jurnal reading
DESCRIPTION
dekompresi pada spinal cord injuryTRANSCRIPT
![Page 1: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/1.jpg)
Dekompresi Awal dibandingkan dengan Dekompresi yang Tertunda pada Cedera Spinal
Cord Servikal Traumatik: Hasil dari Pemilihan Waktu Pembedahan pada Studi Cedera
Spinal Cord Akut (STASCIS)
Abstrak
Latar belakang: Terdapat bukti preklinis yang meyakinkan bahwa dekompresi awal pada spinal
cord injury (SCI) memberikan peningkatan hasil neurologis. Bagaimanapun, efek dari
dekompresi bedah awal pada pasien dengan SCI akut masih belum pasti. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi efektivitas relatif dari pembedahan dekompresif awal (<24 jam
setelah cedera) dibandingkan pembedahan yang tertunda (24 jam setelah cedera) setelah SCI
servikal traumatik.
Metode: Kami melakukan studi multicenter, internasional, kohort prospektif ( Pemilihan waktu
pembedahan pada Acute Spinal Cord Injury: STASCIS) pada orang dewasa berusia 16-80 tahun
dengan SCI servikal. Pendataan dilakukan antara tahun 2002 hingga tahun 2009 pada 6 pusat di
Amerika Utara. Hasil primer yang didapatkan yaitu perubahan ordinal pada ASIA Impairment
Scale (AIS) dalam pemantauan selama 6 bulan. Hasil sekunder meliputi penilaian tingkat
komplikasi dan mortalitas.
Temuan: Telah didata total pasien yaitu sebanyak 313 orang dengan SCI servikal akut. Dari
jumlah ini, 182 pasien menjalani pembedahan awal, dengan waktu rata-rata 14.2 (5.4) jam,
dengan sisanya yaitu 131 menjalani pembedahan yang tertunda, dengan waktu rata-rata 48.3
(29.3) jam. Dari 222 pasien yang dapat dipantau 6 bulan pasca cedera, 19.8% pasien yang
mendapatkan pembedahan awal menunjukkan perbaikan AIS 2 grade dibandingkan 8.8% pada
kelompok dekompresi yang terlambat (OR=2.57, 95% CI:1.11,5.97). Pada analisis multivariat,
disesuaikan untuk status neurologis preoperatif dan pemberian steroid, odd dari 2 grade
perbaikan AIS adalah 2.8 kali lebih tinggi diantara yang mengalami pembedahan awal
dibandingkan pada pasien yang menjalani pembedahan yang terlambat (OR= 2.83, 95%
CI:1.10,7.28). Selama periode 30 hari pasca cedera, terdapat 1 mortalitas diantara kedua
kelompok pembedahan. Komplikasi terjadi pada 24.2% pada pasien yang menjalani pembedahan
awal dan 30.5% pada pasien yang terlambat dilakukan pembedahan (p=0.21).
1
![Page 2: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/2.jpg)
Kesimpulan: Dekompresi 24 jam setelah SCI dapat dilakukan dengan aman dan berhubungan
dengan peningkatan hasil neurologis, yang digambarkan dengan perbaikan AIS sebanyak 2 grade
pada pemantauan selama 6 bulan.
Pendahuluan
Prevalensi spinal cord injury (SCI) traumatik di seluruh dunia sekitar 750 per juta penduduk
dengan insiden pertahunnya yang cenderung meningkat. Karena dampak cedera spinal pada
individu dan masyarakat maka diperlukan terapi efektif untuk mengurangi kerusakan jaringan
dan meningkatkan hasil neurologis setelah trauma spinal cord. Konsep saat ini patofisiologi SCI
akut menunjukkan bahwa terdapat mekanisme primer dan sekunder yang menyebabkan cedera
neurologis. Cedera primer biasanya disebabkan oleh kompresi dan kontusio saraf tulang
belakang yang cepat, memulai kaskade sinyal dari peristiwa hilir secara kolektif dikenal sebagai
cedera sekunder. Mencegah dan mengurangi mekanisme sekunder ini adalah kesempatan untuk
neuroprotektor dan di mana sebagian besar upaya intervensi terapeutik dilakukan
Bukti laboratorium yang ada mendukung teori bahwa operasi dekompresi sumsum tulang
belakang setelah SCI melemahkan mekanisme cedera sekunder dan meningkatkan hasil
neurologis. Selanjutnya, kekuatan efek neuroprotektif ini tampaknya berbanding terbalik dengan
waktu dari cedera hingga dekompresi. Karya ini telah diterjemahkan ke dalam hipotesis klinis
bahwa mereka yang menjalani operasi dalam waktu segera setelah cedera akan mengalami
kerusakan jaringan saraf yang lebih sedikit dan hasil klinis yang lebih baik dibandingkan dengan
cedera yang diobati secara konservatif atau dengan operasi yang tertunda.
