jurnal kp yusron

Upload: hanjaniahmad

Post on 09-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

coba

TRANSCRIPT

  • PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN METROPOLITAN

    TOWER

    Masalah Khusus: Analisis Perhitungan Tulangan Pelat Lantai 3 As B-C/6-7

    THE OFFICE BUILDING CONSTRUCTION OF METROPOLITAN TOWER

    Special Problem: Calculation Analize Steel Slab In The Third Floor As B-C/6-7

    Yusron Dwi Mangestika Wicakso Sugianto

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma

    Jln. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424

    Telp : (021) 78881112

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Proyek pembangunan gedung perkantoran Metropolitan Tower berlokasi di Jl. RA Kartini

    No 27 Cilandak, Jakarta Selatan ini berada di lahan yang memiliki luas tanah 14.857,06

    m2 dan luas bangunan 71.748 m2 memiliki total 22 lantai dan 3 lantai basement dengan

    nilai kontrak sebesar Rp.130.000.000.000 (belum termasuk PPN). Gedung perkantoran ini

    telah mulai dibangun sejak September 2012 dan akan selesai pada April 2014, dimana PT.

    Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi sebagai kontraktor utamanya. Pada proyek ini terdapat

    banyak pekerjaan yang menggunakan beton bertulang dimulai dari pondasi raft hingga

    struktur atas. Dimulai dari lantai 2 hingga lantai atas digunakan sebagai area perkantoran,

    termasuk pada lantai 3. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui jarak tulangan

    pada pelat lantai 3 yang merupakan struktur beton bertulang dengan menggunakan mutu

    beton 33,2 Mpa dan mutu baja 400 Mpa. Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil yang

    sama dengan keadaan di lapangan pada segmen 1 dan kantilever, yaitu tulangan diameter

    10 jarak 175 untuk tulangan tumpuan dan tulangan diameter 10 jarak 350 untuk tulangan

    lapangan. Namun berdasarkan perhitungan didapatkan hasil yang berbeda dengan keadaan

    di lapangan pada segmen 2 dan 3, dari hitungan didapatkan kebutuhan tulangan tumpuan

    dengan diameter 10 mm jarak 300 mm dan tulangan lapangan dengan diameter 10 mm

    jarak 350 mm. Berdasarkan data hasil, penulis mengasumsikan hal ini dikarenakan adanya

    perbedaan dalam pembebanan dan metode perhitungannya, selain itu pihak kontraktor ingin

    mendesain struktur yang cenderung lebih aman.

    Kata Kunci : Metropolitan Tower, Pelat Lantai, Beton Bertulang, Jarak Besi

  • ABSTRACT

    The construction project of Metropolitan Tower office building is located at Jl. RA Kartini

    No 27 Cilandak, South Jakarta was built on an area of 14.857,06 m2 and 71.748 m2

    building area. Totally it has 22 floors and 3 basement floors with Rp.130.000.000.000

    (excluding VAT). contract value. The office building has been started to built since

    September 2012 and will end on April 2014, which PT. Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi

    as the main contractor. In this project theres many work that use reinforced concrete started by raft foundation until the upper structure. Start from the second floor until the

    upper floor used to office area, include the third floor. The purpose of the analyze is to

    know the steel spacing in slab reinforced concrete in the third floor which use 400 Mpa

    quality concrete and 33,2 Mpa quality of steel reinforced concrete structure. Based on the

    calculation result, the 1 slab structure segment need 10 mm diameter and 175 mm spacing

    for the edge the field reinforced steel and 10 mm diameter and 350 mm spacing for the

    field reinforced steel, its similar with the reinforced steel in the construction area. But, based on the 2 and 3 segment calculation have a different result with the construction area,

    it need 10 mm diameter and 300 mm spacing for the edge reinforced steel and 10 mm

    diameter and 350 mm spacing for the field reinforced steel. Its used Based on the data result, the writer assume it caused the difference of the weight and the calculating methode

    and also the contractor want to design the structure more safely.

