jurnal pendidikan mipa, vol. 5. no. 2, jul des 2015 issn: 2088 … · 2016. 6. 18. · jurnal...
TRANSCRIPT
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
i
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
ii
JURNAL PENDIDIKAN MIPA
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung dan Penasehat
Drs. H. Sudirman Ismail, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima
Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Pelaksana Harian STKIP Taman Siswa Bima
Penganggung Jawab
Syarifuddin, S.Pd., M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Ketua Penyunting
Mariamah, M.Pd.
Sekretaris Penyunting
Asriyadin, M.Pd.
Penyunting Pelaksana
Syarifuddin.S.Si, M.Pd.
Yus’iran, M.Pd.
Muliana, M.Pd.
Muliansani, M.Kom
Penyunting Ahli (Mitra Bestari)
Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. Universitas Negeri Malang
Prof. Dr. Agil Alidrus, M.Pd. Universitas Mataram
Dr. Amran Amir, M.Pd. STKIP Bima
Dr. Syahruddin, M.Si.
Bendahara
Nanang Diana, M.Pd.
Alamat Redaksi
Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA
LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891
Email: [email protected]
Jurnal Pendidikan MIPA STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan
edisi Januari – Juni dan Juli - Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan
hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan Matematika dan ilmu
Pengetahuan Alam.
mailto:[email protected]
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
iii
JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Volume 5 no 2, Juli - Desember 2015
ISSN : 2088-0294
DAFTAR ISI
Pengembangan Buku Ajar Mata Kuliah Teori Bilangan pada
Mahasiswa Semester III Jurusan Pendidikan Matematika STKIP
Taman Siswa Bima Tahun Akademik 2014/2015
Mariamah & Nanang Diana
1 – 12
Efektivitas Penggunaan Media pembelajaran E-learning pada
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Hasil
Belajar Siswa kelas x SMK Negeri 2 Makassar.
Hardiansyah
13 – 21
Studi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) di
SMK Negeri 5 Makassar
Muliana
22 – 32
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Elektronika Siswa
SMK 2 Kota Bima
Nur Fitrianingsih
33 – 46
Meningkatkan Kemandirian dan Motivasi Belajar Mahasiswa
Melalui Metode Pemberian Tugas Berbantuan Internet Matakuliah
Strategi Belajar Mengajar
Syarifuddin & Mikrayanti
47 - 58
Optimalisasi Solusi Interaktif Penyembuhan Islami Berdasarkan
Diagnosa Tiga Indera Dengan Strategi Forward Chaining
Menggunakan Algoritma Fuzzy
Ita Fitriati
59 - 71
Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD-PS dengan Tipe
Jigsaw-PS ditinjau dari Motivasi Belajar, Kemampuan
Interpersonal dan Prestasi Belajar Matematika
Muhammad Yusuf
72 – 89
Penerapan Metode Drill dengan Teknik Evaluasi Olimpiade
Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Matematika Siswa pada Kelas VII SMPN I Bolo
Adi Apriadi Adiansha
90–102
Optimasi Model Pembelajaran Berbasis E-Learning dengan
Dropbox dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Muliansani
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
iv
Penerapan pendekatan pengulangan auditori kemampuan berpikir
(pakb) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa
Arif Rahman
Peningkatan Motivasi dan Aktivitas Belajar Biologi Siswa melalui
Problem Based Laerning (PBL) dengan Metode Eksplorasi pada
Materi Pokok Keanekaragaman Hayati untuk Siswa Kelas X di
SMA N 1 Godean Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Sri Lastuti
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games
Tournamen) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada
Pokok Bahasan Bentuk Pangkat Siswa Kelas X3 Man 3 Bima
Tahun Pelajaran 2013/2014
Syarifuddin & Dirman
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Bilangan Pecahan Siswa
Kelas VIID SMP Negeri 8 Kota Bima Tahun Pelajaran 2013/2014
H. Gunawan & Agung wirawan
Penerapan Model Accelerated Learning untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Kelas X4 SMAN 3 Kota Bima Tahun
Pelajaran 2012/2013
Haryono & Susyantri
103 - 113
Pengaruh Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments
(TGT) terhadap Hasil Belajar IPA Fisika pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri 14 Kota Bima Tahun Pelajaran 2015/2016
Endang Susilawati & Ema Susanti
Efektifitas Moving Class dalam Peningkatan Prestasi Belajar Fisika
Asriyadin
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Questioning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
XI IPA SMA Negeri 3 Woja Tahun Pelajaran 2013/2014
Yus’iran & Baris V R
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor
Dengan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Pada
Siswa Kelas Vii4 Smp Negeri 1 Kota Bima Tahun Pelajaran
2014/2015
Lis Herlina
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
1
PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATA KULIAH TEORI BILANGAN PADA
MAHASISWA SEMESTER III JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP TAMAN SISWA BIMATAHUN AKADEMIK 2014/2015
Mariamah & Nanang Diana
Dosen STKIP Taman Siswa Bima
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan
ajar berupa buku ajar mata kuliah teori bilang yang valid, untuk mahasiswa jurusan
pendidikan matematika di STKIP Taman Siswa Bima.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Development research).
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan bahan ajar teori bilangan untuk
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. langkah-langkah yang seharusnya ditempuh
dalam penelitian pengembangan (research and development) meliputi: (1) studi
pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan
model hipotetik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba
lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi. Instrumen untuk
Mengukur Kevalidan antara lain Lembar validasi penyajian materi 2) Lembar Validasi
bahasa 3) Lembar validasi kesuaian materi dengan kurikulum. Instrumen untuk
Mengukur Kepraktisan :1) Angket Penilaian teman sejawat, 2) Angket Respons
mahasiswa. Analisis data untuk mengrtahui tingkat kevalidan dan kepratisan
menggunakan kategori syaifuddin Azwar.
Hasil penelitin ini untuk aspek kemenarikan berkategori tinggi dan indikator
kejelasan, kesesuaian, dan ketepatan berkategori sangat tinggi. Dapat disimpulkan
berdasarkan tinjauan dan penilaian ahli materi teori bilangan dan mahasiswa (melalui
uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar) bahwa pengembangan buku ajar
teori bilangan pada mahasiswa jurusan pendidikan matematika di STKIP Taman Siswa
Bima layak digunakan sebagai sumber belajar menurut respon dosen dan mahasiswa
dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: buku ajar, teori bilangan
PENDAHULUAN
Teori bilangan merupakan mata kuliah yang membahas tentang sifat-sifat
bilangan bulat serta relasi didalamnya, PBB, KPK, bilangan prima, modulo, keterbagian
dan kekongruenan. Materi-materi yang dibahas dalam teori bilangan ini merupakan
materi yang sangat dibutuhkan untuk mata kuliah lain dan sangat besar penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Buku mata kuliah teori bilangan tersebar diberbagai literatur seperti buku teks
karangan Indonesia, buku teks karangan asing, makalah, dan sumber elekstronik seperti
dalam internet sehingga dari berbaigai sumber ini dapat saling melengkapi. Hal ini juga
mengakibatkan mahasiswa kesulitan untuk mengumpulkan buku perkuliahan. Meskipun
semua sumber tersebut saling melengkapi, namun seorang mahasiswa tidak mungkin
memiliki atau memperoleh seluruh materi tersebut. Kondisi seperti ini menyebabkan
mahasiswa menjadi sangat tergantung kepada dosen, sehingga proses pembelajaran di
kelas menjadi kurang efektif. Dosen menjadi satu-satunya sumber belajar, mahasiswa
mailto:[email protected]
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
2
cen-derung hanya mendengarkan, akibatnya terlalu banyak waktu yang tersita oleh
dosen untuk menjelaskan materi, sehingga kesempatan untuk membimbing mahasiswa
dalam proses pembelajaran hampir tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, materi-
materi tersebut perlu dihimpun oleh dosen pengampu mata kuliah untuk menjadi bahan
ajar, kesemua hal di atas berdasarkan pengamatn peneliti saat mengajar pada mata
kuliah teori bilangan. Dengan demikian, mahasiswa akan mempunyai sebuah pegangan
pokok bahan ajar yang dapat digunakan untuk belajar secara mandiri,sementara sumber-
sumber lain dapat digunakan untuk pengayaan.
