jurnal ilmiah analisis framing berita ......2013/02/23 · kartanegara oleh surat kabar harian...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
ANALISIS FRAMING BERITA RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI
KARTANEGARA PADA SURAT KABAR HARIAN KALTIM POST
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1
Oleh:
RINI DWI JHAYANTI
NIM. 0802055147
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
ANALISIS FRAMING BERITA RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI
KARTANEGARA PADA SURAT KABAR HARIAN KALTIM POST
Rini Dwi Jhayanti
NIM. 0802055147
Program Studi S1 Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman
Abstract
The study, conducted by Rini Dwi Jhayanti (0802055147), entitled Analysis of News Framing
Kutai Kartanegara Bridge Collapse of the Daily Newspapers Kaltim Post. Scientific work aims to identify, evaluate, and describe the framing of the news by the daily newspapers in the
news Kaltim Post Kutai Kartanegara bridge collapse incident that occurred on 26 November
2011 ago. The research was carried out on daily headline news Kaltim Post since November 27, 2011 to December 26, 2011. The experiment was conducted in the city of Samarinda
especially in the Editorial Office Kaltim Post Samarinda. Data collection was conducted by
the research literature research dn documentation. The data are then analyzed using qualitative descriptive analysis method framing model Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki were
divided into 4 structures, namely syntax, script, thematic, and rhetorical. From this study it
can be concluded, Kaltim Post made frame Kutai Kartanegara bridge collapse coverage by
featuring certain actors - hide the other actors. Actors or parties who appear in the news
Kaltim Post Kutai bridge collapse was the evacuation team. While the local government or
party Kukar an important actor in the news hidden.
Keywords: Framing, Kutai Kartanegara Bridge, Kaltim Post
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Media bukanlah cermin yang
memantulkan bayangan serupa
realita. Layaknya manusia, ia punya
beragam kepentingan dan beraneka
cara pandang terhadap dunia. Banyak
orang percaya, teks media menuntun
cara pandang masyarakat terhadap
dunia. Tatkala dunia semakin sesak
oleh laju arus informasi dan pesatnya
pertumbuhan, media tak sekadar jadi
pegangan tetapi kebutuhan. Ia kerap
diibaratkan sebagai matahari yang
menerangi dunia, menyampaikan
pesan yang merasuk ke kalbu umat
manusia dan memberi pencerahan
(Siregar, 2004: 107). Tak heran, kini
media menduduki posisi penting bagi
ruang sosial masyarakat.
Media, dengan cara pandangnya,
’membantu’ masyarakat merumuskan
konsep-konsep relasi dan norma
sosial. Dengan kata lain, media
berideologi. Ideologi dapat dimaknai
sebagai kesatuan makna yang
membantu mendefinisikan atau
memberikan penilaian terhadap
dunia. Ideologi media akan
mempengaruhi proses produksi berita
atau artikel yang secara otomatis
akan membentuk sebuah frame
pemberitaan media yang
bersangkutan. Akibatnya, secara
tidak sadar, khalayak yang membaca,
melihat, atau mendengarkan berita
dari media tersebut akan diarahkan
untuk mengikuti dan memiliki pola
pikir seperti framing media.
Setiap institusi media selalu
memiliki framing yang berbeda,
bahkan untuk satu peristiwa yang
sama. Sebagai individu dan sebagai
bagian dari sebuah institusi media,
wartawan atau reporter yang menjadi
ujung tombak penyaji berita juga
memiliki framing yang berbeda
untuk satu peristiwa. Framing yang
berbeda akan menghasilkan tulisan
yang berbeda pula. Itulah yang
membedakan berita di media satu
dengan media lainnya.
Media massa pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua kategori yakni
media massa cetak dan media massa
elektronik (Ardianto, 2004: 98).
Dalam penelitian ini, penulis memilih
media cetak sebagai media yang
diteliti dengan pertimbangan media
massa cetak dapat menyampaikan
informasi-informasi yang sesuai
dengan tujuan penerbitannya,
sehingga memiliki khalayak pembaca
sendiri. Walaupun pada dasarnya
setiap jenis media mampu
memberikan informasi bagi
khalayak, namun surat kabar menjadi
jenis media yang paling sering
disentuh oleh masyarakat karena cara
penyajiannya yang mudah diterima
khalayak.
Indonesia sendiri memiliki
banyak perusahaan surat kabar yang
tersebar di berbagai penjuru daerah.
Seperti Jawa Pos Grup yang
termasuk institusi media terkemuka
di Indonesia. Harian Kaltim Post
yang berada di bawah payung Jawa
Post Grup merupakan harian
terkemuka di Kalimantan Timur,
4
khususnya di Samarinda. Sebagai
surat kabar daerah, Kaltim Post akan
lebih banyak dan detail dalam
memberitakan informasi seputar
Kalimantan Timur. Seperti
pemberitaan mengenai peristiwa
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara yang terjadi mendekati
penghujung tahun 2011 lalu.
Peneliti pun bermaksud
menganalisis berita runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara pada
harian Kaltim Post, yang menjadi
berita utama atau headline pada
harian tersebut dan mengambil
durasi sebulan pemberitaan
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara untuk dianalisis.
Itulah sebabnya peneliti memilih
surat kabar harian Kaltim Post untuk
mencermati konstruksinya atas
peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara mulai 27 November – 26
Desember 2011. Hal ini menjadi
daya tarik tersendiri bagi peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap
pemberitaan runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara yang dilakukan
oleh harian Kaltim Post.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui, mengevaluasi,
dan mendeskripsikan pembingkaian
berita runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara oleh surat kabar harian
Kaltim Post selama tanggal 27
November 2011 hingga 26
Desember 2011.
Kegunaan Penelitian
1. Secara teoristis, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi
rujukan dan masukan bagi
penelitian komunikasi yang
berkaitan dengan analisis media
menggunakan metode analisis
framing.
2. Segi praktis, peneliti berharap
penelitian ini mempunyai manfaat
praktis bagi pelaku media.
Penelitian ini diharap bisa
memiliki peran kontrol terhadap
pemberitaan media massa,
khususnya Kaltim Post.
KERANGKA DASAR DAN
TEORI
Teori dan Konsep
Teori Konstruksi Sosial
Teori Konstruksi Sosial
digunakan dalam penelitian ini
karena konsep framing adalah
berdasarkan teori ini. Teori
konstruksi sosial dikemukakan oleh
Peter L. Berger dan Thomas
Luckman (Eriyanto, 2002: 14) yang
mengatakan manusia merupakan
instrumen dalam menciptakan
realitas yang obyektif melalui proses
eksternalisasi (usaha pencurahan atau
ekspresi diri manusia ke dalam dunia,
baik dalam keadaan mental maupun
fisik). Setelah proses eksternalisasi,
akan terjadi proses obyektivasi, yaitu
hasil yang dicapai dari kegiatan
eksternalisasi manusia. Manusia juga
mempengaruhi realitas sosial yang
subyektif melalui proses internalisasi
(penyerapan kembali dunia obyektif
ke dalam kesadaran sedemikian rupa
sehingga subyektif individu
5
dipengaruhi oleh struktur dunia
sosial). Dengan demikian, manusia
dan masyarakat (komponen dan
realitas sosial) saling membentuk.