Namun, bukti klinis sampai saat ini telah gagal untuk memberikan dukungan kuat untuk
hipotesis ini. Satu uji coba small randomized control trial dan beberapa studi prospektif lain
menunjukkan tidak ada manfaat terhadap tindakan dekompresi awal, dengan peringatan bahwa
awal didefinisikan sebagai dalam waktu 72 jam dari waktu cedera dan penelitian dilakukan
terbatas pada satu tempat. Sebaliknya, tinjauan sistematis menyarankan bahwa dekompresi
dalam waktu 24 jam menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan dekompresi
tertunda maupun pengobatan konservatif. Berdasarkan bukti terbaik yang tersedia, kelompok
Studi Spine Trauma mengadopsi cut off 24 jam untuk menentukan operasi dekompresi awal
dibandingkan dengan operasi dekompresi tertunda setelah SCI.
2
![Page 3: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/3.jpg)
Sampai saat ini, belum ada penelitian sistematis yang meneliti kohort besar pasien yang
menjalani dekompresi lebih awal dari 24 jam. Untuk mengatasi kekosongan ini, kami
menyajikan hasil Surgical Timing in Acute Spinal Cord Injury Study (STASCIS), penelitian
kohort prospektif multi senter yang dilakukan untuk membandingkan efektivitas relatif dari awal
(kurang dari 24 jam pasca cedera) dibandingkan dengan tertunda (24 jam atau lebih pasca
cedera) operasi sehubungan dengan hasil neurologis 6 bulan pasca SCI servikal. Seperti
pertanyaan sekunder, kami menilai dampak dari waktu bedah pada rasio komplikasi preoperatif
di rumah sakit dan mortalitas.
Metode
Penulis telah menyelesaikan studi kohort multi center prospektif yang melibatkan rumah sakit di
6 institusi di seluruh Amerika Utara: 1) Universitas Toronto, Toronto, Ontario, Kanada 2)
Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, PN, USA 3) Universitas Virginia, Charlottesville,
VA , USA 4) Universitas Maryland, Baltimore, MD, USA 5) Universitas British Columbia,
Vancouver, British Columbia, Kanada; 6) Universitas Kansas, Kansas City, KS, USA. Setiap
rumah sakit yang terlibat merupakan khusus dalam penanganan trauma tulang belakang dan
cedera tulang belakang. Pendataan pasien dimulai pada Agustus 2002 dan berakhir pada
September 2009. Persetujuan dewan penelitian etika diperoleh di masing-masing 6 pusat
sebelum memulai pendaftaran. Selama periode ini setiap pasien dengan SCI pada salah satu
institusi ini dinilai untuk kesesuaian terhadap standar kriteria inklusi dan eksklusi (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi Kriteria eksklusi
1) Laki-laki atau perempuan 1)Gangguan kognitif yang memerlukan
penilaian neurologis
2) Umur 16-80 tahun 2) Cedera tembus pada leher
3) GCS awal > 13 3) Wanita hamil
4) AIS awal grade A-D 4) Defisit neurologis mayor pre-injury ( seperti
stroke iskemik, penyakit Parkinson)
5)Kompresi spinal cord servikal yang 5)Cedera yang mengancam nyawa yang
3
![Page 4: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/4.jpg)
dikonfirmasi dengan MRI atau CT
Myelografi
mencegah dekompresi awal spinal cord
6) Pasien yang bersedia untuk didata 6) Tiba di rumah sakit > 24 jam setelah SCI
7) Level neurologis cedera diantara C2 dan T1 7) Pembedahan > 7 hari setelah SCI
Pemeriksaan neurologis dilakukan sesuai standar yang ditetapkan oleh American Spinal Injury
Association (ASIA) dan karakteristik cedera diklasifikasikan menurut tingkat neurologic level of
injury (NLI), ASIA motor score (AMS), ASIA sensory score (ASS) dan ASIA Impairment Scale
(AIS). Penilaian ASIA dasar dilakukan dalam waktu 24 jam pada semua subjek. Pengukuran
hasil primer yang menarik adalah perubahan ordinal AIS pada 6 bulan follow-up. Periode waktu
6 bulan untuk follow-up didasarkan pada rekomendasi yang digunakan dalam percobaan
NASCIS dan Sygen serta temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa sebagian
besar pemulihan neurologis terjadi selama periode ini. Parameter klinis tambahan dikumpulkan
yakni umur pasien, jenis kelamin, mekanisme cedera, Charleson Co-morbidity Index (CCI) dan
Glasgow Coma Scale (GCS) awal. Setiap pasien menjalani foto polos X-Ray, CT scan dan
magnetic resonance imaging (MRI) tulang belakang. Catatan khusus dibuat dari kehadiran
kompresi sumsum tulang belakang di MRI karena ini didefinisikan salah satu kriteria inklusi
penelitian utama. Kompresi sumsum tulang belakang didefinisikan dengan metode kami telah
dijelaskan sebelumnya. Untuk pasien yang tidak bisa menjalani MRI, dapat dilakukan CT
myelography.
