kailli culturs

15
10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 1/15 1st May 2012 BAB I PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia dikenal dengan negara kepulauaan yang terbentang milai dari sabang (di bagian paling barat) hingga merauke (di bagian paling timur). Karenanya macam-macam suku bangsa di indonesia, memperkaya khasanah nusantara dengan keragaman budaya dan adat istiadat suku bangsa tersebut. Salah satu contoh suku dari bermacam-macam suku di indonesia adalah suku kaili. Suku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten Tojo-Una Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] dan Kabupaten Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. Sama halnya dengan suku-suku lain di indonesia bahwa suku kaili mempunyai budaya dan adat istiadat yang masih berlaku. Mulai adat istiadat dari saat dia masih di dalam kandungan sampai adat istiadat ketika mereka meninggal. salah satu contohnya adalah pada kehamilan anak pertama dan kandungan berumur 7 bulan maka adat istiiadat di suku kaili akan diadakan upacara selamatan kandungan atau sering disebut dengan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian dari pada daging ayam) atau bisa disebut mantale (membuat sesajian). Tujuan dari upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. Dengan banyaknya budaya dan adat istiadat yang terdapat di suku kaili maka kami penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang budaya dan adat istiadat dari suku kaili itu sediri yang masih berhubungan dengan kesehatan dan dapat sebagai perbandingan antara suku kaili dengan budaya pada masa sekarang baik pada masa kehamilan sampai pengobatan bagi ibu hamil yang sakit budaya suku kaili

Upload: maulana-ziddan

Post on 06-Aug-2015

151 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 1/15

1st May 2012

BAB IPENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia dikenal dengan negara kepulauaan yang terbentang milai dari sabang(di bagian paling barat) hingga merauke (di bagian paling timur). Karenanya macam-macam suku bangsa diindonesia, memperkaya khasanah nusantara dengan keragaman budaya dan adat istiadat suku bangsatersebut. Salah satu contoh suku dari bermacam-macam suku di indonesia adalah suku kaili. Suku Kailiadalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia [http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia]

yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah[http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayah Kabupaten Donggala[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , danKota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan GunungRaranggonau [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka jugamenghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , Kabupaten Tojo-UnaUna [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1] dan KabupatenPoso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di TelukTomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Posomereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso.

Sama halnya dengan suku-suku lain di indonesia bahwa suku kaili mempunyai budaya dan adatistiadat yang masih berlaku. Mulai adat istiadat dari saat dia masih di dalam kandungan sampai adat istiadatketika mereka meninggal. salah satu contohnya adalah pada kehamilan anak pertama dan kandunganberumur 7 bulan maka adat istiiadat di suku kaili akan diadakan upacara selamatan kandungan atau seringdisebut dengan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian dari pada daging ayam) atau bisa disebutmantale (membuat sesajian). Tujuan dari upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapatberlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan,dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate.

Dengan banyaknya budaya dan adat istiadat yang terdapat di suku kaili maka kami penulis inginmengetahui lebih lanjut tentang budaya dan adat istiadat dari suku kaili itu sediri yang masih berhubungandengan kesehatan dan dapat sebagai perbandingan antara suku kaili dengan budaya pada masa sekarangbaik pada masa kehamilan sampai pengobatan bagi ibu hamil yang sakit

budaya suku kaili

Page 2: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 2/15

BAB IIPEMBAHASAN

A. Suku KailiSuku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia

[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besardari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayahKabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , diseluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] . Mereka jugamenghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Parigi-Moutong&action=edit&redlink=1] , KabupatenTojo-Una Una [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Tojo-Una_Una&action=edit&redlink=1]

dan Kabupaten Poso [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso] . Masyarakat suku Kaili mendiamikampung/desa di Teluk Tsomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una,sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso.

Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix"To" yaitu To Kaili.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunyamenyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kailiyang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di tepi Sungai Palu[http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Palu] dan Teluk Palu [http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Teluk_Palu&action=edit&redlink=1] . Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu letaknya menjorokl.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga. Sebagai buktinya, di daerah Bobosampai ke Bangga banyak ditemukan karang dan rerumputan pantai/laut. Bahkan di sana adasebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut sedang pasang demikian juga akan surut

Page 3: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 3/15

pada saat air laut surut.Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh sebatang

pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut ataunelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga.

Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa] yangmasih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yanghanya berjarak 2 km kita bisa menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namundemikian, suku Kaili memiliki lingua franca [http://id.wikipedia.org/wiki/Lingua_franca] , yang dikenalsebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti "tidak". Bahasa Ledo ini dapat digunakanberkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhibahasa para pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasaLedo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi danterkontaminasi dengan beberapa bahasa para pendatang terutama bahasa Bugis[http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bugis] dan bahasa Melayu [http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu] .

Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa Tara(Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi(Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale danKabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija (Bora,Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo, Unauna danPoso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti "tidak".

Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam disawah,diladang danmenanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka jugamengambil hasil bumi dihutan seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakatsuku Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayandan berdagang antar pulau ke kalimantan.

Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian besar tanah datarandilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan daerah persawahan. Kadang pada musimpaceklik masyarakat menanam jagung, sehingga sering juga mereka memakan nasi dari berasjagung (campuran beras dan jagung giling).

Alat pertanian suku Kaili diantaranya : pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi (cangkul),pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan diantaranya: panambe, meka, rompo, jala dantagau.

Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur organisasi pemerintahan didalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda).Didalam penyelenggaraan pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (DewanPemerintahan Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/PerdanaMenteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam Negeri), GALARA(Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan Keamanan/ Panglima Perang) danSABANDARA (Bendahara dan Urusan Pelabuhan).

Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan PermusyawaratanRakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk KOTA PITUNGGOTA (Dewan yg MewakiliTujuh Penjuru Wilayah) atau KOTA PATANGGOTA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah).Bentuk Kota Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan yang memilikibanyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru. Ketua Kota Pitunggota atau KotaPatanggota disebut BALIGAU.

Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa tingkatan yaitu

Page 4: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 4/15

MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau bangsawan),TOTUA NUNGATA (golonganketurunan tokoh-tokoh masyarakat), TO DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golonganhamba/budak).

Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai beberapa raja-raja yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi danKulavi. Raja-raja tersebut mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satudengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu dengan lainnya sertamempererat kekerabatan.

Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu domba antararaja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah Belanda menguasai seluruh daerahkerajaan di Tanah kaili. Tetapi sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawananterhadap tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda.

Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa akhirnyabeberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada diantaranya yang ditangkap dan ditawan olehBelanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.Beberapa alat senjata perang yang digunakan oleh sukuKaili diantaranya : Guma (sejenis parang), Pasatimpo (sejenis keris), Toko (tombak), Kanjai (tombaktrisula), Kaliavo (perisai).

[http://1.bp.blogspot.com/-JkTAPKpB0FU/TVuF-l7zo8I/AAAAAAAAAG8/iQhAZtS10SA/s1600/kaili.jpg]

B. Kondisi Sosial Suku KailiMasyarakat Sulawesi Tengah juga mengembangkan suatu nilai yang dapat

menunjukkan kesetiakawanan atau solidaritas dengan sesamanya, yaitu nilai gotong royong(nolunu). Nilai hidup ini merupakan realisasi kebersamaan mereka dalam menghadapi suatukerja, yang manifestasinya dapat terlihat dalam segala aktivitas hidup sehari-hari, seperti bantu-membantu dalam suatu pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tenaga kerja, memberipertolongan kepada keluarga yang sedang dirundung musibah, serta kegiatan-kegiatan lainnyayang akan lebih cepat terselesaikan jika dikerjakan bersama-sama.

Demikian pula masyarakat Sulawesi Tengah mengembangkan sopan santun dalam tatacara pergaulan yang menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap sesamanyadalam kehidupan bermasyarakat. Adat sangat membatasi dan mengatur pergaulan muda-mudi.Mereka tidak dibenarkan bertemu berduaan tanpa didampingi seorang tua, karena ituperkawinan diatur oleh orangtua dari kedua belah pihak yang bersangkutan. Jika adat inidilanggar, maka yang melanggar akan dikenai denda adat (nigivu) dengan memberikansejumlah hewan tergantung dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan seseorang yang dianggap dapat merugikan oranglain juga diatur oleh adat yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya pelaku pelanggaran adatakan dikenakan denda adat atau sanksi social lainnya, seperti menjadi bahan pembicaraanatau ejekan masyarakat, dikucilkan dari masyarakatnya, diusir dari lingkungan tempattinggalnya, bahkan terjadi pembunuhan sebagai tindakan balas dendam, atau bentuk-bentukdenda dan sanksi lainnya. Sebagai contoh, seorang wanita dengan sengaja sampai padaperbuatan melanggar susila (pelanggaran yang dilakukan disebut salah kana), maka pelakunyabisa saja dibunuh oleh keluarga pihak wanita yang diganggu. Kalau pembunuhan tidak sampai

Page 5: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 5/15

terjadi, pelanggar akan dikenakan denda seperti yang telah ditentukan oleh adat.Selain itu adat juga menetapkan beberapa larangan, seperti seorang laki-laki tidak

boleh dengan sengaja melihat perempuan yang sedang mandi, salah berbicara sehinggamenyebabkan orang lain tersinggung, seorang wanita tidak boleh menerima laki-laki lain jikasuaminya sedang tidak berada di rumah, dan lain-lain. Pendidikan budi pekerti ditanamkandalam diri individu sejak dia masih berusia anak-anak, dan biasanya dilakukan oleh orangtuasesudah makan malam.

