jurnal kesehatan
DESCRIPTION
jurnal diare pada balitaTRANSCRIPT
![Page 1: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/1.jpg)
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Denny Hardiyansyah S
Penyakit diare merupakan penyakit yang sering menyerang bayi dan balita. Balita dan anak
dikatakan diare bila frekuensi bab lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi cair (Hasan, 2007).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung jumlah penderita diare Tahun 2013 di
Provinsi Lampung sebanyak 19. 828 orang dan masuk ke sepuluh besar penyakit di Provinsi.
Hasil laporan di Kota Bandar Lampung, kejadian diare tertinggi pada bulan Oktober - Desember
2013 diduduki oleh Puskesmas Rawat Inap Kemiling yaitu sebanyak 297 orang. Adapun
penyebab – penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi,
kebiasaan atau perilaku dan sanitasi lingkungan (Amirudin, 2007) .Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu balita penderita diare berjumlah 46. Teknik sampling yang digunakan ini adalah Accidental
Sampling, Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner. Analisa data
yang digunakan adalah prosentasi.
Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare dalam faktor
gizi balita didapatkan 35 balita (76 %) mempunyai status gizi baik, sedangkan 11 balita (24 %)
berstatus gizi buruk. Berdasarkan faktor lingkungan tempat tinggal, Sumber air yaitu sehat 35
responden (76%) dan tidak sehat 11 responden (24%), dilihat dari pengelolaan sampah yaitu
sehat 18 responden (39%) dan tidak sehat 28 responden (61%), dilihat dari pembuangan kotoran
yaitu sehat 46 respoden (100%), dilihat dari lingkungan yaitu sehat 31 responden (67,4%) dan
tidak sehat 15 responden (67,4%). Dari faktor perilaku didapatkan 37 responden (80,5%) dari
total responden berperilaku kesehatan kurang baik, sedangkan yang berperilaku kesehatan baik
sebanyak 9 responden (19,5%). Dari hasil penelitian disarankan pihak puskesmas dapat
memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga terutama orangtua tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare sehingga dapat mengaplikasikan kedalam kehidupan
sehari-hari.
A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah
satu penyakit yang sering mengenai bayi
dan balita. Seorang bayi baru lahir
umumnya akan buang air besar sampai
lebih dari sepuluh kali sehari, dan bayi
yang lebih besar akan mempunyai waktu
buang air masing-masing, ada yang sehari
2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali
seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar lebih dari empat
kali, sedangkan untuk balita berumur
lebih dari 1 tahun dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
(Hasan,2007).
Penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena kejadiannya sering
dalam bentuk Kejadian Luar Biasa
(KLB), yang disertai dengan kematian
yang cukup tinggi. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
diare merupakan penyebab utama
kematian pada balita. Beberapa factor
penyebab terjadinya diare adalah oleh
kuman melalui kontaminasi makanan
![Page 2: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/2.jpg)
atau minuman yang tercemar tinja atau
kontak langsung dengan oenderita
(depkes RI, 2007).
Secara proporsional diare lebih
banyak terjadi pada golongan balita
(55%). Adapun kebijakan pemberantasan
penyakit diare dilaksanakan untuk
menurunkan angka kesakitan, angka
kematian dan penanggulangan kejadian
luar biasa (KLB) meningkatkan kerja
sama lintas program dan lintas sektor
terkait serta partisipasi aktif masyarakat
secara luas antara lain organisasi profesi
dan lembaga masyarakat di pusat maupun
daerah (Depkes RI, 2010).
A. DIARE
1. Pengertian Diare
Diare adalah frekuensi buang air besar
yang lebih sering dari biasanya dengan
konsistensi yang lebih encer (Nursalam,
2005).Diare adalah pengeluaran tinja yang
tidak normal dan cair dengan frekuensi yang
lebih banyak dari biasanya, bayi dikatakan
diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air
besar, sedangkan neonates dikatakan diare
bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar
(Sudarti, 2010).