Menurut teori ini masyarakat
bukanlah produk, tetapi sebagai yang
terbentuk. Menurut pandangan
konstruksionis, realitas tidak bersifat
obyektif karena realitas tercipta lewat
konstruksi dan pandangan tertentu.
Fakta atau realitas bukanlah sesuatu
yang tinggal ambil, ada, dan menjadi
bahan berita. Fakta/realitas pada
dasarnya dikonstruksi. Manusia
membentuk dunia mereka sendiri
(Rakow, 1985: 50-51). Pikiran dan
konsepsi kitalah yang membentuk
dan mengkreasikan fakta. Fakta yang
sama bisa menghasilkan fakta yang
berbeda-beda ketika ia dilihat dan
dipahami dengan cara yang berbeda
(Carey,1989: 27-29).
Dalam pandangan konstruksionis,
media bukanlah sekedar saluran yang
bebas karena ia juga subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap
dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Di sini media
dipandang sebagai agen konstruksi
sosial yang secara aktif
mendefinisikan realitas untuk
disajikan kepada khalayak
(Bennet,1982: 287-288). Media
memilih realitas mana yang dipakai
dan yang tidak dipakai. Dengan
demikian, berita adalah hasil
konstruksi sosial yang melibatkan
pandangan, ideologi, dan nilai-nilai
wartawan atau media.
Kaitan judul penelitian yang
diangkat oleh penulis dengan Teori
Konstruksi Sosial terletak pada
paragdigma konstruksionis yang
memandang realitas kehidupan sosial
sebagai hasil dari konstruksi, bukan
realitas yang sebenarnya. Dimana
media dipandang sebagai agen
konstruksi sosial yang secara aktif
mendefinisikan realitas untuk
disajikan kepada khalayak. Disinilah
realitas sosial dimaknai dan
dikonstruksi dengan makna tertentu,
yaitu dalam setiap penulisan berita
menyimpan ideologis/latar belakang
seorang penulis. Seorang penulis
pasti akan memasukkan ide-ide
mereka dalam analisis terhadap data-
data yang diperoleh di lapangan.
Teori Gatekeeper
Salah satu konsep penting untuk
memahami cara kerja komunikasi
massa adalah konsep “penjaga
gawang” (gatekeeper). Seorang yang
disebut sebagai gatekeeper adalah
orang-orang yang--dengan memilih,
mengubah, dan menolak pesan—
dapat mempengaruhi aliran informasi
kepada seseorang atau sekelompok
penerima. Meskipun konsep “penjaga
gawang” ini dapat diterapkan pada
konteks-konteks komunikasi lainnya,
konsep ini khususnya sangat relevan
bagi komuniksi massa (Tubbs, 1996:
202).
Gatekeeper atau yang sering
disebut penapis informasi/ palang
pintu atau penjaga gawang, adalah
orang yang sangat berperan dalam
penyebaran informasi melalui media
6
massa. Gatekeeper ini berfungsi
sebagai orang yang ikut menambah
atau mengurangi, menyederhanakan,
mengemas, agar semua informasi
yang disebarkan lebih mudah
dipahami.
Gatekeeper dalam media massa
menentukan penilaian apakah suatu
informasi penting atau tidak. Ia
menaikkan berita yang penting dan
menghapus informasi yang tidak
memiliki nilai berita. Penting untuk
diingat bahwa gatekeeper adalah
bagian dari institusi media massa,
dan hasil kerjanya memiliki efek
yang positif pada kualitas pesan dan
berita yang disampikan kepada
publik ( Hiebert, Ungurait, Bohn,
1975: 109).
Kaitan teori ini dengan judul
penelitian penulis terletak pada
proses penyaringan informasi yang
masuk dari luar, dikenakan sensor,
diperiksa dan diperiksa lagi.
Kemudian diputuskan berdasarkan
kebijkasanaan redaksi untuk
diterbitkan. Artinya terjadi
penyeleksian dengan harapan mampu
memberikan berita-berita yang benar-
benar dibutuhkan masyarakat. Hal ini
sama dengan proses framing berita
yang dilakukan pihak media sebelum
menyebarkan informasi kepada
khalayak.
Analisis Framing
Analisis framing merupakan versi
terbaru dalam pendekatan analisis
wacana, khususnya untuk
menganalisis teks media. Gagasan
mengenai framing pertama kali
dilontarkan oleh Baterson tahun
1955. G. J. Aditjondro dalam
Sudibyo (2001: 222) menyatakan
bahwa framing adalah metode
penyajian realitas di mana kebenaran
suatu realitas tidak diingkari secara
total melainkan dibelokkan secara
halus dengan memberikan sorotan-
sorotan terhadap aspek-aspek tertentu
saja dengan menggunakan istilah
yang mempunyai konotasi tertentu
dan dengan bantuan foto, karikatur,
dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo,
2001: 186).
Sasaran dari analisis framing,
sebagai salah satu metode analisis
wacana, adalah menemukan “aturan
dan norma” yang tersembunyi di
balik sebuah teks. Teknik ini
dipergunakan untuk mengetahui
perspektif atau pendekatan yang
dipergunakan oleh sebuah media
dalam mengkonstruksikan sebuah
peristiwa. Analisis ini membantu kita
melihat secara lebih mendalam
bagaimana pesan diorganisir,
digunakan, dan dipahami (Hamad,
2004: 2003).
Ada tiga ciri utama dari sebuah
frame. Yang pertama yaitu
menonjolkan aspek tertentu-
mengaburkan aspek lain. Framing
umumnya ditandai dengan
menonjolkan aspek tertentu dari
realitas. Dalam penulisan sering
disebut sebagai fokus. Berita secara
sadar atau tidak diarahkan pada aspek
tertentu. Akibatnya, ada aspek lain
yang tidak mendapatkan perhatian
yang memadai. Pemberitaan suatu
7
peristiwa dari perspektif politik
misalnya, mengabaikan aspek lain
seperti ekonomi, sosial, dan
sebagainya.
Yang kedua yaitu menampilkan
sisi tertentu-melupakan sisi lain.
Sebut misalnya pemberitaan media
mengenai aksi mahasiswa. Berita
misalnya banyak menampilkan
bagaimana demonstrasi itu akhirnya
diwarnai dengan bentrokan. Berita
secara panjang dan lebar
menggambarkan proses bentrokan,
mahasiswa yang nekad menembus
barikade dan akhirnya diwarnai
dengan puluhan mahasiswa yang
luka-luka. Dengan menampilkan sisi
yang seperti ini saja dalam berita,
mengakibatkan ada sisi lain yang
dilupakan. Yakni, apa tuntutan dari
mahasiswa tersebut? Seolah dengan
menggambarkan berita seperti itu,
demonstrasi tersebut tidak ada
gunanya. Mahasiswa hanya
bermaksud mencari sensasi dan
berusaha membuat keributan saja di
tengah masyarakat. Berita misalnya,
ditandai dengan gerutukan supir
angkot yang tidak suka dengan
demonstrasi karena menyebabkan
kemacetan. Disini menampilkan
aspek tertentu menyebabkan aspek
lain yang lebih penting dalam
memahami realitas tidak
mendapatkan liputan yang memadai
dalam berita.