Demikian pula dalam masyarakat dikembangkan sopan santun dalam hubungankekerabatan, misalnya bagaimana harus bersikap, berkata-kata dan bertindak terhadaporangtua atau mereka yang lebih tua usianya dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnyamereka yang tergolong muda harus bersikap sopan dan hormat kepada golongan yang lebihtua usianya, serta mereka yang berasal dari golongan yang lebih tinggi status social dankedudukannya dalam masyarakatnya. Sebaliknya golongan tua harus dapat bersikap hati-hatidalam memberikan contoh yang baik untuk diteladani oleh para generasi muda.

Pendidikan moral ditanamkan di dalam lingkungan keluarga secara ketat. Yang palingberperan dalam masalah pendidikan anak-anak adalah ibu. Oleh sebab itu anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada ayah mereka.

Orang Kaili pada masa lalu mengenal beberapa lapisan sosial, seperti golongan rajadan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan(to dea), golongan budak (batua). Selain itu mereka juga memandang tinggi golongan socialberdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan(kadudua) dan usia (tetua).

Pada masyarakat Sulawesi Tengah dikenal sistem kepemimpinan formal, dan informal.Kepemimpinan formal dalam desa di daerah Sulawesi Tengah dikepalai oleh seorang kepaladesa. Kepala desa ini dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh sekretaris desa, kepalaurusan-urusan dan kepala dusun. Kemudian kepemimpinan secara informal diketuai olehkepala adat dan anggota adat lainnya (tokoh-tokoh adat), pemuka-pemuka agama (para ulama,imam dan pembantu-pembantunya), dan organisisasi social kemasyarakatan seperti organisasipemuda, organisasi wanita, dan sebagainya.

C. Pengertian Budaya dan Budaya pada Suku KailiBudaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidupmenyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukanperilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosialmanusia.

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adatistiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,merupakan bagian tak terpisahkan dari ukdiri manusia sehingga banyak orang cenderungmenganggapnya diwariskan secara genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi denganorang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikanbahwa budaya itu dipelajari.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orangdari budaya lain terlihat dalam definisi budaya Budaya juga suatu perangkat rumit nilai-nilai yangdipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untukmengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Page 6: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 6/15

Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili jugamempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memilikiHukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalamhukum adat.

Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta perkawinan (no-Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara kematian (no-Vaino,menuturkan kebaikan orang yg meninggal), pada upacara panen (no-Vunja, penyerahansesaji kepada Dewa Kesuburan), dan upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruhuntuk mengobati orang yg sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-upacara adat seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera yang mengandung animisme.

Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan kematian sudahdisesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama penganutnya. Demikianjuga upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama) dan guntingrambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya), penyelenggaraannya berdasarkan ajaran agama Islam.

Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain : Kakula(disebut juga gulintang,sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebabberdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli (suling).

Salahsatu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini merupakan kegiatanpara wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa Kailidisebut Buya Sabe tetapi oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. JenisBuya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif tenunannya, seperti Bomba,Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan warna sarung Donggala didasarkan pada warnaalam,seperti warna Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga),Lei-pompanga (merah ludah sirih).

Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang diproses darikulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini sebagian besar dipakai oleh parawanita dalam bentuk rok dan baju adat. Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat sukuKaili masih menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang Pencipta(Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro)dan dewa Penyembuhan (Tampilangi).

Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah datangnya seorang Ulama Islam, keturunanDatuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Abdul Raqi. Ia beserta pengikutnya datang keTanah Kaili setelah bertahun-tahun bermukim belajar agama di Mekkah. Di Tanah kaili, Abdul Raqidikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat sering melihatkemampuan beliau yang berada diluar kemampuan manusia pada umumnya. Makam Dato Karamasekarang merupakan salah satu cagar budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah.Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat nampak kerjasama pada kegiatan-kegiatanpesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan bertani yang disebut SINTUVU(kebersamaan/gotong royong).D. Kehamilan

Asal-Usul

Kesehatan bayi dalam kandungan harus selalu dijaga. Salah satu cara agar bayi dalamkandungan senantiasa sehat adalah dengan menjaga kesehatan si ibu yang mengandung si bayi.Sebelum dikenal adanya dokter yang mampu memeriksa dan mengobati seorang ibu yang sedanghamil, masyarakat tradisional mempunyai cara khusus untuk mengupayakan kesehatan si ibu yangsedang mengandung. Salah satu suku di Indonesia yang mempunyai cara khusus untuk

Page 7: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 7/15

menyembuhkan seorang ibu hamil yang sedang sakit adalah Suku Kaili yang berada di SulawesiTengah, Indonesia.

Upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai)Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama

apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagiandaging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagimasyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorangatau Vati seseorang dalam masyarakat.

Maksud Penyelengaraan UpacaraTujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan

selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan jugaagar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate.

