporan
mencapai Rp 187,46 triliun per hari dan dari sisi volume sebanyak 42.130 transaksi
Rp triliun Ribuan
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2006 2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
10
15
20
25
30
35
40
45
50NilaiVolume (rhs)
Tabel IV. 1Transaksi RTGS Harian
RTGS (Rp Miliar) 160.773 141.770 141.242 125.104 184.429 187.961 174.464Dari Jakarta 129.504 109.905 107.819 97.524 137.483 143.861 142.464
ke Jakarta(f-t) 17.310 17.973 18.702 13.894 23.358 21.574 16.092ke Luar Jakarta(f) 112.194 91.932 89.116 83.630 114.124 122.287 126.371
Ke Jakarta 31.268 31.865 33.424 27.580 46.947 44.100 32.000dari Luar Jakarta(t) 31.268 31.865 33.424 27.580 46.947 44.100 32.000
RTGS (Volume) 16.675 17.826 19.406 17.991 39.726 45.111 42.130Dari Jakarta 9.292 9.928 10.661 9.562 26.737 30.936 33.656
ke Jakarta(f-t) 2.908 3.110 3.236 2.423 4.155 4.340 3.411ke Luar Jakarta(f) 6.384 6.818 7.426 7.139 22.582 26.597 30.245
Ke Jakarta 7.383 7.898 8.744 8.428 12.990 14.175 8.474dari Luar Jakarta(t) 7.383 7.898 8.744 8.428 12.990 14.175 8.474
Q I Q II Q III
2 0 0 82 0 0 7Q I Q II Q III Q IV
51
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
per hari. Peningkatan terjadi pada transaksi dari Jakarta ke luar Jakarta. Penyebabpeningkatan volume maupun nilai nominal transaksi berasal dari berbagai sumber,seperti dari transaksi pengelolaan moneter, transaksi antar nasabah dan transaksi
di pasar uang antar bank (PUAB). Berdasarkan data yang terekam, proporsipenggunaan sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh nasabah bank.
B. TRANSAKSI KLIRING
Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IIIPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IIIPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IIIPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IIIPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan III
2008 menunjukkan peningkatan (Tabel IV.2). 2008 menunjukkan peningkatan (Tabel IV.2). 2008 menunjukkan peningkatan (Tabel IV.2). 2008 menunjukkan peningkatan (Tabel IV.2). 2008 menunjukkan peningkatan (Tabel IV.2). Rata-rata harian nilai nominal
transaksi kliring di triwulan III 2008 Rp 3,65 triliun, meningkat dibandingkan dengantriwulan sebelumnya (Rp 3,49 triliun). Sementara itu, rata-rata harian jumlah warkatkliring juga meningkat menjadi 225.148 lembar warkat dibandingkan triwulan
sebelumnya 217.356 warkat. Peningkatan penggunaan transaksi melalui kliringmerupakan fenomena yang logis. Disamping mempertimbangkan aspek ekonomis,maka dengan semakin luasnya wilayah yang terhubung dengan sistem kliring
nasional dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasional merupakan faktorutama yang memicu penggunaan kliring meningkat. Secara keseluruhan upayaBank Indonesia untuk mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi
non tunai (less cash society/LCS), baik dengan menggunakan sarana RTGS maupunpelaksanaan kliring yang lebih terintegrasi semakin meningkat.
Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Faktor yang mempengaruhi, diduga karena implementasi Sistem Kliring NasionalBank Indonesia (SKNBI) dan diterapkannya daftar hitam nasional. Coverage SKNBI
Miliar rupiah Ribuan lembar
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
0
50
100
150
200
250
300Nominal JakartaVolume (rhs)
Tabel IV. 2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Nominal(jutaan rupiah)Triwulan Volume
2006 1 149,564 2,235,1692 177,479 1,953,7183 176,950 2,586,2904 188,975 2,780,473
2007 1 158,162 2,105,1102 189,459 2,759,0943 196,663 2,998,2944 198,518 3,094,510
2008 1 198,919 3,173,5722 217,356 3,498,5433 225,148 3,647,637
52
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
pada saat ini sudah mencakup lebih dari 95% nilai transaksi kliring per hari. DenganSKNBI tersebut penyelesaian kliring dapat dilaksanakan dengan lebih baik, terutamadilihat dari sisi kecepatan dan keakuratan pembayaran. Selain itu risiko kegagalan
settlement akan dapat dikurangi. Gambaran awal dari peningkatan penggunaantransaksi kliring dapat dilihat pada perkembangan baik dilihat dari nilai nominalmaupun volume melalui kliring yang trend-nya meningkat.
Diperkenalkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) memberi nilaiDiperkenalkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) memberi nilaiDiperkenalkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) memberi nilaiDiperkenalkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) memberi nilaiDiperkenalkannya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) memberi nilai
tambah yang lebih terhadap perekonomian. tambah yang lebih terhadap perekonomian. tambah yang lebih terhadap perekonomian. tambah yang lebih terhadap perekonomian. tambah yang lebih terhadap perekonomian. Masyarakat, perbankan danperekonomian secara makro memperoleh keuntungan dimaksud. Bagi masyarakat
di seluruh wilayah Indonesia yang melakukan penyelesaian transaksi melalui kliringnantinya dapat melakukan transaksi transfer dana pada hari yang sama sepanjangsistem internal bank peserta sudah sepenuhnya terhubung (fully online). Bagi
perbankan, SKNBI akan menciptakan efisiensi biaya pencetakan dan handlingwarkat, efisiensi SDM dan peralatan penunjang lainnya. Pengintegrasian juga akanmeningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas bank karena bank cukup memonitor
satu posisi transaksi kliring secara nasional. Secara makro, transmisi arus danamelalui SKNBI secara real time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembaliuang (velocity of money) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi
masyarakat dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhanekonomi.
Tabel IV. 3.Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
2006 1 11.818 585 2.235.169 149.564 0,53 0,39
2 14.772 658 1.953.718 177.479 0,76 0,37
3 13.232 657 2.586.290 176.950 0,51 0,37
4 15.126 722 2.780.473 188.975 0,54 0,38
2007 1 14.193 642 2.105.110 158.162 0,67 0,41
2 12.368 605 2.759.094 189.459 0,45 0,32
3 14.479 480 2.998.294 196.663 0,48 0,24
4 12.926 537 3.094.510 198.518 0,42 0,27
2008 1 14.943 514 3.173.572 198.919 0,47 0,26
2 15.424 513 3.498.543 217.356 0,44 0,24
3 20.185 587 3.647.637 225.148 0,55 0,26
Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
Nominal Volume Nominal Volume Nominal Volume(juta Rupiah) (lembar) (juta Rupiah) (lembar) (%) (%)
Triwulan
53
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, maka pada triwulan III 2008Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, maka pada triwulan III 2008Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, maka pada triwulan III 2008Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, maka pada triwulan III 2008Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, maka pada triwulan III 2008
relatif terjaga dengan baik (Tabel IV. 3). relatif terjaga dengan baik (Tabel IV. 3). relatif terjaga dengan baik (Tabel IV. 3). relatif terjaga dengan baik (Tabel IV. 3). relatif terjaga dengan baik (Tabel IV. 3). Persentase rata-rata harian tolakan kliringterhadap total rata-rata harian kliring, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai
transaksi relatif rendah. Persentase rata-rata harian nilai nominal dan volume cekdan BG yang ditolak masing-masing adalah 0,55% dan 0,26%, sedikit meningkatdibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu masing-masing 0,44% dan
0,24%. Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank Indonesiamemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik cek dan atau bilyet girokosong. Latar belakang dari dikeluarkannya ketentuan ini adalah mengingat bahwa
penggunaan instrumen cek dan atau bilyet giro sebagai alat pembayaran diIndonesia masih diminati, namun di sisi lain masih terdapat praktek penarikan cekdan atau bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat.
Sementara itu penerapan sanksi daftar hitam penarik cek dan atau bilyet girokosong serta pemberlakuannya cakupan wilayah kliring lokal belum cukup efektifmenurunkan tingkat pencairan cek dan atau bilyet giro kosong sehingga perlu
diterapkan prinsip self assesment agar penatausahaan daftar hitam dapat dilakukandengan lebih akurat. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan menjagakepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet kosong, Bank Indonesia
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No 8/29/PBI/2006 tentang daftar hitamnasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku efektif per 1 Juli2007.
C. TRANSAKSI TUNAI
Perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulanPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia pada triwulan
laporan dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatlaporan dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatlaporan dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatlaporan dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkatlaporan dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya meningkat
tinggi, terutama transaksi tinggi, terutama transaksi tinggi, terutama transaksi tinggi, terutama transaksi tinggi, terutama transaksi outflowoutflowoutflowoutflowoutflow..... Dari sisi outflow, faktor yang mempengaruhipeningkatan transaksi tunai antara perbankan dengan Bank Indonesia adalah
kebutuhan tunai masyarakat meningkat seiring masuknya perayaan hari besarkeagamaan. Peningkatan ini bersifat seasonal, dan pada periode-periode berikutnyaakan kembali normal. Dari sisi inflow, setoran yang dilakukan bank relatif normal
yang antara lain disebabkan bahwa uang yang dapat disetorkan ke Bank Indonesiaadalah uang yang sudah tidak layak edar.
Net Outflow Net Outflow Net Outflow Net Outflow Net Outflow di triwulan laporan melonjak tinggi.(Grafik IV. 3 - 4)di triwulan laporan melonjak tinggi.(Grafik IV. 3 - 4)di triwulan laporan melonjak tinggi.(Grafik IV. 3 - 4)di triwulan laporan melonjak tinggi.(Grafik IV. 3 - 4)di triwulan laporan melonjak tinggi.(Grafik IV. 3 - 4). Rata-rata harian
uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan III 2008 sebesar Rp 132,48miliar, dan pada saat yang bersamaan rata-rata harian uang yang keluar hanya
54
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
sebesar Rp 408,32 miliar, sehingga secara harian rata-rata terjadi net outflowsebesar Rp 275,84 miliar. Meskipun volume transaksi tunai tetap besar, BankIndonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnya penggunaan
transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebih banyakmelakukan transaksi non tunai (less cash society/LCS) yang lebih efisien dan aman.Peningkatan penggunaan transaksi non tunai dapat juga dijadikan sebagai cerminan
kemajuan suatu daerah ataupun negara, terutama dalam hal menilai efisiensi danintensitas aktifitas perekonomian. Sementara itu, dari sisi Bank Indonesia, denganmeningkatnya penggunaan transaksi non tunai, maka biaya pencetakan uang
dan biaya logistik pengedaran uang dapat ditekan.
Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta
Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Net Arus Uang Tunai BI Jakarta
Rp Milliar/hari
Inflow Outflow
050
100150200250300350400450500
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Rp Milliar/hari
(300)
(250)
(200)
(150)
(100)
(50)
-
50
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Net Inflow
Sementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin pada
rendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan. Rata-
rata rasio temuan uang palsu terhadap uang yang diedarkan selama triwulan III
Grafik IV. 5 Grafik IV. 5 Grafik IV. 5 Grafik IV. 5 Grafik IV. 5 Rasio Temuan Uang PalsuTerhadap Uang Diedarkan
Grafik IV. 6 Grafik IV. 6 Grafik IV. 6 Grafik IV. 6 Grafik IV. 6 Persentasi Uang Palsu di DKIterhadap Total Uang Palsu
Lembar
* s.d. Agustus 20080,0000000
0,0000005
0,0000010
0,0000015
0,0000020
0,0000025Rasio Uang PalsuThd Uang Diedarkan
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
%
0
20
40
60
80
100
Di Luar KPBIKPBI
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
* s.d. Agustus 2008
55
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
2008 (s.d. Agustus 2008) sebanyak 0,0000007, relatif sama dibandingkan dengantriwulan sebelumnya (0,0000007). Sedangkan, dilihat per Kantor Koordinator BankIndonesia, temuan uang palsu yang cukup besar adalah di Kantor Bank Indonesia
Pusat, diikuti Kantor Koordinator Bank Indonesia Surabaya, Bandung dan Semarang.Di Kantor Pusat Bank Indonesia, rata-rata temuan uang palsu selama triwulan III2008 mencapai 32,11% dari total temuan uang palsu nasional, sedikit naik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (31,79%).
