jurnal biologi indonesia - · pdf filejurnal biologi indonesia diterbitkan oleh ... f....
TRANSCRIPT
Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).
Editor Ketua
Prof. Dr. Ibnu Maryanto Anggota
Prof. Dr. I Made Sudiana Dr. Deby Arifiani
Dr. Izu Andry Fijridiyanto
Dewan Editor Ilmiah
Dr. Abinawanto, F MIPA UI
Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB
Prof. Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP
Dr. Didik Widiyatmoko, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI
Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED
Dr. Gatot Ciptadi F. Peternakan Universitas Brawijaya
Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD
Dr. Faisal Anwari Khan, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia
Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia
Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB
Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD
Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Sekretariat Eko Sulistyadi M.Si, Dewi Citra Murniati M.Si, Hetty Irawati PU, S.Kom
Alamat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Website : http://biologi.or.id
Jurnal Biologi Indonesia : Akreditasi: No. 657/AU3/P2MI-LIPI/07/2015.
JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Diterbitkan Oleh:
Perhimpunan Biologi Indonesia
Bekerja sama dengan
PUSLIT BIOLOGI-LIPI
OBITUARI
Redaksi Jurnal Biologi Indonesia telah kehilangan seorang editor penelaah Dr. Ir Sri Sulandari, M.Sc.
yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 Jam 16.10 di RSCM,
Jakarta. Jabatan terakhir almarhumah sebagai Peneliti Madya/IVc di Pusat Penelitian Biologi-LIPI
sebagai ahli DNA Molekuler yang menekuni kajian DNA pada ayam lokal Indonesia dan berbagai
hidupan liar khususnya pada burung. Tiga tahun terakhir sangat aktif berusaha menyelamatkan
populasi kambing Gembrong di Kabupaten Karanganyar, Bali. Almarhumah meninggalkan seorang
suami Prof. Dr. Muladno, MSA yang bekerja sebagai guru besar di Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian bogor dan saat ini juga sebagai Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian, serta dua anak laki-laki Aussie Andry Vermarchnanto M. dan Endyea
Mendelian.
Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA bekerjasama
dengan PUSLIT BIOLOGI-LIPI. Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 artikel lengkap dan
satu artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Balai Besar Penelitian
Veteriner-Deptan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Bogor, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB, Dept. Biokimia FMIPA-IPB, Institut
Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir &
Laut, Balitbang Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan-Universitas Maritim Raja Ali Haji-
Tual, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Puslit Biologi-LIPI, Puslit Bioteknologi-LIPI.
Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah
turut sebagai penelaah dalam Volume 11 No 2, Desember 2015:
Dr. Niken Tunjung Murti Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Dr. Agus Prijono Kartono, Fakultas Kehutanan IPB
Ir. Drs. Eko Harsono MSi, Puslit Limnologi-LIPI
Dra. Donowati Tjokrokusumo M.Phil, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT
Ir. M. Syamsul Arifin Zein MSi, Puslit Biologi LIPI
Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi LIPI
Dr. Yuyu S. Poerba, Puslit Biologi LIPI
Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi LIPI
Dr. Apon Zaenal Mustopa, Puslit Bioteknologi LIPI
Dr. Yopi Puslit Bioteknologi LIPI
Dr. Joeni S. Rahajoe, Puslit Biologi LIPI
Dr. Wartka Rosa Farida, Puslit Biologi LIPI
BIOLOGI
Halaman
Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade
2.3.2) di Indonesia
169
NLP. Indi Dharmayanti & Risa Indriani
Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit
Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan
Uji Terbatas
177
Alberta Dinar Ambarwati, Kusmana, & Edy Listanto
Penambahan Inokulan Mikroba Selulolitik pada Pengomposan Jerami Padi untuk Media 187
Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Iwan Saskiawan
Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo-Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa
Antimikroba
195
Arif Nurkanto & Andria Agusta
Populasi dan Kesesuaian Habitat Langkap (Arenga obtusifolia Mart.) 205
di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat
Didi Usmadi, Agus Hikmat, Joko Ridho Witono, & Lilik Budi Prasetyo