Dari mantera-mantera sando (dukun) diketahui bahwa tujuan upacara ini adalah agar anakyang lahir kelak tidak tuli, kudisan, bodoh, nakal, penyakitan, dan sebagainya. Menurut kepercayaanmasyarakat Kaili bahwa leluhur mereka yang disebut rate selalu mengganggu dan menjadi sebabberbagai penyakit tersebut di atas, dan bagi bayi dalam kandungan apabila upacara diabaikan.

Waktu Penyelenggaraan UpacaraUpacara ini dilakukan pada siang hari sebelum matahari condong ke barat. Hal ini sebagai

suatu simbol bahwa bayi yang akan lahir kelak memiliki sumber kekuatan dan tenaga serta murahrezeki. Usia kandungan yang diupacarakan berkisar antara 7 sampai 9 bulan dan pantang untukbulan ke 8 karena dianggap bulan yang kurang baik. Penetapan waktu ditetapkan dengan seksamamelalu ilmu Kotika dengan cara menghitung hari bulan di langit yang dianggap sebagai hari baik dandisepakati oleh dua belah pihak orang tua suami istri dan sando.

Tempat Penyelenggaraan UpacaraUpacara diselenggarakan di rumah dan tempat-tempat tertentu yang dianggap berkaitan

dengan kekuatan magis religius, atau tempat yang dianggap dikuasai oleh kekuatan roh halus dandihuni oleh rate di dalam dan di luar rumah. Di dalam rumah upacara ini dilaksanakan di berandadepan, yaitu di depan pintu rumah (tambale), sedangkan kalau di luar rumah disiapkan tempattertentu sebagai tempat sesajian sesuai kondisi lingkungan desa bersangkutan.

Penyelenggaran Teknis UpacaraUpacara ini dipimpin oleh seorang dukun wanita (sando) yang dapat berkomunikasi dengan

mahluk halus dan telah berusia lanjut. Tidak kurang peranannya ialah orang tua kedua belah pihakyang menyediakan korban upacara seperti kambing atau domba bagi keluarga bangsawan danayam bagi keluarga biasa.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam UpacaraPihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini ialah para keluarga dari kedua belah pihak,

terutama ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Selain itu juga yang berturut hadir mengikuti jalannyaupacara tersebut ialah sanak keluarga dan tetangga yang bekerja mensukseskan pesta adattersebut, khususnya di kalangan keluarga bangsawan. Sebab di ini ada pesta makan denganmenyembelih 2 ekor kambing sebagai sumbangan dari kedua orang tua suami istri. Bagi pihaksuami wajib menyumbang kambing/domba jantan, sedangkan keluarga istri wajib menyumbangkambing/domba betina.

Page 8: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 8/15

Persiapan dan Perlengkapan UpacaraNolama bagi keluarga bangsawan umumnya mengadakan undangan pesta makan dari

keluarga kedua belah pihak dan para tetangga. Bagi keluarga biasa, upacaranya sangat sederhana,masing-masing seekor ayam jantan sumbangan pihak laki-laki dan ayam betina sebagai sumbanganpihak istri. Di samping persiapan-persiapan hewan tersebut juga dipersiapkan perlengkapan upacarapuncak, yaitu mantale njaka (upacara sesajian) dari sejumlah bahan makanan dan bahan-bahanperlengkapan adat lainnya.

Materi-materi yang dipersiapkan di sini ialah punti jaka (pisang rebus), koluku nikou (kelapaparut), marisa nete (lombok kecil), hati kerbau yang sudah dibakar (sate), nasi masak, dan darahkambing/ayam yang disembelih.

Benda-benda adat lainnya ialah sabala mesa (1 lembar sarung tenunan zaman dulu),samata doke (satu mata tombak), somata tinggora (satu mata tombak yang berakit), tatalu surayaada (tiga piring adat), tatalu tubu (tiga buah mangkok), sang dula (satu dulang tempat penyimpananbarang-barang tersebut di atas).

Jalannya UpacaraDalam upacara nolama bagi keluarga bangsawan, pertama ialah mengadakan undangan

(pegaga), yaitu suatu undangan dengan jalan mengundang langsung dari rumah ke rumah jauhsebelum upacara diadakan. Bila telah tiba hari yang ditentukan, undangan-undangan dijemputkembali (neala) dari rumah ke rumah. Kegiatan ini disebut peonggotaka (suatu penghormatan darikeluarga yang berpesta) kepada orang tua adat.

Pada hari upacara diadakan penyembelihan kambing/domba yang disembelih tersebutdibakar/dipanggang di atas api (nilambu), sehingga seluruh bulu-bulunya habis terbakar. Maksudnyaagar kulitnya dapat diproses menjadi bahan makanan. Sebelum dagingnya dipotong-potong hatinyadiambil lebih dahulu yang biasa disebut nompesule (mengambil hati) dan langsung ditusuk dandibakar sebagai bahan sesajian atau nilanjamaka (dijadikan sesajian).

