kajian ekonomi regional - bi.go.id · 1.20 pdrb industri pengolahan 17 1.21 perkembangan total...
TRANSCRIPT
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan I tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik sebagai sarana bagi Bank Indonesia Jambi dalam membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal sehingga para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memperoleh masukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan yang ada.
KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan, perkembangan keuangan daerah, perkembangan sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan serta perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan I tahun 2009 akselerasi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih tumbuh walaupun mengalami pelambatan. Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi mengalami tren penurunan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan dana yang dihimpun menunjukkan penurunan. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to deposits ratio (LDR) hanya sedikit mengalami penurunan dan berada pada kisaran 75,40%. Ratio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Pembenahan sektor riil secara langsung diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui percepatan realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam penyusunan KER triwulan I tahun 2009, kami banyak memperoleh support dari berbagai pihak seperti dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Mei 2009
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ... .................................................................................................. i Daftar Tabel ........................................................................................... ii Daftar Grafik ........................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ....................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional .................................. 5 A. Umum ............................................................................... 5 B. PDRB Sisi Produksi ............................................................... 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran ......................................................... 24 Boks 1 : Dampak Pengembangan Kelapa Sawit Di Jambi: Pendekatan Input-Output Boks 2 : Banker’s Dinner 2009 : Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia Boks 3 : Perkembangan Dunia Usaha Jambi Di Tengah Krisis Ekonomi Global BAB II. Perkembangan Harga-Harga...................................................... 35
A. Kajian Umum ................................................................... 35 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................. 38
BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................. 49 A. Perkembangan Kelembagaan ........................................... 49
B. Bank Umum ..................................................................... 50 C. Bank Perkreditan Rakyat...................................................... 62
Boks 4 : Survei Kredit Perbankan Jambi : Tantangan Di Tahun 2009 BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah ............................................... 65
A. Realisasi Pendapatan Daerah ............................................. 66 B. Realisasi Belanja Daerah....................................................... 66 C. APBD Tahun 2009 .............................................................. 67 D. Pendapatan Tahun 2009...................................................... 68 E. Anggaran Belanja Tahun 2009 ............................................ 69 F. APBD Kabupaten/ Kota ......................................................... 71 G. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................ 72 H. Keuangan Pemerintah ......................................................... 75
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ......................................... 77 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai ............................... 77 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 78
BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan .............................. 81 A. Keternagakerjaan Daerah .................................................... 81 B. Kesejahteraan...................................................................... 83 C. Kemiskinanan...................................................................... 85 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah........................................ 87 A. Pertumbuhan Ekonomi.......................................................... 87 B. Proyeksi Inflasi ...................................................................... 93 Lampiran Daftar Istilah
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 7
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 37
2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan
Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 39
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan I-2009 40
3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 51
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 52
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 53
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 53
3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 55
3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 56
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi
Jambi 58
3.8 Komposisi Pendapatan Bungan Bank Umum Provinsi Jambi 61
4.1 APBD Provinsi Jambi Tahun 2008 65
4.2 APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 69
4.3 Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 70
4.4 APBD Kabupaten/Kota 72
4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73
4.6 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 74
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 77
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 80
6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 85
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 89
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 8 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan I Tahun 2009 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2008 9 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2008 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2009 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan 12 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan 12 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani 12 1.14 Distribusi Jenis Pupuk 13 1.15 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 13 1.16 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 14 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 14 1.18 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 16 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam 16 1.20 PDRB Industri Pengolahan 17 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 17 1.22 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri 17 1.23 Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik 18 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata, Makanan dan Minuman 18 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 19 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 19 1.27 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 19 1.28 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 20 1.29 Perkembangan Kredit KPR 21 1.30 Perkembangan Kredit Ruko/Rukan 21 1.31 PDRB Sub Sektor Angkutan Udara 22 1.32 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 22 1.33 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 22 1.34 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 23 1.35 Perkembangan Kunjungan Kapal 23
iv
1.36 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 24 1.37 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2009 25 1.38 Indeks Kondisi Ekonomi 26 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 26 1.40 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 27 1.41 Perkembangan Penjualan Premium dan Solar 27 1.42 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 27 1.43 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 27 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru 27 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 27 1.46 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 28 1.47 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 28 1.48 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 28 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 30 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 30 1.52 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 31 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 31 1.54 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 33 1.55 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 33 1.56 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 34 1.57 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 34 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 35 2.2 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2008 36 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 37 2.4 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 37 2.5 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 41 2.6 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 2.7 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 42 2.8 Perkembangan Harga Jagung 43 2.9 Perkembangan Harga Daging 43 2.10 Perkembangan Harga Beras 43 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 45 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 47 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 50 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 57 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 57 3.5 Share Kredit Bank Umum Berdasarkan Kolektibilitas Provinsi Jambi 59 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 59
v
3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 60 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan 61 3.9 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi 62 4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 66 4.2 Perkembangan Belanaja APBD Provinsi Jambi 67 4.3 Perkembangan APBD Provinsi Jambi 68 4.4 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 71 4.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73 4.6 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 73 4.7 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi 75 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 78 5.2 Perkembangan Nominal 79 5.3 Perkembangan Volume Kliring 79 6.1 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 82 6.2 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 82 6.3 Perkembangan Harga Beras 83 6.4 Perkembangan Harga Tepung Terigu 83 6.5 Perkembangan Harga Minyak Goreng 83 6.6 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 83 6.7 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 86 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penghasilan 88 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 89 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 94 7.4 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d Desember 2009 94 7.5 Perkembangan Inflasi Bulanan (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d Desember 2009 95
a. Inflasi dan PDRB
TRW.I Trw.II Trw.III Trw.IV TRW.IMAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 103.8 112.91 114.9 114.68 114.98
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 5.89 13.99 13.68 11.47 9.16
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 3,692,923 3,796,013 3,889,689 3,947,084 3,977,780- Pertanian 1,133,291 1,176,045 1,205,712 1,205,126 1,207,280 - Pertambangan dan Penggalian 395,477 384,917 388,051 503,518 506,756 - Industri Pengolahan 514,125 536,509 552,411 521,872 527,359 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 30,089 30,672 31,109 30,406 30,316 - Bangunan 176,847 182,753 185,183 185,235 192,367 - Perdagangan Hotel dan Restoran 641,483 665,046 689,747 652,731 656,329 - Pengangkutan dan Komunikasi 298,889 304,310 311,188 309,883 312,145 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 173,095 181,344 187,655 196,554 199,584
- Jasa 329,626 334,418 338,633 341,760 345,646
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 241,506 251,334 311,030 209,987 87,311 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 311,024 374,057 665,155 437,162 244,669
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 34,269 35,842 29,826 21,592 15,998 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 80,358 18,100 27,115 18,243 2,435
Catatan1) Angka sementara
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR 2009
2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2009 s.d Februari 20093) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2009 s.d Bulan Februari 2009
2008
b. Perbankan
Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-091)
PERBANKANA. Bank Umum :a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 9,413,252 10,083,592 10,576,180 10,858,876 11,707,242 12,088,126 11,913,790 11,669,787 DPK(Rp Juta) 8,065,441 8,601,267 9,177,789 9,336,038 10,186,986 9,960,462 9,872,159 9,846,345
- Tabungan 2,411,518 3,617,731 4,310,157 4,378,165 4,743,800 4,545,503 2,316,927 2,258,348 - Giro 2,294,901 2,626,409 2,840,627 2,559,966 2,778,635 2,442,357 4,884,047 4,585,978 - Deposito 3,359,022 2,357,127 2,027,005 2,397,907 2,664,551 2,972,602 2,671,185 3,002,019
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 7,179,554 7,638,734 7,532,294 8,145,685 12,599,263 10,111,910 9,880,319 10,151,076 - Modal Kerja 3,003,634 3,018,863 3,136,745 3,044,217 3,608,379 3,799,215 3,766,949 3,757,633 - Konsumsi 2,259,769 2,582,007 2,343,552 3,111,679 6,776,342 3,768,119 3,846,508 3,846,508 - Investasi 1,916,151 2,037,864 2,051,997 1,989,789 2,214,542 2,544,576 2,266,862 2,546,935 - Dana 8,038,672 8,613,144 9,167,530 9,579,712 10,291,998 10,104,502 9,923,195 9,838,021 - LDR 89.31 88.69 82.16 85.03 122.42 100.07 99.57 103.18
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 4,733,545 5,099,981 5,485,581 5,849,490 5,974,336 7,513,877 7,317,897 7,317,897 - Modal Kerja 2,079,992 2,111,673 2,253,644 2,276,632 2,832,943 2,997,699 2,843,934 2,843,934 - Konsumsi 1,909,516 2,136,652 2,243,694 2,426,131 1,844,313 3,078,659 3,081,939 3,081,939 - Investasi 744,037 851,656 988,243 1,146,727 1,297,080 1,437,519 1,392,024 1,392,024 - LDR (%) 58.69 59.29 59.77 62.65 58.65 75.44 74.13 74.32
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 1,890,283 2,064,789 2,096,674 2,169,860 2,465,015 2,671,276 2,657,187 2,708,296
- Kredit Modal Kerja 252,369 275,830 311701 324,480 445,626 489,528 495,314 504,409 - Kredit Investasi 140,517 187,368 201832 213,936 252,883 292,801 283,163 292,880 - Kredit Konsumsi 1,497,397 1,601,591 1583141 1,631,444 1,766,506 1,888,947 1,878,710 1,911,007
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 1,040,725 1,191,908 1,352,253 2,169,860 1,749,407 2,064,029 2,173,654 2,231,179 - Kredit Modal Kerja 575,767 603,578 632,431 324,480 806,683 925,001 932,339 921,951 - Kredit Investasi 97,161 111,092 122,314 213,936 101,299 116,776 134,280 151,715 - Kredit Konsumsi 367,797 477,238 597,508 1,631,444 841,425 1,022,252 1,107,035 1,157,513
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 830,028 952,253 1,038,498 1,147,411 1,259,201 1,362,338 1,367,048 1,278,689 - Kredit Modal Kerja 594,976 663,514 701,934 692,347 810,725 861,039 893,036 828,946 - Kredit Investasi 190,730 230,916 273,519 317,169 363,534 405,381 377,819 364,323 - Kredit Konsumsi 44,322 57,823 63,045 137,895 84,942 95,918 96,193 85,420
Total Kredit MKM (Rp Juta) 3,761,036 4,208,950 4,487,425 5,487,131 5,473,623 6,097,643 6,197,889 6,218,164 NPL MKM gross (%) 4.19 3.75 5.75 2.55 2.61 2.18 3.43 3.93- NPL MKM Gross Nominal 157,702 157,714 258,164 139,918 142,879 132,681 212,612 244,133 - PPAP 82,829 89,512 128,826 69,378 76,912 66,584 105,294 151,140 NPL MKM net (%) 1.99 1.62 2.88 1.29 1.21 1.08 1.73 1.50
b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 164,219 173,390 194,781 230,467 242,624 282,612 314,308 335,170 DPK(Rp Juta) 114,179 125,935 143,501 159,250 174,435 179,179 197,210 197,647
- Tabungan 39,492 55,201 71,552 77,112 90,398 99,495 49,508 49,293 - Giro 25,566 44,884 44,779 52,201 54,130 46,918 101,896 99,969 - Deposito 49,121 25,850 27,170 29,937 29,907 32,766 45,806 48,385
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 111,250 122,763 144,856 176,132 203,218 248,295 275,289 298,238 - Modal Kerja 67,286 73,387 81793 99624 96,171 116,378 140,903 162519- Konsumsi 35,020 40,534 15485 57073 62,999 71,542 71,431 72674- Investasi 8,944 8,842 47578 19435 44,048 60,375 62,955 63045- LDR 97.43 97.48 100.94 110.60 116.50 138.57 139.59 150.89
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 14,321 16,357 25,141 32,358 34,124 38,062 43,484 48,330
- Kredit Modal Kerja 1,245 1,560 1,715 6,564 2,221 3,457 8,518 12,225 - Kredit Investasi 564 531 2877 475 6,629 7,226 7,582 8025- Kredit Konsumsi 12,512 14,266 20549 25319 25,274 27,379 27,384 28080
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 46,322 56,324 68,359 79,110 95,169 125,491 144,082 157,863 - Kredit Modal Kerja 24,163 29,740 34042 38647 36,438 49,070 66,500 81055- Kredit Investasi 3,490 3,922 8698 12898 26,333 37,026 39,068 38018- Kredit Konsumsi 18,669 22,662 25619 27565 32,398 39,395 38,514 38790
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) (Rp Juta) 45,171 45,021 54,715 55,314 65,037 76,292 79,809 84,473 - Kredit Modal Kerja 36,442 37,026 44908 45063 48,624 55,401 57,971 61667- Kredit Investasi 4,890 4,389 6310 6062 11,086 16,123 16,305 17002- Kredit Konsumsi 3,839 3,606 3497 4189 5,327 4,768 5,533 5804
Total Kredit MKM (Rp Juta) 105,814 117,702 148,215 166,782 194,330 239,845 267,375 290,666 NPL MKM gross (%) 0.74 1.36 0.96 1.71 1.35 2,575 2,340 3,139 - NPL MKM Gross Nominal 787 1,596 1427 2848 2,623 1,543 1,542 2446- PPAP 5 495 101 532 815 1,032 798 692NPL MKM nett (%) 0.74 0.94 0.89 1.39 0.93 0.21 0.28 0.60
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
TAHUN 2009INDIKATOR
TAHUN 2007 TAHUN 2008
Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-091)TAHUN 2009
INDIKATORTAHUN 2007 TAHUN 2008
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 179,973 202,352 227,974 221,537 218,789 224,221 208,173 215,422 DPK (Rp Juta) 129,841 147,779 160,831 168,149 56,323 145,396 162,567 158,471 - Tabungan (Rp Juta) 25,054 26,311 29,229 29,638 7,988 30,049 30,418 30,802 - Deposito (Rp Juta) 104,787 121,468 131,602 138,511 48,335 115,347 132,149 127,669
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 132,330 143,816 144,441 150,637 169,202 176,549 169,823 164,413 - Modal Kerja 33,630 47,359 41,964 43,180 52,990 51,524 44,811 41,900 - Konsumsi 85,436 78,793 83,399 85,787 90,221 93,300 95,232 94,471 - Investasi 13,264 17,664 19,078 21,670 25,991 31,725 29,780 28,043
Kredit UMKM (Rp Juta) 132,330 143,816 144,441 150,637 169,202 176,549 169,823 104,316 Rasio NPL Gross (%) 3.23 7.33 1,710 1,710 5.75 6.08 5.73 7.77 - NPL Gross (Nominal) 5,901 7,277 8,296 10,169 9,727 10,737 9,727 12,775 - PPAP 1,373 1,543 2,666 2,996 3,106 3,153 3,402 4,146 Rasio NPL Net (%) 3.42 3.99 3.90 4.76 3.91 4.30 3.72 5.25 LDR (%) 101.92 97.32 89.81 89.59 300.41 121.43 104.46 103.75
Catatan :1) Data s.d Bulan Februari 2009
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 0,78% (q-t-q), melambat dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2008 yang mencapai 1,25% (q-t-q). Namun demikian
secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih mampu
tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 8,43% (y-o-y) sedikit melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,83%.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi juga masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada
triwulan I tahun 2008 diperkirakan berkisar 4,6%.1 Pada triwulan laporan,
pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor
bangunan dan sektor industri pengolahan.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pelambatan PDRB Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama berasal dari menurunnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga. Sementara, pertumbuhan ekspor walaupun
masih terbatas yang disertai dengan penurunan impor mampu
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan.
II. Perkembangan Harga-Harga
Pada triwulan I tahun 2009, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 0,26%
(q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2008 yang sebesar
minus 0,19% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan
Januari, Februari dan Maret 2009 masing-masing sebesar 0,42%(m-t-m),
0,66%(m-t-m) dan minus 0,81%(m-t-m). Dengan perkembangan
tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak menurun
dari 11,57% (y-o-y) pada Desember 2008 menjadi 9,16% (y-o-y) pada
Maret 2009. Namun demikian inflasi tahunan Kota Jambi ini masih lebih
tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 7,92%.
1 Angka sangat sementara, merupakan angka perhitungan Bank Indonesia Jambi.
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I tahun
2009 ditandai tumbuhnya laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,78% (q-t-q).....
Pada triwulan I tahun 2009, Provinsi jambi
mengalami inflasi sebesar 9,16% (y-o-y) ..........
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
sumbangan angka inflasi makanan jadi serta kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar. Sementara itu, penurunan harga BBM pada
tanggal 15 Januari 2009 yaitu untuk premium sebesar Rp 500/liter
sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta turunnya harga solar sebesar
Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter berkontribusi dalam menekan
laju inflasi ke level yang lebih tinggi pada triwulan laporan. Selain itu,
penurunan sebagian besar harga-harga pada kelompok bahan makanan
serta sub kelompok transpor mendorong terjadinya deflasi pada sub
kelompok barang dan jasa dimaksud pada akhir triwulan laporan.
III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan (bank umum) pada triwulan I tahun 2009
menunjukkan penurunan baik dari segi penghimpunan dana maupun
penyaluran kredit. Fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to
deposits ratio (LDR) perbankan relatif tetap dari triwulan sebelumnya.
Kualitas kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari
meningkatnya rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Hal ini menjadi
salah satu penyebab turunnya profitabilitas perbankan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Outstanding kredit bank umum menurun sebesar 0,26% sehingga
menjadi sebesar Rp7,57 triliun. Fungsi intermediasi perbankan relatif tetap
dengan tingkat LDR sebesar 75,40%. Namun demikian, kualitas kredit
yang disalurkan oleh perbankan mengalami penurunan yang ditandai
dengan meningkatnya Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada
triwulan laporan menjadi sebesar 3,26%. Sementara itu, aset perbankan
pada triwulan laporan sebesar Rp12,00 triliun.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi pendapatan provinsi Jambi adalah sebesar Rp1,44 triliun atau
sebesar 113,90% dari rencana pendapatan APBD-P yang sebesar Rp1,26
triliun. Realisasi pendapatan ini meningkat sebesar 24,67% dibandingkan
dengan tahun 2007. Sementara dari sisi belanja, pengeluaran pemerintah
provinsi Jambi pada tahun 2008 adalah sebesar Rp1,40 triliun atau
sebesar 86,94% dari anggaran belanja APBD-P yang sebesar Rp1,62
Kinerja perbankan menurun ditandai dengan menurunnya jumlah penghimpunan dana, penyaluran kredit serta kualitas kredit yang diberikan....
Realisasi pendapatan Provinsi Jambi adalah sebesar 113,90% sementara realisasi belanja adalah sebesar 86,94% dari APBD-P....
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
triliun. Realisasi ini meningkat sebesar 26,94% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2007.
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Aktivitas pembayaran di Jambi mengalami penurunan baik untuk aktivitas
pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan, transaksi
kliring menurun sebesar 29,68%. Sementara itu, aliran kas keluar
menurun sebesar 62,13% sedangkan kas masuk menurun sebesar
47,17% sehingga secara secara total, aliran kas masih menunjukkan lebih
tingginya aliran kas masuk dibandingkan aliran kas keluar.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi (posisi Februari 2009 dibandingkan
bulan Desember 2008) mengalami penurunan. Sementara, hasil survei
ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan menunjukkan
masih pesimisnya masyarakat akan kondisi ketenagakerjaan ke depan.
Seiring dengan inflasi yang dialami Jambi pada triwulan laporan, biaya
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) juga menunjukkan peningkatan.
Namun demikian, meningkatnya Upah Minimum Provinsi pada tahun
2009 membuat rasio UMP dibandingkan KHM pada triwulan laporan
meningkat menjadi sebesar 87,13%, namun nilai ini masih
mencerminkan bahwa bagi masyarakat yang mendapatkan penghasilan
dibawah UMP akan berat bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Februari 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Desember 2008). Meningkatnya NTP petani pada
triwulan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan petani yang
tercermin dari meningkatnya indeks yang diterima oleh petani sebesar
2,79% sedangkan indeks yang dibayar oleh petani untuk konsumsi
barang dan jasa mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,14%.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009
diperkirakan masih tumbuh positif, walupun melambat dibandingkan
triwulan I tahun 2009 yaitu sebesar 5,50±1%. Pengeluaran konsumsi
Di bidang sistem pembayaran, baik
aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai
mengalami penurunan....
Jumlah pencari kerja di Provinsi Jambi
menurun.....
Laju pertumbuhan PDRB triwulan II tahun 2009 diperkirakan berkisar 5,50±1% (y-o-y).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi Jambi.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi
pada triwulan mendatang diperkirakan didorong oleh masih positifnya
pertumbuhan sektor pertanian, meningkatnya pertumbuhan sektor
industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.
Perkembangan harga-harga pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan
akan meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2009 (q-t-q). Akan
tetapi inflasi secara tahunan diperkirakan akan menurun yaitu pada
kisaran 3,50–5,00%. Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain 1) Kondisi cuaca di
musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian
dan pendistribusian barang, 2) Meningkatnya demand masyarakat
terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan
meningkatnya income masyarakat dan menurunnya suku bunga
perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan
biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya
Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Pemilu legislatif
yang dilaksanakan pada bulan April 2009 serta pelaksanaan pemilu
presiden yang akan dilaksanakan bulan Juli 2009 diperkirakan akan
memacu tingginya konsumsi masyarakat pada periode triwulan II tahun
2009.
Pada triwulan II tahun 2009, inflasi Kota Jambi diperkirakan kisaran 3,50-5,00%
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009 yang
dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 20002 menurun
dibandingkan triwulan IV tahun 2008. Pelambatan pertumbuhan ekonomi secara
kuartalan (grafik 1.1) mulai terjadi semenjak triwulan III tahun 2008 (3,07%/q-t-
q), diikuti pelambatan pada triwulan IV-2008 (1,25%/q-t-q) yang terus berlanjut
pada triwulan I tahun 2009 menjadi sebesar 0,78%(q-t-q). Pertumbuhan
kuartalan tertinggi dalam periode 1 (satu) tahun terakhir terjadi pada triwulan II
tahun 2008 sebesar 3,11% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.06
2.14
1.69
0.92
3.16
0.77
1.43
0.96
1.15
3.11 3.07
1.25
0.78
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Trw.I-0
6
Trw.II-0
6
Trw.III-
06
Trw.IV
-06
Trw.I-0
7
Trw.II-0
7
Trw.III-
07
Trw.IV
-07
Trw.I-0
8
Trw.II-0
8
Trw.III-
08
Trw.IV
-08
Trw.I-0
9
Rp miliar
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Persen
Nominal (aksis kiri)Pertumbuhan (aksis kanan)
2 Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan I tahun 2009 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
6
Dampak dari krisis global yang berimplikasi terhadap perkembangan
harga-harga komoditas perkebunan turut mempengaruhi pelambatan
pertumbuhan ekonomi Jambi. Sebagaimana diketahui, sebagai provinsi yang
mengandalkan sektor primer (terutama hasil perkebunan) dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi, menurunnya harga komoditas perkebunan di pasar
internasional diikuti juga dengan menurunnya harga-harga komoditas unggulan
di Provinsi Jambi (sawit dan karet). Penurunan harga yang disertai dengan
melemahnya demand terhadap produk karet dan sawit berdampak pada
melambatnya akselerasi sektor perkebunan. Di sisi lain, dampak dari krisis juga
telah melemahkan daya beli masyarakat yang tercermin dari penurunan
pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
%
4.97
4.60^
6.25
5.63 5.63
4.90
5.13
5.90 6.08
6.096.41
6.516.256.28
6.396.10
5.20
8.43
5.77
5.73 5.74
5.06
5.87 6.13
5.65 5.89
8.15
6.69
6.416.46
4.38
6.80
8.538.83
2.00
4.00
6.00
8.00
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I
2005 2006 2007* 2008** 2009**
Sumber: BPS (diolah)^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan I-2009 oleh Bank Indonesia
IndonesiaJambi
Namun demikian secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
masih mampu tumbuh cukup tinggi sebesar 8,43% (y-o-y). Pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I tahun 2009 diperkirakan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
berkisar 4,6%.3 Masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
secara tahunan pada triwulan I tahun 2009 salah satunya dikarenakan rendahnya
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008
(hanya sebesar 4,38%/y-o-y).
Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada
triwulan laporan dipicu oleh sektor bangunan dan sektor industri pengolahan. Di
sisi pengeluaran, pelambatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari menurunnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Sementara, pertumbuhan ekspor walaupun masih terbatas yang disertai dengan
penurunan impor mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pada
triwulan laporan.
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2009**
II III IV I II III IV I
1.40 1.01 (0.37) 2.05 2.04 1.62 2.07 0.18 Pertambangan dan Penggalian (7.78) 0.25 (1.84) 2.06 11.70 13.50 (0.27) 0.64 Industri Pengolahan 1.41 0.15 2.65 1.20 2.12 1.68 (0.44) 1.05 Listrik, Air dan Gas 7.07 3.71 0.02 1.12 3.93 (3.79) 5.89 (0.30)
8.59 4.99 2.60 1.58 1.34 0.54 2.80 3.85 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.28) 2.54 1.32 (0.76) 1.40 1.24 1.77 0.55 Pengangkutan dan Komunikasi 1.96 1.19 0.99 0.03 0.56 2.04 2.29 0.73 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 9.52 3.54 9.20 1.73 9.71 5.02 (0.70) 1.54
2.24 1.43 1.07 1.11 0.85 1.57 1.22 1.14 0.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78
2009**
II III IV I II III IV I
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.82 1.42 4.22 0.09 2.84 3.40 2.15 (4.38) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.15 1.96 5.83 1.14 0.66 5.60 0.34 0.09 Lembaga Swasta Nirlaba 1.23 0.74 3.29 0.16 2.76 1.03 9.24 5.59 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.64 1.48 5.39 0.54 1.42 1.07 5.60 (2.24) Perubahan Stok 0.85 0.83 8.59 0.78 3.55 3.38 2.53 2.83
14.22 9.17 20.01 -12.56 2.57 -7.94 -1.38 1.8311.84 8.17 23.94 -11.44 1.29 -5.54 1.15 -5.430.77 1.43 0.96 1.15 3.11 3.07 1.25 0.78
Impor
2007*
2007*
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Ekspor
2008**
2008**
JENIS PENGELUARAN
LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor bangunan, sektor
industri pengolahan dan sektor jasa-jasa (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar
terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor bangunan terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,18% (q-t-q) pada periode
3 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan I-2009, BI. Hasil Survei Persepsi Pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan IV-2008, responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan IV-2008 berkisar 5,1%-5,5% (y-o-y).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
8
triwulan laporan, diikuti oleh sektor industri pengolahan (0,14%/q-t-q) serta
sektor jasa-jasa yang memiliki kontribusi sebesar 0,10%/q-t-q.
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.63
(0.03)
(0.06)
0.04
0.13
0.29
0.18
(0.04)
0.11
0.05
0.08
0.14
(0.00)
0.18
0.09
0.06
0.08
0.10
(0.80) (0.60) (0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Trw I-09
Trw IV-08
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu
42,90% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar
38,26% dan sektor sekunder sebesar 18,84%.
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2009
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &
Perikanan26.33%
Pertambangan dan Penggalian
16.57%Industri Pengolahan12.90%
Listrik dan Air bersih0.95%Bangunan
4.99%
Perdagangan, Hotel dan restauran
15.31%
Pengangkutan dan Komunikasi
7.11%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan5.04%
Jasa-jasa10.80%
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp9,74 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 26,33%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 16,57%, serta
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,31%. Dengan demikian,
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan perikanan tumbuh sebesar 0,49% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,07% (q-t-q). Pelambatan laju
pertumbuhan sektor ini berasal dari lebih rendahnya penurunan pertumbuhan
sebagian besar sub sektor pertanian pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
IV tahun 2008.
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2008 Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009
Luas Tanam (dalam Ha)
1000
953107
499956 1943
17630
38242
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.5
Luas Tanam (dalam Ha)28108
117712606746
523128918
987
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.6
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2008 Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2009
Luas Panen (dalam Ha)
12575
24051045527
26488
346452
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.7
Luas Panen (dalam Ha)
33007
109332410
1016505160901
1048
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2008 & 2009
Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan
sebesar 2,52% (q-t-q). Masih cukup baiknya pertumbuhan sub sektor tabama
antara lain disumbangkan oleh peningkatan luas panen pada triwulan laporan.
Secara total, luas panen meningkat sebesar 88,84% menjadi 49.980 Ha
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
10
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26.467 Ha. Masa panen padi
biasanya dimulai pada bulan Maret serta periode triwulan II tahun berjalan. Luas
panen padi pada bulan Maret 2009 mencapai 13.798 Ha, tertinggi selama 6
(enam) bulan terakhir. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa masa panen padi
sudah dimulai. Sehubungan dengan hal tersebut, luas tanam sub sektor tabama
mengalami penurunan signifikan (terutama padi). Dari grafik 1.5-1.8 dapat
terlihat bahwa luas tanam bahan makanan menurun sebesar 25,34% dari 61.331
Ha menjadi 45.786 Ha pada triwulan laporan.
Pada triwulan laporan (s.d. bulan Februari 2009), Nilai Tukar Petani (NTP)
mulai mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Februari
2009 dibandingkan NTP Desember 2008 meningkat sebesar 2,93% menjadi
91,45. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani meningkat (2,79%)
dibandingkan dengan indeks bayar petani yang menurun sebesar 0,14% (lihat
grafik 1.12 dan 1.13).
Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar
11,13% dari PDRB mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,12% (q-t-q),
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 0,82% (q-t-
q). Menurunnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh kondisi
demand yang sedang menurun terkait dengan komoditas karet, sawit dan barang
dari kayu. Kondisi krisis global membuat beberapa komoditas unggulan Jambi
yang berorientasi ekspor mengalami stagnansi bahkan menurun cukup signifikan.
