kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi barat · kajian ekonomi dan keuangan...
TRANSCRIPT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Sulawesi Barat
TRIWULAN IV 2015
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
Spesialis Asemen, Kajian, dan Data
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Barat
Jl. Andi P. Pettarani No. 1
Mamuju 91511, Indonesia
Telepon: 0426 – 22192
Faksimili: 0426 – 21656
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 iii
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara
triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,
keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan
uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah
disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan
moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah juga diharapkan
dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai advisor dan strategic partner
bagi stakeholders di wilayah kerjanya.
Perekonomian Sulbar triwulan IV 2015 menunjukkan tendensi meningkat, dengan kenaikan yang tercatat sebesar 8,72%
(yoy), mengalami eskalasi dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 6,33% (yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut
disebabkan oleh perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian yang berimbas positif terhadap pertumbuhan di lapangan
industri pengolahan. Sejalan dengan perkembangan dari sisi produsen/lapangan usaha, pada sisi pengeluaran terjadi
peningkatan investasi. Disamping itu masih kuatnya kosumsi rumah tangga diikuti dengan realisasi belanja pemerintah
sebagai motor perekonomian tergambarkan pada perkembangan ekonomi di triwulan IV 2015. Namun demikian, berbagai
aspek positif tersebut belum mampu untuk mendorong pedagangan tumbuh lebih tinggi lagi. pertumbuhan ekspor
mengalami kontraksi sementara pada sisi lain terjaid peningkatan impor.
Kesejahteraan masyarakat Sulbar secara umum membaik (penurunan kemiskinan), hal ini sejalan dengan menurunnya
tekanan inflasi Sulbar pada triwulan IV 2015, dari 6,48% (yoy) menjadi 5,07% ((yoy) pada triwulan IV 2015. menurunnya
tekanan inflasi tersebut berdampak positif terhadap peningkatan daya beli penduduk miskin. Sementara menilik faktor
penyebabnya secara spasial, berkurangnya tekanan inflasi disebabkan oleh normaslisasi harga pasca Lebaran dan
kampanye Pilkada Bupati yang terjadi di triwulan III 2015. Pada sisi lain di sektor pertanian, terjadi peningkatan supply
seiring dengan agresivitas produksi yang terjadi di triwulan IV 2015. Sementara tekanan harga yang diperkirakan terjadi
pada kelompok transportasi ternyata tidaklah sekuat tekanan pada periode lalu. Beberapa hal tersebut mempengaruhi
penurunan inflasi dibandingkan triwulan lalu maupun secara kumulatif di tahun 2015.
Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data dan informasi yang sudah tersedia dari berbagai institusi,
serta melalui survei dan liaison. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data dan informasi secara
kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan
laporan yang lebih baik ke depan.
Mamuju, Februari 2016
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI BARAT
Asep Budi Brata Deputi Direktur
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar
yang stabil.
VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
MISI BANK INDONESIA
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi
sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata
kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang
diamanatkan UU.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity –
Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 v
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 vi
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI VI
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI 4
1. PERTUMBUHAN EKONOMI 8
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 9
1.2. SISI PENGELUARAN 10
1.2.1 KONSUMSI 10
1.2.2 INVESTASI 11
1.2.3 EKSPOR DAN IMPOR 12
1.3. SISI LAPANGAN USAHA 12
1.3.1 LAPANGAN USAHA PERTANIAN 13
1.3.2 LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 14
1.3.3 LAPANGAN USAHA INDUSTRI PENGOLAHAN 14
1.3.4 LAPANGAN USAHA LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH (LGA) 15
1.3.5 LAPANGAN USAHA KONSTRUKSI 15
1.3.6 LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 15
1.3.7 LAPANGAN USAHA KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 16
2. PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT 18
2.1. INFLASI SECARA UMUM 19
2.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK 22
2.2.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN 22
2.2.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU 23
2.2.3 BELANJA 24
2.3. DISAGREGASI INFLASI 24
2.3.1 KELOMPOK VOLATILE FOOD 25
2.3.2 KELOMPOK ADMINISTERED PRICE 27
2.3.3 KELOMPOK CORE (INTI) 28
3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 34
3.1. KONDISI UMUM PERBANKAN SULAWESI BARAT 35
3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM 36
3.2.1 PERKEMBANGAN JARINGAN KANTOR BANK 36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 vii
3.2.2 PERKEMBANGAN PENGHIMPUNAN DPK 37
3.2.3 PENYALURAN KREDIT 38
3.2.4 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA BANK UMUM 39
3.2.5 KUALITAS PENYALURAN KREDIT/PEMBIAYAAN BANK UMUM 40
3.2.6 PERKEMBANGAN KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI 41
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH 42
3.4. PERKEMBANGAN KREDIT UMKM 43
3.5. PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA 44
3.6. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 46
4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 49
4.1. STRUKTUR ANGGARAN 50
4.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT 50
4.2.1 PENDAPATAN 50
4.2.2 BELANJA 52
5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 55
5.1. TENAGA KERJA 56
5.2. PENGANGGURAN 58
5.3. NILAI TUKAR PETANI 58
5.4. RASIO GINI ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
5.5. NILAI TUKAR PETANI 60
6. PROSPEK PEREKONOMIAN 62
6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 63
6.1.1 PROSPEK SISI PERMINTAAN 63
6.1.2 PROSPEK SISI PENAWARAN 64
6.2. PROSPEK INFLASI 65
LAMPIRAN 68
DAFTAR ISI
viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
DAFTAR BOKS
BOKS 2.A. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.0
POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) SEBAGAI PASOKAN LISTRIK MASYARAKAT
BOKS 2.B. 32
Potensi Perkebunan di Sulawesi Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
AKSELERASI SEKTOR PERTANIAN MENDORONG KINERJA EKONOMI SULBAR
MEMBAIK DI TAHUN 2015
Gambaran Umum
Pertumbuhan ekonomi Sulbar di
triwulan IV kembali meningkat
setelah menurun di triwulan
sebelumnya
Pertumbuhan ekonomi Sulbar mengalami akselerasi pada triwulan IV 2015, didorong
oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Namun secara kumulatif
pertumbuhan di tahun 2015 cenderung melambat dibandingkan 2014. Ekonomi
Sulbar di triwulan IV 2015 tumbuh 8,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 6,33% (yoy)
pada triwulan III 2015. Peningkatan konsumsi pemerintah diikuti dengan peningkatan
investasi menjadi pendorong utama dari sisi pengeluaran. Sementara dari lapangan
usaha, pesatnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian diikuti dengan membaiknya
kinerja industri pengolahan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015.
Secara tahunan (yoy) perlambatan pertumbuhan pada tahun 2015 terlihat pada kinerja
ekspor dan investasi yang tak sebaik tahun 2014. Sementara melemahnya
pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan, merupakan dua
faktor utama yang menahan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015.
Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi pemerintah dan kinerja
sektor pertanian menjadi
pendorong ekonomi Sulbar di
triwulan IV 2015
Ekonomi Sulbar di triwulan IV 2015 mengalami akselerasi, ditandai dengan
peningkatan pertumbuhan dari 6,33% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 8,72% (yoy)
pada triwulan IV 2015. Dari sisi permintaan, percepatan disebabkan oleh kinerja
realisasi anggaran/ konsumsi pemerintah dan investasi yang memuaskan. Sementara
itu dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian dan industri pengolahan masih menjadi
pilar utama pemacu pertumbuhan ekonomi.
Sektor pertanian pada triwulan IV 2015 tumbuh 12,01% (yoy) meningkat signifikan
dibandingkan 3,08% pada triwulan III 2015, seiring dengan intensitas curah hujan yang
mendukung peningkatan produksi tanaman pangan dan terjaganya harga kelapa sawit
di pasar internasional. Perkembangan ini memberikan imbas positif terhadap geliat
usaha di industri pengolahan. Tak kalah penting, adalah lapangan usaha konstruksi dan
administrasi pemerintahan, masing-masing tumbuh sebesar 7,60% (yoy) dan 10,05%
(yoy). Kedua sektor tersebut meningkat seiring dengan aktivitas usaha proyek
pembangunan infrastruktur.
Inflasi
Tekanan inflasi Sulbar pada
triwulan IV 2015 mengalami
Inflasi pada triwulan IV tercatat sebesar 5,07% (yoy) menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 6,48% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut berasal
dari normalisasi harga sandang setelah berakhirnya masa kampanye Pemilihan Kepala
RINGKASAN EKSEKUTIF
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
penurunan akibat normalisasi
harga sandang
Daerah (PILKADA) Bupati 2015, berakhirnya masa perayaan Idul Fitri dan pelemahan
tekanan harga yang berasal dari angkutan udara.
Secara spasial inflasi yang terjadi di Sulawesi Barat merupakan inflasi tertinggi ke 4 di
wilayah KTI setelah Maluku (6,15% yoy), Sulawesi Utara (5,56% yoy) dan Papua Barat
(5,34% yoy) serta lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi tahunan KTI (4,06% yoy).
Secara umum tekanan inflasi pada triwulan laporan di dorong oleh Kelompok Bahan
Makanan serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Inflasi pada
kelompok Bahan Makanan serta Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau di dorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada akhir tahun
sebagai bentuk persiapan perayaan tahun baru dan hari besar keagamaan yaitu Natal.
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Pertumbuhan beberapa indikator
perbankan dan sistem
pembayaran meningkat, disertai
dengan perbaikan kualitas kredit
Indikator utama kinerja perbankan di Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015
menunjukkan hasil yang beragam. Secara tahunan, total aset perbankan Sulawesi
Barat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 7,16%
(yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,98% (yoy) pada triwulan
sebelumya. Total asset bank umum pada triwulan laporan tercatat adalah sebesar Rp.
5,135T. Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan asset perbankan yang menurun
pada triwulan laporan, pertumbuhan DPK juga turut mengalami perlambatan. Pada
triwulan laporan, DPK tumbuh sebesar 13.32% (yoy) atau melambat dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 22.79% (yoy). Disisi lain, pada triwulan laporan
kredit perbankan tumbuh sebesar 7,43% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,06% (yoy).
Kualitas kredit mengalami perbaikan pada triwulan laporan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Non-Performing Loan (NPL) sebagai indikator kualitas kredit
yang disalurkan perbankan pada periode laporan tercatat sebesar 1,61% atau
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 2.17%. Tingkat NPL kredit Sulawesi Barat juga tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat NPL nasional yang tercatat sebesar 2,53%.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 4
TABEL INDIKATOR EKONOMI
PERTUMBUHAN Tabel Indikator Ekonomi
A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
I II III IV I II III IV I II III IV
MAKRO
- Sulawesi Selatan 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.0594 122.1257
- Sulawesi Utara 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.2
- Gorontalo 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22
- Papua 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30 121.90 122.1008 125.5146
- Papua Barat 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00 118.27 120.8875 121.325
- Maluku 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88 121.46 122.9802
- Sulawesi Tengah 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22
- Sulawesi Tenggara 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 119.8129 120.34
- Sulawesi Barat 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78
- Maluku Utara 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 127.83
- Sulawesi Selatan 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.14 8.06 8.36 4.48
- Sulawesi Utara 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56
- Gorontalo 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30
- Papua 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83 8.20 7.06 3.59
- Papua Barat 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7.00 8.25 6.11 5.34
- Maluku 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08 8.85 8.14 6.15
- Sulawesi Tengah 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17
- Sulawesi Tenggara 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 7.25 2.27
- Sulawesi Barat 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07
- Maluku Utara 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22 6.60 4.52
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,273 2,446 2,346 2,142 2,393 2,615 2,533 2,212 2,475 2,779 2,611 2,478
Pertambangan dan Penggalian 105 115 123 134 110 119 126 162 123 133 143 159
Industri Pengolahan 482 507 487 491 548 630 728 767 657 733 734 842
Pengadaan Listrik, Gas 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4
Pengadaan Air 9 9 9 9 10 9 10 10 10 10 11 11
Konstruksi 343 373 433 562 430 390 452 578 431 453 508 621
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 546 566 581 604 600 604 628 629 606 647 661 648
Transportasi dan Pergudangan 84 90 97 96 91 94 103 106 98 102 109 114
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13 14 14 15 14 15 15 16 14 15 16 17
Informasi dan Komunikasi 221 237 260 251 242 252 269 275 269 272 292 318
Jasa Keuangan 112 116 118 116 116 120 120 123 119 117 135 138
Real Estate 162 162 167 168 169 171 173 174 175 179 182 185
Jasa Perusahaan 5 5 5 6 5 5 5 6 6 6 6 6
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 454 454 464 507 453 423 496 624 478 479 591 686
Jasa Pendidikan 291 294 297 349 286 285 323 386 310 311 357 384
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110 111 114 120 109 112 123 139 121 121 131 139
Jasa lainnya 99 105 109 105 109 111 118 116 114 118 129 127
5,350 5,626 5,656 5,767
1. Konsumsi 3,684 3,848 4,050 4,323 3,831 4,001 4,209 4,700 3,875 4,304 4,515 5,034
2. Investasi 1,666 1,778 1,606 1,444 1,784 1,842 1,790 1,547 1,882 1,882 1,710 1,842
3. Ekspor 3.94 4.41 4.67 4.42 315.34 527.03 608.10 1,082.31 3,528 3,756 957 1,053
4. Impor 3.28 3.82 3.68 4.33 1.68 2.18 3.54 2.16 3,201 3,516 3 2
5,310.13 5,609.02 5,628.20 5,680.04 5,688.51 5,960.10 6,224.76 6,326.75 6,006.53 6,479.80 6,619 6,878
5.26% 8.93% 9.38% 4.28% 7.10% 6.25% 10.54% 10.90% 6,02% 8.40% 6.33% 8.72%
Indeks Harga Konsumen
INDIKATOR2013* 2014** 2015**
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***
Total PDRB (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
TABEL INDIKATOR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 5
B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI KC/KCP)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Total Aset (Rp Juta) 3,089,264 3,398,697 3,578,480 3,705,973 3,859,655 4,121,751 4,439,760 4,291,262 4,416,808 4,551,845 4,666,789 4,792,403 4,745,263 5,008,231 5,086,078 5,135,451
2,069,117 2,408,952 2,564,590 2,432,838 2,556,662 2,674,766 2,835,539 2,750,875 2,789,405 3,034,975 3,153,958 2,916,043 3,170,617 3,508,331 3,872,874 3,304,568
Giro 608,443 704,439 887,749 460,744 794,424 898,572 987,392 466,595 822,227 914,268 981,369 504,877 860,278 972,388 1,144,466 477,627
Tabungan 1,290,902 1,515,993 1,516,620 1,814,780 1,580,271 1,579,961 1,671,632 2,107,967 1,789,238 1,815,013 1,854,824 2,189,909 1,819,076 1,901,972 2,033,518 2,529,937
Deposito 169,772 188,520 160,221 157,314 181,968 196,233 176,515 176,313 177,941 305,694 317,766 221,257 491,263 633,970 694,891 297,003
2,888,791 3,095,029 3,237,469 3,363,738 3,452,371 3,624,778 3,750,679 3,869,600 3,965,668 4,117,600 4,208,431 4,280,052 4,222,308 4,379,705 4,379,165 4,597,871
- Modal Kerja 1,136,219 1,426,747 1,207,855 1,213,518 1,246,201 1,269,822 1,294,881 1,334,227 1,359,152 1,447,789 1,465,940 1,469,731 1,388,287 1,442,237 1,412,561 1,488,107
- Investasi 269,392 271,254 285,691 299,338 312,837 406,515 409,410 415,559 425,897 373,157 394,005 410,852 432,465 483,436 439,682 504,864
- Konsumsi 1,483,181 1,397,028 1,743,923 1,850,882 1,893,334 1,948,441 2,046,388 2,119,814 2,180,619 2,296,654 2,348,486 2,399,469 2,401,556 2,454,032 2,526,922 2,604,900
139.61% 128.48% 126.24% 138.26% 135.03% 135.52% 132.27% 140.67% 142.17% 135.67% 133.43% 146.78% 133.17% 124.84% 113.07% 139.14%
2,888,791 3,095,029 3,237,469 3,363,738 3,452,371 3,624,778 3,750,679 3,869,600 3,965,668 4,117,600 4,208,431 4,280,052 4,222,308 4,379,705 4,379,165 4,597,871
- Pertanian 133,679 147,299 166,826 167,586 169,427 196,196 205,451 216,675 228,883 224,084 241,339 254,470 250,665 271,298 275,455 306,991
- Pertambangan 1,551 1,813 1,903 1,903 2,223 1,991 2,026 2,222 1,975 1,912 2,775 2,387 3,082 3,039 3,353 3,366
- Industri pengolahan 28,283 39,190 38,151 37,659 40,959 33,005 32,585 36,157 37,125 43,340 43,714 46,850 48,899 52,963 50,503 57,024
- Listrik, Gas, dan Air 366 341 355 361 393 656 757 809 863 2,919 3,104 1,511 1,183 1,603 2,306 2,604
- Konstruksi 45,497 47,002 52,248 16,297 36,566 43,711 47,969 45,912 47,810 41,366 44,163 41,843 34,662 29,460 35,613 32,168
- Perdagangan 907,792 1,244,596 1,045,578 1,054,827 1,078,324 1,240,584 1,236,455 1,268,176 1,280,494 1,338,361 1,365,453 1,372,922 1,322,619 1,397,211 1,282,712 1,362,462
- Pengangkutan 3,762 5,239 5,406 7,239 7,081 5,636 6,190 6,992 7,533 9,014 9,624 10,979 10,110 11,104 10,170 13,200
- Jasa Dunia Usaha 39,230 39,098 39,313 69,287 39,546 63,901 64,317 58,940 55,480 58,238 43,237 42,353 41,597 42,508 34,238 33,380
- Jasa Sosial Masyarakat 110,369 98,008 77,369 68,562 84,591 90,657 108,541 113,904 124,886 83,892 106,536 107,268 107,936 116,487 99,461 115,736
- Lain-lain 1,618,261 1,472,443 1,810,320 1,940,017 1,993,263 1,948,441 2,046,388 2,119,814 2,180,619 2,314,473 2,348,486 2,399,469 2,401,556 2,454,032 2,684,814 2,670,940
1,221,778 1,484,847 1,367,179 1,403,043 1,451,752 1,577,491 1,632,715 1,680,397 1,721,578 1,805,658 1,828,428 1,850,393 1,790,929 1,878,601 1,820,037 1,960,977
479,488 463,446 501,401 488,579 486,291 535,593 533,297 545,251 580,263 644,615 616,127 680,553 654,436 702,763 759,091 825,012
- Modal Kerja 384,444 378,290 410,519 393,991 407,242 428,970 441,500 455,362 474,477 543,378 498,659 548,769 506,700 530,934 561,807 605,243
- Investasi 95,044 85,156 90,883 94,588 79,049 106,624 91,797 89,889 105,786 101,237 117,468 131,784 147,735 171,829 197,283 219,769
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -
668,296 823,413 798,764 838,425 885,271 933,858 971,940 1,017,552 1,014,600 1,020,970 1,087,409 968,344 931,716 986,413 908,176 993,883
- Modal Kerja 524,422 672,434 620,106 648,995 669,622 661,626 688,045 723,896 731,644 794,094 857,146 758,625 721,138 759,339 731,754 772,253
- Investasi 143,873 150,978 178,658 189,430 215,649 272,232 283,894 293,656 282,957 226,876 230,263 209,719 210,578 227,074 176,422 221,631
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - -
73,995 197,988 67,014 76,039 80,191 108,039 127,478 117,593 126,715 140,074 124,892 201,496 931,716 189,424 152,770 142,082
- Modal Kerja 60,175 184,628 60,544 67,190 67,650 84,203 96,514 88,994 93,324 100,936 86,562 139,859 139,124 114,771 95,004 88,725
- Investasi 13,819 13,360 6,470 8,849 12,541 23,837 30,964 28,600 33,391 39,138 38,330 61,637 65,653 74,653 57,767 53,356
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - -
3.72% 3.74% 3.68% 2.55% 4.56% 4.46% 4.19% 3.81% 4.68% 4.59% 4.43% 3.43% 3.88% 3.12% 2.17% 1.61%
7.31% 6.67% 7.13% 4.04% 4.86% 5.34% 4.74% 3.94% 5.93% 8.79% 8.71% 6.92% 8.19% 6,24% 4.22% 2.88%
Sumer : Laporan Bank Umum, diolah.Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara
2012
Kredit Menengah *** (Rp Miliar)
Kredit - Lokasi Bank (Rp Juta)
INDIKATOR
BANK UMUM :
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Juta)
LDR
NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)
Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)
2015
NPL Total gross - Lokasi Bank (%)
Kredit Mikro* (Rp Miliar)
Kredit - Lokasi Bank (Rp Juta)
Kredit Kecil ** (Rp Miliar)
20142013
TABEL INDIKATOR
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
C. GRAFIK INDIKATOR
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pangsa Pertumbuhan Berdasarkan Lapangan Usaha Pangsa Pertumbuhan Berdasarkan Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Inflasi dan BI Rate Pengangguran Terbuka
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Persentase Penduduk Miskin
11,56%
0,29%
0.00%
0.10%
0.20%
0.30%
0.40%
0.50%
-1%
1%
3%
5%
7%
9%
11%
13%
15%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio PDRB KTI terhadap PDB
Rasio PDRB Sulbar terhadap PDB
2015 IV, 8.72%
2015 IV, 5.04%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Sulbar (yoy)
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian Adm. Pemerintahan PHR
Industri Pengolahan Perdagangan Lainnya
PDRB
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahPMTB Net EksporPDRB
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi Nasional (yoy)
Inflasi Sulbar (yoy)
BI Rate
3.35%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(Ribu Orang)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan
Jumlah Penduduk
10.50%
11.00%
11.50%
12.00%
12.50%
13.00%
13.50%
14.00%
14.50%
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2011 2012 2013 2014 2015
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
170.00
% Penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin - skala kanan
TABEL INDIKATOR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 8
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Sulbar di triwulan IV 2015 tumbuh 8,72% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,33% (yoy).
