jtptunimus gdl riandhinaz 5405 2 babiik a
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Sectio Caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di atas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.(Prawirohardjo,S,2005).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut (laparatomi) dan
dinding uterus (histerektomi).(Bobak,I M,2000).
Persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu.
(Manuaba,I.B.G,2002).
Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intac)”.
(Wiknjosastro,H,2005).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Prawirohardjo,S,2000).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Post Sectio Caesaria dengan indikasi
bayi sungsang adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut untuk memudahkan proses kelahiran janin yang dimana
5
janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri.
Sectio caesaria terdiri dari beberapa macam tipe menurut Bobak, I.M.(2000) yaitu
sebagai berikut :
1. Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger
Sectio caesaria klasik menurut Sanger lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah
rahim, dengan indikasi :
a. Sectio caesaria yang diikuti dengan sterilisasi.
b. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan
segmen bawah rahim dan pendarahan.
c. Pada letak lintang
d. Kepala bayi telah masuk pintu atau panggul.
e. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.
Keuntungan Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger :
1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas
Kerugian Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger :
1) luka operasi relatif sulit
2) Kemungkinan terjadinya reptura uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar
3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar
6
2. Sectio Caesaria Transperitoneal
Sectio caesarea yang merupakan persalinan dengan morbiditas dan mortalitas rendah,
adalah persalinan yang paling konservatif. Sebagai pertimbangan, sectio caesaria
dapat dilakukan atas dasar :
a. Indikasi yang berasal dari ibu :
1) Primigravida dengan kelainan letak.
2) Primipara tua yang disertai Premature Ruptur Membran, Eklampsia Ruptur
Membran, kelainan letak, disproporsi sefalo-pelvik.
3) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk.
4) Terdapat kesempitan panggul.
5) Plasenta previa terutama pada primigravida.
6) Solusio plasenta I-II.
7) Komplikasi kehamilan
b. Indikasi yang berasal dari janin :
1) Fetal distressi / gawat janin.
2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin.
3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil.
4) Kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
Keuntungan Sectio Caesaria Transperitoneal :
1) Segmen bawah rahim lebih tenang.
7
2) Kesembuhan lebih baik.
3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan.
Kerugian Sectio Caesaria Transperitoneal:
1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin.
2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan pendarahan.
3. Sectio Caesaria Histerektomi menurut Porro
Operasi sectio caesaria histerektomi menurut Porro dilakukan secara histerektomi
supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi :
a. Sectio caesaria disertai infeksi berat.
b. Sectio caesaria dengan atonia uteri dan perdarahan.
c. Sectio caesaria disertai uterus Couvelaire (solusio plasenta).
d. Sectio caesaria disertai tumor pada otot rahim.
4. Sectio Caesaria Ekstrakperitoneal
Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan antibiotika, dan
untuk menghindarkan kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari
sectio caesaria ekstraperitonial adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh
infeksi yang terdapat di luar uterus.
Indikasi Sectio Caesaria antara lain :
a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal yakni pada segmen
8
bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan/ostium uteri internal (OUI).
b. Panggul sempit
Holme mengambil batas terendah untuk melahirkan janin via naturalis ialah CV :
8 cm panggul depan CV : dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin yang
normal, harus diselesaikan dengan section caesaria. CV antara 8 – 10 cm boleh
dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan section casearia
sekunder.
c. Dispoporsi sefalo pelvic, yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dengan
panggul.
d. Ruptur uteri mengancam
robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau
tanpa robeknya perioneum visceral.
e. Partus lama (prolonged labor)
adalah partus lebih dari 24 jam(perpanjangan kurve friedmann)
pada primi >20 jam pada multi >14jam
f. Partus tak maju
Hisnya tidak teratur, bisa berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi
antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Misalnya, pada bagian atas dapat terjadi
kontraksi, tapi bagian tengah tidak.