Buku ajar yang akan dikembangkan ini akan berbeda dengan buku-buku yang lain
seperti urian contoh yang dijabarkan secara sederhana, skope materi tidak terlalu
meluas, hanya dibatasi pada lima bab yang terdiri dari materi bilangan bulat, induksi
matematika, keterbagian, kongruensi dan bab terahir tentang FPB dan KPK. Materi
yang ditentukan ini berdasarkan hasil analisis kemampuan mahasiswa. Selain buku yang
dikembangkan ini, bagi mahasiswa yang berinisisatif mencarai sumber lain, tidak
dibatasi dan dapat menggunakan buku-buku lain sebagai referensi belajar.
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran
yang mensyaratkan bagi pendidik salah satunya adalah dosen untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran. Pendidik diharapkan mampu mengembangkan materi
pembelajaran dengan buku ajar sebagai salah satu sumber belajar yang merupakan
elemen dalam RPP. Buku ajar merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Dengan adanya buku ajar dosen akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan mahasiswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar (Depdiknas,
2007)
Menurut Badan Standar Nasional (BSNP) tahun 2006 bahwa buku ajar yang baik
tentunya memiliki syarat antara lain: kesesuain isi dengan kurikukum, keterbacaa,
penyajian materi dan kemudahan untuk dipahami oleh mahasiswa.
Buku ajar merupakan salah bentuk media instruksional yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Kemp dan Dayton mengidentifikasi manfaat penggunaan
media instruksional dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) Penyampaian materi
perkuliahan dapat diseragamkan, (2) Proses instruksional menjadi lebih menarik, (3)
Proses belajar mahasiswa menjadi lebih interaktif, (4) Jumlah waktu belajar-mengajar
dapat dikurangi, (5) Kualitas belajar mahasiswa dapat ditingkatkan, (6) Proses belajar
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, (7) Sikap positif mahasiswa terhadap buku
belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan, dan (8) Peran
dosen dapat berubah ke arah yang lebih positif (Trisnaningsih, 2007:3).
Dari uraian di atas, tentunya sangat diperlukan untuk mengembangkan buku ajar
agar nantinya mempermudah mahasiswa dalam proses pembelajaran, harapan agar
pemahaman mahasiswa dapat ditingkatkan.
Buku ajar merupakan buku atau materi pembelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan Guru dan siswa dalam KBM (Depdiknad, 2008: 3). Buku
dapat dijadikan pegangan pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan materi
(Rusyana dalam Suharyadi, dkk, 2003: 2).
Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center
for Competency Based Training(Danu Aji Nugraha, dkk, 2013: 1), bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Lebih lanjut disebutkan bahwa buku ajar berfungsi sebagai: 1) Pedoman bagi
Pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. 2)
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
3
Pedoman bagi Siswa atau mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya. 3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Sebuah buku ajar paling tidak mencakup antara lain : 1) Petunjuk belajar
(Petunjuk siswa/guru), 2) Kompetensi yang akan dicapai, 3) Content atau isi materi
pembelajaran, 4) Informasi pendukung, 5) Latihan-latihan, 6) Petunjuk kerja, dapat
berupa Lembar Kerja (LK), 7) Evaluasi, 8) Respon atau balikan terhadap hasil
evaluasi(Depdiknas, 2008: 5).
Menurut BSN (Suharyadi, dkk, 2003: 2) bahwa buku ajar yang baik harus
memenuhi kriteria penilaian yang meliputi aspek kesesuaian isi dengan kurikulum,
penyajian materi, aspek keterbacaan, dan aspek kemudahan.
Saleh Haji (2011: 2) menyatakan bahwa kualitas bahan ajar yang terdiri atas 3
bagian, yaitu kualitas dari aspek materi, kualitas dari aspek penyajian, dan kualitas dari
aspek keterbacaan.Buku ajar disusun dengan tujuan: a) Menyediakan buku ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan mahasiswa,
yakni buku ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial
mahasiswa, b) Membantu mahasiswa dalam memperoleh alternatif buku ajar di samping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. c) Memudahkan pengajar dalam
melaksanakan pembelajaran.
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang pengajar
mengembangkan buku ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh buku ajar yang
sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa, kedua, tidak
lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, buku ajar
menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi,
keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman pengajar dalam menulis
buku ajar, kelima, buku ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang
efektif antara pengajar/Guru dengan mahasiswa karena mahasiswa akan merasa lebih
percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan
tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi
buku dan diterbitkan.Dengan tersedianya buku ajar yang bervariasi, maka
mahasiswaakan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih
menarik. mahasiswaakan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. mahasiswa juga
akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
Mila Anggela, dkk (2013: 2) Buku ajar sangat bermanfaat digunakan dalam
pembelajaran, adapun manfaat buku ajar antara lain: 1) Dapat mempercepat
pembahasan bahan kajian. 2)Siswa dapat mempelajari bahan kajian yang akan diajarkan
lebih awal. 3)Dalam buku ajar dapat juga disisipkan latihanlatihan yang harus
dikerjakan siswa yang berorientasi masalah kontekstual. 4) Soal dapat dibuat
berdasarkan buku ajar sehingga penilaiannya lebih fair sesuai kemampuan siswa.
5)Dengan adanya buku ajar, teori yang disampaikan guru yang belum dapat dipahami di
kelas, siswa dapat mempelajari kembali dari buku ajar tersebut. 6)Dengan adanya buku
ajar, jika ada tugas yang harus dikerjakan di rumah siswa sudah memiliki salah satu
referensi untuk mengerjakannya
Pengembangan buku ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip
pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah: 1) Mulai dari yang
mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Mahasiswaakan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
4
dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di
lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah
mahasiswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal.
Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar
lainnya. 2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran,
pengulangan sangat diperlukan agar mahasiswa lebih memahami suatu konsep. Dalam
prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik
daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-
ulang, akan lebih berbekas pada ingatan. Namun pengulangan dalam penulisan buku
belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan. c)
Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman Mahasiswa, d)
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Seorang mahasiswayang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam
belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru/pengajar dalam melaksanakan
pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar mahasiswa mau belajar.
Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian,
memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun
menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll. d) Mencapai tujuan
ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
tertentu.Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk
mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara.
Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun
juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka
pengajar perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan
karakteristik mahasiswa. Dalam buku ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam
bentuk indikator-indikator kompetensi. e) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan
mendorong mahasiswa untuk terus mencapai tujuan. Ibarat menempuh perjalanan jauh,
untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota
lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota
yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi
kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu
perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir
yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati,
dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan.
Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam
pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri,
namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang
berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
METODE PENELITIAN
Model PengembanganPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(Development research). Menurut Borg dan Gall (1983: 772), penelitian pengembangan
adalahsuatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-
produkyang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitianpengembangan
menurut Gay (1981: 10) bukan untuk menguji teori tetapimengembangkan secara efektif
produk yang digunakan di sekolah. Selanjutnya menurut (Borg and Gall, 2003: 271)
langkah-langkah yang seharusnya ditempuh dalam penelitian pengembangan (research
and development) meliputi: (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan
prodak, (4) validasi ahli, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
5
coba lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi. Namun
Model penelitian dan pengembangan Borg dan Gall ini penerapannya dalam
pengembangan buku ajar teri bilangan pada mahasiswa semester III di STKIP Taman
Siswa Bima dilaksanakan sampai pada tahap diseminasi dan implementasi produk.
Instrumen untuk mengukur kejelasan, kesesuaian, kemenarikan dan ketepatan isi
buku digunakan instrumen yang berupa angket. Angket diberikan kepada ahli materi
dan mahasiswa. Analisis hasil angket dari uji kevalidan ahli dan angket hasil uji coba
prodak, akan dianalisis menggunakan kategori menurut Syaifuddin Azwar berikit ini.
