kajian ekonomi dan keuangan regional - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih...

107
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi” November 2017

Upload: lenhu

Post on 12-Mar-2018

238 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

"Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Melalui Perbaikan Iklim Investasi”

November 2017

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

VISI DAN MISI

i

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan

UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,

stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem

pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka

panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

VISI DAN MISI

ii

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KATA PENGANTAR

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Utara November 2017. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan dan sistem pembayaran di Provinsi Sumatera Utara.

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,2% (yoy) dan berada di atas perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Peningkatan tersebut didukung oleh kegiatan investasi khususnya investasi bangunan yang menunjukkan peningkatan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Masih baiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017.

Mencermati perkembangan indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan stabil atau berada pada rentang 5,1-5,5% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya performa konsumsi khususnya pemerintah di akhir tahun. Sementara itu, kinerja sektor swasta diperkirakan masih positif seiring dengan masih kondusifnya sektor eksternal serta perbaikan harga komoditas perkebunan di awal tahun 2017 yang ikut menopang akselerasi perekonomian.

Potensi perbaikan ekonomi masih terbuka lebar. Perkembangan harga komoditas yang diperkirakan masih stabil dan perbaikan ekonomi dunia yang terus berlanjut diperkirakan menjadi penopang kinerja sektor eksternal. Dampak dari kondisi eksternal yang positif tersebut diharapkan dapat mendorong permintaan domestik yang semakin kuat. Dengan dukungan Pemerintah untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui percepatan reformasi struktural, dapat tercipta perbaikan ekonomi domestik yang berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam KEKR masih belum sepenuhnya sempurna sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari pembaca sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara ini bermanfaat bagi para pembaca.

.

Medan, Agustus 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA Arief Budi Santoso Direktur Eksekutif

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi

TABEL INDIKATOR ....................................................................................................... xii

RINGKASAN UMUM ................................................................................................... xiv

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH .................................................. 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ................................ 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN .......................................................... 3

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ..................................................11

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH .............................................................................. 18

2.1 GAMBARAN UMUM ....................................................................................................19

2.2 APBD PROVINSI SUMATERA UTARA ............................................................................19

2.2.1 REALISASI PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III 2017 .............. 20

2.2.2 ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA .................................................. 22

2.3 APBN PROVINSI SUMATERA UTARA ............................................................................23

2.4 REALISASI APBD KABUPATEN KOTA ............................................................................24

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................................ 26

3.1 KONDISI UMUM ..........................................................................................................27

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL.........................................................30

3.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL .................................................................31

3.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ....................................................32

3.4.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN .................................................................................. 32

3.4.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ....................... 33

3.4.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................... 34

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISI

v

3.4.4 KELOMPOK SANDANG ............................................................................................ 34

3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN .......................................................................................... 34

3.4.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA ........................................... 35

3.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ...............................35

3.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI..................................................................................36

POLA INFLASI KOMODITAS CABAI MERAH ...........................................................................37

POLA INFLASI SUBKELOMPOK PENDIDIKAN .........................................................................39

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN

UMKM ..................................................................................................................... 43

4.1 PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ......45

4.1.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI PROVINSI SUMATERA UTARA ............................... 45

4.1.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA PROVINSI SUMATERA UTARA ...................... 48

4.2 PERKEMBANGAN PERBANKAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA ................................51

4.2.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM ................................................................................. 51

4.2.2 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH ............................................................................... 53

4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM .....................................................54

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH ..................................................................................................................... 57

5.1 GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN ...............................................................58

5.2 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI .............................................................................58

5.2.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS ........................................................................ 58

5.2.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI SKNBI ....................................................................... 58

5.3 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI .....................................................................................59

5.4 PENGELOLAAN KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN .................................................60

5.3.1 PENANGANAN UANG TIDAK ASLI ............................................................................ 60

5.3.2 PENYEDIAAN UANG RUPIAH ................................................................................... 60

5.5 PEMERIKSAAN KEGIATAN PENUKARAN VALUTA ASING .............................................61

5.6 PENGAWASAN KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) ..................62

5.7 PENGAWASAN PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA (PTD) .....................................62

5.8 PROGRAM ELEKTRONIFIKASI ......................................................................................63

5.9 LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD) ..........................................................................64

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISI

vi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN .................................................... 66

6.1 KETENAGAKERJAAN ....................................................................................................67

6.2 KESEJAHTERAAN .........................................................................................................71

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .............................................................. 74

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ..........................................................................75

7.2 PROSPEK INFLASI .........................................................................................................78

7.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH .........................................................79

PROSPEK 2018: DAMPAK PILKADA SERENTAK TERHADAP EKONOMI SUMATERA UTARA ..81

LAMPIRAN ................................................................................................................. 84

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................... 85

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR GRAFIK

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha................................................................................ 3

Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal ...................................................... 3

Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan .......................................................... 4

Grafik 1.4 Survei Konsumen ................................................................................................. 4

Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi ....................................................................................... 4

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi .......................................................................... 5

Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran ...................................................................................... 5

Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................. 5

Grafik 1.10 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) .. 5

Grafik 1.11 Persentase Realisasi APBN Triwulan II 2016 dan 2017 di Sumatera Utara ........ 6

Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda ....................................................................... 6

Grafik 1.14 Penjualan Semen ................................................................................................ 6

Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat ........................................................................................... 7

Grafik 1.13 Kredit Investasi ................................................................................................... 7

Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ......................................... 8

Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ......................................... 8

Grafik 1.19 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama ................................................................ 9

Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO dan Karet ................................................................. 9

Grafik 1.21 Ekspor Karet ....................................................................................................... 9

Grafik 1.22 Ekspor CPO ......................................................................................................... 9

Grafik 1.23 PMI Negara Mitra Dagang Utama ...................................................................... 9

Grafik 1.24 IPI Produk Makanan Indonesia ......................................................................... 10

Grafik 1.25 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut ................................................ 10

Grafik 1.26 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ...................................................... 10

Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengolahan ............................................. 12

Grafik 1.28 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017 .............................................................. 12

Grafik 1.29 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2017 ....................................................... 12

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR GRAFIK

viii

Grafik 1.30 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017 .................................................. 12

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Pertanian ............................................................................ 13

Grafik 1.32 Realisasi NTP Sumatera Utara .......................................................................... 13

Grafik 1.34 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara .............................................. 13

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Perkebunan ........................................................................ 13

Grafik 1.36 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017 .................................................................... 13

Grafik 1.36 Perubahan Inventori ......................................................................................... 14

Grafik 1.39 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................. 14

Grafik 1.40 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................. 14

Grafik 1.41 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE ........................................................ 15

Grafik 1.42 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi ............................................................. 15

Grafik 1.43 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate ................ 15

Grafik 1.44 Penyaluran Kredit Kategori PBE ....................................................................... 16

Grafik 1.45 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara ............................................... 16

Grafik 1.46 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ................................................... 17

Grafik 1.47 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan ............................ 17

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................. 27

Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara ...................................................................... 28

Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan .................................................................... 30

Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah ............................................................ 31

Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi ................................................................................................ 32

Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ....................................................... 32

Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Pertanian ................... 46

Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor Industri Pengolahan .. 46

Grafik 4.3. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap Kegiatan Usaha .......................... 47

Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ................................................... 47

Grafik 4.5. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko Sektor PBE ............................ 47

Grafik 4.6. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara ................................................... 48

Grafik 4.7. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga .............................................. 48

Grafik 4.8. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK.................................................... 48

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR GRAFIK

ix

Grafik 4.9. Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit Rumah Tangga ..................... 49

Grafik 4.10. Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah ......................................................... 49

Grafik 4.11. Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga ......................................... 49

Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ................................................... 50

Grafik 4.13. Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan .................................................. 52

Grafik 4.14. Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan Lapangan Usaha ................... 52

Grafik 4.15. Perkembangan SBT Kredit Per Jenis Penggunaa ............................................. 52

Grafik 4.16. Perkembangan Komponen Aset Perbankan Syariah ....................................... 53

Grafik 4.17. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan ........ 53

Grafik 4.18. Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan Lapangan Usaha .............................. 54

Grafik 4.19. Perkembangan Risiko Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan ................. 54

Grafik 4.20. Perkembangan Kredit UMKM ............................. Error! Bookmark not defined.

Grafik 4.21. Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Lapangan UsahaError! Bookmark

not defined.

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS .......................................................................... 58

Grafik 5.2 Transaksi Outgoing ............................................................................................. 58

Grafik 5.3 Perkembangan Outflow Inflow Uang Kartal....................................................... 59

Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara ........................................................................ 59

Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah ................................................................... 59

Grafik 5.6 Laporan Klarifikasi Upal ...................................................................................... 60

Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT ..................................................... 67

Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor .................................. 67

Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan Pendidikan ............................................. 68

Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus 2011-2017 ..................................... 69

Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2017 ................................................... 70

Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan ........................................................ 70

Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja .......................... 70

Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi .................. 71

Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara ......................................................................................... 71

Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara ....................................................................................... 72

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR GRAFIK

x

Grafik 7.1 Survei Konsumen ................................................................................................ 76

Grafik 7.2 Purchasing Manager Index ................................................................................. 77

Grafik 7.3 Stok Beras BULOG .............................................................................................. 78

Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat ........................................ 78

Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen ........................................................... 79

Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia.............................................................................. 79

Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas .................................................................................. 79

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan .................................................. 3

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ........................................................... 7

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama .......................................................................... 8

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ................................................. 11

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan I 2017 ..... 30

Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ........................................................ 32

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ....................................................................... 32

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau .................... 33

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ........................ 34

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang ................................................................................... 34

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................ 34

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ......................................... 35

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ......................... 35

Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral .................................................. 45

Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilai ............................. 48

Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori .................................... 50

Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Sumatera Utara ............................ 51

Tabel 4.5. Pangsa Kredit Air Bersih berdasarkan Nilai ........................................................ 52

Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah .......................................... 53

Tabel 6.1 5 Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan Tenaga Kerja Terbesar Periode

Agustus 2017 ....................................................................................................................... 68

Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama ................................................................................ 68

Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara ............................................................. 72

Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan Kelompok ...................................... 72

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan ................................................................ 76

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

TABEL INDIKATOR

xii

TABEL INDIKATOR

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

TABEL INDIKATOR

xiii

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

RINGKASAN UMUM

xiv

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan III 2017. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III 2017. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH Peningkatan konsumsi Pemerintah tersebut tercermin pada realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang pada triwulan III 2017 mencapai 56,8%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang masih sebesar ..% terhadap pagu APBD. Namun demikian, realisasi tersebut lebih rendah dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (602,2%). Realisasi tertinggi terjadi pada pos transfer ke Kabupaten/Kota, diikuti oleh Belanja Pegawai. Realisasi yang cukup tinggi juga terjadi pada pos belanja bantuan sosial dan hibah. Sementara belanja modal masih relatif rendah (20,7%). Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi belanja APBD juga masih relatif rendah yang sebesar 49,9%. Di sisi pendapatan, hingga triwulan III 2017, realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara dan APBN di Sumatera Utara relatif terjaga dan lebih tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun 2016. Bahkan, realisasi pendapatan tertinggi terjadi pada pos lainnya pendapatan daerah yang sah yang terealisasi melebihi pagu dan mencapai 131,6%. Sejalan dengan realisasi APBD Provinsi, Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota juga telah terealisasi 66,0%. Kondisi ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mengutamakan pengembalian hasil pendapatan daerah baik dari hasil pajak maupun retribusi kepada kabupaten/kota. ASESMEN INFLASI Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat 3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

RINGKASAN UMUM

xv

Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda, menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2017 menunjukkan net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow sebesar Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai dengan pola historisnya. Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%, namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy).

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan yang cukup baik.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

RINGKASAN UMUM

xvi

PROSPEK PEREKONOMIAN Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2016. Melambatnya perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak 2018. Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun 2017. Kondisi tersebut didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan berlanjut di tahun 2018. Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%. Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices. Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO DAERAH

Ekonomi Sumatera Utara masih tumbuh cukup kuat dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,21% (yoy)

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy). Kondisi tersebut terutama didukung

oleh perbaikan di sisi eksternal dan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi eksternal, ekspor mengalami

peningkatan ditopang oleh ekspor luar negeri yang meningkat signifikan. Membaiknya permintaan global akan

produk ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga mampu mendongkrak nilai

ekspor pada triwulan III 2017. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan

investasi. Di sisi domestik, peningkatan terutama terjadi pada kegiatan investasi khususnya investasi bangunan

sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang on-track. Namun demikian, konsumsi rumah tangga

melambat, selain akibat pergeseran perayaan idul fitri, juga disebabkan oleh penurunan harga komoditas.

Secara sektoral, kondisi yang menggembirakan terjadi pada peningkatan sektor utama khususnya sektor

konstruksi. Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan juga menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III

2017. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian terutama didukung oleh produksi tanaman

perkebunan yang cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Sementara itu, sektor Industri

Pengolahan meski melambat masih tumbuh cukup tinggi. Selain itu, sektor jasa-jasa juga meningkat yang

memberikan dukungan terhadap kinerja sektor utama ekonomi Sumatera Utara tersebut.

ULOS MANGIRING

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

2

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Di triwulan III 2017 Pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara mengalami peningkatan dari

5,11% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,21%

(yoy). Pertumbuhan tersebut di atas

perekonomian Nasional yang tumbuh sebesar

5,09%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara terutama didorong oleh kegiatan

investasi khususnya investasi bangunan yang

menunjukkan peningkatan sejalan dengan

pembangunan infrastruktur strategis yang on-

track. Namun demikian, sesuai dengan pola

seasonalnya konsumsi rumah tangga melambat

pasca puncak konsumsi pada perayaan idul fitri di

triwulan II 2017.

Dari sisi eksternal, ekspor mengalami

peningkatan khususnya ekspor luar negeri yang

meningkat signifikan. Membaiknya permintaan

global akan produk ekspor utama Sumatera

Utara khususnya CPO di tengah penurunan harga

mampu mendongkrak nilai ekspor pada triwulan

III 2017. Ekonomi beberapa mitra dagang seperti

Tiongkok dan Amerika Serikat pada triwulan III

2017 pada umumnya membaik dari perkiraan

semula. Pada triwulan III 2017 perekonomian

Tiongkok dan Amerika Serikat menguat masing-

masing menjadi 6,8% (yoy) dan 3,1% (yoy) dari

6,7% (yoy) dan 2,1% (yoy) pada triwulan II 2017.

Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih

terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan

menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa

daerah mitra dagang utama seperti Aceh,

Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu,

permintaan domestik akan produk makanan dan

minuman juga belum kuat yang tercermin dari

hasil liaison kepada pelaku usaha industri

pengolahan yang menyatakan bahwa

permintaan domestik cenderung menurun yang

disertai dengan menurunnya aktivitas

manufaktur domestik.

Secara sektoral, kinerja 4 sektor utama (sektor

pertanian, industri pengolahan, perdagangan,

dan konstruksi) pada triwulan III 2017 masih

relatif baik. Peningkatan terutama terjadi di

sektor pertanian khususnya subsektor pertanian

pangan dan subsektor perkebunan. Puncak

panen padi dan kelapa sawit yang jatuh pada

triwulan III 2017 telah menopang peningkatan

kinerja kedua subsektor tersebut. Selain itu,

sektor konstruksi juga mengalami peningkatan

didorong oleh masih berlangsungnya proyek-

proyek infrastruktur strategis. Namun demikian,

kinerja industri pengolahan sedikit menurun

merespon harga komoditas CPO dan karet yang

lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

Pada awal Triwulan IV 2017, harga komoditas

perkebunan terutama CPO dan karet

diperkirakan menurun dibandingkan bulan

sebelumnya. Harga CPO bulan Oktober

terkontraksi 1,5% (mtm) atau turun sekitar -

12,3% dibandingkan dengan puncak harga CPO

yang terjadi di awal tahun 2017 atau -3,87%

(yoy). Sementara, harga karet juga mengalami

penurunan sebesar -3,75% (mtm) dibandingkan

bulan September 2017. Namun demikian, harga

karet tersebut masih relatif tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya dimana pada bulan Oktober

2017 masih mengalami kenaikan sebesar 14,35%

(yoy).

Dari sisi permintaan domestik, konsumsi dan

investasi diperkirakan masih akan tumbuh positif

terutama didorong oleh peningkatan realisasi

belanja pemerintah yang terkonsentrasi di

triwulan IV. Sementara itu, permintaan rumah

tangga juga diharapkan akan meningkat seiring

dengan perayaan natal dan tahun baru. Dari sisi

sektoral, produksi komoditas perkebunan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

3

diperkirakan cukup baik sejalan dengan

masuknya periode panen raya (trek) sawit di

tengah kondisi cuaca yang relatif kondusif.

Dengan demikian, perekonomian Sumatera

Utara pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada

pada kisaran 5,1-5,5% (yoy).

Mecermati perkembangan tersebut, secara

keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera

Utara di tahun 2017 diperkirakan melambat

dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut

disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di

triwulan I 2017 akibat belum optimalnya kinerja

sektor pertanian. Sementara itu, permintaan

domestik diperkirakan masih cukup kuat

ditopang oleh kinerja investasi pembangunan

proyek infrastruktur strategis serta terjaganya

daya beli masyarakat seiring dengan rendahnya

risiko tekanan inflasi.

Grafik 1.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha

Ke depan beberapa faktor risiko penghambat

perbaikan ekonomi yang perlu diwaspadai

diantaranya adalah berlanjutnya penurunan

harga komoditas. Penurunan harga tersebut

merupakan disinsentif bagi perbaikan kinerja

ekspor yang selanjutnya akan berdampak pada

konsumsi dan investasi. Hal tersebut tercermin

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang

menunjukkan bahwa terdapat sedikit penurunan

perkiraan kegiatan dunia usaha ke depan.

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi

Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perbaikan ekonomi

Sumatera Utara pada Triwulan III 2017 didorong

oleh meningkatnya kinerja sektor eksternal.

Ekspor mengalami peningkatan khususnya

ekspor luar negeri yang meningkat signifikan.

Mambaiknya permintaan global akan produk

ekspor utama Sumatera Utara khususnya CPO di

tengah penurunan harga mampu mendongkrak

nilai ekspor pada triwulan III 2017. Ekonomi

beberapa mitra dagang seperti Tiongkok dan

Amerika Serikat pada triwulan III 2017 pada

umumnya membaik dari perkiraan semula.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.2 Andil Perekonomian Domestik dan Eksternal

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

4

Sementara itu, permintaan domestik melambat

terutama didorong oleh perlambatan konsumsi

rumah tangga. Namun demikian, investasi

khususnya investasi bangunan menunjukkan

peningkatan sejalan dengan pembangunan

infrastruktur strategis yang on-track.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.3 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

Di sisi permintaan

domestik, konsumsi

rumah tangga

melambat dari 5,2% (yoy) di triwulan sebelumnya

menjadi 4,1% (yoy). Pertumbuhan konsumsi

rumah tangga tersebut lebih rendah dari rata-

ratanya dalam 5 tahun terakhir yang hanya

mencapai 4,9% (yoy). Penurunan tersebut

disebabkan oleh meredanya kegiatan konsumsi

masyarakat pasca puncak konsumsi pada

perayaan idul fitri di triwulan sebelumnya. Selain

itu, di tengah kondisi ekonomi yang belum

sepenuhnya pulih, konsumen rumah tangga

cenderung mengalokasikan peningkatan

pendapatannya untuk kegiatan investasi. Sumber

pendapatan tersebut terindikasi dialokasikan

dalam bentuk tabungan dan deposito, yang

tercermin dari jumlah DPK yang meningkat.

Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2017

meningkat menjadi 10,2% (yoy) dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,7% (yoy).

Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat

pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

dimana pada triwulan III 2017 menunjukkan

kecenderungan pengeluaran untuk konsumsi

menurun sedangkan kecenderungan untuk

menabung meningkat.

Grafik 1.4 Survei Konsumen

Penurunan kinerja konsumi rumah tangga terjadi

diseluruh subsektornya. Penurunan paling tinggi

terjadi pada subsektor makanan dan minuman

dimana pada triwulan III 2017 melambat dari

5,27% (yoy) ditriwulan sebelumnya menjadi

3,81% (yoy). Selain itu, penurunan juga terbesar

juga terjadi pada subsektor konsumsi

transportasi dan komunikasi yang turun menjadi

4,31% (yoy) dari sebelumnya sebesar 5,49%

(yoy). Menurunnya frekuensi terbang beberapa

maskapai penerbangan pasca perayaan Idul Fitri

turut menyumbang penurunan konsumsi

penggunaan jasa transportasi dan komunikasi.

Hal tersebut juga terkonfirmasi dari jumlah

penumpang pesawat terbang yang lebih rendah

dari triwulan sebelumnya.

Penurunan kinerja konsumi tersebut juga

tercermin dari impor barang konsumsi yang

menurun. Pada triwulan III 2017 impor barang

konsumsi menurun dari triwulan sebelumnya

sebesar 40,0% (yoy) menjadi -23,07% (yoy).

Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

5

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi

Namun demikian, masih optimisnya tingkat

konsumsi tercermin dari pertumbuhan kredit

konsumsi yang meningkat dari triwulan

sebelumnya. Kredit konsumsi pada triwulan III

2017 tercatat meningkat menjadi 11,0% dari

sebelumnya sebesar 9,9% (yoy). Selain itu,

optimisme kegiatan konsumsi juga terindikasi

dari Indeks Penjualan Eceran pada triwulan III

yang menunjukkan kenaikan.

Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar

Selain itu, nilai tukar Rupiah secara konsisten

mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan

terus berlanjut memasuki triwulan III 2017.

Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh

Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level

psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas

konsumsinya.

Memasuki awal triwulan IV 2017, potensi

perbaikan tingkat konsumsi rumah tangga mulai

terlihat. Hal tersebut tercermin dari Survei

Konsumen terhadap penghasilan dan kondisi

ekonomi pada triwulan IV 2017 yang cenderung

meningkat. Namun demikian, penurunan harga

komoditas ke depan dapat menghambat

optimisme tingkat pendapatan masyarakat

maupun ketersediaan lapangan pekerjaan ke

depan.

Grafik 1.9 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan

Lapangan Kerja (Survei Konsumen)

Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah

tangga di tahun 2017 diperkirakan meningkat

dibandingkan tahun 2016. Peningkatan daya beli

masyarakat ini ditopang oleh oleh perbaikan

harga komoditas di 2017 yang mendorong

perbaikan penerimaan ekspor. Selain itu,

perbaikan kinerja sektor utama seperti industri

pengolahan dan konstruksi juga menopang

tingkat penerimaan masyarakat dari sisi sektoral.

Di Triwulan III 2017 konsumsi pemerintah

meningkat signifikan menjadi 7,4% (yoy) dari

triwulan sebelumnya 4,6% (yoy). Peningkatan

konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh

realisasi belanja APBD Realisasi belanja APBD

Provinsi Sumatera Utara yang sudah mencapai

mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari

Rp13,0 triliun. Selain itu, peningkatan konsumsi

pemerintah juga tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan rekening pemerintah daerah

dimana pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

6

12,7% (yoy) meningkat dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 8,4% (yoy).

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,

diolah

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III 2016

dan 2017 di Sumatera Utara

Grafik 1.11 Perkembangan Rekening Pemda

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja konsumsi

pemerintah diperkirakan akan meningkat.

Akselerasi belanja pemerintah tersebut didorong

oleh penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah

pusat, pengeluaran belanja barang dan modal

serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur

strategis.

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi

pemerintah diperkiakan akan lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan

belanja APBD 2017 sebesar 31% dibandingkan

2016 dan tidak adanya hambatan dalam

penyaluran DAU dan DAK oleh pemerintah pusat

menjadi pendorong perbaikan tersebut.

Pada triwulan III 2017 kinerja investasi

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Investasi pada triwulan III 2017

tumbuh sebesar 6,2% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,5%

(yoy). Perbaikan kinerja investasi tersebut

didukung oleh kinerja investasi bangunan dan

non bangunan yang meningkat masing-masing

menjadi 6,9% (yoy) dan 2,9% (yoy) dari 5,4% (yoy)

dan 2,0% (yoy) di triwulan II 2017. Peningkatan

investasi bangunan didorong oleh mulai

menggeliatnya investasi swasta disamping

belanja modal pemerintah. Sementara itu,

peningkatan investasi non bangunan ditopang

oleh penjualan mesin dan perlengkapan, serta

parts kendaraan untuk angkutan perkebunan

yang meningkat merespon peningkatan produksi

perkebunan.

Peningkatan kinerja investasi bangunan

tercermin dari peningkatan penjualan semen di

Triwulan III 2017. Penjualan semen mengalami

pertumbuhan yang signifikan sebesar 69,4%

(yoy) dari sebelumnya kontraksi sebesar -11,9%

(yoy). Mulai terealisasinya belanja modal

pemerintah mendorong kinerja investasi

bangunan meningkat di triwulan III 2017.

Grafik 1.12 Penjualan Semen

Sementara itu, salah satu faktor yang mendorong

perbaikan kinerja investasi non bangunan adalah

perbaikan sektor eksternal. Perbaikan kinerja

perekonomian negara mitra dagang utama

menjadi pendorong investasi yang tercermin

pada indikator investasi non-bangunan dari

penjualan alat berat (UT) pada Agustus

meningkat, terutama sektor agrikultur. Hal

tersebut juga terkonfirmasi dari hasil liaison

kepada pelaku usaha di sektor industri

pengolahan yang menyatakan adanya aktivitas

investasi terkait dengan peningkatan kapasitas

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

7

produksi seperti pembangunan galangan kapal,

pembangunan pabrik pengolahan biodiesel, oleo

chemical maupun kernell pressing plant serta

pemeliharaan mesin.

Grafik 1.13 Penjualan Alat Berat

Grafik 1.15 Penjualan Alat Berat

Nilai investasi PMA pada triwulan III 2017

menurun dari USD397,3 juta di triwulan

sebelumnya menjadi USD332,3 juta. Penurunan

PMA tersebut didominasi oleh sektor Industri

Listrik, Gas dan Air seiring dengan tidak adanya

rencana pembangunan listrik oleh PLN di akhir

tahun 2017. Sementara itu, nilai investasi PMDN

pada triwulan III 2017 meningkat signifikan

Rp1.440,3 miliar pada triwulan sebelumnya

menjadi Rp2.573,8 miliar. Peningkatan PMDN

terutama terjadi pada kategori industri

pengolahan (97% terhadap total PMDN). Hal

tersebut berkenaan dengan peningkatan kinerja

sektor pengolahan seiring dengan kinerja sektor

eksternal yang meningkat.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode

PMA PMDN

Proyek I (juta USD) Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,4 15 559,5

II 117 156,3 49 2.985,8

III 74 200,3 20 428,5

IV 180 71,8 73 250,1

2015 I 123 308,1 53 905,1

II 107 323,6 59 2.110,1

III 101 308,2 24 82,8

IV 107 306,1 33 1.189,5

2016 I 39 18,1 12 161,3

II 223 320,0 87 888,2

III 179 283,1 39 1.129,5

IV 254 393,5 91 2.685,2

2017 I 61 195,3 26 4311,5

II 211 397,3 98 1440,3

III 151 332,3 73 2573,7

P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi

Sumber: BKPM, diolah

Namun, pertumbuhan kredit investasi cenderung

melambat. Pada triwulan III 2017 pertumbuhan

kredit tercatat 6,7% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 15,7% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan kredit tersebut

seiring dengan melambatnya kinerja industri

pengolahan merespons penurunan harga

komoditas. Hal ini mencerminkan masih

tingginya risiko yang dapat mengganggu kinerja

investasi.

Grafik 1.14 Kredit Investasi

Ke depan, dengan dukungan Pemerintah untuk

terus menciptakan iklim investasi yang kondusif

melalui percepatan reformasi struktural, dapat

tercipta perbaikan ekonomi domestik yang

berkelanjutan. Optimisme perbaikan ekonomi

dan berlanjutnya perbaikan iklim investasi

mendorong pulihnya tingkat kepercayaan

investor untuk terus berinvestasi di wilayah

Sumatera Utara. Sehingga, pada triwulan IV 2017

diperkirakan investasi akan kembali meningkat.

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

8

Peningkatan belanja pemerintah seiring dengan

selesainya proses pengadaan diharapkan juga

mampu mendorong perbaikan iklim investasi di

Sumatera Utara. Namun demikian, penurunan

harga komoditas dapat menjadi risiko

penghambat investasi di akhir 2017.

Secara keseluruhan tahun, investasi di 2017

diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama

disebabkan oleh membaiknya sektor eksternal

yang berdampak pada perbaikan kinerja industri

pengolahan dan lebih baiknya realisasi belanja

investasi pemerintah. Hal ini tercermin dari

peningkatan di kedua jenis investasi yakni

bangunan dan non-bangunan.

Ekspor pada triwulan III 2017 meningkat dari 0,9%

(yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 13,2% (yoy). Hal

tersebut terutama ditopang oleh ekspor luar negeri

yang meningkat signifikan dari 2,04% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 31,5% (yoy). Sementara

ekspor antar daerah cenderung terkontraksi

menjadi -1,51% (yoy) dari 0,02% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Dapat ditambahkan bahwa

dalam struktur ekspor Provinsi Sumatera Utara,

55% adalah ekspor antar daerah.