Setelah evaluasi klinis dan radiografi, kelayakan studi ditentukan. Setelah pendaftaran, subyek
menjalani operasi dekompresi sumsum tulang belakang servikal baik awal ( <24 jam setelah
cedera) atau tertunda ( 24 jam setelah cedera). Keputusan waktu bedah tergantung pada waktu
yang kedatangan pasien di rumah sakit pasca cedera, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
diagnostik, dan kebijaksanaan ahli bedah tulang belakang untuk menghadiri. Intervensi bedah
spesifik, seperti arah pendekatan (anterior dibandingkan posterior) dan jumlah tingkat yang
didekompresi, juga ditentukan berdasarkan penilaian dari ahli bedah tulang belakang. Dalam
semua kasus, dekompresi didampingi oleh prosedur fusi diinstrumentasi. Terlepas dari
manajemen bedah, semua pasien menerima dukungan medis yang tepat menurut American
Association of Neurological Surgeons cervical SCI guidelines 2002, yang meliputi terapi
hipertensi permisif atau yang diinduksi (berarti BP .85 mm Hg). Methylprednisolone digunakan
4
![Page 5: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/5.jpg)
sesuai kebijaksanaan tim mengobati sesuai dengan rekomendasi dari studi NASCIS-2. Pencitraan
CT dilakukan dalam 72 operasi untuk semua pasien, dan dibaca oleh ahli radiologi khusus, untuk
menetapkan patensi kanal tulang belakang dalam pengaturan pasca operasi. Dalam keadaan
tertentu, seperti kerusakan neurologis pasca operasi, dilakukan pengulangan MRI untuk
mengevaluasi sumsum tulang belakang dan untuk mengecualikan kehadiran kompresi sumsum
tulang belakang yang sedang berlangsung. Terakhir, semua pasien menjalani rehabilitasi pasca
operasi, disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu individu dan cedera.
Ketika dislokasi facet servikal unilateral atau bilateral didiagnosis dari X-ray awal atau CT scan,
pasien tersebut direduksi, baik oleh cara tertutup atau terbuka. MRI dilakukan setelah closed
reduction untuk mendokumentasikan tingkat dekompresi medula spinalis. Jika MRI post reduksi
menunjukkan resolusi lengkap kompresi sumsum tulang belakang, maka waktu tercapainya
closed reduction dicatat sebagai waktu dekompresi.
Setelah operasi, pasien dianalisis dalam kelompok sesuai dengan waktu intervensi operasi.
Asisten penelitian yang terlatih, di-blind terhadap waktu perawatan bedah pasien, dilakukan
pemeriksaan neurologis tindak lanjut di rumah sakit dan 6 bulan pasca operasi. Dokumentasi
komplikasi pasca operasi rawat inap yang relevan juga dilakukan. Untuk analisis komplikasi,
pasien tanpa 6 bulan data tindak lanjut juga dimasukkan karena komplikasi data dari masuk
rumah sakit akut yang tersedia untuk semua pasien yang terdaftar.
Analisis Statistik
Semua analisa dilakukan dengan menggunakan SAS 9.2. Untuk menentukan efek dari waktu
bedah pada perbaikan tingkat AIS dan untuk memperhitungkan perbedaan dasar antara kohort,
kami melakukan analisis regresi logistik ordinal umum. Variabel dependen adalah perubahan
ordinal pada tingkat AIS dari awal pra operasi sampai 6 bulan pasca bedah, dan variabel
independen didefinisikan sebagai waktu bedah (awal dibandingkan dengan tertunda). Variabel
prediktor yang berkaitan dengan karakteristik pasien awal, seperti usia, jenis kelamin, status
neurologis complete (AIS A) dibandingkan incomplete (AIS B-D) saat masuk dan pemberian
steroid, termasuk dalam model awal dan berurutan dihilangkan dengan cara mundur, jika sesuai
p-value lebih besar dari 0,05. Variabel kontinyu dibandingkan antara kelompok perlakuan
menggunakan t-tes. Data kategori dianalisis dengan tes Fisher exact and chi-square.