Hasil survei Liaison Kantor Bank Indonesia Jambi periode triwulan I tahun
2009 menunjukkan bahwa dampak dari krisis ekonomi global terutama dirasakan
pada turunnya harga jual produk.5 Harga jual produk crumb rubber menurun
sampai 33%, harga jual TBS kelapa sawit juga turun sebesar 33% sementara harga
jual produk pulp dan kertas turun sebesar 20-30%. Hal ini menyebabkan
4 Data NTP s.d. bulan Februari 2009. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 5 Tujuan survei Liaison adalah pengumpulan data yang bersifat ‘intelligent gathering’ dalam arti informasi yang up to date dan tepat waktu, memberikan arah ke depan dan mengurangi kondisi uncertainty.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
menurunnya margin penjualan yang diterima oleh perusahaan (lihat boks. 3.
Perkembangan Dunia Usaha Jambi Di Tengah Krisis Ekonomi Global).
Melemahnya demand yang disertai dengan penurunan harga jual produk
menyebabkan sub sektor perkebunan mengalami tekanan pada triwulan laporan.
Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Harga (Rp)
6305.715
8,730.7
4578.6
2570.89
5,005.5
1853.6
1269.42
1,913.3
887.9-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
9,000.00
10,000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
CPO INTI TBS 10 thn
Sementara, setelah mengalami tekanan semenjak periode triwulan III s.d.
triwulan IV tahun 2008, harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi mulai
meningkat kembali. Harga rata-rata TBS 10 tahun dan CPO Jambi yang sempat
mencapai harga terendahnya masing-masing sebesar Rp750,93/kg dan
Rp3.930,13/kg pada November 2008, mulai mengalami peningkatan selama
periode triwulan I tahun 2009. Harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing
mencapai Rp1.269,42/ kg dan Rp6.305,72/kg pada Maret 2009.
Disamping itu, beberapa prompt indikator sub sektor perkebunan selama
periode triwulan laporan juga masih belum menunjukkan perkembangan yang
signifikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indikator
produksi untuk karet dan sawit yang masih terakselerasi terbatas selama triwulan
laporan (lihat grafik 1.10)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
12
Grafik 1.10 Indikator Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Grafik 1.11 Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura, Sub Sektor Peternakan
dan Sub Sektor Perikanan indeks bulanan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa Produksi Pinang Grafik 1.10
indeks bulanan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Produksi Hortikultura Produksi DagingProduksi Telur Produksi Perikanan
Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani NTP
80
90
100
110
120
130
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar 1993 2008y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak M ei 2008, BPS mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007
2005 2006 20072008x 2008y 2009
Grafik 1.12
Persen (%)
(12.0)
(10.0)
(8.0)
(6.0)
(4.0)
(2.0)
-
2.0
4.0
6.0
8.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007
g.indeks diterima
g.indeks bayar
Grafik 1.13
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
laporan menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.6 Berdasarkan
informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk
bersubsidi sebesar 16.193 ton atau meningkat sebesar 9,44% dibandingkan
triwulan sebelumnya (14.796 ton). Penggunaan pupuk bersubsidi sebagian besar
didominasi oleh pupuk Urea (61,84%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska
(21,10%), SP-36 (10,99%) dan ZA (6,07%).
6 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
Grafik 1.14. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.15. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
(Ton)
0 5000 10000 15000 20000 25000
TW IITW III
TW IVTW I
TW II
TW IIITW IV
TW I
TW IITW III
TW IVTW I
TW II
TW IIITW IV
TW I20
0620
0720
0820
09
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
SP-36 ZA NPK PHONSKA Urea
Grafik 1.14
Ton
0
5000
10000
15000
20000
25000
TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I
2006 2007 2008 2009
Persen (%)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.15
Sub sektor perikanan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,43% (q-
t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 12,08% (q-t-q).
Hal ini tercermin dari indeks produksi perikanan yang secara rata-rata masih
tumbuh dibawah 100.7 Kondisi cuaca yang relatif kurang baik juga merupakan
hambatan nelayan untuk berlayar.
Sub sektor kehutanan tumbuh melambat sebesar 0,13% (q-t-q)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Semakin berkurangnya aktivitas penebangan
kayu akibat musim penghujan cukup berpengaruh terhadap produksi sub sektor
ini. Di sisi lain, aktivitas penebangan liar (illegal logging) juga mengalami
penurunan yang drastis dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini tentunya berdampak pada stok kayu yang semakin terbatas. Selama 7
(tujuh) triwulan terakhir sub sektor kehutanan tumbuh dibawah level 1%.
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mampu
tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,40% (q-t-q)
menjadi 1,76% (q-t-q) pada triwulan I tahun 2009. Hal ini juga dikonfirmasi
dengan tren meningkatnya indikator produksi bulanan sub sektor peternakan
(produksi daging serta produksi telur) selama periode triwulan laporan yang
pertumbuhannya relatif membaik (lihat grafik 1.11).
7 Indeks produksi dengan nilai indeks diatas 100 maksudnya produksi/hasil output periode saat ini (t) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (t-1).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
14
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 0,55% (q-t-q);
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,77% (q-
t-q). Menurunnya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh melambatnya
pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel.
Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 0,57% (q-t-
q) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mampu mencapai 1,90% (q-t-q). Sementara, sub sektor hotel mengalami
penurunan sebesar minus 1,65% (q-t-q). Pada triwulan laporan, hanya sub sektor
restoran yang mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,
yaitu mencapai 0,68%(q-t-q).
Grafik 1.16. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.17. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
indeks
80
90
100
110
120
130
140
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.16
KWH (dalam Ribuan)
5.65
(25.48)
5.61 4.43
(7.36)
8.99
(7.42)
41.97
1.784.88
22.41
(10.43)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Persen (%)
Bisnis Pertumbuhan Bisnis
Grafik 1.17
Setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama pada
periode triwulan IV tahun 2008,8 aktivitas dan volume perdagangan sub sektor
perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan masih tetap tumbuh
walaupun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan
perkembangan sub sektor hotel yang menurun dikarenakan pada triwulan
laporan merupakan masa low season sehingga minat masyarakat menggunakan
jasa perhotelan relatif menurun.
8 Pada periode triwulan IV-2008 termasuk masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) sertaTahun Baru 2009 sehingga demand masyarakat terhadap pemenuhan barang dan jasa meningkat cukup signifikan dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, memasuki masa high season minat masyarakat untuk berlibur keluar daerah (Jambi) relatif tinggi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
15
Dari prompt indicator terlihat juga bahwa indeks harga perdagangan besar
serta harga perdagangan barang konstruksi mengalami pertumbuhan indeks
yang masih terbatas jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks harga
perdagangan besar serta harga perdagangan barang konstruksi menurun pada
bulan Januari dan Maret 2009 dan hanya tumbuh terbatas pada bulan Februari
2009. Dari perkembangan tersebut, menunjukkan rata-rata pergerakan indeks
harga perdagangan besar serta harga perdagangan barang konstruksi triwulan
laporan relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat grafik 1.16.).
Melambatnya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran
serta sub sektor hotel didukung juga dengan menurunnya konsumsi listrik sektor
bisnis sebesar 7,42% pada triwulan laporan. Sementara, perkembangan sub
sektor restoran pada triwulan laporan meningkat menjadi sebesar 0,68% (q-t-q).
Masa kampanye pemilu legislatif berdampak pada meningkatnya order
pemesanan makanan (nasi kotak/nasi bungkus).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
14,13% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 1,02% dan 0,15%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,64% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar minus 0,27% (q-t-q).
Peningkatan sektor ini terutama dikontribusi oleh peningkatan sub sektor minyak
dan gas bumi serta sub sektor penggalian yang masing-masing tumbuh 0,84%
(q-t-q) serta 4,01% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
masing-masing sebesar minus 5,06% (q-t-q) serta 1,32% (q-t-q). Sub sektor
penggalian yang pada triwulan laporan tumbuh signifikan sebesar 4,01% (q-t-q)
berasal dari semakin meningkatnya produksi pasir dan bahan galian lainnya
sehubungan dengan permintaan komoditas tersebut sebagai bahan baku proyek
perumahan serta ruko/rukan pada triwulan laporan yang meningkat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
16
Menurunnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (minus
2,31%/q-t-q) berasal dari mulai menurunnya aktivitas pertambangan batu bara
karena melemahnya demand ekspor batubara Jambi. Disamping itu, kondisi jalan
yang rusak turut mempengaruhi ketidaklancaran arus distribusi batubara. Relatif
fluktuatifnya harga batu bara di pasar internasional serta demand terhadap batu
bara yang relatif menurun berdampak pada perusahaan yang bergerak di bidang
penambangan batu bara untuk menurunkan volume produksinya.
Grafik 1.18. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19 Pertumbuhan Lifting Gas Alam
juta rupiah
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV** I**
2005 2006 2007 2008
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan September 2008 **) angka perkiraan Bank Indonesia JambiSumber: Dinas Energi dan Sumber Daya M ineral (ESDM ) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (dio lah)
ribu barrel
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi 2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi)
Grafik 1.18
BBTU
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV** I**
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan September 2008 **: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Persen (%)
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan
Grafik 1.19
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 1,05% (q-t-q); lebih tinggi
bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya sebesar minus 0,44% (q-t-q).
Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini terutama dikontribusi oleh
pertumbuhan sub sektor industri tanpa migas yang tumbuh meningkat sebesar
1,06% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu
mencapai 0,31% (q-t-q). Sementara, sub sektor migas tumbuh sebesar 0,87% (q-
t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
17
Grafik 1.20. PDRB Industri Pengolahan Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri
Grafik 1.22. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik sektor industri
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
PDRB industri pengolahan (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan (%), aksis kiri
Grafik 1.20 KWH (dalam Ribuan)
16.68
(14.83)
(1.48)
3.86 4.69
(13.99)
(0.16)2.16
0.11
6.88
(10.46)
(2.21)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
-20.0
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Persen (%)
Industri Pertumbuhan Industri
Grafik 1.21
Pelanggan
(2.25)
0.58
(2.31)
(1.18)
-(0.66)
-(0.66)
(1.15)
(2.99)
(4.94)
(1.30)
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
-6.0
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
Persen (%)
Industri Pertumbuhan Pelanggan Industri
Grafik 1.22
Pertumbuhan sub sektor migas terutama masih didorong dengan
peningkatan pengilangan minyak bumi yang produknya antara lain
meliputi LPG. Meningkatnya produksi sektor industri pengolahan juga tercermin
dari pertumbuhan konsumsi listrik sub sektor industri pada periode triwulan
laporan yang meningkat sebesar 2,16%.
Meningkatnya perkembangan industri tanpa migas (1,06%/q-t-q) pada
triwulan laporan antara lain disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas
perkebunan. Walaupun belum mencapai level harga seperti booming komoditas
perkebunan (karet dan sawit) pada tahun lalu, namun tren peningkatan harga
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
18
memberikan optimisme kepada pabrik pengolahan karet dan sawit untuk
meningkatkan hasil produksinya.
Grafik 1.23. Indeks Produksi Industri CPO, Karet, Kopra dan Kerajinan Batik Grafik 1.24 Indeks Produksi Industri Barang dari Kayu, Barang dari Semen, Batu Bata,
Makanan dan Minuman indeks bulanan
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Industri CPO Industri KaretIndustri Kopra Industri Kerajinan Batik
Grafik 1.23
indeks bulanan
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Industri Barang dari Kayu Industri Barang dari Semen Industri Batu Bata
Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.24
Peningkatan sub sektor industri tanpa migas tercermin dari indeks
industri karet yang cenderung meningkat selama triwulan laporan serta
tumbuhnya indeks industri kerajinan batik, indeks industri barang dari semen,
indeks industri batu bata, dan indeks industri minuman pada triwulan laporan
(lihat grafik 1.23 dan 1.24).
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih menurun sebesar 0,30% (q-t-q) pada
triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 5,89% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini berasal
dari angka pertumbuhan sub sektor listrik yang turun menjadi sebesar minus
0,21% (q-t-q)) serta turunnya pertumbuhan sub sektor air bersih menjadi sebesar
minus 0,78% (q-t-q).
Relatif terganggunya pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera pada
triwulan laporan menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi kembali
berkurang sehingga kebijakan PLN untuk pemadaman secara bergilir (bagi
industri dan rumah tangga) mulai dilakukan kembali. Dampak dari hal tersebut
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
19
tentunya menyebabkan konsumsi listrik semakin rendah sehingga laju
pertumbuhan sub sektor listrik pada triwulan laporan menurun.9
Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
KWH (dalam Ribuan)
8.73
1.21
(2.25)
4.687.05
(1.80)
8.02
(3.49)
5.436.77 6.77
(2.64)
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Persen (%)
Total Pemakaian Pertumbuhan Total
Grafik 1.25
Pelanggan
1.01
0.37
2.14
0.75
2.82
2.322.57
3.05
0.76
2.933.603.41
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
Persen (%)
Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan
Grafik 1.26
Menurunnya pertumbuhan sektor air bersih sejalan juga dengan
terbatasnya pasokan listrik terutama dalam memberikan dukungan daya listrik
terhadap aktivitas beberapa pompa air PDAM sehingga debit produksi air untuk
beberapa tandon cenderung turun. Relatif terganggunya debit produksi air
Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi
m3
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
m3
Rumah TanggaIndustri
Grafik 1.27
9 Periode Februari s.d. Maret 2009 Provinsi Jambi defisit daya listrik sekitar 10-20 MW. Rusaknya PLTU Parahan Lampung turut mempengaruhi kontribusi pasokan listrik ke Provinsi Jambi. Sementara, pemedaman di bulan Maret juga terkait dengan terbatasnya kemampuan PLTG Selincah (kapasitas terpasang 60 MW) sementara kebutuhan listrik masyarakat jambi mencapai 70-80 MW.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
20
tandon berdampak pada supply terhadap pelanggan PDAM tidak lancar. Hal ini
pada akhirnya akan berdampak pada volume penjualan air yang menurun selama
periode triwulan laporan.10
Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik dan
merupakan salah satu sektor yang berkontribusi cukup signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi triwulan laporan. Walaupun tumbuh melambat, sektor
bangunan masih mampu tumbuh sebesar 1,84% (q-t-q) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 2,80% (q-t-q). Pertumbuhan sektor bangunan
dikonfirmasi oleh meningkatnya indeks perumahan rakyat yang cukup signifikan
pada periode triwulan I tahun 2009 yaitu 142,86 (Januari 2009), 141,58 (Februari
2009) dan 158,82 (Maret 2009).
Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I
2005 2006 2007 2008 2009
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan
Pembangunan properti residensial (perumahan) oleh developer
(perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial
(ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin
10 Pemadaman bergilir yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat berpengaruh terhadap pelayanan masyarakat di berbagai instansi termasuk PDAM karena sebagian besar instalasi produksi air PDAM tergantung dari tenaga listrik dari PLN (Sebagian besar energi andalan penggerak generator pompa PDAM adalah tenaga listrik).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
21
terbatas. Permintaan kredit KPR11 masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan
walaupun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh
sebesar 2,63% (Rp22,21miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh sebesar 7,52%. Sedangkan perkembangan kredit
Ruko/Rukan pada triwulan laporan turun sebesar 2,37%.12
Masih tumbuhnya kredit KPR mencerminkan bahwa minat masyarakat
terhadap permintaan perumahan masih cukup tinggi. Hal ini dikonfirmasi juga
dengan meningkatnya konsumsi semen selama periode triwulan laporan menjadi
sebesar 97.124 ton dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 93.052
ton.
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit KPR Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Ruko/Rukan
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
1,000,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009
juta Rp
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Persen
KPR Pertumbuhan
Grafik 1.28
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009
juta Rp
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Persen
Ruko/Rukan Pertumbuhan
Grafik 1.29
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
0,73% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah bila dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 2,29% (q-t-q). Melambatnya angka pertumbuhan
sektor ini terutama berasal melambatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan
pada triwulan laporan. Dari sub sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan
jalan raya mengalami pelambatan sedangkan pertumbuhan angkutan udara serta
jasa penunjang angkutan mengalami penurunan.
Melambatnya pertumbuhan sub sektor transportasi terutama terkait
dengan masa low season sehingga demand masyarakat dalam menggunakan
11 Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 12 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan I tahun 2009 s.d. bulan Februari 2009.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
22
moda transportasi darat dan udara cenderung menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang merupakan masa high season.
Grafik 1.31. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Grafik 1.32. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2005 2006 2007 2008 2009
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri
Pertumbuhan (%), aksisi kanan
Grafik 1.31
orang
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: PT. Angkasa Pura II
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Persen (%)
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.32
kg
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: PT.Angkasa Pura II
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Persen (%)
Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Grafik 1.33
Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,95% (q-t-q).
Sementara, sub sektor angkutan udara tumbuh sebesar minus 3,38%(q-t-q),
turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,64%(q-t-q). Cenderung
menurunnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara selama
periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan
menyesuaikan frekuensi jadwal penerbangan dari dan ke Jambi serta penurunan
tarif angkutan udara.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
23
Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.35. Perkembangan Kunjungan Kapal
unit
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
Sumber: Pelindo Jambi
persen(%)
Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan
Grafik 1.34
unit
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Sumber: Pelindo Jambi
persen(%)
Unit Pertumbuhan
Grafik 1.35
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 2,95%.
Sementara, perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal pada triwulan
laporan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Jumlah unit kapal
bersandar sebesar 952 unit.13 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan
perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 8.175
peti kemas.14
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan
telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami
pertumbuhan sebesar 2,68% (q-t-q) dan 1,84% (q-t-q), lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 0,85% (q-t-q) dan
0,57% (q-t-q).
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
1,54% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar minus 0,70% (q-t-q). Peningkatan tersebut terutama
disebabkan oleh tumbuh lebih cepatnya sub sektor bank, sub sektor lembaga
keuangan tanpa bank, sub sektor jasa penunjang keuangan serta sub sektor sewa
bangunan pada triwulan laporan. Sementara, sub sektor jasa perusahaan tumbuh
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (1,16%/q-t-q).
13 Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 14 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
24
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami pelambatan
pertumbuhan menjadi sebesar 1,14% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 1,22% (q-t-q). Pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum yang masih
terbatas dikarenakan realisasi belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah
masih lambat. Sedangkan perkembangan sub sektor swasta yang meningkat
berasal dari aktivitas jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa
perorangan dan rumah tangga yang masih tumbuh membaik dibandingkan
triwulan sebelumnya.
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pelambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan laporan didorong oleh menurunnya kontribusi pengeluaran
konsumsi rumah tangga serta pembentukan modal tetap domestik bruto
Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 15
1.55
0.07
0.05
0.90
0.08
(1.39)
-3.20
0.02
0.03
-0.38
0.09
4.21
-4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
Pengeluaran KonsumsiRumahtangga
Pengeluaran KonsumsiPemerintah
Lembaga Sw asta Nirlaba
Pembentukan Modal TetapDomestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor/Impor
Trw I-09
Trw IV-08
(PMTDB). Sementara, pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor masih
tumbuh terbatas. Namun demikian, penurunan impor pada triwulan laporan yang
cukup signifikan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang tidak
melemah semakin dalam.
15 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
25
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 69,32% dari PDRB Jambi pada triwulan
I tahun 2009 (lihat grafik 1.36). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan
PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing
sebesar 17,86% dan 18,35%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,80%
dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,53%.
Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 200916
Pengeluaran konsumsi rumah
tangga69.32%
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah 17.86%
Lembaga Swasta Nirlaba0.53%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto18.35%
Perubahan Stok2,80%
Net Impor8.86%
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama
triwulan laporan minus 4,38% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 5,62% (q-t-q). Menurunnya
konsumsi masyarakat pada periode triwulan laporan akibat dari dampak krisis
sehingga masyarakat mulai mengurangi konsumsi barang dan jasa pada periode
triwulan laporan.
Hal ini ditunjukkan juga dengan melemahnya daya beli masyarakat yang
diindikasikan oleh turunnya pembelian kendaraan bermotor (sepeda motor) pada
triwulan laporan (Grafik 1.44). Disamping itu, indeks keyakinan konsumen
terhadap kondisi perekonomian selama periode triwulan laporan juga masih
16 Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
26
berada pada level pesimis (Grafik 1.37). Sementara, konsumsi listrik rumah
tangga (RT) mengalami penurunan sebesar 1,94%.
Grafik 1.38. Indeks Kondisi Ekonomi Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
(%)
Kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 - 12 bln yg lalu Pertumbuhan (%)
Grafik 1.38
KWH (dalam Ribuan)
0.48
3.13
(0.55)
1.75
6.73
0.64
8.29
(1.94)
6.747.87
6.51
(2.87)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
Persen (%)
Rumah Tangga Pertumbuhan RT
Grafik 1.39
Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan turun sebesar
33,43%. Hal ini didorong oleh turunnya penjualan mobil baru (sedan, jeep,
minibus) sebesar 4,65%, begitu juga dengan penjualan sepeda motor yang turun
34,04%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan
bermotor semakin melemah setelah mengalami penurunan semenjak triwulan III
tahun 2008.
Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 2,32%, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 2,43% (q-t-q). Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang
tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank
menunjukkan tanda penurunan.
Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh
melambat sebesar 0,09% (q-t-q), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 5,95% (q-t-q). Menurunnya pengeluaran konsumsi
pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan belum terakselerasinya belanja
modal (infrastruktur) Pemerintah Daerah pada triwulan laporan. Sementara,
pengeluaran konsumsi lembaga nir laba juga tumbuh sebesar 5,59% (q-t-q) atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,36% (q-t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
27
Grafik 1.40. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Premium dan Solar
Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi
Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
unit
29.89
8.79
(49.37)
14.98
36.26
11.95
(19.40)(14.21)
(1.58)
(33.43)
21.5626.81
9.78
23.64
1.61
(32.52)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-1020304050
Persen(%)
KENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.40.
Ribu Liter
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Angka perkiraan………………………...
(80.00)
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00Persen (%)
Konsumsi Premium (aksis kiri) Konsumsi Solar (aksis kiri)
Premium (aksis kanan) Solar (aksis kanan)
Grafik 1.41.
Ribu Liter
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2006 2007 2008 2009
(%)
(80.0)
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
Sumber: Pertamina Wira Penjualan Jambi* Angka perkiraan ……………………….
M.Tanah/Kerosine Pertumbuhan
Grafik 1.42.
7.03
11.96
5.24
8.38
10.9811.71
2.322.431.87
3.80 3.60
3.33
12.68
0
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2006 2007 2008 2009
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri
Grafik 1.43. unit
2.16 8.46
(15.88)
8.94(5.47)
31.19
6.62
34.25
(9.42)
35.73
3.62 (3.49) (4.65)(13.23)
(65.01)
126.41
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(100)
(50)
-
50
100
150
Persen(%)
Sedan, Jeep, Minibus Pertumbuhan
Grafik 1.44.
unit
29.06
12.03
(50.50)
16.31
36.69
12.38
(19.17)(15.19)
10.01
(1.04)
(34.04)
21.2626.81
23.49
1.05
(32.73)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Persen(%)
SEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.45.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
28
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) turun sebesar 2,24% (q-t-q)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,73% (q-t-q) yang
mencerminkan bahwa kondisi investasi belum terealisasi dengan baik dalam
mendukung percepatan perekonomian Jambi.
Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
Persen(%)
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
Grafik 1.46.
1.502.33 2.70
4.283.26
1.60
16.18
10.28
1.21 0.99
14.28
16.65
11.78
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2006 2007 2008 2009
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan
Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.47.
Ton
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
(%)
Konsumsi SemenPertumbuhan
Grafik 1.48.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
29
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat
situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo
bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 19,44. Masih relatif baiknya situasi bisnis
dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar
0,99% atau sebesar Rp14,42 miliar pada triwulan laporan.
Perubahan stok pada triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan
sebesar 2,83% (q-t-q), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya sebesar 5,99% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada
triwulan laporan sebesar 2,80%.
3. Perdagangan Eksternal
Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi sebesar 1,83% (q-t-
q) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar minus
9,22% (q-t-q). Pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi
maupun luar negeri mengalami penurunan sebesar 5,43% (q-t-q).
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
ribu USD
34,232
188,395
71,313
261,972
215,491
207,237
123,888145,898
147,469
73,849
101,075
72,175
149,230
145,699
105,291
135,753
107,288
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I*
2005 2006 2007 2008 2009
Keterangan: *) S.d. Februari 2009
Impor Ekspor Net
Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor
Provinsi Jambi sebesar USD 87,31 juta sedangkan impor sebesar USD 15,99 juta
pada triwulan laporan.17 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net
17 Data s.d. bulan Februari 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
30
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2007 2008 2009
dalam Ribu USD
EKSPOR
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
ekspor sebesar USD 71,32 juta, menurun sebesar 46,28% dibandingkan posisi
yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 132,76 juta.18
Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO.19
Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai
impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA
18 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan Januari-Februari 2009 dibandingkan net ekspor bulan Oktober-November 2008. 19 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
31
Pada triwulan laporan (Januari-Februari 2009), ekspor Provinsi Jambi
menurun sebesar 42,33% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya
(Oktober-November 2008), yaitu dari USD 151,40 juta menjadi USD 87,31 juta.
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Januari-Februari
2009) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 32,47
juta atau 37,19% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak
nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta pulp dan kertas (pulp and
waste paper) masing-masing mencapai USD 15,11 juta (17,31% dari total ekspor
non migas), dan USD 17,07 juta (19,55% dari total ekspor non migas).
Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Ribu USD
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
C. UNITED STATES OF AM ERICA SINGAPOREM ALAYSIA C. JAPANC. R.R.C C. SOUTH KOREALAINNYA
Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
C. UNITED STATES OF AM ERICA SINGAPOREM ALAYSIA C. JAPANC. R.R.C C. SOUTH KOREALAINNYA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
32
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas
batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu
dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD
6,79 juta (7,78%) serta USD 4,31 juta (4,94%). Berdasarkan struktur ekspor non
migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama
komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk
hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya).
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke
negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 73,62% total ekspor
Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Republik
Rakyat China (RRC) yang mencapai USD 18,74 juta (21,47%), diikuti dengan
Malaysia sebesar USD 13,49 juta (15,45%), Jepang sebesar USD 8,60 juta
(9,85%) serta Singapura sebesar USD 7,82 juta (8,96%). Sementara ekspor ke
negara Amerika sebesar USD 17,66 juta (20,22%) pada triwulan laporan. Dari
grafik 1.52, terlihat bahwa ekspor Provinsi Jambi ke Amerika mulai mengalami
tren penurunan semenjak Juli 2008 s.d. Februari 2009 (kecuali Desember 2008).
Sejalan dengan hal tersebut, negara tujuan ekspor Provinsi Jambi pun semakin
besar porsinya ke negara selain Amerika.
Dari sisi impor (Januari-Februari 2009), impor non migas menurun sebesar
14,19% (USD 2,65 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan
sebelumnya (Oktober-November 2009) sehingga menjadi sebesar USD 15,99 juta.
Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin industri
tertentu/khusus (mach. Special for partic. inds) sebesar USD 7,17 juta (44,82%)
serta sub kelompok mesin industri dan perlengkapannya (general industrial
mach.&eqp) sebesar USD 6,73 juta (42,04%).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
33
Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2007 2008 2009
dalam Ribu USD
IMPORMACHINERY & TRANSPORT EQPCHEMICAL
Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
Ribu USD
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES56 - FERTILIZERS MANUFACTUREDLAINNYA
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 90,38% dari nilai impor. Selain itu, kelompok
barang manufaktur (manufactured goods) juga memberikan kontribusi impor
sebesar 4,91% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya
adalah benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya (textile yarn, fabric&prod.)
sebesar USD 758,21 ribu.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
34
Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
Ribu USD
(5,000)
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
C. CANADA SINGAPORE M ALAYSIA C. HONGKONG
C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA
Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008 2009
C. CANADA SINGAPORE M ALAYSIA C. HONGKONG
C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 12,94 juta (81,04%), diikuti
dengan Malaysia sebesar USD 0,85 juta (5,37%) dari total impor pada triwulan
laporan (s.d. bulan Februari) sebesar USD 15,99 juta.
I
Boks 1.
DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI:
PENDEKATAN INPUT-OUTPUT
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang
berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor
ini di Indonesia masih dapat ditingkatkan lagi apabila dikelola dengan baik karena
belum optimalnya penggarapan sampai saat ini. Ke masa depan sektor ini akan terus
menjadi sektor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan
kerja, peningkatan pendapatan nasional dan penerimaan ekspor serta berperan
sebagai produsen bahan baku untuk penciptaan nilai tambah di sektor industri dan
jasa. Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan diharapkan tetap memainkan peran
penting melalui kontribusinya dalam PDB, penerimaan ekspor, penyediaan lapangan
kerja, pengurangan kemiskinan, dan pembangunan wilayah terutama di luar pulau
Jawa.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain
memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi
yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di
dalam negeri (produksi tahun 2007 sebanyak 16,89 juta ton), ekspor yang
menghasilkan devisa (sebesar 7,86 miliar USD) dan menyediakan kesempatan kerja
kepada ± 4,5 juta orang. (Indonesian Palm Oil Statistic, 2007)
Pengembangan kelapa sawit di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat sejak tahun 1970 terutama periode 1980-an. Semula pelaku perkebunan kelapa
sawit hanya terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PBN) namun pada tahun yang sama
pula dibuka Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola
PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dan selanjutnya berkembang pola swadaya. Pada tahun
1980 luas areal kelapa sawit adalah 294.000 ha dan pada tahun 2007 luas areal
perkebunan kelapa sawit sudah mencapai 6,32 juta ha dimana 48,37% dimiliki oleh
PBS, 40,66% dimiliki oleh PR, dan 10,98% dimiliki oleh PBN.
Produksi minyak sawit di Indonesia sebagian besar berada di pulau Sumatera
diikuti oleh Kalimantan. Berdasarkan provinsi, Riau merupakan provinsi penghasil
minyak sawit terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 24% dari produksi
nasional pada tahun 2007 sementara Jambi menyumbang minyak sawit sebesar
7,70% dari produksi nasional dengan luas lahan mencapai 8,82% dari luas lahan
nasional.