56
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
57
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Kesejahteraan Masyarakat
BAB 5
Pada triwulan III 2008 beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakartamulai mengalami perbaikan, namun perbaikan kualitas belum cukupsignifikan. Meskipun angka pengangguran di DKI menurun, dari 12,57%pada tahun 2007 menjadi 11,06% pada tahun 2008 namun masih lebihtinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional (8,5%).Persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami perbaikan, yaitu turundari 4,6% menjadi 4,3%. Namun, kesenjangan pendapatan sebagaimanatercermin pada peningkatan angka gini rasio masih memburuk dari 0,269pada tahun 2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret). Demikian pulaindikator-indikator kesejahteraan lain, seperti indeks kesengsaraan yangmasih buruk, sejalan dengan inflasi yang masih tinggi. Kondisi inimengakibatkan kualitas pertumbuhan ekonomi belum optimal. Belumoptimalnya pertumbuhan ekonomi diduga menjadi salah satu faktoryang mempengaruhi masih relatif rendahnya perbaikan kedua indikatorkesejahteraan dimaksud, dimana pertumbuhan lebih didukung olehpertumbuhan konsumsi dan direspons oleh sektor yang padat modal.
A. KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan data Februari 2007, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Februari 2007, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Februari 2007, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Februari 2007, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Februari 2007, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang
bekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkat
pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). Pada posisi Februari 2008 jumlah angkatankerja di DKI Jakarta mencapai 4,56 juta jiwa, meningkat dibandingkan dengan
kondisi Agustus 2007 (4,40 juta jiwa). Penyerapan tenaga kerja meningkat cukup
58
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
tinggi, dari 3,84 juta jiwa menjadi 4,06 juta jiwa. Kombinasi perkembangan duahal yang positif ini menyebabkan tingkat pengangguran terbuka turun cukup tinggi,dari 12,6% pada posisi Agustus 2007 menjadi 11,1% pada posisi Februari 2008.
Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Angka Pengangguran Terbuka
Ribuan orang Ribuan orang
3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
4.400
4.600
4.800
400420440460480500520540560580600
Agust Agust Feb
Angkatan KerjaBekerjaPengangguran (rhs)
2006 2007 2008DKI JakartaBantenSumateraJawaBali dan NTKallimantanSulawesiPapuaNasional
%
02468
101214161820
11,418,910,110,76,29,4
11,46,9
10,3
12,615,8
9,9,74,77,79,76,19,1
11,114,28,39,04,57,39,26,08,5
Agust 06 Agust 07 Feb 08
Perkembangan tenaga kerja di sektor tersier, sejalan dengan kedudukan JakartaPerkembangan tenaga kerja di sektor tersier, sejalan dengan kedudukan JakartaPerkembangan tenaga kerja di sektor tersier, sejalan dengan kedudukan JakartaPerkembangan tenaga kerja di sektor tersier, sejalan dengan kedudukan JakartaPerkembangan tenaga kerja di sektor tersier, sejalan dengan kedudukan Jakarta
sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai service cityservice cityservice cityservice cityservice city semakin mendominasi. semakin mendominasi. semakin mendominasi. semakin mendominasi. semakin mendominasi. Proporsi sektor tersier mencapai 77,06%terhadap total dibandingkan share sektor primer dan sekunder (Tabel V.1). Status
pekerjaan terutama adalah buruh/karyawan yang sebagian besar merupakanpekerjaan formal (70,03%). Kondisi ketenagakerjaan di DKI ini relatif berbedadengan kondisi ketenagakerjaan di provinsi lain yang lebih didominasi sektor
informal.
Sementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namun
demikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran nasionaldemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran nasionaldemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran nasionaldemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran nasionaldemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran nasional
(8,5%) (Grafik V.2). (8,5%) (Grafik V.2). (8,5%) (Grafik V.2). (8,5%) (Grafik V.2). (8,5%) (Grafik V.2). Tingginya tingkat pengangguran di Jakarta antara lain
Tabel V. 1Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di DKI Jakarta
Primer 28,22 31,91 0,73 0,79 (11,68) 13,08Sekunder 887,74 898,27 23,10 22,15 21,35 1,19
Tersier 2.926,98 3.124,80 76,17 77,06 5,73 6,76Total 3.842,94 4.054,98 100,00 100,00 8,81 5,52
Share (%)Jumlah Tenaga Kerja (ribuan)Ags - 07 Feb - 08 Ags - 07 Feb - 08 Ags - 07 Feb - 08
LapanganPertumbuhan (%)
Sumber : BPS
59
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Tabel V. 2Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan di DKI Jakarta
Formal1. Berusaha dibantu buruh tetap 171.15 175.96 4.45 4.342. Buruh/karyawan 2,319.90 2,663.89 60.37 65.69
Informal1. Berusaha sendiri 841.22 682.64 21.89 16.832. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 233.40 228.78 6.07 5.643. Pekerja bebas 95.66 93.78 2.49 2.314. Pekerja tidak dibayar 181.61 209.92 4.73 5.18
Ags - 07 Feb - 08 Ags - 07 Feb - 08Status Pekerjaan (ribuan)
Jumlah Tenaga Kerja (ribuan) Share (%)
Sumber : BPS
disebabkan oleh karakteristik perekonomian di Jakarta yang didominasi oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal dan teknologi. Dugaan yang lain adalah bahwa
meskipun sebagian dari masyarakat Jakarta tidak memiliki pekerjaan, namundemikian sebagian dari masyarakat tersebut memiliki dan mengelola asset yangmampu menghasilkan uang, sebagian yang lain memperoleh subsidi dari anggota
keluarga yang lain (dependensi). Hal lain yang patut diperhatikan adalahketersediaan lapangan kerja formal tumbuh terbatas padahal struktur tenaga kerja70,03% merupakan tenaga kerja formal (Tabel V.2).
Pada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di Jakarta
diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih berat. Faktor yangmempengaruhinya antara lain adalah : pertumbuhan penduduk dan perkiraan
Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Angka Gini Ratio
Tabel V. 3 Jumlah Tenaga KerjaBerdasarkan Pendidikan di Jakarta
Share (%)Lapangan
Tidak Sekolah 0,1 0,1Tidak Tamat SD 2,8 2,4SD 14,3 14,8SLP 17,8 16,4SLA 53,6 54,1Diploma 5,3 5,6Universitas 6,1 6,5
Total 100,0 100,0
2005 2006
Sumber : BPSSumber : BPS
Gini Ratio
DKI Jakarta 0,27 0,34
Jawa Timur 0,36 0,34
Jawa Barat 0,34 0,34
Banten 0,36 0,37
INDONESIA 0,36 0,36
2005 20070,00
0,050,10
0,15
0,20
0,250,30
0,35
0,40
60
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai dampak krisis ekonomi global dansektor ekonomi yang tumbuh tinggi terutama adalah sektor-sektor yang padatmodal.
B. UPAH
Upah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namun
demikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level
menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena base salarybase salarybase salarybase salarybase salary-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi. Survei1 menunjukkanbahwa kenaikan gaji manajerial di sektor formal pada berbagai level jabatan
mendekati angka 15% (tabel I.2). Sementara itu, untuk golongan masyarakatberpenghasilan relatif subsisten kenaikan pendapatannya relatif kurang dapatsecara signifikan mendorong peningkatan konsumsi. Hal ini tercermin pada
peningkatan upah buruh informal, Upah Minimum Propinsi (UMP), yang kurangcukup kuat mengimbangi kenaikan harga-harga. Kondisi ini menyebabkanpeningkatan pendapatan pada berbagai level pekerjaan kurang memberikan
dampak pada pengurangan disparitas pendapatan, sebagaimana tercermin padaangka gini ratio 2007 (0,336) yang meningkat dibandingkan tahun 2005 (0,269).Ke depan, di samping upaya menjaga kestabilan harga dioptimalkan, kebijakan
pengupahan ada baiknya lebih diarahkan pada upaya untuk dapat mengeremdisparitas yang semakin membesar. Kebijakan tersebut antara lain dapat dilakukanmelalui pengaturan peningkatan gaji yang lebih rendah untuk level yang lebih
tinggi namun di sisi lain kenaikan upah padalow level dapat lebih tinggi namuntetap dalam batas-batas normal dan mampu meredam ekspektasi terhadap inflasi.Ekspose lebih ditikberatkan pada peningkatan gaji yang lebih rendah yang akan
dapat mempengaruhi ekspektasi lebih positif.
C. KEMISKINAN2
Persentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkan
dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). Pada tahun20083 persentase penduduk miskin di DKI Jakarta hanya 4,3% dari total jumlahpenduduk DKI Jakarta. Persentase penduduk miskin tersebut turun setelah sempat
1 Human Resources Development Club (HRD Club)2 Data yang digunakan adalah data BPS. Sementara itu berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kemiskinan
mencapai 70 ribu keluarga atau 640 ribu jiwa. Meningkat dari tahun sebelumnya 560 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskinterbanyak bermukim di Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
3 Sumber Berita Resmi Statistik BPS Jakarta, 2008
61
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
meningkat pada tahun 2007 (4,6%). Penurunan ini searah dengan penurunanjumlah penduduk miskin nasional yang turun dari 37,2 juta jiwa (16,6%) padatahun 2007 menjadi 34,9 juta jiwa (15,4%) pada tahun 2008. Faktor utama yang
menyebabkan tingkat kemiskinan menurun adalah perekonomian yang membaik.Selain itu juga dipengaruhi oleh upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan(pro poor) melalui pelaksanaan program-program yang terkait dengan jaring
pengaman sosial, seperti pemberian beras rakyat miskin (raskin), Bantuan LangsungTunai (BLT) penyaluran kredit yang diarahkan pada usaha kecil (KUR) dan lain-lain.
Grafik V.4 Grafik V.4 Grafik V.4 Grafik V.4 Grafik V.4 Angka Penduduk Miskin
Tabel V. 4Strata penghasilan
Penghasilan Jakarta(Rp Ribu) (%)
Strata
A1 >3.000 13
A2 2.000 - 3.000 16
B 1.500 - 2.000 20
C1 1.000 - 1.500 25
C2 700 - 1.000 18
D 500 - 700 4
E < 500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
%
0
5
10
15
20
25
30
35
3,6 4,6 4,38,9 9,1 8,2
14,2 15,9 13,616,4 15,7 14,420,3 19,7 18,510,7 10,1 8,919,3 19,3 17,621,6 30,8 28,316,7 16,6 15,4
2005 2007 2008DKI JakartaBantenSumateraJawaBali dan NTKallimantanSulawesiPapua/MlkuNasional
D. INDEKS KESENGSARAAN
Dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks kesengsaraanDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks kesengsaraanDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks kesengsaraanDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks kesengsaraanDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks kesengsaraan
di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5). Indeks kesengsaraan yang dihitungdengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguran terbuka dengantingkat inflasi pertama kali dikenalkan oleh Arthur Okun. Indeks ini mengasumsikan
bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang memburuk akanmenciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara. Berdasarkan indikator indekskesengsaraan, kondisi kesejahteraan masyarakat pada triwulan II 2008 sejalan
dengan laju inflasi yang cukup tingggi diperkirakan menurun (Grafik V.5).
62
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik V.5 Grafik V.5 Grafik V.5 Grafik V.5 Grafik V.5 Indeks Kesengsaraan
E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Angka indeks pembangunan manusia (IPM)Angka indeks pembangunan manusia (IPM)Angka indeks pembangunan manusia (IPM)Angka indeks pembangunan manusia (IPM)Angka indeks pembangunan manusia (IPM)4 Indonesia menunjukkan perbaikan, Indonesia menunjukkan perbaikan, Indonesia menunjukkan perbaikan, Indonesia menunjukkan perbaikan, Indonesia menunjukkan perbaikan,
walaupun belum terlalu signifikan. «walaupun belum terlalu signifikan. «walaupun belum terlalu signifikan. «walaupun belum terlalu signifikan. «walaupun belum terlalu signifikan. «Terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggidengan angka indeks di atas 0,800, IPM sedang dengan batas angka IPM 0,500 √0,799, dan IPM rendah dengan nilai di bawah 0,500. Angka IPM Indonesia dan
kebanyakan propinsi di Indonesia pada saat ini masuk dalam kategori IPM sedang.Sementara itu berdasarkan release terakhir dari UNDP, IPM Indonesia pada tahun2007 adalah 0,728 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 0,711.
Peringkat IPM Indonesia pada rangking 107 dari 177 negara, namun demikian
Sumber : BPS, diolah
-
5
10
15
20
25
30
2006 2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
JakartaNasional
Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6IPM Provinsi DKI Jakarta
Sumber : BPS
60
64
68
72
76
80
1999 2002 2004 2005
4 Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensidasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan,yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar denganpembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita padaparitas daya beli dalam mata uang Dollar AS
Tabel V. 5Pengeluaran Penduduk Miskin
Kota (%) Desa(%)Keterangan
Kebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananBeras 15.5 22.0Telur, Daging & Susu 4.44 3.36Kebutuhan lainnya 49 46.35
Kebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananPerumahan 7.37 8.05Listrik 4.06 2.35Pendidikan 1.73 1.02Transportasi 2.58 1.58Kebutuhan lainnya 15.32 15.29
Total 100 100
Sumber : BPS, diolah
63
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
ranking Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, yaituMalaysia berada diperingkat 63, Thailand 78 dan Singapore 25.
Propinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihPropinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihPropinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihPropinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihPropinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih
tetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedang. Data terakhir menunjukkan bahwa IPM PropinsiJakarta lebih baik dibandingkan dengan IPM Propinsi Banten dan juga IPM Propinsilain di Indonesia. IPM Propinsi DKI Jakarta meningkat tipis dari 0,761 pada tahun
2005 menjadi 0,762 pada tahun 2006 (Grafik V. 6). Dengan memperhatikanperkembangan angka harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli,maka pada tahun 2008, IPM DKI Jakarta diperkirakan membaik. Hal ini searah
dengan perekonomian yang bertumbuh dan meningkatnya alokasi belanja untukjaring pengaman sosial, walaupun peningkatannya terkait dengan kapasitas yangada masih terbatas.
64
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Boks II
Pertumbuhan Ekonomidan Penyerapan Tenaga Kerja
Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja adalahSalah satu upaya untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja adalahSalah satu upaya untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja adalahSalah satu upaya untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja adalahSalah satu upaya untuk dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja adalah
melalui peningkatan pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan pertumbuhan ekonomi1. Seberapa besar pertumbuhanekonomi mampu menyerap tenaga kerja dapat dilihat dari angkaelastisitasnya. Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa angka elastisitas
bervariasi. Boltho and Glyn (1995) menemukan bahwa elastisitas tenagakerja terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara OECD berkisar0,5 sampai 0,6. Sementara itu, Study William Seyfried dengan model yang
sederhana2 di 10 negara bagian terbesar di USA (1990 - 2003) menunjukkanangka elastisitas berkisar 0,31 - 0,61, dan untuk USA secara keseluruhan0,47. Selanjutnya studi Jayati Ghosh and C. P. Chandrasekhar menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di India tidak mampu menyerappertumbuhan tenaga kerja secara cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomiyang tinggi pada periode 1992 - 2001 (6,2%) tidak diikuti pertumbuhan
yang tinggi di penyerapan tenaga kerja pada periode 1994 - 2000 (1,07%).Salah satu faktor penyebab pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidakdiikuti dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang tinggi adalah
pertumbuhan tinggi lebih terjadi di sektor jasa-jasa (tersier). Pada kasus India
1 Menurut teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertumbuhanpenyediaan faktor-faktor produksi penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal serta tingkat kemajuan tehnologi.Menurut teori ini, rasio modal-output (COR) dapat berubah dan bersifat dinamis. Untuk menghasilkan sejulahoutput tertentu dapat digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga yang berbeda-bedasesuai dengan kebutuhan. Perekonomian memiliki fleksibilitas dalam menentukan kombinasi modal dan tenagakerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Teori ini menggunakan pendekatan fungsiproduksi yang dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas dengan persamaan sebagai berikut :
Qt = Tingkat out put pada tahun tT t = Tingkat teknologi pada tahun tKt = Tingkat stok barang modal pada tahun tL t = Jumlah tenga kerja pada tahun ta = Pertambahan output yang diciptakan oleh penambahan 1 unit modalb = Pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja
2 Empgrowth = B0 + B1 economic growth + eEmpgrowth = B0 + B1 growth in output gap + eEmpgrowth = B0 + B1 economic growth + B2 lagged empgrowth + eEmpgrowth = B0 + B1 growth in output gap + B2 lagged empgrowth + eEmpgrowth = B0 + B2 empgrowth t-1 + economic growth t + economic growth t-n + eEmpgrowth = B0 + B2 empgrowth t-1 + growth in output gap + growth in output gap t-n + e
Qt = Tt . Kt . Ltba
65
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
peningkatan ekspor relatif lebih tinggi dibandingkan dengan domestic supply(dan konsumsi) dari jasa-jasa. Jasa-jasa dikategorikan non-tradebles sebabpada beberapa kasus konsumen menghendaki kehadiran dari pemasok padatitik penyediaanya. Namun demikian, perkembangan modern telah
memungkinkan jasa-jasa di ekspor melalui bermacam-macam model supply,termasuk supply lintas batas melalui transmisi digital. Ekspor semacam inimemegang peranan penting di India. Ekspor jasa software rata-rata memiliki
porsi sebesar 14% (2005 - 2006) dari total GDP jasa. Akan tetapi keuntungandari perdagangan jasa ini disertai dengan penurunan di lain area. Pertumbuhancepat yang dipimpin oleh ekspansi jasa-jasa diikuti dengan perfomance yang
buruk di sektor yang memproduksi barang.
Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penyerapan TenagaKerja DKI JakartaPertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta di dalam tiga tahun terakhir cukupPertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta di dalam tiga tahun terakhir cukupPertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta di dalam tiga tahun terakhir cukupPertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta di dalam tiga tahun terakhir cukupPertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta di dalam tiga tahun terakhir cukup
tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. Perekonomian tumbuh pada kisaran angka 5,5 % - 6,5%.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut mampu menyerap tenagakerja yang cukup tinggi, bahkan dalam dua tahun terakhir persentasepertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonominya. Hal ini tercermin pada elastistas tenaga kerjaterhadap pertumbuhan ekonomi di atas angka 13 (tabel 1). Sementara itu,elastisitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi yang negatif di tahun
2005 lebih dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM Oktober 2005yang telah menyebabkan penggunaan tenaga kerja di sektor industri,
Tabel 1Elastisitas Tenaga Kerja
Pertumbuhan Pertumbuhan ElastisitasTenaga Kerja PDRB
Tahun
2005 -0,33 6,01 -0,05
2006 9,37 5,88 1,59
2007 8,81 6,39 1,38
Sumber : BPS, diolah
3 Dihadapkan pada keterbatasan data series ketenagakerjaan, maka penghitungan elastisitas dilakukan secarasederhana, yaitu dengan cara membagi persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja dengan persentasepertumbuhan konomi.
66
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
bangunan dan jasa-jasa berkurang sejalan dengan terganggunya kegiatandi sektor tersebut4.
Tabel 2Elastisitas Tenaga Kerja Berdasarkan Sektoral
2005 2006 2007
Industri -2,15 -0,44 5,87
Bangunan -2,78 7,20 0,35
Perdagangan 1,08 0,94 0,31
Pengangkutan 0,19 -0,24 1,71
Keuangan 2,04 5,09 5,25
Jasa-jasa -0,33 2,88 0,01
Sumber : BPS, diolah
Berbeda dengan kondisi ketenagakerjaan di negara lain di dunia, khususnyaBerbeda dengan kondisi ketenagakerjaan di negara lain di dunia, khususnyaBerbeda dengan kondisi ketenagakerjaan di negara lain di dunia, khususnyaBerbeda dengan kondisi ketenagakerjaan di negara lain di dunia, khususnyaBerbeda dengan kondisi ketenagakerjaan di negara lain di dunia, khususnya
dibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan di negara maju yangdibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan di negara maju yangdibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan di negara maju yangdibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan di negara maju yangdibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan di negara maju yang
didominasi oleh tenaga kerja formal, di Indonesia tenaga kerja informaldidominasi oleh tenaga kerja formal, di Indonesia tenaga kerja informaldidominasi oleh tenaga kerja formal, di Indonesia tenaga kerja informaldidominasi oleh tenaga kerja formal, di Indonesia tenaga kerja informaldidominasi oleh tenaga kerja formal, di Indonesia tenaga kerja informal
memiliki porsi yang cukup besar.memiliki porsi yang cukup besar.memiliki porsi yang cukup besar.memiliki porsi yang cukup besar.memiliki porsi yang cukup besar. Porsi tenaga kerja informal di Indonesia
sekitar 70%. Porsi tenaga kerja informal yang tinggi tersebut terutama beradadi luar propinsi DKI Jakarta, dan khususnya adalah tenaga kerja yang bekerjadi sektor pertanian. Sedangkan di wilayah DKI dipengaruhi oleh
kedudukannya sebagai ibukota negara, sebagai pusat bisnis, keuangan danjasa, maka jumlah tenaga kerjanya lebih didominasi oleh tenaga kerja formalyang porsinya mencapai sekitar 70%.
4 Survei ketenagakerjaan baru dilakukan setelah kenaikan harga diumumkan.
Tabel 3Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan
Formal1. Berusaha dibantu buruh tetap 188,90 171,15 175,96 5,35 4,45 4,342. Buruh/karyawan 2.213,53 2.319,90 2.663,89 62,67 60,37 65,69
Informal1. Berusaha sendiri 726,21 841,22 682,64 20,56 21,89 16,832. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 165,64 233,40 228,78 4,69 6,07 5,643. Pekerja bebas 97,66 95,66 93,78 2,77 2,49 2,314. Pekerja tidak dibayar 139,87 181,61 209,92 3,96 4,73 5,18
Ags - 06 Ags - 07 Feb - 08 Ags - 06 Ags - 07 Feb - 08Status Pekerjaan (ribuan)
Jumlah Tenaga Kerja (ribuan) Share (%)
Sumber : BPS
67
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Tabel 4Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan
Primer 31,95 28,22 31,91 0,90 0,73 0,79 (11,68) 13,08
Sekunder 731,54 887,74 898,27 20,71 23,10 22,15 21,35 1,19
Tersier 2.768,31 2.926,98 3.124,80 78,38 76,17 77,06 5,73 6,76
Total 3.531,80 3.842,94 4.054,98 100,00 100,00 100,00 8,81 5,52
Share (%)Jumlah Tenaga Kerja (ribuan)
Ags - 06 Ags - 07 Feb - 08 Ags - 06 Ags - 07 Feb - 08 Ags - 07 Feb - 08Lapangan
Pertumbuhan (%)
Sumber : BPS
Implikasi KebijakanSesuai dengan karakteristik perekonomian Jakarta yang lebih didominasi olehSesuai dengan karakteristik perekonomian Jakarta yang lebih didominasi olehSesuai dengan karakteristik perekonomian Jakarta yang lebih didominasi olehSesuai dengan karakteristik perekonomian Jakarta yang lebih didominasi olehSesuai dengan karakteristik perekonomian Jakarta yang lebih didominasi oleh
sektor tersier dan sekunder, maka untuk menekan angka pengangguran perlusektor tersier dan sekunder, maka untuk menekan angka pengangguran perlusektor tersier dan sekunder, maka untuk menekan angka pengangguran perlusektor tersier dan sekunder, maka untuk menekan angka pengangguran perlusektor tersier dan sekunder, maka untuk menekan angka pengangguran perlu
diupayakan untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi di sektor tersier.diupayakan untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi di sektor tersier.diupayakan untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi di sektor tersier.diupayakan untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi di sektor tersier.diupayakan untuk memaksimalkan perkembangan ekonomi di sektor tersier.
Agar optimal, upaya mendorong pertumbuhan di sektor tersier tersebut harusdiikuti dengan implementasi rencana tata ruang kota Jakarta sesuai denganfungsi rencana awalnya. Implementasi rencana tata ruang akan menjadikan
Jakarta menjadi kota yang nyaman bagi dunia usaha dan dalam jangkapanjang akan dapat mengurangi beban Jakarta, terutama yang terkait denganmasalah kependudukan dan sosial. Pada gilirannya dengan berkurangnyabeban kependudukan maka pertumbuhan ekonomi di DKI diharapkan akan
lebih berkualitas.
68
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
69
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Keuangan Daerah
BAB 6
Sampai dengan akhir triwulan III 2008, perkembangan realisasi APBDDKI Jakarta tahun 2008 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan barumencapai Rp 10,04 triliun atau 53,4% dari total anggaran pendapatanRp 18,79 triliun. Realisasi pada pos belanja baru mencapai Rp 8,66triliun atau sekitar 42,2% dari total belanja. Rendahnya realisasipenerimaan antara lain bersumber dari masih rendahnya realisasi bagihasil pajak dengan pemerintah pusat, lain-lain pendapatan, dan pajakdaerah. Sementara itu, realisasi pengeluaran yang rendah antara laindisebabkan oleh berlarutnya pengesahan APBD dan juga penyesuaianAPBD-P yang harus mengakomodir keluarnya Surat Edaran SekretarisDaerah April 2008 yang merespon terhadap terjadinya pemotongananggaran pos-pos tertentu oleh DPRD 1. Faktor penyebab yang laindiperkirakan lebih terkait dengan permasalahan teknis pengeluarananggaran.
A. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Seperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD DKI Jakarta sampaiSeperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD DKI Jakarta sampaiSeperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD DKI Jakarta sampaiSeperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD DKI Jakarta sampaiSeperti juga pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD DKI Jakarta sampai
dengan kuartal ketiga berjalan relatif lamban, khususnya pada pos belanja. dengan kuartal ketiga berjalan relatif lamban, khususnya pada pos belanja. dengan kuartal ketiga berjalan relatif lamban, khususnya pada pos belanja. dengan kuartal ketiga berjalan relatif lamban, khususnya pada pos belanja. dengan kuartal ketiga berjalan relatif lamban, khususnya pada pos belanja. Sebagaigambaran, dalam dua tahun terakhir, realisasi belanja APBD DKI Jakarta sampaidengan triwulan III di bawah angka 50,0%. Dengan pola realisasi APBD seperti
ini, maka mengharapkan APBD sebagai stimulus fiskal pada paruh pertama tahunanggaran relatif sukar. Sesuai pola yang selama ini terjadi, belanja APBD padaumumnya melonjak di triwulan IV.
1 Pengesahan APBD dilaksanakan dengan Perda No. 2/2008 pada tanggal 18 Maret 2008. Sementara itu, APBDP 2008 barudisahkan pada tanggal 29 Agustus 2008.
70
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
a. Realisasi Pendapatan APBD 2008Realisasi pendapatan sementara APBD 2008 sampai dengan triwulan III 2008Realisasi pendapatan sementara APBD 2008 sampai dengan triwulan III 2008Realisasi pendapatan sementara APBD 2008 sampai dengan triwulan III 2008Realisasi pendapatan sementara APBD 2008 sampai dengan triwulan III 2008Realisasi pendapatan sementara APBD 2008 sampai dengan triwulan III 2008
mencapai 53,4%, relatif masih rendah (Tabel VI.2). mencapai 53,4%, relatif masih rendah (Tabel VI.2). mencapai 53,4%, relatif masih rendah (Tabel VI.2). mencapai 53,4%, relatif masih rendah (Tabel VI.2). mencapai 53,4%, relatif masih rendah (Tabel VI.2). Realisasi pendapatan daerah
yang rendah ini terutama bersumber dari masih rendahnya realisasi danaperimbangan (41,5%) dan juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang baru mencapai63%. Pada Pos dana Perimbangan transfer dana bagi hasil pajak belum sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah pusat sehingga realisasinya rendah. Sementara itu,rendahnya realisasi pos PAD bersumber dari rendahnya realisasi pendapatan lain-lain (24,8%) sementara sumber pendapatan asli daerah terbesar, yaitu pajak daerah
baru terealisasi 68,5%. Diharapkan pencapaian realisasi penerimaan pajak daerahsampai dengan akhir tahun akan meningkat, terutama yang berasal dari pajakkendaraan bermotor. Data menunjukkan bahwa penjualan kendaraan bermotor
di DKI Jakarta masih meningkat cukup tinggi. Selain itu, Pemda DKI Jakarta melaluiDinas Pendapatan Daerah berusaha mengoptimalkan potensi pajak daerah,disamping melalui upaya intensifikasi juga akan dilakukan melalui peningkatan
tarif pajak kendaran bermotor. Untuk keseluruhan tahun, Pemda DKI Jakartaoptimistis pendapatan daerah bisa mencapai maksimal 95 persen dari yangditargetkan.
Tabel VI.1-Tabel VI.1-Tabel VI.1-Tabel VI.1-Tabel VI.1-APBD DKI Jakarta dan Realisasi Triwulan III 2007 dan Triwulan III 2008(Miliar Rupiah)
PendapatanPendapatanPendapatanPendapatanPendapatanPendapatan Asli DaerahPendapatan Asli DaerahPendapatan Asli DaerahPendapatan Asli DaerahPendapatan Asli Daerah 10.084,310.084,310.084,310.084,310.084,3 6.268,66.268,66.268,66.268,66.268,6 62,262,262,262,262,2 10.381,510.381,510.381,510.381,510.381,5 6.537,96.537,96.537,96.537,96.537,9 63,063,063,063,063,0
Pajak Daerah 8.334,3 5.338,7 64,1 8.484,3 5.811,4 68,5Retribusi Daerah 625,6 379,9 60,7 363,6 258,0 71,0Laba Perusahaan Milik Daerah 139,4 129,7 93,0 171,0 131,1 76,7Lain-Lain Pendapatan 985,1 420,3 42,7 1.362,7 337,3 24,8
Dana PerimbanganDana PerimbanganDana PerimbanganDana PerimbanganDana Perimbangan 7.572,17.572,17.572,17.572,17.572,1 4.487,44.487,44.487,44.487,44.487,4 59,359,359,359,359,3 8.380,08.380,08.380,08.380,08.380,0 3.480,73.480,73.480,73.480,73.480,7 41,541,541,541,541,5Lain-Lain Penerimaan Yang SahLain-Lain Penerimaan Yang SahLain-Lain Penerimaan Yang SahLain-Lain Penerimaan Yang SahLain-Lain Penerimaan Yang Sah 653,1653,1653,1653,1653,1 544,2544,2544,2544,2544,2 83,383,383,383,383,3 30,030,030,030,030,0 22,322,322,322,322,3 -----
Total Pendapatan DaerahTotal Pendapatan DaerahTotal Pendapatan DaerahTotal Pendapatan DaerahTotal Pendapatan Daerah 18.309,418.309,418.309,418.309,418.309,4 11.300,311.300,311.300,311.300,311.300,3 61,761,761,761,761,7 18.791,518.791,518.791,518.791,518.791,5 10.040,810.040,810.040,810.040,810.040,8 53,453,453,453,453,4
B e l a n j aB e l a n j aB e l a n j aB e l a n j aB e l a n j a Belanja Administrasi dan OpsBelanja Administrasi dan OpsBelanja Administrasi dan OpsBelanja Administrasi dan OpsBelanja Administrasi dan Ops 13.929,113.929,113.929,113.929,113.929,1 7.576,27.576,27.576,27.576,27.576,2 54,454,454,454,454,4 14.934,114.934,114.934,114.934,114.934,1 7.938,77.938,77.938,77.938,77.938,7 53,253,253,253,253,2
Belanja Pegawai 7.980,2 4.849,3 60,8 8.034,8 5.312,9 66,1Belanja Barang dan Jasa 4.709,4 2.333,2 49,5 6.684,0 2.610,8 39,1Belanja Perjalanan Dinas 56,9 38,9 68,4 - -Belanja Pemeliharaan 1.182,6 354,8 30,0 - -Belanja Lain-lain - - - 215,3 15,0 7,0
Belanja ModalBelanja ModalBelanja ModalBelanja ModalBelanja Modal 6.142,76.142,76.142,76.142,76.142,7 811,0811,0811,0811,0811,0 13,213,213,213,213,2 5.107,45.107,45.107,45.107,45.107,4 669,9669,9669,9669,9669,9 13,113,113,113,113,1Belanja Bantuan Keuangan 858,0 467,1 54,4 433,0 50,1 11,6Belanja Tidak Tersangka 21,0 5,0 23,8 48,8 5,0 10,2
Total Belanja DaerahTotal Belanja DaerahTotal Belanja DaerahTotal Belanja DaerahTotal Belanja Daerah 20.950,720.950,720.950,720.950,720.950,7 8.859,48.859,48.859,48.859,48.859,4 42,342,342,342,342,3 20.523,320.523,320.523,320.523,320.523,3 8.663,78.663,78.663,78.663,78.663,7 42,242,242,242,242,2Surplus (Defisit)Surplus (Defisit)Surplus (Defisit)Surplus (Defisit)Surplus (Defisit) (2.641,3)(2.641,3)(2.641,3)(2.641,3)(2.641,3) 2.440,92.440,92.440,92.440,92.440,9 (1.731,8)(1.731,8)(1.731,8)(1.731,8)(1.731,8) 1.377,11.377,11.377,11.377,11.377,1 (79,5)(79,5)(79,5)(79,5)(79,5)Total PembiayaanTotal PembiayaanTotal PembiayaanTotal PembiayaanTotal Pembiayaan (2.641,3)(2.641,3)(2.641,3)(2.641,3)(2.641,3) (37,8)(37,8)(37,8)(37,8)(37,8) 1,41,41,41,41,4 1.731,81.731,81.731,81.731,81.731,8 1.762,91.762,91.762,91.762,91.762,9 101,8101,8101,8101,8101,8
Uraian (Rp Miliar)Anggaran
2007Realisasi
Tw-III 2007*%
Anggaran2008
RealisasiTw-III 2008*
%
Sumber : Biro Keuangan Pemprov DKI Jakarta* s.d. bulan September
71
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Proporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiriProporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiriProporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiriProporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiriProporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiri
dalam hal anggaran (Grafik VI.1)dalam hal anggaran (Grafik VI.1)dalam hal anggaran (Grafik VI.1)dalam hal anggaran (Grafik VI.1)dalam hal anggaran (Grafik VI.1). Dalam Peraturan Presiden (perpres) No 110 tahun2007 tanggal 6 Desember 2007 tidak dicantumkan berapa DAU yang diterima
Provinsi DKI Jakarta. DKI Jakarta dianggap telah mampu memenuhi kebutuhanfiskalnya. Sesuai dengan UU No.33/2004 tentang Keuangan antara PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah, maka mulai tahun 2008 DAU dialokasikan dalam
formula murni (non hold harmless). Konsekuensinya, daerah yang memiliki kapasitasfiskal lebih, mendapatkan DAU yang lebih kecil dari tahun sebelumnya atau tidakmemperoleh sama sekali. Dana tersebut untuk selanjutnya dialihkan ke daerah
miskin (balancing). Namun untuk tahun 2008 Pemprov DKI memperoleh danapenyesuaian DAU sebesar 25% dari total DAU 2007. Selain itu, APBD 2008 jugamengalami penambahan pendapatan daerah sebesar Rp 96,90 miliar dari
Pemerintah Pusat yang terdiri atas hibah untuk PT MRT Rp63 miliar dan bantuanTunjangan Pendidikan senilai Rp 33,90 miliar.
Grafik VI.1Grafik VI.1Grafik VI.1Grafik VI.1Grafik VI.1Proporsi PAD dan dana Perimbangan dalam
Penerimaan Daerah
%
Sumber : Biro Keuangan Jakarta
0
15
30
45
60
75
2005 2006 2007 2008
Pendapatan Asli DaerahDana Perimbangan
Grafik VI.2Grafik VI.2Grafik VI.2Grafik VI.2Grafik VI.2Proporsi Belanja Pegawai dan Belanja Modal
dalam Belanja Daerah
%
0
10
2030
40
50
6070
80
2005 2006 2007 2008
Belanja Administrasi dan OpsBelanja Modal
Sumber : Biro Keuangan Jakarta
b. Realisasi Belanja APBD 2008Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III 2008 mencapai 42,2%, hampirRealisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III 2008 mencapai 42,2%, hampirRealisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III 2008 mencapai 42,2%, hampirRealisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III 2008 mencapai 42,2%, hampirRealisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III 2008 mencapai 42,2%, hampir
sama dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyasama dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyasama dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyasama dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyasama dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnya
(42,2%). (42,2%). (42,2%). (42,2%). (42,2%). Realisasi APBD yang belum optimal tersebut terjadi baik pada pos belanjaadministrasi operasional maupun belanja modal. Pada pos belanja rutin, realisasi
baru mencapai Rp 7,94 triliun (53,2%). Realisasi yang rendah terutama berasaldari masih rendahnya belanja barang dan jasa (39,1%). Di sisi belanja modal,realisasinya bahkan jauh lebih rendah lagi. Dari jumlah yang dianggarkan Rp
72
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
5,11 triliun baru terealisir Rp 669,9 miliar (13,1%). Secara keseluruhan, di luarbelanja pegawai, realisasi APBD yang rendah tersebut antara lain dipengaruhioleh keterlambatan pengesahan RAPBD dan berlikunya proses penyelesaian
dan pengesahan APBD-P 2008 yang antara lain harus mengakomodasi adanyapemangkasan anggaran oleh DPRD2. Permasalahan yang lain lebih terkaitdengan masalah teknis pengeluaran anggaran. Untuk keseluruhan tahun,
Pemda DKI optimis bisa menyerap 85 persen atau sebesar Rp. 17,26 triliundari APBD DKI 2008.