Tabel 01. Kriteria kevalidan buku teori bilangan Interval Kriteria
Mi+1,5Si
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
6
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3 3 3 - 12 3
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3 3 3 3 3 3
b. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Data uji coba kelompok kecil diberikan kepada 2 orang mahasiswa jurusan
matematika. Adapun data yang diperoleh dari hasil uji coba tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 03. Data Hasil uji coba kelompok kecil Mahasiswa Indikator No angket Skor Total X
I
Kejelasan 1, 8, & 13 4 3,6 3,4 11 3,7
Kesesuaian 2,4,6,7,9 4 4 3 3 3,2 17,2 3,4
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3,2 3,6 3 12,8 3,1
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3,6 3,2 4 4 17,8 3,56
II
Kejelasan 1, 8, & 13 4 3,8 3,4 11,2 3,73
Kesesuaian 2,4,6,7,9 4 4 4 3 3,4 18,4 3,68
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3 3,8 3 12,8 3,2
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 4 3 3 4 17 3,4
c. Data Hasil Uji Coba Produk pada kelompok besar Data uji coba kelompok besar diberikan kepada lima orang mahasiswa. Data
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel. 04. Hasil uji coba kelompok besar Mahasiswa INDIKATOR No angket Skor Total X
I
Kejelasan 1, 8, & 13 2 3,2 3,4 8,6 2,8
Kesesuaian 2,4,6,7,9 3 3 3 3 3,6 15,5 3,12
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3,6 3,6 3 13,5 3,4
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3,6 3,2 3 3 15,8 3,16
II
Kejelasan 1, 8, & 13 2 4 2,6 8,6 2,8
Kesesuaian 2,4,6,7,9 4 4 4 4 3 19 3,8
Kemenarikan 3,10,12,17 2 3 3,6 3 11,6 2,9
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3,6 3 4 4 17,6 3,52
III
Kejelasan 1, 8, & 13 4 4 3,4 11,4 3,8
Kesesuaian 2,4,6,7,9 4 4 4 4 4 20 4
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3 3 3 12 3
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3,6 3 4 3 16,6 3,32
IV Kejelasan 1, 8, & 13 1 3,2 3 7,2 2,4
Kesesuaian 2,4,6,7,9 3 3 3 3 3,4 15,4 3,08
Kemenarikan 3,10,12,17 3 3 3 3 12 3
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3 3 3 4 16 3,2
IV Kejelasan 1, 8, & 13 3 3 3 9 3
Kesesuaian 2,4,6,7,9 4 4 4 4 3 19 3,8
Kemenarikan 3,10,12,17 4 4 4 4 16 4
Ketepatan 5,11,14,15,16 3 3 3 3 3 15 3
Analisis Data
Berdasarkan tabel penyajian data, maka dalam bagian ini dapat diuraikan
análisis data, yang diperoleh dari teman sejawat (uji coba kelompok kecil, uji coba
kelompok besar).
1. Analisis Data Hasil Evaluasi Ahli Berikut ini análisis data yang dilakukan berdasarkan data hasil evaluasi dari
teman sejawat, dari aspek-aspek tersebut dapat dideskripsikan pada tabel berikut:
Tabel. 05. Hasil analisis evaluasi ahli Ahli INDIKATOR Interval Kategori
I
Kejelasan 3,25 < 4 ≤ 4 Sangat tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,6 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 3,25 < 3,5 ≤ 4 Sangat tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,75≤ 4 Sangat tinggi
Kejelasan 3,25 < 3,6 ≤ 4 Sangat tinggi
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
7
II Kesesuaian 3,25 < 3,4 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 3,25 < 3 ≤ 4 Sangat tinggi
Ketepatan 3,25 < 3≤ 4 Sangat tinggi
Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil analisis ahli diperoleh data dari empat
indikator yakni kejelasan, kesesuaian, kemenarikan, dan ketepatan isi buku diperoleh
kategori sangat tinggi kevalidannya.
2. Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Berikut ini análisis data yang dilakukan berdasarkan data hasil evaluasi dari
mahasiswa pada uji kelompok kecil, dari aspek-aspek tersebut dapat dideskripsikan
pada tabel 06 persentase análisis data uji kelompok kecil.
Tabel. 06. Hasil analisis uji coba kelompok kecil Mahasiswa INDIKATOR Interval Kategori
I
Kejelasan 3,25 < 3,7 ≤ 4 Sangat tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,4 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 2,75< 3,1 ≤ 3,25 Tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,56≤ 4 Sangat tinggi
II
Kejelasan 3,25 < 3,73 ≤ 4 Sangat tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,65 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 2,75 < 3,2 ≤ 3,25 Tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,4 ≤ 4 Sangat tinggi
Dari hasil uji coba kelompok kecil, untuk indikator kemenarikan tampilan
berkategori tinggi dan indikator lainnya berkategori sangat tinggi
3. Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok besar Hasil analisis data uji coba skala besar yang diberikan kepada 5 orang
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 07 berikut ini:
Tabel. 07. Hasil analisis uji coba kelompok besar Mahasiswa INDIKATOR Interval Kategori
I
Kejelasan 2,75< 2,86 ≤ 3,25 Tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,12 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 3,25 < 3,38 ≤ 4 Sangat tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,16≤ 4 Sangat tinggi
II
Kejelasan 2,75 < 3,8 ≤ 3,25 Tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,8 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 2,75 < 2,9 ≤ 3,25 Tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,52 ≤ 4 Sangat tinggi
III Kejelasan 3,25 < 3,8 ≤ 4 Sangat Tinggi
Kesesuaian 3,25 < 4 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 2,75 < 3 ≤ 3,25 Tinggi
Ketepatan 3,25 < 3,32 ≤ 4 Sangat tinggi
IV Kejelasan 2,25< 2,4 ≤ 2,75 Sedang
Kesesuaian 2,75 < 3,08 ≤ 3,25 Tinggi
Kemenarikan 2,75 < 3 ≤ 3,25 Tinggi
Ketepatan 2,75 < 3,2 ≤ 3,25 Tinggi
V Kejelasan 2,75 < 3,8 ≤ 3,25 tinggi
Kesesuaian 3,25 < 3,32 ≤ 4 Sangat tinggi
Kemenarikan 3,25 < 4 ≤ 4 Sangat tinggi
Ketepatan 2,75 < 3 ≤ 3,25 Tinggi
Dari hasil uji coba kelompok besar di atas, terlihat masih banyak kekurangan-
kekurangan terutaman pada kejelasan dan kemenarikan tampilan kover buku,
penulisan angka-angka dan warna gambar pada kover. Penampilan contoh soal.
Revisi Produk
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil analisis para ahli, ada
beberapa bagian produk yang perlu direvisi. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan
buku ajar teori bilangan. Berikut akan diuraikan revisi tahap I dan revisi tahap II
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
8
1. Revisi tahap I Revisi tahap ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dan saran dari teman
sejawat. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam melakukan revisi pada
tahap selanjutnya yaitu uji coba kelompok kecil.
Adapaun saran dan masukan dari ahli/teman sejawat yang sebagai berikut:
a) Kover buku terlalu ramai dan angka-angka yang terlalu besar tampilannya. b) Warna dasar kover buku jangan senada dengan warna angka, sehingga
tampilannya tampak jelas.
c) Penyelesaian soal lebih diperhatikan lagi d) Tata tulis diperhatikan kembali e) Lengkapi daftar pustaka
Masukan mahasiswa dari hasil uji coba kelompok kecil antara lain:
a) Tampilan kover belum bagus dan usahakan menggunakan warna yang terang b) Warna dasar kover buku jangan senada dengan warna angka, sehingga
tampilannya tampak jelas
c) Contoh soal pada bab II kurang jelas 2. Revisi Tahap II
Pada tahap kedua, adapun bagian yang direvisi berdasarkan masukan dari uji
coba kelompok besar yaitu melengkapi halaman untuk bagian daftar isi dan lengkapi
daftar pustaka
PEMBAHASAN
Penelitian ini berawal dari permasalahan dan analisis kebutuhan, yang dilakukan
pada mahasiswa jurusan pendidikan matematika di STKIP Taman Siswa Bima melalui
observasi yang kemudian melakukan pengkajian. Selanjutnya peneliti merencanakan
dan menetapkan tujuan yang dilanjutkan dengan membuat produk awal. Penelitian yang
dilakukan setelah direvisi perlu dikaji atas dasar evaluasi dua ahli dan uji coba lapangan
skala kecil dan uji coba lapangan skala besar. Berdasarkan data dari evaluasi ahli materi
teori bilangan terdapat beberapa revisi terhadap produk yang dikembangkan, antara lain:
1) Kover buku terlalu ramai dan angka-angka yang terlalu besar tampilannya, 2) Warna
dasar kover buku jangan senada dengan warna angka, sehingga tampilannya tampak
jelas, 3) Penyelesaian soal lebih diperhatikan lagi, 4) Tata tulis diperhatikan kembali, 5)
Lengkapi daftar pustaka.
Hasil uji coba kelompok kecil, terdapat beberapa masukan antara lain: 1)
Tampilan kover belum bagus dan usahakan menggunakan warna yang terang, 2) Warna
dasar kover buku jangan senada dengan warna angka, sehingga tampilannya tampak
jelas, 3) Contoh soal pada bab II kurang jelas. Sedangkan hasil uji coba kelompok besar,
terdapat masukan antara lain: sesuaikan halaman buku dengan daftar isi dan lengkpi
daftar pustaka.