Ciri yang ketiga adalah
menampilkan aktor tertentu-
menyembunyikan aktor lain. Berita
seringkali juga memfokuskan
pemberitaan pada aktor tertentu. Ini
tentu saja tidak salah. Tetapi efek
yang segera terlihat adalah
memfokuskan pada satu pihak atau
aktor tertentu menyebabkan aktor
lain yang mungkin relevan dan
penting dalam pemberitaan menjadi
tersembunyi (Eriyanto, 2002: 141-
142).
Model Analisis Framing menurut
Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki (Eriyanto, 2002: 251)
Model analisis framing yang
paling popular dan paling banyak
digunakan oleh peneliti isi teks media
adalah model Pan dan Kosicki ini.
Dalam penelitian ini pun penulis
akan menggunakan teori analisis
framing model Pan dan Kosicki.
Dalam model ini, perangkat
framing yang digunakan dibagi
dalam empat struktur besar, yaitu
struktur sintaksis (penyusunan
peristiwa dalam bentuk susunan
umum berita), struktur skrip
(bagaimana wartawan menceritakan
peristiwa ke dalam bentuk berita),
struktur tematik (bagaimana
wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke
dalam proposisi, kalimat, atau
hubungan antar kalimat yang
membentuk teks secara keseluruhan),
dan struktur retoris (bagaimana
wartawan menekankan arti tertentu
ke dalam berita).
Adapun penjabaran dari keempat
struktur tersebut adalah sebagai
berikut:
8
1) Sintaksis
Dalam pengertian umum,
sintaksis adalah susunan kata atau
frase dalam kalimat. Pada berita,
sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dari bagian
berita dalam satu kesatuan teks
berita secara keseluruhan. Bentuk
sintaksis yang paling banyak
digunakan adalah piramida
terbalik yang dimulai dengan
judul, lead, episode, latar, dan
penutup.
Judul digunakan untuk
menunjukkan bagaimana
wartawan mengkonstruksi suatu
isu, seringkali dengan
menekankan makna tertentu lewat
pemakaian tanda baca khusus.
Selain judul, lead adalah
perangkat sintaksis lain yang
sering digunakan. Lead yang baik
biasanya memberikan sudut
pandang dari berita dan menunjuk
perspektif tertentu dari realita
yang diberitakan.
Bagian berita lain yang
penting diperhatikan adalah
pengutipan sumber berita. Bagian
ini sering dimaksudkan untuk
menampakkan objektivitas.
Pengutipan sumber ini menjadi
perangkat framing atas tiga hal.
Yang pertama, untuk mengklaim
validitas atau kebenaran dari
pernyataan yang dibuat dengan
mendasarkan diri pada klaim
otoritas akademik. Kedua,
menghubungkan poin tertentu dari
pandangannya kepada pejabat
yang berwenang. Ketiga,
mengecilkan pendapat atau
pandangan tertentu yang
dihubungkan dengan kutipan atau
pandangan mayoritas sehingga
pandangan tersebut terlihat
menyimpang.
2) Skrip
Laporan berita sering disusun
sebagai suatu cerita. Hal ini
disebabkan oleh dua hal. Yang
pertama, banyak laporan berita
yang berusaha menunjukkan
hubungan peristiwa yang ditulis
dengan peristiwa sebelumnya.
Kedua, berita umumnya
mempunyai orientasi
menghubungkan teks yang ditulis
dengan lingkungan komunal
pembaca. Karenanya, peristiwa
biasanya sengaja diramu
sedemikian rupa dengan
melibatkan unsur emosi dan
menampilkan peristiwa tampak
sebagai sebuah kisah dari awal
adegan, klimaks, hingga akhir.
Cara menceritakan suatu peristiwa
dapat menjadikan penanda
framing yang ingin ditampilkan.
Bentuk umum dari struktur
skrip ini adalah pola 5W+1H
(Who, What, When, Where, Why,
dan How). Unsur kelengkapan
berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting.
Skrip adalah salah satu
strategi wartawan dalam
mengkonstruksi berita, bagaimana
suatu peristiwa dipahami melalui
cara tertentu dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan
tertentu. Skrip memberikan
tekanan mana yang didahulukan
dan bagian mana yang dipakai
9
untuk menyembunyikan informasi
penting.
3) Tematik
Struktur tematik dapat
diamati dari bagaimana peristiwa
itu diungkapkan atau dibuat oleh
wartawan. Struktur tematik
berhubungan dengan bagaimana
fakta itu ditulis, kalimat yang
dipakai, penempatan dan
penelitian sumber ke dalam teks
berita secara keseluruhan.
Dalam menulis berita,
seorang wartawan mempunyai
tema tertentu atas suatu peristiwa.
Ada beberapa elemen yang dapat
diamati dari struktur ini. Di
antaranya adalah koherensi
pertalian antar kata, proposisi,
atau kalimat.
4) Retoris
Struktur retoris dari wacana
beria menggambarkan pilihan
gaya atau kata yang dipilih oleh
wartawan untuk menekankan arti
yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan.
Ada beberapa elemen
struktur retoris yang dipakai oleh
wartawan. Yang paling penting
adalah leksikon dan pemilihan
kata untuk menandai atau
menggambarkan peristiwa.
Dengan demikian, pilihan kata
yang dipakai tidak semata-mata
hanya karena kebetulan, tetapi
juga menunjukkan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap
fakta atau realitas. Peristiwa yang
sama dapat digambarkan dengan
pilihan kata yang berbeda-beda.
Selain lewat kata, penekanan
pesan dalam berita juga dapat
dilakukan dengan menggunakan
unsur grafis. Elemen grafis
muncul dalam bentuk foto,
gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk
bagian lain yang tidak ingin
ditonjolkan. Elemen grafis
memberikan efek kognitif,
mengontrol perhatian secara
intensif, dan menunjukkan apakah
suatu informasi dianggap penting
dan menarik sehingga harus
menjadi fokus.
Pengertian Berita
Menurut Astrid S. Susanto
Sunario, berita adalah suatu
pelaporan tentang suatu kejadian
yang dianggap penting (Sunario,
1993: 159). Mitchell V. Charnley
mendefinisikan berita sebagai
laporan aktual tentang fakta-fakta
dan opini yang menarik atau penting
atau keduanya, bagi sejumlah besar
orang (Kusumaningrat, 2005: 39).
Dari berbagai definisi yang ada,
penulis menyimpulkan bahwa berita
adalah laporan tentang suatu
peristiwa, pikiran, atau pendapat
(idea) yang masih hangat dan
menarik untuk disiarkan kepada
khalayak.
Berita lahir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dunia.
Namun, tidak semua peristiwa layak
atau mempunyai nilai berita.