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara

Data Cognos Bank Indonesia

Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih

didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan

pangsa sebesar 36,6% dari total nilai ekspor,

disusul oleh komoditas karet dengan pangsa

9,0% dan kopi 3,8%. Pangsa komoditas kelapa

sawit cenderung menurun sedangkan karet dan

kopi meningkat dibandingkan dengan triwulan II

2017. Tingginya dominasi produk ekstraktif

dalam komoditas ekspor menyebabkan kinerja

ekspor Sumatera Utara relatif sangat sensitif

terhadap perubahan harga komoditas.

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara1

Perbaikan perekonomian negara mitra dagang

utama di triwulan III 2017 mendorong

melonjaknya kinerja ekspor luar negeri Sumatera

Utara terutama CPO. Perbaikan harga komoditas

tersebut juga disertai dengan perkembangan

industri otomotif di Amerika dan Tiongkok.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 36,6% Karet 9,0% Kopi 3,8% Lainnya 41,6%

Kinerja ekspor Sumatera Utara masih bergantung

pada kinerja perekonomian beberapa mitra

dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok,

India dan Euro Area. Namun ekspor Sumatera

Utara sudah relatif terdiversifikasi yang

tercermin dari menurunnya pangsa ekspor ke

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

9

empat negara tersebut dari 43,1% di triwulan I

2017 menjadi 37,9% di triwulan II 2017. Terdapat

peningkatan ekspor ke negara-negara seperti

Pakistan, Jepang, Spanyol dan Mesir.

Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Dari sisi harga, di triwulan III 2017 harga CPO dan

karet cenderung melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Bahkan harga CPO kembali

turun menjadi 631 USD/metric ton atau

terkontraksi sebesar -2,7% (yoy). Sementara

harga karet cenderung turun menjadi 197 USD

cents/kg atau melambat menjadi 13,9% (yoy) dari

25,2% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Grafik 1.19 Ekspor Karet

Namun demikian, kinerja ekspor CPO dan karet di

triwulan III 2017 masih positif. Ekspor CPO baik

secara nilai maupun volume mengalami

peningkatan masing-masing menjadi 15,6% (yoy)

dan 15,3% (yoy) dari sebelumnya sebesar 10,1%

(yoy) dan 5,2% (yoy). Peningkatan kinerja ekspor

sawit ke luar negeri terjadi seiring dengan

tingginya tingkat konsumsi yang tercermin dari

tingginya aktivitas manufaktur makanan di

negara partner dagang utama. Sejalan dengan hal

tersebut, perbaikan ekspor luar negeri karet

sejalan dengan meningkatnya permintaan

kendaraan bermotor di Amerika dan Tiongkok.

Sebagian besar (97%) karet di Sumatera Utara

masih berbentuk crump rubber (SIR 20) yang

mayoritas digunakan sebagai bahan baku ban

kendaraan.

Grafik 1.20 Ekspor CPO

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah

Grafik 1.21 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Memasuki awal triwulan IV 2017, terdapat

beberapa downside risks yang perlu mendapat

perhatian terutama tingkat harga komoditas

yang terus menurun. Selain itu, black campaing

produk CPO Indonesia yang tidak ramah

lingkungan dan kebijakan proteksionisme negara

partner utama seperti India dan Eropa

0.5

0.4

0.4

0.4

0.3

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.1

0.2

0.2

0.2

0.3

0.2

0.2

0.2

0.1

0.2

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

31.4%

14.4%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

0.1

0.1

0.2

0.2

0.3

0.3

0.4

0.4

0.5

0.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

10

diperkirakan juga masih akan menjadi downside

risk dari sisi permintaan ekspor CPO. Namun

demikian, tujuan ekspor Sumatera Utara yang

sudah mulai terdiversifikasi dan peningkatan

permintaan komoditas karet khususnya dari AS

dan Tiongkok akan menjadi pendorong untuk

menggerakkan sektor eksternal dan sektor

industri. Sehingga ke depan kinerja ekspor

Sumatera Utara diperkirakan akan membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, kinerja ekspor antar daerah masih

terkontraksi. Hal ini terjadi seiring dengan

menurunnya pertumbuhan ekonomi beberapa

daerah mitra dagang utama seperti Aceh,

Sumatera Selatan dan Bengkulu. Sementara itu,

permintaan domestik akan produk makanan dan

minuman juga belum kuat yang tercermin dari

hasil liaison kepada pelaku usaha industri

pengolahan yang menyatakan bahwa

permintaan domestik cenderung menurun yang

disertai dengan menurunnya aktivitas

manufaktur domestik. Selain itu, kinerja sektor

manufaktur khususnya industri makanan

domestik yang tercermin dari Industrial

Production Index (IPI) yang menurun di triwulan

III 2017.

Grafik 1.22 IPI Produk Makanan Indonesia

Di triwulan III 2017, impor tumbuh sebesar 12,6%

(yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II

2017 sebesar -0,5% (yoy). Peningkatan tersebut

terjadi baik pada impor luar negeri maupun

impor antar daerah. Impor luar negeri meningkat

dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 23,1% (yoy), sedangkan impor antar

daerah dari -3,1% (yoy) menjadi 7,6% (yoy).

Grafik 1.23 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Impor luar negeri Sumatera Utara dari sisi volume

pada triwulan III 2017 cenderung meningkat

mencapai 22,5% (yoy) meningkat dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,5% (yoy). Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh peningkatan

impor barang modal dan bahan baku yang

meningkat signifikan mencapai masing-masing

24,0% (yoy) dan 24,6% (yoy) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya masing-masing

sebesar -1,4% (yoy) dan 8,5% (yoy). Namun,

impor barang konsumsi cenderung menurun dari

kontraksi 28,3% (yoy) di triwulan sebelumnya

menjadi 3,6% (yoy).

Grafik 1.24 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut

Tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan

barang modal terjadi seiring dengan

melimpahnya produksi kelapa sawit sehingga

membutuhkan barang intermediate untuk bisa

menghasilkan produk lanjutannya. Selain itu,

volume impor barang modal ini juga

mengindikasikan masih adanya kepercayaan

pelaku usaha terhadap iklim usaha di Sumatera

Utara.

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

11

Memasuki awal triwulan IV tahun 2017, kinerja

impor diperkirakan akan melambat seiring

dengan mulai menurunnya kinerja industri

pengolahan sebagai dampak melambatnya

ekspor merespon penurunan harga komoditas.

Selain itu, mulai terealisasinya belanja

pemerintah khususnya belanja modal dan

infrastruktur akan menambah perlambatan

impor lebih lanjut khususnya impor barang

modal.

Secara keseluruhan tahun, kinerja impor di 2017

diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun 2016.

Lebih tingginya kondisi perekonomian negara

partner dagang utama dan mulai

terdiversifikasinya tujuan ekspor Sumatera Utara

diperkirakan meningkatkan aktivitas industri

pada 2017 sehingga kebutuhan akan barang

modal dan bahan baku pendukung juga

meningkat. Selain itu, realisasi belanja

pemerintah yang lebih baik juga menopang

peningkatan impor di 2017.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi

Lapangan Usaha

Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja empat sektor

utama pada triwulan III 2017 cenderung

mengalami peningkatan, kecuali sektor industri

pengolahan yang sedikit menurun. Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh tingginya sektor

konstruksi yang mencapai 6,7% (yoy) pada

triwulan ini. Banyaknya realisasi proyek

pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah

dan swasta meningkatkan pencapaian sektor

konstruksi. Walaupun peningkatan dari keempat

sektor utama pada triwulan laporan kurang

signifikan, keempat kategori tersebut masih

menyumbang 74% PDRB Sumatera Utara.

Sementara itu, sektor lainnya terutama sektor

tersier tumbuh signifikan. Sektor administrasi

pemerintahan, jasa perusahaan, serta jasa

kesehatan dan kegiatan sosial pada triwulan III

2017 tercatat lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya, sehingga mendukung

perkembangan ekonomi sisi produksi.

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Total I II III IV Total I II III

Sisi Produksi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.5 3.4 8.0 5.6 2.6 4.9 2.0 2.4 3.1 #

Pertambangan dan Penggalian 6.1 1.7 6.7 8.2 6.1 5.7 4.8 4.9 4.8 #

Industri Pengolahan 3.6 9.3 2.3 1.9 4.9 4.5 5.6 6.5 6.2 #

Pengadaan Listrik, Gas 2.3 1.6 10.0 6.0 -1.7 3.8 12.2 9.5 9.0 #

Pengadaan Air 6.4 3.1 4.9 9.7 9.1 6.7 8.2 6.9 4.9 #

Konstruksi 5.5 3.5 6.0 5.5 7.4 5.6 5.2 5.2 6.7 #

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor4.4 2.5 5.2 7.5 7.7 5.8 4.8 5.8 5.9 #

Transportasi dan Pergudangan 5.7 3.3 6.2 7.4 7.2 6.1 7.4 7.8 6.8 #

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.0 4.3 5.7 7.7 8.5 6.5 6.7 7.0 7.7 #

Informasi dan Komunikasi 7.1 5.8 6.9 8.6 9.6 7.8 9.3 9.3 8.4 #

Jasa Keuangan 7.2 7.5 6.2 3.7 -0.6 4.1 -0.5 2.5 -1.1 #

Real Estate 5.8 4.6 5.2 6.8 6.9 5.9 9.9 9.3 7.4 #

Jasa Perusahaan 5.9 5.7 5.9 6.0 6.2 6.0 8.0 8.0 9.0 #

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5.8 1.2 1.9 2.1 2.6 2.0 1.0 1.5 3.1 #

Jasa Pendidikan 5.0 7.4 7.0 2.9 2.7 4.9 2.2 2.2 1.5 #

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.2 7.9 5.2 8.5 7.7 7.4 6.9 7.4 8.3 #

Jasa lainnya 6.7 7.0 6.3 6.4 6.4 6.5 8.5 8.5 8.8 #

Indikator Makro2015 2016 2017

Arah

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

12

Kinerja sektor pertanian meningkat dari 2,4%

(yoy) pada pada triwulan II 2017 menjadi 3,1%

(yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh subsektor

perkebunan bersamaan dengan masuknya

musim panen tanaman perkebunan semusim

yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Selain

itu, cuaca pada triwulan III 2017 juga mendukung

nelayan untuk menangkap ikan, sehingga dapat

mendorong peningkatan sektor pertanian lebih

jauh lagi.

Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan

Pengolahan

Namun demikian, kinerja subsektor tanaman

pangan dan hortikultura masih kurang optimal.

Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar

Petani Palawija (NTPP) serta Nilai Tukar Petani

Hortikultura (NTPH) pada triwulan III 2017. NTPP

menurun dari 95,0 pada triwulan II 2017 menjadi

93,8 pada triwulan ini, sedangkan NTPH menurun

dari 93,9 menjadi 91,9 pada triwulan III 2017.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.26 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2017

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.27 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2017

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.28 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2017

Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit

pertanian juga sedikit melambat dari 16,9% (yoy)

menjadi 15,5% (yoy). Namun, Non Performing

Loan (NPL) sektor pertanian mengalami

penurunan dari 1,5% menjadi 1,59% pada

triwulan ini. Penurunan tersebut mencerminkan

membaiknya risiko di sektor ini seiring dengan

peningkatan ekspor CPO. Di akhir tahun,

peningkatan kinerja sektor pertanian diharapkan

akan terus mengalami peningkatan seiring

dengan masuknya musim panen bagi tanaman

hortikultura.

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

13

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.30 Realisasi NTP Sumatera Utara

Grafik 1.31 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera

Utara

Membaiknya kinerja kategori perkebunan

ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas

utama Sumatera Utara yaitu kelapa sawit, karet,

dan kopi. Perbaikan kinerja ekspor komoditas

tersebut ditunjang oleh meningkatnya

permintaan mitra dagang utama. Hal ini

ditunjukkan dengan Purchasing Manager Index

(PMI) Tiongkok dan Amerika Serikat yang

mengalami peningkatan.

Permintaan komoditas tetap solid ditengah

penurunan harga CPO dan karet yang

diperkirakan akan terus menurun. Hal ini

tercermin dari penurunan harga CPO dan karet

pada bulan Oktober 2017 di pasar internasional.

Pada bulan Oktober 2017, harga CPO turun 3,12%

dari bulan sebelumnya, sedangkan harga karet

turun 3,76% dari bulan sebelumnya.

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan subsektor

perkebunan belum mengalami perbaikan yang

signifikan. Pertumbuhan kredit perkebunan karet

cenderung membaik walaupun masih

berkontraksi dari -17,3% (yoy) menjadi -14,9%

(yoy). Sementara itu, kredit kelapa sawit

melambat dari 18,7% (yoy) menjadi 17% (yoy).

Meskipun demikian, risiko kredit subsektor

perkebunan mengalami penurunan. Hal ini

tercermin dari NPL perkebunan karet yang

mengalami penurunan dari 5,8% menjadi 5,48%.

Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Perkebunan

Memasuki awal triwulan IV 2017, pertumbuhan

ekonomi sektor pertanian diperkirakan akan

terus membaik seiring dengan masuknya musim

panen pertanian khususnya subsector

perkebunan (trak) serta cuaca yang mendukung.

Sementara itu, permintaan mitra dagang

diperkirakan akan tetap terjaga ditengah

penurunan harga komoditas.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Grafik 1.33 Perkiraan Sifat Curah Hujan 2017

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor

pertanian pada tahun 2017 mengalami

perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Tidak optimalnya kinerja pertanian pangan

terutama pada triwulan I 2017 disebabkan oleh

terganggunya masa tanam di tahun 2016 akibat

gangguan cuaca dan bencana alam. Namun,

kondisi tersebut berangsur pulih di sisa tahun

2017 seiring dengan komitmen pemerintah

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

14

daerah yang senantiasa memberikan berbagai

bantuan termasuk pupuk dan peralatan

pertanian, serta pembangunan berbagai

infrastruktur sarana dan prasarana pendukung

sektor pertanian.

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan industri

pengolahan melambat menjadi sebesar 6,2%

(yoy) dari 6,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Penurunan ini diperkirakan seiring dengan

penurunan harga komoditas dan permintaan dari

mitra dagang internasional. Selain itu, tingginya

harga gas industri di Provinsi Sumatera Utara juga

masih menjadi kendala dalam pertumbuhan

kinerja industri pengolahan.

Selain itu, perusahaan disinyalir lebih memilih

menggunakan stok yang tersedia dibandingkan

dengan harus memproduksi barang sehingga

menurunkan laju pertumbuhan industri

pengolahan. Hal tersebut tercermin dari

pertumbuhan inventori yang mengalami

kontraksi sebesar -46,2% (yoy) dari 8,3% (yoy) di

triwulan sebelumnya.

Grafik 1.34 Perubahan Inventori

Turunnya kinerja industri pengolahan juga

disertai dengan melambatnya penyaluran kredit,

yakni dari 20,8% (yoy) menjadi 16,3% (yoy).

Namun, risiko kredit industri pengolahan

mengalami perbaikan ditunjukkan dengan

penurunan NPL dari 1,62% menjadi 1,48% pada

triwulan III 2017.

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Industri

Pengolahan

Penurunan kinerja industri pengolahan tidak

lepas dari penurunan minat ekspor khususnya

dari Amerika dan Eropa. Pada triwulan III 2017,

volume ekspor ke Amerika Serikat menurun

tajam, melambat dari 81,4% (yoy) menjadi 42,3%

(yoy). Sementara itu, volume ekspor ke Eropa

mengalami kontraksi hingga -12,5% (yoy) dari

9,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Namun,

peningkatan ekspor manufaktur menjaga

penurunan kinerja industri pengolahan lebih jauh

lagi.

Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Manufaktur

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja industri

pengolahan diperkirakan akan melambat seiring

dengan turunnya harga komoditas di pasar

internasional. Namun, terdapat beberapa upside

risk dari beberapa faktor pendukung, diantaranya

pembebasan Bea Keluar untuk CPO, peningkatan

kinerja ekonomi negara partner dagang, dan

peluang diversifikasi ekspor ke negara lainnya.

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

15

Sektor konstruksi di triwulan III 2017 meningkat

tajam dari 5,2% (yoy) menjadi 6,7% (yoy).

Tingginya ini diperkirakan disebabkan oleh

peningkatan yang signifikan serapan belanja

modal Pemerintah Daerah. Peningkatan ini

terjadi setelah tertundanya proses pengadaan

akibat keterlambatan pengesahan APBD 2017.

Grafik 1.37 Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan PBE

Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Peningkatan kinerja sektor konstruksi tercermin

oleh penyaluran kredit yang naik dari 19,1% (yoy)

menjadi 21,2% (yoy) pada triwulan III 2017.

Namun, seiring dengan peningkatan kinerja,

risiko kredit sektor konstruksi juga meningkat.

Hal ini terlihat dari naiknya NPL sektor konstruksi

dari 6,49% menjadi 7,21%

Peningkatan sektor konstruksi lebih ke arah

pembangunan infrasktruktur. Sementara itu,

sektor pembangunan properti (real estate)

mengalami penurunan dari 9,3% (yoy) menjadi

7,4% (yoy).

Memsuki triwulan IV 2017, kinerja sektor

konstruksi diperkirakan akan terus mengalami

perbaikan. Hal ini sejalan dengan fokus

Pemerintah terhadap percepatan pembangunan

infrastruktur strategis, seperti revitasliasi

Pelabuhan Belawan, pembangunan terminal

multipurpose Kuala Tanjung, dan Tol Trans

Sumatera.

Sektor perdagangan mengalami sedikit

peningkatan dari 5,8% (yoy) menjadi 5,9% (yoy)

pada triwulan III 2017. Peningkatan sektor

perdagangan diperkirakan disebabkan oleh

peningkatan belanja operasional Pemerintah

Daerah seiring dengan telah selesainya proses

pengadaan yang sebelumnya tertunda.

Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan tertahan

seiring dengan menurunnya aktivitas konsumsi

masyarakat pasca bulan Ramadhan. Selain itu,

penurunan aktivitas perdagangan atar daerah

menahan pertumbuhan sektor perdagangan

lebih lanjut.

Tertahannya pertumbuhan sektor perdagangn

juga tercermin dari turunnya kinerja sektor

pariwisata. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan

kunjungan wisatawan mancanegara dan

occupancy rate hotel/penginapan dari triwulan

sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh

telah terlewatinya hari raya Idul Fitri.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.39 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

dan Occupancy Rate

Sementara itu, dari sisi pemerintah, masih

rendahnya realisasi belanja khususnya belanja

barang juga telah menahan laju pertumbuhan

sektor perdagangan. Realisasi belanja barang

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

16

APBD Sumatera Utara pada triwulan II 2017

hanya mencapai 33,6% dari pagu belanja APBD

2017 dibandingkan pada tahun sebelumnya yang

mencapai 36,1%. Terlambatnya penetapan APBD

2017 di beberapa kabupaten/kota disinyalir

menyebabkan proses pengadaan berjalan lambat

sehingga realisasi belanja barang pada triwulan III

2017 tidak maksimal dan menghambat kinerja

sektor perdagangan.

Meskipun kinerja sektor perdagangan relatif

stabil, pertumbuhan kredit yang relatif

mengalami kontraksi dari -5,2% (yoy) menjadi -

9,8% (yoy). Selai itu, risiko kredit sektor

perdagangan juga mengalami peningkatan dari

4,44% menjadi 5,69%. Hal-hal tersebut

menunjukkan bahwa kinerja sektor perdagangan

masih belum optimal.

Grafik 1.40 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Memasuki triwulan IV 2017, aktivias

perdagangan diperkirakan akan mengalam

peningkatan sesuai dengan pola musiman

menjelang natal dan tahun baru. Perbaikan

sektor pertanian dan industri pengolahan

diharapkan juga dapat mendorong aktivitas

perdagangan antar daerah sehingga dapat

meningkatkan kinerja sektor perdagangan.

Kinerja sektor transportasi dan pergudangan

tercatat menurun dari 7,8% menjadi 6,8% pada

triwulan III 2017. Penurunan kinerja sektor

transportasi seiring dengan penurunan kinerja

industri pengolahan. Penurunan aktivitas ekspor

antar daerah menurunkan arus transportasi dan

pergudangan di Sumatera Utara. Aktivitas

bongkar muat di Sumatera Utara pada triwulan III

2017 mengalami penurunan. Aktivitas bongkar

mencapai 1,2 juta ton sedangkan pada triwulan II

2017 mencapai 1,5 juta ton. Sementara itu,

aktivitas muat mencapi 45 ribu ton, sedangkan

pada triwulan II 2017 aktivitasnya mencapai 60

ribu ton.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.41 Perkembangan Bongkar Muat Sumatera Utara

Penurunan sektor transportasi dan pergudangan

juga sejalan dengan penurunan jumlah

penumpang pada triwulan III 2017. Penumpang

angkatan laut mengalami kontraksi dari 41,4%

(yoy) menjadi -1,9% (yoy). Selain itu,

pengumpang angkatan udara menurun dari

38,9% (yoy) menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan III

2017. Penurunan ini disebabkan oleh telah

terlewatinya perayaan hari Raya Idul Fitri dan

libur sekolah.

Walaupun kinerja transportasi dan pergudangan

mengalami penurunan, penyaluran kredit untuk

sektor ini mengalami peningkatan. Penyaluran

kredit meningkat dari – 5,7% (yoy) menjadi 3,5%

(yoy). Hal ini diperkirakan mengindikasikan

perbaikan kinerja transportasi dan pergudangan

ke depannya. Namun, risiko kredit sektor

transprotasi dan pergudangan masih perlu

diwaspadai seiring dengan naiknya NPL di sektor

ini dari 1,38% menjadi 1,73%.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja transportasi

dan pergudangan diperkirakan akan membaik

seiring dengan peningkatan produksi sektor

pertanian dan perbaikan aktivitas perdagangan

antarderah.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

17

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.42 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara

Grafik 1.43 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan

Pergudangan

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

18

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Penurunan konsumsi Pemerintah tersebut tercermin pada realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara yang pada triwulan III 2017 mencapai 56,8%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih sebesar 60,2% terhadap pagu APBD. Namun demikian, realisasi tersebut lebih rendah dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (602,2%). Realisasi tertinggi terjadi pada pos transfer ke Kabupaten/Kota, diikuti oleh Belanja Pegawai. Realisasi yang cukup tinggi juga terjadi pada pos belanja bantuan sosial dan hibah. Sementara belanja modal masih relatif rendah (20,7%). Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi belanja APBD juga masih relatif rendah yang sebesar 49,9%.

Di sisi pendapatan, hingga triwulan III 2017, realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara dan

APBN di Sumatera Utara relatif terjaga dan lebih tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun 2016.

Bahkan, realisasi pendapatan tertinggi terjadi pada pos lainnya pendapatan daerah yang sah yang

terealisasi melebihi pagu dan mencapai 131,6%. Sejalan dengan realisasi APBD Provinsi, Realisasi

Pendapatan APBD Kabupaten/Kota juga telah terealisasi 66,0%. Kondisi ini sejalan dengan komitmen

pemerintah daerah untuk mengutamakan pengembalian hasil pendapatan daerah baik dari hasil pajak

maupun retribusi kepada kabupaten/kota.

ULOS RAGI HIDUP (PUCA)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

19

2.1 Gambaran Umum

Kontribusi belanja fiskal di Sumatera Utara

sangat ditopang oleh APBD Kabupaten/Kota.

Secara target tahunannya, anggaran belanja

fiskal di Sumatera Utara tahun 2017 sebesar

Rp.74.5 Triliun dengan pangsa terbesar pada

belanja APBD Kabupaten/Kota yang mencapai

Rp.41 Triliun diikuti oleh APBD Provinsi sebesar

Rp.13 Triliun dan APBN yang didistribusikan di

Provinis Sumatera Utara sebesar Rp.20.5 Triliun.

Dari sisi kontribusi pendapatan fiskal, sumbangan

Kabupaten/Kota yang juga cukup tinggi mencapai

Rp.42 Triliun dari total anggaran pendapatan

fiskal di Sumatera Utara yang mencapai Rp.54.1

Triliun.

Hingga triwulan III 2017, realisasi belanja APBD

Provinsi di Sumatera Utara terpantau lebih

lambat dibandingkan dengan realisasi periode

sama tahun lalu. Realisasi belanja APBD Provinsi

Sumatera Utara baru mencapai 56,8% dari

targetnya, lebih rendah dibandingkan realisasi

periode sama tahun lalu sebesar 60,2%.

Sementara realisasi belanja APBD

Kabupaten/Kota mencapai 49.9% dari targetnya,

Dari sisi Pemerintah Pusat, belanja APBN

terealisasi sebesar 23.8% dari pagunya, lebih

tinggi dibandingkan dengan realisasi triwulan III

2016 sebesar 19.2%

Sementara kinerja pendapatan APBD Provinsi di

Sumatera Utara terpantau meningkat

dibandingkan dengan realisasi periode sama

tahun lalu. Realisasi pendapatan APBD Provinsi

Sumatera Utara mencapai 75,5% dari targetnya,

lebih tinggi dibandingkan realisasi periode sama

tahun lalu sebesar 72,1%. Sementara realisasi

belanja APBD Kabupaten/Kota mencapai 66.6%

dari targetnya.

Tabel 2.2 Ringkasan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2017

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

2.2 APBD Provinsi Sumatera Utara

Meningkatnya aliran Dana Perimbangan dari

Pemerintah Pusat dan alokasi Belanja Modal

mendorong kenaikan anggaran pendapatan dan

belanja Provinsi Sumatera Utara di tahun 2017.

Anggaran pendapatan Provinsi Sumatera Utara

tahun 2017 mencapai Rp12,2 triliun, meningkat

21,0% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2016

(Tabel 2.1). Sementara itu anggaran belanja

mencapai Rp13,0 triliun, meningkat 28,1% (yoy)

dibandingkan dengan tahun lalu.

Peningkatan anggaran pendapatan Provinsi

Sumatera Utara terutama bersumber dari

pendapatan Dana Perimbangan yang naik 40,7%

(yoy), atau Rp2,1 triliun dari alokasi tahun 2016.

Peningkatan tertinggi berasal dari Dana Alokasi

Umum (DAU) yang meningkat 90,3%.

Peningkatan DAU berasal dari perhitungan

alokasi dasar dengan proporsi 40% Provinsi dan

45% untuk Kabupaten/Kota dengan rincian gaji

dan formasi PNSD Tahun 2016 sebesar Rp.992

Miliar dan celah fiskal dengan proporsi 60%

Provinsi dan 55% Kabupaten/Kota. Pendapatan

transfer merupakan semua pengeluaran negara

Milyar Rp % Milyar Rp % Milyar Rp %

I Pendapatan 10,055.0 7,253.0 72.1% 12,170 6,250 51.4% 9,193 75.5% 21.0%

1 Pendapatan Asli Daerah 4,691.0 3,415.0 72.8% 4,925 2,347 47.7% 3,723 75.6% 5.0%

2 Dana Perimbangan 5,142.0 2,191.0 42.6% 7,235 3,891 53.8% 5,458 75.4% 40.7%

3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 222.2 18.1 8.1% 9.5 10.4 109.5% 13 131.6% -95.7%

II Belanja 10,180.7 6,130.0 60.2% 13,038 4,395 33.7% 7,401 56.8% 28.1%

1 Belanja Operasional 6,228.0 3,690.0 59.2% 8,777 3,180 36.2% 5,154 58.7% 40.9%

2 Belanja Modal 1,165.7 246.5 21.1% 2,258 23 1.0% 462 20.5% 93.7%

3 Belanja Tidak Terduga 10.8 1.8 16.7% 18.0 0.6 3.3% 8 46.1% 66.7%

4 Belanja Transfer 2,775.0 2,191.7 79.0% 1,982 1,190 60.0% 1,776 89.6% -28.6%

III Penerimaan Daerah 536.0 523.9 97.7% 945 1,154 122.1% 1,154 122.1% 76.3%

IV Pengeluaran Daerah 411.0 - 0.0% 78 0 0.0% 0 0.0% -81.0%

Komponen InvestasiNoRealisasi Tw II 2017 Realisasi Tw III 2017 Growth

(yoy)

APBD 2017

(Rp Milyar)

Realisasi Tw III 2016APBD 2016

(Rp Milyar)

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

20

yang dialokasikan kepada daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Pendapatan transfer

ini akan digunakan di tingkat provinsi dan

sebagian diteruskan kepada pemerintah

kabupaten/kota. Sementara itu, Pendapatan Asli

Daerah (PAD) hanya mampu tumbuh 5,0% (yoy),

atau Rp234 miliar. Pajak daerah menjadi

komponen terbesar PAD dengan pangsa

mencapai 91,1%. Pertumbuhan penerimaan PAD

tertahan dengan menurunnya pendapatan dari

retribusi daerah.

Grafik 2.1. Perbandingan realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Sumatera Utara

Tabel 2.2 Rincian Realisasi Pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017

2.2.1 Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera

Utara Triwulan III 2017

Kinerja pendapatan APBD Provinsi Sumatera

Utara mencatat perbaikan dibandingkan

dengan periode sama tahun lalu. Realisasi

pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara

mencapai Rp9,2 triliun atau 75,5% dari target

pendapatan tahun 2017 sebesar Rp12,2 triliun.

