jurnal dirsya yudia sari

Upload: dirsyayudiasari

Post on 06-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • ARTIKEL/JURNAL

    HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI

    PENGGUNA NARKOBA DI LEMBAGA

    PEMASYARAKATAN KLAS II A

    MUARO PADANG

    TAHUN 2015

    Penelitian Keperawatan Jiwa

    DIRSYA YUDIA SARI

    BP.1010323005

    PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ANDALAS

    2015

  • HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KONSEP DIRI PENGGUNA

    NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A MUARO

    PADANG TAHUN 2015

    Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.J*a, Ns. Bunga Permata Wenny, S.Kep*b

    Dirsya Yudia Sari*c

    *aDosen Pembimbing I Politeknik Kesehatan Padang

    *bDosen Pemnimning II Fakultas Keperawatan Universitas Andalas *cMahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

    Abstract : Relationship Of Social Support And Self-Concept Of Drug Users In

    Penitentiary Class II A Muara Padang 2015

    Dependence on drug users negatively impact the health and psychological

    condition. Drugs can alter the state of a person, including the concept of self-owned.

    Negative self-concept tends to occur in drug users, so it takes the factors that can

    change the negative self-concept on users, namely social support from family, friends

    and prison officers. This study aimed to determine the relationship of social support and

    self-concept drug users in prison Class II A Muara Padang Year 2015 Type of research

    using analytic descriptive design with cross sectional approach. This study was

    conducted on 55 respondents. Data were collected using a questionnaire consisting of

    demographic data, self-concept, and social support. The results showed that (74.5%)

    inmates with drug cases have a positive self-concept, and (85.5%) inmates with drug

    cases get high social support. Based on the results of chi-square test, it is known that

    there is a significant relationship between social support and self-concept drug users in

    prison Class II A Muaro Champaign in 2015 with a value (p = 0.000). It can be

    concluded that social support can improve self-concept drug inmates in Penitentiary

    Class II A Muaro Padang. Based on the research results, it is recommended to family

    and friends a source of social support, providing motivation for the inmates and the

    prison officers provide guided and health education on drug prisoners.

    Keywords : Drugs, self-concept, social support

    Bibliography : 88 (1971 - 2014)

  • Abstrak : Hubungan Dukungan Sosial Dengan Konsep Diri Pengguna

    Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang

    Tahun 2015

    Ketergantungan pada pengguna narkoba memberikan dampak buruk bagi kondisi

    kesehatan dan psikologis. Narkoba dapat merubah keadaan diri seseorang termasuk

    konsep diri yang dimiliki. Konsep diri negatif cenderung terjadi pada pengguna

    narkoba, sehingga dibutuhkan faktor yang dapat mengubah konsep diri negatif pada

    pengguna, yaitu dukungan sosial dari keluarga, teman serta petugas lapas. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan konsep diri pengguna

    narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2015. Jenis

    penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

    Penelitian ini dilakukan pada 55 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner

    yang terdiri dari data demografi, konsep diri, dan dukungan sosial. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa (74,5%) narapidana dengan kasus narkoba memiliki konsep diri

    positif, dan (85,5%) narapidana dengan kasus narkoba mendapatkan dukungan sosial

    yang tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-square, diketahui bahwa terdapat hubungan yang

    bermakna antara dukungan sosial dengan konsep diri pengguna narkoba di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2015 dengan nilai (p=0,000). Dapat

    disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan konsep diri narapidana

    narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang. Berdasarkan hasil

    penelitian, disarankan kepada keluarga dan teman menjadi sumber dukungan sosial,

    memberikan motivasi bagi narapidana dan bagi petugas lapas memberikan binaan dan

    pendidikan kesehatan pada narapidana narkoba.

    Kata kunci : Narkoba, konsep diri, dukungan sosial

    Daftar Pustaka : 88 (1971 - 2014)

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Berbagai macam masalah muncul dan

    semakin banyak dijumpai pada zaman

    globalisasi saat ini, salah satunya masalah

    penyalahgunaan narkoba. Perkembangan

    penyalahgunaan narkoba telah menjadi

    permasalahan dunia yang tidak mengenal

    batas negara, bahkan sudah menjadi

    bahaya global yang mengancam semua

    sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan

    negara. United Nation Office On Drugs

    and Crime (UNODC) adalah lembaga

    yang membahas perkembangan peredaran

    narkoba di berbagai negara-negara

    didunia, tercatat tahun 2012

    menyalahgunakan narkoba mencapai 297

    juta jiwa, dengan kelompok umur 15-64

    tahun atau sebesar 3,9% (BNN, 2013).

    Penyalahgunaan narkoba adalah

    pemakaian obat secara terus-menerus atau

    sekali-sekali secara berlebihan tanpa

    indikasi medis dan tidak dalam

    pengawasan dokter. Penyalahgunaan

    narkotika dan bahan adiktif di Indonesia

    merupakan masalah yang sangat

    mengkhawatirkan. Karena posisi

    Indonesia sekarang ini tidak hanya

    sebagai daerah transit maupun pemasaran

    narkotika, psikotropika dan zat adiktif,

    melainkan sudah menjadi daerah produsen

    narkotika, psikotropika dan zat adiktif

    (BNN, 2011).

    Berdasarkan data yang dihimpun

    Badan Narkotika Nasional bekerja sama

    dengan Pusat Penelitian Kesehatan

    Universitas Indonesia tahun 2011, tingkat

    prevalensi pengguna narkoba di Indonesia

    dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

    Jika tahun 2004 prevalensi sebesar 1,75%,

    hingga tahun 2011 naik menjadi 2,2% dari

    total populasi penduduk (berusia 10-60

    tahun) atau sekitar 3,8 s/d 4,3 juta orang.

    Hal ini mengalami peningkatan sebesar

  • 0,21% bila dibandingkan tahun 2008

    (1,99%) atau sekitar 3,3 juta orang.

    Jumlah narapidana dan tahanan kasus

    narkoba tahun 2007 2011 di Propinsi

    Sumatera Barat sebanyak 924 orang,

    jumlah tersangka penyalahguna

    (konsumen) Narkotika dan Psikotropika

    tahun 2009 sebanyak 391 pengguna, tahun

    2010 sebanyak 416 pengguna dan tahun

    2011 meningkat sebanyak 461 pengguna,

    sehingga Provinsi Sumatera Barat

    mendapatkan rangking VIII dari seluruh

    Propinsi yang ada di Indonesia.

    Kepolisian Daerah Sumatera Barat

    (POLDA SUMBAR) Direktorat reserse

    Narkoba menguraikan bahwa terdapat 102

    kasus tindak pidana dan penyalahgunaan

    narkoba di Kota Padang dengan berbagai

    jenis narkoba (BNN, 2012).

    Permasalahan ketergantungan atau

    penyalahgunaan narkoba mempunyai

    dimensi yang luas dan kompleks baik dari

    sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa

    maupun psikososial, kriminalitas, dan

    kerusuhan massal (Hawari, 2003).

    Perilaku seseorang menggunakan narkoba

    dipengaruhi berbagai hal seperti,

    kepribadian seseorang ingin tahu dan

    ingin mencoba sesuatu yang belum

    diketahui, memiliki kesempatan karena

    kurang perhatian sehingga mencari

    pelarian dengan menyalahgunaan narkoba,

    sarana dan prasarana yang mudah untuk

    didapat, dan pengaruh teman dekat diajak

    agar diterima oleh teman kelompok

    (Hikmat, 2007).

    Memakai narkoba atau obat

    terlarang memiliki dampak bagi

    penggunanya. Beberapa dampak dari

    penyalahgunaan narkoba yaitu, fisik,

    mental emosional (psikologis) dan

    kehidupan sosial. Dampak fisik dapat

    dilihat dari pengguna itu sendiri yaitu

    dengan penurunan kemampuan belajar,

    aktivitas kerja secara drastis, sulit

    membedakan mana perbuatan baik

    maupun perbuatan buruk, perubahan

    perilaku menjadi antisosial (perilaku

  • maladaptif), dan dampak fisik terlihat

    kerusakan kulit akibat zat yang digunakan

    (Mufarrohah, 2012).

    Kondisi psikologis yang dialami

    pengguna narkoba yaitu kehilangan

    konsentrasi dan sering melamun, afektif

    yang terdiri dari kesedihan yang

    mendalam, krisis kepercayaan diri,

    kecurigaan yang berlebihan, dendam,

    tertekan dan cemas, hubungan sosial yang

    terdiri dari pribadi yang tertutup,

    pengurungan diri dan antisosial, dan

    psikomotorik yang terdiri dari jalan

    menjadi terhuyung-huyung, gerakan

    tangan dan kaki yang tidak terkendali dan

    tanpa tujuan (Afrinisna, 2012).

    Semakin meluasnya

    penyalahgunaan narkoba ini juga

    menimbulkan dampak negatif terhadap

    kehidupan sosial, yaitu munculnya tindak

    kejahatan sehingga mempengaruhi

    ketertiban masyarakat. Dengan demikian,

    bahaya penyalahgunaan narkoba tidak saja

    merugikan pengguna, tetapi juga bagi

    keluarga dan masyarakat lingkungannya

    (Padmiati & Kuntari, 2011). Seorang

    pengguna merasa malu dan dikucilkan,

    bahkan tidak dianggap oleh keluarganya

    karena memiliki anggota keluarga seorang

    pecandu, hal ini juga berdampak terhadap

    pandangan masyarakat terhadap pecandu

    narkoba (Noviarini, dkk , 2013).