Selesai dipotong-potong, paha kanan dari domba/kambing tersebut digantung di depan pintuuntuk bagian dukun. Di samping memproses daging-daging untuk dimasak, diadakanlah upacaranantalenjaka (upacara sesajian) di depan pintu rumah sebelum para undangan hadir.

Seluruh perlengkapan sesajian yang disebutkan di atas telah siap tersaji, dikeliling oleh ibuhamil dan ibu-ibu yang telah lanjut usia, sebagai peserta upacara inti tersebut. Dukun mulai nogane(mengucapkan mantera/sastra suci) dan duduk berhadapan dengan ibu hamil yang diupacarakan.Isi manteri antara lain meminta keselamatan/perlindungan kepada rate; arwah nenek moyang yangsudah meninggal disebut rate njae dan yang baru meninggal disebut rate vou. Maksudnya agar ibutidak mengalami kesukaran pada waktu melahirkan.

Disamping membaca mantera tersebut dukun mengipas-ngipaskan daun kelapa (pucukkelapa muda) kepada ibu hamil dengan isyarat melemparkan keluar jendela atau pintu. Maksudnyaagar penyakit yang mennggagu dari sebab pengaruh rate tersebut dapat hilang atau keluar. Adapula adat yang menggunakan banja mpagana (mayang pinang) yang disapukan di atas kepala ibu(tidak menggunakan pucuk kelapa muda).

Ada pula vati yang mengadakan upacara nolenggai tai, yang dianggap masyarakat Kailisebagai adat Orang Bugis (vati ntobugi), yang pada umumnya dilaksanakan dikalangan keluargabangsawan. Nolenga Tai (menggoyang-goyangkan) perut ini dilaksanakan oleh seorang dukun yangahli. Cara pelaksanaannya ialah ibu hamil tadi tidur terlentang di atas 7 lapis sarung/kain, lalu dukunmengangkat kain tersebut satu persatu pada bagian belakangnya, sehingga perut perangkat dandigoyangkan selama tujuh kali. Maksudnya ialah agar posisi anak dalam kandungan menjadi baik,dan ibu tidak merasakan sakit pada bagian belakangnya. Di kalangan keluarga biasa hal ini kurang

Page 9: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 9/15

dilaksanakan.Selesai acara tersebut dukun dan peserta upacara tersebut makan sebagian dari makanan

sesajian tersebut, dan sebagian lagi dari makanan tersebut dibawa keluar rumah untuk sesajian ditempat tertentu baik yang sengaja dibuat dan atau di alam bebas seperti di pohon-pohon kayubesar, di tepi sungai, dan sebagainya yang diantar sendiri oleh dukun upacara ini yang disebutnompaura.

Sebagai acara penutup, dukun membuat/mempersiapkan tuvu mbuli. Tuvu mbuli berartihidup berkembang biak dalam satu rumpun. Suatu simbol kehidupan yang ideal, yaitu dalamsuasana dingin dan berketurunan banyak (Tuvu = hidup, Mbuli = standar).

Tuvu Mbuli tersebut tidak lain sebuali gelas/mangkok yang diisi air dan dedaunan yangmelambangkan 2 hal tersebut, yaitu daun siranindi (setawar dingin) sebagai lambang ketenangandan ketahanan hidup dari tantangan hidup, serta tava kodombuku, semacam pohon yang tahanhidup di musim kemarau, mudah berkembang biak dan akarnya lama usianya.

Selesai upacara tersebut dan setelah undangan hadir seluruhnya, maka diadakanlah pestamakan. Dengan demikian selesai upacara Nolama tersebut.

Pengobatan Ibu HamilUpacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat)Upacara ini dapat juga dilaksanakan bagi ibu yang tidak hamil, namun ada perbedaan-perbedaanyang tidak berarti.

Maksud Penyelenggaraan UpacaraNovero (mengobati penyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk

menyembuhkan ibu hamil dari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahlukhalus).

Waktu Penyelenggaraan UpacaraUpacara ini sering dilaksanakan serentak dengan upacara nolama, yaitu bila ibu hamil

kelihatannya kurang sehat. Perbedaannya ialah nolama lebih dekat kepada pemujaan arwah nenekmoyang, sedangkan novero lebih berorientasi kepada mahluk-mahluk halus yang dianggap jahat.

Tempat Penyelenggaraan UpacaraTempat upacara diadakan di luar rumah, di tempat yang dipercayai sebagai tempat hunian

mahluk halus, seperti di tepi sungai, tepi pantai, di pohon-polion besar, dan sebagainya. Dan di sinipula dibuat suampela, sebuah tempat penyimpangan sesajian yang dibuat dari kayu bertiang tiga.Pada bagian atas dibuat sebuah anyaman dari ranting kayu atau bambu tempat sesajian itudisimpan, dan kulili (kayu yang dibuat seperti model parang, yang diberi warna belang hitam putih).Ketiganya (suampela, kulili, dan berbagai jenis makanan) merupakan perlengkapan upacara noverotersebut termasuk ose ragi (beras yang telah diberi warna-warni) seperti disebutkan di atas.