Pencapaian ini lebih baik dibandingkan dengan

periode sama tahun 2016 yang baru mencapai

Rp7,3 triliun atau 72,1% dari target pendapatan

tahun 2016 sebesar Rp10,1 triliun. Hampir

seluruh komponen pendapatan mencatat

perbaikan. Sementara itu realisasi Lain-lain

Pendapatan yang sudah melebihi pagu

anggarannya disebabkan oleh adanya

pengembalian dana BOS sebesar Rp.8,5 triliun

yang tidak dianggarkan sebelumnya.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Perbaikan kinerja pendapatan APBD Provinsi

Sumatera Utara ditopang oleh realisasi PAD

yang mencapai 75,6% dari targetnya, atau lebih

tinggi dari realisasi periode sama tahun

sebelumnya sebesar 72,8%. Pencapaian tersebut

ditopang oleh realisasi Pajak Daerah yang

mencapai 74,4% dari targetnya, meningkat dari

periode sama tahun 2016 sebesar 72,5%.

Meningkatnya pajak daerah ditopang oleh Pajak

Air Permukaan mencatat pencapaian tertinggi

sebesar 80,8% dari target. Sedangkan Pajak

Rokok mencatat pencapaian terendah sebesar

58,7%. Rendahnya realisasi pajak rokok

diindikasikan rendahnya permintaan akan rokok

pada Triwulan III Tahun 2017.

Miliar Rp % Realisasi Miliar Rp % Realisasi

I PAD 4,691.4 3,415 72.8% 4,925.6 3,723.1 75.6% 5.0%

a Pajak Daerah 4,131.9 2,995 72.5% 4,486.8 3,337.2 74.4% 8.6%

b Retribusi Daerah 34.4 24.2 70.3% 33.9 23.8 70.2% -1.5%

c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 338.2 243.0 71.9% 227.5 182.0 80.0% -32.7%

d Lain-lain PAD 186.8 110.0 58.9% 127.3 180.1 141.5% -31.9%

II Dana Perimbangan 5,142.1 3,819 74.3% 7,235.4 5,458.2 75.4% 40.7%

a Bagi Hasil Pajak 515.9 348 67.5% 567.8 426.2 75.1% 10.1%

b Dana Alokasi Umum 1,386.6 1,191 85.9% 2,638.7 2,123.1 80.5% 90.3%

c Dana Alokasi Khusus 3,188.5 45.6 1.4% 4,028.7 2,908.8 72.2% 26.4%

III Lain-lain Pendapatan 222.2 18.1 8.1% 9.5 12.5 131.6% -95.7%

a Bantuan Keuangan (Hibah) 222.2 10 4.5% 9.5 4.7 49.5% -95.7%

b Lain-lain Penerimaan - 8.1 - - 8.4 - -

10,055.8 7,253.1 72.1% 12,170.5 9,193.8 75.5% 21.0%

Realisasi Tw. III Realisasi Tw. IIIUraian Pagu 2016 Pagu 2017

% Growth

(yoy)No

Total Pendapatan

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

21

Grafik 2.2. Perbandingan Pagu dan Realisasi Triwulan III

Pajak Daerah

Sementara itu, di tengah pagu yang menurun,

retribusi daerah justru mengalami penurunan.

Penurunan pagu dimaksud juga terkait dengan

beberapa ketentuan retribusi daerah yang

dihapus atau beralih kewenangannya menjadi

kewenangan kabupaten/kota. Realisasi tertinggi

berasal dari retribusi izin trayek yang mencapai

110.6%.

Grafik 2.2a. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Sejalan dengan peningkatan jumlah kredit

kendaraan bermotor roda empat yang tumbuh

10.1% (yoy) pada triwulan III tahun 2017 (Grafik

2.2a). Peningkatan kredit kendaraan bermotor

didominasi untuk pelayanan angkutan umum.

Realisasi Dana Perimbangan

Realisasi Dana Perimbangan juga tercatat lebih

baik dengan mencapai 75,4% dari periode sama

tahun 2016 sebesar 74,3%. Pencapaian tersebut

ditopang oleh realisasi Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang mencapai 72,2% dari targetnya,

meningkat signifikan dari periode sama tahun

2016 sebesar 1,4% serta Dana Bagi Hasil (DBH)

yang mencapai 75,1% dari targetnya, meningkat

dari periode sama tahun 2016 sebesar 67,5%.

Realisasi tertinggi terdapat pada DAK Non Fisik

khususnya di bidang Pendidikan yang mencapai

73,8% dari pagunya. Realisasi DAK Non Fisik

bidang Pendidikan tertinggi adalah Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dengan realisasi

mencapai 77,5% dari alokasinya.

Grafik 2.3 realisasi Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

Realisasi Dana Bagi Hasil Triwulan III Tahun 2017

Provinsi Sumatera Utara mencapai 75.1% lebih

tinggi dari realisasi triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi tertinggi berasal dari Bagi

Hasil Pajak yang mencapai Rp.308 Miliar yang

berasal dari Bagi Hasil Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri dengan realisasi mencapai 61,4%

dari pagu. Untuk Bagi Hasil Bukan Pajak yang

berasal Sumber Daya Alam mencapai 36.3%

dengan realisasi tertinggi berasal dari Dana Bagi

Hasil SDA Panas Bumi sebesar 69.9% (Grafik 2.3),

sedangkan realisasi terendah adalah Dana Bagi

Hasil SDA Minyak bumi yang hanya terealisasi

25% dari pagu atau sebesar Rp.218 Juta.

Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan

Sampai dengan triwulan III tahun 2017, realisasi

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

dipisahkan mencapai 65,2% dari pagu anggaran.

Sumber pendapatan tersebut berasal dari 6

BUMD yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, yaitu : PT. Perkebunan Sumatera

Utara, PT. Bank Sumut, PT. Dhirga Surya

Sumatera Utara, PT. Kawasan Industri Medan,

dan PT. Asuransi Bangun Askrida. Realisasi

pendapatan tertinggi berasal dari PT. Kawasan

Industri Medan mencapai 100.5% atau sebesar

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

22

Rp1,1 miliar. Sementara itu realisasi terendah

berasal dari PT. Perkebunan Sumatera Utara yang

baru mencapai 27,8% dari targetnya atau sebesar

Rp5 miliar.

Tabel 2.3 Rincian Realisasi Belanja pada APBD Provinsi Sumatera Triwulan III 2017

2.2.2 Anggaran Belanja Provinsi Sumatera

Utara

Kinerja realisasi belanja APBD Provinsi

Sumatera Utara mencatat penurunan

dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Utara

mencapai 56,8% dari pagu atau Rp7,4 triliun dari

Rp13,0 triliun. Pencapaian ini lebih rendah

dibandingkan dengan periode sama tahun 2016

yang mencapai 60,2% atau Rp6,1 triliun dari pagu

tahun 2016 sebesar Rp10,1 triliun. Penurunan

tersebut terutama disebabkan oleh realisasi

belanja barang, modal dan bantuan social yang le

lebih rendah dianding tahun 2016.

Realisasi Komponen Belanja

Realisasi belanja APBD Provinsi pada triwulan III

2017 ditopang oleh realisasi Belanja Pegawai

dan Transfer. Belanja Pegawai tercatat mencapai

71,4% dari targetnya, meningkat dari realisasi

periode sama tahun 2016 sebesar 64,2%.

Peningkatan belanja tersebut sebagai dampak

dari pengalihan fungsi dan kewenangan

berdasarkan Undang-undang Perangkat Daerah

dan digunakan untuk membayar gaji pegawai.

Selain itu, realisasi transfer mencapai 89,6% dari

targetnya, atau lebih tinggi dari realisasi periode

sama tahun sebelumnya sebesar 79,0%. Hal ini

seiring dengan kebijakan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara untuk menyelesaikan

pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota

sisa lebih perhitungan tahun sebelumnya.

Sementara itu, penyerapan belanja modal masih

sangat rendah, yakni hanya mencapai 20,7%

lebih rendah dibandingkan dengan periode yang

sama tahun 2016 yang mencapai 21,1%. Secara

rinci, realisasi komponen Belanja Modal

digunakan untuk Belanja Tanah (28.4%), Belanja

Peralatan dan Mesin (28.2%), Belanja Bangunan

(14.6%), Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

(18.3%) dan Belanja Aset tetap lainnya (47,4%).

Rendahnya realisasi belanja modal merupakan

salah satu dampak proses re-organisasi yang

terjadi awal tahun dan menyebabkan awal proses

pengadaan dilakukan pada pertengahan tahun.

Progres pengadaan sampai dengan saat ini untuk

pengadaan dengan nilai Rp200 juta sampai

dengan Rp2,5 miliar telah berada pada tahap

penandatanganan kontrak sebesar 28,5% dan

tahap telah serah terima 2,4%. Sedangkan

pengadaan dengan nilai Rp2,5 miliar sampai

dengan Rp5 miliar yang telah mencapai proses

tanda tangan kontrak sebesar 74,3% dan yang

telah serah terima sebesar 5,8%.

Grafik 2.4. Perkembangan Jumlah Rekening Pemerintah

Nominal % Realisasi Nominal % Realisasi

10,180 6,130 60.2% 13,038 7,401.5 56.8% 28.1%

1 Belanja Pegawai 1,469.7 943.0 64.2% 3,159.5 2,257.2 71.4% 115.0%

2 Belanja Barang dan Jasa 1,504.3 543.2 36.1% 2,506.1 842.9 33.6% 66.6%

3 Belanja Modal 1,165.7 246.5 21.1% 2,236.9 462.1 20.7% 91.9%

4 Belanja Bansos dan Hibah 3,254.0 2,204 67.7% 3,133.9 2,054.2 65.5% -3.7%

5 Transfer 2,775.3 2,191.7 79.0% 1,982.4 1,776.7 89.6% -28.6%

6 Belanja Lainnya 10.8 1.8 16.7% 18.7 8.3 44.4% 73.1%

% Growth

(yoy)No Uraian Pagu 2016

Realisasi Tw. IIIPagu 2017

Realisasi Tw. III

Belanja

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

23

Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah

terindikasi dari perkembangan jumlah rekening

pemerintah yang masih cukup tinggi pada

triwulan III tahun 2017. Rekening pemerintah

daerah mencapai Rp.13 Triliun lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama pada tahun

2016 sebesar Rp.11.6 Triliun.

2.3 APBN Provinsi Sumatera Utara

Tabel 2.4 Realisasi APBN Triwulan III 2017

Pagu APBN Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

Jenis Belanja tahun 2017 meningkat 6.4% (yoy)

atau mencapai Rp.20.5 Miliar dan telah

terealisasi sebesar 23.8% dari keseluruhan pagu.

Untuk realisasi APBN Sumut berdasarkan fungsi

meningkat 3.9% (yoy) atau mencapai Rp.6.1

Triliun dan telah terealisasi 30.5% dari total pagu.

Sedangkan berdasarkan wewenang terdapat

penambahan pagu untuk sub belanja

desentralisasi sebesar Rp.8 Miliar dan telah

teralokasi sebesar Rp.1.2 Miliar.

Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Jenis Belanja

APBN Provinsi Sumatera Utara Pada Triwulan III

Tahun 2017 berdasarkan fungsi telah terealisasi

sebesar 23.8% atau sebesar Rp.4.8 Miliar lebih

tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang hanya terealisasi 19.2%.

Keseluruhan akun anggaran mengalami kenaikan

dibandingkan Triwulan yang sama tahun 2016.

Realisasi tertinggi berasal dari akun belanja

pegawai yang telah terealisasi 26.6% lebih tinggi

dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

terealisasi 23%. Peningkatan pagu dan realisasi

pada belanja pegawai disebabkan oleh

reorganisasi dan pemenuhan beberapa fungsi

jabatan pada struktur kementerian di daerah

Pagu Pagu

Miliar Rp Miliar Rp %Pagu Miliar Rp Miliar Rp % Pagu

Belanja Pegawai 7,522 1,733 23.0% 7,852 2,086 26.6% 4.4%

Belanja Barang 6,008 1,164 19.4% 6,436 1,436 22.3% 7.1%

Belanja Modal 5,734 804 14.0% 6,202 1,366 22.0% 8.2%

Belanja Bantuan Sosial 64 6 9.4% 68 7 10.3% 6.3%

Total 19,328 3,707 19.2% 20,558 4,895 23.8% 6.4%

Agama 343 71.0 20.7% 443 103 23.3% 29.2%

Ekonomi 6,420 905.0 14.1% 7,138 1,660 23.3% 11.2%

Kesehatan 1,225 204.0 16.7% 1,049 107 10.2% -14.4%

Ketertiban dan Keamanan 3,195 681.0 21.3% 2,926 865 29.6% -8.4%

Lingkungan Hidup 343 62.0 18.1% 449 78 17.4% 30.9%

Pariwisata dan Budaya 3 1.0 32.4% 12 2 16.7% 300.0%

Pelayanan Umum 1,074 224.0 20.9% 857 1,463 170.7% -20.2%

Pendidikan 3,817 858.0 22.5% 4,171 1,011 24.2% 9.3%

Perlindungan Sosial 46 8.0 17.4% 45 8 17.8% -2.2%

Pertahanan 2,254 502.0 22.3% 2,414 655 27.1% 7.1%

Perumahan dan Fasilitas Umum 604 189.0 31.3% 569 180 31.6% -5.8%

Total 19,324 3,705.0 19.2% 20,073 6,132 30.5% 3.9%

Kantor Pusat 7,659 1,331.0 17.4% 6,322 1,515 24.0% -17.5%

Kantor Daerah 10,589 2,198.0 20.8% 13,389 3,174 23.7% 26.4%

Dekonsentrasi 433 91.0 21.0% 355 73 20.6% -18.0%

Tugas Pembantuan 647 88.0 13.6% 492 134 0 -24.0%

Desentralisasi 8,022 1,240 0

Total 19,328 3,708.0 19.2% 28,580 6,136 21.5% 47.9%

Berdasarkan Wewenang

Berdasarkan Fungsi

Realisasi Tw III Realisasi Tw III% Growth

(yoy)Uraian

2016 2017

Berdasarkan Jenis Belanja

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

24

dikarenakan penerimaan CPNS daerah pada

tahun 2016.

Realisasi terendah terdapat pada Belanja

Bantuan Sosial sebesar 10.3%. Rendahnya

realisasi Bantuan sosial disebabkan masuknya

dana Desentralisasi dalam bentuk Dana Desa

yang akan disalurkan kepada daerah yang

sebelumnya belum dianggarkan.

Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Fungsi

Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan fungsi juga lebih tinggi dari

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi

APBN berdasarkan fungsi terealisasi 30.5% lebih

tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang hanya terealisasi 19.2%. Peningkatan

terutama disebabkan oleh adanya dana

desentralisasi sebesar Rp.8 Triliun dan tersebar

di beberapa fungsi. Sebagian besar akun APBN

terealisasi lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

dengan realisasi tertinggi terdapat pada fungsi

pelayanan umum yang mencapai 170.7%

meskipun dari sisi pagu anggaran turun 20.2%

(yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukan efektivitas penyerapan anggaran

pada fungsi ini. Sedangkan fungsi pariwisata dan

budaya terealisasi lebih rendah mencapai 16.7%

dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang mencapai 32.4%. Secara pagu,

fungsi pariwisata meningkat sampai 300% (yoy).

Peningkatan ini sebagian besar disumbang oleh

dana kelola pariwisata untuk kawasan pariwisata

nasional Danau Toba yang dikelola melalui Badan

Otoritas Danau Toba (BODT). Selain fungsi

priwisata, fungsi kesehatan menjadi fungsi

dengan tingkat realisasi terendah mencapai

10.2%.

2.4 Realisasi APBD Kabupaten

Kota

Realisasi Pendapatan

Realisasi pendapatan kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Utara mencapai 66.6% dari pagu

sebesar Rp.42 Triliun. Realisasi terbesar terdapat

pada pendapatan transfer yang mencapai 67.9%,

pendapatan lain sebesar 63.4% dan Pendapatan

Asli Daerah yang mencapai 59%. Pendapatran

transfer terutama didorong oleh transfer

pemerintah pusat sebesar 71.4%. Sedangkan dari

sisi pendapatan asli daerah, pendapatan melalui

Pengelolaan Hasil Kekayaan Daerah telah

terealisasi mencapai 78.4%. Hal ini sejalan

dengan komitmen pemerintah daerah untuk

mengutamakan belanja transfer kepada

kabupaten/kota.

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Gabungan

Kabupaten/Kota

Realisasi Belanja

Grafik 2.6 Realisasi Pendapatan Gabungan

Kabupaten/Kota

Realisasi belanja kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Utara mencapai 49.9% dari pagu

sebesar Rp.41 Triliun. Realisasi terbesar terdapat

pada belanja operasi, mencapai 55%, diikuti oleh

belanja modal terealisasi 32.6% dan belanja tidak

terduga yang hanya terealisasi 17.4%. Realisasi

belanja operasi tertinggi adalah di sub akun

belanja subsidi yang mencapai 69.4% dari pagu.

Sedangkan untuk belanja modal, belanja tertinggi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

25

terdapat pada sub akun belanja modal peralatan

dan mesin yang mencapai 36%.

Realisasi Transfer

Grafik 2.7 Realisasi Pendapatan Gabungan

Kabupaten/Kota

Total pagu dana transfer kepada kecamatan dan

desa di Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp.2

Triliun. Dari keseluruhan pagu, telah terealisasi

sebesar 55.3%. Realisasi transfer bagi hasil

pendapatan telah mencapai 56.7% didorong oleh

realisasi transfer bagi hasil pajak daerah sebesar

57.8%. Sedangkan transfer bantuan keuangan

telah terealisasi 54.9% dan didorong oleh

transfer bantuan keuangan ke pemerintah

daerah yang telah terealisasi 73.1%. Transfer

bantuan keuangan ke Pemerintah Daerah ini

meliputi sebagian dana berasal dari

kabupaten/kota yang berasal dari akun

pendapatan hasil daerah.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

26

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2017 diikuti oleh

peningkatan laju inflasi dalam level yang masih terkendali dalam kisaran sasaran inflasi. Laju inflasi

pada triwulan III 2017 tercatat 3,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat

3,75% (yoy). Level tersebut diatas inflasi nasional yang sebesar 3,73% (yoy). Tingginya inflasi triwulan

III 2017 menyebabkan inflasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Peningkatan tekanan

inflasi didorong oleh terbatasnya pasokan bahan makanan, terutama komoditas cabai merah. Harga

cabai merah yang relatif rendah mendorong petani untuk tidak melakukan panen. Dapat

ditambahkan bahwa memasuki triwulan IV 2017, kenaikan harga cabai merah sudah mereda,

menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi didukung oleh stabilnya inflasi

inti dan menurunnya tekanan inflasi administered prices. Terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas

nilai tukar mendorong terjaganya stabilitas inflasi inti. Sementara itu, penurunan inflasi administered

prices dipengaruhi oleh tidak adanya kebijakan administered prices yang bersifat strategis..

ULOS BADAN PUCA

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

27

3.1 Kondisi Umum

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

2017 masih pada level yang terkendali. Inflasi

tahunan IHK pada triwulan III 2017 mengalami

peningkatan dari 3,75% (yoy) pada triwulan II

2017 menjadi 3,86% (yoy). Laju inflasi Provinsi

Sumatera Utara ini berada diatas laju inflasi

nasional yang tercatat sebesar 3,73% (yoy).

Secara spasial, inflasi tahunan Provinsi Sumatera

Utara merupakan inflasi kedua tertinggi di

antara seluruh provinsi se-Sumatera.

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas

pangan, terutama cabai merah. Tingginya

tekanan inflasi pada triwulan III 2017

menyebabkan inflasi tahun kalender Provinsi

Sumatera Utara mencapai 1,82% (ytd). Namun,

dengan menjaga pasokan pangan seiring dengan

masuknya musim panen pada triwulan IV 2017,

inflasi 2017 diperkirakan tetap berada pada

kisaran sasaran inflasi 4±1%.

Peningkatan inflasi yang didorong faktor

fundamental ditengah peningkatan

pertumbuhan ekonomi.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional

Berdasarkan disagregasinya, peningkatan

tekanan inflasi pada triwulan III 2017 didorong

oleh peningkatan tekanan inflasi volatile foods.

Andil Inflasi volatile food mengalami

peningkatan hingga 1,13%, yaitu dari -0,22%

pada triwulan sebelumnya menjadi 0,91%.

Sementara itu, tekanan inflasi inti dan

administered prices mengalami penurunan yang

tercermin dari andil inflasi inti dan administered

priced yang menurun masing-masing dari 1,90%

dan 1,61% menjadi 1,29% dan 1,99% (yoy).

Tingginya tekanan inflasi volatile food

disebabkan oleh terbatasnya pasokan

komoditas bumbu-bumbuan. Komoditas cabai

merah dan garam mendorong tekanan inflasi

volatile food meningkat tajam. Pasokan

komoditas cabai merah di Provinsi Sumatera

Utara menurun karena keengganan petani untuk

menanan akibat tingkat harga yang terlampu

rendah. Sementara itu, pasokan komoditas

garam menurun seiring dengan turunnya

produksi garam di daerah Jawa dan Madura

akibat faktor cuaca.

Terjaganya tekanan inflasi inti di level yang

rendah dan stabil disebabkan oleh ekspektasi

inflasi yang masih terjaga dan nilai tukar rupiah

yang stabil. Selain itu, terbatasnya permintaan

masyarakat terhadap barang dan jasa pasca

puncak aktivitas konsumsi di bulan Ramadhan

dan tahun ajaran baru turut mendorong

rendahnya inflasi inti.

Inflasi administered prices cenderung menurun

sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang

strategis. Selain itu, tarif seluruh jenis angkutan

kembali normal dengan terlewatinya bulan

Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Kebijakan

penyesuaian harga yang masih terkendali turut

menjaga kestabilan inflasi administered prices.

Masih tingginya inflasi disebabkan oleh dampak

penyesuaian tarif listrik dan tarif air minum PAM

pada periode sebelumnya.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

28

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.2 Kontribusi Inflasi Sumatera Utara

Secara spasial, tekanan inflasi meningkat pada

dua kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Provinsi

Sumatera Utara. Kota Pematangsiantar

mengalami kenaikan inflasi tertinggi di antara

empat kota SBH di Provinsi Sumatera Utara.

Inflasi kota Pematangsiantar diatas Provinsi

Sumatera Utara, yaitu tercatat 4,16% (yoy). Kota

Medan yang memiliki andil terbesar terhadap

inflasi Provinsi Sumatera Utara juga mengalami

peningkatan tekanan inflasi dari 3,61% (yoy)

menjadi 3,85% (yoy). Sementara itu, penurunan

tekanan inflasi terjadi di Kota Sibolga dari 5,65%

(yoy) menjadi 3,91% (yoy) dan Kota

Padangsidempuan dari 5,18% (yoy) menjadi

3,44% (yoy).

Tingginya laju inflasi kota Pematangsiantar

didorong oleh peningkatan inflasi kelompok

bahan makanan. Kelompok bahan makanan

memiliki andil 43% terhadap inflasi tahunan kota

Pematangsiantar. Kelompok bahan makanan

juga mendorong peningkatan laju inflasi di kota

Medan. Di kota Medan, laju inflasi bahan

makanan naik dari -0,68% (yoy) menajdi 4,77%

(yoy).

Sementara itu, di kota Sibolga dan kota

Padangsidempuan, tekanan inflasi kelompok

bahan makanan relatif menurun sehingga

berdampak pada turunnya tekanan inflasi di

kedua kota tersebut. Tekanan inflasi bahan

makanan di Sibolga turun dari 4,70% (yoy)

menjadi 1,13% (yoy). Tekanan inflasi bahan

makanan di kota Padangsidempuan pun

menurun dari 2,80% (yoy) menjadi 0,14% (yoy).

Dapat disimpulkan bahwa kelompok bahan

makanan memiliki andil yang besar terhadap

pergerakan infasi di keempat kota SBH. Namun,

masih terlihat ada perbedaan arah inflasi

kelompok bahan makanan diantara kota-kota

tersebut. Hal ini dapat mencerminkan masih

terbatasnya proses distribusi komoditas pangan

antardaerah.

INFLASI BULANAN (% mtm) Juni

2017

Juli

2017

Agustus 2017

September 2017

0,26 0,25% 1,01% 0,99%

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

Juni

2017

Juli

2017

Agustus 2017

September 2017

3,75 3,82% 4,01% 1,82%

Secara umum, tekanan inflasi bulanan di

sepanjang triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi

dibandingkan triwulan III tahun 2016. Secara

tahunan, inflasi Sumatera Utara pada triwulan III

2017 cenderung meningkat. Peningkatan

tersebut terutama terlihat pada akhir triwulan

sejalan dengan inflasi bulanan yang lebih tinggi

dibandingkan historisnya.

Laju inflasi bulanan pada bulan Juli 2017

tercatat relatif rendah yaitu 0,25% (mtm).

Kestabilan inflasi Provinsi Sumatera Utara

didorong oleh menurunnya tekanan inflasi

administered prices dan tekanan inflasi inti

ditengah peningkatan inflasi volatile food.

Tidak adanya kebijakan pemerintah dalam

penyesuaian harga menahan tekanan inflasi

administered prices dari 2,05% (mtm) menjadi

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

29

0,40% (mtm). Efek penyesuaian tarif air minum

PAM dan penyesuaian tahap akhir tarif listrik

pada bulan Juni 2017 terhadap tekanan inflasi

juga mulai mereda. Inflasi komoditas air minum

PAM dan komoditas tarif listrik kembali normal

dari sebelumnya tercatat masing-masing

sebesar 23,43 (mtm) dan 5,64% (mtm) pada

bulan Juni 2017.

Di sisi lain, tekanan inflasi inti menurun dari

bulan sebelumnya. Rendahnya inflasi inti

disbebakan olhe stabilitas bilai tukar dan

penurunan permintaan pasca Bulan Ramadhan.

Tekanan inflasi inti tercatat 0,07% (mtm) dari

0,30% (mtm). Berkurangnya permintaan ini

tercermin dari meredanya tekanan inflasi

makanan jadi dari 0,93% (mtm) menjadi 0,10%

(mtm). Selain itu, kecenderungan masyarakat

untuk menjual emas perhiasan setelah Hari Raya

Idul Fitri juga mendorong penurunan tekanan

inflasi inti.

Sementara itu, pasokan pangan juga mulai

berkurang sehingga mendorong kenaikan

tekanan inflasi volatile food. Tekanan inflasi

volatile food tercatat 0,37% (mtm) dari deflasi

1,09% (mtm). Peningkatan ini disebabkan oleh

berkurangnya pasokan pangan seperti cabai

merah dan bawang merah karena telah

berakhirnya periode panen dan keengganan

petani untuk menanan akibat tingkat harga yang

terlampu rendah.

Penurunan pasokan pangan kembali

menyebabkan laju inflasi bulan Agustus

meningkat tajam. Laju inflasi bulanan pada

bulan Agustus 2017 tercatat 1,01% (mtm)

didorong oleh kenaikan signifikan inflasi volatile

food sementara inflasi inti dan administered

prices cenderung stabil.

Kurangnya suplai bumbu-bumbuan terutama

cabai merah kembali menggerakan inflasi

volatile food hingga tercatat sebesar 4,15%

(mtm). Penurunan harga cabai yang mencapai

Rp18.000,- per Kg di bulan Juni 2017 merupakan

disinsentif bagi petani untuk menanam cabai

merah. Sehingga lambat laun petani mulai

meninggalkan ladang cabai dan mengakibatkan

kelangkaan cabai merah sehingga harga rata-

rata komoditas cabai merah pada bulan Agustus

2017 naik 49% dari bulan Juni 2017.

Sementara itu, inflasi inti terjaga rendah yang

tercatat sebesar 0,08% (mtm). Memasuki tahun

ajaran baru, terjadi kenaikan tekanan inflasi di

subkelompok pendidikan terutama Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang

masing-masing tercatat 0,36% (mtm) dan 4,59%

(mtm).

Penurunan tarif transportasi angkutan udara

pasca libur lebaran dan libur sekolah mendorong

deflasi administered prices sebesar 0,47%. Tarif

komoditas angkutan udara tercatat menurun

hingga menjadi -16,23% (mtm) dari 17,94%

(mtm) pada bulan sebelumnya.

Di akhir triwulan III, laju inflasi bulanan tercatat

0,99% (mtm), menurun dibandingkan dengan

bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan

oleh penurunan tekanan inflasi volatile food

ditengah pengingkatan tekanan inflasi inti dan

kestabilan administered prices.

Masih terbatasnya pasokan bumbu-bumbuan

mengakibatkan inflasi volatile food tercatat

3,68%% (mtm). Meskipun tergolong tinggi,

inflasi volatile food mengalami penurunan dari

bulan sebelumnya. Komoditas bumbu-bumbuan

seperti bawang merah dan bawang putih

mengalami deflasi karena telah memasuki

periode panen. Selain itu, inflasi cabai merah

juga mengalami penurunan dari 83,26% (mtm)

menjadi 29,49% (mtm).

