jurnal dirsya yudia sari
TRANSCRIPT
-
ARTIKEL/JURNAL
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI
PENGGUNA NARKOBA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KLAS II A
MUARO PADANG
TAHUN 2015
Penelitian Keperawatan Jiwa
DIRSYA YUDIA SARI
BP.1010323005
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
-
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PENGGUNA
NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A MUARO
PADANG TAHUN 2015
Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.J*a, Ns. Bunga Permata Wenny, S.Kep*b
Dirsya Yudia Sari*c
*aDosen Pembimbing I Politeknik Kesehatan Padang
*bDosen Pemnimning II Fakultas Keperawatan Universitas Andalas *cMahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Abstract : Relationship Of Social Support And Self-Concept Of Drug Users In
Penitentiary Class II A Muara Padang 2015
Dependence on drug users negatively impact the health and psychological
condition. Drugs can alter the state of a person, including the concept of self-owned.
Negative self-concept tends to occur in drug users, so it takes the factors that can
change the negative self-concept on users, namely social support from family, friends
and prison officers. This study aimed to determine the relationship of social support and
self-concept drug users in prison Class II A Muara Padang Year 2015 Type of research
using analytic descriptive design with cross sectional approach. This study was
conducted on 55 respondents. Data were collected using a questionnaire consisting of
demographic data, self-concept, and social support. The results showed that (74.5%)
inmates with drug cases have a positive self-concept, and (85.5%) inmates with drug
cases get high social support. Based on the results of chi-square test, it is known that
there is a significant relationship between social support and self-concept drug users in
prison Class II A Muaro Champaign in 2015 with a value (p = 0.000). It can be
concluded that social support can improve self-concept drug inmates in Penitentiary
Class II A Muaro Padang. Based on the research results, it is recommended to family
and friends a source of social support, providing motivation for the inmates and the
prison officers provide guided and health education on drug prisoners.
Keywords : Drugs, self-concept, social support
Bibliography : 88 (1971 - 2014)
-
Abstrak : Hubungan Dukungan Sosial Dengan Konsep Diri Pengguna
Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang
Tahun 2015
Ketergantungan pada pengguna narkoba memberikan dampak buruk bagi kondisi
kesehatan dan psikologis. Narkoba dapat merubah keadaan diri seseorang termasuk
konsep diri yang dimiliki. Konsep diri negatif cenderung terjadi pada pengguna
narkoba, sehingga dibutuhkan faktor yang dapat mengubah konsep diri negatif pada
pengguna, yaitu dukungan sosial dari keluarga, teman serta petugas lapas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan konsep diri pengguna
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2015. Jenis
penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan pada 55 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner
yang terdiri dari data demografi, konsep diri, dan dukungan sosial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (74,5%) narapidana dengan kasus narkoba memiliki konsep diri
positif, dan (85,5%) narapidana dengan kasus narkoba mendapatkan dukungan sosial
yang tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-square, diketahui bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan sosial dengan konsep diri pengguna narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2015 dengan nilai (p=0,000). Dapat
disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan konsep diri narapidana
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang. Berdasarkan hasil
penelitian, disarankan kepada keluarga dan teman menjadi sumber dukungan sosial,
memberikan motivasi bagi narapidana dan bagi petugas lapas memberikan binaan dan
pendidikan kesehatan pada narapidana narkoba.
Kata kunci : Narkoba, konsep diri, dukungan sosial
Daftar Pustaka : 88 (1971 - 2014)
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berbagai macam masalah muncul dan
semakin banyak dijumpai pada zaman
globalisasi saat ini, salah satunya masalah
penyalahgunaan narkoba. Perkembangan
penyalahgunaan narkoba telah menjadi
permasalahan dunia yang tidak mengenal
batas negara, bahkan sudah menjadi
bahaya global yang mengancam semua
sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. United Nation Office On Drugs
and Crime (UNODC) adalah lembaga
yang membahas perkembangan peredaran
narkoba di berbagai negara-negara
didunia, tercatat tahun 2012
menyalahgunakan narkoba mencapai 297
juta jiwa, dengan kelompok umur 15-64
tahun atau sebesar 3,9% (BNN, 2013).
Penyalahgunaan narkoba adalah
pemakaian obat secara terus-menerus atau
sekali-sekali secara berlebihan tanpa
indikasi medis dan tidak dalam
pengawasan dokter. Penyalahgunaan
narkotika dan bahan adiktif di Indonesia
merupakan masalah yang sangat
mengkhawatirkan. Karena posisi
Indonesia sekarang ini tidak hanya
sebagai daerah transit maupun pemasaran
narkotika, psikotropika dan zat adiktif,
melainkan sudah menjadi daerah produsen
narkotika, psikotropika dan zat adiktif
(BNN, 2011).
Berdasarkan data yang dihimpun
Badan Narkotika Nasional bekerja sama
dengan Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia tahun 2011, tingkat
prevalensi pengguna narkoba di Indonesia
dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Jika tahun 2004 prevalensi sebesar 1,75%,
hingga tahun 2011 naik menjadi 2,2% dari
total populasi penduduk (berusia 10-60
tahun) atau sekitar 3,8 s/d 4,3 juta orang.
Hal ini mengalami peningkatan sebesar
-
0,21% bila dibandingkan tahun 2008
(1,99%) atau sekitar 3,3 juta orang.
Jumlah narapidana dan tahanan kasus
narkoba tahun 2007 2011 di Propinsi
Sumatera Barat sebanyak 924 orang,
jumlah tersangka penyalahguna
(konsumen) Narkotika dan Psikotropika
tahun 2009 sebanyak 391 pengguna, tahun
2010 sebanyak 416 pengguna dan tahun
2011 meningkat sebanyak 461 pengguna,
sehingga Provinsi Sumatera Barat
mendapatkan rangking VIII dari seluruh
Propinsi yang ada di Indonesia.
Kepolisian Daerah Sumatera Barat
(POLDA SUMBAR) Direktorat reserse
Narkoba menguraikan bahwa terdapat 102
kasus tindak pidana dan penyalahgunaan
narkoba di Kota Padang dengan berbagai
jenis narkoba (BNN, 2012).
Permasalahan ketergantungan atau
penyalahgunaan narkoba mempunyai
dimensi yang luas dan kompleks baik dari
sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa
maupun psikososial, kriminalitas, dan
kerusuhan massal (Hawari, 2003).
Perilaku seseorang menggunakan narkoba
dipengaruhi berbagai hal seperti,
kepribadian seseorang ingin tahu dan
ingin mencoba sesuatu yang belum
diketahui, memiliki kesempatan karena
kurang perhatian sehingga mencari
pelarian dengan menyalahgunaan narkoba,
sarana dan prasarana yang mudah untuk
didapat, dan pengaruh teman dekat diajak
agar diterima oleh teman kelompok
(Hikmat, 2007).
Memakai narkoba atau obat
terlarang memiliki dampak bagi
penggunanya. Beberapa dampak dari
penyalahgunaan narkoba yaitu, fisik,
mental emosional (psikologis) dan
kehidupan sosial. Dampak fisik dapat
dilihat dari pengguna itu sendiri yaitu
dengan penurunan kemampuan belajar,
aktivitas kerja secara drastis, sulit
membedakan mana perbuatan baik
maupun perbuatan buruk, perubahan
perilaku menjadi antisosial (perilaku
-
maladaptif), dan dampak fisik terlihat
kerusakan kulit akibat zat yang digunakan
(Mufarrohah, 2012).
Kondisi psikologis yang dialami
pengguna narkoba yaitu kehilangan
konsentrasi dan sering melamun, afektif
yang terdiri dari kesedihan yang
mendalam, krisis kepercayaan diri,
kecurigaan yang berlebihan, dendam,
tertekan dan cemas, hubungan sosial yang
terdiri dari pribadi yang tertutup,
pengurungan diri dan antisosial, dan
psikomotorik yang terdiri dari jalan
menjadi terhuyung-huyung, gerakan
tangan dan kaki yang tidak terkendali dan
tanpa tujuan (Afrinisna, 2012).
Semakin meluasnya
penyalahgunaan narkoba ini juga
menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan sosial, yaitu munculnya tindak
kejahatan sehingga mempengaruhi
ketertiban masyarakat. Dengan demikian,
bahaya penyalahgunaan narkoba tidak saja
merugikan pengguna, tetapi juga bagi
keluarga dan masyarakat lingkungannya
(Padmiati & Kuntari, 2011). Seorang
pengguna merasa malu dan dikucilkan,
bahkan tidak dianggap oleh keluarganya
karena memiliki anggota keluarga seorang
pecandu, hal ini juga berdampak terhadap
pandangan masyarakat terhadap pecandu
narkoba (Noviarini, dkk , 2013).