Penyelenggara Teknis UpacaraYang berperan dalam upacara ini ialah seorang dukun wanita sejak awal sampai dengan

upacara ini selesai. Pihak-pihak lain yang terlibat terbatas dalam lingkungan keluarga terdekat saja,yang mempersiapkan perlengkapan upacara adat lainnya.

Persiapan dan Perlengkapan UpacaraPerlengkapan-perlengkapan selain yang telah disebutkan di atas ialah membuat pekaolu

nuvayo (tempat berlindungnya bayangan), maksudnya tempat roh kita berlindung bila mendapatgangguan mahluk halus. Juga perlengkapan yang disebut toge, yang dibuat semacam janur daridaun kelapa seperti bentuk tombak, kepala kuda yang berkepala dua dan berkepala sebelah dan

Page 10: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 10/15

lain-lain. Pada bagian bawah janur tersebut bersusun 4-5 dan yang terakhir inilah yang disebutpekaolu nuvayo. Perlengkapan lainnya ialah tuvu mbuli seperti yang telah disebutkan terdahulu.

Di dalam rumah disiapkan mbara-mbara (barang perhiasan/pakaian adat) yaitu vuya(sarung), baju, dan bulava (emas). Ketiganya disimpan di atas dula palangga (dulang berkaki).

Jalannya UpacaraMembuat persiapan-persiapan seperti yang telah disebutkan di atas, yang dilaksanakan

bersama dukun dan keluarga di rumah ibu yang hamil, termasuk moragi ose (memberi macamwarna beras sesajian).

Mengambil banja mpangana (mayang pinang) lalu direndam dalam air 3 malam dicampurdengan daun-daun yang wangi seperti bunga mbalu, daun pandang, tamadi, tulasi, dan sebagainya.Baru ose ragi tersebut dibungkus dengan kain putih, disimpan di tiang tengah rumah di mana ibuhamil itu akan tidur di dekat barang-barang tersebut.

Tiap bangun pagi selama tiga hari ibu hamil makan makanan yang disiapkan dalam bambudengan sebiji telur rebus dan mencuci muka dengan air yang disiapkan dan diberi bahan-bahanyang wangi tersebut.

Kegiatan selanjutnya ialah membuat suampela tempat sesajian itu disimpan, melalui suatucara-cara tertentu dan dengan gane-gane (mantera). Pada ketiga diadakan upacara mandi bagi ibuhamil tersebut dengan air wangi yang direndam dengan daun-daun wangi tersebut di atas. Seusaimandi sebatang mayang pinang yang belum berkembang, dipecahkan di atas kepala. Bendatersebut dianggap memberikan kekuatan untuk tubuh, sambil memecahkan sebatang mayangpinang yang masih belum berkembang tersebut, dukun berkata : "niratamo sumangana dako ripuengayu, ripue ntana" (sudah diketemukan kembali semangatnya dari penghuni pohon kayu danpenghuni bumi).

Selanjutnya adalah nantau (membawa turun) seluruh bahan-bahan perlengkapan tersebut diatas ke tanah dan ke tempat upacara di mana suampela tersebut dibuat. Di tempat sesajian itudukun nogane memanggil arwah dan roh-roh halus dan berkata : "Seimo konisa miu, tavala miu,toge ante kalili miu. Aku mompatolo yanu (si anu), bekaka maimo vayona, rapakalompemo yanu"(Telah kupersembahkan kepadamu makanan, tombak, toge, kulili. Aku menolong si Anu (menyebutnama). Berikan kepadanya kembali sumber kekuatan hidup, sembuhkanlah ia dari penyakit).

Selanjutnya diadakan acara noronde (dialog dukun dengan orang-orang yang ada dalamrumah). Dialog tersebut terjadi sebagai berikut:

Dukun : "Nolompemo yanu!!" (Si Anu sudah sembuh). Orang di rumah menjawab : "Yonalompemo" (Ya sudah), eva apu nitulaka uve (seperti api kena air), eva kuni niboli toila (sepertikunyit diberi kapur). Dukun naik ke rumah sambil berkata kepada ibu hamil: "niratakumo vayo miu,naialaku riviata, rikarampua, rirate njae, rirate vou" (saya sudah menemukan sumber kekuatan hidupyang hilang dari viata (setan/jembalang) dari para dewa dan roh-roh nenek moyang yang telah lamadan baru meninggal).

