jump 2-3 psikiatri 2 fix
DESCRIPTION
yuhuTRANSCRIPT
Jump 2
1. Bagaimana hubungan sangat kurang tidur dan istirahat dengan keluhan ?
2. Bagaimana hubungan riwayat penyakit keluarga dengan keluhan ?
3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan keluhan sekarang ?
4. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan status mental ?
5. Apakah makna hampir menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mahal ?
6. Apakah faktor-faktor yang memicu gangguan tidur pada kasus diatas ?
7. Dd, Dx, terapi, prognosis ?
8. Apakah pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan lab yang diperlukan ?
9, Apasajakah derajat tilikan ?
10. Bagaimanakah patofisiologi mood irritable ?
11.Bagaimanakah mekanisme marah-marah ?
12. Bagaimanakah fisiologi tidur ?
13. Bagaimanakah mekanisme flight of idea ?
14. Bagaimanakah hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan dengan keluhan ?
15. Bagaimakah mekanisme psikomotor hiperaktif ?
16. Apasajakah jenis-jenis gangguan mood ?
Jump 3
1. Hubungan pasien sangat kurang istirahat dan tidur dengan gejala yang
dialami
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending
Reticulary Activity System). Aktivitas ARAS sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmiter seperti serotonergik, noradrenergik, kholinergik dan
histaminergik.
a. Sistem Serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino
tryptopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin
yang terbentuk akan meningkat sehingga akan menyebabkan keadaan
mengantuk.
Bila serotonin dari tryptopan pembentukannya terhambat, maka terjadi
keadaan tidak dapat tidur atau terjaga. Menurut beberapa penelitian, lokasi
terbanyak sistem serotonergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis.
b. Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan
sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi dan hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang
mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan
menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan
jaga.
c. Sistem Kholinergik
Pemberian prostigmin IV dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi
jalur kholinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam
keadaan jaga. Gangguan aktivitas kholinergik sentral berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan
latensi tidur REM. Pada obat antikholinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus cereleus, maka tampak
gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
d. Sistem Histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
e. Sistem Hormon
Hormon yang berpengaruh terhadap siklus tidur : ACTH, GH, TSH dan LH.
Hormon-hormon tersebut disekresi secara teratur oleh kelenjar Pituitary
anterior, melalui hipothalamus pathway. Sistem ini secara teratur
mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin
yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.
2. Hubungan riwayat penyakit keluarga dengan keluhan
A. Berkaitan dengan diagnosis banding, yaitu gangguan bipolar:
Pada pasien bipolar tipe 1, keluarga tingkat pertama 7 kali lipat
lebih cenderung untuk mengalami bipolar tipe 1 pula.
B. Berkaitan dengan genetika perilaku:
Suatu sifat yang herediter berasal dari gen tertentu pada
seseorang sedangkan sifat yang yang murni didapat berasal dari
lingkungan. Contoh sifat yang murni herediter adalah warna mata
sedangkan contoh sifat yang murni didapat adalah gaya rambut. Sifat
yang didapat sering disinonimkan dengan penyebab psikologis dan
sifat yang berasal dari herediter sering disinonimkan dengan penyebab
biologis. Padahal sifat yang berasal dari lingkungan dapat bersifat
psikologi maupun non psikologis. Penyebab lingkungan yang bersifat
psikologis seperti cemas, stress terjadi oleh karena pengalaman hidup.
Dan ada yang bersifat nonpsikologis seperti penyakit infeksi yang juga
dapat mempengaruhi sifat sesorang.
Namun dalam psikiatri, tidak bisa kita membedakan secara
murni antara sifat yang bersifat herediter dengan yang didapat karena
satu sama lain memiliki pengaruh terhadap sifat sesorang. Namun
memang peran genetik memiliki pengaruh yang dominan.