2. Jenis – Jenis Diare
Penyakit diare dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu berdasarkan lamanya diare,
berdasarkan sudut pandang klinis praktis dan
berdasarkan tingkat dehidrasi.
a. Berdasarkan lamanya, diare dibagi
menjadi :
1) Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar yang
lembek / cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (biasanya 3 kali atau
lebih dalam sehari) dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Depkes RI,
2010).Menurut WHO (2009) diare
akut (termasuk kolera), adalah
berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari dengan bahaya
utamanya adalah dehidrasi.
2) Diare Kronik
Diare Kronik adalah buang air besar
yang cair / lembek dengan jumlah
lebih banyak dari normal dan
berlangsung lebih dari 15 hari.Batasan
kronik di Indonesia, dipilih waktu
lebih dari 15 hari agar dokter lebih
waspada, serta dapat lebih cepat
menginvestigasi penyebab diare
dengan tepat.
3) Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang
merupakan kelanjutan dari diare akut
biasanya berlangsung 15 – 30 hari, dan
menurut WHO bahaya utama dari
diare persisten adalah malnutrisi,
infeksi usus dan dehidrasi.
b. Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
Berdasarkan tingkat dehidrasinya, diare
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
(Depkes RI, 2008)
1) Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi adalah buang
air besar dengan konsistensi tinja cair
/ lembek serta frekuensi lebih sering
dari biasanya, dimana tidak cukup
tanda – tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan /
sedang.
2) Diare dengan Dehidrasi Ringan /
Sedang
Diare dengan dehidrasi ringan /
sedang adalah diare yang disertai dua
atau lebih tanda – tanda : gelisah,
rewel / mudah marah, mata cekung,
haus serta sangat lahap apabila
diberikan minum, cubitan perut
kembali lambat.
3) Diare Dengan Dehidrasi Berat
Diare dengan dehidrasi berat adalah
diare yang disertai dua atau lebih
tanda – tanda :letargisatau tidak
sadar, mata cekung, tidak bias minum
![Page 3: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/3.jpg)
atau malas minum, cubitan kulit perut
kembali sangat lambat.
3. Penyebab Diare
Diare disebabkan olehfaktor
infeksi, malasobsi, faktor makanan dan
faktor psikologis. Faktorinfeksi biasanya
disebabkan oleh virus, parasit atau bakteri.
Virus bisamenyebabkan diare pada manusia
yaitu dari golongan bakteri
Aeromonashidropoli, bacillus cereus,
campylobacter jejuni, Clostridum
diffcilClostridum perfriengens, Escria Coli,
Salmonella spp, Shinggella spp,
Staphylokokus auerus, Vibrio cholera,
Vibrio parahaemolitikus dan
Yersiniaenterocoliticia (Depkes, RI 2007).
Golongan virus yang dapat
menyebabkan diare adalah
Adenovirus,Rotavirus, Virus Norwalk,
Astrovirus, Calicivirus, Minirotavirus dan
virusbulat kecil. Sedangkan golongan parasit
terdiri dari Balantidium Coli,Capillaria
phippinensis, faciolopis buski, Sarcocytis
suihominis, Trichuristrichura, Candida spp,
Isospora belli (Depkes, RI 2007)
4. Cara Penularan Penyakit Diare
Golongan virus menyebabkan diare
dengan jarak masuk kedalamteratus
digestivirus bersama makanan dan
berkembang biak didalam usus.Selanjutnya
virus tersebut merusak sel epitel usus
sehingga dapat menyerapair dan makanan
akibatnya terjadi diare asmotic (Achmadi,
2011).
Golongan bakteri menyebabkan diare
dengan cara masuk ke traktusdigesvirus dan
berkembang biak serta mengeluarkan toksin.
Toksin tersebutmerangsang usus sehingga
terjadi peningkatan aktifitas enzim
adenilsiklaseatau guanil siklase. Enzim mini
akan menyebabkan peningkatan
CAMP(cyclicadenosin monophoospate) atau
CGMP (Cyclicademasonmonophoospate)
yang mampu mesekresi klorida, natrium dan
air dari dalamsel ke lumen usus kedalam sel.
Hal ini menyebabkan peningkatan
tekananosmotik sehingga terjadi
hiperperistaltik usus dan mengeluarkan
cairan yangberlebihan didalam kolom
sehingga terjadi diare (Achmadi, 2011).
5. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diare
a. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah
satu penyakit yang berbasis
lingkungan.Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka
dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare.
Kesehatan lingkungan pada
hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula. Ruang lingkup kesehatan
lingkungan tersebut antara lain mencakup
:
1) Perumahan
Rumah sehat adalah rumah sebagai
tempat tinggal yang memenuhi
ketetapan dan ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
rangka melindungi penghuni rumah dari
bahaya atau gangguan kesehatan
sehingga memungkinkan penghuni
memperoleh derajat kesehatan yang
optimal (Adnani, 2011)
Unsur – unsur rumah sehat yang perlu
diperhatikan untuk memenuhi rumah
sehat adalah :
a) Bahan bangunan
Langit langit rumah hendaknya harus
mudah dibersihkan, tidak rawan
kecelakaan, berwarna terang dan
batas tinggi langit – langit dari lantai
minimal 2,75 m. dinding rumah
berfungsi untuk menahan angin dan
debu, dibuat tidak tembus pandang,
bahan dibuat dari batu bata, batako,
![Page 4: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/4.jpg)
bamboo, papan kayu, dinding
dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara.
Lantai rumah hendaknya kedap air,
rata tak licin serta mudah
dibersihkan.Tinggi lantai untuk
rumah bukan panggung sekurang –
kurangnya 10 cm dari pekarangan
dan 25 cm dari badan jalan.
b) Ventilasi
Jendela rumah berfungsi sebagai
lobang angin, jalan udara segar dan
sinar matahari serta sirkulasi. Letak
lobang angin yang baik adalah searah
dengan tiupan angin.Pergantian
udara agar lancer diperlukan
minimum luas lubang ventilasi5 - 20
% dari luas lantai.
c) Cahaya
Cahaya yang cukup dapat diperoleh
apabila luas jendela kaca minimum
20% luas lantai.Kamar tidur
sebaiknya diletakkan di sebelah
timur untuk memberikan kesempatan
masuknya ultraviolet. Jika peletakan
jendela kurang leluasa dapat
dipasang genteng kaca karena semua
jenis cahaya dapat mematikan
kuman, hanya berbeda satu sama lain
tergantung segi lamanya proses
mematikan kuman.
d) Luas bangunan rumah
Luas bangunan yang baik apabila
dapat menyediakan 2,5 – 3 /
orang (tiap anggota keluarga). Luas
lantai kamar tidur diperlukan
minimum 3 per orang untuk
mencegah penularan penyakit.Jarak
antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lain minimum 90 cm.
2) Pembuangan kotoran manusia (tinja)
kotoran manusia adalah semua benda
atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam
tibuh. Beberapa zat – zat tersebut adalah
: tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2
sebagai hasil dari proses pernapasan.
Tempat pembuangannya disebut dengan
latrine (jamban atau kakus).
Macam kakus :
a) kakus cubluk : tempat
penampungan tinjanya dibangun
dekat dibawah tempat injakan dan
atau di bawah bangunan kakus.
b) Kakus empang : dibangun di atas
empang, sungai atau rawa
c) Kakus kimia : dibangun pada
tempat – tempat rekreasi, alat
transportasi dll
d) Kakus dengan “angsa trine”
(kloset).
Jarak 10 meter antara sumur dan tangki
septic merupakan jarak ideal.Hal ini
disebabkan dari bakteri E-coli patogen
(bersifat anaerob) yang biasanya
mempunyai usia harapan hidup selama
tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air
dalam tanah berkisar 3 meter per hari
(rata-rata kecepatan aliran air dalam
tanah di pulau jawa 3 meter/hari),
sehingga jarak ideal antara tangki septic
dengan sumur sejauh 3 meter per hari x
3 hari = 9 meter. Dari hasil perhitungan,
jarak tempuh bakteri selama 3 hari
hanya 9 meter. Adapun angka 10 meter
setelah ditambah satu meter sebagai
jarak pengaman. 3) penyediaan air bersih
masalah kesehatan lingkungan air bersih
perlu diperhatikan dengan baik karena
menyangkut sumber air minum yang
dikonsumsi sehari – hari. Apabila
sumber air minum yang dikonsumsi
keluarga tidak sehat, maka seluruh
anggota keluarga akan menghadapi
masalah kesehatan atau penyakit
misalnya diare. Beberapa syarat air
minum yang sehat untuk dikonsumsi
adalah :
![Page 5: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/5.jpg)
a) syarat fisik : bening (tidak
berwarna, tidak berasa, suhu di
bawah suhu udara di luarnya)
b) syarat bakteriologis : apabila dalam
100 cc air terdapat kurang dari 4
buah bakteri E. Coli.