Pencapaian tersebut dilatorbelakangi oleh kuatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah. Sementara di sisi lapangan usaha, akselerasi
pertumbuhan didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan.
Selain itu, berlanjutnya proyek-proyek infrastrukturjuga turut mendorong
peningkatan di sektor konstruksi dan tumbuhnya investasi.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 9
1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Berbeda arah dengan pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Timur, pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan
IV 2015 menunjukkan peningkatan kinerja. Perekonomian Sulbar pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan kinerja,
tumbuh membaik ke level 8,72% (yoy) dibandingkan 6,72% (yoy) pada triwulan lalu. Sementara tendensi kinerja ekonomi
di kawasan timur Indonesia (Balinustra Sulampua) justru cenderung melemah, dari 6,28% (yoy) menjadi 5,73% (yoy) di
triwulan IV 2015. Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, meskipun berfluktuasi namun pertumbuhannya masih lebih
tinggi. Pada periode laporan, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,04% (yoy). Sementara rasio PDRB Sulbar
terhadap ekonomi nasional meskipun meningkat namun masih rendah, hanya sebesar 0,29% (Grafik 1 pada Grafik
Indikator)
Berbeda halnya dengan perkembangan triwulanan, ekonomi Sulbar di tahun 2015 menunjukkan perlambatan dibandingkan
tahun 2014, tercermin dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dari 8,87% (yoy) menjadi 7,37% (yoy). Kecenderungan
ini serupa yang pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat dari 5,02% (yoy) di tahun 2014 menjadi 4,79% (yoy) pada
tahun 2015. Kondisi berbeda terjadi pada perekonomian KTI yang mengalami ekspansi dibandingkan tahun lalu, dari 6,03%
menjadi 7,64% (2015).
Kuatnya konsumsi rumah tangga dan ekspansi konsumsi pemerintah mendorong peningkatan kinerja ekonomi Sulbar
poada triwulan IV 2015. Konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar (51,25%) dalam komponen pengeluaran
ekonomi Sulbar, pda triwulan IV 2015 masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran. Pada
periode laporan tumbuh sebesar 6,25% (yoy) lebiih tinggi dibandingkan 5,16% (yoy) pada periode lalu, dan memberikan
andil sebesar 3,23% terhadap angka pertumbuhan. Serupa dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah pun
mengalami ekspansi, meskipun level pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan triwulan lalu. Kinerja konsumsi
pemerintah yang mumpuni berdampak positif terhadap aktivitas investasi yang membaik dan mampu tumbuh sebesar
8,34% serta memberikan sumbangan sebesar 2,34% terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015
Kondisi yang kurang menggembirakan terjadi pada neraca perdagangan, dimana pertumbuhan ekspor terkoreksi -2,70%
(yoy), sementara impor meningkat 13,18% (yoy), sehingga mengakibatkan defisit perdagangan antar pulau semakin dalam
dan terkoreksi sebesar 5,80% (yoy).
Dari sisi lapangan usaha, pembalikan arah pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja di sektor pertanian, industri
pengolahan dan administrasi pemerintahan. Struktur perekonomian Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015 masih
didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan (36,02%), lapangan usaha industri pengolahan
(12,25%) serta lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (9,98%).
Dari ketiga lapangan usaha tersebut, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2015 sebesar
12,01% (yoy) meningkat dibandingkan 3,08% (yoy) di triwulan III 2015. Meskipun secara triwulanan, pertumbuhannya
masih mengalami kontraksi sebesar 5,11% (qtq). Eskalasi pertumbuhan terjadi pula pada industri pengolahan hingga
mencapai 9,82% (yoy). Sementara administrasi pemerintahan tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu, sebesar
10,05% (yoy). Secara keseluruhan, mayoritas lapangan usaha pada periode laporan mengalami ekspansi tahunan
dibandingkan triwulan lalu, kecuali lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha jasa pendidikan dan
lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mengalami kontraksi pertumbuhan, masing-masing sebesar 1,48%
(yoy), -0,60% (yoy) dan -0,295 (yoy).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Sulbar
2015 IV, 8.72%
2015 IV, 5.04%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rp. M
iliar
PDRB Sulbar (ADHK) Sulawesi Barat (yoy) - RHS Nasional (yoy) - RHS
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Grafik 1.3. Struktur Ekonomi Sulbar Berdasarkan Kelompok Usaha
1.2. Sisi Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan IV 2015 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga
dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga yang memiliki share hingga sebesar 49,71% di triwulan IV 2015 dan
masih menjadi motor utama penggerak perekonomian Sulbar, tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu, sebesar
5,36%. Pada saat bersamaan, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 11,29% (yoy), meskipun pertumbuhan tersebut relatif
melambat dibandingkan dengan triwulan lalu. Sementara Investasi (PMTB) tumbuh 11,29% (yoy), pun lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya. Kondisi yang kurang menggembirakan neraca perdagangan sulbar,
dimana impor mengalami peningkatan pesat, sementara ekspor dan perdagangan antar daerah menunjukkan trend negatif
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
1.2.1 Konsumsi
Secara agregat, pertumbuhan konsumsi pada triwulan IV 2015 lebih rendah dibandingkan periode lalu. Agregat konsumsi
pada triwulan IV 2015 tumbuh 7,15% (yoy), sedikit melemah dibandingkan 7,25% (yoy) pada triwulan lalu. Menilik
komponen konsumsi, penurunan tersebut didorong oleh kinerja konsumsi pemerintah yang tumbuh melambat dari 14,96%
Rumah Tangga
49%
LNPRT1%
Pemerintah23%
Investasi27%
Perdagangan0%
PANGSA PDRB PENGELUARAN
Pertanian40%
Ind. Pengolahan
11%
Perdagangan10%
Adm Pemerintahan
9%
Konstruksi8%
Lainnya22%
PANGSAPDRB LAPANGAN USAHA
III IV Total I II III IV Total
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,895 11,443 12,074 3,243 3,251 12,679 3,228 3,254 3,401 3,420 13,303
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 152 159 171 47 48 194 46 47 49 50 192
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,406 3,555 3,692 975 1,704 3,947 600 1,003 1,065 1,565 4,233
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,224 5,600 6,254 1,683 1,770 6,648 1,683 1,751 1,845 1,943 7,223
5 Perubahan Inventori 419 400 203 62 (242) 237 199 131 (136) (101) 92
6 Ekspor 11,067 12,400 13,151 3,839 3,376 14,539 252 296 398 4 951
7 Impor 12,134 12,770 13,316 3,627 3,608 14,074 2 2 3 2 10
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 19,028 20,787 22,229 6,222 6,299 24,169 6,007 6,480 6,619 6,878 25,983
2014 2015Kategori Uraian 2011 2012 2013
IV Total I II III IV Total
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.22 5.03 5.45 4.78 4.89 5.06 4.88 5.09 5.36 5.10
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8.86 5.05 7.36 5.45 13.80 -4.69 -8.00 4.16 3.57 -1.40
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6.69 4.36 3.15 19.14 6.09 -15.45 18.29 14.96 11.29 8.81
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 14.83 7.20 11.68 14.83 7.56 7.21 6.82 6.81 8.61 7.38
5 Perubahan Inventori 44.99 (4.66) (40.11) 112.22 -0.92 -7.02 -35.60 -318.21 -58.21 -61.06
6 Ekspor 16.92 12.05 (1.62) 6.06 10.55 93.92 96.21 57.33 -2.70 44.32
7 Impor 11.71 5.24 10.94 10.24 5.69 29.44 11.47 -5.33 13.18 8.79
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.46 9.25 6.93 11.39 8.88 5.59 8.72 6.33 8.72 7.37
Kategori Uraian 2011 2012 20132014* 2015**
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 11
(yoy) menjadi 11,29% (yoy). Perlambatan terjadi pula konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT)
yang melambat dari 4,16% (yoy) menjadi 3,57% (yoy). Sementara konsumsi rumah tangga masih menunjukkan akselerasi
pertumbuhan, pada triwulan IV 2015 kembali tumbuh lebih pesat sebesar 5,36% (yoy) dibandingkan 5,09% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan permintaan menjelang pergantian
tahun. Seperti data series tahun sebelumnya, trend peningkatan konsumsi terjadi menjelang pergantian tahun. Tingginya
konsumsi bahan makanan terlihat dari peningkatan laju inflasi Sulbar di bulan Desember 2015 yang mencapai sebesar
1,70% (yoy), dengan penyumbang terbesar berasal dari kelompok bahan makanan. Inflasi bahan makanan pun tercatat
yang tertinggi, sebesar 12,11% (yoy), diikuti kelompk sandang sebesar 8,28% (yoy).
Peningkatan konsumsi masyarakat tercermin pula pada penyaluran kredit konsumsi. Data pelaporan Bank Umum
menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan IV 2015, penyaluran kredit konsumtif oleh perbankan tumbuh sebesar 8,56%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan 7,60% pada triwulan sebelumnya. Kebijakan ekspansi kredit perbankan yang digalakkan
pada akhir tahun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan pertumbuhan kredit
Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Konsumsi
1.2.2 Investasi
Pertumbuhan investasi yang tercermin dari PMTB mencatat akselerasi pada triwulan IV 2015. PMTB di triwulan IV 2015
tumbuh 8,61% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,81% (yoy). Sementara perubahan
inventori masih mengalami kontraksi sebesar -58,21% (yoy), membaik dibandingkan koreksi pertumbuhan pada triwulan III
2015 yang sebesar -318,21% (yoy). Peningkatan kinerja investasi ini diindikasikan pula dari besarnya pertumbuhan realisasi
kredit investasi di triwulan IV 2015 yang tumbuh 22,88%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu sebesar
11,59%. Secara tahunan pertumbuhan kredit investasi tahun 2015 tersebut (22,88%) meningkat signifkan dibandingkan
yang justru mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar -1,13% (yoy).
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Investasi
(10)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
% (yoy)
Rp
Mili
ar
Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
% (yoy)
Rp
Mili
ar
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - rhs
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
1.2.3 Ekspor dan Impor
Neraca perdagangan Sulbar pada triwulan IV 2015 mencatat kinerja yang kurang memuaskan, pertumbuhan ekspor
terkoreksi dan impor meningkat. Neraca perdagangan Sulbar pada triwulan laporan mencatat surplus sebesar Rp2 miliar.
Angka tersebut mengalami penurunan signifikan dibandingkan triwulan lalu, dan pertumbuhannya mengalami kontraksi
sebesar 99,56% (yoy). Kondisi ini berbeda dengan triwulan lalu yang mencatat surplus transaksi perdagangan sebesar Rp394
miliar dan mencatat pertumbuhan sebesar 85,97% (yoy). Penurunan surplus transaksi tersebut diakibatkan oleh penurunan
drastis pada nilai ekspor, meskpun pada saat bersamaan impor pun mencatat penurunan dengan level yang lebih rendah
(Grafik 1.1).
Meskipun perkembangan perdagangan pada triwulan Iv 2015 kurang menggembirakan, namun kinerja perdagangan selama
tahun 2015 cukup menggembirakan, ditandai dengan pencapaian surplus perdagangan sebesar Rp940 miliar, meningkat
lebih dari 100% (yoy) dibandingkan surplus penjualan tahun 2014 yang sebesar Rp465 miliar.
Melemahnya harga komoditas mempengaruhi kinerja ekspor Sulbar. Saat ini sebagian besar ekspor Sulbar ditopang oleh
produksi sektor tradable, khususnya dari industri berbasis hasil pertanian seperti CPO.
1.3. Sisi Lapangan Usaha
Ekspansi di lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha industri pengolahan, menjadi penopang utama pertumbuhan
pada triwulan IV 2015. Sektor pertanian pada triwulan IV 2015 tumbuh 12,01%% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2015 yang sebesar 3,08% (yoy). Perkembangan di pertanian tersebut berdampak positif terhadap
perkembangan di lapangan usaha industri pengolahan yang mencata peningkatan nilai tambah sebesar 9,82% (yoy).
Sementara sektor konstruksi, perdagangan administrasi pemerintahan, yang merupakan sektor dominan lainnya dalam
menopang pertumbuhan ekonomi Sulbar, cenderung melambat pertumbuhannya, masing-masing sebesar 7,60% (yoy),
3,01% (yoy) dan 10,05% (yoy). Beberapa lapangan usaha lain yang pertumbuhannya menguat adalah pengadaan listrik dan
gas dana lapangan usaha informasi & komunikasi. Sementara, lapangan usaha lain mengalami perlambatan pertumbuhan,
bahkan lapangan usaha pertambangan dan penggalian, jasa pendidikan dan jasa kesehatan & kegiatan sosial mengalami
kontraksi pertumbuhan.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.6. Perkembangan Impor
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0.0
200.0
400.0
600.0
800.0
1,000.0
1,200.0
1,400.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoy$/mt
CPO gHarga % (yoy) - skala kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 13
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (Per Triwulan)
Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sangat sementara
1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian
Peningkatan luas panen yang diikuti dengan kenaikan produktivitas menjadi pendorong utama di sektor pertanian.
Ditengah situasi yang kurang menggembirakan dengan kecenderungan penurunan harga CPO internasional, lapangan
usaha pertanian di triwulan IV 2015 mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,01% (yoy). Secara seasonal, perbaikan
kinerja pertanian dipengaruhi oleh koreksi pertumbuhan - 5,11% (qtq), membaik dibandingkan kontraksi triwulan III 2015
(-6,05%, qtq). Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV 2015 tersebut mampu mendongkrak angka pertumbuhan di
pertanian untuk lebih tinggi dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 5,93% (yoy) menjadi 6,04% (yoy).
Secara umum, perbaikan kinerja sektor pertanian di tahun 2015 terbantu dengan bertambahnya luas panen, untuk padi
terjadi peningkatan lahan sebesar 3.844 hektar diikuti dengan peningkatan produktivitas dari 47,65 kw/ha menjadi 49,10
kw/ha. Kenaikan terjadi pula pada tanaman kedelai dan jagung yang mengalami peningkatan lahan sebesar 2.087 hektar
dan 30 hektar.