    Stigma atau pandangan masyarakat

    terhadap pengguna narkoba sangat buruk.

    Masyarakat menganggap bahwa pengguna

    narkoba adalah pelaku kejahatan dan

    sebagai kriminal (Handayani, 2011).

    Pengertian stigma pecandu, adalah

    serangkaian gagasan dan keyakinan yang

    menghubungkan kondisi kecanduan

    narkoba dengan perilaku seseorang atau

    kelompok yang dianggap negatif oleh

    masyarakat. Pecandu narkoba seringkali

    dikaitkan dengan kejahatan, perilaku tidak

    patuh karena menggunakan narkoba yang

    dilarang oleh undang-undang negara.

    Stigma pecandu adalah muatan sosial

  • negatif yang dikaitkan dengan perilaku

    menyimpang (Green, Cris Wred, 2001).

    Dari reaksi masyarakat tersebut dapat

    mempengaruhi konsep diri pengguna

    narkoba. Hal ini sesuai dengan teori

    Malcolm & Selve (dalam Azmiyati.dkk,

    2014) yang menyatakan bahwa reaksi

    orang lain (significant other) dapat

    mempengaruhi perkembangan konsep diri

    pengguna narkoba, dimana reaksi orang

    lain tersebut dinilai dari bagaimana orang

    lain memperlakukan kita. Sedangkan

    menurut Michener dkk. (dalam Suryanto,

    2011), bagaimana cara orang lain

    (significant others) memandang seseorang

    dan memberikan umpan terhadap tingkah

    laku seseorang akan mempengaruhi

    perkembangan konsep diri seseorang yang

    bersangkutan.

    Suliswati (2005) menjelaskan bahwa

    konsep diri adalah semua ide, pikiran

    kepercayaan dan pendirian yang diketahui

    individu tentang dirinya dan

    mempengaruhi individu dalam

    berhubungan dengan orang lain.

    Sementara Calhoun & Acocella (dalam

    Rola, 2006) mengatakan bahwa konsep

    diri adalah pandangan kita tentang diri

    sendiri, yang meliputi dimensi:

    pengetahuan tentang diri sendiri,

    pengharapan mengenai diri sendiri, dan

    penilaian tentang diri sendiri.

    Menurut Mayasanti (2006),

    penghayatan penyalahguna narkoba

    tentang kondisi fisik dan psikisnya dapat

    mempengaruhi gambaran dirinya dan

    anggapannya bagaimana penampilannya

    didepan orang lain serta keberadaannya

    dilingkungan sosialnya dengan kondisi

    fisik dan psikis yang berbeda dari orang

    normal. Akibat penyalahguanaan narkoba,

    pengguna menderita penyakit yang

    menyebabkan tubuhnya lemah,

    penampilannya kurang menarik dan

    merasa dikucilkan dari lingkungan

    sosialnya. Gejala- gejala tersebut

    merupakan kesadaran diri yang negatif.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Willian H.

  • Fitts (dikutip Rahman, 2009) tentang

    konsep diri yaitu keseluruhan kesadaran

    mengenai diri yang diamati, dialami dan

    dinilai.

    Yurliani (2007) mengatakan

    pengguna narkoba yang mengalami

    masalah kehidupan yang mengakibatkan

    dirinya mengalami masalah stres karena

    tidak menemukan jalan keluar dan tidak

    ada satupun seseorang yang dapat

    dipercaya untuk menyelesaikan masalah

    mereka, sehingga mereka menggunakan

    narkoba sebagai solusi dari masalah

    tersebut. Selain itu, akibat dari

    penyalahgunaan narkoba itu sendiri juga

    mempengaruhi konsep diri seseorang,

    sesuai dengan hasil penelitian Rahmana

    (2005) menjelaskan setelah memakai

    narkoba perubahan konsep diri pengguna

    memiliki konsep diri yang negatif yang

    dapat menghambat komunikasi antar

    pribadi dari pengguna narkoba, sehingga

    pengguna menutup-nutupi keadaannya

    sebagai seorang pemakai narkoba dari

    lingkungan. Sementara penelitian

    Samuels, Donald J. dan Samuels, Mauriel

    (1974) yang dilakukan di Miami Florida

    kepada 37 remaja pengguna narkoba,

    menunjukkan bahwa 75,5% penyebab

    pengguna untuk penggunakan narkoba

    karena memiliki konsep diri rendah.

    Pemakaian narkoba akan memiliki

    dampak negatif bagi seseorang. Dampak

    tersebut akan menimbulkan reaksi dari

    lingkungan sosialnya, sehingga

    menyebabkan pengguna memiliki konsep

    diri yang rendah (Herdiyanto &

    Surjaningrum, 2014). Lingkungan sosial

    berpengaruh terhadap konsep diri

    pengguna narkoba, lingkungan sosial yang

    baik akan memberikan efek yang baik

    bagi pengguna tetapi jika lingkungan

    sosial buruk maka akan berdampak buruk

    pula pada keadaan pengguna. Salah satu

    upaya untuk dapat meningkatkan konsep

    diri seseorang yaitu dengan dukungan

    sosial yang didapatkan dari lingkungannya

    (Kasih, 2008).

  • Menurut Hurlock, (1994 dalam Kasih,

    2008) ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi konsep diri seseorang,

    yaitu: kondisi fisik, nama atau julukan,

    kepatuhan seks, hubungan keluarga,

    teman sebaya, penampilan diri dan

    dukungan sosial. Menurut Hanifah &

    Unayah (2011) dukungan besar

    pengaruhnya bagi pengguna narkoba.

    Dukungan yang didapat tidak hanya dari

    keluarga saja tetapi juga bisa didapat dari

    teman dan orang-orang

    dilingkungannya,dengan mendapatkan

    dukungan sosial ini akan membangkitkan

    kepercayaan diri bagi pengguna narkoba.

    Dukungan sosial adalah bentuk

    tingkah laku yang diberikan dari orang-

    orang yang dianggap berarti bagi individu

    yang dapat berpengaruh bagi

    perkembangan individu (Noviarini, dkk ,

    2013). Menurut Sarafino (2002) Social

    support (dukungan sosial) mengacu pada

    kenyamanan yang diterima, diperhatikan,

    dihargai atau membantu seseorang untuk

    menerimanya dari orang lain atau

    kelompok-kelompok.

    Menurut Papalia & Olds (1995

    dalam Yurliani, 2007) pemberian social

    support dari orang-orang yang berarti

    disekitar kehidupan akan memberikan

    kontribusi yang terbesar dalam proses

    penyembuhan penderita ketergantungan

    narkoba. Dukungan yang diberikan oleh

    orang tua, saudara, teman, pacar dan

    orang disekitar yang memilki pengaruh

    pada individu tersebut. Dukungan dapat

    berupa dukungan emosional,

    informasional,intrumental,penghargaan,

    dan dukungan companionship. Sesuai

    dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Crismawati (2008) menunjukkan

    23,8 % dukungan sosial sangat

    berpengaruh dalam motivasi kesembuhan

    pada pengguna narkoba.

    Indonesia memiliki Undang-

    Undang R.I No.35 tahun 2009 tentang

    Narkotika dan Peraturan Pelaksanaannya.

    Seorang pengguna narkoba jika tertangkap

  • menggunakan narkoba maka pengguna

    tersebut akan ditindak pidanai oleh

    majelis hakim dan di hukum penjara

    dalam jangka waktu tertentu serta di

    tempatkan dalam rumah tahanan atau

    lembaga pemasyarakatan (BNNP, 2013).

    Salah satu Lembaga pemasyarakatan

    yang ada di Kota Padang yaitu Lembaga

    Pemasyarakatan Klas II A yang terletak di

    daerah Muaro Padang. Jumlah narapidana

    yang ada di Lembaga pemasyarakatan

    klas II A Muaro Padang tercatat dari

    Januari hingga November 2014 sebanyak

    872 orang narapidana, dengan kasus

    penyalahgunaan narkoba tercatat dari

    bulan Agustus hingga Oktober 2014

    terdapat 225 orang.

    Berdasarkan studi pendahuluan

    dan data yang didapatkan dari petugas

    lembaga pemasyarakatan terhadap 6 orang

    narapidana dengan kasus penyalahgunaan

    narkoba pada tanggal 7 Januari 2014 di

    Lembaga Pemasyarakatan klas II/A

    Muaro Padang, dimana 3 dari 6

    narapidana merasakan gelisah dan tidak

    dapat tidur nyenyak karena memikirkan

    keadaannya yang sekarang ini, 5 dari 6

    narapidana merasa tidak puas dengan

    keadaan dirinya yang berada di lembaga

    pemasyarakatan, 5 dari 6 narapidana

    mengatakan dapat menyesuaikan diri

    dengan orang lain saat berada di lembaga

    pemasyarakatan, 4 dari 6 narapidana

    mengatakan berusaha melakukan yang

    benar selama berada di lembaga

    pemasyarakatan.

    Berdasarkan data dari 6 narapidana

    tersebut, 3 dari 6 narapidana mengatakan

    keluarga jarang mengunjunginya di

    lembaga pemasyarakatan, 1 dari 6

    narapidana mengeluhkan susah bertemu

    dengan keluarga selama berada di

    lembaga pemasyarakatan, 3 dari 6

    narapidana mengatakan tidak punya

    teman dan merasa sendiri di lembaga

    pemasyarakatan, 4 dari 6 narapidana

    sering dimarahi petugas lembaga

    pemasyarakatan karena sering terlambat

  • dalam melakukan kegiatan rutin di

    lembaga pemasyarakatan, 2 dari 6

    narapidana merasa sering di nasehati oleh

    petugas Lembaga permasyarakatan.