Sementara itu, inflasi inti pada bulan September

2017 tercatat 0,24% (mtm) dari 0,08% (mtm)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

pada bulan sebelumnya. Peningkatan harga

komoditas emas di pasar global disinyalir

meningkatkan tekanan inflasi emas perhiasan

yang memiliki andil besar terhadap tekanan

inflasi.

Di sisi lain, inflasi administered prices cenderung

meningkat meskipun masih dalam level yang

rendah yakni 0,04% (mtm) setelah mengalami

deflasi pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi

disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan

udara bersamaan dengan libur Hari Raya Idul

Adha. Namun, kenaikannya masih terkendali.

Selain itu, LPG 3 kg yang mulai langka di Provinsi

Sumatera Utara menyebabkan inflasi bahan

bakar rumah tangga meningkat hingga 0,72%

(mtm).

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

sepanjang Triwulan I 2017

Sumber BPS

3.2 Perkembangan Inflasi Non

Fundamental

Secara umum, tekanan inflasi non fundamental

meningkat. Peningkatan ini didorong oleh

tingginya tekanan inflasi volatile food ditengah

tekanan inflasi administered price yang mereda.

Peningkatan tekanan inflasi volatile food

disebabkan oleh terbatasnya pasokan beberapa

komoditas bahan makanan, terutama komoditas

bumbu-bumbuan.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 3.3 Disagregasi Inflasi Sumut Tahunan

Inflasi volatile food masih menjadi penggerak

utama peningkatan inflasi pada triwulan III

2017. Inflasi volatile food mengalami

peningkatan tajam dari -0,20% (yoy) menjadi

3,89% (yoy). Peningkatan ini terutama terjadi

pada subkelompok bumbu-bumbuan,

subkelompok daging dan hasil-hasilnya, dan

subkelompok buah-buahan.

Setelah mengalami deflasi pada triwulan II 2017,

tekanan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan

kembali meningkat. Laju inflasi bumbu-bumbuan

tercatat 2,21% (yoy) dari -23,21% (yoy). Seperti

triwulan sebelumnya, komoditas yang

berkontribusi terhadap pergerakan inflasi ini

utamanya adalah cabai merah.

Harga cabai merah merangkak naik seiring

dengan terbatasnya pasokan. Keterbatasan ini

disebabkan oleh keenganan petani untuk

menanam setelah harga cabai merah turun

drastis di masa panen pada triwulan

sebelumnya.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi

kelompok volatile food menurun seiring dengan

membaiknya pasokan tanaman pangan di

pasaran jika dibandingkan dengan tahun 2016.

Namun, kondisi pasokan diperkirakan relatif

terbatas sejalan dengan masuknya musim tanam

ditengah peningkatan permintaan menjelang

natal dan tahun baru masih perlu diwaspadai.

No. Komoditas(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas

(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Angkutan Udara 17.94 0.15 4.94 0.05 1 Jeruk -1.72 -0.01 0.99 0.00

2 Cabai Merah 7.85 0.09 -15.48 -0.25 2 Semangka -6.78 -0.01 -5.20 -0.01

3 Bawang Merah 6.06 0.04 -25.71 -0.23 3 Pisang -1.50 -0.01 2.25 0.01

No. Komoditas(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas

(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Cabai Merah 82.26 1.06 33.72 0.61 1 Cat Tembok -1.88 -0.01 3.28 0.01

2 Dencis 5.25 0.05 32.95 0.27 2 Sawi Putih -7.08 -0.01 -10.33 -0.01

3Sekolah Menengah

Pertama4.59 0.05 7.86 0.08 3 Terong Panjang -9.67 -0.01 6.59 0.01

No. Komoditas(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas

(%,

mtm)

Kontribusi

(%, mtm)

(%,

yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Cabai Merah 29.49 0.68 11.79 0.33 1 Wortel -4.33 0.00 42.36 0.03

2Tongkol/Ambu-

ambu9.40 0.05 15.18 0.08 2 Telur Ayam Ras -0.93 -0.01 -1.01 -0.01

3 Dencis 3.92 0.04 26.29 0.23 3Angkutan Antar

Kota-1.89 -0.01 0.99 0.00

Jul-17

Aug-17

Sep-17

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.4 Harga Bawang Merah dan Cabai Merah

Sementara itu, laju inflasi administered prices

relatif melambat dari 8,51% (yoy) pada

triwulan II 2017 menjadi 6,96% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan

oleh menurunnya tekanan subkelompok

perumahan, subkelompok air, listrik, gas, dan

bahan bakar serta subkelompok trasportasi

komunikasi, dan subkelompok jasa keuangan.

Tekanan inflasi subkelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar perlahan menurun

seiring dengan penurunan dampak penyesuaian

tarif air minum PAM yang dilakukan Pemerintah

pada triwulan II 2017. Inflasi tarif minum air PAM

tercatat 23,43% (yoy) dari 26,26% (yoy).

Selain itu, tekanan inflasi subkelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga

mulai menurun. Normalisasi tarif seluruh moda

transportasi pasca bulan Ramadhan

menyebabkan penurunan tekanan inflasi

transportasi. Inflasi angkutan antar kota tercatat

0,99% (yoy) dari 10,84% (yoy), sedangkan

angkutan udara tercatat sebesar -4,03% (yoy)

dari 1,65% (yoy).

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi

administered prices meningkat seiring dengan

kelangkaan pasokan gas elpiji 3 kg yang terjadi di

beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara.

Potensi tekanan diperkirakan berasal dari

kenaikan harga rokok akibat penyesuaian tarif

cukai 2018 yang diumumkan pada akhir Oktober

2017. Penyesuaian tarif transportasi menjelang

natal dan tahun baru juga diperkirakan menjadi

sumber inflasi di triwulan IV 2017.

3.3 Perkembangan Inflasi

Fundamental

Laju inflasi terus menurun dari 3,63% (yoy)

menjadi 2,35% (yoy), tercermin dengan

melambatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi

konsumsi. Penurunan tekanan inflasi inti

utamanya terjadi pada subkelompok makanan

jadi dan sandang seiring penurunan permintaan

pasca bulan Ramadhan.

Penurunan permintaan setelah bulan Ramadhan

terjadi pada makanan jadi, sehingga laju inflasi

makanan jadi tercatat 4,00% (yoy) dari 5,55%

(yoy). Selain itu, tekanan inflasi sandang tercatat

mengalami penurunan dari -1,11% (yoy) hingga -

2,02% (yoy). Turunnya permintaan masyarakat

tercermin oleh penurunan Indeks Keyakinan

Konsumen walaupun masih berada pada level

optimis.

Tekanan inflasi emas perhiasan pun menurun

dari 1,36% (yoy) menjadi deflasi 2,32% (yoy). Hal

ini didorong oleh kecenderungan masyarakat

menjual emas perhiasan setelah hari Raya Idul

Fitri ditengah peningkatan harga emas di pasar

internasional. Inflasi inti yang rendah dan stabil

juga ditopang oleh stabilitas nilai tukar dan

ekspektasi inflasi yang terjaga.

Memasuki triwulan IV 2017, inflasi inti

diperkirakan akan naik seiring dengan

peningkatan permintaan menjelang natal dan

tahun baru. Sementara itu, ekspektasi inflasi di

tingkat pedagang relatif menurun bersamaan

dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi

terhadap dollar Amerika.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

Sumber: Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.5 Ekspektasi Inflasi

Grafik 3.6 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

3.4 Inflasi Menurut Kelompok

Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompok barang dan jasa,

peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

2017 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi

yang sangat signifikan pada kelompok bahan

makanan. Kelompok bahan makanan

berkontribusi 30% pada inflasi umum Provinsi

Sumatera Utara. Sementara itu, kelompok

barang dan jasa lainnya cenderung menurun.

Tabel 3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

3.4.1 Kelompok Bahan Makanan

Tekanan inflasi Kelompok Bahan Makanan

meningkat sangat tajam pada triwulan III 2017,

yaitu dari 0,18% (yoy) menjadi 4,59% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi terbesar terjadi

pada subkelompok bumbu-bumbuan yang

meningkat hingga 25,4%, dari -23,2% (yoy)

menjadi 2,2% (yoy). Selain itu, kenaikan tekanan

inflasi juga meningkat pada subkelompok daging

dan hasil-hasilnya dari -3,4% (yoy) menjadi 8,0%

(yoy).

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

peningkatan tekanan inflasi bumbu-bumbuan,

terutama komoditas cabai merah mendorong

tekanan inflasi kelompok ini. Menurunnya

antusiasme petani untuk menanam cabai merah

pasca turunnya harga saat panen raya membuat

tekanan inflasi komoditas cabai merah

meningkat. Komoditas cabai merah merupakan

salah satu komoditas yang memiliki andil

terbesar terhadap inflasi Provinsi Sumatera

Utara. Dengan demikian, perubahan harga cabai

merah akan banyak memengaruhi inflasi secara

keseluruhan. Secara rata-rata, kenaikan harga

cabai merah mencapai 0,68 per bulan, dengan

kenaikan tertinggi mencapai …% (Grafik ..).

Tekanan inflasi subkelompok daging dan hasil-

hasilnya juga meningkat seiring dengan

peningkatan permintaan pada saat hari Raya Idul

Adha. Inflasi daging sapi dan daging ayam ras

tercatat masing-masing meningkat hingga 4,75%

(yoy) dan 11,61% (yoy). Pada bulan sebelumnya

kedua komoditas tersebut tercatat masing-

masing 1,83% (yoy) dan -8,56% (yoy).

Selain itu, komoditas buah-buahan juga

mengalami peningkatan inflasi yang cukup

signifikan. Peningkatan inflasi terutama terjadi

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN 14.8 5.4 12.5 14.9 3.5 0.2 4.6

MAKANAN JADI 10.7 11.9 13.5 11.9 6.9 5.5 3.6

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 3.0 1.6 1.9 2.5 4.4 7.6 6.8

SANDANG 4.8 6.3 7.2 2.8 1.2 -1.1 -2.0

KESEHATAN 4.9 4.7 4.5 4.8 5.0 3.8 3.0

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.0 6.5 4.5 4.1 4.1 3.6 0.3

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.8 -1.1 -2.0 -1.8 1.9 3.8 3.1

UMUM 7.2 4.3 6.0 6.3 3.9 3.8 3.9

Kelompok2016

Arah 2017

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN 14.8 5.4 12.5 14.9 3.5 0.2 4.6

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.7 6.3 1.7 -1.5 -0.1 0.6 0.5

Daging dan Hasil-hasilnya 12.4 9.8 -0.5 4.6 4.6 -3.4 8.0

Ikan Segar 0.3 -0.9 3.0 4.3 12.8 11.8 10.7

Ikan Diawetkan 2.5 0.6 0.7 10.1 24.6 29.1 27.3

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.9 4.6 3.1 3.7 2.6 1.3 1.0

Sayur-sayuran 10.6 15.0 17.6 16.0 5.6 -2.1 -3.9

Kacang-kacangan 8.3 11.2 8.9 8.2 2.2 0.7 0.7

Buah-buahan 4.9 1.8 -0.8 -1.1 1.8 4.0 6.9

Bumbu-bumbuan 101.2 8.8 83.5 88.5 -8.0 -23.2 2.2

Lemak dan Minyak -2.3 -1.5 5.0 6.2 6.4 7.0 4.9

Bahan Makanan Lainnya 6.5 9.5 9.9 10.1 11.2 5.8 5.9

Kelompok2016

Arah 2017

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

pada komoditas melon dan semangka. Inflasi

melon tercatat 12,66% (yoy) dari 0,08% (yoy),

sementara inflasi semangka tercatat 11,38%

(yoy) dari 2,60% (yoy). Peningkatan inflasi

disebabkan oleh keterbatasan pasokan buah-

buahan.

Disisi lain, komoditas ikan segar yang memiliki

andil 0,47% terhadap inflasi tahunan Provinsi

Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan

inflasi. Inflasi komoditas ikan kembung turun

dari 21,11% (yoy) menjadi 9,55% (yoy)

sedangkan ikan teter mengalami deflasi hingga

6,38% (yoy). Penurunan inflasi ini disebabkan

oleh tingginya pasokan ikan segar seiring dengan

peningkatan aktivitas nelayan dalam cuaca yang

mendukung.

Meningkatnya aktivitas nelayan pada musim

kemarau ini juga mendorong penurunan inflasi

ikan yang diawetkan. Penurunan inflasi ikan yang

diawetkan dari 29,04% (yoy) menjadi 27,40%

(yoy). Inflasi ikan dencis menurun dari 21,15%

(yoy) menjadi 16,26% (yoy) sementara inflasi

ikan teri menurun dari 41,00% (yoy) menjadi

33,18% (yoy).

Disamping itu, subkelompok sayur-sayuran

kembali mengalami deflasi dari 2,07% (yoy)

menjadi -3,85% (yoy). Inflasi terong panjang

menurun dari 39,41% (yoy) menjadi 4,62% (yoy),

sedangkan komoditas buncis dan kentang

mengalami deflasi hingga 28,12% (yoy) dan

15,71% (yoy). Deflasi ini disebabkan oleh

pasokan sayur-sayuran yang melimpah. Aktivitas

Gunung Sinabung relatif tidak memberikan

dampak yang signifikan pada tanaman pertanian

di daerah sekitar. Adanya hujan dan penyiraman

berkala mengurangi debu yang menempel di

tanaman, sehingga tanaman tidak rusak.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi

bahan makanan menurun menjadi 0,97% (yoy)

dari 4,59% (yoy). Hal ini disebabkan oleh

masuknya masa panen beberapa komoditas

seperti bawang merah dan bawang putih. Selain

itu, kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET)

komoditas beras mampu menahan tekanan

inflasi kelompok bahan makanan.

3.4.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau kembali mengalami penurunan

tekanan inflasi dari 5,55% (yoy) menjadi 3,64%

(yoy). Penurunan terjadi pada seluruh

subkelompok dengan subkelompok makanan

jadi yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi

kelompok ini.

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

Tekanan inflasi subkelompok makanan jadi

menurun dari 5,57% (yoy) menjadi 4,00% (yoy).

Penurunan ini terutama didorong oleh

komoditas nasi dengan lauk yang tercatat 8,79%

(yoy) dari 14,72% (yoy). Selain itu, tekanan inflasi

komoditas gula melemah dari 4,59% (yoy)

menjadi 3,23% (yoy). Rendahnya tekanan inflasi

subkelompok makanan jadi didorong oleh

menurunnya permintaan pasca bulan

Ramadhan.

Pasca bulan Ramadhan, tekanan inflasi

tembakau dan minuman beralkohol turun

menjadi 5,25% (yoy) dari 8,60% (yoy) dengan

andil 0,27% terhadap inflasi tahunan Provinsi

Sumatera Utara.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi

kelompok ini tercatat kembali menurun dari

3,64% (yoy) menjadi 3,45% (yoy). Penurunan ini

didorong oleh deflasi minuman tidak beralkohol

I II III IV I II III

MAKANAN JADI 10.7 11.9 13.5 11.9 6.9 5.5 3.6

Makanan Jadi 7.1 7.9 9.4 9.5 5.0 5.6 4.0

Minuman yang Tidak Beralkohol 8.8 12.8 12.1 12.2 9.3 -0.7 -0.9

Tembakau dan Minuman Beralkohol 18.7 18.6 21.5 15.3 8.4 8.5 5.2

Kelompok2016

Arah 2017

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

yang terus berlanjut. Sampai dengan akhir

tahun, inflasi dari kelompok ini diperkirakan

meningkat sejalan dengan pola musiman Natal

dan Tahun Baru.

3.4.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar

Tekanan inflasi kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar menurun dari

7,57% (yoy) menjadi 6,77% (yoy). Penurunan

terjadi pada hampir seluruh subkelompok dan

utamanya terjadi pada subkelompok bahan

bakar, penerangan, dan air.

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air

mengalami penurunan tekanan inflasi dari

22,15% (yoy) menjadi 20,22% (yoy). Hal ini

didorong oleh tidak adanya kebijakan

administered prices yang strategis.

Pada awal triwulan IV 2017, inflasi kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

sedikit meningkat. Hal ini disebabkan oleh

kelangkaan bahan bakar rumah tangga atau gas

LPG 3Kg terutama di Medan, Provinsi Sumatera

Utara.

3.4.4 Kelompok Sandang

Kelompok sandang terus mengalami deflasi

dari -1,11% (yoy) menjadi -2,02% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi terjadi pada

subkelompok sandang laki-laki, sandang anak-

anak, dan barang pribadi serta sandang lain.

Subkelompok sandang laki-laki memilki andil

terbesar dalam penurunan tekanan inflasi

kelompok ini.

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

Sandang laki-laki mengalami deflasi dari 4,21%

(yoy) menjadi -5,03% (yoy), sementara sandang

anak-anak mengalami deflasi dari 0,52% (yoy)

menjadi -1,27% (yoy). Penurunan tekanan pada

kelompok sandang diperkirakan terjadi akibat

menurunnya permintaan masyarakat pasca

bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru. Hal ini

ditunjukkan dengan komoditas seragam sekolah

pria yang mengalami deflasi 1,09% (yoy) dari

sebelumnya mengalami inflasi 4,15% (yoy).

Sementara itu, komoditas baju muslim wanita

mengalami deflasi 3,46% (yoy) dari 0,04% (yoy).

Disisi lain, tekanan inflasi komoditas emas

perhiasan juga turun dari 1,36% (yoy) menjadi -

2,32% (yoy) seiring dengan kebiasaan

masyarakat menjual emas setelah lebaran.

Memasuki awal triwulan IV 2017, tekanan inflasi

kelompok sandang relatif meningkat.

Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya

tekanan inflasi pada subkelompok pribadi dan

sandang lain, terutama pada komoditas emas

perhiasan.

3.4.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami penurunan

tekanan inflasi dari 3,75% (yoy) menjadi 3,03%

(yoy). Penurunan terbesar dialami oleh

subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok

jasa perawatan jasmani.

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 3.0 1.6 1.9 2.5 4.4 7.6 6.8

Biaya Tempat Tinggal 4.3 3.5 3.2 3.0 2.6 2.4 1.6

Bahan Bakar, Penerangan dan Air -0.6 -3.7 -2.1 -0.6 8.3 22.2 20.2

Perlengkapan Rumah Tangga 6.3 8.4 8.7 7.0 4.9 3.0 2.7

Penyelenggaraan Rumah Tangga 3.9 2.3 2.4 3.8 4.0 3.5 3.7

Kelompok2016

Arah 2017

I II III IV I II III

SANDANG 4.8 6.3 7.2 2.8 1.2 -1.1 -2.0

Sandang Laki-Laki 2.7 2.4 4.3 -2.0 -1.3 -4.2 -5.0

Sandang Wanita 10.1 11.0 8.8 5.1 -0.1 -1.4 -0.6

Sandang Anak-Anak 3.5 5.1 5.5 1.9 2.1 -0.5 -1.3

Barang Pribadi dan Sandang Lain 3.4 7.3 10.4 6.5 5.0 1.9 -0.9

Kelompok2016

Arah 2017

I II III IV I II III

KESEHATAN 4.9 4.7 4.5 4.8 5.0 3.8 3.0

Jasa Kesehatan 0.9 3.1 5.4 5.3 5.2 4.6 2.1

Obat-obatan 2.1 2.8 2.6 3.1 2.7 2.4 2.7

Jasa Perawatan Jasmani 2.4 6.0 6.2 6.3 8.9 6.8 5.6

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 9.4 6.1 4.1 4.7 5.0 3.1 3.3

Kelompok2016

Arah 2017

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan

menurun dari 4,46% (yoy) menjadi 2,09% (yoy).

Penurunan inflasi terjadi pada jasa dokter umum

dan jasa dokter gigi. Selain itu, subkelompok jasa

perawatan jasmani turun dari 6,83% (yoy)

menjadi 5,62% (yoy). Pasca lebaran, permintaan

masyarakat untuk menggunakan jasa gunting

rambut dan keriting/meluruskan rambut sedikit

menurun.

3.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olah Raga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga

mengalami penurunan tekanan inflasi dari 3,60%

(yoy) menjadi 0,32% (yoy). Melemahnya tekanan

inflasi didorong oleh turunnya tekanan inflasi

subkelompok pendidikan dan kursus-

kursus/pelatihan.

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga

Sumber: BPS, diolah

Inflasi subkelompok pendidikan menurun

signifikan dari 6,09% (yoy) menjadi 0,21% (yoy)

sementara subkelompok kursus-

kursus/pelatihan sedikit menurun dari 0,72%

(yoy) menjadi 0,40% (yoy). Penurunan inflasi

subkelompok pendidikan terjadi pada seluruh

jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga

Perguruan Tinggi sejalan dengan masuknya

tahun ajaran baru.

Memasuki triwulan IV 2017, inflasi kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olah raga cenderung

stabil seiring dengan peningkatan inflasi

subkelompok rekreasi ditengah penurunan

inflasi sub kelompok peralatan pendidikan

3.4.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Tekanan inflasi kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan sedikit menurun

dari 3,77% (yoy) menajdi 3,07% (yoy).

Menurunnya inflasi kelompok ini terjadi pada

seluruh subkelompok kecuali jasa keuangan

yang cenderung stabil.

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

Tekanan inflasi subkelompok transportasi turun

dari 2,41% (yoy) menjadi 1,65% (yoy) sementara

subkelompok sarana dan penunjang transpor

juga turun dari 15,32% (yoy) 1,60% (yoy). Kedua

subkelompok ini memiliki andil 0,45% (yoy)

terhadap inflasi Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan III 2017. Penurunan dipengaruhi oleh

turunnya biaya seluruh moda angkutan pasca

lebaran. Selain itu, setelah masa liburan

permintaaan barang dan jasa untuk menunjang

transportasi seperti helm, tambal ban, dan cuci

kendaraan juga cenderung menurun.

Memasuki triwulan IV 2017, tekanan inflasi

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan relatif stabil. Kestabilan ini terutama

didorong oleh tekanan inflasi subkelompok

transpor dan jasa keuangan yang masih terjaga.

3.5 Perbandingan Inflasi Antar

Provinsi/Kota di Sumatera

Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau

Sumatera pada triwulan III 2017 tercatat sebesar

3,63% (yoy), menurun signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 4,65% (yoy).

Pencapaian ini di bawah laju inflasi nasional

sebesar 4,73% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

disebabkan oleh turunnya harga komoditas

I II III IV I II III

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.0 6.5 4.5 4.1 4.1 3.6 0.3

Pendidikan 9.2 10.1 7.0 6.9 6.9 6.1 0.2

Kursus-Kursus / Pelatihan 0.6 0.7 0.4 0.3 0.4 0.7 0.4

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4.3 4.2 1.6 1.2 0.0 0.2 1.2

Rekreasi 1.6 2.1 1.4 -0.1 0.5 0.0 0.1

Olahraga 0.7 0.8 0.9 0.5 0.3 1.0 0.7

Kelompok2016

Arah 2017

I II III IV I II III

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.8 -1.1 -2.0 -1.8 1.9 3.8 3.1

Transpor 2.0 -2.0 -3.4 -3.3 -0.3 2.4 1.7

Komunikasi dan Pengiriman 0.1 0.1 0.6 2.1 4.2 4.0 3.8

Sarana dan Penunjang Transpor 3.5 3.8 4.1 3.4 18.7 17.6 15.3

Jasa Keuangan 1.5 1.6 1.6 1.6 0.0 0.0 0.1

Kelompok2016

Arah 2017

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

bahan makanan pada sebagian daerah di

Sumatera.

Sementara itu, Provinsi Sumatera Utara menjadi

provinsi dengan inflasi kedua tertinggi setelah

Provinsi Riau yang mencapai 5,08% (yoy).

Tingginya tekanan inflasi di Provinsi Riau

disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan

perpanjangan STNK. Sementara itu, inflasi

Sumatera Barat tercatat yang terendah yakni

2,33% (yoy), seiring dengan koreksi harga bahan

makanan seperti cabai merah, bawang merah,

dan gula pasir.

Grafik 3.7 Inflasi Spasial Sumatera

3.6 Upaya Pengendalian Inflasi

Tingginya tekanan inflasi volatile food pada

triwulan III 2017 menjadi perhatian Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sumatera Utara. Menyikapi hal teresbut, TPID

Provinsi Sumatera Utara menyusun beberapa

program untuk ditindaklanjuti, diantaranya:

1. Percepatan proses pembentukan BUMD

Pangan untuk memastikan kestabilan harga

dan ketersediaan pangan. Pembentukan

dikawal oleh Biro Bina Perekonomian. Saat

ini, proses pembentukan masih dalam

tahapan kajian akademis.

2. Penguatan database di masing-masing TPID

dari setiap pihak terkait konsumsi, produksi,

dan distribusi sehingga dapat diketahui

kondisi surplus/defisit komoditas pangan

strategis di daerah.

3. Kooordinasi dengan distributor swasta,

terutama distributor hortikultura untuk

memperkuat perdagangan antar daerah.

4. Pembentukan cold storage dan revitalisasi

gudang-gudang di daerah untuk

penyimpanan komoditas pangan yang lebih

baik.

5. Melakukan hilirisasi produk komoditas

pangan, terutama cabai merah untuk

mengatasi volatilitas harga cabai merah di

Provinsi Sumatera Utara.

Komoditas yang memiliki andil terbesar dalam

tingginya tekanan inflasi volatile food pada

triwulan III 2017 adalah komoditas cabai merah.

Untuk itu, TPID Provinsi Sumatera Utara

melakukan rapat koordinasi dengan distributor

cabai merah. Rapat ini membahas faktor

fluktuasi harga cabai merah, rantai produksi

cabai merah serta proses penetapan harga di

pasar induk. Sebagai tindak lanjut, TPID

menyepakati hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan rapat koordinasi dengan

tengkulak/pedagang besar dan perusahaan

hilir cabai merah di kota Medan.

2. Melakukan monitoring terhadap

perkembangan produksi cabai merah oleh

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Pola Inflasi Komoditas Cabai Merah

Cabai merah kembali mendominasi inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III tahun 2017. Di awal triwulan

III tahun 2017, laju inflasi cabai merah perlahan meningkat 7,85% (mtm) dari bulan sebelumnya yang mengalami

deflasi (–29,22% mtm). Pada bulan Agustus 2017, laju inflasi cabai merah meningkat tajam hingga 82,26% (mtm)

dengan kontribusi 1,06% (mtm) terhadap inflasi bulanan Provinsi Sumatera Utara yang tercatat 1,1% (mtm).

Sementara di akhir triwulan III tahun 2017, laju inflasi menurun dengan kontribusi 0,33% terhadap total inflasi

Provinsi Sumatera Utara secara tahunan.

Secara spasial, komoditas cabai merah juga menjadi komoditas penyumbang inflasi di seluruh kota SBH Provinsi

Sumatera Utara. Memasuki bulan Juli 2017, cabai merah menjadi salah satu dari sepuluh komoditas utama

penyumbang inflasi di kota Medan, kota Sibolga, dan kota Pematangsiantar. Sementara itu, di kota

Padangsidempuan cabai merah menjadi salah satu komponen penyumbang deflasi pada bulan Juli 2017. Pada

bulan Agustus dan September 2017, cabai merah menjadi komoditas dengan sumbagan inflasi terbesar di

seluruh kota SBH.

Tidak hanya pada triwulan III tahun 2017, perubahan harga komoditas cabai merah mempengaruhi inflasi

Sumatera Utara, melalui inflasi volatile food hampir di setiap periode (Grafik 3.8). Secara statistik, korelasi inflasi

cabai merah dan inflasi IHK sejak periode Februari 2014 hingga Oktober 2017 sebesar 0,67. Mengapa hal ini

dapat terjadi? Meskipun lebih rendah dibandingkan beberapa komoditas lainnya, bobot komoditas cabai merah

cukup tinggi dan lebih fluktuatif (Grafik 3.9). Komoditas beras, kontrak rumah, dan tarif listrik memiliki bobot

yang lebih besar, namun cenderung stabil dari waktu ke waktu. Bobot komoditas tersebut menggambarkan

jumlah nilai konsumsi yang dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memperoleh komoditi tersebut1. Secara

konseptual, perubahan nilai konsumsi dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas dan/atau kuantitas yang

dikonsumsi. Namun, dengan sistem Laspeyres, perubahan kuantitas hanya terjadi ketika ada perubahan tahun

dasar dimana BPS akan melakukan Survei Biaya Hidup dalam rangka updating pola konsumsi masyarakat.

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.8 Perbandingan growth harga cabai merah dengan inflasi volatile food Sumatera Utara (mtm)

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.9 Perbandingan nilai konsumsi komoditas

Suplemen 1

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

Sumber : SPH Diolah

Grafik 3.10 Harga Cabai Merah dan kontribusi komoditas cabai merah terhadap inflasi

total bulanan Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data Survei Pemantauan Harian, harga cabai merah sangat berfluktuatif. Komoditas ini pernah

mencapai Rp84,990,00/kg pada bulan November 2016, namun juga pernah mencapai harga terendah hingga

Rp18.413,00/kg pada bulan Juni 2017. Harga cabai merah akan berubah seiring dengan fluktuasi pasokan di

pasaran. Yang menyebabkan naik turunnya jumlah pasokan, diantaranya: 1) Faktor iklim; 2) Disparitas informasi

pedagang yang sulit mendatangkan cabai merah dari luar daerah masing-masing sehingga pedagang memiliki

akses untuk mendatangkan cabai merah dari luar daerah akan mendominasi pembentukan harga; 3) kebutuhan

cabai merah dari daerah lain yang menawarkan harga jual yang lebih mahal; 4) kendala distribusi; dan 5)

Kebiasaan para petani. Keengganan petani menanam cabai merah ketika harga sedang turun akan menurunkan

produksi cabai merah. Penurunan produksi cabai merah akan menyebabkan harga cabai merah naik. Ketika

harga cabai merah sedang tinggi, petani yang bukan termasuk petani komoditas cabai merah akan ikut menanam

cabai merah, sehingga suplai cabai merah melebihi kebutuhan yang menyebabkan penurunan harga cabai

merah.

