juklak pdtt 2009
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
1/76
F
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 /K/I-XIII.2/2/2009
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaaan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara antara lain meliputi pemeriksaan dengan tujuan tertentu;
b. bahwa untuk mengefektifkan pemeriksaan agar terdapat hasil
pemeriksaan yang sesuai dengan tujuan dan standar
pemeriksaan dengan tujuan tertentu, perlu menetapkan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
4707);
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
2/76
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN
TERTENTU.
Pasal 1
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dimaksudkan sebagai
acuan dalam melaksanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pasal 2
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 3
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
BAB V : PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
BAB VI : PENUTUP
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
3/76
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
GLOSARIUM
REFERENSI
LAMPIRAN
PENYUSUN
Pasal 4
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu merupakan bagian
terpenting dan perangkat lunak pelengkap Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) dan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang wajib menjadi pedoman bagi
pemeriksa dalam menjalankan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pasal 5
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 27 Februari 2009
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KETUA,
ttd.
Anwar Nasut ion
Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada :
1. Wakil Ketua;2. Inspektur Utama;3. Anggota I-VII;4. Tortama KN I-VII;
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
4/76
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 2 /K/I-XIII.2/2/2009
TANGGAL : 27 FEBRUARI 2009
BPK-RI
Petunjuk PelaksanaanPemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Badan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia
2009
300.000/2009
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
5/76
KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAANDENGAN TUJUAN TERTENTU
DALAM KERANGKA PEDOMAN PEMERIKSAAN BPK
UUD 1945
Peraturan Per-UU-an Pemeriksaan Keuangan Negara
SPKNPMP
Kode Etik
100
Pemeriksaan Keuangan200
Pemeriksaan Ki nerja
300
Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu
101.000
Pemeriksaan LKPP dan LKKL
102.000
Pemeriksaan LKPD
100.003
Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksaan Keuangan
100.004
Penentuan Metode Uji Petik
Pemeriksaan Keuangan
100.002
Pemahaman dan Penilaian
Risiko Pemeriksaan
100.001
Pemahaman dan Penilaian SPI
Pemeriksaan Keuangan
200.001
Penentuan Ar ea Kunci
302.000
Pemeriksaan atas Pengelolaan
Limbah RSUP/RSUD
303.000
Pemeriksaan atas
Pengendalian PencemaranUdara dari Sumber Bergerak
201.000
Pemeriksaan Atas Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL)
304.000
Pemeriksaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
305.000
Pemeriksaan atas Bantuan
Operasional Sekolah203.000
Pemeriksaan atas
Pengendalian dan
Pengelolaan Ling kungan
Pertambangan Bahan Galian
306.000
Pemeriksaan Subsidi Pangan
Program Raskin dan B iaya
Perawatan Beras
200.002
Penentuan Kri teria
Pedoman Umum
Juklak
Juknis
103.000
Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Bank Indonesia
301.000
Pemeriksaan Investigatif atas
Indikasi Tindak Pidana Korupsi
yang mengakibatkan Kerugian
Negara/Daerah
400
Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
500
Laporan Hasil Pemeriksaan
600
Penatalaksanaan Kertas Kerja Pemeriksaan
400.001
Reviu Pemeriksaan
601.001
KKP Elektronik
202.000
Pemeriksaan Atas
Pengendalian dan
Pengelolaan Limbah Industri
Sudah ditetapkan
Legal Drafting
Proses penetapan
Sedang disusun
Akan disusun
Keterangan :
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
6/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Daftar Isi
Direktorat Litbang i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI……………………………………………………………………………........ iDAFTAR TABEL…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………... iiiDAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………........ A. Latar Belakang ……………………………………………….................... 1B. Tujuan..................................………………………………………........... 2C. Lingkup.........................…………………………………………............... 2D. Dasar Hukum.............…………………………………………….............. 3E. Sistematika Penulisan……………………………………………………... 3
BAB II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN DENGAN TUJUANTERTENTU.............................................................................………......... A. Tujuan dan Konsep Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.................. 4
B. Penentuan Jenis Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu...................... 7C. Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu 9D. Panduan Manajemen Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu............... 9E. Tahapan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu................................... 10
BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU A. Pengantar........................................... ………………………………....... 12B. Perencanaan Eksaminasi...................................................................... 13C. Perencanaan Reviu............................................................................... 21D. Perencanaan Agreed Upon Procedures ............................................. 24
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU A. Pengantar……………………………………….………………….............. 30B. Pengumpulan dan Analisis Bukti………….....…………………………… 31C. Penyusunan Temuan Pemeriksaan……………………………………… 33D. Penyampaian Temuan Pemeriksaan kepada Entitas .......................... 35
BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ............ A. Pengantar.............................................................................................. 36B. Penyusunan Konsep LHP..................................................................... 36C. Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang Direncanakan... 40D. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian LHP.............................. 40
BAB VI PENUTUP................................................................................................... A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan........................... 42B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan................... 42C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan............................... 42
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM v
GLOSARIUM vi
REFERENSI viii
LAMPIRAN
PENYUSUN
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
7/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Daftar Tabel
iDirektorat Litbang ii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Hubungan Jenis Pemeriksaan dengan Sifat Pemeriksaan…………..... 5
2.2 Perbedaan Eksaminasi, Reviu dan Agreed Upon Procedures………… 5
3.1 Perbedaan dalam Perencanaan Eksaminasi, Reviu dan Agreed UponProcedures………………………………………………………………….. 13
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
8/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Daftar Gambar
Direktorat Litbang iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Piramida Kedudukan Juklak PDTT dalam Pedoman PemeriksaanBPK............ 2
2.1 Alur Pikir Penentuan Jenis Pemeriksaan ................................................. 8
2.2 Tahapan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu...................................... 10
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
9/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Daftar Lampiran
Direktorat Litbang iv
DAFTAR LAMPIRAN
III.1a Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan
III.1b Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan untuk Agreed
Upon Procedures
III.2 Contoh Kertas Kerja Pemahaman Entitas
III.3a Contoh Kertas Kerja Penilaian Risiko dan SPI untuk PDTT yang Bersifat Eksaminasi
III.3b Contoh Kertas Kerja Penilaian Risiko dan SPI untuk PDTT yang Bersifat Reviu
III.4 Contoh Kertas Kerja Penetapan Kriteria Pemeriksaan
III.5 Contoh Perjanjian PDTT yang Bersifat Agreed Upon Procedures
V.1 Contoh Laporan Eksaminasi
V.2 Contoh Laporan Reviu
V.3 Contoh Laporan Agreed Upon Procedures
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
10/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab I
Direktorat Litbang 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
01 Sesuai dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPKmempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.Berdasarkan penjelasan undang-undang tersebut, pemeriksaan dengantujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuankhusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.Termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalahpemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaaninvestigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian internpemerintah.
AmanatUndang-Undang
02 Dengan mempertimbangkan perkembangan jenis pemeriksaan dan agar
mutu para Pemeriksa serta Organisasi Pemeriksa dalam melaksanakanpemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negaradapat dipertanggungjawabkan, BPK telah menetapkan StandarPemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam suatu Peraturan BPK No.01 Tahun 2007, yang berisi antara lain Standar Pelaksanaan danPelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. Namun demikian,SPKN tersebut masih bersifat umum sehingga perlu dilengkapi denganpetunjuk pelaksanaannya sehingga ada keseragaman pelaksanaanpemeriksaan dengan tujuan tertentu bagi Pemeriksa BPK dan pihak lainyang melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara yang bertindak untuk dan atas nama BPK.
Alasanpenyusunan
juklak PDTT
03 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (juklakPDTT) sebagai salah satu pedoman pemeriksaan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan negara disusun dengan memperhatikan peraturanperundang-undangan, SPKN dan PMP. Juklak PDTT akan digunakansebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan petunjuk teknis (juknis)pemeriksaan yang termasuk dalam PDTT. Keterkaitan juklak PDTTdengan peraturan perundang-undangan, SPKN, PMP, dan pedomanpemeriksaan lain yang ditetapkan BPK dapat dilihat sebagai berikut:
Kedudukan juklak PDTT
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
11/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab I
Direktorat Litbang 2
04 Penyusunan juklak PDTT ini mengacu kepada SPKN, PMP, dan StandarProfesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan AkuntanIndonesia (IAI), serta praktik-praktik internasional terbaik ( internationalbest practices) dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Hubungandengan standar
pemeriksaanlain
B. Tujuan
05 Penyusunan juklak PDTT ini bertujuan untuk:
1. menciptakan kesamaan persepsi dan keseragaman metodologi
sehingga tercapai pemeriksaan yang sistematis, efektif, dan efisien;
2. menjabarkan langkah-langkah yang terdapat di dalam SPKN; dan
3. menjaga mutu pemeriksaan BPK.
Tujuanpenyusunan
C. Lingkup
06Juklak ini mengatur tata cara pelaksanaan PDTT mulai dari tahapperencanaan hingga tahap pelaporan. Tahap tindak lanjut atas tindakanperbaikan yang direncanakan tidak dibahas dalam juklak ini karena akandibahas dalam petunjuk terkait pemantauan tindak lanjut. Juklak ini tidakmengatur hal-hal yang bersifat teknis dalam pemeriksaan. Hal-hal yang
bersifat teknis tersebut dapat dirujuk kepada petunjuk pelaksanaan ataupetunjuk teknis terkait.
Lingkup
07 Juklak ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya untuk pemeriksaaninvestigatif. Oleh karena itu tata cara pelaksanaan pemeriksaaninvestigatif mengacu pada Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif atasIndikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan KerugianNegara/Daerah.
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
12/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab I
Direktorat Litbang 3
D. Dasar Hukum
08 Dasar hukum penyusunan juklak PDTT ini adalah:
1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);2. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 1Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No. 31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada BadanPemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No. 39/K/I-VIII.3/7/2007tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja PelaksanaBadan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No. 1/K/I-XIII.2/2/2008tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2.7/2008tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata CaraPenyusunan Atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non-Pemeriksaan.