Perkembangan kelapa sawit di Jambi juga menunjukkan trend pertumbuhan
yang selalu positif. Sampai dengan tahun 2007 luas areal kelapa sawit di Jambi sudah
mencapai 430.610 ha dengan jumlah produksi 1.035.300 ton serta dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 135.736 KK. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan
II
dengan luas areal kedua terbesar setelah karet (luas areal karet adalah 633.739 ha) di
Jambi.
Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia
dengan jumlah produksi tahun 2007 sebesar 16,89 juta ton minyak sawit, kemudian
diikuti dengan Malaysia dengan jumlah produksi 15,74 juta ton. Produksi kedua
negara ini mencapai 85% dari produksi dunia yang sebesar 38,16 juta ton. Walaupun
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, namun
sebagian besar ekspor minyak sawit dari Indonesia adalah dalam bentuk bahan
mentah sehingga nilai tambah yang didapatkan relatif kecil. Pada tahun 2007 ekspor
dari komoditi sawit berserta turunannya adalah 83,97% dalam bentuk CPO, 14,25%
dalam bentuk minyak inti sawit dan hanya 5,38% yang dalam bentuk produk turunan,
yaitu oleochemichal. Sementara Malaysia, mayoritas ekspor komodita kelapa sawitnya
adalah dalam betuk bentuk produk turunan.
Di Jambi sendiri, Pemerintah Provinsi berencana akan membatasi penjualan
minyak sawit mentah keluar daerah. Mulai Januari 2010 minyak kelapa sawit mentah
tidak boleh dijual ke luar Provinsi Jambi. Selama ini, Provinsi Jambi dikenal memilki
perkebunan sawit cukup luas, tetapi hanya bisa menghasilkan CPO, sementara yang
mendapatkan hasil justru daerah lain. Jambi sendiri sering kekurangan minyak sayur
yang menjadi kebutuhan masyarakat setiap hari.
Terkait peraturan ini, Pemerintah Provinsi Jambi sedang mengusulkan Perda
mengenai larangan tersebut. Kedepannya, CPO harus diolah menjadi barang jadi,
sehingga saat keluar dari Jambi sudah langsung bisa dipasarkan dengan label produksi
dari salah satu Kabupaten di Jambi.
Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat sejak dua dekade
terakhir. Luas areal kelapa sawit yang hanya seluas 294.560 ha pada tahun 1980
menjadi 6.074.926 ha pada tahun 2006. Perkembangan luas areal ini kemudian diikuti
dengan perkembangan jumlah produksi kelapa sawit, yaitu 721.172 ton di tahun 1980
menjadi 13.390.807 ton pada tahun 2007. Tingginya pertumbuhan kelapa sawit di
Indonesia disebabkan oleh meningkatnya perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh
swasta dan perkebunan rakyat.
III
Grafik 1. Luas Areal (ha) Perkebunan
Kelapa Sawit di Indonesia Grafik 2. Produksi (ton) Perkebunan
Kelapa Sawit di Indonesia
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
1967 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 2007
luas
lah
an (h
a)
TahunPR (HA) PBN (HA) PBS (HA)
Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
1967 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 2007
Jum
lah
pro
du
ksi (
ton
)
Tahun
PR (HA) PBN (ton) PBS (HA)
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebagian besar tersebar di Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Luas areal kelapa sawit di Sumatera mencapai 74,90% total
lahan di Indonesia dengan total produksi yang mencapai 81,75% produksi nasional.
Sementara luas lahan kelapa sawit di Kalimantan mencapai 21,15% luas areal nasional
dengan produksi yang mencapai 14,75% produksi nasional. Berdasarkan provinsi, Riau
merupakan provinsi dengan luas lahan dan produksi terbesar di Indonesia, yaitu
dengan luas 22,51% dan jumlah produksi 24,30% produksi nasional. Jambi
merupakan provinsi penghasil minyak sawit keempat terbesar di Indonesia setelah
Riau, Sumut, dan Sumsel (lihat grafik 3 dan 4.).
Grafik 3. Pangsa Luas Areal Perkebunan Sawit Berdasarkan Provinsi (%)
Grafik 4. Pangsa Produksi Perkebunan Sawit Berdasarkan Provinsi (%)
Riau22.51%
Sumut17.29%
Sumsel10.38%
Jambi8.82%
Kalbar7.52%
Kalteng6.75%
Sumbar4.98%
NAD4.58%
Kaltim3.90%
Kalsel2.98%
Lainnya10.30%
Sumber: Indonesian Palm Oil Statistic
Riau24.30%
Sumut23.14%
Sumsel10.37%
Jambi7.71%
Kalbar6.26%
Kalteng4.16%
Sumbar5.80%
NAD4.12%
Kaltim1.76%
Kalsel2.56%
Lainnya9.82%
Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia merupakan komoditi
ekspor. Pangsa ekspor kelapa sawit hingga tahun 2005 sudah hampir mencapai
87,5% total produksi. Belanda adalah negara tujuan utama ekspor kelapa sawit di
Indonesia, yaitu 17,73% dari total ekspor kelapa sawit, kemudian diikuti oleh India
sebesar 16,99%, dan Cina 12,91%. Malaysia yang merupakan negara pengekspor
IV
kelapa sawit terbesar di dunia ternyata juga menjadi negara tujuan ekspor kelapa sawit
di Indonesia, yaitu sebesar 6,10% dari total ekspor.
Grafik 5. Ekspor CPO Indonesia Grafik 6. Negara Tujuan Ekspor CPO tahun 2006 (%)
0
20
40
60
80
100
120
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005Volume (ton)Nilai (ribu USD)
Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan
Netherlands, 17.73
India, 16.99
China, 12.91
Malaysia, 6.10Pakistan, 5.48
Singapore, 4.25
Germany,fed. Rep. Of, 3.43
Egypt, 3.12
Bangladesh, 3.06
Sri Lanka, 2.91
Turkey, 2.19
Lainnya, 21.83
Sumber: Ditjenbun, statistik perkebunan
Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan provinsi
Jambi di samping karet. Perkembangan kelapa sawit di Jambi sangatlah pesat, dari
hanya seluas 44.763 ha pada tahun 1990 meningkat menjadi 430.610 ha di tahun
2007, yang berarti meningkat hampir 10 kali lipat dalam 17 tahun. Begitu pula untuk
hasil produksi CPOnya, dari hanya 106.864 ton di tahun 1990 menjadi 1.035.300 ton
di tahun 2007. Pengembangan kelapa sawit ini selain bermanfaat dalam
perekonomian Jambi juga berperan dalam menyerap tenaga kerja. Sampai dengan
tahun 2007, jumlah KK yang bekerja dalam perkebunan sawit adalah 135.736.
Sementara untuk perkebunan karet yang sudah berumur 100 tahun di Jambi, mulai
mengalami perlambatan pertumbuhan dalam tahun-tahun terakhir ini. Saat ini luas
kebun karet di Jambi adalah 633.739 ha dengan jumlah KK yang bekerja pada
komoditi tersebut sebanyak 233.350 KK.
Grafik 7. Luas Areal (ha) Perkebunan Jambi berdasarkan Komoditas
Grafik 8. Produksi (ton) Perkebunan Jambi berdasarkan Komoditas
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
1992 1997 2002 2007
Luas
Are
al (
ha)
Karet kelapa sawit Lainnya Sumber: Jambi dalam Angka, berbagai terbitan
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1992 1997 2002 2007
Pro
du
ksi
(to
n)
Karet kelapa sawit Lainnya
Ekspor ke luar negeri kelapa sawit dari Jambi adalah sebesar 7,83% dari total
nilai ekspor pertanian di Jambi. Nilai ekspor ini sangat jauh dibawah nilai ekspor
komoditi karet yang menguasai 85,27% total ekspor pertanian Jambi. Rendahnya nilai
ekspor kelapa sawit dari Jambi ini bukan disebabkan oleh tingginya penggunaan
V
kelapa sawit di Jambi, akan tetapi disebabkan oleh adanya kelapa sawit yang dibawa
ke luar provinsi Jambi, baik untuk diolah di sana maupun untuk kemudian diekspor
dari daerah tersebut.
Grafik 9. Persentase Nilai Pangsa Ekpor Komoditas Pertanian, 2006
Karet85.27%
Kelapa Sawit7.83%
Kelapa5.88%
Pinang0.79%
Kopi0.12%
Gandum0.04%
Cassiavera0.03%
Lainnya0.05%
Sumber: Deptan, Statistik Pertanian
Pengolahan industri hilir dari kelapa sawit di Jambi saat ini salah satunya adalah
industri minyak goreng. Akan tetapi industri ini mengalami kemunduran dari tahun ke
tahun jika dilihat dari jumlah produksinya. Di tahun 1992, jumlah produksi minyak
goreng adalah 1.719 ton akan tetapi di tahun 2007 jumlah produksi menyusut sampai
hanya 408,62 ton. Dilihat dari jumlah perusahaannya, industri ini juga tidak mengalami
kemajuan dimana jumlah industri pada sektor ini tetap 7 sejak tahun 1992. Saat ini
industri minyak goreng dapat menyerap 1.488 tenaga kerja.
Grafik 10. Produksi Minyak Goreng Jambi
0
500
1000
1500
2000
1992 1997 2002 2007
Produksi minyak goreng (ton)
Sumber: Jambi dalam angka, berbagai terbitan
Analisis Pengembangan kelapa sawit di jambi
Pengembangan kelapa sawit di Indonesia dapat melalui pengembangan luas
lahan kebun dan juga dengan pengembangan industri hilir kelapa sawit. Untuk
mengetahui bagaimanakah dampak dari pengembangan tersebut terhadap
perekonomian Jambi, digunakan analisis Tabel Input Output. Analisis yang akan
dilakukan meliputi dampak pengembangan tersebut terhadap output perekonomian di
Jambi, pendapatan masyarakat, tenaga kerja, serta sektor-sektor yang terkena dampak
dari pengembangan ini.
VI
Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks
yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan
antara sektor yang satu dengan sektor yang lain dalam suatu wilayah dengan periode
waktu tertentu. Tabel ini merupakan alat yang efektif untuk menganalisis dan
memproyeksi perekonomian dalam suatu perencanaan pembangunan, dan dapat juga
dijadikan landasan untuk menilai dan mengetahui berbagai kelemahan data-data
statistik lainnya. Tabel Input-Output yang dipergunakan adalah Tabel Input-Output
tahun 2007 yang terdiri dari 70 sektor. Untuk simplifikasi, tabel input-output yang
digunakan kemudian diagregasi menjadi 45 sektor.
1. Pemanfaatan lahan idle kebun sawit
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan, saat ini terdapat 143 perusahaan
yang sudah mendapatkan izin lokasi pembangunan kebun kelapa sawit. Total lahan
yang diizinkan untuk perkebunan sawit sampai saat ini adalah seluas 1.100.000 ha.
Implementasinya di lapangan, saat ini luas kebun kelapa sawit di Jambi sampai dengan
tahun 2008 adalah 454.771 ha. Hal ini menunjukkan terdapatnya lahan kelapa sawit
yang masih belum digunakan kira-kira seluas 645.229 ha.
Analisis skenario digunakan untuk melihat bagaimanakah dampak dari
pemanfaatan lahan idle ini terhadap perekonomian Jambi. Dari 645.229 ha lahan idle,
diasumsikan lahan yang akan dimanfaatkan adalah 5% yaitu seluas 32.261,5 ha.
Untuk pengembangan lahan sawit dibutuhkan investasi sebesar Rp24.181.000/ha (SK
Dirjen Perkebunan Nomor 03/Kpts/RC.110/1/107) sehingga total investasi yang
diperlukan adalah Rp780,12 miliar.
Adanya investasi sebesar Rp780,12 miliar akan meningkatkan output Jambi
sebesar Rp1,096 triliun (setara dengan 1,77% total output) baik secara langsung
maupun tidak langsung. Jika mempertimbangkan imbasan terhadap konsumsi
masyarakat, maka kenaikan output menjadi sebesar Rp1,26 triliun (kenaikan 2,04%
total output), yang berarti terdapat kenaikan output sebesar Rp162,79 miliar akibat
meningkatnya konsumsi masyarakat. Sektor yang mendapatkan pengaruh terbesar dari
investasi ini adalah sektor sawit yang mengalami peningkatan output sebesar
Rp839,95 miliar diikuti dengan sektor keuangan sebesar Rp77,77 miliar. Imbasan
konsumsi terbesar adalah dari sektor industri makanan lainnya yaitu sebesar Rp21,57
miliar diikuti dengan sektor bangunan Rp15,18 miliar.
VII
Tabel 1. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Investasi Lahan Terhadap Sektor
Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)
Imbasan Kons
∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)
Sawit 839,710 243 839,953 Keuangan 71,293 6,473 77,766 Sektor lainnya 43,901 5,569 49,471 Bangunan 29,375 15,176 44,550 Perdagangan 19,476 10,126 29,602 Transportasi_jalan 17,852 8,035 25,886 Jasa swasta 21,571 3,445 25,016 Ind. Makanan Lainnya 3,193 21,568 24,761 Lainnya 49,044 92,155 141,199 Total 1,095,416 162,789 1,258,205
Investasi yang dilakukan terhadap sawit ini tentu akan berpengaruh kepada
pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat akan meningkat sebesar Rp129,93
miliar (kenaikan sebesar 0,86%) secara langsung ataupun tidak langsung. Jika
menambahkan imbasan kepada konsumsi, total kenaikan pendapatan masyarakat
adalah sebesar Rp174,42 miliar (kenaikan 1,15% dari total pendapatan masyarakat).
Kenaikan pendapatan ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kenaikan outputnya.
Pendapatan masyarakat yang akan meningkat adalah bagi masyarakat yang bekerja
pada sektor sawit (Rp54,56 miliar), keuangan (Rp21,63 miliar), sektor lainnya (Rp21,60
miliar), dan bangunan (Rp19,50 miliar). Perkebunan sawit merupakan perkebunan
yang menyerap tenaga kerja dengan tinggi. Pengembangan lahan ini akan berdampak
pada terbukanya lapangan kerja baru sebanyak 94.199 lapangan pekerjaan dimana
80.282 lapangan pekerjaan di sawit.
Tabel 2. Hasil Skenario Pemanfaatan Lahan
Keterangan Nilai (juta)% thd Total
Output/ Income/TK
Investasi Pengembangan Lahan 780,115 Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 1,095,416 1.77Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) 1,258,205 2.04Imbasan Konsumsi 162,789 0.26
Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 129,933 0.86
Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) 174,420 1.15
Perubahan TK (langsung) 80,282.03 6.69Perubahan TK (tidak langsung) 8,875.32 0.74Perubahan TK (Efek industri) 2,954.35 0.25Perubahan TK (Imbasan Konsumsi) 2,087.74 0.17Perubahan TK (Total) 94,199.44 7.85
Dampak Terhadap TK
Dampak Terhadap Pendapatan
Sektor sawit adalah sektor yang sangat tergantung akan keuangan, sektor
sektor lainnya, bangunan, perdagangan, jasa swasta serta transportasi jalan. Untuk
VIII
dapat mengembangkan sektor ini tentu harus didukung oleh sektor input utama
lainnya. Tingginya kebutuhan akan sektor keuangan menunjukkan bahwa sektor ini
membutuhkan pembiayaan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit perkebunan oleh
perbankan di Jambi mengalami peningkatan sejak tahun 2008. Akan tetapi rasio
jumlah kredit perbankan terhadap total kredit masih relatif kecil yaitu sebesar 8,14%
pada Februari 2009. Rasio ini masih dibawah pangsa subsektor perkebunan terhadap
PDRB Jambi yang pada tahun 2008 adalah sebesar 10,42%.
Tabel 3. Jumlah Kredit Perkebunan
11.52 11.179.66
8.20 7.846.83 6.92
7.85 8.14 8.27
02468101214
-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000
Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09
Kredit Tanaman Perkebunan (Rp juta)
Rasio Kredit Tanaman Perkebunan (%) (rhs) 2. Pengembangan industri hilir
Pemerintah Provinsi Jambi akan membatasi penjualan minyak sawit mentah
keluar daerah. Mulai Januari 2010 minyak kelapa sawit mentah tidak boleh dijual ke
luar Provinsi Jambi. Selama ini, Provinsi Jambi dikenal memilki perkebunan sawit cukup
luas, tetapi hanya bisa menghasilkan CPO, sementara yang mendapatkan hasil justru
daerah lain. Tujuan dari pengembangan industri hilir ini adalah untuk meningkatkan
nilai tambah bagi masyarakat serta dapat membuka lapangan kerja baru. Selain itu
industri hilir ini dapat menjadi buffer harga untuk minyak sawit. Dengan adanya
industri ini ketergantungan industri CPO akan pasar ekspor akan berkurang.
Skenario yang dilakukan dalam perhitungan ini adalah jika 20% ekspor CPO
dari Jambi digunakan untuk pembangungan industri hilirnya. Berdasarkan tabel Input-
Output, ekspor CPO adalah sebesar 69,32% dari total output. Jika total produksi CPO
Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar 1.035.300 ton maka volume ekspor CPO pada
tahun 2007 adalah sebanyak 717.690 ton.
Tabel 4. Perhitungan Skenario Pengembangan Industri Minyak Goreng Keterangan Nilai
Ekspor CPO (Juta Rp) 1,816,865.5
Total Output CPO (Juta Rp) 2,620,910.0
Persentase eksporCPO/Total Output CPO 69.3
Total Produksi CPO Jambi 2007 (ton) 1,035,300.0
Ekspor CPO (ton) 717,690.0
SKENARIOPengurangan Ekspor CPO 20% (Juta Rp) 363,373.1 Pengurangan Ekspor CPO 20% (ton) 143,538.0
Biaya Investasi minyak goreng/kg (Rp) 4,500.0 Total biaya investasi minyak goreng sebesar 20% ekspor CPO (juta Rp)
645,921.0
IX
Pengurangan Ekspor CPO sebesar 20% (setara dengan 143.538 ton)
Pengurangan ekspor CPO sebesar 20% atau sebesar Rp363.373,1 juta akan
mengurangi total output di
Jambi sebesar Rp561,96 miliar
(penurunan 0,91% total output
Jambi) baik secara langsung
maupun tidak. Penurunan
ekspor ini menyebabkan
turunnya output sektor industri
CPO sebesar Rp446,17 miliar
serta penurunan output sawit
sebesar Rp0,46 miliar. Jika
mempertimbangkan imbasan konsumsi, penurunan ekspor ini menyebabkan turunnya
total output sebesar Rp726,45 miliar (penurunan 1,17% total output), berarti terdapat
penurunan konsumsi masyarakat sebesar Rp164,49 miliar. Penurunan imbasan
konsumsi ini terutama dirasakan oleh sektor industri makanan lainnya yaitu sebesar
Rp21,79 miliar.
Dari sisi pendapatan masyarakat, penurunan output ini menyebabkan turunnya
pendapatan masyarakat sebesar Rp131,29 miliar. Penurunan pendapatan masyarakat
terbesar adalah untuk sektor industri minyak CPO (84,48%) diikuti dengan industri
keuangan sebesar (4,22%). Jika memperhitungkan imbasan kepada konsumsi
masyarakat maka total penurunan pendapatan masyarakat menjadi Rp176,24 miliar.
Tabel 6. Perubahan Output
Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)
Imbasan Kons
∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)
Ind. CPO (446,170) (2,374) (448,544) Sawit (46,217) (246) (46,463) Keuangan (19,903) (6,540) (26,444) Perdagangan (14,325) (10,231) (24,556) Ind. Makanan lainnya (1,380) (21,793) (23,173) Bangunan (1,991) (15,334) (17,325) Lainnya (31,978) (107,970) (139,948) Total (561,964) (164,489) (726,453)
Pengembangan industri minyak goreng sebesar 143.538 ton
Pengembangan 143.538 ton industri hilir kelapa sawit membutuhkan biaya
investasi sebesar Rp645,92 miliar (asumsi 1 kg minyak goreng membutuhkan investasi
sebesar Rp4500/kg). Pengembangan industri hilir ini akan meningkatkan output Jambi
sebesar 1,60% yaitu sebesar Rp990,80 miliar secara langsung maupun tidak langsung.
Jika mempertimbangkan imbasan konsumsi, peningkatan output akibat investasi ini
adalah sebesar 2,07% atau setara dengan Rp1.277,18 miliar dengan imbasan
konsumsi sebesar 286,38 miliar. Kenaikan output terbesar dirasakan oleh sektor
Tabel 5. Hasil Skenario Penurunan 20% Ekspor CPO
Keterangan Nilai (juta)% thd Total
Output/ Income/TK
Penurunan Ekspor (363,373)Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) (561,964) -0.91
Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons) (726,453) -1.17
Imbasan Konsumsi (164,489) -0.27Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) (131,290) -0.87Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)
(176,241) -1.17
X
industri CPO diikuti oleh industri makanan lainnya dan sawit. Dilihat dari imbasan
konsumsinya, sektor industri makanan lainnya dan bangunan adalah dua sektor
dengan pengaruh imbasan konsumsi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan realokasi masyarakat ketika ada penambahan pendapatan ialah
membelanjakan pada kedua sektor tersebut.
Dari sisi pendapatan masyarakat, investasi ini meningkatkan Rp306.841 miliar
pendapatan rumah tangga. Perubahan pendapatan terbesar dirasakan oleh rumah
tangga yang bekerja pada sektor CPO, jasa pemerintah dan juga industri makanan
lainnya.
Tabel 7. Hasil Skenario Penurunan Industri Hilir CPO
Keterangan Nilai (juta)% thd Total
Output/ Income/TK
Investasi Pembangunan Ind. Hilir 645,921 Dampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 990,803 1.60Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)
1,277,183 2.07
Imbasan Konsumsi 286,381 0.46Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 228,580 1.51Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)
306,841 2.03
Tabel 8. Perubahan Output
Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)
Imbasan Kons
∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)
Ind. CPO 719,811 4,133 723,943Ind. Makanan Lainnya 45,918 37,943 83,861Sawit 74,563 428 74,991Keuangan 33,099 11,387 44,486Perdagangan 24,437 17,813 42,250Hotel & Resto 20,682 15,365 36,046Bangunan 3,425 26,697 30,122
Pengurangan Ekspor dan Pengembangan Industri Hilir
Jika skenario ini
terealisasi, maka secara total
akan ada peningkatan output
sebesar Rp550,73 miliar.
Peningkatan output ini
terutama disumbangkan oleh
industri CPO (Rp275,40miliar),
industri makanan lainnya
(Rp60,69 miliar) dan sawit
(Rp28,53 miliar). Imbasan
konsumsi terbesar dirasakan oleh sektor industri makanan lainnya yaitu kenaikan
output sebesar (Rp16,15 miliar). Dari sisi pendapatan masyarakat, akan terdapat
kenaikan sebesar Rp130,60 miliar (kenaikan 0,86% total pendapatan masyarakat).
Tabel 9. Hasil Skenario Penurunan Industri Hilir CPO
Keterangan Nilai (juta)% thd Total
Output/ Income/TK
Penurunan ekspor & Pembangunan Ind. HilirDampak Terhadap OutputPerubahan output (lgsg, tdk lgsg) 428,839 0.69Perubahan output (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)
550,730 0.89
Imbasan Konsumsi 121,892 0.20Dampak Terhadap PendapatanPerubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg) 97,290 0.64Perubahan pendapatan (lgsg, tdk lgsg, imbasan kons)
130,601 0.86
XI
Sektor yang mengalami
peningkatan tertinggi
akibat skenario ini
adalah sektor industri
CPO dengan
peningkatan sebesar
Rp68,46 miliar diikuti
dengan sektor industri
makanan lainnya yaitu
sebesar Rp 12,02 miliar.
Saat ini permasalahan yang dialami dalam pengembangan industri hilir CPO
diantaranya adalah:
1.) Belum adanya kebijakan yang jelas dari pemerintah mengenai pengembangan
industri perkebunan terutama berkaitan dengan pengembangan industri
hilirnya.
2.) Belum adanya sinkronisasi antara pengembangan industri hulu dan hilir.
Sebelum terjadinya penurunan harga CPO pada tahun 2008 lalu, para
pengusaha berpendapat bahwa investasi dalam industri hulu kelapa sawit jauh
lebih menguntungkan.
3.) Dibutuhkannya fasilitas pelabuhan laut untuk menunjang jalur perdagangan
industri kelapa sawit
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan:
1. Pengembangan lahan kelapa sawit berdampak positif terhadap perekonomian
Jambi baik dilihat dari total output, pendapatan masyarakat maupun tenaga
kerja. Pengembangan 32.2615 ha kebun kelapa sawit akan meningkatan
output Jambi sebesar 2,04% secara total, pendapatan rumah tangga akan
meningkat sebesar 1,15% serta akan menambah lapangan kerja sejumlah
94.199.
2. Pembatasan ekspor yang tidak disertai dengan pengembangan industri hilir
akan berdampak buruk pada penurunan perekonomian di Jambi yaitu turunnya
output provinsi Jambi sebesar 1.17%, turunnya pendapatan masyarakat
provinsi Jambi sebesar -1.17%.
3. Pengembangan industri hilir kelapa sawit akan berdampak positif baik dilihat
dari total output dan pendapatan masyarakat. Pengembangan industri hilir
kelapa sawit sebesar 20% dari jumlah ekspor saat ini akan meningkatkan
output sebesar 0,89% secara total serta meningkatkan pendapatan masyarakat
sebesar 0,86%.
Tabel 10. Perubahan Output
Sektor∆ Output (lgsg, tdk lgsg)
Imbasan Kons
∆ Output (lgsg, tdk lgsg, Imbasan Kons)
Ind. CPO 273,640 1,759 275,399 Ind. Makanan Lainn 44,538 16,150 60,688 Sawit 28,346 182 28,528 Hotel dan Resto 20,147 6,540 26,687
Keuangan 13,195 4,847 18,042 Perdagangan 10,112 7,582 17,693 Bangunan 1,434 11,363 12,797 Lainnya 37,425 73,470 110,895 Total 428,839 121,892 550,730
XII
Saran
Beberapa saran yang dapat dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah:
1.) Pendataan dan penyelesaian status lahan yang telah diberikan izin pengolahan
kepada perusahaan namun belum dimanfaatkan, terutama terhadap izin yang
telah berakhir masa berlakunya.
2.) Optimalisasi pemanfaatan program revitalisasi perkebunan Pemerintah Pusat
maupun daerah antara lain sebagai salah satu sumber pembiayaan
pembangunan kebun.
3.) Optimalisasi program revitalisasi perkebunan terutama percepatan realisasi
kredit program maupun komersil.
4.) Pengembangan market riset dan market intelijen untuk memperkuat daya
saing. Market riset yang dilakukan adalah mengenai kebutuhan pasar akan
produk turunan kelapa sawit serta jalur pemasarannya, sementara market
intelijen yang dilakukan adalah mengenai sistem pengembangan industri hilir
kelapa sawit di sekitar provinsi Jambi seperti Sumatera Selatan, Sumatera Utara
dan Riau.
5.) Penelitian lanjutan mengenai industri turunan kelapa sawit apa yang dapat
dikembangkan di Jambi. Saat ini keterbatasan dalam perhitungan dengan
menggunakan tabel input output ini adalah tidak tersedianya variabel industri
hilir kelapa sawit selain untuk minyak goreng, sementara industri hilir kelapa
sawit masih beraneka ragam.
I
Boks 2.
BANKERS’ DINNER 2009: HIDUP DI TENGAH KRISIS EKONOMI DUNIA
Bankers’ Dinner merupakan tradisi tahunan sebagai momen refleksi dan
wahana komunikasi di antara kalangan perbankan. Di Provinsi Jambi, Bankers’ Dinner
telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2009 bertempat di Kantor Bank Indonesia
Jambi dengan jumlah undangan berkisar 80 orang, dan dihadiri antara lain oleh
Gubernur Jambi, para Bupati di seluruh Provinsi Jambi, Muspida, instansi pemerintah
daerah serta kalangan perbankan se-Provinsi Jambi. Agenda pertemuan tersebut
adalah memberikan informasi mengenai arahan Gubernur Bank Indonesia pada tahun
2009 sera perkembangan ekonomi di Jambi yang disampaikan oleh Pemimpin Bank
Indonesai Jambi.
Pertemuan tahunan perbankan tahun ini mengangkat tema “Hidup di Tengah
Krisis Ekonomi Dunia”. Arahan diawali dengan gambaran krisis ekonomi dunia serta
dampaknya terhadap perkonomian Indonesia. Selanjutnya, disampaikan pula
pandangan-pandangan tentang prospek dan tantangan perekonomian ke depan, dan
arahan diakhiri dengan bagaimana arah kebijakan moneter dan perbankan di
Indonesia di tahun 2009.
KRISIS EKONOMI DUNIA
Tahun 2009 dapat dipastikan akan merupakan tahun yang penuh tantangan
dan ujian dimana saat ini sedang di puncak gelombang krisis ekonomi global terberat
sejak Depresi 1929. Krisis keuangan global yang diawali dengan kredit macet sektor
perumahan di Amerika Serikat ternyata hanya pucuk dari sebuah gunung es yang
kemudian berkembang menjadi krisi kredit berskala global. Aliran kredit untuk
kegiatan normal terganggu karena penyandang dana lebih suka menyimpan dananya
dalam cash atau emas daripada memberikan pinjaman. Bank dan lembaga keuangan
di berbagai negara mengalami distress dan sebagian, termasuk yang berskala global,
bangkrut.
Yang sangat dikhawatirkan para pengelola ekonomi dan ingin dihindari almost
at all cost adalah terjadinya proses spiral ke bawah antara sektor keuangan dan sektor
riil dimana sektor keuangan yang tidak berfungsi mengakibatkan kemerosotan
kegiatan sektor riil, yang kemudian makin memperburuk kinerja sektor keuangan dan
kemudian makin menekan sektor riil, demikian seterusnya.