Dalam rangka menjaga kestabilan harga cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) telah menyusun beberapa program yang struktural untuk, diantaranya penguatan database TPID,

hilirisasi produk cabai merah, pembangunan pergudangan (cold storage), dan penguatan perdagangan antara

daerah. Selain itu TPID Provinsi Sumatera Utara juga mengusulkan pembentukan BUMD Pangan dan koordinasi

yang lebih intensif dengan asosiasi distributor cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Langkah-langkah

tersebut diharapkan dapat mengendalikan penyebab fluktuasi harga cabai merah sehingga inflasi Provinsi

Sumatera Utara dapat terjaga.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

Pola Inflasi Subkelompok Pendidikan

Masyarakat sangat menyadari peran penting pendidikan dalam kehidupan. Bahkan, semakin banyak

orang tua mulai memasukkan anak-anaknya mulai dari jenjang Kelompok Bermain hingga Perguruan

Tinggi untuk mendapatkan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Konsumsi masyarakat terhadap

pendidikan yang tercermin pada biaya pendidikan berpengaruh terhadap penghitungan inflasi. Secara

historis, subkelompok pendidikan biasanya memberikan sumbangan inflasi yang cukup signifikan pada

triwulan II dan III serta menunjukkan pola yang mirip dari tahun 2012-2016, dengan sedikit fluktuasi

di tahun 2013 (Grafik 3.11). Di tahun 2017, sumbangan inflasi dari biaya pendidikan relatif minimal.

Pola peningkatan tekanan inflasi sesuai dengan pola tahun ajaran baru untuk setiap jenjang, dari mulai

Kelompok Bermain hingga Perguruan Tinggi. Jenjang pendidikan tersebut masuk sebagai komoditas di

dalam keranjang inflasi IHK.

Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada jenjang Kelompok Bermain relatif rendah. Hal ini diperkirakan

karena jenjang pendidikan Kelompok Bermain belum secara umum diikuti oleh masyarakat, yang

tercermin pada bobot komoditas tersebut di keranjang IHK yang relatif kecil. Sementara untuk tingkat

Taman Kanak-Kanak, inflasi terjadi pada awal tahun dan pertengahan tahun (Grafik 3.12). Tekanan ini

diperkirakan karena anak-anak dapat mulai mengikuti jenjang pendidikan TK pada awal tahun atau

pertengahan tahun. Sejak tahun 2014, kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2014 sebesar

0,84% (mtm). Walaupun terjadi pada dua periode, andil terhadap inflasi bulanan Sumatera Utara

kurang dari 0,05%.

Tekanan inflasi komoditas Sekolah Dasar mulai bergerak naik pada akhir triwulan II dan baru mulai

mereda pada akhir triwulan III (Grafik 3.13). Hal ini diperkirakan sesuai dengan pola awal tahun ajaran

baru untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang berkisar pada bulan-bulan di triwulan III. Pada

tahun 2017, inflasi komoditas ini relatif rendah bahkan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2017

hanya sebesar 0,37% (mtm).

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.11 Pola inflasi subkelompok Pendidikan

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.12 Pola inflasi Pendidikan Taman Kanak Kanak

Suplemen 2

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.13 Pola inflasi komoditas Sekolah Dasar

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.14 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Pertama

Sementara itu, tekanan inflasi jenjang SMP dan SMA memuncak pada bulan Agustus, sesuai dengan

pola mulainya tahun ajaran baru untuk jenjang-jenjang tersebut. Laju inflasi tingkat SMA naik pada

bulan Agustus dengan rata-rata 2,18% per tahun, sedangkan untuk tingkat SMP tercatat 8,49% per

tahun. Pada tahun 2017, inflasi SMP menurun dan tercatat 4,59% (mtm) dengan andil inflasi bulanan

0,05% (Grafik 3.14). Bahkan untuk SMA mengalami deflasi yang cukup dalam di Agustus 2017 (Grafik

3.15).

Inflasi pendidikan jenjang Perguruan Tinggi juga meningkat pada triwulan III. Inflasi tertinggi terjadi

pada bulan Juli 2015 yang tercatat 0,06% (mtm) (Grafik 3.16). Namun, pada tahun 2017, tekanan inflasi

Perguruan Tinggi cenderung stabil. Sebagai informasi bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi

Sumatera Utara1 untuk kelompok umur 19 – 24 tahun cenderung stagnan. Untuk kelompok umur 19

– 24 tahun, APS Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 tercatat 26,80, sedangkan pada tahun 2016

tercatat 26,62 (Grafik 3.17).

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Sekolah Menengah Atas

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.16 Pola inflasi komoditas Perguruan Tinggi

Sumber : BPS diolah

Grafik 3.17 Angka Partisipasi Sekolah kelompok umur 19 – 24 tahun

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah
Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

43

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN

DAERAH, PENGEMBANGAN

AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Perbaikan ekonomi dan masih terjaganya inflasi didukung oleh stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara pada Triwulan III Tahun 2017 yang masih cukup baik. Kinerja perbankan masih cukup kuat, yang diiindikasikan oleh pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga. Sementara itu, kredit perbankan melambat, tumbuh 6,6% (yoy) pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2%. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja korporasi yang membaik dan ketahanan rumah tangga yang terjaga. Ketahanan sektor rumah tangga yang membaik tercermin pada kredit konsumsi yang tumbuh 9% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit perbankan Sumatera Utara juga masih terjaga baik. Meskipun risiko meningkat, tetapi masih dalam batas level indikatifnya. Disamping itu, risiko kredit perbankan syariah juga membaik. Kondisi ini juga pada akhirnya berpengaruh pada tingkat intermediasi perbankan yang berada pada level aman tergambar pada Loan To Funding Ratio sebesar 90%.

ULOS RAGIHOTANG

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah
Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

45

4.1 Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Utara triwulan III tahun 2017 mulai menunjukkan

perbaikan. Ketahanan sektor korporasi yang tergambar dari indikator keuangan korporasi yang terjaga

dengan kinerja yang meningkat. Meskipun begitu, pertumbuhan kredit tertahan pada angka 6,6%

lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy) diikuti oleh meningkatnya resiko kredit yang

tercermin dari NPL yang meningkat 2,9% dari (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit ini terutama

terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi sedangkan kredit konsumsi yang tumbuh positif

9,9% (yoy).

Tabel 4.1 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral

Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara.

Sumber : Bloomberg, diolah dari 80 korporasi di Sumatera Utara.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan

III yang membaik, sejumlah Indikator kinerja

keuangan korporasi (Tabel 4.1) di Sumatera Utara

juga membaik. Profitabilitas yang tercermin pada

rasio Return on Asset (RoA) dan Return on Equity

(RoE) mulai menunjukkan peningkatan masing-

masing tercatat 4,9% dan 11,8% pada triwulan II

tahun 2017. Perbaikan terutama terjadi pada

sektor Trade (Perdagangan, Service dan

Investasi), Infrastructure (Infrastruktur, Utilitas

dan Transportasi) dan Property (Konstruksi,

Properti dan Real Estate). Sedangkan untuk

sektor Aneka Industri, meskipun ROA dan ROE

mengalami penurunan, tetapi profit margin masih

tumbuh positif. Membaiknya sektor Trade,

Infrastructure dan Property disebabkan oleh

percepatan pembangunan beberapa proyek

infrastruktur vital di Sumatera Utara seperti

pembukaan jalan tol Kualanamu-Tebing Tinggi

dan Medan-Binjai.

Meningkatnya profitabilitas berdampak pada

ketahanan korporasi dan kemampuan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Hal ini terlihat dari

current ratio tercatat meningkat 1,5% dan

solvability ratio terjaga pada 1.7%. Proporsi

Hutang terhadap Jumlah Ekuitas yang tergambar

dari Debt to Equity Ratio (DER) juga membaik dan

turun menjadi 1.4%.

Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017

Perkebunan 1.3 1.6 1.8 1.6 0.8 0.7

Industri Dasar dan Kimia 1.0 1.0 2.0 2.0 1.7 1.8

Industri Barang Konsumsi 0.9 1.0 2.1 2.0 1.9 1.4

Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 0.8 0.8 2.2 2.3 1.2 1.1

Aneka Industri 0.7 0.8 2.4 2.2 2.0 2.0

Konstruksi, Properti dan Real Estate 1.8 1.7 1.6 1.6 1.6 1.7

Perdagangan, Service dan Investasi 1.0 0.9 2.0 2.1 1.4 1.5

Sumatera Utara 1.5 1.4 1.7 1.7 1.1 1.5

SektorDER Solvability Ratio Current Ratio

Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017 Tw II 2016 Tw II 2017

Perkebunan 1.2 (2.3) 2.9 (5.4) 10.2 10.7

Industri Dasar dan Kimia 9.6 6.9 20.9 13.2 0.1 0.1

Industri Barang Konsumsi 8.9 6.7 17.0 13.5 1.4 1.4

Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 9.9 10.8 17.9 18.7 0.0 0.0

Aneka Industri 14.9 13.2 24.3 22.6 0.0 0.0

Konstruksi, Properti dan Real Estate 3.2 3.3 8.7 9.0 0.0 0.0

Perdagangan, Service dan Investasi 2.3 4.0 4.7 7.8 0.1 0.2

Sumatera Utara 1.7 4.9 4.2 11.8 0.1 0.05

SektorROA ROE Inventory Turnover

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

46

Sedikit berbeda dengan Trade dan Infrastructure,

sektor Perkebunan dan Industri Kimia Dasar

masih lesu. Sektor Perkebunan dan Industri Dasar

dan Kimia Kebakaran hutan pada masa El Nino

2016 dan mayoritas perkebunan sawit rakyat

yang sudah memasuki masa replanting,

berdampak pada rendahnya produktifitas

perkebunan kelapa sawit ditengah mulai

membaiknya harga komoditas kelapa. Kondisi ini

turut berpengaruh pada industri turunannya.

Kinerja Pembiayaan Lapangan Usaha Utama.

Struktur perekonomian Sumatera Utara

didominasi oleh 3 lapangan usaha utama, yaitu

Pertanian dengan share 20.7%, Industri

Pengolahan sebesar 20.5% dan Perdagangan

Besar dan Eceran (PBE) sebesar 18.1%. Begitu

juga penyaluran kredit korporasi di Sumatera

Utara juga terkonsentrasi pada ketiga lapangan

usaha tersebut dengan porsi masing-masing

Pertanian (25.3%; yoy), Industri pengolahan

(30.7%; yoy) dan PBE (28.6%; yoy).

Kinerja lapangan usaha tidak selalu sejalan

dengan perkembangan penyaluran kredit

perbankan. Suku bunga, opsi pembiayaan lain dan

persepsi pelaku usaha terkait dengan

perekonomian ke depan, berpengaruh terhadap

inkonsistensi pembiayaan kredit dengan kinerja

lapangan usaha dari sisi permintaan. Sedangkan

dari sisi perbankan, kualitas kredit, prospek

ekonomi domestik maupun internasional dapat

mempengaruhi risk appetite lembaga keuangan

dalam menyalurkan kreditnya.

Pertanian

Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko

Sektor Pertanian

Kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan

III tahun 2017 meningkat 3,1% (yoy), (Grafik.4.1).

Akan tetapi, dari sisi penyaluran kredit pada

sektor ini tumbuh 15,5%(yoy), lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,9% (yoy).

Sejalan dengan rasio korporasi Triwulan II Tahun

2017 sektor pertanian yang masih belum

membaik.

Perbaikan permintaan serta harga komoditas CPO

yang mulai membaik turut mendukung

meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian.

Meskipun kenaikan tersebut masih didorong oleh

kecukupan persediaan ditengah produksi TBS

yang meningkat. Kondisi ini tergambar dari

inventory turnover ratio yang membaik dari 10.2%

menjadi 10.7%.

Sejalan dengan peryumbuhan kredit yang

melambat, resiko kredit sektor ini masih terjaga

pada 1.5% (yoy). Perbankan lebih berhati-hati

dalam menyalurkan kredit pada sektor ini. Selain

isu status kepemilikan tanah yang masih

menunggu keputusan Peraturan Daerah Rencana

Tata Ruang dan Wilayah Sumatera Utara,

permintaan dan harga komoditas karet yang

belum membaik juga menjadi faktor risiko

penyaluran kredit pada sektor ini. Salah satu

instrumen pengendalian risiko bank adalah

melalui Suku Bunga Tertimbang (SBT). Perbankan

menerapkan SBT untuk sektor pertanian

mencapai 8.5% (yoy), perkebunan kelapa sawit

8.2% (yoy) dan perkebunan karet10.8% (yoy).

Industri Pengolahan

Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko

Sektor Industri Pengolahan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

47

Berbeda dengan pertanian, pertumbuhan

ekonomi lapangan usaha industri pengolahan

sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit

pada sektor dimaksud. Kinerja lapangan usaha

sektor industri pengolahan mencapai 6.2% (yoy)

dengan pertumbuhan kredit mencapai 16.3%

(yoy) (Grafik 4.2). Berdasarkan klasifikasi industri

pada indikator kinerja keuangan korporasi, rasio

sektor Industri Barang Konsumsi mengalami

penurunan dari sisi profitabilitas dan ketahanan.

Meskipun kemampuan korporasi untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih

cukup baik.

Penurunan konsumsi masyarakat pada triwulan

sebelumnya berdampak pada produksi dari

industri dimaksud yang menurun. Kondisi ini

berpengaruh kepada permintaan kredit sektor ini

yang juga menurun meskipun SBT sektor ini

adalah 7.6% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya 7.7% (yoy). Keyakinan pelaku usaha

yang menurun juga tergambar dari indeks

keyakinan pelaku usaha berdasarkan Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh

Bank Indonesia. Indeks keyakinan mencapai 7%

lebih rendah dari realisasi yang mencapai 10%

(Grafik.4.3).

Grafik 4.3. Indeks Realisasi dan Pelaku Usaha terhadap

Kegiatan Usaha

Meskipun beberapa indikator menunjukkan

penurunan, risiko kredit lapangan usaha industri

pengolahan membaik pada angka 1.4% (yoy) dari

sebelumnya mencapai 1.6% (yoy). Industri

Pengolahan masih akan membaik pada Triwulan

IV seiring dengan masuknya PHBK Natal dan

Tahun Baru. Selain itu, Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) Triwulan III Tahun 2017

meningkat 123.3% (Grafik 4.4). Kondisi

permintaan akan membaik.

Grafik 4.4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Perdagangan Besar dan Eceran

Kinerja lapangan usaha PBE meningkat tipis 5.9%

(yoy) pada triwulan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 5.8% (yoy) (Grafik

4.5). Berbeda dengan penyaluran kredit sektor

PBE yang terkontraksi -9.8% (yoy). Penyaluran

kredit yang rendah pada sektor ini salah satunya

disebabkan oleh risiko kredit yang tinggi.

mencapai 5.7% (yoy) di atas batas risiko kredit

rata-rata perbankan yaitu 5%. Lembaga keuangan

menjadi lebih berhati-hati menyalurkan kredit

pada sektor ini. Kondisi ini juga direfleksikan oleh

SBT sektor PBE yang mencapai 11.3% (yoy).

Grafik 4.5. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan Resiko

Sektor PBE

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

48

Pada Triwulan III Tahun 2017, ketahanan sektor

rumah tangga Sumatera Utara membaik. Begitu

juga kredit konsumsi yang juga meningkat

menjadi 9.9% (yoy). Meskipun begitu,

peningkatan kredit cenderung dilakukan untuk

barang konsumsi produktif seperti kendaraan

bermotor maupun investasi berupa aset. Pola ini

juga terlihat dari Dana pihak ketiga yang

meningkat, terutama untuk jenis deposito yang

tumbuh 11% (yoy).

Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Grafik 4.6. Perkembangan DPK Provinsi Sumatera Utara

Dana Pihak Ketiga provinsi Sumatera Utara

meningkat signifikan mencapai 10.2% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya 8.7% (yoy)

(Grafik 4.6). Dari komponen DPK, pertumbuhan

tertinggi terdapat pada Deposito mencapai 11%

(yoy) diikuti oleh Giro sebesar 10,1%(yoy) dan

tabungan sebesar 9.4% (yoy). Sejalan dengan pola

historisnya preferensi masyarakat dalam

menyimpan uangnya masih didominasi oleh

tabungan dan deposito. Berdasarkan share jenis

simpanan terhadap DPK, Deposito menjadi

pilihan teratas dengan andil sebesar 44.4% (yoy),

Tabungan dengan andil 37.9% dan Giro dengan

andil 10.1%.

Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013,

Tabungan masih memiliki andil lebih besar dari

pada Deposito. Akan tetapi, pada Triwulan I 2014

sampai dengan sekarang, Deposito mulai menjadi

opsi menarik bagi masyarakat untuk menyimpan

kelebihan dana dalam waktu yang jauh lebih

panjang (Grafik 4.6).

Grafik 4.7. Perkembangan Jenis Simpanan dan Suku Bunga

Suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi

pertumbuhan ekonomi yang melambat pada 3

tahun terakhir turut mengubah pola pengelolaan

keuangan masyakat di Sumatera Utara. Suku

bunga deposito yang mencapai 5.7% (yoy) lebih

tinggi dari dua opsi simpanan lainnya yang hanya

menawarkan 2.1% (yoy) untuk giro dan 1.6% (yoy)

untuk tabungan (Grafik 4.6).

Grafik 4.8. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang DPK

Ditinjau berdasarkan kelompok nilainya, terlihat

ketergantungan perbankan Sumatera Utara

terhadap deposan perseorangan tertentu dengan

nilai besar masih tinggi pada triwulan III Tahun

2017. Hal tersebut tercermin dari 0.2% deposan

perseorangan dengan nilai tabungan di atas Rp.1

Miliar menguasai hingga 52% tabungan

perseorangan di Sumatera Utara (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Pengelompokan Tabungan Perseorangan

Berdasarkan Nilai Pengelompokan

Nominal Pangsa

Nominal Pangsa

Deposan

0 – 100 Juta 17.2 % 97.8 %

100 – 500 Juta 22.3 % 1.8 %

500 Juta – 1 Miliar 8.5 % 0.2 %

>1 Miliar 52 % 0.2 %

Kredit Rumah Tangga

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

49

Grafik 4.9. Perkembangan Pertumbuhan dan Resiko Kredit

Rumah Tangga

Kredit Rumah Tangga (RT) Provinsi Sumatera

Utara tumbuh 9.9%(yoy) pada Triwulan III Tahun

2017 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 9.4%(yoy) (Grafik 4.8). Pangsa kredit RT

memiliki pangsa mencapai 25.2% dari total kredit

yang disalurkan. Berdasarkan jenis kredit yang

disalurkan, kredit multiguna memiliki share

terbesar mencapai 46.4% diikuti oleh Kredit

Pemilikan Rumah sebesar 31.4%, Kredit

Kendaraan Bermotor 9.9% dan Perlengkapan

Rumah Tangga 1.8%. Pangsa kredit Kendaraan

bermotor mengalami penurunan dari triwulan

sebelumnya sebesar 14%.

Kredit Pemilikan Rumah

Grafik 4.10. Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah

Dari keseluruhan jenis Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) yang disalurkan, Kredit untuk Rumah

Tinggal Tipe 22 s/d 70 tumbuh paling tinggi

sebesar 15.7% (yoy) pada Triwulan III Tahun 2017

(Grafik 4.9) dan Kredit Rumah Tingga Tipe 70 juga

tumbuh 5.7% (yoy). meskipun kredit Rumah

Tingga Tipe 21 masih terkontraksi -3.8% (yoy).

Sedangkan untuk Rumah Toko tumbuh melambat

dan tercatat 4.2% (yoy). Mulai tumbuhnya Kredit

Pemilikan Rumah terkait dengan turunnya suku

bunga pinjaman bank seiring dengan kebijakan

pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV)

Peraturan Bank Indonesia No.18/16/PBI/2016

tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit

Properti, Rasio Financing to Value untuk

Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk

Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor

tanggal 29 Agustus 2016 (Grafik 4.10). Suku bunga

pinjaman Kredit Pemilikan Rumah mencapai

10.2% (yoy) lebih rendah dibandingkan kedua

jenis kredit lainnya yaitu Kredit Kendaraan

Bermotor sebesar 10.6% (yoy) dan Kredit

Multiguna sebesar 12.8% (yoy).

Ketentuan LTV yang baru memberikan

pelonggaran 5% untuk pembelian rumah melalui

pengajuan kredit melalui perbankan.

Sebelumnya, berdasarkan ketentuan LTV

pertama tanggal 18 Juni 2015, untuk Kredit

Pemilikan Rumah Tipe >70, Bank hanya

diperbolehkan memberikan pembiayaan sebesar

80% untuk kepemilikan rumah pertama, 70%

untuk pemilikan rumah kedua dan 60% untuk

pemilikan rumah ketiga dan seterusnya.

Berdasarkan ketentuan yang baru tanggal 29

Agustus 2016, Bank diperbolehkan melakukan

pembiayaan kepada pemilikan rumah dengan

porsi 75% untuk rumah pertama, 80% untuk

kepemilikan kedua dan 75% untuk kepemilikan

rumah ketiga dan seterusnya. Transmisi kebijakan

LTV baru berpengaruh pada Triwulan III

disebabkan lesu nya perekonomian sepanjang

tahun 2016 sampai dengan pertengahan 2017.

Grafik 4.11. Perkembangan Suku Bunga Kredit Rumah

Tangga

Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor

15.75%

4.16%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

RT Tipe 21 RT Tipe 22 s/d 70 RT Tipe > 70 Ruko atau Rumah Kantor

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

50

Grafik 4.12. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Kredit Kendaraan Bermotor terkontraksi cukup

dalam mencapai 26.2% (yoy) pada Triwulan III

Tahun 2017 (Grafik 4.11). Kondisi ini dipicu oleh

turunya penyaluran kredit untuk jenis kendaraan

Truk dan Kendaraan Roda 6 yang terkontraksi -

48.7% (yoy). Pertumbuhan kredit yang cukup

tinggi pada Tahun 2015 dan 2016, berdampak

penurunan yang cukup dalam pada Tahun 2017.

Pertumbuhan yang cukup tinggi ini disebabkan

oleh pembangunan beberapa proyek strategis

nasional di Provinsi Sumatera Utara seperti

pembangunan Jalan Tol, Kawasan Ekonomi

Khusus Sei Mangke dan Pembangunan Pelabuhan

Kuala Tanjung. Beberapa proyek tersebut telah

dijadwalkan selesai pada Tahun 2017 dan 2018.

Selain Truk dan Kendaraan Roda 6, penyaluran

kredit untuk sepeda motor juga menunjukan tren

melambat dan terkontraksi 11.6% (yoy) pada

Triwulan III Tahun 2017. Meskipun

pertumbuhannya cukup tinggi pada awal tahun

2015, kebijakan LTV yang juga berlaku untuk

pembelian kendaraan bermotor, termasuk

sepeda motor dan kendaraan roda empat,

berdampak pada penyaluran kredit sektor ini.

Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, Kredit

untuk Kendaraan Roda empat tumbuh 10.1%

(yoy) Pada Triwulan III Tahun 2017. Peningkatan

ini mulai terlihat sejak Triwulan IV Tahun 2016.

Pertumbuhan kredit untuk jenis ini didorong oleh

naiknya permintaan seiring dengan semangkin

tingginya jumlah kendaraan berbasis online yang

beroperasi di Sumatera Utara, terutama Medan.

Risiko Kredit

Riesiko Kredit untuk kredit Rumah Tangga relatif

stabil dengan tren menurun mencapai 2.5% (yoy)

pada Triwulan III Tahun 2017 dari 2.6% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Dari sisi jenis kredit, Kredit

Pemilikan Rumah memiliki risiko yang cukup

tinggi mencapai batas 5%, meskipun pada

Triwulan berjalan menurun menjadi 5.3% (yoy)

dari sebelumnya 5.6% (yoy). Sejalan dengan

risiko kredit kendaraan bermotor yang juga

membaik dan tercatat 1.4% (yoy) menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 2.4% (yoy).

Berdasarkan subkategori jenis kredit pemilikan

rumah, risiko kredit untuk Rumah Tinggal Tipe

>70, Flat dan Apartemen meningkat (Tabel 4.3).

Sedangkan untuk subkategori kredit kendaraan

bermotor risiko disumbang oleh Truk dan

Kendaraan bermotor Roda Enam dan kendaraan

bermotor Lainnya.

Tabel 4.3 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga per Kategori

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

Rumah Tinggal s.d. Tipe 21 5.20% 5.27% 5.21% 3.81% 4.53% 4.08% 4.63% 3.56% 4.19% 4.87% 5.38% 5.14% 5.77% 6.23% 4.67%

Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 70 4.21% 4.90% 5.74% 5.54% 6.36% 6.88% 7.11% 6.42% 6.92% 7.24% 6.97% 6.02% 6.20% 6.11% 5.65%

Rumah Tinggal Tipe Diatas 70 2.90% 2.99% 3.42% 3.45% 3.78% 4.14% 4.57% 3.60% 3.78% 4.38% 4.49% 4.39% 4.53% 4.90% 5.24%

Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2.66% 2.79% 2.84% 2.87% 1.02% 7.25% 5.77% 7.15% 3.54% 0.52% 3.37%

Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 70 2.64% 3.85% 3.40% 2.83% 3.32% 4.37% 4.22% 1.30% 1.26% 2.07% 2.20% 2.35% 2.41% 2.91% 3.27%

Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70 1.96% 1.37% 1.60% 2.31% 2.72% 3.90% 4.38% 2.20% 2.55% 2.45% 2.51% 1.25% 1.42% 5.98% 5.77%

Rumah Toko (Ruko) atau Rumah Kantor 2.13% 3.06% 2.80% 2.82% 3.01% 3.70% 4.28% 3.49% 4.16% 3.93% 4.41% 3.74% 4.12% 4.46% 4.71%

Mobil Roda Empat 0.74% 0.95% 0.71% 0.65% 0.86% 0.96% 1.20% 1.41% 1.39% 1.36% 1.27% 1.29% 1.04% 1.06% 0.89%

Sepeda Bermotor 2.54% 3.22% 2.94% 2.72% 3.04% 3.05% 3.38% 2.96% 3.20% 4.08% 3.43% 3.02% 2.88% 2.67% 2.62%

Truk dan Kendaraan Bermotor Roda Enam 0.68% 3.44% 3.83% 3.19% 3.42% 3.41% 1.61% 2.23% 2.39% 1.28% 2.29% 3.02% 3.97% 3.85% 4.23%

Kendaraan Bermotor Lainnya 2.06% 2.09% 1.94% 1.62% 0.76% 1.72% 1.71% 1.03% 1.66% 2.31% 2.51% 0.89% 0.93% 1.89% 2.37%

Furnitur dan Peralatan Rumah Tangga 1.56% 1.63% 1.97% 3.71% 4.51% 2.79% 1.34% 0.93% 0.91% 1.33% 1.46% 0.99% 0.52% 0.92% 0.80%

Televisi, Radio, dan Alat Elektronik 0.89% 0.75% 0.92% 1.11% 1.58% 0.89% 0.64% 0.71% 0.60% 0.38% 0.50% 0.75% 0.85% 0.80% 0.79%

Komputer dan Alat Komunikasi 8.59% 4.42% 8.31% 10.09% 13.28% 13.16% 10.08% 3.00% 1.86% 1.62% 1.22% 1.73% 0.80% 1.69% 2.37%

Peralatan Lainnya 3.12% 3.21% 1.47% 0.39% 0.83% 1.16% 0.98% 0.87% 1.08% 0.66% 0.75% 1.43% 1.42% 1.80% 2.03%

Keperluan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat 2.19% 4.53% 2.05% 2.25% 2.24% 1.22% 1.20% 1.43% 1.10% 0.88% 0.80% 0.79% 1.19% 1.15% 1.06%

Bukan Lapangan Usaha Lainnya 1.88% 1.66% 1.37% 2.35% 2.80% 3.23% 3.32% 3.03% 3.42% 3.09% 2.81% 2.86% 2.86% 2.65% 2.86%

2014 2015 2016 2017Kategori

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

51

4.2 Perkembangan Perbankan di Provinsi Sumatera Utara Tabel 4.4 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Sumatera Utara

Membaiknya perekonomian Sumatera Utara

pada triwulan III 2017 ditopang oleh stabilitas

keuangan Sumatera Utara yang relatif terjaga.