Beberapa elemen nilai berita yang
10
mendasari pelaporan kisah berita,
ialah (Santana, 2005: 18-20):
1. Immediacy, kerap diistilahkan
dengan timelines. Artinya terkait
dengan kesegeraan peristiwa
yang dilaporkan. Sebuah berita
sering dinyatakan sebagai
laporan dari apa yang baru saja
terjadi. Bila peristiwanya terjadi
beberapa waktu lalu, hal ini
dinamakan sejarah. Unsur waktu
sangat penting di sini.
2. Proximity, adalah kedekatan
peristiwa dengan pembaca atau
pemirsa dalam sejarah
keseharian mereka. Khalayak
berita akan tertarik dengan
berbagai peristiwa yang terjadi
di dekatnya, di sekitar
kehidupan sehari-harinya.
3. Consequence, berita yang
mengubah kehidupan pembaca
adalah berita yang mengandung
nilai konsekuensi. Lewat berita
kenaikan gaji pegawai negeri,
kenaikan harga BBM,
masyarakat dengan segera akan
mengikutinya karena terkait
dengan konsekuensi kalkulasi
ekonomi sehari-hari yang harus
mereka hadapi.
4. Conflict, perseteruan
antarindividu, antartim atau
antarnegara merupakan elemen-
elemen natural dari berbagai
berita-berita yang mengandung
konflik.
5. Oddity, peristiwa yang tidak
biasa terjadi (unussualness)
ialah sesuatu yang akan
diperhatikan segera oleh
masyarakat.
6. Seks, kerap seks menjadi satu
elemen utama dari sebuah
pemberitaan. Segala hal yang
berhubungan dengan seks pasti
menarik dan menjadi sumber
berita.
7. Emotion, sering disebut elemen
human interest. Elemen ini
menyangkut kisah-kisah yang
mengandung kesedihan,
kemarahan, simpati, ambisi,
cinta, kebencian, kebahagiaan,
atau tragedi.
8. Prominence, elemen ini adalah
unsur yang menjadi dasar istilah
“names make news” (nama
membuat berita). Segala sesuatu
yang berhubungan dengan orang
terkenal (public figure, pejabat,
pembuat kebijakan, dan lain-
lain) akan diburu berita.
9. Suspense, elemen ini
menunjukkan sesuatu yang
ditunggu-tunggu terhadap
sebuah peristiwa oleh
masyarakat. Kisah berita yang
menyampaikan fakta-fakta tetap
merupakan hal yang penting.
Kejelasan fakta tetap dituntut
oleh masyarakat.
Selain nilai berita, hal prinsip lain
dalam proses produksi berita adalah
apa yang disebut kategori berita.
Secara umum, seperti di catat
Tuchman, wartawan memakai lima
kategori berita: hard news, soft news,
developing news, dan continuing
news (Gaye Tuchman, 1981:170-
184). Kategori tersebut dipakai untuk
membedakan jenis isi berita dan
subjek peristiwa yang menjadi berita
11
Pengertian Surat Kabar
Surat kabar merupakan media
massa yang paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya.
Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar di mulai sejak
ditemukannya mesin cetak oleh
Johann Guternberg di Jerman.
Menurut Onong Uchjana Effendy,
“Surat kabar adalah lembaran
tercetak yang memuat laporan yang
terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri
terbit secara periodik, bersifat umum,
isinya termasa dan aktual mengenai
apa saja dan di mana saja di seluruh
dunia untuk diketahui pembaca”
(Effendy,1993: 241).
Dari empat fungsi media massa
(informasi, edukasi, hiburan, dan
persuasif), fungsi yang paling
menonjol pada surat kabar adalah
informasi. Hal ini sesuai dengan
tujuan utama khalayak membaca
surat kabar, yaitu keingintahuan akan
setiap peristiwa yang terjadi
sekitarnya. Karenanya sebagian besar
rubrik surat kabar terdiri dari
berbagai jenis berita.
Menurut Onong Uchjana Effendy
ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi
oleh surat kabar, antara lain:
1. Publisitas (Publicity)
Yang mengandung arti
penyebaran kepada khalayak
atau kepada publik. Karena
diperuntukkan untuk khalayak
umum, isi atau informasi dalam
surat kabar ini terdiri dari
berbagai kepentingan yang
berkaitan dengan umum. Untuk
itu, penerbitan yang meskipun
sama dengan surat kabar tidak
bisa disebut sebagai surat kabar
jika hanya ditujukan kepada
sekelompok orang atau
golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan
dalam penerbitannya.
Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua
kali terbit dalam seminggu.
Karena mempunyai keteraturan
dalam penerbitannya, maka
penerbit buku tidak dapat
dikategorikan sebagai surat
kabar meskipun isinya
menyangkut kepentingan umum
karena tidak disebarkan secara
periodik dan berkala.
3. Universalitas (Universality)
Yang berarti kemestaan dan
keragaman. Isinya yang datang
dari berbagai penjuru dunia.
Untuk itu jika sebuah penerbitan
berkala isinya hanya
mengkhususkan diri pada suatu
profesi atau aspek kehidupan,
seperti majalah kedokteran,
arsitektur, koperasi atau
pertanian, tidak termasuk surat
kabar. Memang benar bahwa
berkala itu ditujukan kepada
khalayak umum dan diterbitkan
secara berkala, namun bila
isinya hanya mengenai salah
satu aspek kehidupan saja maka
tidak dapat dimasukkan ke
dalam kategori surat kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
12
Menurut kata asalnya
aktualitas, berarti “kini” dan
“keadaan sebenarnya”. Kedua-
duanya erat sekali sangkut
pautnya dengan berita yang
disiarkan surat kabar. Berita
adalah laporan mengenai
peristiwa yang terjadi kini,
dengan perkataan lain laporan
mengenai peristiwa yang baru
terjadi dan yang dilaporkan itu
harus benar. Tetapi yang
dimaksudkan aktualitas sebagai
ciri surat kabar adalah pertama,
yaitu kecepatan laporan, tanpa
menyampingkan pentingnya
kebenaran berita (Effendy,
1993:119-121).
Dari berbagai defini mengenai
surat kabar di atas, penulis
menyimpulkan bahwa surat kabar
adalah lembaran-lembaran kertas
yang berisi informasi penting yang
dicetak dan diterbitkan secara
periodik untuk diketahui
pembacanya.
Jembatan Kutai Kartanegara
Jembatan Kutai Kartanegara
adalah jembatan yang melintas di
atas sungai Mahakam dan merupakan
jembatan gantung terpanjang di
Indonesia. Panjang jembatan secara
keseluruhan mencapai 710 meter,
dengan bentang bebas, atau area yang
tergantung tanpa penyangga,
mencapai 270 meter. Jembatan ini
merupakan sarana penghubung antara
kota Tenggarong dengan kecamatan
Tenggarong Seberang yang menuju
ke Kota Samarinda.
Jembatan Kutai Kartanegara
merupakan jembatan kedua yang
dibangun melintasi Sungai Mahakam
setelah Jembatan Mahakam di Sama-
rinda sehingga juga disebut Jembatan
Mahakam II. Jembatan ini dibangun
menyerupai Jembatan Golden Gate
di San Fransisco, Amerika Serikat.
