jurnal mengenai farkol
DESCRIPTION
farkol mengenai jurnalTRANSCRIPT
-
Nama : Luqman Izzudin
Npm : 0661 13 079
TUGAS FARMAKOLOGI
1. Distribusi reseptor parasimpatis (nikotinik dan muskarinik)
Jawab :
Reseptor Muskarin (M)
Berada pada neuron post-ganglion dan dibagi 3 subtipe, yaitu Reseptor
M1, M2, dan M3 dimana masing-masing reseptor ini memberikan efek berbeda
ketika dirangsang. Muskarin (M) merupakan derivat furan yang bersifat toksik
dan terdapat pada jamur Amanita muscaria sebagai alkaloid. Reseptor akan
memberikan efek-efek seperti diatas setelah mengalami aktivasi oleh
neurotransmitter asetilkolin(Ach).
Reseptor Nikotin (N)
Berada pada pelat ujung-ujung myoneural dan pada ganglia otonom.
Stimulasi reseptor ini oleh kolinergik (neostigmin dan piridostigmin) yang akan
menimbulkan efek menyerupai adrenergik, berlawanan sama sekali. Misalnya
vasokonstriksi dengan naiknya tensi, penguatan kegiatan jantung, stimulasi SSP
ringan. Efek Nikotin dari ACh juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh
jumlah kecil nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa mulut.
2. Keluarnya saraf simpatis dan parasimpatis
Jawab :
DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL
Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan stu neuron postganglionic
panjang. Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi
abu-abu dalam segemen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis.
DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL
Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang
terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron terletak
dalam nuclei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf XI, juga
dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga dan keempat
medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.
-
3. Perbedaan antara saraf simpatis dan parasimpatis
Jawab :
CARA KERJA
Simpatik merangsang kerja organ
Parasimpatik menghambat kerja organ
PEMBAGIAN ANATOMI.
Asal :
S : segmen torakal dan lumbal medula
spinalis
P : saraf kranial dan segmen sakral
medula spinalis
EFEK PERANGSANGAN TERHADAP ORGAN SALING BERLAWANAN.
JENIS ZAT TRANSMITER.
S :Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat
pra ganglion pendek,
Preganglionik : Acetilkolin
Post ganglionik : Nor Adrenalin
P : saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Preganglionik : Acetilkolin
Post ganglionik : Acetilkolin
4. Kerja obat simpatomimetikum
Jawab :
Kerja obat adrenergic dapat dikelompokkan dalam 7 jenis yaitu :
Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, serta
kelenjar liur dan keringat.
Penghambatan organ perifer : otot polos usus, bronkus dan pembuluh darah otot
rangka
Perangsangan jantung : dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi
-
Perangsangan SSP : misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan
Efek metabolic : misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan
penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
Efek endokrin : misalnya modulasi sekresi insulin, rennin, dan hormone hipofisis
Efek prasinaptik : dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan
neurotransmitter NE atau Ach ( acetyl colin ).
Adrenergic dapat dibagi dalam dua kelompok menurut titik kerjanya di sel sel
efektor dari organ ujung, yakni reseptor-alfa dan reseptor-beta. Perbedaan antara kedua
jenis reseptor didasarkan atas kepekaannya bagi adrenalin, noradrenalin ( NA ), dan
isoprenalin. Reseptor-alfa lebih peka bagi NA, sedangkan reseptor-beta lebih sensitive bagi
isoprenalin.Diferensiasi lebih lanjut dapat dilakukan menurut efek fisiologisnya yaitu dalam
alfa-1 dan alfa-2 serta beta-1 dan beta-2.Pada umumnya stimulasi dari masing-masing
reseptor itu menghasilkan efek-efek sebagai berikut :
Alfa-1 : menimbulkan vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel-sel
kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat.
Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf adrenegis dengan turunnya
tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh di saraf kolinergis dalam usus pun
terhambat sehingga antara lain menurunnya peristaltic.
Beta-1 : memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung ( efek inotrop dan
kronotop ).
Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
Lokasi reseptor ini umumnya adalah sebagai berikut :
alfa-1 dan beta-1 : postsinaptis artinya lewat sinaps di organ efektor
alfa-2 dan beta-2 : presinaptis dan ekstrasi-naptis yaitu dimuka sinaps atau
diluarnya antara lain dikulit otak,rahim,dan pelat-pelat darah. Reseptor-a1 juga
terdapat presinaptis.
-
5. Contoh obat , indikasi, dll
Jawab :
DOPAMIN
a. Mekanisme Kerja
Precursor NE ini mempunyai kerja langsung pada reseptor
dopaminergik dan adrenergic, dan juga melepaskan NE endogen. Pada
kadar rendah, dopamin bekerja pada reseptor dopaminergik D1 pembuluh
darah, terutama di ginjal, mesenterium dan pembuluh darah koroner.