    Berdasarkan fenomena di atas peneliti

    tertarik meneliti tentang hubungan

    dukungan sosial dengan konsep diri

    pengguna narkoba di Lembaga

    Pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    tahun 2015.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah kuantitatif

    dengan menggunakan desain penelitian

    deskriptif analitik. Penelitian ini

    menggunakan pendekatan Cross

    Sectional. Penelitian ini untuk mengetahui

    hubungan antara dukungan sosial dengan

    konsep diri pengguna narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang.

    Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

    55 responden. Dalam penelitian ini

    Metode pengambilan sampel yang

    digunakan ialah probability sampling

    (random sampling) dengan teknik cluster

    sampling, dimana pemilihan sampel yang

    dilakukan pada setiap blok yang ada.

    Instrumen yang digunakan untuk

    mengukur variabel independen dan

    variabel dependen dalam penelitian ini

    adalah kuesioner. Variabel dependen yaitu

    konsep diri dinilai dengan kuesioner yang

    diadaptasi dari Maria (2007) yang

    dikembangkan oleh Berzonsky (1981) dan

    Fitts (dalam Burns, 1979) dan untuk

    mengukur variabel independen dukungan

    sosial dinilai dengan kuesioner yang

    diadaptasi dari Adha, (2014) berdasarkan

    teori dukungan sosial dari House dalam

    Depkes (2002).

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    HASIL PENELITIAN

    A. Karakteristik Responden

  • Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur,

    Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Masa Hukuman, dan Lama

    Menggunakan Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

    Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)

    No. Karakteristik Responden f %

    1. Umur

    a. 18-40 tahun (Dewasa awal) b. 41-60 tahun (Dewasa tengah)

    45

    10

    81,8

    18,2

    2. Jenis kelamin

    a. Laki-laki b. Perempuan

    53

    2

    96,4

    3,6

    3. Pendidikan

    a. Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) c. Sekolah Menengah Akhir (SMA) d. Perguruan Tinggi

    2

    16

    31

    6

    3,6

    29,1

    56,4

    10,9

    4. Pekerjaan

    a. Tidak bekerja b. Bekerja

    16

    39

    29,1

    70,9

    5. Masa Hukuman

    a. < 1 tahun b. 1-4 tahun c. > 4 tahun

    3

    46

    6

    5,4

    83,6

    10,9

    6. Lama Menggunakan Narkoba

    a. < 1 tahun b. 1-5 tahun c. > 5 tahun

    17

    34

    4

    30,9

    61,8

    7,3

    Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar (81,8%)

    responden berada pada rentang usia 18-40 tahun (dewasa awal), hampir seluruh

    (96,4%) responden berjenis kelamin laki-laki, lebih dari separuh (56,4%) responden

    berpendidikan menengah akhir (SMA), lebih dari separuh (70,9%) responden

    memiliki pekerjaan sebelum berada di Lembaga Pemasyarakatan, sebagian besar

    (83,6%) responden menjalani masa hukuman 1-4 tahun, dan lebih dari separuh

    (61,8%) responden menggunakan narkoba 1-5 tahun.

  • B. Analisa Univariat

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial

    Narapidana Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

    Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)

    Dukungan Sosial f %

    Tinggi

    Rendah

    47

    8

    85,5

    14,5

    Total 55 100

    Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar (85,5%) responden mendapatkan

    dukungan sosial yang tinggi.

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsep Diri

    Narapidana Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

    Muaro Padang Tahun 2015 (n=55)

    Konsep Diri f %

    Positif

    Negatif

    41

    14

    74,5

    25,5

    Total 55 100

    Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (74,5%) responden memiliki

    konsep diri positif.

    C. Analisa Bivariat

    Analisis uji bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi-

    square. Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan variabel dependen dan

    variabel independen.

    Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Konsep Diri Pengguna

    Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang

    Tahun 2015 (n=55)

    Konsep Diri

    Positif Negatif Jumlah p

    n % n % n %

    0,000 Dukungan

    Sosial

    Tinggi 40 85,1 7 14,9 47 100

    Rendah 1 12,5 7 87,5 8 100

    Jumlah 41 74,5% 14 25,5 55 100

  • Berdasarkan tabel 5.4 terlihat dari 55 orang responden yang memiliki konsep

    diri negatif yaitu 14 orang responden, dimana 7 orang responden (87,5%)

    mendapatkan dukungan sosial yang rendah, sedangkan dari 41 orang responden

    yang memiliki konsep diri positif, ada 40 orang responden (85,1%) mendapatkan

    dukungan sosial tinggi. Secara statistik didapatkan p=0,000 yang mana nilai

    (p

  • sosial dari orang-orang yang berarti

    disekitar kehidupan akan memberikan

    kontribusi yang besar, terutama bagi

    penyembuhan penderita ketergantungan

    narkoba. Tingginya dukungan sosial yang

    diberikan pada pengguna narkoba akan

    membantu pengguna menghadapi

    berbagai persoalan dan penderitaan yang

    dialami (Yurliani, 2007).

    Menurut Orford dikutip dari Yurliani,

    (2007) bentuk dukungan sosial terdiri dari

    dukungan emosional, dukungan

    penghargaan, dukungan instrumental dan

    dukungan informative. Dukungan

    emosional mencakup ungkapan empati,

    kepedulian, perhatian kepada seseorang,

    dukungan penghargaan terjadi melalui

    ungkapan hormat atau penghargaan positif

    pada seseorang untuk membangun

    perasaan yang lebih baik terhadap diri

    seseorang tersebut, dukungan instrumental

    berupa bantuan langsung seperti memberi

    pinjaman uang, sedangkan dukungan

    informative mencakup pemberian nasehat,

    saran, sugesti, informasi, petunjuk

    mengenai apa yang sebaiknya dilakukan

    oleh individu.

    Dukungan sosial yang tinggi pada

    narapidana dengan kasus narkoba di

    lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro

    Padang dapat dilihat dari analisa jawaban

    narapidana narkoba ditemukan sebanyak

    89% narapidana narkoba mendapatkan

    perhatian dari keluarga, 94,5%

    menyatakan keluarga selalu memberikan

    semangat, 85,4% narapidana narkoba

    menyatakan keluarga membantu

    memenuhi kebutuhannya selama berada di

    lembaga pemasyarakatan, 89% narapidana

    narkoba menyatakan keluarga selalu

    memberikan nasehat, 89% narapidana

    narkoba menyatakan teman di lingkungan

    lembaga pemasyarakatan bersedia

    mendengar keluhan dan ceritanya terkait

    masalah yang dihadapinya, 87,2%

    narapidana narkoba menyatakan teman di

    lembaga pemasyarakatan terkadang

    memberikan nasehat dan arahan mengenai

  • masalah yang dihadapi, 76,4 menegurnya

    jika berbuat kesalahan selama berada di

    lembaga pemasyarakatan, 89% narapidana

    narkoba menyatakan petugas lembaga

    pemasyarakatan selalu memenuhi

    kebutuhan makan dan minum selama

    berada di lembaga pemasyarakatan.

    Menurut Smet (dalam Chrismawati,

    2008), individu yang memperoleh

    dukungan sosial yang tinggi mengalami

    hal yang positif dalam kehidupannya,

    mempunyai pandangan lebih optimis

    terhadap kehidupannya, terutama pemberi

    dukungan tersebut adalah orang-orang

    terdekat. Keluarga, kerabat, teman, dan

    pacar merupakan orang yang terdekat

    dikehidupan seseorang.

    Pada penelitian ini dukungan sosial

    pada narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan berupa dukungan

    keluarga, teman dan petugas lembaga

    pemasyarakatan. Hasil penelitian

    ditemukan sebanyak (89,1%) narapidana

    dengan kasus narkoba mendapat

    dukungan sosial dari keluarga. Hasil

    penelitian dari Setiawan (2010) tentang

    dukungan sosial pengguna narkoba

    ditemukan sebanyak 51,7% dukungan

    sosial pengguna narkoba di Pondok

    Pesantren Suryalaya didapat dari keluarga,

    dukungan sosial dari keluarga membuat

    individu percaya bahwa dirinya dicintai,

    diperhatikan dan merupakan bagian dari

    kelompok sosial.

    Menurut Heardman (dikutip dari

    Masyithah, 2012) keluarga merupakan

    sumber dukungan sosial karena dalam

    hubungan keluarga tercipta hubungan yang

    saling mempercayai. Individu sebagai

    anggota keluarga akan menjadikan

    keluarga sebagai kumpulan harapan

    tempat bertanya, dan tempat

    mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana

    individu sedang mmengalami

    permasalahan.

    Keluarga merupakan pihak yang

    paling dekat dari individu, keluarga

    merupakan tempat pertumbuhan dan

  • perkembangan seseorang sehingga sumber

    dukungan terbanyak yang paling tinggi

    adalah keluarga (Noviarini, 2013).

    Dukungan yang diberikan keluarga dalam

    bentuk perhatian terhadap kondisi

    kesehatan, memperhatikan penampilan,

    mengerti permasalahan yang dihadapi

    serta pengungkapan rasa sayang, hal ini

    akan memberikan dampak positif kepada

    individu untuk terus semangat untuk

    menjalani kehidupannya (House, 1981,

    dikutip dari Mayasanti, 2006).

    Dukungan sosial dari teman juga

    dapat dijadikan sumber koping yang baik

    bagi narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang.