4. Interpretasi pemeriksaan status mental
a. Psikomotor hiperaktif:
Psikomotor merupakan kombinasi antara aktivitas fisik dan
emosional. Selain itu juga dapat didefinisikan sebagai gerakan yang
ditentukan oleh proses psikik yang berbeda dengan yang disebabkan
oleh penyebab ekstrapsikik atau organik. Secara singkat dapat diartikan
sebagai gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
Psikomotor hiperaktif merupakan keadaan meningkatnya aktivitas
motorik dan kognitif yang bersifat tidak khas, tidak mau diam, agresif,
destruktif, dan sering berhubungan dengan gangguan organic yang
melatarbelakanginya.
Ketidakkhasan ini kemungkinan yang menyebabkan psikomotor
hiperaktif menjadi salah satu gejala di hampir semua gangguan mental,
seperti mood disorder, retardasi mental, epilepsy, ADHD, skizofrenia,
depresi, mania, dll.
b. Flight of idea:
Flight of idea atau biasa juga disebut sebagai loncat gagasan
bukan merupakan kondisi mental, namun hanyalah salah satu gejala dari
suatu kondisi mental. Flight of idea merupakan pembicaraan dengan
arus cepat, di mana pasien melompat dengan cepat dari satu topi ke
topik lainnya dan masing-masing topik tersebut kurang lebih masih ada
hubungannya dengan topik atau rangsangan lingkungan sebelumnya,
tetapi progresinya, fikirannya tidak logis, dan tujuannya tidak pernah
tercapai. Penderita dapat berbicara secara monolog selama 10 menit
berturut-turut.
Penyebab dari flight of idea sendiri bisa beragam, antara lain:
1) Penderita mengalami emosi yang intens, baik terlalu senang maupun
terlalu cemas. Penderita pada kasus ini bisa mengalami flight of idea
tanpa adanya gangguan mental tertentu.
2) Pasien dengan bipolar yang sedang mengalami mania
3) Pasien dengan skizofrenia
4) Pasien yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat memicu euphoria
dengan dosis tertentu, contohnya morfin.
Namun, karena informasi-informasi yang dituliskan pada
skenario mengindikasikan adanya kecenderungan gangguan mental, tidak
dominannya gangguang persepsi dan pikiran, serta tidak disebutkan adanya riwayat
konsumsi obat-obatan tertentu, sehingga penyebab flight of idea pada skenario lebih
cenderung pada pasien bipolar yang sedang mengalami mania.
c. Mood irritable:
Mood irritable merupakan suasana perasaan yang sensitif, mudah
tersinggung, mudah marah, dan seringkali bereaksi berlebihan
terhadap situasi yang tidak disenangi. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya mood irritable antara lain:
1) Depresi
Mood irritable bukan karakteristik utama pada depresi.
Karakteristik utama depresi adalah kesedihan dan ahedonia.
Namun, pada beberapa kasus depresi, mood irritable dapat
menjadi:
a) Diagnosis untuk distimia dan MDD (Major Depressive
Disorder)
b) Diagnosis primer bipolar dan unipolar pada depresi
c) Berhubungan dengan gangguan psikiatri kronis, seperti
ADHD, mental retardation, Alzheimer, dll.
2) Anger
Mood irritable dapat merupakan salah satu gejala dari:
a) ODD ( Oppositional Defiant Disorder) yang memiliki
karakteristik: irritabilitas, kemarahan (anger), penyimpangan,
dan ledakan amarah (temper). Namun umumnya ODD terjadi
pada anak-anak sampai remaja.
b) Dysfunctional Anger
Anger bisa menjadi disfungsional ketika ia berlawanan dengan
kepentingan nilai/norma kita sendiri. Dysfunctional anger
bersifat destruktif.
3) Mania
Karakteristik utama mania antara lain berbicara cepat,
peningkatan aktivitas motorik, delusi, dan kurang tidur, paranoia,
disforia, distractibility dan irritabilitas/anger. Namun, irritabilitas
jarang ditemukan sebagai gejala awal manik, umumnya muncul
belakangan.