Acara terahir ialah noave ose niragi, bila ibu telah melahirkan dengan selamat, maka oseniragi (beras 4 warna) yang disebutkan di atas valas suji (semacam rakit kecil). Noave (mengalirkan)barang tersebut mengandung arti nompakatu (mengirimkan sesajian) tersebut kepada pue ntasi(penghuni laut) diiringi pula dengan mantera-mantera yang isinya minta segera ibu hamil yang sakitsegera sembuh, dan karena penyakit sudah terbawa ke laut, pergi bersama penyakit.

Dengan selesainya acara ini, selesailah upacara novero tersebut bagi seorang ibu hamilyang kurang sehat.

Pantangan-pantangan yang DihindariDalam upacara adat nolama, hampir tidak ada pantangan yang berarti, tetapi selama ibu

Page 11: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 11/15

hamil dijumpai sejumlah pantangan-pantangan. Pantangan tersebut tidak saja berlaku untuk sangibu yang hamil, tetapi juga berlaku bagi sang suami. Pantangan-pantangan bagi ibu hamil tersebutantara lain:a) Duduk di muka pintu atau pada anak tangga (mungkin suatu upaya preventif).b) Pantang minum air terlalu banyak karena bila melahirkan terlalu banyak air dan atau beranak

kembar.c) Pantang makan gula merah atau tebu serta nenas karena dapat membuat perut sakit.d) Pantang mencela, mengejek orang-orang yang cacat jasmani karena dapat melahirkan bayi

yang cacat.e) Pantang mengurai rambut pada sore hari karena dapat di ganggu mahluk halus.f) Pantang makan ikan cumi-eumi karena dapat melahirkan bayi dalam bentuk cumi-cumi dan

sebagainya.g) Pantang duduk di sembarang tempat.h) Tidak boleh kikir (nemo masina), agar sifat/watak anaknya tidak seperti itu.i) Tidak boleh menggulung handuk di leher (moveve handuri tambolo), agar bayi bakal lahir tidak

tercekik pada bagian lehernya.j) Tidak boleh melicinkan tempurung (mo gau bobo/banga), agar rambut anak tidak akan botak.k) Pantang mandi pada sore hari, dapat membuat kelamin bengkok karena ilirasi pue nu tive

(disetubuli oleh hantu penghuni air) atau mandi dipagi buta karena bayi kedinginan dan lahirdalam keadaan lemah

Pantangan bagi sang suami adalah:a) Menyembelih atau membunuh binatang karena dapat mengakibatkan bayi nantolu moro

(kemarahan)b) Pantang memakai celana bila istri dalam keadaan melahirkanc) Pantang menginjak papan penutup liang lahat (dindi ngari) sebab dapat membuat bayi lahir

dalam keadaan lemah.Lambang-Lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara

Dari uraian-uraian terdahulu telah disebut kan beberapa jenis perlengkapan upacara adatyang merupakan simbol tertentu dalam upacara tersebut, baik dalam bentuk nama, sifat, ataupunkeadaan benda itu.

Tuvu mbuli adalah tumbuh-tumbuhan yang melambangkan sifat dan keadaan benda yangdiidentifikasikan dengan kebabahagiaan rumpun keluarga, yaitu siranindi (daun si tawar dingin),sebagai simbol agar anak yang bakal lahir tetap tenang dan berpikiran dingin serta jernih sekalipundalam suasana penuh tantangan. Sifat tumbuh-tumbuhan tersebut tahan hidup dalam keadaanmusim kemarau.

Suatu lambang dari suatu kehidupan yang tidak pernah susah. Kadombuku adalahsemacam tumbuh-tumbuhan yang selain tahan musim kemarau juga berkembang biak melalui akar.Suatu simbol perkembangbiakan yang begitu cepat tanpa mengalami kesulitan.

Tinggora dan doke adalah simbol dari kekuatan/keberanian sebagai sifat dari sebuah besidan senjata (tombak) melambangkan agar anak keras kemauan, kuat, dan berani. Piring adatadalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan. Kain mesa adalah kain adat tenunan dariSulawesi Selatan adalah simbol kebangsawanan seseorang yang diupacarakan.

Dula palangga (dulang berkaki) adalah salah satu perlengkapan upacara di mana benda-benda tersebut di atas diletakkan, adalah lambang dari simbol status seseorang bangsawan.

Nilai-nilai

Page 12: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 12/15

Jika diamati secara seksama, pelaksanaan upacara Novero oleh masyarakat suku Kailimerupakan bentuk ekpresi dari keyakinananya kepada Yang Gaib, pengharapan dan pemahamanterhadap alam sekitar. Adanya keyakinan dalam masyarakat bahwa jika ada perempuan yang hamilsakit, maka perempuan tersebut sedang diganggu oleh mahluk halus memunculkan “kesadaran”masyarakat untuk melakukan penyikapan secara cepat dan tepat, yaitu dengan mengadakanupacara Novero. Upacara Novero, dengan demikian, merupakan cara masyarakat suku Kaili untukmembujuk dan menaklukkan mahluk halus. Dengan kata lain, pelaksanaan upacara Noveromerupakan cara masyarakat suku Kaili merespon sebuah fenomena yang didasarkan padapemahaman dan keyakinan mereka.

