jurnal geoaplika (2008)

11

Click here to load reader

Upload: wahyuu-darmawann

Post on 16-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel ilmiah

TRANSCRIPT

  • Jurnal Geoaplika (2008)Volume 3, Nomor 3, hal. 133 141

    Sri Hartati SoenarmoImam A. SadisunEndri Saptohartono

    Kajian Awal Pengaruh Intensitas Curah HujanTerhadap Pendugaan Potensi Tanah Longsor BerbasisSpasial di Kabupaten Bandung, Jawa Barat

    Diterima : 10 Juni 2008Disetujui : 1 Agustus 2008 Geoaplika 2008

    Sri Hartati Soenarmo * SainsAtmosfer, FITB ITB Jl.Ganesha 10, BandungE-mail: [email protected]

    Imam A. Sadisun KKGeologi Terapan FITB ITBJl. Ganesha 10, BandungE-mail: [email protected] Saptohartono ProgramStudi Meteorologi, FakultasIlmu dan Teknologi KebumianITBJl. Ganesha 10, BandungE-mail: [email protected]

    * Alamat korespondensi

    Sari Bencana tanah longsor diIndonesia umumnya terjadi padamusim penghujan. Hujan memicutanah longsor melaluipenambahan beban lereng danpenurunan kuat geser tanah.Kajian gabungan model infiltrasiGreen-Ampt dan model stabilitaslereng telah digunakan dalampenelitian ini untuk mengetahuipengaruh intensitas curah hujanterhadap stabilitas lereng secaraspasio-temporal di KabupatenBandung. Kajian model infiltrasiGreen-Ampt digunakan untukmengetahui besarnya air hujanyang masuk ke dalam tanah.Kajian stabilitas lereng dilakukandengan menggunakan modelmatematik 2-dimensi, lereng takhingga, dengan pendekatankesetimbangan batas dan bidanggelincir. Lebih lanjut, kajiangabungan model infiltrasi danmodel stabilitas lereng telahdigunakan untuk estimasi waktuketidakstabilan lereng setelahhujan turun.

    Dalam penelitian ini telahdilakukan kajian terhadap tigatekstur tanah yang berbeda, yaitutanah pasir, tanah lempung, dantanah liat. Hasil yang diperolehmerupakan peta kerawanandugaan stabilitas lereng secaraspasio-temporal di KabupatenBandung pada saat 15 menit, 30menit, 45 menit, dan 1 jam setelahhujan turun untuk berbagai teksturtanah yang berbeda.

    Kata kunci:, model infiltrasi,tanah longsor, intensitas curahhujan, stabilitas lereng

    Abstract Landslide disasters inIndonesia usually occur duringthe rainy season. Rainfall triggersthe landslides by giving additionalloading and reducing shearstrength of soils. A combinedassessment of the Green-Amptinfiltration model and infiniteslope stability model are adoptedin this study to analyze theinfluence of the rainfall intensityto the spatio-temporal slopestability at Bandung Regency. TheGreen-Ampt infiltration model isapplied to measure the amount ofrain water infiltration into thesoil. Meanwhile, the slopestability analysis using 2-dimensional mathematics model,infinite slope, with limitequilibrium and slip planeapproaches are carried out. Thiscombined assessment is also usedto estimate the time duration ofwhen the slope will becomeunstable after the rainfall.

    This study is run for threedifferent soil textures, which aresand, clay, and mud. Theinvestigation results are thespatio-temporal maps of landslidesusceptibilities at BandungRegency on 15, 30, 45 minutes,and 1 hour after the rainfall forthose different soil textures.

    Keywords: infiltration model,landslide, rainfall intensity, slopestability

    133

  • Pendahuluan

    Indonesia yang beriklim marin-monsun tropisdiketahui memiliki karakteristik curah hujan rata-ratatinggi (Ramage, 1968; Nakamura dkk., 1994;Soenarmo, 2007). Curah hujan merupakan salah satufaktor pemicu terjadinya tanah longsor (Kawamotodkk., 2000; Iverson, 2000; Lan dkk., 2003).Tingginya intensitas curah hujan dapat menambahbeban pada lereng sebagai akibat peningkatankandungan air dalam tanah, yang pada akhirnyamemicu terjadinya longsoran (Pierson, 1980; Huangdan Lin, 2002).