Optimasi Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis ) 215
Awan Purnawan, Y. Capriyanti, PA. Kurniatin, N. Rahmani, & Yopi
Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada Sel
Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)
225
Fifi Afiati, Nina Ainul Widad, & Kusmiati
Ekosistem Lamun sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara 233
Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi
Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu,
Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean
Identification of Bioactive Compound from Microalga BTM 11 as Hepatitis C Virus RNA 243
Helicase Inhibitor
Apon Zaenal Mustopa, Rifqiyah Nur Umami, Prabawati Hyunita Putri, Dwi
susilaningsih, & Hilda Farida
Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi (Trichoglossus
haematodus )
253
Rini Rachmatika & Andri Permata Sari
Optimasi Enzim α-Amilase dari Bacillus amyloliquefaciens O1 yang Diinduksi Substrat
Dedak Padi dan Karboksimetilselulosa
259
Yati Sudaryati Soeka, Maman Rahmansyah, & Sulistiani
Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala 267
Niken T.M. Pratiwi, Sigid Hariyadi, Inna Puspa Ayu, Aliati Iswantari,
Novita MZ, & Tri Apriadi
Halaman
Penanda Genetik Tarsius (Tarsius spp.) dengan Menggunakan Gen Cytochrome Oxidase I
(COI) DNA Mitokondria (mtDNA) Melalui Metode Sekuensing
275
Wirdateti, Sri Wijayanti Wulandari, & Paramita Cahyaningrum Kuswandi
Carboxymethyl Cellulose Hydrolyzing Yeast Isolated from South East Sulawesi, Indonesia 285
Atit Kanti
Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca vs. P dan Efek Inokulasi Bakteri pada
Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)
295
Sri Widawati
TULISAN PENDEK 309
Mating behavior of Slow Loris (Nycticebus coucang ) at Captivity
Wartika Rosa Farida & Andri Permata Sari
Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala
(The Study of Ecological Aspects and Aquatic Carrying Capacity of Cilala Lake)
Niken T.M. Pratiwi1), Sigid Hariyadi1), Inna Puspa Ayu1), Aliati Iswantari1), Novita
MZ1), & Tri Apriadi2) 1)Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. E-mail: [email protected] 2)Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Memasukkan: Februari 2015, Diterima: Juni 2015
ABSTRACT
Ecological aspect (morphometry, a complexity of community structure, trophic state, and carrying capacity) are one of basic information to build comprehensive management concept of aquatic ecosystem, as Lake Cilala. The concept was addressed to develop ornamental fish floating cage and natural fishery activity. Lake Cilala is a longwise shape small lake with maximum length, average width, and average depth as 1141 m, 161 m, 2.67 m respectively. Lake Cilala has various genera of phytoplankton and zooplankton, 8 genera of benthos, 5 genera of aquatic plants, and 12 fish species including planktivore, herbivore, and carnivore fishes. Those organisms established food chains, by grazing and detritus food chain. The trophic state of Lake Cilala was categorized as middle to heavy eutrophic level by Trophic State Index (TSI). The carrying capacity analysis of Lake Cilala is 130 tons/year. It is resulted a possibility to increase ornamental fish floating cage to 165 units from 300 existed units. Furthermore, the carrying capacity for natural fish was reached 3.77 tons/year. Keywords: carrying capacity, food chain, lake fisheries, small lake management, trophic state
ABSTRAK Model pengelolaan yang komprehensif berbasis ekologi (status trofik, kompleksitas struktur komunitas, dan daya dukung) pada perairan Situ Cilala diarahkan bagi pengembangan kegiatan karamba ikan hias dan perikanan di luar karamba. Situ Cilala adalah perairan danau yang berbentuk memanjang dengan panjang maksimum 1141 m, lebar rata-rata 161 m, dan kedalaman rata-rata 2,67 m. Keanekaragaman biota yang dimiliki Situ Cilala terdiri dari berbagai spesies fitoplankton dan zooplankton, 8 jenis bentos, 5 jenis tumbuhan air, dan 12 jenis ikan yang mencakup planktivora, herbivora, dan karnivora. Biota-biota tersebut membentuk jejaring makanan, baik melalui grazing food chain atau pun detritus food chain. Indeks kesuburan TSI berada pada tingkat eutrofik sedang hingga eutrofik berat. Daya dukung perairan Situ Cilala sebesar 130 ton ikan/tahun. Daya dukung ini masih memungkinkan untuk penambahan 165 unit keramba ikan hias dari sekitar 300 unit keramba yang sudah ada. Daya dukung untuk perikanan luar karamba mencapai 3,77 ton ikan/tahun.