    Keywords : Metropolitan Tower, Slab, Reinforced Concrete, Steel Spacing

    PENDAHULUAN

    Bangku perkuliahan merupakan jenjang akhir dari tahapan pendidikan yang

    nantinya akan dilanjutkan dengan dunia kerja. Banyaknya lulusan sebidang tiap tahunnya

    menuntut persaingan antar sumber daya manusia untuk terus lebih meningkatkan

    kuaitasnya lagi. Pendidikan selama bangku perkuliahan secara teori pun dirasa belum

    cukup. Pengalaman kerja praktek di lapangan dapat menjadi salah satu penunjang

    kematangan ilmu yang dimiliki mahasiswa teknik sipil dalam memahami keadaan dunia

    kerja secara nyata sebelum nantinya terjun langsung ke dalam dunia kerja yang

    sesungguhnya. Oleh karena itu, mahasiswa harus mampu menguasai bukan hanya dalam

    hal teori dari perkuliahan, namun juga menguasai praktek di lapangan untuk meningkatkan

    kualitas di bidang teknik sipil.

    Tujuan dari rangkaian pelaksanaan kerja praktek di proyek pembangunan

    Metropolitan Tower adalah sebagai berikut :

    1. Menambah pengalaman visual mengenai bentuk kegiatan fisik pembangunan pada suatu proyek pekerjaan di bidang teknik sipil.

    2. Mengetahui struktur organisasi proyek beserta pembagian tugas (job description) dan manajemen pelaksanaan yang terdapat dalam sebuah proyek.

    3. Mengetahui cara kerja dan fungsi dari alat-alat yang digunakan di lokasi proyek. 4. Mengamati, mengetahui dan mempelajari proses pelaksanaan suatu proyek

    konstruksi di lapangan secara langsung.

    5. Mengetahui metode pelaksanaan dan perhitungan penulangan pelat lantai khususnya pada lantai 3 as B-C/6-7.

  • PEMBAHASAN

    1. Uraian Umum Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban melalui aksi

    lentur ke masing-masing tumpuan. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu

    pada kolom bangunan. Struktur pelat lantai ini menyalurkan semua jenis beban yang

    diantisipasi ke tanah. Tingkat ketebalan pelat ditentukan oleh besarnya lendutan yang

    diinginkan dan lebar batang atau jarak antara balok-balok pendukung.

    Adapun tujuan diambilnya pembahasan masalah khusus tentang metode

    pelaksanaan dan perhitungan penulangan pelat lantai 3, yaitu :

    a. Mengetahui metode pelaksanaan pelat lantai di lapangan. b. Mengetahui metode perhitungan penulangan pelat lantai. c. Membandingkan jarak antar tulangan hasil perhitungan dengan yang ada di

    lapangan.

    2. Landasan Teori

    Gambar 5.1 Flowchart Perhitungan Pelat Lantai

  • Perencanaan penulangan merupakan tahap yang penting bagi sebuah proyek gedung

    yang menggunakan beton bertulang, begitu pula dengan perencanaan penulangan pelat

    lantai. Hal ini dikarenakan beton lemah akan gaya tarik sehingga diperlukan tulangan yang

    berfungsi sebagai penahan gaya tarik guna membantu kerja dari beton. Pelat merupakan

    struktur kaku dari material monolit yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja

    tergantung sistem strukturnya. Apabila pada struktur pelat perbandingan bentang panjang

    terhadap lebar kurang dari 2, maka akan penulangan pelat dilakukan dengan sistem dua

    arah. Apabila perbandingan bentang panjang dan bentang pendek lebih dari 2, balok yang

    lebih panjang akan memikul beban yang lebih besar dari balok yang pendek, maka

    dilakukan penulangan sistem satu arah. Pada sampel perhitungan yang dilakukan, bentang

    panjang dibanding bentang lebarnya lebih dari 2, maka hanya akan dilakukan penulangan

    sistem 1 arah.

    Gambar 5.2 Pelat Lantai

    Sumber : PT. Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi, 2013

    Pembebanan

    Pada proyek pembangunan gedung perkantoran Metropolitan Tower struktur pelat

    lantai terletak di dalam gedung, sehingga terlindung dari pengaruh beban angin.

    Berdasarkan kombinasi pembebanan menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

    rumah dan gedung tahun 1983 pasal 1.0 definisi beban pada struktur sebagai berikut :

    1. Beban mati adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat tetap termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan

    tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung tersebut.

