jtptunimus gdl riandhinaz 5405 2 babiik a

33
BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Sectio Caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.(Prawirohardjo,S,2005). Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(Bobak,I M,2000). Persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu. (Manuaba,I.B.G,2002). Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intac)”. (Wiknjosastro,H,2005). Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo,S,2000). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Post Sectio Caesaria dengan indikasi bayi sungsang adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding uterus melalui dinding depan perut untuk memudahkan proses kelahiran janin yang dimana 5

Upload: bheby-beibhz-1239

Post on 25-Jun-2015

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Sectio Caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di atas

500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.(Prawirohardjo,S,2005).

Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan

kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut (laparatomi) dan

dinding uterus (histerektomi).(Bobak,I M,2000).

Persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan

uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu.

(Manuaba,I.B.G,2002).

Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr,

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intac)”.

(Wiknjosastro,H,2005).

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala

berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(Prawirohardjo,S,2000).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Post Sectio Caesaria dengan indikasi

bayi sungsang adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut untuk memudahkan proses kelahiran janin yang dimana

5

Page 2: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah

kavum uteri.

Sectio caesaria terdiri dari beberapa macam tipe menurut Bobak, I.M.(2000) yaitu

sebagai berikut :

1. Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger

Sectio caesaria klasik menurut Sanger lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah

rahim, dengan indikasi :

a. Sectio caesaria yang diikuti dengan sterilisasi.

b. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan

segmen bawah rahim dan pendarahan.

c. Pada letak lintang

d. Kepala bayi telah masuk pintu atau panggul.

e. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.

Keuntungan Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger :

1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas

Kerugian Caesaria Sectio Klasik Menurut Sanger :

1) luka operasi relatif sulit

2) Kemungkinan terjadinya reptura uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar

3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

6

Page 3: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

2. Sectio Caesaria Transperitoneal

Sectio caesarea yang merupakan persalinan dengan morbiditas dan mortalitas rendah,

adalah persalinan yang paling konservatif. Sebagai pertimbangan, sectio caesaria

dapat dilakukan atas dasar :

a. Indikasi yang berasal dari ibu :

1) Primigravida dengan kelainan letak.

2) Primipara tua yang disertai Premature Ruptur Membran, Eklampsia Ruptur

Membran, kelainan letak, disproporsi sefalo-pelvik.

3) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk.

4) Terdapat kesempitan panggul.

5) Plasenta previa terutama pada primigravida.

6) Solusio plasenta I-II.

7) Komplikasi kehamilan

b. Indikasi yang berasal dari janin :

1) Fetal distressi / gawat janin.

2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin.

3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil.

4) Kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

Keuntungan Sectio Caesaria Transperitoneal :

1) Segmen bawah rahim lebih tenang.

7

Page 4: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

2) Kesembuhan lebih baik.

3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan.

Kerugian Sectio Caesaria Transperitoneal:

1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin.

2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan pendarahan.

3. Sectio Caesaria Histerektomi menurut Porro

Operasi sectio caesaria histerektomi menurut Porro dilakukan secara histerektomi

supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi :

a. Sectio caesaria disertai infeksi berat.

b. Sectio caesaria dengan atonia uteri dan perdarahan.

c. Sectio caesaria disertai uterus Couvelaire (solusio plasenta).

d. Sectio caesaria disertai tumor pada otot rahim.

4. Sectio Caesaria Ekstrakperitoneal

Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan antibiotika, dan

untuk menghindarkan kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari

sectio caesaria ekstraperitonial adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh

infeksi yang terdapat di luar uterus.