Kinerja perbankan di Sumatera Utara

menunjukkan intermediasi perbankan yang

cukup baik yang tercermin dari Loan to Funding

Ratio (LFR) sebesar 90% disertai dengan risiko

kredit yang masih di bawah level indikatif (3%).

Meskipun demikian, kinerja perbankan masih

belum optimal terkait dengan perkembangan

kredit yang cenderung melambat.

Aset Perbankan Konvensional

Pada triwulan III 2017 aset perbankan di

Sumatera Utara tercatat sebesar Rp291,1 triliun,

tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, sebesar 10,9%. Meningkatnya aset

pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan

DPK yang tumbuh 10,2%, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 8,7%. Namun

demikian, perkembangan tersebut belum diikuti

dengan peningkatan penyaluran kredit, sehingga

LFR Sumatera Utara tercatat 90,2%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

92%.

Berdasarkan kegiatannya, peningkatan aset

terutama didorong oleh meningkatnya aset bank

konvensional dan syariah. Aset bank

konvensional sedikit meningkat dari 10,5% pada

triwulan sebelumnya menjadi 10,9%. Sejalan

dengan hal tersebut, aset bank syariah juga

meningkat dari 10,4% menjadi 10,8%.

Intermediasi Perbankan Konvensional

Peran intermediasi perbankan di Sumatera Utara

pada triwulan III tahun 2017 masih cukup baik,

meski dalam tren melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Melambatnya LFR di

Provinsi Sumatera Utara terutama disebabkan

oleh perlambatan penyaluran kredit ditengah

peningkatan DPK. Hal ini diperkirakan didorong

oleh belum cukup kuatnya permintaan atas

pembiayaan sejalan denga melambatnya

permintaan domestik. Di sisi lain, berakhirnya

periode lebaran dan liburan anak sekolah

mendorong peningkatan DPK pada triwulan

laporan. Perlambatan penyaluran kredit ini juga

diiringi dengan meningkatknya non performing

loan dari 2,8% menjadi 3%. Meskipun demikian,

kualitas kredit tersebut masih dibawah level

indikatifnya, yaitu 5%.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit

Sumatera Utara didominasi oleh kredit produktif

(kredit modal kerja dan investasi) yang mencapai

75% dari total kredit yang disalurkan di Sumatera

Utara. Hal ini diharapkan dapat memberikan

multiplier effect yang positif bagi perekonomian

Sumatera Utara.

Melambatnya penyaluran kredit terutama

didorong oleh perlambatan Kredit Modal Kerja

yang cukup dalam, yaitu hanya tumbuh 0.6%

(yoy) pada triwulan berjalan dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 6.1% (yoy).

Melambatnya kredit modal kerja terjadi seiring

dengan menurunnya permintaan domestik yang

tercermin dari menurunnya aktivitas konsumsi

masyarakat pada periode laporan.

2015

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

Loan To Funding Ratio 99 95 91 93 94 94 94 97 93 93 93 93 93 92 90

Aset 213,452 221,678 228,521 232,038 233,130 239,942 254,331 245,167 242,350 256,941 262,606 266,165 279,298 283,951 291,184

Kredit 148,246 154,910 157,086 162,854 163,634 168,380 172,346 173,597 169,063 177,448 182,397 184,928 189,980 193,685 193,265

g Kredit 15.4% 14.4% 11.5% 9.6% 10.4% 8.7% 9.7% 6.6% 3.3% 5.4% 5.8% 6.5% 12.4% 9.2% 6.0%

DPK 157,551 166,642 173,924 178,716 177,742 182,639 190,144 184,499 186,041 194,557 197,340 201,072 207,516 211,528 217,491

g DPK 14.7% 19.7% 17.5% 15.1% 12.8% 9.6% 9.3% 3.2% 4.7% 6.5% 3.8% 9.0% 11.5% 8.7% 10.2%

Non Performing Loan 2.5% 2.7% 2.9% 2.5% 2.8% 3.1% 3.3% 2.9% 3.2% 3.2% 3.1% 2.5% 2.7% 2.8% 3.0%

Indikator2014 2016 2017

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

52

Tertahannya kebutuhan akan pembiayaan juga

terjadi pada kebutuhan pembiayaan jangka

panjang. Kredit Investasi juga tumbuh melambat,

13.1% (yoy), dari sebelumnya 15.2% (yoy).

Melambatnya kinerja kredit investasi

diperkirakan akibat dari menurunnya optimisme

pelaku usaha seiring dengan tren penurunan

harga komoditas. Hal ini juga terkonfirmasi dari

hasil liaison kepada pelaku usaha yang

menunjukkan rencana maupun realisasi investasi

yang cenderung melambat. Berbeda dengan

kredit konsumsi yang justru mengalami sedikit

peningkatan menjadi 10% dari sebelumnya

tercatat 9,4%. Hal ini sesuai dengan kondisi kredit

rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada

bagian ketahanan sektor rumah tangga (Lihat

4.1.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga)

Grafik 4.13. Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan

Berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan

penyaluran kredit di Sumatera Utara terutama

didorong oleh melambatnya penyaluran

pertumbuhan kredit sektor pertanian dan industri

pengolahan masing-masing tercatat 15.5% (yoy)

dan 16.3% (yoy), sementara itu kredit sektor

konstruksi meningkat dari 19,1% menjadi 21,2%.

Peningkatan realisasi kredit sektor kontruksi

diperkirakan sejalan dengan mulai agresifnya

proyek pembangunan pemerintah menjelang

akhir tahun.

Selain lapangan usaha utama dimaksud, lapangan

usaha yang tumbuh cukup tinggi adalah dan

Pengadaan Air mencapai 115.6% (yoy).

Grafik 4.14. Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan

Lapangan Usaha

Berdasarkan jumlah nilai kreditnya, kredit bernilai

1 s/d 5 miliar memiliki pangsa terbesar mencapai

40.5%, diikuti dengan kredit bernilai 10 s/d 500

juta dengan pangsa 28,8%, sementara yang

terkecil adalah kredit bernilai 500 Juta s/d 1 Miliar

dengan pangsa 6.5%. Hal ini mengindikasikan

proyek pengadaan air di Sumatera Utara cukup

tinggi, terutama yang dilakukan oleh pemerintah.

Tabel 4.5. Pangsa Kredit Air Bersih berdasarkan Nilai Pengelompokan Nilai Pangsa Kredit

10 s/d 500 Juta 28.8 %

500 Juta s/d 1 Miliar 6.5 %

1 s/d 5 Miliar 40.5 %

>5 Miliar 24.2 %

Tingkat intermediasi Bank sesuai dengan PBI

No.17/11/PBI/2015 dihitung menggunakan Loan

To Funding Ratio. Batas bawah LFR yang

diperbolehkan adalah 78% dengan batas atas

92%. Bank dapat melewati batas atas sampai

dengan 94% dengan syarat bank dapat memenuhi

rasio kredit UMKM lebih cepat dari target serta

rasio NPL keseluruhan kredit dan kredit UMKM

<5%.

Grafik 4.15. Perkembangan SBT Kredit Per Jenis Penggunaa

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

53

Suku bunga kredit modal kerja dan kredit

investasi juga turun dan masing-masing tercatat,

9.6% (yoy) dan 9.4% (yoy). Penurunan suku bunga

kredit diharapkan dapat meningkatkan kredit

masyarakat terus mengalami perlambatan pada

tiga tahun terakhir.

Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah

Aset Perbankan Syariah

Sejalan dengan perkembangan aset perbankan

konvensional, nominal aset perbankan syariah

pada triwulan berjalan tumbuh lebih tinggi 12.7%

(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

12.6% (yoy). Peningkatan aset tersebut menjadi

dampak membaiknya risiko dan pertumbuhan

pembiayaan yang disalurkan.

Grafik 4.16. Perkembangan Komponen Aset Perbankan

Syariah

Penurunan risiko kredit pada akhirnya

mengurangi jumlah pencadangan risiko

penyaluran kridit bermasalah yang tercermin

dalam CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai

Aset) yang pada akhirnya meningkatkan jumlah

aset. Selain itu, perbankan syariah cenderung

meningkatkan alat likuidnya pada Bank Indonesia

melalui SBIS dan SDBIS (Grafik 4.13a).

Intermediasi Perbankan Syariah

Meski melambat, tingkat intermediasi perbankan

syariah juga tercatat masih cukup baik, mencapai

91%, sedikit dibawah batas yang ditetapkan Bank

Indonesia, 92%. Pembiayaan perbankan syariah

triwulan III 2017 tumbuh melambat, mencapai

13,2% (yoy) dari sebelumnya 19,3% (yoy). Sejalan

dengan pembiayaan, Dana Pihak Ketiga

perbankan syariah juga melambat menjadi 14.1%

(yoy) dari sebelumnya 14.3% (yoy). Perlambatan

tersebut diperkirakan seiring dengan upaya

menjaga kualitas kredit agar tetap dibawah level

indikatifnya 5%. Risiko kredit perbankan syariah

tercatat mencapai 6.5% (yoy) pada periode

laporan, jauh menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya 7.2% (yoy).

Perlambatan penyaluran pembiayaan utamanya

didorong oleh melambatnya pembiayaan modal

kerja dan pembiayaan investasi perbankan

syariah. Masing-masing jenis pembiayaan

tersebut tumbuh 1% (yoy) dan 5.9% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai

10.7% dan 19.8% (yoy)

Grafik 4.17. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan

Syariah per Jenis Penggunaan

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

Funding To Deposit Ratio 121 120 113 105 106 111 107 101 105 101 96 95 95 96 91

Aset 9,462 9,119 9,095 9,718 9,251 9,395 10,119 10,958 10,574 11,123 11,547 12,398 11,841 12,530 13,012

Pembiayaan 8,746 9,064 9,017 8,506 8,092 7,998 7,461 7,700 7,613 7,914 8,398 8,906 9,034 9,441 9,507

g Pembiayaan -1.5% 3.1% 1.2% -7.9% -7.5% -11.8% -17.3% -9.5% -5.9% -1.0% 12.6% 15.7% 18.7% 19.3% 13.2%

DPK 6,136 6,315 6,580 7,219 6,884 6,684 7,319 8,127 7,938 8,589 9,238 9,768 9,560 9,815 10,539

g DPK 13.4% 15.2% 15.7% 18.8% 12.2% 5.8% 11.2% 12.6% 15.3% 28.5% 26.2% 20.2% 20.4% 14.3% 14.1%

Non Performing Fund 7.7% 10.0% 10.2% 8.6% 9.3% 9.8% 11.4% 9.8% 10.0% 9.9% 8.6% 7.3% 7.5% 7.2% 6.5%

Indikator2014 2015 2016 2017

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

54

Berdasarkan lapangan usaha utama, sebagian

besar lapangan usaha mengalami penurunan

dibandingkan Triwulan II Tahun 2017 (Grafik

4.15). Lapangan usaha Konstruksi dan

Perkebunan Karet terkontraksi masing-masing

mencapai -24.8% (yoy) dan -35.5% (yoy). Industri

pengolahan tumbuh 22.4% (yoy). Meskipun

tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya, tetapi masih berada di atas rata-rata

pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah

sebesar 13.2% (yoy). Industri yang tumbuh lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya adalah

perkebunan kelapa sawit sebesar 22.1% (yoy).

Grafik 4.18. Perkembangan Pebiayaan Berdasarkan

Lapangan Usaha

Selain lapangan usaha utama dimaksud,

pembiayaan pengadaan air bersih menjadi

lapangan usaha dengan pertumbuhan

pembiayaan tertinggi sebesar 126.5% (yoy).

Risiko pembiayaan perbankan syariah Triwulan III

Tahun 2017 membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penurunan risiko kredit terlihat di

keseluruhan jenis pembiayaan berdasarkan jenis

penggunaan (Grafik 4.16) Risiko tertinggi terdapat

di pembiayaan modal kerja yang mencapai 10.5%

(yoy) diikuti dengan pembiayaan konsumsi

sebesar 5.4% (yoy). Sedangkan risiko pembiayaan

investasi terjaga dibawah batasan 5% dan

tercatat turun menjadi 4.2% (yoy) pada triwulan

berjalan dari sebelumnya 5.2% (yoy).

Grafik 4.19. Perkembangan Risiko Pembiayaan Syariah per

Jenis Penggunaan

Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Utama Kredit UMKM

4.3 Pengembangan Akses

Keuangan dan UMKM

Pengembangan sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah) perlu dilakukan agar dapat

dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi,

mengingat sektor tersebut relatif kuat dalam

menghadapi ancaman krisis. UMKM terbukti

sebagai sektor penyelamat ekonomi dari krisis

dan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi

rumah tangga, sekaligus menciptakan lapangan

kerja di Indonesia mengingat sektor tersebut

menyerap tenaga kerja. Untuk itu Bank Indonesia

telah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan

perbankan menyalurkan kredit kepada UMKM

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

g Kredit Mikro 28% 45% 29% 32% 34% 16% 26% 20% 21% 21% 20% 12% 4% 3% 7%

g Kredit Kecil 25% 18% 18% 8% 3% 6% 4% 4% 7% 6% 2% 3% 1% -2% 0%

g Kredit Menengah 10% 16% 16% 15% 18% 7% 7% 9% -3% -3% -4% -3% 39% 3% 3%

NPL Kredit Mikro 3.2% 6.5% 3.6% 4.4% 4.4% 4.1% 3.8% 3.3% 4.2% 4.1% 3.8% 2.8% 3.6% 3.4% 3.1%

NPL Kredit Kecil 6.5% 6.7% 7.3% 6.1% 6.7% 7.3% 8.1% 6.5% 7.6% 7.5% 7.5% 6.1% 7.4% 7.2% 6.9%

NPL Kredit Menengah 3.9% 4.7% 5.0% 4.8% 5.3% 5.8% 6.5% 5.7% 7.0% 7.3% 6.8% 5.4% 4.9% 5.6% 5.6%

SBT Kredit Mikro 14.9 15.3 15.2 15.1 15.0 14.8 14.5 13.9 13.2 12.8 12.5 12.2 12.1 12.1 12.1

SBT Kredit Kecil 15.1 14.5 14.3 14.6 14.6 14.5 14.4 13.9 14.0 13.1 12.8 12.5 12.2 12.5 12.3

SBT Kredit Menengah 12.9 13.3 13.3 13.5 13.4 13.3 13.0 13.1 13.2 12.8 12.6 12.4 10.6 12.0 11.7

Indikator2014 2015 2016 2017

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

55

minimal 20%. Pemberlakuan ketentuan tersebut

dilakukan secara bertahap, yaitu tahun 2015

sebesar 5%, 2016 sebesar 10%, tahun 2017

sebesar 15% dan tahun 2018 sebesar 20%.2

Kebijakan ini diperkuat pula dengan kebijakan

pelonggaran LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi

94% per 1 Agustus 2015 bagi bank tertentu yang

telah memenuhi pencapaian tertentu kredit

UMKM dengan kualitas yang baik.3

Penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara pada

triwulan III 2017 mencapai Rp51,4 triliun, atau

mencapai 26,6% dari total kredit yang disalurkan

di Provinsi Sumatera Utara. Namun demikian,

baiknya penyaluran kredit pada sektor ini masih

dibayangi dengan kualitas kredit yang telah

melampaui level indikatifnya, yaitu 5,3%.

Seiring dengan perbaikan ekonomi pada periode

laporan, kinerja kredit UMKM juga meningkat,

tumbuh 3,4% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,5% (yoy).

Berdasarkan golongan kredit yang disalurkan,

peningkatan tersebut disebabkan oleh

peningkatan pembiayaan pada kredit skala mikro,

dari 3,2%(yoy) menjadi 7,1% (yoy). Sejalan

dengan hal tersebut, kredit skala kecil dan

menengah juga tumbuh meningkat, masing-

masing sebesar 0,3%(yoy) dan 3,5% (yoy).

Pertumbuhan kredit ini diperkirakan sejalan

dengan membaiknya risiko kredit UMKM yang

tergambar dari NPL menurun mencapai 5.3%

(yoy) dari sebelumnya mencapai 5.5% (yoy)

(Grafik 4.16). Selain itu, suku bunga tertimbang

kredit mikro yang relatif rendah, yaitu mencapai

Peraturan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.

14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan

oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka

Pengembangan UMKM

12.1%, mendorong perbaikan kinerja usaha

mikro.

Grafik 4.16. Perkembangan Kredit UMKM

Berdasarkan jenis penggunaannya, 70.5% pangsa

kredit merupakan kredit modal kerja dan 29.5%

kredit investasi. Berbeda dengan kredit modal

kerja secara umum dan pembiayaan syariah yang

sedang terkontraksi, kredit modal kerja sektor

UMKM tumbuh 4,5% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 3,6% (yoy).

Dilihat berdasarkan lapangan usahanya, proporsi

penyaluran kredit UMKM terbesar terkonsentrasi

pada 3 subsektor utama, yaitu PBE sebesar 51.2%,

Pertanian 19.3% dan Industri Pengolahan sebesar

8.9%.Membaiknya penyaluran kredit UMKM

didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit

sektor pertanian, kredit konstruksi dan kredit

subsektor akomodasi dan makan minum

transportasi. Penyaluran kredit sektor pertanian

tumbuh 5%, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 1%. Selain itu,

penyaluran kredit sektor konstruksi meningkat

5% (yoy) Sementara itu, kredit subsektor industry

pengolahan cenderung tumbuh melambat 11%

3 Peraturan Bank Indonesia No.17/11/2015 tentang Giro

Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing

yang telah disempurnakan dengan PBI No.18/14/PBI/2016

tgl. 18 Agustus 2016

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

56

(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 23% (yoy)

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan

Lapangan Usaha

Dari sisi risiko kredit, NPL keseluruhan kredit

UMKM menurun (Tabel 4.16). Penurunan risiko

kredit ditengah suku bunga yang stabil dan kredit

yang meningkat mengindikasikan penyaluran

sektor UMKM membaik dibandingkan kredit ritel

dan korporasi secara umum.

Selanjutnya, dalam rangka mengenjot perbaikan

penyaluran kredit kepada UMKM, Bank Indonesia

melakukan berbagai upaya pengembangan

UMKM, dalam bentuk technical assistance dan

pengembangan klaster. Berkaitan dengan tujuan

utama Bank Indonesia, yaitu memelihara

kestabilan harga dan nilai tukar, maka

pengembangan klaster diarahkan pada upaya

ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Sejak

tahun 2014, Bank Indonesia di Sumatera Utara

telah mengembangkan 14 klaster yang tersebar di

wilayah kerja Bank Indonesia se-provinsi

Sumatera Utara dengan rincian komoditi

pengembangan sebagai berikut:

Selain itu Bank Indonesia juga melakukan

peningkatan akses keuangan UMKM dalam

bentuk technical assistance, berupa fasilitasi

pameran, seminar, serta studi banding. Di sisi lain,

untuk mendorong pengembangan potensi

ekonomi lokal, Bank Indonesia juga melakukan

pengembangan yang terkonsentrasi di satu

daerah dengan focus pada komoditi tertentu.

Pada periode 2017, Bank Indonesia

mengembangkan produk turunan sapu lidi

berbasis ekspor di daerah Besitang, Kabupaten

Langkat.

No Wilayah Kerja Klaster Lokasi

1 Bawang Merah Dairi dan Karo

2 Padi Organik Serdang Bedagai

3 Padi Pulau Kampai

4 Desa Pesisir Serdang Bedagai

5 Kopi Karo

6 Integrasi Padi Sapi Langkat

7 Sapi Potong Labuhan Batu

8

Bawang Merah

Simalungun,

Baru Bara dan

Asahan

9 Cabai Merah Pematangsiantar

10 LED Songket Batu Bara

11 Cabai Merah Tapanuli Utara

12

Pertanian

TerintegrasiMandailing Natal

13 Padi Tapanuli Selatan

14 Bawang Merah Samosir

Kantor Perwakilan

Bank Indonesia

Provinsi Sumatera

Utara

Kantor Perwakilan

Bank Indonesia

Pematangsiantar

Kantor Perwakilan

Bank Indonesia

Sibolga

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

57

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM

PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

Kondisi perekonomian Sumatera Utara yang mengalami perbaikan pertumbuhan didukung oleh

penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Penyediaan uang kartal berjalan sesuai

dengan kebutuhan dengan kualitas yang terjaga. Transaksi uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan

III 2017 menunjukkan net inflow ke Bank Indonesia sebesar Rp6,98 triliun, dibandingkan net outflow

sebesar Rp0,36triliun pada triwulan sebelumnya. Pola aliran uang masuk dan keluar tersebut masih sesuai

dengan pola historisnya.

Perbaikan geliat ekonomi juga didukung oleh kelancaran sistem pembayaran non tunai. Transaksi non

tunai Sumatera Utara relatif meningkat baik dari sisi nominal maupun volume. Secara nominal, transaksi

RTGS meningkat sebesar 0,24% pada triwulan berjalan, sementara volumenya terkontraksi 53,71%,

namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, nominal transaksi

menggunakan SKNBI juga tumbuh 5,5% (yoy).

ULOS RONDANG-RONDANG

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

58

5.1 Gambaran Umum Sistem

Pembayaran

Provinsi Sumatera Utara mencatatkan net inflow4

(pemasukan) pada triwulan III 2017. Volume

penyetoran uang kartal ke perbankan meningkat

61,5% jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut merupakan dampak

normalisasi aktivitas perekonomian pasca

Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Angka ini

sejalan dengan terjadinya peningkatan dana

pihak ketiga pada perbankan di wilayah Sumatera

Utara pada Triwulan III 2017. Volume penarikan

triwulan III 2017 mencapai 46,7% menunjukkan

aktivitas perekonomian Sumatera Utara yang

masih melambat sejak triwulan I 2017.

Berbeda dengan transaksi tunai, transaksi non

tunai Sumatera Utara meningkat baik dari sisi

nominal maupun volume. Secara nominal,

transaksi RTGS meningkat 43,78% (yoy) pada

triwulan berjalan sementara volumenya tumbuh

29,64% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Namun berbeda dengan SKNBI, nominal transaksi

terkontraksi -20,01% (yoy) pada triwulan III 2017,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar -39,78% (yoy).

5.2 Sistem Pembayaran Non

Tunai

5.2.1 Perkembangan Transaksi RTGS

BI-RTGS merupakan sistem yang digunakan untuk

transaksi, penatausahaan surat berharga dan

setelmen dana yang dilakukan secara seketika per

transaksi secara individual. BI-RTGS merupakan

muara dari keseluruhan transaksi keuangan yang

dilakukan di Indonesia.

Sumber: KPw BI Prov. Sumut

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi RTGS-BI Sumatera Utara meliputi

keseluruhan transaksi dana masuk (incoming) dan

dana keluar (outgoing) di wilayah Sumatera

Utara. Secara nilai, transaksi RTGS Sumatera

Utara pada triwulan III 2017 mencapai Rp92,37

triliun atau tumbuh 43,78% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

74,63% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah

warkat yang ditransaksikan juga meningkat meski

lebih rendah dari triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Dari keseluruhan transaksi yang

dilakukan, 98,8% transaksi outgoing dilakukan di

Kota Medan dan hanya 0,01% transaksi yang

berasal dari Tebing Tinggi dan 0,002% dari Karo.

Dominasi transaksi di kota Medan diperkirakan

berkaitan dengan masih terpusatnya aktivitas

ekonomi Sumatera Utara di kota tersebut.

Sumber: KPw BI Prov. Sumut

Grafik 5.2 Transaksi Outgoing

5.2.2 Perkembangan Transaksi SKNBI

Selain BI-RTGS, transaksi non tunai yang

diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank

Kabupaten/Kota Volume Nilai

6 1,242,648,397.00

14 6,211,358,809.00

8,819 30,446,573,364,658.20

85 90,680,800,210.00

8,924 30,544,708,172,074.20

DELI SERDANG

KARO

MEDAN

TEBING TINGGI

SUMATERA UTARA

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

59

Indonesia Provinsi Sumatera Utara adalah Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia. Transaksi kliring

mencakup kliring kredit dan kliring debet di Kota

Medan, Tebing Tinggi dan Kabanjahe. Transaksi

yang diproses oleh SKNBI meliputi kumulasi data

keuangan elektronik transaksi card based melalui

mesin EDC (kartu kredit dan kartu debet) dan

transaksi paper based (cek, bilyet giro dan nota

debet).

Sumber: KPw BI Prov. Sumut

Grafik 5.3 Perkembangan Outflow Inflow Uang Kartal

Rata-rata jumlah warkat kliring pada

triwulan III tahun 2017 mencapai 13.482 lembar

warkat per hari. Rata-rata jumlah warkat terus

mengalami penurunan dari rata-rata transaksi

Triwulanan I tahun 2017 yang mencapai 17.466

lembar warkat per hari dan triwulan II 2017 yang

mencapai 15.451 lembar warkat per hari.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

transaksi menggunakan kliring mencatatkan

penurunan volume warkat. (Grafik 5.2).

Secara spasial, mayoritas transaksi kliring di

Sumatera Utara dilakukan di Kota Medan dengan

share mencapai 92,97% dari total transaksi

Sumatera Utara. Sedangkan transaksi kliring di

Tebing Tinggi dan Kabanjahe masing-masing

hanya mencapai 5,6% dan 1,4%. Namun secara

rata-rata nominal, Kaban Jahe menjadi wilayah

dengan nominal transaksi rata-rata tertinggi yang

mencapai Rp45.990.143,-/warkat, diikuti oleh

Tebing Tinggi sebesar Rp44.935.508,-/warkat dan

Medan sebesar Rp43.608.825,-/warkat.

5.3 Sistem Pembayaran Tunai

Pengelolaan sistem pembayaran tunai

meliputi rencana pencetakan, distribusi sampai

dengan pemusnahan. Tujuan akhirnya adalah

memenuhi kebutuhan uang Rupiah dalam

nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai

dan kondisi yang layak edar.

Transaksi uang kartal triwulan III 2017 di

Sumatera Utara mencatat net inflow sebesar

Rp6,98 triliun dibandingkan net outflow sebesar

Rp0,36 triliun pada triwulan sebelumnya. Pola

aliran uang masuk dan keluar system perbankan

pada umumnya mengikuti kebutuhan

masyarakat. Penarikan rupiah pada triwulan III

tahun 2017 menurun menjadi Rp3,04 triliun dari

Rp6,53 triliun, sedangkan, nominal penyetoran

meningkat dari Rp6,17 triliun di triwulan

sebelumnya menjadi Rp10,03 triliun pada

triwulan laporan. Kondisi tersebut terutama

disebabkan oleh pola seasonalnya karena

berakhirnya puncak konsumsi masyarakat pada

saat Ramadhan dan Lebaran.

Sumber: KPw BI Prov. Sumut

Grafik 5.4 Inflow/Outflow Sumatera Utara

Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

60

5.4 Pengelolaan Kelancaran Sistem

Pembayaran

5.3.1 Penanganan Uang Tidak Asli

Uang Rupiah yang beredar di masyarakat terus-

menerus dijaga kualitasnya oleh Bank Indonesia.

Uang Rupiah perlu dijaga kualitasnya agar uang

yang beredar dalam kondisi baik dan layak

sehingga masyarakat nyaman dalam

menggunakan uang Rupiah sehari-hari. Uang

Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda

tertentu yang bertujuan mengamankan uang

Rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum,

ciri—ciri keaslian uang Rupiah dapat dikenali dari

unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang

dan teknik cetak yang digunakan.

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga

yang memiliki kewenangan untuk mengklarifikasi

keaslian rupiah. Sampai dengan triwulan laporan,

terdapat 3.647 lembar rupiah yang diragukan

keasliannya. Temuan tersebut didapat dari

masyarakat maupun setoran Bank. (Grafik 5.7).

Jumlah temuan didominasi oleh Uang Pecahan

Besar (UPB) yang mencapai 97,4%.

Grafik 5.6 Laporan Klarifikasi Upal

Masyarakat memliki peran besar dalam memutus

mata rantai kejahatan pemalsuan uang Rupiah,

diantaranya dengan melaporkan dugaan tindak

pidana pemalsuan yang dialami atau diketahui

kepada Polisi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan

Kepolisian Daerah Sumatera Utara senantiasa

melakukan koordinasi terkait penanganan uang

palsu seperti Dugaan Pelanggaran Kewajiban

Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan Dugaan Tindak

Pidana terhadap Uang Rupiah. Kegiatan edukasi

kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian

uang rupiah terus dilakukan dalam meningkatkan

pemahaman masyarakat akan keaslian uang

Rupiah

5.3.2 Penyediaan Uang Rupiah

Sebagaimana amanat Undang-Undang Mata

Uang Nomor 11 Tahun 2011 bahwa Bank

Indonesia merupakan satu-satunya lembaga di

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

diberikan wewenang untuk mengedarkan uang

Rupiah kepada masyarakat. Sehubungan dengan

kewenangan Bank Indonesia dalam mengedarkan

uang Rupiah kepada masyarakat, Bank Indonesia

selalu berupaya untuk dapat memenuhi

kebutuhan uang kartal di masyarakat, baik dalam

jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang

sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak

edar (clean money policy).