5
![Page 6: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/6.jpg)
Hasil
Populasi penelitian
Sebanyak 470 subyek disaring untuk pendaftaran dan didapatkan 313 yang memenuhi criteria
inklusi dan eksklusi (Gambar 1). Dari 313 peserta studi, 182 menjalani operasi kurang dari 24
jam setelah SCI dan dianggap operasi kohort awal. Sisanya 131 pasien menjalani operasi pada
atau setelah 24 jam pasca SCI dan dianggap operasi kohort yang tertunda. Kedua kelompok
diikuti secara prospektif dari waktu ke waktu sampai 6 bulan pasca cedera. Selama masa
penelitian, 5 pasien meninggal dan 86 pasien hilang dari follow-up, sehingga populasi penelitian
total yaitu 222 yang menjadi dasar analisis 6 bulan. Pada kelompok operasi awal, 4 pasien
meninggal dan 47 hilang dari follow-up, sehingga menyisakan 131 pasien. Pada kelompok
operasi yang tertunda 1 pasien meninggal dan 39 hilang dari follow-up menyisakan 91 pasien.
Dalam kelompok operasi awal, waktu operasi rata-rata adalah 14,2 (65,4) jam dan 48,3 (629,3)
jam dalam kelompok operasi yang terlambat (p 0.01). Tidak ada pasien dalam kedua kelompok
yang menjalani operasi berulang untuk dekompresi yang tidak memadai sebagaimana ditentukan
oleh imaging pasca operasi.
Tabel 2 memberikan rincian perbandingan dari karakteristik demografi dan cedera dari seluruh
populasi penelitian, kelompok operasi awal dan kelompok operasi yang tertunda. Dalam operasi
kohort awal usia rata-rata adalah 45.0 17.2 dengan 140 laki-laki (76,9%) dan 42 perempuan
(23,1%). Pada operasi kohort yang tertunda, usia rata-rata adalah 50.7 15.9 tahun dengan 96
laki-laki (73,3%) dan 35 perempuan (26,7%). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
distribusi gender antara kedua kelompok, namun ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata
usia antara kelompok, dengan pasien dalam operasi kohort awal cenderung lebih muda (p 0.01).
Status neurologis saat masuk pada kedua kelompok berbeda secara signifikan dengan AIS kelas
A dan B lebih banyak pada kelompok awal sementara AIS C dan D lebih umum pada kelompok
yang tertunda (p 0.01). Mayoritas cedera di kedua kohort akibat kecelakaan kendaraan bermotor
atau jatuh dengan tidak ada perbedaan etiologi yang signifikan di antara kedua kelompok.
6
![Page 7: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/7.jpg)
Di seluruh populasi penelitian 194 pasien (62,0%) menerima steroid di rumah sakit, dengan
proporsi signifikan lebih tinggi pada operasi awal dibandingkan dengan kelompok operasi yang
tertunda (p = 0,04).
Pemulihan Neurologis dalam waktu 6 bulan
Di seluruh kelompok penelitian, tingkat perbaikan neurologis yang signifikan yang diukur
dengan perubahan pada grade AIS dari 6 bulan follow-up (p = 0,02) (Tabel 3). Pada kelompok
operasi awal, peningkatan grade AIS adalah sebagai berikut: 56 (42,7%) tidak ada perbaikan, 48
(36,6%) meningkat 1 tingkat, 22 (16,8%) memiliki peningkatan 2 tingkat, 4 (3,1%) memiliki
peningkatan 3 tingkat dan 1 (0,8%) memburuk 1 tingkat (Tabel 4). Pada kelompok operasi
tertunda, peningkatan AIS adalah sebagai berikut: 46 (50,6%) memiliki tidak ada perbaikan, 37
(40,7%) memiliki peningkatan 1 tingkat, 8 (8,8%) memiliki peningkatan 2 tingkat, dan tidak ada
pasien yang mengalami perburukan (Tabel 5 ). Berdasarkan informasi ini, 74 pasien (56,5%)
pada kelompok awal dan 45 pasien (49,5%) pada kelompok tertunda mengalami setidaknya
perbaikan 1 tingkat (operasi awal dibandingkan tertunda: OR = 1.33, 95% CI: 0.78, 2.27) dan 26
pasien (19,8%) pada kelompok awal dan 8 pasien (8,8%) pada kelompok akhir mengalami
setidaknya perbaikan 2 tingkat (operasi awal dibandingkan dengan tertunda: OR = 2.57, 95%
CI: 1.11,5.97) pada 6 bulan (Gambar 2).