Kata Kunci: daya dukung perairan, jejaring makanan, pengelolaan situ (danau), perikanan situ, status trofik
PENDAHULUAN
Situ Cilala merupakan salah satu danau buatan
yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Situ yang dikelola
oleh PT. Kahuripan Raya ini memiliki fungsi
utama sebagai daerah resapan air tanah bagi
masyarakat sekitar, pengendali banjir, dan
sumber air untuk irigasi. Akhir-akhir ini Situ
Cilala mulai dimanfaatkan untuk kegiatan
perikanan budidaya ikan hias dengan jaring
apung.
Hal yang menjadi permasalahan di Situ
Cilala adalah kemungkinan ekspansi jaring
apung dan adanya kelalaian atau ketidaktepatan
dalam pemberian pakan. Hal ini akan berisiko
pada akumulasi bahan organik yang dapat
memicu penyuburan perairan. Kondisi ini akan
memburuk ketika terjadi pembalikan massa air
yang menyebabkan nutrien di dasar perairan naik ke
permukaan. Akibatnya, fitoplankton akan tumbuh
dengan pesat (blooming) yang memungkinkan
perairan menjadi toksik (fitoplankton beracun,
terutama dari kelompok Cyanophyceae) dan kondisi
hypoxia (oksigen rendah) atau bahkan anoksik
(tanpa oksigen). Berdasarkan kondisi tersebut
perlu diketahui aspek ekologis (morfologi,
parameter fisika-kimia perairan, struktur
268
Pratiwi dkk.
komunitas biota, serta status trofik) Situ Cilala
sebagai acuan penentuan daya dukung untuk
pengembangan kegiatan jaring apung ikan hias
dan ikan alami. Hal ini juga didukung oleh
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 28 Tahun 2009 tentang daya tampung
beban pencemaran air danau dan/atau waduk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek
ekologi (limnologi, kompleksitas struktur komunitas,
status trofik) serta daya dukung sebagai dasar
pengelolaan yang komprehensif pada perairan Situ
Cilala. Informasi dari kajian ekologis ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan keramba
jaring apung ikan hias dan ikan alami di luar keramba
dalam jangka panjang. Dengan demikian, kelestarian
sumberdaya serta aktivitas pemanfaatan potensi di
perairan tersebut dapat dicapai.
BAHAN DAN CARA KERJA
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret-Agustus 2013, bertempat di Situ Cilala,
di kawasan perumahan Telaga Kahuripan,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Pengambilan contoh untuk analisis
kualitas air dan biota dilakukan pada empat titik
sampling: titik stasiun 1 dan 2 mewakili inlet,
titik stasiun 3 mewakili bagian tengah danau,
dan titik stasiun 4 outlet (Gambar 1).
Pengukuran dan kajian morfometri serta
limnologi (Wetzel 2001). Analisis morfometri
dilakukan melalui pengamatan menggunakan
theodolite pada setiap sudut di tepian danau.
Pengukuran dan pengamatan fisik-kimia air serta
biota plankton, perifiton, dan bentos mengacu pada
APHA (2005). Penentuan beban fosfat (P) di
perairan dilakukan menggunakan metode
Vollenweider (1976). Di samping itu, juga dilakukan
pengamatan jenis tumbuhan air dan ikan.
Analisis contoh air dan biota akuatik dilakukan
di Laboratorium Fisika-Kimia Perairan dan
Laboratorium Biologi Mikro, Bagian Produktivitas
dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB.