Ekspansi di pertanian berimbas terhadap penignaktan kesejahteraan petani. Hal ini ditaindai dengan pertumbuhan NTP
pada triwulan IV 2015 sebesar 2,77% (yoy) meningkat lebih tinggi dibandingkan 2,17% (yoy) pada triwulan III 2015. Dengan
pertumbuhan ini, NTP pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 106,16. Secara spasial, peningkatan NTP tersebut terjadi
pada peningkatan nilai tukar yang diterima oleh petani padi dan palawija.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.7. Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani
Peningkatan kesejahteraan pun dinikmati oleh nelayan. Kebijakan mengenai larangan transshipment yang dikeluarkan
oleh Pemerintah mulai memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan, ditandai dengan peningkatan
nilai tukar nelayan perikanan (NTNP) sebesar 5,45% (yoy) sehinga indeksnya menjadi 101,57. Peningkatan tersebut lebih
I II III IV Total I II
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.40 7.32 5.72 5.30 6.90 8.08 3.44 6.00 2.21 6.17
B Pertambangan dan Penggalian 12.13 11.77 10.60 3.90 3.69 1.79 20.55 7.97 8.94 6.49
C Industri Pengolahan 14.90 6.79 7.09 13.87 24.26 49.54 56.06 35.92 22.02 10.70
D Pengadaan Listrik, Gas 12.85 17.28 13.28 10.99 9.66 10.26 1.02 7.74 (5.23) 9.55
E Pengadaan Air 26.97 12.40 12.77 9.84 3.36 4.83 9.96 6.99 1.04 9.22
F Konstruksi 9.96 7.74 10.10 25.42 4.46 4.37 2.83 8.10 7.28 16.17
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor9.08 7.71 8.14 9.82 6.78 8.03 4.03 7.10 3.32 8.87
H Transportasi dan Pergudangan 8.10 5.39 6.37 7.84 4.53 6.37 10.73 7.39 6.93 5.67
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 15.84 7.48 7.62 7.95 4.17 7.33 4.94 6.03 1.12 3.44
J Informasi dan Komunikasi 9.09 9.89 11.11 9.70 6.37 3.61 9.51 7.20 11.13 8.12
K Jasa Keuangan 20.75 15.53 5.82 1.83 3.50 1.07 6.70 3.27 3.40 (3.70)
L Real Estate 5.03 2.79 4.38 3.86 5.12 3.81 3.60 4.09 3.82 4.82
M,N Jasa Perusahaan 14.76 6.86 7.16 22.11 3.83 (1.35) (2.07) 5.13 2.29 11.56
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib19.05 20.37 7.14 (0.22) (7.00) 5.79 16.78 4.21 3.10 17.75
P Jasa Pendidikan 18.01 16.77 6.94 (1.53) (3.05) 8.61 10.71 4.02 10.99 8.91
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16.68 16.59 5.63 (0.96) 1.00 7.29 15.62 5.97 12.35 8.08
R,S,T,U Jasa lainnya 5.12 9.27 6.72 10.76 5.83 8.49 10.70 8.91 4.48 5.62
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.73 9.25 6.94 7.08 6.25 10.54 10.90 8.72 6.02 8.40
20132014 2015
Kategori Uraian 2011 2012
0
10
20
30
40
50
60
0.0
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
700.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoy
Rp
Mili
ar
Pertanian gKredit Pertanian
-0.03
-0.02
-0.01
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
100
101
102
103
104
105
106
107
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
NTP Gworth NTP (yoy)
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
didorong oleh meningkatnya penerimaan yang diterima nelayan, sebesar 9,61% (yoy) menjadi 121,42. Sementara indeks
biaya yang harus dibayar nelayan sedikit tertahan peningkatannya, hanya meningkat 3,92% (yoy) menjaid 119,54.
II 2015.
1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
Ekspansi di lapangan usaha pertambangan dan
penggalian terkoreksi pada triwulan IV 2015. Pada
periode data, ekspansi di lapangan usaha pertambangan
dan penggalian mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 1,48% (yoy) sementara pada triwulan lalu
pertumbuhannya masih cukup kuat, sebesar 13,82% (yoy).
Koreksi pertumbuhan ini ditengarai dipengaruhi oleh
kegiatan eksplorasi yang pelaksanaannya sedikit tertunda
pada triwulan IV 2015.
Meskipun nilai tambah pada lapangan usaha ini
mengalami pertumbuhan negative, namun penyaluran
kredit di sektor ini justru menunjukkan peningkatan yang
signifikan, yaitu sebesar 44,47% (yoy) dibandingkan
18,39% (yoy) pada triwuan III 2015. Namun pesatnya
pertumbuhan kredit tersebut lebih dipengaruhi oleh base
effect, yaitu rendahnya realisasi kredit di sekor
pertambangan pada triwulan IV 2014 lalu.
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.9. Kredit Sektor Pertambangan
1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2015 kembali menggeliat. Setelah sempat mengalami keterpurukan pada
triwulan lalu dengan hanya tumbuh sebesar 0,77% (yoy), industri pengeolahan pada triwulan IV 2015 menunjukkan
pembalikan pertumbuhan dan mampu tumbuh hingga 9,82% (yoy). Secara spasial, pertumbuhan ini ditengarai didorong
oleh peningkatan produksi pada industri barang dari kayu, industri furniture serta moderasi pertumbuhan yang terdapat
pada industri makanan. Meningkatnya permintaan pada kelapa sawit yang dipengaruhii oleh penurunan harga CPO
internasional menjadi salah satu faktor yang turut mendorong pertumbuhan di industri pengolahan.
Pertumbuhan pada triwulan IV tersebut belum mampu untuk mendongkrak angka petumbuhan tahunan (yoy) di 2015 lebih
tinggi dibandngkan tahun 2014, 10,95% dibandingkan dengan 35,92%. Pengaruh base effect tersebut disebabkan karena
adanya pembangunan Perusahaan industri pengolahan kelapa sawit pada tahun 2014. Pada tahun 2015, pertumbuhan
insdustri pengolahan terbantu dengan aktivitas pada pabrik kelapa sawit tersebut.
Sumber: BPS
Grafik 1.10. Pertumbuhan Produksi Industri
(30)
(20)
(10)
0
10
20
30
40
50
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoyR
p M
ilia
rPertambangan gKredit Pertambangan
4.38
38.70
7.76
16.53
(20)
(10)
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
IMK Makanan IMK Kayu, Barang dari Kayu
IMK Alat Angkutan Lainnya IMK Furniture
IMK = Industri Mikro dan Kecil IBS = Industri Besar dan Sedang
%, qtq
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 15
1.3.4 Lapangan Usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)1
Pada triwulan IV 2015, lapangan usaha Pengadaan Listrik, Gas dan lapangan usaha Pengadaan Air tumbuh signifikan
dibandingkan triwulan III 2015. Pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh hingga 13,62% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,65% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh pengerjaan PLTA Tumbuan di Mamuju
yang mampu menyumbang tambahan listrik dengan kapasitas 450 MW.
Seiring dengan peningkatan aktivitas di lapangan usaha pengadaan listrik, rasio elektrifikasi di Sulbar pada tahun 2015
sebesar 86,39%. Dengan raso ini berarti 86,39% wilayah Sulbar telah mampu di terangi dengan arus listrik. Sementara
wilayah yang dialiri listrik PLN sebesar 52,71% dan desa yang berlistrik sebesar 39,70%. Perkembangan ini diperkirakan akan
semakin membaik di tahun 2016 dengan ditambahnya pembangkit listrik PLTU Belang yang berkapasitas 2 x 25 MW. Jumlah
rumah tangga sasaran yang menjadi target pemasangan listirk pada tahun 2016 diperkirkan sebanyak 10.000 rumah.
1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi
Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh melambat pada triwulan IV 2015. Melambatnya pertumbuhan ini sebagai dampak
dari intensitas curah hujan yang meningkat di akhir tahun, sehingga beberapa proyek menjadi tertunda pengerjaannya.
Pada periode pelaporan sektor konstruksi tumbuh sebesar 7,60% (yoy) lebih rendah dibandingkan 12,30% pada triwulan
lalu. Namun demikian secara tahunan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, dari 8,11% (tahun 2014)
menjadi 8,84% (yoy) pada tahun 2015. Kenaikan ini terbantu dengan agresivitas pembangunan yang dilakukan pada
pertengahan tahun 2015.
Melemahnya pertumbuhan konstruksi dikonfirmasi dengan terjaganya pertumbuhan realisasi pengadaan semen pada
triwulan IV 2015, sebesar 16,51% (yoy) sama dengan pertumbuhan pada triwulan lalu. Ditengah kondisi yang kurang
kondusif tersebut, ternyata realisasi kredit pada sektor konstruksi justru menunjukan menguat, pada triwulan IV 2015
pertumbuhannya sebesar 17,16% (yoy) sementara pada triwulan lalu hanya meningkat sebesar 1,81% (yoy).
Sumber: ASI, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.11. Realisasi Pengadaan Semen Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Konstruksi
Pada tahun 2016 beberapa proyek akan menjadi pendorong pertumbuhan sektor konstruksi. Hingga saat ini, beberapa
proyek yang masih dalam pengerjaan yaitu penyelesaian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tumbuan oleh Kalla Group,
pembangunan jalan arteri bandara tampa Padang – Kantor Gubernur. Selain itu terdapat pelebaran jalan menuju pelabuhan
Belang-belang dan perbaikan irigasi. Sebagian besar proyek-proyek tersebut diperkirakan akan selesai pada medio periode
tahun 2016.
1.3.6 Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran2
Seiring dengan normalnya konsumsi pasca Lebaran, kegiatan perdagangan pada triwulan IV 2015 mencatat moderasi
pertumbuhan. Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV 2015 hanya tumbuh
sebesar 3,01% (yoy) melambat dibandingkan 5,29% (yoy) pada triwulan lalu. Penurunan tersebut ditengarai dipengaruhi
oleh aktivitas hotel yang cenderung melambat, meski pada periode laporan terdapat momen pergantian tahun yang
1 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor LGA dapat di lihat dari lapangan usaha Pengadaan Listrik dan
Gas dan lapangan usahan Pengadaan Air (Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015). 2 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor PHR dapat di lihat dari kategori Perdagangan Besar dan
Eceran dan Reparasi Kendaraan serta kategoriPenyediaan Komodasi Makan Minum(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V,
5 Februari 2015).
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
% (yoy)Ribu Ton
Realisasi Pengadaan Semen (LHS) gRealisasi Pengadaan Semen (RHS)
(40)(20)020406080100120140160180
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoy
Rp
Mili
ar
Konstruksi gKredit Konstruksi
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
mampu mendorong peningkatan permintaan. Sementara itu, aktivitas perdagangan relatif mengalami peningkatan, hal ini
diindikasikan dengan menguatnya pertumbuhan realisasi kredit di sektor perdagangan, yaitu 18,37% diandingkan 11,65%
(yoy) pada tirwulan III 2015.
Melemahnya permintaan terhadap akomodasi hotel tersebut, tergambar pada perlambatan pertumbuhan di lapangan
usaha akomodasi dan penyediaan makan minum yang melambat dari 6,87% menjadi 6,61%.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 1.13. Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.14. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut Grafik 1.16. Jumlah Penumpang Pesawat Udara
1.3.7 Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan3
Pada periode laporan, kegiatan di lapangan usaha jasa keuangan dan jasa Perusahaan mengalami koreksi
pertumbuhan,sedangkan lapangan usaha real estate tumbuh menguat. Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya,
lapangan usaha jasa keuangan tercatat sedikit melambat dari 12,55% (yoy) menjadi 12,46% (yoy) di periode laporan.
Melambatnya pertumbuhan terjadi pula pada lapagan usaha real estate yang sedikit mengendur dari 6,32% (yoy) menjadi
5,01% (yoy) pada triwulan IV 2015. Perlambatan terjadi pula pada lapangan usaha jasa keuangan yang melambat dari
12,46% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 6,26% (yoy) pada periode laporan. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan bank pada
tahun 2015 yang berfokus kepada penekanan NPL dengan memperhatikan pertumbuhan kredit secara moderat. Di sisi lain,
lapangan usaha real estate tercatat mengalami peningkatan dari 3,82% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 4,82% (yoy) di
triwulan II 2015.
3Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat dilihat dari
pendekatan kategoriJasa Keuangan dan kategori Real Estate(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).
0102030405060708090100
0.0200.0400.0600.0800.0
1,000.01,200.01,400.01,600.01,800.02,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoy
Rp
Mili
ar
Perdagangan gKredit Perdagangan
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0.30
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
% (
yo
y)
Ora
ng
pe
r K
am
ar
GPR HotelGPR Akomodasi LainnyagGPR Hotel
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 17
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 18
2. PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Inflasi Sulawesi Barat tercatat menurun pada triwulan laporan seiring
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi daerah. Inflasi pada triwulan IV
tercatat sebesar 5,07% (yoy) menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 6,48% (yoy). Secara spasial inflasi yang terjadi di
Sulawesi Barat merupakan inflasi tertinggi ke 4 di wilayah KTI setelah
Maluku (6,15% yoy), Sulawesi Utara (5,56% yoy) dan Papua Barat (5,34%
yoy) serta lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi tahunan KTI (4,06%
yoy)
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan
laporan terutama berasal dari kelompok volatile food yaitu sebesar
12,19% (yoy). kelompok lainnya yaitu core dan administered price (AP)
secara tahunan mengalami pelemahan inflasi pada triwulan laporan yang
tercatat masing-masing sebesar 4,85% (yoy) dan -2,50% (yoy).
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 19
2.1. Inflasi Secara Umum
Inflasi Sulawesi Barat tercatat menurun pada triwulan laporan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi
daerah. Inflasi pada triwulan IV tercatat sebesar 5,07% (yoy) menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
6,48% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut berasal dari normalisasi harga sandang setelah berakhirnya masa Idul Fitri
dan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) 2015.
Secara spasial inflasi yang terjadi di Sulawesi Barat merupakan inflasi tertinggi ke 4 di wilayah KTI setelah Maluku (6,15%
yoy), Sulawesi Utara (5,56% yoy) dan Papua Barat (5,34% yoy) serta lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi tahunan
KTI (4,06% yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, tercatat bahwa tekanan inflasi
Sulawesi Barat adalah sebesar 7,89% (yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan KTI pada triwulan
tersebut (8,31% yoy). Hal tersebut menunjukkan bahwa secara persentase tingkat inflasi Sulawesi Barat menurun, namun
pengendalian inflasi yang dilakukan oleh wilayah lain dapat dilakukan dengan lebih baik, sehingga banyak dari wilayah KTI
yang tahun lalu inflasi tahunannya berada di atas tingkat inflasi KTI, mengalami perubahan pada triwulan laporan hingga
berada di bawah inflasi KTI seperti Sulsel, Sultra dan Sulteng.
Dilihat secara tahun kalender, inflasi Sulawesi Barat tercatat sama dengan inflasi tahunannya. Pada triwulan laporan,
inflasi tahun kalender mencatatkan angka sebesar 5,07% (ytd), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di
wilayah KTI sebesar 4,06% (ytd).
Secara umum tekanan inflasi pada triwulan laporan di dorong oleh Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau. Inflasi pada kelompok Bahan Makanan, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau di dorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada akhir tahun sebagai bentuk persiapan perayaan
tahun baru dan hari besar keagamaan yaitu Natal.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 2.1 Perbandingan Inflasi Sulawesi Barat dan KTI Grafik 2.1 Perbandingan Inflasi Sulawesi Barat dan KTI
Ditinjau dari inflasi bulanan, tingkat inflasi di bulan Oktober, November, dan Desember berada pada trend yang
meningkat. Meningkatnya inflasi ini utamanya di dorong oleh bertambahnya konsumsi masyarakat yang tidak diimbangi
dengan pemenuhan pasokan yang baik. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka peran aktif TPID diharapkan akan banyak
membantu untuk dapat memitigasi risiko inflasi dalam jangka menengah dan panjang.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 2.3 Inflasi Tahunan di Sulawesi dan KTI (yoy) Grafik 2.4 Inflasi Tahun Kalender di Sulawesi dan KTI (ytd)
Pada bulan Oktober 2015, inflasi Sulawesi Barat tercatat sebesar 0,13% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan rata-
rata bulan yang sama selama 3 tahun terakhir sebesar 0,18% (mtm). Jika ditinjau dari andilnya, komoditas terbesar yang
menyebabkan pelemahan inflasi adalah semen (-0,12 mtm), cabai rawit (-0,10 mtm) dan sarana penunjang transport (-0,08
mtm).
Inflasi kemudian meningkat pada bulan November 2015 sebesar 0,61% (mtm) atau sama dengan rata-rata historis bulan
November selama 3 tahun yaitu sebesar 0,61% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi tersebut utamanya berasal dari
komoditas daging ikan (0,08 mtm), beras (0,11 mtm) dan cat tembok (0,04 mtm) . Tingginya permintaan terhadap daging
ikan oleh masyarakat Sulawesi Barat belum diikuti oleh ketersediaan infrastruktur penyimpanan hasil tangkap ikan yang
optimal. Begitupun dengan produksi hasil beras, yang masih belum didukung oleh infrastruktur penggilingan (Rice Milling
Unit) dan pergudangan yang baik
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Oktober 2015 Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Bulanan Sulawesi Barat 2012š-2015
(mtm)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 21
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi November 2015 Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Bulanan Sulawesi Barat 2012š-2015
(mtm)
Selanjutnya, pada bulan Desember 2015 inflasi kembali meningkat dan tercatat sebesar 1,71% (mtm) atau lebih tinggi
dari rata-rata historisnya selama 3 tahun sebesar 1,47% (mtm). Peningkatan inflasi tersebut utamanya disumbang dari
daging ikan (0,27 mtm), beras (0,14 mtm) dan tarif listrik (0,14 mtm). Sumbangan tarif listrik berasal dari penetapan harga
Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan perubahan nilai tukar mata uang Dollar, harga
minyak mentah Indonesia dan Inflasi bulanan.