Dalam pengembangan model regresi multivariat, setelah prediktor eliminasi mundur dengan p-
value 0.05, sebagai tambahan terhadap waktu bedah, hanya status komplit vs. inkomplit dan
pemberian steroid yang tetap pada persamaan regresi (Tabel 6). Odd dari perbaikan setidaknya 2
tingkat AIS 2,8 kali lebih tinggi di antara yang menjalani operasi awal dibandingkan dengan
mereka yang menjalani operasi tertunda, setelah disesuaikan status neurologis pra operasi dan
administrasi steroid (OR = 2,83, 95% CI: 1.10,7.28 ). Odd peningkatan AIS 1 tingkat 1,4 kali
lebih tinggi di antara orang-orang yang menjalani operasi awal dibandingkan dengan mereka
yang menjalani operasi tertunda, setelah disesuaikan dengan status neurologis sebelum operasi
dan administrasi steroid, namun hal ini tidak signifikan secara statistik (OR = 1,37, 95% CI:
0.80,2.57).
Komplikasi pasca operasi dan Kematian
7
![Page 8: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/8.jpg)
Dari 313 pasien yang terdaftar dan menjalani operasi, terdapat total 97 komplikasi rawat inap
utama pasca-operasi yang terjadi pada 84 individu. Tabel 7 memberikan sinopsis dari komplikasi
pasca operasi di masing-masing kelompok. Pada kelompok awal, 44 orang (24,2%) mengalami
48 komplikasi dan dalam kelompok tertunda, 40 orang (30,5%) mengalami 49 komplikasi.
Meskipun ada proporsi yang lebih rendah dari pasien dalam kelompok bedah awal yang
mengalami setidaknya satu komplikasi (24,2%) dibandingkan dengan kelompok operasi akhir
(30,5%), perbedaan ini secara statistik tidak signifikan (p = 0,21). Selama periode 30 hari pasca
cedera terdapat 1 mortalitas dalam kedua kelompok operasi awal dan tertunda. Kematian pada
pasien bedah awal adalah sekunder akibat infark miokard pasca operasi dan kematian pada
pasien bedah akhir ini terkait dengan komplikasi paru. Setelah 30 hari pasca injury time window,
3 kematian terjadi pada kelompok operasi awal, seluruhnya akibat penyebab kardio-respiratori,
dan tidak ada kematian terjadi pada kelompok operasi tertunda.
Operasi < 24 jam Operasi = 24 jam
4 meninggal 1 meninggal
47 hilang dari follow-up 39 hilang dari follow-up
Gambar 1. Patient Flow
Tabel 2. Demografi dan karakteristik cedera pasien
Karakteristik Semua N= Operasi awal Operasi tertunda P value
8
470 subjek diskrining
313 subjek terdaftar
182 subjek kohort operasi awal
131 subjek kohort operasi tertunda
131 subjek dalam 6 bulan follow-up
91 subjek dalam 6 bulan follow-up
SCI non servikal – 35 subjekAIS grade E- 22 subjekTidak memenuhi kriteria umur 11 subjekCedera tembus – 3 subjekGCS < 13 – 45 subjekDiterima > 24 jam pasca SCI -18 subjekPembedahan > 7 hari setelah SCI – 23 subjek
![Page 9: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/9.jpg)
313 N=182 N=131Umur rata-rata SD P <0.01
47.4 16.9 45.0 17.2 50.7 15.9Gender n (%) p>0.05Laki-laki 236 (75.4%) 140 (76.9%) 96 (73.3%)Perempuan 77 (24.6%) 42 (23.1%) 35 (26.7%)Etiologi p>0.05Kecelakaan kendaraan bermotor
119 (38.0%) 76 (41.8%) 43 (32.8%)
Jatuh 121 (38.7%) 64(35.1%) 57 (43.5%)Kekerasan tumpul 13 (4.2%) 8 (4.4%) 5 (3.8%)Olahraga 3 (9.6%) 16 (8.8%) 12 (9.2%)Lainnya 3 (9.6%) 18 (9.9%) 14 (10.7%)Dasar dari tingkat ASIA Impairment Scale
P<0.01
A 101(32.3%) 65 (35.7%) 36 (27.5%)B 54 (17.3%) 40 (22.0%) 14 (10.7%)C 66 (21.1%) 32 (17.6%) 34 (26.0%)D 92 (29.4%) 45 (24.7%) 47 (35.9%)Index komorbiditas charleson 1
p>0.05
74(23.6%) 40(22.0%) 30(26.0%)Skala Glasgow
Coma SDp>0.05
14.90.4 14.90.4 14.90.4
Gambar 2. Perbaikan tingkat AIS dalam 6 bulan: Operasi awal dibandingkan tertunda.