9
g. Distorsia servik
biasanya berkaitan dengan kelainan panggul wanita. Perlu diketahui, bentuk dan
ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. “Karena proses
persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan
lahir oleh his.
h. Pre eklamsi dan hipertensi
kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang
terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
i. Letak lintang
1) Bila ada kesempitan pangul, maka section caesaria adalah cara yang terbaik
dalam segal letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
2) Seandainya baru pertama kali hamil primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan section caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
3) Sudah pernah melahirkan lebih dari1 kali dengan letak lintang dapat lebih dulu
ditolong dengan cara – cara lain.
j. Letak sungsang
Macam – macam letak sungsang
Berdasarka komposisi dan bokong dan kaki dapat ditemukan beberapa bentuk
letak sungsang sebagai berikut :
1) Letak bokong murni ( Frank Breech )
10
Terjadi bila diperiksa terba bokong, kedua kaki mengungkit ke atas sampai
kepala bayi, kedua kaki mengungkit keatas sampai kepala bayi, kedua kaki
bertindak sebagai spalk.
2) Letak bokong kaki sempurna (Complete Breech)
Terjadi bila diperiksa teraba bokong kedua kaki berada di samping bokong.
B. Anatomi Fisiologi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna
berfungsi dalam kopulasi, sedagkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat
implantasi: dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.
1. Organ Eksterna
d.Klitoris a. Mons pubis e . Vulva
c. Labia minora b.Labia mayora
f. Vestibulum g. introitus vagina
h. hymen
i. Perineum
Gambar. 1 Genetalia eksterna wanita
Sumber : Winkjosastro,H, 2005.
11
a. Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah bantalan berisi lemak yang terletak di
permukaan anterior simphisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis tertutup rambut
ikal yag membentuk pola distribusi tertentu ( escutcheon).
b. Labia Mayora
Merupakan dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawahnya yang
berlanjut kebawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum.
Pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi oleh pubis lanjutan dari mons veneris. Secara
embriologis labio mayora homolog dari skrotum pada pria. Setelah melahirkan beberapa
kali, labia mayora menjadi tidak terlalu menonjol dan pada usia lanjut biasanya menjadi
keriput. Panjang labia mayora 7 sampai 8 cm, lebar 2 sampai 3 cm, tebal 1 sampai 1,5
cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Pada nullipara kedua sisi labia terletak
berdekatan sehingga menutupi sama sekali jaringan dibawahnya, sedangkan multipara
labia mayora bisa terbuka lebar. Labia mayora berlanjut menjadi mons pubis dibagian
superior dan bersatu menjadi perineum dibagian posterior, sedangkan pada daerah
medial bergabung menjadi komisura posterior.
Pada labia mayora banyak terdapat kelenjar minyak. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan ikat padat yang kaya akan serabut elastin dan jaringan lemak, tetapi hamper
tidak ditemukan unsure otot. Pada bagian di bawah kulit terdapat gumpalan lemak yang
merupakan bagian terbesar labia, pada jaringan lemak ini terdapat suatu pleksus venosus
yang sebagai akibat trauma eksternal dapat robek dan membentuk hematoma.
12
c. Labia Minora
Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di labia minora
terdapat frenulum klitoris, preputium dan frenulum pudenti. Lbia minora adalah 2
lipatan pipih dari jaringan berwarna kemerahan yang terlihat bila labia mayora dibuka
dan jaringan yang kedua sisinya pada ujung atas vulva. Pada nullipara labia minora
tidak terlihat, sedangkan pada multipara labia minora sering terlihat menonjol diatas
labia mayora. Bagian lipatan terdiri dari jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah
dan serabut otot polos, seperti biasa yang ditemukan pada jaringan yang erektil.
Jarinagan labia minora menyatu di bagian superior dimana masing-masing terpisah
membentuk 2 lamellae, pasangan lamellae sebelah bawah membentuk frenulum klitoris,
sedang pasangan sebelah atas meyatu membentuk prepusium klitoris.
d. Klitoris
Klitoris identik denga penis pada pria kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabai
rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Klitoris terdiri dari :
1) Glans
Glans terdiri dari sel-sel berbentuk flisi fonnis
2) Korpus
Terdapat 2 korpora kavernosa, dimana pada didingnya terdapat serabut otot polos.
3) Krura
Bentuknya tipis dan panjang berawal di permukaan inferior ramus iskiopubis dan
menyatu tepat dibawah pertengahan arkus pubis membentuk korpus klitoris.