Tingkat kesuburan perairan danau dihitung
berdasarkan Trophic State Index (TSI) yang
dikemukakan oleh Carlson (1977). TSI didasarkan
pada tiga parameter utama, yaitu total fosfat
(TSI-P), klorofil-a (TSI-Chl a), dan kedalaman
keping Secchi (TSI-SD).
Jejaring makanan (food web) perairan Situ
Cilala dibuat dengan menetapkan tingkat trofik
(trophic level) dari masing-masing jenis biota atau
kelompok biota (fitoplankton, zooplankton, perifiton,
kelompok bentos, tumbuhan air, serta ikan).
Penentuan trophic level didasarkan pada kebiasaan
makanan ikan (Index of Preponderance). Informasi
mengenai makanan dan index of preponderance dari
biota konsumer juga didukung dengan referensi
terkait. Penentuan tingkat trofik ikan didekati
menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh
Christensen & Pauly (1992).
Penentuan nilai daya dukung perikanan
dengan sistem jaring apung dilakukan dengan
pendekatan menjaga konsentrasi fosfat (P)
sampai batas tertentu. Daya dukung tersebut
dihitung melalui prosedur Beveridge (2004).
HASIL
Hidrodinamika Situ Cilala
Hidrodinamika Situ Cilala yang diamati
meliputi panjang maksimum, lebar maksimum, lebar
rata-rata, luas perairan, kedalaman rata-rata, volume
perairan, debit, dan laju pembilasan yang ditampilkan
dalam Tabel 1.
Situ Cilala terletak pada 6,47˚ LS dan 106,71˚-
106,72 ̊ BT. Kedalaman Situ Cilala berkisar 0,50-
5,50 m, dengan kedalaman rata-rata 2,67 m.
Morfometri dan batimetri Situ Cilala disajikan dalam
Gambar 2.
Kondisi Fisika-Kimia dan Beban Nutrien
Hasil pengukuran kondisi fisika-kimia
perairan yang terdiri dari oksigen terlarut (DO),
nitrat (NO3-N) dan total fosfat (TP), serta
klorofil ditampilkan dalam Gambar 3, 4, dan 5. Gambar 1. Titik stasiun pengambilan contoh di Situ
Cilala, Bogor, Jawa Barat
269
Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala
Dari Gambar 3 diketahui bahwa nilai DO
tertinggi terdapat di daerah tengah Situ (Stasiun
3). Nilai DO berkisar 4,72-7,64 mg/L dengan
rata-rata 6,28 mg/L. Situ Cilala memiliki nilai
pH berkisar antara 5-6, suhu permukaan 29-35 oC dengan kecerahan mencapai 100% (inlet)
dan 40% (tengah). Konsentrasi nitrat di Situ
Cilala berkisar 1,04-1,37 mg/L dengan rata-rata 1,18
mg/L. Konsentrasi nitrat tertinggi dijumpai di
Stasiun 1. Fosfat total Situ Cilala berkisar antara
0,11-0,22 mg/L dengan rata-rata 0,14 mg/L,
tertinggi terdapat pada bagian outlet (Gambar
4).
Parameter fisika dan kimia bersinergi
dengan parameter biologi dalam menjelaskan
kondisi perairan Situ Cilala. Nilai klorofil-a
berkisar 17,53-32,30 mg/m3 dengan rata-rata
26,38 mg/m3. Nilai klorofil tertinggi terdapat
pada Stasiun 2 yang merupakan daerah inlet
(Gambar 5). Kondisi perairan Situ Cilala berada
dalam kondisi baik dan masih di bawah baku
mutu untuk kegiatan perikanan (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001).
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan,
diketahui bahwa beban fosfat di perairan Situ
Cilala mencapai 2.449,5 kg/tahun. Berdasarkan
Parameter Satuan Hasil
Panjang maksimum m 1,141
Lebar maksimum m 312
Lebar rata-rata m 161
Luas perairan m2 125.236
Kedalaman rata-rata m 2,67
Volume perairan m3 334.380,12
Debit air keluar/tahun m3/th 11.861.741
Laju pembilasan (Flushing rate) per tahun 35
Tabel 1. Kondisi hidrodinamika Situ Cilala
Gambar 2. Morfometri dan Batimetri Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat
Gambar 3. Konsentrasi DO di perairan Situ Cilala
Gambar 4. Konsentrasi nitrat dan total fosfat di perairan Situ Cilala
Gambar 5. Konsentrasi klorofil di perairan Situ Cilala
270
Pratiwi dkk.
indeks kesuburan diketahui bahwa Situ Cilala
tergolong eutrofik sedang hingga eutrofik berat
dengan nilai TSI berkisar antara 60-75.