Dasar hukumpenyusunan
E. Sistematika Penulisan
09 Petunjuk Pelaksanaan (juklak) ini akan menjelaskan tentang: (1) latarbelakang; (2) tujuan penyusunan juklak; (3) sistematika penulisan juklak;(4) tujuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu; (5) konsep eksaminasi,reviu, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedures); (6) alurpikir dalam menentukan jenis pemeriksaan; dan (7) kegiatan dalampemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Materi juklak
10 Dengan memperhatikan materi yang akan dijelaskan seperti tersebut diatas, maka juklak PDTT ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Juklak ini terdiridari 6 bab
Bab I
Bab IIBab IIIBab IVBab VBab VI
:
:::::
Pendahuluan
Gambaran Umum Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPerencanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPenutup
Daftar Istilah
Referensi
Lampiran-lampiran
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
13/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 4
BAB II
GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
A. Tujuan dan Konsep Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
01 SPKN menjelaskan bahwa Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan simpulan atassuatu hal yang diperiksa dan dapat bersifat eksaminasi (pengujian), reviu,atau prosedur yang disepakati (agreed upon procedures). Lebih lanjutdijelaskan bahwa Standar PDTT dalam SPKN memberlakukan setiapstandar pekerjaan lapangan dan pelaporan pada standar atestasi yangditetapkan IAI kecuali ditentukan lain. Contoh PDTT antara lain:
• Pemeriksaan atas subsidi pangan program raskin yang bertujuanuntuk menilai ketepatan penghitungan dan pembebanan.
• Pemeriksaan atas belanja barang/modal yang bertujuan untuk menilaikepatuhan terhadap Keppres 80 Tahun 2003.
• Pemeriksaan atas manajemen utang yang bertujuan untuk menilai SPIdan kepatuhan terhadap loan agreement.
• Pemeriksaan (bersifat reviu) atas transparansi fiskal yang bertujuanuntuk menilai kesesuaian dengan kriteria IMF; pemeriksaan (bersifatagreed upon procedures) atas pos-pos laporan keuangan penutupBPPN.
PengertianPDTT
menurut SPKN
02 Terminologi baku yang digunakan oleh IAI adalah jasa atestasi. Menurutseksi 100 standar atestasi SPAP, suatu perikatan atestasi adalahperikatan yang di dalamnya praktisi mengadakan untuk menerbitkankomunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalanasersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Sedangkanatestasi didefinisikan sebagai suatu pernyataan pendapat atau
pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakahasersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material dengan kriteriayang ditetapkan.
Pengertianatestasi menurut
IAI
03 Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi, yaitu eksaminasi(examination), reviu (review), dan prosedur yang disepakati (agreed uponprocedures). Salah satu tipe eksaminasi adalah pemeriksaan atas laporankeuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yangberlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standarpemeriksaan.
Standar atestasiterdiri dari 3 tipe
04 Berikut adalah definisi eksaminasi, reviu, dan agreed upon procedures menurut Government Auditing Standard ( Yellow Book, 2007):
•
Eksaminasi adalah pengujian yang memadai untuk menyatakansimpulan dengan tingkat keyakinan positif (positive assurance) bahwasuatu pokok masalah telah sesuai dengan kriteria, dalam semua halyang material, atau bahwa suatu asersi telah disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria.
• Reviu adalah pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulandengan tingkat keyakinan negatif (negative assurance) bahwa tidakada informasi yang diperoleh Pemeriksa dari pekerjaan yangdilaksanakan menunjukkan bahwa pokok masalah tidak didasari (atautidak sesuai dengan) kriteria atau suatu asersi tidak disajikan (atautidak disajikan secara wajar) dalam semua hal yang material sesuai
Definisieksaminasi,
reviu, danagreed upon
procedures
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
14/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 5
dengan kriteria.
• Agreed upon procedures adalah pengujian yang memadai untukmenyatakan kesimpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yangdisepakati dengan pemberi tugas terhadap suatu pokok masalah.
05 Menurut SPAP, simpulan yang diberikan adalah atas asersi tertulis, namunmenurut SPKN, pengertiannya diperluas menjadi simpulan atas suatu halyang diperiksa. Dengan demikian SPKN tidak membatasi simpulan yang
diberikan hanya pada asersi tertulis, namun atas hal yang diperiksa.
06 Apabila ketiga sifat pemeriksaan, yaitu eksaminasi, reviu, dan agreed uponprocedures dikaitkan dengan tiga jenis pemeriksaan yaang diatur dalamSPKN, yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT,maka dapat digambarkan sebagai berikut:
Kaitan standarpemeriksaandengan sifat
pemeriksaan
Tabel 2.1
Hubungan Jenis Pemeriksaan dengan Sifat Pemeriksaan
Jenis
Sifat
PemeriksaanKeuangan
PemeriksaanKinerja
PDTT
Eksaminasi √ √ √
Reviu - - √
Agreed uponprocedures
- - √
07 Perbedaan cara memperoleh keyakinan dalam PDTT tersebut terletakpada jumlah bukti yang dikumpulkan, tingkat keyakinan yang ingin dicapai,keluasan prosedur yang dijalankan, bentuk simpulan yang dihasilkan sertapenggunanya. Perbedaan ketiga jenis PDTT diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Eksaminasi, Reviu, dan Agreed Upon Procedures
Keyakinanpada PDTT
TingkatKeyakinan
KeluasanProsedur
BentukSimpulan
Eksaminasi Tinggi Tidak terbatas PernyataanPositif
Reviu Menengah Terbatas PernyataanNegatif
Agr eed uponprocedures
Bervariasi(antaramenengahsampai dengantinggi)
Sesuaikesepakatan
Simpulanberupatemuan ataspenerapanproseduragreed
Perbedaaneksaminasi,
reviu, danagreed upon
procedures
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
15/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 6
08 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a. PDTT yang bersifat eksaminasi memiliki karakteristik berikut: tingkatkeyakinan yang diberikan tinggi, prosedur yang dilaksanakan tidakterbatas, dan bentuk simpulan berupa pernyataan positif.
b. PDTT yang bersifat reviu memiliki karakteristik berikut: tingkatkeyakinan yang diberikan menengah, prosedur yang dilaksanakanterbatas, dan bentuk simpulan berupa pernyataan negatif.
c. PDTT yang bersifat agreed upon procedures memiliki karakteristikberikut: tingkat keyakinan yang diberikan bervariasi, prosedur yangdilaksanakan sesuai kesepakatan, dan bentuk simpulan berupatemuan atas penerapan prosedur.
Karakteristiksetiap bentuk
PDTT
09 Pernyataan positif (positive assurance) adalah pernyataan bahwa hal yangdiperiksa sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkanatau telah dinyatakan. Dalam memberikan pernyataan positif, pendapatyang diberikan merupakan pendapat atas keseluruhan populasi. Contohpernyataan positif dalam eksaminasi dengan simpulan sesuai kriteria adalah sebagai berikut:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan ........ .....
Al ternat if lain:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, . . . seperti yang telah kami sebutkan di atas sesuai dengan . . . < sebutkankriteria yang telah ditetapkan>
Contoh:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, penetapan, penyaluran, dan penerimaandana perimbangan TA 2006 sesuai dengan PP No 55 Tahun 2005 tentangDana Perimbangan dan Peraturan Pelaksanaannya.
Contohpernyataan
positif
Sedangkan contoh pernyataan positif untuk eksaminasi dengan simpulantidak sesuai kriteria adalah sebagai berikut:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan ........ .....
Al ternat if lain:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, . . . seperti yang telah kami sebutkan di atas tidak sesuai dengan . . .
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, penetapan, penyaluran, dan penerimaandana perimbangan TA 2006 tidak sesuai dengan PP No 55 tentang DanaPerimbangan Tahun 2005 dan Peraturan Pelaksanaannya.
10 Pernyataan negatif (negative assurance) adalah pernyataan bahwa tidakada informasi yang menyatakan bahwa hal yang direviu tidak sesuaidengan kriteria. Dalam memberikan pernyataan negatif, pernyataan yangdiberikan adalah pernyataan atas hal yang direviu saja. Pemeriksa tidakbertanggung jawab atas populasi secara keseluruhan. Contoh pernyataannegatif (negative assurance) untuk PDTT yang bersifat reviu dengansimpulan sesuai adalah sebagai berikut:
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat penyebab hal yangmenjadikan kami yakin bahwa tidak sesuai dengan
Contohpernyataan
negatif
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
16/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 7
Sedangkan contoh pernyataan negatif untuk reviu dengan simpulan tidaksesuai kriteria adalah sebagai berikut:
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat penyebab hal yangmenjadikan kami yakin bahwa sesuai dengan < sebutkan kriteria yang telah ditetapkan >
11 Meskipun memiliki perbedaan, ketiga sifat PDTT tersebut memiliki
kesamaan yaitu:a. Harus ada asersi, baik dinyatakan atau tidak, yang dibuat oleh satu
pihak yang akan digunakan oleh pihak lain. Harus ada kriteria yangakan digunakan untuk menguji keakuratan hal yang diperiksa (kecualidalam pemeriksaan investigatif, yang bertujuan untuk membuktikanadanya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan). Semua pihak harus sepakat/setuju mengenai carabagaimana hal tersebut diuji dengan menggunakan metodologipengujian yang ada.
b. Kriteria yang digunakan harus jelas dan terbuka. Siapapun yangmenggunakan kriteria tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan,akan menghasilkan simpulan yang sama.
c. Pemeriksa harus membuat simpulan tertulis atas keakuratan hal yangdiperiksa.