    Penentuan daerah kerawanan tanah longsordikarakterisasi melalui penentukan lokasi, ukurandan waktu terjadinya tanah longsor (Iverson danMajor, 1986; Iverson, 2000). Di samping itu,penelitian mengenai pengaruh curah hujan terhadapstabilitas lereng telah menjadi topik penelitian cukupintensif di dunia (Yin dkk., 2002; Guzzetti dkk.,2005). Beberapa pendekatan secara empiris telahdigunakan dalam menentukan kerawanan bencanatanah longsor akibat pengaruh intensitas dan durasicurah hujan (Caine, 1980). Meskipun demikian,masih ditemukan kesulitan dalam mengukur besaraninfiltrasi curah hujan yang mampu mempengaruhistabilitas lereng (Pradel dan Raad, 1993; Gasmodkk., 2000). Oleh sebab itu, penelitian tentangpengaruh curah hujan dalam memicu terjadinyatanah longsor dengan penekanan pada kajianstabilitas lereng perlu dilakukan.

    Dari sisi metodologi, kajian stabilitas lereng denganmenggunakan model matematik 2-dimensi, lerengtak hingga, telah banyak digunakan (Xie dkk., 2001;

    untuk mengestimasi stabilitas lereng, menentukandaerah rawan tanah longsor, dan selanjutnyamengestimasi waktu terjadinya tanah longsor.

    Dalam penelitian ini, peta geologi, peta tekstur tanah,peta rupa bumi dan citra satelit Landsat 7-ETM(yang diambil pada tanggal 12 Mei 2001) digunakanuntuk melihat profil permukaan Kabupaten Bandungyang dianggap berpotensi tanah longsor. Dataintensitas curah hujan PT. Indonesia Power UnitBisnis Pembangkit Saguling 1998, Stasiun Plengan,Stasiun Cileunca, dan Stasiun Cipanunjang,digunakan untuk estimasi intensitas curah hujan diKabupaten Bandung. Kemudian, data curah hujanharian dari Pusat Penelitian dan Pengambangan Air,Bandung, tahun 2001 digunakan untuk pendugaaninfiltrasi curah hujan.

    Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan mengkonversidata rupa bumi DEM (Digital Elevation Model) dankelerengan. Untuk keperluan pengolahan spasialdiperlukan data digital tata guna lahan yangdiperoleh dari pemrosesan citra satelit denganmetode Maximum Likehood Enhanced. Dalampenelitian ini digunakan citra komposit band 542.

    Estimasi durasi dan intensitas curah hujan dilakukanberdasarkan data curah hujan harian menggunakanpersamaan yang diperoleh dari hasil pengamatancurah hujan terbesar dunia, WMO (WorldMeteorological Organisation) (Chow dkk, 1988)(Persamaan 1 dan 2).

    Cho dan Lee, 2002; Zhou dkk., 2003) dan telahdivalidasi untuk tanah longsor dangkal. Namun,

    t 0,475R

    442.................. (1)

    pendekatan tersebut masih belum mampu menjawabkebutuhan kerawanan tanah longsor secara spasio-temporal. Untuk alasan tersebut, penelitian inibertujuan untuk mengkaji pengaruh intensitas curah

    I R

    t.................. (2)

    hujan terhadap stabilitas lereng secara spasio-temporal dengan menggabungkan kajian hidrologidan kajian stabilitas lereng, dengan mengambil studikasus di Kabupaten Bandung.

    Metode

    Inventarisasi faktor penyebab dan faktor pemicutanah longsor penting untuk dilakukan. Faktorpenyebab tanah longsor antara lain meliputi teksturtanah, geomorfologi (Sadisun dkk., 2006) dankondisi lereng atau tutupan lahan (Sidle, 1992;Montgomery dan Dietrich, 1994; Wu dan Sidle,1995). Selain itu, salah satu faktor pemicu yangpenting karena pengaruhnya terhadap laju infiltrasidan infiltrasi kumulatif yaitu intensitas curah hujanyang tinggi. Kedua faktor tersebut dapat digunakan

    dengan I = intensitas hujan(mm/jam), R = curahhujan (mm), dan t = durasi hujan(jam).