Setelah melakukan revisi sesuai dengan ketentuan di atas, masih terdapat beberapa
kelemahan pada produk yang dikembangkan antara lain:
1. Memerlukan adanya evaluasi dan uji coba pada subyek yang lebih besar atau luas. 2. Memerlukan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas produk yang dikembangkan. Produk ini selain memiliki kelemahan seperti tersebut di atas, akan tetapi produk ini
juga memiliki beberapa kelebihan:
1. Produk ini telah melalui tinjauan dua ahli, sehingga banyak masukan untuk perbaikan produk untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Produk ini dapat digunakan oleh mahasiswa dan dosen pengampu teori bilangan. Untuk mahasiswa dapat dijadikan sebagai sumber belajar tambahan untuk
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
9
mempermudah dalam pemahaman materi teori bilangan. Untuk dosen pendidikan
matematika, diharapkan dapat digunakan menjadi referensi tambahan sebagai acuan
dalam proses perkuliahan.
PENUTUP
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh hasilnya, maka dapat disimpulkan
berdasarkan tinjauan dan penilaian ahli materi teori bilangan dan mahasiswa (melalui
uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar) bahwa pengembangan buku ajar
teori bilangan pada mahasiswa jurusan pendidikan matematika di STKIP Taman Siswa
Bima layak digunakan sebagai sumber belajar menurut respon guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. (2006). Pandauan Penyususnan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Danu Aji Nugraha, dkk. (2013).Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks Bervisi Sets,
Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science Education. Program
Pasca Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
Indonesia. Diunggah pada tanggal 21 Oktober 2015 dari
file:///C:/Users/mariamah/Downloads/1289-2486-2-PB.pdf
Depdiknas . (2007). Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor
41, tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Direktorat ManajemenPendidikan Dasar dan Menegah. 2008. Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Tut Wuri Handayani
Borg, WR dan Gall, MD. 1983. Educational Research: An Introduction Fourth Edition.
New York: Longman.
Ghufron Nur. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution. 1982. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Mila Anggela, dkk. (2013). Pengembangan Buku Ajar Bermuatan Nilai-Nilai Karakter
Pada Materi Usaha Dan Momentum Untuk Pembelajaran Fisika Siswa Kelas XI
SMA. Diunggah pada tanggal 21 Oktober 2015 dari
http://fisika.fmipa.unp.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/File4.pdf
Nurkencana. 1987. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta:CV.Citra Pesona.
Russefendi,ET. 1997. Pengajaran Matematika Modern. CV.Tarsito.
Rusyana, dkk. 2013. Pengembangan buku ajar berbasis kontekstual pada materi asam
basa. Jurnal Riset dan praktek pendidikan Kimia Vol.1 No.1 tahun 2013.
file:///C:/Users/mariamah/Downloads/1289-2486-2-PB.pdfhttp://fisika.fmipa.unp.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/File4.pdf
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
10
Sadam Thaibin, Eny Enawaty dan Ira Lestari. Pengembangan Buku Ajar Ipa Smp
Dilengkapi Dengan Media Permainan Ular Tangga Chemistry (UTACHI).
Diunggah pada tanggal 21 Oktober dari
file:///C:/Users/mariamah/Documents/pengembangan%20buku%20ular%20tangg
a.pdf.
Saleh Haji. 2011. Model Bahan Ajar Matematika Smp Berbasis Realistic Mathematics
Education Untuk Mengembangkan Kemahiran Matematika. Jurnal Exacta, Vol.
IX No. 1 Juni 2011 . ISSN 1412-3617 Diunggah pada tanggal 21 Oktober 2015
dari http://repository.unib.ac.id/526/1/07.%20Saleh%20Haji%20Hal.%2045-
50.pdf
Sukarman Hery. 1993. Teori Bilangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Trisnawati.2007. Pengembangan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi
Mata Kuliah Demografi Teknik. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 4 Nomor
2. Diunggah pada tanggal 12 Oktober 2014 di
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0
CCIQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id%2Findex.php%2Fjep%2Far
ticle%2Fdownload%2F607%2F464&ei=UUhIVKjgDMeKuwSM5oCoCw&usg=
AFQjCNEUZmuDEOoL7LTKO_a-_88N_FKXDg&bvm=bv.77880786,d.c2E
file:///C:/Users/mariamah/Documents/pengembangan%20buku%20ular%20tangga.pdffile:///C:/Users/mariamah/Documents/pengembangan%20buku%20ular%20tangga.pdf
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
11
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
E-LEARNING PADA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK
NEGERI 2 MAKASSAR
Hardiansyah
Dosen STKIP Taman Siswa Bima
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui efektivitas penggunaan media
pembelajaran E-learningpada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap
hasil belajar siswa Kelas X SMK Negeri 2 Makassar, (2) untuk mengetahui seberapa
besarkah pengaruh efektifitaspenggunaan E-learninguntuk meningkatkan hasil belajar
siswa pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap hasil belajar siswa Kelas
X SMK Negeri 2 Makassar. (3) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruh efektifitas penggunaan media E-learning terhadap hasil belajar siswa
Kelas X SMK Negeri 2 Makassar pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Model Penelitian yang digunakan ini adalah penelitian eksperimen dengan sampel
penelitiannya adalah Program Studi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan SMK
Negeri 2 Makassar. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest
control dan eksperimen. Uji beda dilakukan untuk mengukur perbedaan efektivitas
media pembelajaran E-Learning kelompok eksperimen dan media pembelajaran
kelompokkontrol berdasarkan hasil belajarnya. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1)
Efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning lebih tinggi daripada
menggunakan media pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji
hipotesis posttest pada hasil belajar sehingga ‘Efektivitas penggunaan media
pembelajaran E-Learning lebih tinggi daripada penggunaan media pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Makassar
pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2) Perhitungan nilai gain
ternormalisasi antara kelas eksperimen tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. (3)
Faktor-faktor yang mempengaruh efektifitas penggunaan media E-learning meliputi
instrumental, materi pelajaran, minat siswa dalam menggunakan media pembelajaran E-
Learning, fasilitaslaboratorium komputer dan koneksi internet, kemampuan guru
memanfaatkan teknologi informasi dan faktor motivasi siswa.
Kata kunci : media pembelajaran, E-Learning, kontrol, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini, khususnya pada komputer dan internet telah
mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang
tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga
sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan
suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi
informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber
informasi. Media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta
peserta didik itu sendiri, kemudian dinyatakan pula bahwa beberapa bagian unsur ini
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
12
mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide
tentang e-learning.
Usaha untuk meningkatkan prestasi siswa dapat dilakukan denganmedia
pembelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan disampaikanoleh para
pendidik. Efektivitas suatu media akan tercapai bila penggunaannya disesuaikan dengan
karakteristik sasaran. Oleh karena itu, pada saat memilih media, selain memperhatikan
tujuan yang akan dicapai, juga harus mengetahui secara tepat, siapayang menjadi
sasaran. Apabila pemilihan media hanya didasarkan pada satu sisi saja tujuan atau
sasaran, besar kemungkinan fungsi media menjadi kurang efektif.
Teknologi baru terutama dalam bidang TIK memiliki peran yang semakin
penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat
membawa kita kepada situasi belajar dimana E-learning with effort akan dapat
digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa,
learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena
berbagai faktor pembatas seperti usia, kemampuan daya tangkap, kemauan berusaha,
dan lain-lain. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak
membosankan menjadi pilihan para fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak
tercipta, paling tidak multimediadapat membuat pembelajaran lebih efektif.
Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis
mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan di cari jawabannya
melalui kegiatan penelitian
1. Bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap hasil belajar siswa Kelas X SMK
Negeri 2 Makassar?
2. Seberapa besarkah pengaruh efektifitaspenggunaan E-lerning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap hasil
belajar siswa Kelas X SMK Negeri 2 Makassar?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruh efektifitas penggunaan media E-learning terhadap hasil belajar siswa Kelas X SMK Negeri 2 Makassar pada pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi?
METODE PENELITIAN
Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah Eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan
memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang
bersangkutan dengan menggunakan desain eksperimen Pretest- Posttest Control
Group Design. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan penggunaan media
pembelajaran E-Learning dan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan yang
diberlakukan di sekolah (Media ceramah oleh guru). Rancangan penentuan sampel
ini menggunakan teknik Random Sampling, dimana terdapat kelas X SMK Negeri 2
Makassar, kelas dengan jumlah 60 siswa.