Diskusi
9
![Page 10: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/10.jpg)
STASCIS merupakan studi multi-center prospektif terbesar yang membandingkan pembedahan
dekompresi awal dengan tertunda dalam cedera spinal cord traumatik akut. Hasil dari analisis
yang disesuaikan menunjukkan perbedaan yang signifikan, mendukung kelompok awal, proporsi
pasien pulih setidaknya 2 tingkat AIS dalam waktu 6 bulan follow-up. Percobaan dari Sygen,
percobaan terapi terbesar di SCI, mendefinisikan pemulihan neurologis yang signifikan
setidaknya perbaikan AIS 2 tingkat pada 6 bulan follow-up. Dalam menerapkan definisi mirip
dengan penelitian ini, analisis yang disesuaikan menunjukkan terdapat pemulihan neurologis
yang lebih menguntungkan antara mereka yang menjalani operasi awal. Analisis regresi
multivariat, disesuaikan dengan status neurologis pra operasi dan pemberian steroid, tetap
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi awal lebih mungkin untuk meningkatkan
setidaknya 2 tingkat AIS dalam follow-up.
Setelah memberikan peningkatan hasil neurologis pada dekompresi bedah awal, kemudian
timbul pertanyaan: bagaimana cara mendefinisikan 'awal'? Gagasan operasi awal berasal dari
peningkatan pemahaman mekanisme sekunder SCI terutama disimpulkan dari data hewan.
Dalam review sistematis terbaru dari literatur praklinis, 19 studi telah diidentifikasi untuk
mengevaluasi dekompresi dalam beberapa model SCI hewan yang berbeda. Dari jumlah tersebut,
11 melaporkan efek yang bergantung pada waktu mendukung operasi awal, dengan hasil yang
bervariasi didefinisikan dalam follow-up status fungsional, tingkat kerusakan jaringan pada
analisis histologis postmortem atau temuan elektrofisiologi. Dalam sebagian besar penelitian
hewan ini, waktu dekompresi bedah berada di kisaran 8 sampai 24 jam pasca cedera, model
eksperimental yang sulit untuk mereplikasi dalam situasi klinis di mana faktor praktis membatasi
kemungkinan ini. Akibatnya, saat literatur praklinis menetapkan alasan biologis yang jelas untuk
mendukung operasi dekompresi awal, tidak mungkin untuk mengekstrak dari studi ini jendela
terapi yang optimal untuk pembedahan pasien SCI pada manusia. Sehubungan dengan bukti
klinis yang ada, review sistematis baru-baru ini tentang literatur manusia menyimpulkan bahwa
dekompresi dalam waktu 24 jam dari cedera mengakibatkan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan baik operasi tertunda (>24 jam) atau pengobatan konservatif. Untuk menjelaskan,
literatur SCI telah variabel secara historis dalam mendefinisikan waktu. Dari 22 penelitian yang
mencoba untuk menentukan waktu optimal untuk operasi setelah SCI traumatis akut, 9
memanfaatkan batasan 24 jam untuk menentukan operasi dekompresi awal, 8 menggunakan 72
jam, dan 4 menggunakan tolak ukur lainnya seperti 8 jam, 48 jam atau 4 hari. Yang penting,
10
![Page 11: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/11.jpg)
tidak ada penelitian yang terkait hasil neurologis yang merugikan dengan intervensi bedah dini,
terlepas dari waktu cutoff tertentu. Berdasarkan mekanisme biologi sekunder dalam cedera tulang
belakang, Spine Trauma Study Group telah mendefinisikan secara operasional intervensi dini
terjadi dalam waktu 24 jam. Keputusan kami untuk menggunakan definisi 24 jam didasarkan
pada analisis data praklinis dan klinis yang tersedia yang menunjukkan bahwa hasil, neurologis
dan lainnya, akan berpotensi dioptimalkan jika operasi dilakukan antara 8 dan 24 jam pasca
cedera. Meskipun begitu, semua rekomendasi yang dibuat sampai saat ini kurang memiliki
dukungan dari analisis perbandingan sistematis besar yang mengevaluasi efektivitas relatif dari
berbagai waktu cutoff poin pada pembedahan.