Stigma atau pandangan masyarakat
terhadap pengguna narkoba sangat buruk.
Masyarakat menganggap bahwa pengguna
narkoba adalah pelaku kejahatan dan
sebagai kriminal (Handayani, 2011).
Pengertian stigma pecandu, adalah
serangkaian gagasan dan keyakinan yang
menghubungkan kondisi kecanduan
narkoba dengan perilaku seseorang atau
kelompok yang dianggap negatif oleh
masyarakat. Pecandu narkoba seringkali
dikaitkan dengan kejahatan, perilaku tidak
patuh karena menggunakan narkoba yang
dilarang oleh undang-undang negara.
Stigma pecandu adalah muatan sosial
-
negatif yang dikaitkan dengan perilaku
menyimpang (Green, Cris Wred, 2001).
Dari reaksi masyarakat tersebut dapat
mempengaruhi konsep diri pengguna
narkoba. Hal ini sesuai dengan teori
Malcolm & Selve (dalam Azmiyati.dkk,
2014) yang menyatakan bahwa reaksi
orang lain (significant other) dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri
pengguna narkoba, dimana reaksi orang
lain tersebut dinilai dari bagaimana orang
lain memperlakukan kita. Sedangkan
menurut Michener dkk. (dalam Suryanto,
2011), bagaimana cara orang lain
(significant others) memandang seseorang
dan memberikan umpan terhadap tingkah
laku seseorang akan mempengaruhi
perkembangan konsep diri seseorang yang
bersangkutan.
Suliswati (2005) menjelaskan bahwa
konsep diri adalah semua ide, pikiran
kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
Sementara Calhoun & Acocella (dalam
Rola, 2006) mengatakan bahwa konsep
diri adalah pandangan kita tentang diri
sendiri, yang meliputi dimensi:
pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan mengenai diri sendiri, dan
penilaian tentang diri sendiri.
Menurut Mayasanti (2006),
penghayatan penyalahguna narkoba
tentang kondisi fisik dan psikisnya dapat
mempengaruhi gambaran dirinya dan
anggapannya bagaimana penampilannya
didepan orang lain serta keberadaannya
dilingkungan sosialnya dengan kondisi
fisik dan psikis yang berbeda dari orang
normal. Akibat penyalahguanaan narkoba,
pengguna menderita penyakit yang
menyebabkan tubuhnya lemah,
penampilannya kurang menarik dan
merasa dikucilkan dari lingkungan
sosialnya. Gejala- gejala tersebut
merupakan kesadaran diri yang negatif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Willian H.
-
Fitts (dikutip Rahman, 2009) tentang
konsep diri yaitu keseluruhan kesadaran
mengenai diri yang diamati, dialami dan
dinilai.
Yurliani (2007) mengatakan
pengguna narkoba yang mengalami
masalah kehidupan yang mengakibatkan
dirinya mengalami masalah stres karena
tidak menemukan jalan keluar dan tidak
ada satupun seseorang yang dapat
dipercaya untuk menyelesaikan masalah
mereka, sehingga mereka menggunakan
narkoba sebagai solusi dari masalah
tersebut. Selain itu, akibat dari
penyalahgunaan narkoba itu sendiri juga
mempengaruhi konsep diri seseorang,
sesuai dengan hasil penelitian Rahmana
(2005) menjelaskan setelah memakai
narkoba perubahan konsep diri pengguna
memiliki konsep diri yang negatif yang
dapat menghambat komunikasi antar
pribadi dari pengguna narkoba, sehingga
pengguna menutup-nutupi keadaannya
sebagai seorang pemakai narkoba dari
lingkungan. Sementara penelitian
Samuels, Donald J. dan Samuels, Mauriel
(1974) yang dilakukan di Miami Florida
kepada 37 remaja pengguna narkoba,
menunjukkan bahwa 75,5% penyebab
pengguna untuk penggunakan narkoba
karena memiliki konsep diri rendah.
Pemakaian narkoba akan memiliki
dampak negatif bagi seseorang. Dampak
tersebut akan menimbulkan reaksi dari
lingkungan sosialnya, sehingga
menyebabkan pengguna memiliki konsep
diri yang rendah (Herdiyanto &
Surjaningrum, 2014). Lingkungan sosial
berpengaruh terhadap konsep diri
pengguna narkoba, lingkungan sosial yang
baik akan memberikan efek yang baik
bagi pengguna tetapi jika lingkungan
sosial buruk maka akan berdampak buruk
pula pada keadaan pengguna. Salah satu
upaya untuk dapat meningkatkan konsep
diri seseorang yaitu dengan dukungan
sosial yang didapatkan dari lingkungannya
(Kasih, 2008).
-
Menurut Hurlock, (1994 dalam Kasih,
2008) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi konsep diri seseorang,
yaitu: kondisi fisik, nama atau julukan,
kepatuhan seks, hubungan keluarga,
teman sebaya, penampilan diri dan
dukungan sosial. Menurut Hanifah &
Unayah (2011) dukungan besar
pengaruhnya bagi pengguna narkoba.
Dukungan yang didapat tidak hanya dari
keluarga saja tetapi juga bisa didapat dari
teman dan orang-orang
dilingkungannya,dengan mendapatkan
dukungan sosial ini akan membangkitkan
kepercayaan diri bagi pengguna narkoba.
Dukungan sosial adalah bentuk
tingkah laku yang diberikan dari orang-
orang yang dianggap berarti bagi individu
yang dapat berpengaruh bagi
perkembangan individu (Noviarini, dkk ,
2013). Menurut Sarafino (2002) Social
support (dukungan sosial) mengacu pada
kenyamanan yang diterima, diperhatikan,
dihargai atau membantu seseorang untuk
menerimanya dari orang lain atau
kelompok-kelompok.
Menurut Papalia & Olds (1995
dalam Yurliani, 2007) pemberian social
support dari orang-orang yang berarti
disekitar kehidupan akan memberikan
kontribusi yang terbesar dalam proses
penyembuhan penderita ketergantungan
narkoba. Dukungan yang diberikan oleh
orang tua, saudara, teman, pacar dan
orang disekitar yang memilki pengaruh
pada individu tersebut. Dukungan dapat
berupa dukungan emosional,
informasional,intrumental,penghargaan,
dan dukungan companionship. Sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Crismawati (2008) menunjukkan
23,8 % dukungan sosial sangat
berpengaruh dalam motivasi kesembuhan
pada pengguna narkoba.
Indonesia memiliki Undang-
Undang R.I No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika dan Peraturan Pelaksanaannya.
Seorang pengguna narkoba jika tertangkap
-
menggunakan narkoba maka pengguna
tersebut akan ditindak pidanai oleh
majelis hakim dan di hukum penjara
dalam jangka waktu tertentu serta di
tempatkan dalam rumah tahanan atau
lembaga pemasyarakatan (BNNP, 2013).
Salah satu Lembaga pemasyarakatan
yang ada di Kota Padang yaitu Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A yang terletak di
daerah Muaro Padang. Jumlah narapidana
yang ada di Lembaga pemasyarakatan
klas II A Muaro Padang tercatat dari
Januari hingga November 2014 sebanyak
872 orang narapidana, dengan kasus
penyalahgunaan narkoba tercatat dari
bulan Agustus hingga Oktober 2014
terdapat 225 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan
dan data yang didapatkan dari petugas
lembaga pemasyarakatan terhadap 6 orang
narapidana dengan kasus penyalahgunaan
narkoba pada tanggal 7 Januari 2014 di
Lembaga Pemasyarakatan klas II/A
Muaro Padang, dimana 3 dari 6
narapidana merasakan gelisah dan tidak
dapat tidur nyenyak karena memikirkan
keadaannya yang sekarang ini, 5 dari 6
narapidana merasa tidak puas dengan
keadaan dirinya yang berada di lembaga
pemasyarakatan, 5 dari 6 narapidana
mengatakan dapat menyesuaikan diri
dengan orang lain saat berada di lembaga
pemasyarakatan, 4 dari 6 narapidana
mengatakan berusaha melakukan yang
benar selama berada di lembaga
pemasyarakatan.
