jurnal.doc
TRANSCRIPT
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN DIET DAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010
Sri Utami, M.Kes1
Abstrak
Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan design Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah pasien rata-rata perhari 35–40 orang pasien. dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 1,125 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan tidak ada pengaruh antara umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 7,731 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,013 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,484 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan dan mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Kepatuhan, diet, asuhan cairan
1 Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
1
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Pendahuluan
Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di
dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran
kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke
12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta
penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal dan angka ini terus bertambah
sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua juta orang yang menjalani terapi ginjal. (I Gde Raka
Widiana, 2007http://www.majalah-farmacia.com/)
Sedangkan menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2005)
diperkirakan 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik. Data tahun
1995-1999 menunjukkan insidens PGK (penyakit ginjal kronik) mencapai 100 kasus per juta
penduduk per tahun di Amerika Serikat. Prevalensi PGK atau yang disebut juga Chronic Kidney
Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. CDC (Centers for Disease Control) melaporkan bahwa
dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20
tahun, mengalami PGK (penyakit ginjal kronik). Persentase ini meningkat bila dibandingkan data
pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Di negara-negara berkembang, insiden ini diperkirakan
sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian
nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai
200-250 kasus per juta penduduk. (Bakri, 2005). PGK (Penyakit Ginjal Kronik) yang tidak
ditatalaksana dengan baik dapat memburuk ke arah penyakit ginjal stadium akhir atau dikenal
sebagai ESRD (End Stage Renal Disease). Stadium akhir ini yang juga disebut sebagai gagal ginjal,
membutuhkan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialysis (Hemodialisa dan Peritoneal
Diaslisis) atau transplantasi ginjal.
Hemodialisa merupakan pengobatan untuk mengganti sebagian faal ginjal pada keadaan
gagal ginjal, sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
pada penderita gagal ginjal kronik. Pada proses ini zat-zat yang tidak diperlukan tubuh, yang dapat
meracuni tubuh dan seharusnya dapat keluar bersama urin, “dibersihkan” melalui penggunaan mesin
dan ginjal buatan (dialiser).
Hemodialisa dapat digunakan untuk gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Bagi
penderita gagal ginjal kronik hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa
tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
2
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta
terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang
hidupnya (biasanya 2-3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai
mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. (Brunner, 2001;1398).
Gagal ginjal kronik berat yang mulai perlu dialisa/dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang
mengalami penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/menit.
Sedangkan yang belum perlu dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan
fungsi ginjal dengan LFG 15-30 ml/menit. Pada keadaan ini pasien hanya mendapat pengobatan
berupa diet dan medikamentosa agar fungsi ginjal dapat dipertahankan dan tidak terjadi akumulasi
toksin sisa metabolisme dalam tubuh. (Cahyaningsih, 2008)
Menurut Bakri dalam Jurnal Medika Nusantara tahun 2005, diseluruh dunia, terdapat sekitar
satu juta orang penderita PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis atau transplantasi)
pada tahun 1996. Jumlah ini akan meningkat menjadi dua juta orang pada tahun 2010. Laporan
USRDS (The United States Renal Data System) pada tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan
populasi penderita dengan ESRD di Amerika Serikat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Prevalensi penderita ESRD pada tahun 2005 mencapai 1.569 orang per sejuta penduduk. Nilai ini
mencapai 1.5 kali prevalensi penderita ESRD pada tahun 1995.
Sedangkan data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien yang
menjalani hemodialisa pada tahun 2007 berjumlah 127 orang, tahun 2008 berjumlah 166 orang, serta
bulan januari-februari tahun 2009 berjumlah 196 orang.
Meskipun pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awal menjalani hemodialisa (HD) sudah
diberikan penyuluhan kesehatan mengenai pembatasan diet dan asupan cairan, akan tetapi pada
terapi HD berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas (akibat
kelebihan volume cairan tubuh yaitu kenaikan berat badan melebihi 5 % dari berat badan kering
pasien/Dry Weight : berat badan dimana pasien merasa enak, tidak ada edema ekstremitas, tidak
merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat, nafsu makan baik, tidak anemis) dan gejala
uremik (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan latergi, konfusi mental).
Menurut Neil Niven yang dikutip dari Dunbar & Stunkard (1979) mengemukakan bahwa
saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan
professional. Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif
atau prefentif, jangka panjang atau jangka pendek.
3
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh,
dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang cepat (melebihi 5 %), edema, ronkhi basah dalam
paru-paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas yang diakibatkan oleh volume cairan yang
berlebihan dan gejala uremik. (Brunner, 2002)
Dari hasil penelitian Akhmad Sapri (2008) bahwasanya 67,3 % penderita yang patuh dan
32,7 % penderita yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti selama sehari pada tanggal 10 juni
2010, di ruangan Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, ditemukan 3 dari 10 orang pasien
mengalami berat badan berlebih/naik dan 1 orang mengalami gejala uremik yang mengakibatkan
jadwal hemodialisis biasanya seminggu 2 kali, meningkat menjadi 3 kali seminggu. Enam orang
pasien mengalami berat badan tetap. Sedangkan untuk usia pasien yang menjalani hemodialisa
berkisar dari 40 tahun sampai 60 tahun keatas. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat
ruang hemodialisa diketahui bahwa kepatuhan pasien dalam pembatasan diet dan asupan cairan
dirasakan masih kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang mungkin
timbul antara orang dengan latar belakang atau karakteristik fisiologis yang berbeda, sebagai
sumbangan alternatif pemecahan masalah pada pasien.