Tabel 3. Perubahan ordinal pada tingkat AIS dari pra operasi hingga 6 bulan follow-up: Populasi
Penelitian Total
Tingkat AIS preoperatif A B C D E Total
A 42 18 9 2 0 71
B 1 11 11 17 2 42
C 0 0 7 32 4 43
D 0 0 0 42 24 66
Tabel 4. Perubahan ordinal pada tingkat AIS dari pra operasi hingga 6 bulan follow-up:
Kelompok Operasi Awal
Tingkat AIS preoperatif A B C D E Total
A 25 11 6 2 0 44
B 1 7 9 12 2 31
C 0 0 2 16 4 22
D 0 0 0 22 12 34
Tabel 5. Perubahan ordinal pada tingkat AIS dari pra operasi hingga 6 bulan follow-up:
Kelompok Operasi yang Tertunda
Tingkat AIS preoperatif A B C D E Total
A 17 7 3 0 0 27
B 0 4 2 5 0 11
11
![Page 12: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/12.jpg)
C 0 0 5 16 0 21
D 0 0 0 20 12 32
Tabel 6. Hasil penilaian model regrasi logistic ordinal umum yang menilai efek operasi
dekompresi awal dibandingkan tertunda, disesuaikan untuk status neurologis pra opraratif dan
pemberian steroid.
Variabel predictor Odd rasio dengan 95% CI p-value
Operasi awal dibandingkan
tertunda dengan perbaikan
tingkat AIS 2
2.83 (1.10,7.28) P = 0.03
Operasi awal dibandingkan
tertunda dengan perbaikan
tingkat AIS 1
1.38 (0.74, 2.57) P = 0.31
Membandingkan konversi tingkat AIS dalam penelitian ini dengan yang dilaporkan dalam seri
SCI besar lainnya, jelas bahwa kami melaporkan tingkat pemulihan superior, terutama di antara
pasien AIS grade A, terlepas dari kelompok bedah yang dipertimbangkan. Ketika kedua
kelompok diambil bersama-sama, 40% dari pasien AIS grade A pra operasi (43% pada kelompok
awal dan 37% pada kelompok akhir) mengalami setidaknya perbaikan 1 grade, dibandingkan
dengan tingkat historis 15-25%. Kami atribut perbedaan ini untuk eksklusi pasien dengan cedera
penyerta yang berat, penggunaan manajemen protokol ketat dan standar termasuk terapi
hipertensi yang diinduksi, dan fokus pada kohort servikal, di mana potensi untuk pemulihan
lebih besar dibandingkan bagi mereka dengan cedera toraks yang berat.
Titik penting dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas relatif dekompresi
bedah awal dan tertunda sehubungan dengan hasil neurologis pada SCI traumatik servikal.
Seperti halnya desain metodologis, ada batasan-batasan tertentu yang ditetapkan. Meskipun uji
coba randomized dilakukan, dalam teori, metodologis unggul untuk efektivitas terapi intervensi
ini, kami memilih desain kohort prospektif baik untuk alasan praktis dan etis. Dari sudut pandang
praktis, telah ditunjukkan dalam studi kelayakan sebelumnya bahwa antara 23,5% dan 51,4%
12
![Page 13: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/13.jpg)
dari pasien SCI dapat menjalani operasi dalam 24 jam pertama setelah cedera terutama karena
transportasi dan life saving. Jika kita melakukan studi randomized pasien untuk dekompresi awal
dibandingkan tertunda, populasi penelitian hanya akan didasarkan pada seperempat sampai
setengah dari total populasi SCI yang berhak untuk menjalani operasi dalam waktu 24 jam dari
cedera, memperkenalkan bias seleksi yang signifikan . Dari sudut pandang etika, ada konsensus
di antara peserta ahli bedah tidak dapat diterima untuk menahan operasi dekompresi untuk pasien
yang memburuk secara neurologis dengan adanya kompresi sumsum tulang belakang yang
signifikan; menyoroti titik yang hampir tidak mungkin untuk mencapai keseimbangan klinis
dalam populasi trauma, prasyarat untuk uji coba randomized yang tepat.