Kegiatan pengedaran uang kepada masyarakat

dilakukan melalui layanan kas kepada bank umum

maupun masyarakat. Layanan kas kepada bank

umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan

pemenuhan kebutuhan uang Rupiah. Sedangkan

kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran

uang secara langsung melalui loket-loket

penukaran uang di seluruh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia atau melalui kegiatan kas keliling,

baik kas keliling dalam kota maupun luar kota.

Bank Indonesia selalu berupaya melakukan

layanan kas dan distribusi uang Rupiah baik di

dalam kota maupun di daerah perbatasan

dan/atau terpencil dari kedudukan Bank

Indonesia.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sumatera Utara selalu berupaya meningkatkan

layanan kas guna memenuhi kebutuhan uang

Rupiah layak edar kepada masyarakt Provinsi

Sumatera Utara. Pemenuhan uang Rupiah selama

ini telah dilakukan yaitu melalui kegiatan

penarikan bank, setoran bank, penukaran, dan

kas keliling. Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara melakukan kegiatan kas

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

61

keliling sebanyak 14 kali pada triwulan III 2017

yang meliputi Besitang, Perbaungan, Sei Rampah,

Teluk Mengkudu, Sidikalang, Stabat, P. Brandan,

P. Susu, Pulau Kampai, Bahorok, Sei Bingei,

Sumbul, Pakpak Bharat, Galang, Dolok Masihul,

Indra Pura, Pasar Sukarami, Pasar Petisah,

Berastagi, Laubalang, Kutacane. Namun dari

keseluruhan layanan kas yang telah dilakukan

belum sepenuhnya mampu memenuhi

kebutuhan uang Rupiah kepada masyarakat.

Selain itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara juga memenuhi

kebutuhan uang masyarakat di daerah melalui kas

titipan di Kabanjahe (BRI, BNI, Bank Sumut, Bank

Mandiri, BSM) dan Tebing Tinggi (BRI, BNI, Bank

Sumut, Bank Mandiri, BCA, Bank Mestika, Bank

Mega, Bank Maybank, Bank Panin, Bank

Sinarmas, Bank CIMB Niaga).

Kas titipan adalah kegiatan penyediaan uang

Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan

kepada salah satu bank untuk mencukupi

persediaan kas bank-bank dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu

wilayah/daerah tertentu. Pada kegiatan kas

titipan terdapat 2 (dua) pihak yang bekerjasama

dengan Bank Indonesia yaitu Bank Pengelola dan

Bank Peserta. Bank Pengelola adalah kantor bank

yang disetujui oleh Bank Indonesia sebagai

pengelola kas titipan di suatu wilayah dan yang

menggunakan kas titipan. Bank Peserta adalah

bank yang menggunakan kas titipan. Bank

Pengelola melakukan pengelolaan kas titipan

untuk dan atas nama Bank Indonesia dengan

memenuhi persyaratan layanan antara lain

memenuhi kebutuhan jumlah nominal penarikan

uang dari Bank Peserta, melakukan penukaran

uang kepada masyarakat, dan melakukan kas

keliling. Kas titipan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara terdapat di 2

kabupaten/kota yaitu Tebing Tinggi dan Kaban

Jahe dengan 1 (satu) kabupaten masih dalam

proses perizinan.

5.5 Pemeriksaan Kegiatan

Penukaran Valuta Asing

Dalam rangka mencapai dan memelihara

kestabilan nilai Rupiah serta menjaga

kelangsungan eknomi nasional, dibutuhkan

dukungan pasar keuangan termasuk pasar valuta

asing domestik yang sehat. Untuk mewujudkan

pasar valuta asing domestik yang sehat, perlu

dilakukan penyelarasan pengaturan transaksi

valuta asing terhadap Rupiah antara

penyelenggara kegiatan usaha penukaran valuta

asing bukan bank (KUPVA BB) dengan pihak lain

dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank

Indonesia mengatur mengenai transaksi valuta

asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak

domestik dan transkasi valuta asing terhadap

Rupiah antara Bank dengan pihak asing. Hal ini

dilakukan untuk mencegah KUPVA BB

dimanfaatkan untuk pencucian uang, pendanaan

terorisme, atau kejahatan lainnya dan

meningkatkan profesionalisme penyelenggara

KUPVA BB dalam memberikan pelayanan

terhadap masyarakat.

Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank,

pengawasan terhadap KUPVA BB atau dapat

disebut juga Penyelenggara dilakukan oleh Bank

Indonesia. Objek pengawasan Bank Indonesia

adalah perusahaan berbadan hukum perseroan

terbatas bukan bank yang melakukan KUPVA

(money changer) dan telah memperoleh izin

sebagai Penyelenggara dari Bank Indonesia.

Pengawasan terhadap Penyelenggara mencakup

pengawasan langsung dan pengawasan tidak

langsung. Pengawasan langsung antara lain

dilakukan melalui pemeriksaan secara umum

dan/atau khusus terhadap Penyelenggara.

Pengawasan tidak langsung antara lain dilakukan

melaui kegiatan analisis terhadap laporan,

keterangan, dan penjelasan yang disampaikan

oleh Penyelenggara dan/atau sumber atau pihak

lain.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

62

Jumlah KUPVA BB yang telah mendapatkan izin

dari Bank Indonesia di wilayah Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan III 2017 sebanyak 55 KUPVA. Sementara

itu, masih terdapat 1 (satu) KUPVA yang masih

dalam proses perizinan Bank Indonesia. Nominal

transaksi beli pada triwulan III 2017 tercatat

meningkat dari Rp 306,61 miliar menjadi Rp

307,12 miliar atau sebesar 0,17% (qtq). Untuk

transaksi jual terjadi kenaikan dari Rp 308,60

miliar menjadi Rp 309,81 miliar atau sebesar

0,39% (qtq).

5.6 Pengawasan Kegiatan Usaha

Penukaran Valuta Asing

(KUPVA)

Dalam rangka mencapai dan memelihara

kestabilan nilai Rupiah serta menjaga

kelangsungan ekonomi nasional, dibutuhkan

dukungan pasar keuangan termasuk pasar valuta

asing domestik yang sehat. Untuk mewujudkan

pasar valuta asing domestik yang sehat, selain

mengatur transaksi valuta asing terhadap rupiah

antara perbankan dengan pihak domestik

maupun asing, perlu dilakukan pengaturan

transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara

penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) dengan pihak lain

dalam ketentuan Bank Indonesia. Hal ini

dilakukan untuk mencegah KUPVA BB

dimanfaatkan untuk pencucian uang, pendanaan

terorisme, atau kejahatan lainnya. Selain itu

pengaturan juga ditujukan untuk meningkatkan

profesionalisme penyelenggara KUPVA BB dalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank,

pengawasan terhadap KUPVA BB atau dapat

disebut juga Penyelenggara dilakukan oleh Bank

Indonesia. Objek pengawasan Bank Indonesia

adalah perusahaan berbadan hukum perseroan

terbatas bukan bank yang melakukan KUPVA

(money changer) dan telah memperoleh izin

sebagai Penyelenggara dari Bank Indonesia.

Pengawasan terhadap Penyelenggara mencakup

pengawasan langsung dan pengawasan tidak

langsung. Pengawasan langsung antara lain

dilakukan melalui pemeriksaan secara umum

dan/atau khusus terhadap Penyelenggara.

Pengawasan tidak langsung antara lain dilakukan

melalui kegiatan analisis terhadap laporan,

keterangan, dan penjelasan yang disampaikan

oleh Penyelenggara dan/atau sumber/pihak lain.

Jumlah KUPVA BB yang telah mendapatkan izin

dari Bank Indonesia di wilayah Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan III 2017 sebanyak 55 KUPVA. Nominal

transaksi beli pada triwulan III 2017 tercatat

meningkat dari Rp 306,61 miliar pada triwulan

sebelumnya menjadi Rp 307,12 miliar atau

sebesar 0,17% (qtq). Untuk transaksi jual terjadi

kenaikan dari Rp 308,60 miliar pada triwulan

sebelumnya menjadi Rp 309,81 miliar atau

sebesar 0,39% (qtq).

5.7 Pengawasan Penyelenggaraan

Transfer Dana (PTD)

Transfer Dana merupakan rangkaian kegiatan

yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal

yang bertujuan memindahkan sejumlah dana

kepada penerima yang disebutkan dalam

perintah transfer dana sampai dengan

diterimanya dana oleh penerima. Dalam rangka

mendukung keamanan dan kelancaran transaksi

transfer dana serta memberikan kejelasan

pengaturan hak dan kewajiban bagi pihak yang

terkait dalam penyelenggaraan kegiatan transfer

dana, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut

dalam peraturan pelaksanaan antara lain meliputi

ketentuan mengenai tata cara dan proses

perizinan, penyelenggaraan transfer dana, dan

penyampaian laporan oleh penyelenggara. Badan

usaha yang berbadan hukum Indonesia bukan

bank yang melakukan penyelenggaraan kegiatan

transfer dana wajib memperoleh izin dari Bank

Indonesia.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

63

Pada triwulan III 2017, dana yang masuk ke

wilayah Sumatera Utara melalui PTD lebih besar

dibanding dana yang keluar sehingga terjadi

kondisi net inflow, sebagaimana yang terjadi pada

triwulan sebelumnya. Dana masuk terbesar

berasal dari Malaysia (98,92%) diikuti oleh

Singapura (1,08%).Hal ini menunjukkan kondisi

transfer dana dari pekerja TKI yang berada di luar

masih cukup tinggi dan lebih besar dibandingkan

dengan pengiriman uang keluar dari Sumatera

Utara melalui PTD. Namun demikian, net inflow

triwulan III 2017 Sumatera Utara tercatat turun

sebesar -15,84% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kondisi net

inflow uang kartal sebagaimana disebutkan

sebelumnya.

5.8 Program Elektronifikasi

Penggunaan transaksi pembayaran berbasis

elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia

relatif masih rendah. Jika dibandingkan dengan

kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup

besar, masih terdapat potensi yang cukup besar

untuk perluasan penggunaan instrumen non

tunai. Untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat, pelaku bisnis dan juga lembaga-

lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana

pembayaran non tunai dalam melakukan

transaksi keuangan yang mudah, aman dan

efisien, maka dicanangkan Gerakan Nasional Non

Tunai (GNNT). Kegiatan ini ditandai dengan

penandatanganan Nota Kesempahaman antara

Bank Indonesia dengan Kementerian Bidang

Perekonomian, Kementerian Keuangan,

Pemerintah Daerah serta Asosiasi Pemerintah

Provinsi Seluruh Indonesia pada tanggal 14

Agustus 2014.

GNNT memberikan manfaat kepada masyarakat

antara lain praktis untuk digunakan sehingga

tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah

besar, meningkatkan akses masyarakat ke sistem

pembayaran, membantu usaha pencegahan dan

identifikasi kejahatan kriminal, menekan biaya

pengelolaan uang Rupiah dan cash handling, dan

transaksi tercatat secara lebih lengkap sehingga

perencanaan lebih akurat. GNNT sebagai bagian

dari Strategi Nasional Keuangan Inklusif, memiliki

3 (tiga) program prioritas yaitu elektronifikasi

penyaluran bantuan sosial, perluasan

elektronifikasi transaksi penerimaan dan

pembayaran, serta pengembangan ekosistem

GNNT melalui LKD dan UE.

Program elektronifikasi penyaluran bantuan

sosial yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara meliputi

monitoring penyaluran bantuan sosial non tunai

Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan

Pangan Non Tunai (BPNT). Sesuai dengan arahan

Presiden RI mengenai transformasi penyaluran

bantuan sosial (bansos) secara non tunai dalam

Rapat Kabinet Terbatas tanggal 26 April 2016

menegaskan bahwa setiap penyaluran bansos

akan dilakukan dalam bentuk non tunai melalui

sistem perbankan dan diintergrasikan dalam satu

kartu (Kartu Kombo/Kartu Keluarga Sejahtera).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu

lokasi penyaluran bansos non tunai Kemensos

sehingga Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara ikut melaksanakan

monitoring penyaluran bansos non tunai.

Program yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara dalam

rangka pengembangan dan perluasan

elektronifikasi melibatkan pondok pesantren dan

berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah

(Pemda). Program elektronifikasi di lingkungan

pondok pesantren sebagai bentuk implementasi

transaksi non tunai dilakukan dengan pembukaan

agen LKD di Pesantren Hidayatullah. Koordinasi

dengan Pemda setempat merupakan bentuk

sosialisasi dan evaluasi perluasan elektronifikasi.

Kegiatan tersebut sesuai dengan Roadmap

Elektronifikasi yang disepakati dengan Pemda

yang akan dilaksanakan hingga 2019. Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera

Utara memfasilitasi Pemda dan pelaku industri

dalam menyusun layanan pembayaran tunai yang

dapat dimigrasikan menjadi non tunai.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

64

5.9 Layanan Keuangan Digital

(LKD)

Layanan Keuangan Digita5l merupakan layanan

keuangan berbasis uang elektronik dimana

masyarakat dapat menikmati layanan seperti

tarik tunai, transfer, menabung dan sejumlah

layanan pembayaran tanpa harus datang ke

kantor bank. Program LKD dilaksanakan Bank

Indonesia bekerjasama dengan perbankan agar

masyarakat yang bermukim jauh dari kantor bank

tetap dapat menikmati layanan keuangan tanpa

harus mendatangi kantor bank yang menyita

waktu, tenaga dan biaya.

Layanan Keuangan Digital dapat dilakukan oleh

Agen LKD Individu dan Bank dengan Agen LKD

Berbadan Hukum. Agen LKD Individu adalah

peseorangan atau badan usaha yang tidak

berbadan hukum yang bekerjasama dengan

Penerbit dan bertindak untuk dan atas nama

Penerbit dalam memberikan LKD dalam lingkup

terbatas. Khusus untuk implementasi LKD

menggunakan agen LKD individu, saat ini hanya

diperuntukkan bagi bank BUKU 4. Saat ini 2 (dua)

bank di Sumatera Utara yang memperoleh izin

untuk melaksanakan LKD antara lain Bank Rakyat

Indonesia dan Bank Mandiri. Kedua bank tersebut

telah memiliki izin dari Bank Indonesia sejak

tahun 2014.

Jumlah LKD di Sumatera Utara terus mengalami

kenaikan. Saat ini, agen LKD Sumatera Utara

mencapai angka 8.954 agen pada September

2017 atau tumbuh 49,06% (yoy) dan 29,37% (ytd).

Jika dibandingkan triwulan sebelumnya jumlah

agen LKD tercatat mengalami kenaikan sebesar

48,55% (qtq). Kenaikan agen LKD terjadi di hampir

33 kabupaten/kota Sumatera Utara, khususnya

Kabupaten Nias Selatan (dari 125 agen menjadi

202 agen, 80% mtm) diikuti Kabupaten Nias dari

(25 agen menjadi 45 agen, 61,60% mtm).

Sementara penurunan jumlah LKD terjadi di 4

(empat) kabupaten/kota terutama di Kota

Pematangsiantar (dari 122 agen menjadi 114

agen, -6,56% mtm) dan Kota Sibolga (dari 48 agen

menjadi 46 agen, -4,17% mtm).

Secara tahunan (yoy), seluruh kabupaten/kota

mengalami peningkatan jumlah agen dimana

Kabupaten Madiun mengalami pertumbuhan

jumlah agen tertinggi (2000%, yoy) yakni dari 1

menjadi 21 agen. Daerah dengan jumlah agen

terbanyak berada di Kota Medan sebanyak 1.695

agen, meningkat sebesar 11,76% (yoy).

Sementara daerah dengan jumlah agen terendah

berada di Kabupaten Nias Utara sebanyak 1 agen,

tidak mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya.

Pertumbuhan jumlah agen ini diiringi peningkatan

jumlah pemegang uang elektronik (U-Nik) yang

telah mencapai 34.985 pengguna pada

September 2017, tumbuh 0,77% (yoy). Sementara

itu, jumlah U-Nik lebih banyak dibanding jumlah

pemegang U-Nik mencapai 35.048 kartu, dengan

nilai nominal mencapai Rp75,85 juta. Dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya,

peningkatan jumlah pemegang U-Nik maupun

jumlah U-Nik tertinggi terjadi di Kota Binjai, yakni

dari 3 menjadi 11 pemegang U-Nik dan 11 jumlah

U-Nik. Sementara penurunan terjadi di beberapa

kabupaten/kota Sumatera Utara, khususnya

Kabupaten Nias Selatan dengan jumlah

pemegang U-Nik dan jumlah U-Nik turun dari 1

menjadi 0.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

65

Kabupaten Karo yang memiliki jumlah pemegang

U-Nik dan jumlah U-Nik terbesar mencapai

21.109 pemegang, meningkat 0,33% (yoy).

Sedangkan jumlah terendah dimiliki oleh

Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan,

dan Nias sebanyak 1 pemegang U-Nik. Hingga

triwulan III 2017 terdapat 18 kabupaten/kota di

wilayah Sumatera Utara yang tidak memiliki

pemegang U-Nik

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

66

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara membaik seiring dengan perbaikan ekonomi pada

periode laporan. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) periode Agustus sebesar 6.0% (yoy) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka.

Perbaikan kondisi ketenagakerjaan tersebut belum diikuti oleh membaiknya tingkat kesejahteraan

khususnya petani yang tercermin dari penurunan NTP Sumatera Utara. Sementara itu, NTP

subsektor perikanan yang masih berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa tingkat

kesejahteraan nelayan yang cukup baik.

ULOS SADUM TARUTUNG

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67

6.1 Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera

Utara membaik seiring dengan perbaikan

perekonomian Sumut di triwulan III. Hal ini

ditandai dengan meningkatnya jumlah

penduduk bekerja, menurunnya tingkat

pengangguran terbuka, dan meningkatnya

penduduk yang bekerja diatas jam kerja

normal. Pada Agustus 2017 jumlah angkatan

kerja meningkat 6.0% atau bertambah 375 ribu

orang dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Perbaikan tersebut juga diikuti

dengan menurunnya Tingkat Pengangguran

Terbuka dari sebelumnya 5,8% menjadi 5,6%

(grafik 6.1) serta meningkatnya penduduk yang

bekerja diatas jam kerja normal (full time

worker), mencapai 69,92% lebih besar

dibandingkan Agustus 2016 sebesar 68,76%.

5.1.1 Partisipasi Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Provinsi Sumatera Utara Agustus 2017

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,

bahkan lebih tinggi dari rata-rata TPAK selama 4

tahun terakhir, yaitu sebesar 68,8%. Peningkatan

tersebut disinyalir akibat adanya perubahan

preferensi penduduk usia kerja dari sebelumnya

mengurus rumah tangga menjadi bekerja. Selain

perubahan preferensi, bertambahnya penduduk

yang bekerja juga mengindikasikan kesempatan

kerja yang mulai meningkat..

Sumber : BPS

Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan TPT

Sesuai dengan karakteristik daerah, sektor

pertanian masih menjadi sektor yang paling

dominan dalam penyerapan tenaga kerja

(37,75%), meski dalam porsi yang terus menurun

selama 4 tahun terakhir. Diikuti dengan sektor

perdagangan (22,2%) dan Jasa Kemasyarakatan

(17,3%). Berbeda dengan sektor pertanian,

proporsi tenaga kerja di serapan tenaga kerja

sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan serta sektor industri justru secara

konsisten menunjukkan peningkatan sejak tahun

2014. Hal ini mengindikasikan semakin

menggeliatnya sektor sekunder dan tersier yang

memberi dampak terhadap perluasan

kesempatan kerja pada sektor tersebut.

Sumber : BPS

Grafik 6.2 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan Sektor

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sektoral

Triwulan III 2014-2017

Secara spasial serapan tenaga kerja sektor

pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan &

perikanan paling banyak berada di daerah

Kepulauan Nias, Humbang Hasundutan, Pakpak

Barat, Dairi, dan Karo. Sementara serapan

tenaga kerja di sektor industri paling banyak di

Medan, Tebing Tinggi, Binjai , Batubara, Asahan,

Serdang Bedagai dan Pematang Siantar. Sesuai

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

68

karakteristik wilayahnya, tenaga kerja di sektor

perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi

paling banyak terserap di wilayah Sibolga,

Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan Medan.

Sumber : BPS (diolah)

Tabel 6.1 5 Kabupaten/Kota dengan Proporsi Serapan

Tenaga Kerja Terbesar Periode Agustus 2017

Peran sektor informal6 masih mendominasi

dalam struktur ketenagakerjaan Sumut.

Proporsi tenaga kerja informal di Sumut

mencapai 58% atau sebanyak 3,6 juta orang

terdiri dari tenaga kerja yang berusaha sendiri

(34,2%), berusaha dibantu buruh tidak tetap

(26,1%), pekerja bebas (14,4%) dan pekerja

keluarga (25,3%). Banyaknya tenaga kerja di

sektor informal Banyaknya serapan tenaga kerja

pada sektor informal diperkirakan karena

dampak dari rendahnya tingkat pendidikan

tenaga kerja di Sumut. Selain itu, sektor informal

juga menyediakan lapangan kerja yang lebih

banyak dan relatif tidak memerlukan

keterampilan yang tinggi (non skill) sehingga

mudah diakses oleh seluruh kalangan

masyarakat.

Namun demikian dalam satu tahun terakhir

(2016-2017), proporsi tenaga kerja di sektor

formal menunjukkan peningkatan, tumbuh lebih

tinggi dibandingkan sektor informal. Jumlah

tenaga kerja formal di Sumut pada periode

Agustus mencapai 2,6 juta orang, bertambah

216 ribu orang. Pekerja formal terdiri dari tenaga

kerja berusaha dibantu buruh tetap (8,3%) dan

buruh/karyawan/pegawai(91,7%).

Meningkatnya jumlah tenaga kerja di sektor

formal secara absolut disebabkan oleh kenaikan

pada komponen buruh/karyawan/pegawai

sebanyak 278 ribu orang atau meningkat 12,8%

(yoy). Adanya pergeseran serapan tenaga kerja

dari sektor informal ke sektor formal terindikasi

sejalan dengan berkurangnya serapan tenaga

kerja di sektor pertanian yang beralih ke sektor

perdagangan, sektor industri dan sektor jasa.

Sumber : BPS (diolah)

Tabel 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.3 Proporsi Tenaga Kerja Berrdasarkan

Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja

di Sumut masih didominasi oleh tenaga kerja

berpendidikan rendah (SMP kebawah) dengan

porsi 51%, meski dengan porsi yang relatif

menurun. Rendahnya pendidikan penduduk usia

kerja tersebut menyebabkan serapan tenaga

% 2016 - 2017

Sektor Formal 2,475 2,398 2,674 11.5%

Berusaha dibantu buruh tetap 165 225 223 -0.9%

Buruh/Karyawan/Pegawai 2,310 2,173 2451 12.8%

Sektor Informal 3,697 3,593 3,692 2.8%

Berusaha sendiri 1,124 946 1261 33.3%

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 982 995 965 -3.0%

Pekerja bebas 534 429 533 24.2%

Pekerja keluarga 1,057 1,223 933 -23.7%

JUMLAH 6,172 5,991 6,366 6.3%

Proporsi Formal 40.1% 40.0% 42.0% -

Proporsi Informal 59.9% 60.0% 58.0% -

Aug-17Aug-16LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Aug-15

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

69

kerja masih terkonsentrasi pada lapangan kerja

unskilled seperti sektor pertanian dan sektor

informal. Namun demikian, proporsi tenaga

kerja jenjang diploma dan universitas yang

mengalami kenaikan pada satu tahun terakhir

diharapkan dapat menjadi faktor pendorong

perbaikan ekonomi Sumut ke depan. Secara

rinci, jumlah tenaga kerja yang berpendidikan

SMP kebawah tercatat sebanyak 3,2 juta orang

(51%), SMA sebanyak 1,5 juta orang (24,8%),

SMK sebanyak 790 ribu orang (11,8%), dan

Diploma-Universitas sebanyak 791 ribu orang

(12,4%).

5.1.2 Pengangguran

Seiring dengan membaiknya perekonomian

pada triwulan III, Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Sumatera Utara periode Agustus

2017 menurun. Meski jumlah pengangguran di

Sumatera Utara secara absolut bertambah 5000

orang dari semula 372 ribu orang pada Agustus

2016 menjadi 377 ribu orang pada Agustus 2017,

namun Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatera

Utara sedikit menurun dari 5,8% menjadi 5,6%.

Membaiknya TPT di Sumut didorong oleh

penambahan ketersediaan lapangan kerja,

seperti berkembangnya perdagangan ritel mini

market, terutama di kota Medan, Kabupaten

Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Binjai. Di

sisi lain, pembangunan beberapa ruas jalan tol

yang ditargetkan selesai pada 2017, seperti Jalan

Tol Medan – Binjai – Medan – Deli Serdang -

Serdang Bedagai - Tebing Tinggi, mendorong

serapan buruh/tenaga kerja di sektor konstruksi

dan jasa yang cukup agresif.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.4 TPT Sumut dan Nasional Periode Agustus

2011-2017

Secara spasial, Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) yang relatif tinggi justru terjadi di wilayah

kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan

ekonomi relatif baik di Sumatera Utara. Kota

Tebing Tinggi, Medan, Sibolga dan Pematang

Siantar memiliki rasio TPT tertinggi dibandingkan

kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara.

Tingginya tingkat pengangguran didaerah

tersebut disinyalir karena pertumbuhan

ekonomi yang belum optimal dalam mendorong

kesempatan kerja. Dalam hal ini umumnya

tenaga kerja di kota besar dengan tingkat

pendidikan yang cukup tinggi tumbuh lebih

cepat dibandingkan pertumbuhan lapangan

pekerjaan. Sehingga ketidaksesuaian antara

ketersediaan tenaga kerja dan lapangan kerja

mendorong rasio pengangguran yang lebih

tinggi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

terkait Kesempatan dan Pertumbuhan Ekonomi

Kota Medan, yang menghasilkan bahwa tingkat

kesempatan kerja kota Medan bersifat inelastis

terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan sebesar

1% hanya membuka kesempatan kerja 0,207%.7

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 70

Grafik 6.5 TPT Menurut Kabupaten/Kota Agustus 2017

Sejalan dengan penurunan TPT, ekspektasi

penghasilan meningkat. Hal ini tercermin dari

indeks penghasilan saat ini yang memandang

optimis, meski tidak sebaik periode

sebelumnya. Berdasarkan Survei Konsumen

yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Sumatera Utara, indeks penghasilan

saat ini tercatat optimis meski dalam level yang

menurun, dari 119 menjadi menjadi 116,2

Penurunan optimisme tersebut diperkirakan

karena adanya kenaikan harga bahan makanan

seperti cabai merah, bawang merah dan ikan-

ikanan, yang menjadi komoditas utama

mayoritas masyarakat di Sumatera Utara.

Pada periode mendatang, responden

memandang optimis adanya peningkatan

penghasilan, yang tercermin dari peningkatan

indeks ekspektasi penghasilan. Hal ini

mengindikasikan adanya optimisme perbaikan

ekonomi yang berdampak pada peningkatan

ketersediaan lapangan kerja.

Grafik 6.6 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan

Menurunnya TPT juga sejalan dengan indeks

ketersediaan lapangan kerja saat ini yang

tercata meningkat pada periode laporan. Indeks

Ketersediaan lapangan Kerja Saat Ini

menunjukkan tren peningkatan dari 97,3

menjadi 104,9 sejalan dengan perbaikan

ekonomi pada triwulan laporan. Ke depan,

optimisme akan ketersediaan lapangan

pekerjaan diperkirakan tetap dalam tren yang

meningkat. Meski demikian, responden

memandang akan adanya penurunan

ketersediaan lapangan pekerjaan pada periode

Oktober yang kemudian diperkirakan membaik

hingga akhir tahun. Penurunan optimisme pada

bulan oktober diperkirakan karena (1) Mulai

menurunnya harga komoditas CPO, (2) Masih

belum optimalnya penyerapan CPO domestik

terkait mandatori biodiesel; dan (3) Perbaikan

perekonomian belum kuat.

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Sumut

Grafik 6.7 Indeks Kondisi dan Ekspektasi Ketersediaan

Lapangan Kerja

Sejalan dengan indeks ekspektasi penghasilan

dan ketersediaan tenaga yang meningkat, Indeks

Ekspektasi Ekspektasi Konsumen (IEK), Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK), maupun Indeks

Kondisi Ekonomi (IKE) juga menunjukan tren

yang meningkat. Peningkatan optimisme

konsumen yang telah terjadi sejak triwulan II

2016 mengindikasikan ekspektasi perbaikan

ekonomi Sumatera Utara.

Sumut

5,6

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

71

Grafik 6.8 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen

serta Kondisi Ekonomi

6.2 Kesejahteraan

6.2.1. Kesejahteraan Petani

Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan III

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya,

tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani

(NTP) Sumatera Utara. NTP Sumatera Utara

menurun 0,69 persen dari triwulan sebelumnya,

yaitu dari 99,5 menjadi 98,9. Penurunan tersebut

disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang

diterima (It)8 lebih rendah dibandingkan dengan

kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib). Indeks

diterima tercatat (It) naik 1,2% sementara indeks

yang dibayar (Ib) naik 2,1%.