    2. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang

    yang dapat berpindah-pindah serta peralatan yang tidak merupakan bagian tak

    terpisahkan dari gedung tersebut.

  • Kekuatan Struktur

    Kekuatan struktur yang direncanakan harus lebih besar dari kekuatan yang

    diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja, sedangkan perencanaan konstruksi

    harus direncanakan sedemikian rupa sehingga kekuatannya lebih besar dari kekuatan yang

    diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja, atau lebih dikenal dengan istilah

    kekuatan rencana > kekuatan perlu.

    Kekuatan Perlu

    Berdasarkan SNI 03-2847-2002, kuat perlu diperhitungkan dengan maksud agar

    struktur memenuhi syarat kekakuan dan layak pakai pada macam-macam kombinasi

    pembebanan. Maka untuk beban tetap kuat perlu U sama dengan beban mati D dan beban

    hidup L paling tidak harus sama dengan:

    U = 1,2 D + 1,6 L

    Kekuatan Rencana

    Menentukan kekuatan rencana suatu struktur, maka kuat minimum harus direduksi.

    Kekuatan yang ditentukan dalam SNI 03-2874-2002 untuk = 0,80

    Perhitungan Tulangan Pelat

    Langkah langkah perncanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut :

    1. Mengumpulkan data yang diperlukan seperti panjang bentang, mutu beton, mutu baja tulangan, selimut beton.

    2. Menentukan tebal pelat Nilai tebal pelat dalam laporan ini telah ditetapkan sebesar 12 cm.

    3. Menghitung beban-beban yang bekerja pada pelat, berdasarkan PPIUG 1983 berupa beban hidup (LL) dan beban mati (DL).

    4. Menghitung momen dengan menggunakan bantuan aplikasi SAP 2000 version 14. 5. Mencari tulangan pelat

    a. Menentukan tinggi efektif dx = tebal pelat selimut beton - 0,5D (5.1)

    b. Membagi Mu dengan b x d2

    2dxb

    Mu

    (5.2)

    Dimana :

    B = lebar pelat per meter panjang

    Dx = tinggi efektif

    Mu = momen

    c. Mencari dan memeriksa rasio penulangan ( min < ada < maks )

    berdasarkan SNI 03 2847 2002 dengan persamaan :

    min = fy

    1,4 (5.3)

    Dimana :

    = rasio tulangan

  • fy = mutu baja

    )f600(f

    600f0,85

    yy

    c 1balance

    (5.4)

    Dimana :

    1 = Faktor reduksi

    fc = Mutu beton

    maks = 0,75 x balance (5.5)

    Rn = 2db

    M

    (5.6)

    m = cf

    fy

    '85,0 (5.7)

    perlu =

    fy

    Rnm211

    m

    1 (5.8)

    d. Mencari luas tulangan yang dibutuhkan

    As = x b x dx (5.9)

    Dimana :

    As = Luasan tulangan

    e. Mencari jumlah tulangan

    n = perlu As

    As (5.10)

    Dimana :

    n = Jumlah tulangan

    3. Metode Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Karena tebal pelat dan diameter tulangan yang dipakai telah menjadi variabel tetap,

    maka perhitungan dimulai dari tahapan menghitung beban-beban dan selesai pada tahapan

    memilih tulangan. Hasil dari perhitungan tulangan yang didapat berdasar data proyek

    kemudian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan rencana serta dibandingkan dengan

    gambar rencana penulangan pelat lantai 3 khususnya pada as B-C/6-7 yang ada di lapangan.

    Data Perhitungan Pelat

    Data-data yang diperlukan dalam perhitungan penulangan pelat lantai 3 as B-C/6-7

    pada proyek pembangunan gedung perkantoran Metropolitan Tower sebelum dilakukan

    perhitungan adalah sebagai berikut :

    a. Mutu material : Baja tulangan utama (fy)

    >10 = 400 Mpa Beton (fc) = 33,20 Mpa

    b. Tebal pelat : 12 cm = 120 mm c. Selimut beton : 30 mm d. Diameter tulangan : 10 mm

  • Gambar 5.17 Denah Balok dan Pelat Lantai 3 Sumber : PT. Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi, 2013

    Gambar 5.18 Denah As Segmen Pelat Lantai

    Keterangan :

    a. Pelat Segmen 1 Lx = 2667 mm dan Ly = 10000 mm Dikelilingi oleh kolom 1200 x 1200 mm, balok 500 x 1050 mm, dan balok 700 x

    1050 mm.

    b. Pelat Segmen 2 Lx = 2667 mm dan Ly = 10000 mm Dikelilingi oleh balok 700 x 1050 mm dan 500 x 1050 mm.