c) Syarat kimia : mengandung zat –
zat tertentu dalam jumlah tertentu
pula, yaitu : Fluor (F), Chlor (Cl),
Arsen ( As), tembaga (Cu), Besi
(Fe), zat organic, PH (keasaman)
Sumber – sumber air minum didapat
dari berbagai sumber seperti : air hujan,
air sungai dan danau, mata air, air
sumur dangkal dan air sumur dalam.
4) pembuangan sampah
sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak terpakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang,
yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun
kotoran manusia (human waste) dan air
limbah atau air bekas (sewage) tidak
tergolong sampah. Sampah juga
diartikan sebagai sisa kegiatan sehari –
hari manusia dan proses alam yang
berbentuk padat (Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008).
Sampah erat kaitannya dengan
kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut dapat terjadi
penyebaran penyakit yang dibawa oleh
vector.Pengimpulan, pengangkutan,
sampai pemusnahan atau pengolahan
yang baik sangat diperlukan agar
sampah tidak mengganggu kesehatan
masyarakat dan kesehatan masyarakat
dan kesehatan lingkungan. Pengolahan
sampah diantaranya :
a. Pengumpulan dan Pengangkutan
Sampah
Sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah di daerah
perkotaan sudah baik, karena
merupakan tanggung jawab
pemerintah didukung oleh
partisipasi masyarakat. Petugas
kebersihan yang mengangkut
sampah sudah ada, oleh petugas
sampah akan dibawa ke tempat
penampungan sementara (TPS),
kemudian dibawa ketempat
penampungan akhir (TPA). Di
daerah pedesaan, sampah akan
diolah sendiri oleh keluarga,
biasanya dijadikan pupuk atau
makanan ternak, tetapi kadang –
kadang keluarga di pedesaan
membuang sampah di pinggir kali,
kebun atau pekarangan belakang
rumah.
b. Pemusnahan dan Pengolahan
Sampah
Pemusnahan dan pengolahan
sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, diantaranya adalah
dengan ditanam (landfill) atau
ditimbun di dalam tanah, dibakar
(inceneration) di dalam tungku
pembakaran, dan dijadikan pupuk
(composting) khususnya untuk
sampah daun, sisa makanan dan
sampah yang dapat membusuk
lainnya.
5) pembuangan air kotor (air limbah)
air limbah adalah sisa air yang dibuang
berasal dari buangan rumah tangga,
industry, maupun tempat – tempat
umum lainnya dan pada umumnya
mengandung bahan – bahan atau zat –
zat yang sangat membahayakan
kesehatan manusia dan mengganggu
lingkungan hidup.
b. Faktor Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutrisi dalam bentuk variabel
tertentu.Diare menyebabkan gizi kurang
dan memperberat diarenya.Oleh karena
itu, pengobatan dengan makanan yang
![Page 6: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/6.jpg)
baik merupkan komponen utama
penyembuhan diare.Balita yang gizinya
kurang sebagian besar meninggal karena
diare.Hal ini disebabkan karena dehidrasi
dan malnutrisi (Supariasa, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan
balita akan baik jika balita mempunyai
status kesehatan yang baik, status gizi
yang baik, lingkungan yang baik sehat
dan keluarga yang baik dalam
mengasuhnya (Depkes, RI 2008)
Pencerminan keberhasilan program
gizi di masyarakat dapat dilihat dari
status gizi, dan penilaiannya sering
dilakukan pada balita.Kurang gizi
merupakan penyakit yang tidak menular
yang terjadi pada sekelompok
masyarakat.Masalah kurang gizi
merupakan masalah kesehatan yang
kompleks (Indrawani, 2007). Beratnya
penyakit, lama dan resiko kematian
karena diare akan meningkat pada balita
yang mengalami kurang gizi terutama
gizi buruk (Depkes, RI 2007). Faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian diare
pada balita salah satunya adalah keadaan
status gizi pada balita itu sendiri.