Dalam penelitian ini, semua pasien menjalani pemeriksaan neurologis ASIA standar dalam
waktu 24 jam dari cedera, terlepas dari apakah mereka menerima operasi awal atau tertunda.
Hasil pemeriksaan neurologis yang dilakukan dalam periode ini telah terbukti valid dan
konsisten dengan hasil pemeriksaan yang diperoleh pada 72 jam pasca cedera, kecuali di antara
pasien dengan cedera otak traumatik. Dalam rangka untuk memastikan bahwa penilaian
neurologis awal tidak dikacaukan oleh faktor-faktor luar, maka pasien dengan cedera kepala
(GCS 13) dan poli-trauma yang signifikan tidak terdaftar. Ancaman lain validitas penilaian
neurologis akut sebelumnya adalah adanya syok spinal. Namun, menurut bukti terbaru, syok
spinal merupakan suatu fisiologis berkelanjutan yang terdiri dari 4 tahap, terjadi pada hampir
semua pasien dengan SCI parah, mulai dalam beberapa menit setelah cedera dan terus sampai 12
bulan. Berdasarkan definisi modern, itu tidak pantas untuk mengidentifikasi pasien SCI sebagai ''
dalam '' atau '' di luar'' dari syok spinal untuk tujuan klasifikasi dalam penelitian.
Keterbatasan Studi
Kelompok operasi awal termasuk pasien dengan usia rata-rata sedikit lebih rendah dan berisi
proporsi yang signifikan lebih besar mengalami cedera awal yang lebih parah dibandingkan
dengan kelompok akhir. Perbedaan ini mungkin merupakan cerminan dari studi ahli bedah
cenderung menjadi lebih agresif dalam pengobatan pasien SCI muda dengan cedera yang lebih
parah. Penjelasan alternatif bahwa pasien yang lebih muda umumnya memiliki lebih sedikit
penyakit penyerta dan tidak susah dilakukan resusitasi yang memungkinkan dekompresi lebih
cepat. Meskipun demikian, analisis multivariat yang dikendalikan untuk perbedaan dasar antara
kelompok, menegaskan bahwa dekompresi awal dalam waktu 24 jam dari SCI servikal akut
13
![Page 14: Jurnal reading](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022083010/563db84c550346aa9a926865/html5/thumbnails/14.jpg)
dikaitkan dengan peningkatan hasil neurologis. Kami juga mengakui bahwa sebagian kecil dari
populasi penelitian (27%) hilang dalam jangka waktu yang lama, meskipun tingkat follow-up
kami baik dibandingkan dengan studi prospektif besar lainnya di SCI termasuk NASCIS I yang
kehilangan follow-up pada 6 bulan adalah 31%. Hal ini dikaitkan dengan tantangan yang melekat
mengikuti kelompok besar pasien trauma, banyak di antaranya berada di masyarakat pedesaan
yang dipisahkan oleh jarak yang jauh dari pusat-pusat studi khusus.
Tabel 7. Komplikasi Rawat Inap Pasca Operatif
Komplikasi Populasi Total Operasi Awal Operasi Tertunda
Kardiopulmoner 66 (68.0%) 32 (66.7%) 34 (69.4%)
Construct Failure
Requiring Surgery
4 (4.1%) 3 (6.3%) 1 (2.0%)
Infeksi luka dalam 2 (2.1%) 0 2 (4.1%)
Penurunan neurologis 5 (5.2%) 4 (8.3%) 1 (2.0%)
Emboli pulmoner 4 (4.1%) 2 (4.2%) 2 (4.1%)
Infeksi sistemik 14 (14.4%) 6 (12.5%) 8 (16.3%)
Wound Dehiscence 1 (1.0%) 1 (2.1%) 1 (2.0%)
Total 97 48 49
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, operasi dekompresi sebelum 24 jam setelah SCI dilakukan dengan aman
dan dikaitkan dengan peningkatan hasil neurologis yang didefinisikan sebagai perbaikan
setidaknya 2 tingkat AIS pada 6 bulan follow-up. Dari catatan, hasil penelitian ini muncul untuk
memvalidasi konsensus yang berkembang di kalangan ahli bedah spinal cord yang mendukung
intervensi bedah dini untuk SCI. Namun, kesimpulan ini harus mengingat keterbatasan dari
desain studi kohort digunakan dalam studi STASCIS. Oleh karena itu, studi lebih lanjut
diperlukan untuk lebih akurat menentukan mana keuntungan lebih besar yang diperoleh pasien
SCI dari intervensi bedah dini.
14