Berdasarkan data dari 6 narapidana
tersebut, 3 dari 6 narapidana mengatakan
keluarga jarang mengunjunginya di
lembaga pemasyarakatan, 1 dari 6
narapidana mengeluhkan susah bertemu
dengan keluarga selama berada di
lembaga pemasyarakatan, 3 dari 6
narapidana mengatakan tidak punya
teman dan merasa sendiri di lembaga
pemasyarakatan, 4 dari 6 narapidana
sering dimarahi petugas lembaga
pemasyarakatan karena sering terlambat
-
dalam melakukan kegiatan rutin di
lembaga pemasyarakatan, 2 dari 6
narapidana merasa sering di nasehati oleh
petugas Lembaga permasyarakatan.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti
tertarik meneliti tentang hubungan
dukungan sosial dengan konsep diri
pengguna narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
tahun 2015.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif analitik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Cross
Sectional. Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial dengan
konsep diri pengguna narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
55 responden. Dalam penelitian ini
Metode pengambilan sampel yang
digunakan ialah probability sampling
(random sampling) dengan teknik cluster
sampling, dimana pemilihan sampel yang
dilakukan pada setiap blok yang ada.
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel independen dan
variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Variabel dependen yaitu
konsep diri dinilai dengan kuesioner yang
diadaptasi dari Maria (2007) yang
dikembangkan oleh Berzonsky (1981) dan
Fitts (dalam Burns, 1979) dan untuk
mengukur variabel independen dukungan
sosial dinilai dengan kuesioner yang
diadaptasi dari Adha, (2014) berdasarkan
teori dukungan sosial dari House dalam
Depkes (2002).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
-
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Masa Hukuman, dan Lama
Menggunakan Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)
No. Karakteristik Responden f %
1. Umur
a. 18-40 tahun (Dewasa awal) b. 41-60 tahun (Dewasa tengah)
45
10
81,8
18,2
2. Jenis kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
53
2
96,4
3,6
3. Pendidikan
a. Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) c. Sekolah Menengah Akhir (SMA) d. Perguruan Tinggi
2
16
31
6
3,6
29,1
56,4
10,9
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja b. Bekerja
16
39
29,1
70,9
5. Masa Hukuman
a. < 1 tahun b. 1-4 tahun c. > 4 tahun
3
46
6
5,4
83,6
10,9
6. Lama Menggunakan Narkoba
a. < 1 tahun b. 1-5 tahun c. > 5 tahun
17
34
4
30,9
61,8
7,3
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (81,8%)
responden berada pada rentang usia 18-40 tahun (dewasa awal), hampir seluruh
(96,4%) responden berjenis kelamin laki-laki, lebih dari separuh (56,4%) responden
berpendidikan menengah akhir (SMA), lebih dari separuh (70,9%) responden
memiliki pekerjaan sebelum berada di Lembaga Pemasyarakatan, sebagian besar
(83,6%) responden menjalani masa hukuman 1-4 tahun, dan lebih dari separuh
(61,8%) responden menggunakan narkoba 1-5 tahun.
-
B. Analisa Univariat
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial
Narapidana Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)
Dukungan Sosial f %
Tinggi
Rendah
47
8
85,5
14,5
Total 55 100
Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar (85,5%) responden mendapatkan
dukungan sosial yang tinggi.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsep Diri
Narapidana Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)
Konsep Diri f %
Positif
Negatif
41
14
74,5
25,5
Total 55 100
Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (74,5%) responden memiliki
konsep diri positif.
C. Analisa Bivariat
Analisis uji bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi-
square. Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan variabel dependen dan
variabel independen.
Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Konsep Diri Pengguna
Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang
Tahun 2015 (n=55)
Konsep Diri
Positif Negatif Jumlah p
n % n % n %
0,000 Dukungan
Sosial
Tinggi 40 85,1 7 14,9 47 100
Rendah 1 12,5 7 87,5 8 100
Jumlah 41 74,5% 14 25,5 55 100
-
Berdasarkan tabel 5.4 terlihat dari 55 orang responden yang memiliki konsep
diri negatif yaitu 14 orang responden, dimana 7 orang responden (87,5%)
mendapatkan dukungan sosial yang rendah, sedangkan dari 41 orang responden
yang memiliki konsep diri positif, ada 40 orang responden (85,1%) mendapatkan
dukungan sosial tinggi. Secara statistik didapatkan p=0,000 yang mana nilai
(p
-
sosial dari orang-orang yang berarti
disekitar kehidupan akan memberikan
kontribusi yang besar, terutama bagi
penyembuhan penderita ketergantungan
narkoba. Tingginya dukungan sosial yang
diberikan pada pengguna narkoba akan
membantu pengguna menghadapi
berbagai persoalan dan penderitaan yang
dialami (Yurliani, 2007).
Menurut Orford dikutip dari Yurliani,
(2007) bentuk dukungan sosial terdiri dari
dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan informative. Dukungan
emosional mencakup ungkapan empati,
kepedulian, perhatian kepada seseorang,
dukungan penghargaan terjadi melalui
ungkapan hormat atau penghargaan positif
pada seseorang untuk membangun
perasaan yang lebih baik terhadap diri
seseorang tersebut, dukungan instrumental
berupa bantuan langsung seperti memberi
pinjaman uang, sedangkan dukungan
informative mencakup pemberian nasehat,
saran, sugesti, informasi, petunjuk
mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
oleh individu.
Dukungan sosial yang tinggi pada
narapidana dengan kasus narkoba di
lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro
Padang dapat dilihat dari analisa jawaban
narapidana narkoba ditemukan sebanyak
89% narapidana narkoba mendapatkan
perhatian dari keluarga, 94,5%
menyatakan keluarga selalu memberikan
semangat, 85,4% narapidana narkoba
menyatakan keluarga membantu
memenuhi kebutuhannya selama berada di
lembaga pemasyarakatan, 89% narapidana
narkoba menyatakan keluarga selalu
memberikan nasehat, 89% narapidana
narkoba menyatakan teman di lingkungan
lembaga pemasyarakatan bersedia
mendengar keluhan dan ceritanya terkait
masalah yang dihadapinya, 87,2%
narapidana narkoba menyatakan teman di
lembaga pemasyarakatan terkadang
memberikan nasehat dan arahan mengenai
-
masalah yang dihadapi, 76,4 menegurnya
jika berbuat kesalahan selama berada di
lembaga pemasyarakatan, 89% narapidana
narkoba menyatakan petugas lembaga
pemasyarakatan selalu memenuhi
kebutuhan makan dan minum selama
berada di lembaga pemasyarakatan.
Menurut Smet (dalam Chrismawati,
2008), individu yang memperoleh
dukungan sosial yang tinggi mengalami
hal yang positif dalam kehidupannya,
mempunyai pandangan lebih optimis
terhadap kehidupannya, terutama pemberi
dukungan tersebut adalah orang-orang
terdekat. Keluarga, kerabat, teman, dan
pacar merupakan orang yang terdekat
dikehidupan seseorang.
Pada penelitian ini dukungan sosial
pada narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan berupa dukungan
keluarga, teman dan petugas lembaga
pemasyarakatan. Hasil penelitian
ditemukan sebanyak (89,1%) narapidana
dengan kasus narkoba mendapat
dukungan sosial dari keluarga. Hasil
penelitian dari Setiawan (2010) tentang
dukungan sosial pengguna narkoba
ditemukan sebanyak 51,7% dukungan
sosial pengguna narkoba di Pondok
Pesantren Suryalaya didapat dari keluarga,
dukungan sosial dari keluarga membuat
individu percaya bahwa dirinya dicintai,
diperhatikan dan merupakan bagian dari
kelompok sosial.
Menurut Heardman (dikutip dari
Masyithah, 2012) keluarga merupakan
sumber dukungan sosial karena dalam
hubungan keluarga tercipta hubungan yang
saling mempercayai. Individu sebagai
anggota keluarga akan menjadikan
keluarga sebagai kumpulan harapan
tempat bertanya, dan tempat
mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana
individu sedang mmengalami
permasalahan.
Keluarga merupakan pihak yang
paling dekat dari individu, keluarga
merupakan tempat pertumbuhan dan
-
perkembangan seseorang sehingga sumber
dukungan terbanyak yang paling tinggi
adalah keluarga (Noviarini, 2013).