    Hasil penelitian ditemukan hanya (47,3%)

    narapidana dengan kasus narkoba

    mendapat dukungan sosial dari teman.

    Teman sebaya atau kelompok adalah

    tempat anggota kelompok berinteraksi

    secara intens setiap saat. Teman dekat

    merupakan sumber dukungan sosial

    karena dapat memberikan rasa senang dan

    dukungan selama mengalami suatu

    permasalahan (Kail & Neilsen, dalam

    Masyithah, 2012).

    Dukungan pertemanan diberikan

    dengan cara membuat kondisi agar

    seseorang merasa menjadi bagian dari

    suatu kelompok yang memiliki persamaan

    minat dan aktivitas sosial. Dukungan

    pertemanan ini memungkinkan individu

    dapat menghabiskan waktu dengan

    individu lain dalam aktivitas sosial

    (Orford, dikutip dari Yurliani, 2007).

    Dukungan sosial dari petugas

    lembaga pemasyarakatan juga

    berpengaruh pada narapidana narkoba di

    lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro

    Padang, dimana ditemukan sebanyak

    (87,3%) narapidana dengan kasus narkoba

    mendapat dukungan sosial dari petugas

    lembaga pemasyarakatan. Lembaga

    pemasyarakatan merupakan tempat bagi

    narapidana dengan berbagai kasus hukum.

    Narapidana akan diberikan arahan dan

    pengajaran untuk menjadi lebih baik.

  • Petugas di lembaga pemasyarakatan

    berfungsi sebagai pendidik untuk

    mendidik dan pembina untuk memberikan

    binaan kepada narapidana narkoba, seperti

    pendidikan keolahragaan, rohaniah atau

    agama, dan binaan psikologis seperti

    konseling. Dari didikan tersebut akan

    terbentuk pola perilaku yang lebih baik,

    pandangan akan kesempatan untuk

    bersosialisasi di lingkungan masyarakat

    luas (Meldiny, 2013).

    Dukungan sosial dari petugas

    lembaga pemasyarakatan menciptakan

    perubahan kepribadian yang baik pada

    narapidana di lembaga pemasyarakatan.

    Bentuk dukungan berupa pembinaan

    kepribadian, keagamaan, kesadaran

    berbangsa dan bernegara, dengan binaan

    tersebut dapat dijadikan sumber koping

    yang baik untuk narapidana (Kementrian

    Hukum Dan Ham, 2013 ).

    Dari tabel 5.2 juga dapat dilihat

    bahwa 8 responden (14,5%) narapidana

    dengan kasus narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    mendapatkan dukungan sosial yang

    rendah. Hal tersebut sesuai dengan hasil

    penelitian fenomenologi Kristanto (2014)

    tentang bentuk dukungan sosial remaja

    pengguna narkoba di Yayasan Berneo

    Insan Mandiri Samarinda, dimana

    didapatkan bahwa bentuk dukungan yang

    diberikan kepada pengguna narkoba masih

    sangat rendah. Kurangnya dukungan yang

    diberikan berupa penanaman karakter

    positif kepada pengguna narkoba.

    Dukungan sosial yang rendah dapat

    terjadi karena kurangnya perhatian dan

    kasih sayang diterima oleh seseorang dari

    orang terdekatnya. Kurangnya dukungan

    yang diterima akan berdampak pada

    individu tersebut, individu akan

    menghindar dari lingkungannya dan dapat

    melakukan tindakan yang tidak sesuai

    dengan norma (Nelfice, 2013).

    Rendahnya dukungan sosial yang

    diterima narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang,

  • dilihat dari identifikasi jawaban responden

    terkait dukungan sosial dari tiga sumber

    dukungan sosial dalam penelitian

    didapatkan, 20% narapidana narkoba yang

    mendapatkan dukungan rendah

    mengatakan tidak pernah diberi atau

    dibekali uang oleh keluarga selama berada

    di lembaga pemasyarakatan, 12,7%

    narapidana narkoba menyatakan keluarga

    tidak pernah mendengarkan keluhan saya

    selama berada di lembaga

    pemasyarakatan, 10,9% narapidana

    narkoba menyatakan teman di lembaga

    pemasyarakatan tidak bersedia

    meminjamkan barang miliknya, 7,5%

    narapidana narkoba merasa jarang dibantu

    teman selama berada di lembaga

    pemasyarakatan, 20% narapidana narkoba

    merasa petugas di lembaga

    pemasyarakatan tidak peduli padadirinya,

    23,7% narapidana narkoba menyatakan

    petugas lembaga pemasyarakatan tidak

    pernah mengikutsertakannya dalam

    kegiatan lembaga pemasyarakatan.

    Rendahnya dukungan sosial yang

    diterima disebabkan lamanya pemberian

    dukungan. Lamanya pemberian dukungan

    merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi efektivitas dukungan

    sosial, dimana lamanya pemberian

    dukungan sosial tergantung dari masalah

    yang dihadapi dalam jangka panjang,

    maka dibutuhkan kesabaran dari pemberi

    dukungan sosial untuk memberikan

    dukungan sosial karena membutuhkan

    waktu yang cukup lama untuk keluar dari

    masalah (Ratna, 2010).

    Dilihat dari karakteristik responden

    pada tabel 5.1 dapat diketahui lebih

    separuh (83,6%) memiliki masa hukuman

    1-4 tahun, hal tersebut berarti masalah

    yang dihadapi narapidana narkoba

    merupakan masalah jangka panjang, yang

    membutuhkan waktu cukup lama untuk

    menyelesaikannya, sehingga

    dimungkinkan kurangnya kesabaran dari

    pemberi dukungan sosial untuk

  • memberikan dukungan secara konsisten

    pada narapidana narkoba.

    Seorang pengguna narkoba yang

    mengalami masalah hukum akibat

    keterlibatannya memakai narkoba

    sehingga menjadikannya narapidana

    dengan kasus narkoba, hal tersebut

    merupakan masalah yang dihadapi

    narapidana narkoba dengan ketentuan

    hukuman yang dijatuhkan pengadilan,

    sehingga butuh waktu lama bagi

    narapidana narkoba bisa menyelesaikan

    masalah yang dihadapinya (Maryatun,

    2011).

    2. Konsep Diri Pengguna Narkoba

    Berdasarkan hasil penelitian tentang

    konsep diri pengguna narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    tahun 2015 dari 55 narapidana narkoba,

    diketahui sebanyak 41 narapidana narkoba

    (74,5%) memiliki konsep diri positif. Hal

    ini berarti lebih separoh narapidana

    narkoba di lembaga pemasyarakatan klas

    II A Muaro Padang memiliki konsep diri

    yang positif.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan

    penelitian Soetikno (2009) tentang

    konsep diri remaja penyalahgunaan

    narkoba di Lapas Pria Tanggerang,

    dimana menunjukkan konsep diri positif

    yang ditunjukkan pada remaja yang

    menggunakan narkoba di Lapas Pria

    Tanggerang sebesar 72,9%. Sedangkan

    pada penelitian Mayasanti (2006) tentang

    konsep diri remaja mantan

    penyalahgunaan narkoba di Pusat

    Rahabilitasi Balai Kasih Sayang Pamardi

    Siwi Jakarta, dimana menunjukkan 78,5%

    konsep diri pada remaja yang

    menggunakan narkoba di Pusat

    Rahabilitasi Balai Kasih Sayang Pamardi

    Siwi Jakarta memiliki konsep diri positif.

    Konsep diri adalah persepsi individu

    terhadap diri sendiri, yang meliputi fisik,

    spiritual, maupun moral (Gecas V, 2011).

    Konsep diri positif merupakan individu

    yang mampu menerima kekurangan dalam

  • dirinya, mampu mengintropeksi diri,

    mampu mengubah dirinya agar menjadi

    lebih baik, dan mampu menata masa

    depannya dengan sikap optimis sehingga

    dapat diterima di tengah masyarakat (

    Calhoun dan Acocella, 1990, dalam

    Isabella, 2011). Menurut William D.

    Brooks (dalam Purnama S, 2014) konsep

    diri yang positif individu tersebut dapat

    mengenal dirinya dengan baik. Konsep

    diri yang positif bersifat stabil dan

    bervariasi. Orang yang memiliki konsep

    diri positif dapat menerima dan

    memahami kenyataan yang bermacam-

    macam tentang dirinya sendiri.

    Konsep diri ditandai beberapa aspek

    yaitu, aspek diri fisik, aspek diri moral-

    etik, aspek diri sosial, aspek diri pribadi

    dan aspek diri keluarga (Fitts dikutip dari

    Maria, 2007). Aspek konsep diri yang

    ditunjukkan oleh narapidana dengan kasus

    narkoba di lembaga pemasyarakatan klas

    II A Muaro Padang, ditemukan sebanyak

    74,5% responden merasakan cukup

    bahagia dengan keadaannya dilembaga

    pemasyarakatan dimana mendapatkan

    pembinaan selama berada di lapas, 94%

    reponden merasa cukup tenang karena

    dapat mengatasi masalah yang

    dihadapinya selama berada di lembaga

    pemasyarakatan dan mampu beradaptasi

    dengan lingkungan lapas, 87,3%

    responden merasa sudah melakukan hal

    yang baik dan benar selama berkegiatan

    dan menjalankan binaan di lembaga

    pemasyarakatan, 92,7% responden

    mengatakan kegagalan yang dialami tidak

    membuatnya putus asa, 94,5% responden

    cukup percaya diri dengan keadaan

    dirinya selama melakukan kegiatan dan

    rutinitas di lembaga pemasyarakatan, dan

    83,6% responden mengaku keluarganya

    saling membantu selama berada di

    lembaga pemasyarakatan.