Pembangunan jembatan ini dimulai
pada tahun 1995 dan selesai pada
2001 dengan kontraktor PT Hutama
Karya yang menangani proyek pem-
bangunan jembatan tersebut. Saat
diresmikan, jembatan ini dinamai
Jembatan Gerbang Dayaku yang
diambil dari slogan pembangunan
gagasan bupati Kukar saat itu,
Syaukani Hasan Rais. Sejak
Syaukani tidak menjabat lagi sebagai
bupati, jembatan ini diganti namanya
menjadi Jembatan Kutai Kartanegara
ing Martadipura atau Jembatan Kutai
Kartanegara.
Jembatan Kutai Kartanegara
merupakan jembatan kedua yang
dibangun melintasi Sungai Mahakam
setelah Jembatan Mahakam di Sama-
rinda sehingga juga disebut Jembatan
Mahakam II. Jembatan ini dibangun
menyerupai Jembatan Golden Gate
di San Fransisco, Amerika Serikat.
Di kawasan Jembatan Kutai
Kartanegara juga terdapat Jam
Bentong yang merupakan sebuah
tugu yang terdapat taman-taman yang
terlihat asri dan indah jika dilihat dari
atas jembatan. Di dekat jembatan
dibangun sarana olahraga panjat
dinding sebanyak 2 buah. Kawasan
ini setiap sorenya selalu dipenuhi
13
oleh pengunjung yang dapat me-
nikmati keindahan Jembatan Kutai
Kartanegara serta memandang Pulau
Kumala dari kejauhan. Pada tanggal
26 November 2011 pukul 16.20
waktu setempat, Jembatan Kutai
Kartanegara ambruk dan rubuh
(www.harianhalaun.com).
Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional
dimaksudkan untuk lebih
menjelaskan serta menghindari
kesalahpahaman konsep yang
digunakan dalam penelitian ini.
Adapun definisi konsepsional dari
penelitian ini adalah :
“Analisis cara media memaknai,
memahami, dan membingkai
realitas/peristiwa dengan berusaha
mengerti dan menafsirkan makna
dari teks pemberitaan media dengan
jalan menguraikan bagaimana media
membingkai isu runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara yang dimuat
harian Kaltim Post edisi 27
November - 26 Desember 2011.”
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
oleh peneliti bersifat deskriptif
kualitatif dengan metode analisis
framing. Peneliti memilih pendekatan
kualitatif berdasarkan pertimbangan
bahwa data-data yang dikumpulkan
oleh peneliti dalam penelitian ini
berupa tulisan-tulisan yang
terangkum dalam berita surat kabar
harian Kaltim Post yang tidak
menekankan pada angka, karena
penelitian akan lebih ditekankan pada
segi makna.
Hasil dari penelitian ini bersifat
deskriptif, yaitu untuk mengetahui,
mengevaluasi, dan mendeskripsikan
apa yang dibingkaikan oleh harian
Kaltim Post pada berita peristiwa
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara selama 27 November –
26 Desember 2011.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dimaksudkan
selain untuk membatasi ruang
lingkup penelitian juga untuk
menghindari adanya perbedaan
interpretasi dari pihak yang ingin
melihat secara jelas tentang masalah
yang diteliti.
Fokus penelitian yang dilakukan
adalah mendeskripsikan
pembingkaian berita runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara dari
harian Kaltim Post edisi 27
November – 26 Desember 2011.
Pembingkaian berita akan dilihat
menggunakan metode analisis
framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki yang dibagi
menjadi 4 struktur, yaitu: sintaksis,
skrip, tematik, dan retoris.
Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan data primer yaitu
kliping berita runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara dari harian Kaltim
Post sejak tanggal 27 November
14
2011 hingga 26 Desember 2011.
Sementara itu, data sekundernya
berupa dokumen, arsip, maupun
laporan-laporan tertentu yang didapat
oleh peneliti dari berbagai sumber
dan data pendukung lainnya yang
diperoleh tidak secara langsung.
Selain itu penulis akan menggunakan
data tambahan dari kepustakaan.
Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (library
research)
b. Penelitian Lapangan (field work
research): Observasi dan
dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Framing pada dasarnya adalah
metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa.
Cara bercerita itu tergambar pada
‘cara melihat’ terhadap realitas yang
dijadikan berita. ‘Cara melihat’ ini
berpengaruh pada hasil akhir
konstruksi realitas. Secara sederhana,
analisis framing merupakan analisis
untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksi fakta sebagi realitas.
Seperti yang telah dikemukakan
Penulis pada bab terdahulu, teknik
analisis framing yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perangkat
framing Pan dan Kosicki.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti menyajikan
gambaran umum, hasil penelitian,
serta analisis dan pembahasan data
yang diperoleh melalui observasi dan
penelitian berbagai dokumen.
Dimulai dengan gambaran umum
yang menggambarkan lokasi dan
obyek penelitian tempat peneliti
melakukan penelitian, yakni Kaltim
Post.
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kaltim Post merupakan salah
satu media di bawah payung
Jawa Post Group yang berdiri
sejak tanggal 5 Januari 1988
dengan nama Manuntung. Pada
tahun 1997, Manuntung berganti
nama menjadi Kaltim Post.
Kaltim Post juga memiliki 13
anak perusahaan yang tersebar
di berbagai wilayah di
Kalimantan, seperti Balikpapan
Pos, Samarinda Pos, Radar
Tarakan, Radar Sampit, Kalteng
Pos, Radar Banjarmasin,
Bontang Post, Berau Post, Radar
Sulteng, Kaltara Pos, Radar
Kaltim, Balikpapan TV, dan
Kape FM.
Dengan slogan “Harian Pagi
Pertama dan Terbesar di
Kalimantan Timur”, surat kabar
ini mampu berada dijajaran surat
kabar yang terbaik di
Kalimantan Timur. Kaltim Post
mempunyai frekuensi terbit 7x
seminggu dengan menggunakan
Bahasa Indonesia. Total jumlah
halaman Kaltim Post adalah 44
halaman full colour dengan
bidang cetak 327 x 540
mm/Halaman. Tampilan penuh
warna dalam penyajiannya
membuat Kaltim Post semakin
15
menarik dan tidak
membosankan mata.
Kaltim Post memiliki 1
kantor pusat di Balikpapan atau
biasanya disebut Gedung Biru,
yang berada di jalan Soekarno
Hatta Km 3,5 Balikpapan
(76125). Selain itu terdapat
kantor pemasaran di Samarinda
yang bertempat di Jl. Untung
suropati Blok B No. 5A Komp.
Mahakam Square, Samarinda.
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah
disusun oleh peneliti lebih
didasarkan pada fokus penelitian
yang terdiri dari retoris
wartawan atau wartawan
menekankan fakta pada
pemberitaan yang diolahnya dan
lay out grafis.
Peneliti melakukan analisis
framing pada berita headline
tentang musibah runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara di
Harian Kaltim Post dengan
menggunakan perangkat
framing Pan dan Kosicki.
Jumlah berita headline tentang
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara yang ada di Harian
Kaltim Post selama tanggal 27
November 2011 hingga tanggal
26 Desember 2011 adalah 25
berita yang akan dianalisa
peneliti, berikut foto atau
tampilan grafis yang mendukung
berita headline tersebut.