2. Lokasi penelitian Penelitian ini berlokasi di SMKN 2 Makassar. Penilitian ini berlangsung pada
bulan Januari sampai Mei Tahun 2015.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa SMKN 2 Makassar kelas X Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) sebanyak 60 siswa.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
13
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu teknik
analisis statistik deskriptif dan teknik analisis inferensial parametrik. Analisis statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan respon dan
hasil belajar yang telah terkumpul dari hasil penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil uji coba instrumen, hasil
penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah hasil dari tes kognitif
(pretest dan posttest). Penelitian dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelompok
eksperimen dengan jumlah siswa 30 orang diberikan perlakuan dengan media
pembelajaran E-Learning, sedangkan pada kelompok kontrol sebagai kelompok
pembanding dengan jumlah siswa 30 orang diberikan perlakuan dengan media
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran E-Learning sehingga jumlah
sampel penelitian di SMK Negeri 2 Makassar berjumlah 60 orang siswa.
1. Deskripsi efektivitas penggunaan media E-learning Berdasarkan analisis data keefektivitas, maka dibutuhkan upaya pengembangan
media pembelajaran E-learningyang dapat mendukung proses pembelajaran pada
keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Program Studi Komputer dan Jaringan SMK
2 Negeri Makassar. Media E-learningtersebut diharapkan mampu mendukung proses
pembelajaran pada kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Salah satu
media pembelajaran E-learningyang dapat dikembangkan untuk kebutuhan tersebut
adalah E-learning.
Data hasil penelitian yang digunakan adalah berbentuk skor pretest, skor
posttest, dan skor gain. Skor gain diperoleh dari selisih antara skor pretest dan skor
posttest baik siswa yang belajar dengan menggunakan media pembelajaran E-
Learning maupun siswa yang belajar menggunakan media pembelajaran eksperiment
dan control.
a. Analisis Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa. dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Hasil Analisis StatistikDeskriptif Hasil Belajar Siswa
Statistik Nilai
Pretes Kelas eksperimen Pretes Kelas kontrol
Subjek 30 30 30 30
Rata-rata 62.1 85 56.76667 83.9
Median 62 86.5 58 86.5
Modus 61 87 58 87
Standar Deviasi 1.777 6.938 3.783 4.607
Varians 3.157 48.133 14.312 21.223
Rentang 6 30 15 14
Nilai Terendah 59 78 46 76
Nilai Tertinggi 65 100 61 90
Berdasarkan terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran
Instalasi Sistem Operasi berbeda antara kelas eksperimen yang menggunakan
media pembelajaran E-elearning pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu
85,10 dan 83,90. Median untuk kelas eksperimen adalah 86 dan untuk kelas
kontrol adalah 86. Modus untuk kelas eksperimen adalah 87 dan pada kelas
kontrol 87. Sedangkan varians untuk kelas eksperimen adalah 48,133 dan untuk
kelas kontrol adalah 21,223. Nilai terendah untuk kelas eksperimen adalah 78 dan
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
14
nilai tertinggi 100 dengan rentang 30. Sedangkan kelas kontrol, hasil belajar siswa
dengan nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 90 dengan rentang 14.
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa media pembelajaran E-elearning
kelas eksperimen dan kelas kontrol
NILAI KATEGORI EKSPERIMEN KONTROL
FREKUENSI % FREKUENSI %
81 - 100 Sangat Tinggi 19 80 17 70
61 - 80 Tinggi 11 20 13 30
41 - 60 Cukup 0 0 12
21 - 40 Rendah 0 0 4
0 -20 Sangat Rendah 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan data distribusi frekuensi nilai hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat digambarkan pada Diagram
Diagram Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 6 terlihat bahwa hasil belajar siswa Pada
kelas eksperimen persentasi berada pada kategori sangat tinggi adalah 80% dan
kategori tinggi adalah 30%. Pada kelas eksperimen tidak ditemukan adanya siswa
memiliki nilai cukup.
b. Uji Hipotesis efektivitas media E-learning Uji t yang disajikan pada Lampiran 11 halaman 106, diperoleh t hitung
sebesar 5,955. Dengan melihat tabel distribusi t, diperolah t tabel dengan df (n-2)
atau 60-2 = 58 dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0.025) hasil yang diperoleh
untuk t tabel adalah 2,005. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung> t tabel dan µ1 ≠
µ2berarti H1 diterima, artinya bahwa Efektivitas penggunaan media pembelajaran
E-Learning efektif dibandingkan dengan menggunakan media pembelajaran
konvesional.
2. Analisis pengaruh efektivitas penggunaanE-learning untuk meningkatkan hasil belajar
Soal hasil belajar siswadiberikan di akhir rangkaian pembelajaran, untuk
mengetahui pengetahuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diberi
perlakuan berupa penerapan media pembelajaran E-Learning. Berikut disajikan
analisis statistik deskriptif skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
perhitungan menggunakan program SPSS 20.0.
Nilai gain didapat dari selisih nilai posttest dan nilai pretest. Karena hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran, maka hasil
belajar yang dimaksud yaitu adanya peningkatan yang dialami siswa. Untuk
01020304050607080
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah SangatRendah
81 - 100 61 - 80 41 - 60 21 - 40 0 -20
1911
0 0 0
80
20
0 0 0
17 13 124 0
70
30
0
EKSPERIMEN FREKUENSI EKSPERIMEN % KONTROL FREKUENSI KONTROL %
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
15
mengetahui efektivitas penggunaan media E-elearnigpada kelas eksperimen dan
penggunaan media pembelajaran konvensional pada kelas kontrol digunakan
perhitungan gain. Hasil dari perhitungan gain ternormalisasi (g) pada kelas
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel.
Tabel Hasil Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelompok pretest postest G g Kriteria
eksperimen 65 100 35 1.00000 Tinggi
kontrol 61 90 29 0.74359 Rendah
Berdasarkan data nilai pretest dan pretest pada kelas eksperimen dan kotrol,
diperoleh nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 1.000 dapat dikatakan
sedang dan kelas kontrol sebesar 0.743. Nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam
kriterium nilai , diperoleh efektivitas media pembelajaran E-Learning di kelas
eksperiment tergolong tinggi.
Gambar. Nilai gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
Jika dibandingkan nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol,
dapat disimpulkan bahwa efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning di
kelas eksperimen dan kelas kontrol tinggi di bandingkan menggunakan media
pembelajaran konvensional.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan E-learning terhadap hasil belajar
Metode yang efektif memungkinkan siswa untuk mengalami kemajuan pada
tingkat kecepatanyang berbeda, materi yang berbeda, dan bahkan berpartisipasi
dalam aktivitas yang berbeda. Pembelajar perlu mengetahui apakah pemikirannya
berada jalur yang benar atau tidak guru dapat memberikan umpan balik pada koreksi
paper, pesan elektronik dari komputer. Kita cenderung lebih suka mengingat dan
proses pembelajaran sampai saat ini. Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah
berubah karena dipengaruhi media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas.
Perubahan ini sangat esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran,
pendidik (guru) berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu
berdampak pada hasil belajar siswa.
Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi
media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat esensial,
karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) berhak
menguji media dan teknologidalam konteks belajar dan itu berdampak pada hasil
belajar siswa.
1. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan
eksperimen0
20
40
60
80
100
eksperimen
kontrol
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
16
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
2. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
3. Faktor Minat siswa dalam menggunakan media pembelajaran E-Learning yaitu siswa kecenderungan tidak memperhatikan dan mengenang beberapa mata
pelajaran lewat media pembelajaran E-Learning.
4. Fasilitas laboratorium komputer dan koneksi internet salah satu faktor pengaruhnya perkembangan media pembelajaran E-Learning karna faktor
pendukung penerapan pembelajaran ini harus memadai, agar efektivitas
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
5. Faktor kemampuan guru memanfaatkan teknologi informasi, disain media pembelajaran E-Learning dan keaktifan siswa memanfaatkan teknologi informasi
pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Makassar telah cukup memadai, namun yang
perlu diperhatikan adalah keterbatasan bandwidh yang masih disoroti oleh
responden belum mendukung kecepatan akses data pembelajaran yang
dibutuhkan, kemampuan guru belum sepenuhnya mendapat dukungan positif dari
responden, dan disain model pembelajaran E-Learning masih relatif perlu
pengembangan, hal ini dapat dipahami karena masih banyak guru yang
memberikan matari secara konvensional.
