judul : pengaruh kinerja keuangan, dana alokasi umum · pdf filememasuki era desentralisasi...

21
Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada Alokasi Belanja Modal (Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali) Nama : Ade Imron Rosadi NIM : 1106305095 Abstrak Pelaksanaan otonomi daerah melalui skema desentralisasi fiskal pada pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selain memberikan kewenangan pada pemerintah daerah juga memengaruhi kemampuan daerah dalam meningkatkan pelayanan diberbagai sektor publik, salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar pada sektor-sektor yang produktif di daerah. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kinerja keuangan, dana alokasi umum, dan sisa lebih pembiayaan anggaran pada pengalokasian anggaran belanja modal pada kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Bali pada periode 2010-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian. Sampel yang diperoleh dan dapat digunakan dalam penelitian ini sejumlah 45 Laporan Realisasi Anggaran kabupaten/kota yang mecakup 8 Kabupaten dan 1 Kota dengan periode penelitian 2010-2014. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah belanja modal, kinerja keuangan, dana alokasi umum (DAU), dan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA). Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa secara simultan, seluruh variable independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Secara parsial ditemukam bahwa kinerja keuangan berupa rasio kemandirian daerah berpengaruh siginifikan dan negatif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2010-2014, dana alokasi umum (DAU) berpengaruh siginifikan dan positif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2010-2014, dan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) berpengaruh signifikan dan positif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Bali tahun anggaran 2010-2014. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal.

Upload: dinhbao

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum (DAU), danSisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada Alokasi BelanjaModal (Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali)

Nama : Ade Imron RosadiNIM : 1106305095

Abstrak

Pelaksanaan otonomi daerah melalui skema desentralisasi fiskal padapemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selain memberikan kewenanganpada pemerintah daerah juga memengaruhi kemampuan daerah dalammeningkatkan pelayanan diberbagai sektor publik, salah satunya memberikanproporsi belanja modal yang lebih besar pada sektor-sektor yang produktif didaerah. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kinerja keuangan, danaalokasi umum, dan sisa lebih pembiayaan anggaran pada pengalokasian anggaranbelanja modal pada kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Bali pada periode2010-2014.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahteknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.Sampel yang diperoleh dan dapat digunakan dalam penelitian ini sejumlah 45Laporan Realisasi Anggaran kabupaten/kota yang mecakup 8 Kabupaten dan 1Kota dengan periode penelitian 2010-2014. Variabel yang diuji dalam penelitianini adalah belanja modal, kinerja keuangan, dana alokasi umum (DAU), dan sisalebih pembiayaan anggaran (SiLPA). Metode yang digunakan untuk menganalisisdata adalah metode analisis regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa secara simultan, seluruhvariable independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Secara parsialditemukam bahwa kinerja keuangan berupa rasio kemandirian daerah berpengaruhsiginifikan dan negatif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kota ProvinsiBali tahun anggaran 2010-2014, dana alokasi umum (DAU) berpengaruhsiginifikan dan positif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kota Provinsi Balitahun anggaran 2010-2014, dan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA)berpengaruh signifikan dan positif pada alokasi belanja modal di kabupaten/kotaProvinsi Bali tahun anggaran 2010-2014.

Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih PembiayaanAnggaran, Belanja Modal.

Page 2: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

vii

3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 383.2 Lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian.......................... 393.3 Objek Penelitian ....................................................................... 39

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ iHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiPERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iiiKATA PENGANTAR ..................................................................................... ivABSTRAK ....................................................................................................... viDAFTAR ISI.................................................................................................... viiDAFTAR TABEL............................................................................................ ixDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 11.2 Rumusan Masalah Penelitian ................................................... 131.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 131.4 Kegunaan Penelitian................................................................. 131.5 Sistematika Penulisan............................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN2.1 Kajian Pustaka .......................................................................... 16

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)................................. 162.1.2 Desentralisasi dan Federalisme Fiskal.......................... 182.1.3 Anggaran Berbasis Kinerja........................................... 202.1.4 APBD dalam Era Otonomi Daerah............................... 212.1.5 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ........................ 232.1.6 Dana Alokasi Umum .................................................... 252.1.7 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) ................. 272.1.8 Belanja Modal............................................................... 30

2.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 322.2.1 Penelitian Terdahulu..................................................... 32

2.3 Rumusan Hipotesis................................................................... 352.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan pada Alokasi Belanja Modal 352.3.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) pada Alokasi