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama berasal dari kelompok
volatile food yaitu sebesar 12,19% (yoy). Selain karena penyediaan infrastruktur dan pengelolaan penyediaan komoditas
daging ikan dan beras yang masih belum optimal, tingginya permintaan masyarakat terhadap dua komoditas tersebut untuk
menghadapi perayaan akhir tahun menyebabkan inflasi keluar dari target nasional yang telah ditetapkan yaitu +/- 4%
Selain kelompok tersebut, kelompok lainnya yaitu core dan administered price (AP) secara tahunan mengalami
pelemahan inflasi pada triwulan laporan yang tercatat masing-masing sebesar 4,85% (yoy) dan -2,50% (yoy). Pada
kelompok core, berakhirnya musim PILKADA yang telah diadakan pada triwulan III 2015 telah mendorong komoditas yang
sebelumnya tinggi permintaannya seperti baju kaos tanpa kerah menurun pada triwulan laporan. Selanjutnya Pada
komponen AP, normalisasi harga angkutan udara setelah berakhirnya musim Idul Fitri berkontribusi terhadap perlambatan
laju inflasi pada periode triwulan IV 2015.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.4 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Oktober 2015 Tabel 2.5 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi November 2015
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.6 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Desember 2015
2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok
Ditinjau berdasarkan kelompoknya, tekanan inflasi pada triwulan laporan hanya berasal dari 2 kelompok, yaitu
Kelompok Bahan Makanan dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Adapun kelompok lainnya
seperti Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, Kelompok Sandang, Kelompok Kesehatan, Kelompok
Pendidikan Rekreasi dan Olahraga serta Kelompok Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami pelemahan inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya.
2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 12,11% (yoy) meningkat tajam dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar -9,80% (yoy). Peningkatan Kelompok Bahan Makanan disumbang dari beberapa subkelompok yang
tergabung di dalamnya dengan peningkatan paling besar berasal dari subkelompok ikan segar sebesar 25,63% (yoy) dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -9,00% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi tersebut disebabkan karena buruknya
cuaca pada triwulan laporan yang menyebabkan sulitnya nelayan untuk melaut sehingga pasokan ikan menjadi berkurang.
Selain hal tersebut, minimnya infrastruktur yang dapat menjaga pasokan ikan setelah ditangkap seperti cold storage
menyebabkan ikan yang telah ditangkap tidak mempunyai daya simpan yang lama.
Subkelompok lainnya yaitu sayur-sayuran juga tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi, dengan peningkatan sebesar
24,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 20,65% (yoy).
Selanjutnya, subkelompok buah-buahan juga tercatat sebagai subkelompok yang mengalami peningkatan inflasi di
Kelompok Bahan Makanan dengan peningkatan sebesar 16,39% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
6,35% (yoy).
Di sisi lain, subkelompok yang tercatat mengalami pelemahan inflasi pada kelompok ini adalah telur susu dan hasil-hasilnya
dengan pelemahan sebesar -0,94% (yoy), kacang-kacangan dengan pelemahan sebesar 12,61% (yoy), bumbu-bumbuan
dengan pelemahan sebesar -13,73% (yoy), lemak dan minyak dengan pelemahan sebesar 0,66% (yoy) dan bahan makanan
lainnya dengan pelemahan sebesar 8,43% (yoy)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 23
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan Tahun 2015 – Kelompok Bahan Makanan
2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Inflasi tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi
sebesar 4,02% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,47% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada
kelompok ini berasal dari seluruh subkelompok yang tergabung di dalam kelompok ini.
Peningkatan inflasi pada kelompok ini paling besar berasal dari subkelompok tembakau dan minuman beralkohol yang
tercatat sebesar 7,34% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 3,94% (yoy). Pertumbuhan inflasi tersebut berasal dari
tekanan yang berasal dari komoditas rokok kretek filter dan rokok putih yang tercatat mengalami pertumbuhan masing-
masing sebesar 7,84% (yoy) dan 9,15% (yoy).
Subkelompok lainnya yang menyumbang tekanan inflasi pada kelompok ini adalah subkelompok makanan jadi dengan
pertumbuhan inflasi yang tercatat sebesar 2,71% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,51% (yoy).
Komoditas yang tergabung di dalam subkelompok ini dan tercatat menyumbang inflasi cukup tinggi adalah komoditas
kembang gula dengan pertumbuhan inflasi sebesar 22,27% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 1,54% (yoy). Komoditas lainnya seperti roti tawar, nasi dengan lauk dan wafer juga memberikan tekanan inflasi
masing-masing sebesar 2,38% (yoy), 3,82% (yoy) dan 10,26% (yoy).
Subkelompok terakhir dari kelompok ini adalah minuman yang tidak beralkohol yang tercatat mengalami inflasi sebesar
3,34% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,25% (yoy). Komoditas yang tergabung di dalam subkelompok
ini dan tercatat menyumbang inflasi cukup tinggi adalah komoditas air kemasan yang tercatat sebesar 5,56% (yoy) dari
triwulan sebelumnya sebesar 0,93% (yoy), minuman ringan sebesar 8,05% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,85%
(yoy) dan teh yang tercatat sebesar 3,57% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 1,33% (yoy).
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Tahunan Tahun 2015 – Kelompok Mamin,
Rokok dan Tembakau
2.2.3 Belanja
Kelompok inflasi lainnya yaitu Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, Kelompok Sandang, Kelompok
Kesehatan, Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga, Kelompok Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan masing-
masing mengalami pelemahan inflasi sebesar 4,83% (yoy), 8,28% (yoy), 2,35% (yoy), 3,57% (yoy) dan -2,59% (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan Tahun 2015 – Per Kelompok
2.3. Disagregasi Inflasi
Berdasarkan disagregasinya, inflasi pada triwulan laporan di dorong oleh kelompok volatile food yang tercatat
mengalami peningkatan sebesar 12,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,13% (yoy). Di
sisi lain, kelompok administered dan core pada triwulan laporan masing-masing mengalami penurunan sebesar -2,50% (yoy)
dan 4,85% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masin-masing tercatat sebesar 7,64% (yoy) dan 5,14%
(yoy).
Commented [DMII1]:
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 25
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Tahunan (yoy) Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Bulanan (mtm)
2.3.1 Kelompok Volatile Food
Kelompok volatile food tercatat meningkat pada periode laporan yang tercatat sebesar 12,19% (yoy). Peningkatan
utamanya di dorong oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas yang tergabung di dalamnya dalam rangka
menghadapi akhir tahun dan perayaan Natal 2015. Hal ini ditambah dengan kondisi cuaca yang menyebabkan pemenuhan
beberapa komoditas seperti beras dan ikan menjadi tidak optimal dan minimnya infrastruktur yang dapat menunjang
penyediaan kebutuhan tersebut dalam waktu yang lama seperti cold storage untuk dan pergudangan penyimpanan beras
yang baik.
Pada triwulan II 2015, peran realisasi komponen belanja APBN dan APBD Prov/Kab untuk stimulus ekonomi daerah4
relatif menurun dibandingkan periode yang sama ditahun sebelumnya. Penurunan disebabkan oleh turunnya kontribusi
belanja operasional terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), dari 13,6% di triwulan II 2014 menjadi 12,6% di
triwulan II 2015. Sementara itu, rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sedikit meningkat dari
3,7% di triwulan II 2014 menjadi 3,9% di triwulan II 2015. Dengan demikian, secara total peran belanja pemerintah pada
triwulan II 2015 menjadi 16,5%, lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 (17,2%).
Inflasi kelompok volatile food pada periode laporan juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 10,13% (yoy). Secara keseluruhan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan merupakan yang tertinggi
ke dua setelah inflasi volatile food yang sempat terjadi pada triwulan II yang tercatat sebesar 12,13% (yoy) yang didorong
oleh masuknya bulan Ramadhan dan persiapan menghadapi Idul Fitri.
Peningkatan inflasi kelompok volatile food utamanya disebabkan oleh peningkatan permintaan pada komoditas beras
dan daging ikan. Komoditas beras tercatat mengalami peningkatan tekana inflasi pada triwulan laporan sebesar 14,13%
4Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Triwulan
IV 2015 (yoy)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
(yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Komoditas ikan yaitu ikan
Bandeng/Bolu juga mengalami peningkatan sebesar 25,01% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
14,29% (yoy). Komoditas ikan lainnya yang tercatat cukup tinggi pertumbuhan tekanan inflasinya adalah ikan Cakalang/Sisik
yang tercatat sebesar 34,03% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,55% dan ikan Layang/Benggol yang tercatat pada
triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 43,99% (yoy) dari tiwulan sebelumnya yang sebesar 17,45% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan Subkelompok Beras Kelompok Volatile Food
Tahun 2015 (yoy)
Grafik 2.9 Perkembangan Subkelompok Ikan Tahunan Kelompok Volatile
Food (yoy)
Meski tercatat mengalami peningkatan inflasi, beberapa komoditas yang tergabung di dalamnya tercatat mengalami
penurunan tekanan inflasi seperti komoditas daging ayam ras yang tercatat mengalami penurunan tekanan harga sebesar
4,17% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,43% (yoy) dikarenakan melimpahnya pasokan. Komoditas
lainnya yang mengalami penurunan inflasi adalah telur ayam ras yang tercatat mengalami penurunan sebesar -1,77% (yoy)
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,54% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.11 Perkembangan Subkelompok Daging Ayam Ras Kelompok
Volatile Food (yoy)
Grafik 2.12 Perkembangan Subkelompok Telur Ayam Ras Kelompok
Volatile Food (yoy)
Di sisi lain, penurunan tekanan inflasi juga berasal dari kelompok bumbu-bumbuan dengan kelompok komoditas yang
mengalami tekanan inflasi cukup dalam adalah cabai merah yang tercatat sebesar -61,76% (yoy) dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 32,28% (yoy). kelompok bumbu-bumbuan lainnya yang mengalami penurunan tekanan inflasi adalah
cabai rawit yang tercatat mengalami penurunan sebesar -24,61% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
74,42% (yoy).
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 27
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.13 Perkembangan Subkelompok Cabai Merah Kelompok Volatile
Food (yoy)
Grafik 2.14 Perkembangan Subkelompok Cabai Rawit Kelompok Volatile
Food (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.15 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok
Volatile Food (yoy)
Grafik 2.16 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok
Volatile Food (yoy) Lanj
2.3.2 Kelompok Administered Price
Kelompok administered price tercatat mengalami penurunan inflasi sebesar -2,50% (yoy). Penurunan harga utamanya di
dorong oleh normalisasi harga angkutan udara pasca hari raya idul fitri yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan
hanya terjadi pada bulan September dan Oktober dimana pada bulan tersebut diketahui bahwa banyak pejabat Negara
yang datang ke Sulawesi Barat akibat pembukaan salah satu instansi Negara. Selain itu, menurunnya permintaan
masyarakat pada komoditas yang membutuhkan BBM seperti angkutan antar kota, bensin, solar dan bahan bakar rumah
tangga juga telah berkontribusi terhadap penurunan inflasi pada kelompok ini
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Administered
Prices Triwulan IV 2015 (yoy)
Grafik 2.18 Perkembangan Kelompok Administered Prices Subkelompok
Inflasi Angkutan Udara Tahunan Tahun 2015 (mtm)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Inflasi kelompok administered price pada periode laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,64% (yoy). Secara keseluruhan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan merupakan
yang terendah selama tahun 2015, setelah pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 8,41% (yoy), lalu pada triwulan II 2015
tercatat sebesar 9,57% (yoy) dan triwulan III tercatat sebesar 7,64% (yoy).
Meski mengalami penurunan, beberapa komoditas yang tergabung di dalamnya tercatat memberikan tekanan inflasi
seperti rokok kretek filter yang tercatat mengalami peningkatan tekanan harga sebesar 7,84% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,08% (yoy). Komoditas lainnya adalah rokok putih yang tercatat mengalami peningkatan
sebesar 9,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,76% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Kelompok Administered Prices
Subkelompok Rokok Kretek Filter Tahunan Tahun 2015 (yoy)
Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Kelompok Administered Prices
Subkelompok Rokok Putih Tahunan Tahun 2015 (yoy)
2.3.3 Kelompok Core (Inti)
Kelompok inti tercatat mengalami penurunan inflasi sebesar 4,85% (yoy). Penurunan harga utamanya di dorong oleh
normalisasi harga sandang seperti komoditas pakaian setelah berakhirnya proses pelaksanaan PILKADA di Sulawesi Barat.
Penurunan tersebut juga berimplikasi terhadap tekanan yang diberikan dari industri dengan komoditas pendukung sandang
tersebut, seperti biaya ongkos jahit. Selain itu, menurunnya permintaan masyarakat pada komoditas yang berkaitan dengan
kesehatan seperti obat-obatan juga telah berkontribusi terhadap penurunan inflasi pada kelompok ini.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.21 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Core Triwulan IV
2015 (yoy)
Grafik 2.22 Perkembangan Subkelompok Baju Kaos Tanpa Kerah/T-Shirt
Inflasi Bulanan Tahun 2015 Kelompok Core (yoy)
Inflasi kelompok inti pada periode laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 5,14% (yoy). Secara keseluruhan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan merupakan yang terendah
selama tahun 2015, setelah pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 5,46% (yoy), lalu pada triwulan II 2015 tercatat sebesar
5,80% (yoy) dan triwulan III tercatat sebesar 5,14% (yoy).
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 29
Meski mengalami penurunan, beberapa komoditas yang tergabung di dalamnya tercatat memberikan tekanan inflasi
antara lain seperti komoditas daging ikan Katamba yang tercatat mengalami peningkatan tekanan harga sebesar 18,50%
(yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,21% (yoy). Daging ikan lainnya yang tercatat memberikan tekanan
inflasi adalah ikan Tuna yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 38,91% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 22,42% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Barat, diolah
Grafik 2.22 Perkembangan Inflasi Subkelompok Ikan Inflasi Tahunan
Tahun 2015 Kelompok Core (mtm)
Grafik 2.23 Perkembangan Inflasi Subkelompok Bumbu Dapur Tahunan
Tahun 2015 Kelompok Core (mtm)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Boks 2.A. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Sebagai Pasokan Listrik Masyarakat
Begitu pentingnya listrik bagi kehidupan masyarakat sehingga manusia banyak mencari berbagai sumber tenaga listrik
untuk mendukung kegiatan sehari-harinya. Kondisi geografis Sulawesi Barat yang berbukit-bukit membuat permasalahan
infrastruktur menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi secara inklusif. Banyak daerah-daerah di Sulawesi Barat
tidak terjangkau infrastruktur jalan yang baik maupun fasilitas listrik. Sebenarnya banyak sumber daya yang dapat menjadi
sumber bagi tenaga listrik seperti air, panas bumi, panas matahari, angin, nuklir, dan lain-lain. Namun, akses yang terbatas
menjadi hambatan perkembangan teknologi yang mutakhir di suatu daerah. Perusahaan Listrik Negara (PLN), pun harus
menyediakan investasi yang sangat besar jika ingin listrik dapat dinikmati oleh seluruh titik di nusantara. Dengan kondisi
seperti saat ini, sumber daya yang digunakan PLN, masih tergantung sumber daya yang tidak terbarukan dimana
pasokannya cenderung terbatas dan harga yang berfluktuasi (tergantung pasar global).
Untuk itu, alternatif sumber daya untuk kebutuhan listrik harus diupayakan. Saat ini, persentase desa/kelurahan yang sudah
memiliki akses listrik di Sulawesi Barat masih cukup rendah yaitu 39,7%. Di Sulawesi Barat terdapat sumber daya listrik yang
menjadi alternatif bagi masyarakat dan dapat menjangkau daerah terpencil yaitu Pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH). Tentunya kehadiran PLTMH akan sangat membantu untuk memperluas akses listrik kepada masyarakat terutama
daerah-daerah yang dekat dengan aliran sungai
Grafik 1. Persentase Desa Berlistrik Grafik 2. Persentase Desa Berlistrik
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil dengan batasan kapasitas antara 5 kW-1 MW per Unit. Syarat
dasar dari pembangkit listrik tenaga air skala kecil adalah adanya air mengalir dan beda ketinggian. Sulawesi Barat menjadi
pelopor PLTMH sejak 1996 yang diprakarsai oleh Ir. Linggi, salah seorang insinyur lulusan Universitas Hasanuddin.
Penerapan PLTMH cocok di Sulawesi Barat yang dilalui beberapa aliran sungai. Pada prinsipnya, PLTMH memanfaatkan
beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan
memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan
menghasilkan energi listrik.
Pada awalnya, Ir. Linggi memanfaatkan lokasi di kampung halamannya di daerah Mamasa untuk memenuhi kebutuhan
listrik di rumah. Namun, daya listrik yang dikeluarkan oleh turbin buatannya mampu memenuhi kebutuhan tetangga di
sekitarnya. Teknologi yang sederhana namun sangat bermanfaat ini, sekarang sudah berkembang di Sulawesi Barat dan
telah dimanfaatkan masyarakat di seluruh kabupaten. Bahkan, saat ini sudah menjadi program di Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral untuk diterapkan di berbagai daerah lain seperti Subang, Garut, dan Malang.