Kondisi Biologi Perairan
Pengamatan kondisi biologi perairan
dilakukan terhadap fitoplankton, zooplankton,
perifiton, dan bentos. Hasil pengamatan
tersebut ditampilkan dalam Gambar 6.
Dari Gambar 6a diketahui bahwa kelimpahan
fitoplankton tertinggi terdapat di Stasiun 2
(1.275.535 sel/m3). Jenis fitoplankton yang
cukup melimpah adalah Chlorophyceae dan
Cyanophyceae. Kepadatan perifiton tertinggi
terdapat pada Stasiun 1 (3.308.606 sel/m2) yang
didominasi oleh Chlorophyceae (Gambar 6b).
Kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat di
Stasiun 2 (246.047 ind/m3) yang didominasi
oleh mikrokrustase (Gambar 6c). Bentos yang
mendominasi adalah gastropoda dari famili
Spesies Ikan Jenis Makanan
Referensi Analisis Studi Pustaka
Oreochromis
mossambicus
Detritus, Fitoplankton, crustasea Fitoplankton, Perifiton,
Zooplankton, Larva Ikan,
Detritus
Bowen (1982)
Oreochromis
niloticus
Fitoplankton, Crustasea Fitoplankton, Detritus Bowen (1982), Oso et
al. (2006)
Osteochilus
hasselti
Fitoplankton, Detritus, Tumbuhan
air, Crustasea
Fitoplankton Ristyani (1998)
Osphronemus
goramy
Detritus, Zooplankton, Tumbuhan
Air, Fitoplankton
Insekta, Tumbuhan Air,
Crustasea
Affandi (1993)
Poecilia
reticulata
Fitoplankton,
Zooplankton, Detritus,
Larva
Lawal et al. (2012)
Oxyleotris
marmorata
Detritus, Crustasea, Zooplankton Ikan Rainboth (1996)
Channa striata Crustasea, Detritus, Zooplankton,
Tumbuhan Air, Fitoplankton
Cacing, Udang, Ikan Courtenay dan
Williams (2004),
Rainboth (1996),
Saikia et al. (2012)
Clarias sp. Crustasea, Zooplankton,Detritus,
Fitoplankton
Insekta, Crustasea Winarlin (1984)
Parambasis
apogonoides
Zooplankton, Larva
Serangga
Okutsu et al. (2011),
Rainboth (1996)
Dermogenys
pusilla
Insekta, Crustasea Rainboth (1996)
Mystus
nigriceps
Crustasea, Detritus, Fitoplankton,
Zooplankton, Tumbuhan Air
Makrobentos, Tumbuhan
Air, Fitoplankton
Heltonika (2009)
Tabel 2. Spesies ikan Jenis makanan ikan di Situ Cilala
Parameter Satuan Hasil
Pf ([P] setelah ada keramba) mg/m3
431,86
Pi ([P] saat ini) mg/m3
191,21
R (koefisien retensi danau) - 0,18
Rfish (asumsi: x = 0,5) 0,59
Lfish (total loading P ke danau) g/m2/tahun 54,90
Total loading keramba ditampung situ g/tahun 6.876.152,75
Loading P/ton ikan g/ton ikan 52.670
Daya dukung ton ikan/tahun 130
Tabel 3. Daya dukung perairan Situ Cilala untuk pemeliharaan ikan mas koki dengan sistem keramba
271
Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala
Stasiun
1 2 3 4
Ke
lim
pa
ha
n (
se
l/m
3)
0
200x103
400x103
600x103
800x103
Bacillariophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Stasiun
1 2 3 4
Ke
pa
da
tan
(se
l/m
2)
0
20x106
40x106
60x106
80x106
100x106
120x106
140x106
160x106
Cyanophyceae
Chlorophyceae
Desmidiaceae
Bacillariophyceae
Stasiun
1 2 3 4
Ke
lim
pa
ha
n (
Ind
/m3)
0
50x106
100x106
150x106
200x106
250x106
Crustacea
Rotifera
Protozoa
Gastropoda
A. Fitoplankton B. Perifiton
C. Zooplankton D. Bentos
Gambar 6. Kelimpahan rata-rata fitoplankton, perifiton, zooplankton, dan bentos
Gambar 7. Nilai trophic level spesies ikan di Situ Cilala
Stasiun
1 2 3 4
Y K
ep
ad
ata
n (
Ind
/m2)
0
50
100
150
200
250
300
350
Thiaridae
Amphibolidae
Unionidae
Corbiculidae
Lumbriculidae
Aelosomatidae
Piscicolidae
Naididae
Tubificidae
272
Pratiwi dkk.