Untuk informasi tambahan, proporsi belanja administrasi dan operasional padaUntuk informasi tambahan, proporsi belanja administrasi dan operasional padaUntuk informasi tambahan, proporsi belanja administrasi dan operasional padaUntuk informasi tambahan, proporsi belanja administrasi dan operasional padaUntuk informasi tambahan, proporsi belanja administrasi dan operasional pada
tahun 2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. tahun 2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. tahun 2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. tahun 2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. tahun 2008 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Hal ini terkait denganpeningkatan belanja pada pos dimaksud, terutama yang bersumber dari kenaikangaji PNS sebesar 20 persen, sebagaimana diatur dengan Peraturan Pemerintah
(PP) No.10/2008. Tambahan pengeluaran juga terjadi untuk Jaminan PelayananKesehatan (JPK) Gakin sebesar Rp30 miliar menjadi sebesar Rp 280 Miliar, danaBantuan Operasional Sekolah, rehab total, berat, dan sedang 171 gedung sekolah,
biaya operasional dan dana kehormatan RT/RW Rp 196 miliar, pencairan dan PPMKsebesar Rp 267 Miliar, pelunasan Gaji PTT, Kesra Guru Bantu, perbaikan jalanlingkungan, PJU, pengerukan kali untuk pencegahan banjir, serta pengoperasian
bus sekolah.
B.B.B.B.B. PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANPRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANPRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANPRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANPRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN
Rencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKP
(Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). Pada awal masa jabatan, Gubernur DKI Jakarta
terpilih menyusun RPJMD DKI Jakarta 2007-2012, untuk mensinergikan program-program pembangunan dengan pelaksanaan RPJP DKI Jakarta 2005-2025. RPJMDmerupakan penjabaran visi3 dan misi4 Jakarta.
2 Di dalam APBN 2008 pemprov DKI akan melakukan pengurangan belanja hingga Rp 1,34 triliun 19. Pemangkasan anggarantersebut akan digunakan untuk menutup tambahan belanja Rp 879,10 miliar dan defisit sisa lebih perhitungan anggaran(SilPA 2007 sebesar Rp 436,56 miliar. Terdapat 28 pos program yang akan terkena pemangkasan antara 15-20%. Pos yangterpangkas tersebut antara lain adalah sektor pekerjaan umum, perumahan rakyat, penataan ruang, perencanaanpembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan,keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial dan tenagakerja. Sementara itu untuk pos pendidikan naik.
3 Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua.4 (a) Membangun tata pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah ≈Good Governance∆, (b) Melayani
masyarakat dengan prinsip pelayanan Prima, (c) Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pem-berian Otoritas padamasyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapanperencaraan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pem-bangunan, (d) Membangunan sarana dan prasana kotayang menjamin kenyaman, dengan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, (e) Menciptakan lingkungankehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan.
73
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Pemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritas
kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah. Prioritas program tersebut disebut sebagaiprogram dedicated yang bersifat multi years, yaitu kegiatan yang waktu
penyelesaiannya lebih dari 1 tahun anggaran, berbentuk fisik, dalam satu kesatuanfungsi dan satu kesatuan kontrak. Beberapa kegiatan program dedicated dalamAPBD 2007-2012 tersebut diantaranya :
a. Pengendalian banjir,b. Pengembangan perhubungan dan transportasi berbasis rel, jaringan jalan,
busway maupun subway,
c. Peningkatan kualitas lingkungan hidup,d. Peningkatan kualitas kebutuhan dasar masyarakat,e. Pengembangan kawasan ekonomi terpadu,
f. Program pemberdayaan mayarakat kelurahan (PPMK),g. Pelestarian seni dan budaya,h. Pembinaan olahraga dan pemuda,
i. Pembangunan sosial dan,j. Penerapan good governance.
Tabel VI. 2Tabel VI. 2Tabel VI. 2Tabel VI. 2Tabel VI. 2Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah dari PADmaupun dana perimbangan,
2. efisiensi pengelolaan APBD,3. meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi PAD dan bagi hasil pajak,4. meningkatkan kontribusi penerimaan dari BUMD,5. menghapuskan pungutan retribusi.
Dana Perimbangan Mengoptimalkan penerimaan bagi hasil pajak dari PajakPenghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan BeaPerolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Pendapatan Daerah Lain yang Sah Upaya memperoleh bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang danhibah dari Pemerintah Pusat.
Pengeluaran Prioritas untuk Program Dedicated namun pemenuhannya tidakharus lebih besar dari alokasi belanja lainnya.
Pembiayaan 1. menciptakan pembiayaan yang less risky,2. menyediakan dana darurat bencana,3. menyediakan pembiayaan dari dana cadangan,4. penyertaan modal dalam BUMD,5. merintis penerbitan obligasi daerah.
Jenis
Sumber : RPJM DKI Jakarta 2007-2012
Arah Kebijakan
74
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Arah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang Jakarta
yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi service cityservice cityservice cityservice cityservice city di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. Arah kebijakan ini diharapkan dapatmendorong pembangunan yang berkelanjutan, menyediakan pelayanan mendasar
bagi masyarakat dan meminimalkan resiko fiskal. Secara garis besar, arah kebijakankeuangan dari sisi pendapatan dan pengeluaran adalah sebagaimana yang terterapada Tabel VI.2.
75
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
OutlookKondisi Ekonomi dan Inflasi
BAB 7
A. PERTUMBUHAN EKONOMI
Semakin dalamnya krisis keuangan global diperkirakan mulaiSemakin dalamnya krisis keuangan global diperkirakan mulaiSemakin dalamnya krisis keuangan global diperkirakan mulaiSemakin dalamnya krisis keuangan global diperkirakan mulaiSemakin dalamnya krisis keuangan global diperkirakan mulaiberdampak pada perlambatan perekonomian nasional yang jugaberdampak pada perlambatan perekonomian nasional yang jugaberdampak pada perlambatan perekonomian nasional yang jugaberdampak pada perlambatan perekonomian nasional yang jugaberdampak pada perlambatan perekonomian nasional yang jugatercermin pada perlambatan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta padatercermin pada perlambatan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta padatercermin pada perlambatan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta padatercermin pada perlambatan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta padatercermin pada perlambatan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta padatriwulan IV 2008.triwulan IV 2008.triwulan IV 2008.triwulan IV 2008.triwulan IV 2008. Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV 2008diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,7% - 6,1% (y-o-y),melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatantersebut terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhankonsumsi, investasi dan kegiatan ekspor. Konsumsi menurun dipengaruhioleh daya beli yang melemah dan ekspektasi konsumen terhadap kondisiperekonomian yang turun, serta peningkatan dukungan pembiayaanbank yang melambat. Namun demikian, konsumsi pemerintahdiperkirakan meningkat. Investasi melambat sejalan dengan permintaaninternasional dan domestik yang melemah serta iklim investasi daninfrastruktur yang masih harus diperbaiki. Kegiatan ekspor yangmelambat dipengaruhi oleh permintaan dunia yang melemah. Sementaraitu, perlambatan impor dipengaruhi oleh permintaan domestik yangmelemah, walaupun masih di level yang cukup tinggi.
Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2008Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2008Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2008Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2008Walaupun melambat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2008
diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi dan investasi.diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi dan investasi.diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi dan investasi.diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi dan investasi.diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi dan investasi. Perlambatanpertumbuhan permintaan domestik terutama dipengaruhi oleh daya beli yang
melemah, ekspektasi kondisi perekonomian yang melemah, dan mulai
76
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
melambatnya pertumbuhan pembiayaan kredit. Di sisi eksternal krisis keuangan
global dan perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia diperkirakan cukupberdampak pada ekspor DKI Jakarta. Sedangkan impor sejalan dengan perlambatanpermintaan domestik tumbuh melambat. Sementara itu, sebagai dampak dari
perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, maka hampir semua sektor ekonomidi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan yang melambat.
1. Sisi permintaanPada triwulan IV-2008 konsumsi diperkirakan sedikit melambat dengan lajuPada triwulan IV-2008 konsumsi diperkirakan sedikit melambat dengan lajuPada triwulan IV-2008 konsumsi diperkirakan sedikit melambat dengan lajuPada triwulan IV-2008 konsumsi diperkirakan sedikit melambat dengan lajuPada triwulan IV-2008 konsumsi diperkirakan sedikit melambat dengan laju
pertumbuhan sebesar 5,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulanpertumbuhan sebesar 5,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulanpertumbuhan sebesar 5,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulanpertumbuhan sebesar 5,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulanpertumbuhan sebesar 5,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (6,3%).sebelumnya (6,3%).sebelumnya (6,3%).sebelumnya (6,3%).sebelumnya (6,3%). Perlambatan pertumbuhan konsumsi dapat dilihat daribeberapa indikator, seperti prompt, hasil survei dan informasi anekdotal yangmenunjukkan bahwa trend pertumbuhan konsumsi diperkirakan melambat. Hasil
survei menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi mulai melemah antara lainadalah indeks ekspektasi konsumen dan indeks tendensi konsumen. Indeksekspektasi konsumen menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2008 konsumsi
menurun. Penurunan terjadi pada komponen kondisi lapangan kerja, penghasilanmaupun kondisi ekonomi. Sementara itu indeks tendensi konsumen oleh BPS masihmenunjukkan kecenderungan menurun meskipun terdapat sedikit perbaikan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Faktor utama yang mempengaruhipenurunan konsumsi adalah sebagaimana telah disebutkan di atas. Krisis keuanganglobal yang juga berdampak pada pasar keuangan di Indonesia diperkirakan
berpengaruh cukup besar terhadap pendapatan dan cash flow sebagian masyarakatpada strata berpenghasilan menengah ke atas. Sementara itu sumber pendapatanmasyarakat secara umum relatif tidak banyak berubah.
* angka sementarap proyeksi BI
Tabel VII.1Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi 7,8 6,1 6,3 5,0 3,1 6,3Investasi 8,3 8,6 8,9 8,6 3,2 8,6Ekspor 6,3 0,6 0,3 0,2 0,0 1,9Impor 17,2 11,1 6,5 4,2 -0,4 9,8PDRB 6,3 6,1 6,2 5,9 5,9 6,1
D K I Q1-2008 Q2-2008* Q3-2008* Q4-2008p KontribusiQ4 - 2008
2008p
77
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Grafik VII.1 Grafik VII.1 Grafik VII.1 Grafik VII.1 Grafik VII.1 Indeks Tendensi Konsumen Grafik VII.2 Grafik VII.2 Grafik VII.2 Grafik VII.2 Grafik VII.2 Prospek Penjualan Apartemen
Investasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat, dengan lajuInvestasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat, dengan lajuInvestasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat, dengan lajuInvestasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat, dengan lajuInvestasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat, dengan laju
pertumbuhan 8,6%, sedikit turunpertumbuhan 8,6%, sedikit turunpertumbuhan 8,6%, sedikit turunpertumbuhan 8,6%, sedikit turunpertumbuhan 8,6%, sedikit turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(8,9%).(8,9%).(8,9%).(8,9%).(8,9%). Perlambatan ini terkait dengan kondisi perekonomian nasional daninternasional, ekspektasi dunia usaha terhadap prospek perekonomian yang masih
belum membaik signifikan di tengah-tengah suku bunga yang meningkat daniklim investasi serta infrastruktur yang perbaikannya berjalan lambat. Sementaraitu, investasi pemerintah pada triwulan IV-2008 dipastikan akan lebih ekspansif,
sejalan dengan mulai dijalankannya tender dan proyek-proyek pembangunan diJakarta. Untuk investasi yang bersifat multiyears berupa proyek prasarana masihtetap berjalan, antara lain proyek Banjir Kanal Timur, jalur busway koridor VIII √ X
yang jangkauannya meliputi Jakarta dan Banten.
Walaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahun
2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun2008 ini investasi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, khususnya investasi bangunansebelumnya, khususnya investasi bangunansebelumnya, khususnya investasi bangunansebelumnya, khususnya investasi bangunansebelumnya, khususnya investasi bangunan. Beberapa proyek yang terkait denganinvestasi bangunan tersebut antara lain adalah berlanjutnya pembangunan propertioleh pemerintah daerah, apartemen, perkantoran serta sektor retail. Sementara
itu proyek yang terkait dengan investasi non bangunan adalah pengadaan mesin-mesin dan peralatan yang pertumbuhannya relatif lambat. Pembangunan propertioleh pemerintah daerah antara lain adalah pembangunan rusun 1000 tower yang
tersebar diseluruh DKI Jakarta. Proyek tersebut antara lain adalah RusunamiKebagusan City, Menara Cawang, Kelapa Gading Nias Residence, dan CitiparkCengkareng. Pembangunan appartemen oleh pihak swasta antara lain Talavera
dan Grand Kebon Sirih, serta pembangunan di lokasi CBD. Untuk properti retail,pada triwulan IV-2008 di Jakarta terdapat beberapa proyek yang sedangdiselesaikan, antara lain Season City, Grand Paragon, Blok M Square, Mall of
%, y-o-y Indeks ITK
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007 2008I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
80
85
90
95
100
105
110
115g.PDRB Konsumsi Jkt* Ekspektasi ITK BPS (rhs)**
* perkiraan BI** perkiraan BPS
Unit
Sumber : CII, diolah
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
2006 2007 2008IV I II III IV I II III IVP
Unit TersediaUnit Terjual
78
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Indonesia, Emporium Pluit, Pulogadung Central Business dan Mall Pejaten Village.Sementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya, diperkirakanpeningkatannya relatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh pelemahan
perekonomian global. Kenaikan permintaan oleh sebagian besar industri masihdirespon melalui peningkatan penggunaan kapasitas.
Ke depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi dan
bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. Semangat pemerintahtersebut antara lain tercermin pada beberapa produk Peraturan Pemerintah yangdihasilkan yang antara lain juga ditujukan untuk mendukung peningkatan investasi,
seperti :
(1) Pemerintah juga mengeluarkan ketentuan yang mendasar bagi pelaksanaan
kegiatan investasi dengan dikeluarkannya UU penanaman modal pada bulanMei 2007.
(2) Inpres No. 3/2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi dan
peraturan selanjutnya yang mengeluarkan wewenang bagi pemda untukmengeluarkan ijin investasi penanaman modal bagi PMDN sepanjangketentuannya mengacu kepada ketentuan investasi BKPM.
(3) Peraturan Presiden 4/2006 tentang Penataaan dan Pembinaan Pasar Moderndan Toko Modern yang memberikan peluang kepada investor asing untuk masukke bisnis eceran dan lokal. Peraturan ini diharapkan memacu pertumbuhan
bisnis eceran dan lokal di kota besar seperti Jakarta.
(4) Perda DKI Jakarta No 2/2002 tentang Perpasaran Swasta yang diperkuat denganPerpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern yang menerangkan bahwapembentukan pasar modern harus disesuaikan dengan tata ruang.
(5) Peraturan Menkeu No. 39/PMK01/2006 tentang Proyek Infrastruktur
memberikan jaminan kepada investor yang bergerak di bidang infrastruktur,termasuk proyek monorail di DKI Jakarta.
(6) PP No. 1/2007 tanggal 4 Januari 2007 tentang pemberian insentif bagi usahabaru maupun perluasan usaha yang dilakukan pada 15 kelompok industri,
(7) Paket kebijakan investasi yang merupakan kelanjutan dari inpres No. 6 tahun
2007. Sebelumnya, inpres No 6 th 2007 tersebut merupakan tindak lanjutinpres No 3 tahun 2003.
79
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Ekspor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tetap melambat, dengan lajuEkspor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tetap melambat, dengan lajuEkspor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tetap melambat, dengan lajuEkspor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tetap melambat, dengan lajuEkspor pada triwulan IV-2008 diperkirakan tetap melambat, dengan laju
pertumbuhan yang melambat (0,2%), sedikit turun dibandingkan periodepertumbuhan yang melambat (0,2%), sedikit turun dibandingkan periodepertumbuhan yang melambat (0,2%), sedikit turun dibandingkan periodepertumbuhan yang melambat (0,2%), sedikit turun dibandingkan periodepertumbuhan yang melambat (0,2%), sedikit turun dibandingkan periode
sebelumnya 0,3%. sebelumnya 0,3%. sebelumnya 0,3%. sebelumnya 0,3%. sebelumnya 0,3%. Perlambatan pertumbuhan ekspor DKI Jakarta dipengaruhi
oleh permintaan dunia yang menurun. Sementara itu pasar dalam negeri belumterlalu cukup kuat sejalan dengan daya beli yang terganggu.
Sementara itu, impor di triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh lebih rendah 4,2%,Sementara itu, impor di triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh lebih rendah 4,2%,Sementara itu, impor di triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh lebih rendah 4,2%,Sementara itu, impor di triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh lebih rendah 4,2%,Sementara itu, impor di triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh lebih rendah 4,2%,
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,5%menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,5%menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,5%menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,5%menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,5%. Faktor yang mempengaruhimasih tingginya impor, untuk impor berasal dari provinsi lain (domestik) dipengaruhioleh permintaan DKI yang masih tinggi dari provinsi lain. Sementara, impor dalam
rangka perdagangan internasional dipengaruhi oleh tingginya komponen impordalam kegiatan penciptaan nilai tambah di beberapa sektor unggulan yang ada diDKI, seperti sektor transportasi dan komunikasi, sektor bangunan dan sektor
industri.
2. Sisi PenawaranRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin pada
pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi utama di
DKI Jakarta pertumbuhannya hampir kesemuanya juga melambat. Namun demikianbeberapa sektor masih mencatat pertumbuhan yang tinggi, seperti sektortransportasi dan komunikasi, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa.
Tabel VII. 2.Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
D K I Q1-2008 Q2-2008* Q3-208* Q4-2008p
Pertanian 1,4 -0,3 0,7 2,9 0,0 1,5Pertambangan 1,5 0,9 1,4 0,2 0,0 0,4Industri 4,1 4,0 4,2 3,9 0,7 4,4Listrik 7,4 7,3 7,3 4,9 0,0 4,9Bangunan 7,5 7,6 7,8 7,1 0,7 7,4Perdagangan 6,8 6,2 6,2 6,4 1,4 6,5Pengangkutan 15,2 14,8 14,9 13,0 1,2 14,4Keuangan 4,1 4,2 4,3 4,2 1,2 4,2Jasa-jasa 6,4 6,1 6,1 5,7 0,7 5,8PDRB 6,3 6,1 6,2 5,9 5,9 6,1
* angka sangat sementaraSumber : BPS, diolah
KontribusiQ3-2008
2008p
80
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Sektor IndustriPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan laju
pertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 4,2%.sebesar 4,2%.sebesar 4,2%.sebesar 4,2%.sebesar 4,2%. Di tengah-tengah pelemahan ekonomi nasional dan internasionalsektor ini tumbuh melambat. Perlambatan terjadi pada hampir di semua sub sektorindustri.
Sektor BangunanSektor Bangunan diperkirakan tumbuh melambat (7,1%), lebih rendahSektor Bangunan diperkirakan tumbuh melambat (7,1%), lebih rendahSektor Bangunan diperkirakan tumbuh melambat (7,1%), lebih rendahSektor Bangunan diperkirakan tumbuh melambat (7,1%), lebih rendahSektor Bangunan diperkirakan tumbuh melambat (7,1%), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 7,8%dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 7,8%dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 7,8%dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 7,8%dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 7,8%. Perkiraanperlambatan tersebut terjadi seiring dengan melemahnya permintaan sebagai
akibat daya beli menurun. Namun perlambatan agak tertahan oleh peningkatanbelanja modal pemerintah, terutama disektor konstruksi.
Walaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunan
beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan. Dari sisipemerintah, Pemda DKI sampai akhir tahun 2008 akan membangun 1.000 towerdi DKI Jakarta. Sementara itu, beberapa proyek infrastruktur yang akan mulai
dikerjakan pada triwulan III-2008 antara lain adalah penyelesaian tiga jembatanlayang yaitu jembatan layang Roxi, R. E. Martadinata dan Yos Sudarso, terowonganjalan Angkasa dan Jl. Iskandar Muda yang keseluruhannya menelan biaya Rp 347
miliar dan proyek penambahan ruas jalan tol bandara pada saat ini juga tengahberjalan. Proyek-proyek properti maupun infrastruktur lain yang dilaksanakanbaik oleh swasta maupun pemerintah pada saat ini antara lain adalah :
a. Banjir Kanal TimurProyek Banjir Kanal Timur masih menghadapi kendala proses pembebasan tanah.Untuk mengatasi masalah itu, wapres Jusuf Kalla telah menyarankan agar
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta menerapkan Perpres No 36/2005 untukmembebaskan lahan BKT. Perpres tersebut memaksa masyarakat untukmenyerahkan tanahnya lewat pengadilan. Diharapkan proses pembebasan
tanahnya selesai tahun 2008 sehingga BKT dapat berfungsi pada pertengahantahun 2009.
b. BuswayPekerjaan jalan koridor busway VII-X senilai Rp 350 miliar saat ini tengah dikerjakan.Jalur ini akan dilengkapi dengan 63 Halte Busway, 27 jembatan penyeberanganorang (JPO) yang dilengkapi empat sky walk paid area (SWPA) untuk melayani 10
81
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
koridor busway. Dengan SWPA, jumlah pesinggungan antar koridor bertambahsehingga menjadi 17 titik sehingga penumpang semakin mendapat kemudahanuntuk berpindah antar koridor.
Proyek Jalur BuswayProyek Jalur BuswayProyek Jalur BuswayProyek Jalur BuswayProyek Jalur Busway Proyek Banjir Kanal TimurProyek Banjir Kanal TimurProyek Banjir Kanal TimurProyek Banjir Kanal TimurProyek Banjir Kanal Timur
c. Rusun, Ap artemen dan Pusat BelanjaPerumnas membangun 21 Perumnas membangun 21 Perumnas membangun 21 Perumnas membangun 21 Perumnas membangun 21 TowerTowerTowerTowerTower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di rumah susun sederhana milik (Rusunami) di rumah susun sederhana milik (Rusunami) di rumah susun sederhana milik (Rusunami) di rumah susun sederhana milik (Rusunami) di
wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. Rusunami yang konstruksinya akan selesai pada akhir tahun2008 berlokasi di :
1. Pulau Gebang (6 menara)2. Cengkareng (10 menara)
3. Kemayoran (5 menara)Dimasa-masa mendatang pembangunan rumah susun akan bertambah sekitar15.000 unit dengan adanya komitmen pembangunan rusun oleh Agung Podomoro
group sebanyak 6.000 unit, Gapura Prima sebanyak 8.000 unit dan PT BakriDevelopment Tbk sebanyak 3.000 unit.
Tahun 2008 ini beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun olehTahun 2008 ini beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun olehTahun 2008 ini beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun olehTahun 2008 ini beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun olehTahun 2008 ini beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun oleh
pihak swasta. pihak swasta. pihak swasta. pihak swasta. pihak swasta. Pembangunan apartemen tersebut antara lain adalah»Taman RasunaNorth Tower, Hampton Park, Marbella Kemang Residence, Kemang Village danNirwana Boutique Residence. Sementara itu pembangunan gedung perkantoran
oleh swasta yang masih berlanjut baik yang berlokasi di CBD maupun yang di luarCBD. Sementara itu, pembangunan pusat retail antara lain adalah di Blok MSquare, Season City, Grand Paragon dan di beberapa tempat lainnya, termasuk
upaya Pemda melanjutkan pembangunan blok A yang telah sukses tahun 2008
82
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
dengan membangun Blok B di pasar Tanah Abang pada areal seluas 1,2 Ha yangdiperkirakan dapat menampung sebanyak 5,689 kios.
Tabel VII. 3.Pembangunan Properti oleh Swasta di DKI Jakarta
Jenis L o k a s i N a m a
Office Sector CBD The EnergyCBD The City TowerCBD UOB PlazaCBD Senayan CityCBD Menara DEA IICBD Menara PalmaOutside CBD TalaveraOutside CBD Grand Kebon Sirih
Retail Sector Latumenten Season CityGajah Mada Grand ParagonMelawai Raya Blok M SquareBulevard Barat Mall of IndonesiaPluit Selatan Raya Emporium PluitPenggilingan Pulogadung Central BusinessMargasatwa Mall Pejaten Village
* Sumber : CII, diolah
d. Jalan TolPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta √ Tanjung Prioksepanjang 122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulaitahun 2008 dan selesai tahun 2010 yang terdiri dari
1. Bandara √ Kunciran 15,2 km2. Kunciran - Serpong 11,2 km3. Serpong √ Cinere 10,1 km
4. Cinere √ Jagorawi 14,6 km, Jagorawi √ Cibitung 25,4km5. Cibitung √ Cilincing 33,9 km.Jika tol tersebut selesai maka pengendara dari luar kota yang akan menuju ke
Bandara Sukarno Hatta tidak perlu harus lewat tol dalam kota. Proyekpembangunan Jalan Tol dalam kota diperkirakan segera terealisasi setelah adanyapersetujuan dari Departemen Pekerjaan Umum dan kantor Menko Perekonomian.