Dukungan yang diberikan keluarga dalam
bentuk perhatian terhadap kondisi
kesehatan, memperhatikan penampilan,
mengerti permasalahan yang dihadapi
serta pengungkapan rasa sayang, hal ini
akan memberikan dampak positif kepada
individu untuk terus semangat untuk
menjalani kehidupannya (House, 1981,
dikutip dari Mayasanti, 2006).
Dukungan sosial dari teman juga
dapat dijadikan sumber koping yang baik
bagi narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang.
Hasil penelitian ditemukan hanya (47,3%)
narapidana dengan kasus narkoba
mendapat dukungan sosial dari teman.
Teman sebaya atau kelompok adalah
tempat anggota kelompok berinteraksi
secara intens setiap saat. Teman dekat
merupakan sumber dukungan sosial
karena dapat memberikan rasa senang dan
dukungan selama mengalami suatu
permasalahan (Kail & Neilsen, dalam
Masyithah, 2012).
Dukungan pertemanan diberikan
dengan cara membuat kondisi agar
seseorang merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok yang memiliki persamaan
minat dan aktivitas sosial. Dukungan
pertemanan ini memungkinkan individu
dapat menghabiskan waktu dengan
individu lain dalam aktivitas sosial
(Orford, dikutip dari Yurliani, 2007).
Dukungan sosial dari petugas
lembaga pemasyarakatan juga
berpengaruh pada narapidana narkoba di
lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro
Padang, dimana ditemukan sebanyak
(87,3%) narapidana dengan kasus narkoba
mendapat dukungan sosial dari petugas
lembaga pemasyarakatan. Lembaga
pemasyarakatan merupakan tempat bagi
narapidana dengan berbagai kasus hukum.
Narapidana akan diberikan arahan dan
pengajaran untuk menjadi lebih baik.
-
Petugas di lembaga pemasyarakatan
berfungsi sebagai pendidik untuk
mendidik dan pembina untuk memberikan
binaan kepada narapidana narkoba, seperti
pendidikan keolahragaan, rohaniah atau
agama, dan binaan psikologis seperti
konseling. Dari didikan tersebut akan
terbentuk pola perilaku yang lebih baik,
pandangan akan kesempatan untuk
bersosialisasi di lingkungan masyarakat
luas (Meldiny, 2013).
Dukungan sosial dari petugas
lembaga pemasyarakatan menciptakan
perubahan kepribadian yang baik pada
narapidana di lembaga pemasyarakatan.
Bentuk dukungan berupa pembinaan
kepribadian, keagamaan, kesadaran
berbangsa dan bernegara, dengan binaan
tersebut dapat dijadikan sumber koping
yang baik untuk narapidana (Kementrian
Hukum Dan Ham, 2013 ).
Dari tabel 5.2 juga dapat dilihat
bahwa 8 responden (14,5%) narapidana
dengan kasus narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
mendapatkan dukungan sosial yang
rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian fenomenologi Kristanto (2014)
tentang bentuk dukungan sosial remaja
pengguna narkoba di Yayasan Berneo
Insan Mandiri Samarinda, dimana
didapatkan bahwa bentuk dukungan yang
diberikan kepada pengguna narkoba masih
sangat rendah. Kurangnya dukungan yang
diberikan berupa penanaman karakter
positif kepada pengguna narkoba.
Dukungan sosial yang rendah dapat
terjadi karena kurangnya perhatian dan
kasih sayang diterima oleh seseorang dari
orang terdekatnya. Kurangnya dukungan
yang diterima akan berdampak pada
individu tersebut, individu akan
menghindar dari lingkungannya dan dapat
melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan norma (Nelfice, 2013).
Rendahnya dukungan sosial yang
diterima narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang,
-
dilihat dari identifikasi jawaban responden
terkait dukungan sosial dari tiga sumber
dukungan sosial dalam penelitian
didapatkan, 20% narapidana narkoba yang
mendapatkan dukungan rendah
mengatakan tidak pernah diberi atau
dibekali uang oleh keluarga selama berada
di lembaga pemasyarakatan, 12,7%
narapidana narkoba menyatakan keluarga
tidak pernah mendengarkan keluhan saya
selama berada di lembaga
pemasyarakatan, 10,9% narapidana
narkoba menyatakan teman di lembaga
pemasyarakatan tidak bersedia
meminjamkan barang miliknya, 7,5%
narapidana narkoba merasa jarang dibantu
teman selama berada di lembaga
pemasyarakatan, 20% narapidana narkoba
merasa petugas di lembaga
pemasyarakatan tidak peduli padadirinya,
23,7% narapidana narkoba menyatakan
petugas lembaga pemasyarakatan tidak
pernah mengikutsertakannya dalam
kegiatan lembaga pemasyarakatan.
Rendahnya dukungan sosial yang
diterima disebabkan lamanya pemberian
dukungan. Lamanya pemberian dukungan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektivitas dukungan
sosial, dimana lamanya pemberian
dukungan sosial tergantung dari masalah
yang dihadapi dalam jangka panjang,
maka dibutuhkan kesabaran dari pemberi
dukungan sosial untuk memberikan
dukungan sosial karena membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk keluar dari
masalah (Ratna, 2010).
Dilihat dari karakteristik responden
pada tabel 5.1 dapat diketahui lebih
separuh (83,6%) memiliki masa hukuman
1-4 tahun, hal tersebut berarti masalah
yang dihadapi narapidana narkoba
merupakan masalah jangka panjang, yang
membutuhkan waktu cukup lama untuk
menyelesaikannya, sehingga
dimungkinkan kurangnya kesabaran dari
pemberi dukungan sosial untuk
-
memberikan dukungan secara konsisten
pada narapidana narkoba.
Seorang pengguna narkoba yang
mengalami masalah hukum akibat
keterlibatannya memakai narkoba
sehingga menjadikannya narapidana
dengan kasus narkoba, hal tersebut
merupakan masalah yang dihadapi
narapidana narkoba dengan ketentuan
hukuman yang dijatuhkan pengadilan,
sehingga butuh waktu lama bagi
narapidana narkoba bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapinya (Maryatun,
2011).
2. Konsep Diri Pengguna Narkoba
Berdasarkan hasil penelitian tentang
konsep diri pengguna narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
tahun 2015 dari 55 narapidana narkoba,
diketahui sebanyak 41 narapidana narkoba
(74,5%) memiliki konsep diri positif. Hal
ini berarti lebih separoh narapidana
narkoba di lembaga pemasyarakatan klas
II A Muaro Padang memiliki konsep diri
yang positif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Soetikno (2009) tentang
konsep diri remaja penyalahgunaan
narkoba di Lapas Pria Tanggerang,
dimana menunjukkan konsep diri positif
yang ditunjukkan pada remaja yang
menggunakan narkoba di Lapas Pria
Tanggerang sebesar 72,9%. Sedangkan
pada penelitian Mayasanti (2006) tentang
konsep diri remaja mantan
penyalahgunaan narkoba di Pusat
Rahabilitasi Balai Kasih Sayang Pamardi
Siwi Jakarta, dimana menunjukkan 78,5%
konsep diri pada remaja yang
menggunakan narkoba di Pusat
Rahabilitasi Balai Kasih Sayang Pamardi
Siwi Jakarta memiliki konsep diri positif.
Konsep diri adalah persepsi individu
terhadap diri sendiri, yang meliputi fisik,
spiritual, maupun moral (Gecas V, 2011).
Konsep diri positif merupakan individu
yang mampu menerima kekurangan dalam
-
dirinya, mampu mengintropeksi diri,
mampu mengubah dirinya agar menjadi
lebih baik, dan mampu menata masa
depannya dengan sikap optimis sehingga
dapat diterima di tengah masyarakat (
Calhoun dan Acocella, 1990, dalam
Isabella, 2011). Menurut William D.
Brooks (dalam Purnama S, 2014) konsep
diri yang positif individu tersebut dapat
mengenal dirinya dengan baik. Konsep
diri yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Orang yang memiliki konsep
diri positif dapat menerima dan
memahami kenyataan yang bermacam-
macam tentang dirinya sendiri.