Apabila teridentifikasi mood irritable ditambah 4 atau lebih
karakteristik di bawah ini:
a. Lebih banyak bicara
b. Distractible
c. Berkuranganya kebutuhan untuk tidur
d. Subjective racing thoughts
e. Agitasi psikomotor
Maka pasien dapat dikatakan memiliki kemungkinan bipolar.
d. Afek meningkat:
Afek meningkat/meluas (broad affect) merupakan seluruh
keadaan emosi yang dinyatakan secara serasi dalam berbagai keadaan
yang dapat diamati oleh orang lain. Afek meningkat/meluas juga sering
digunakan pada keadaan halusinasi/waham yang isinya sesuai dengan
afek atau mood yang utama. Misalnya pada mania terjadi waham yang
menyangkut kebesaran, sombong, percaya diri, identifikasi orang
terkenal, bahkan dewa dewa. Sedangkan, pada depresi dapat terjadi
waham yang menyangkut hal-hal tidak berguna, bersalah, berdosa,
cacat, sakit, dll.
e. Insight derajat 1:
Insight/tilikan merupakan kemampuan seseorang untuk
memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi, termasuk di
dalamnya dari gejala itu sendiri. Pemeriksaan insight dilakukan dengan
menanyakan apakah pasien tahu mengapa ia dibawa ke dokter, atau
apakah pasien merasa membutuhkan pengobatan atau perawatan atau
bantuan.
Insight derajat 1 mengindikasikan adanya penyangkalan terhadap
penyakitnya sendiri. Insight 1-3 memiliki kecenderungan psikotik,
insight 4 neurotik, insight 5 memahami penyakitnya namun tidak tahu
harus bagaimana, sedangkan insight 6 normal.
5. Alasan penggalian anamnesis belanja berlebihan barang-barang yang tidak
diperlukan
Gangguan di mana penderita memiliki kecenderungan untuk
berbelaja berlebihan yang berulang, kronis, yang telah menajdi respon
utama dalam suatu situasi atau perasaan negatif disebut dengan Compulsive
Buying Disorder. CBD ini disebabkan oleh gangguan pikiran, lebih spesifik
pada bentuk pikiran, di mana terjadi preokupasi oleh belanja dan
menghabiskan uang serta mendedikasikan waktu yang signifikan untuk hal-
hal tersebut. Pada pasien dengan CBD terdapat peningkatan level
kecemassan atau keterdesakan yang hanya bisa teratasi ketika suatu barang
telah terbeli.
Pasien dengan CBD cenderung menjadi manifestasi beberapa
gangguan mental terutama pada axis I, seperti mood disorder (21-100%),
anxiety disorder (41-80%), eating disorder (8-35%), dll. Kecenderungan
terbanyak terdapat pada mood disorder, terutama gangguan bipolar. CBD
bisa juga terjadi pada axis II namun tetap lebih dominan pada axis I.
Compulsive Buying Disorder terdiri dari 4 fase:
a. Antisipasi
Memiliki pikiran/keinginan/preokupasi untuk memiliki sesuatu atau
untuk berbelanja
b. Persiapan
Bersiap untuk berbelanja, dengan menentukan kapan, di mana,
bagaimana berpenampilan, kartu kredit yang digunakan, mencari
barang-barang diskon, fashion terbaru, dll.
c. Berbelanja
Pasien dengan CBD akan merasa sangat senang pada fase ini
bahkan bisa sampai memunculkan perasaan seksual.
d. Spending
Munculnya perasaan lega atau euphoria dari emosi-emosi negative
(kecemasan, depresi, kebosanan, kemarahan) sebagai konsekuensi.
Beberapa karakteristik dari Compulsive Buying Disorder antara
lain:
a. Berbelanja sendiri, dikarenakan penderita cenderung malu untuk
berbelanja dengan teman yang tidak memiliki ketertarikan yang sama
akan belanja.
b. Bisa di mana saja, mulai dari department store mahal hingga toko-toko
cuci gudang.
c. Pemasukan tidak berpengaruh, yang berarti orang dengan pemasukkan
rendah pun dapat memiliki kemungkinan CBD dengan mengubah
tempat belanja atau berhutang atau mengusakan hal-hal lainnya.
Terapi dari Compulsive Buying Disorder antara lain:
a. Farmakoterapi yang dapat diberikan berupa psikotropik antidepresan.