Kurang gizi merupakan penyakit
yang tidak menular yang terjadi pada
sekelompok masyarakat.Kekurangan gizi,
merupakan kegagalan mencapai
kandungan gizi yang dibutuhkan,
sehingga dapat mengurangi kesehatan
fisik dan mental. Kekurangan gizi secara
umum yang ditandai dengan
keterlambatan pertumbuhan, berat badan
di bawah normal, pertumbuhan yang
terhambat, kekurangan mikronutrien,
seperti vitamin A, zinc, yodium dan asam
folic. Resiko penyakit yang mengancam
adalah penyakit infeksi terutama diare,
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
rendahnya tingkat intelektual dan
produktivitas kerja.
Pendidikan gizi merupakan salah
satu unsur penting dalam meningkatkan
status gizi masyarakat untuk jangka
panjang.Untuk meningkatkan
pemahaman dan kemampuan masyarakat
mengkonsumsi makanan, perlu
dimasyarakatkan perilaku yang baik dan
benar sesuai kaidah ilmu gizi.Perilaku ini
diwujudkan dalam bentuk pesan dasar
gizi seimbang, yang pada hakekatnya
merupakan perilaku konsumsi makanan
yang baik dan sesuai untuk bangsa
Indonesia.Upaya – upaya perbaikan gizi
dapan diintegrasikan ke dalam berbagai
program yang sudah ada seperti
pertanian, ketahanan pangan,
perkembangan ekonomi, serta air dan
sanitasi. Karena masalah kekurangan gizi
merupakan sebab dan akibat dari
berbagai masalah kesehatan dan tidak
bisa diperbaiki hanya oleh satu pihak saja
(Soeharsono, 2006)
Berdasarkan standar baku WHO –
NCHS dapat dikategorikan dengan
menggunakan indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB (Atikah, 2010).
1). Klasifikasi Status Gizi
a). Gizi Lebih
Gizi lebih biasanya bersangkutan
dengan kelebihan energy didalam
hidangan yang dikonsumsi relative
terhadap kebutuhan atau
penggunaannya.Ada tiga zat makanan
penghasil energi utama yaitu karbohidrat,
lemak dan protein.Kelebihan didalam
tubuh diubah menjadi lemak dan
ditimbun dalam tempat – tempat tertentu
(Soeharsono, 2009).
b). Gizi Baik
Gizi baik adalah kesehatan gizi yang
sesuai dengan tingkat ekonomi yang
menyebabkan tercapainya kesehatan
tersebut.Tingkat kesehatan gizi terbaik
adalah kesehatan gizi optimum.Dalam
kondisi ini tubuh terbebas dari penyakit
dan mempunyai daya kerja dan efisiensi
yang optimal.
c). Gizi Kurang
![Page 7: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/7.jpg)
Gizi kurang adalah keadaan tidak
sehat (patologis) yang ditimbulkan karena
tidak makan, dengan demikian konsumsi
energi dan protein kurang selama jangka
waktu tertentu.
c. Faktor Perilaku Kesehatan Ibu
Perilaku dari pandangan biologis
merupakan suatu kegiatan atau
aktifitasorganisme yang bersangkutan.
Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya
adalahsuatu aktifitas dari manusia itu
sendiri. Sedangkan perilaku itu sendiri
adalahapa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati
secaralangsung atau tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007).
Ibu sebagai pengasuh dan yang
memelihara balita merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya diare, hal ini disebabkan
karena perilaku ibu yang kurang baik.
Perilaku ibu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang ibu peroleh, biasanya
semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
pemahaman ibu (Depkes RI, 2011).