Kesamaanketiga sifat
PDTT
B. Penentuan Jenis Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
12 Dengan memperhatikan penjelasan di atas, Pemeriksa dapat mengikutialur pikir berikut untuk menentukan jenis pemeriksaan yang akandilakukannya:
Alur pikir dalammenentukan
jenisPemeriksaan
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
17/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Direktorat Litbang
Gambar 2.1
Alur Pik ir Penentuan Jenis Pemeriksaan
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
18/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 9
13 Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa langkah pertamadalam menentukan jenis pemeriksaan adalah menentukan tujuanpemeriksaan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkankebutuhan pengguna laporan. Jika tujuan pemeriksaan adalah untukmemberikan opini, Pemeriksa harus melakukan pemeriksaan keuangandengan menggunakan standar pemeriksaan keuangan. Jika tujuanpemeriksaan adalah untuk melakukan penilaian kinerja dan memberikanrekomendasi untuk meningkatkan kinerja, Pemeriksa harus melakukan
pemeriksaan kinerja dengan standar pemeriksaan kinerja. Jika tujuanpemeriksaan bukan memberikan opini atau rekomendasi Pemeriksaharus melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dengan standarPDTT.
Jenispemeriksaan
ditentukanberdasarkan
tujuannya
14 Dalam PDTT, Pemeriksa tidak harus memberikan rekomendasi, bahkandalam beberapa kasus, Pemeriksa tidak boleh memberikanrekomendasi. Misalnya, dalam pemeriksaan investigatif.
Rekomendasidalam PDTT
15 Dalam kondisi tertentu, terutama terkait dengan pengendalian internal,Pemeriksa bisa memberikan saran jika dan hanya jika Pemeriksamemiliki keyakinan dan pengetahuan yang memadai mengenaipermasalahan dan seluruh unsur temuan. Saran yang diberikan harusdapat menyelesaikan permasalahan dan dapat dilaksanakan (workable).
Syarat untukmemberikan
saran
16 Ketiadaan rekomendasi tidak menghapuskan kewajiban bagi entitasuntuk menindaklanjuti temuan BPK dalam bentuk tindakan perbaikanyang direncanakan (rencana aksi). Rencana aksi akan dipantau olehBPK melalui mekanisme pemantauan tindak lanjut.
Kewajiban tindaklanjut
17 Setelah Pemeriksa menentukan bahwa jenis pemeriksaan yang akandilakukan adalah PDTT, langkah selanjutnya adalah menentukan sifatPDTT apa yang akan dilakukan. Untuk menentukan sifat PDTT yangakan dilakukan Pemeriksa harus mempertimbangkan prosedur yangakan dijalankan dan tingkat keyakinan yang diinginkan pengguna.
Penentuan sifatPDTT
18 Jika prosedur yang akan dilakukan disepakati dengan pemakai tertentu.Pemeriksa harus melakukan PDTT yang bersifat agreed upon
procedures. Jika tidak, Pemeriksa dapat melakukan reviu ataueksaminasi. Penentuan pemilihan PDTT reviu atau eksaminasiditentukan oleh tingkat keyakinan yang diinginkan pemakai tertentu. Jikapengguna menginginkan tingkat keyakinan yang tinggi, Pemeriksa harusmelakukan PDTT yang bersifat eksaminasi. Sebaliknya, jika penggunamenginginkan tingkat keyakinan menengah, Pemeriksa harus melakukanPDTT yang bersifat reviu.
Penentuaneksaminasi,
reviu, dan
agreed uponprocedures
C. Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
19 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dilaksanakan berdasarkan StandarPemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalamPeraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007, khususnya Pernyataan StandarPemeriksaan (PSP) Nomor 01 tentang Standar Umum Pemeriksaan,
PSP 06 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan TujuanTertentu, dan PSP 07 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan DenganTujuan Tertentu.
Standar Umum,Pelaksanaan,
dan PelaporanPDTT
D. Panduan Manajemen Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
20 Manajemen PDTT didasarkan pada Panduan Manajemen Pemeriksaan(PMP) yang ditetapkan oleh BPK.
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
19/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 10
E. Tahapan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
21 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi tiga tahapan pemeriksaan,yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ukuran yang digunakanuntuk menilai suatu kegiatan (ukuran kinerja) PDTT adalah kesesuaiandengan SPKN dan PMP, serta terpenuhinya tujuan dan harapanpenugasan. Selain itu, kegiatan dokumentasi, komunikasi, supervisi dankeyakinan mutu dilakukan terhadap seluruh tahapan pemeriksaan.Secara ringkas, tahapan pemeriksaan sebagai berikut:
TahapanPemeriksaan
Dengan TujuanTertentu
Gambar 2.2
Tahapan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
22 Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 5 (lima) langkah kegiatan,yaitu: (1) Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan; (2) PemahamanEntitas; (3) Penilaian Risiko dan SPI; (4) Penetapan KriteriaPemeriksaan; dan (5) Penyusunan Program Pemeriksaan dan ProgramKerja Perorangan.
TahapPerencanaan
PDTT
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
20/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab II
Direktorat Litbang 11
23 Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi 3 (tiga) langkah kegiatan,yaitu: (1) Pengumpulan dan Analisis Bukti; (2) Penyusunan TemuanPemeriksaan; dan (3) Penyampaian Temuan Pemeriksaan kepadaEntitas.
TahapPelaksanaan
PDTT
24 Tahap pelaporan pemeriksaan meliputi 3 (tiga) langkah kegiatan, yaitu:(1) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan; (2) PerolehanTanggapan dan Tindakan Perbaikan yang Direncanakan; dan (3)
Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan HasilPemeriksaan.
TahapPelaporan PDTT
25 Bab selanjutnya akan membahas seluruh siklus pemeriksaan denganpenekanan pada langkah kegiatan yang berbeda pada eksaminasi, reviu,dan agreed upon procedures.
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
21/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12
BAB III
PERENCANAAN
PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
A. Pengantar
01 Perencanaan pemeriksaan diperlukan agar pemeriksaan dapat dilakukansecara efisien, efektif dan sesuai dengan standar pemeriksaan yangditetapkan oleh BPK.
Tujuanperencanaanpemeriksaan
02 Perencanaan pemeriksaan dilakukan oleh Tim Persiapan Pemeriksaan.Tim tersebut diutamakan menjadi Tim Pelaksana Pemeriksaan walaupuntidak menutup kemungkinan Pemeriksa lain yang akan melaksanakanpemeriksaan.
03 Perencanaan PDTT terdiri atas 5 (lima) tahap yaitu: (1) pemahaman
tujuan dan harapan penugasan, (2) pemahaman entitas, (3) penilaianrisiko dan SPI, (4) penetapan kriteria pemeriksaan, dan (5) penyusunanprogram pemeriksaan (P2) dan program kerja perorangan (PKP).
04Secara garis besar, langkah-langkah dalam perencanaan pemeriksaansama untuk ketiga sifat PDTT, baik eksaminasi, reviu, dan agreed uponprocedures. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakansifat PDTT dalam tahap perencanaan, yaitu:
a. perlunya komunikasi dengan pihak eksternal (pemakai tertentu);
b. tingkat kedalaman dalam menilai risiko dan SPI;
c. cara penentuan kriteria; dan
d. perlunya kesepakatan mengenai prosedur pengujian denganpemakai tertentu serta pengaruhnya terhadap penyusunan P2 danPKP.
05Perbedaan langkah-langkah dalam perencanaan tersebut disajikandalam tabel sebagai berikut :
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
22/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13
Tabel 3.1
Perbedaan dalam Perencanaan Eksaminasi, Reviu,
dan Agreed Upon Procedures
LangkahPerencanaan
Eksaminasi Reviu Agreed upon procedures
PemahamanTujuan danHarapanPenugasan
Dikomunikasikansecara internaldengan pemberitugas
1
Dikomunikasikan secarainternal dengan pemberitugas
Selain dikomunikasikan denganpemberi tugas, dikomunikasikan jugadengan pemakai tertentu
2
PemahamanEntitas
Dilakukan Dilakukan Dilakukan denganmempertimbangkan harapan daripemakai tertentu
Penilaian Risikodan SPI
Dilakukan melaluipemahaman danpengujian SPI secaramendalam
Dilakukan melaluipemahaman danpengujian SPI secaraterbatas
Dilakukan melalui pemahaman dan jika diperlukan dilakukan pengujianSPI, serta dikomunikasikan denganpemakai tertentu sebelumpenandatanganan agreed uponprocedures
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan
Ditetapkan oleh
Pemeriksa
Ditetapkan oleh Pemeriksa Disepakati dengan pemakai tertentu
dan dituangkan dalam agreed uponprocedures
Penyusunan P2dan PKP
Disusun olehPemeriksa
Disusun oleh Pemeriksa Disusun oleh Pemeriksa berdasarkanagreed upon procedures yang telahditandatangani oleh pemberi tugasdan pemakai tertentu.
B. Perencanaan Eksaminasi
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan
06 Pemahaman tujuan dan harapan penugasan dilakukan untukmengurangi risiko kesalahan penafsiran atas tugas yang diberikan atauatas harapan dari pihak lain, baik yang dilakukan oleh Pemeriksa3 maupun Pemberi Tugas.
Pemahamantujuan dan
harapanpenugasan
07 Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi denganpemberi tugas oleh Pemeriksa dengan memperhatikan input-inputsebagai berikut:
a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan, kinerja, dan PDTT tahunsebelumnya.
b. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan keuangan,kinerja, dan PDTT.
c. Laporan aparat pemeriksaan intern pemerintah.d. Database entitas.
e. Hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya.
Inputpemahaman
tujuan danharapan
penugasan
1 Pemberi tugas adalah Badan, yaitu Ketua, Wakil Ketua, Anggo ta, atau Pejabat yang dit unjuk atau dikuasakan oleh Badan.
2 Pemakai tertentu adalah yang secara khusus disebut dalam perikatan prosedur yang di sepakati, seperti auditee, DPR, ataupihak lain yang disebut kan dalam prosedur yang disepakati.