Metode Penelitian
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan
tahun 2010.
4
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Variabel Independen Variabel Dependen
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil UkurSkala Ukur
1.Independena.Pendidikan
kesehatanPemberian informasi kesehatan tentang pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisa yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional
Kuesioner Mengisi kuesioner
-Mengerti baik 76%-100%
-Cukup mengerti 56%-75%
-Kurang mengerti <56%
Ordinal
b.Umur Lamanya hidup pasien yang menjalani hemodialisa dari lahir hingga sekarang berdasarkan tanggal kelahiran
Identitas responden
Mengisi lembar identitas
-40-50 tahun- > 50 tahun
Nominal
c.Sikap Pergerakan seseorang untuk bertindak dalam mematuhi pembatasan diet dan asupan cairan
Kuesioner Mengisi kuesioner
-Positif >50%-Negatif ≤50%
Nominal
d.Dukungan keluarga
Peran serta keluarga dalam pelaksanaan program pembatasan diet dan asupan cairan
Kuesioner Mengisi kuesioner
- Baik apabila responden menjawab Ya >50%
- Buruk apabila responden menjawab Ya ≤50%
Nominal
e.Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan
Gambaran hubungan pasien dengan tenaga kesehatan
Kuesioner Mengisi kuesioner
- Baik apabila responden men-jawab Ya >50%
- Buruk apabila responden menjawab Ya ≤50%
Nominal
2.Dependena.Kepatuhan Perilaku pasien GGK
dengan hemodialisa dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang sesuai dengan
Kuesioner Mengisi kuesioner
- Patuh apabila responden menjawab Ya 100%
- Tidak patuh
Nominal
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis : Pendidikan kesehatan Usia/Umur Sikap Dukungan Keluarga Kualitas Interaksi dengan tenaga
Kesehatan
Kepatuhan dalam pembatasan Diet dan Asupan Cairan.
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil UkurSkala Ukur
ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan dan rutin menjalaninya
apabila responden menjawab Ya < 100%
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional yaitu suatu
metode yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan
pada saat bersamaan (sekali waktu) dengan jenis penelitian deskriptif analitik yang
mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal
kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan
mulai bulan Juli 2010.
Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.
(Sastroasmoro, 2008)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan
jumlah pasien rata–rata perhari 35-40 orang pasien.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap
dapat mewakili populasinya. (Sastroasmoro, 2008)
Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Purposive sampling yaitu suatu tekhnik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti, yaitu dibatasi waktu pada bulan juli 2010 dengan jumlah target responden 40 orang
pasien.
Kriteria sampel :
a. Pasien gagal ginjal kronik dengan GFR (Glomerular Filtration Rate) < 15 ml/mnt-5 ml/mnt
yang sudah menjalani hemodialisa > 1 kali.
b. Umur ≥ 40 tahun
c. Bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
Adapun penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus :
n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
6
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
d = Tingkat signifikansi/tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)
Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap
sasarannya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Litbang Keperawatan, Medikal Record,
di RSUP H. Adam Malik Medan.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dalam penelitian ini merupakan data
primer. Sebelum responden mengisi kuesioner, responden diminta kesediaannya untuk
menyatakan persetujuannya menjadi responden dalam penelitian ini, yang dilampirkan bersama
dengan kuesioner yang dibagikan. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti mengumpulkan
kembali lembar jawaban responden dan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi
responden.
Setelah data terkumpul dilakukan beberapa proses yaitu :
1. Editing
Yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul. Bila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya
dan melakukan pendataan ulang.
2. Coding
Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah
dimasukkan ke dalam tabel.
3. Tabulating
Yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan,
data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini untuk mendiskripsikan atau menjelaskan distribusi masing-masing variabel
yang diteliti yaitu ; pendidikan kesehatan, umur, sikap, dukungan keluarga, kualitas
interaksi dengan tenaga kesehatan, serta kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan
cairan dalam bentuk distribusi.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa. Uji
yang digunakan adalah uji statistic Chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05.