Namun penderita harus diedukasi bahwa farmakoterapi ini tidak dapat
diandalkan.
b. Penderita harus bisa mengakui bahwa ia memiliki CBD.
c. Penderita harus bisa membuang kartu kredit, cek, atau media-media lain
yang dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan gangguan.
d. Penderita dianjurkan berbelanja dengan teman untuk mengurangi
kecenderungan overspending.
e. Penderita dianjurkan mencari hobi/kesibukan lain untuk menghabiskan
waktu luang.
6. Apakah faktor-faktor yang memicu gangguan tidur pada kasus diatas ?
Menurut Harvard Health Mental Letter (2009), gangguan psikiatrik yang
mencetuskan gangguan tidur diantaranya :
a. Depresi
Penelitian yang menggunakan metode dan populasi yang berbeda,
memperkirakan bahwa 65%-90% dari pasien dewasa dengan depresi berat
mengalami berbagai masalh tidur. Kebanyakan pasien depresi mengalami
insomnia, tetapi sekitar satu dari lima orang yang mengalami obstructive sleep
apneu. Masalah tidur yang dialami oleh pasien ini juga dapat mempengaruhi
hasil pengobatan bagi para pasien dengan depresi.
b. Gangguan Bipolar
Penelitian pada populasi yang berbeda melaporkan bahwa 69%-99% dari
pasien gangguan bipolar mengalami insomnia atau melaporkan kurangnya
kebutuhan tidur selama episode manik.
c. Gangguan Kecemasan
Masalah tidur mempengaruhi lebih dari 50% dari pasien dewasa dengan
gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder), yang umumnya
terjadi pada pasien gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress
Disorder).
d. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Berbagai masalah tidur mempengaruhi 25%-50% anak dengan ADHD.
Masalah yang sering ditemukan pada ADHD adalah sulit tidur, durasi tidur
yang lebih pendek dan tidur gelisah.
9. Derajat tilikan/insight:
1) Sama sekali menyangkal terhadap keadaan sakitnya.
2) Sedikit menyadari keadaan sakitnya dan memerlukan pertolongan,
tetapi pada saat yang bersamaan menyangkal dan masih menolak sakitnya.
3) Menyadari keadaan sakitnya, tetapi menyalahkan orang lain atau
adanya faktor luar lainnya/faktor fisik sebagai penyebabnya.
4) Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang tidak
diketahui dalam diri pasien.
5) Menyadari sakitnya; bahwa gejala dan kegagalan dalam penyesuaian
sosial karena perasaan irrasional tertentu/adanya gangguan dalam diri pasien,
tetapi tidak menerapkan kesadaran ini pada pemahaman di kemudian hari
(intellectual insight).
6) Kesadaran emosional dari perasaan dalam diri pasien dan orang-orang
penting dalam diri pasien, dimana pemahaman tersebut sampai merubah
perilaku pasien (true emotional insight).
16. Jenis – jenis gangguan mood dan afek
Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood
adalah keadaan emosi internal yang meresap dari seseorang.1
ETIOLOGI
A. Faktor Biologis :
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan
mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin dalam cairan
serebrospinalis yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin yang
rendah di trombosit, seperti yang diukur oleh imipramin yang berikatan
dengan trombosit.
B. Faktor Genetika :
Data genetik menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembanagan gangguan mood adalah genetika. Terdapat komponen
genetika yang lebih kuat untuk transmisi gangguan bipolar I daripada untuk
transmisi gangguan depresif berat. Pada kembar monozigot 74%, kembar
dizigot 19%. Keluarga keturunan pertama 20%
C. Faktor Psikososial :
Beberapa klinisi sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan
peranan primer dalam depresi. Data yang paling mendukung menyatakan
bahwa peristiwa kahidupan yang paling berhubungan dengan perkembangan
depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor
lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi
adalah kehilangan pasangan.
1. MACAM – MACAMGANGGUAN AFEK
Keadaan Afek yang cenderung meninggi ( Hyperthymia ) :
- Euphoria : perasaan gembira yang berlebihan
- Elasi : seperti euphoria tapi disertai tingkah laku motorik yang agak
berlebihan, labil dan menjurus mudah tersinggung
- Eksaltasi : peninggian kehidupan afektif yang sangat menonjol disertai
perbuatan dan pikiran yang serba meninggiu dan berlebihan, tidak dapat
tinggal diam untuk jangka pendek
- Ekstasi : seringkali berkaitan dengan hal – hal religius dan identifikasi
dengan kekuatan kosmik.5
Keadaan Afek yang cenderung merendah ( Hypothymia ) :
- Depresi : menggambarkan segala bentuk keadaan sedih atau murung.