13
Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm bahkan dalam keadaan ereksi sekalipun dan
posisinya sangat berlipat karena tarikan labia minora. Akibat ujung klitoris mengarah ke
bawah dan menuju liang vagina.
e. Vulva
Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang mulai dari klitoris, kanan kiri di batasi bibir kecil, sampai kebelakang di batasi
perineum.
f. Vestibulum
Merupakandaerah berbentuk buah amandel yang dibatasi labia minora di lateral
dan memajang dari klitoris di atas hngga fourchet di bawah. Vestibulum adalah jaringan
fungsional pada wanita yang berasal dari urogenital pada embrio. Pada tahap
kematangan terdapat 6 buah lubang : uretra, vagina, 2 salurankelenjar batholini dan
kadang kala terdapat duktus dari kelenjar parauretral atau disebut juga duktus skene.
Bagian posterior vestibulum antara fourchet dan liang vagina disebut fossa navikularis,
yang agak jarang terlihat kecuali pada wanita multipara karena biasanya rusak setelah
melahirkan.
Disekitar vestibulum terdapat kelenjar vestibularis mayor yaitu kelenjar
bartholini. Kelenjar ini terletak di bawah ott konstriktor vagina da kadang kala
ditemukan tertutup sebagia oleh bulbus vestibularis.
g. Introitus vagina
Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. Dilindungi oleh labia minora,
dapat dilihat jika bibir kecil dibuka, ditutupi oleh selaput dara (hymen).
14
h. Selaput dara (hymen)
Merupakan selaput yang meutupi intoitus vagina. Biasanya berlubang membentuk
semilunaris, anulinaris, tapisan, septata, atau fibria. Bila tidak berlubang disebut
antreasia himenalis atauhimen imperforate. Hymen akan robek pada koitus apalagi
setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula hymen atau sisa hymen.
i. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjang rata-rata 4 cm. jaringan yang
menompang perineum adalah digfragma pelvis dan urogenital. diagfragma pelvis terdiri
dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus kontriktor uretra dan
selumbung fasia eksterna dan internal.
2. Organ Internal c. Tuba falopi d. Ovarium
b. Uterus
a. Vagina
Gambar. 2 Genetalia interna wanita
Sumber : Bobak, I.M. 2000.
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan
kebelakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang kurang
15
dari 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. vagina mempunyai banyak fungsi yaitu
sebagai saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai
orga kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
1) Lapisan epitel gepeng berlapis, pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan
akan merembes melalui epitel untuk memberi kelembaban.
2) Jaringa konektif areolor yang dipasok pembuluh denga baik.
3) Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler.
4) Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat serviks melajur
kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar yang mengelilingi serviks.
Fornik ini terbagi menjadi empat bagian : Fornik posterior, anterior dan dua buah fornik
lateral.
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau
serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita tidak hamil
terletak pada rongga panggul antara kandug kemih di anterior dan rektumdi posterior.
Uterus diberi darah oleh uteri uterina sinistra at dextra yang terdiri dari ramus
asenden dan deseden. Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi uterus adalah
arteri ovarica sinistra at dextra. Interversasi uterus terdiri dari system saraf simpatis,
parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada pada panggul
di sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3 dan 4, dan selanjutnya
16
memasuki frankenhauser yang dari system simpatis masuk ke dalam rongga paggul
sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan promotorium terus kebawah
dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi intervosi pada
meometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan para simpatik mengandung
unsure motorik maupun sensorik. Simpati dapat menimbulkan kontraksi dan
vasokontriksi dan sedangkan para simpatik mencegah kontraksi dan
menimbulkanvasodillatasi.
Uterus wanita primipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan wanita multipara
yang panjangnya 9-10 cm. Berat uterus wanita yag pernah melahirkan antara 50-70
gram, sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas :
1) Fundus Uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi berinsersi ke uterus.
Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada karena tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan fundus uteri.
2) Korpus Uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri
disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan : serosa, muskula dan
mukrosa. Mempunyai fungsi utama agar janin berkembang.
3) Servik Uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak di bawah isthmus.