Konsep diri ditandai beberapa aspek
yaitu, aspek diri fisik, aspek diri moral-
etik, aspek diri sosial, aspek diri pribadi
dan aspek diri keluarga (Fitts dikutip dari
Maria, 2007). Aspek konsep diri yang
ditunjukkan oleh narapidana dengan kasus
narkoba di lembaga pemasyarakatan klas
II A Muaro Padang, ditemukan sebanyak
74,5% responden merasakan cukup
bahagia dengan keadaannya dilembaga
pemasyarakatan dimana mendapatkan
pembinaan selama berada di lapas, 94%
reponden merasa cukup tenang karena
dapat mengatasi masalah yang
dihadapinya selama berada di lembaga
pemasyarakatan dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan lapas, 87,3%
responden merasa sudah melakukan hal
yang baik dan benar selama berkegiatan
dan menjalankan binaan di lembaga
pemasyarakatan, 92,7% responden
mengatakan kegagalan yang dialami tidak
membuatnya putus asa, 94,5% responden
cukup percaya diri dengan keadaan
dirinya selama melakukan kegiatan dan
rutinitas di lembaga pemasyarakatan, dan
83,6% responden mengaku keluarganya
saling membantu selama berada di
lembaga pemasyarakatan.
Konsep diri dapat dipengaruhi oleh
rasa percaya diri dan rasa kegagalan yang
dialami selama pengalaman hidup,
pengalaman yang baik akan memberikan
-
rasa percaya diri pada seseorang dan
kegagalan yang diterima akan dijadikan
sebagai motivasi menjadi seseorang yang
maju (Mario, 2011). Konsep diri positif
yang dimiliki oleh pengguna narkoba
disebabkan karena faktor internal dan
faktor eksternal, dimana faktor internal
yang mendorong berkembangnya konsep
diri positif adalah adanya rasa tidak
nyaman dengan kondisinya menjadi
seorang pengguna narkoba sehingga ingin
berhenti menggunakan narkoba,
sedangkan faktor eksternal yang
mendorong berkembangnya konsep diri
positif adalah support dari keluarga dan
masyarakat. Kedua faktor di atas
mendorong berkembangnya konsep diri
positif yang ditunjukkan oleh pengguna
narkoba ( Baldwin dan Holmes, dalam
Sari, 2014).
Hasil penelitian berdasarkan usia
narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
sebagian besar (81,8%) berada pada
rentang usia (18-40 tahun). Usia ini
merupakan usia dewasa awal. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Enny Pantjalina,dkk (2013) dimana 78,1%
pengguna narkoba di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Atma Husada Mahakam
Samarinda, berada pada usia 25-35 tahun
dimana usia tersebut merupakan usia
dewasa awal (18-40 tahun).
Menurut Hurlock (2002), dewasa
awal adalah masa peralihan dari
ketergantungan kemasa mandiri, baik dari
segi ekonomi, kebebasan menentukan diri
sendiri, dan pandangan tentang masa
depan sudah lebih realistis. Usia dewasa
awal berkisar (18-40 tahun), dimana pada
masa ini masalah muncul dengan
bertambahnya umur pada masa dewasa
awal. Masa dewasa awal adalah masa
dimana seluruh potensi sebagai manusia
berada pada puncak perkembangan baik
fisik maupun psikis. Masa yang memiliki
rentang waktu antara 20 40 tahun adalah
masa-masa pengoptimalan potensi yang
-
ada pada diri individu. Jika masa ini
bermasalah, akan mempengaruhi bahkan
kemungkinan individu mengalami
masalah yang paling serius pada masa
selanjutnya. Dengan begitu dapat
dinyatakan usia merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi konsep
diri pada seseorang.
Konsep diri pada narapidana narkoba
di lembaga pemasyarakatan klas II A
Muaro Padang juga dapat dipengaruhi
oleh jenis kelamin. Hasil penelitian
menunjukkan hampir sebagian sebesar
(96,4%) narapidana dengan kasus narkoba
berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Rahmawati, D (2010)
tentang pengguna narkoba di pusat
rehabilitasi Surakarta, dimana 92%
pemakai narkoba laki-laki cenderung lebih
banyak dari pada pengguna narkoba
perempuan. Pada penelitian Sutary, dkk
(2010) menunjukkan 87,2% konsep diri
pada laki-laki lebih positif dibandingkan
konsep diri perempuan.
Menurut Sutary, dkk (2010), hal ini
dikarenakan rasa percaya diri laki-laki
lebih tinggi dari perempuan, ini dilihat
dari hasil penelitiannya dimana
kepercayaan diri laki-laki didapatkan
sebesar 65%, sedangkan kepercayaan diri
perempuan hanya 35%, lalu pandangan
akan masa depan dan optimisme
menghadapi masa depan 80% laki-laki
lebih optimis dibandingkan perempuan,
juga motivasi dan tekad menghadapi
tantangan hidup laki-laki lebih besar
motivasinya dibanding perempuan.
Menurut Burns (dalam Sutary,dkk,
2010) menyatakan faktor yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri
adalah social desirability, yaitu
kecenderungan untuk menghubungkan
sifat atau karakteristik mereka dengan
konsensus sosial yang mengindikasikan
sifat-sifat yang diinginkan masyarakat dan
menolak sifat-sifat yang tidak diinginkan
masyarakat. Dengan adanya faktor social
desiarability, jelas bahwa nilai-nilai
-
gender yang dikonstruksi masyarakat
mempengaruhi konsep diri, baik
perempuan, maupun laki-laki.
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi konsep diri pengguna
narkoba yang dimiliki narapidana narkoba
di lembaga pemasyarakatan klas II A
Muaro Padang ialah tingkat pendidikan,
berdasarkan hasil penelitian didapatkan
lebih dari separoh (56,4%) responden
memiliki latar belakang pendidikan SMA
(Sekolah Menengah Akhir) dan (10,9%)
responden memiliki latar belakang
pendidikan Perguruan Tinggi.
Tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan semakin
mudah berfikir rasional dan menanggapi
informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah baru (Stuart &
Sundeen, 2005). Diketahui bahwa tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi konsep
diri, semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dimiliki individu maka semakin
tinggi pula pengetahuannya sehingga akan
berpengaruh terhadap perilaku individu
tersebut.
Berdasarkan penelitian juga
didapatkan bahwa lebih dari separoh
(70,9%) narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
memiliki pekerjaan sebelum berada di
lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wijayanti (2010) pada
narapidana di Semarang dimana sebagian
responden (69%) memiliki pekerjaan
sebelum berada di lembaga
pemasyarakatan. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh pekerjaan terhadap
konsep diri seseorang, jika seseorang
memiliki pekerjaan maka akan
meningkatkan status sosial yang
dimilikinya dan individu tersebut
mendapatkan sumber koping yang adekuat
sehingga akan terbentuk konsep diri
positif pada diri seseorang.
-
Pekerjaan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi konsep diri
seseorang, karena seseorang yang
mempunyai pekerjaan yang penting dan
memerlukan aktifitas maka akan merasa
sangat terganggu apabila kehilangan
kegiatan pekerjaannya. Bekerja dapat
mengembangkan kreatifitas dan
kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya
diri dapat muncul dengan melakukan
pekerjaan. Kepuasan dan rasa bangga di
dapat karena mampu mengembangkan
kemampuan diri dan menciptakan konsep
diri yang baik (Tarwoto & Wartonah,
2003)
Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa 14 responden atau (25,5%)
memilki konsep diri negatif. Hal ini dapat
dilihat dari hasil identifikasi jawaban
responden dimana 38,2% responden
merasa kesehatannya kurang baik, 51%
responden merasa tidak suka diatur di
lembaga pemasyarakatan, 41,8%
responden selalu merasa ragu-ragu dengan
apa yang akan dia lakukan dilembaga
pemasyarakatan, 32,7% responden merasa
tidak percaya diri akan fisik yang
dimilikinya, 34,5% responden merasa
tidak pernah menyesal dengan kesalahan-
kesalahan yang pernah dia lakukan, 34,5%
responden merasa bosan dengan
keadaannya sendiri.
Konsep diri negatif merupakan
individu memandang dirinya tidak stabil,
tidak mengetahui siapa dirinya, tidak
mengetahui kelemahan dan kelebihannya
(Isabella, 2011). Menurut Shofia (dalam
Nurrahma, 2013) konsep diri negatif yang
dimiliki oleh narapidana narkoba
disebabkan karena masyarakat cenderung
menolak kehadiran mereka dalam
kehidupan yang normal. Penolakan
masyarakat terhadap narapidana karena
dianggap sebagai trouble maker atau
pembuat kerusuhan yang harus
diwaspadai. Kondisi ini terjadi karena
adanya konsep diri yang negatif dari
-
narapidana terhadap dirinya sehubungan
dengan statusnya sebagai narapidana
berkaitan dengan tuntutan lingkungan.