Indikasi Sectio Caesaria antara lain :

a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal yakni pada segmen

8

Page 5: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan/ostium uteri internal (OUI).

b. Panggul sempit

Holme mengambil batas terendah untuk melahirkan janin via naturalis ialah CV :

8 cm panggul depan CV : dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin yang

normal, harus diselesaikan dengan section caesaria. CV antara 8 – 10 cm boleh

dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan section casearia

sekunder.

c. Dispoporsi sefalo pelvic, yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dengan

panggul.

d. Ruptur uteri mengancam

robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau

tanpa robeknya perioneum visceral.

e. Partus lama (prolonged labor)

adalah partus lebih dari 24 jam(perpanjangan kurve friedmann)

pada primi >20 jam pada multi >14jam

f. Partus tak maju

Hisnya tidak teratur, bisa berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi

antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Misalnya, pada bagian atas dapat terjadi

kontraksi, tapi bagian tengah tidak.

9

Page 6: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

g. Distorsia servik

biasanya berkaitan dengan kelainan panggul wanita. Perlu diketahui, bentuk dan

ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. “Karena proses

persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan

lahir oleh his.

h. Pre eklamsi dan hipertensi

kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang

terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.

i. Letak lintang

1) Bila ada kesempitan pangul, maka section caesaria adalah cara yang terbaik

dalam segal letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.

2) Seandainya baru pertama kali hamil primigravida dengan letak lintang harus

ditolong dengan section caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.

3) Sudah pernah melahirkan lebih dari1 kali dengan letak lintang dapat lebih dulu

ditolong dengan cara – cara lain.

j. Letak sungsang

Macam – macam letak sungsang

Berdasarka komposisi dan bokong dan kaki dapat ditemukan beberapa bentuk

letak sungsang sebagai berikut :

1) Letak bokong murni ( Frank Breech )

10

Page 7: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Terjadi bila diperiksa terba bokong, kedua kaki mengungkit ke atas sampai

kepala bayi, kedua kaki mengungkit keatas sampai kepala bayi, kedua kaki

bertindak sebagai spalk.

2) Letak bokong kaki sempurna (Complete Breech)

Terjadi bila diperiksa teraba bokong kedua kaki berada di samping bokong.

B. Anatomi Fisiologi

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna

berfungsi dalam kopulasi, sedagkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat

implantasi: dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.

1. Organ Eksterna

d.Klitoris a. Mons pubis e . Vulva

c. Labia minora b.Labia mayora

f. Vestibulum g. introitus vagina

h. hymen

i. Perineum

Gambar. 1 Genetalia eksterna wanita

Sumber : Winkjosastro,H, 2005.

11

Page 8: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

a. Mons Pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah bantalan berisi lemak yang terletak di

permukaan anterior simphisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis tertutup rambut

ikal yag membentuk pola distribusi tertentu ( escutcheon).

b. Labia Mayora

Merupakan dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawahnya yang

berlanjut kebawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum.

Pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi oleh pubis lanjutan dari mons veneris. Secara

embriologis labio mayora homolog dari skrotum pada pria. Setelah melahirkan beberapa

kali, labia mayora menjadi tidak terlalu menonjol dan pada usia lanjut biasanya menjadi

keriput. Panjang labia mayora 7 sampai 8 cm, lebar 2 sampai 3 cm, tebal 1 sampai 1,5

cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Pada nullipara kedua sisi labia terletak

berdekatan sehingga menutupi sama sekali jaringan dibawahnya, sedangkan multipara

labia mayora bisa terbuka lebar. Labia mayora berlanjut menjadi mons pubis dibagian

superior dan bersatu menjadi perineum dibagian posterior, sedangkan pada daerah

medial bergabung menjadi komisura posterior.

Pada labia mayora banyak terdapat kelenjar minyak. Di bawah kulitnya terdapat

jaringan ikat padat yang kaya akan serabut elastin dan jaringan lemak, tetapi hamper

tidak ditemukan unsure otot. Pada bagian di bawah kulit terdapat gumpalan lemak yang

merupakan bagian terbesar labia, pada jaringan lemak ini terdapat suatu pleksus venosus

yang sebagai akibat trauma eksternal dapat robek dan membentuk hematoma.