Dalam proses pembentukan
perilaku dalam diri seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari
dalam dan luar individu tersebut.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang
dapat diketahui melalui pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indera.Belajar
merupakan suatu perubahan perilaku
yang didasari oleh perilaku terdahulu
yang berlangsung dalam interaksi
manusia dengan lingkungannya.Faktor
yang mempengaruhi terbentuknya
perilaku seseorang adalah pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan
lingkungan sekitar baik fisik maupun non
fisik (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hal tersebut di atas
pemberian pengetahuan saja tidak cukup
untuk perubahan perilaku
seseorang.Perilaku mereka sering
dipengaruhi oleh pandangan serta
berbagai kebiasaan keluarga, kawan dan
masyarakat.Kadang – kadang hal ini
bersifat positif, dapat pula bersifat
negative terhadap kesehatan. Perubahan
perilaku akan menumbuhkan dinamika
yang dapat menimbulkan terjadinya
perubahan sosial. Untuk mengubah
perilaku sosial berarti harus mengubah
pandangan dan kebiasaan perilaku sehari
– hari dari keluarga dan masyarakat.Apa
yang akhirnya dilakukan oleh para orang
tua, pengasuh, sangat sering dipengaruhi
oleh apa yang dilakukan sekitar mereka
(Soeharsono, 2006).
A. Desain Penelitian
Menurut Riyanto (2010) desain
penelitian merupakan kerangka acuan bagi
peneliti untuk mengkaji hubungan antar
variabel dalam suatu penelitian. Desain
penelitian dapat menjadi petunjuk bagi
peneliti untuk mencapai tujuan penelitian
dan juga sebagai penuntun bagi peneliti
dalam seluruh proses penelitian. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam suatu
komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung Tahun 2015.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang membawa
anak usia 0 - 5 tahun yang berobat di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung Tahun 2015 dengan diagnosa
diare dengan jumlah perkiraan populasi
![Page 8: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/8.jpg)
balita yang menderita sejak bulan Juli –
Desember 2014 sebanyak 113 balita.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
membawa anak usia 0 - 5 tahun yang
berobat di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung yang di diagnosa terkena
diare. Teknik sampling pada penelitian ini
adalah menggunakan Accidental Sampling,
yaitu pengambilan sampel digunakan secara
aksidental (accidental) ini dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu balita yang datang
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Kemiling
pada tanggal 29 April – 5 Juni 2015
didapatkan sampel sebanyak 46 orang ibu
balita dengan kriteria inklusi sebagai berikut
:
a. Ibu balita yang datang berkunjung ke
Puskesmas
b. Balita yang berobat dilakukan diagnosa
oleh petugas kesehatan puskesmas dan
dinyatakan menderita diare
c. Bersedia menjadi responden
C. Lokasi dan Waktu penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung
2. Waktu penelitian
Pengumpulan data ini dilaksanakan
pada tanggal 29 April – 5 Juni 2015
dengan melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner.
D. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan data
Alat pengumpulan data adalah alat –
alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data. Alat pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti adalah lembar
kuesioner. Bagian A pada kuesioner
merupakan data diri dan karakteristik
responden, kemudian di bagian B
merupakan pertanyaan mengenai status gizi
yang terdiri dari pertanyaan berat badan dan
unur balita. Pada bagian C pertanyaan
mengenai faktor lingkungan terdiri dari 11
pertanyaan dengan options pilihan Ya dan
Tidak. Selanjutnya pada bagian D berisi
pertanyaan mengenai faktor perilaku
kesehatan ibu yang terdiri dari 9 pertanyaan
dengan pilihan Ya dan Tidak.
E. Pengolahan Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik
pengolahan data tabulasi, yaitu
pengumpulan dan pengelompokan data
sesuai dengan variabel yang diteliti.
1. Editing
Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan
data yang telah terkumpul yaitu dengan
memeriksa kelengkapan, kesalahan tiap
jawaban dari daftar pertanyaan sebagai
persiapan untuk Entry data kedalam tabulasi.
Peneliti memeriksa semua kelengkapan
pengisian kuesioner status gizi balita,
lingkungan tempat tinggal balita dan
perilaku kesehatan ibu balita.