Data terakhir menunjukkan sudah 277 unit PLTMH dibangun di Sulawesi Barat tersebar di daerah terpencil di seluruh
kabupaten. PLTMH yang ada saat ini, selain hasil dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terdapat juga PLTMH
hasil swadaya masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat kendala dalam pemeliharaan PLTMH yaitu tidak
adanya anggaran untuk merawat dan memperbaiki PLTMH yang telah dibangung. Hal ini menyebabkan ada PLTMH yang
mengalami kerusakan karena tidak dikelola dengan baik.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 31
Tabel 1. Jumlah PLTMH di Sulawesi Barat
Di sisi lain, kebutuhan akan listrik akan berhubungan dengan pengeluaran dari masyarakat. Tarif listrik milik negara yang
dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Hal ini terkait dengan sumber daya
yang digunakan oleh PLN dalam memasok listrik kepada masyarakat. Kenaikan tarif listrik tentunya akan meningkatkan
pengeluaran bagi masyarakat pengguna listrik PLN. Kehadiran energi alternatif untuk memasok listrik selain yang
bersumber dari PLN seperti air (mikro hidro) atau tenaga surya, sangat diharapkan oleh masyarakat. Energi-energi alternatif
tidak hanya sekedar menjangkau daerah-daerah yang terpencil, namun juga dapat mengurangi ketergantungan suatu
daerah terhadap listrik PLN yang bersumber dari sumber daya yang tidak terbarukan. Namun, tentu saja dukungan dari
pemerintah daerah dan pusat mutlak diperlukan dalam hal penyediaan dana pembuatan peralatan dan perawatan unit
PLTMH.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Boks 2.B. Potensi Perkebunan di Sulawesi Barat
Perekonomian Sulawesi Barat masih didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Dominasi sektor ini
bahkan mencapai 42,1% dari seluruh Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Barat. Komoditas-komoditas
unggulan pertanian yang menjadi sumber utama perekonomian Sulawesi Barat antara lain padi, jagung, kelapa sawit, dan
kakao. Masyarakat Sulawesi Barat banyak yang mengandalkan kebutuhan hidup dari bercocok tanam atau melaut. Masih
asrinya alam di Provinsi Sulawesi Barat yang belum terjamah oleh pembangunan modern, menyebabkan sumber daya alam
di Sulawesi Barat cukup melimpah. Salah satu sumber daya alam yang terlihat memiliki potensi sangat besar yaitu dari
sektor perkebunan.
Grafik 2. Persentase Desa Berlistrik
Keadaan topografi wilayah Sulawesi Barat terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Lebih rinci lagi, ada beberapa
daerah di Sulawesi Barat yang bergelombang yaitu dataran berbukit sampai bergunung dengan kemiringan agak curam dan
sangat curam seperti di daerah Bagian Timur Kabupaten Mamuju, Bagian Utara Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten
Majene dan Mamasa. Dari jenis kondisi tanah, memang daerah Sulawesi Barat cocok untuk menjadi lahan bagi beberapa
jenis komoditas perkebunan. Berdasarkan Lembaga Penelitian Tanah Bogor jenis tanah di Sulawesi Barat adalah sebagai
berikut:
a. Tanah Latosol di daerah Kabupaten Majene, Mamuju dan Mamuju Utara
b. Tanah Alluvial dan Glay di daerah Polewali Mandar
c. Tanah Podsolik di daerah Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, dan Mamasa
Kandungan tanah tersebut memungkinkan Sulawesi Barat menjadi lahan yang potensial untuk perkebunan. Hal tersebut
didukung iklim yang tergolong sedang yaitu type B dengan masa kering 1,5 s.d. 3 bulan. Kondisi inilah yang dimanfaatkan
masyarakat Sulawesi Barat untuk menanami beberapa komoditas perkebunan. Jumlah penduduk yang mengandalkan
hidup melalui bercocok tanam cukup besar. Jumlah petani kebun kakao saja sudah 131.872 KK atau sudah mencapai 10%
penduduk Sulawesi Barat yang berkisar 1,3 juta orang. Belum banyaknya investasi yang masuk terutama di perkebunan
kakao dan kopi, menyebabkan masih minimnya lapangan kerja di sektor ini. Hanya kelapa sawit yang mampu menyerap
tenaga kerja dari penduduk di Sulawesi Barat, selebihnya masyarakat cenderung bercocok tanam secara swadaya.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI SULAWESI BARAT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 33
Dari data yang ada terlihat Sulawesi Barat menjadi andalan bagi kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) untuk
komoditas kelapa sawit, kakao, dan kopi dimana memiliki tingkat produksi yang tinggi. Kelapa sawit yang didukung investor
luar, mampu memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, mencapai 4.083 kg/Ha. Namun, komoditas kakao dan kopi masih
memiliki produktivitas yang masih rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Sulampua.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 34
3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Indikator utama kinerja perbankan di Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015
menunjukkan hasil yang beragam. Secara tahunan, total aset perbankan
Sulawesi Barat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan
laporan sebesar 7,16% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar
8,98% (yoy) pada triwulan sebelumya. Pertumbuhan DPK juga juga turut
mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, DPK tumbuh sebesar
13.32% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 22.79% (yoy).
Fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit perbankan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan kredit perbankan tumbuh sebesar 7,43% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,06% (yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 35
3.1. Kondisi Umum Perbankan Sulawesi Barat
Indikator utama kinerja perbankan di Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015 menunjukkan hasil yang beragam.
Penyaluran kredit mengalami pertumbuhan yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebeumnya. Sementara itu,
pertumbuhan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perLambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Secara tahunan, total aset perbankan Sulawesi Barat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan
sebesar 7,16% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,98% (yoy) pada triwulan sebelumya. Total asset bank
umum pada triwulan laporan tercatat adalah sebesar Rp. 5,135T.
Disisi lain, apabila dibandingkan dengan daerah Kawasan Timur Indonesia lainnya, pertumbuhan asset perbankan di
Sulawesi Barat tercatat lebih tinggi, mengingat wilayah KTI lainnya hanya mengalami pertumbuhan sebesar 6,76% (yoy).
Namun demikian jika dibandingkan dengan beberapa wilayah yang berada di Sulawesi seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Utara, pertumbuhan asset Sulawesi Barat cenderung lebih rendah.
Grafik 3.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Beberapa
Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Grafik 3.2 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK Perbankan Beberapa
Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan asset perbankan yang menurun pada triwulan laporan, pertumbuhan DPK
juga turut mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, DPK tumbuh sebesar 13.32% (yoy) atau melambat dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22.79% (yoy). Pertumbuhan tersebut, cenderung tumbuh lebih tinggi di atas
pertumbuhan wilayah KTI yang tercatat hanya tumbuh sebesar 8,38% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan
provinsi utama Sulawesi lainnya. Posisi DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 3,304T. Komposisi DPK relatif sama
sebagaimana kurun waktu beberapa tahun terakhir, dengan porsi utama berupa tabungan (77%), diikuti oleh Giro (14%)
dan Deposito (9%).
Fungsi intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit perbankan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah berkontribusi positif terhadap permintaan kredit
perbankan. Pada triwulan laporan kredit perbankan tumbuh sebesar 7,43% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,06% (yoy). Total kredit pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 4,597T.
Pertumbuhan kredit Sulawesi Barat pada triwulan laporan cenderung lebih renda dibandingkan dengan pertumbuhan
kredit KTI yang tercatat sebesar 10,01% (yoy). Sejalan dengan pola sebelumnya, laju pertumbuhan kredit perbankan
Sulawesi Barat juga cenderung masih berada di bawah beberapa provinsi-provinsi utama di Sulawesi
Sementara itu, tingkat LDR perbankan Sulawesi Barat pada triwulan IV tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan
lalu sebesar 139,14% dari sebelumnya sebesar 113,07%. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang meningkat
ditengah perlambatan pertumbuhan DPK. Angka LDR ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan LDR KTI yang hanya
tercatat sebesar 0,98%. Di lain sisi, tingkat kualitas kredit cenderung membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan laporan, Non-Performing Loan (NPL) berada pada level 1,61% atau menurun dibandingkan dengan NPL
triwulan lalu yang tercatat sebesar 2.17%.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Grafik 3.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan kredit Perbankan Beberapa
Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy
Grafik 3.4 Perbandingan LDR Perbankan Beberapa Provinsi di Sulawesi
dan KTI (yoy)
3.2. Perkembangan Bank Umum
3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank
Perkembangan jaringan kantor bank umum di wilayah Sulawesi Barat masih sama dibandingkan dengan triwulan dan
tahun-tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan jumlah kantor bank umum di Sulawesi Barat berjumlah 74 unit atau tidak
mengalami perubahan dari tahun 2013. Tidak adanya perubahan tersebut tercatat mulai dari jumlah bank berdasarkan
status kepemilikannya, hingga tingkatan kantor bank pada masing-masing kategori tersebut.
Pada kategori kelompok bank pemerintah, tercatat jumlah kantor bank pada triwulan laporan adalah berjumlah 55 buah
atau setara dengan 74,32% dari total bank di Sulawesi Barat. Jika dilihat dari tingkatan kantor bank, bank pemerintah yang
berada di wilayah Sulawesi Barat paling banyak difungsikan sebagai Kantor Kas (KK) dengan jumlah 44 bank, disusul oleh
Kantor Cabang Pembantu (KCP) berjumlah 6 buah lalu terakhir adalah Kantor Cabang (KC) dengan jumlah 5 buah.
Untuk bank pemerintah daerah, tercatat berjumlah sebanyak 7 bank dengan rincian 4 KC, 2 KCP dan 1 KK. Sedangkan untuk
bank swasta nasional berjumlah sebanyak 12 bank dengan rincian 2 KC, 5KCP dan 2 KK.
Bank Pemerintah 55 55 55 55 55
Kantor Pusat - - - - -
Kantor Cabang 5 5 5 5 5
Kantor Cabang Pembantu 1) 6 6 6 6 6
Kantor Kas 44 44 44 44 44
Bank Pemerintah Daerah 7 7 7 7 7
Kantor Pusat - - - - -
Kantor Cabang 4 4 4 4 4
Kantor Cabang Pembantu 1) 2 2 2 2 2
Kantor Kas 1 1 1 1 1
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 37
Bank Swasta Nasional 12 12 12 12 12
Kantor Pusat - - - - -
Kantor Cabang 5 5 5 5 5
Kantor Cabang Pembantu 1) 5 5 5 5 5
Kantor Kas 2 2 2 2 2
TOTAL 74 74 74 74 74
3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK
Perlambatan pertumbuhan DPK didorong oleh perlambatan pada komponen Giro dan Deposito. Adapun satu-satunya
komponen DPK yang mengalami pertumbuhan yang meningkat adalah komponen tabungan. Komponen tabungan pada
triwulan laporan tumbuh sebesar 15.53% (yoy), atau meningkat setelah sebelumnya mencatatkan pertumbuhan sebesar
9,63% pada triwulan III 2015. Disisi lain, komponen deposito pada triwulan laporan mengalami perlambatan sebesar
34,23% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 118,68% (yoy).
Sejalan dengan perlambatan deposito, komponen giro juga mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan
yakni sebesar -5,40% (yoy), atau menurun dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 16,62% (yoy).
Ditinjau dari golongan nasabahnya, seluruh DPK dimiliki oleh kelompok penduduk dengan pangsa yang paling besar berasal
dari sektor swasta dengan porsi sebesar 95,43%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 4,57% berasal dari sektor pemerintah.
Berdasarkan kepemilikan, perlambatan pertumbuhan DPK nasabah sektor pemerintah merupakan penyebab utama
perlambatan DPK perbankan Sulawesi Barat pada triwulan laporan yang turun sebesar -36,61% (yoy). Adapun DPK
nasabah sektor swasta tumbuh sebesar 17,77% (yoy) atau menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,47%
(yoy). Adapun pangsa DPK sektor swasta didominasi oleh nasabah perorangan yang memiliki kontribusi sebesar 89,53%
dari keseluruhan total DPK.
Grafik 3.5 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Sulawesi Barat (yoy) Grafik 3.6 Pertumbuhan tahunan DPK Perbankan Umum di Sulawesi
Barat (yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
3.2.3 Penyaluran Kredit
Laju pertumbuhan kredit perbankan tercatat meningkat pada triwulan laporan. Kredit bank umum meningkat dari sebesar
4,06% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,43% (yoy). laju pertumbuhan kredit perbankan Sulawesi Barat pada
triwulan laporan berada dibawah pertumbuhan pembiayaan di beberapa wilayah Sulawesi lain. Pada triwulan laporan,
pertumbuhan pembiayaan di Sulawesi Selatan tercatat sebesar 13,67% (yoy), Sulawesi Tengah 10,08% (yoy), Sulawesi Utara
-13,60% (yoy), dan KTI secara keseluruhan adalah 10,01% (yoy).
Ditinjau berdasarkan lapangan usahanya, penyaluran kredit perbankan Sulawesi Barat masih didominasi oleh sektor
Perdagangan Besar dan Eceran dengan pangsa sebesar 30,45% dari total kredit pada triwulan laporan berjalan. Disisi lain
industri Pertanian dan industri pengolahan, masing-masing hanya memiliki pangsa kredit sebesar 6.94% dan 1,24% pada
triwulan IV dari total kredit.
Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh sektor utama di Sulawesi Barat. Peningkatan kredit sektor
perdagangan sebagai sektor dengan pangsa kredit terbesar menjadi pendorong utama peningkatan kredit di Sulawesi
Barat. Pertumbuhan kredit sektor perdagangan meningkat sebesar 1,97% (yoy) pada triwulan laporan dari sebelumnya
sebesar -3,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sektor industri pengolahan juga tercatat mengalami peningkatan sebesar
21,72% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,80% (yoy). Sejalan dengan sektor perdagangan dan
pengolahan sektor pertanian juga turut mengalami peningkatan sebesar 25,37% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang
tercatat 18,70% (yoy).
Secara umum, pertumbuhan kredit Sulawesi Barat terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor Konstruksi yang
melambat sebesar -23,12% (yoy) dan Sektor Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar -21.19% (yoy).
Selain kedua sektor tersebut, seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang positif, dengan pertumbuhan paling tinggi
disumbang dari Sektor Listrik, Gas dan Air sebesar 72.36% (yoy), disusul oleh sektor Pertambangan sebesar 40.99% (yoy)
dan dilanjutkan oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 21.72% (yoy).
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di
Provinsi Sulawesi Barat
Grafik 3.8 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor
di Provinsi Sulawesi Barat
Ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit terjadi di seluruh sektor, mulai dari pertumbuhan kredit
Modal Kerja, Investasi hingga Konsumsi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan yang paling tinggi berasal dari kredit Investasi yaitu sebesar 22,88% (yoy) setelah tumbuh sebesar 11.56%
(yoy) pada triwulan III, disusul oleh Konsumsi sebesar 8,56% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 7.60% (yoy)
dan terakhir adalah kredit Modal Kerja sebesar 1.25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -3.64% (yoy). Meski secara yoy pertumbuhan yang paling besar berasal dari pertumbuhan
kredit Investasi, namun pangsa kredit yang paling besar pada laporan berjalan, masih bersumber dari sisi kredit Konsumsi
yaitu sebesar 56.65% dari total kredit keseluruhan, sehingga secara umum pangsa kredit Konsumsi merupakan
penyumbang utama pertumbuhan kredit pada triwulan berjalan. Hal lainnya yang dapat dilaporkan adalah, meski
pertumbuhan kredit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang positif namun jika dilihat
secara trend, pertumbuhan kredit selama 5 tahun dari tahun 2011 hingga 2015 berada pada trend yang menurun,
diakibatkan adanya kebijakan penyaluran kredit perbankan.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 39
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di
Provinsi Sulawesi Barat
Grafik 3.10 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan
Penggunaan di Prov. Sulawesi Barat (yoy)
3.2.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum
Secara umum, suku bunga simpanan di bank umum mengalami penurunan pada triwulan laporan. Suku bunga deposito
secara keseluruhan mengalami penurunan dan tercatat berada pada angka 6,78% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 7,38%. Suku bunga giro juga mengalami penurunan di triwulan laporan sebesar 1,93%, dari triwulan
sebelumnya sebesar 2,70%. Satu-satunya suku bunga simpanan yang tercatat mengalami kenaikan berasal dari simpanan
berjenis tabungan yang tercatat sebesar 1,68% dari sebelumnya sebesar 1,61% pada triwulan sebelumnya.
Penurunan suku bunga deposito didorong oleh penurunan suku bunga pada hampir seluruh tenor, kecuali untuk tenor 12
bulan yang mengalami kenaikan dari 7,55% pada triwulan lalu menjadi 7,62% pada triwulan laporan. Penurunan suku bunga
simpanan di bank umum mempengaruhi jumlah DPK pada triwulan laporan
Grafik 3.11 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di
Prov. Sulawesi Barat (yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum di
Sulawesi Barat (yoy)
Grafik 3.13 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Sulawesi
Barat (yoy)
Sementara itu, suku bunga pinjaman berdasarkan penggunaan secara umum mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit Modal Kerja tercatat sebesar 13,84%, atau
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14.17%. Demikian pula halnya dengan kredit
Investasi yang mengalami penurunan suku bunga menjadi sebesar 14,14% dari 14.47% pada triwulan sebelumnya. Di sisi
lain, kenaikan suku bunga terjadi pada kredit Konsumsi, menjadi sebesar 14.68% dari 14.51% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan sektor utama, suku bunga pinjaman pada triwulan laporan juga mengalami penurunan. Suku bunga kredit
sektor Perdagangan Besar dan Eceran pada triwulan pelaporan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yakni tercatat sebesar 13.93% dari 14.26% pada triwulan sebelumnya. Kredit sektor Industri Pengolahan juga
mengalami penurunan suku bunga, tercatat sebesar 13.47% dari 14.13% pada triwulan sebelumnya. Suku bunga kredit
Pertanian juga mengalami penurunan dari sebelumnya tercatat sebesar 14.10% pada triwulan sebelumnya menjadi 13.70%
pada triwulan pelaporan.
3.2.5 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Kualitas kredit mengalami perbaikan pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Non-Performing
Loan (NPL) sebagai indikator kualitas kredit yang disalurkan perbankan pada periode laporan tercatat sebesar 1,61% atau
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2.17%. Tingkat NPL kredit Sulawesi
Barat juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tingkat NPL nasional yang tercatat sebesar 2,53%.
Secara umum, penurunan NPL perbankan Sulawesi Barat pada triwulan laporan didorong oleh perbaikan NPL pada
seluruh sektor kredit. Pada triwulan laporan, kualitas kredit Modal Kerja mengalami perbaikan kredit sebesar 2,99% dari
sebelumnya sebesar 4,54% pada triwulan sebelumnya. Kredit Investasi dan Konsumsi juga mengalami perbaikan NPL yang
tercermin dari rasionya yang masing-masing tercatat menjadi 2,62% dan 0,63% dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 3,14% dan 0,67%.