Belanja Modal .............................................................. 362.3.3 Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran pada Alokasi

Belanja Modal ...................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

Page 3: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

viii

5.1 Simpulan................................................................................... 665.2 Saran ......................................................................................... 66

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 69LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 75

3.4 Identifikasi Variabel ................................................................. 393.5 Definisi Operasional Variabel .................................................. 40

3.5.1 Kinerja keuangan (X1) ................................................. 403.5.2 Dana Alokasi Umum (DAU) (X2) ............................... 423.5.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) (X3)......... 433.5.4 Belanja modal (Y)......................................................... 43

3.6 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 443.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel................... 44

3.7.1 Populasi ........................................................................ 443.7.2 Sampel .......................................................................... 453.7.3 Metode Penentuan Sampel ........................................... 45

3.8 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 453.9 Teknik Analisis Data ................................................................ 46

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 463.9.2 Pengujian Asumsi Klasik.............................................. 463.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda................................. 483.9.4 Pengujian Hipotesis ...................................................... 49

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN4.1 Gambaran Umum Provinsi Bali ............................................... 51

4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Bali ................................... 514.2 Hasil Penelitian......................................................................... 52

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 524.3 Pengujian Asumsi Klasik ......................................................... 544.4 Analisis Regresi Linier Berganda............................................. 584.5 Pengujian Hipotesis .................................................................. 59

4.5.1 Uji Kelayakan Model (F).............................................. 594.5.2 Uji Hipotesis (Uji t) ...................................................... 60

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 624.7 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) .............................. 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Page 4: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Bali Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2001-2013 ......................................................... 8

3.2 Pedoman penilaian kemandirian keuangan daerah ................................. 42

3.3 Daftar Nama Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ....................................... 45

4.1 Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ................................................. 52

4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 53

4.3 Hasil Uji Normalitas................................................................................ 55

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas...................................................................... 56

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 56

4.6 Hasil Uji Autokorelasi............................................................................. 57

4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Runs................................................. 58

4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 58

4.9 Hasil Uji F ............................................................................................... 60

4.10 Hasil R2 dan Adjusted R2 ........................................................................ 65

Page 5: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1.1 Grafik Kecenderungan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-

Provinsi Bali Periode 2010-2013 ............................................................ 4

3.1 Desain Penelitian..................................................................................... 38

Page 6: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Tabulasi Data ..................................................................................... 75

2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 77

3 Uji Normalitas .................................................................................... 78

4 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 79

5 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 80

6 Uji Autokorelasi ................................................................................. 81

7 Uji Autokorelasi dengan Uji Runs ..................................................... 82

8 Analisis Regresi Linear Berganda...................................................... 83

9 Uji F.................................................................................................... 84

10 Uji Determinasi (R2) .......................................................................... 85

Page 7: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

kewenangan penuh bagi tiap-tiap daerah baik provinsi, kabupaten/kota untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya dengan sedikit mungkin campur

tangan pemerintah pusat. Kebijakan tersebut dikenal dengan Otonomi Daerah.

Otonomi Daerah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dan pembangunan daerah, meminimalisasi kesenjangan antar daerah dan

meningkatkan kuantitas pelayanan publik (Andirfa, 2009). Perkembangan

pelaksanaan otonomi atau desentralisasi memberikan kesempatan bagi kabupaten

untuk memperluas potensi (Irawan, 2011).

Penerapan otonomi daerah baik di provinsi, kabupaten/kota memberikan

keleluasaan kepada pemerintah daerah setempat untuk menggali potensi-potensi

sumber keuangan di daerahnya sekaligus dapat mengalokasikan sumber daya ke

belanja daerah sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat di daerahnya. Kusnandar

& Siswantoro (2012) menyatakan pelaksanaan otonomi daerah menitikberatkan

pada daerah kabupaten dan kota ditandai dengan adanya penyerahan sejumlah

kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Hal tersebut

menegaskan bahwa pemerintah daerah (Pemda) memiliki kewenangan untuk

menentukan alokasi sumberdaya yang dimiliki untuk belanja-belanja daerah

dengan menganut asas kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan daerah yang

tercantum dalam anggaran daerah. Lin & Liu (2000) menyatakan bahwa

Page 8: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

2

desentralisasi fiskal dapat memberikan perubahan yang berarti untuk

pertumbuhan perekonomian suatu daerah.

Memasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya

peningkatan pelayanan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor publik,

dengan adanya peningkatan dalam layanan di sektor publik akan dapat menambah

daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya di daerah (Harianto &

Adi, 2007). Oleh karena itu, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis

yang dilakukan Pemda dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik

yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset

tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya (Maharani,

2010 dalam Kusnandar dan Siswantoro, 2012). Dengan meningkatnya

pengeluaran modal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik karena

hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatnya aset tetap daerah yang

merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan publik oleh Pemerintah

daerah.

Pengalokasian sumber daya ke dalam anggaran belanja modal merupakan

sebuah proses yang sarat dengan kepentingan-kepentingan politis. Anggaran ini

sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan

prasarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah. Namun, adanya

kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam penyusunan proses

anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif

dalam memecahkan masalah di masyarakat (Keefer dan Khemani, 2003).

Permasalahan seputar alokasi belanja tersebut menjadi lebih parah bila

Page 9: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

3

kewenangan pemerintah daerah secara mandiri dalam pengelolaan keuangan

daerah tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.

Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah, pemerintah juga dituntut

untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya

memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada

sektor-sektor yang produktif di daerah. Belanja modal pada umumnya

dialokasikan untuk perolehan asset tetap yang dapat digunakan sebagai sarana

pembangunan daerah. Berkembang pesatnya pembangunan diharapkan terjadi

peningkatan kemandirian daerah dalam membiayai kegiatannya terutama dalam

hal keuangan (Nugroho, 2012).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, belanja modal adalah pengeluaran

anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat

lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja

modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

Alokasi belanja modal ini ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan

prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk

fasilitas publik.

Selama ini belanja daerah lebih banyak dialokasikan untuk belanja rutin

yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan

belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan

aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) dalam

Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah

Page 10: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

4

hendaknya lebih banyak untuk program–program pelayanan

pendapat ini menyirat pentingnya mengalokasikan belanja

publik. Kedua

untuk berbagai

kepentingan publik.

Kecenderungan belanja daerah se-Provinsi Bali untuk periode tahun 2010 -

2013 disajikan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 1.1 : Grafik Kecenderungan Belanja Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali Periode 2010-2013

dalam Miliar Rupiah

300,000250,000200,000150,000100,000

50,000-

Jembrana

Tabanan

Badung

Gianyar

Klungkung

Bangli

Karangasem

Buleleng

Denpasar

2010 2011 2012 201349,631 54,685 66,472 71,854

81,354 88,246 106,554 119,870

131,906 157,221 233,408 275,546

75,408 90,393 100,650 119,203

44,200 49,465 59,890 66,555

47,070 57,490 59,223 65,234

65,793 80,132 94,289 107,849

83,754 103,805 112,351 141,338

93,861 110,013 130,953 153,788

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010-2013

Grafik diatas menunjukkan bahwa kecenderungan belanja pemerintah

daerah kabupaten/kota se-Provinsi Bali periode tahun 2010 s.d. 2013, secara

umum mengalami peningkatan, diantaranya Belanja Pemerintah Kabupaten

Badung, Gianyar, Karangasem, Buleleng dan Pemerintah Kota Denpasar. Untuk

Pemerintah Kabupaten Badung, belanja daerah pada Tahun 2010 sebesar Rp

Page 11: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

5

131,9 Miliar Rupiah, Tahun 2011 sebesar Rp 157,2 Miliar Rupiah, Tahun 2012

mengalami peningkatan sehingga menjadi Rp 233,4 Miliar Rupiah, pada Tahun

2013 jumlah ini terus meningkat sehingga mencapai Rp 275,5 Miliar Rupiah.

Rata-rata peningkatan belanja daerah kabupaten Badung mencapai 28,6 persen.

Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Gianyar pada Tahun 2010 adalah sebesar

Rp 75,4 Miliar Rupiah, pada Tahun 2011 sebesar Rp 90,3 Miliar Rupiah, pada

Tahun 2012 nilai total belanja daerah meningkat menjadi Rp 100,6 Miliar Rupiah,

dan pada Tahun 2013 terus mengalami peningkatan, sehingga menjadi Rp 119,2

Miliar Rupiah. Rata-rata peningkatan belanja daerah kabupaten Gianyar mencapai

16,5 persen. Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Karangasem pada Tahun

2010 sebesar Rp 65,7 Milar Rupiah, Tahun 2011 sebesar Rp 80,1 Miliar Rupiah,

pada Tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 94,2 Miliar Rupiah,

dan pada tahun 2013 terus mengalami peningkatan, sehingga mencapai Rp 107,8

Miliar Rupiah. Rata-rata peningkatan belanja daerah kabupaten Karangasem

mencapai 18,0 persen. Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Buleleng pada