Peneliti akan membagi
analisis menjadi beberapa
bagian sesuai dengan perangkat
framing Pan dan Kosicki, dan
nantinya akan disimpulkan
secara keseluruhan hasil dari
analisis framing yang dilakukan
peneliti.
Klarifikasi Berita Harian Kaltim
Post
a) Tema kronologi musibah
Tema ini menjadi bahan
pemberitaan pembuka
pascamusibah runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara
terjadi beserta tanggapan
Pemkab Kukar saat mengetahui
musibah tersebut.
b) Tema evakuasi korban dan
keadaan pascamusibah
Evakuasi korban dan
keadaan pascamusibah pun turut
mewarnai hampir di setiap
pemberitaan mengenai
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara. Subtemanya antara
lain tentang proses evakuasi
korban dan kendaraan yang ikut
tenggelam beserta runtuhan
jembatan, hambatan-hambatan
saat evakuasi, serta laporan
korban selamat, korban
meninggal, dan korban yang
belum ditemukan.
c) Konflik atau isu-isu yang timbul
pascamusibah
Tema ini juga mewarnai
pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara di
Harian Kaltim Post. Konflik
yang muncul dan disorot oleh
16
Kaltim Post adalah mengenai
jalur lalu lintas pascamusibah
yang belum normal dan
penutupan lalu lintas sungai.
Ditambah lagi masa tanggap
darurat yang akan usia saat
proses evakuasi belum tuntas.
d) Tema Bantuan
Tema bantuan juga beberapa
kali ditulis dalam pemberitaan
headline Kaltim Post. Kaltim
Post lebih menyoroti bantuan
dari pemerintah pusat dalam
membantu proses evakuasi
korban dan objek yang masih
tenggelam di dasar Sungai
Mahakam.Bantuan untuk korban
pun sempat diberitakan.
Sintaksis Harian Kaltim Post
Sintaksis menunjukkan pada
pengertian susunan dari bagian berita
dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan. Bentuk sintaksis
yang paling banyak digunakan adalah
piramida terbalik yang dimulai
dengan judul, lead, episode, latar,
dan penutup. Unit yang diamati
adalah judul, lead, informasi,
kutipan, dan penutup.
Menurut peneliti, Kaltim Post
beberapa kali membuat judul yang
menekankan makna tertentu lewat
pemakaian tanda baca khusus.
Terlihat pada judul pemberitaan
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara pada 27 November 2011
dan 4 Desember 2011. Penambahan
tanda titik-titik (...) dan tanda petik
(“”) akan memberi penekanan pada
kata atau frase yang dipakai. Menurut
peneliti hal tersebut merupakan
stretegi penonjolan fakta di dalam
judul pemberitaan Kaltim Post.
Kaltim Post juga selalu memberi
anak judul atau subjudul utama
dalam pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara. Judul
pemberitaan tidak boleh melebihi 7
kata. Oleh karena itu, Kaltim Post
membuat anak judul untuk
mendukung judul utama dan
menggambarkan topik pemberitaan
lebih jelas.
Lead merupakan paragraf
pembuka dari sebuah media yang
biasanya mengandung kepentingan
lebih tinggi. Menurut peneliti, lead
yang baik tidak hanya mendukung
judul berita, namun memberikan
sudut pandang berita. Sehingga, saat
membaca lead, pembaca dapat
mengetahui garis besar pembahasan
berita tersebut. Dilihat dari lead yang
dibuat Kaltim Post dalam
pemberitaan runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara, terdapat lead
yang tidak mendeskripsikan judul,
tidak mendukung judul, tetapi
menjabarkan anak judul. Seperti lead
pemberitaan runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara tanggal 28
November 2011. Lead-nya
mendukung anak judul tetapi tidak
bersinggungan dengan judul utama.
Lead yang baik juga mengandung
unsur 5W + 1H. Menurut peneliti,
tidak semua lead dalam setiap
pemberitaan runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara yang disajikan
Kaltim Post mengandung unsur
tersebut dengan lengkap.
17
Bagian berita lain yang penting
diperhatikan adalah pengutipan
sumber berita. Bagian ini sering
dimaksudkan untuk menampakkan
objektivitas. Kaltim Post selalu
mengutip sumber yang relevan untuk
menampakkan kebenaran dalam
ulasan beritanya. Kutipannya juga
terkadang menghubungkan
pernyataan sumber satu dengan
sumber lain sebagai pendukung atau
penguat pernyataan sumber
sebelumnya. Kaltim Post juga pernah
menuliskan pemberitaan yang
didalamnya terdapat pandangan
tertentu yang dihubungkan dengan
pandangan lain sehingga pandangan
tersebut terlihat menyimpang. Seperti
pada pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara tanggal
2 Desember 2011.
Pada pemberitaan hari itu, Kaltim
Post mengutip pernyataan Kepala
Dinas PU dan Wakil Ketua DPRD
Kukar mengenai rekomendasi
perbaikan Jembatan Kutai
Kartanegara. Kaltim Post
memperlihatkan penyimpangan dari
pernyataan Kepala Dinas PU dengan
kenyataan yang didapat dari
pernyataan Wakil Ketua DPRD
Kukar. Menurut peneliti, Kaltim Post
ingin menunjukkan koordinasi antar
petinggi daerah pun tidak baik.
Bagaimana kinerja mereka dapat
optimal jika koordinasinya saja tidak
efektif. Pemberitaan ini menunjukkan
peran kontrol Kaltim Post dalam
mengulas informasi untuk disajikan
ke khalayak. Jika dikaitkan dengan
teori gatekeeper, Kaltim Post
cenderung membatasi pesan yang
diterima khalayak pada pemberitaan
tersebut. Dari dua pernyataan yang
bertolakbelakang itu, Kaltim Post
mengarahkan kebenaran pada Wakil
Ketua DPRD Kukar terkait bantahan
adanya rekomendasi perbaikan
jembatan yang sudah lama diajukan
Dinas PU. Namun, Kaltim Post tidak
membahas tanggapan Kepala Dinas
PU atas pernyataan Wakil Ketua
DPRD Kukar yang membantah pihak
PU telah mengajukan rekomendasi
tersebut. Akhirnya tidak ada
kepastian yang jelas apakah
rekomendasi tersebut diajukan atau
tidak oleh Dinas PU ke DPRD
Kukar.
Dilihat dari judul berita runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara pada
tanggal 27 November 2011 hingga 26
Desember 2011, Kaltim Post lebih
banyak mengambil angle
kelambanan penanganan, baik proses
evakuasi maupun penyidikan
kepolisian terkait penyebab
runtuhnya jembatan dan pihak yang
nantinya harus bertanggungjawab
atas insiden tersebut. Pemberitaan
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara yang muncul di halaman
utama dan menjadi headline Kaltim
Post mulai 27 November 2011
hingga 26 Desember 2011 termasuk
hardnews. Kategori hardnews sangat
dibatasi oleh waktu dan aktualitas.
Menurut peneliti, hal tersebut yang
membuat pemberitaan yang disajikan
Kaltim Post lebih mengarah pada
perkembangan evakuasi dan
18
penyidikan pasca runtuhnya
jembatan.