    Konsep diri dapat dipengaruhi oleh

    rasa percaya diri dan rasa kegagalan yang

    dialami selama pengalaman hidup,

    pengalaman yang baik akan memberikan

  • rasa percaya diri pada seseorang dan

    kegagalan yang diterima akan dijadikan

    sebagai motivasi menjadi seseorang yang

    maju (Mario, 2011). Konsep diri positif

    yang dimiliki oleh pengguna narkoba

    disebabkan karena faktor internal dan

    faktor eksternal, dimana faktor internal

    yang mendorong berkembangnya konsep

    diri positif adalah adanya rasa tidak

    nyaman dengan kondisinya menjadi

    seorang pengguna narkoba sehingga ingin

    berhenti menggunakan narkoba,

    sedangkan faktor eksternal yang

    mendorong berkembangnya konsep diri

    positif adalah support dari keluarga dan

    masyarakat. Kedua faktor di atas

    mendorong berkembangnya konsep diri

    positif yang ditunjukkan oleh pengguna

    narkoba ( Baldwin dan Holmes, dalam

    Sari, 2014).

    Hasil penelitian berdasarkan usia

    narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    sebagian besar (81,8%) berada pada

    rentang usia (18-40 tahun). Usia ini

    merupakan usia dewasa awal. Hal ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    Enny Pantjalina,dkk (2013) dimana 78,1%

    pengguna narkoba di Rumah Sakit Jiwa

    Daerah Atma Husada Mahakam

    Samarinda, berada pada usia 25-35 tahun

    dimana usia tersebut merupakan usia

    dewasa awal (18-40 tahun).

    Menurut Hurlock (2002), dewasa

    awal adalah masa peralihan dari

    ketergantungan kemasa mandiri, baik dari

    segi ekonomi, kebebasan menentukan diri

    sendiri, dan pandangan tentang masa

    depan sudah lebih realistis. Usia dewasa

    awal berkisar (18-40 tahun), dimana pada

    masa ini masalah muncul dengan

    bertambahnya umur pada masa dewasa

    awal. Masa dewasa awal adalah masa

    dimana seluruh potensi sebagai manusia

    berada pada puncak perkembangan baik

    fisik maupun psikis. Masa yang memiliki

    rentang waktu antara 20 40 tahun adalah

    masa-masa pengoptimalan potensi yang

  • ada pada diri individu. Jika masa ini

    bermasalah, akan mempengaruhi bahkan

    kemungkinan individu mengalami

    masalah yang paling serius pada masa

    selanjutnya. Dengan begitu dapat

    dinyatakan usia merupakan salah satu

    faktor yang dapat mempengaruhi konsep

    diri pada seseorang.

    Konsep diri pada narapidana narkoba

    di lembaga pemasyarakatan klas II A

    Muaro Padang juga dapat dipengaruhi

    oleh jenis kelamin. Hasil penelitian

    menunjukkan hampir sebagian sebesar

    (96,4%) narapidana dengan kasus narkoba

    berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sesuai

    dengan penelitian Rahmawati, D (2010)

    tentang pengguna narkoba di pusat

    rehabilitasi Surakarta, dimana 92%

    pemakai narkoba laki-laki cenderung lebih

    banyak dari pada pengguna narkoba

    perempuan. Pada penelitian Sutary, dkk

    (2010) menunjukkan 87,2% konsep diri

    pada laki-laki lebih positif dibandingkan

    konsep diri perempuan.

    Menurut Sutary, dkk (2010), hal ini

    dikarenakan rasa percaya diri laki-laki

    lebih tinggi dari perempuan, ini dilihat

    dari hasil penelitiannya dimana

    kepercayaan diri laki-laki didapatkan

    sebesar 65%, sedangkan kepercayaan diri

    perempuan hanya 35%, lalu pandangan

    akan masa depan dan optimisme

    menghadapi masa depan 80% laki-laki

    lebih optimis dibandingkan perempuan,

    juga motivasi dan tekad menghadapi

    tantangan hidup laki-laki lebih besar

    motivasinya dibanding perempuan.

    Menurut Burns (dalam Sutary,dkk,

    2010) menyatakan faktor yang

    mempengaruhi pembentukan konsep diri

    adalah social desirability, yaitu

    kecenderungan untuk menghubungkan

    sifat atau karakteristik mereka dengan

    konsensus sosial yang mengindikasikan

    sifat-sifat yang diinginkan masyarakat dan

    menolak sifat-sifat yang tidak diinginkan

    masyarakat. Dengan adanya faktor social

    desiarability, jelas bahwa nilai-nilai

  • gender yang dikonstruksi masyarakat

    mempengaruhi konsep diri, baik

    perempuan, maupun laki-laki.

    Faktor lain yang dapat

    mempengaruhi konsep diri pengguna

    narkoba yang dimiliki narapidana narkoba

    di lembaga pemasyarakatan klas II A

    Muaro Padang ialah tingkat pendidikan,

    berdasarkan hasil penelitian didapatkan

    lebih dari separoh (56,4%) responden

    memiliki latar belakang pendidikan SMA

    (Sekolah Menengah Akhir) dan (10,9%)

    responden memiliki latar belakang

    pendidikan Perguruan Tinggi.

    Tingkat pendidikan seseorang akan

    berpengaruh terhadap kemampuan

    berfikir, dimana semakin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang maka akan semakin

    mudah berfikir rasional dan menanggapi

    informasi baru termasuk dalam

    menguraikan masalah baru (Stuart &

    Sundeen, 2005). Diketahui bahwa tingkat

    pendidikan dapat mempengaruhi konsep

    diri, semakin tinggi tingkat pendidikan

    yang dimiliki individu maka semakin

    tinggi pula pengetahuannya sehingga akan

    berpengaruh terhadap perilaku individu

    tersebut.

    Berdasarkan penelitian juga

    didapatkan bahwa lebih dari separoh

    (70,9%) narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    memiliki pekerjaan sebelum berada di

    lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian

    ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Wijayanti (2010) pada

    narapidana di Semarang dimana sebagian

    responden (69%) memiliki pekerjaan

    sebelum berada di lembaga

    pemasyarakatan. Hal ini menunjukkan

    adanya pengaruh pekerjaan terhadap

    konsep diri seseorang, jika seseorang

    memiliki pekerjaan maka akan

    meningkatkan status sosial yang

    dimilikinya dan individu tersebut

    mendapatkan sumber koping yang adekuat

    sehingga akan terbentuk konsep diri

    positif pada diri seseorang.

  • Pekerjaan merupakan faktor yang

    dapat mempengaruhi konsep diri

    seseorang, karena seseorang yang

    mempunyai pekerjaan yang penting dan

    memerlukan aktifitas maka akan merasa

    sangat terganggu apabila kehilangan

    kegiatan pekerjaannya. Bekerja dapat

    mengembangkan kreatifitas dan

    kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih

    lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya

    diri dapat muncul dengan melakukan

    pekerjaan. Kepuasan dan rasa bangga di

    dapat karena mampu mengembangkan

    kemampuan diri dan menciptakan konsep

    diri yang baik (Tarwoto & Wartonah,

    2003)

    Penelitian ini juga menunjukkan

    bahwa 14 responden atau (25,5%)

    memilki konsep diri negatif. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil identifikasi jawaban

    responden dimana 38,2% responden

    merasa kesehatannya kurang baik, 51%

    responden merasa tidak suka diatur di

    lembaga pemasyarakatan, 41,8%

    responden selalu merasa ragu-ragu dengan

    apa yang akan dia lakukan dilembaga

    pemasyarakatan, 32,7% responden merasa

    tidak percaya diri akan fisik yang

    dimilikinya, 34,5% responden merasa

    tidak pernah menyesal dengan kesalahan-

    kesalahan yang pernah dia lakukan, 34,5%

    responden merasa bosan dengan

    keadaannya sendiri.

    Konsep diri negatif merupakan

    individu memandang dirinya tidak stabil,

    tidak mengetahui siapa dirinya, tidak

    mengetahui kelemahan dan kelebihannya

    (Isabella, 2011). Menurut Shofia (dalam

    Nurrahma, 2013) konsep diri negatif yang

    dimiliki oleh narapidana narkoba

    disebabkan karena masyarakat cenderung

    menolak kehadiran mereka dalam

    kehidupan yang normal. Penolakan

    masyarakat terhadap narapidana karena

    dianggap sebagai trouble maker atau

    pembuat kerusuhan yang harus

    diwaspadai. Kondisi ini terjadi karena

    adanya konsep diri yang negatif dari

  • narapidana terhadap dirinya sehubungan

    dengan statusnya sebagai narapidana

    berkaitan dengan tuntutan lingkungan.

    Konsep diri negatif yang dialami

    narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    dapat dipengaruhi oleh masa hukuman

    yang diterima narapidana. Dari hasil

    penelitian dapat dilihat lebih dari separoh

    (83,6%) masa tahanan pada narapidana

    narkoba di lembaga pemasyarakatan klas

    II A Muaro Padang mendapat masa

    hukuman 1 tahun hingga 4 tahun penjara,

    dan (10,9%) narapidana narkoba

    mendapatkan masa hukuman lebih dari 4

    tahun.

    Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

    Respatiningrum (2003) tentang konsep

    diri dan lamanya hukuman pada

    narapidana wanita, ditemukan sebanyak

    53,6% konsep diri yang dimiliki oleh

    narapidana di lembaga pemasyarakatan

    wanita Semarang cenderung negatif, hal

    ini disebabkan lamanya hukuman yang

    diterima oleh narapidana sehingga

    cenderung meningkatkan depresi yang

    dialami oleh narapidana.

    Masa hukuman terlalu lama yang

    dijalankan narapidana dapat

    mempengaruhi konsep diri yang dimiliki.

    Menurut Bartol (dikutip dari Azni, 2012)

    dampak psikologis dari hukuman pidana

    yang diterima oleh narapidana yaitu

    individu merasa kehilangan kepribadian,

    identitas, kehilangan rasa percaya diri, dan

    harga diri, akibatnya konsep diri

    narapidana menjadi negatif.

    Lama menggunakan narkoba dapat

    mempengaruhi konsep diri. Dilihat dari

    hasil penelitian ditemukan sebanyak

    (61,8%) narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    menggunakan narkoba sekitar 1 tahun

    hingga 5 tahun, dan (7,3%) dari

    narapidana menggunakan narkoba lebih

    dari 5 tahun.

    Hasil penelitian fenomenologi

    Rahmana (2005) tentang konsep diri

  • pemakai narkoba dalam komunikasi

    antarpribadi di Pusat Rehabilitasi Jakarta,

    dari 16 responden menunjukkan konsep

    diri pengguna narkoba sebelum

    mengggunakan narkoba memiliki konsep

    diri positif, dari konsep diri yang positif

    lahir pola perilaku komunikasi antar

    pribadi yang positif, tetapi setelah

    memakai narkoba perubahan konsep diri

    menjadi negatif dan cenderung

    menghindar.

    Menurut Yatim dan Irwanto (dalam

    Yurliani 2007) konsep diri negatif terjadi

    karena faktor yang menyebabkan individu

    menggunakan narkoba yaitu dorongan

    kenikmatan dari narkoba itu sendiri,

    narkoba dapat memberikan kenikmatan

    bagi pemakainya. Perasaan menyukai

    narkoba mulanya diperoleh dari keinginan

    untuk mencoba narkoba sehingga menjadi

    kebutuhan.

    3. Analisa Bivariat

    1. Hubungan Dukungan Sosial

    Dengan Konsep Diri Pengguna

    Narkoba di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas II A Muaro

    Padang Tahun 2015

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    dari 55 responden yang diteliti, terdapat

    40 responden atau sebagian besar

    mendapatkan dukungan sosial tinggi

    (85,1%) memiliki konsep diri positif.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    responden yang mendapatkan dukungan

    sosial umumnya memiliki konsep diri

    positif. Berdasarkan hasil uji chi square,

    didapatkan nilai p=0,000 yang mana jika

    p

  • bahwa semakin tinggi dukungan sosial

    yang didapatkan seseorang maka akan

    positif pula konsep diri orang tersebut.

    Dukungan sosial dapat mempengaruhi

    konsep diri yang dimiliki seseorang,

    individu dengan masalah pada dirinya,

    merasa tidak percaya diri atau merendah,

    dengan dukungan yang diberikan

    lingkungan sekitarnya akan

    membangkitkan kepercayaan dirinya dan

    mencoba menjadi seseorang yang lebih

    baik (Hurlock, dikutip dari Kasih, 2008).

    Dukungan yang diberikan sangat

    berpengaruh pada keadaan orang yang

    akan diberikan dukungan tersebut, dan

    dampaknya akan terbentuk konsep diri

    yang baik dari orang yang menerima

    dukungan. Menurut Crismawati (2008),

    apabila orang lain memberikan dukungan

    pada seorang pengguan narkoba terutama

    orang terdekat seperti, keluarga, kerabat

    dekat, teman, sahabat akan memberikan

    dampak baik juga pada pengguna narkoba,

    sehingga akan timbul dorongan untuk

    pulih kembali ke keadaan sehat dari

    ketergantungan narkoba.

    Hasil penelitian juga menunjukkan

    bahwa terdapat 7 responden (87,5%)

    narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    mendapatkan dukungan sosial rendah

    yang memiliki konsep diri negatif. Hal ini

    dikarenakan dari 7 responden didapatkan

    bahwa hukuman yang dijalan narapidana

    narkoba masih beberapa bulan atau

    kurang dari satu tahun, narapidana

    narkoba belum sepenuhnya mengenal

    lingkungan baru yang ada di Lembaga

    pemasyarakatan, sehingga narapidana

    belum membuka diri dengan lingkungan

    sekitarnya dan belum mampu beradaptasi

    dengan baik, sehingga konsep diri yang

    dimiliki masih negatif.

    Dukungan sosial yang di berikan

    sangat besar pengaruhnya untuk

    membentuk karakater dari individu, tetapi

    jika individu yang dalam masalah tidak

    diberi dukungan maka keadaan individu

  • tersebut akan memburuk dan individu

    tidak percaya akan kemampuan yang

    dimilikinya (Elisa & Wardiyah, 2012).

    Berdasarkan hasil penelitian

    didapatkan bahwa 7 responden (14,9%)

    narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    mendapatkan dukungan sosial yang tinggi

    tetapi dengan konsep diri yang negatif.

    Hal ini dapat dijelaskan dari karakteristik

    masa hukuman yang didapatkan oleh

    narapidana narkoba, dari 7 responden

    mendapatkan masa hukuman 1-4 tahun

    lamanya. Menurut Respatiningrum (2003)

    masa hukuman yang didapatkan oleh

    narapidana sangat mempengaruhi konsep

    diri dari narapidana, karena lamanya

    hukuman yang dijalankan maka tingkat

    masalah atau stres yang dirasakanpun

    meningkat. Hukuman dijalankan oleh

    narapidana narkoba juga kurang dari satu

    tahun sehingga narapidana masih belum

    beradaptasi dengan lingkungan lapas

    dengan baik.

    Hasil penelitian juga menunjukkan

    bahwa 1 narapidana narkoba atau (12,5%)

    narapidana narkoba di lembaga

    pemasyarakatan klas II A Muaro Padang

    mendapatkan dukungan sosial yang

    rendah tetapi dengan konsep diri positif.

    Hal ini dapat dilihat dari karakteristik dari

    responden dimana responden memiliki

    tingkat pendidikan yang tinggi, dan

    memiliki pekerjaan sebelum masuk ke

    lembaga pemasyarakatan. Menurut Stuart

    & Sundeen (2005), tingkat pendidikan

    seseorang akan berpengaruh terhadap

    kemampuan berfikir, dimana semakin

    tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

    akan semakin mudah berfikir rasional dan

    menanggapi informasi baru termasuk

    dalam menguraikan masalah baru.

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan mengenai Hubungan

    Dukungan Sosial dengan Konsep Diri

  • Pengguna Narkoba di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang

    Tahun 2015, maka dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dukungan sosial narapidana dengan

    kasus narkoba di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas II A Muaro

    Padang Tahun 2015 menunjukkan

    bahwa lebih dari separuh responden

    mendapatkan dukungan sosial yang

    tinggi.

    2. Konsep Diri narapidana dengan kasus

    narkoba di Lembaga Pemasyarakatan

    Klas II A Muaro Padang Tahun 2015

    menunjukkan bahwa lebih dari

    separuh responden memiliki konsep

    diri positif.

    3. Ada hubungan bermakna antara

    dukungan sosial dengan konsep diri

    pengguna narkoba dengan nilai (p=

    0,000).

    B. Saran

    1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan

    Klas II A Muaro Padang

    Hasil penelitian diharapkan menjadi

    bahan masukan bagi pihak lembaga

    pemasyarakatan sehingga lebih

    memperhatikan kondisi narapidana

    narkoba dan memberikan dukungan sosial

    pada narapidana sehingga bisa dijadikan

    salah satu intervensi untuk meningkatkan

    konsep diri yang dimiliki oleh narapidana

    narkoba. Petugas lapas agar bisa menjadi

    pendidik dan pembina yang baik bagi

    narapidana narkoba yang sedang

    menjalani masa hukuman serta pihak

    lapas dapat melibatkan lembaga lain di

    luar lapas untuk membina dan mendidik

    narapidana narkoba agar bisa mengalami

    perubahan dalam kehidupan, mengingat

    tidak semua segi kehidupan narapidana

    narkoba bisa dipahami oleh petugas lapas,

    misalnya segi rohanian, segi psikologis,

    segi kesehatan dan lainnya yang

    membutuhkan spesialisasi bidang ilmu

    dan pengalaman di bidang tersebut.

    2. Bagi Profesi Keperawatan

  • Profesi keperawatan diharapkan

    semakin mengembangkan ilmu

    keperawatan di seluruh tatanan area ruang

    lingkup keperawatan termasuk

    keperawatan jiwa pada narapidana

    narkoba di lembaga pemasyarakatan.

    Selain itu perawat mampu menjadi

    fasilitator, edukator dan memberikan

    intervensi berupa asuhan keperawatan

    pada narapidana yang mengalami ataupun

    tidak mengalami masalah psikiatrik.

    3. Bagi Responden

    Diharapkan responden mampu

    meningkatkan motivasi, persepsi dan

    pandangan positif terhadap diri serta

    mampu mengelola koping yang adaptif

    dan memberdayakan sumber koping yang

    tersedia salah satunya yaitu melalui

    dukungan sosial, serta diharapkan mampu

    menyesuaikan diri dan dapat melakukan

    adaptasi dengan lingkungan sekitar

    mampu menanggulangi masalah

    keterpurukan akan diri dan harga diri yang

    dimiliki.