Dari Tabel 3 diperoleh informasi daya
dukung perairan Situ Cilala untuk keramba ikan
mas koki sebesar 130 ton ikan/tahun. Hal ini
berarti bahwa produksi perikanan maksimum
yang diperbolehkan di Situ Cilala sebesar 130
ton ikan/tahun. Hal ini bertujuan agar kelestarian
sumberdaya serta aktivitas pemanfaatan potensi di
perairan tersebut dapat dicapai.
PEMBAHASAN
Indeks kesuburan Situ Cilala yang
tergolong eutrofik sedang hingga eutrofik berat
memungkinkan terjadinya peningkatan kesuburan
dalam waktu singkat. Hal ini juga didukung
dengan adanya masukan dari dua inlet yang ada
di Situ Cilala tersebut. Konsentrasi nitrat dan
klorofil yang tinggi pada inlet di Stasiun 1 dan 2
serta total fosfat pada Stasiun 4 juga dapat
menjadi pemicu peningkatan kesuburan di
perairan Situ Cilala. Keberadaan nutrien ini
dapat meningkatkan kesuburan, laju pertumbuhan
alga dan tumbuhan air, serta dapat menurunkan
kualitas perairan danau.
Kegiatan perikanan yang dikembangkan di
Situ Cilala adalah budi daya ikan hias mengggunakan
sistem keramba. Perikanan dengan sistem jaring
Thiaridae, terdapat pada Stasiun 1 dengan
kepadatan 286 ind/m2 (Gambar 6d).
Tingkat Trofik (Trophic Level)
Hasil identifikasi spesies ikan yang
ditemukan di Situ Cilala dan jenis makanannya
berdasarkan hasil analisis dan penelusuran
pustaka ditampilkan dalam Tabel 2. Dari Tabel
2 dapat diketahui bahwa terdapat 11 spesies
ikan yang ditemukan di Situ Cilala. Jenis
makanan pada masing-masing spesies ikan
cukup bervariasi bila dibandingkan dengan hasil
penelusuran pustaka.
Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa
jika semua parameter biologi yang teramati
dihubungkan, maka dapat dibentuk jaring
makanan yang terdapat di Situ Cilala. Jaring
makanan yang terbentuk merupakan jejaring
yang kompleks, tersusun dari detritus food
chain (berbasis bahan organik) dan grazing food
chain (berbasis fitoplankton dan tumbuhan air).
Daya Dukung
Hasil analisis terhadap daya dukung
perairan Situ Cilala disajikan pada Tabel 3.
Nilai daya dukung ini dipengaruhi oleh data
kondisi hidrodinamika Situ Cilala (Tabel 1).
Gambar 8. Jejaring Makanan Situ Cilala, ( ) Memangsa ( ) Parasit terhadap Ikan
273
Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala
apung biasanya memanfaatkan pakan tambahan,
yang dapat berkontribusi terhadap penambahan
nutrien (khususnya fosfat/ P) ke dalam perairan.
Pemberian pakan buatan pada selama kegiatan
budidaya dapat meningkatkan beban P di perairan.