2. Coding
Setelah data diedit langkah berikutnya
adalah mengkoding data, yaitu member kode
terhadap setiap jawaban yang diberikan atau
dapat dikatakan juga sebagai kegiatan
mengubah data berupa huruf menjadi angka.
Tujuannya untuk memudahkan klasifikasi
data, menghindari terjadinya pencampuran
data yang bukan jenis dan kategorinya.
Peneliti memberi kode dari tiap jawaban
yang tertera pada masing- masing kuesioner.
Yaitu untuk variabel gizi, dilakukan coding
1 = gizi baik dan 0 = gizi buruk, kemudian
pada variabel lingkungan coding 1 = sehat
dan 0 = tidak sehat dan pada variabel
perilaku coding 1 = baik dan 0 = buruk.
3. Scoring
Memberi score pada jawaban
responden sesuai dengan ketentuan
![Page 9: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/9.jpg)
yang telah ditetapkan. Memberi nilai
1 pada jawaban yang tepat dan
memberi niali 0 pada jawaban yang
tidak tepat.
4. Tabulating
Menghitung semua hasil jawaban
status gizi, lingkungan dan perilaku
kesehatan ibu balita yang tampak
pada BAB IV.
F. Analisa Data
Setelah data terkumpul dari instrumen
yang digunakan, data tersebut dianalisa
dan dilakukan pengolahan data.
Penelitian ini menggunakan analisa
univariat.Analisa univariat merupakan
analisa yang di gunakan untuk melihat
penelitian satu variabel.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas
Rawat Inap Kemiling
Puskesmas Rawat Inap Kemiling
berdiri sejak Tahun 1958 bertempat
di Kelurahan Sumberejo Kemiling
dengan nama Balai Pengobatan (BP)
Kemiling dan belum menetap karena
masih menumpang dirumah warga.
B. Karakteristik Responden
Data umum responden dalam
penelitian ini didistribusikan berdasarkan
umur dan pendidikan responden yang
didapatkan dari kuesioner sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur Ibu yang Memiliki
balita menderita Diare di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung
Tahun 2015
No. Umur Frekuensi Presentas
e (%)
1 < 35
Tahun
34 74
2 ≥ 35 tahun 12 26
JUMLAH 46 100%
Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa responden sebagian besar
adalah berumur ≥ 35 sebanyak 34
responden (74%) dan berumur ≤ 35
tahun sebanyak 12 responden (26%)
2. Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
yang Memiliki balita menderita Diare di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung Tahun 2015
No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 Rendah 9 19,6
2 Menengah 29 63
3 Tinggi 8 17,4
JUMLAH 46 100%
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa tingkat pendidikan responden
terbanyak adalah pendidikan menengah
yaitu sebanyak 29 responden (63%)
sedangkan untuk pendidikan tinggi 8
responden (17,4%) dan pendidikan
rendah 9 responden (19,6%)
3. Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang
Memiliki balita menderita Diare di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung Tahun 2015
No. Pekerjaan Frekuens
i
Presentas
e (%)
1 Tiak
bekerja
15 32,6
2 Bekerja 31 67,4
JUMLA
H
46 100%
Berdasarkan tabel 3 diketahui
bahwa pekerjaan responden terbanyak
adalah bekerja yaitu sebanyak 31
responden (67,4%) dan tidak bekerja
sebanyak 15 responden (32,6%)
![Page 10: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/10.jpg)
C. Hasil Penelitian
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita
yang Menderita Diare di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung
Tahun 2015
No. Status
Gizi
Balita
Frekuensi Presentase
(%)
1 Baik 35 76
2 Buruk 11 24
JUMLAH 46 100%
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
status gizibalitadalam kategori baik yaitu
sebanyak 35 orang (76%) dan yang dalam
kategori buruk yaitu 11 orang (24%)
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kebersihan
Lingkungan Tempat Tinggal Balita yang
Menderita Diare Berdasarkan Kategori
Sehat dan Tidak Sehat di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung
Tahun 2015
No. Kebersi
han
Lingku
ngan
Tempat
tinggal
Balita
Kategori Presentase (%)
Total
(%)
Seha
t
Tidak
sehat
sehat Tidak
sehat
1 Sumber
air
35 11 76 % 24 % 100 %
2 Sampah 18 28 39 % 61 % 100 %
3 Kotoran 46 0 100 % 0 100 %
4 Lingku
ngan
31 15 67.4
%
32.6
%
100 %
Berdasarkan tabel 5 diketahui
kebersihan lingkungan tempat tinggal di
lihat dari Sumber air yaitu sehat 35
responden (76%) dan tidak sehat 11
responden (24%), dilihat dari pengelolaan
sampah yaitu sehat 18 responden (39%)
dan tidak sehat 28 responden (61%), dilihat
dari pembuangan kotoran yaitu sehat 46
respoden (100%), dilihat dari lingkungan
yaitu sehat 31 responden (67,4%) dan tidak
sehat 15 responden (67,4%)
A. Kesimpulan
1. Didapatkan sebanyak 46 balita
penderita diare selama penelitian pada
tanggal 29 April – 5 Juni 2015
2. Sebagian besar balita atau sejumlah 35
balita (76 %) mempunyai status gizi
baik, sedangkan 11 balita (24 %)
berstatus gizi buruk.