6. Faktor Motivasi siswa adapun paraAhli motivasi telah menyatakan bahwa perilaku individu dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor yang disebut
sebagai faktor motivasi intrinsik dan faktor motivasi ekstrinsik. Individu akan
menerima sebuah sistem informasi apabila dalam penggunaannya, sistem tersebut
menarik bagi individu tersebut.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis uji statistik dengan
bantuan software SPSS 20.0 menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol
dan kelas eksperimen adalah sama (homogen). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
hasil pretest kedua kelas dan dibuktikan dengan uji t untuk melihat persamaan dua rata-
rata. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara
kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini wajar karena kedua kelas tersebut belum
mendapatkan perlakuan dan materi belajar. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan
dengan memberi perlakuan dengan media pembelajaran E-Learning pada kelas
eksperimen dan perlakuan dengan media pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,
menunjukkan bahwa hasil belajar akhir kedua kelompok mengalami perbedaan.
Perbedaan hasil belajar ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas eksperimen 85 sedangkan
pada kelas kontrol 83. Dari nilai rata-rata posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada setiap pertemuan, di kelas
eksperimen siswa dituntut untuk dapat berperan lebih aktif dalam memperoleh
kesempatan membangun sendiri pengetahuannya sehingga memperoleh pemahaman
yang mendalam serta dalam proses pembelajarannya lebih bervariatif seperti meng-
upload, men-download maupun mendemonstrasikan hasil praktik belajarnya.
Peningkatan hasil belajar yang diraih oleh kelas eksperimen dikarenakan adanya
suasana belajar di kelas yang lebih kondusif, aktif dan minat serta antusias siswa sangat
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
17
terlihat dibandingkan pada kelas kontrol, terutama pada hal distribusi materi
pembelajaran yang tidak terpusat hanya pada guru.
Budaya belajar yang dikembangkan di kelas eksperimen adalah keaktifan siswa
dalam membangun sendiri keingintahuannya, membangun karakter keinginan
membantu teman yang kesulitan, serta pemanfaatan waktu yang bisa optimal di kelas
karena kegiatan sudah terstruktur. Pada E-Learning terdapat kegiatan terstruktur untuk
setiap pertemuan, sehingga siswa mampu memanajemen waktu belajar di kelas yang
harapannya sejalan dengan mengoptimalkan fasilitas yang ada. Dengan demikian,
keaktifan siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya diharapkan dapat membantu
siswa untuk lebih lama mengingat dan memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa
yang meningkat, kelebihan-kelebihan lain yang mendukung E-Learning efektif
ditunjukkan dari beberapa indikator dalam proses pembelajaran, antara lain
meningkatnya keaktifan siswa, baik dalam hal bertanya maupun mempresentasikan
tugas yang telah diselesaikannya. Kelebihan lainnya adalah tugas siswa menjadi lebih
variatif dan kreatif karena siswa memiliki sumber belajar yang luas sehingga memiliki
referensi materi lebih banyak dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol yang tidak
menggunakan media E-Learning. Keunggulan siswa yang menggunakan E-Learning
adalah memiliki kemampuan lebih dalam berinteraksi dengan internet dan
penggunaannya, misal paham tentang cara meng-upload tugas serta mengetahui link-
link belajar untuk meningkatkan kreativitas dalam mengerjakan tugas.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada awalnya mengalami
sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa memerlukan waktu
untuk penyesuaian. Tetapi hambatan-hambatan yang terjadi perlahan dapat dikurangi
karena partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Aktifitas di dalam kelas yang
bervariatif dapat menambah semangat, motivasi, karakter berbagi, membantu dalam
memecahkan masalah dan dapat menciptakan lingkungan belajar positif, sehingga
pembelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Seluruh uraian di atas menunjukkan
bahwa secara umum pembelajaran TIK dengan menggunakan media pembelajaran E-
Learning memberikan pengaruh yang berarti dan efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X SMK Negeri 2 Makassar.
Proses pembelajaran sebenarnya didominasi oleh kegiatan manajemen informasi.
Ada tiga komponen utama dalam informasi, yaitu pemakai, akses dan informasi. Dalam
proses pembelajaran sebagai pemakai adalah siswa, sebagai informasi adalah materi
pembelajaran yang berasal dari buku, basis data komputer, basis pengetahuan atau
sumber informasi lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas X Teknik Komputer Jaringan pada SMK
Negeri 2 Makassar tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning
pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap hasil belajar siswa Kelas
X SMK Negeri 2 Makassar maka disimpulkan bahwa:
1. Efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning lebih tinggi daripada menggunakan media pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji
hipotesis posttest pada hasil belajarsehingga ‘Efektivitas penggunaan media
pembelajaran E-Learning lebih tinggi daripada penggunaan media pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Negeri 2
Makassar pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
2. Perhitungan nilai gain ternormalisasi antara kelas eksperimen tinggidibandingkan dengan kelas kontrol.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
18
3. Faktor-faktor yang mempengaruh efektifitas penggunaan media E-learning meliputi instrumental, materi pelajaran, minat siswa dalam menggunakan media
pembelajaran E-Learning, fasilitaslaboratorium komputer dan koneksi internet,
kemampuan guru memanfaatkan teknologi informasi dan faktor motivasi siswa.
DAFTAR ISI
Ade Suyitno. 2012. Facebook Sebagai Media Kreatif E-Learning Untuk Distance [On-
Line]. Tersedia : http:www.asep-hs.web.ugm.ac.id.
Agus Marsidi. 2007. Pendidikan Luar Biasa Profesi Keguruan. Jakarta : Dikti.
Allen, Mary J. & Yen, Wendy M. 2001. Introduction to Measurement Theory.
Ariesto Hadi Sutopo. 2003. Multimedia Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta :
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Arsyad, A. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asep Herman Suyanto. 2005. Mengenal E-Learning. Universitas Gadjah Mada.
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validits Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Bambang, H. 2012. Sistem Operasi Edisi Kelima. Bandung: Informatika.
Dagun, S. D. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian &
Kebudayaan.
Darmawang, 2008. StrategiPembelajaran KejuruanMakassar: Badan Penerbit UNM.
Direktori File UPI, 2010 Prinsip Didaktif Modern (file pdf). http://file.upi.edu.Diakses
tanggal 17 Februari 2014.
Djamarah, S.B & A.Zin 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
England : Waveland Pr Inc.
Fathurohman 2011, jurnal Pengaruh Pengembangan Model Pembelajaran E-Learning
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Gotcha, 2011. Pengertian Macromedia Flash. http://edodoemungkin.blogspot.com.
Diakses Tanggal 05 September 2014.
Hadis, 2008. Psikologi dalam pendidikan. Bandung : alfabeta
Haling, A. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.
http://file.upi.edu/http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI._ILMU_KEOLAHRAGAAN/195911041986011-BADRUZAMAN/perbaikan_dmp_renang.pdfhttp://edodoemungkin.blogspot.com/
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
19
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Latahang, 2010. Langkah-Langkah Penelitian R & D. http://myfortuner.wordpress.com.
Diakses Tanggal 05 September 2014.
Learning di Era Global. Makalah dipresentasikan di BPU DINAMIK7 UPI.
Nur, M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa. Tim
Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. File Pdf.http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com. Diakses Tanggal
15 Februari 2014.
Poluan, (2014) Evaluasi Implementasi Sistem E-Learning Menggunakan Model
Evaluasi Hot Fit Studi Kasus Universitas Sam Ratulangi. E-journal Teknik
Informatika, Volume 4, No. 2 (2014), ISSN : 2301-8364
Purwanto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : kencana Prenada Media Group
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali pres
Slameto.2010 Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudjana,dkk. 2005. Teknologi Pengajaran.Bandung: Sinar Baru
Ulfia Rahmi. 2013.Video Model Tutorial Dalam Pembelajaran Berbasis Komputer.
http://www.youtube.com. Diakses Tanggal 03 Maret 2013.
Uno. 2011. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. File pdf. http://www.usu.ac.id/sisdiknas. Diakses
Tanggal 15 Februari 2014.
Walter Dick, Lou Carey and James O. Carey. 2001. The Systematic Design of
Instruction. Fifth Edition. New York: Longman.