Peningkatan konsentrasi P ini akan sangat
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan algae.
Prinsip dalam pemanfaatan perairan untuk
kegiatan pemeliharaan ikan, khususnya dengan
sistem keramba, harus didasarkan kepada daya
dukung perairan, jenis, dan ukuran ikan yang
dipelihara. Hal tersebut mengacu kepada
kemampuan perairan dalam menampung limbah
buangan, salah satunya adalah P. Berdasarkan
perhitungan konsentrasi P yang ada saat ini dan
P setelah adanya kegiatan keramba ikan hias,
diduga bahwa jumlah beban P yang masih dapat
ditampung perairan Situ Cilala adalah sebesar
240,65 mg/m3. Nilai inilah yang menjadi dasar
penentuan daya dukung Situ Cilala.
Kenchington & Hudson (1984) menjelaskan
bahwa daya dukung adalah jumlah atau kuantitas
maksimum ikan yang dapat didukung oleh suatu
badan air dalam jangka panjang, yang dipengaruhi
oleh waktu pencucian, volume badan air, dan
beban limbah yang masuk ke perairan.
Berdasarkan data kondisi hidrodinamika Situ
Cilala, jika seluruh luasan situ Cilala dibangun
keramba, maka jumlah keramba ikan mas koki
dengan ukuran 10 x 5 m2 adalah sebanyak 2.400
unit. Namun, pembangunan keramba yang
dilakukan pada seluruh luasan situ akan
menyebabkan nilai estetika situ berkurang,
mengingat Situ Cilala juga digunakan untuk
kegiatan rekreasi.
Saat ini terdapat sebanyak 300 keramba di
Situ Cilala. Penentuan daya dukung ditujukan
untuk menentukan jumlah penambahan keramba
yang diperbolehkan, yang mampu ditampung
Situ Cilala. Jumlah produksi dari penambahan
keramba yang direkomendasikan adalah sebesar
5,43 ton; yang jika dikonversi secara langsung
diperoleh jumlah penambahan keramba yang
boleh dibangun adalah sebanyak 500 unit.
Namun selain memperhatikan luasan
perairan yang bisa dibangun keramba, jarak
antarkeramba juga memegang peranan penting.
Rochdianto (2000) menyebutkan, jarak antarkeramba
yang baik adalah 10-30 meter agar arus air dapat
leluasa membawa air segar ke dalam keramba,
sedangkan menurut Schmittou (1991), jarak
yang baik adalah 50 m. Ukuran keramba yang
digunakan berdimensi panjang, lebar, dan dalam
sebesar 10 m x 5 m x 1,5 m. Jika keramba
disusun tiga unit memanjang ke arah tengah
perairan tanpa jarak dan jarak antarkeramba ke
samping adalah 20 m, maka jumlah penambahan
keramba yang boleh dibangun adalah 165 unit.
Berdasarkan kompleksitas struktur komunitas di
Situ Cilala, sangat memungkinkan untuk
pemeliharaan ikan dengan sistem semi-intensif,
berdampingan dengan 11 spesies ikan alami
yang ada di Situ Cilala. Ikan alami juga harus
ditentukan daya dukungnya agar dapat hidup
dengan memanfaatkan pakan alami yang
tersedia di perairan. Penentuan daya dukung
untuk ikan alami yang ada di perairan berbeda
dari penentuan daya dukung ikan hias yang
dipelihara dengan keramba. Analisis ini
didasarkan pada nilai produktivitas primer yang
menggambarkan keberadaan fitoplankton di
perairan yang akan dimanfaatkan sebagai pakan
dari ikan. Nilai produktivitas primer maksimum
Situ Cilala sebesar 378,99 gC/m2/tahun, merupakan
konversi dari nilai klorofil pada kondisi kesuburan
tinggi yakni 25 mg/m3 (Carlson 1977). Nilai
produktivitas ini dikonversi ke dalam persentase
produktivitas ikan per tahun yakni menjadi
0,83%.