12

Page 9: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

c. Labia Minora

Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di labia minora

terdapat frenulum klitoris, preputium dan frenulum pudenti. Lbia minora adalah 2

lipatan pipih dari jaringan berwarna kemerahan yang terlihat bila labia mayora dibuka

dan jaringan yang kedua sisinya pada ujung atas vulva. Pada nullipara labia minora

tidak terlihat, sedangkan pada multipara labia minora sering terlihat menonjol diatas

labia mayora. Bagian lipatan terdiri dari jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah

dan serabut otot polos, seperti biasa yang ditemukan pada jaringan yang erektil.

Jarinagan labia minora menyatu di bagian superior dimana masing-masing terpisah

membentuk 2 lamellae, pasangan lamellae sebelah bawah membentuk frenulum klitoris,

sedang pasangan sebelah atas meyatu membentuk prepusium klitoris.

d. Klitoris

Klitoris identik denga penis pada pria kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabai

rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Klitoris terdiri dari :

1) Glans

Glans terdiri dari sel-sel berbentuk flisi fonnis

2) Korpus

Terdapat 2 korpora kavernosa, dimana pada didingnya terdapat serabut otot polos.

3) Krura

Bentuknya tipis dan panjang berawal di permukaan inferior ramus iskiopubis dan

menyatu tepat dibawah pertengahan arkus pubis membentuk korpus klitoris.

13

Page 10: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm bahkan dalam keadaan ereksi sekalipun dan

posisinya sangat berlipat karena tarikan labia minora. Akibat ujung klitoris mengarah ke

bawah dan menuju liang vagina.

e. Vulva

Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran

panjang mulai dari klitoris, kanan kiri di batasi bibir kecil, sampai kebelakang di batasi

perineum.

f. Vestibulum

Merupakandaerah berbentuk buah amandel yang dibatasi labia minora di lateral

dan memajang dari klitoris di atas hngga fourchet di bawah. Vestibulum adalah jaringan

fungsional pada wanita yang berasal dari urogenital pada embrio. Pada tahap

kematangan terdapat 6 buah lubang : uretra, vagina, 2 salurankelenjar batholini dan

kadang kala terdapat duktus dari kelenjar parauretral atau disebut juga duktus skene.

Bagian posterior vestibulum antara fourchet dan liang vagina disebut fossa navikularis,

yang agak jarang terlihat kecuali pada wanita multipara karena biasanya rusak setelah

melahirkan.

Disekitar vestibulum terdapat kelenjar vestibularis mayor yaitu kelenjar

bartholini. Kelenjar ini terletak di bawah ott konstriktor vagina da kadang kala

ditemukan tertutup sebagia oleh bulbus vestibularis.

g. Introitus vagina

Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. Dilindungi oleh labia minora,

dapat dilihat jika bibir kecil dibuka, ditutupi oleh selaput dara (hymen).

14

Page 11: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

h. Selaput dara (hymen)

Merupakan selaput yang meutupi intoitus vagina. Biasanya berlubang membentuk

semilunaris, anulinaris, tapisan, septata, atau fibria. Bila tidak berlubang disebut

antreasia himenalis atauhimen imperforate. Hymen akan robek pada koitus apalagi

setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula hymen atau sisa hymen.

i. Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjang rata-rata 4 cm. jaringan yang

menompang perineum adalah digfragma pelvis dan urogenital. diagfragma pelvis terdiri

dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus kontriktor uretra dan

selumbung fasia eksterna dan internal.

2. Organ Internal c. Tuba falopi d. Ovarium

b. Uterus

a. Vagina

Gambar. 2 Genetalia interna wanita

Sumber : Bobak, I.M. 2000.

a. Vagina

Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan

kebelakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang kurang

15

Page 12: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

dari 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. vagina mempunyai banyak fungsi yaitu

sebagai saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai

orga kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.

Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :

1) Lapisan epitel gepeng berlapis, pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan

akan merembes melalui epitel untuk memberi kelembaban.

2) Jaringa konektif areolor yang dipasok pembuluh denga baik.

3) Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler.

4) Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih.

Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat serviks melajur

kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar yang mengelilingi serviks.

Fornik ini terbagi menjadi empat bagian : Fornik posterior, anterior dan dua buah fornik

lateral.

b. Uterus

Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau

serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita tidak hamil

terletak pada rongga panggul antara kandug kemih di anterior dan rektumdi posterior.

Uterus diberi darah oleh uteri uterina sinistra at dextra yang terdiri dari ramus

asenden dan deseden. Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi uterus adalah

arteri ovarica sinistra at dextra. Interversasi uterus terdiri dari system saraf simpatis,

parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada pada panggul

di sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3 dan 4, dan selanjutnya

16

Page 13: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

memasuki frankenhauser yang dari system simpatis masuk ke dalam rongga paggul

sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan promotorium terus kebawah

dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi intervosi pada

meometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan para simpatik mengandung

unsure motorik maupun sensorik. Simpati dapat menimbulkan kontraksi dan

vasokontriksi dan sedangkan para simpatik mencegah kontraksi dan

menimbulkanvasodillatasi.

Uterus wanita primipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan wanita multipara

yang panjangnya 9-10 cm. Berat uterus wanita yag pernah melahirkan antara 50-70

gram, sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.

Uterus terdiri atas :

1) Fundus Uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi berinsersi ke uterus.

Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada karena tuanya

kehamilan dapat diperkirakan dengan fundus uteri.

2) Korpus Uteri

Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri

disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan : serosa, muskula dan

mukrosa. Mempunyai fungsi utama agar janin berkembang.

3) Servik Uteri

Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak di bawah isthmus.

Servik memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kalogen,

17

Page 14: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan

secret yang kental dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servikalis tersumbat

dapat terbentuk kista retensi berdiameter beberapa millimeter yang disebut sebagai

folikel nabothian. Secara histologik uterus terdiri atas :

a) Endrometrium di corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri

Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang

melapisi rongga uterus pada wanita yng tidak hamil. Endometrium terdiri atas

epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang

berkeluk-keluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 cm hingga 5 mm.

endometrium terdiri dari permukaan, kelenjar dan jaringan menenkim antar

kelenjar yang di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah. Epitel permukaan

endometrium terdiri dari satu lapisan kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat.

Kelenjar uterine berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini

menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap

lembab.

b) Miometrium

Miometrium merupakan jaringan pembentuk jaringan besar uterus dan

terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak

serabut elastin di dalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky, 1996 banyaknya

serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kea rah kaudal, sehingga

pada serviks otot hanya merupakan 10 % dari massa jarinang. Selama masa

kehamilan terutama melalui prose hipertrofi, miometrium sangat membesar,

namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot serviks.

18

Page 15: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral

Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan

dan ligamentrum yang menyokongnya. Ligamentum yang memfiksasi uterus

adalah :

(1) Ligamentum Kardinale ( transversa atau Mackenrodt)

Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplai uterus tidak turun, terdiri

atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah

lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara

lain vena dan arteri uterine.

(2) Ligamentum Sakrouterium

Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan

dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.

(3) Ligamentum Rotundum

Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari

sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan.

(4) Ligamentum Latum

Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak

banyak mengandung jaringan ikat bagian dorsal ligamentum ini di temukan

indung telur (Ovarium Sinistra at Dextra).

(5) Ligamentum Imfundibulo Pelvicium

19

Page 16: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infudibulum

ke dinding pelvis. Didalamnya terdapat urat-urat syaraf, saluran-saluran

limfe, arteri dan vena ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik dan

corpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali digeser dari

dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesika uterine.

c. Tuba Falopi

Tuba falopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga

suatu tempat didekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapi rongga uterus.

Panjang tuba falopi antara 8 – 14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya

dilapisi membrane mukosa.

Tuba falopi terdiri atas :

1) Pars interstisialis, merupakan bagian yang terdapat di dinding uterus

2) Pars Ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhya.