Sementara itu, di tengah suasana yang kurang menguntungkan ini, Indonesia
tidaklah pada posisi terburuk di antara negara-negara lain. Secara umum, postur
makro termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu jelek dan industri
perbankan juga cukup mantap. Indonesia termasuk beruntung karena exposure
perbankan dan lembaga keuangan terhadap subprime mortgages minimal. Namun
dalam perkembangan selanjutnya, bukan berarti Indonesia tidak sepenuhnya bisa
terhindar dari imbas krisis. Perbankan Indonesia tidak terhindar dari masalah produk
II
derivatif, meskipun skalanya lebih kecil dibanding sejumlah negara berkembang lain
apalagi dibanding dengan negara-negara maju.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan krisis ekonomi global ini
adalah:
a. Menciutnya akses korporasi dan perbankan terhadap sumber pembiayaan luar
negeri.
b. Pasar uang antarbank dalam negeri yang belum berjalan normal dilihat dari
volume transaksi harian terutama dari segi akses bank-bank menengah dan
kecil terhadap sumber dana ini. Untuk itu respon yang dilakukan oleh
Indonesia adalah perluasan fasilitas likuiditas bank sentral bagi perbankan
seperti FPJP.
c. Krisis keuangan global yang mulai menggerus kegiatan ekonomi yang terjadi
dalam dua kuartal terakhir di semua negara tak terkecuali Indonesi.
Untuk itu Indonesia harus mempunyai strategi dengan sasaran yang jelas. Ada
3 (tiga) sasaran yang harus dicapai secara terkoordinir, yaitu:
a. Melewati masa keketatan kredit global dengan selamat
b. Menjaga agar kegiatan ekonomi nasional tidak terlalu merosot dalam jangka
pendek, dan
c. Mempersiapkan kondisi agar setelah itu perekonomian Indonesia kembali pada
jalur pertumbuhan ekonominya yang sustainable.
Kunci untuk menangkal kemerosotan kegiatan ekonomi dalam jangka pendek
adalah perlunya stimulus fiskal dan percepatan pelaksanaan APBN 2009. Namun harus
pula diingat, stimulus fiskal harus dibarengi dengan perbaikan dan penguatan sektor
keuangan. Stimulus fiskal pada hakekatnya berfungsi sebagai pemancing pump
priming dimana tidak akan menghasilkan kebangkitan ekonomi yang sustainable
apabila tidak dibarengi dengan kebangkitan kembali kegiatan sektor swasta atau dunia
usaha. Sementara itu, kebangkitan kembali sektor swasta hanya akan terjadi apabila
didukung oleh sektor keuangan yang berfungsi kembali secara penuh.
Pelajaran Krisis Ekonomi
Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari krisis ini adalah:
a. Kembali ke khittah, “back to basics”.
Krisis yang dihadapi saat ini dapat dilihat sebagai konsekuensi dari
perkembangan sektor keuangan yang lepas dari akarnya yaitu kegiatan
ekonomi riil. Produk keuangan yang semakin bervariasi, canggih dan kompleks
mempunyai dampak sampingan yang fatal, yaitu semakin sulit untuk dinilai
risikonya. Instrumen keuangan semakin terlepas dari underlying transactions
yang seharusnya melandasinya. Kegiatan yang lepas dari underlying
transactions-nya kemudian berkembang menjadi gelembung. Karena dinamika
internnya sendiri, gelembung makin membesar, dan akhirnya pecah. Dan krisis
terjadi
III
b. Krisis memberikan bukti kongkrit bahwa konsep universal banking bukan
model yang tahan krisis.
Oleh sebab itu perlu dipikirkan kembali mengenai konsep ini secara lebih
seksama dan berhati-hati. Kebijakan pengembangan industri ke arah konsep
yang lebih advanced, harus diikuti dengan berbagai langkah penguatan dan
penyiapan rambu-rambu pengelolaan risiko yang mantap. Untuk sementara ini,
dapat disimpulkan bahwa konsep narrow bank lebih dekat dengan khittah
bank dan terbukti lebih tahan krisis. Pemilihan model bisnis bank menentukan
ketahanan sektor perbankan. Dalam krisis saat ini dan krisis 11 (sebelas) tahun
yang lalu terlihat jelas bahwa ketahanan sektor perbankan merupakan benteng
pertahanan utama suatu negara terhadap badai keuangan.
c. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan makro yang konvensional terbukti tetap
relevan dalam mengkondisikan perekonomian menghadapi badai.
Negara-negara yang memperhatikan dan mengawal indikator-indikator
dasarnya seperti defisit anggaran negara, defisit transaksi berjalan, rasio hutang
terhadap kemampuan membayarnya, kecukupan cadangan devisanya, tingkat
inflasinya, tingkat bunga, pertumbuhan likuiditas dan nilai-tukarnya dalam
bingkai pertumbuhan ekonomi yang sustainable, umumnya mempunyai posisi
lebih baik dalam menghadapi krisis.
d. Terkait dengan pengelolaan keseimbangan makro, krisis juga memberikan
pelajaran yang lebih bersifat struktural. Dengan pengalaman krisis sekarang ini
barangkali akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendasar yang
dapat menjadi pedoman dalam memposisikan Indonesia di era globalisasi ini.
Misalnya bagaimana keseimbangan yang terbaik bagi perekonomian kita:
antara pasar domestik dan pasar ekspor, antara sektor keuangan dan sektor
riil, antara orientasi keluar dan orientasi kedalam sektor keuangan kita
khususnya perbankan kita, antara mengandalkan pembiayaan dari dalam
negeri dan dari luar negeri.
Prospek dan Tantangan Tahun 2009
Kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan sebagai berikut:
a. Dengan adanya penurunan harga komoditas dan BBM serta produksi beras
yang diharapkan cukup baik, laju inflasi di 2009 diperkirakan menurun, berada
pada kisaran 5,0-7,0%.
b. Dari sisi neraca pembayaran, diperkirakan Neraca Transaksi Berjalan pada 2009
akan mengalami defisit sekitar 0,11% PDB. Aliran dana global diperkirakan
belum kembali normal pada 2009 ini. Namun ada satu catatan khusus bagi
Indonesia yaitu apabila Pemilu berjalan baik dan terbentuk kabinet yang
kredibel, dalam kuartal keempat akan terjadi aliran dana masuk yang cukup
besar. Dana ini berasal dari dana milik penduduk Indonesia yang sementara
diparkir di luar negeri menunggu kepastian situasi politik di dalam negeri.
IV
c. Cadangan devisa akhir 2009 diprakirakan sebesar USD 51 milyar, atau cukup
untuk membiayai 4,7 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri
Pemerintah.
e. Di bidang perbankan, stress test menunjukkan bahwa daya tahan industri
perbankan kita cukup memadai. Dalam tahun 2009, rasio kecukupan modal
(CAR) diperkirakan sedikit menurun dari 16% dalam 2008 menjadi sekitar
14%.
f. Pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan masih akan
berada pada kisaran 18 - 20% namun dengan downside risk yang cukup besar.
Sementara itu, dengan perlambatan ekonomi, NPL akan cenderung meningkat,
meskipun diperkirakan masih dalam batas aman, yaitu berada di sekitar 5%
pada tahun 2009.
Dalam upaya menjaga pertumbuhan ekonomi, kuncinya adalah bagaimana
memaksimalkan kemampuan pasar domestik untuk mendorong kegiatan ekonomi
dalam negeri. Elemen utama dari kebijakan ini adalah percepatan pelaksanaan di
lapangan paket stimulus fiskal dan APBN 2009 secara keseluruhan. Inflasi yang
terkendali dan belanja pelaksanaan Pemilu oleh Pemerintah, partai dan masyarakat
juga akan membantu menopang daya beli masyarakat. Seiring dengan itu, kebijakan
penting yang semestinya ditingkatkan adalah langkah-langkah untuk memperbaiki
iklim usaha dan mengurangi biaya usaha di dalam negeri.
Arah Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang mendukung sektor riil
Kebijakan moneter harus mampu menjaga keseimbangan antara
menggairahkan sektor riil, menjaga kestabilan harga, menjaga ketenangan pasar
keuangan dan mengawal integritas sistem keuangan. Oleh sebab itu Bank Indonesia
akan senantiasa melonggarkan kebijakan moneter dan likuiditas yang tentunya
diselaraskan dengan asesmen dan pemantauan terhadap indikator-indikator terkait.
Memperkuat fungsi intermediasi perbankan
Terkait dengan kebijakan moneter yang mendukung sektor riil maka diperlukan
kebijakan yang dapat memperkuat fungsi intermediasi perbankan. Salah satu program
terkait dengan hal ini adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran KUR
dan juga kredit UMKM diharapkan dapat terus berjalan dengan tingkat pertumbuhan
yang cukup siginifikan. Kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil
agar dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya pada masa-masa sulit
seperti tahun 2009 ini.
Untuk dapat terus memfasilitasi aliran kredit, Bank Indonesia telah
mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan
bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Ketentuan-ketentuan tersebut mencakup
beberapa hal seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk
V
perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukaan
kantor bank, termasuk syariah, menyesuaikan bobot ATMR untuk Kredit Usaha Kecil
dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah
tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada
Bank Indonesia, dan mengurangi kewajiban pembentukan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Non Produktif (yaitu untuk abandoned assets).
Ke depannya, Bank Indonesia juga akan mengeluarkan kebijakan untuk
mendukung ketentuan-ketentuan tersebut di atas yang terkait dengan dengan upaya
peningkatan transparansi perbankan, penguatan efektifitas manajemen risiko
likuiditas, dan produk-produk derivatif industri perbankan. Dengan kebijakan ini
diharapkan, seluruh pelaku industri perbankan, baik bank umum konvensional
maupun syariah, akan memiliki ruangan yang cukup untuk tetap menjalankan fungsi
intermediasinya, dengan tetap menempatkan penerapan prinsip kehati-hatian dan
manajemen risiko sebagai prioritas utama.
Arah Kebijakan Perbankan
Benteng pertahanan utama dari badai krisis adalah sektor perbankan.
Perekonomian akan tahan krisis apabila sektor perbankannya tahan krisis. Sektor
perbankan yang demikian bertumpu pada dua pilar yaitu good governance dalam
pengelolaan masing-masing bank dan good supervision.
Good Governance
Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sektor keuangan dan perbankan di
tanah air akhir-akhir ini semakin dapat dirasakan bahwa faktor integritas dan karakter
manusianya sangat menentukan dan di atas segalanya. Walaupun saat ini, sistem risk
management sudah canggih, sistem pengawasannya baik, tetapi hasil akhirnya akan
terpulang kepada integritas dan karakter pelaksananya. Sebaik apapun suatu sistem
tidak akan jalan apabila para pelaksananya selalu mencari lubang-lubang
kelemahannya untuk dimanfaatkannya.
Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat screening berdasarkan karakter
dan integritas bagi para bankir dan juga bagi para pengawasnya. Bank Indonesia juga
akan memperkuat sanksi bagi mereka yang nyata-nyata sengaja menyalahgunakan
kewenangannya. Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan pengurus bank bertanggung
jawab penuh, dalam batas-batas ketentuan perundangan yang berlaku, atas apa yang
terjadi di bank mereka.
Good Supervision
Peningkatan ketahanan perbankan tidak lepas dari mutu pengawasan terhadap
perbankan. Saat ini Bank Indonesia sedang melakukan langkah-langkah untuk
memperkuat pengawasan bank. Reposisi dan penyegaran personalia sedang berjalan.
Prosedur dan tata kerja pengawasan kita review kembali untuk difokuskan kepada hal-
hal yang menentukan kesehatan bank.
VI
Di tahun 2009, Bank Indonesia merencanakan untuk secepatnya meningkatkan
efektifitas pengawasan bank melalui dua hal yaitu :
a. Penyempurnaan kerangka pengawasan berbasis risiko melalui peningkatan
proses penilaian risiko, pengawasan, pemeriksaan dan surveilance terhadap
sistem.
Kualitas penerapan manajemen risiko, khususnya dalam pengelolaan likuiditas
dan kontrol terhadap produk serta aktifitas baru bank, akan menjadi fokus
utama penguatan saat ini. Aspek ini terasa sangat mendesak untuk ditangani
di tengah krisis keuangan seperti sekarang.
b. Penyempurnaan fungsi dan organisasi pengawasan baik di Kantor Pusat
maupun di seluruh Kantor-kantor Bank Indonesia.
Bank Indonesia akan memperkuat kaitan antara hasil pemeriksaan dan langkah
pembinaan, serta antara temuan dan tindakan. Oleh sebab itu, Bank Indonesia
akan membentuk tim panel untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan
langkah-langkah pembinaannya.
I
Boks 3.
PERKEMBANGAN DUNIA USAHA JAMBI DI TENGAH KRISIS EKONOMI GLOBAL
Krisis ekonomi yang dimulai dari krisis perumahan di Amerika Serikat ternyata
merambah ke berbagai negara dunia. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia berdampak pada menurunnya permintaan dunia akan berbagai komoditas sehingga harga dari komoditas tersebut menjadi jatuh. Hal tersebut yang saat ini sedang dialami di Indonesia, tidak terkecuali di Jambi. Jambi merupakan provinsi yang tergantung akan pada sektor perekonomian primer (seperti pertanian dan pertambangan). Komoditas unggulan Jambi seperti karet dan kelapa sawit adalah dua komoditas yang paling merasakan dampak dari krisis seiring dengan terjadinya penurunan harga. Perkembangan harga beberapa komoditas dunia adalah sebagai berikut:
Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas
0
1000
2000
3000
4000
5000
0
200
400
600
800
1000
1200
Jan-
06
Mar
-06
May
-06
Jul-0
6
Sep-
06
Nov
-06
Jan-
07
Mar
-07
May
-07
Jul-0
7
Sep-
07
Nov
-07
Jan-
08
Mar
-08
May
-08
Jul-0
8
Sep-
08
Nov
-08
Jan-
09
Mar
-09
Emas ($/troy oz) Karet (Yen/kilogram)Minyak Bumi ($/barel) CPO (ringgit/ton (metrik) (RHS)
Sumber: Bloomberg
Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha di bidang perkebunan kelapa sawit dan CPO, penjualan komoditas ini relatif masih baik walaupun saat ini mengalami penurunan harga. Dalam jangka panjang, diperkirakan prospek CPO akan membaik terkait dengan masih cukup tingginya permintaan dunia akan minyak sawit guna memenuhi kebutuhan pangan dan energi alternatif.
Sementara hasil liaison yang dilakukan terhadap industri pengolahan karet menunjukkan bahwa penjualan produk yang berupa crumb rubber-SIR 12 mengalami penurunan. Selama ini, pangsa utama dari crumb rubber adalah perusahaan industri ban di luar negeri. Dengan memburuknya perekonomian dunia yang diikuti dengan memburuknya industri otomotif mengakibatkan menurunnya kebutuhan akan ban sehingga permintaan akan produk ini juga ikut melonjak jatuh. Menurut contact liaison, penjualan ekspor crumb rubber sudah turun sampai dengan 30% saat ini.
Terkait dengan biaya operasional, semua contact menyatakan terdapat penurunan dalam biaya energi seiring dengan menurunnya harga BBM untuk industri, sedangkan biaya tenaga kerja mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) 2009. Di sisi biaya bahan baku, bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku utama dari dalam negeri seperti industri pengolahan karet dan kertas mengalami penurunan biaya sementara untuk perusahaan yang cukup tergantung akan bahan baku dari luar negeri mengalami kenaikan biaya seiring dengan
II
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing. Perkebunan sawit adalah perusahaan yang merasakan imbas dari melemahnya nilai tukar tersebut yang disebabkan cukup tingginya ketergantungan usaha ini akan pupuk impor.
Dampak dari krisis ekonomi global ini terutama dirasakan pada turunnya harga jual produk. Harga jual produk crumb rubber menurun sampai 33%, harga jual TBS kelapa sawit juga turun sebesar 33% sementara harga jual produk pulp dan kertas turun sebesar 20-30%. Hal ini menyebabkan menurunnya margin penjualan yang diterima oleh perusahaan. Bahkan contact dari perusahaan karet dan kertas menyatakan bahwa margin penjualan saat ini sudah sangat tipis bahkan dapat dikatakan mendekati rugi.
Dengan kondisi demikian, maka seluruh concact liaison menyatakan bahwa ke depannya investasi yang bersifat ekspansi belum dapat dilakukan, bahkan beberapa perusahaan yang sudah merencanakan untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi pada tahun 2008, terpaksa menundanya terlebih dahulu dengan kondisi krisis saat ini.
Menurunnya pendapatan perusahaan tentu berpengaruh terhadap kondisi keuangan dalam internal perusahaan. Salah satu tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya operasional adalah terkait dengan kebijakan tenaga kerja. Beberapa tindakan yang telah dilakukan untuk mengurungi biaya tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan di Jambi adalah:
1. Meniadakan jam lembur 2. Mengurangi jam kerja (terutama untuk karyawan tidak tetap) 3. Jika kedua langkah tersebut belum mencukupi untuk mengurangi biaya
operasional perusahaan, maka saat ini sudah terdapat perusahaan yang mengurangi jumlah karyawannya dengan cara memberikan pensiun dini.
Hambatan yang dirasakan oleh perusahaan sebagian besar berada dari sisi regulasi, seperti pajak. Saat ini perusahaan menanggung cukup banyak beban pajak yang dalam kondisi seperti ini terasa cukup memberatkan. Selain itu, aturan mengenai penggunaan Letter of Credit (LC) dalam transaksi luar negeri juga dianggap memberatkan. Hal ini diperkirakan dapat menurunkan minat pembeli luar negeri sebab ketentuan ini akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan pembeli sehingga produk Indonesia, termasuk Jambi menjadi kurang kompetitif dibandingkan pesaing dari negara lain. Untuk menangani dampak krisis ini, pemerintah daerah telah melakukan beberapa tindakan. Dari sisi perkebunan, pemerintah Jambi saat ini sedang mencanangkan:
1. Program peremajaan tanaman karet (tahun 2006-2010) Jambi merupakan daerah dengan potensi SDM yang cukup ahli dalam
perkebunan karet mengingat karet merupakan tanaman yang sudah cukup lama dibudidayakan oleh masyarakat Jambi. Di samping itu, perkebunan ini juga membuka lapangan kerja yang cukup banyak yaitu terdapat ± 112 ribu kepala keluarga petani yang berkebun karet. Pemerintah Daerah juga memperkirakan bahwa kedepannya perkebunan karet masih sangat optimal untuk dikembangkan mengingat hampir semua komoditas membutuhkan karet. Sampai saat ini barang pengganti karet hanyalah karet sintesis yang terbuat dari minyak bumi sehingga jumlahnya juga terbatas
2. Pembangunan industri hilir kelapa sawit Pembangunan industri hilir kelapa sawit bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Selama ini, hasil CPO dari Jambi kemudian di bawa ke luar provinsi untuk diolah lebih lanjut. Hal tersebut selain dapat mengurangi margin
III
keuntungan bagi petani juga dapat mengakibatkan rusaknya jalan yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah sementara yang mendapatkan nilai tambah adalah provinsi lain. Sementara itu untuk menstimulus perekonomian Jambi, beberapa hal yang akan
dilakukan adalah: 1. Percepatan pelaksanaan APBD dalam rangka pengawasan sektor pertanian,
industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM.
2. Penguatan ekspor barang dan jasa, dengan menjaga daya saing melalui percepatan pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak.
3. Pengamanan pasar lokal dan regional melalui penggunaan produk yang dihasilkan daerah dengan memberikan preferensi harga kepada perusahaan penyedia barang/jasa.
4. Ekspor didorong dan impor harus dikendalikan agar pemanfaatan produksi dalam negeri secara umum dapat lebih optimal. Sedangkan impor harus tetap diawasi terutama untuk impor barang-barang tertentu dengan penerapan SNI, seperti buah-buahan yang banyak didatangkan dari negeri China dll.
Rekomendasi
Untuk terus dapat bersaing dalam pasar internasional, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas produk seperti karet dan kelapa sawit.
a. Pengembangan Karet Saat ini salah satu masalah dalam perkebunan karet adalah mengenai kualitas getah karet. Jika kualitas getah karet ini dapat ditingkatkan tentunya akan meningkatkan nilai jual kepada industri sehingga akan meningkatkan pendapatan petani. Begitu pula untuk industri crumb rubber, peningkatan kualitas getah karet akan mempermudah proses produksi sehingga dapat mengurangi biaya. Selain itu, bahan baku karet yang bagus juga akan menghasilkan produk crumb rubber yang lebih baik sehingga akan meningkatkan daya saing produk dari pesaing-pesaing internasional. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah dalam bantuan penyediaan bibit karet serta penyuluhan mengenai pemeliharaan yang tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. b. Pengembangan Sawit Sementara untuk perkebunan sawit dapat diupayakan peningkatan produktivitas kelapa sawit. Saat ini produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan besar sudah cukup baik namun sebaliknya produktivitas perkebunan rakyat masih rendah. Produktivitas yang tinggi tentu akan berdampak pada meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan dengan penyediaan bibit berkualitas, penyuluhan mengenai pengembangan kelapa sawit yang tepat dan juga dengan memperkuat pola kerjasama Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Dengan pola perkebunan ini diharapkan perkebunan-perkebunan besar dapat membimbing perkebunan rakyat untuk dapat menghasilkan kelapa sawit dengan kualitas dan kuantitas lebih baik lagi.
35
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar 0,26% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2008 yang sebesar minus 0,19% (q-t-
q). Meningkatnya angka inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari
meningkatnya laju inflasi kelompok makanan jadi serta kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Bulanan (m-t-m) Year on year (y-o-y) Year to date (y-t-d)
Namun demikian, secara bulanan dan tahunan, inflasi Kota Jambi pada
akhir periode triwulan I-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya. Memasuki periode awal triwulan I-2009, inflasi bulanan Kota Jambi
meningkat namun mengalami penurunan pada akhir periode triwulan I-2009.
Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret
2009 masing-masing sebesar 0,42%(m-t-m), 0,66%(m-t-m) dan minus 0,81%(m-
t-m). Dengan perkembangan tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi
INFLASI
- 36 - 36
juga bergerak menurun dari 11,57% (y-o-y) pada Desember 2008 menjadi
9,16% (y-o-y) pada Maret 2009.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. 2008
y-t-d (%)
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2003 2004 2005 2006
2007 2008 2009
Dari perkembangan diatas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan Maret 2009 secara
kumulatif berada pada level 0,26% (y-t-d), terendah dalam 6 tahun terakhir.
Sementara, inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
sumbangan angka inflasi makanan jadi serta kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1.).
Penurunan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009 yaitu untuk premium
sebesar Rp 500/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta turunnya harga solar
sebesar Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter berkontribusi terhadap
penurunan laju inflasi ke level yang lebih rendah. Sementara itu, penurunan
sebagian besar harga-harga pada kelompok bahan makanan serta sub kelompok
transpor mendorong terjadinya deflasi pada triwulan laporan.
INFLASI
37
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I Bahan Makanan 5.58 11.77 10.39 29.56 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.06 5.59 7.37 13.28 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.37 4.48 4.26 6.10 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55
IV Sandang 2.53 3.99 1.50 8.92 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46
V Kesehatan 0.24 0.45 6.73 5.81 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.00 1.75 3.19 4.53 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.87 1.18 8.73 8.72 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19
INFLASI 2.47 6.37 7.20 13.99 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan IV-2008Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Triwulan III-2008KELOMPOK
Triwulan I-2009
Perkembangan inflasi Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan
mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2008. Inflasi Kota Jambi secara
tahunan (y-o-y) menurun 241 bps menjadi sebesar 9,16%. Sementara, angka
inflasi nasional menurun sebesar 314 bps menjadi sebesar 7,92%(y-o-y) atau
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,06% (y-o-y),
(lihat grafik 2.3).
Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya
8.437.66
5.12 4.67
4.49
8.468.96
7.25
9.65
6.677.52
16.50
15.12
16.10 16.35
10.66
12.62
9.92
10.96
7.426.37
13.9913.68
11.57
9.16
7.126.83
6.20 5.06 5.11
6.83 6.27 6.40
8.81
7.40
9.06
17.1115.74
15.53
14.55
6.66.52
5.77
6.95
6.59
8.17
11.03
12.14
11.06
7.92
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persen
Kota Jambi Nasional
Grafik 2.3
INFLASI
- 38 - 38
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Y-O-Y
Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
Grafik 2.4
Perkembangan secara regional, tingkat inflasi di Jambi relatif moderate
dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan
Bengkulu (10,03%/y-o-y) serta Padang (9,23%/y-o-y), namun lebih tinggi
dibandingkan Palembang (7,96%/y-o-y) serta Pekanbaru (6,99%/y-o-y) pada
triwulan laporan.20
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat per sub kelompok, inflasi triwulanan tertinggi pada triwulan
laporan adalah sub kelompok minuman tidak beralkohol dan sub kelompok
barang pribadi dan sandang lainnya. Sementara itu, sub kelompok yang
mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah sub kelompok buah-
buahan serta sub kelompok transpor.
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar secara bulanan selama periode triwulan laporan adalah daging ayam ras;
gulai; gula pasir (Januari 2009), kontrak rumah; daging ayam ras; gula pasir
(Februari 2009), gula Pasir; tukang bukan mandor; emas perhiasan (Maret 2009).
Dari perkembangan harga-harga diatas, kelompok makanan jadi serta kelompok
20 Sumber: DSM, Bank Indonesia.
INFLASI
39
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar merupakan penyumbang utama
pembentukan inflasi.
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 5.58 11.77 10.39 29.56 2.95 26.07 -1.19 18.56 -2.11 9.93a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -2.84 -11.85 14.02 22.60 1.83 21.05 -2.86 9.58 -2.07 10.45b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 3.57 8.76 21.94 36.73 3.18 28.20 -12.90 13.49 5.51 15.62c. IKAN SEGAR 7.08 9.38 11.98 20.49 15.45 45.30 6.31 47.19 -4.45 31.33d. IKAN DIAWETKAN 0.22 2.89 12.74 18.96 12.07 26.16 1.31 28.29 1.37 29.76e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.83 15.70 4.09 16.57 5.94 12.68 -2.77 10.25 -1.48 5.63f. SAYUR-SAYURAN -5.04 51.15 6.68 38.69 -6.74 9.01 2.54 -3.13 -4.75 -2.83g. KACANG-KACANGAN 53.30 50.10 4.34 61.94 -0.02 60.82 7.71 72.26 -6.51 5.05h. BUAH-BUAHAN -5.44 9.22 8.26 15.25 9.95 24.38 0.43 13.04 -10.46 7.04i. BUMBU-BUMBUAN 17.26 13.54 -3.77 34.74 -19.99 -1.64 11.24 0.43 -5.19 -18.79j. LEMAK DAN MINYAK 19.76 48.70 13.88 53.80 10.83 55.42 -9.10 37.38 2.10 17.13k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.73 4.53 22.74 26.85 -3.35 19.36 1.03 18.98 -1.42 18.15II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 3.06 5.59 7.37 13.28 1.07 11.65 2.63 14.77 3.63 15.41a. MAKANAN JADI 4.02 8.93 9.60 18.92 1.73 15.90 2.26 18.61 2.44 16.80b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.50 -2.69 2.36 2.63 0.04 2.49 2.12 5.09 13.88 19.08c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 2.44 5.05 5.33 7.85 0.12 7.78 3.70 12.02 1.07 10.53III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0.37 4.48 4.26 6.10 2.23 7.99 0.88 7.93 3.74 11.55a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.07 8.39 4.99 8.00 2.39 9.90 0.31 7.90 7.55 15.97b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.05 0.07 4.44 4.50 2.72 7.33 0.00 7.33 0.01 7.29c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.77 5.62 1.40 3.25 0.00 2.18 7.62 9.96 -2.19 6.74d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.73 2.43 2.31 3.81 1.81 5.26 0.94 8.00 0.38 5.54IV. SANDANG 2.53 3.99 1.50 8.92 0.21 6.14 1.16 5.51 3.45 6.46a. SANDANG LAKI-LAKI -0.29 0.61 1.68 3.31 0.01 1.89 0.61 2.02 0.09 2.40b. SANDANG WANITA 0.88 1.97 0.65 1.99 0.19 1.74 0.49 2.22 0.12 1.44c. SANDANG ANAK-ANAK -0.26 0.20 3.09 4.64 -2.48 -0.67 -0.01 0.26 0.26 0.80d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 10.50 20.32 0.85 30.93 2.91 24.52 3.43 18.63 12.91 21.21V. KESEHATAN 0.24 0.45 6.73 5.81 0.67 6.33 0.84 8.61 0.52 8.91a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 15.88 13.19 0.00 13.19 0.00 15.88 0.00 15.88b. OBAT-OBATAN 0.30 1.02 0.45 0.53 1.18 1.88 3.49 5.50 1.60 6.86c. JASA PERAWATAN JASMANI 3.13 2.58 2.43 5.63 0.00 5.63 0.00 5.64 0.00 2.43d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.00 0.25 1.47 1.02 1.28 1.74 0.69 3.49 0.63 4.14VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.00 1.75 3.19 4.53 1.28 4.95 0.82 5.38 0.15 5.54a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.36 4.17 5.83 1.76 6.28 0.00 6.00 0.00 6.00b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.00 3.01 1.45 2.45 1.73 3.15 4.91 8.27 0.83 9.17d. REKREASI 0.02 3.14 3.09 4.58 0.00 4.83 0.29 3.41 0.07 3.46e. OLAHRAGA 0.00 0.65 0.00 -1.92 0.00 -1.92 -0.37 -0.37 -0.01 -0.38VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.87 1.18 8.73 8.72 0.81 11.04 -3.40 6.81 -4.44 1.19a. TRANSPOR 1.30 1.39 18.84 18.66 0.86 22.32 -5.03 15.31 -6.73 6.17b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.13 -13.33 -13.29 0.00 -13.33 0.68 -12.74 0.39 -12.40c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0.00 1.03 0.00 0.42 2.20 1.56 -0.09 2.11 1.42 3.56d. JASA KEUANGAN 1.76 0.00 0.00 1.76 1.78 3.57 0.00 3.57 0.00 1.78
INFLASI (UMUM) 2.47 6.37 7.20 13.99 1.76 13.68 -0.19 11.57 0.26 9.16
Sumber : BPS (diolah)
Triwulan IV-2008Triwulan III-2008Triwulan II-2008KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triwulan I-2008 Triwulan I-2009
Sementara, penyumbang pembentukan deflasi terbesar adalah bensin;
angkutan dalam kota; pisang (Januari 2009), bensin; cabe merah; udang basah
(Februari 2009) serta daging ayam ras; beras; tomat buah (Maret 2009).
Kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi merupakan penyumbang
deflasi selama periode triwulan laporan.
INFLASI
- 40 - 40
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2009 TW I-2009 TW I-2009
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Daging Ayam ras 0.2525 1 Bensin -0.4155
2 Gulai 0.1172 2 Angkutan Dalam Kota -0.1252
3 Gula Pasir 0.1024 3 Pisang -0.0470
4 Minyak Goreng 0.0890 4 Ikan Nila -0.0398
5 Tomat Buah 0.0754 5 Ikan Patin -0.0338
6 Bayam 0.0701 6 Solar -0.0331
7 Udang Basah 0.0651 7 Ikan Dencis -0.0284
8 Tomat sayur 0.0507 8 Seng -0.0256
9 Cabe Rawit 0.0344 9 Besi Beton -0.0253
10 Cabe merah 0.0301 10 Kangkung -0.0253
0.8869 -0.7990FEBRUARI FEBRUARI
1 Kontrak Rumah 0.8328 1 Bensin -0.1866
2 Daging Ayam Ras 0.1436 2 Cabe Merah -0.1602
3 Gula Pasir 0.1257 3 Udang Basah -0.0789
4 Emas Perhiasan 0.1202 4 Tomat Buah -0.0626
5 Bawang merah 0.0571 5 Tomat Sayur -0.0587
6 Ikan teri (diawetkan) 0.0568 6 Pisang -0.0524
7 Ikan Nila 0.0366 7 Bayam -0.0351
8 Minyak Goreng 0.0325 8 Pompa Air Listrik -0.0283
9 Beras 0.0324 9 Kentang -0.0270
10 Rokok Kretek Filter 0.0322 10 Besi beton -0.0261
1.4699 -0.7159MARET MARET
1 Gula Pasir 0.1037 1 Daging Ayam Ras -0.2090
2 Tukang Bukan Mandor 0.0927 2 Beras -0.1721
3 Emas Perhiasan 0.0588 3 Tomat Buah -0.0933
4 Mesin Cuci 0.0370 4 Tempe -0.0778
5 Sawi Hijau 0.0362 5 Cabe Merah -0.0755
6 Bayam 0.0224 6 Kacang Panjang -0.0549
7 Apel 0.0172 7 Telur Ayam Ras -0.0413
8 Jeruk 0.0150 8 Minyak Goreng -0.0412
9 Bawang Merah 0.0138 9 Kelapa -0.0410
10 Ikan Gabus 0.0133 10 Udang basah -0.0392
0.4101 -0.8453Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan I tahun 2009 mengalami
deflasi sebesar 2,11% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tertinggi
terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 10,46% (q-t-q) serta sub
kacang-kacangan sebesar 6,51% (y-o-y).
INFLASI
41
Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
(Ringgit/Ton)
2103
3972
1685
8268
11397
6897
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
10500
11500
12500
(Rp/Kg)
CPO internasional (aksis kiri)
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Sementara itu, tren peningkatan harga crude palm oil (CPO) di pasar
internasional diikuti juga oleh harga minyak goreng curah (tanpa merek). Harga
CPO internasional pada tahun 2008 yang terendah sebesar 1.560 ringgit/ton
(Oktober 2008), berangsur-angsur mengalami peningkatan menjadi sebesar
1.685 ringgit/ton pada Desember 2008 dan menjadi 2.103 ringgit/ton bulan
Maret 2009. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga rata-rata minyak
goreng curah (tanpa merek) di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan dari
Rp6.897/kg pada bulan Desember 2008 menjadi Rp8.268/kg pada bulan Maret
2009.
Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru
yang mencapai harga rata-rata tertingginya pada bulan Juni s.d. Desember 2008
sebesar Rp7.500/kg bergerak menurun pada triwulan laporan menjadi sebesar
Rp7.000/kg. Hal ini juga sejalan dengan tren menurunnya harga gandum di pasar
internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu. Harga gandum yang
pada Desember 2008 masih sebesar USD 610,75/bushel, pada Maret 2009 turun
menjadi USD 532,75/bushel.21
21 Satu bushel setara dengan 27 kg.
INFLASI
- 42 - 42
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu
(USD/Bushel)
532.75
610.75
7000
7500
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
(Rp/Kg)
Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
Perkembangan sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan
mengalami deflasi antara lain dipengaruhi oleh tren menurunnya harga cabai
merah dan bawang putih yang merupakan salah satu bahan baku beberapa
komoditas makanan jadi.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
(Rp/kg)
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa
Bawang Putih Bawang Merah
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar
15,62% (y-o-y) dan 5,51% (q-t-q). Harga rata-rata daging ayam relatif
mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi
INFLASI
43
terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan
harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
(USD/Bushel)
404.8
724.75
407
3500
5448
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
(Rp/Kg)
Jagung internasional (aksis kiri)
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
Grafik 2.8
(Rp/Kg)
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
45000
50000
55000
60000
65000
70000
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
Grafik 2.9
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Beras22
(USD/CWT)
12.41
21.48
15.34
6000
56675500
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
(Rp/Kg)
Beras internasional (aksis kiri)
lokal IR 64 (aksis kanan)
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I
tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 15,41% (y-o-y) dengan laju inflasi
triwulanan sebesar 3,63% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi
tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar
22 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
INFLASI
- 44 - 44
13,88% (q-t-q), diikuti sub kelompok makanan jadi (2,64%/q-t-q) serta sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,07%/q-t-q).
Selama periode triwulan laporan, harga gula pasir memiliki kontribusi
terhadap inflasi bulanan yang cukup tinggi. Sementara itu, kenaikan tarif cukai
rokok per 1 Februari 2009 turut memberikan tekanan pada harga rokok.23
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I
tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 11,55% (y-o-y) atau dengan laju inflasi
triwulanan mencapai 3,74% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, sub
kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi sebesar 7,55% (q-t-q),
diikuti dengan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (0,38%/q-t-q),
serta sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,01%/q-t-q). Sedangkan
sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi pada triwulan
laporan.
Peningkatan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal didorong
oleh mulai meningkatnya harga kontrak rumah serta biaya tukang bukan mandor
pada periode triwulan laporan. Selain karena siklus musiman awal tahun dimana
ada penyesuaian harga kontrakan rumah yang secara umum meningkat,
tumbuhnya perekonomian Jambi yang diiringi dengan semakin maraknya
pembangunan perumahan di Kota Jambi turut mendorong peningkatan harga
kontrakan rumah apalagi golongan pekerja di Jambi cukup banyak yang
merupakan pendatang sehingga demand terhadap kontrakan rumah masih
cukup tinggi. Sementara, kenaikan biaya tukang bukan mandor terkait juga
dengan terbatasnya supply tukang sementara proyek pembangunan rumah, ruko
atau bangunan lainnya cukup pesat.24
23 Kenaikan tarif cukai rokok berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.203/PMK.011/2008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tertanggal 9 Desember 2008 yang mulai berlaku tanggal 1 Februari 2009. 24 Sebagian besar tukang bangunan didatangkan dari Jawa terutama untuk proyek-proyek skala besar (jalan, jembatan, rumah sakit maupun perumahan).
INFLASI
45
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan I tahun 2009 mengalami inflasi
sebesar 6,46% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 3,45% (q-t-
q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi adalah sub kelompok
barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 12,91% (q-t-q), diikuti sub kelompok
sandang anak-anak (0,26%/q-t-q), sub kelompok sandang wanita (0,12%/q-t-q)
serta sub kelompok sandang laki-laki (0,09%/q-t-q).
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Harga Emas (USD/Troy Ounce)
919.15
882.05
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok sandang pada
triwulan laporan adalah emas perhiasan. Meningkatnya kembali harga emas
dalam 2 bulan awal periode triwulan laporan terkait juga dengan peningkatan
harga internasional yang mulai menunjukkan tren peningkatan harga bahkan
pada akhir bulan Maret 2009 berada di level yang masih cukup tinggi sebesar
USD 919,15 per troy ounce. Harga emas di pasar internasional pada akhir
Desember 2008 sebesar USD 882,05 per troy ounce, bergerak meningkat di
bulan Januari 2009 menjadi USD 927,85 per troy ounce serta USD 942,35 per
troy ounce pada Februari 2009.25 Namun demikian, pada bulan Maret 2009
sedikit menurun menjadi USD 919,15 per troy ounce. Secara rata-rata pada
25 Sumber: Bloomberg. Satu troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
INFLASI
- 46 - 46
triwulan laporan harga emas di pasar internasional mengalami peningkatan yang
menyebabkan para pedagang emas mulai menyesuaikan harga emas. Harga rata-
rata emas (logam mulia) untuk 24 karat di Jambi pada bulan Maret 2009 sebesar
Rp324.088,86/gram meningkat dibandingkan bulan desember 2008 yang hanya
mencapai Rp281.219,130/gram.26
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 8,91% (y-o-y) pada
triwulan I tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,52% (q-t-q).
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
obat-obatan sebesar 1,60% (q-t-q), diikuti sub kelompok perawatan jasmani dan
kosmetika (0,63%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa perawatan jasmani
serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I tahun 2009
mengalami inflasi sebesar 0,15% (q-t-q). Sub kelompok perlengkapan/peralatan
pendidikan mengalami inflasi triwulanan tertinggi sebesar 0,83% (q-t-q) diikuti
dengan sub kelompok rekreasi (0,07%/q-t-q). Sementara itu, sub kelompok
olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar 0,01% (q-t-q).
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I tahun 2009 sebesar minus
4,44% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar 1,19% (y-o-y). Berdasarkan sub
kelompoknya, deflasi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 6,73% (q-t-
q) yang memiliki bobot relatif besar terhadap pembentukan inflasi Kota Jambi.
Sementara, sub kelompok lainnya yang mengalami inflasi yaitu sub kelompok
sarana dan penunjang transportasi (1,42%/q-t-q) dan sub kelompok komunikasi
dan pengiriman sebesar 0,39%/q-t-q). Perkembangan sub kelompok jasa
keuangan relatif tidak mengalami perubahan harga pada triwulan laporan.
26 Sumber: BPS Provinsi Jambi.
INFLASI
47
Menurunnya harga minyak di pasar internasional dari sebesar USD
140/barrel (Juni 2008) menjadi sebesar USD 100,64/barrel (September 2008)
serta menjadi USD 54,43/barrel (November 2008) direspon pemerintah dengan
menurunkan harga bahan bakar (BBM) pada 1 Desember 2008 dan penurunan
kedua dalam bulan yang sama pada tanggal 15 Desember 2008.27 Penurunan
harga BBM dalam negeri juga dilanjutkan pada tanggal 15 Januari 2009 untuk
jenis premium turun sebesar Rp500 sehingga menjadi Rp 4.500/liter serta
turunnya harga solar sebesar Rp300/liter sehingga menjadi Rp 4.500/liter. Hal ini
tidak terlepas dari perkembangan harga minyak dunia yang menurun pada
Desember 2008 ke level USD 49,66/barrel. Disamping itu, selama periode
triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran
USD 50/barrel sehingga tidak ada rencana pemerintah untuk menaikkan
kembali harga BBM dalam negeri.
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
49.66
91.75
140
100.64
44.6
0
25
50
75
100
125
150
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bloomberg
Penurunan harga BBM sebanyak 3 kali dalam rentang periode 2 bulan
(Desember 2008-Januari 2009) berkontribusi besar terhadap pembentukan
angka deflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada
27 Pada 1 Desember 2008, Pemerintah menurunkan harga bensin (premium) dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500. Sedangkan pada 15 Desember 2008, bensin (premium) kembali turun menjadi Rp 5.000 dan solar turun dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.800.
INFLASI
- 48 - 48
triwulan laporan yang antara lain juga mulai direspon dengan penurunan tarif
angkutan. Tarif angkutan kota per 15 Januari 2009 turun. Ongkos angkutan
kota dari Rp2.300 turun menjadi Rp2.000 (untuk umum) serta dari Rp1.200
menjadi Rp1.000 (untuk pelajar) sebagai respon turunnya harga BBM.
Di sisi lain, memasuki masa low season, penyedia jasa penerbangan
mulai menurunkan tarifnya. Demand masyarakat terhadap permintaan tiket
pesawat untuk berlibur juga cenderung tidak sebanyak pada masa high season
pada triwulan IV-2008 yang digunakan masyarakat Jambi untuk berlibur keluar
daerah.28 Menurunnya demand tersebut berimbas pada harga tiket pesawat
yang relatif lebih murah.
28 Pada periode triwulan IV-2008 termasuk masa high season dikarenakan terdapat perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, Natal) sertaTahun Baru 2009 sehingga minat masyarakat untuk berlibur ataupun merayakan peringatan tersebut keluar daerah (Jambi) sangat tinggi.
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan penurunan
baik dari segi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Fungsi
intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan
relatif tetap dari triwulan sebelumnya.
Kualitas kredit yang diberikan memburuk yang tercermin dari
meningkatnya rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Hal ini menjadi salah satu
penyebab turunnya profitabilitas perbankan dibandingkan triwulan sebelumnya.
A. Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan IV tahun 2008 tercatat sebanyak
23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 170
kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan
laporan, terdapat penambahan 1 (satu) BPR baru, dan penambahan 2 (dua)
kantor cabang pembantu (KCP). BPR yang baru dibuka di Jambi adalah BPR
Pembangunan Kerinci yang mulai beroperasi sejak 5 Januari 2009. Dua kantor
bank yang bertambah yaitu KCP BTPN Angso Duo dan BNI.
Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,
terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya1 (satu) Bank Pembangunan
Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya,
jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 65 (enam puluh lima)
buah (35,33%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor banknya
adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 4 (empat) kantor (2,17%).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
B. Bank Umum29
1. Perkembangan Aset Bank
Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan sedikit menurun
sebesar Rp223,14 miliar (1,82%) jika dibandingkan triwulan IV tahun 2008, yaitu
dari Rp12.228,10 miliar menjadi Rp12.004,96 miliar. Penurunan aset bank umum
ini terjadi pada kelompok bank pemerintah dan bank swasta yaitu sebesar 2,90%
(Rp236,81 miliar) dan 0,19% (Rp7,20 miliar). Di sisi lain, aset kelompok bank
syariah tumbuh sebesar 6,64% pada triwulan laporan.
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-4.00
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
PersenRp miliar
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan (%)
Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah
merupakan yang terbesar sehingga mencapai 65,94%, diikuti oleh aset bank
swasta yang memiliki pangsa sebesar 31,27% dan aset bank syariah yang
memiliki pangsa sebesar 2,79% pada triwulan laporan.
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan
laporan turun sebesar 0,25%, yaitu dari Rp10.069,37 miliar menjadi Rp10.043,99
miliar pada triwulan laporan.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK dirasakan oleh bank
swasta dan bank syariah. DPK Bank swasta meningkat Rp124,92 miliar atau
setara dengan 3,68% dan DPK bank syariah meningkat Rp0,44 miliar (0,22%).
Sementara itu untuk bank pemerintah, yang memiliki pangsa penghimpunan 29 Data s.d. bulan Februari 2009
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
dana terbesar, mengalami penurunan jumlah DPK sebesar Rp150,74 miliar atau
setara dengan penurunan 2,33% sehingga secara total bank umum,
penghimpunan dana triwulan ini menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2009Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Nominal Persen
6,315,888 6,868,931 6,792,549 6,475,385 6,324,649 (150,736) (2.33) 1 1,981,329 2,104,301 2,038,788 1,795,255 1,733,881 (61,374) (3.42) 2 3,021,694 3,293,133 3,117,628 3,405,548 3,068,718 (336,830) (9.89) 3 Simpanan Berjangka 1,312,865 1,471,497 1,636,133 1,274,582 1,522,050 247,468 19.42
3,122,350 3,318,055 3,370,587 3,396,774 3,521,696 124,922 3.68 1 621,135 674,334 529,799 521,672 524,467 2,795 0.54 2 1,377,744 1,450,667 1,470,180 1,478,499 1,517,260 38,761 2.62 3 Simpanan Berjangka 1,123,471 1,193,054 1,370,608 1,396,603 1,479,969 83,366 5.97
159,250 174,435 179,179 197,210 197,647 437 0.22 1 52,201 54,130 46,918 49,508 49,293 (215) (0.43) 2 77,112 90,398 99,495 101,896 99,969 (1,927) (1.89) 3 29,937 29,907 32,766 45,806 48,385 2,579 5.63
9,597,488 10,361,421 10,342,315 10,069,369 10,043,992 (25,377) (0.25) 1 2,654,665 2,832,765 2,615,505 2,366,435 2,307,641 (58,794) (2.48) 2 4,476,550 4,834,198 4,687,303 4,985,943 4,685,947 (299,996) (6.02) 3 2,466,273 2,694,458 3,039,507 2,716,991 3,050,404 333,413 12.27
Tabungan
Jumlah
Bank Syariah
Bank Swasta Nasional
Tabungan
GiroTabungan
Giro
GiroTabungan Deposito
Simpanan Berjangka
Giro
Pertumbuhan2008
Bank Pemerintah
URAIAN
Bank Konvensional
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, hanya simpanan berjangka
yang mengalami kenaikan di triwulan ini yaitu naik sebesar Rp333,41 miliar (naik
12,27%). Kenaikan jumlah simpanan berjangka ini dialami oleh semua kelompok
bank, terutama untuk kelompok bank pemerintah yang mengalami peningkatan
simpanan berjangka sebesar Rp247,47 miliar (19,42%). Tabungan mengalami
penurunan yang cukup tajam yaitu sebesar Rp300 miliar (6,02%). Penurunan ini
dipicu oleh turunnya penghimpunan tabungan oleh bank pemerintah yang
mencapai Rp336,83 miliar (9,89%). Sementara itu giro juga mengalami
penurunan yaitu sebesar Rp58,80 miliar (2,48%). Berdasarkan pangsanya,
penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 46,65%,
diikuti oleh deposito 30,37% dan giro 22,98%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
0 500
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Rp miliarRp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, penurunan DPK berasal
dari menurunnya penghimpunan dana dari perusahaan swasta (turun Rp359,75
miliar), dan perorangan (Rp260,94 miliar) sementara penghimpunan dana dari
Pemerintah Daerah menunjukkan peningkatan yaitu sebesar Rp600,33 miliar.
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
1 Pemerintah 50.509 0,53 85.107 0,82 103.771 1,00 46.278 0,46 51.162 0,51
2 Pemerintah Daerah 1.891.724 19,71 2.087.788 20,15 2.159.113 20,88 1.149.512 11,42 1.749.840 17,42
3 Badan/lembaga pemerintah 66.334 0,69 82.796 0,80 81.264 0,79 82.116 0,82 74.328 0,74
4 Badan Usaha Milik Negara 71.010 0,74 125.759 1,21 117.853 1,14 161.482 1,60 156.968 1,56
5 Perusahaan asuransi 34.872 0,36 32.630 0,31 33.633 0,33 28.532 0,28 31.515 0,31
6 Perusahaan swasta 527.640 5,50 650.645 6,28 510.312 4,93 944.732 9,38 584.986 5,82
7 Yayasan dan Badan Sosial 116.504 1,21 64.525 0,62 69.040 0,67 70.675 0,70 72.215 0,72
8 Koperasi 38.442 0,40 40.454 0,39 35.327 0,34 31.832 0,32 30.757 0,31
9 Perorangan 6.754.020 70,37 7.139.681 68,91 7.182.635 69,45 7.484.153 74,33 7.223.214 71,92
10 Lainnya 46.416 0,48 52.036 0,50 49.367 0,48 70.057 0,70 69.007 0,69
Jumlah 9.597.471 100 10.361.421 100 10.342.315 100,00 10.069.369 100,00 10.043.992 100,00
Bukan Penduduk/Non-Residents 17 0 - - - - -
9.597.488 10.361.421 10.342.315 10.069.369 10.043.992
Trw.I-2009
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2008 Trw.II-2008
Penduduk/Residents
Trw.IV-2008Trw.III-2008
Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik
perorangan yang mencapai 71,92%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar
17,42% dan perusahaan swasta sebesar 5,82%.
Berdasarkan lokasi bank30, jumlah dana masyarakat di perbankan
mengalami penurunan di Kota jambi, Kabupaten Bungo, Kerinci dan kota lainnya.
Penurunan tertinggi (secara nominal) terjadi di Kota Jambi sebesar Rp87,61 miliar
(1,33%) diikuti oleh Kabupaten Bungo sebesar Rp74,21 miliar (12,94%).
Sementara itu kenaikan DPK tertinggi dialami oleh Kabupaten Batanghari yaitu
30 Data s.d. bulan Februari 2009.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
sebesar Rp49,69 miliar (13,14%) serta Muara Jambi sebesar Rp30,20 miliar
(17,68%). Pada triwulan laporan, secara total, DPK berdasarkan lokasi bank
menurun sebesar Rp25,38 miliar (0,25%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 6,259,507 60.52 6,565,145 65.20 6,477,538 64.49 (87,607) (1.33)
2 Batanghari 424,001 4.10 378,105 3.76 427,793 4.26 49,688 13.14
3 Tanjung Jabung Barat 993,975 9.61 808,880 8.03 825,951 8.22 17,071 2.11
4 Merangin 436,774 4.22 362,023 3.60 367,530 3.66 5,507 1.52
5 Kerinci 450,343 4.35 456,561 4.53 451,795 4.50 (4,766) (1.04)
6 Sarolangun 436,955 4.22 395,553 3.93 412,989 4.11 17,436 4.41
7 Bungo 485,495 4.69 573,476 5.70 499,269 4.97 (74,207) (12.94)
8 Tebo 135,357 1.31 89,476 0.89 109,808 1.09 20,332 22.72
9 Muara Jambi 283,346 2.74 170,825 1.70 201,027 2.00 30,202 17.68
10 Tanjung Jabung Timur 380,059 3.67 251,184 2.49 255,258 2.54 4,074 1.62
11 Lainnya (Others ) 56,495 0.55 18,141 0.18 15,034 0.15 (3,107) (17.13)
10,342,307 100.00 10,069,369 100.00 10,043,992 100.00 (25,377) (0.25) JUMLAH
Kota/KabupatenNo.PertumbuhanTrw.IV-08Trw.III-08 Trw.I-09
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi turun sebesar 0,26%,
yakni dari Rp7.593,19 miliar menjadi Rp7.573,22 miliar pada triwulan I tahun
2009.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2009TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal Persen
Kelompok Bank 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Bank Pemerintah 4,087,566 4,648,746 5,076,829 5,236,482 5,271,800 35,318 0.67 2 Bank Swasta 1,761,924 2,069,247 2,188,753 2,081,416 2,003,183 -78,233 (3.76) 3 Bank Syariah 176,132 203,218 248,295 275,289 298,238 22,949 8.34
Jenis Penggunaan 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Modal Kerja 2,376,256 2,861,846 2,997,699 2,984,839 2,877,210 (107,629) (3.61) 2 Investasi 1,166,162 1,303,493 1,437,519 1,454,979 1,469,397 14,418 0.99 3 Konsumsi 2,483,204 2,755,872 3,078,659 3,153,369 3,226,614 73,245 2.32
Sektor Ekonomi 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,573,221 -19,966 (0.26) 1 Pertanian 717,428 817,879 963,654 1,006,549 1,007,284 735 0.07 2 Pertambangan 30,540 25,816 15,914 34,866 27,619 (7,247) (20.79) 3 Perindustrian 383,849 404,713 396,307 379,269 375,716 (3,553) (0.94) 4 Listrik, Gas dan Air 33,982 32,963 31,341 29,330 28,359 (971) (3.31) 5 Konstruksi 217,464 298,263 333,238 276,370 244,786 (31,584) (11.43) 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 1,707,652 2,019,320 2,088,594 2,145,985 2,108,344 (37,641) (1.75)
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 154,559 165,956 158,151 115,177 114,029 (1,148) (1.00)
8 Jasa-jasa Dunia Usaha 174,832 252,956 282,890 303,999 294,174 (9,825) (3.23) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 112,306 119,731 129,248 129,212 127,309 (1,903) (1.47)
10 Lain-lain 2,493,010 2,783,614 3,114,540 3,172,430 3,245,601 73,171 2.31
PertumbuhanURAIAN
2008
Berdasarkan Kelompok Bank, penurunan jumlah kredit dialami oleh
bank swasta yaitu turun sebesar Rp78,23 miliar (3,76%). Di sisi lain, penyaluran
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
kredit oleh bank pemerintah dan bank syariah masih mengalami pertumbuhan
pada triwulan laporan. Penyaluran kredit oleh bank pemerintah tumbuh sebesar
Rp35,32 miliar (0,67%) sedangkan kredit bank syariah tumbuh sebesar Rp22,95
miliar (8,34%). Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank
pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 69,61% dari total
penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (26,45%)
serta kelompok bank syariah (3,94%).
Berdasarkan Jenis Penggunaan, penurunan jumlah kredit dialami oleh
kredit modal kerja (KMK) dengan cukup tinggi yaitu sebesar 3,61% (Rp107,63
miliar). Di sisi lain, kredit konsumsi dan kredit investasi masih menunjukkan
pertumbuhan walaupun mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan kredit
konsumsi tumbuh melambat sebesar 2,32% (Rp73,25 miliar) dibandingkan
pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,43% sedangkan kredit investasi
tumbuh sebesar 0,99% (Rp14,42 miliar) melambat dibandingkan pertumbuhan
triwulan lalu yang sebesar 1,21%. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar
dialokasikan untuk kredit konsumsi yaitu 42,61%, diikuti oleh kredit modal kerja
37,99% dan kredit investasi 19,40% dari total kredit pada triwulan laporan.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi
mengalami penurunan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor lain-lain dan
pertanian. Secara nominal, penurunan terbesar dialami oleh sektor Perdagangan,
Restoran, dan Hotel yaitu sebesar Rp37,64 miliar (1,75%) diikuti oleh sektor
konstruksi sebesar Rp31,58 miliar (11,43%). Pertumbuhan kredit pada triwulan
ini dialami oleh sektor lain-lain dan pertanian. Kredit sektor lain-lain tumbuh
sebesar Rp73,17 miliar (2,31%) sedangkan kredit pertanian tumbuh Rp0,74
miliar (0,07%).
Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain
sebesar 42,86% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan,
restoran dan hotel sebesar 27,84%, serta sektor pertanian sebesar 13,30%.
Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang
mencapai 84,00% dari total outstanding kredit.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
55
Berdasarkan lokasi Proyek31, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami penurunan yaitu menurun sebesar
1,05% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp10,43 triliun menjadi
Rp10,32 triliun.32 Penurunan jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua sektor
ekonomi kecuali untuk sub sektor listrik, gas dan air serta sektor lain-lain.
Berdasarkan nominal kredit, penurunan kredit lokasi proyek pada triwulan
laporan terutama disebabkan oleh menurunnya kredit sektor perindustrian
sebesar Rp50,24 miliar (5,67%), kredit sub sektor konstruksi sebesar Rp46,64
miliar (13,93%), serta sektor perdagangan sebesar Rp34,66 miliar (1,54%).
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)2009
II III IV I II III IV IPertanian 1,998,586 1,871,828 1,917,934 1,367,665 1,828,219 1,962,425 1,993,259 1,986,582Pertambangan 223,574 237,500 276,405 116,753 111,867 68,288 103,673 99,332Perindustrian 550,568 732,566 896,895 887,248 898,945 956,173 885,244 835,008Perdagangan 1,392,067 1,563,112 1,663,031 1,807,987 2,108,819 2,185,613 2,247,894 2,213,235
Jasa-jasa 610,891 694,526 788,990 852,274 1,170,425 1,250,435 1,232,322 1,187,816- listrik, gas dan air 43,130 41,814 82,728 86,777 95,242 111,225 174,412 191,455- konstruksi 200,829 240,282 193,339 245,164 395,155 400,845 334,814 288,173- pengangkutan 92,125 105,097 132,967 132,352 131,514 129,041 123,644 121,474- jasa dunia usaha 199,831 224,588 260,437 264,041 422,392 474,273 464,894 454,439- jasa sosial masyarakat 74,976 82,745 119,519 123,940 126,122 135,051 134,558 132,275Lain-lain 2,199,649 2,637,307 2,813,917 3,113,757 3,436,538 3,865,525 3,971,675 4,002,863TOTAL 6,975,335 7,736,839 8,357,173 8,145,685 9,554,812 10,288,458 10,434,067 10,324,836
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
2007Sektor Ekonomi
2008
4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan sebesar 20,04%. Pada triwulan laporan, total
undisbursed loan sebesar Rp804,80 miliar atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp670,42 miliar.
Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar
terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 89,59% dari total undisbursed
loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor
31 Data s.d. bulan Februari 2009. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 32 Data s.d. Bulan Februari 2009. Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
56
perdagangan, restoran dan hotel (41,31%), diikuti oleh sektor perindustrian
(29,90%), serta sektor pertanian (10,13%).