    Karena Persamaan 1 diperoleh dari hasil pengamatanyang berlaku secara global, perlu dilakukanmodifikasi untuk memperoleh nilai durasi danintensitas curah hujan yang sesuai dengankarakteristik daerah penelitian.

    Laju infiltrasi air hujan ke dalam tanah diperolehdengan menggunakan model infiltrasi Green-Ampt(Lumb, 1962; Pradel dan Raad, 1993; Cho dan Lee,2002; Xie dkk., 2004) dan berdasarkan PersamaanDarcy dengan syarat batas kandungan air danmasukan air dianggap konstan, menggunakanPersamaan 3 dan 4.

    134

  • f K 1f i dFF

    ............. (3) Hasil dan PembahasanTds FF

    FF Z K t FF ......... (4) Estimasi durasi dan intensitas curah hujan di

    w i

    s i f ln 1

    i f

    dengan f = laju Infiltrasi (mm/jam), FF = kedalamaninfiltrasi total (m), t = waktu (jam), Ks =konduktivitas hidrolik jenuh tanah (mm/jam), f =parameter penyerapan batas pembasahan tanahGreen-Ampt (mm), = beda air tanah (mm3/mm3),

    i

    dan Zw = kedalaman bidang pembasahan (m).

    Dalam menentukan stabilitas lereng telah digunakanpendekatan model matematika 2-dimensi, lereng takhingga (Crosta 1998; Cho dan Lee, 2002),

    Kabupaten Bandung, menggunakan modifikasiPersamaan 1 dari data ukur pada tiga stasiunmeteorologi tahun 1998, yaitu stasiun Plengan,stasiun Cileunca dan stasiun Cipanunjang.Modifikasi dilakukan secara semi-empiris denganpengkelasan curah hujan harian (R) untukmenghaluskan hasil estimasi durasi hujan dari datapengamatan, diperoleh Persamaan 6 sampai 12sebagai berikut:

    .0 475R

    R < 10 mm : t........... (6)100 475.

    sebagaimana terlihat dalam Persamaan 5. Stabilitaslereng dinyatakan dengan faktor keamanan (factor ofsafety) yang merupakan rasio antara gaya atau

    10 R < 20 mm: t

    R

    170 4. 75

    R

    ........... (7)

    momen yang melawan terjadinya longsoran dan gayayang melongsorkan (Keller, 2000).

    20 R < 30 mm: t ........... (8)21

    0 4.75

    ' cos tan '30 R < 40 mm: t

    R ........... (9)42

    FS c

    sat zw u

    w

    ........... (5)

    0.475

    sat zw sin cos

    dengan c = kohesi efektif jenuh tanah (kN/m2), sat =

    40 R < 50 mm: t50 R < 60 mm:

    R26

    0 4. 75R

    ........... (10)

    berat jenis tanah jenuh (kN/m3), uw= tekanan pori airtanah (kN/m2), = kemiringan lereng, dan =

    t........... (11)360.475

    sudut geser dalam efektif.

    Parameter tekstur tanah yang digunakan dalam

    R 60 mm: t

    R ........... (12)15

    model seperti terlihat pada Tabel 1 yaitu contoh tabelproperti hidrolik dan geomekanik untuk tanah pasir,tanah lempung, dan tanah liat (Rawls dkk., 1983;Ogden dan Saghafian, 1997).

    Banyaknya air yang masuk ke dalam tanahmenimbulkan tambahan pembebanan pada lereng.Selain itu, dengan terbentuknya bidang batas antaradaerah resapan dan daerah di bawahnya, berpotensimenjadi bidang gelinciran tanah longsor. Padapenelitian ini, untuk mempermudah perhitungandigunakan asumsi bahwa keadaan pada bidangpembasahan/gelinciran dianggap jenuh dan hanyaproperti tanah permukaan yang berpengaruhterhadap stabilitas lereng (Lumb, 1975; Crosta1998). Penelitian ini merupakan simulasi denganbeberapa skenario pengaruh curah hujan terhadapstabilitas lereng berdasarkan variasi durasi curahhujan 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 1 jam,dengan variasi intensitas curah hujan 10.4 mm/jam(minimum), 20 mm/jam, 40 mm/jam, 80 mm/jam,dan 100 mm/jam (maksimum), dengan tekstur tanahpasir, tanah lempung dan tanah liat serta padakemiringan lereng 20%, 30%, dan 40 %, denganpengaruh tutupan lahan diabaikan.