3) Pars ampularis, bagian yang terbentuk agar lebar tempat konsepsi terjadi

4) Pars Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai

fibria. Fibria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk kemudian

menyaluran kedalam tuba,

d. Ovarium

Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel, fungsinya untuk

perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintetis dan sekresi hormone steroid. Ukuran

ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 -1 cm. setelah menopause

ovarium sangat kecil. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul

20

Page 17: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

dan menempel pada lengkukan dinding lateral pelvis diantara iliaka eksternal yang

divergen dan pembuluh darah hipogastrik fossa ovarica woldeyer. Ovarium melekat

pada ligamentum latum melalu mesovarium. Struktur umum pada ovarium dapat

dibedakan menjadi :

1). Korteks

Ketebalan sesuai dengan usia dan menjadi semakin tipis dengan bertambahnya usia.

Dalam lapisan inilah terletak ovarium dan folikel de graaf. Bagian yang paling luar

dari kortek yang kusam dan keputih-putihan sebagai tunika albuginea, dimana

permukaannya terdapat lapisan tunggal epitel kuboit yaitu epitel germinal dari

woldeyer

2). Medula

Terdiri dari jaringan penyambung longgar yang berkesinambungan dengan yang dari

mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah

kecil serat otot polos yang berfunngsi dalam pergerakan ovarium-ovarium disuplai

oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Ovarium sangat kaya dengan serat tak

bermyelin, yang untuk sebagian besar menyertai pembuluh darah.

3. Fisiologi Post Partum

Perubahan fisiologi post partum menurut Farrel (2002) antara lain :

Involusio yaitu suatu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum

hamil, terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil karena sytoplasmanya yang

berlebihan dibuang.

a. Involusio uterus

21

Page 18: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada

otot-ototya, dapat diamati denga pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU),setelah plasenta

lahir hingga 12 jam pertama TFU 1-2 jari dibawah pusat, pada hari ke-6 TFU normalnya

berada dipertengahan simpinisis pubis dan pusat, pada hari ke-9 TFU sudah tidak teraba.

b. Involusio tempat melekatnya placenta

Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi tidak beraturan dan

ditutupi oleh vaskuler yang berkontraksi serta trombosi pada endometrium terjadi

pembekuan sebagai proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada

endometrium in memungkinkan untuk implantasi dan pembentukan plasenta pada

kehamilan yang akan datang.

c. Lochea

Kotoran yang keluar dari liang senggama, terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lender

berasal dari rahim dan liang senggama.Menurut pembagian lochea Sebagai berikut:

1) Lochea rubra

Berwarna merah, terdiri dari lendi dan darah, terdapat pada kesatu dan kedua.

2) Lochea sanguilenta

Berwarna coklat,terdiri dari cairan bercampur darah, pada hari ke 3- 6 post partum.

3) Lochea alba

Berwarna putih atau jernih, berisi leukosit, sel epitel, mukosa servik dan bakteri atau

kuman yang telah mati, pada hari ke 1-2 minggu setelah melahirkan.

22

Page 19: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

4. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital

Suhu meningkat akan menyebabkan terjadinya dehidrasi karena perubahan hormonal

tetapi bila suhu di atas 38 °C dan selama 2 hari 10 hari pertama post partum perlu

dipikirkan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, endotritis dan sebagainya.

Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 post partum dapat menyebabkan

kenaikan suhu, walaupun tidak selalu.

b. Sistem kardiovaskuler

1) Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik ±20 mmHg dapat terjadi pada

saat ibu berubah posisi berbaring ke duduk. Keadaan sementara sebagai kompensasi

kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan dalam rongga panggul dan pendarahan.