    4. Bagi Penelitian Keperawatan

    Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

    dapat melanjutkan penelitian tentang

    konsep diri pengguna narkoba dengan

    melihat faktor lain yang berhubungan

    dengan konsep diri pengguna narkoba

    selain dukungan sosial. Memberikan

    intervensi baru untuk meningkatkan

    konsep diri dari pengguna narkoba dengan

    melakukan pendekatan komunikasi

    motivasi dari pengguna narkoba.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adha, Hilma. (2014). Hubungan

    Dukungan Sosial dengan

    Tingkat Kecemasan Narapidana

    di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

    Muaro Padang. Skripsi.

    Padang. Fkep Unand.

    Andriyani, T. (2011). Upaya

    Pencegahan Tindak

    Penyalahgunaan Narkoba Di

    Kalangan Mahasiswa Politeknik

  • Negeri Sriwijaya. Jurnal Ilmiah.

    Edisi VI, 113-121.

    Afrinisna, R.Y. (2012). Penyebab

    Kondisi Psikologis Narapidana

    Kasus Narkoba pada

    Remaja. Skripsi. Universitas

    Ahmad Dahlan.

    Armeliza,V. Annis Nauli,F. dan Erwin.

    (2013). Gambaran Konsep Diri

    Remaja di Lembaga

    Pemasyarakatan. Skripsi.

    Riau: Universitas Riau

    Azani. (2012. Gambaran Psychological

    wel-being mantan narapidana.

    Jurnal Empathy, 1(1), 1-18.

    Azmiyati, S.R, Cahyati, W.H, Kasmini

    Handayani, O.W. (2014).

    Gambaran Pengguna Napza

    pada Anak Jalanan di Kota

    Semarang. Jurnal Kesehatan

    Masyarakat. 9(2). 137-143.

    Bahri, Saiful. (2011). Penyalahgunaan

    Napza dapat Menghancurkan

    Generasi Muda. Medan:USU

    BNN. (2003). Permasalahan Narkoba di

    Indonesia dan

    Penanggulangannya. Diakses

    pada 8 September 2014 dari

    http://bnn.go.id.

    _____. (2004). Komunikasi Penyuluhan

    Pencegahan Penyalahgunaan

    Narkoba, Jakarta : BNN.

    _____. (2007). Survei Nasional

    Penyalahgunaan dan Peredaran

    Gelap Narkoba pada

    kelompok Pelajar dan

    Mahasiswa di Indonesia. Jakarta

    : BNN.

    _____. (2011). Media Informasi &

    Komunikasi SINAR BNN.

    Trubus Swadaya. Jakarta

    : BNN.

    _____. (2012). Jurnal Data : pencegahan

    dan pemberantasan

    penyalahgunaan dan

    peredaran gelap narkoba tahun

    (P4GN) 2011. Jakarta : BNN.

  • Badan Narkotika Nasional Provinsi

    Sumatera Barat. (2013). Bahaya

    Penyalahgunaan Narkoba

    dan Penanggulangannya.

    Padang: BNNP- Sumbar.

    Calhoun, J.F. Acocella, J.R. (1990).

    Psychology of Adjustment and

    Human Relationship. New

    York: McGraw-Hill, Inc.

    Chrismawati, F. (2008). Motivasi untuk

    sembuh pada remaja

    penyalahgunaan narkoba d

    itinjau dari dukungan sosial.

    Skripsi (tidak diterbitkan).

    Semarang : Fakultas Psikologi

    Universitas Ketolik

    Soegijapranata.

    Dahlan, M. Sopiyudin, (2013).

    Statitiska Untuk Kedokteran dan

    Kesehatan. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Dharma, Kusuma Kelana (2011),

    Metodologi Penelitian

    Keperawatan : Panduan

    Melaksanakan dan Menerapkan

    Hasil Penelitian, Jakarta, Trans

    InfoMedia.

    Depkes, R.I. (2003) NAPZA, Informasi

    bagi Tenaga Kesehatan, Dirjend

    Kesmas_Depkes R.I. : Jakarta.

    Elisa Putri D. Siahaan, Wardiyah

    Daulay. (2012). Dukungan

    Psikologi Keluarga dalam

    Penyembuhan Pasien Napza di

    RS Jiwa Pemerintah Provinsi

    Sumatera Utara. Jurnal

    Keperawatan. USU

    Ekasari dan Hafizhoh. (2009).

    Hubungan antara adversity

    quotient dan dukungan

    sosial dengan intensi untuk pulih

    dari ketergantungan narkotika

    alkohol psikotropika dan

    zat adiktif (napza) pada penderita

    di wilayah bekasi utara-

    lembaga kasih indonesia. Jurnal

    Soul. Vol. 2, No. 2, 109-135.

    Enny Pantjalina, L., Syafar M., Natsir S.

    (2013). Factor Influence

  • Behavior Of Pecandu Abuse

    Of Napza At A Period Of Cure

    Home Psychopath Area Atma

    Husada Mahakam Samarinda.

    Artikel Kesehatan.

    Fitts, William H. (1971). The Self

    Concept and Self Actualization

    (1st ed). Los Angeles: Western

    Psychological Services.

    Gecas V. (2011). The Social Psychology

    of Self-efficacy. Annual

    Review of Sociology,

    15,291-316 . Available

    at:

    http://scolar.gopgle.co.id/scolar_ur

    l?hl=id&q=http://www.math.tau.

    Gottlieb, B. H. (1983). Social support

    strategies. California: Sage

    Publications Inc.

    Green, Cris Wred. (2001). menanggapi

    Epidemi HIV di kalangan

    Pengguna Narkoba

    Suntikan: Dasar Pemikiran

    Pengurangan Dampak Buruk

    Narkoba, Warta AIDS,

    Yogyakarta.

    Hanifah, A. & Unayah, N. (2011).

    Mencegah Dan Menanggulangi

    Penyalahgunaan Napza Melalui

    Peran Serta Masyarakat. Jurnal

    Peneliti Pada Pusat

    Penelitian Dan Pengembangan

    Kesejahteraan Sosial

    Kementerian Sosial RI, Vol 16

    No. 01.

    Handayani, S. (2011). Pengaruh

    Keluarga, Masyarakat dan

    Pendidikan terhadap Pencegahan

    Bahaya Narkoba di Kalangan

    Remaja. Tesis. Jakarta:UI

    Hardy, Malcolm and Heyes, Steve.

    (1988). Pengantar Psikologi, Edisi

    Kedua, Penerbit

    Erlangga, Jakarta.

    Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan

    ketergantungan NAZA

    (Narkotika, Alkohol dan Zat

    adiktif). Jakarta: Badan Penerbit

  • Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia.

    _________. (2004). Terapi (

    Detoksifikasi) dan Rehabilitasi

    (Pesantren) Mutakhir (Sistem

    Terpadu) Pasien Naza

    (Narkotik, Alkohol, dan Zat

    Adiktif lain), Jakarta : UI-

    Press.

    _________. (2006). Penyalahgunaan &

    Ketergantungan NAZA, Jakarta

    : Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia.

    Herdiyanto A.P & Surjaningrum E.R.

    (2014). Hubungan Antara

    Dukungan Sosial dan Self

    Esteem pada Remaja

    Penyalahguna Zat yang Sedang

    dalam Masa Rehabilitasi.

    Jurnal Psikologi Klinis dan

    Kesehatan Mental, Vol. 2, No. 1

    Herlina, Lydia Martono dan Satya

    Joewana. (2008). Belajar Hidup

    bertanggung Jawab,

    Menangkal Narkoba dan

    Kekerasan. Jakarta. Balai

    Pustaka.

    Hikmat, Mahi M.. (2007). Awas

    narkoba, para remaja waspada.

    Bandung; PT Grafitri Budi

    Utami.

    Hurlock, E.B. (2002). Psikologi

    Perkembangan. 5th edition.

    Jakarta: Erlangga.

    Kasih, F. (2008). Pengembangan

    Konsep Diri dan Pengaruhnya

    terhadap Tingkah Laku.

    Jurnal Penelitian

    Psikologi,11,(1),Juni.

    Kementerian Kesehatan RI. (2010).

    Rencana Strategis Kementerian

    Kesehatan Tahun 2010-

    2014. Jakarta.

    Kementrian Hukum Dan Ham. (2013).

    Pedoman Pembinaan Kepribadian

    Narapidana Bagi Petugas

    Lapas di Lapas. Jakarta

  • diakses pada tanggal 19

    Maret 2015, dari

    http://www.academia.edu/68808

    47/Pedoman_Pembinaan_Keprib

    adian_Narapidana_bagi_Petugas

    _Lapas_Rutan

    Kristanto,A. (2014). Bentuk Dukunga

    Sosial Keluarga Terhadap

    Remaja Pengguna

    Narkoba. Jurnal Ilmu Sosiatri.

    Vol 2 (3); 64-76

    M Asni., Rahma., Mukhsen Sarake.

    (2013). Faktor yang

    berhubungan dengan

    Penyalahgunaan Narkotika dan

    Bahan Adiktif (Narkoba) pada

    remaja di SMA Kartika

    Makasar. Skripsi. Makasar:

    Universitas Hasanudin.

    Malcolm, Z. & Selve, A. (1988).

    Mutable Self: a Self Concept for

    Social Change Beverly

    Hills : Sage Publications.