Proyek ini sebagian besar akan dibiayai PT Jakarta Tol Road Development (JTD)dengan anggaran sebesar 23 trilyun dan diperkirakan selesai 2010. Pelaksananyatahun 2008 akan dilakukan tender bekerjasama dengan Pemda DKI. Ke enam
ruas tol tersebut adalah :
83
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
1. Kampung Melayu √ Kemayoran (9,7 km)2. Kampung Melayu √ Duri Pulo (11,4 km)3. Casablanca √ Pasar Minggu (9,6 km)
4. Pulo Gebang - Kemayoran (10,8 km)5. Kemayoran √ Rawa Buaya 22,8 km)6. Ulujami - Tanah Abang ( 8,3 km)
e. Rehabilitasi InfrastrukturSedangkan perbaikan infrastruktur yang bersifat rehabilitasi pada tahun 2008 antara
lain akan dilakukan terhadap 424.000 meter jalan yang terdiri dari :
- Perbaikan jalan darurat Rp 6 miliar- Perbaikan jalan rusak ringan sebesar Rp 6,8 miliar
- Perbaikan jalan rusah berat sebesar Rp 56 miliar.Khusus untuk permasalahan jalan tol Bandara yang diakibatkan oleh banjir Februari2008, pemerintah disamping melakukan perbaikan, juga akan melakukan
pelebaran Jalur Tol Sediatmo sepanjang 12 km dari Pluit menuju Kamal dengannilai investasi Rp 260 miliar. Proyek tersebut dimulai Maret 2008 dan diperkirakanakan selesai selama 12 bulan.
f. Mass Rapid TransportationPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pinjaman danaJBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008. MRT diharapkan dapat beroperasi tahun
2014 yang pembangunannya dilaksanakan dalam 2 tahap :
Tahap 1 Jalur Lebak Bulus √ Dukuh Atas yang terdiri dari
a. Jalur di atas tanah : Lebak Bulus√ Senayan (11,2 km)b. Jalur di bawah tanah : Senayan √ Dukuh Atas (3,1 km)
Tahap 2 Jalur Dukuh Atas - Kota
a. Jalur bawah tanah Dukuh Atas √ Harmonib. Jalur di atas kali Ciliwung Harmoni √ Kota
Sementara itu, proyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008diharapkan akan dimulai kembali. Proses administrasi pinjaman dari Bank RakyatIndonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Konsorsium Bank DKI dan
beberapa bank swasta telah dilakukan. Pada waktunya monorail akan memiliki 2lintasan yaitu :
84
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
1. Jalur hijau (green line) melalui Kp melayu, Casablanca, Tanah Abang, H. Sabeni,Jatibaru, Cideng Roxi (14,3 km)
2. Jalur biru (blue line) melalui HR Rasuna Said, Gatot Subroto, Sudirman, Senayan,
Kompleks DPR/MPR, S Parman, Kiapang-Pejompongan, Dukuh Atas.
Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail,
mengingat proyek ini dapat mengurangi kemacetan, juga karena sebagian besar(52%) saham PT Jakarta Monorail dimiliki oleh Jakarta Propertindo milik PemdaDKI Jakarta.
Untuk pembangunan KA Bandara pada saat ini masih dalam tahap studi kelayakan.Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 2,2 triliun ternyatameningkat menjadi sebesar Rp 3,8 triliun. Proyek ini akan dikerjakan oleh PT
Railink yang dimiliki oleh PT KA 40% dan PT Angkasa Pura II sebesar 60%. Proyekini diharapkan dapat diselesaikan pada bulan Juni 2009.
Sektor PerdaganganSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh 6,4%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh 6,4%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh 6,4%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh 6,4%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diperkirakan tumbuh 6,4%, sedikit
meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,2%. meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,2%. meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,2%. meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,2%. meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,2%. Pertumbuhan ini
terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupun perdagangan kecil. Indikasipeningkatan antara lain adalah terjadinya peningkatan dalam arus perdaganganbesar yaitu arus barang di pelabuhan. Peningkatan arus barang terjadi didukung
oleh selesainya pembangunan dermaga baru di JICT yang dilengkapi 2 buah craneyang dapat melayani kapal besar berbobot mati sampai 5.000 ton, sertapenambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priuk yaitu 2 buah crane di dermaga
utara. Untuk mengantisipasi kebutuhan bongkar muat kapal yang terus meningkat,Pemda DKI membangun Pelabuhan Tanjung Priok tahap II pada lahan seluas 3000Ha. Jakarta International Container Terminal (JICT) merencanakan untuk
berinvestasi sebesar Rp 1,5 Triliun sejak tahun 2008 sampai 2010 untukmembangun dermaga petikemas tambahan dalam menyelesaikan masalahkepadatan isian dan penumpukan (yard occupancy ratio) yang terjadi sejak akhir
tahun 2007. Sementara itu untuk mendukung UMKM, sebanyak 100 kios Blok Adan 200 kios di Blok B di pasar Tanah Abang yang saat ini tengah dibangun akandiserahkan kepada koperasi dengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahun.
Penyerahan kios ini merupakan bagian dari program pemerintah perempuanKeluarga sehat dan sejahtera. Sementara itu, di sektor perdagangan tradisionalyang sempat mengalami kesulitan akibat menjamurnya minimarket tahun 2006,
85
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
diperkirakan akan kembali tumbuh. Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan
pemerintah melalui Instruksi Gubernur DKI Jakarta No. 115 tahun 2006 yang sejaktahun 2007 melarang pembukaan minimarket baru di wilayah DKI Jakarta.
Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3 Perkembangan Office sectordi DKI Jakarta
Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4 Perkembangan Retail Sectordi DKI Jakarta
Meter2
Unit TerpakaiUnit Tersedia
Sumber : CII, diolah
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
2007 2008I II III IV I II III IVP
m2 %
Sumber : CII, diolah
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
80828486889092949698100
2006 2007 2008IV I II III IV I II IIIp
Unit TersediaOccupation Rate (rhs)
** perkiraan BPS
Sektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuh
melambat (13,0%), turun dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,0%), turun dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,0%), turun dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,0%), turun dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,0%), turun dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya
sebesar 14,9%. sebesar 14,9%. sebesar 14,9%. sebesar 14,9%. sebesar 14,9%. Di sub sektor transportasi, masih tingginya pertumbuhan di subsektor ini antara lain berasal dari komponen angkutan udara dan angkutan kereta
Tabel VII. 4.Pasar Tradisional dan Pasar Modern di DKI Jakarta
Pasar Tradisional Pasar Modern
Jakarta Pusat 39 Super Alfa 35Jakarta Timur 33 Giant 12Jakarta Selatan 28 Hypermart Makro 15Jakarta Barat 27 Hypermart 15Jakarta Utara 24 Hero 90
Superindo 38
Matahari Supermarket 67Super Market Matahari 83
Alfa Gudang Rabat 35Ramayana Bazar 35
Ramayana Dept Store 38Mini Market Indomart 758
Alfamart 425Startmart 38
Total Pasar Tradisionnal 151 Total Pasar Modern 1684
* Sumber : Warta Kota
Nama Lokasi Jumlah Jenis Nama Jumlah
86
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
api. Kinerja angkutan udara meningkat sejalan dengan adanya tambahan routepenerbangan dari Jakarta dan tambahan jumlah armada oleh beberapa perusahaanpenerbangan. Kinerja angkutan kereta api meningkat sejalan dengan adanya
tambahan 5 trayek baru KA Jabotabek jurusan Jakarta Bekasi, dan penambahantrayek baru KA Ciujung Semi Express dalam jalur ganda jurusan Jakarta Serpong.Kereta api Ekonomi AC Jakarta Bogor yang telah diluncurkan bulan Februari 2008,
diperkirakan akan mendapat tanggapan yang sangat baik dari masyarakat sehinggaakan meningkatkan kinerja sektor transportasi pada triwulan ini. Dengan adanyatambahan pengangkitan kereta sebanyak 20 perjalanan, maka jalur Jakarta setap
harinya akan dilayani oleh 180 perjalanan kereta ekonomi. Peningkatan di subsektor transportasi juga tidak terlepas dari masuknya perayaah hari besarkeagamaan yang telah mendongkrak penggunaan ke dua jenis transportasi
tersebut. Kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkat denganpenambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway dari 212 unitmenjadi 329 unit. Selain itu juga dipengaruhi oleh konsistensi Pemerintah daerah
untuk mengoptimalkan pemanfaatan jalur busway, antara lain dengan dipasangnyaportal otomatis. Sebanyak 62 unit busway berbahan bakar gas (BBG) dan 30 busgandeng yang berkapasitas 180 penumpang telah dioperasikan untuk koridor V
(Kampung Melayu √ Ancol). Angkutan Bajaj BBG akan meningkat dengan telahdikeluarkan ijin prinsip bagi 4.750 Bajaj BBG pada bulan Maret 2008.
Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan sub sektor ini adalah kebutuhan sarana komunikasiyang sudah mengarah menjadi kebutuhan primer dan disisi lain operatortelekomunikasi relatif kompetitif dan inovatif sehingga mampu menekan biaya.
B. INFLASI
Pada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan IV-2008, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali
akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angkainflasi diperkirakan mencapai 1,9% (q-t-q) dan secara tahunan 12,8% (y-o-y),angka inflasi dimungkinkan dapat lebih rendah. Penurunan inflasi di triwulan III-
2008 diperkirakan berasal dari menurunnya tekanan dari kelompok bahanmakanan, transportasi dan perumahan. Sementara itu tekanan harga diperkirakanberasal dari kelompok makanan jadi.
Walaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetap
harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. Hal tersebut antara lain adalah menyangkut ketersediaan
87
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
pasokan barang kebutuhan pokok. Beberapa pengamat mengkhawatirkanterhadap ketersedian stok beras dan memandang hal ini perlu untuk dicermatiantara lain terlambatnya musim panen dari Jawa Barat mengingat sebanyak 60%
beras di Pasar Induk Beras Cipinang berasal dari Jawa Barat.
Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5 Outlook Inflasi (q-t-q) Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6 Outlook Inflasi (y-o-y)
Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008 Q4-2008p
Jakarta (Outlook,%) q-t-q
Sumber : BPS, diolah
4,1 5,1 2,6 5,8 4,82,7 5,4 2,7 1,1 3,2-0,3 3,6 4,3 5,5 -0,35,4 5,0 1,2 -0,7 6,41,1 3,3 1,6 1,6 1,30,1 -0,1 0,6 2,5 0,10,2 0,6 9,6 0,4 0,3
IHKBhn MakananMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
0
2
4
6
8
10
12
1,6 3,5 4,3 2,5 1,9
(y-o-y, %)
0
5
10
15
20
Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008 Q4-2008p
6,0 7,7 11,7 12,5 12,811,4 11,8 14,9 18,8 19,65,4 9,8 11,8 12,4 12,94,8 6,1 9,5 13,7 13,68,2 13,1 14,3 11,2 12,24,0 5,7 7,1 7,8 8,09,1 8,9 9,6 3,0 3,00,9 1,4 10,7 10,8 10,9
Sumber : BPS
IHKBhn MknnMknn jadiPerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Grafik VII. 7Grafik VII. 7Grafik VII. 7Grafik VII. 7Grafik VII. 7 Perkembangan Harga Rata-RataBeberapa Komoditas Makanan
Rp
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
2.000
7.000
12.000
17.000
22.000
27.000
32.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Gula pasir Tepung teriguMinyak tanah. Minyak goreng curahTelur ayam ras Ayam Boiler/Potong
Faktor Penentu Perkiraan Inflasi tahun 2008Faktor positif yang dapat menjaga perkembangan harga relatif lebih terkendali :
1. Penurunan harga BBM internasional dan penurunan harga beberapa komoditas
di pasar internasional, seperti keelai, gadum dan CPO
2. Ketersediaan stok barang kebutuhan pokok masih mencukupi.
88
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
3. Konsumsi masyarakat yang relatif normal, sehingga tekanan dari sisi permintaanberkurang.
Sementara itu faktor resiko yang dapat mendongkrak harga-harga, antara lain
adalah :
1. Pelemahan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian ekonomi glabal,
2. Musim penghujan yang dikhawatirkan akan muncul seperti bencana banjir yangberpotensi menimbulkan gangguan pasokan dan distribusi.