Jika dilihat lebih jauh, perbaikan kualitas kredit pada laporan triwulan berjalan disumbang dari membaiknya tingkat
pengembalian kredit sektor swasta lembaga keuangan non-bank dan sektor swasta bukan lembaga keuangan yang masing-
masing NPL-nya tercatat sebesar 0% dan 1,54%.
Meski secara umum tingkat NPL Sulawesi Barat pada triwulan laporan membaik, namun pada triwulan laporan masih
terdapat beberapa sektor ekonomi yang tingkat pengembalian kreditnya masih belum baik. Sektor ekonomi tersebut antara
lain adalah sektor Pertambangan dengan tingkat NPL sebesar 25.23%, Konstruksi dengan tingkat NPL 6.19% dan sektor real
estate dengan tingkat NPL sebesar 3.86%.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 41
Grafik 3.14 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Penggunaan di
Sulawesi Barat (yoy)
Grafik 3.15 Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektor di Sulawesi
Barat (yoy)
3.2.6 Perkembangan Kredit dan Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pola pergerakan laju kredit tahunan terlihat searah dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi lapangan
usaha utama Sulawesi Barat. Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha utama Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015
mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan lalu. Hal tersebut sejalan pula dengan laju kredit tahunan lapangan
usaha utama Sulawesi Barat yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor usaha Pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 6,3% (yoy) dari triwulan sebelumnya
sebesar 5.3% (yoy). peningkatan pertumbuhan tersebut tercermin pula dari peningkatan kreditnya yang tercatat sebesar
20,64% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 14.14% (yoy).
Sektor usaha Industri Pengolahan pada triwulan laporan juga tercatat mengalami pertumbuhan positif sebesar 4.6% (yoy)
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sempat mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1.00% (yoy). Pertumbuhan
positif pada sektor Industri Pengolahan dimaksud tercermin pula melalui pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor
tersebut dengan nilai sebesar 21,72% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang sebesar 15,53% (yoy).
Grafik 3.16 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan NPL Ind. Pertanian di
Sulawesi Barat (yoy)
Grafik 3.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan NPL Ind. Pengolahan
di Sulawesi Barat (yoy)
Di sisi lain, sektor utama Sulawesi Barat lainnya yang tercatat mengalami pertumbuhan positif cukup tinggi adalah sektor
Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 8,1% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,7% (yoy). namun
pertumbuhan positif sektor tersebut ternyata tidak diimbangi oleh pertumbuhan kredit yang positif karena pada triwulan
laporan, kredit pada sektor ini tercatat hanya sebesar -0,76% (yoy), hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,06% (yoy).
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Sementara itu, perkembangan risiko kredit dan pertumbuhan lapangan usaha ekonomi utama Sulawesi Barat
menunjukkan tren yang berlawanan arah. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada sektor utama
Sulawesi Barat yang diiringi dengan peningkatan pemberian kredit dari perbankan, risiko kegagalan pembayaran kredit
pada sektor-sektor dimaksud tercatat menurun. Bauran kebijakan yang terintegrasi antara kebijakan moneter, stabilitas
system keuangan dan system pembayaran diharapkan dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan kredit dengan positif
dengan tetap menjaga tingkat NPL pada kisaran angka yang rendah.
3.3. Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan industri perbankan syariah pada triwulan laporan di Sulawesi Barat menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski masih mencatatkan pertumbuhan yang negatif, pertumbuhan asset
perbankan syariah secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan yang membaik menjadi -15,72% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar -17,64% (yoy). Jika dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di Sulawesi seperti
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan KTI, secara keseluruhan pertumbuhan asset perbankan syariah di
Sulawesi Barat adalah pertumbuhan yang paling rendah, dengan pertumbuhan masing-masing wilayah adalah sebesar
18,11% (yoy), 12,28% (yoy), -8,64% (yoy) dan 9,09% (yoy).
Grafik 3.19 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah
Beberapa Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Grafik 3.20 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan NPL Ind. Pengolahan
di Sulawesi Barat (yoy)
Sejalan dengan pertumbuhan asset perbankan syariah, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah juga
meningkat. Pada triwulan laporan, pembiayaan tumbuh sebesar -25,90% (yoy) membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar -29,02% (yoy). Sama halnya dengan pertumbuhan asset perbankan syariah di Sulawesi Barat,
pertumbuhan pembiayan ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan syariah di beberapa
Grafik 3.18 Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di Prov.
Sulawesi Barat (yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 43
wilayah Sulawesi lain. Pada triwulan laporan, pertumbuhan pembiayaan syariah di Sulawesi Selatan tercatat sebesar
10,56% (yoy), Sulawesi Tengah -1,95 (yoy), Sulawesi Utara -9,51% (yoy), dan KTI secara keseluruhan adalah 4,92% (yoy).
Pertumbuhan DPK perbankan Syariah Sulawesi Bara mencatatkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. DPK
tumbuh sebesar 10,75% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,37% (yoy). Laju
pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan wilayah KTI yang tercatat sebesar 9,09% (yoy).
Sementara itu, angka Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan ke level
98,80% dari 141,47% pada triwulan sebelumnya. Pencapaian hal tersebut, tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
beberapa wilayah Sulawesi dan KTI secara keseluruhan. Pada triwulan laporan FDR Sulawesi Selatan adalah sebesar
147,53%, Sulawesi Tengah sebesar 123,02%, Sulawesi Utara sebesar 177,92% dan wilayah KTI sebesar 123,31%.
Grafik 3.20 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah
Beberapa Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Grafik 3.21 Perbandingan Laju Pertumbuhan FDR Perbankan Syariah
Beberapa Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Pada triwulan laporan, jumlah jaringan kantor bank syariah masih belum mengalami perubahan dari triwulan dan tahun-
tahun sebelumnya, yakni sebanyak 3 unit dengan komposisi 2 bank umum dan 1 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) syariah.
3.4. Perkembangan Kredit Umkm
Peran Perbankan dalam pembiayaan UMKM di Sulawesi Barat pada triwulan laporan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit UMKM Sulawesi Barat tercatat tumbuh sebesar 5,98% (yoy), atau
meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,46% (yoy). sementara itu, risiko kredit
pada sektor UMKM mengalami perbaikan. NPL kredit UMKM di Sulawesi Barat pada periode laporan tercatat sebesar
2,88%, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,22%.
Pangsa kredit perbankan Sulawesi Barat terhadap UMKM pada triwulan laporan tidak jauh berbeda dengan triwulan
sebelumnya yaitu sebesar 43% dari total kredit yang diberikan dari sebelumnya 42% pada triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan pola kredit umum, penyaluran kredit UMKM mayoritas ditujukan kepada sektor Perdagangan Besar dan
Eceran (68,28%), diikuti sektor Pertanian (15,64%) dan sekor konstruksi (1,50%).
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.23 Pertumbuhan Risiko Kredit UMKM Berdasarkan Sektor di
Sulawesi Barat (yoy)
Penurunan risiko kredit UMKM pada triwulan laporan, berbanding terbalik dengan peningkatan kredit UMKM yang
disalurkan. Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan NPL pada sektor utama Sulawesi Barat. Pada triwulan
laporan, NPL sektor Pertanian tercatat sebesar 1,16%, setelah sebelumnya berada pada angka 1,25% pada triwulan
sebelumnya. NPL kredit sektor Industri Pengolahan juga mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,15% menjadi 1,90% pada triwulan laporan. Sementara itu meski tingkat NPL sektor Perdagangan Besar dan Eceran
tercatat masih cukup tinggi, pada triwulan laporan juga mengalami penurunan menjadi 3,33% dari sebelumnya sebesar
5,10% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan penggunaannya, kredit yang disalurkan pada sektor UMKM mayoritas berupa kredit Modal Kerja dengan porsi
sebesar 74,77% dari total kredit UMKM. Sementara itu, kredit UMKM yang disalurkan untuk investasi tercatat sebesar
25,23% dari total kredit UMKM.
Pertumbuhan kredit Modal Kerja tercatat sebesar 1,31% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar -3,73% (yoy). sementara itu, kredit UMKM untuk investasi meningkat pesat dibandingkan triwulan sebelumnya dan
tercatat sebesar 22,73% (yoy) dari pencapaian triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,76%.
Kredit yang disalurkan ke sektor UMKM pada triwulan laporan untuk masing-masing jenis penggunaan mengalami
penurunan dan menjauhi level indikatif yang ditetapkan yaitu 5%. NPL kredit Modal Kerja menurun menjadi 2,98% dari
sebelumnya sebesar 4,56%. Sementara itu, NPL kredit UMKM yang dipergunakan untuk investasi juga mengalami
penurunan pada triwulan laporan, tercatat NPL yang diperoleh untuk jenis penggunaan ini adalah sebesar 2,57% dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,11%.
3.5. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
Diketahui bahwa sebelum Bank Indonesia di wilayah Sulawesi Barat berdiri, kegiatan operasional bank di wilayah ini tidak
didukung oleh system kliring, mengingat tidak adanya kegiatan Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) terkait dengan tidak
terpenuhinya syarat minimum untuk diadakannya kegiatan PKL. Sejalan dengan kehadiran Bank Indonesia di Sulawesi Barat
yang yang bertujuan untuk mendukung kelancaran system pembayaran di Indonesia, jumlah kliring yang tercatat semenjak
Bank Indonesia di Sulawesi Barat resmi beroperasi pada Oktober 2015 dari bulan ke bulan terus meningkat. Tingginya
partisipasi aktif dari Bank yang berada di wilayah Sulawesi Barat mengindikasikan bahwa kegiatan sistem pembayaran
memberikan kemudahan terhadap kelancaran transaksi ekonomi di wilayah Sulawesi Barat. Sistem Pembayaran yang
diselenggaran oleh Bank Indonesia sepanjang triwulan IV 2015 mampu melayani 319 transaksi dengan nilai
Rp 19,178 milyar.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 45
Grafik 3.24 Perbandingan Laju Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah
Beberapa Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Grafik 3.25 Perbandingan Laju Pertumbuhan FDR Perbankan Syariah
Beberapa Provinsi di Sulawesi dan KTI (yoy)
Aktifitas kliring selama bulan ke bulan pada triwulan IV 2015 terus mengalami peningkatan, baik dari nominal maupun
volume. Pada bulan Oktober 2015, tercatat hanya 1 transaksi kliring dengan nominal yang cukup rendah sebesar Rp.
830.000,-. Angka tersebut kemudian naik pada bulan November 2015 menjadi 43 transaksi dengan nominal yang tercatat
sebesar Rp. 2,015 milyar atau meningkat sebesar 242,69rb% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan
Desember 2015, angka tersebut kemudian meningkat lagi menjadi 275 transaksi dengan nominal sebesar Rp. 17,163 milyar
atau meningkat sebesar 751% (mtm).
Berdasarkan daerah asal pengiriman transaksi SKNBI, Kota Mamuju masih mencatatkan share transaksi kliring terbesar di
Sulawesi Barat pada triwulan laporan, baik dari sisi nominal maupun volume yaitu sebesar 61% dan 51%. Daerah kedua
yang mencatatkan share terbesar adalah Kab. Majene dengan nominal sebesar 36% dari total nominal dan volume sebesar
48% dari total volume kliring.
Grafik 3.26 Pangsa Share Transaksi Kliring Kab. Sulawesi Grafik 3.27 Pangsa Share Peruntukan Kliring
Perputaran kliring Sulawesi Barat pada triwulan laporan masih didominasi oleh transaksi kliring kredit, dengan share
sebesar 48,33%, disusul oleh kliring debet penyerahan dengan share sebesar 42,24% dan terakhir adalah kliring debet
pengembalian dengan share sebesar 8,33%. Jika dilihat lebih jauh, kliring debet penyerahan di dominasi oleh cek dengan
share sebesar 21,68%, disusul kemudian oleh bilyet giro dengan share sebesar 20,56%. Adapun untuk kliring debet
pengembalian didominasi oleh cek kosong dengan share sebesar 7,41% disusul oleh bilyet giro kosong sebesar 0,71%.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
3.6. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah
Secara umum, perputaran uang kartal di wilayah Sulawesi Barat pada triwulan laporan menunjukkan kondisi net outflow.
Aliran uang kartal (outflow) yang ditarik oleh industri perbankan di Sulawesi Barat tercatat sebesar Rp. 685,91 milyar,
sedangkan aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp. 40,70 milyar. Akibat yang ditimbulkan dari posisi uang kartal
yang keluar dan masuk dari dan/atau ke BI tersebut, maka terjadi net outflow yang cukup besar sebesar Rp. 645, 21 milyar.
Terjadinya net outflow pada triwulan laporan tidak terlepas dari pola siklikal akhir tahun sebagaimana yang banyak terjadi
di wilayah lain Indonesia akibat persiapan perayaan akhir tahun dan natal yang banyak menyebabkan tingginya kebutuhan
perbankan terhadap uang kartal dari Bank Indonesia (outflow) dan mengakibatkan tipisnya net inflow. Tingginya kebutuhan
uang kartal perbankan pada triwulan laporan ini sejalan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat sebesar
8,56% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,60% (yoy).
Secara bulanan, posisi outflow di Sulawesi Barat terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Pada bulan Oktober
2015 tercatat posisi outflow adalah sebesar Rp. 45,79 milyar. Posisi tersebut kemudian meningkat pada bulan November
2015 menjadi sebesar Rp. 172,67 milyar atau mengalami pertumbuhan sebesar 277,12% dari bulan Oktober. Pada bulan
Desember, terjadi peningkatan total outflow secara signifikan dan tercatat sebesar Rp. 420,08 milyar atau meningkat
sebesar 143,29% dari bulan sebelumnya. Di sisi lain, pola pergerakan inflow uang kartal mengalami pergerakan yang
beragam. Pada bulan Oktober 2015 tercatat sebesar Rp. 12,58 milyar. Angka tersebut kemudian menurun pada bulan
November sebesar Rp. 1,50 milyar atau sebesar -88,10% dari bulan sebelumnya. Lalu pada bulan Desember angka tersebut
kembali meningkat dan tercatat sebesar Rp. 26,61 milyar atau mengalami pertumbuhan sebesar 1676,71% dari bulan
November
Grafik 3.27 Nominal Penarikan Uang Kartal Bulanan TW IV Grafik 3.28 Nominal Penarikan Uang Kartal Bulanan TW IV 2015
Pola aliran uang kartal yang terjadi di Sulawesi Barat pada triwulan IV 2015 tidak terlepas dari karakteristik ekonominya
yang masih berbasis sebagai wilayah pengguna dan bukan penghasil produk. Dengan karakteristik terseut, aliran uang kartal
akan banyak dibutuhkan oleh industri perbankan untuk memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, sehingga
mendorong posisi outflow di Sulawesi Barat yang relatif tinggi.
Selain menyediakan layanan penarikan dan penyetoran bagi industri perbankan, dalam rangka menjamin dan
melaksanakan clean money policy Bank Indonesia Sulawesi Barat secara rutin melaksanakan kegiatan layanan kas melalui
kegiatan penukaran bagi masyarakat dan kas keliling baik dalam dan luar kota. Tercatat bahwa hasil penukaran pada
triwulan IV adalah sebesar Rp. 616,27 juta dan pelaksanaan kas keliling sebesar Rp. 11,65 milyar.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 47
Grafik 3.29 Nominal Pelaksanaan Penukaran dan Kas Keliling TW IV
20152015
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 49
4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kinerja perbankan di Sulbar mengalami peningkatan di triwulan II 2015, terutama
untuk aset dan penghimpunan dana. Total aset tumbuh lebih cepat yaitu dari
7,44% (yoy) menjadi 10,03% (yoy) akibat meningkatnya aset Bank Pemerintah. Di
sisi lain, DPK tumbuh signifikan dari 13,67% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi
15,60% (yoy) di periode pelaporan. Baiknya kinerja penghimpunan dana tidak
diimbangi oleh penyaluran kredit. Total kredit tercatat tumbuh 6,37% (yoy) lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,47% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, LDR diakhir triwulan II 2015 mencapai 124,84%
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 133,17%, namun penurunan
LDR tersebut diikuti dengan perbaikan kualitas kredit, sebagaiman tercermin dari
penurunan NPL total kredit dari 3,88% menjadi 3,12%. Angka ini dinilai masih
pada level yang aman (NPLs berada di bawah 5%). Perbaikan kinerja perbankan
juga tercermin pada kinerja sistem pembayaran (RTGS), yang menunjukkan
peningkatantotal nilai transaksi.
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
4.1. Struktur Anggaran
Realisasi anggaran pemerintah Sulawesi Barat mencapai 100%. Pada tahun anggaran 2015, pagu anggaran belanja
keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Sulbar mencapai Rp8,19triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 18%,
APBD Kabupaten/Kota 50%, dan APBN di Sulbar 32% (Grafik 2.1). Dari pagu anggaran tersebut, umumnya realisasi
pendapatan dan belanja akan mengalami peningkatan di penghujung tahun. Secara seasonal, peningkatan realisasi
pendapatan tersebut meningkat secara gradual sesuai dengan jadwal, sementara realisasi belanja akan meningkat
signifikan di triwulan IV, sementara sampai dengan triwulan III realisasi belanja umumnya sekitar 50%.
Grafik 4.1. Struktur Anggaran Keuangan Pemerintah di Sulbar Tahun 2015
Grafik 4.2. Siklus Realisasi Keuangan Pemerintah di Sulbar Tahun 2013-2015
Tahun 2015, realisasi belanja pemerintah tertunda pada awal tahun dan meningkat pesat di penghujung tahun.
Perkembangan realisasi anggaran dan belanja pemerintah Provinsi Sulbar di tahun 2015 memiliki kondisi yang berbeda.