    Hasil estimasi durasi curah hujan terhadap curahhujan harian stasiun Plengan diperoleh korelasisebesar 0,72 (Gambar 1 (a)), kemudian dilakukanestimasi intensitas curah hujan dengan menggunakanPersamaan 2, diperoleh korelasi sebesar 0,68(Gambar 1 (b)).

    Laju infiltrasi merupakan fungsi dari kondisi tanah(kelembaban tanah, tekanan pori, dan konduktivitashidrolik tanah), dan besarnya intensitas curah hujan(Espinoza, 1999). Laju infiltrasi tiap tekstur tanahditunjukkan pada Gambar 2 (a). Kapasitas infiltrasimerupakan kemampuan maksimum tanah dapatmenyerap air hujan, yang merupakan fungsi darikandungan kelembaban inisial dan intensitas hujan.Apabila intensitas berada di bawah kapasitasinfiltrasi minimum (Ks, konduktivitas hidrolik jenuh)atau belum terjadi kejenuhan permukaan, makainfiltrasi akan terus berlangsung tanpa terjadigenangan (ponding). Setelah tercapai kejenuhanpermukaan, maka genangan akan segera terbentuksehingga laju infiltrasi akan berkurang hinggamencapai kapasitas infiltrasi tanah (Cho dan Lee2002). Gambar 2 (b) menunjukkan lengkunginfiltrasi kumulatif tiap tekstur tanah. Pada saatterjadi genangan permukaan, maka laju infiltrasikumulatif akan berkurang hingga mencapai nilaiminimumnya.

  • 135

  • 5.0

    4.5

    4.0

    3.5

    3.0

    2.5

    2.0

    1.5

    1.0

    0.5

    Stasiun Plengan R = 0,72

    Data

    Hitung

    50.0

    45.0

    40.0

    35.0

    30.0

    25.0

    20.0

    15.0

    10.0

    5.0

    0.0

    Stasiun Plengan R = 0.68

    Data

    Hitung

    0.052 12 32 37 60 4 50 4 20 16 14 30

    CH (mm)

    52 12 32 37 60 4 50 4 20 16 14 30

    Ch (mm)

    .Gambar 1. Hasil estimasi durasi (a) dan intensitas curah hujan (b) stasiun Plengan.

    120.0

    Laju Infiltrasi (mm/jam)i = 100 mm/jam ; d= 1 jam 120.0

    Infiltrasi Kumulatif (mm)i max = 100 mm/jam ; d = 1 jam

    100.0 100.0

    80.0 80.0

    60.0

    40.0

    20.0

    0.0

    T. PasirT. Lempung

    T. Liat

    60.0

    40.0

    20.0

    0.0

    T. Pasir

    T. Lempung

    T. Liat

    Waktu (jam) Waktu (jam)

    Gambar 2. Lengkungan estimasi laju infiltrasi (a) dan infiltrasi kumulatif (b),masing-masing untuk tekstur tanah pasir, tanah lempung dan tanah liat.

    Tabel 1. Properti hidrolik dan geomekanik tekstur tanah pasir, tanah lempung,tanah liat (Rawls dkk, 1983; Ogden dan Saghafian, 1997; Xie dkk, 2004)

    Tekstur Tanah

    PorositasEfektif

    ( )e

    Wilting PointWater Centent

    ( )w

    i e w

    Ks(mm/jam)

    f

    (mm)

    Pasir 0.471 0.033 0.384 235.6 96.2

    Pasir Lempungan 0.401 0.055 0.346 59.8 119.6

    Lempung Pasiran 0.412 0.095 0.317 21.8 215.3

    Lempung 0.434 0.117 0.317 13.2 175.0

    Lempung Liatan 0.390 0.197 0.193 2.0 408.9

    Liat Pasiran 0.321 0.239 0.082 1.2 466.5

    Liat Lempungan 0.423 0.250 0.173 1.0 577.7

    Liat 0.385 0.272 0.113 0.6 622.5

    136

  • Tabel 2. Kedalaman bidang pembasahan Zw tiap tekstur tanah berbagai kemiringan lereng

    TeksturTanah

    Kedalaman Bidang Pembasahan (m)

    Kemiringan Lereng (derajat)

    10 20 30 40

    Pasir 4,9 0,8 0,5 0,4

    Lempung 10,2 2,8 1,8 1,4

    Liat 79,1 26,4 17,3 14,4

    Tabel 3. Estimasi waktu kritis lereng menjadi tidak stabil (dalam jam).