Pada tahun 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan stabilisasi harga pangan
untuk meredam harga komoditi pokok seperti beras, minyak goreng, terigu dankedelai. Pada mulanya kebijakan stabilisasi harga pangan ditujukan untukmenurunkan harga dan mengembalikan harga kepada level semula. Tujuan
akhirnya adalah untuk mengendalikan inflasi. Akan tetapi, penurunan hargatersebut tidak efektif mengingat harga beberapa komoditi tersebut dipengaruhioleh harga minyak mentah dunia. Oleh karena itu maka program stabilisasi harga
pangan difokuskan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuktetap dapat membeli bahan makanan pokok sesuai dengan kemampuan mereka.
Tabel VII. 5Daftar Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan
1. Beras Penurunan Bea Masuk Beras dari Meningkatkan stok beras di daerah untuk mencegahRp 550/kg menjadi Rp 450 per kg kenaikan harga beras. Namun kebijakan ini menyebabkan
harga gabah petani turun Rp 100 per kg.
2. Operasi Stabilitas Dilakukan penjualan beras murah Masyarakat dapat membeli beras dengan harga murah diHarga Beras (OSHG) kepada masyarakat untuk mengatasi pasar tradisional
kekurangan pasokan beras
3. Beras Raskin Tambahan alokasi raskin dari 10 kg Meningkatkan kesejahteraan rakyat miskinmenjadi 15 kg per KK per bulan
4. Minyak Goreng Harga sudah turun
5. Kedelai Penghapusan Bea Masuk 10%, PPh Harga kedelai turun dari Rp 8.000 menjadi Rp 6.000.turun dari 2,5% menjadi 0,5% dan BLT Ratusan pengrajin tempe di Jakarta yang telah tutupkepada pengrajin tempe diharapkan dapat kembali beroperasi
6. Terigu Penghapusan Bea Masuk TeriguPPN ditanggung pemerintah.
7. Daging Enam perbaikan tata niaga daging :1. pedagang bisa membeli langsung2. pedagang bekerjasama dengan ADDI3. Dibuka jalur transportasi darat dari WIT ke WIB4. pengawasan kualitas daging oleh Deptan.
No Komoditi Kebijakan Dampak
89
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai.Beberapa komoditas yang harganya di atur oleh pemerintah yang diperkirakanakan dinaikkan tarifnya diantaranya adalah :
1. Kenaikan tarif PAM Jaya. Usulan PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja) dan PT ThamesPam Jaya (TPJ) untuk menaikan tarif air minum sebesar 30%, walaupun usulandiperkirakan tidak akan disetujui tetap perlu diwaspadai karena Badan Regulator
PAM Jaya sebagai lembaga yang berwenang untuk mengusulkan kenaikan tarifair minum mengisyaratkan bahwa tarif air minum di DKI Jakarta seharusnyanaik sejak semester II-2007 sebesar 10%.
2. Kenaikan tarif busway di Jakarta sudah diusulkan Gubernur untuk mengalamipenyesuaian dari Rp 3.500 menjadi antara Rp 5.000-Rp 6.000, mengingat
kebutuhan subsidi Rp 500 miliar (10 koridor) hanya disetujui Rp 227 miliar.
3. Kenaikan tarif parkir secara progresif yang rencananya akan dilakukan padabeberapa kawasan yang ternacam kemacetan lalu lintas atau dinamakan sistem
rayon. Usulan yang sedang dibahas, kenaikannya hampir mencapai dua kalilipat tarif yang sekarang berlaku.
Kenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perlu
diwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif busway. Kenaikantarif untuk kedua item dimaksud dikhawatirkan akan mendorong laju inflasi disektor transportasi dan pada gilirannya akan meningkatkan biaya pada dunia usaha,
termasuk di sektor manufaktur dan jasa logistik.
90
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
91
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Kesimpulan dan UsulanTindak Lanjut
BAB 8
Walaupun ketidakpastian perkembangan perekonomian global berlanjut, namunpertumbuhan ekonomi nasional yang juga tercermin pada perkembangan
perekonomian Jakarta masih tumbuh cukup tinggi dan diikuti dengan tekananinflasi yang menurun. Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional DKI Jakarta ditriwulan III 2008, beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain adalah :
1. Pada triwulan III 2008, ekspansi perekonomian Provinsi DKI Jakarta masihmenunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi (6,2%), sedikit meningkatdibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun pada triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomiterutama berasal dari konsumsi dan sebagian berasal dari investasi. Sementaraekspor dan impor tumbuh melambat. Faktor yang mempengaruhi peningkatan
konsumsi terutama adalah pendapatan riil yang masih cukup tinggi, ekspektasipositif konsumen dan dukungan pembiayaan konsumsi yang masih cukup tinggi.Sementara itu kegiatan ekspor-impor, khususnya perdagangan luar negeri
tumbuh melambat, sejalan dengan pelemahan pertumbuhan perekonomiandunia sebagai dampak dari masih berlanjutnya krisis keuangan global. Investasiwalaupun meningkat namun masih tumbuh terbatas. Di sisi sektoral, searah
dengan pertumbuhan di sisi permintaan, maka sektor-sektor yang tumbuh tinggiadalah sektor transportasi dan komunikasi, sektor perdagangan, dan sektorbangunan. Sektor industri, walaupun pertumbuhannya meningkat, tumbuh
pada level yang masih rendah.
2. Terbatasnya pertumbuhan investasi dan secara sektoral sektor-sektor yang tumbuhadalah padat modal menyebabkan pengangguran dan jumlah kemiskinan belum
dapat berkurang secara signifikan. Di triwulan III, secara keseluruhan kondisi
92
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
kesejahteraan relatif belum berubah secara signifikan. Tantangan pembangunanekonomi di Jakarta terutama terletak pada upaya peningkatan peran investasiyang dibarengi dengan optimalisasi pemanfaatan tata ruang yang konsisten,
perbaikan iklim investasi dan peningkatan infrastruktur.
3. Kinerja perbankan di Jakarta masih on the track : kegiatan intermediasimeningkat; resiko pasar dan likuiditas masih dalam kontrol, dan NPLs perbankan
masih dalam batas-batas yang sehat (di bawah 5,0%)
4. Sementara itu, dari sisi harga-harga, tekanan inflasi menurun. Inflasi di triwulan
III (2,5%) turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,3%). Inflasitersebut terutama bersumber dari masih tingginya tekanan inflasi padakelompok komoditas bahan makanan, perumahan, pakaian dan pendidikan.
Faktor yang mempengaruhi inflasi adalah peningkatan permintaan padakelompok pendidikan memasuki tahun ajaran baru. Peningkatan permintaanmasyarakat, terutama terhadap komoditas bahan makanan memasuki hari besar
keagamaan, ekpektasi produsen memasuki perayaan hari besar keagamaanyang disikapi dengan menaikkan harga jual. Namun peningkatan harga agaktertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas di pasar internasional danrelatif tersedianya pasokan barang kebutuhan pokok.
5. Tantangan ekonomi ke depan, di triwulan IV 2008 dan tahun 2009 relatif berat.Faktor eksternal sangat berperan antara lain berupa masih berlanjutnya tanda-
tanda pelemahanan ekonomi Amerika yang bahkan semakin dalam sebagaidampak lanjutan dari kasus subprime mortgage yang dikawatirkan akanberdampak pada perekonomian Indonesia dan juga Jakarta karena permintaan
terhadap beberapa komoditas unggulan akan terganggu. Perekonomian Indonesiajuga akan terganggu oleh penurunan harga beberapa komoditas ekspor unggulan,seperti minyak sawit, karet dan beberapa produk pertambangan. Perekonomian
Jakarta di triwulan IV 2008 diperkirakan pertumbuhannya turun, yaitu pada kisaran5,7% - 6,1%. Sementara itu, prospek inflasi di triwulan IV 2008 diperkirakanmembaik/turun. Adapun faktor yang mempengaruhi keyakinan bahwa tekanan
terhadap harga-harga akan berkurang antara lain adalah : (1) Turunnya hargakomoditas dan harga minyak dunia yang berdampak pada turunnya harga barangtradebles dan biaya produksi; (2) Kecukupan stok bahan kebutuhan pokok
terutama beras; (3) Berkurangnya tekanan dari sisi permintaan, sejalan dengankembali normalnya pola konsumsi.
93
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
Usulan tindak lanjut :
1. Terkait dengan pertumbuhan ekonomi :
a. Disesuaikan dengan karakteristik Jakarta yang lebih didominasi oleh sektortersier, sebaiknya investasi diarahkan pada sektor dimaksud. Agarpengembangan investasi optimal, upaya-upaya pengembangan investasi
harus dibarengi dengan diimplementasikan rencana tata ruang kota yangkonsisten dan jika diperlukan merevitalisasi tata ruang kota yang selama inidilanggar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah perbaikan dan peningkatan
infrastruktur serta peningkatan pelayanan publik.
b. Jakarta harus dijadikan sebagai pintu gerbang investasi baik bagi Jakartasendiri maupun wilayah lain di Indonesia.
c. Secara sektoral, beberapa sub sektor yang memerlukan perhatian lebih antaralain :
- Di sub sektor transportasi : Jaringan transportasi massal perlu diperbaiki,
antara lain dengan membuka parking area yang memadai di daerahperbatasan yang akan terhubung dengan transportasi massal ke Ibukota(kereta maupun busway), membuka jalur baru rel kereta api di daerah
yang penduduknya sebagian besar bekerja di Jakarta, seperti Cibubur yangcakupan layanannya juga akan mencover sebagian wilayah Jakarta Timur.
- Di sub sektor pariwisata : Revitalisasi titik-titik pariwisata, misalnya
menjadikan jalan Jaksa dan Sabang sebagai jalur pejalan kaki (pedestarian)yang bebas kendaraan bermotor, namun pada saat yang bersamaandisediakan tempat parkir dan tempat drop in maupun drop out yang
memadai, nyaman dan aman.
- Di sub sektor perdagangan : Perlu penataan pasar yang sering
menimbulkan kemacetan karena pedagang sampai masuk ke jalan.
d. Dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian Jakarta perludicermati. Sub sektor yang pada saat ini terkena dampak langsung adalah di
pasar modal. Pada gilirannya diyakini dampak terhadap sub sektor ini akanmemukul daya beli pelaku yang sebagian besar golongan menengah ke atas.Sektor-sektor lain diperkirakan juga akan terkena imbas.
94
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan III-2008
2. Terkait dengan inflasi :
a. Perlunya pelaksanaan secara konsisten kebijakan di bidang pangan danmenjamin kelancaran pasokan.
b. Perlunya pemerintah mengimplementasikan sanksi tegas terhadap pungutanliar pada komoditas pokok (sembako), baik pada saat produksi, distribusi,dan barang sudah di pasar. Beberapa survei menunjukan bahwa pungutanliar menimbulkan biaya yang tidak kecil dan pada gilirannya sebagian akanditransmisikan ke harga jual atau menjadi beban konsumen.
c. Perlunya percepatan pembangunan rusunawa dan pada saat yang bersamaanmendisiplinkan penggunaan tata ruang. Percepatan pembangunan rusunawayang terjangkau juga akan dapat membantu upaya pengendalian harga dikelompok perumahan yang kontribusi inflasinya cukup tinggi. Untuk menjagaagar target pemilik rusunawa sesuai dengan sasaran, maka hal-hal yangmenyangkut kepemilikan diatur, termasuk didalamnya mengatur maksimalkepemilikan.
d. Mengingat bobot komoditas non makanan terhadap inflasi di DKI Jakartameningkat, kiranya perlu untuk dilakukan penelitian terhadap komoditasnon makanan yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi serta usulantindak lanjut penanganannya. Pantauan terhadap harga-harga juga perludilakukan terhadap komoditas non sembako, terutama komoditas yangmemberikan sumbangan tinggi terhadap inflasi di DKI Jakarta.
3. Terkait dengan kesejahteraan masyarakat :
a. Kualitas pertumbuhan ekonomi ditingkatkan namun dengan tetapmemperhatikan karakteristik perekonomian Jakarta dan perlu dibarengiimplementasi tata ruang kota yang konsisten.
b. Kebijakan fiskal yang mampu memberi dampak pada redistribusi pendapatanyang lebih merata sehinggga kesenjangan pendapatan dapat ditekan.
c. Perlu juga ditelaah dampak krisis keuangan global terhadap perekonomiandan kesejahteraan penduduk di DKI, sehingga dapat dipersiapkan langkah-langkah antisipatif yag dapat meminimalisir dampak.
d. Di bidang pengupahan, untuk memperlambat peningkatan kesenjanganpendapatan, ada baiknya diatur agar peningkatan gaji untuk level yang lebihtinggi persentase kenaikannnya lebih rendah namun di sisi lain kenaikanupah pada low level tetap dalam batas-batas normal dan mampu meredamekspektasi terhadap inflasi.