Tahun 2010 sebesar Rp 83,7 Miliar Rupiah, Tahun 2011 sebesar Rp 103,8 Miliar

Rupiah, pada Tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 112,3

Miliar Rupiah dan pada tahun 2013 terus mengalami peningkatan, sehingga

mencapai Rp 141,3 Miliar Rupiah. Rata-rata peningkatan belanja daerah

kabupaten Buleleng mencapai 19,3 persen. Sedangkan Belanja Daerah Pemerintah

Kota Denpasar pada Tahun 2010 sebesar Rp 93,8 Miliar Rupiah, Tahun 2011

sebesar Rp 110,0 Miliar Rupiah, pada Tahun 2012 mengalami peningkatan

menjadi sebesar Rp 130,9 Miliar Rupiah dan pada tahun 2013 terus mengalami

Page 12: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

6

peningkatan, sehingga mencapai Rp 153,7 Miliar Rupiah. Rata-rata peningkatan

belanja daerah Kota Denpasar mencapai 17,9 persen.

Keuangan daerah dalam anggaran pendapatan belanja daerah merupakan

alokasi sumber daya daerah dan media yang digunakan untuk mengevaluasi

prestasi pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan daerah untuk

kepentingan publik dan dipertanggungjawabkan sehingga mendorong

pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat (Askam, 2008), dengan

demikian perlu dilakukan analisis kinerja keuangan dengan membandingkan

kinerja yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya, dengan cara

menganalisis rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan daerah

(Bratakusumah, 2001).

Halim (2008), hasil analisis kinerja keuangan dapat digunakan untuk

menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan

otonomi daerah serta dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan

pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Semakin baik Kinerja keuangan daerah akan meningkatkan pendapatan daerah.

Penelitian Sularso (2011 ), menyatakan bahwa besar kecilnya Alokasi Belanja

Modal yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dipengaruhi oleh Kinerja

Keuangan Daerah.

Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja

di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi

keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang

berlanjut. Menurut halim (2007) anilisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi

Page 13: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

7

ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam organisasi

pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu

rasio kemandirian, debt service coverage ratio, derajat desentralisasi, rasio

ketergantungan, rasio efetivitas PAD, rasio tingkat pembiayaan Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (SiLPA), dan rasio kontribusi BUMD. Namun penelitian

ini hanya menggunakan satu indikator yang mewakili dari beberapa indikator

yang lainnya yaitu: rasio kemandirian dengan pertimbangan:

1) Tingkat kemandirian dan ketergantungan bersifat trade off, jadi cukup

memakai salah satu saja dalam penggunaannya.

2) Untuk indikator yang berkaitan dengan pinjaman daerah, misalnya Debt

Service Coverage Ratio (DSCR), tidak digunakan dalam penelitian ini karena

kabupaten dan kota di Provinsi Bali lebih banyak yang tidak memiliki

pinjaman daerah atau mereduksi pinjaman daerahnya dari tahun ketahun.

Rasio kemandirian keuangan daerah termasuk dalam pengukuran kinerja

keuangan yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam mendanai

sendiri kegiatan pemerintah, dan pelayanan terhadap masyarakat di daerah. Rasio

kemandirian keuangan daerah kabupaten/kota di Provinsi Bali ditampilkan pada

Tabel 1.2

Page 14: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

8

Tabel 1.2 Rasio Kemandirian Keuangan DaerahKabupaten/Kota Provinsi Bali TahunAnggaran 2010-2013

Kab/KotaRasio Kemandirian (%) Rata-

rata2010 2011 2012 2013

Jembrana 7,27 5,19 7,13 9,07 5,94

Tabanan 13,74 15,91 17,35 20,30 13,88

Badung 78,70 85,98 95,41 98,13 82,34

Gianyar 30,49 37,37 41,90 41,78 33,93

Klungkung 7,01 8,10 8,22 11,90 13,96

Bangli 4,70 6,17 8,87 10,91 4,34

Karangasem 10,33 18,84 24,90 26,18 18,84

Buleleng 13,95 16,53 16,26 17,66 8,45

Denpasar 52,18 86,55 78,02 90,68 69,37

Rata-rata 24,26 31,18 33,12 36,29 31,21

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2010-2013 (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut.