    Tekstur Tanah Pasir Tanah Lempung Tanah Liat

    Tanah Kemiringan Lereng Kemiringan Lereng Kemiringan LerengIntensitas(mm/jam) 100 200 300 400 100 200 300 400 100 200 300 400

    10,4 1,929 0,669 0,441 0,369 1,517 0,525 0,345 0,289 1,173 0,405 0,269 0,225

    20 1,005 0,349 0,229 0,193 0,789 0,273 0,181 0,153 0,649 0,213 0,141 0,117

    50 0,405 0,141 0,093 0,077 0,317 0,109 0,073 0,061 0,445 0,125 0,057 0,049

    80 0,253 0,089 0,061 0,049 0,253 0,069 0,045 0,041 0,421 0,129 0,085 0,061

    100 0,161 0,057 0,037 0,023 0,217 0,057 0,029 0,025 0,413 0,133 0,093 0,081

    300.0

    250.0

    200.0

    Zw (m)i max = 100 mm/jam ; d = 1 jam

    5.0

    4.5

    4.0

    3.5

    3.0

    Factor of Safety T. Lempungi max = 1000 mm/jam ; d = 1 jam

    10 drjt20 drjt

    30 drjt40 drjt

    150.0

    100.0

    50.0

    T. Pasir

    T. Lempung

    T. Liat

    2.5

    2.0

    1.5

    1.0

    0.5

    0.0 0.0

    Waktu (jam) Waktu (jam)

    Gambar 3. Lengkungan estimasi kedalaman bidang pembasahan (a) dan stabilitas lerengberdasarkan faktor keamanan/FS (b) untuk berbagai kemiringan lereng.

    Kemampuan simulasi model infiltrasi Green-Amptyang sederhana dan stabil (Qi, 2006) telah digunakandalam penelitian ini untuk menunjukan profil lajuinfiltrasi tiap tekstur tanah. Dalam model Green-Ampt, profil kandungan air tanah ditunjukkandengan tipe piston (bidang batas pembasahan, Zw).Suction head pada bidang batas pembasahandianggap konstan, di atas bidang batas pembasahan Ksdianggap konstan, kondisi ini tanah dianggap jenuhdari permukaan hingga bidang batas

    pembasahan. Gambar 3 (a) merupakan lengkungankedalaman bidang pembasahan (Zw) terhadap waktudari tiga tektur tanah, pada intensitas curah hujanmaksimum (100 mm/jam) dan durasi 1 jam.

    Dalam model stabilitas infinite slope, kedalamaanZw diasumsikan sebagai kedalaman bidanggelinciran (Fredlund dkk., 1978). Pengaruhkemiringan lereng akan mengurangi infiltrasisehingga kedalaman Zw semakin dangkal (Crosta,

    137

  • 1998). Kedalaman Zw tiap tekstur tanah danberbagai kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel2. Gambar 3 (b) adalah lengkungan faktor keamanan(FS) tanah lempung terhadap waktu pada berbagaikemiringan lereng, 1 jam setelah hujan turun.Lengkungan faktor keamanan digunakan untukmenentukan stabilitas lereng pada berbagai intensitascurah hujan, jenis tekstur tanah dan berbagaikemiringan lahan (Iverson, 1991). Lereng dikatakankritis jika FS = 1. Tiap tekstur tanah memberikanreaksi yang berbeda-beda dalam kecepatan untukmencapai kondisi kritis. Nilai faktor keamanan terusberkurang terhadap waktu akibat penambahan air kedalam tanah.