Servik memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kalogen,
17
ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan
secret yang kental dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servikalis tersumbat
dapat terbentuk kista retensi berdiameter beberapa millimeter yang disebut sebagai
folikel nabothian. Secara histologik uterus terdiri atas :
a) Endrometrium di corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri
Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang
melapisi rongga uterus pada wanita yng tidak hamil. Endometrium terdiri atas
epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang
berkeluk-keluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 cm hingga 5 mm.
endometrium terdiri dari permukaan, kelenjar dan jaringan menenkim antar
kelenjar yang di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah. Epitel permukaan
endometrium terdiri dari satu lapisan kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat.
Kelenjar uterine berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini
menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap
lembab.
b) Miometrium
Miometrium merupakan jaringan pembentuk jaringan besar uterus dan
terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak
serabut elastin di dalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky, 1996 banyaknya
serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kea rah kaudal, sehingga
pada serviks otot hanya merupakan 10 % dari massa jarinang. Selama masa
kehamilan terutama melalui prose hipertrofi, miometrium sangat membesar,
namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot serviks.
18
c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan
dan ligamentrum yang menyokongnya. Ligamentum yang memfiksasi uterus
adalah :
(1) Ligamentum Kardinale ( transversa atau Mackenrodt)
Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplai uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara
lain vena dan arteri uterine.
(2) Ligamentum Sakrouterium
Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan
dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.
(3) Ligamentum Rotundum
Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan.
(4) Ligamentum Latum
Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak
banyak mengandung jaringan ikat bagian dorsal ligamentum ini di temukan
indung telur (Ovarium Sinistra at Dextra).
(5) Ligamentum Imfundibulo Pelvicium
19
Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infudibulum
ke dinding pelvis. Didalamnya terdapat urat-urat syaraf, saluran-saluran
limfe, arteri dan vena ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik dan
corpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali digeser dari
dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesika uterine.
c. Tuba Falopi
Tuba falopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga
suatu tempat didekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapi rongga uterus.
Panjang tuba falopi antara 8 – 14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya
dilapisi membrane mukosa.
Tuba falopi terdiri atas :
1) Pars interstisialis, merupakan bagian yang terdapat di dinding uterus
2) Pars Ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhya.
3) Pars ampularis, bagian yang terbentuk agar lebar tempat konsepsi terjadi
4) Pars Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai
fibria. Fibria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk kemudian
menyaluran kedalam tuba,
d. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel, fungsinya untuk
perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintetis dan sekresi hormone steroid. Ukuran
ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 -1 cm. setelah menopause
ovarium sangat kecil. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul
20
dan menempel pada lengkukan dinding lateral pelvis diantara iliaka eksternal yang
divergen dan pembuluh darah hipogastrik fossa ovarica woldeyer. Ovarium melekat
pada ligamentum latum melalu mesovarium. Struktur umum pada ovarium dapat
dibedakan menjadi :
1). Korteks
Ketebalan sesuai dengan usia dan menjadi semakin tipis dengan bertambahnya usia.
Dalam lapisan inilah terletak ovarium dan folikel de graaf. Bagian yang paling luar
dari kortek yang kusam dan keputih-putihan sebagai tunika albuginea, dimana
permukaannya terdapat lapisan tunggal epitel kuboit yaitu epitel germinal dari
woldeyer
2). Medula
Terdiri dari jaringan penyambung longgar yang berkesinambungan dengan yang dari
mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah
kecil serat otot polos yang berfunngsi dalam pergerakan ovarium-ovarium disuplai
oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Ovarium sangat kaya dengan serat tak
bermyelin, yang untuk sebagian besar menyertai pembuluh darah.
3. Fisiologi Post Partum
Perubahan fisiologi post partum menurut Farrel (2002) antara lain :
Involusio yaitu suatu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil, terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil karena sytoplasmanya yang
berlebihan dibuang.
a. Involusio uterus
21
Terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada
otot-ototya, dapat diamati denga pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU),setelah plasenta
lahir hingga 12 jam pertama TFU 1-2 jari dibawah pusat, pada hari ke-6 TFU normalnya
berada dipertengahan simpinisis pubis dan pusat, pada hari ke-9 TFU sudah tidak teraba.
b. Involusio tempat melekatnya placenta
Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi tidak beraturan dan
ditutupi oleh vaskuler yang berkontraksi serta trombosi pada endometrium terjadi
pembekuan sebagai proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada
endometrium in memungkinkan untuk implantasi dan pembentukan plasenta pada
kehamilan yang akan datang.
c. Lochea
Kotoran yang keluar dari liang senggama, terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lender
berasal dari rahim dan liang senggama.Menurut pembagian lochea Sebagai berikut:
1) Lochea rubra
Berwarna merah, terdiri dari lendi dan darah, terdapat pada kesatu dan kedua.