Ikan alami yang ada di luar keramba
diasumsikan merupakan ikan herbivora sehingga bisa
memanfaatkan fitoplankton di perairan. Ikan alami
yang ada dapat dipanen pada waktu tertentu dengan
ukuran panen yang diharapkan. Berdasarkan
penentuan daya dukung ikan alami, Situ Cilala
mampu menampung 3,77 ton ikan alami di luar
keramba pada saat jumlah keramba maksimum.
Jika diasumsikan bahwa pertambahan bobot
ikan adalah 225 g dengan bobot awal sebesar 25
g sehingga menghasilkan bobot akhir sebesar
250 g, maka jumlah ikan yang ada di perairan
adalah 18.850 individu. Jumlah ikan yang ada
di luar keramba harus disesuaikan dengan
jumlah keramba yang dibangun. Sampai batas
tertentu, daya dukung perairan terhadap jumlah
ikan alami akan meningkat secara bertahap
seiring dengan penambahan jumlah keramba
karena berkorelasi dengan jumlah fosfat yang
terbuang ke perairan.
274
Pratiwi dkk.
KESIMPULAN
Situ Cilala dengan karakteristik ekologis
yang sangat mendukung keanekaragaman biota
perairan dan memiliki kesuburan TSI pada
tingkat eutrofik sedang hingga eutrofik, dapat
membentuk jejaring makanan yang kompleks
(yang tersusun dari detritus food chain dan
grazing food chain). Daya dukung perairan Situ
Cilala sebesar 130 ton ikan/tahun yang
memungkinkan penambahan 165 unit keramba
ikan hias dari sekitar 300 unit keramba yang
sudah ada, serta perikanan luar karamba
mencapai 3,77 ton ikan/tahun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
BOPTN atas pendanaan bagi terlaksananya
penelitian ini. Terima kasih disampaikan juga
kepada Fauzia Fitriana dan Rahmat Santoso yang
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
APHA [American Public Health Association].
2005. Standard Methods for Examination
ff Water and Wastewater. 21st edition.
American Public Health Association,
Washington DC.
Beveridge, MCM. 2004. Cage Aquaculture.
Third Edition. Blackwell Publishing.
London. 368 p.
Carlson, RE. 1977. A trophic state index for
lakes. Limnological Research Center.
University of Minnesota. Minneapolis 22
(2): 361-369
Christensen, V., & D. Pauly. 1992. Ecopath II-a
software for balancing steady-state ecosystem
models and calculating network characteris-
tics. Ecological Modelling 61: 169-185.
Kenchington, RA., & BET. Huson. 1984. Coral
reef management handbook. Jakarta
Indonesia. UNESCO Regional Officer of
Science and Techbology in South East
Asia. 281 p.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Danau
dan/atau Waduk.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Rochdianto, A. 2000. Budidaya Ikan di Jaring
Apung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Schmittou, H. 1991. Guidelines for raising
principally omnivorous carps, catfishes and
tilapias in cages suspended in freshwater
ponds, lakes and reservoirs. In: Proceedings of
the people's Republic of China aquaculture
and feed workshop. Akiyama, D., Editor.
1989. American Soybean Association,
Singapore. p 24 - 42.
Vollenweider, RA. 1976. Advances in defining
critical loading levels for phosphorus in
lake eutrophication. Memorie dell’Istituto
Italiano di Idrobiolog’ia 33:53-83.
Wetzel, RG. 2001. Lymnologi: Lake and River
Ecosystem, 3rd ed. Academic Press. San
Diego, California. 1006 p.
PANDUAN PENULIS
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, dan Indonesia maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Penulisan Tabel dan Gambar ditulis di lembar terpisah dari teks.
Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halaman terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol a, b, c, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).
Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.
Pustaka didalam teks ditulis secara abjad.
Contoh penulisan Daftar Pustaka sebagai berikut :
Jurnal : Achmadi, AS., JA. Esselstyn, KC. Rowe, I. Maryanto & MT. Abdullah. 2013. Phylogeny, divesity , and
biogeography of Southeast Asian Spiny rats (Maxomys). Journal of mammalogy 94 (6):1412-123. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R.
Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan
Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari
bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.
Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi].
Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/
Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.