    Maknunatin, E. (2010). Pengaruh

    Konsep diri terhadap Motivasi

    belajar Mahasiswa

    Tunanetra. Skripsi. Yogyakarta:

    FTK.

    Maharani, R. Indarwati, R. Effendi, F.

    (2013). Relationship Between

    Social Support With Self

    Concept Of Street Children.

    Jurnal Keperawatan. Universitas

    Airlangga.

    Maria,Ulfa. (2007). Peran persepsi

    keharmonisan keluarga Dan

    konsep diri terhadap

    kecenderungan Kenakalan

    remaja. Tesis (tidak diterbitkan).

    Yogyakarta: Fakultas Psikologi

    Universitas Gadjah Mada.

    Mayasanti N, Nurhannah I, Akhmadi.

    (2008). Hubungan antara

    Kepribadian Antisosial dengan

    Kecenderungan Bunuh Diri pada

    Remaja Penyalajgunaan

    Napza. Jurnal ilmu

  • Keperawatan, 2008: 03 (01): 46-

    49.

    Mayasanti, Lucy Trisna. (2006).

    Hubungan antara Dukungan

    Orang Tua dan Konsep

    diri pada Remaja Mantan

    Penyalahgunaan Napza yang

    Sedang Menjadi Program

    Rehabilitasi. Skripsi. Universitas

    Kristen Maranatha.

    Masyithah, Dewi. (2012). Hubungan

    dukungan sosial dan penerimaan

    diri pada penderita pasca

    stroke. Skripsi. Surabaya:

    Psikologi Institut Agana Islam

    Negeri Sunan Ampel.

    Mead,G.H. (1937). Mind, Self and

    Society, University of Chicaago

    Press, Chicago.

    Meldiny, Christian. (2013). Tugas Dan

    Fungsi Lembaga

    Pemasyarakatan Dalam

    Merehabilitasi Anak Yang

    Sedang Menjalani Hukuman.

    Article, Lex et Societatis, I(3),

    67-76.

    Michener, R., DeLamater & Schwartz

    (1989). From Childhood

    Through Adolescence: A

    Transitional Period. California:

    Sage Publications, Inc.

    Mufarrohah. (2012). Kebermaknaan

    Hidup Mantan Pengguna Napza.

    Yogyakarta: Universitas Islam

    Negeri Sunan Kalijaga.

    Muryanta, A.(2011). Narkoba dan

    Dampaknya Terhadap Pengguna.

    Artikel. Diakses pada

    tanggal 8 Januari 2015 dari

    http://caritauaja.info/knowledge/

    narkoba-mengenal-lebih-dekat

    dampakmdanbahayanya

    Noviarini, Purwani Dewi, Prabowo.H.

    (2013). Hubungan antara

    Dukungan Sosial dengan

    Kualitas Hidup pada Pecandu

    Narkoba yang sedang menjalani

    Rehabilitasi. Jurnal Psikologi.

    5(1),116-122.

  • Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Jakarta :

    Rineka Cipta

    Nurmalasari, Yanni. (2007). Hubungan

    antara Dukungan Sosial dengan

    Harga Diri pada Remaja

    Penderita Penyakit Lupus.

    Skripsi. Fakultas Psikologi

    Universitas Gunadarma.

    Nursalam. (2013). Metode Penelitian

    Ilmu Keperawatan Pendekatan

    Prektis. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Nurrahma, E. (2013). Perbedaan Self

    Esteem Pada Narapidana Baru

    Dan Residivis Di Lembaga

    Pemasyarakatan Klas I Malang.

    Jurnal Psikologi. 1(1), 1-12.

    Oktaviani, Ade Erma., dan Budiarti,

    Amelia. (2012). Perbedaan

    Konsep Diri Antara Remaja

    Laki laki dan Perempuan. Jurnal

    Keperawatan. XX. 1,(1), 1-

    15.

    Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman,

    R. D. (2007). Human development

    (10thed.). New York:

    McGraw-Hill.

    Padmiati & Kuntari. (2011). Forum

    Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

    (Rbm)n Dharma

    Kerthi Praja Pascima Model

    Pemberdayaan Masyarakat

    Dalam Penanggulangan

    Penyalahgunaan Napza Di Kota

    Denpasar Propinsi Bali

    .Yogyakarta: vol. 16 no. 02.

    Purnama Sari. (2014). Konsep Diri

    Penasun (Pengguna Narkoba

    Suntik). Skripsi. Surabaya:

    Universitas Islam Negeri Sunan

    Ampel.

    Pieter, Zan Herri. (2011). Pengantar

    Psikopatologi untuk

    Keperawatan. Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group.

    Prawoto, Y.B. (2010). Hubungan

    Antara Konsep Diri Dengan

  • Kecemasan Sosial Pada

    Remaja Kelas Xi Sma Kristen 2

    Surakarta. Skripsi. Surakarta.

    Putra, B.S. (2011). Jurnal Psikologi.

    Hubungan antara dukungan

    sosial dengan motivasi untuk

    sembuh pada pengguna napza di

    rehabilitasi madani mental

    health care, 1(1).1-102.

    Ratna, W. (2010). Sosiologi dan

    antropologi kesehatan dalam

    perspektif ilmu kesehatan.

    Yogyakarta: Pustaka Rihana.

    Rahman, Riski Mulya. (2009). Konsep

    Diri. Artikel. Diakses pada

    tanggal 24 Agustus 2014.

    Error! Hyperlink reference not

    valid..

    Rahmana, N. (2005). Konsep Diri

    Pemakai Narkoba dalam

    Konteks Komunikasi antar

    pribadi. Education Indonesia.

    Vol 13(2), 219-240.

    Rahmawati, D. (2010). Pusat Terapi dan

    Rehabilitasi bagi

    Ketergantungan Narkoba.

    Skripsi. Surakarta: Unuversitas

    Sebelas Maret.

    Respatiningrum, H. (2003). Hubungan

    Konsep Diri Dan Lamanya

    Hukuman Dengan Depresi

    Pada Narapidana Wanita.

    Skripsi. Semarang: Fakultas

    Psikologi. Universitas Katolik

    Soegijapranata

    Rola, F. (2006). Konsep Diri Remaja

    penghuni Panti Asuhan. Skripsi.

    Medan:FK.USU

    Safaria,T.(2008). Perbedaan Tingkat

    Kebermaknaan Hidup Antara

    Kelompok Pengguna Napza

    dengan Kelompok Non-

    Pengguna Napza. Humanitas.

    Vol 5 No. 1, 67-79.

    Samuels, Donald J. dan Samuels,

    Mauriel. (1974). Low Self-

    Concept as a Cause of Drug

  • Abuse. Journal of Drug

    Education. Vol. 4(4). 421-438.

    Sarafino, Edwart. P. (2002). Health

    Psychology: biopsychosocial

    interaction. (4th edition).

    New York.

    Setiawan, Galih. (2010). Pengaruh

    Dukungan Sosial Terhadap Self

    Efficacy Pengguna

    Narkoba untuk berhenti

    menggunakan Narkoba. Skripsi.

    Jember: Universitas Jember.

    Seto Mario. (2011). Positive Thinking

    vs Positive Attitude. Yogyakarta

    : Locus

    Shofia, F. (2009). Optimisme Masa

    Depan Narapidana. Skripsi

    Tidak Diterbitkan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta.

    Suliswati. (2005). Konsep Dasar

    Keperawatan Jiwa. Jakarta :

    EGC.

    Sugiyono. (2009). Metode Penelitian

    Kuantitatif dan Kualitatif.

    CV.Alfabeta:Bandung.

    Suryanto,G.(2011). Narkoba : Bahaya

    Penyalahgunaan dan

    Pencegahan. Artikel. Vol.1, 81-

    84.

    Stuart, G.W & Sundeen. (2006).

    Principles and Practice of

    Psychiatric Nursing. St.Louis:

    Mosby.

    Syarif, Kemali. (2012). Hubungan

    Perilaku Asertif dengan Konsep

    Diri Remaja Delikuen pada

    Pengguna Narkoba Di Rumah

    Sakit Jiwa Medan. Jurnal

    Psikologi. Vol 7, No 1, 64-70

    Soetikno,N. (2009). Efektivitas Metode

    Diskusi Dan Metode Simulasi

    Dalam Program Psikososial

    Terhadap Konsep Diri Dan

    Kecerdasan Emosi Anak Pidana

    Narkotika Di Lapas Anak Pria

    Tangerang. Artikel Psikologi.

    Universitas Kristen Indonesia

  • Tarwoto & Wartonah. (2003).

    Kebutuhan Dasar Manusia

    dalam Proses Keperawatan. Ed.1.

    Jakarta: Salemba Medika.

    Townsend,Mary C.(1996).Psychiatri

    Mental Health Nursing :

    Concepts of Care second

    edition.Philadelphia:Davis

    Company.

    Wijayanti, D. (2010). The influence of

    logotherapy for female prisoner

    in female prison of

    Semarang. Thesis Magister

    Keperawatan Jiwa. Universitas

    Indonesia.

    Widyaning H. (2011). Perception of

    Social Support and Motivation

    to Recover in Adolescent Drug

    Users. Journal Psychological.

    Vol. 26, No. 3, 179-183.

    Yurliani, R. (2007). Gambaran Social

    Support Pecandu Narkoba.

    Skripsi. Medan:Fakultas

    Kedokteran. Universitas

    Sumatera Utara.

    Zainuddin, S. (2002). Dukungan Sosial

    pada Lansia. Artikel. Diakses

    pada tanggal 1 September 2014

    dari www.e-psikologi.com.