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I
1 investasi 79,604 98,903 79,836 86,730 75,606 2 konsumsi 4,594 6,794 5,241 6,038 8,197 3 modal kerja 502,731 431,847 558,872 577,656 720,998
586,929 537,544 643,949 670,424 804,801
1 Pertanian 78,361 76,635 84,701 77,478 81,513 2 Pertambangan 2,465 68 282 138 109 3 Perindustrian 24,677 28,764 31,328 41,418 240,635 4 Listrik, Gas dan Air 108 376 527 556 3 5 Konstruksi 38,669 43,796 53,939 54,226 71,530 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 354,788 306,068 399,954 428,239 332,494
7Pengangkutan, Pergudangan dan komunikasi 25,614 21,423 28,031 23,456 26,837
8 Jasa-jasa Dunia Usaha 39,140 38,085 33,718 36,317 39,873 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 18,513 15,499 6,038 2,488 3,610
10 Lain-lain 4,594 6,830 5,431 6,108 8,197 586,929 537,544 643,949 670,424 804,801Total
Jenis Penggunaan
Sektor Ekonomi
Kategori2008
Total
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan33 di Provinsi Jambi mengalami
penurunan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah
pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek34 turun dari 101,97% menjadi 101,11%
sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor relatif tetap di 75,40%. Penurunan
rasio LDR mencerminkan sedikit berkurangnya fungsi intermediasi perbankan di
daerah. Pada triwulan laporan, penurunan jumlah kredit, terutama kredit
berdasarkan lokasi proyek yaitu sebesar 1,09% sedikit lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penurunan penghimpunan dana (0,25%) sehingga
membuat rasio LDR perbankan di Jambi sedikit menurun.
33 LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 34 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
57
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum
Provinsi Jambi
83.95% 87.15% 86.94% 88.05%83.26%
90.63%97.77% 101.97% 101.11%
58.18% 59.23% 59.84% 60.40% 62.78% 66.80%72.65%
75.41%75.40%
-10%
10%
30%
50%
70%
90%
110%
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09
Rp juta
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta)
LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)
Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi
336.3
271.2232.5
208.1162.9
120.0 109.678.6 67.4 46.5
403.7
303.0
194.7233.0
160.0122.7 111.2 80.9
71.634.7
050
100150200250300350400
Tebo Muara Jambi
Bungo Batanghari
Merangin Kerinci Saro langun Kota Jambi
TanjungJabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Triwulan I-09Triwulan IV-08
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi
yaitu 336,3% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Muara Jambi. Peningkatan LDR yang cukup signifikan dalam triwulan
laporan dialami oleh Kabupaten Bungo, yaitu dari 194,7% pada triwulan lalu
menjadi 232,5% pada triwulan laporan Sementara itu, terdapat 3 (tiga)
kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat masing-
masing sebesar 46,5% dan 67,4%.
Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini
tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yang
LDR < 100%
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
58
mengalami peningkatan dari 2,82% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,26%
pada triwulan laporan. Peningkatan rasio NPL terjadi pada sektor pertanian,
konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, jasa dunia usaha, serta sektor lain-
lain.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian
sebesar 11,01% yang berarti sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang
sebesar 5%. Pada triwulan laporan, kenaikan NPL sektor pertanian terutama
disumbangkan oleh sub sektor tanaman perkebunan yang meningkat sebesar
Rp4,37 miliar serta sub sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian lainnya
yang meningkat sebesar Rp3,07 miliar. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi
lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%).
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum
Provinsi Jambi
KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%)1. Pertanian 963.654 54.830 5,69 1.006.549 103.377 10,27 1.007.284 110.943 11,01 2. Pertambangan 15.914 9 0,06 34.866 - - 27.619 - 3. Perindustrian 396.307 13.123 3,31 379.269 13.091 3,45 375.716 12.783 3,40 4. Listrik, Gas dan Air 31.341 - - 29.330 - - 28.359 - 5. Konstruksi 333.238 4.705 1,41 276.370 2.659 0,96 244.786 3.043 1,24
6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2.088.594 58.292 2,79 2.145.985 49.912 2,33 2.108.344 63.551 3,01
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 158.151 540 0,34 115.177 289 0,25 114.029 262 0,23
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 282.890 4.843 1,71 303.999 5.261 1,73 294.174 7.930 2,70 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 129.248 650 0,50 129.212 724 0,56 127.309 435 0,34
10. Lain-lain 3.114.540 43.847 1,41 3.172.430 38.841 1,22 3.245.601 47.632 1,47 7.513.877 180.839 2,41 7.593.187 214.154 2,82 7.573.221 246.579 3,26
TW I-09TW IV-08TW III-08
J U M L A H
No Sektor Ekonomi
Berdasarkan kolektabilitasnya, terjadi pergesaran tingkat kolektabilitas
kredit yang tergolong “lancar” menjadi kredit yang tergolong “dalam perhatian
khusus”. Kredit dikatakan lancar jika pembayaran angsuran dilakukan tepat
waktu sementara kredit yang tergolong dengan kolektabilitas “dalam perhatian
khusus” menunjukkan terjadinya tunggakan pembayaran angsuran pokok
dan/atau bunga dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari. Pada triwulan
laporan kredit yang tergolong lancar menurun sebesar Rp272,77 miliar sementara
kredit yang tergolong dalam perhatian khusus meningkat sebesar Rp220,38
miliar. Hal ini mengindikasikan sudah mulai turunnya kemampuan membayar dari
debitur dan juga dapat menjadi early warning akan kualitas kredit perbankan di
Jambi ke depannya.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
59
Grafik 3.5 Share Kredit Bank Umum Berdasarkan Kolektabilitas
Provinsi Jambi
85.49 85.17 88.72
90.73 90.76 91.99 92.47 91.29 87.92
6.81 6.40 4.04
4.66 6.01 5.17 5.12 5.89 8.82 0.41 0.44
1.51 1.62 0.73 0.35 0.32 0.26 0.47
0.62 0.41 0.34
0.24 0.70 0.84 0.76 1.43 0.79 6.67 7.58
5.39 2.75 1.79 1.66 1.32 1.12 1.99
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09
Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
6. Perkembangan UMKM
Berbeda dengan total kredit perbankan yang mengalami penurunan
sebesar 0,26% pada triwulan laporan, kredit UMKM masih mengalami
pertumbuhan walaupun hanya sebesar 0,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Kenaikan jumlah
kredit UMKM ini menyebabkan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
meningkat menjadi sebesar 85,95%, dari 85,15% pada triwulan sebelumnya.
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
3.60
9.8211.89
7.066.13
15.29
11.81
2.020.67
3.09
8.11 7.80 7.81
7.02
14.86
8.56
1.06
(0.26)-2.000.002.004.006.008.0010.0012.0014.0016.0018.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09
PersenMiliar Rp
Total Kredit-bank pelapor Total Kredit MKMKredit Mikro Kredit KEcilKredit Menengah Pertumbuhan kredit MKM (RHS)Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor (RHS)
Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dicerminkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
60
dari meningkatnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 2,6%
menjadi 3,09%. Namun, kualitas kredit UMKM ini lebih baik dibandingkan
dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,26%.
Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki
pangsa yang terbesar yaitu 36,40% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar
31,55%, serta sektor usaha menengah sebesar 18,00%.
Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
42.09 40.60 40.73 40.73 42.01 39.31 39.85 37.63 36.55 36.11 36.06 35.57 36.40
16.97 17.47 17.57 19.10 18.54 22.44 23.90 25.23 25.08 26.65 29.14 30.52 31.55
16.00 17.16 16.42 18.35 18.02 18.06 19.09 19.42 19.96 19.13 19.15 19.05 18.00
24.94 24.77 25.27 21.82 21.43 20.19 17.16 17.73 18.41 18.11 15.66 14.85 14.05
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
TW I-06 TW II-06 TW III-06 TW IV-06 TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09
Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh
pertumbuhan positif kredit usaha kecil yaitu sebesar 3,08% dan kredit usaha
mikro 2,07% sedangkan pertumbuhan kredit usaha menengah menunjukkan
angka yang negatif yaitu sebesar 5,78%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit
UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai
49,57%, diikuti kredit modal kerja sebesar 37,03% serta kredit investasi sebesar
13,40%.
7. Profitabilitas35
Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan
laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama
periode triwulan I tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih
(net) sebesar Rp94,90 miliar meningkat sebesar Rp88,48 miliar jika dibandingkan
dengan triwulan IV-2008. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya transfer dan
35 Data s.d. bulan Maret 2009
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
61
pajak yang harus dibayar perbankan pada triwulan lalu sehingga laba secara net
menjadi rendah.
Grafik 3.8 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan
85
4
91 74
34
89
201
145 129
156
138
95 85
5
117
75
35
90
120
145 130
156
6
95
-
50
100
150
200
Tw II-06 Tw III 06 Tw IV 06 Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09
Miliar Rp
L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net)
Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah
untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan
pertumbuhan sebesar 0,13%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat
berharga mengalami penurunan seiring dengan menurunnya BI-rate.
Tabel 3.8 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi
Jenis Aset Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09SBI dan surat berharga 497 7,054 10,174 8,303 6,464 10,084 10,263 9,556 4,486 Kredit 178,247 185,941 183,797 239,429 225,243 252,895 284,822 304,546 310,599 Antar Bank 8,478 5,371 1,895 (15,744) - - - - - Lainnya 37 113 (41) 636 228 365 425 82 83 Total 187,259 198,479 195,825 232,624 231,935 263,344 295,510 314,184 315,168
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.9), terlihat bahwa margin keuntungan
perbankan di Provinsi Jambi mulai sedikit meningkat pada triwulan laporan.
Margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga
deposito 3 (tiga) bulan sedikti meningkat yaitu dari 4,66% pada triwulan lalu
menjadi 4,95% pada triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh menurunnya suku
bunga deposito 3 bulan yang lebih cepat dibandingkan penurunan suku bunga
kredit. Hal ini menyebabkan beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini
relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
62
Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi
4.14 4.48 4.57 4.89 5.55 5.97 6.28 6.62 6.79 6.8 6.91 7.39 7.19 7.73 7.73 7.1 7.07 6.85 6.82 6.92 7.06 7.07 6.73 6.59 6.42 5.95 5.24 4.89 4.86 4.66 4.69 4.95
02468
101214161820
Jul
Agu
s
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
s
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
s
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
2006 2007 2008 2009
Persen (%)
Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI
Trend menurunnya BI rate semenjak bulan Desember 2008 mulai direspon
oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga simpanannya pada bulan
Februari lalu. Suku bunga simpanan turun dari 10,35% pada triwulan lalu
menjadi 10,09% akan tetapi penurunan ini belum seimbang dengan penurunan
BI rate yang mencapai 100 basis point pada triwulan laporan. Hal ini
menunjukkan masih ketatnya likuiditas perbankan pada triwulan laporan
sehingga membuat perbankan tidak terburu-buru dalam menyesuaikan suku
bunganya. Dari sisi suku bunga pinjaman, perbankan sudah mulai menurunkan
suku bunganya pada bulan Februari lalu akan tetapi masih lebih tinggi jika
dibandingkan triwulan lalu.
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)36
Berbeda dengan kinerja bank umum yang mengalami penurunan pada
triwulan laporan, kinerja BPR mengalami peningkatan yang tercermin dari
meningkatnya jumlah aset, DPK dan kredit. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi
Jambi mencapai Rp215,42 miliar, meningkat sebesar 5,28% dibanding pada
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp204,61 miliar. Meningkatnya aset ini
tercermin dari meningkatnya jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi
36 Data s.d. Bulan Februari 2009.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
63
sebesar Rp12,93 miliar atau meningkat sebesar 8,88% dibanding triwulan
sebelumnya. Kenaikan Dana Pihak Ketiga ini terutama dipicu oleh meningkatnya
jumlah simpanan berjangka. Pada triwulan laporan, simpanan berjangka naik
sebesar Rp12,25 miliar (10,61%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga
menjadi Rp30,80 miliar.
Dalam triwulan I tahun 2009 ini, jumlah penyaluran kredit juga mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 1,86% sehingga menjadi Rp 164,41 miliar.
Pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
membuat fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun menjadi 103,75% dari sebelumnya
110,90%. Di sisi lain, kualitas kolektabilitas kredit menunjukkan penurunan yang
ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari
7,06% menjadi sebesar 7,77%.
I
Boks 4.
SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI:
TANTANGAN DI TAHUN 2009
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan
harga-harga komoditas perkebunan berdampak cukup signifikan terhadap
perekonomian Jambi terutama pada sektor perkebunan dengan komoditas
unggulannya karet dan sawit. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja sektor perkebunan
yang mulai mengalami pelambatan pada triwulan III tahun 2008. Bahkan, pada
triwulan I tahun 2009, sektor perkebunan mengalami pertumbuhan negatif (minus
1,12%/q-t-q). Melambatnya sektor perkebunan memberikan efek berantai pada
pelemahan sektor-sektor lainnya di Provinsi Jambi. Sebagaimana diketahui, sektor
perkebunan merupakan sektor andalan Provinsi Jambi dimana cukup banyak
penduduk yang bekerja di bidang perkebunan.
Menurunnya kinerja sektor perkebunan secara langsung menurunkan tingkat
pendapatan (income) petani karet dan sawit sehingga mereka mulai membatasi
pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, termasuk diantaranya adalah mengurangi
permintaan kredit kepada perbankan. Bahkan, banyak juga petani yang mulai kesulitan
memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada pihak perbankan terutama untuk
pemenuhan barang tahan lama (durable goods) seperti mobil, sepeda motor dll.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai prospek kinerja
perbankan daerah di tahun 2009, maka dilaksanakan survei deskriptif kepada
perbankan Jambi yang bertujuan antara lain mengenai:
1. Kredit sektoral yang berpotensi tumbuh lebih tinggi di tahun 2009
2. Target pencapaian kredit tahun 2009
3. Proyeksi Rasio Non Performing Loan (NPL) serta Loan to Deposit Ratio (LDR)
4. Faktor penghambat penyaluran kredit serta kebijakan yang akan
dilaksanakan perbankan dalam menghadapi krisis.
Survei dilaksanakan pada periode Maret-April 2009 terhadap 38 bank pelapor
(Kantor cabang/KC dan kantor cabang pembantu/KCP) di seluruh kabupaten kota di
Provinsi Jambi.
Grafik 1.
Bank Umum37%
Bank Swasta37%
Bank Syariah
8%
BPR18%
Responden
II
Dari 38 bank pelapor (responden) yang disurvei diseluruh kabupaten/kota,
terdiri dari 14 bank umum (37%), 14 bank swasta (37%), 3 bank syariah (8%) serta 7
BPR (18%). Sampel ini sudah mencakup sebesar 71,70% dari total bank pelapor yang
ada di Provinsi Jambi (53 bank pelapor).
Grafik 2.
5%61%
26%
3%
5%
8%
Target Kredit 2009< 0% 0-30% 30-60% 60-100% >100%
Secara umum, responden masih menunjukkan keyakinannya dengan
pertumbuhan kredit tahun 2009, walaupun tidak seoptimis tahun 2008 yang lalu. Dari
hasil survei, rata-rata pertumbuhan kredit berkisar 28,05%. Dari 38 bank pelapor yang
disurvei, sekitar 61% responden menyatakan pertumbuhan kreditnya masih mampu
tumbuh pada kisaran 0 s.d.30% (yoy). Sedangkan sekitar 26% responden menyatakan
bahwa pertumbuhan kreditnya akan berada pada kisaran 30-60%. Namun demikian,
ada sekitar 5% responden yang menyatakan pertumbuhan kredit mereka di tahun
2009 akan menurun (dibawah 0%).
Grafik 3.
Perkebunan10%
Tanaman Pangan
8%
Perdagangan25%
Jasa12%
Konsumtif19%
Konstruksi10%
Industri3%
Perikanan dan Peternakan
1%Lain-Lain12%
Kredit Sektoral yang diperkirakan Tumbuh di Tahun 2009
III
Sementara, terdapat sekitar 8% responden yang menyatakan pertumbuhan
kredit mereka mampu mencapai diatas 60%. Dari 8% responden yang menyatakan
bahwa kreditnya mampu tumbuh diatas 60%, terbagi dari 3% responden yang
menyatakan mampu tumbuh pada kisaran 60 s.d. 100% serta sekitar 5% responden
yang menyatakan mampu tumbuh diatas 100%.
Secara sektoral, potensi pertumbuhan kredit di tahun 2009 menurut responden
akan dicapai oleh sektor perdagangan, sektor konsumtif serta sektor jasa lainnya.
Hampir sekitar 25% dari jawaban yang masuk menyatakan sektor perdagangan akan
mampu tumbuh lebih baik. Sektor perdagangan yang dimaksud responden akan
tumbuh lebih tinggi adalah sektor perdagangan yang tidak berorientasi ekspor
sehingga relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap melemahnya demand dari pasar
luar negeri serta relatif sedikit mengandung impor content sehingga pelemahan nilai
tukar Rupiah tidak terlalu membebani dalam pemenuhan biaya input produk. Misalnya
pedagang eceran, pedagang sembako maupun pedagang yang memperjualbelikan
bahan-bahan untuk kebutuhan pemilu (kaos, bahan sablon dll). Potensi pertumbuhan
kredit tahun 2009 juga diikuti dengan sektor konsumtif (19%) serta sektor jasa-jasa
dan sektor lain-lain (12%).
Grafik 4.
Perkebunan24% Kehutanan
3%
Migas3%
Perikanan6%
Transportasi6%
Industri9%
Perdagangan22%
Konstruksi11%
Lain-lain16%
Kredit Sektoral yang diperkirakan turun di Tahun 2009
Sementara, keyakinan responden terhadap sektor-sektor yang pertumbuhan
kreditnya akan menurun di tahun 2009 adalah sektor perkebunan (24%), sektor
perdagangan (22%) dan sektor lain-lain (16%). Kredit sektor perkebunan diperkirakan
turun dikarenakan perkembangan harga komoditas perkebunan (karet dan sawit)
belum sebaik tahun 2008 sehingga ada kalangan petani yang cenderung enggan
untuk mendapatkan fasilitas kredit, sementara pihak perbankan harus benar-benar
prudent dalam menyalurkan kredit. Sektor perdagangan yang diperkirakan turun
adalah sektor perdagangan yang berorientasi ekspor dan mengandung impor content
IV
tinggi. Misalnya perdagangan bahan baku karet, perdagangan mobil, perdagangan
sepeda motor.
Grafik 5.
26%
48%
26%
Perkiraan LDR Tahun 20090-50% 50-100% > 100%
Dengan memperhatikan kondisi terkini, sekitar 74% responden menyatakan
bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mereka mampu tumbuh diatas 50% pada tahun
2009.1 Bahkan 26% diantaranya menyatakan LDR mereka mampu tumbuh diatas
100%. Berdasarkan hasil survei, secara rata-rata pertumbuhan LDR pada tahun 2009
akan berkisar pada angka79,17%. Grafik 6.
67%
20%
3%
10%
13%
Perkiraan NPL Tahun 20090-3% 3-5% 5-10% > 10%
Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan tahun 2009 menurut
sebagian besar responden akan berada pada kisaran 0-3%. Sekitar 13% menyatakan
rasio NPL mereka akan diatas ketentuan aman Bank Indonesia (maksimal 5%) yang
terdiri dari 3% responden yang menyatakan NPL-nya akan berada pada kisaran 5-10%
dan sebesar 10% responden memperkirakan NPL bank mereka akan berada diatas
1 Dari 38 responden, sekitar 27 responden mampu memperkirakan LDR mereka di akhir tahun 2009.
V
10%.2 Secara rata-rata, NPL perbankan diperkirakan akan berada pada kisaran 3,75%,
meningkat jika dibandingkan tahun 2008 yang berada pada kisaran 2,80%.
Grafik 7.
19%
22%
7%7%
9%
12%
9%
15%
Faktor Penghambat Penyaluran Kredit Tahun 2009
Daya Beli Masyarakat Menurun
Kondisi Ekonomi Melambat akibat Krisis GlobalStabilitas Keamanan Pasca Pemilu
Turunnya Harga Komoditi PerkebunanBelum Bankable
Suku Bunga Kredit Masih Tinggi
Persaingan Usaha Antara Bank dan LK-non BankLain-Lain
Di tahun 2009, menurut seluruh jawaban responden yang terkumpul
menyatakan bahwa pelambatan kondisi ekonomi akibat krisis global merupakan salah
satu faktor utama yang menghambat penyaluran kredit (22% dari total jawaban).
Faktor-faktor lain yang menjadi concern bankers adalah masalah daya beli masyarakat
yang menurun (19%) serta suku bunga kredit yang masih tinggi (12%).
Faktor penghambat yang cukup besar pangsa jawabannya adalah faktor lain-
lain seperti jaringan kantor bank yang masih terbatas sehingga penetrasi kredit ke
daerah-daerah relatif terbatas serta kondisi infrastruktur suatu wilayah yang belum
baik sehingga tidak menarik bagi investor. Terkait dengan jawaban belum bankable
antara lain karena belum terpenuhinya sertifikat tanah/surat keterangan tanah (SKT),
tidak memiliki NPWP, belum memiliki SIUP, SITU, TDP ataupun HO yang sangat
diperlukan sebagai aspek legal dalam mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan
Sementara itu, dalam rangka menghadapi dampak krisis global, pihak
perbankan daerah telah menyiapkan beberapa strategi dalam proses penyaluran
kreditnya. Sebagian besar jawaban menyatakan akan mengutamakan pelaksanaan
prudential banking (29%), diikuti dengan ekspansi kredit secara selektif (23%), serta
pelaksanaan manajemen resiko yang efektif dan efisien (20%). Disamping itu,
beberapa bank juga akan lebih memfokuskan pada pembiayaan UMKM yang secara
historis tahan terhadap dampak krisis global (6%).
2 Dari 38 responden, sekitar 30 responden mampu memperkirakan rasio NPL mereka di akhir tahun 2009.
VI
Grafik 8.
28%
20%
6%
24%
6%
5%
4%7%
Kebijakan Perbankan Menghadapi Krisis
Prudential Banking
Manajemen Resiko
Fokus Pada Pembiayaan UMKMEkspansi Kredit secara selektif
Restrukturisasi Kredit
Penurunan suku bunga
Peningkatan SDM
REKOMENDASI
Beberapa masukan yang dapat dilakukan terkait dengan hasil survei ini adalah:
1.) Meningkatnya resiko penyaluran kredit pasca dampak krisis global harus
ditindaklanjuti oleh perbankan untuk selalu berhati-hati (prudent) dalam
menyalurkan kreditnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta sesuai dengan peraturan-peraturan dari Bank Indonesia selaku
lembaga yang berwenang dalam mengatur dan mengawasi bank.
2.) Ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan harus mempertimbangkan
segala aspek (mikro maupun makro) sehingga potensi terjadinya
keterlambatan/gagal bayar bisa diminimalkan.
3.) Pihak perbankan meninjau kembali tingkat bunga kredit yang diberikan kepada
debitur yang saat ini masih cukup tinggi, sementara suku bunga acuan (BI rate)
saat ini sudah terus diturunkan semenjak awal tahun 2009 sehingga menjadi
7,75% pada Maret 2009.
4.) Perlunya survei/penelitian lanjutan mengenai industri perbankan di daerah yang
diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi strategis mengenai langkah-
langkah strategis dalam pengembangan kredit perbankan di daerah untuk
mendukung akselerasi perkonomian Jambi tahun 2009.
65
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan provinsi Jambi adalah sebesar Rp1,44 triliun atau
sebesar 113,90% dari rencana pendapatan APBD-P yang sebesar Rp1,26 triliun.
Realisasi pendapatan ini meningkat sebesar 24,67% dibandingkan dengan tahun
2007. Sementara dari sisi belanja, pengeluaran pemerintah provinsi Jambi pada
tahun 2008 adalah sebesar Rp1,40 triliun atau sebesar 86,94% dari anggaran
belanja APBD-P yang sebesar Rp1,62 triliun. Realisasi ini meningkat sebesar
26,94% dibandingkan dengan realisasi tahun 2007.
Tabel 4.1. APBD Provinsi Jambi Tahun 2008 (Dalam miliar Rp)
Nominal Persen Nominal PersenPENDAPATAN 1,261.47 682.90 54.14 1,436.80 113.90
Pendapatan Asli Daerah 454.44 289.78 63.77 626.53 137.87Pajak Daerah 380.94 256.82 67.42 527.01 138.35Retribusi Daerah 28.73 8.83 30.72 27.29 94.98Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.22 0.15 2.88 6.30 120.83Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 39.56 23.98 60.62 65.93 166.67
Pendapatan Transfer 802.03 388.12 48.39 805.27 100.40Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 748.33 365.62 48.86 745.86 99.67
Dana Bagi Hasil Pajak 148.00 58.45 39.49 130.39 88.10Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 107.07 26.37 24.63 122.22 114.15Dana Alokasi Umum 468.80 273.47 58.33 468.80 100.00Dana Alokasi Khusus 24.45 7.34 30.00 24.45 100.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63Dana Penyesuaian 53.70 22.50 41.90 59.41 110.63
Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00Pendapatan Dana Darurat 5.00 5.00 100.00 5.00 100.00
BELANJA 1,615.96 326.96 20.23 1,404.98 86.94Belanja Operasi 801.25 215.14 26.85 645.67 80.58
Belanja Pegawai 433.79 171.07 39.44 351.30 80.98Belanja Barang 342.84 39.03 11.38 278.27 81.17Belanja Subsidi 6.00 0.00 0.00 5.98 99.73Belanja Hibah 3.59 2.50 69.59 3.59 100.00Belanja Bantuan Sosial 6.78 1.04 15.39 3.28 48.40Belanja Bantuan Keuangan 8.25 1.50 18.18 3.25 39.39
Belanja Modal 608.70 25.30 4.16 560.26 92.04Belanja Tanah 1.49 0.51 34.28 0.50 33.48Belanja Peralatan dan Mesin 66.12 2.97 4.49 61.55 93.08Belanja Bangunan dan Gedung 95.16 5.87 6.17 91.28 95.92Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 431.43 15.95 3.70 393.39 91.18Belanja Aset Tetap Lainnya 14.49 0.00 0.00 13.54 93.38
Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93Belanja Tak Terduga 7.20 0.00 0.00 0.28 3.93
Transfer 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98
Bagi Hasil Pajak 198.81 86.52 43.52 198.77 99.98
Surplus/(Defisit) (354.49) 355.94 31.82PEMBIAYAAN
Pembiayaan Netto 354.49
REALISASI SMT.II-2008REALISASI SMT.I-2008ANGGARAN 2008
URAIAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
66
A. Realisasi Pendapatan Daerah
Selama tahun 2008, realisasi pendapatan Provinsi Jambi mencapai
113,90% dari APBD-P atau setara dengan Rp`1,44 triliun. Realisasi pendapatan ini
lebih tinggi dibandingkan pencapaian realisasi pendapatan pada tahun 2007 yang
mencapai 110,49% dari APBD-P 2007 yaitu sebesar Rp1,15 triliun. Sedangkan
realisasi pendapatan asli daerah (PAD) di tahun 2008 sebesar Rp626,53 miliar
atau mencapai 137,87% dari anggaran. Realisasi ini meningkat jika dibandingkan
tahun 2007 yaitu sebesar Rp450,25 miliar (123,38%).
Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi
0
25
50
75
100
125
150
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II
2003 2004 2005 2006 2007 2008
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri)% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
Dari segi nominal realisasi pendapatan, komponen pendapatan transfer
merupakan komponen pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp805,27 miliar,
kemudian diikuti oleh pendapatan asli daerah sebesar Rp626,53 miliar. Tingginya
komponen pendapatan transfer menunjukkan masih tingginya ketergantungan
provinsi akan transfer dana dari pusat.
B. Realisasi Belanja Daerah
Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2008 secara garis besar terdiri
dari belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Realisasi
belanja selama tahun 2008 adalah sebesar 86,94%, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan realisasi belanja tahun 2007 yang sebesar 82,38%.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
67
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi
0
25
50
75
100
125
150
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT I SMT II SMT I SMT II
2003 2004 2005 2006 2007 2008
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri)% Realisasi Belanja (aksis kanan)
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah
untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp645,67 miliar diikuti dengan belanja modal
sebesar Rp560,26 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesar 80,58% dari
anggaran dengan komposisi biaya terbesar untuk belanja pegawai yaitu sebesar
Rp351,3 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar Rp278,27 miliar. Dari sisi
belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen belanja ini adalah untuk
belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp393,39 miliar (terealisasi
91,18%). Sementara itu, belanja transfer berhasil terealisasi sebesar Rp198,77
miliar (99,98%) di tahun 2008. Belanja transfer merupakan transfer bagi hasil
pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.
C. APBD Tahun 2009
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2009 sebesar Rp 1,62 triliun yang berarti naik 13,39% dari
tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,429 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,
jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2009 sebesar
Rp1.256,89 miliar atau naik 10,63% dibandingkan anggaran pendapatan tahun
sebelumnya sebesar Rp1.136,13 miliar.37
37 APBD Provinsi Jambi tahun 2009 ini disahkan tanggal 3 Desember 2008
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
68
Grafik 4.3. Perkembangan APBD Provinsi Jambi
557.77534.655 607.84
894.92 955.961,136.13
1256.89
557.73654.98
776.83
1156.841291.6
1429.1781620.59
34.35
(4.14)
13.69
47.23
6.82
18.85
10.63
34.34
17.44 18.60
48.92
11.65 10.65
13.39
-10
10
30
50
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro Keuangan (diolah)
Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)
Anggaran belanja daerah mencapai Rp1.620,59 miliar meningkat 13,39%
dari anggaran belanja tahun sebelumnya sebesar Rp1.429,18 miliar. Dengan
kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2009 diperkirakan sebesar
Rp363,70 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya.
D. Pendapatan Tahun 2009
Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009, terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp480,31 miliar yang meningkat
18,21% dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian dana perimbangan sebesar
Rp776,58 miliar, atau meningkat 8,79% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada
jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 61,79% dari total pendapatan
daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat
sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan dengan efektif serta efisien
untuk kemajuan daerah, diperkirakan kesejahteraan masyarakat Jambi dapat
lebih meningkat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah sebesar Rp423,79
miliar atau dengan pangsa sebesar 88,23% dari PAD, retribusi daerah sebesar
Rp27,78 miliar dengan pangsa sebesar 5,78%, lain-lain pendapatan asli daerah
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
69
sebesar Rp24,01 miliar dengan pangsa 5,00% dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,73 miliar (0,98%).