Kemampuan keuangan daerah tujuh kabupaten di Bali berada dalam kategori

sangat rendah, kecuali Badung dan Denpasar. Kemampuan keuangan daerah

Kabupaten Badung pada tahun 2010, 2011,2012 dan 2013 masuk dalam kategori

tinggi atau rasio KKD di atas 75% s.d. 100%. Kemampuan keuangan daerah Kota

Denpasar dalam empat tahun, yaitu tahun 2010 s.d. 2013 bersifat fluktuatif, pada

tahun 2010 berada pada kategori sedang atau rasio KKD di atas 50% s.d. 75%,

namun pada tahun berikutnya 2011- 2013 berada pada kategori tinggi atau rasio

KKD di atas 75% s.d. 100%.

Rasio Kemandirian Daerah mencerminkan keadaan otonomi suatu daerah

yang diukur dengan besarnya PAD terhadap jumlah total pendapatan daerah.

Sehingga memunculkan permasalahan suatu daerah yang dikatakan mandiri dapat

meningkatkan jumlah belanja modal untuk pelayanan publik. Hal ini senada

Page 15: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

9

dengan penelitian Vegasari (2011) bahwa Rasio Kemandirian Daerah tahun lalu

berpengaruh signifikan terhadap belanja modal tahun berikutnya.

Selanjutnya, terdapat permasalahan yang muncul dari implementasi

kebijakan otonomi daerah tersebut. Yakni, adanya ketimpangan dan kesenjangan

sumber daya dan potensi yang dimiliki antara daerah satu dengan daerah yang lain

yang nantinya akan memberikan dampak kecemburuan sosial.

Untuk mengurangi kesenjangan dan untuk mendukung penyelenggaraan

otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pendanaan, lahirlah Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang No.

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan

Pemerintah daerah. Dana Perimbangan menurut Undang-Undang nomor 33 tahun

2004 dan Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 terdiri dari Dana Bagi Hasil,

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. (Kusnandar dan Siswantoro, 2012)

Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa

dalam penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan pengaturan, pembagian, dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan

pemerintah pusat dan daerah. Sumber pendanaan dalam pelaksanaan

desentralisasi daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, dan lain-lain penerimaan yang sah. Berdasarkan sumber pendanaan

tersebut, maka pelaksanaan pembangunan di daerah menjadi lebih lancar dengan

tidak mengabaikan distribusi pendapatan antar wilayah yang timpang seperti yang

terjadi pada masa lalu. (Carson, 2002 : 47-48 dalam Badrudin, 2012 : 6-7)

Page 16: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

10

Berlakunya Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan mendasar pada sistem dan

mekanisme pengelolaan pemerintahan daerah. UU ini menegaskan bahwa untuk

pelaksanaan kewenangan Pemda (Pemerintah Daerah), Pempus (Pemerintah

Pusat) akan mentransferkan dana perimbangan kepada Pemda. Dana Perimbangan

tersebut terdiri dari DAU (Dana Alokasi Umum), Dana Alokasi Khusus (DAK),

dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat.

Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar-

pemerintahan dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di

seluruh daerah (Simanjuntak dalam Sidik et al, 2002 dalam Prakosa, 2004).

Adanya transfer dana ini bagi Pemda merupakan sumber pendanaan dalam

melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan diharapkan

dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri. Namun, kenyataannya, transfer

dari Pempus merupakan sumber dana utama Pemda untuk membiayai operasi

utamanya sehari-hari atau belanja daerah, yang oleh Pemda dilaporkan di

perhitungan APBD. (Prakosa, 2004)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarthi dan Supadmi (2014)

di Bali, Ardhani (2011) di Jawa Tengah, Solikin (2009) di Jawa Barat, dan

Tuasikal (2008) di Kabupaten/Kota di Indonesia memperoleh hasil dimana

terdapatnya pengaruh positif DAU terhadap belanja modal. Akan tetapi penelitian

yang dilakukan oleh Kusnandar & Siswantoro (2012) memperoleh hasil bahwa

tidak terdapatnya pengaruh DAU terhadap belanja modal. Kondisi demikian

disebabkan DAU yang diterima oleh daerah hanya diperuntukan untuk membiayai

Page 17: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

11

pengeluaran rutin, seperti untuk belanja pegawai dan hanya sedikit yang

digunakan untuk belanja modal.