2) Lochea sanguilenta
Berwarna coklat,terdiri dari cairan bercampur darah, pada hari ke 3- 6 post partum.
3) Lochea alba
Berwarna putih atau jernih, berisi leukosit, sel epitel, mukosa servik dan bakteri atau
kuman yang telah mati, pada hari ke 1-2 minggu setelah melahirkan.
22
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Suhu meningkat akan menyebabkan terjadinya dehidrasi karena perubahan hormonal
tetapi bila suhu di atas 38 °C dan selama 2 hari 10 hari pertama post partum perlu
dipikirkan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, endotritis dan sebagainya.
Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 post partum dapat menyebabkan
kenaikan suhu, walaupun tidak selalu.
b. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik ±20 mmHg dapat terjadi pada
saat ibu berubah posisi berbaring ke duduk. Keadaan sementara sebagai kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan dalam rongga panggul dan pendarahan.
2) Denyut nadi berkisar 60-70 kali per menit, berkeringat dan menggigil mengeluarkan
cairan yang berlebihan dari sisa-sisa pembakaran melalui kulit sering terjadi
terutama malam hari.
c. Sistem traktus uranius
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan
oedem dan menghilangkan sensitifitas terhadap tekanan cairan. Perubahan ini dapat
menyebabkan tekaan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna. Biasanya
ibu mengalami ketidak mampuan untuk buang air kecil selama 2 hari pertama setelah
melahirkan.
d. Sistem gastrointestinal
23
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama 1-2 hari.
e. Sistem endokrin
Perubahan buah dada, umumnya produksi ASI baru berlangsung pada hari ke 2-3 post
partum, buah dada tampak membesar,keras dan nyeri.
f. Sistem musculoskeletal
Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan mengakibatkan
hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas setelah melahirkan dinding perut
tampak lembek dan kendor.
g. Perinium
Setelah partus perineum menjadi kendor karena sebelumnya meregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari
keadaan sebelum melahirkan (Multipara). ( Wiknjosastro,H,2005).
h. Fase Penyembuhan Luka
1) Fase inflamasi
Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-4, pada waktu ini terjadi bekuan darah, ketika
mikro sirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibody, plasma protein,
elektrolit, komplemen dan air menembus spasium vaskuler selama 2-3 hari,
menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.
24
2) Fase proliferatif
Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-20, pada fase ini fibroblast memperbayak diri
dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel
membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini berkembang menjadi kapiler
yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat yang digantikan. Fibroblast
melakukan sintesis kolagen dan mukopoli sakarida. Dalam periode 2 sampai 4
minggu, rantai asam amino membentuk serat-serat dengan panjang dan diameter
yang meningkat, serat-serat ini menjadi kumpulan bundle dengan pola yang tersusun
baik. Sintesis kolagen menyebabkan kapiler untuk menurun jumlahnya dalam upaya
untuk menyeimbangkan jumlah kolagen yang rusak. Sintesis dan lisis seperti ini
mengakibatkan peningkatan kekuatan.
3) Fase maturasi
Terjadi pada hari ke -21 sampai sebulan atau bahkan tahunan,fibroblast mulai
mennggalkan luka, jaringan parut tampak besar, sampai fibri kolagen menyusun ke
dalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan
parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Mturasi jaringan seperti ini terus berlanjut
dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 sampai 12 minggu, tetapi tidak pernah
mencapai kekuatan asalnyadari jaringan sebelum luka. (Mochtar,R,1998).
5. Adaptasi psikososial
Ada 3 fase pada ibu post partum, menurut Reva Rubin yang dikutib dari Bobak,
Lowdermilk, Jensen (2004) yaitu meliputi :
25
a) Fase taking in (fase dependent)
1) Selama 1-2 hari pertama, dependensi sangat dominant pada ibu dan ibu lebih
memfokuskan pada dirinya sendiri.