  • c. Pelat Segmen 3 Lx = 3257 mm dan Ly = 10000 mm Dikelilingi oleh kolom KL 1100 x 1100 mm, balok 700 x 1050 mm dan 500 x 1050

    mm.

    d. Pelat Kantilever Lx = 1770 mm dan Ly = 10000 mm Dikelilingi oleh kolom 1200 x 1200 mm dan balok 700 x 1050 mm.

    4. Perhitungan Tulangan Pelat Segmen 3 Diambil sampel perhitungan di segmen 3 karena segmen 3 memiliki bentang x yang

    paling lebar dibanding segmen 1 dan 2, yaitu selebar 3257 mm sedangkan bentang

    dari pelat 1 dan 2 selebar 2667 mm.

    a. Sistem Penulangan Pelat Pelat lantai yang akan ditinjau dalam perhitungan penulangan pelat lantai 3 as B-

    C/6-7 ini berukuran 10000 mm x 3257 mm.

    Perbandingan Lx dan L

    lx =

    2

    500

    2

    11003257 2457 mm

    ly = 89002

    1100

    2

    110010000

    mm

    26233,32457

    890

    lx

    ly (maka dipakai penulangan 1 arah)

    b. Tebal Pelat Tebal pelat lantai 3 as B-C/6-7 pada proyek pembangunan gedung perkantoran

    Metropolitan Tower yang dijadikan sampel ini adalah 12 cm.

    c. Beban yang Bekerja Pada Pelat Lantai Beban yang bekerja pada pelat lantai 3 proyek pembangunan gedung perkantoran

    Metropolitan Tower berfungsi sebagai area perkantoran, yang berupa beban mati

    dan beban hidup. Pedoman yang digunakan yaitu PPIUG 1983 (Peraturan

    Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983).

    Beban mati (DL)

    Berat sendiri (tebal = 12 cm) = 0,12 x 1 x 2400 = 288 kg/m

    Berat penggantung langit-langit = 7 x 1 = 7 kg/m

    Berat plafond = 11 x 1 = 11 kg/m

    Berat Mechanical Electrical = 40 x 1 = 40 kg/m

    Lx = 3257 mm

    Ly = 10000 mm

  • Tegel (tebal = 3 cm) = 0,03 x 1 x 2400 = 72 kg/m

    Spesi (tebal = 1 cm) = 0,01 x 1 x 2100 = 21 kg/m

    TOTAL = 439 kg/m

    Beban hidup (LL)

    Beban hidup untuk gedung perkantoran = 250 x 1 = 250 kg/m

    Kombinasi pembebanan Menurut SNI 03 2847 2002 butir 11.2(1) kuat perlu (U) adalah U = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (439) + 1,6 (250) =926,8 kg/m.

    d. Perhitungan Momen Digunakan aplikasi SAP2000 v14 untuk mendapatkan momen lapangan dan

    tumpuan. Dengan batasan pelat lantai diasumsikan sebagai bentang beam dengan

    perletakan seperti pada gambar 5.19 dan gambar 5.20.

    Gambar 5.19 Input Pembebanan

    Sumber: SAP2000 v14, 2013

    Gambar 5.20 Output Momen

    Sumber: SAP2000 v14, 2013

    Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Momen

    Bagian Momen (kgm) Momen (Nmm)

    Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan

    Kantilever 0 1467,84 0 14678400

    segmen 1 46,43 1467,84 464300 14678400

    segmen 2 306,76 745,47 3067600 7454700

    Segmen 3 419,62 866,99 4196200 8669900

  • e. Menghitung Rasio Tulangan ( )

    1. Rasio tulangan minimum

    min ( Menurut SNI 03 2847 2002 butir 12.3(3))

    min = fy

    1,4

    = 400

    1,4

    = 0,0035

    2. Rasio tulangan seimbang (balance)

    balance (Menurut SNI 03 2847 2002 butir 10.4(3))