2) Denyut nadi berkisar 60-70 kali per menit, berkeringat dan menggigil mengeluarkan

cairan yang berlebihan dari sisa-sisa pembakaran melalui kulit sering terjadi

terutama malam hari.

c. Sistem traktus uranius

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan

oedem dan menghilangkan sensitifitas terhadap tekanan cairan. Perubahan ini dapat

menyebabkan tekaan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna. Biasanya

ibu mengalami ketidak mampuan untuk buang air kecil selama 2 hari pertama setelah

melahirkan.

d. Sistem gastrointestinal

23

Page 20: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar

progesterone menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama 1-2 hari.

e. Sistem endokrin

Perubahan buah dada, umumnya produksi ASI baru berlangsung pada hari ke 2-3 post

partum, buah dada tampak membesar,keras dan nyeri.

f. Sistem musculoskeletal

Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan mengakibatkan

hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas setelah melahirkan dinding perut

tampak lembek dan kendor.

g. Perinium

Setelah partus perineum menjadi kendor karena sebelumnya meregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari

keadaan sebelum melahirkan (Multipara). ( Wiknjosastro,H,2005).

h. Fase Penyembuhan Luka

1) Fase inflamasi

Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-4, pada waktu ini terjadi bekuan darah, ketika

mikro sirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibody, plasma protein,

elektrolit, komplemen dan air menembus spasium vaskuler selama 2-3 hari,

menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.

24

Page 21: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

2) Fase proliferatif

Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-20, pada fase ini fibroblast memperbayak diri

dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel

membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini berkembang menjadi kapiler

yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.

Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat yang digantikan. Fibroblast

melakukan sintesis kolagen dan mukopoli sakarida. Dalam periode 2 sampai 4

minggu, rantai asam amino membentuk serat-serat dengan panjang dan diameter

yang meningkat, serat-serat ini menjadi kumpulan bundle dengan pola yang tersusun

baik. Sintesis kolagen menyebabkan kapiler untuk menurun jumlahnya dalam upaya

untuk menyeimbangkan jumlah kolagen yang rusak. Sintesis dan lisis seperti ini

mengakibatkan peningkatan kekuatan.

3) Fase maturasi

Terjadi pada hari ke -21 sampai sebulan atau bahkan tahunan,fibroblast mulai

mennggalkan luka, jaringan parut tampak besar, sampai fibri kolagen menyusun ke

dalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan

parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Mturasi jaringan seperti ini terus berlanjut

dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 sampai 12 minggu, tetapi tidak pernah

mencapai kekuatan asalnyadari jaringan sebelum luka. (Mochtar,R,1998).

5. Adaptasi psikososial

Ada 3 fase pada ibu post partum, menurut Reva Rubin yang dikutib dari Bobak,

Lowdermilk, Jensen (2004) yaitu meliputi :

25

Page 22: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

a) Fase taking in (fase dependent)

1) Selama 1-2 hari pertama, dependensi sangat dominant pada ibu dan ibu lebih

memfokuskan pada dirinya sendiri.

2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dan

bertanggung jawab sebagai ibu dan lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu

akan lebih baik meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahatnya.

3) Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang pengalaman

kehamilan, melahirkan dan rasa ketidak nyamanan.

b) Fase taking hold (fase independent)

1) Ibu sudah menunjukkan perluasan focus perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan

bayinya.

2) Ibu mulai tetarik melakukan perawatan pada bayinya.

3) Ibu mulai terbuka menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan bayinya.

c) Fase letting go (fase interdependent)

Fase ini merupakan suatu keadaan menuju peran baru.

1) Ketidak tergantungan dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat.

2) Mengenal bayi bahwa bayi terpisah dari dirinya.

C. Etiologi Letak Sungsang

Penyebab letak sungsang antara lain :

1. Sudut ibu

26

Page 23: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus, duplek, mioma bersama

kehamilan, keadaan placenta : placenta letak rendah, placenta previa, keadaan janin lahir :

Kesempitan panggul, deformitas tulang panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir

dan perputaran ke posisi kepala.

2. Sudut janin

Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang : Tali pusat

pendek atau lilitan tali pusat, Hidrosefalus atau anensephalus, Kehamilan kembar,

Hidronion atau oligohidronion, Prematuritas.

Dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih luas sehingga terdapat

kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras,

serta paling berat melalui hokum gaya berat, kepala janin akan menuju kea rah pintu atas

pinggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotundum dan kontraksi

braxon hicks, kepala janin berangsur – angsur masuk ke pintu atas panggul.

(Manuaba,1998).

D. Penatalaksanaan Post Sectio Caesaria

Adapun penatalaksanaan pada pasien post Sectio Caesaria yaitu pertama kali dengan

mengkaji tanda – tanda vital, tingkat dan derajat nyeri, pemberian obat analgetik untuk

menghilagkan nyeri dapat berupa : cefataxim, tramadol. Pemberian cairan infuse sesuai

dengan advis dokter, misalnya RL 20 tpm. Pasien diajarkan tirah baring pada hari kedua,

mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk menguragi nyeri, pemberia perawatan luka

post section caesaria dilakukan pada hari ketiga dengan tekhnik aseptic.( Mansjoer,A, 2001).

27

Page 24: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

E. Komplikasi

Komplikasi akibat section caesaria antara lain :

1. Infeksi puerperal ( nifas )

Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan sudah ada gejala – gejala

infeksi intra parfum atau ada factor – factor yag merupakan gejala infeksi.

a). Infeksi bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.

b). Infeksi bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

c). Infeksi bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik, hal ini sering kita jumpai

pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena

ketuban yang telah lama.

2. Perdarahan

Rata – rata darah hilang akibat section cesaria 2 kali lebih banyak dari pada yang hilang

dengan kelahiran melalui vagina. Kira – kira 800 – 1000 ml yang disebabkan oleh

banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbakar, atonia uteri dan pelepasan pada

plasenta.

3. Emboli pulmonal

Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat mobilisasi di bandingkan

dengan melahirkan melalui vagina ( normal ).

4. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitoialisasi terlalu

tinggi.

28

Page 25: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

5. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

F. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus pada pasien post sectio caesaria indikasi letak sugsang meliputi :

1. Pengkajian

a) Aktivitas / Istirahat

1) Melaporkan kelebihan, kurang energi

2) Letargi, mengandung akibat anestesi

b) Sirkulasi

1) TD dapat meningkat

2) Kehilangan darah pada tindakan section caesaria mencapai kurang lebih 600-800 ml

3) Perdarahan vagina mungkin ada

c) Eliminasi

1) Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada

2) Kateter urinarius mungkin terpasang

d) Integritas ego

1) Mungkin sangat cemas dan ketakutan

2) Dapat menunjukkan labiltas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah

dan menarik diri

3) Mungkin mengekspresikan ketidak mampuan untuk menghadapi situasi baru.

e) Nyeri / Ketidaknyamanan

29

Page 26: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma bedah /

insisi, nyeri menyertai, distensi kandung kemih / abdomen, efek – efek anestesi.

f) Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering utuh.

g) Makanan atau cairan

Dapat mengeluh lapar, haus, nyeri pada epigastrik ( pengaruh anestesi )

h) Seksualitas

1) Kehamlan multiple atau gestasi,melahirkan secara section caesaria sebelumnya

2) Fundus kontraksikuat dan terletak di umbilicus.

(Doenges, 2000).

i) Pemeriksaan penunjang

Pada klien Sectio Caesaria sering terjadi perubahan volume darah dari kadar pra operasi

dan untuk mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan, perlu dilakuka

pemeriksaan hematology. Pemeriksaan hematology yang diperlukan adalah hitung

jumlah darah lengkap, hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht). Selain itu juga terdapat

pemerksaan urinalisis : kultur urine , darah,

vaginal dan lochea. Terdapat juga pemeriksaan tambahaan berdasarkan kebutuhan

individual. (Doenges, 2000).

30

Page 27: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

31

Page 28: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien post sectio caesaria atas indikasi letak sungsang

meliputi :

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret dari pegaruh

anestasi.

2. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan

3. Nyeri berhubungan degan terputusnya jaringan sekunder luka post operasi.

4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder

terhadap pembedahan.

5. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekuder dari luka

post section caesaria.

6. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan menurunya aktivitas.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang teknik menyusui.

8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan

9. Nutrisi bayi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inefektif laktasi.

(Doenges,2000) dan ( Carpenito,2000).

32

Page 29: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

I. Fokus Intervensi

Rencana tindakan pada pasien post sectio caesaria atas indikasi letak sungsang meliputi :

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret dari pengaruh

anestasi

Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan nafas

Kriteria hasil : bunyi nafas baik

Intervensi :

a) Monitor tanda – tanda vital

b) Atur posisi tidur pasien dengan kepala miring tanpa batal

c) Ajarkan pasie cara batuk efektif dan nafas dalam

d) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan

2. Resiko tinggi syok hipovoemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan.

Tujuan : tidak terjadi syok

Kriteria hasil : Tidak terjadi perdarahan

Intervensi :

a) Monitor jumlah perdarahan

b) Monitor tanda – tanda vital

c) Observasi pengeluaran lochea

d) Observasi kontraksi uterus

e) Kolaborasi tim medis untuk pemberian terapi

33

Page 30: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder luka post operasi.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

a) Pasen mengeluh nyeri hilag atau nyeri berkurang

b) Ekspresi wajah tampak rileks

Intervensi :

a) Kaji karakteristik nyeri

b) Monitor KU dan TTV pasien

c) Ajarkan tekik relaksasi da distraksi

d) Berikanposisi yang nyaman pada pasien

e) Kolaborasi pemberian analgesic untuk mengurangi nyeri

4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder

terhadap pembedahan.

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, dolor, tumor dan fungsiolesa)

b) TTV normal terutama suhu (36-37˚C)

Intervensi :

a) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien

b) Monitor tanda-tanda vtal

34

Page 31: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

c) Montor tanda-tanda infeksi pada luka post operasi

d) Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan luka

e) Lakukan ganti balut pada hari ketiga post operasi

f) Berikan antibiotika sesuai program

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan dampak sekunder dari luka

post section cesaria

Tujuan : pasien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampua tanpa

disertai nyeri

Kriteria hasil :

Pasien dapat mengidentifikasi factor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas

Intervensi :

a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas

b) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan adl.

c) Tingkatkan aktivtas secara bertahap

d) Anjurkan pasien untuk istirahat

6. Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan menurunya aktifitas

Tujuan : Tidak terjadi konstipasi

Kriteria hasil :

a) Pasien dapat mengerti penyebab konstipasi

b) Pasien dapat BAB, BAB tidak keras

35

Page 32: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Antervensi :

a) Kaji peristaltik usus

b) Palpasi abdomen apakah ada penumpukan masa atau tidak

c) Anjurkan pada pasien untuk minum yang banyak

d) Kolaborasi pemberian obat suppositorial

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang teknik menyusui

Tujuan : Pasien dapat mengerti dan memahami tentang teknik menyusui

Kriteria hasil :

a) Pasien dapat belajar dan menyerap informasi yang di berikan

b) Pasien dapat melakukan teknik menyusui yang baik

Intervensi :

a) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien tentang prisip-prinsip menyusui

b) Jelas mengenai gizi waktu menyusui

c) Kaji respon pasien dalam menerima pendidikan kesehatan

d) Minta pasien untuk menjelaskan informasi yang telah diberikan.

8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.

Tujuan :

Kebersihan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil :

36

Page 33: Jtptunimus Gdl Riandhinaz 5405 2 Babiik A

Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :

a) Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.

b) Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.

c) Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang perawatan diri.

9. Nutrisi bayi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak efektif laktasi.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.

Kriteria hasil :

a) Bayi menerima nutrisi yang adekuat.

b) Ibu menunjukkan peningkatan ketrampilan dalam pemberian ASI.

c) Bayi tampak tenang.

(Doenges,2000) dan (carpenito,L.J.2000).

37