Konsep diri negatif yang dialami
narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
dapat dipengaruhi oleh masa hukuman
yang diterima narapidana. Dari hasil
penelitian dapat dilihat lebih dari separoh
(83,6%) masa tahanan pada narapidana
narkoba di lembaga pemasyarakatan klas
II A Muaro Padang mendapat masa
hukuman 1 tahun hingga 4 tahun penjara,
dan (10,9%) narapidana narkoba
mendapatkan masa hukuman lebih dari 4
tahun.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Respatiningrum (2003) tentang konsep
diri dan lamanya hukuman pada
narapidana wanita, ditemukan sebanyak
53,6% konsep diri yang dimiliki oleh
narapidana di lembaga pemasyarakatan
wanita Semarang cenderung negatif, hal
ini disebabkan lamanya hukuman yang
diterima oleh narapidana sehingga
cenderung meningkatkan depresi yang
dialami oleh narapidana.
Masa hukuman terlalu lama yang
dijalankan narapidana dapat
mempengaruhi konsep diri yang dimiliki.
Menurut Bartol (dikutip dari Azni, 2012)
dampak psikologis dari hukuman pidana
yang diterima oleh narapidana yaitu
individu merasa kehilangan kepribadian,
identitas, kehilangan rasa percaya diri, dan
harga diri, akibatnya konsep diri
narapidana menjadi negatif.
Lama menggunakan narkoba dapat
mempengaruhi konsep diri. Dilihat dari
hasil penelitian ditemukan sebanyak
(61,8%) narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
menggunakan narkoba sekitar 1 tahun
hingga 5 tahun, dan (7,3%) dari
narapidana menggunakan narkoba lebih
dari 5 tahun.
Hasil penelitian fenomenologi
Rahmana (2005) tentang konsep diri
-
pemakai narkoba dalam komunikasi
antarpribadi di Pusat Rehabilitasi Jakarta,
dari 16 responden menunjukkan konsep
diri pengguna narkoba sebelum
mengggunakan narkoba memiliki konsep
diri positif, dari konsep diri yang positif
lahir pola perilaku komunikasi antar
pribadi yang positif, tetapi setelah
memakai narkoba perubahan konsep diri
menjadi negatif dan cenderung
menghindar.
Menurut Yatim dan Irwanto (dalam
Yurliani 2007) konsep diri negatif terjadi
karena faktor yang menyebabkan individu
menggunakan narkoba yaitu dorongan
kenikmatan dari narkoba itu sendiri,
narkoba dapat memberikan kenikmatan
bagi pemakainya. Perasaan menyukai
narkoba mulanya diperoleh dari keinginan
untuk mencoba narkoba sehingga menjadi
kebutuhan.
3. Analisa Bivariat
1. Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Konsep Diri Pengguna
Narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Muaro
Padang Tahun 2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 55 responden yang diteliti, terdapat
40 responden atau sebagian besar
mendapatkan dukungan sosial tinggi
(85,1%) memiliki konsep diri positif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden yang mendapatkan dukungan
sosial umumnya memiliki konsep diri
positif. Berdasarkan hasil uji chi square,
didapatkan nilai p=0,000 yang mana jika
p
-
bahwa semakin tinggi dukungan sosial
yang didapatkan seseorang maka akan
positif pula konsep diri orang tersebut.
Dukungan sosial dapat mempengaruhi
konsep diri yang dimiliki seseorang,
individu dengan masalah pada dirinya,
merasa tidak percaya diri atau merendah,
dengan dukungan yang diberikan
lingkungan sekitarnya akan
membangkitkan kepercayaan dirinya dan
mencoba menjadi seseorang yang lebih
baik (Hurlock, dikutip dari Kasih, 2008).
Dukungan yang diberikan sangat
berpengaruh pada keadaan orang yang
akan diberikan dukungan tersebut, dan
dampaknya akan terbentuk konsep diri
yang baik dari orang yang menerima
dukungan. Menurut Crismawati (2008),
apabila orang lain memberikan dukungan
pada seorang pengguan narkoba terutama
orang terdekat seperti, keluarga, kerabat
dekat, teman, sahabat akan memberikan
dampak baik juga pada pengguna narkoba,
sehingga akan timbul dorongan untuk
pulih kembali ke keadaan sehat dari
ketergantungan narkoba.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa terdapat 7 responden (87,5%)
narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
mendapatkan dukungan sosial rendah
yang memiliki konsep diri negatif. Hal ini
dikarenakan dari 7 responden didapatkan
bahwa hukuman yang dijalan narapidana
narkoba masih beberapa bulan atau
kurang dari satu tahun, narapidana
narkoba belum sepenuhnya mengenal
lingkungan baru yang ada di Lembaga
pemasyarakatan, sehingga narapidana
belum membuka diri dengan lingkungan
sekitarnya dan belum mampu beradaptasi
dengan baik, sehingga konsep diri yang
dimiliki masih negatif.
Dukungan sosial yang di berikan
sangat besar pengaruhnya untuk
membentuk karakater dari individu, tetapi
jika individu yang dalam masalah tidak
diberi dukungan maka keadaan individu
-
tersebut akan memburuk dan individu
tidak percaya akan kemampuan yang
dimilikinya (Elisa & Wardiyah, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa 7 responden (14,9%)
narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
mendapatkan dukungan sosial yang tinggi
tetapi dengan konsep diri yang negatif.
Hal ini dapat dijelaskan dari karakteristik
masa hukuman yang didapatkan oleh
narapidana narkoba, dari 7 responden
mendapatkan masa hukuman 1-4 tahun
lamanya. Menurut Respatiningrum (2003)
masa hukuman yang didapatkan oleh
narapidana sangat mempengaruhi konsep
diri dari narapidana, karena lamanya
hukuman yang dijalankan maka tingkat
masalah atau stres yang dirasakanpun
meningkat. Hukuman dijalankan oleh
narapidana narkoba juga kurang dari satu
tahun sehingga narapidana masih belum
beradaptasi dengan lingkungan lapas
dengan baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa 1 narapidana narkoba atau (12,5%)
narapidana narkoba di lembaga
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
mendapatkan dukungan sosial yang
rendah tetapi dengan konsep diri positif.
Hal ini dapat dilihat dari karakteristik dari
responden dimana responden memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi, dan
memiliki pekerjaan sebelum masuk ke
lembaga pemasyarakatan. Menurut Stuart
& Sundeen (2005), tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir, dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin mudah berfikir rasional dan
menanggapi informasi baru termasuk
dalam menguraikan masalah baru.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan mengenai Hubungan
Dukungan Sosial dengan Konsep Diri
-
Pengguna Narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang
Tahun 2015, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dukungan sosial narapidana dengan
kasus narkoba di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Muaro
Padang Tahun 2015 menunjukkan
bahwa lebih dari separuh responden
mendapatkan dukungan sosial yang
tinggi.
2. Konsep Diri narapidana dengan kasus
narkoba di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Muaro Padang Tahun 2015
menunjukkan bahwa lebih dari
separuh responden memiliki konsep
diri positif.
3. Ada hubungan bermakna antara
dukungan sosial dengan konsep diri
pengguna narkoba dengan nilai (p=
0,000).
B. Saran
1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Muaro Padang
Hasil penelitian diharapkan menjadi
bahan masukan bagi pihak lembaga
pemasyarakatan sehingga lebih
memperhatikan kondisi narapidana
narkoba dan memberikan dukungan sosial
pada narapidana sehingga bisa dijadikan
salah satu intervensi untuk meningkatkan
konsep diri yang dimiliki oleh narapidana
narkoba. Petugas lapas agar bisa menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi
narapidana narkoba yang sedang
menjalani masa hukuman serta pihak
lapas dapat melibatkan lembaga lain di
luar lapas untuk membina dan mendidik
narapidana narkoba agar bisa mengalami
perubahan dalam kehidupan, mengingat
tidak semua segi kehidupan narapidana
narkoba bisa dipahami oleh petugas lapas,
misalnya segi rohanian, segi psikologis,
segi kesehatan dan lainnya yang
membutuhkan spesialisasi bidang ilmu
dan pengalaman di bidang tersebut.
2. Bagi Profesi Keperawatan
-
Profesi keperawatan diharapkan
semakin mengembangkan ilmu
keperawatan di seluruh tatanan area ruang
lingkup keperawatan termasuk
keperawatan jiwa pada narapidana
narkoba di lembaga pemasyarakatan.