Widada, HR. 2010. Mudah Membuat Media Pembelajaran (Multimedia Interaktif:
untuk Guru Profesional. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
http://myfortuner.wordpress.com/http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/http://www.youtube.com/http://www.usu.ac.id/sisdiknas.%20%20Diakses%20Tanggal%2015%20Februari%202014http://www.usu.ac.id/sisdiknas.%20%20Diakses%20Tanggal%2015%20Februari%202014
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
20
STUDI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) DI SMK NEGERI 5 MAKASSAR
Muliana
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Taman Siswa Bima
email : [email protected]
A B S T R A K
Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis-sentralistis,
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan yang sangat
tergantung pada kebutuhan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-
kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat
sehingga sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk
mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan
sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase pencapaian
tiap-tiap aspek penelitian yang telah ditetapkan berupa aspek kurikulum, aspek
penerapan kurikulum, aspek proses belajar mengajar, aspek tenaga pendidik dan
kependidikan, aspek manajemen, dan aspek penilaian. Populasi penelitian adalah Guru
SMK Negeri 5 Makassar. Berdasarkan tabel penentuan jumlah populasi teknik
pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tabel krecjie) yang menyatakan dalam
melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan pada kesalahan 5 % jadi sampel yang
diperoleh menunjukkan kepercayaan 95 % terhadap populasi. Sehingga dari jumlah
populasi 133 orang diambil sampel 98 orang. Instrumen yang digunakan adalah
dokumentasi dan lembar observasi.
Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa studi pelaksanaan KTSP yang
menyangkut Aspek kurikulum berada dalam kategori cukup baik, aspek penerapan
kurikulum berada dalam kategori baik, aspek proses belajar mengajar berada dalam
kategori cukup baik, aspek tenaga pendidik dan kependidikan berada dalam kategori
baik, aspek manajemen berada dalam kategori baik, dan aspek penilaian berada dalam
kategori baik. Berdasarkan hasil tiap-tiap aspek tersebut maka tingkat pencapain Studi
Pelaksanaan KTSP secara umum di SMK Negeri 5 Makassar sudah baik/sesuai.
Kata Kunci : Studi Pelaksanaan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
PENDAHULUAN
Era reformasi telah berlangsung sejak tahun 1998 memberikan keterlibatan
langsung maupun tidak langsung dalam sektor pendidikan. Tampak bahwa sumber-
sumber belajar di luar sekolah lebih banyak mewarnai perilaku peserta didik, karena itu
pelaku pendidikan perlu melakukan perubahan mendasar baik pada proses maupun
output pendidikan. Untuk mencapai tujuan yang baik harus dipandu dengan kurikulum
yang baik, adaptik, dan mampu menghasilkan output yang siap menghadapi tantangan
internal dan eksternal globalisasi.
Dalam dunia modern, khususnya dalam rangka persaingan global yang semakin
ketat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu pendidikan
merupakan aset yang dominan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
mailto:[email protected]
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
21
Pembangunan pendidikan nasional harus mengalami dinamika baik menyangkut
kurikulum, format materi, sarana dan prasarana, maupun sistem dengan penyempurnaan
yang continue. Sementara itu penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
birokratis-sentralistis, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan sangat tergantung pada kebutuhan birokrasi yang mempunyai jalur sangat
panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat.
Menghadapi persoalan-persoalan tersebut di atas, perlu dilakukan penataan
terhadap sistem pendidikan, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta
relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Opini yang berkembang
dalam dunia pendidikan saat ini berkenan dengan peningkatan mutu pendidikan baik
pada lingkup pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Salah satu yang
masih hangat adalah dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Sukmadinata dikutip oleh Joko Susilo (2007) mengemukakan bahwa kurikulum
mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa
memegang peranan penting dalam sistem pendidikan.
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi dikutip Joko Susilo (2006)
bahwa saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara yang perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk
menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien
pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin
kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam upaya
membentuk pribadi peserta didik.
Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMK Negeri
5 Makassar memberikan peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk
melakukan invasi dan improvisasi di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Negeri 5 Makassar.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya perbaikan dalam penerapan
kurikulum yang cukup menarik bagi penulis untuk melaksanakan suatu penelitian secara
ilmiah dalam suatu penulisan yang berjudul “Studi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pembelajaran Di SMK Negeri 5 Makassar”.
1. Pengertian Kurikulum Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-
pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini.
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculum”, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah
jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.
Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pada Bab 1 pasal 1,
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana, dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Hamalik (2006) memberikan beberapa tafsiran kurikulum dalam tiga hal, yaitu:
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
22
b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum merupakan suatu sistem. Oleh karena itu, kurikulum dibagi dari
beberapa komponen yang saling kerja sama untuk mencapai tujuan. Komponen
kurikulum yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan. b. Materi/pengalaman c. Organisasi d. Evaluasi
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi
tertentu. Ansyar dan Nurtain dikutip oleh Abdul Haling (2007) mengemukakan
fungsi kurikulum yaitu:
(a) Fungsi preventif (b) Fungsi kolektif (c) Fungsi konstruktif
2. Sejarah singkat KTSP Sejak Repelita 1, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan mutu,
relevansinya, dan efisiensinya sistem pendidikan dilakukan dengan penyempurnaan
kurikulum yang pertama kali digunakan kurikulum 1950, kemudian diganti dengan
kurikulum 1958.
Sementara itu, kurikulum 1964 disusun, mulai dilaksanakan tahun 1965.
kurikulum ini terus digunakan hingga 1968 sampai tersusunnya kurikulum 1968.
pemberlakuan kurikulum 1968 bagi SMP, SMA, SMEA, SKKP, dan SKKA pada
tahun 1969. Sedangkan kurikulum untuk sekolah menengah ekonomi pertama
(sekarang sudah diintegrasikan dengan SNIPS) dan SPG pada tahun 1970. pada
1965-1968 ditandai dengan pendekatan pengorganisasian materi pelajaran yang
berada.
3. Prinsip-prinsip KTSP Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sedikitnya harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya..
b. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan,
keindividuan, kesusilaan, dan moral.
c. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
d. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima belajar e. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan
lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan,
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
23
Tut Wuri Handayani, Ing Madia Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sung Tulado
(dibelakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan
prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
4. Prinsip KTSP dalam Pendidikan Sesuai dengan prinsip diversifikasi dan desentralisasi pendidikan, maka
pengembangan kurikulum digunakan prinsip dasar kesatuan dalam kebijakan dan
keberagaman dalam pelaksanaan. Prinsip kesatuan dalam kebijakan yaitu dalam
mencapai tujuan pendidikan perlu ditetapkan standar kompetensi mata pelajaran
yang harus dicapai siswa secara nasional, pada setiap jenjang pendidikan.
5. Pengertian Satuan Pendidikan Menurut ketentuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 pada Bab VI Pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, pendidikan non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya. Sedang dalam Pasal 14 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
6. Karakteristik KTSP KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks
desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan kekuasaan
baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat
membawa dampak terhadap peningkatan efesiensi dan efektivitas kinerja sekolah,
khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Arikunto
(2002), bahwa dalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan
pengontrolan terhadap perlakuan, jadi penelitian deskriptif hanya bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa, kejadian atau fenomena yang akan
diteliti.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Makassar, yakni pada tenaga
pengajar (guru) SMK Negeri 5 Makassar. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung
selama satu bulan, yaitu dimulai pada bulan November sampai Desember
Populasi merupakan suatu kumpulan atau kelompok individu yang berwujud
manusia, hewan, tumbuhan dan benda merupakan suatu kejadian yang kesemuanya
terdapat dalam suatu ketentuan yang dijadikan sebagai suatu sasaran perhatian dalam
penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru SMK
Negeri 5 Makassar, dengan jumlah 133 orang.
Adapun cara pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik Random
sampling. Berdasarkan tabel penentuan jumlah populasi teknik pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan tabel Krecjie dikutip oleh Sugiyono (2007) yang
menyatakan dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan pada kesalahan
5 %. Jadi sampel yang diperoleh menunjukkan kepercayaan 95 % terhadap populasi.
berdasarkan hal tersebut di atas guru yang menjadi sampel dari jumlah populasi
adalah 98 orang.
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
24
%100xN
FP
Pada penelitian ini variabel yang dikaji adalah variabel tunggal yaitu
“Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran di SMK
Negeri 5 Makassar”.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif,
yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang diteliti secara kualitatif,
dengan demikian desain penelitian harus disusun sedemikian rupa, yang meliputi
pembahasan seputar objek yang diteliti dengan membatasi diri pada ruang lingkup
atau variabel yang diteliti, untuk memberikan arah dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Definisi operasional variabel perlu dirumuskan terlebih dahulu sebagai langkah
untuk menghindari kemungkinan terjadinya interpretasi yang berbeda terhadap
masalah yang akan diteliti, yaitu: KTSP adalah satuan rancangan kurikulum untuk
memberikan kemampuan peserta didik yang mencangkup pengetahuan, keterampilan
dan prilaku dengan memiliki berbagai kompetensi sebagai penguasaan terhadap
suatu tugas, keterampilan sikap dan apresiasi sehingga dapat melanjutkan pendidikan
atau bekerja dimasyarakat.