    Berdasarkan SNI 03 2847 2002 butir 12.2(7(3)) faktor 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan fc lebih kecil daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30 Mpa, 1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7 Mpa diatas 30 Mpa, tetapi

    1 tidak boleh diambil kurang dari 0,65. Jadi, untuk fc 33,20 Mpa diambil 1 = 0,85 0,05 yaitu 1 = 0,80

    033,0

    )400600(400

    6002,330,800,85

    )f600(f

    600f0,85

    yy

    c 1

    balance

    3. Rasio tulangan maksimum

    maks (Menurut SNI 03 2847 2002 butir 12.3(3))

    maks = 0,75 x balance

    = 0,75 x 0,033 = 0,025

    Jadi, min = 0,0035 , 033,0balance dan maks = 0,025

    f. Perhitungan Penulangan Perhitungan penulangan merupakan tahapan akhir setelah penentuan tebal pelat

    lantai, perhitungan syarat batas, kombinasi pembebanan dan momen untuk

    mendapatkan hasil akhir jarak antar tulangan. Dengan begitu dapat dibandingkan

    hasil hitungan dengan praktik dalam lapangan.

    Tulangan Lapangan

    dx = tebal pelat selimut beton - 0,5D = 120 30 (0,5 x 10) = 85 mm

    Gambar 5.21 Tebal Efektif

  • Mu = 4196200 Nmm

    Mn =

    Mu=

    0,8

    4196200= 5245250 Nmm

    b = 1000 mm

    Rn = 2db

    Mn

    =

    2851000

    5245250

    = 0,725

    m = cf

    fy

    '85,0 =

    2,3385,0

    400

    = 14,17

    Rasio penulangan perlu

    perlu =

    fy

    Rnm211

    m

    1

    =

    400

    725,014,17211

    14,17

    1

    = 0,0018

    perlu = 0,0018 < min = 0,0035, maka dipakai min = 0,0035

    Luas tulangan perlu

    As perlu = min x b x d = 0,0035 x 1000 x 85

    = 297,5 mm2

    As 10 = 0,25 x 3,14 x 102 = 78,5 mm2

    ntulangan = 10dAs

    Asperlu=

    78,5

    297,5= 3,78 buah

    Maka diambil tulangan sebanyak 4 buah tulangan per 1 meter.

    jarak = 1-n

    1000=

    1-4

    1000= 358,45 mm

    Maka diambil spasi antar tulangan 350 mm per 1 meter.

    Pengecekan

    As = As10 n = 78,5 x 4 = 314 mm2

    As perlu = 297,5 mm2

    As = 314 mm2 > As perlu = 297,5 mm

    2 OK

    ada = db

    As

    =851000

    314

    = 0,0036

    min = 0,0035 < ada = 0,0036 < maks = 0,025 OK Kontrol spasi maksimum

    Jarak maks = 3 x t

    = 3 x 120 = 360 mm

  • Spasi = 350 mm < spasi maks = 360 mm

    Menurut SNI 03 2847 2002 butir 9.6(5), pada dinding dan pelat lantai yang bukan berupa konstruksi pelat rusuk, tulangan lentur utama harus berjarak tidak

    lebih dari tiga kali tebal dinding atau pelat lantai, ataupun 500 mm. Maka dipakai

    tulangan D10 350 pada pelat lantai 3 untuk penulangan lapangan.

    Tulangan Tumpuan

    dx = tebal pelat selimut beton - 0,5D = 120 30 (0,5 x 10) = 85 mm

    Mu = 8669900 Nmm

    Mn =

    Mu=

    0,8

    8669900= 10837375 Nmm

    b = 1000 mm

    Rn = 2db

    Mn

    =

    2851000

    10837375

    = 1,49

    m = cf

    fy

    '85,0 = 2,3385,0

    400

    = 14,17 Rasio penulangan perlu

    perlu =

    fy

    Rnm211

    m

    1

    =

    400

    49,114,17211

    14,17

    1

    = 0,0038

    perlu = 0,0038 > min = 0,0035, maka dipakai min = 0,0038

    Luas tulangan perlu

    As perlu = min x b x d = 0,0038 x 1000 x 85

    = 327,70 mm2

    As 10 = 0,25 x 3,14 x 102 = 78,5 mm2

    ntulangan = 13dAs

    Asperlu=

    78,5

    327,70= 4,17 buah

    Maka diambil tulangan sebanyak 5 buah tulangan per 1 meter.

    jarak = 1-n

    1000=

    1-5

    1000= 315,01 mm

    Maka diambil spasi antar tulangan 300 mm per 1 meter.