Selain itu perawat mampu menjadi
fasilitator, edukator dan memberikan
intervensi berupa asuhan keperawatan
pada narapidana yang mengalami ataupun
tidak mengalami masalah psikiatrik.
3. Bagi Responden
Diharapkan responden mampu
meningkatkan motivasi, persepsi dan
pandangan positif terhadap diri serta
mampu mengelola koping yang adaptif
dan memberdayakan sumber koping yang
tersedia salah satunya yaitu melalui
dukungan sosial, serta diharapkan mampu
menyesuaikan diri dan dapat melakukan
adaptasi dengan lingkungan sekitar
mampu menanggulangi masalah
keterpurukan akan diri dan harga diri yang
dimiliki.
4. Bagi Penelitian Keperawatan
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melanjutkan penelitian tentang
konsep diri pengguna narkoba dengan
melihat faktor lain yang berhubungan
dengan konsep diri pengguna narkoba
selain dukungan sosial. Memberikan
intervensi baru untuk meningkatkan
konsep diri dari pengguna narkoba dengan
melakukan pendekatan komunikasi
motivasi dari pengguna narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, Hilma. (2014). Hubungan
Dukungan Sosial dengan
Tingkat Kecemasan Narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Muaro Padang. Skripsi.
Padang. Fkep Unand.
Andriyani, T. (2011). Upaya
Pencegahan Tindak
Penyalahgunaan Narkoba Di
Kalangan Mahasiswa Politeknik
-
Negeri Sriwijaya. Jurnal Ilmiah.
Edisi VI, 113-121.
Afrinisna, R.Y. (2012). Penyebab
Kondisi Psikologis Narapidana
Kasus Narkoba pada
Remaja. Skripsi. Universitas
Ahmad Dahlan.
Armeliza,V. Annis Nauli,F. dan Erwin.
(2013). Gambaran Konsep Diri
Remaja di Lembaga
Pemasyarakatan. Skripsi.
Riau: Universitas Riau
Azani. (2012. Gambaran Psychological
wel-being mantan narapidana.
Jurnal Empathy, 1(1), 1-18.
Azmiyati, S.R, Cahyati, W.H, Kasmini
Handayani, O.W. (2014).
Gambaran Pengguna Napza
pada Anak Jalanan di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 9(2). 137-143.
Bahri, Saiful. (2011). Penyalahgunaan
Napza dapat Menghancurkan
Generasi Muda. Medan:USU
BNN. (2003). Permasalahan Narkoba di
Indonesia dan
Penanggulangannya. Diakses
pada 8 September 2014 dari
http://bnn.go.id.
_____. (2004). Komunikasi Penyuluhan
Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba, Jakarta : BNN.
_____. (2007). Survei Nasional
Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba pada
kelompok Pelajar dan
Mahasiswa di Indonesia. Jakarta
: BNN.
_____. (2011). Media Informasi &
Komunikasi SINAR BNN.
Trubus Swadaya. Jakarta
: BNN.
_____. (2012). Jurnal Data : pencegahan
dan pemberantasan
penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba tahun
(P4GN) 2011. Jakarta : BNN.
-
Badan Narkotika Nasional Provinsi
Sumatera Barat. (2013). Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba
dan Penanggulangannya.
Padang: BNNP- Sumbar.
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990).
Psychology of Adjustment and
Human Relationship. New
York: McGraw-Hill, Inc.
Chrismawati, F. (2008). Motivasi untuk
sembuh pada remaja
penyalahgunaan narkoba d
itinjau dari dukungan sosial.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Semarang : Fakultas Psikologi
Universitas Ketolik
Soegijapranata.
Dahlan, M. Sopiyudin, (2013).
Statitiska Untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Dharma, Kusuma Kelana (2011),
Metodologi Penelitian
Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan
Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia.
Depkes, R.I. (2003) NAPZA, Informasi
bagi Tenaga Kesehatan, Dirjend
Kesmas_Depkes R.I. : Jakarta.
Elisa Putri D. Siahaan, Wardiyah
Daulay. (2012). Dukungan
Psikologi Keluarga dalam
Penyembuhan Pasien Napza di
RS Jiwa Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal
Keperawatan. USU
Ekasari dan Hafizhoh. (2009).
Hubungan antara adversity
quotient dan dukungan
sosial dengan intensi untuk pulih
dari ketergantungan narkotika
alkohol psikotropika dan
zat adiktif (napza) pada penderita
di wilayah bekasi utara-
lembaga kasih indonesia. Jurnal
Soul. Vol. 2, No. 2, 109-135.
Enny Pantjalina, L., Syafar M., Natsir S.
(2013). Factor Influence
-
Behavior Of Pecandu Abuse
Of Napza At A Period Of Cure
Home Psychopath Area Atma
Husada Mahakam Samarinda.
Artikel Kesehatan.
Fitts, William H. (1971). The Self
Concept and Self Actualization
(1st ed). Los Angeles: Western
Psychological Services.
Gecas V. (2011). The Social Psychology
of Self-efficacy. Annual
Review of Sociology,
15,291-316 . Available
at:
http://scolar.gopgle.co.id/scolar_ur
l?hl=id&q=http://www.math.tau.
Gottlieb, B. H. (1983). Social support
strategies. California: Sage
Publications Inc.
Green, Cris Wred. (2001). menanggapi
Epidemi HIV di kalangan
Pengguna Narkoba
Suntikan: Dasar Pemikiran
Pengurangan Dampak Buruk
Narkoba, Warta AIDS,
Yogyakarta.
Hanifah, A. & Unayah, N. (2011).
Mencegah Dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Napza Melalui
Peran Serta Masyarakat. Jurnal
Peneliti Pada Pusat
Penelitian Dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial
Kementerian Sosial RI, Vol 16
No. 01.
Handayani, S. (2011). Pengaruh
Keluarga, Masyarakat dan
Pendidikan terhadap Pencegahan
Bahaya Narkoba di Kalangan
Remaja. Tesis. Jakarta:UI
Hardy, Malcolm and Heyes, Steve.
(1988). Pengantar Psikologi, Edisi
Kedua, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan
ketergantungan NAZA
(Narkotika, Alkohol dan Zat
adiktif). Jakarta: Badan Penerbit
-
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
_________. (2004). Terapi (
Detoksifikasi) dan Rehabilitasi
(Pesantren) Mutakhir (Sistem
Terpadu) Pasien Naza
(Narkotik, Alkohol, dan Zat
Adiktif lain), Jakarta : UI-
Press.
_________. (2006). Penyalahgunaan &
Ketergantungan NAZA, Jakarta
: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Herdiyanto A.P & Surjaningrum E.R.
(2014). Hubungan Antara
Dukungan Sosial dan Self
Esteem pada Remaja
Penyalahguna Zat yang Sedang
dalam Masa Rehabilitasi.
Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, Vol. 2, No. 1
Herlina, Lydia Martono dan Satya
Joewana. (2008). Belajar Hidup
bertanggung Jawab,
Menangkal Narkoba dan
Kekerasan. Jakarta. Balai
Pustaka.
Hikmat, Mahi M.. (2007). Awas
narkoba, para remaja waspada.
Bandung; PT Grafitri Budi
Utami.
Hurlock, E.B. (2002). Psikologi
Perkembangan. 5th edition.
Jakarta: Erlangga.
Kasih, F. (2008). Pengembangan
Konsep Diri dan Pengaruhnya
terhadap Tingkah Laku.
Jurnal Penelitian
Psikologi,11,(1),Juni.
Kementerian Kesehatan RI. (2010).
Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-
2014. Jakarta.
Kementrian Hukum Dan Ham. (2013).
Pedoman Pembinaan Kepribadian
Narapidana Bagi Petugas
Lapas di Lapas. Jakarta
-
diakses pada tanggal 19
Maret 2015, dari
http://www.academia.edu/68808
47/Pedoman_Pembinaan_Keprib
adian_Narapidana_bagi_Petugas
_Lapas_Rutan
Kristanto,A. (2014). Bentuk Dukunga
Sosial Keluarga Terhadap
Remaja Pengguna
Narkoba. Jurnal Ilmu Sosiatri.
Vol 2 (3); 64-76
M Asni., Rahma., Mukhsen Sarake.