Seperti yang dikemukan Bennet
(1982), media dipandang sebagai
agen konstruksi sosial yang secara
aktif mendefinisikan realitas untuk
disajikan kepada khalayak. Media
memilih realitas mana yang dipakai
dan yang tidak dipakai. Disini Kaltim
Post memilih realitas Jembatan Kutai
Kartanegara yang tidak terpelihara
dan renggang sejak 2006 untuk diulas
pada beberapa hari pasca runtuhnya
jembatan. Lalu lebih banyak memilih
realitas perkembangan evakuasi pada
minggu-minggu berikutnya dan
menyelingi dengan memilih realitas
penyelidikan yang dilakukan pihak
kepolisian dalam usahanya
mengungkap penyebab runtuhnya
jembatan dan pihak mana yang harus
bertanggungjawab.
Dengan lebih seringnya Kaltim
Post memilih realitas terkait evakuasi
dan penyidikan, penyajian berita itu
akan lebih ditekankan agar lebih
bermakna karena Kaltim Post ingin
menggiring khalayak pada perspektif
lambannya penanganan evakuasi dan
penyidikan.
Skrip Harian Kaltim Post
Skrip adalah salah satu strategi
wartawan dalam mengkontruksi
berita, bagaimana suatu peristiwa
dipahami melalui cara tertentu
dengan menyusun bagian-bagian
tertentu urutan tertentu. Bentuk
umum dari struktur skrip ini adalah
pola 5W + 1H; who (siapa), what
(apa), when (kapan), where (dimana),
why (mengapa), dan how
(bagaimana).
Unsur 5W + 1H ini dapat menjadi
penanda framing yang penting. Pada
pemberitaan sehari pasca insiden
runtuhnya jembatan terjadi (27
November 2011), Kaltim Post
mengakali minimnya data dengan
memasukan lebih banyak sumber
untuk dikutip keterangannya.
Menurut peneliti, cara tersebut
merupakan alternatif yang tepat
untuk menyajikan berita pasca
kejadian yang tak terduga seperti
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara. Karena data yang masih
simpang siur akan sangat berisiko
jika dipublikasikan tanpa
menyertakan sumber yang memberi
informasi tersebut.
Selama pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara tanggal
27 November 2011 hingga 26
Desember 2011, sumber yang kutip
Kaltim Post cukup bervariatif dan
relevan. Sumber yang paling sering
digunakan Kaltim Post adalah Bupati
Kukar Rita Widyasari. Sebagai orang
nomor 1 di Kutai Kartanegara,
tanggapan Rita tentu dianggap
penting. Bahkan Kaltim Post
menjadikan kutipan pernyataan Rita
sebagai judul beritanya sehari pasca
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan orang terkenal;
dalam hal ini pejabat, akan
menambah nilai berita.
19
Lokasi pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara lebih
banyak menyorot daerah Tenggarong
yang merupakan lokasi jembatan
tersebut. Kaltim Post sebagai salah
satu media lokal di Kaltim, tentu
akan menyorot tragedi jembatan
Kukar lebih besar dibanding media
nasional. Kedekatan peristiwa
dengan pembacanya, yang artinya
memiliki nilai proximity akan
menjadi nilai tambahan bagi Kaltim
Post dalam menyajikan beritanya.
Karena pembaca akan tertarik dengan
peristiwa yang terjadi di dekatnya, di
sekitar kehidupan sehari-harinya.
Kaltim Post memberitakan
peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara secara terus menerus
dan hampir setiap hari dalam jangka
waktu sebulan karena menganggap
peristiwa tersebut memiliki nilai
oddity. Artinya, peristiwa yang tidak
biasa terjadi seperti runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara, akan
menjadi sesuatu yang diperhatikan
segera oleh masyarakat. Menurut
peneliti, Kaltim Post beranggapan
bahwa peristiwa runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara merupakan
kejadian luar biasa dan pertama
kalinya di Indonesia. Perkembangan
beritanya pun akan ditunggu-tunggu
pembacanya. Terlebih peristiwa
tersebut memiliki kedekatan dengan
pembaca Kaltim Post.
Tematik Harian Kaltim Post
Struktur tematik dapat diamati
dari bagaimana peristiwa itu
diungkapkan atau dibuat oleh
wartawan. Struktur tematik
berhubungan dengan bagaimana
fakta itu ditulis. Kalimat yang
dipakai, penempatan dan penelitian
sumber ke dalam teks berita secara
keseluruhan.
Berita seringkali memfokuskan
pemberitaan pada aktor tertentu. Hal
ini tentu saja tidak salah. Tetapi, efek
yang segera terlihat adalah
memfokuskan pada satu pihak atau
aktor tertentu menyebabkan aktor
lain yang mungkin relevan dan
penting dalam pemberitaan menjadi
tersembunyi (Eriyanto, 2002: 141-
142).
Dari penjabaran tematik harian
Kaltim Post pada berita runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara tersebut,
tema yang banyak dibanyak diangkat
adalah tema evakuasi dan penyidikan
kepolisian atas peristiwa tersebut.
Tema evakuasi mengandung nilai
human interest yang dapat
menyentuh perasaan pembacanya
melalui pemberitaan kejadian yang
mengandung simpati, tragedi, dan
kesedihan.
Tema evakuasi yang sering
disorot membawa sisi ini menjadi sisi
yang paling menonjolkan. Terutama
di saat Kaltim Post menuliskan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi tim
evakuasi. Mulai dari medan evakuasi
yang berat, tim evakuasi yang ikut
dievakuasi, hingga kurangnya
koordinasi tim. Pembahasan evakuasi
juga mengangkat rencana
penggunaan pihak ketiga, yaitu pihak
20
swasta untuk menyelesaikan
evakuasi.
Tema penyidikan juga sering
menyelingi pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara.
Perkembangannya terus mewarnai
pemberitaan, baik menjadi berita
utama maupun menjadi subjudul
yang menambah informasi berita.
Tema yang bersinggungan dengan
Pemkab Kukar terkait dugaan
penyebab runtuhnya jembatan hanya
dituliskan di awal-awal pemberitaan
pasca peristiwa tersebut terjadi.
Padahal, pembahasan Kaltim Post
mengenai Jembatan Kutai
Kartanegara yang tidak terpelihara
dengan baik dan sudah renggang
sejak 2006 merupakan berita yang
memiliki nilai tinggi untuk diulas
secara mendalam. Tetapi Kaltim Post
tidak banyak mengulasnya dalam
berita headline.
Aktor atau pihak yang
ditampilkan Kaltim Post dalam berita
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara yang menjadi headline
dan muncul di halaman utama mulai
tanggal 27 November 2011 hingga 26
Desember 2011 adalah tim evakuasi.
Sedangkan Pemkab Kukar
merupakan aktor atau pihak penting
dalam pemberitaan yang
tersembunyi.
Retoris Harian Kaltim Post
Struktur retoris dari wacana berita
menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan
untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Selain
lewat kata, penekanan pesan dalam
berita juga dapat dilakukan dengan
menggunakan grafis. Elemen grafis
muncul dalam bentuk foto, gambar,
dan tabel untuk mendukung gagasan
atau untuk bagian lain yang tidak
ingin ditonjolkan.