    Lereng dalam kondisi kritis dapat dikatakan sebagaikondisi rawan (saat lereng menjadi tidak stabil)terjadinya tanah longsor, sehingga estimasi waktulereng kritis menjadi penting. Tabel 3 menunjukkanhasil estimasi waktu kritis lereng (dalam jam), padaintensitas 10.4 mm/jam, 20 mm/jam, 50 mm/jam, 80mm/jam, dan 100 mm/jam, pada kemiringan lereng10%, 20%, 30%, dan 40%, serta dengan teksturtanah pasir, tanah lempung, dan tanah liat. Semakintinggi kemiringan lereng, semakin cepat waktukondisi kritis tercapai. Hal tersebut dikarenakansemakin tinggi kemiringan lereng akanmeningkatkan tegangan geser tanah yang merupakanfungsi dari kemiringan lereng dan berat lereng.Pengaruh besarnya curah hujan belum tentumempercepat terjadinya kerawanan, hal tersebutdikarenakan adanya proses genangan, sehinggakandungan air akan berbeda-beda pada tiap tanahtergantung pada besarnya infiltrasi.

    Kehandalan model infiltrasi Green-Ampt dalammenduga kedalaman Zw, dan merupakan bidanggelincir model stabilitas lereng tak hingga, telahmampu digunakan untuk menduga waktu kritisterjadinya tanah longsor. Aplikasi lanjutan darigabungan kajian hidrologi dan geoteknik ini adalahuntuk menghasilkan peta dugaan spasio-temporalkerawanan tanah longsor. Hasil ekstrapolasi untukmemperoleh peta spasio-temporal kerawanan tanahlongsor ditampilkan pada Gambar 4, digunakan

    untuk menduga perkembangan stabilitas lereng ataudaerah kerawanan tanah longsor di KabupatenBandung, 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 1 jamsetelah hujan turun, dengan klasifikasi faktorkeamanan FS

  • Gambar 4. Stabilitas lereng 15 menit (a), 30 menit (b), 45 menit (c),dan 1 jam setelah hujan.

    Gambar 5. Distribusi waktu kritis pada saat lereng tidak stabil.

    139

  • Daftar Pustaka

    Caine, N., 1980. The rainfallIntensityduration controlof shallow landslidesand debris flows.Geografiska Annaler, 62A(1-2): 23-27.

    Cho, S. E. dan Lee, S. R., 2002.Evaluation of surficialstability for homo-geneous slopes consi-dering rainfall charac-teristics. J. GeotechGeoenv., ASCE, 128(9): 756 - 763.

    Chow, V. T., Maidment, D. R.dan Mays, L.W., 1988.Applied Hydrology.McGraw-Hill.

    Crosta, G., 1998. Regionalizationof rainfall thresholds: anaid to landslide hazardevaluation. Environ.Geol., 35(23): 131145.

    Espinoza, R. D., 1999.Infiltration, The Handbook of Ground-waterEngineering. ChemicalRubber Corp., BocaRaton, Fla.

    Fredlund, D. G., Morgenstern, N.R., dan Widger, R. A.,

    1978. The shear strengthof unsaturated soils.Can. Geotech. J., 15:313321.

    Gasmo, J. M., Rahardjo, H., danLeong, E. C., 2000.Infiltration effects onstability of a residualsoil slope. Comput.Geotech., 26(2), 145165.

    Guzzetti, F., Peruccacci, S. danRossi, M., 2005.Definitions of CriticalThreshold for DifferentScenatios. RISKAWARE Action 1.16,IRPI CNR, Perugia,Italy.

    Huang, L. J. dan Lin, X. S.,2002. Study onlandslide related torainfall. Journal ofXiangtan NormalUniversity (in Chinese,Natural ScienceEdition), 24(4): 55 62.

    Iverson, R. M., 1991. Sensitivityof stability analyses togroundwater data. In:Bell DH (ed)Proceedings of VIth

    International Sympo-sium on Landslides,Christchurch, NewZealand, Balkema,Amsterdam, hal. 451457.

    Iverson, R. M., 2000. Landslidetriggering by raininfiltration. WaterResources Research,36(7): 18971910.

    Iverson, R. M. dan Major, J. J.,1986. Groundwaterseepage vectors and thepotential for hillslopefailure and debris flowmobilization. WaterResources Research,22(11): 15431548.