3 Pemeriksa pada langkah ini adalah Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Penanggung Jawab pada Tim PersiapanPemeriksaan.
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
23/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14
08 Pemeriksa perlu mengkomunikasikan kepada pemberi tugas mengenai:
a. tujuan PDTT yang bersifat eksaminasi serta implikasi tujuan tersebutpada jenis bukti yang dikumpulkan dan metode uji petik yang akandigunakan;
b. latar belakang PDTT yang bersifat eksaminasi; dan
c. tingkat keyakinan yang diinginkan pemakai tertentu.
Komunikasi atas ketiga hal tersebut bertujuan untuk memperolehpemahaman mengenai harapan pemberi kerja atas output yang akandihasilkan.
Pentingnyakomunikasi
tujuaneksaminasi
09 Tujuan PDTT yang bersifat eksaminasi adalah untuk memberikanpernyataan positif (positive assurance) atas hal yang diperiksa, yaitubahwa hal yang diperiksa sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria yangditentukan dalam segala hal yang material. Pernyataan positif tersebutmerupakan simpulan atas keseluruhan populasi.
Tujuaneksaminasi
10 Dalam suatu pemeriksaan dimungkinkan untuk memiliki lebih dari satu
tujuan pemeriksaan. Namun demikian, tujuan-tujuan pemeriksaantersebut harus memiliki keterkaitan sehingga dapat disimpulkan dalamsatu simpulan.
Tujuan PDTTdapat lebih dari
satu
11 Pemeriksa perlu melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tertulisdengan pemberi tugas, yang hasilnya harus didokumentasikan dalambentuk formulir tujuan dan harapan penugasan. Formulir tersebutditandatangani oleh pemberi tugas dan Pemeriksa untuk meyakinkanpersamaan persepsi penugasan yang diberikan. Formulir tersebutdigunakan sebagai salah satu dasar penyusunan rencana pemeriksaan.Contoh formulir tujuan dan harapan penugasan dapat dilihat padalampiran III.1.a.
Dokumentasitujuan dan
harapanpenugasan
2. Pemahaman Entitas12 Pemahaman entitas yang diperiksa bertujuan untuk meperoleh data dan
informasi tentang:
a. tujuan entitas;
b. aktivitas utama entitas/program/kegiatan;
c. tujuan program/kegiatan;
d. sistem akuntansi entitas;
e. prosedur pelaksanaan dan pengawasan aktivitas;
f. sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas; dan
g. hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakanberkaitan dengan hal yang diperiksa.
Tujuanpemahaman
entitas
13 Informasi tersebut dimanfaatkan untuk: (1) mengidentifikasi aktivitasyang menggunakan sumber daya secara signifikan, (2) mengidentifikasirisiko, dan (3) menentukan kegiatan yang dapat menjadi penekanandalam pemeriksaan.
Manfaat datadan informasi
tentang entitas
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
24/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15
14 Untuk mencapai tujuan tersebut Pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi sebagai berikut:
a. database entitas;
b. rencana strategis dan rencana aksi entitas;
c. kebijakan entitas;d. sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan entitas;
e. prosedur pelaksanaan dan pengawasan yang digunakan entitasuntuk menjamin pencapaian tujuan;
f. laporan hasil pengawasan intern;
g. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;
h. hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya; dan
i. informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, sepertipengumuman di media, kutipan situs internet, hasil kajian, dan lain-lain.
Data daninformasi untuk
pemahamanentitas
15 Langkah-langkah dalam tahapan pemahaman entitas adalah sebagaiberikut:
a. Memahami tujuan, sasaran, kegiatan pengelolaan (perencanaan,pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan) entitas, serta strategientitas untuk mencapai tujuan dan sasaran.
b. Memahami pengaruh lingkungan terhadap pencapaian tujuanentitas.
c. Memahami faktor-faktor penentu keberhasilan (critical successfactors) bagi pencapaian tujuan entitas.
d. Mengidentifikasi temuan dan rekomendasi yang signifikan ataspemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, PDTT, atau studi lainyang sebelumnya telah dilaksanakan.
e. Memahami dampak yang mungkin terjadi dari kecurangan dan/ataupenyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undanganterhadap hal yang diperiksa.
Langkah-langkah
pemahamanentitas
16 Pemahaman yang menyeluruh atas tujuan, sasaran, strategi dankegiatan entitas membantu Pemeriksa dalam mengidentifikasi (1)bagaimana manajemen mencapai tujuan dan sasaran entitas, (2) risiko-risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan tersebut, dan (3)bagaimana manajemen mengelola risiko untuk mencapai tujuan dansasaran entitas.
Manfaatpemahaman
tujuan, sasaran,strategi, dan
kegiatan entitas
17 Pemeriksa perlu memiliki pemahaman yang menyeluruh tentanglingkungan entitas yang mempengaruhi pencapaian tujuannya. Faktorlingkungan yang berpengaruh atas entitas antara lain: (1) perencanaandan manajemen strategis, (2) budaya organisasi, (3) operasi organisasi,dan (4) manajemen sumber daya organisasi.
Pemahamanmenyeluruhlingkungan
entitas
18 Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah elemen-elemen yangdibutuhkan oleh suatu organisasi atau sebuah proyek untuk berhasil
Faktor penentukeberhasilan
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
25/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16
mencapai misinya. Contoh: untuk suatu proyek IT, faktor penentukeberhasilannya adalah keterlibatan pengguna.
19 Informasi tentang faktor-faktor penentu keberhasilan entitas membantuPemeriksa dalam membuat keputusan mengenai aspek-aspek yangakan diuji lebih dalam. Identifikasi dan analisis terhadap faktor tersebut
dilakukan dengan cara melakukan pemahaman terhadap visi, misi, dantujuan strategis entitas.
Identifikasi faktorpenentu
20 Pemeriksa harus memperoleh informasi tindak lanjut yang telahdilakukan berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikandari entitas yang diperiksa atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaankinerja, PDTT atau studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakanberkaitan dengan hal yang diperiksa. Informasi yang diperoleh digunakanuntuk menentukan:
a. periode pemeriksaan sebelumnya yang harus diperhitungkan;
b. lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk memahami tindak lanjuttemuan signifikan; dan
c. pengaruh periode dan lingkup pekerjaan tersebut terhadap penilaianrisiko dan prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.
Identifikasipemeriksaansebelumnya
21 Untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksikecurangan dan/atau penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnyauntuk memperoleh pemahaman mengenai dampak yang mungkin terjadidari kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturanperundang-undangan. Setelah pemahaman diperoleh, Pemeriksa perlumengidentifikasi dan menilai risiko yang mungkin berdampak materialterhadap pemeriksaan.
Pemahamandampak
kecurangan danpenyimpangan
22 Berdasarkan hasil kegiatan dalam pemahaman entitas tersebut,
Pemeriksa memperoleh gambaran umum entitas. Gambaran umumtersebut akan digunakan sebagai input dalam penilaian risiko dan SPI.
23 Seluruh langkah pemahaman entitas didokumentasikan dalam formulirpemahaman entitas. Contoh formulir tersebut dapat dilihat pada lampiranIII.2.
3. Penilaian Risiko dan SPI
24 Tujuan penilaian risiko dan SPI dalam perencanaan PDTT yang bersifateksaminasi adalah untuk menentukan cakupan dan kedalamanpemeriksaan.
Tujuan penilaianrisiko
25 Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemeriksa dapat menggunakan data
dan informasi berikut:
a. gambaran umum entitas;
b. hasil telaahan Pemeriksa sebelumnya tentang kualitas SPI entitas;
c. hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite auditentitas;
d. hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan reviu
Input penilaian
risiko dan SPI
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
26/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17
laporan pengawasan intern;
e. peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruhterhadap entitas; dan
f. informasi terkait lainnya, seperti hasil kajian, hasil studi, hasilkuesioner, wawancara, observasi dan hasil metodologi pengumpulan
data lainnya.
26 Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak risikotersebut terhadap pencapaian tujuan entitas. Langkah inididokumentasikan dalam bentuk kertas kerja identifikasi risiko.Kertas kerja tersebut dapat dilihat pada lampiran III.3.a.
b. Mempertimbangkan pengaruh peraturan perundangan dan risikokecurangan yang mungkin terjadi.
c. Memastikan apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian yangmemadai untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko
tersebut. Jika entitas diketahui memiliki sistem pengendalian yanglemah, maka Pemeriksa dapat: (1) menghentikan pengujian SPI danmembuat simpulan atas SPI, atau (2) melakukan pengujiansubstantif dengan memperluas lingkup pemeriksaan danpengumpulan bukti. Langkah ini didokumentasikan dalam bentukkertas kerja pemahaman dan penilaian. Kertas kerja tersebut dapatdilihat pada lampiran III.3.b.
d. Menentukan fokus pemeriksaan yang memiliki potensi risiko tinggiuntuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelahmempertimbangkan point a, b, c tersebut di atas yang berpengaruhterhadap kegiatan organisasi, program, dan/atau fungsi pelayananpublik yang akan diperiksa. Sebagai upaya penentuan area kuncitersebut, Pemeriksa melakukan penilaian (pemahaman danpengujian) SPI terhadap potensi risiko yang dimiliki entitas tersebutsecara uji petik berdasarkan tingkat risiko.