Dimana realisasi pendapatan di tahun 2015 sedikit melambat dibandingkan tahun 2014. Kondisi berbeda pada realisasi
belanja yang mencatat perbaikan kinerja, hingga di akhir tahun 2014 realisasi belanja pemerintah mencapai sekitar 95%,
meningkat dibandingkan 90% pada tahun 2014.
4.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi Sulawesi Barat
4.2.1 Pendapatan
4.2.1.1 Struktur Realisasi Pendapatan
Struktur PAD masih rendah, dengan porsi yang cenderung meningkat. Secara umum, struktur pendapatan daerah Provinsi
Sulawesi Barat masih didominasi oleh dana perimbangan, pada triwulan IV 2015 jumlahnya sebesar Rp991,63 miliar atau
66,96% dari total pendapatan daerah. Sementara porsi pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain, masih
relative rendah. Pada periode laporan, masing-masing porsinya sebesar 18,91% dan 14,13% atau senilai Rp279,99 miliar
dan Rp209,26 miliar. Khusus untuk PAD, meskipun porsinya masih relative kecil, namun stabil menunjukkan tendensi
peningkatan, tercermin dari porsinya pada tahun 2014 yang sedikit lebih rendah, sebesar 18,44%. Peningkatan porsi PAD
mengindikasikan bahwa kemandirian Sulbar dalam dalam hal merealisasikan pendapatannya semakin membaik namun
perlu lebih dipercepat. Percepatan pertumbuhan dan peningkatan PAD sesuai dengan harapan pengembangan daerah,
yaitu meningkatkan kemandirian daerah. Hal ini pun secara tidak langsung mengindikasikan terjadinya peningkatan
aktivitas ekonomi sehingga menghasilkan peerimaan daerah yang lebih besar.
APBD Provinsi
Rp1.504,43 M
(18%)
APBD
Kabupaten/Kota
Rp4.097,22
M (50%)
Anggaran APBN di
SulbarRp2.592,48
M(32%)
2015 28%
52%
77%
98%
29%
53%
80%
102%
29%
51%
81%
100%
8%
33%
46%
88%
13%
32%
56%
90%
12%
28%
54%
95%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Pendapatan Belanja
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 51
Sumber: Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulbar, diolah
Grafik 4.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD
Transfer pemerintah masih dominan dalam APDB Sulbar. Pada triwulan IV 2015 jumlah transfer Pemerintah Pusat yang
tercermin dari DAU dan DAK masing-masing sebesar Rp895,58 dan Rp72,51 miliar. Pangsa DAU didalam dana perimbangan
sangat dominan, mencapai 90,31% atau 60,48% dari total APBD Sulbar . Sementara porsi DAK sebesar 7,31% dari dana
perimbangan atau 4,90% dari total APBD.
4.2.1.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan
Kenaikan penerimaan pajak menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan PAD. Secara nominal, baik perkiraan
pendapatan maupun realisasi pendapatan di tiwulan IV 2015 mengalami peningkatan secara tahunan (yoy). Untuk
perkiraan anggaran, pemerintah menargetkan kenaikan sebesar 6,79% (yoy) menjadi Rp1,48 triliun, sedangkan realisasinya
terjadi peningkatan sebesar 5,08% (yoy), (Tabel 2.1).
Untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD), semua komponen mengalami peningkatan, terbesar pada retribusi daerah yang
meningkat hampir 200% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2015 menjadi Rp10,13 miliar. Sementara pajak daerah yang
memiliki pangsa terbesar dalam PAD, meningkat 15,69% (yoy) atau sebesar Rp30,90 miliar menjadi Rp227,77 miliar.
Sedangkan pendapatan transfer mengalami penurunan, terutama karena pendapatan yang diperoleh dari dana bagi hasil
pajak & bukan pajak menurun drastis, pada triwulan IV 2015 jumlahnya hanya Rp38,20 miliar. Sedangkan DAU dan DAK
yang diperoleh Sulbar mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15,38% (yoy) dan 43,35% (yoy) menjadi sebesar
Rp895,58 miliar dan Rp72,51 miliar.
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah s.d. Triwulan IV 2015 (Rp Juta)
Sumber: Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
0
500
1000
1500
2012 2013 2014 2015
0.16 159.45 209.26
818.
63
919.
5
857.
1
991.
63
140.
40
151.
98
233.
70
279.
99Rp. Miliar
Lain-lain Dana Perimbangan PAD
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
PENDAPATAN 1,390,027.46 1,409,288.70 101.39% 1,484,433.25 1,480,884.83 99.76%
PAD 220,716.06 233,704.91 105.88% 272,790.82 279,992.38 102.64%
Pajak Daerah 175,605.90 196,874.90 112.11% 227,196.52 227,772.11 100.25%
Retribusi Daerah 4,141.80 4,031.25 97.33% 10,126.80 11,881.95 117.33%
1,175.00 1,175.25 100.02% 2,137.00 2,137.22 100.01%
Lain-lain PAD yang sah 35,718.00 21,623.53 60.54% 33,330.50 38,201.10 114.61%
Pendapatan Transfer 1,007,950.28 1,016,145.64 100.81% 1,004,208.79 991,630.61 98.75%
Dana Bagi Hasil Pajak Dan Bukan Pajak 849,334.74 857,098.93 100.91% 36,113.90 23,535.72 65.17%
Dana Alokasi Umum 776,214.00 776,214.12 100.00% 895,580.93 895,580.93 100.00%
Dana Alokasi Khusus 50,585.71 50,585.71 100.00% 72,513.95 72,513.95 100.00%
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 158,615.54 159,046.70 100.27% 205,156.95 206,495.85 100.65%
Dana Penyesuaian 158,615.54 159,046.70 100.27% 205,156.95 206,495.85 100.65%
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2,745.58 391.45 14.26% 2,276.70 2,765.99 121.49%
URAIANTriwulan IV 2014 Triwulan IV 2015
Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
4.2.2 Belanja
4.2.2.1 Struktur Realisasi Belanja
Porsi belanja modal meningkat dengan tendensi pertumbuhan yang menguat . Data pada triwulan IV 2015 mencatat
bahwa belanja modal masih mendominasi dalam komposisi pembelanjaan pemerintah, sebesar Rp1,05 triliun atau 71,45%
dari total. Pangsa belanja operasional tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar
77,94% atau senilai Rp915,20 miliar.
Sementara itu, belanja modal yang mencerminkan pembelanjaan produktif pemerintah, pada periode data menunjukkan
kenaikan pertumbuhan yang pesat, yakni dari 43,30% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 63,25% (yoy) pada triwulan IV
2015. Dengan pertumbuhan tersebut, nilai belanja modal menjadi Rp422,84 miliar atau memiliki porsi sebesar 28,55%.
Selama 3 tahun terakhir, porsi belanja modal secara konsisten menunjukkan peningkatan. Jika pada tahun 2013 porsinya
hanya sebesar 17,27% maka pada tahun 2015 melonjak menjadi 28,55%.
Sumber: Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulbar
Grafik 4.4. Proporsi Realisasi Belanja APBD
4.2.2.2 Perkembangan Realisasi Belanja
Persentase realisasi belanja daerah Sulbar di triwulan IV 2015 meningkat secara tahunan, ditopang oleh tingginya
kenaikan belanja modal, terutama perbaikan jalan, irigasi dan jaringan. Realisasi belanja di triwulan IV 2015 mencapai
Rp1,39 triliun atau 95,17% dari target pengeluaran dalam APBD triwulan IV 2015. Peningkatan pengaluran tersebut
disumbang oleh kenaikan belanja operasional sebesar 8,98% (yoy) menjadi Rp970,39 miliar, belanja modal yang meningkat
58,36% (yoy) menjadi Rp422,84 miliar.
Pada komponen belanja operasional, pangsa terbesar (49,49%) masih berasal dari belanja barang dan jasa sebesar
Rp480,44 miliardiikuti belanja pegawai dan hibah yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 25,24% dan 23,59%.
Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, terbesar pada belanja bantuan social sebesar 22,70% (yo), namun nilainya masih
realtif kecil, hanya sebesar Rp13,65 miliar. Berikutnya belanja barang dan jasa yang mencatat peningkatan sebesar 15,90%
(yoy) menjadi Rp480,44 miliar.
Sementara pada belanja modal, pangsa terbesar masih digunakan untuk pembuatan/perbaikan jalan, irigasi dan jaringan
sebesar 57,62% dan mencatat peningkatan terbesar, yaitu 120,54% (yoy) menjadi sebesar Rp243,66 miliar. Diikuti oleh
pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang tumbuh sebesar 99,01% (yoy) menjadi Rp97,13 miliar. Sementara
pengeluaran untuk pembelian tanah serta peralatan dan mesin mengalami penurunan, masing-masing sebesar 40,61%
(yoy) dan 13,24% (yoy) menjadi sebesar Rp22,67 miliar dan 55,97 miliar. Kendala pembebasan lahan, serta proses
pengadaan barang dan jasa melalui pihak ketiga yang cukup panjang ditengarai menjadi penyebab dari penurunan ini.
732.
17
865.
60
915.
20
1,05
8.04
135.39
180.75
259.01
422.84
0.57
0.27 -
-
33.50
43.30
63.25
18.22
5.73 15.61
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
2012 2013 2014 2015
Blj. Ops dan Trf Blj Modal
Blj Tdk Terduga g Blj. Modal
g Blj. Ops & Transfer
Rp. Miliar
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 53
Tabel 4.2. Realisasi Anggaran Belanja Daerah s.d. Triwulan II 2015 (Rp Juta)
Sumber: Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulbar, diolah
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
BELANJA 1,358,581.00 1,227,422.38 90.35% 1,463,936.96 1,393,230.46 95.17%
Belanja Operasi 988,243.00 890,404.12 90.10% 986,435.15 970,388.61 98.37%
Belanja Pegawai 228,048.08 210,732.94 92.41% 248,936.18 242,122.91 97.26%
Belanja Barang dan Jasa 455,416.29 414,534.05 91.02% 488,151.99 480,439.65 98.42%
Belanja Hibah 249,378.39 211,416.14 84.78% 232,650.82 231,299.01 99.42%
Belanja Bantuan Sosial 12,137.06 11,125.74 91.67% 13,819.86 13,650.74 98.78%
BELANJA MODAL 299,838.00 267,018.26 89.05% 475,838.08 422,841.85 88.86%
Tanah 44,309.00 38,180.08 86.17% 25,213.80 22,674.90 89.93%
Peralatan dan Mesin 77,796.00 67,922.06 87.31% 62,214.99 55,969.12 89.96%
Gedung dan Bangunan 57,916.12 48,805.57 84.27% 108,639.82 97,126.12 89.40%
Jalan, Irigasi dan Jaringan 118,867.96 110,485.53 92.95% 275,847.23 243,661.34 88.33%
Aset Tetap Lainnya 2,102.04 1,625.08 77.31% 3,922.24 3,410.36 86.95%
BELANJA TIDAK TERDUGA 500.00 0.00 0.00% 1,663.73 0.00 0.00%
Belanja tidak terduga 500.00 0.00 0.00% 1,663.73 0.00 0.00%
TRANSFER 70,000.00 70,000.00 100.00% 188,815.85 184,346.21 97.63%
SURPLUS/ DEFISIT -127,168.70 12,819.61 -10.08% -96,691.84 71,627.73 -74.08%
URAIANTriwulan IV 2014 Triwulan IV 2015
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 55
5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Bab 5 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat pada Februari 2015
sebesar 1,81% atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 1,60% (Februari
2014).
Di sisi lain, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, terutama yang
berada di perkotaan. Rasio penduduk miskin sedikit menurun dari 12,2%
September 2013 menjadi 12,1% di September 2014.
Sementara itu, indikator kesejahteraan yang dapat mencerminkan kondisi
kinerja sektor unggulan (pertanian), yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami
peningkatan di triwulan II 2015 dibandingkan dengan triwulan I 2015. Selain
itu, terjadi peningkatan UMP 2015 yang relatif tinggi mencapai 18,2%
menjadi Rp1,66 juta.
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
5.1. Tenaga Kerja
Pasokan tenaga kerja Sulawesi barat yang tersedia pada triwulan laporan mengalami peningkatan, tercermin dari jumlah
penduduk usia kerja Sulawesi barat pada Agustus 2015 yang mengalami peningkatan dibandingkan Agustus 2014. Pada
Agustus 2015 jumlah penduduk usia kerja sebesar 956.333 orang, atau meningkat sebesar 11,69% dibandingkan dengan
Agustus 2014 yang berjumlah 856.240 orang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa terdapat potensi tenaga kerja di Sulawesi
Barat dalam hal kuantitas penduduk usia produktif yang cukup besar.
Sementara itu, pada periode laporan terjadi penurunan pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Sulawesi Barat, terlihat dari
menurunnya jumlah angkatan kerja sebesar 1.33% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 yang tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 8,93%. Penurunan jumlah angkatan kerja disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk usia produktif yang masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja. Pada periode laporan, jumlah penduduk
bekerja juga mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 0,02% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,23%
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (ribu orang)
Sejalan dengan meningkatnya perekonomian daerah di triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
tingkat pengangguran Sulawesi barat per Agusutus 2015 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang
sama tahun lalu. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah pengangguran pada data Agustus 2015 dibandingkan data pada
periode yang sama tahun lalu.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada triwulan laporan mengalami penurunan. TPAK, yang mengindikasikan besarnya
persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada
tahun lalu. TPAK pada Agustus 2015 tercatat sebesar 64,47% turun dibandingkan dengan periode data Agustus 2014 yang
tercata sebesar 71,06%.
Sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Barat. Berdasarkan periode
data Agustus 2015, tercatat bahwa sebesar 348.780 orang atau setara dengan 59% dari total penduduk yang bekerja di
Sulawesi Barat bekerja di sektor pertanian. Lapangan usaha kedua yang mendominasi lapangan pekerjaan adalah jasa
kemayarakatan yang menyerap 14% atau sebesar 86.270 orang dari total penduduk yang bekerja. Sementara industri
perdagangan menyerap 10% dari total penduduk yang bekerja atau 10.800 orang dari total penduduk yang bekerja.
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 57
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sektor pekerjaan yang dominan berdasarkan data Agustus 2015 adalah sektor informal dengan jumlah tenaga kerja
mencapai 73,70% dari total penduduk yang bekerja atau menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 73,2%, dan sisanya yaitu sebesar 26,3% bekerja di sektor formal yang juga mengalami penurunan jika dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 26,8%.
Jenis pekerjaan yang dominan adalah kelompok pekerja tak dibayar dengan total pekerja mencapai 149.000 orang. Jumlah
tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode yang sama yang mencapai angka pekerja sebesar
152.500 atau menurun sebesar -0,02%. Jenis pekerjaan kedua terbesar lainnya adalah kelompok buruh/karyawan dengan
jumlah pekerja sebesar 139.700 orang yang mengalami penurunan sebesar -0,05% dari periode yang sama di tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 147,800 orang.
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Kualitas pendidikan penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Berdasarkan data Agustus 2015, penyerapan
tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah dengan porsi
sebesar 55% dari total penduduk yang bekerja atau sebesar 326.700 ribu orang. Angka tersebut menurun dari periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 56% atau sebesar 333.500. Di sisi lain, pekerja berpendidikan tinggi hanya
mencakup kurang dari 10% persen yaitu 7,6% atau sebesar 38.800 orang. Angka tersebut mengalami penurunan dari
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 7,7% atau sebesar 46.100 orang.
SEKTOR EKONOMI
Berusaha Sendiri 87.7 95.7 131.0 114.8
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 143.1 148.5 155.2 138.5
Berusaha dibantu buruh tetap 15.7 12.0 14.8 17.1
Buruh/Karyawan 164.0 147.8 140.6 139.7
Pekerja Bebas di Pertanian 19.2 21.7 28.1 20.8
Pekerja Bebas di Non Pertanian 14.9 17.6 17.4 15.9
Pekerja Tak Dibayar 146.4 152.5 149.0 149.0
JUMLAH TENAGA KERJA 591.1 595.8 636.0 595.9
SEKTOR FORMAL 30.4% 26.8% 24.4% 26.3%
SEKTOR INFORMAL 69.6% 73.2% 75.6% 73.7%
STATUS PEKERJAAN UTAMA
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Tabel 5.4 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan
5.2. Pengangguran
Berdasarkan data Agustus 2015, angka pengangguran mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu. Pertumbuhan jumlah pengangguran pada Agustus 2015 tercatat sebesar 63,21% atau meningkat dari
pertumbuhan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar -3,71%. Sejalan dengan hal tersebut, dilihat
dari indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat mengalami peningkatan sebesar 3,35% dari periode yang
sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,08%.
5.3. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Peningkatan NTP mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan petani dengan meningkatnya daya beli petani di pedesaan.
Hal ini tercermin dari indeks yang diterima oleh petani naik lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar oleh
petani. Peningkatan NTP ini disebabkan oleh peningkatan seluruh subsector pertanian, mulai dari tanaman pangan hingga
perikanan budaya dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu secara tahunan.
Secara tahunan peningkatan NTP terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 11.55% atau menjadi 103,67
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya secara tahunan yang tercatat sebesar 99.70. Selain itu
peningkatan yang secara tahunan meningkat cukup signifikan juga terjadi pada subsector perikanan tangkap yang
meningkat sebesar 7,65% atau menjadi 100.55 dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,87%.
Sementara itu, peningkatan tahunan NTP secara terbatas dialami oleh subsector hortikultura yang meningkat sedikit
menjadi -1,46% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -3,83%.