Biasanya disertai hambatan di bidang aktifitas baik pikiran, perbuatan maupun
perasaan.
- Dukacita ( Grief ) : merupakan episode kesedihan yang mendalam yang
harus dibedakan dengan depresi.
Gangguan Afektif lain :
- Dysthimia : perasaan tidak menyenangkan
- Poikilothymia : perasaan yang berubah – ubah.
Gangguan afektif dibedakan menurut :
- Episode tunggal atau multiple
- Tingkat keparahan gejala :
- Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik (hipomania)
- Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan
psikotik
- Dengan atau tanpa gejala somatik.
1. Manifestasi klinik dan diagnosis
Gangguan mood yang utama :
1. I. Gangguan Depresif
Episode Depresi :
Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
- Kosentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Episode Depresif Ringan
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainnya. Tidak boleh ada gejala
yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2
minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya.
Episode Depresif Sedang
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
ditambah sekurang – kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4 ) dari gejala lainnya.
Lamanya seluruh episode berlangsung minimunm sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk menruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik :
Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada
Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya
harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor )
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu,
bila gejala sangat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :
Memenuhi kriteria eposode depresi berat
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam,
dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau
kotoran atau daging membusuk
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek ( mood congruent )
Gangguan Depresif Berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif
ringan, episode depresif sedang, episode depresif berat.
Episode masing – masing rata – rata lamanya sekitar 6 bulan akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif
bipolar.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini tetap harus
digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan
hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu
episode depresif.
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap
terutama pada usia lanjut.
Episode masing – masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental
lain.
Gangguan depresif berulang episode kini ringan :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.
Gangguan depresif berulang episode kini sedang :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik.
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik.
Gangguan depresif berulang kini dalam remisi :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa
lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun.
Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing –
masing selama minimal 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
1. II. Gangguan Bipolar – I
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang ( sekurang – kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmabhan energi dan
aktivitas ( mania atau hipomania ), dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas ( depresi ) . Yang khas adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan beralngsung antara 2
minggu sampai 4 – 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih
lama ( rata – rata sekitar 6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1 thun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajdi setelah
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain ( adanya stres tidak
esensial untuk penegakan diagnosis).
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik.
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan ataupun sedang
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Episode yang sekarang menunjukkan gejala – gejala manik, hipomani,
dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat ( gejala
mania/hipomania dan depresi sama – sama mencolok selama masa terbesar
dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang –
kurangnya 2 minggu )
Pada semua episode harus ada sekurang – kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurangnya 1 episode
afektif dimasa lampau dan ditambah sekurangnya 1 episode lainnya..
1. III. Gangguan Afektif Menetap
Siklotimia :
Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek meliputi banyak
episode depresi ringan dan hipomania ringan diantaranya tidak ada yang
cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif
bipolar atau gangguan depresif berulang.
Setiap episode afektif tidak memenuhi kriteria untuk manapun yang
disebut dalam episode manik atau episode depresif.
Distimia :
Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria
gangguan depresif berulang ringan dan sedang.
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurangnya beberapa tahun, kadang untuk jangkla waktu tidak terbatas. Jika
onsetnya pada usia lanjut gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu
episode depresif tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau
stres lain yang tampak jelas.
1. IV. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal ( yang
pertama ), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.
Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang –
kurangnya beberapa hari berturut – turut, pada suatu derajat intensitas dan
yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak
disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan
Mania Tanpa Gejala Psikotik
Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide – ide perihal kebesaran/ “grandiose
ideas” dan terlalu optimistik.
Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania
tanpa gejala psikotik.
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kejar ( delusion of grandeur ), iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar ( delusion of persecution ). Waham dan
halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut ( mood congruent ).