    Pengecekan

    As = As10 n

  • = 78,5 x 5 = 392,50 mm2

    As perlu = 327,70 mm2

    As = 392,50 mm2 > As perlu = 327,70 mm

    2 OK

    ada = db

    As

    =851000

    392,50

    = 0,0046

    min = 0,0035 < ada = 0,0046 < maks = 0,025 OK Kontrol spasi maksimum

    Jarak maks = 3 x t

    = 3 x 120 = 360 mm

    Spasi = 300 mm < spasi maks = 360 mm

    Menurut SNI 03 2847 2002 butir 9.6(5), pada dinding dan pelat lantai yang bukan berupa konstruksi pelat rusuk, tulangan lentur utama harus berjarak tidak

    lebih dari tiga kali tebal dinding atau pelat lantai, ataupun 500 mm. Maka dipakai

    tulangan D10 300 pada pelat lantai 3 untuk penulangan tumpuan.

    Tulangan Pembagi Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi

    untuk antisipasi adanya tegangan suhu dan susut.

    Koefisien susut untuk tulangan fy 400 = 0,0018 (SNI 03 2847 2002 9.12(1)) As = 0,0018 . b . h

    = 0,0018 . 1000 . 120 = 216 mm2

    Dipakai tulangan D10

    Jarak = As

    b.D . . 0,25 2

    =216

    1000.13 . 3,14 . 0,25 2

    = 363,43 = 350 mm

    Syarat jarak tulangan pembagi tidak boleh melebihi 5x tebal pelat, dan smaks adalah

    450 mm (SNI 03 2847 2002 9.12(2)) Smaks = 5 . t

    = 5 . 150 = 750 mm

    Sterpasang = 400 mm < Smaks = 750 mm

    Jadi digunakan tulangan D10 350

    5. Hasil Perhitungan Berdasarkan perhitungan pada segmen 2 dan 3 didapatkan tulangan tumpuan yaitu

    D10-300 serta tulangan lapangan dan tulangan pembagi yaitu D10-350. Berdasarkan

    perhitungan pada segmen 1 dan kantilever didapatkan hasil penulangan yaitu tulangan

    tumpuan D10-175, tulangan lapangan D10-350 dan tulangan pembagi D10-300, sedangkan

    tulangan yang berada di lapangan menggunakan tulangan tumpuan dengan D10-175,

  • tulangan lapangan dengan D10-350 dan tulangan pembagi dengan D8-300. Terdapat

    perbedaan antara penulangan hasil perhitungan dengan tulangan di lapangan, hal ini

    diasumsikan karena adanya perbedaan dalam pembebanan pelat sehingga didapatkan hasil

    penulangan yang berbeda.

    Tabel 5.2 Hasil Perhitungan

    Tabel 5.3 Tulangan di Lapangan

    Bagian Tulangan Terpasang

    Tulangan Tumpuan D10 - 175

    Tulangan Lapangan D10 - 350

    Tulangan Pembagi D8 - 300

    Bagian Tulangan Momen

    (Nmm) perlu

    As

    perlu

    (mm2)

    As tul

    (mm2) n

    s

    (mm)