Teknik pengumpulan data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam
suatu proses penelitian, untuk mendapatkan hasil yang baik. Oleh karena itu teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dokumentasi dan lembar
observasi.
1. Dokumentasi. 2. Lembar Observasi
Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dari masing-
masing responden berupa rata-rata, standar deviasi (simpangan baku), kategori
variabel dan persentase. Kemudian analisis statistik deskriptif dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 12for windows.
Statistik deskriptif juga meliputi persentase, rata-rata dan standar deviasi.
a. Rumus persentase
Dimana :
P = Persentase
F = Frekuensi keterlaksanaan
N = Jumlah sampel
b. Rumus rata-rata
N
xX
Dimana :
X = Rata-rata
Σx = Jumlah skor X
N = Jumlah sampel
c. Rumus standar deviasi
N
N
xx
SD
2
2
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
25
Dimana :
SD = Standar deviasi
X = Skor nilai
N = Jumlah sampel
P = 100xN
n
Keterangan : P = persentase
n = Nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh nilai
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan hasil analisis statistik deskriptif untuk memberikan
gambaran umum tentang studi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di SMK Negeri 5 Makassar. Hasil analisis deskriptif juga digunakan untuk
mendeskriptifkan data dari masing-masing kelompok berupa rata-rata (mean), standar
deviasi atau simpangan baku, kategori variabel, dan persentase.
1. Hasil analisis statistik deskriptif a. Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Kurikulum.
Berdasarkan hasil penelitian pada lampiran 2, diperoleh data : Mean sebesar
6,16; Median sebesar 6,29; Standar Deviasi 0,97; nilai terendah yang diperoleh
adalah 2.00 dan nilai tertinggi adalah 7.00. Tabel dan histogram perolehan nilai
responden dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1
Adapun distribusi frekuensi Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek
Kurikulum, sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek
Kurikulum
Kategori Kelas Interval Frekuensi
Absolut
Persentase Relaif
(%)
Persentase
Kumulatif (%)
Baik 6,16 – 7,61 42 42,86 42,86
Cukup Baik 4,70 – 6,16 53 54,08 96,94
Tidak Baik < 4,70 3 3,06 100
Jumlah 98 100
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa aspek kurikulum menunjukkan 53
orang (54,08 %) guru termasuk dalam kategori cukup baik, 42 orang (42,86 %)
guru berada dalam kategori baik dan 3 orang (3,06 %) guru berada dalam kategori
tidak baik. Hal ini berarti bahwa pada umumnya tingkat pencapaian aspek
kurikulum berada pada kategori cukup baik. Selanjutnya dari data di atas dapat
digambrkan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
Gambar 1 Histogram Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Kurikulum
42,86
54,08
3,06
0
10
20
30
40
50
60
1
Baik Cukup Baik Tidak Baik
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
26
b. PelaksanaanKTSP yang menyangkut Aspek Penerapan Kurikulum. Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 2, diperoleh data : Mean
sebesar 2,33; Median sebesar 2,44; Standar Deviasi 0,83; nilai terendah yang
diperoleh adalah 0,00 dan nilai tertinggi adalah 3,00. Tabel dan Histogram
perolehan nilai responden dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Adapun distribusi frekuensi Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek
Penerapan Kurikulum adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek
Penerapan Kurikulum
Kategori Kelas Interval Frekuensi
Absolut
Persentase
Relaif (%)
Persentase
Kumulatif (%)
Baik 2,33 – 3,58 50 51,02 51,02
Cukup Baik 1,09 – 2,33 35 35.71 86,73
Tidak Baik < 1,09 13 13,27 100
Jumlah 98 100
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa aspek penerapan kurikulum
menunjukkan 50 orang (51,02 %) guru termasuk dalam kategori baik, 35 orang
(35,71 %) guru berada dalam kategori cukup baik, dan 13 orang (13,27 %) guru
berada dalam kategori tidak baik. Hal ini berarti bahwa pada umumnya tingkat
pencapaian aspek penerapan kurikulum berada pada kategori baik. Selanjutnya
dari data di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
Gambar 2 Histogram Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Penerapan
Kurikulum
c. Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Proses Belajar Mengajar. Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 2, diperoleh data : Mean
sebesar 8.10; Median sebesar 8.17; Standar Deviasi 8.17; nilai terendah yang
diperoleh adalah 5.00 dan nilai tertinggi adalah 9.00. Tabel dan histogram
perolehan nilai responden dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.
Adapun distribusi frekuensi Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek
Proses Belajar Mengajaradalah sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Proses
Belajar Mengajar
Kategori Kelas Interval Frekuensi
Absolut
Persentase
Relaif (%)
Persentase
Kumulatif (%)
Baik 8,10 – 9,35 33 33,67 33,67
Cukup Baik 6,86 – 8,10 63 64,29 97,96
Tidak Baik < 6,86 2 2,04 100
Jumlah 98 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek Proses Belajar Mengajar
(PBM) menunjukkan 33 orang (33,67 %) guru termasuk dalam kategori baik, 63
orang (64,29 %) guru berada dalam kategori cukup baik, dan 2 orang (2,04 %)
guru berada dalam kategori tidak baik. Hal ini berarti bahwa pada umumnya
51,02
35,71
13,27
0
10
20
30
40
50
60
1
Baik Cukup Baik Tidak Baik
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
27
tingkat pencapaian aspek Proses Belajar Mengajar (PBM) berada pada kategori
baik. Selanjutnya dari data di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram
sebagai berikut :
Gambar 3 Histogram Pelaksanaan KTSP yang menyangkut Aspek Proses Belajar
Mengajar
d. Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 2, diperoleh data : Mean
sebesar 8,89; Median sebesar 9,46; Standar Deviasi 1,74; nilai terendah yang
diperoleh adalah 4 dan nilai tertinggi adalah 11. Tabel dan Histogram perolehan
nilai responden dapat dilihat pada tabel 4 gambar 4.
Adapun distribusi frekuensi Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek
Tenaga Pendidik dan Kependidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. DistribusiFrekuensi Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek Tenaga
Pendidik dan Kependidikan
Kategori Kelas Interval Frekuensi
Absolut
Persentase
Relaif (%)
Persentase
Kumulatif (%)
Baik 8,89 – 11,5 69 70,40 70,40
Cukup Baik 6,28 – 8,89 13 13,27 92,67
Tidak Baik < 6,28 16 16,33 100
Jumlah 98 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek tenaga pendidik dan
kependidikan menunjukkan 69 orang (70,40 %) guru termasuk dalam kategori
baik, 13 orang (13,27 %) guru berada dalam kategori cukup baik, dan 16 orang
(16,33 %) guru berada dalam kategori tidak baik. Hal ini berarti bahwa pada
umumnya tingkat pencapaian aspek tenaga pendidik dan kependidikan berada
pada kategori baik. Selanjutnya dari data di atas dapat digambarkan dalam bentuk
histogram sebagai berikut
Gambar 4 Histogram Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek Tenaga
Pendidik dan Kependidikan
e. Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek Manajemen Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 2 , diperoleh data : Mean
sebesar 7,45; Median sebesar 7,84; Standar Deviasi 1,69; nilai terendah yang
33,67
64,29
2,04
0
10
20
30
40
50
60
70
1
Baik Cukup Baik Tidak Baik
70,4
13,2716,33
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1
Baik Cukup Baik Tidak Baik
Kategori
-
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 5. No. 2, Jul – Des 2015 ISSN: 2088-0294
28
diperoleh adalah 3 dan nilai tertinggi adalah 9. Tabel dan histogram perolehan
nilai responden dapat dilihat pada Tabel 5 dan gambar 5.
Adapun distribusi frekuensi Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek
Manajemen adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan KTSP yang Menyangkut Aspek
Manajemen
Kategori Kelas Interval Frekuensi
Absolut
Persentase
Relaif (%)
Persentase
Kumulatif (%)
Baik 7,45– 9,99 52 53,06 53,06
Cukup Baik 4,83– 7,45 40 40,82 93,88
Tidak Baik < 4,83 6 6,12 100
Jumlah 98 100
Dari tabel di atas dapat diketahu