Tabel 4.2. APBD Provinsi Jambi Tahun 2009
(dalam miliar Rupiah) APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009
Pendapatan Daerah 336.59 364.93 406.31 480.31 18.21 Pajak Daerah 297.82 319.49 351.44 423.79 20.59 Retribusi Daerah 19.40 22.46 23.58 27.78 17.81 Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 4.03 2.96 4.73 59.91 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 15.34 18.95 28.33 24.01 (15.25)
Dana Perimbangan 532.04 591.03 713.83 776.58 8.79 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 157.67 156.02 220.57 267.95 21.48 Dana Alokasi Umum 374.36 415.02 468.80 473.51 1.00 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 43.62
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 26.30 - 16.00 - -Total Pendapatan 894.93 955.96 1,136.13 1,256.89 10.63 Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 13.39 Surplus/Defisit (261.92) (335.64) (293.04) (363.70) 24.11
Keterangan %
Sementara itu, dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum sebesar
Rp473,51 miliar atau 60,97% dari total dana perimbangan yang sebagian besar
digunakan untuk belanja pegawai, dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar
Rp267,95 miliar atau 34,50% dari total dana perimbangan, sementara dana
alokasi khusus sebesar 24,45 miliar (4,52%).
E. Anggaran Belanja Tahun 2009
Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2009 terdiri dari belanja tidak
langsung dengan jumlah anggaran sebesar Rp685,67 miliar atau sebesar 42,31%
dari total belanja. Belanja langsung dengan jumlah anggaran sebesar Rp934,92
miliar merupakan belanja terbesar atau 57,69% dari total belanja. Belanja tidak
langsung dianggarkan penggunaannya antara lain untuk belanja pegawai sebesar
Rp355,25 miliar (51,81%), belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten dan desa
sebesar Rp170,95 miliar (24,93%), belanja bantuan keuangan kepada
provinsi/kabupaten/kota dan desa sebesar Rp114,77 miliar (16,74%), belanja
bantuan sosial sebesar Rp31,20 miliar (4,55%), belanja hibah sebesar Rp3,5 miliar
(0,51%) serta belanja tidak terduga sebesar Rp10 miliar (1,46%).
Belanja langsung yang dianggarkan sebesar Rp934,92 miliar sebagian
besar digunakan untuk belanja modal sebesar Rp452,09 miliar atau 48,36% dari
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
70
anggaran, belanja barang dan jasa sebesar Rp424,68 miliar atau 45,42%, serta
belanja pegawai sebesar Rp58,15 miliar atau 6,22% dari anggaran.
Tabel 4.3. Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah)
APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009
Belanja Tidak Langsung 356.56 404.20 522.38 685.67 31.26 Belanja Pegawai 179.31 219.38 354.30 355.25 0.27 Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah 2.64 3.50 32.44 Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 176.35 Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 144.70 142.42 142.65 170.95 19.84 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa
20.10 15.88 6.50 114.77 1,665.69
Belanja Tidak Terduga 12.44 5.00 5.00 10.00 100.00 Belanja Langsung 800.28 887.40 906.79 934.92 3.10
Belanja Pegawai 123.87 85.14 61.90 58.15 (6.05) Belanja Barang dan Jasa 265.26 338.22 335.68 424.68 26.51 Belanja Modal 411.16 464.04 509.22 452.09 (11.22)
Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 13.39
Keterangan %
Sementara itu, belanja pada APBD 2009 menurut urusan pemerintahan
daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,02% dari total belanja, diikuti oleh
urusan pekerjaan umum sebesar 20,12%, pendidikan sebesar 12,10%, pertanian
sebesar 10,11%, kesehatan sebesar 7,44%, perumahan 2,15%, kelautan dan
perikanan sebesar 2,13% dan lainnya sebesar 11,93%. Belanja pendidikan di
tahun 2009 ini naik 23,54% yaitu dari dari Rp158,73 miliar menjadi Rp196,09
miliar, akan tetapi kenaikan ini masih belum mencapai target minimum
pemerintah yang sebesar 20% dari anggaran belanja. Sementara itu, anggaran
belanja kesehatan hanya naik 6.59% dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan
pemerintah daerah belum fokus dalam menyediakan jasa pendidikan dan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berbiaya murah (gratis) bagi masyarakat,
terutama bagi golongan yang kurang mampu.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
71
Grafik 4.4. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi
Otoda, Permintahan Umum, Adm
keu. daerah, Keu. daerah, Perangkat daerah, Kepegaw
aian dan Persandian, 34.02
Pekerjaan Umum, 20.12
Pendidikan, 12.10
Pertanian, 10.11
Kesehatan, 7.44
Perumahan, 2.15
Kelautan dan Perikanan, 2.13 Lainnya, 11.93
F. APBD Kabupaten/Kota
Berdasarkan Kabupaten/Kota, anggaran pendapatan APBD terbesar dari
Daerah Tingkat (Dati) II di Jambi adalah untuk Kota Jambi, yaitu sebesar
Rp563,97miliar diikuti oleh Kabupaten Tanjabbar sebesar Rp554,76 miliar
sedangkan anggaran pendapatan terkecil dialami oleh Kabupaten Sarolangun
dengan anggaran pendapatan sebesar Rp438,12 miliar. Berdasarkan sumber
pendapatannya, dana perimbangan adalah sumber pendapatan terbesar bagi
seluruh daerah tingkat II, dengan pangsa sebesar 82%-93% dari total
pendapatan. Secara persentase maupun nominal, Kabupaten Tanjabbar adalah
Dati II yang paling tergantung dengan dana perimbangan yaitu sebesar Rp520,74
miliar (93,87%). Sementara itu, sumber Pendapatan Asli Daerah dari Dati II masih
sangat rendah, yaitu dengan pangsa sebesar 2%-8% dari total pendapatan.
Pendapatan Asli Daerah Tertinggi secara nominal diraih oleh Kota Jambi yaitu
sebesar Rp45,93miliar diikuti dengan Kab. Bungo sebesar Rp41,03 miliar.
Dari sisi belanja, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) adalah
kabupaten dengan anggaran belanja terbesar di antara Dati II lainnya. Anggaran
belanja kabupaten Tanjabtim adalah sebesar Rp727,13 miliar kemudian diikuti
oleh kabupaten Tanjabbar sebesar Rp688,82 miliar. Berdasarkan alokasinya,
pengeluaran daerah berbeda-beda untuk tiap-tiap Kabupaten/Kota. Daerah
seperti Kab. Kerinci, Kota Jambi, Kab. Merangin, Kab. Batanghari, serta Kab.
Bungo adalah daerah-daerah dengan anggaran belanja terbesar untuk belanja
pegawai. Sementara itu, Kabupaten Tanjabtim dan Tanjabbar menganggarkan
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
72
belanja modal sebagai anggaran belanja yang terbesar. Tingginya anggaran
belanja modal dari kedua daerah ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
sudah mulai memprioritaskan pembangunan daerah masing-masing di tahun
2009.
Tabel 4.4. APBD Kabupaten/Kota (dalam juta Rupiah)
KeteranganKab.
Batang hari
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
Kab. Mera ngin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Saro langun
Kab. Tanjab
bar
Kab. Tanjab
tim
Kab. Tebo
Kota Jambi
Pendapatan Asli Daerah 27,922 41,029 20,806 23,449 15,512 20,210 17,886 17,946 16,762 45,933Pajak daerah 4,807 3,509 2,742 4,950 3,043 3,261 2,546 1,029 2,989 23,433Retribusi daerah 6,059 5,509 10,181 9,475 6,369 2,288 2,534 2,438 6,246 16,350Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
1,550 4,530 1,437 3,183 1,500 2,700 1,950 2,109 1,900 1,832
Lain-lain PAD yang sah 15,506 27,481 6,445 5,840 4,600 11,962 10,856 12,369 5,627 4,318Dana Perimbangan 470,901 408,544 429,679 441,536 471,172 404,409 520,739 470,832 397,924 494,042
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
153,107 56,960 45,895 49,029 130,546 86,934 278,645 203,852 72,743 86,835
Dana alokasi umum 277,645 311,260 334,060 346,143 292,374 273,455 232,289 218,718 281,393 370,770Dana alokasi khusus 40,149 40,324 49,724 46,364 48,252 44,020 9,805 48,262 43,787 36,436Lain-lain
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
13,118 46,694 11,156 12,000 66,626 13,501 16,134 63,668 28,500 23,997
TOTAL PENDAPATAN 511,941 496,266 461,641 476,985 553,310 438,120 554,759 552,446 443,186 563,971Belanja tidak langsung 301,833 296,515 342,292 276,029 277,071 213,088 265,899 202,041 185,121 381,497
Belanja pegawai 228,765 266,565 298,216 241,888 225,916 179,305 231,295 166,818 160,704 359,915Belanja bunga - - 2,317 - - - - - - 5,043Belanja subsidi 3,925 513 2,072 2,021 900 1,131 2,261 1,483 1,268 1,078Belanja hibah 21,645 11,375 10,348 4,825 3,324 6,150 13,330 15,091 2,150 4,630Belanja bantuan sosial 22,999 1,280 6,340 6,525 24,121 6,288 8,755 1,758 5,000 5,421Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes
- 527 - 1,203 22,000 1,455 534 342 - 1,750
Belanja bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 22,998 15,981 20,000 18,567 210 17,760 8,725 15,548 14,000 2,159
Belanja tidak terduga 1,500 275 3,000 1,000 600 1,000 1,000 1,000 2,000 1,500Belanja langsung 253,292 337,545 178,943 276,901 358,721 365,172 422,923 525,091 278,809 269,818
Belanja pegawai 42,780 27,695 25,971 33,318 25,420 51,261 33,746 20,602 21,314 30,881Belanja barang dan jasa 87,340 135,474 75,020 105,683 96,063 122,044 99,732 133,152 93,868 127,686Belanja modal 123,172 174,375 77,952 137,899 237,238 191,868 289,445 371,336 163,628 111,252
TOTAL BELANJA 555,125 634,060 521,235 552,929 635,792 578,261 688,822 727,131 463,931 651,315SURPLUS/(DEFISIT) -43,184 -137,794 -59,594 -75,945 -82,482 -140,140 -134,063 -174,686 -20,745 -87,344PEMBIAYAAN DAERAH (Neto) 43,184 137,794 59,594 75,945 82,482 140,140 134,063 174,686 - 87,344
G. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan I tahun 2009
terealisasi sebesar Rp368,08 miliar menurun sebesar 53,75% dibandingkan
triwulan sebelumnya atau menurun sebesar 19,91% dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi
dicapai oleh jenis pajak penghasilan sebesar Rp165,40 miliar, diikuti jenis pajak
pertambahan nilai sebesar Rp139,19 miliar.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
73
Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam juta Rupiah)
Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 420,992 732,892 443,162 769,731 337,177 (432,554) (56.20)
Pendapatan Pajak Penghasilan 181,020 148,101 179,675 216,139 165,404 (50,735) (23.47) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 228,523 207,285 229,473 256,227 139,189 (117,039) (45.68) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 1,434 364,869 19,799 284,504 22,930 (261,574) (91.94) Pendapatan BPHTB 4,276 5,734 7,021 6,418 4,063 (2,355) (36.69) Pendapatan Cukai 72 20 5 - - - - Pendapatan Pajak Lainnya 5,668 6,883 7,190 6,443 5,591 (852) (13.22)
II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
28,151 13,828 9,923 9,623 2,197 (7,426) (77.17)
Pendapatan Bea Masuk 3,439 4,538 4,483 6,331 2,197 (4,134) (65.30) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 24,712 9,290 5,440 3,292 - (3,292) (100.00)
III Penerimaan Sumber Daya Alam 1 - - - - - - Pendapatan Pertambangan Umum 1 - - - - - -
IV Pendapatan PNPB Lainnya 19,060 10,728 14,923 16,507 28,701 12,194 73.87 V Pendapatan Hibah - - - - - - -
468,204 757,448 468,009 795,860 368,075 (427,786) (53.75)
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
REALISASI PENDAPATANTriwulan I
2008Triwulan II
2008Triwulan III
2008Triwulan IV 2008
Triwulan I 2009
Pertumbuhan
Total Realisasi Pendapatan
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa
paling besar yaitu 91,61% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak
penghasilan memiliki pangsa paling besar (49,06%), diikuti pajak pertambahan
nilai (41,28%), serta pajak bumi dan bangunan (6,80%).
Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.6. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Pendapatan PPh
49.06%
Pendapatan PPN
41.28%
Pendapatan PBB
6.80%
Pendapatan BPHTB1.20%
Pendapatan Cukai0.00%
Pendapatan Pajak
Lainnya1.66%
Pendapatan Pajak Dalam
Negeri91.61%
Pendapatan Pajak
Perdagangan Int'l0.60%
Pendapatan PNPB
Lainnya7.80%
Grafik 4.5 Grafik 4.6
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan I tahun 2009
terealisasi sebesar Rp422,69 miliar, menurun sebesar 51,82% dibandingkan
triwulan sebelumnya namun meningkat sebesar 15,09% jika dibandingkan
dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah
pusat tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp170,35 miliar,
diikuti dengan belanja modal yang mencapai Rp76,65 miliar. Menurunnya belanja
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
74
pemerintah pusat di Jambi serta tertingginya pengeluaran untuk belanja pegawai
menunjukkan bahwa realisasi belanja pemerintah pusat pada awal tahun ini
masih rendah.
Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam juta Rupiah)
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 241,373 253,737 157,626 170,352 12,726 8.07
Belanja Gaji dan Tunjangan 223,989 234,308 122,121 168,341 46,219 37.85 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 17,518 19,560 35,897 2,046 (33,851) (94.30) Belanja Kontribusi Sosial (133) (132) (392) (35) 357 (91.14)
II Belanja Barang 74,394 81,720 117,693 45,525 (72,168) (61.32) Belanja Barang 44,349 47,091 62,891 26,096 (36,795) (58.51) Belanja Jasa 6,914 9,206 13,686 4,586 (9,100) (66.49) Belanja Perjalanan 15,952 16,670 30,569 6,289 (24,280) (79.43) Belanja Pemeliharaan 7,179 8,753 10,546 8,553 (1,993) (18.90)
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 600 846 2,227 4,049 1,822 81.81 Belanja Denda 120 4 - 4,049 4,049 - Belanja Subsidi Perusahaan Negara 480 842 2,227 - (2,227) (100.00)
IV Belanja Bantuan Sosial 63,913 128,138 303,146 63,751 (239,395) (78.97) Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 53,940 94,170 204,155 62,600 (141,555) (69.34) Belanja Lembaga Sosial Lainnya 9,973 33,968 98,991 1,152 (97,840) (98.84)
V Belanja Lain-Lain 4,190 22,196 36,621 62,364 25,742 70.29 Belanja Lain-Lain 4,190 22,196 36,621 62,364 25,742 70.29
VI Belanja Modal 194,354 211,364 260,010 76,647 (183,363) (70.52) Belanja Modal Tanah 1,071 934 2,721 - (2,721) (100.00) Belanja Modal Peralatan dan Mesin 10,247 20,508 72,977 3,358 (69,619) (95.40) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 8,238 20,271 46,160 395 (45,765) (99.14) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 163,832 157,229 129,583 72,579 (57,004) (43.99) Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi 109 561 2,556 - (2,556) (100.00) Belanja Modal Fisik Lainnya 10,857 11,861 6,013 315 (5,698) (94.77)
578,826 698,001 877,323 422,688 (454,635) (51.82) Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Total Realisasi Belanja
REALISASI BELANJA Triwulan II 2008
Triwulan III 2008
Triwulan IV 2008
Triwulan I 2009
Pertumbuhan
Belanja modal pada triwulan I tahun 2009 baru terealisasi Rp76,65 miliar
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan
pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Dengan kata lain, belanja
pemerintah daerah untuk pembangunan seharusnya masih bisa terakselerasi lebih
cepat dalam rangka mendorong perekonomian di daerah.
Berdasarkan pangsanya, share tertinggi dari realisasi belanja adalah
belanja pegawai sebesar 40,30%, diikuti dengan belanja modal yang mencapai
18,13%, belanja bantuan sosial yang mencapai 15,08% serta belanja lain-lain
14,75%.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
75
Grafik 4.7. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
belanja pegawai40.30%
belanja barang10.77%
belanja bantuan sosial
0.96%
belanja lain-lain15.08%
belanja modal14.75%
belanja denda dan subsidi perusahaan
negara18.13%
H. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi
mencapai Rp1,93 triliun pada triwulan laporan, meningkat sebesar 67,49%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan pangsanya, simpanan
pemerintah daerah di perbankan paling besar dalam bentuk giro (66,04%),
diikuti dengan deposito sebesar 33,38%.
Grafik 4.8. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08 Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
(dalam juta Rupiah)
Deposito Giro
Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami kenaikan
sejak bulan Januari setelah terjadi penurunan jumlah simpanan di bulan
Desember 2008. Terus meningkatnya simpanan pemerintah daerah ini
mengindikasikan pemerintah daerah belum mempergunakan belanja daerah
secara optimal.
77
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami
penurunan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas
pembayaran tunai tercermin dari aliran uang masuk/inflows dan uang
keluar/outflows dari kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan
pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran
non-tunai dilihat dari aktivitas kliring dan RTGS.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah)
2009Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Nominal Persen
Nilai Kliring (miliar Rp) 1,670.79 1,931.68 2,066.99 2,010.42 1,413.80 (596.62) (29.68) Volume Kliring (lembar warkat) 60,526 67,008 68,947 60,278 58,349 (1,929) (3.20) Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) 270.14 129.61 226.79 558.43 295.02 (263.41) (47.17) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) 732.44 1,242.07 1,191.14 695.55 263.40 (432.16) (62.13) Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) (462.30) (1,112.46) (964.35) (137.12) 31.62 168.74 (123.06) RTGS dari jambi (miliar Rp) 5,620.00 6,351.75 7,204.01 7,384.30 5,511.05 (1,873.25) (25.37) RTGS ke Jambi (miliar Rp) 16,025.00 16,874.15 19,314.53 19,030.05 18,792.30 (237.75) (1.25) Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - 1 - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - 1 - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - Jumlah PTTB (miliar Rp) 79.43 63.85 63.71 70.92 29.58 (41.34) (58.29) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 29.40 49.27 28.09 12.70 10.03 (3) (21.06) Cek dan BG Kosong- Lembar 545 557 808 971 900 (71) (7.31) - Nominal (miliar Rp) 13.45 14.72 28.49 32.39 27.29 (5.10) (15.76)
Uraian2008 Pertumbuhan (q-t-q)
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai
mengalami penurunan baik dari sisi penerimaan (inflow) maupun untuk aktivitas
pembayaran (outflow) jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya.
Jika dilihat pergerakan inflow secara bulanan menunjukkan bahwa di bulan
Januari 2009 inflow mampu mencapai sebesar Rp186,52 miliar atau hampir
sebesar 63,24% dari total inflow triwulan laporan. Peningkatan aliran uang
masuk (inflow) pada bulan Januari 2009 sehubungan dengan pasca liburan
panjang pada akhir tahun 2008.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
78
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
-200
-100
0
100
200
300
400
500
-200
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
PersenRp miliar
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun
tajam sebesar Rp168,75 miliar (123,06%), bahkan nilai aliran kas keluar bersih
menjadi negatif (inflow>outflow). Penurunan net cash outflow tersebut ditandai
oleh menurunnya aliran kas keluar (cash outflow) sebesar 62,13%, yaitu dari
Rp695,55 miliar menjadi Rp263,40 miliar sementara aliran kas masuk mengalami
penurunan sebesar 47,17% yaitu dari Rp558,43 miliar menjadi Rp295,02 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak
layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah
ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 10,03% (Rp29,58 miliar).
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan
berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
Uang Rupiah kepada masyarakat.
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan sebesar Rp1.413,80 miliar atau turun sebesar 29,68% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp2.010,42 miliar. Penurunan tersebut diikuti
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
79
juga dengan berkurangnya jumlah warkat kliring sebesar 3,20%, yaitu dari
60.278 lembar menjadi 58.349 lembar.
Di sisi lain, jumlah nominal penolakan kliring juga mengalami penurunan
sebesar 15.76%, yaitu dari Rp32,39 miliar menjadi Rp27,29 miliar. Penurunan
jumlah nominal penolakan kliring diikuti juga dengan penurunan cek dan BG
kosong. Pada triwulan laporan, jumlah lembar cek dan BG kosong menurun
sebesar 7,31%, yaitu dari 971 lembar menjadi 900 lembar.
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
1,671 1,932
2,067 2,010
1,414
(4.41)
15.61
7.00
(2.74)
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I
2008 2009
Persendalam miliar Rupiah
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
60,526 67,008 68,947
60,278 58,349 0.96
10.71
2.89
(12.57)
(3.20)
(15)
-
15
-
40,000
80,000
120,000
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I
2008 2009
Persenlembar warkat
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) menurun yaitu sebesar 7,99% sehingga menjadi sebesar
Rp24,30 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp26,41
triliun. Transfer keluar dari Provinsi Jambi menurun sebesar Rp1,87 triliun
(25,37%) dan transfer masuk ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp237,75 miliar
(1,25%) pada triwulan I tahun 2009.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
80
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS
(dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW IV-06 7,711.43 6,850.96 130.70 116.12 19.46 38.01 27.56 47.37 TW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
Kumulatif triwulananPertumbuhan
Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian
81
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2008. Namun,
memburuknya hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) pada periode triwulan
laporan menunjukkan masih pesimisnya masyarakat akan kondisi
ketenagakerjaan ke depan.38
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Februari 2009) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Desember 2008). Sementara itu, biaya kebutuhan hidup
minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan laporan meningkat
akan tetapi seiring dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jambi tahun 2009
menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL triwulan I tahun 2009 meningkat
menjadi 87,13%.39
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009, jumlah pencari kerja
di provinsi Jambi menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari
79.107 orang menjadi 70.010 orang. Berdasarkan distribusinya, jumlah pencari
kerja masih didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Menegah Umum (SMU)
dan sederajat yaitu sebesar 42.820 orang (61,16%), diikuti dengan Sarjana (S1)
sebanyak 13.460 orang (19.15), dan akademi/akta III sebanyak 5.217 orang
(7,45%).
38 Nilai saldo ekspektasi pengangguran menurun artinya masyarakat menilai ke depannya jumlah pengangguran akan meningkat. 39 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
82
Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi40
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
Tidak tamat dan Tamat
SD
SLTP dan sederajat
SMU dan sederajat
Diploma / Akta I/II
Akademi / Akta III
Sarjana (S1)
Trw.IV-08 Trw.I-09 Pertumbuhan (RHS)
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan kondisi pesimis. Kondisi ini
tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang sebesar 52,67 lebih
rendah dari triwulan lalu yang sebesar 82,67. Hal yang sama terjadi untuk
ekspektasi pengangguran dalam 6-12 bulan yang akan datang. Kondisi
pengangguran juga memburuk yang ditunjukkan dengan penurunan nilai
saldo yaitu dari sebesar 88,00 menjadi 64,00. Secara keseluruhan, nilai saldo
kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada
pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
Grafik 6.2. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009
Indeks
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
40 Data Triwulan I 2009 sampai dengan bulan Februari 2009
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
83
B. Kesejahteraan
Inflasi yang dialami oleh Kota Jambi dalam triwulan laporan41
menyebabkan meningkatnya biaya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan
hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi yaitu menjadi Rp918.121,00 dari
sebesar Rp890.818,75 pada triwulan lalu.
Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009
RpRp
Merk Anggur Merk King Merk BelidaIR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)
Perkembangan Harga Beras
Grafik 6.3
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009
Rp
Segi Tiga Biru Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.4
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009
Rp
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.5
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
-
8,000
16,000
24,000
32,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009
RpRp
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri)Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2008.
Beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.4) menunjukkan harga
yang stabil pada triwulan laporan kecuali untuk harga beras. Harga beras pada
triwulan ini sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu, seperti untuk
beras anggur, IR 62 dan IR 64.42 Harga minyak goreng bermerek menunjukkan
sedikit penurunan namun sebaliknya untuk minyak goreng tanpa merek
mengalami peningkatan harga pada triwulan laporan.
Sedikit meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok pada triwulan
laporan menyebabkan meningkatnya biaya KHM/KHL sebesar 3,06%. Akan tetapi
41 Inflasi kota Jambi pada triwulan laporan adalah sebesar 0,26% (q-t-q). 42 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2008.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
84
dengan meningkatnya UMP Jambi di tahun 2009 menyebabkan rasio UMP
terhadap KHM/KHL triwulan I tahun 2009 meningkat menjadi 87,13% dari
83,33% pada triwulan sebelumnya. Akan tetapi, dengan nilai rasio yang di
bawah 100% ini masih menunjukkan jika para pekerja mendapatkan upah sesuai
atau bahkan dibawah UMP tentunya akan berat bagi mereka untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan
Februari 2009. Pada bulan Februari 2009, NTP sebesar 91,45 atau meningkat
2,93% dibandingkan bulan Desember 2008 (88,85).43 Meningkatnya NTP petani
pada triwulan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan petani yang
tercermin dari meningkatnya indeks yang diterima oleh petani sebesar 2,79%
sedangkan indeks yang dibayar oleh petani untuk konsumsi barang dan jasa
mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,14%. Namun demikian, indeks
yang dibayar oleh petani masih tetap lebih tinggi dibandingkan indeks yang
diterima sehingga indeks NTP petani pada triwulan laporan masih berada di
bawah 100%.
Meningkatnya indeks harga yang diterima petani (It) terutama disebabkan
oleh peningkatan dari sub sektor tanaman padi dan palawija yaitu sebesar
5,96% serta sub sektor perkebunan rakyat yang meningkat sebesar 3,91%.
Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, hanya sub sektor holtikultura yang
menurun pada triwulan ini yaitu sebesar 3,47%.
Indeks harga yang dibayar (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang
merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang
diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Februari 2009, Ib
mengalami penurunan 0,14% dari sebesar 117,18 menjadi 117,02. Penurunan
43 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
85
ini juga diikuti oleh penurunan 4 sub sektor lainnya yaitu perikanan, perkebunan
rakyat, holtikultura, serta peternakan masing-masing sebesar 0,54%; 0,28%;
0,10%; dan 0,05%, sementara Indeks harga yang dibayar sub sektor tanaman
padi palawija meningkat sebesar 0,06%.
Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
JUNI JULI AGUSTUS SEPT OKT NOV DES JAN FEB
1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 110.8 109.19 109.65 110.38 113.93 111.61 112.72 112.72 119.44 5.96
- Padi 108.07 104.69 104.69 104.69 106.86 106.86 108.6 108.6 115.89 6.71- Palawija 121.46 126.7 128.95 132.55 131.7 130.12 128.79 128.79 133.29 3.49
b Indeks Dibayar Petani 113.23 114.72 115.55 116.14 116.96 116.58 116.98 116.87 117.05 0.06- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112.23 113.96 114.96 115.53 116.34 115.91 116.23 116.1 116.09 -0.12- Indeks BPPBM 117.42 117.89 118.02 118.68 119.57 119.39 120.12 120.12 121.05 0.77Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97.86 95.18 94.89 95.04 95.7 95.74 96.36 96.45 102.05 5.90
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 121.68 123.77 125.39 114.09 109.68 113.38 113.01 109.28 109.09 -3.47
- Sayur-sayuran 128.48 132.87 135.34 114.36 105.85 112.6 115.27 108.45 108.11 -6.21- Buah-buahan 113.44 112.75 113.35 113.76 114.33 114.33 110.28 110.28 110.28 0.00
b Indeks Dibayar Petani 113.06 114.67 115.53 116.35 117.01 116.52 116.89 116.82 116.77 -0.10- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.86 113.6 114.6 115.19 115.99 115.57 115.88 115.8 115.79 -0.08- Indeks BPPBM 117.61 118.76 119.1 120.8 120.87 120.15 120.72 120.72 120.52 -0.17Nilai Tukar Petani (NTP-H) 107.63 107.93 108.54 98.05 93.74 97.3 96.69 93.54 93.42 -3.38
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 125.59 133.15 128.86 119.62 88.76 86.71 92.84 92.84 96.47 3.91
- Tanaman Perkebunan Rakyat 125.59 133.15 128.86 119.62 88.76 86.71 92.84 92.84 96.47 3.91b Indeks Dibayar Petani 114.05 116.74 117.93 118.62 119.25 117.69 118.19 117.98 117.86 -0.28
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113.69 116.03 117.21 117.75 118.15 117.69 117.66 117.39 117.22 -0.37- Indeks BPPBM 115.44 119.5 120.69 121.99 123.46 115.57 120.24 120.24 120.32 0.07Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 110.12 114.06 109.27 100.84 74.43 73.1 78.55 78.7 81.85 4.20
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 105.85 107.1 107.1 108.79 108.77 108.51 108.42 108.42 109.38 0.89
- Ternak Besar 102.31 102.31 102.31 102.31 102.43 102.43 102.43 102.43 102.43 0.00- Ternak Kecil 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 109.84 0.00- Unggas 111.28 116.69 116.69 121.25 120.66 119.16 118.78 118.78 122.92 3.49- Hasil Ternak 116.05 116.05 116.05 128.66 129.45 131.19 131.19 131.19 131.19 0.00
b Indeks Dibayar Petani 111.39 112.3 112.87 113.94 114.5 114.66 114.89 114.8 114.83 -0.05- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.88 112.37 113.37 114.24 115.21 114.86 114.89 114.73 114.78 -0.10- Indeks BPPBM 112.09 112.19 112.19 113.53 113.53 114.38 114.9 114.9 114.9 0.00Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 95.03 95.37 94.88 95.48 94.99 94.64 94.37 94.44 95.25 0.93
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 103.77 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 104.55 106.07 1.45
- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 110.02 112.31 122.31 112.31 112.31 112.31 112.31 112.31 116.75 3.95
b Indeks Dibayar Petani 112.65 114.35 115.03 115.62 115.53 115.26 115.19 114.84 114.57 -0.54- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111.39 112.59 113.57 114.42 115.23 115.04 115.28 115.25 114.84 -0.38- Indeks BPPBM 114.44 117.08 117.08 117.08 115.09 114.69 113.97 113.97 113.98 0.01Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 92.12 91.43 90.89 90.43 90.5 90.71 90.77 91.05 92.59 2.01
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 117.88 120.94 119.64 114.37 101.7 101.4 104.11 103.47 107.01 2.79b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 113.33 115.27 116.21 116.93 117.59 117.15 117.18 117.03 117.02 -0.14c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 104.02 104.92 102.87 97.81 86.49 86.56 88.85 88.41 91.45 2.93
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
PERSENTASE PERUBAHAN (%)
(Desember Ke Februari)
PROVINSI JAMBI
2008 2009
C. Kemiskinan
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)
secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak.