(2013). Faktor yang
berhubungan dengan
Penyalahgunaan Narkotika dan
Bahan Adiktif (Narkoba) pada
remaja di SMA Kartika
Makasar. Skripsi. Makasar:
Universitas Hasanudin.
Malcolm, Z. & Selve, A. (1988).
Mutable Self: a Self Concept for
Social Change Beverly
Hills : Sage Publications.
Maknunatin, E. (2010). Pengaruh
Konsep diri terhadap Motivasi
belajar Mahasiswa
Tunanetra. Skripsi. Yogyakarta:
FTK.
Maharani, R. Indarwati, R. Effendi, F.
(2013). Relationship Between
Social Support With Self
Concept Of Street Children.
Jurnal Keperawatan. Universitas
Airlangga.
Maria,Ulfa. (2007). Peran persepsi
keharmonisan keluarga Dan
konsep diri terhadap
kecenderungan Kenakalan
remaja. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Mayasanti N, Nurhannah I, Akhmadi.
(2008). Hubungan antara
Kepribadian Antisosial dengan
Kecenderungan Bunuh Diri pada
Remaja Penyalajgunaan
Napza. Jurnal ilmu
-
Keperawatan, 2008: 03 (01): 46-
49.
Mayasanti, Lucy Trisna. (2006).
Hubungan antara Dukungan
Orang Tua dan Konsep
diri pada Remaja Mantan
Penyalahgunaan Napza yang
Sedang Menjadi Program
Rehabilitasi. Skripsi. Universitas
Kristen Maranatha.
Masyithah, Dewi. (2012). Hubungan
dukungan sosial dan penerimaan
diri pada penderita pasca
stroke. Skripsi. Surabaya:
Psikologi Institut Agana Islam
Negeri Sunan Ampel.
Mead,G.H. (1937). Mind, Self and
Society, University of Chicaago
Press, Chicago.
Meldiny, Christian. (2013). Tugas Dan
Fungsi Lembaga
Pemasyarakatan Dalam
Merehabilitasi Anak Yang
Sedang Menjalani Hukuman.
Article, Lex et Societatis, I(3),
67-76.
Michener, R., DeLamater & Schwartz
(1989). From Childhood
Through Adolescence: A
Transitional Period. California:
Sage Publications, Inc.
Mufarrohah. (2012). Kebermaknaan
Hidup Mantan Pengguna Napza.
Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Muryanta, A.(2011). Narkoba dan
Dampaknya Terhadap Pengguna.
Artikel. Diakses pada
tanggal 8 Januari 2015 dari
http://caritauaja.info/knowledge/
narkoba-mengenal-lebih-dekat
dampakmdanbahayanya
Noviarini, Purwani Dewi, Prabowo.H.
(2013). Hubungan antara
Dukungan Sosial dengan
Kualitas Hidup pada Pecandu
Narkoba yang sedang menjalani
Rehabilitasi. Jurnal Psikologi.
5(1),116-122.
-
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nurmalasari, Yanni. (2007). Hubungan
antara Dukungan Sosial dengan
Harga Diri pada Remaja
Penderita Penyakit Lupus.
Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian
Ilmu Keperawatan Pendekatan
Prektis. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurrahma, E. (2013). Perbedaan Self
Esteem Pada Narapidana Baru
Dan Residivis Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Malang.
Jurnal Psikologi. 1(1), 1-12.
Oktaviani, Ade Erma., dan Budiarti,
Amelia. (2012). Perbedaan
Konsep Diri Antara Remaja
Laki laki dan Perempuan. Jurnal
Keperawatan. XX. 1,(1), 1-
15.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman,
R. D. (2007). Human development
(10thed.). New York:
McGraw-Hill.
Padmiati & Kuntari. (2011). Forum
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
(Rbm)n Dharma
Kerthi Praja Pascima Model
Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Napza Di Kota
Denpasar Propinsi Bali
.Yogyakarta: vol. 16 no. 02.
Purnama Sari. (2014). Konsep Diri
Penasun (Pengguna Narkoba
Suntik). Skripsi. Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel.
Pieter, Zan Herri. (2011). Pengantar
Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Prawoto, Y.B. (2010). Hubungan
Antara Konsep Diri Dengan
-
Kecemasan Sosial Pada
Remaja Kelas Xi Sma Kristen 2
Surakarta. Skripsi. Surakarta.
Putra, B.S. (2011). Jurnal Psikologi.
Hubungan antara dukungan
sosial dengan motivasi untuk
sembuh pada pengguna napza di
rehabilitasi madani mental
health care, 1(1).1-102.
Ratna, W. (2010). Sosiologi dan
antropologi kesehatan dalam
perspektif ilmu kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Rihana.
Rahman, Riski Mulya. (2009). Konsep
Diri. Artikel. Diakses pada
tanggal 24 Agustus 2014.
Error! Hyperlink reference not
valid..
Rahmana, N. (2005). Konsep Diri
Pemakai Narkoba dalam
Konteks Komunikasi antar
pribadi. Education Indonesia.
Vol 13(2), 219-240.
Rahmawati, D. (2010). Pusat Terapi dan
Rehabilitasi bagi
Ketergantungan Narkoba.
Skripsi. Surakarta: Unuversitas
Sebelas Maret.
Respatiningrum, H. (2003). Hubungan
Konsep Diri Dan Lamanya
Hukuman Dengan Depresi
Pada Narapidana Wanita.
Skripsi. Semarang: Fakultas
Psikologi. Universitas Katolik
Soegijapranata
Rola, F. (2006). Konsep Diri Remaja
penghuni Panti Asuhan. Skripsi.
Medan:FK.USU
Safaria,T.(2008). Perbedaan Tingkat
Kebermaknaan Hidup Antara
Kelompok Pengguna Napza
dengan Kelompok Non-
Pengguna Napza. Humanitas.
Vol 5 No. 1, 67-79.
Samuels, Donald J. dan Samuels,
Mauriel. (1974). Low Self-
Concept as a Cause of Drug
-
Abuse. Journal of Drug
Education. Vol. 4(4). 421-438.
Sarafino, Edwart. P. (2002). Health
Psychology: biopsychosocial
interaction. (4th edition).
New York.
Setiawan, Galih. (2010). Pengaruh
Dukungan Sosial Terhadap Self
Efficacy Pengguna
Narkoba untuk berhenti
menggunakan Narkoba. Skripsi.
Jember: Universitas Jember.
Seto Mario. (2011). Positive Thinking
vs Positive Attitude. Yogyakarta
: Locus
Shofia, F. (2009). Optimisme Masa
Depan Narapidana. Skripsi
Tidak Diterbitkan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
CV.Alfabeta:Bandung.
Suryanto,G.(2011). Narkoba : Bahaya
Penyalahgunaan dan
Pencegahan. Artikel. Vol.1, 81-
84.
Stuart, G.W & Sundeen. (2006).
Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. St.Louis:
Mosby.
Syarif, Kemali. (2012). Hubungan
Perilaku Asertif dengan Konsep
Diri Remaja Delikuen pada
Pengguna Narkoba Di Rumah
Sakit Jiwa Medan. Jurnal
Psikologi. Vol 7, No 1, 64-70
Soetikno,N. (2009). Efektivitas Metode
Diskusi Dan Metode Simulasi
Dalam Program Psikososial
Terhadap Konsep Diri Dan
Kecerdasan Emosi Anak Pidana
Narkotika Di Lapas Anak Pria
Tangerang. Artikel Psikologi.
Universitas Kristen Indonesia
-
Tarwoto & Wartonah. (2003).
Kebutuhan Dasar Manusia
dalam Proses Keperawatan. Ed.1.
Jakarta: Salemba Medika.
Townsend,Mary C.(1996).Psychiatri
Mental Health Nursing :
Concepts of Care second
edition.Philadelphia:Davis
Company.
Wijayanti, D. (2010). The influence of
logotherapy for female prisoner
in female prison of
Semarang. Thesis Magister
Keperawatan Jiwa. Universitas
Indonesia.
Widyaning H. (2011). Perception of
Social Support and Motivation
to Recover in Adolescent Drug
Users. Journal Psychological.
Vol. 26, No. 3, 179-183.
Yurliani, R. (2007). Gambaran Social
Support Pecandu Narkoba.
Skripsi. Medan:Fakultas
Kedokteran. Universitas
Sumatera Utara.
Zainuddin, S. (2002). Dukungan Sosial
pada Lansia. Artikel. Diakses
pada tanggal 1 September 2014
dari www.e-psikologi.com.