Feb Agust Feb Agust
SD ke bawah 333.9 333.5 390.4 326.7
SMP 83.8 92.1 89.8 90.0
SMA 90.4 77.0 64.0 84.6
SMK 33.3 31.2 38.1 33.3
Diploma 14.3 16.0 15.0 15.8
Universitas 35.3 46.1 38.8 45.4
TOTAL 591.1 595.8 636.0 595.9
2014 2015TINGKAT
PENDIDIKAN
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 59
Sumber BPS Prov Sulbar Sumber BPS Prov. Sulbar
Grafik 5.1. Tabel 5.1 NTP Sulawesi Barat dan Komponen Penyusunnya
Tabel 5.2 NTP Berdasarkan Subsektor
Meski secara umum indeks terima petani pada triwulan laporan secara tahunan mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi di bandingkan triwulan sebelumnya, namun beberapa subkelompok indeks terima petani mengalami
pertumbuhan menurun. Apabila dibandingkan secara tahunan dengan triwulan III 2015, peningkatan indeks terima hanya
terjadi pada subsector tanaman pangan dan hortikultura yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 14,46%
dan 0,52%. Adapun indeks terima subsector lainnya selain kedua indeks terima subsector yang telah disebutkan,tercatat
mengalami penurunan. Indeks terima subsektor terbesar yang mengalami penurunan terbesar adalah subsector perikanan
budaya yang secara tahunan pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,18% atau menjadi 112,56 dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 113,86. Indeks terima Subsector lainnya pada triwulan laporan yang secara tahunan
tercatat mengalami penurunan adalah subsector peternakan yang tercatat menurun sebesar 5,62% atau menjadi 118.52
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 119,05. Penurunan indeks yang diterima petani tersebut disebabkan oleh
penurunan harga komoditas-komoditas tersebut.
Sumber BPS Prov Sulbar Sumber BPS Prov. Sulbar
Tabel 5.3 Indeks yang Diterima Subsektor Prov. Sulawesi Barat
Tabel 5.4 Indeks yang Dibayar Subsektor Prov. Sulawesi Barat
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
5.4. Nilai Tukar Petani5
Angka kemiskinan Sulawesi Barat berdasarkan data September 2015 mengalami penurunan bila dibandingkan periode
Maret 2015. Tingkat kemiskinan Sulawesi Barat per September 2015 tercatat sebanyak 153.210 jiwa atau sebanyak 11,90%
dari jumlah penduduk Sulawesi Barat, menurun dibandingkan dengan periode Maret 2015 yang tercatat sebanyak 160.480
jiwa atau sebanyak 12,40% dari jumlah penduduk Sulawesi Barat. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terutama
didorong oleh penurunan jumlah penduduk miskin yang berada di pedesaan dari 133.090 jiwa pada Maret 2015 menjadi
130.70 jiwa pada bulan September 2015. Jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan pun juga mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan periode Maret 2015 yang tercatat sebesar 27.390 jiwa menjadi 22.510 jiwa.
Secara nasional, angka kemiskinan mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di tingkat nasional mengalami
penurunan sebesar 79.220 jiwa dibandingkan Maret 2015 menjadi 28.513.570 atau sebesar 11,13% dari total penduduk
Indonesia. Provinsi Sulawesi Barat menyumbang 0,54% dari total penduduk miskin nasional.
Dibandingkan dengan kondisi di bulan September 2014, angka kemiskinan Sulawesi Barat mengalami penurunan yang
terutama didorong oleh penduduk miskin di wilayah perkotaan, sedangkan penduduk yang berada di desa tercatat
mengalami peningkatan. Apabila dibandingkan dengan periode September 2014 jumlah penduduk miskin di perkotaan
turun sebesar -24.64% atau setara dengan penurunan sebesar 736.000 jiwa, sedangkan penduduk miskin di wilayah
pedesaan meningkat sebesar 4,71% atau setara dengan peningkatan sebesar 5.880 jiwa.
Garis kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam satu tahun terakhir garis kemiskinan kota dan desa meningkat
sebesar 5,96% dari Rp. 261.881,- perkapita/bulan pada Maret 2015 menjadi Rp. 277.479,- perkapita/bulan pada September
2015.
5NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 61
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 62
6. PROSPEK PEREKONOMIAN
Bab 6 Prospek Perekonomian
Perekonomian Sulbar pada triwulan I 2016 dan untuk keseluruhan tahun
2016, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10,2% -
12,1% (yoy) dan 7,9% - 8,8% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Sulbar triwulan I 2016 tersebut diperkirakan relatif
meningkat dibanding triwulan sebelumnya (8,72%; yoy). Di sisi permintaan,
daya beli dan permintaan akan meningkat seiring pelaksanan musim panen
pada triwulan I 2016.
Konsumsi pemerintah dan investasi diperkirakan juga meningkat seiring
dengan percepatan realisasi anggaran dan secara tahunan diperkirakan
tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2015. Di sisi penawaran, Sektor Pertanian
masih menjadi motor perekonomian, yang akan memberikan manfaat pada
perkembangan sektor Industri dan perdagangan. Sektor Jasa-Jasa juga
menunjukkan peningkatan.
Dengan mengsumsikan harga minyak masih stabil, maka tekanan inflasi
pada tahun 2016 diperkirakan melemah, menjadi sekitar 4 + 1, masih
dalam range target inflasi nasional. Peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Sulbar menjadi strategis, untuk mendukung pencapaian target inflasi
tersebut.
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 63
6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulbar pada triwulan I 2016 diprakirakan mengalami perbaikan kinerja, pada kisaran 9%-12% (yoy).
Ekonomi Sulbar pada triwulan I 2016 diperkirakan kinerjanya membaik, hal ini didukung oleh pelaksanaan musim panen
yang terjadi pada triwulan mendatang, ditopang pula dengan peningkatan produksi ikan tangkap. Peningkatan produksi di
sektor pertanian akan mendorong kegiatan ekspor dan impor. Faktor pendorong lainnya adalah percepatan ralisasi
anggaran pemerintah yang dimulai sejak awal tahun 2016.
6.1.1 Prospek Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, perekonomian akan ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi
terutama pada konsumsi rumah tangga dan lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), akan mengalami
peningkatan yang didorong oleh pelaksanaan musim panen yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret. Hal tersebut
akan mendukung tejadinya peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. Disamping konsumsi rumah tangga,
konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga pun turut mengalami kenaikan.
Peningkatan juga terjadi pada realisasi anggaran pemerintah yang diperkirakan akan dimulai pada awal tahun, sehingga
diperkirakan pertumbuhan konsumsi pemerintah akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sebagian konsumsi pemerintah tersebut diperkirakan akan ditempatkan dalam bentuk belanja modal
(investasi), untuk melanjutkan kegiatan pembangunan infrastruktur pada tahun 2015. Perdagangan luar negeri masih akan
mengalami pertumbuhan negatif, meskipun harga CPO dunia mulai membaik. Hal ini lebih dipengaruhi oleh base effect
pertumbuhan pada triwulan I 2015 yang cukup tinggi.
Prospek pembangunan infrastruktur Sulbar pada tahun 2016 cukup cerah dengan banyaknya proyek infrastruktur yang
akan dilakukan. Hal ini mengacu kepada kegiatan FGD yang dilakukan dengan Bappeda dan Dinas Perhubungan.
1. Untuk lebih meningkatkan aktivitas dan kenyamanan tansportasi udara, akan dilakukan pemindahan terminal bandara
tampa padang ke arah tepi laut.
Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulbar dan Proyeksinya
Grafik 6.2. Harga Internasional CPO
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
I 2
01
3
II 2
01
3
III
20
13
IV 2
01
3
I 2
01
4
II 2
01
4
III
20
14
IV 2
01
4
I 2
01
5
II 2
01
5
III
20
15
IV 2
01
5
I 2
01
6
2013: 6,93 %
2014: 8,88 %
2015: 7,37 % 2016: 8,45 %
% (yoy)
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0.0
200.0
400.0
600.0
800.0
1,000.0
1,200.0
1,400.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015
%, yoy$/mt
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN
64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
2. Pembangunan jalan arteri bandara Tampa Padang – Kantor Gubernur diperkirakan akan selesai di tahun 2016.
3. Perluasan pelabuhan Belang-belang dan perbaikan akses jalan menuju kesana, berupa tingkat kecuraman jalan yang
akan dipangkas dan pada beberapa titik aka nada pelebaran jalan.
4. Pembangunan Maloe Town Square masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2016 dan adanya pembangunan hotel di
sekitar wilayah Gubernuran.
5. Relatif banyaknya perbaikan jalan dan bendungan yang akan dilakukan di tahun 2016
Sumber BPS Prov Sulbar Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Sulbar
Tabel 6.3 Tingkat Hunian Kamar Hotel Tabel 6.4 Perkiraan Belanja Fiskal Daerah
6.1.2 Prospek Sisi Penawaran
Pertumbuhan sektor pertanian berdampak positif terhadap industri pengolahan dan perdagangan. Konfirmasi dengan
Dinas Pertanian mengindikasikan bahwa akan terjadi panen raya pada beberapa wilayah, disamping akan ada pencetakan
sawah baru. Ekstensifikasi pertanian tersebut akan diikuti dengan peningkatan produktivitas. Pada sisi perkebunan,
peningkatan harga CPO internasional serta jumlah produksi coklat yang cenderung meningkat, menjadi salah satu faktor
pendorong ekspansi di lapangan usaha pertanian.
Sumber BPS Prov Sulbar, diolah Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah Sulbar, diolah Tabel 6.5 Perkembangan Produksi Padi Tabel 6.6 Perkembangan Produksi Jagung
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0.30
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015
% (
yo
y)
Ora
ng
pe
r K
am
ar
GPR HotelGPR Akomodasi LainnyagGPR Hotel
8%
33%
46%
88%
13%
32%
56%
90%
12%
28%
54%
95%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Produksi Padi g Produksi Padi (yoy) - RHS
000 ton % (yoy)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Jagung g Produksi Jagung (RHS)
000 Ton % (yoy)
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 65
Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan I 2016. Industri pengolahan yang berbasis
pertanian, akan turut mengalami peningkatan. Kondisi ini diindikasikan dengan telah dilakukannya pembangunan rice
milling unit di wilayah Kalukku, begitu juga pembangunan pabrik pengolahan coklat, serta membaiknya harga CPO di pasar
internasional yang cenderung meningkat sejak awal tahun 2016, setelah sempat mengalami penurunan pada tahun 2015.
Pada triwulan I 2016, sektor Jasa-jasa (terutama administrasi pemerintahan) diprakirakan tumbuh tinggi, seiring dengan
penerimaan PNS pada tahun 2016. Perkembangan sektor formal akan menunjukkan perkembangan menggembirakan
seiring dengan penerimaan pegawai negeri sipil, setelah sempat vacuum dalam beberapa tahun belakangan ini. Disamping
itu, pemberian gaji ke 13 dan 14 kepada PNS akan memberikan nilai tambah kepada sektor ini.
6.2. Prospek Inflasi
Dengan asumsi harga BBM masih stabil, maka laju inflasi Sulbar tahun 2015 diperkirakan melambat dibanding tahun
lalu, dalam rentang 4,0%±1% (yoy). Mencermati potensi kenaikan inflasi terkait perkembangan harga BBM, Bank Indonesia
melakukan bauran kebijakan untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi kenaikan BBM. Dengan
demikian dampak kenaikan BBM (jika terjadi) dapat temporer kenaikan BBM dapt lebih singkat masanya. Disamping itu,
ditingkatkan intensitas diantara tim TPID, untuk mengidentifikasi ketersediaan pasokan dan hambatan distribusi yang
mungkin terjadi.
Tekanan inflasi volatile food diperkirakan menurun seiring
peningkatan produksi. Peningkatan produksi pangan,
terutama padi yang sedikit mengalami kemunduran akibat
El Nino, diprakirakan mulai memasuki masa panen pada
akhir triwulan I 2016, disamping itu kendala distribusi
akibat cuaca yang sempat menerpa Sulbar pada triwulan IV
2015, akan sedikit berkurang dampaknya. Sebaliknya, El
Nino akan berdampak positif terhadap perikanan tangkap
di Sulbar, dimana plankton akan tumbuh subur. Sehingga
produksi ikan tangkap akan meningkat dan inflasi ikan lebih
terkendali.
Inflasi inti diperkirakan stabil. Secara umum, penurunan BI rate yang berdampak terhadap kemampuan perbankan dan
menyalurkan kredit, diperkirakan akan mendorong terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat. Kebijakan ini diikuti pula
dengan penurunan LTV. Hal ini diharapkan akan berdampak positif terhadap permintaan dan mendorong terjadinya
kenaikan produksi. Namun demikian potensi peningkatan harga diperkirakan masih dalam taraf normal sehingga tidak
memicu kenaikan inflasi yang cukup kuat
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.2. Perkembangan Produksi Kedelai
Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.3. Fan Chart Inflasi Sulawesi Barat
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
1
2
3
4
5
6
7
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Kedelai g Produksi Kedelai (RHS)
000 ton % (yoy)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% yoy
4,91%
3,28%
5,91%
7,89%
5,07%
3,63%
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN
66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Barat
IV Total I Total
Sisi PengeluaranKonsumsi Rumah Tangga 4.22 5.45 4.89 5.36 5.10 6.5 - 8.3 6.5 - 7.6
Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 8.86 7.36 13.80 3.57 (1.40) 14.3 - 16.5 14.8 - 16.1
Konsumsi Pemerintah 6.69 3.15 6.09 11.29 8.81 1.2 - 2.5 25.8 - 28.5
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 14.83 11.68 7.56 8.61 7.38 8.9 - 10.5 6.5 - 7.4
Ekspor Luar Negeri (81.97) (1.62) 14,428.92 (2.70) 44.32 24.2 - 27.3 23.7 - 25.5
Impor Luar Negeri (4.22) 10.94 (36.75) 13.18 8.79 -25.3 - 26.8 -18.7 - 20.2
Sisi Lapangan UsahaPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.32 5.71 5.93 12.01 6.04 11.3 - 12 4.7 - 6.5
Pertambangan dan Penggalian 11.77 10.60 8.04 (1.48) 8.06 0.5 - 1 3.5 - 4.8
Industri Pengolahan 6.79 7.09 35.92 9.82 10.95 26.5 - 28 12.8 - 14.6
Pengadaan Listrik, Gas 17.28 13.15 10.55 13.62 4.05 3.5 - 4.5 10.5 - 11.8
Pengadaan Air 12.40 12.77 6.46 8.82 7.32 7.2 - 9.3 4.5 - 6.5
Konstruksi 7.74 10.09 8.11 7.60 8.84 7.5 - 8.7 11.8 - 12.6
7.71 8.15 7.10 3.01 4.10 9.5 - 111 7.1 - 8.2
Transportasi dan Pergudangan 5.39 6.37 7.39 7.29 7.20 2.0 - 3.0 3.5 - 4.6
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.48 7.61 6.53 6.61 4.69 9.0 - 10.0 5.7 - 6.4
Informasi dan Komunikasi 9.89 11.11 7.20 15.63 10.87 7.5 - 9.2 6.8 - 7.7
Jasa Keuangan 15.53 5.40 3.77 12.46 6.26 5.5 - 7.1 3.9 - 4.7
Real Estate 2.79 4.38 4.14 6.32 5.01 3.0 - 4.8 2.1 - 4.3
Jasa Perusahaan 6.86 7.16 3.01 7.77 7.63 6.2- 7.3 6.5 - 7.4
20.37 7.15 6.16 10.05 12.02 11.5 - 13.5 8.2 - 9.5
Jasa Pendidikan 16.77 6.94 4.02 (0.60) 6.29 8.6 - 10.01 11.7 - 13.4
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16.59 5.63 6.05 (0.29) 6.01 2.9 - 4.3 8.7 - 9.9
Jasa lainnya 9.27 6.72 8.92 8.88 7.14 2.8 - 3.5 11.5 - 13.4
9.25 6.93 8.88 6.33 8.72 10.5 - 12.1 7.9 - 8.8
Inflasi 3.28 5.91 7.89 6.48 5.07 5.3 - 6.3 3.5 - 4.5
Sumber : BPS, diolah
Proyeksi : KPw BI Sulbar
20142015 2016
PDRB
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Pertumbuhan Ekonomi dan
Inflasi Provinsi Sulawesi Barat2012 2013
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 67
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 68
LAMPIRAN
Lampiran
A. Daftar Istilah
Istilah Keterangan
Administered price Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah
Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari
resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk
meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor
Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah
Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas
Balance sheet Neraca
Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan
Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional
Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan
risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-
2018
BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang
Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat
Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar
Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat
menggunakan metodologi yang berbeda
Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank
Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan
Credit Limit Batas kredit
Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi
Crisis management
protocol
Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung
jawab anggota tim itu
Debt ceiling Pagu hutang
Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu Negara
Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi
Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum
Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif
Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral
Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan
LAMPIRAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 69
Istilah Keterangan
Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
nasabah
Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional
Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,
atau non-penting, atau diselamatkan
Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek
Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali
Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian
Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,
dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran
Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah
Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar
keuangan dan industrialisasi
E-money Uang elektronik
Exchange rate pass
through
Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-
negara pengekspor dan pengimpor
External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan
Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga
Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk
bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat
Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiscal
Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap
sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman
Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa
risiko gagal bayar
Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah
pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan
Good corporate
governance
Tata kelola yang baik
Growth-supporting
funding facility
Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan
Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan
Idle money Uang yang tidak terpakai
Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor
Indeks kedalaman
kemiskinan
Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
Indeks keparahan
kemiskinan
Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin
Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas
Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum
Inflasi inti
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi
Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain
LAMPIRAN
70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015
Istilah Keterangan
Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi
Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan
Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan
Investment grade Peringkat layak investasi
Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan
Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealerUtama
Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai
Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas
operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun
M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)
M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)
Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan
Margin Selisih
Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya
Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan
Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang
Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan
Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan tertentu terhadap satu bulan
sebelumnya
Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet
Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara
simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang
Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian
moneter
Pagu hutang / debt
ceiling
Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu
Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi
Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan
Price taker Pengambil harga
Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)
Push factor Faktor pendorong
Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan
pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau
Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan
Second round effect Dampak lanjutan
Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek
Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain
Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya
Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan
pokoknya)
Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang selanjutnya
(diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek
LAMPIRAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan IV 2015
Akselerasi Sektor Pertanian Mendorong Kinerja Ekonomi Sulbar Membaik Di Tahun 2015 71
Istilah Keterangan
Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah
Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun
Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya
Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank
ritel
Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar
Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau
faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional
Yield Imbal hasil
Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya
Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember)
Yuan Mata uang Tiongkok