2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dan
bertanggung jawab sebagai ibu dan lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu
akan lebih baik meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahatnya.
3) Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang pengalaman
kehamilan, melahirkan dan rasa ketidak nyamanan.
b) Fase taking hold (fase independent)
1) Ibu sudah menunjukkan perluasan focus perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan
bayinya.
2) Ibu mulai tetarik melakukan perawatan pada bayinya.
3) Ibu mulai terbuka menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan bayinya.
c) Fase letting go (fase interdependent)
Fase ini merupakan suatu keadaan menuju peran baru.
1) Ketidak tergantungan dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat.
2) Mengenal bayi bahwa bayi terpisah dari dirinya.
C. Etiologi Letak Sungsang
Penyebab letak sungsang antara lain :
1. Sudut ibu
26
Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus, duplek, mioma bersama
kehamilan, keadaan placenta : placenta letak rendah, placenta previa, keadaan janin lahir :
Kesempitan panggul, deformitas tulang panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir
dan perputaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang : Tali pusat
pendek atau lilitan tali pusat, Hidrosefalus atau anensephalus, Kehamilan kembar,
Hidronion atau oligohidronion, Prematuritas.
Dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih luas sehingga terdapat
kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras,
serta paling berat melalui hokum gaya berat, kepala janin akan menuju kea rah pintu atas
pinggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotundum dan kontraksi
braxon hicks, kepala janin berangsur – angsur masuk ke pintu atas panggul.
(Manuaba,1998).
D. Penatalaksanaan Post Sectio Caesaria
Adapun penatalaksanaan pada pasien post Sectio Caesaria yaitu pertama kali dengan
mengkaji tanda – tanda vital, tingkat dan derajat nyeri, pemberian obat analgetik untuk
menghilagkan nyeri dapat berupa : cefataxim, tramadol. Pemberian cairan infuse sesuai
dengan advis dokter, misalnya RL 20 tpm. Pasien diajarkan tirah baring pada hari kedua,
mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk menguragi nyeri, pemberia perawatan luka
post section caesaria dilakukan pada hari ketiga dengan tekhnik aseptic.( Mansjoer,A, 2001).
27
E. Komplikasi
Komplikasi akibat section caesaria antara lain :
1. Infeksi puerperal ( nifas )
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan sudah ada gejala – gejala
infeksi intra parfum atau ada factor – factor yag merupakan gejala infeksi.
a). Infeksi bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.
b). Infeksi bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
c). Infeksi bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik, hal ini sering kita jumpai
pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena
ketuban yang telah lama.
2. Perdarahan
Rata – rata darah hilang akibat section cesaria 2 kali lebih banyak dari pada yang hilang
dengan kelahiran melalui vagina. Kira – kira 800 – 1000 ml yang disebabkan oleh
banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbakar, atonia uteri dan pelepasan pada
plasenta.
3. Emboli pulmonal
Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat mobilisasi di bandingkan
dengan melahirkan melalui vagina ( normal ).
4. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitoialisasi terlalu
tinggi.
28
5. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
F. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus pada pasien post sectio caesaria indikasi letak sugsang meliputi :
1. Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat
1) Melaporkan kelebihan, kurang energi
2) Letargi, mengandung akibat anestesi
b) Sirkulasi
1) TD dapat meningkat
2) Kehilangan darah pada tindakan section caesaria mencapai kurang lebih 600-800 ml
3) Perdarahan vagina mungkin ada
c) Eliminasi
1) Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada
2) Kateter urinarius mungkin terpasang
d) Integritas ego
1) Mungkin sangat cemas dan ketakutan
2) Dapat menunjukkan labiltas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah
dan menarik diri
3) Mungkin mengekspresikan ketidak mampuan untuk menghadapi situasi baru.
e) Nyeri / Ketidaknyamanan
29
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma bedah /
insisi, nyeri menyertai, distensi kandung kemih / abdomen, efek – efek anestesi.
f) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering utuh.
g) Makanan atau cairan
Dapat mengeluh lapar, haus, nyeri pada epigastrik ( pengaruh anestesi )
h) Seksualitas
1) Kehamlan multiple atau gestasi,melahirkan secara section caesaria sebelumnya
2) Fundus kontraksikuat dan terletak di umbilicus.