Langkah-langkah
penilaian risiko
27 Penilaian SPI entitas secara mendalam dapat dilakukan dengan:
a. Melakukan reviu dokumen, baik dokumen eksternal maupundokumen internal untuk memastikan bahwa SPI yang sudahdirancang memadai.
b. Melakukan diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas dan/ataukomite audit entitas.
c. Melakukan diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern danmembaca laporan pemeriksaan intern.
d. Melakukan observasi fisik dengan mengamati dan mencatat berbagaisituasi dalam proses bisnis yang dilakukan oleh entitas.
e. Melakukan pengujian pengendalian, yaitu melakukan pengujianterhadap pengendalian dengan memastikan apakah pengendaliantelah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Langkah-langkah
penilaian SPI
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
27/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18
28 Langkah-langkah penilaian risiko dan SPI tersebut dapat dilakukanmelalui pemeriksaan pendahuluan.
29 Untuk PDTT yang bersifat eksaminasi, Pemeriksa melakukan penentuanmaterialitas dan penentuan uji petik dengan mengacu pada juknis terkait.
Penentuanmaterialitas dan
uji petik
30 Berdasarkan langkah-langkah dalam penilaian risiko dan SPI, Pemeriksa
mengetahui area-area berisiko yang akan dijadikan sebagai fokuspemeriksaan.
31 Seluruh langkah dalam penilaian risiko dan SPI didokumentasikan dalamformulir penilaian risiko dan SPI. Formulir tersebut dapat dilihat padalampiran III.3.a.
4. Penetapan Kri teria Pemeriksaan
32 Dalam perencanaan PDTT yang berifat eksaminasi, Pemeriksa perlumenetapkan kriteria untuk:
a. Sebagai dasar komunikasi antara Pemeriksa dengan manajemenentitas yang diperiksa mengenai sifat pemeriksaan. Pemeriksa akan
membuat kesepakatan dengan entitas tertentu mengenai kriteriaserta diterima atau tidaknya temuan yang didasarkan pada kriteriatersebut.
b. Sebagai alat untuk mengaitkan tujuan dengan program pemeriksaanselama tahap pengumpulan dan analisis bukti.
c. Sebagai dasar dalam pengumpulan bukti dan menyediakan dasarpenetapan prosedur pengumpulan bukti.
d. Sebagai dasar penetapan temuan serta menambah struktur danbentuk observasi pemeriksaan.
Tujuanpenetapan
kriteria
33 Dalam menentukan kriteria, Pemeriksa dapat mempertimbangkan:
a. Tujuan dan harapan penugasan;
b. Gambaran umum entitas; dan
c. Area-area berisiko entitas.
Pertimbangandalam
penetapankriteria
34 Langkah-langkah dalam penentuan kriteria:
a. Mencari sumber-sumber kriteria yang masih berlaku.
b. Mengkaji kesesuaian kriteria dengan hal yang akan diperiksa.
c. Menentukan kriteria yang akan digunakan.
d. Memastikan kriteria yang digunakan dapat diterima oleh para pihak.
Langkah-langkah dalam
penetapankriteria
35 Kriteria dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
a. Peraturan perundang-undangan.
b. Output tenaga ahli.
c. Laporan pemeriksaan periode sebelumnya.
d. Laporan kinerja entitas periode sebelumnya.
e. Dokumen anggaran, misalnya RKAP.
Sumber-sumberkriteria
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
28/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19
f. Kinerja terbaik dari entitas-entitas lain yang sejenis (benchmark).
g. Prosedur atau praktik terbaik (best practice) dari negara lain yangrelevan dan dapat diperbandingkan (comparability).
h. Laporan hasil studi kelayakan dan rencana yang telah disetujui.
i. Jurnal dan kajian ilmiah, sumber internet yang kredibel, dan bukuteks.
j. Hasil kuesioner, wawancara, observasi, dokumentasi, dan hasilmetodologi pengumpulan data lainnya.
k. Profesional judgement berdasarkan asas kepatutan, logika umum,atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
36 Setelah sumber-sumber kriteria diperoleh, pemeriksa mengkaji ketepatankriteria yang akan digunakan. Kriteria yang tepat harus memenuhi unsur-unsur rasional (reasonable) dan dapat dicapai (attainable). Yangdimaksud dengan kriteria rasional adalah kriteria yang relevan dan andal,sedangkan kriteria yang dapat dicapai adalah kriteria yang dapat dicapai
dengan usaha yang memadai.
Mengkajiketepatan
kriteria
37 Kriteria relevan adalah kriteria yang mengandung unsur-unsur sebagaiberikut:
a. Dapat dipahami. Kriteria yang dapat dipahami berarti kriteria tersebutsecara jelas dinyatakan dan tidak menimbulkan interpretasi yangberbeda secara signifikan.
b. Dapat diperbandingkan. Kriteria yang dapat diperbandingkan berartikonsisten dengan kriteria yang telah digunakan dalam pemeriksaanyang telah dilakukan sebelumnya.
c. Kelengkapan. Kriteria yang lengkap berarti kriteria tersebut mengacu
pada pengembangan atas kriteria-kriteria tertentu yang sesuai untukmenilai suatu kegiatan.
d. Dapat diterima. Kriteria yang dapat diterima berarti kriteria tersebutdapat diterima oleh semua pihak, baik lembaga yang diperiksa,pemerintah, maupun masyarakat umum lainnya. Semakin tinggitingkat diterimanya suatu kriteria, maka semakin efektif pemeriksaanyang akan dilakukan.
Kriteria yangrelevan
38 Kriteria andal adalah kriteria yang mengandung unsur-unsur sebagaiberikut:
a. Dapat dipercaya. Kriteria yang dapat dipercaya adalah kriteria yangakan menghasilkan simpulan yang sama ketika kriteria tersebut
digunakan oleh Pemeriksa lainnya dalam keadaan dan lingkunganyang sama.
b. Objektif . Kriteria yang objekif adalah kriteria yang bebas dari segalabias, baik dari Pemeriksa maupun manajemen.
c. Berguna. Kriteria yang berguna adalah kriteria yang akanmenghasilkan temuan dan simpulan yang berguna bagi penggunainformasi.
Kriteria yangandal
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
29/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20
39 Setelah Pemeriksa yakin kriteria yang telah dikaji tersebut tepat,Pemeriksa menetapkan kriteria yang akan digunakan.
40 Kegiatan dalam penetapan kriteria menghasilkan output berupa kriteriayang akan digunakan dalam pemeriksaan.
41 Seluruh langkah dalam penetapan kriteria didokumentasikan dalam
formulir penetapan kriteria. Formulir tersebut dapat dilihat pada lampiranIII.4.
5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program KerjaPerorangan
42 Tujuan penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program KerjaPerorangan (PKP) adalah untuk mempermudah dan memperlancarPemeriksa dalam melaksanakan tugas sehingga pemeriksaan yangdilakukan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Tujuanpenyusunan P2
dan PKP
43 Program Pemeriksaan (P2) yang disusun berisi informasi mengenai:
a. Dasar hukum.
b. Standar pemeriksaan.
c. Tujuan pemeriksaan.
d. Entitas yang diperiksa.
e. Lingkup pemeriksaan.
f. Hasil pemahaman Sistem Pengendalian Intern.
g. Sasaran pemeriksaan.
h. Kriteria pemeriksaan.
i. Alasan pemeriksaan.
j. Metodologi pemeriksaan.
k. Petunjuk pemeriksaan.
l. Jangka waktu pemeriksaan.
m. Susunan tim dan biaya pemeriksaan.
n. Kerangka laporan hasil pemeriksaan.
o. Waktu penyampaian dan distribusi laporan hasil pemeriksaan.
Programpemeriksaan
44 Program Kerja Perorangan (PKP) harus berisi informasi:
a. Nama anggota tim.
b. Langkah pemeriksaan.
c. Waktu pemeriksaan.
d. Nomor KKP
e. Catatan Ketua Tim.
Program kerjaperorangan
45 Bentuk program pemeriksaan serta program kerja perorangan mengacupada Panduan Manajemen Pemeriksaan.
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
30/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21
C. Perencanaan Reviu
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan
46 Pemahaman tujuan dan harapan penugasan dilakukan untukmengurangi risiko kesalahan penafsiran atas tugas yang diberikan atauatas harapan dari pihak lain, baik yang dilakukan oleh Pemeriksa
maupun pemberi tugas.
Pemahamantujuan dan
harapanpenugasan
47 Pemahaman tujuan dilakukan dengan melakukan komunikasi denganpemberi tugas oleh pemeriksa dengan memperhatikan input-inputsebagai berikut:
a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan, kinerja, dan PDTT tahunsebelumnya.
b. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan keuangan,kinerja, dan PDTT.
c. Laporan aparat pemeriksaan intern pemerintah;
d. Database entitas.e. Hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya.
f. KKP sebelumnya.
Inputpemahaman
tujuan danharapan
penugasan
48 Tujuan PDTT yang bersifat reviu adalah untuk memberikan pernyataannegatif (negative assurance) atas suatu hal tertentu yang diperiksa, yaitupernyataan bahwa tidak ada informasi yang menyatakan bahwa haltertentu tersebut tidak sesuai dengan kriteria. Pernyataan negatiftersebut merupakan simpulan atas hal yang direviu saja dan bukansimpulan atas populasi.
Tujuan reviu
49 Pemeriksa perlu melakukan komunikasi, baik secara lisan maupun
tertulis dengan pemberi tugas, dalam hal ini Badan, yang hasilnya harusdidokumentasikan dalam bentuk formulir tujuan dan harapan penugasan.Formulir tersebut ditandatangani oleh pemberi tugas dan Pemeriksauntuk meyakinkan persamaan persepsi penugasan yang diberikan.Contoh formulir tujuan dan harapan penugasan dapat dilihat padalampiran III.1.a.
Komunikasidengan pemberi
tugas dandokumentasi
2. Pemahaman Entitas
50 Pemahaman entitas yang diperiksa bertujuan untuk memperolehinformasi tentang:
a. struktur organisasi entitas;
b. aktivitas utama entitas/program/kegiatan;c. sistem akuntansi entitas;
d. karakteristik operasi entitas;
e. sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas; dan
f. hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakanberkaitan dengan hal yang diperiksa.
Tujuanpemahaman
entitas
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
31/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22
51 Informasi tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh pemahamanmengenai informasi yang relevan yang berkaitan dengan hal yang akandireviu.