Sumber: BPS Sumatera Utara

Grafik 6.9 NTP Sumatera Utara

Indeks harga yang diterima (It) petani

menggambarkan fluktuasi harga komoditas

pertanian yang dihasilkan oleh petani. Nilai It

petani di Sumatera Utara pada triwulan ini

sebesar 128,66, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 127,46,

atau meningkat 2,1%. Kenaikan Indeks harga

yang diterima diperkirakan didukung oleh

kenaikan harga Harga Gabah Kering Giling (GKG)

baik di level petani maupun penggilingan. Selain

itu masih baiknya komoditas utama mendorong

kenaikan It pada periode laporan.

Sementara itu, Indeks Harga yang

dibayar (It) petani menggambarkan fluktuasi

harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga

barang dan jasa yang diperlukan untuk

memproduksi hasil pertanian. Pada triwulan III

2017, Ib petani meningkat menjadi 130,15 dari

triwulan sebelumnya 128,05, atau meningkat

2,1%. Kenaikan tersebut salah satunya didorong

oleh tingginya inflasi pedesaan Sumatera Utara

seiring dengan peningkatan harga hampir di

seluruh kelompok yaitu bahan makanan,

makanan jadi, sandang, kesehatan dan

transportasi. Secara spasial, inflasi pedesaan

Sumatera Utara tercatat paling tinggi

dibandingkan 9 provinsi lainnya di Sumatera.

Dengan demikian, kanaikan Ib yang lebih tinggi

dibandingkan kenaikan It, mendorong nilai NTP

Sumatera Utara lebih rendah dibandingkan

periode sebelumnya.

Berdasarkan sektor ekonomi, rendahnya

NTP Sumatera Utara disebabkan rendahnya NTP

beberapa sektor, diantaranya subsektor

Tanaman Pangan (NTPP), NTP subsektor

Hortikultura (NTPH), NTP subsektor Perkebunan

Rakyat (NTPR), dan NTP Pembudidaya Ikan

(NTPi) yang tercatat dibawah 100.

Penurunan NTP pada periode laporan

disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor

Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 2,2%,

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 72

subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 1,9%,

subsektor Perikanan (NTPN) sebesar 0,6%. Hal

ini sejalan dengan belum optimalnya kinerja

subsektor tanaman pangan dan hortikultura

pada periode berjalan. Penurunan Harga Gabah

Kering Panen (GKP) menjadi salah satu penyebab

menurunnya NTP, ditengah kenaikan beberapa

harga bahan makanan dan faktor input produksi.

Sementara itu, NTP subsektor perkebunan

(NTPR) dan peternakan (NTPT) tercatat

meningkat seiring dengan masih baiknya harga

komoditas, sehingga dapat menahan penurunan

NTP yang lebih dalam.

Tabel 6.3 NTP Subsektor Provinsi Sumatera Utara

Sumber : BPS Sumatera Utara

Secara spasial, NTP beberapa provinsi di

kawasan Pulau Sumatera tercatat menurun

dibandingkan triwulan II 2017, kecuali Sumatera

Selatan. Penurunan terbesar terjadi di provinsi

Riau dan Sumatera Utara masing-masing sebesar

-0,9% dan -0,7%. Sementara itu, Provinsi di Pulau

Sumatera dengan NTP di atas 100 adalah

Provinsi Riau (101,7) dan Lampung (106). Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan

petani di Sumatera masih relatif rendah.

Sementara itu, secara Nasional NTP berada di

atas angka 100 yaitu 102,2 dan kecenderungan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

Sumber: BPS

Grafik 6.10 NTP Sumatera Utara

5.1.4 Kesejahteraan Nelayan

Nilai tukar nelayan perikanan (NTNP) merupakan

salah satu alat ukur untuk mengukur indeks

kesejahteraan nelayan. Pada triwulan III 2017

tercatat indeks NTNP Sumatera Utara sebesar

102,7 atau menurun sebesar -0,6 dibandingkan

dengan posisi triwulan II 2017. Penurunan

tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga

yang dibayar (1,6) lebih tinggi dibandingkan

dengan kenaikan indeks yang diterima (0,8).

Penurunan NTNP juga didukung oleh penurunan

pada Nilai Tukar kelompok Penangkapan Ikan

(NTNPi) sebesar -0,9 dari 98,5 pada triwulan II

2017 menjadi 97,7 pada triwulan laporan. Di sisi

lain, indeks Nilai Tukar Nelayan kelompok

Perikanan Tangkap (NTN) juga mencatatkan

penurunan sebesar -0,4, yaitu dari 108,2 menjadi

107,8. Mayoritas peningkatan indeks harga yang

dibayar disebabkan oleh peningkatan indeks

Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) seiring dengan

tingginya inflasi pedesaan Provinsi Sumatera

Utara, bahkan tertinggi secara nasional, tercatat

inflasi 0,51.

Tabel 6.4 Nilai Tukar Nelayan Perikanan Berdasarkan

Kelompok

Sumber: BPS Sumatera Utara

I II III IV I II III

Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) 96.8 98.2 98.2 98.3 94.6 95.4 93.2 -2.18

Hortikultura (NTPH) 98.3 97.1 98.9 98.9 94.9 93.2 91.4 -1.86

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95.9 96.2 96.4 99.5 99.7 98.2 98.7 0.53

Peternakan (NTPT) 109.4 111.2 114.3 112.2 111.0 112.6 112.8 0.19

Perikanan (NTNP) 98.8 99.5 101.0 102.3 102.6 103.4 102.7 -0.64

2016 2017NTP Subsektor Perubahan %

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

73

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

74

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Pada tahun 2017 perekonomian Sumatera Utara diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2016. Melambatnya

perekonomian Sumatera Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi PDRB di triwulan I 2017 akibat belum

optimalnya kinerja sektor pertanian. Namun demikian, permintaan domestik diperkirakan masih cukup kuat

ditopang oleh kinerja investasi pembangunan proyek infrastruktur strategis serta terjaganya daya beli masyarakat

seiring dengan rendahnya risiko tekanan inflasi. Memasuki tahun 2018, perekonomian Sumatera Utara

diperkirakan akan mengalami perbaikan dan berada pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan pertumbuhan ini akan

didorong oleh konsumsi pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan PILKADA serentak 2018.

Dari sisi Inflasi, secara keseluruhan tahun, inflasi Sumatera Utara di tahun 2017 diperkirakan masih berada pada

kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi terutama didorong oleh penurunan

tekanan inflasi volatile food seiring membaiknya pasokan pangan terutama di awal tahun 2017. Kondisi tersebut

didukung oleh rendahnya tekanan inflasi ini sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar.

Sementara itu, inflasi kelompok administerd prices mengalami peningkatan yang didorong oleh kenaikan biaya

pengurusan STNK dan kenaikan tarif listrik. Optimisme tingkat inflasi yang rendah dan stabil diperkirakan akan

berlanjut di tahun 2018. Inflasi tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%.

Pencapaian ini diperkirakan didukung oleh rendahnya tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices.

Pemerintah diperkirakan tidak akan mengambil kebijakan administered prices yang bersifat strategis. Sementara

itu, inflasi volatile food diperkirakan akan meningkat terkait dengan terbatasnya produksi.

ULOS SIBOLANG

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

75

7.1 Prospek Pertumbuhan

Ekonomi

Perekonomian Sumatera

Utara di keseluruhan 2017

diperkirakan melambat

dibandingkan tahun

sebelumnya, yaitu berada

dalam rentang 4,8-5,2%

(yoy). Melambatnya

perekonomian Sumatera

Utara ini disebabkan oleh rendahnya realisasi

PDRB di triwulan I 2017 akibat belum optimalnya

kinerja sektor pertanian. Namun demikian,

permintaan domestik diperkirakan masih cukup

kuat ditopang oleh kinerja investasi

pembangunan proyek infrastruktur strategis

serta terjaganya daya beli masyarakat seiring

dengan rendahnya risiko tekanan inflasi.

Konsumsi rumah tangga di tahun 2017

diperkirakan meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya. Peningkatan daya beli masyarakat

ini ditopang oleh relatif lebih tingginya harga

komoditas di 2017 dibandingkan tahun

sebelumnya yang mendorong perbaikan

penerimaan ekspor. Selain itu, perbaikan kinerja

sektor utama seperti industri pengolahan dan

konstruksi juga menopang tingkat penerimaan

masyarakat dari sisi sektoral. Optimisme

konsumen juga diperkirakan akan meningkat di

sisa tahun 2017 seiring dengan perayaan Natal

dan tahun baru.

Dari sisi pemerintah, konsumsi pemerintah juga

diperkirakan akan meningkat dari tahun

sebelumnya seiring dengan optimalisasi belanja

pemerintah khususnya penyelesaian

pembangunan infrastruktur strategis. Selain itu,

proses transfer DAU/DAK dari Pemerintah Pusat

yang tidak menghadapi kendala juga

diperkirakan akan meningkatkan realisasi

belanja di sisa akhir tahun 2017.

Seiring dengan peningkatan

belanja pemerintah, kinerja

investasi di tahun 2017 juga

diperkirakan akan lebih tinggi

dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan investasi

terutama akan didorong oleh

investasi bangunan seiring

dengan gencarnya realisasi proyek infrastruktur

strategis nasional seperti pembangunan Jalan

Tol Trans Sumatera dan Pelabuhan Kuala

Tanjung. Sementara itu, di sisi swasta, investasi

non-bangunan juga diperkirakan akan

meningkat. Realisasi proyek infrastruktur yang

tepat waktu dan membaiknya kinerja sektor

eksternal telah menciptakan persepsi positif

akan iklim investasi di Sumatera Utara. Hal

tersebut juga diakomodasi oleh reformasi

birokrasi yang terus diupayakan oleh

pemerintah. Pembiayaan yang memadai juga

menunjang realisasi investasi pada periode

mendatang.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor di tahun 2017

diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan

harga komoditas perkebunan yang mencapai

kinerja tertingginya di awal tahun 2017 yang

disertai dengan mulai menggeliatnya industri

manufaktur negara tujuan ekspor utama

Sumatera Utara.

Memasuki tahun 2018, perekonomian pada

triwulan I 2018 diperkirakan masih cukup baik

di kisaran 4,8-5,2% (yoy). Sumber utama

pertumbuhan perekonomian pada triwulan

mendatang diperkirakan masih bersumber dari

kuatnya permintaan domestik sementara

perbaikan dari sisi eksternal relatif terbatas.

Relaksasi perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan I 2017 diperkirakan masih terjadi sesuai

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

76

dengan historisnya. Puncak periode panen CPO

yang terjadi pada triwulan IV disertai dengan

harga komoditas perkebunan yang diperkirakan

akan kembali menurun memasuki awal tahun

2018 akan menekan kinerja perekonomian

Sumatera Utara.

Dari sisi konsumsi, daya beli masyarakat

diperkirakan masih solid dan cenderung akan

meningkat seiring dengan mulai meningkatnya

konsumsi LNPRT karena persiapan pilkada pada

triwulan ke II 2018. Selain itu kenaikan UMP di

2018 juga mendorong tingkat optimisme

konsumsi masyarakat. Hal tersebut ditandai

dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia

yang menunjukan bahwa konsumen masih tetap

optimis dalam memandang kondisi ekonomi,

penghasilan, dan lapangan pekerjaan di awal

tahun 2018.

Grafik 7.1 Survei Konsumen

Sejalan dengan polanya, kinerja konsumsi

pemerintah diperkirakan menurun. Pada awal

tahun, seiring dengan realisasi anggaran

pemerintah yang belum optimal, maka konsumsi

pemerintah juga relatif terhambat. Meskipun

demikian, monitoring realisasi anggaran yang

terus dilaksanakan secara intensif diperkirakan

dapat menjaga realisasi konsumsi pemerintah.

Belum optimalnya realisasi belanja pemerintah

juga turut menekan kinerja investasi

pemerintah. Proses pengadaan yang pada

umumnya tidak terjadi di awal tahun

menyebabkan tidak optimalnya capaian

investasi pemerintah pada periode mendatang.

Kendati demikian, realisasi belanja infrastruktur

strategis yang terus dilakukan seiring dengan

komitmen pemerintah untuk terus

menyempurnakan kualitas infrastruktur yang

ada diperkirakan mampu menahan penurunan

kinerja investasi lebih lanjut.

Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta

juga masih cukup kuat, tercermin dari beberapa

kontak liaison yang menyatakan rencananya

untuk merealisasikan investasi berupa barang

modal pada periode mendatang, antara lain

upaya peningkatan luas lahan serta pengadaan

mesin. Optimisme tersebut dibarengi perbaikan

harga yang tidak seoptimis perkiraan.

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan

Komoditas Harga Tw IV 2017 (%, yoy, proyeksi)

Harga Tw I 2018 (%, yoy, proyeksi)

Kelapa Sawit -11,6 -12,9

Karet -10,8 -31,6

Kopi -12,7 -4,4

Sumber: IMF Edisi Agustus 2017, diolah

Selesainya periode puncak panen yang terjadi

pada triwulan IV lalu menyebabkan kinerja

ekspor diperkirakan tertahan. Hal ini juga

didorong oleh prakiraan akan kembali

menurunnya harga komoditas perkebunan

unggulan Sumatera Utara seiring dengan akan

kembali membaiknya pasokan di pasar global.

Perbaikan pasokan CPO di pasar global terjadi

seiring dengan normalisasi produksi CPO dunia

pasca gangguan produksi tahun 2015-2016 yang

memukul produksi negara eksportir utama.

Kondisi cuaca di awal tahun yang cenderung

basah juga memengaruhi kualitas produksi karet

dan kopi yang merupakan komoditas unggulan

Sumatera Utara.

Meski dari sisi harga diperkirakan akan kembali

menurun, namun pada dasarnya permintaan

akan komoditas unggulan Sumatera Utara masih

cukup tinggi. Perayaan Imlek yang terjadi

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

77

serentak di seluruh dunia akan meningkatkan

kebutuhan CPO sebagai bahan baku maupun

komplemen dari produk makanan, baik dari sisi

domestik maupun internasional.

Grafik 7.2 Purchasing Manager Index

Momentum mulai membaiknya aktivitas industri

manufaktur negara mitra dagang utama

khususnya AS dan Tiongkok juga diperkirakan

memberikan dampak yang baik bagi

perekonomian. Perkembangan Purchasing

Manager Index pada triwulan IV menunjukkan

pergerakan yang cukup menggembirakan.

Dari sisi penawaran, perekonomian pada

triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh

kinerja kategori pertanian dan industri

pengolahan yang masih baik. Sementara itu,

kinerja kategori konstruksi dan perdagangan

diperkirakan melambat.

Masuknya periode puncak panen raya tanaman

pangan dan hortikultura ditengah selesainya

periode puncak panen kelapa sawit mendorong

kinerja kategori pertanian. Ekspektasi akan

meningkatnya permintaan, terutama dari sisi

domestik meningkatkan kinerja kategori industri

pengolahan. Meningkatnya kapabilitas industri

pendukung seperti listrik dan gas mampu

menunjang aktivitas industri. Peningkatan

aktivitas industri juga dilakukan untuk

meningkatkan stok dalam rangka menyambut

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang jatuh

pada triwulan II 2018.

Belum optimalnya realisasi belanja infrastruktur

pemerintah juga turut menekan kinerja kategori

konstruksi. Proses pengadaan proyek

infrastruktur yang biasanya membutuhkan

waktu menyebabkan realisasi investasi

bangunan sulit untuk dilaksanakan. Meskipun

demikian, masih berlanjutnya proyek

infrastruktur strategis diharapkan mampu

menahan semakin dalamnya penurunan kinerja

konstruksi.

Sementara itu, selesainya puncak aktivitas

konsumsi seiring dengan perayaan Natal dan

tahun baru juga turut menekan kinerja kategori

Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Meskipun

demikian, nilai tukar yang diperkirakan masih

dapat menguat diharapkan mampu menahan

penurunan kinerja PBE lebih lanjut.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian

Sumatera Utara pada tahun 2018 diperkirakan

akan meningkat dibandingkan 2017 dan berada

pada kisaran 5,0%-5,4%. Peningkatan

pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi

pemerintah dan LNPRT seiring dengan pelaksaan

PILKADA 2018.

Di tahun politik, belanja pemerintah khususnya

investasi dan belanja bansos diperkirakan akan

meningkat. Secara historis, pelaksanaan pilkada

akan meningkatkan PDRB sebesar 0.37-0.50 ppt

(percentage point). Namun demikian, sektor

eksternal khususnya ekspor ke luar negeri

diperkirakan akan melambat seiring penurunan

harga CPO dan karet, sedangkan perdagangan

antarpulau diperkirakan membaik seiring

dengan perbaikan kinerja sektor pertanian

khususnya tanaman pangan dan holtikultura.

Perekonomian Sumatera Utara masih dibayangi

beberapa risiko yang harus diwaspadai. Rasio

belanja modal yang terus menurun dan

realisasinya yang juga rendah dapat menahan

perbaikan kinerja investasi pemerintah, begitu

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

78

pula pemanfaatan dana desa yang belum

maksimal. Peningkatan investasi swasta pun

masih dibayangi oleh iklim investasi yang masih

gloomy. Selain itu, perbaikan kinerja eksternal

dapat terpuruk terkait risiko penurunan

permintaan CPO dari India dan Eropa serta

peningkatan harga komoditas yang tidak

sustainable.

Namun, terdapat beberapa hal yang diharapkan

dapat menahan perlambatan perekonomian

Sumatera Utara. Anggaran belanja dalam APBD

Sumatera Utara secara akumulasi di 2018

meningkat 30% serta adanya penyelenggaran

PILKADA 2018 diharapkan mampu

meningkatkan kinerja permintaan domestik.

Selain itu, membaiknya kondisi perekonomian di

negara tujuan ekspor yaitu AS dan Tiongkok

masih memberikan harapan bagi kinerja sektor

eksternal Sumatera Utara. Kesempatan untuk

diversifikasi tujuan ekspor pun masih terbuka

lebar.

7.2 Prospek Inflasi

Secara keseluruhan 2017, inflasi Sumatera

Utara diperkirakan masih berada pada sasaran

nasional yaitu 4±1%. Penurunan tekanan inflasi

terutama didorong oleh penurunan tekanan

inflasi volatile food. Rendahnya tekanan inflasi

volatile food didukung oleh membaiknya

pasokan pangan sehingga terjadi penurunan

harga pangan secara tajam dibandingkan dengan

tahun 2016.

Pada tahun 2017, inflasi volatile food

mengalami penurunan. Penurunan inflasi ini

merupakan hasil koordinasi dan upaya seluruh

pihak dalam menjaga pasokan pangan.

Menjelang lebaran, Tim Pengendalian Inflasi

Daerah melakukan operasi pasar di 140 titik di

Medan. Selain itu, BULOG juga memastikan

ketersediaan beras sepanjang bulan Ramadhan.

Selain itu, TPID juga langsung melakukan

koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam

mengendalikan tekanan inflasi volatile food yang

sempat naik di triwulan III 2017. Terkendalinya

pasokan pangan diperkirakan akan terus

berlangsung hingga akhir 2017.

Sumber: BULOG, diolah

Grafik 7.3 Stok Beras BULOG

Inflasi administered prices pada tahun 2017

masih terkendali. Penyesuaian harga komoditas

seperti biaya perpanjangan STNK, tarif PDAM,

dan tarif listrik yang terjadi di semester I 2017

meningkatkan tekanan inflasi administered

prices. Namun, peningkatan tekanan inflasi ini

masih dalam perkiraan. Peningkatan tekanan

inflasi akan berlangsung hingga akhir tahun

dimana diperkirakan akan ada penyesuaian tarif

transportasi menjelang natal dan tahun baru.

Namun, peningkatan tekanan inflasi

administered prices masih dalam perkiraan.

Sumber: CEIC, diolah

Grafik 7.4 Nilai Tukar Rupiah Terdahap Dollar Amerika Serikat

Inflasi inti pada tahun 2017 diperkirakan akan

rendah. Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

79

yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga.

Pencapaian ini didukung oleh nilai tukar yang

stabil dan ekspektasi inflasi yang terjaga di

sepanjang tahun. Kenaikan permintaan

menjelang natal dan tahun baru masih dapat

terkendali.

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 7.5 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen

Memasuki triwulan I 2018, laju inflasi

diperkirakan akan meningkat seiring dengan

peningkatan inflasi volatile food. Meningkatnya

tekanan inflasi volatile food pada triwulan I 2018

diperikakan disebabkan oleh terbatasnya

pasokan pangan dimana masa panen baru

selesai di akhir 2017. Di sisi lain, tekanan inflasi

administered prices mengalami penurunan.

Setelah adanya penyesuaian tarif transportasi

pada masa liburan akhir tahun, diperkirakan

tidak ada penyesuaian kenaikan harga pada

triwulan I 2018. Hal ini berkaitan dengan akan

diadakannya pemilihan umum. Sementara itu,

tekanan inflasi inti triwulan I 2018 cenderung

menurun seiring dengan kestabilan nilai tukar

dan ekspektasi inflasi yang terjaga.

Sumber: IMF

Grafik 7.6 Proyeksi harga minyak dunia

Sumber: IMF

Grafik 7.7 Proyeksi harga komoditas

Secara keseluruhan, inflasi tahun 2018

diperkirakan masih berada dalam sasaran

nasional 3,5±1%. Namun, terdapat beberapa

risiko yang masih harus diwaspadai. Dari sisi

administered prices, terdapat risiko kenaikan

harga bbm non subsidi akibat tren harga minyak

dunia yang cenderung meningkat. Dari sisi inflasi

inti, terdapat risiko passthrough kenaikan harga

komoditas, khususnya terhadap bahan pangan.

Selain itu, terdapat risiko memburuk ekspektasi

inflasi apabila pilkada berjalan kurang lancar.

Dari sisi volatile food, terganggunya pasokan

pangan menjadi faktor risiko yang perlu

diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh

keengganan petani menanam tanaman pangan

seiring dengan rendahnya harga pangan di tahun

2017.

7.3 Rekomendasi kepada

Pemerintah Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Indikasi perbaikan perekonomian yang terus

berlanjut masih dibayangi oleh beberapa faktor

risiko terutama dari sisi eksternal yang belum

menunjukkan perbaikan secara fundamental.

Dengan demikian, diperlukan penguatan

perekonomian dari sisi domestik yang dapat

didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa

langkah dan rekomendasi di antaranya adalah:

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

80

1. Mendorong optimalisasi realisasi APBD dan

APBN Provinsi dan seluruh Kabupatan/Kota

di Sumatera Utara khususnya untuk belanja

modal terkait dengan percepatan

penyelesaian proyek-proyek infrastruktur

strategis.

2. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam

rangka penguatan permintaan domestik

melalui aktivitas konsumsi seperti event

pariwisata melalui media pemasaran yang

massive dan terpusat serta penciptaan

budaya masyarakat pariwisata.

3. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim

investasi di Sumatera Utara kepada investor

dan masyarakat luas melalui publikasi

perkembangan kemajuan pembangunan

infrastruktur melalui media komunikasi yang

lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas

informasi yang lebih tinggi (Regional Investor

Relation Unit/RIRU).

4. Mempercepat penyediaan infrastruktur

pendukung yang memadai seperti listrik dan

gas sehingga proses industrialisasi dan daya

tarik investasi di Sumatera Utara dapat

meningkat.

5. Melakukan penyempurnaan infrastruktur

perhubungan untuk mendukung aktivitas

perekonomian ke depan.

Pengendalian Inflasi

Melihat pola inflasi Sumatera Utara, komoditas

pangan merupakan salah satu komoditas yang

memiliki kontribusi besar dalam fluktuasi inflasi.

Untuk mencapai mecapai inflasi yang rendah

dan stabil, Pemerintah Daerah perlu bekerja

sama dengan stakeholder terkait dalam

pengendalian komoditas pangan, dengan cara:

1. Mengatur pola tanam komoditas pangan

sehingga pasokan tetap terjaga di sepanjang

tahun.

2. Melakukan kerjasama antardaerah dalam

memenuhi kebutuhan pangan ketika pasokan

dalam daerah berkurang.

3. Pengawasan secara intensif perkembangan

komoditas yang memiliki andil besar terhadap

inflasi di setiap tingkat distribusi pangan.

Pengawasan produksi di tingkat petani dapat

menjaga harga komoditas lebih terkendali.

Selain itu, Pemerintah Daerah dapat mengawasi

harga dan distribusi pangan sehingga

pendistribusian lebih merata dan dengan harga

yang wajar.

4. Mempercepat realisasi pembentukan BUMD

Pangan. Pembentukan BUMD Pangan ini

menjadi penting sehingga pasokan pangan di

Provinsi Sumatera Utara selalu terkendali.

5. Memperkuat database komoditas pangan.

Database dapat mencakup hal terkait produksi

dan harga komoditas pangan. Database tersebut

kemudian disampaikan kepada kepada seluruh

pihak terkait untuk mempermudah

pengendalian inflasi.

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

81

Prospek 2018: Dampak Pilkada Serentak Terhadap

Ekonomi Sumatera Utara

Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai pesta demokrasi yang akan dirayakan oleh masyarakat

Sumatera Utara. Bagaimana tidak, di tahun depan akan dilaksanakan 9 Pilkada serentak di

Sumatera Utara. Pemilihan tersebut terdiri dari Pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara

dan 8 Pemilihan Bupati/Walikota yakni Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kab. Batubara, Kab.

Padang Lawas, Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Dairi dan Kota Padang

Sidimpuan.

Pilkada adalah sebuah perwujudan kebebasan berpendapat atau kebebasan dalam memilih

pemimpin untuk daerahnya. Pada Pilkada-pilkada sebelumnya di berbagai daerah, dampak

yang diberikan oleh Pilkada adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

khususnya daerah.

Dalam pelaksanaannya Pilkada diyakini akan mendorong konsumsi masyarakat, seperti

belanja untuk kampanye. Sektor perdagangan, jasa, komunikasi, dan transportasi juga akan

tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat saat kampanye Kepala

Daerah. Pada sektor itu pula penyaluran kredit perbankan akan tinggi pada sektor-sektor

tersebut. Berbagai penelitian sebelumnya juga menemukan dampak demokrasi terhadap

pertumbuhan ekonomi (Barro, 1996; Tavares dan Wacziarg, 2001; Acemoglu et al., 2008).

Studi yang dilakukan Barro (1996) menemukan bahwa demokrasi pada level menengah

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Grafik 1. Dampak Pelaksanaan Pilkada

Grafik 2. Pertumbuhan PDRB Permintaan

Suplemen 3

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

82

Grafik 3. Andil Permintaan Domestik & Eksternal

Grafik 4. Andil Permintaan Domestik

Peristiwa politik besar tersebut tentu akan sangat mempengaruhi prospek ekonomi Sumatera

Utara di tahun 2018. Di tengah harga komoditas yang diperkirakan akan kembali menurun di

tahun depan, Sumatera Utara membutuhkan stimulus untuk kembali mendongkrak kinerja

perekonomiannya. Pelaksanaan hajatan politik dengan dana yang besar dapat menjadi

kegiatan yang memberikan dampak countercyclical untuk menstimulus perekonomian.

Seberapa besar dampak pengungkit Pilkada terhadap perekonomian Sumatera Utara sangat

bergantung pada seberapa besar uang yang beredar dalam perekonomian sebagai akibat dari

kegiatan Pilkada tersebut. Perkiraan dampak tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

pengalaman Pilkada Sumatera Utara 2012. Hasil perhitungan margin antara ouput potensial9

dengan realisasi PDRB ditemukan bahwa pelaksanaan pilkada memberikan dampak

sebesar 0,3 ppt – 0,5 ppt terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Efek Pilkada

tersebut diperkirakan akan mulai dirasakan pada triwulan II sampai dengan triwulan IV.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut juga tentu diharapkan akan mendorong

terciptanya lapangan pekerjaan. Kesempatan kerja tersebut diperkirakan akan tercipta di

sektor-sektor yang berkaitkan langsung dengan pelaksaan Pilkada seperti industri tekstil dan

pakaian jadi, sektor transportasi dan telekonomikasi, dan industri kertas dan percetakan.

Walaupun kesempatan kerja yang tercipta sebagian besar bukan kesempatan kerja tetap, hal

ini sudah cukup memberi manfaat yang besar dalam membantu mengurangi angka

pengangguran.

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

83

Namun demikian, pelaksanaan Pilkada serentak tersebut bukan tanpa risiko. Pelaksanaan

Pilkada akan berdampak buruk terhadap perekonomian apabila tidak berlangsung dengan

aman dan damai. Kondisi tersebut akan menghambat aktivitas ekonomi masyarakat dan

menimbulkan sentimen negatif terhadap investor sehingga pada akhirnya akan menghambat

kinerja perekonomian. Oleh karena itu marilah kita menjaga situasi dan suasana kondusif

dalam pelaksanaan pesta demokrasi Sumatera Utara di tahun 2018.

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

LAMPIRAN

84

LAMPIRAN

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISTILAH

85

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional.

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISTILAH

86

Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet. Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis.

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISTILAH

87

Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISTILAH

88

Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - … dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih on-track. Selain itu, ekspor ... Grafik 5.5 Rekapitulasi Transaksi Uang Rupiah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2017

DAFTAR ISTILAH

89

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory:

Citra Agustina

Rangga Pratama

Fika Habbina

Tim Data dan SEKDA: Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760