3. Dalam hal lingkungan tempat tinggal,
sebagian besar responden tinggal
dilingkungan sehat yaitu 70.6 % dan
yang tinggal di lingkungan tidak sehat
sebanyak 29.4 %.
4. Sejumlah 26 responden (56,5%) dari
total responden berperilaku kesehatan
kurang baik, 11 responden (24%)
berperilaku kesehatan cukup sedangkan
yang berperilaku kesehatan baik
sebanyak 9 responden (19,5%).
B. Saran
Diharapkan pihak puskesmas setempat
dapat memberikan penyuluhan kesehatan
kepada keluarga terutama orangtua tentang
faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita sehingga dapat
mengaplikasikan kedalam kehidupan sehari-
hari.
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi
pendidikan kesehatan terutama di
Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Keperawatan, agar penelitian ini dapat
menjadi dasar atau acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya dan
sebagai referensi perpustakaan untuk
mengembangkan wawasan serta ilmu
pengetahuan mahasiswa khususnya di
lingkup/bidang Keperawatan Anak.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar dapat melanjutkan penelitian
tentang faktor – faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian diare
seperti konsumsi susu formula, pola
makan dan perilaku ibu.
![Page 11: jurnal KESEHATAN](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022072108/563db9da550346aa9aa08318/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F .2011. Dasar Dasar penyakit
Berbasis Lingkungan. Jakarta :
Rajawali Pers
Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika
Anne & Soegeng Santoso., 2009. Kesehatan
dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Depkes RI . 2007. Pedoman Perilaku
Hygiene. Dari Dialoque on
Diarrhoe. Ditjen PPM & PLP
__________2008. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
__________ 2010 Penuntun Hidup Sehat,
Edisi Keempat, dikembangkan
dengan masukan dari UNAIDS,
UNDP, UNESCO, UNFPA,
UNICEF, WHO dan Bank Dunia
__________ 2011. Situasi Diare di
Indonesia, Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung Tahun 2013. Lampung :
Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung Hasan, R. 2007. Buku Kuliah : Ilmu
Kesehatan Anak I. Jakarta : Penerbit Bagian
Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan
Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta
: RinekaCipta.
__________2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
__________2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen
Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Proverawati, Atikah., 2012. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta : Nuha Medika
Riyanto, A., 2010. Pengolahan dan Analisis
Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Medika
Saiful, Maulana. 2009. 50000 balita
meninggal akibat diare : Wiyata
Medisca. Jakarta
Simatupang , M.Y. 2004. Analisis faktor –
faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita di Kota
Sibolga 2003 : Unand. Padang
Sudarti,2010.Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, dan Anak Balita.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Suyanto, S.Kp., M.Kes., 2011. Metodologi
dan Aplikasi Penelitian
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Supariasa, B dan Ibnu F. 2002. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : EGC.
Suharyono. 2008. Diare Akut : Klinik dan
Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta
__________ 2008. Sistem Penyehatan Air
Hubungannya dengan
Penanggulangan Kejadian Diare,
Seminar Nasional Pemberantasan
Diare, Jakarta,