52 Untuk mencapai tujuan tersebut, pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi berikut:
a. struktur organisasi entitas;
b. database entitas;
c. rencana strategi dan rencana aksi entitas;
d. kebijakan entitas;
e. sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan entitas;
f. prosedur pelaksanaan dan pengawasan yang digunakan entitasuntuk menjamin pencapaian tujuan;
g. laporan hasil pengawasan intern;
h. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;
i. hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya; dan
j. informasi lain yang relevan dari lembaga sumber sepertipengumuman di media, kutipan situs internet, hasil kajian, dan lain-lain.
Input dalampemahaman
entitas
53 Langkah-langkah pemahaman entitas untuk PDTT yang bersifat reviumengacu pada langkah-langkah pemahaman entitas untuk PDTT yangbersifat eksaminasi.
Langkahpemahaman
entitas
54 Seluruh langkah pemahaman entitas didokumentasikan dalam formulirpemahaman entitas. Contoh formulir tersebut dapat dilihat pada lampiranIII.2.
3. Penilaian Risiko dan SPI
55 Tujuan penilaian risiko dan SPI dalam perencanaan PDTT yang bersifatreviu adalah untuk mengetahui sifat, saat, dan lingkup prosedur reviuserta mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
Tujuan penilaianrisiko dan SPI
56 Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi sebagai berikut:
a. gambaran umum entitas;
b. hasil telaahan Pemeriksa tentang kualitas SPI entitas;
c. hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit
entitas;
d. hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern danmeninjau ulang laporan pemeriksaan intern;
e. peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruhterhadap entitas; dan
f. informasi terkait lainnya seperti hasil kajian, hasil studi, hasilkuesioner, wawancara, observasi dan hasil metodologi pengumpulan
Input penilaianrisiko
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
32/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23
data lainnya yang digunakan oleh Pemeriksa dalam mengumpulkandata dan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan ini.
57 Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak risikotersebut terhadap pencapaian tujuan entitas.
b. Menilai apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian yangmemadai untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risikotersebut..
c. Mempertimbangkan pengaruh peraturan perundang-undangan danrisiko kecurangan yang mungkin terjadi serta merancang proseduruntuk bisa memberikan keyakinan yang memadai bahwa kecurangantersebut dapat dideteksi.
Langkah-langkah
penilaian risiko
58 Penilaian SPI secara terbatas dapat dengan:
a. Melakukan reviu dokumen, baik dokumen eksternal maupundokumen internal.
b. Melakukan diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komiteaudit entitas.
c. Melakukan diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern danmembaca laporan hasil pemeriksaan intern.
Langkah-langkah
penilaian SPI
59 Berdasarkan langkah-langkah dalam penilaian risiko dan SPI, Pemeriksamengetahui sifat, saat, dan lingkup prosedur reviu serta mengevaluasihasil prosedur tersebut.
60 Langkah-langkah penilaian risiko dan SPI tersebut didokumentasikandalam formulir penilaian risiko dan SPI. Contoh formulir tersebut dapatdilihat pada lampiran III.3.b.
4. Penetapan Kri teria Pemeriksaan
61 Dalam perencanaan PDTT yang bersifat reviu, Pemeriksa perlumenetapkan kriteria untuk:
a. Sebagai dasar komunikasi antara Tim Pemeriksa dengan manajemenentitas yang diperiksa mengenai sifat pemeriksaan. Tim Pemeriksaakan membuat kesepakatan dengan pemakai tertentu mengenaikriteria serta diterima atau tidaknya temuan yang didasarkan padakriteria tersebut.
b. Sebagai alat untuk mengaitkan tujuan dengan program pemeriksaanselama tahap pengumpulan dan analisis bukti.
c. Sebagai dasar dalam pengumpulan bukti dan menyediakan dasarpenetapan prosedur pengumpulan bukti.
d. Sebagai dasar penetapan temuan serta menambah struktur danbentuk observasi pemeriksaan.
Tujuanpenetapan
kriteria
62 Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi sebagai berikut:
a. formulir tujuan dan harapan penugasan;
Input dalampenetapan
kriteria
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
33/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24
b. gambaran umum entitas; dan
c. area-area berisiko entitas.
63 Langkah-langkah penetapan kriteria untuk PDTT yang bersifat reviumengacu pada penetapan kriteria PDTT yang bersifat eksaminasi.
64 Seluruh langkah dalam penetapan kriteria didokumentasikan dalamformulir penetapan kriteria. Contoh formulir tersebut dapat dilihat padalampiran III.4.
5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program KerjaPerorangan
65 Dalam perencanaan reviu, penyusunan P2 dan PKP mengacu padaperencanaan eksaminasi.
D. Perencanaan Agreed Upon Procedures
66 Tujuan PDTT yang bersifat agreed upon procedures adalah memberikanlaporan atas temuan yang diperoleh dengan melaksanakan prosedur
tertentu yang telah disepakati oleh para pihak4 sebelum penugasandimulai. PDTT yang bersifat agreed upon procedures dilakukan hanya jika ada permintaan (on call basis).
Tujuan agreedupon procedures
67 Para pihak setuju tentang prosedur yang harus dilaksanakan olehPemeriksa yang menurut keyakinan pemakai tertentu prosedur tersebutmemadai. Kebutuhan pemakai tertentu dapat sangat bervariasi. Selainitu, sifat, saat, dan luasnya prosedur yang disetujui oleh para pihak jugabervariasi. Oleh karena itu, pemakai tertentu bertanggung jawab ataskecukupan prosedur tersebut karena mereka memahami informasi yangingin diperoleh dari hasil pemeriksaan.
Kesepakatanantara para
pihak tentangprosedur yang
harusdilaksanakan
68 Pemberi tugas tidak boleh menyepakati pelaksanaan prosedur yang
sangat subjektif yang akan menimbulkan penafsiran yang sangatbervariasi. Prosedur tersebut merupakan prosedur yang tidaksemestinya, seperti:
a. Hanya melakukan pembacaan atas pekerjaan yang dilaksanakanoleh pihak lain semata-mata hanya untuk menggambarkantemuannya.
b. Pengevaluasian kompetensi dan objektivitas pihak lain.
c. Pemerolehan pemahaman tentang hal tertentu.
d. Penafsiran dokumen di luar lingkup keahlian profesional Pemeriksa.
Larangan unuk
menyepakatiprosedursubjektif
69 Laporan Pemeriksa atas penugasan PDTT yang bersifat agreed uponprocedures harus secara jelas menyatakan bahwa pemakaiannya hanyaterbatas bagi pemakai tertentu.
Distribusi
laporan agreedupon procedures bersifat terbatas
4 Para pihak dalam hal ini adalah pemberi tugas dan pemakai tertentu
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
34/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan
70 Pemahaman tujuan dan harapan penugasan dilakukan untukmengurangi risiko kesalahan penafsiran atas tugas yang diberikan atauatas harapan dari pemakai tertentu.
Pemahamantujuan dan
harapanpenugasan
71 Pemahaman tersebut dilakukan dengan komunikasi antara pemberi
tugas dengan pemakai tertentu. Pemeriksa dapat menggunakan input-input sebagai berikut:
a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan, kinerja, dan PDTT tahunsebelumnya.
b. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan keuangan,kinerja, dan PDTT tahun sebelumnya.
c. Laporan Aparat Pemeriksaan Intern Pemerintah (APIP).
d. Database entitas.
e. Hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya.
Input
pemahamantujuan danharapan
penugasan
72 PDTT yang bersifat agreed upon procedures dilakukan dengan syarat:
a. para pihak menyetujui prosedur yang akan dilaksanakan olehPemeriksa;
b. pemakai tertentu memikul tanggung jawab terhadap kecukupanagreed upon procedures untuk tujuan mereka;
c. prosedur yang akan dilaksanakan diharapkan menghasilkan temuanyang konsisten dan masuk akal;
d. jika disepakati, para pihak menentukan batas materialitas untuktujuan pelaporan; dan
e. penggunaan laporan adalah terbatas pada pemakai tertentu.
Syarat-syaratagreed uponprocedures
73 Pemeriksa harus berkomunikasi secara langsung dengan pemakaitertentu untuk memastikan bahwa para pihak sepakat tentang proseduryang akan dilaksanakan.
74 Hal-hal yang dibahas dalam komunikasi para pihak adalah sebagaiberikut :
a. syarat-syarat penugasan;
b. tanggung jawab pemakai tertentu;
c. tanggung jawab pemberi tugas; dan
d. prosedur yang harus dilaksanakan.
Hal-hal yangdikomunikasikan
75 Para pihak harus memahami syarat-syarat penugasan, yang dituangkandalam suatu agreed upon procedures. Dalam mempersiapkan agreedupon procedures tersebut, pemberi tugas dibantu oleh Pemeriksa. Hal-hal yang dapat dicantumkan ke dalam agreed upon procedures adalahsebagai berikut:
a. sifat penugasan;
b. identifikasi lingkup agreed upon procedures dan pihak yang
Syarat-syaratpenugasan
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
35/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26
bertanggung jawab terhadapnya ;
c. identifikasi pemakai tertentu;
d. pernyataan dari pemakai tertentu tentang tanggung jawab merekaatas kecukupan prosedur;
e. tanggung jawab pemberi tugas;f. pengacuan ke standar yang berlaku;
g. kesepakatan atas prosedur dengan menyatakan (atau mengacu ke)prosedur tersebut;
h. batasan penggunaan laporan;
i. penggunaan ahli;
j. batas materialitas untuk tujuan pelaporan, jika disepakati; dan
k. fleksibilitas agreed upon procedures selama pemakai tertentumengakui tanggung jawab tentang kecukupan prosedur tersebut.