Berdasarkan struktur retoris
harian Kaltim Post di atas,
penggunaan tanda baca tertentu
dalam pemilihan kata tertentu, lebih
menonjolkan makna yang
digambarkan wartawan. Seperti frase
yang dituliskan Kaltim Post pada
judul berita runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara tanggal 27
November 2011, 4 Desember 2011,
dan 10 Desember 2011. Penambahan
tanda baca seperti tanda titik-titik
(...), tanda petik (“”), dan tanda seru
(!) akan menambah penekanan
makna pada kata ataupun frase yang
ditulis.
Selain lewat kata, penekanan
pesan dalam berita juga dapat
dilakukan dengan menggunakan
unsur grafis. Elemen grafis muncul
dalam bentuk foto, gambar, dan tabel
untuk mendukung gagasan atau
bagian lain yang tidak ingin
ditonjolkon. Elemen grafis yang
paling kuat dalam pemberitaan
runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara selama sebulan pasca
peristiwa tersebut terjadi terdapat
pada berita tanggal 27 November
2011. Kaltim Post menampilkan tiga
elemen grafis dalam berita hari itu;
foto, gambar, dan tabel. Sehari pasca
peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai
21
Kartanegara terjadi merupakan
momen penting bagi media untuk
menampilkan berita yang paling
menarik pembaca. Tidak hanya dari
isi beritanya, penambahan elemen
grafis akan menaikkan nilai
pemberitaan. Kaltim Post juga tidak
ingin melewatkannya dalam
pemberitaan mereka sehari pasca
peristiwa itu terjadi.
Selain elemen grafis pada tanggal
27 November 2011, Kaltim Post juha
menampilkan foto yang tak kalah
menarik dan menonjol pada 5
Desember 2011 dan 23 Desember
2011. Foto pada 5 Desember 2011
menampilkan sebuah mobil yang
diangkat dengan crane. Mobil
tersebut merupakan kendaraan yang
berhasil diangkat tim evakuasi dari
dasar Sungai Mahakam. Lalu pada 23
Desember 2011, Kaltim Post
menampilkan sebuah foto korban ke-
24 yang ditemukan hampir sebulan
setelah Jembatan Kutai Kartanegara
runtuh. Masih ada sekitar 13 korban
yang tidak diketahui keberadaannya,
namun korban tersebut merupakan
korban terakhir yang berhasil
ditemukan selama pencarian tim
evakuasi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan judul Analisis
Framing Berita Runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara Pada Surat Kabar
Harian Kaltim Post menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara
yang muncul di halaman utama
dan menjadi headline Kaltim
Post mulai 27 November 2011
hingga 26 Desember 2011
termasuk hardnews. Hal tersebut
yang membuat pemberitaan
yang disajikan Kaltim Post lebih
mengarah pada penanganan
evakuasi dan penyidikan pasca
runtuhnya jembatan sebagai
berita yang terus menerus
disorot perkembangannya.
2. Kaltim Post membuat frame
pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara
dengan menampilkan aktor
tertentu – menyembunyikan
aktor lain. Aktor atau pihak
yang ditampilkan Kaltim Post
dalam berita runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara
yang menjadi headline dan
muncul di halaman utama mulai
tanggal 27 November 2011
hingga 26 Desember 2011
adalah tim evakuasi. Sedangkan
Pemkab Kukar merupakan aktor
atau pihak penting dalam
pemberitaan yang tersembunyi.
3. Pemberitaan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara
pada harian Kaltim Post
mengandung enam poin nilai
berita ideal. Nilai berita ini
apabila dijabarkan lebih lanjut
adalah significane (penting),
timeliness (waktu; news is new),
magnitude (besar; serius),
proximity (kedekatan),
22
prominence (ketenaran) dan
human interest.
Saran Berdasarkan hasil yang telah
peneliti peroleh selama melakukan penelitian, mala peneliti mengajukan
saran sebagai berikut:
1. Dalam setiap pemberitaan,
sebaiknya media tetap harus
mengingat fungsi kontrol sosial.
Dalam musibah runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara,
penanganan korban adalah hal
yang perlu diperhatikan. Ketika
penanganan itu dirasa lamban
dan tidak efektif, media
seharusnya melakukan kritisi
terhadap pihak yang berwenang
terhadap penanganan tersebut.
Dalam hal ini peran kontrol
sosial media sangat
berpengaruh.
2. Untuk melakukan analisis
framing pada pemberitaan suatu
media, sebaiknya tidak memilih
hard news untuk diteliti, karena
dalam hard news sulit dilihat
ideologi yang dianut media
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala
dan Siti Karlinah. 2004.
Komunikasi Massa. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Bennett, Tonny. 1982. “Media,
Reality, Signification.” Dalam
Michael Gurevitch, Tony Bennet,
James Curran and James
Wollacott (ed.). Culture, Society
and the Media. London: Methuen.
Carey, James W. 1989.
Communication as Culture:
Essays on Media and Society.
Boston: Unwin Hyman.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu,
Teori & Fisafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing:
Konstruksi, Ideologi, dan Politik
Media. Yogyakarta: LKiS.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi
Realitas Politik dalam Media
Massa. Jakarta: Granit.
Hiebert, Ray Eldon, Donald F.
Ungurait, Thomas W. Bohn.
1975. Mass Media: An
Introduction to Mass Communication. New York:
David McKay Company.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005.
Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakow, Lana F. 1985. “Some Good
News-Bad News About A
Culture-Centered Paradigm.”
Dalam Stanley A. Deetz (ed.).
Communication Yearbook. Vol.15. Newbury Park: Sage
Publication.
Septiawan K., Santana. 2005.
Jurnalisme Kontemporer. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Siregar, Ashadi. 2004. “Media Pers
dan Negara: keluar dari
Hegemoni.” Dalam Nunung
Prajarto (ed.). Komunikasi,
23
Negara, dan Masyarakat.
Yogyakarta : Fisipol UGM.
Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media
dan Pertarungan Wacana.
Yogyakarta: LkiS
Sunario, Prof. Dr. Astrid S. Susanto.
1993. Globalisasi dan
Komunikasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tubbs, Stewart L. & Sylvia Moss.
1996. Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tuchman, Gaye. 1981. “Making
News by Doing Work:
Routinizing the Unexpected.”
Dalam Morris Janowitz and Paul
Hirsch (ed.). Reader in Public
Opinion and Mass
Communication. Third Edition. New York: Macmillan Publishing.
Sumber Lain:
Sejarah Jembatan Kutai, tersedia di
http://harianhaluan.com/index.php
?option=com_content&view=article&id=10693:sejarah-jembatan-
kutai&catid=4:nasional&Itemid=7
8 (diakses tanggal 26 Desember 2011)
Jembatan Kutai Kartanegara
Runtuh, tersedia di
http://regional.kompas.com/read/2
011/11/26/17021438/Jembatan.K
utai.Kartanegara.Runtuh (diakses
tanggal 14 Januari 2012)