Stimulasi reseptor D1 menyebabkan vasodilatasi melalui aktivasi
adenilsiklase. Infus dopamin dosis rendah akan meningkatkan aliran darah
ginjal, laju filtrasi glomerulus dan ekskresi Na+ . Pada dosis yang sedikit
lebih tinggi, dopamin meningkatkan kontraktilitas miokard melalui
aktivasi adrenoseptor 1. Dopamin juga melepaskan NE endogen yang
menambah efeknya pada jantung. Pada dosis rendah sampai sedang,
resistensi perifer total tidak berubah. Hal ini karena dopamin mengurangi
resistensi arterial di ginjal dan mesenterium dengan hanya sedikit
peningkatan di tempat tempat lain.dengan demikian dopamin
meningkatkan tekanan sistolik dan tekanan sistolik dan tekanan nadi tanda
mengubah tekanan diastolic ( atau sedikit meningkat ). Akibatnya
dopamin terutama berguna untuk keadaan curah jantung rendah disertai
dengan gangguan fungsi ginjal, misalnya syok kardiogenik dan gagal
jantung yang berat. Pada kadar yang tinggi dopamin menyebabkan
vasokontriksi akibat aktivasi reseptor 1 pembuluh darah. Karena itu bila
dopamin di gunakan untuk syok yang mengancam jiwa, tekanan darah dan
fungsi ginjal harus dimonitor. Reseptor dopamin juga terdapat dalam otak,
tetapi dopamin yang di berikan IV, tidak menimbulkan efek sentral karena
obat ini sukar melewati sawar darah-otak.
Fenoldopam merupakan agonis reseptor D1 perifer dan mengikat
reseptor 2 dengan afinitas sedang, afinitas terhadap reseptor D2, 1 dan
tidak berarti. Obat ini merupakan vasodilator kerja cepat untuk
mengontrol hipertensi berat ( misalnya hipertensi maligna dengan
kerusakan organ ) di rumah sakit untuk jangka pendek, tidak lebih dari 48
jam. Fenoldopam mendilatasi berbagai pembuluh darah, termasuk arteri
koroner, arteriol aferen dan eferen ginjal dan arteri mesenteric. Masa
-
paruh eliminasi fenoldopam intravena, setelah penghentian 2-jam infuse
ialah 10 menit. Efek samping akibat vasodilatasi berupa sakit kepala,
muka merah, pusing, takikardia atau bradikardia.
Dopeksamin merupakan analog dopamin dengan aktivitas intrinsic
pada reseptor D1, D2 dan 2, juga menghambat ambilan katekolamin. Obat
ini agaknya memperlihatkan efek hemodinamik yang menguntungkan
pada pasien gagal jantung berat, sepsis dan syok. Pada pasien dengan
curah jantung rendah, infus dopeksamin meningkatkan curah sekuncup
dan menurunkan resistensi vascular sistemik.
b. Indikasi
Pengobatan pada pasien syok dan hipovolemia.
c. Kontraindikasi
Dopamin harus dihindarkan pada pasien yang sedang diobati
dengan penghambat MAO.
d. Efek Samping
Dosis belebih dapat menimbulkan efek adrenergic yang berlebihan. Selama
infuse dopamine dapat terjadi mual, muntah, takikardia, aritmia, nyeri dada,
nyeri kepala, hipertensi dan peningkatan tekanan diastolic.
DOBUTAMIN
a. Mekanisme Kerja
Struktur senyawa dobutamin mirip dopamin, tetapi dengan
substitusi aromatic yang besar pada gugus amino. Dobutamin merupakan
campuran resemik dari kedua isomer / dan d. Isomer / adalah 1-agonis
yang poten sedangkan isomer d 1-bloker yang poten. Sifat agonis isomer
/ dominan, sehingga terjadi vasokontriksi yang lemah melalui aktivasi
reseptor 1. Isomer d 10 kali lebih poten sebagai agonis reseptor
daripada isomer / dan lebih selektif untuk reseptor 1 daripada 2.
Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang lebih kuat daripada
efek kronotropik dibandingkan isoproterenol. Hal ini disebabkan karena
resistensi perifer yang relative tidak berubah ( akibat vasokontriksi
melalui reseptor 1 diimbangi oleh vasodilatasi melalui reseptor 2 ),
sehingga tidak menimbulkan reflex takikardi, atau karena reseptor 1 di
jantung menambah efek inotropik obat ini. Pada dosis yang menimbulkan
-
efek inotropik yang sebanding, efek dobutamin dalam meningkatkan
automatisitas nodus SA kurang dibanding isoproterenol, tetapi
peningkatan konduksi AV dan intraventrikular oleh ke-2 obat ini
sebanding. Dengan demikian, infuse dobutamin akan meningkatkan
kontraktilitas jantung dan curah jantung, hanya sedikit meningkatkan
denyut jantung, sedangkan resistensi perifer relative tidak berubah.
Farmakokinetik
Norepinefrin, isoproterenol dopamine dan dobutamin sebagai
katekolamin tidak efektif pada pemberian oral. NE tidak diabsorpsi
dengan baik pada pemberian SK. Isoproterenol diabsorpsi dengan baik
pada pemberian parenteral atau sebagai aerosol atau sublingual sehingga
tidak dianjurkan. Obat ini merupakan substrat yang baik untuk COMT
tetapi bukan substrat yang baik unuk MAO, sehingga kerjanya sedikit
lebih panjang daripada epinefrin. Isoproterenol diambil oleh ujung saraf
adrenergic tetapi tidak sebaik epinefrin dan NE. Nonkatekolamin yang
digunakan dalam klinik pada umumnya efektif pada pemberian oral dan
kerjanya lama, karena obat obat ini resisten terhadap COMT dan MAO
yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati sehingga efektif per oral.
b. Indikasi
Pengobatan pada jantung
c. Kontraindikasi
Pasien dengan fibrilasi atrium sebaiknya dihindarkan karena obat
ini mempercepat konduksi AV.
d. Efek samping
Tekanan darah dan denyut jantung dapat sangat meningkat selama
pemberian dobutamin.