Apabila nilai p < α maka penghitungan statistik bermakna, dan apabila p > α maka
penghitungan statistik tidak bermakna (Notoatmodjo, 2006: 188)
7
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian kepada 40 responden pasien gagal ginjal kronik dari tanggal
12 Juli sampai dengan 31 Juli 2010. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal
kronik di ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Kesehatan di Ruang
Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Pendidikan Kesehatan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
MengertiCukup mengerti
328
8020
Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa mayoritas responden telah mengerti tentang
pembatasan diet dan asupan cairan.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
UmurFrekuensi
(n)Persentase
(%)40-50 tahun>50 tahun
1822
4555
Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa lebih banyak responden yang berumur diatas 50 tahun
dibandingkan responden yang berumur dibawah 50 tahun.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)PositifNegatif
355
87,512,5
Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa mayoritas responden bersikap Positif tentang
pembatasan diet dan asupan cairan.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
8
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
BaikBuruk
364
9010
Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai dukungan
keluarga yang baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Interaksi Dengan Tenaga Kesehatan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Kualitas Interaksi dengan Tenaga
Kesehatan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Baik 33 82,5Buruk 7 17,5
Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi
dengan tenaga kesehatan baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010
Kepatuhan Dalam
Pembatasan Diet dan Asupan
Cairan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Patuh 23 57,5Tidak Patuh 17 42,5
Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa mayoritas responden patuh dalam pembatasan diet
dan asupan cairan.
Tabel 4.7 Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
KepatuhanJumlah
P valuePatuh Tidak Patuh
f % F % F %a. Pendidikan Kesehatan
MengertiCukup mengertiKurang mengerti
2210
552,50
1070
2517,5
0
3280
80200
0,004
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 8,286 α = 0,05 df = 1
b. Umur40-50 Tahun> 50 Tahun
1211
3027,5
611
1527,5
1822
4555 0,289
9
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 1,125 α = 0,05 df = 1
c. SikapPositifNegatif
230
57,50
125
3012,5
355
87,512,5 0,005
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 7,731 α = 0,05 df = 1
d. Dukungan KeluargaBaikBuruk
230
57,50
134
32,510
364
9010 0,014
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 6,013 α = 0,05 df = 1
e. Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatanBaikBuruk 22
1552,5
116
27,515
337
82,517,5
0,011
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 6,484 α = 0,05 df = 1
Pembahasan
1. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Pendidikan Kesehatan
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pendidikan kesehatan
baik, hanya minoritas responden yang mempunyai pendidikan kesehatan dengan kategori cukup.
Dari hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet
dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
dan df = 1 sehingga didapatkan X2 hitung > X2 tabel, dimana X2 tabel = 3,84 atau P < 0,05 maka
Ho ditolak, Ha diterima. Sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan.
2. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Umur
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur diatas 50 tahun, sedangkan
hanya minoritas responden yang berumur 40-50 tahun. Dengan demikian sebagian besar
umur pasien yang menjalani cuci darah yaitu diatas 50 tahun. Hal ini dikarenakan semakin
tua umur seseorang, maka fungsi organ-organ tubuhnya (ginjal) semakin berkurang.
3. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Sikap
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap positif dalam pembatasan
diet dan asupan cairan. Sedangkan hanya minoritas responden yang bersikap negatif. Dengan
demikian sebagain besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa bersikap
positif.
4. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Dukungan Keluarga
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapat dukungan keluarga dengan
kategori baik. Sedangkan hanya minoritas responden yang mendapat dukungan keluarga
10
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
dengan kategori buruk. Dengan demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa
di RSUP H. Adam Malik mempunyai dukungan keluarga yang baik.
5. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Kualitas Interaksi
Dengan Tenaga Kesehatan
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi dengan
tenaga kesehatan baik, dan hanya minoritas responden dengan kategori buruk. Dengan
demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa mempunyai kualitas interaksi
yang baik dengan tenaga kesehatan di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet Dan Asupan Cairan
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam
pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori
tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah
ditetapkan.
Kesimpulan Dan SaranKesimpulan 1. Faktor pendidikan kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan
asupan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik
Medan.
2. Faktor umur tidak mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan
cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Faktor sikap mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan
pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Faktor dukungan keluarga mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan
asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam
Malik Medan.
5. Faktor kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam
pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.
Saran
1. Petugas medis ataupun perawat di ruang hemodialisa agar dapat mempertahankan dan
meningkatkan pendidikan kesehatan secara kontinue, serta mampu mempertahankan kualitas
interaksi / komunikasi terapeutik yang telah dijalin dengan pasien secara profesional.
11
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011
2. Kepada keluarga untuk terus dapat memberikan dukungan baik moril maupun materil serta
respon yang positif kepada pasien.
3. Kepada peneliti lanjutan diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah
responden yang lebih banyak dan dengan tambahan karakteristik umur dibawah 40 tahun.
Daftar Pustaka
Alimun H. Aziz. 2007. Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta.
.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Rineka Cipta. Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2005. Keperawwatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, EGC Jakarta.
Hawari, D. 2001. Manajemen stress, cemas Dan Depresi. FKUI. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Stuart and Sundden, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi II. EGC. Jakarta.
Sudjana, 2002. Riset Keperawatan. Rineka Cipta. Bandung.
Ocallaghan Chris, 2007. Sistem Ginjal, Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta
W.Sudoyo, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Politeknik Kesehatan, 2006. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah KTI, Medan.
http ://www.Indonesia.Com.Depresi Gagal Ginjal, Sriwijaya, 2003
http://www.aa-Ginjal.Blogspot.com.2009-08-01-archive.
http://www.Suara_merdeka.Com.Hemodialisa, 2004
12