Pada triwulan laporan, penyaluran raskin sebesar 3.109 ton atau menurun
sebesar 76,04% dibandingkan triwulan sebelumnya.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
86
Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRW IV
TW I
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
87
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009
diperkirakan masih tumbuh positif, walupun melambat dibandingkan triwulan I
tahun 2009. Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi
kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan
mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih
disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih tinggi dibanding triwulan laporan
(q-t-q).
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan masih tumbuh melambat yaitu sebesar 5,50±1%. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi Jambi. Hal ini tercermin dengan terus meningkatnya indeks ekspektasi
penghasilan yang meningkat menjadi 160,67 dibandingkan triwulan laporan
yang sebesar 130,67.
Meningkatnya ekspektasi penghasilan ini terkait dengan kenaikan upah
minimum provinsi (UMP) Jambi menjadi sebesar Rp800.000 (naik 10,14%).
Kondisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yakin bahwa pada triwulan
mendatang income yang didapatkannya relatif meningkat sehingga konsumsi
terhadap barang dan jasa juga semakin besar. Menurunnya suku bunga
perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat dibandingkan
dengan menyimpan dananya di perbankan.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
88
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Indeks
Ekspektasi ekonomiEkspektasi pengangguranEkspektasi penghasilan
Sementara, dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan
laporan, nilai saldo rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang
berada pada level pesimis kecuali nilai saldo rencana konsumsi barang sandang
yang sebesar 173,33. Sedangkan nilai saldo indikator lainnya yaitu:
pembelian/perbaikan rumah (66,00), peralatan rumah tangga (62,00), perabotan
rumah tangga (41,3), kendaraan bermotor (36,67), serta rekreasi/tamasya
(92,00). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di
triwulan II tahun 2009 terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih
dahulu dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
89
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Indeks
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor
Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya
Berdasarkan hasil SKDU triwulan IV-2008, tercermin bahwa optimisme
responden di sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum,
sektor perdagangan, listrik dan air, PHR, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa masih menunjukkan perkembangan yang cukup
baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk
sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1).
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Realisasi Trw I-2009
Prakiraan Trw II-2009
1 Pertanian 2.67 0.00
2 Pertambangan dan Penggalian 1.43 1.43
3 Industri Pengolahan 0.69 (0.69)
4 Listrik dan Air Minum 0.20 0.20
5 Bangunan (0.69) (0.69)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (5.44) 0.54
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.91 (0.91)
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.37 1.42
9 Jasa-jasa 1.06 1.06
3.20 2.36Total
No Sektor/SubsektorSaldo Bersih Tertimbang
Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan
mendatang diperkirakan masih tetap tumbuh positif. Mulai membaiknya harga
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
90
komoditas perkebunan seperti kelapa sawit menjadi pendorong tumbuhnya
sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan
juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong oleh mulai masuknya musim
panen padi. Sementara itu, kondisi cuaca di laut yang kurang mendukung turut
mempengaruhi hasil tangkapan sehingga pertumbuhan sektor perikanan
diperkirakan menurun.
Sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat
pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya
harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung
pertumbuhan sektor industri pengolahan. Nilai lifting minyak bumi diperkirakan
akan meningkat sejalan dengan membaiknya harga minyak mentah di pasar
internasional sehingga mendorong perusahaan minyak bumi meningkatkan
produksinya.
Proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y)
Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 4,50%-
5,50% (skenario pesimis) atau sebesar 5,51%-6,50% (skenario optimis).
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009
diperkirakan pada kisaran 4,00%-5,00% (skenario pesimis) atau sebesar 5,01%-
6,00% (skenario optimis).
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort
yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan
ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa
tumbuh lebih baik, antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama pada sektor yang dapat
menstimulus perekonomian Jambi.
Telah disahkannya APBD Provinsi Jambi pada akhir periode tahun 2008
memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk menyegerakan realisasi
belanja APBD 2009 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan
ekonomi di Jambi. Stimulus yang diberikan terutama untuk sektor-sektor yang
berdampak tinggi terhadap perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
91
seperti sektor pertanian, industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas
dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa
angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM. Selain itu, pembangunan
Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus
dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan
serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan
jembatan.
2. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.
Dengan terealisasinya belanja modal pemerintah, terutama untuk proyek-
proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya diharapkan dapat
mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada
menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu,peningkatan program padat karya
(misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program
pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan
penyerapan tenaga kerja.
3. Penguatan ekspor barang dan jasa.
Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan
produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)
sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional. Selain itu,
untuk mempermudah jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan
pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak.
4. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.
Inflasi Kota Jambi lebih dipengaruhi oleh sisi supply. Kondisi jalur distribusi
yang kurang kondusif dapat memicu kenaikan harga lebih tinggi lagi. Naiknya
harga bahan makanan akan menggerus pendapatan masyarakat dan
pengusaha yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat.
Penurunan daya beli (konsumsi masyarakat) tentunya akan berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain dari sisi infrastruktur, penanganan
inflasi juga dapat dilakukan dengan pengamanan pasar lokal dan regional
melalui penggunaan produk yang dihasilkan daerah dengan memberikan
preferensi harga kepada perusahaan penyedia barang/jasa. Dengan demikian,
diperlukan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga) yang
koordinatif antar dinas/instansi terkait secara berkesinambungan sehingga
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
92
dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil. Oleh
karena itu, tersedianya Forum Diskusi/Tim Pemantau Inflasi daerah sangat
berguna dalam memberikan rekomendasi yang berguna bagi pengambil
kebijakan di daerah untuk mengendalikan angka inflasi daerah.
5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan
pengusaha.
Belum tersedianya industri hilir dalam skala besar menyebabkan pergerakan
harga komoditas unggulan (sawit dan karet) sangat terpengaruh dengan
kondisi pasar dunia. Hal dapat kita lihat semenjak terjadinya krisis global,
harga sawit dan karet terus menurun dalam beberapa bulan terakhir
sehingga menyebabkan tingkat pendapatan sebagian besar petani menurun.
Hal ini akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga
perekonomian menjadi kurang bergairah. Minat petani dalam mengelola
komoditas unggulan tersebut juga dikhawatirkan akan menurun yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan produk domestik
regional bruto Provinsi Jambi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan
agrobisnis yang tepat untuk mengatasi dampak dari krisis global tersebut
sehingga tingkat pendapatan petani dapat kembali ke level yang optimal.
Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak
goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk
dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik
sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor
perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang
turun.
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
93
- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi
kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga
pupuk yang sangat memberatkan petani.
- Penyuluhan dan subsidi benih unggulan sehingga dapat meningkatkan
hasil produksi dan kualitas pertanian.
- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani
dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut
melalui toke.44 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga
yang telah ditetapkan sehingga menyengsarakan petani.
6. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan II tahun
2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan
kepada usaha mikro dan kecil.
Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari
melambatnya perekonomian dunia semakin terasa memburuk di Provinsi Jambi,
maka peluang perekonomian Provinsi Jambi dipacu tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan laporan sulit tercapai.
B. Proyeksi Inflasi
Perkembangan harga-harga pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan
relatif meningkat dibandingkan triwulan I tahun 2009. Hal ini tercermin dari
masih pesimisnya nilai kondisi harga ke depannya.
Laju inflasi triwulanan (q-t-q) triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan
meningkat. Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK)
yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-
harga semakin pesimis terutama pada ekspektasi harga bahan sandang dan
perumahan. Sejalan dengan hal tersebut, seluruh indikator ekspektasi harga
44 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
94
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang
-10.00
10.00
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Indeks
Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan
Transportasi & komunikasi Harga Umum
Bahan makanan
memiliki nilai yang relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat
Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga
umum sebesar 22,22, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (74,67).45
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d. Desember 2009
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Catatan: Inflasi bulan April-Desember 2009 adalah angka perkiraan
y-o-y (%)
2003 2004 20052006 2007 20082009 optimis 2009 pesimis
Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun
kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-t-
d) s.d 16,50% (y-t-d). Setelah mencapai puncak kenaikan harga pada bulan Juni
2008 pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, maka laju tahunan inflasi
45 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
95
pada triwulan II mendatang diperkirakan akan menurun. Inflasi Kota Jambi pada
Triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 3,50%-4,25% / y-o-y (skenario optimis)
atau sebesar 4,26%-5,00% / y-o-y (skenario pesimis). Pada triwulan mendatang
tekanan inflasi dirasakan terutama dalam masa persiapan dan kampanye
menjelang pemilihan presiden di bulan Juli.
Sementara itu laju inflasi sampai dengan tahun 2009 diperkirakan akan
sebesar 6,00%-7,00% / y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 7,01%-8,00% / y-
o-y (skenario pesimis). Tekanan inflasi dalam tahun 2009 ini akan dirasakan
terutama pada bulan Juni (persiapan pemilu presiden 2009), Juli (tahun ajaran
sekolah baru serta berlangsungnya pemilu presiden), September (puasa dan hari
raya Idul Fitri), serta Desember (natal dan libur akhir tahun).
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Bulanan (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d. 2009 (Maret) serta Perkiraan April s.d. Desember 2009
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan April-Desember 2009 adalah angka perkiraan
y-t-d (%)
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 optimis 2009 pesimis
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan
perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Kondisi cuaca di musim
pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan
pendistribusian barang, 2) Meningkatnya demand masyarakat terhadap
kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan meningkatnya income
masyarakat dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu
meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan)
yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi
barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
96
barang impor, 5) Pemilu legislatif yang dilaksanakan pada bulan April 2009 serta
pelaksanaan pemilu presiden yang akan dilaksanakan bulan Juli 2009
diperkirakan akan memacu tingginya konsumsi masyarakat pada periode triwulan
II tahun 2009.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-
waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre
Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2009**I II III IV I II III IV I
1. PERTANIAN 1,989,061.62 2,071,069.41 2,137,348.25 2,169,378.70 2,278,172.35 2,366,987.60 2,459,512.73 2,537,018.18 2,565,735.91 a. Tanaman Bahan Makanan 665,418.98 696,847.71 717,375.61 742,835.30 790,955.35 838,396.09 875,628.75 910,876.55 943,591.26 b. Tanaman Perkebunan 948,476.04 975,220.89 987,681.15 1,013,933.27 1,035,722.06 1,058,898.07 1,092,230.50 1,094,475.31 1,084,787.06 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 103,722.77 109,982.39 120,824.20 126,890.83 128,869.16 132,928.56 136,627.55 139,897.13 142,893.71 d. Kehutanan 169,876.09 176,258.53 184,074.21 196,939.98 198,954.96 204,498.56 212,044.32 215,104.23 219,138.92 e. Perikanan 101,567.75 112,759.88 127,393.08 88,779.32 123,670.81 132,266.32 142,981.62 176,664.96 175,324.95 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,611,696.95 1,448,251.21 1,495,188.34 1,525,057.30 2,369,157.08 3,208,173.73 3,473,284.26 1,600,266.68 1,614,334.37 a. Minyak dan Gas Bumi 1,483,794.19 1,297,111.69 1,339,095.82 1,367,460.85 2,131,475.58 2,943,563.09 3,167,228.02 1,220,404.22 1,232,750.80 b. Pertambangan tanpa Migas 57,202.28 59,592.70 62,450.15 64,800.54 143,246.66 167,931.41 207,326.93 277,742.63 272,808.83 c. Penggalian 70,700.48 91,546.82 93,642.37 92,795.92 94,434.84 96,679.24 98,729.31 102,119.84 108,774.74 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 858,527.87 914,699.44 959,582.79 1,071,914.43 1,106,944.62 1,163,434.22 1,231,215.84 1,231,227.22 1,256,566.17 a. Industri Migas 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 1. Pengilangan Minyak Bumi 90,829.43 98,844.49 100,161.18 105,738.90 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 109,780.39 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 767,698.44 815,854.95 859,421.61 966,175.53 995,685.91 1,055,520.79 1,111,144.19 1,122,760.61 1,146,785.78 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 64,544.49 71,147.20 76,235.82 77,915.34 79,097.73 85,814.71 83,810.28 93,153.42 92,887.18 a. Listrik 52,314.03 58,407.33 63,217.72 64,385.90 65,387.48 70,656.56 67,555.65 76,289.14 76,147.71 b. Gas - - - - - c. Air Bersih 12,230.47 12,739.87 13,018.10 13,529.44 13,710.25 15,158.15 16,254.63 16,864.28 16,739.47 5. BANGUNAN 315,315.27 354,188.89 393,721.76 409,246.04 423,266.64 435,005.87 446,648.65 466,934.14 486,185.54 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,147,501.02 1,146,148.57 1,203,828.61 1,276,434.19 1,306,734.74 1,359,997.32 1,420,703.12 1,452,867.70 1,491,050.39 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,049,520.50 1,051,998.09 1,105,075.94 1,172,229.60 1,200,190.23 1,249,498.83 1,307,683.68 1,339,333.17 1,376,697.14 b. Hotel 12,332.87 12,567.62 12,821.13 13,521.95 13,759.24 14,511.71 14,621.61 14,695.41 14,575.64 c. Restoran 85,647.65 81,582.86 85,931.54 90,682.63 92,785.28 95,986.79 98,397.83 98,839.11 99,777.61 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 556,578.21 578,021.10 594,893.15 615,801.33 618,790.01 634,474.84 658,074.19 680,989.73 692,932.78 a. Pengangkutan 517,507.98 536,153.27 549,481.97 569,854.48 571,656.86 585,314.74 608,439.38 630,572.93 641,102.32 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 370,046.66 376,569.74 386,247.91 399,995.31 408,401.42 421,950.64 440,670.18 456,706.53 465,664.41 3. Angkutan Laut 55,284.96 58,245.14 60,789.85 63,452.60 63,792.84 66,264.75 67,794.83 67,997.94 70,896.96 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 26,590.02 27,733.52 28,120.51 28,643.77 29,227.28 29,951.52 30,164.87 30,209.36 30,824.76 5. Angkutan Udara 38,726.97 46,064.18 45,803.40 48,559.42 40,332.58 36,384.99 38,279.32 43,400.27 41,871.09 6. Jasa Penunjang Angkutan 26,859.38 27,540.68 28,520.31 29,203.38 29,902.75 30,762.85 31,530.18 32,258.82 31,845.10 b. Komunikasi 39,070.23 41,867.83 45,411.17 45,946.85 47,133.15 49,160.10 49,634.80 50,416.80 51,830.46 1. Pos dan Telekomunikasi 38,324.41 41,098.14 44,627.56 45,151.46 46,324.20 48,332.04 48,796.48 49,571.05 50,966.23 2. Jasa Penunjang Komunikasi 745.82 769.69 783.61 795.40 808.96 828.05 838.32 845.76 864.23 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 297,743.06 330,785.08 345,002.76 391,298.97 403,888.80 446,879.48 474,578.91 480,418.56 490,868.62 a. Bank 86,883.19 109,461.05 117,834.98 143,506.30 148,243.29 180,486.71 197,951.47 192,555.05 197,466.66 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 25,461.44 27,256.60 28,436.88 29,109.80 29,688.96 30,484.82 31,070.76 31,630.91 32,434.44 c. Jasa Penunjang Keuangan 983.70 1,281.85 1,428.26 1,921.69 1,967.14 2,033.50 2,101.62 2,125.04 2,211.51 d. Sewa Bangunan 178,456.31 186,447.57 190,742.15 210,151.07 217,288.89 226,998.15 236,426.04 246,835.21 251,310.60 e. Jasa Perusahaan 5,958.42 6,338.01 6,560.49 6,610.10 6,700.51 6,876.29 7,029.01 7,272.34 7,445.40 9. JASA-JASA 832,904.52 879,560.22 914,414.10 951,671.14 972,886.31 992,233.42 1,012,262.84 1,033,863.40 1,051,678.80 a. Pemerintahan Umum 713,109.70 754,179.46 783,766.07 815,435.35 833,856.20 850,804.49 867,152.58 886,876.32 902,340.45 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 481,160.60 513,473.07 537,344.52 559,480.43 571,314.96 582,389.64 595,095.24 608,132.47 617,194.47 2. Jasa Pemerintah lainnya 231,949.10 240,706.40 246,421.55 255,954.93 262,541.24 268,414.85 272,057.33 278,743.85 285,145.98 b. Swasta 119,794.82 125,380.76 130,648.03 136,235.79 139,030.11 141,428.93 145,110.26 146,987.08 149,338.35 1. Sosial Kemasyarakatan 80,684.15 84,918.23 88,386.34 93,222.06 95,138.31 96,535.59 98,960.66 100,592.66 102,644.59 2. Hiburan & Rekreasi 6,700.83 6,603.94 6,730.14 6,828.54 7,124.14 7,229.56 7,336.85 7,367.30 7,393.92 3. Perorangan & Rumahtangga 32,409.84 33,858.58 35,531.55 36,185.19 36,767.66 37,663.78 38,812.75 39,027.11 39,299.84PDRB Migas 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,742,239.76 PDRB Tanpa Migas 6,099,249.40 6,397,914.94 6,680,958.57 7,015,517.69 7,316,203.98 7,641,524.68 7,972,791.14 8,247,868.22 8,403,979.98
LAPANGAN USAHA2008*2007*
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2009**I II III IV I II III IV I
1. PERTANIAN 1,093,332.08 1,108,631.26 1,119,802.25 1,115,682.88 1,138,534.97 1,161,802.13 1,180,632.56 1,205,126.00 1,207,279.85 a. Tanaman Bahan Makanan 396,728.94 404,743.40 407,116.08 411,908.00 415,167.90 428,478.31 437,572.75 450,618.23 461,952.52 b. Tanaman Perkebunan 517,014.58 517,964.84 518,359.35 519,033.89 523,435.29 531,417.71 538,352.04 542,748.74 532,944.12 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 70,629.08 72,922.82 76,704.44 78,932.09 79,166.51 79,347.94 79,765.66 80,082.75 81,493.84 d. Kehutanan 67,586.44 68,622.40 69,132.56 69,489.82 69,681.68 69,863.92 70,141.18 70,256.58 70,346.82 e. Perikanan 41,373.03 44,377.80 48,489.81 36,319.08 51,083.59 52,694.27 54,800.93 61,419.70 60,542.55 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 429,974.20 396,510.22 397,513.39 390,208.73 398,238.51 444,841.89 504,880.40 503,517.63 506,755.76 a. Minyak dan Gas Bumi 375,713.08 334,175.77 334,320.48 327,114.70 312,835.24 352,240 401,473.50 381,152.93 384,341.96 b. Pertambangan tanpa Migas 18,282.23 18,620.05 19,216.40 19,431.47 41,362.48 48,090.03 58,430.27 76,796.08 75,018.94 c. Penggalian 35,978.89 43,714.40 43,976.51 43,662.57 44,040.80 44,512.03 44,976.62 45,568.63 47,394.86 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 478,465.41 485,228.18 485,945.27 498,821.40 504,812.70 515,501.10 524,158.66 521,871.93 527,358.51 a. Industri Migas 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 1. Pengilangan Minyak Bumi 30,731.02 32,464.27 32,385.71 33,189.24 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 31,786.38 2. Gas Alam Cair - - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 447,734.39 452,763.91 453,559.56 465,632.16 471,007.27 482,517.05 488,848.42 490,358.75 495,572.14 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 25,569.59 27,378.62 28,395.62 28,400.02 28,717.71 29,847.18 28,714.94 30,405.57 30,315.71 a. Listrik 21,026.22 22,765.16 23,737.77 23,717.76 24,006.24 25,047.06 23,988.60 25,634.77 25,582.04 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 4,543.37 4,613.47 4,657.84 4,682.26 4,711.47 4,800.12 4,726.34 4,770.79 4,733.67 5. BANGUNAN 148,836.73 161,618.12 169,680.38 174,088.20 176,847.49 179,216.33 180,183.25 185,235.31 192,366.87 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 607,670.12 605,980.22 621,385.86 629,576.19 624,794.01 633,531.60 641,400.16 652,730.56 656,328.78 a. Perdagangan Besar & Eceran 552,059.59 552,408.40 567,160.46 575,249.67 570,034.61 577,788.71 585,193.13 596,331.31 599,730.40 b. Hotel 7,507.07 7,517.83 7,592.42 7,610.60 7,679.09 7,872.17 7,881.52 7,919.32 7,788.79 c. Restoran 48,103.46 46,054.00 46,632.97 46,715.92 47,080.31 47,870.72 48,325.51 48,479.93 48,809.59 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 283,266.63 288,818.20 292,253.60 295,141.06 295,235.15 296,902.87 302,955.99 309,883.03 312,144.53 a. Pengangkutan 258,644.23 263,621.00 266,166.12 269,213.77 269,045.24 270,456.79 276,313.83 283,015.50 284,559.44 1. Angkutan Rel - - 2. Angkutan Jalan Raya 168,451.00 169,320.87 171,042.84 172,739.34 174,173.07 176,718.31 181,044.19 184,579.16 186,092.71 3. Angkutan Laut 34,866.72 35,718.00 36,733.22 37,338.30 37,404.42 38,232.65 38,776.02 38,702.07 39,842.73 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,013.26 16,087.32 16,144.59 16,210.45 16,259.87 16,304.56 16,373.93 16,391.52 16,441.49 5. Angkutan Udara 23,486.93 26,277.97 25,787.97 26,425.67 24,621.67 22,425.29 23,020.94 26,161.99 25,276.97 6. Jasa Penunjang Angkutan 15,826.33 16,216.83 16,457.50 16,500.02 16,586.21 16,775.98 17,098.76 17,180.75 16,905.53 b. Komunikasi 24,622.40 25,197.20 26,087.48 25,927.29 26,189.91 26,446.07 26,642.15 26,867.53 27,585.10 1. Pos dan Telekomunikasi 24,341.12 24,913.38 25,803.39 25,643.08 25,902.97 26,155.54 26,349.31 26,573.03 27,285.18 2. Jasa Penunjang Komunikasi 281.28 283.83 284.09 284.21 286.94 290.53 292.85 294.50 299.91 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 136,381.74 149,362.49 154,646.57 168,880.38 171,802.42 188,479.57 197,934.46 196,554.41 199,584.05 a. Bank 41,367.48 52,117.42 56,104.48 68,327.30 70,582.71 85,934.69 94,250.15 91,680.76 93,010.13 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 10,405.63 10,763.07 10,913.80 10,999.11 11,125.60 11,275.85 11,429.86 11,483.76 11,615.97 c. Jasa Penunjang Keuangan 684.17 830.95 885.63 1,048.28 1,054.72 1,059.95 1,075.47 1,084.06 1,108.80 d. Sewa Bangunan 80,630.56 82,289.13 83,352.33 85,095.03 85,612.95 86,759.95 87,675.10 88,736.48 90,238.31 e. Jasa Perusahaan 3,293.90 3,361.92 3,390.32 3,410.66 3,426.43 3,449.13 3,503.88 3,569.35 3,610.83 9. JASA-JASA 311,073.42 318,046.70 322,579.49 326,016.09 329,625.68 332,418.32 337,632.80 341,759.51 345,645.92 a. Pemerintahan Umum 256,499.15 262,437.70 266,094.80 269,078.93 272,143.73 274,528.74 278,902.23 282,807.21 286,029.08 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 163,789.58 167,627.80 170,081.20 172,078.09 173,818.82 175,156.65 178,397.30 180,658.10 182,485.63 2. Jasa Pemerintah lainnya 92,709.57 94,809.90 96,013.60 97,000.84 98,324.92 99,372.09 100,504.93 102,149.10 103,543.45 b. Swasta 54,574.27 55,609.00 56,484.70 56,937.16 57,481.95 57,889.57 58,730.57 58,952.30 59,616.84 1. Sosial Kemasyarakatan 35,062.22 35,741.06 36,175.63 36,428.88 36,735.40 36,934.29 37,460.78 37,650.84 38,243.43 2. Hiburan & Rekreasi 3,315.48 3,304.91 3,309.92 3,312.52 3,381.09 3,390.09 3,405.61 3,410.80 3,415.84 3. Perorangan & Rumahtangga 16,196.57 16,563.03 16,999.15 17,195.75 17,365.46 17,565.20 17,864.18 17,890.65 17,957.57 PDRB Migas 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,779.98 PDRB Tanpa Migas 3,108,125.83 3,174,933.98 3,225,496.23 3,266,511.01 3,321,967.98 3,397,317.11 3,461,709.47 3,534,417.83 3,561,651.65
LAPANGAN USAHA2007* 2008*
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Tahun 2009**TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,866,331.22 5,054,038.84 5,143,526.02 5,362,984.79 5,890,110.21 6,283,403.82 6,623,739.77 6,925,016.75 6,753,058.53
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,178,122.83 1,287,214.26 1,317,634.96 1,401,431.72 1,423,090.35 1,552,700.32 1,646,598.73 1,661,562.58 1,740,379.42
3. Lembaga Swasta Nirlaba 34,490.24 34,972.19 35,270.51 36,840.63 37,006.41 43,313.53 43,956.92 48,822.66 51,666.39
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1,333,220.34 1,346,258.56 1,376,069.58 1,458,032.28 1,469,136.49 1,528,691.70 1,550,858.78 1,665,205.57 1,787,308.54
5. Perubahan Stok 188,326.68 190,713.77 193,163.69 211,999.97 215,220.36 234,252.11 242,781.13 254,198.61 272,397.07
6. Ekspor 2,743,266.93 3,152,800.55 3,488,996.14 4,309,260.82 4,395,052.77 5,892,318.72 6,026,406.01 5,921,120.24 6,279,331.98
7. Impor 2,669,885.22 3,272,127.05 3,434,445.33 4,291,832.77 3,870,678.34 4,841,678.99 4,874,250.54 6,899,187.36 7,141,902.18
JUMLAH 7,673,873.03 7,793,871.12 8,120,215.57 8,488,717.43 9,558,938.27 10,693,001.20 11,260,090.81 9,576,739.05 9,742,239.76
Tahun 2008*JENIS PENGELUARANTahun 2007*
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Tahun 2009**
TRW.I TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,486,536.57 2,506,873.23 2,542,451.51 2,649,850.47 2,652,358.72 2,727,745.21 2,820,494.97 2,881,003.20 2,754,885.78
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 652,040.28 653,044.93 665,847.30 704,685.99 712,712.34 717,390.97 757,531.41 760,080.06 760,776.04
3. Lembaga Swasta Nirlaba 17,351.77 17,564.37 17,694.07 18,277.02 18,305.69 18,810.17 19,003.69 20,759.32 21,920.77
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 565,373.86 568,973.82 577,420.72 608,517.48 611,827.09 620,494.64 627,133.93 662,253.13 647,388.71
5. Perubahan Stok 99,935.64 100,782.53 101,616.12 110,345.96 111,211.14 115,153.58 119,040.19 122,055.65 125,511.07
6. Ekspor 1,572,840.26 1,796,464.19 1,961,121.28 2,353,570.11 2,058,062.35 2,110,946.55 1,943,275.78 1,916,407.45 1,951,505.19
7. Impor 1,879,508.44 2,102,129.05 2,273,948.58 2,818,432.08 2,495,868.69 2,528,000.12 2,387,986.74 2,415,474.88 2,284,207.57
JUMLAH 3,514,569.93 3,541,574.02 3,592,202.42 3,626,814.95 3,668,608.65 3,782,541.00 3,898,493.21 3,947,083.94 3,977,779.98
JENIS PENGELUARANTahun 2007* Tahun 2008*
Keterangan: * angka sementara ** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi
Tahun Dasar 2007=100
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MARI UMUM 103.80 104.09 105.33 105.79 108.37 112.91 114.23 114.65 114.90 114.87 114.79 114.68 115.16 115.92 114.98II BAHAN MAKANAN 109.92 110.78 113.04 114.69 121.20 124.79 128.97 129.56 128.47 127.83 125.64 126.94 129.27 128.65 124.26III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 102.50 102.50 104.84 105.40 106.34 112.57 112.66 113.69 113.77 114.18 116.51 116.76 119.16 120.32 121.00IV. PERUMAHAN 101.71 101.76 101.94 102.24 103.02 106.28 106.78 106.74 108.65 108.92 109.14 109.61 109.63 113.48 113.71V. SANDANG 104.50 105.05 106.38 108.92 107.41 107.98 108.76 108.04 108.21 108.00 108.58 109.47 109.84 112.12 113.25VI. KESEHATAN 99.17 99.23 99.41 99.43 99.68 106.10 106.33 106.33 106.81 106.79 106.82 107.71 107.83 108.12 108.27VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 101.10 101.10 101.10 101.30 103.72 104.33 105.67 105.67 105.67 105.51 106.30 106.54 106.77 106.83 106.70VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 100.20 100.26 100.87 99.21 101.67 109.68 109.40 110.17 110.57 110.74 110.66 106.81 103.55 102.06 102.07
2009Uraian 2008
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.