(Doenges, 2000).
i) Pemeriksaan penunjang
Pada klien Sectio Caesaria sering terjadi perubahan volume darah dari kadar pra operasi
dan untuk mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan, perlu dilakuka
pemeriksaan hematology. Pemeriksaan hematology yang diperlukan adalah hitung
jumlah darah lengkap, hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht). Selain itu juga terdapat
pemerksaan urinalisis : kultur urine , darah,
vaginal dan lochea. Terdapat juga pemeriksaan tambahaan berdasarkan kebutuhan
individual. (Doenges, 2000).
30
31
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien post sectio caesaria atas indikasi letak sungsang
meliputi :
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret dari pegaruh
anestasi.
2. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan
3. Nyeri berhubungan degan terputusnya jaringan sekunder luka post operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap pembedahan.
5. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekuder dari luka
post section caesaria.
6. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan menurunya aktivitas.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang teknik menyusui.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan
9. Nutrisi bayi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inefektif laktasi.
(Doenges,2000) dan ( Carpenito,2000).
32
I. Fokus Intervensi
Rencana tindakan pada pasien post sectio caesaria atas indikasi letak sungsang meliputi :
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret dari pengaruh
anestasi
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan nafas
Kriteria hasil : bunyi nafas baik
Intervensi :
a) Monitor tanda – tanda vital
b) Atur posisi tidur pasien dengan kepala miring tanpa batal
c) Ajarkan pasie cara batuk efektif dan nafas dalam
d) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
2. Resiko tinggi syok hipovoemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan.
Tujuan : tidak terjadi syok
Kriteria hasil : Tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
a) Monitor jumlah perdarahan
b) Monitor tanda – tanda vital
c) Observasi pengeluaran lochea
d) Observasi kontraksi uterus
e) Kolaborasi tim medis untuk pemberian terapi
33
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder luka post operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a) Pasen mengeluh nyeri hilag atau nyeri berkurang
b) Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi :
a) Kaji karakteristik nyeri
b) Monitor KU dan TTV pasien
c) Ajarkan tekik relaksasi da distraksi
d) Berikanposisi yang nyaman pada pasien
e) Kolaborasi pemberian analgesic untuk mengurangi nyeri
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap pembedahan.
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, dolor, tumor dan fungsiolesa)
b) TTV normal terutama suhu (36-37˚C)
Intervensi :
a) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
b) Monitor tanda-tanda vtal
34
c) Montor tanda-tanda infeksi pada luka post operasi
d) Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan luka
e) Lakukan ganti balut pada hari ketiga post operasi
f) Berikan antibiotika sesuai program
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekunder dari luka
post section cesaria
Tujuan : pasien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampua tanpa
disertai nyeri
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengidentifikasi factor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas
Intervensi :
a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
b) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan adl.
c) Tingkatkan aktivtas secara bertahap
d) Anjurkan pasien untuk istirahat
6. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan menurunya aktifitas
Tujuan : Tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil :
a) Pasien dapat mengerti penyebab konstipasi
b) Pasien dapat BAB, BAB tidak keras
35
Antervensi :
a) Kaji peristaltik usus
b) Palpasi abdomen apakah ada penumpukan masa atau tidak
c) Anjurkan pada pasien untuk minum yang banyak
d) Kolaborasi pemberian obat suppositorial
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang teknik menyusui
Tujuan : Pasien dapat mengerti dan memahami tentang teknik menyusui
Kriteria hasil :
a) Pasien dapat belajar dan menyerap informasi yang di berikan
b) Pasien dapat melakukan teknik menyusui yang baik
Intervensi :
a) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien tentang prisip-prinsip menyusui
b) Jelas mengenai gizi waktu menyusui
c) Kaji respon pasien dalam menerima pendidikan kesehatan
d) Minta pasien untuk menjelaskan informasi yang telah diberikan.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.
Tujuan :
Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
36
Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :
a) Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.
b) Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang perawatan diri.
9. Nutrisi bayi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak efektif laktasi.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a) Bayi menerima nutrisi yang adekuat.
b) Ibu menunjukkan peningkatan ketrampilan dalam pemberian ASI.
c) Bayi tampak tenang.
(Doenges,2000) dan (carpenito,L.J.2000).
37