Sumber pendanaan lainnya untuk alokasi belanja modal penyediaan

berbagai fasilitas publik adalah penerimaan daerah yang bersumber dari Sisa

Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya. Menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006, SiLPA

merupakan sisa dana yang diperoleh dari aktualisasi penerimaan serta pengeluaran

anggaran daerah selama satu periode. SiLPA dalam hubungannya dengan belanja

modal telah di teliti oleh Ardhini (2011) dengan lokasi penelitian di

kabupaten/kota wilayah Jawa Tengah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal. Sejalan dengan Ardhini,

penelitian yang dilakukan oleh Kusnandar & Siswantoro (2012) menunjukkan

bahwa terdapatnya hubungan yang positif serta signifikan SiLPA terhadap belanja

modal. Kondisi demikian memberikan informasi bahwa SiLPA adalah salah satu

sumber pendanaan belanja modal. Liliana et al. (2011) menyatakan hubungan

antara pendapatan pemerintah dan pengeluaran pemerintah adalah penting,

mengingat relevansinya bagi kebijakan terutama berkenaan dengan defisit

anggaran.

Perbedaan hasil penelitian terdahulu seperti penelitian Vegasari (2011),

dan Ardhini & Handayani (2011), Tuasikal (2008), Kusnandar & Siswantoro

(2012), menarik perhatian penulis untuk meneliti kembali pengaruh kinerja

keuangan, dana alokasi umum, dan SiLPA pada alokasi belanja modal dengan

mengkonfirmasi riset terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

Page 18: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

12

sebelumnya yaitu data yang akan diteliti adalah laporan realisasi APBD tahun

2010 hingga 2014 dari Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pemilihan periode waktu

tersebut karena dengan menggunakan data 5 tahun terakhir dalam penelitian ini,

diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan untuk kondisi belanja

modal saat ini, serta adanya variabel yang lebih komplek yaitu DAU dan SiLPA

bisa menjadi barometer dalam menentukan alokasi belanja modal. Pemilihan

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali karena Bali merupakan provinsi yang yang

memiliki mobilitas tinggi dalam hal belanja modal dan mempunyai pembagian

kerjasama antar daerah yang cukup jelas. Pada penelitian sebelumnya hanya

mengukur kinerja instansi keuangan pada daerah yang berbeda dan pada

penelitian ini digabungkan ke dalam suatu hubungan terhadap realisasi belanja

modal untuk pelayanan publik. Jadi dalam penelitian ini, benar–benar diulas

materi yang relevan dengan didasarkan pada keadaan riil yang ada di

Pemerintahan disertai dengan materi yang mendukung. Berdasarkan fenomena

yang diteliti maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

"Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada Alokasi Belanja Modal (Studi

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali)”

Page 19: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

13

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah utama

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah Kinerja Keuangan berupa Kemandirian Keuangan Daerah

berpengaruh pada Alokasi Belanja Modal?

2) Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh pada Alokasi Belanja

Modal?

3) Apakah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) berpengaruh pada Alokasi

Belanja Modal?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menguji pengaruh Kinerja Keuangan berupa kemandirian keuangan

daerah pada Alokasi Belanja Modal seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

2) Untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) pada Alokasi Belanja

Modal seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

3) Untuk menguji pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada

Alokasi Belanja Modal seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

1.4 Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Memberikan manfaat dan pendalaman mengenai kinerja keuangan, dana

alokasi umum (DAU), dan Sisa Lebih pembiayaan Anggaran (SiLPA) terhadap

alokasi belanja modal di seluruh pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

Page 20: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

14

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak lain yang

berkeinginan melakukan kajian atau penelitian yang sejenis.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai bahan

informasi dan masukan di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Bali

mengenai Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pada Alokasi Belanja Modal.

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara

sistematis sehingga antara bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat.

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar

belakang masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta

menguraikan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada

hubungannya dengan pokok permasalahan yakni teori keagenan,

desentralisasi dan federalisme fiskal, anggaran berbasis kinerja,

APBD dalam era otonomi daerah, kinerja keuangan pemerintah

daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Sisa Lebih Pembiayaan

anggaran (SiLPA) serta hipotesis.

Page 21: Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum · PDF fileMemasuki era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya ... merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan

15

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi

lokasi dan data penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional

variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta

teknik-teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini memuat tentang gambaran umum Provinsi Bali serta

pembahasan hasil penelitian mengenai hasil analisis deskriptif, uji

asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan uji hipotesis.

Bab V Simpulan dan Saran

Pada bab ini dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil

pembahasan dalam bab-bab sebelumnya. Pada bab ini juga

dikemukakan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak

yang berkepentingan.