76 Tanggung jawab Pemeriksa adalah untuk melaksanakan prosedur danmelaporkan temuan sesuai dengan standar umum, standar pekerjaanlapangan, dan standar pelaporan yang berlaku. Pemeriksa menanggungrisiko bahwa kesalahan penerapan prosedur dapat berakibat dalamtemuan yang tidak semestinya dilaporkan. Di samping itu, Pemeriksamenanggung risiko bahwa temuan yang tidak semestinya dapatdilaporkan, atau dapat dilaporkan secara tidak akurat. Risiko Pemeriksadapat dikurangi melalui perencanaan dan supervisi memadai danpelaksanaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalampelaksanaan prosedur, penentuan temuan, dan penyusunan laporan.
Tanggung jawabPemeriksa
77 Jika Pemeriksa tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengansemua pemakai tertentu, Pemeriksa dapat menerapkan satu atau lebih
prosedur berikut ini:
a. membandingkan prosedur yang harus diterapkan denganpersyaratan tertulis dari pemakai tertentu; atau
b. membahas prosedur yang harus diterapkan dengan pihak yangditunjuk oleh pemakai tertentu.
Jika komunikasilangsung tidak
dapat dilakukan
78 Hasil komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung harusdidokumentasikan dalam bentuk formulir tujuan dan harapan penugasan.Formulir tersebut ditandatangani oleh para pihak untuk meyakinkanpersamaan persepsi penugasan yang diberikan. Formulir tersebutdigunakan sebagai salah satu dasar penyusunan rencana pemeriksaan.
Contoh dokumentasi pemahaman tujuan dan harapan penugasan dapatdilihat pada lampiran III.1.b.
Dokumentasihasil komunikasi
2. Pemahaman Entitas
79 Pemahaman entitas dilakukan sebatas hal yang disepakati untukdiujikan. Pemahaman entitas bertujuan untuk memperoleh data daninformasi tentang:
a. tujuan entitas/program/kegiatan;
Tujuanpemahaman
entitas
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
36/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27
b. aktivitas utama entitas/program/kegiatan;
c. prosedur pelaksanaan dan pengawasan aktivitas;
d. sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas; dan
e. hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan
berkaitan dengan hal yang diperiksa.80 Informasi tersebut dimanfaatkan untuk (1) mengidentifikasi aktivitas yang
menggunakan sumber daya secara signifikan, (2) mengidentifikasi risiko,dan (3) menentukan kegiatan yang dapat menjadi penekanan dalampemeriksaan.
Tujuanpemahaman
entitas
81 Untuk mencapai tujuan tersebut Pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi berikut:
a. database entitas;
b. rencana strategi dan rencana aksi entitas;
c. kebijakan entitas;
d. sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan entitas;
e. prosedur pelaksanaan dan pengawasan yang digunakan entitasuntuk menjamin pencapaian tujuan;
f. laporan hasil pengawasan intern;
g. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;
h. hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya; dan
i. informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, sepertipengumuman di media, kutipan situs internet, hasil kajian, dan lain-lain.
Input dalampemahaman
entitas
82 Langkah-langkah pemahaman entitas untuk PDTT yang bersifat agreedupon procedures mengacu pada langkah-langkah pemahaman entitasuntuk PDTT yang bersifat eksaminasi dan reviu kecuali untuk langkahpertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya.
Langkahpemahaman
entitas agreedupon procedures
83 Dalam perencanaan PDTT yang bersifat agreed upon procedures,Pemeriksa hanya melakukan pertimbangan terhadap hasil pemeriksaansebelumnya apabila diatur dalam agreed upon procedures.
Pertimbanganterhadap hasilPemeriksaansebelumnya
3. Penilaian Risiko dan SPI
84 Hasil penilaian risiko dan SPI dalam perencanaan digunakan sebagaibahan pertimbangan para pihak dalam menentukan prosedur yang akan
dilaksanakan.
Manfaatpenilaian risiko
dan SPI
85 Dalam melakukan penilaian risiko dan SPI, Pemeriksa dapatmenggunakan data dan informasi berikut:
a. gambaran umum entitas;
b. hasil telaahan Pemeriksa tentang kualitas SPI entitas;
c. hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite auditentitas;
Input dalampenilaian risiko
dan SPI
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
37/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28
d. hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan reviulaporan pemeriksaan intern;
e. peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruhterhadap entitas; dan
f. informasi terkait lainnya seperti hasil kajian, hasil studi, hasil
kuesioner, wawancara, observasi, dan hasil metode pengumpulandata lainnya.
86 Langkah-langkah penilaian risiko dan SPI untuk PDTT yang bersifatagreed upon procedures mengacu pada langkah-langkah penilaian risikoPDTT yang bersifat eksaminasi dan reviu.
Langkahpenilaian risiko
4. Penetapan Kri teria Pemeriksaan
87 Dalam perencanaan PDTT yang bersifat agreed upon procedures,Pemeriksa perlu menetapkan kriteria untuk:
a. Sebagai dasar komunikasi antara Tim Pemeriksa denganmanajemen entitas yang diperiksa mengenai sifat pemeriksaan. Tim
Pemeriksa akan membuat kesepakatan dengan pemakai tertentumengenai kriteria.
b. Sebagai alat untuk mengaitkan tujuan dengan program pemeriksaanselama tahap pengumpulan dan analisis bukti.
c. Sebagai dasar dalam pengumpulan bukti dan menyediakan dasarpenetapan prosedur pengumpulan bukti.
d. Sebagai dasar penetapan temuan serta menambah struktur danbentuk observasi pemeriksaan.
Tujuanpenetapan
kriteria
88 Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemeriksa dapat menggunakan datadan informasi sebagai berikut:
a. formulir tujuan dan harapan penugasan;
b. gambaran umum entitas; dan
c. area-area berisiko entitas.
Input dalampenentuan
kriteria
89 Langkah-langkah dalam penentuan kriteria:
a. Mencari sumber-sumber kriteria.
b. Mengkaji ketepatan kriteria dengan hal yang akan diperiksa.
c. Menentukan kriteria yang akan digunakan.
d. Menuangkan kriteria yang digunakan ke dalam agreed upon
procedures.
Langkah-langkah dalam
penentuankriteria
90 Sumber-sumber kriteria yang digunakan dalam PDTT yang bersifatagreed upon procedures sama dengan sumber-sumber kriteria yangdigunakan dalam PDTT yang bersifat eksaminasi dan reviu.
Sumber-sumberkriteria
91 Pengkajian ketepatan kriteria untuk PDTT yang bersifat agreed uponprocedures mengacu pada PDTT yang bersifat eksaminasi dan reviu.
92 Setelah Pemeriksa memperoleh sumber-sumber kriteria dan mengkaji Penetapankriteria
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
38/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29
ketepatan kriteria tersebut, langkah selanjutnya adalah menetapkankriteria yang akan digunakan. Penetapan kriteria dilakukan denganmelakukan diskusi dengan pemakai tertentu. Kriteria yang akandigunakan harus disepakati bersama oleh para pihak.
93 Kriteria yang telah disepakati dituangkan dalam agreed upon
procedures.94 Seluruh langkah dalam penetapan kriteria didokumentasikan dalam
formulir penetapan kriteria.
5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program KerjaPerorangan
95 Sebelum penyusunan P2 dan PKP, para pihak harus melakukanpenandatanganan perjanjian atau nota kesepakatan PDTT yang bersifatagreed upon procedures. Contoh perjanjian atau nota kesepakatanagreed upon procedures dapat dilihat pada lampiran III.5
Penandatanganagreed upon
procedures
96 Selanjutnya Pemeriksa menyusun P2 dan PKP dengan mendasarkan
pada agreed upon procedures. Bentuk P2 dan PKP mengacu ke PMP.
Penyusunan P2dan PKP
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
39/76
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
40/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab IV
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31
2. Pengumpulan dan Analisis Bukt i
08 Pengumpulan dan analisis bukti dilakukan untuk mengetahui kesesuaiansuatu asersi, program, kegiatan, atau hal lain yang dilakukan oleh entitasyang diperiksa terhadap kriteria yang ditetapkan. Pengujian yang dilakukan
juga mencakup pemeriksaan atas efektivitas sistem pengendalian intern,kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan hal-hal lain di bidang keuangan.
Lingkuppengumpulan
dan analisisbukti
09 Untuk PDTT yang bersifat agreed upon procedures, pengujian atasefektivitas sistem pengendalian intern, kepatuhan terhadap ketentuanperaturan perundang-undangan, dan hal-hal lain di bidang keuangandilakukan hanya jika diatur dalam perjanjian PDTT yang bersifat agreedupon procedures.
Lingkuppengumpulandalam agreed
upon procedures
10 Tujuan pengumpulan dan analisis bukti adalah untuk memperoleh danmengevaluasi bukti pemeriksaan sebagai pendukung temuan dansimpulan pemeriksaan.
Tujuanpengumpulan
dan analisisbukti
11 (1) Pedoman yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis bukti adalahP2 dan kriteria pemeriksaan.