    Kawamoto, K., Oda, M., danSuzuki, K., 2000.Hydro-geological studyof landslides caused byheavy rainfall onAugust 1998 inFukushima, Japan.Journal of NaturalDisaster Science, 22(1):1323.

    Keller, E. A., 2000.Environmental Geology.8th Edition, PrenticeHall.

    Lan, H. X., Zhou, C. H., Lee, C.F., Wang, S., dan Wu,F. Q., 2003. Rainfall-induced landsidestability analysis inresponse to transientpore pressure. Science

    in China Series,Technological Sciences,46: 52-68.

    Lumb, P., 1962. Effects ofrainstorms on slopestability. In:Proceedings of theSymposium on HongKong Soils. GCO Publ.,Hong Kong, hal. 7387.

    Lumb, P., 1975. Slope failures inHong-Kong. Q. J. EngGeol., 8: 3165.

    Montgomery, D. R. dan Dietrich,W. E., 1994. Aphysically based modelfor the topographiccontrol on shallowlandsliding. WaterResour. Res., 30: 11531171.

    Nakamura, K., Noerdjito, W. A.,dan Hasyim, A., 1994.Regional difference andseasonality of rainfall inJava, with specialreference to Bogor.Tropics, 4(1): 93103.

    Ogden, F. L. dan Saghafian, B.,1997. Green and Amptinfiltration withdistribution. J Irrigationand DrainageEngineering, ASCE,123(5): 386393.

    Pierson, T. C., 1980. Piezometricresponse to rainstormsin forested hillslopedrainage depressions.Journal of Hydrology(New Zealand), 19: 110.

    Pradel, D. dan Raad, G., 1993.Effect of permeabilityon surficial stability ofhomogeneous slopes. J.Geotech. Eng., 119(2):315332.

    Qi, Z., 2006. Comparison ofFinite DifferenceMethod, PhilipsMethod and Green-Ampt Model in

    140

  • Infiltration Simulation.Department ofAgricultural Engineering.

    Ramage, C. S., 1968. Role of atropical maritimecontinent in theatmospheric circulation.Mon. Wea. Rev., 96:365370.

    Rawls, W. J., Brakensiek, D. L.dan Miller, N., 1983.GreenAmpt infiltrationparameters from soilsdata. J. Hydraul. Eng.,109(1): 6270.

    Sadisun, I. A., Kartiko, R. D. danAdianto, A. Y., 2006.Landslide frequencyanalysis in amountainous area ofWeninggalih, WestJava, Indonesia; atechnical note. Proc.The 35th IAGI AnnualConvention andExhibition, Pekanbaru,Riau, 6 pp.

    Sidle, R. C., 1992. A theoreticalmodel of the effects oftimber harvesting onslope stability. Water

    Resour. Res., 28: 18971910.

    Soedradjat, G. M., 2006.Manajemen BencanaBerbasis Masyarakat.Pusat Vulkanologi danMitigasi BencanaGeologi.

    Soenarmo, S. H., 2007. Theecohydrogeometeorological analysis forBandung Basin basedon the rainfallcharacteristics andsatellite imageprocessing. Proc.GroundwaterManagement and WaterResourses Conference,MHI - Bali.

    Wu, W. dan Sidle, R. C., 1995. Adistributed slopestability model for steepforested basins. WaterResour. Res., 31: 20972110.

    Xie, M., Zhou, G., dan Esaki, T.,2001. Landslide hazardassessment using MonteCarlo simulation basedon GIS. In: The 10thInternational

    Conference ofIACMAG, Arizona, pp.169173.

    Xie, M., Esaki, T., dan Cai, M.,2004. A time-spacebased approach formapping rainfall-induced shallowlandslide hazard.Environmental Geology,46: 840850.

    Yin, Q. L., Wang, Y., dan Tang,Z. H., 2002.Mechanism anddynamic simulation oflandslide byprecipitation.Geological Science andTechnology Information(in Chinese), 21(1): 7578.

    Zhou, G., Esaki, T., Mitani, Y.,Xie, M., dan Mori, J.,

    2003. Spatialprobabilistic modelingof slope failure using anintegrated GIS MonteCarlo simulationapproach. Int. J. Eng.Geol., 68: 373386.

    141

  • Jurnal Geoaplika (2008)Volume 3, Nomor 3, hal. 133 141

    142