Penggunaan peralatan-peralatan upacara yang dipersiapkan secara khusus merupakansymbol-simbol yang mengekspresikan pengharapan masyarakat suku Kaili. Misalnya Tuvu mbulidigunakan agar keluarga selalu hidup bahagia; siranindi (daun si tawar dingin) digunakan agar anakyang akan lahir selalu bersikap tenang dalam menghadapi tantangan; Tinggora dan Doke adalahbentuk pengharapan agar anak mempunyai kekuatan, keberanian, dan mempunyai kemauan kuat;Piring adat adalah simbol kesejahteraan dan kecukupan pangan; dan Kain Mesa sebagai simbolkebangsawanan.

Penggunaan pantangan-pantangan berkaitan dengan keyakinan yang berlandaskan padapemahaman terhadap berbagai fenomena alam yang terjadi disekitarnya. Keberadaan pantangantersebut merupakan cara masyarakat suku Kaili agar tidak melakukan tindakan-tindakan yangkurang baik sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan upacara.

Masyarakat suku Kaili, meyakini bahwa tindakan kurang baik yang dilakukan oleh keduasuami dan istri yang sedang mengandung akan berpengaruh secara langsung kepada bayinya.Misalnya larangan mencela atau mengejek orang cacat muncul karena ada keyakinan bahwa anakyang dikandung akan lahir dalam keadaan cacat. Adanya keyakinan bahwa perbuatan buruk yangdilakukan oleh orang tua si bayi akan berdampak buruk kepada si bayi menunjukkan bahwa adaproses pensakralan perbuatan-perbuatan yang kurang baik.

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanSuku Kaili adalah suku bangsa [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa] di Indonesia

[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia] yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besardari Provinsi Sulawesi Tengah [http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah] , khususnya wilayahKabupaten Donggala [http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Donggala] , Kabupaten Sigi[http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sigi] , dan Kota Palu [http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu] , diseluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise [http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Gunung_Gawalise&action=edit&redlink=1] , Gunung Nokilalaki [http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Gunung_Nokilalaki&action=edit&redlink=1] , Kulawi, dan Gunung Raranggonau[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Raranggonau&action=edit&redlink=1] .

Page 13: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 13/15

Budaya kaili Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili jugamempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memilikiHukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalamhukum adat.

Bagi suku kaili apa bila ada anggota dari sukunya yang hamil maka kehamilan itu harus dijaga. Dalam adat istiadat suku kaili apa bila seseorang hamil maka akan diadakan upacaraselamatan kandungan pada masa hamil pertama (Nolama Tai). Upacara ini apabila kandunganberusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagiandaripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian).

Selain itu ada juga Upacara novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamilkurang sehat) atau moragi ose adalah suatu upacara pengobatan yang bila ibu hamil kurang sehatdan lemah, yang dianggap sebagai gangguan mahluk halus yang jahat. Novero (mengobatipenyakit) atau moragi ose (memberi warna warni beras) bertujuan untuk menyembuhkan ibu hamildari penyakit yang dideritanya karena nilindo nuviata (diganggu mahluk halus)

B. SaranDi indonesia banyak keragaman budaya dan adat istiadat dari berbagai suku yang tanpa

disadari sebenarnya itu adalah kekeyaan bagi negara indonesia itu sendiri. Dan budaya dan adatistiadat tersebut bisa berkaitan dengan ilmu kesehatan.

mengambil hal-hal yang positif dari kebudayaan dan adat istiadat tersebut dalam ilmukesehatan. Dan kita sebagai warga indonesia harus selalu menjaga kekayaan budaya dan adatistiadat di indonesia ini.

LAMPIRAN FOTO

Page 14: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 14/15

Foto penduduk suku kasili

Rumah bangsawan peninggalan suku kaili

Peta atau lokasi suku kaili

Permainan musik oleh suku kaili

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili [http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili] , di akses pada 8 maret 2012http://www.google.co.id/search?q=gambar+suku+kaili,diakses [http://www.google.co.id/search?

q=gambar+suku+kaili,diakses] pada 6 maret 2012novero,http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php?id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7[http://www.disnakerpalu.com/tlp/rubrikview.php?id=634&topik=8&hal=1&ss6c5bb6a5161c4889ad86afd0be2b60a7] , diakses pada 6 maret 2012

Diposkan 1st May 2012 oleh mika punya cerita

0 Tambahkan komentar

Page 15: kailli culturs

10/30/2014 budaya suku kaili | mikaa

http://mika-punya.blogspot.com/2012/05/budaya-suku-kaili.html 15/15

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan

Pratinjau