12 Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan dan analisis buktimeliputi: (1) pengumpulan bukti pemeriksaan, (2) analisis buktipemeriksaan, dan (3) penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
13 Kriteria bukti pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Cukup
Bukti harus cukup untuk mendukung simpulan pemeriksaan. Dalammenentukan kecukupan suatu bukti, Pemeriksa harus yakin bahwabukti yang cukup tersebut dapat memberikan keyakinan seseorangbahwa simpulan telah valid. Apabila dimungkinkan, metode statistikbisa digunakan untuk menentukan kecukupan bukti pemeriksaan.
b. Kompeten
Bukti dianggap kompeten apabila bukti tersebut valid, dapatdiandalkan, dan konsisten dengan fakta. Dalam menilai kompetensisuatu bukti, Pemeriksa harus mempertimbangkan beberapa faktorseperti keakuratan, keyakinan, ketepatan waktu, dan keaslian buktitersebut.
c. Relevan
Bukti dikatakan relevan apabila bukti tersebut memiliki hubungan yang
logis dan memiliki arti penting bagi simpulan pemeriksaan yangbersangkutan.
kriteria buktipemeriksaan
14 Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan bukti adalahsebagai berikut:
a. Reviu Dokumen (Document Review)
Bukti dokumenter dalam bentuk elektronik atau fisik adalah bentuk buktipemeriksaan yang umum. Bukti dokumenter dapat berasal dari internal
Langkah-langkah dalampengumpulan
bukti
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
41/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab IV
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32
atau eksternal entitas yang diperiksa.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan untuk memperoleh bukti atau dokumen yangberkaitan dengan tujuan pemeriksaan, mengkonfirmasikan fakta danmemperkuat bukti dari sumber lain, atau untuk mencari rencana aksi
entitas yang potensial.
c. Observasi Fisik
Observasi fisik dilakukan untuk mengetahui keberadaan atau kondisifisik aset, apakah aset tersebut benar-benar ada keberadaannya, sesuaispesifikasi, masih berfungsi, kondisinya masih baik, ditempatkan ditempat yang terlindungi, dan pemanfaatannya sesuai denganperuntukannya. Observasi fisik juga dapat digunakan untuk mencatatberbagai situasi dan kejadian rinci yang dilakukan oleh staf entitas danuntuk mengetahui apakah kegiatan tersebut telah sesuai denganwewenang yang dimilikinya.
15 Khusus PDTT untuk yang bersifat reviu, dalam hal pengumpulan bukti,Pemeriksa hanya sebatas melakukan reviu dokumen dan wawancara.
Pengumpulan
bukti dalam reviu
16 Dalam menentukan penggunaan suatu teknik analisis bukti, Pemeriksaperlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Jenis dan sumber bukti yang diuji; dan
b. Sumber daya (waktu, tenaga, keahlian, dan biaya) yang diperlukanuntuk pengujian bukti.
Pertimbangandalam analisis
bukti
17 Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menganalisis buktipemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Bandingkan hasil pengujian bukti-bukti pemeriksaan (kondisi) dengan
kriteria pemeriksaan.b. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi dan kriteria,
Pemeriksa dapat menggunakan model analisis sebab akibat (causalitasanalysis) untuk mengidentifikasi bukti tersebut.
Langkah-langkah
menganalisisbukti
18 Apabila dalam menganalisis bukti pemeriksaan ditemukan indikasikecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan yang secara material mempengaruhi halyang diperiksa, Pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untukmemastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut telahterjadi dan menentukan dampaknya terhadap hal yang diperiksa.
Pelaksanaanprosedur
tambahan
19 Prosedur tambahan tersebut dapat dalam penugasan yang sama apabila:
a. indikasi tersebut masih dalam lingkup pemeriksaan;
b. indikasi tersebut berdampak langsung terhadap hal yang diperiksa;
c. waktu pemeriksaan masih memadai; dan
d. Tim Pemeriksa memiliki kompetensi yang memadai terkait indikasitersebut.
Syaratpenetapan
prosedurtambahan
20 Dalam PDTT yang bersifat eksaminasi, apabila dalam menganalisis bukti
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
42/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab IV
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33
pemeriksaan ditemukan kelemahan pengendalian intern yang secaramaterial mempengaruhi hal yang diperiksa, Pemeriksa harus menerapkanprosedur tambahan.
21 Prosedur tambahan yang harus dilakukan ketika Pemeriksa menemukankelemahan pengendalian intern tertentu adalah:
a. menambah sampel;
b. menganalisis sampel tambahan tersebut;
c. menyimpulkan apakah kelemahan pengendalian intern yang terjadipada sampel tambahan sama dengan sampel sebelumnya;
d. jika kelemahan pengendalian intern yang terjadi pada sampeltambahan sama dengan sampel sebelumnya, maka Pemeriksa dapatmenarik kesimpulan bahwa telah terjadi kelemahan pengendalianintern tertentu atas keseluruhan populasi; dan
e. jika pada sampel tambahan tidak ditemukan kelemahan pengendalianintern atau ditemukan kelemahan pengendalian intern yang berbeda
dengan sampel sebelumnya, maka Pemeriksa tidak boleh menarikkesimpulan bahwa telah terjadi kelemahan pengendalian intern tertentuatas keseluruhan populasi. Pemeriksa hanya mengungkapkankelemahan pengendalian intern yang ditemukan pada sampel.
Prosedurtambahan pada
PDTTyangbersifateksaminasi
22 Untuk PDTT yang bersifat reviu dan agreed upon procedures, Pemeriksatidak diperkenankan memberikan jaminan yang memadai untukmendeteksi kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturanperundang-undangan karena lingkup pemeriksaannya sangat terbatas.
23 Langkah-langkah dalam pelaksanaan pemeriksaan harusdidokumentasikan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasipemeriksaan yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan harus berisi
informasi yang cukup untuk menjadi bukti yang mendukung pertimbangandan simpulan Pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan berisi informasi yangmenggambarkan catatan penting mengenai kegiatan yang dilaksanakanoleh Pemeriksa sesuai dengan standar dan simpulan Pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus disusun secara terinci sehingga mampumemberikan pengertian yang jelas tentang tujuan, sumber, dan simpulanyang dibuat oleh Pemeriksa.
Pendokumentasi-an pelaksanaan
Pemeriksaan
C. Penyusunan Temuan Pemeriksaan
24 Konsep temuan pemeriksaan berisi kumpulan indikasi permasalahan yangditemukan oleh Pemeriksa selama proses pemeriksaan sebagai hasilpengumpulan dan pengujian bukti di lapangan dan perlu dikomunikasikandengan entitas yang diperiksa. Permasalahan tersebut meliputi:
a. ketidaksesuaian suatu asersi, program, kegiatan, atau hal lainnya yangdilakukan oleh entitas yang diperiksa dengan kriteria yang telahditetapkan;
b. kelemahan sistem pengendalian intern; dan
c. ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Isi konseptemuan
pemeriksaan
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
43/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab IV
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34
25 Tujuan penyusunan temuan pemeriksaan adalah:
a. Memberikan informasi kepada entitas yang diperiksa dan/atau pihakpemberi tugas tentang fakta dan informasi yang akurat dan memadaiyang berhubungan dengan permasalahan yang diperoleh selamakegiatan pemeriksaan.
b. Menjawab tujuan pemeriksaan dengan cara memaparkan hasilstudi/pemeriksaan yang dilakukan Pemeriksa sehingga menghasilkansimpulan pemeriksaan.
c. Mengungkapkan kelemahan sistem pengendalian intern yangsignifikan, kecurangan, dan penyimpangan terjadi terhadap ketentuanperundang-undangan yang berlaku.
Tujuanpenyusunan
temuanpemeriksaan
26 Input yang digunakan dalam penyusunan temuan pemeriksaan adalah:
a. tujuan pemeriksaan;
b. kriteria yang telah ditetapkan;
c. bukti pemeriksaan;
d. kesimpulan hasil pengujian bukti.
Inputpenyusunan
temuanpemeriksaan
27 Hal-hal yang yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu temuanpemeriksaan:
a. Temuan pemeriksaan harus dapat mengakomodasi tujuanpemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Unsur temuan pemeriksaan terdiri atas kondisi, kriteria, akibat dansebab. Namun demikian, suatu temuan pemeriksaan tidak harusmengandung unsur akibat dan sebab sepanjang temuan tersebutmemenuhi tujuan pemeriksaan.
c. Suatu temuan pemeriksaan harus didukung oleh bukti-buktipemeriksaan yang cukup, kompeten, dan relevan.
d. Temuan pemeriksaan sedapat mungkin disajikan dalam suatu urutanyang logis, akurat, dan lengkap.
e. Suatu temuan pemeriksaan merupakan hasil dari proses analisis bukti-bukti pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa di lapangan.
Hal-hal yangperlu
diperhatikandalam
penyusunantemuan
pemeriksaan
28 Langkah-langkah dalam penyusunan temuan pemeriksaan adalah sebagaiberikut:
a. Melakukan analisis hasil pengujian bukti untuk mengidentifikasi adanyaperbedaan (gap) yang signifikan antara kondisi dan kriteria.
b. Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari perbedaan untukmengetahui akibat dan sebab dari perbedaan tersebut, apabilaterdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi dengan kriteria.
c. Menyusun unsur-unsur temuan pemeriksaan dari temuan tersebutsehingga menjadi suatu temuan pemeriksaan.
Langkah-langkah
penyusunantemuan
pemeriksaan
29 Konsep temuan pemeriksaan disusun oleh anggota tim atau ketua timPemeriksa pada saat pemeriksaan berlangsung di lokasi entitas. Khususkonsep temuan pemeriksaan yang disusun oleh anggota Tim Pemeriksa,
-
8/19/2019 Juklak PDTT 2009
44/76
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Bab IV
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35
konsep tersebut harus disetujui/direviu oleh Ketua Tim Pemeriksa.
30 Seluruh langkah dalam penyusunan temuan Pemeriksaandidokumentasikan dalam suatu Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
D. Penyampaian Temuan Pemeriksaan kepada Entitas
31 Konsep TP yang telah mendapatkan persetujuan dari Ketua Timdisampaikan oleh Ketua Tim Pemeriksa kepada pimpinan entitas ataupenanggung jawab kegiatan entitas yang bersangkutan.
PenyampaianTP kepada
pejabat entitasyang berwenang
32 Penyampaian konsep temuan pemeriksaan ini hendaknya diberi‘watermark’ dengan kata “KONSEP” untuk membedakan dengan hasiltemuan pemeriksaan akhir. Penyampaiannya kepada manajemen entitaspemeriksaan dapat dilakukan secara bertahap atau keseluruhantergantung dari kebijakan dan pertimbangan Tim Pemeriksa.
Pemberianwatermark