    Tulangan

    Terpasang

    segmen 1

    Tumpuan 14678400 0,006663 566,40 78,50 7,22 175,90 D10-175

    Lapangan 464300 0,000201 297,50 78,50 3,79 358,45 D10-350

    Tulangan Pembagi 363,43 D10-350

    segmen 2

    Tumpuan 7454700 0,003302 280,64 78,50 3,57 315,01 D10-300

    Lapangan 3067600 0,001340 297,50 78,50 3,79 358,45 D10-350

    Tulangan Pembagi 363,43 D10-350

    Segmen 3

    Tumpuan 8669900 0,003855 327,70 78,50 4,17 315,01 D10-300

    Lapangan 4196200 0,001839 297,50 78,50 3,79 358,45 D10-350

    Tulangan Pembagi 363,43 D10-350

    Segmen

    Kantilever

    Pokok 14678400 0,006663 566,40 78,50 7,22 175,90 D10-175

    Tulangan Pembagi 363,43 D10-350

  • Gambar 5.22 Denah Penulangan Pelat Lantai

    KESIMPULAN

    Setelah mengikuti Kerja Praktek pada proyek pembangunan gedung perkantoran

    Metropolitan Tower banyak sekali didapatkan pengalaman baru. Berdasarkan hasil

    pengamatan langsung selama kerja praktek dan penyusunan laporan, dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1. Proyek pembangunan gedung perkantoran Metropolitan Tower memiliki beragam pelaksanaan pekerjaan, dimulai dari pekerjaan persiapan, struktur bawah, struktur

    atas hingga penyelesaian.

    2. Struktur organisasi pada proyek Metropolitan Tower memiliki kesamaan dengan struktur organisasi proyek pada umumnya dan begitu pula manajemen

    pelaksanaanya di lapangan. Seperti laporan harian dan laporan mingguan untuk

    manajemen pelaksanaan proyeknya.

    3. Cara kerja dan fungsi dari alat-alat yang ada pada lokasi proyek sangat beragam. Pada umunya alat-alat tersebut akan saling berhubungan. Seperti bucket

  • memerlukan tower crane untuk membantunya berpindah dari tempat satu ke tempat

    yang lain.

    4. Pada suatu proyek konstruksi diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak, agar semua proses pelaksanaan pada proyek tersebut berjalan sesuai dengan

    rencana. Karena pada proyek konstruksi memiliki banyak pelaksanaan pekerjaan,

    dimana prosesnya saling berhubungan.

    5. Metode pelaksanaan dan perhitungan pelat lantai 3 as B-C/6-7 pada proyek pembangunan gedung perkantoran Metropolitan Tower memiliki beberapa poin

    penting, diantaranya sebagai berikut :

    a. Metode pelaksanaan pelat lantai dimulai dengan proses marking, pemasangan perancah, pemasangan bekisting, pembesian, check list dari quality control,

    pengecoran, pembongkaran bekisting, dan diakhiri dengan proses curing.

    b. Berdasarkan perhitungan pada segmen 2 dan 3 didapatkan tulangan tumpuan yaitu D10-300 serta tulangan lapangan dan tulangan pembagi yaitu D10-350.

    Berdasarkan perhitungan pada segmen 1 dan kantilever didapatkan hasil

    penulangan yaitu tulangan tumpuan D10-175, tulangan lapangan D10-350 dan

    tulangan pembagi D10-300, sedangkan tulangan yang berada di lapangan

    menggunakan tulangan tumpuan dengan D10-175, tulangan lapangan dengan

    D10-350 dan tulangan pembagi dengan D8-300. Terdapat perbedaan antara

    penulangan hasil perhitungan penulis dengan tulangan di lapangan, penulis

    mengasumsikan hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam pembebanan

    pelat dan metode perhitungannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu, Yogyakarta.

    Badan Standar Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

    Gedung. SNI 03 2847 2002 Departemen Pekerjaan Umum. 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung :

    Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan

    Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung.

    Bandung : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.

    Nareswara, Kresna. 4 Desember 2013. Perencanaan Struktur Beton (Pelat Lantai

    Part.1)Part.2. http://www.Newkidjoy.blogspot.com/Perencanaan-Struktur-Beton-

    (Pelat-Lantai-Part.-1)-Part.2

    Nareswara, Kresna. 4 Desember 2013. Contoh Perencanaan Pelat Satu Arah (Lanjutan

    Perencanaan Struktur Beton Part 2). http://www.Newkidjoy.blogspot.com/Contoh-

    Perencanaan-Pelat-Satu-Arah-(Lanjutan-Perencanaan-Struktur-Beton-Part-2)

    Yasin, Nurina. 2013. Perancah Bingkai/Frame Scaffold pada Konstruksi Gedung.

    Universitas Gunadarma, Depok.