jtptunimus gdl nurulhiday 6536-1-11bab 1

6
8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1 http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 1/6 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan fisik dan penurunan produktifitas kerja. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta parasit. Terjadinya infeksi pada seseorang dipengaruhi oleh banyaknya mikroorganisme penyebab yang masuk, derajat virulensi serta kekebalan tubuh. Penderita penyakit karena infeksi  biasanya minum obat yang mengandung antibiotik ( Wahyono, 2010). Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat  pertumbuhan bakteri penyebab infeksi didalam tubuh tetapi tidak berbahaya bagi hospes. Antibiotik pertama kali ditemukan pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming dari Scotlandia yang menemukan Penisilin, selanjutnya ditemukan antibiotik- antibiotik lain diantaranya Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Gentamisin dan Basitrasin (Jawetz, 2005 ). Penggunaan obat yang mengandung antibiotik sering menjadi buah simalakama, disatu sisi dapat mempercepat proses penyembuhan karena bakteri  penyebabnya mati, tetapi disisi lain menimbulkan masalah baru diantaranya resistensi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan penyakit sulit untuk diobati. Resistensi terjadi karena ketidaktepatan pemakaian antibiotik baik jenis, dosis, cara pemberian dan lamanya pemakaian. Menurut Survey Kesehatan Rumah

Upload: nurlina-puspita

Post on 07-Aug-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 1/6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan

kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

terjadi penderitaan fisik dan penurunan produktifitas kerja.

Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta parasit. Terjadinya

infeksi pada seseorang dipengaruhi oleh banyaknya mikroorganisme penyebab yang

masuk, derajat virulensi serta kekebalan tubuh. Penderita penyakit karena infeksi

 biasanya minum obat yang mengandung antibiotik ( Wahyono, 2010).

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat

 pertumbuhan bakteri penyebab infeksi didalam tubuh tetapi tidak berbahaya bagi

hospes. Antibiotik pertama kali ditemukan pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming

dari Scotlandia yang menemukan Penisilin, selanjutnya ditemukan antibiotik-

antibiotik lain diantaranya Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Gentamisin dan

Basitrasin (Jawetz, 2005 ).

Penggunaan obat yang mengandung antibiotik sering menjadi buah

simalakama, disatu sisi dapat mempercepat proses penyembuhan karena bakteri

 penyebabnya mati, tetapi disisi lain menimbulkan masalah baru diantaranya

resistensi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan penyakit sulit untuk

diobati. Resistensi terjadi karena ketidaktepatan pemakaian antibiotik baik jenis,

dosis, cara pemberian dan lamanya pemakaian. Menurut Survey Kesehatan Rumah

Page 2: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 2/6

2

Tangga ( SKRT ) Depkes RI tahun 2003 masih banyak masyarakat yang

menggunakan antibiotik tidak sesuai aturan.

Penggunaan obat secara rasional adalah pasien mendapatkan pengobatan

sesuai kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individualnya

untuk waktu yang cukup dan biaya yang terjangkau bagi diri dan komunitasnya. Jadi

 penggunaan obat secara rasional memiliki empat aspek yaitu pengobatan tepat, dosis

tepat,lama penggunaan tepat serta biaya tepat.Pemberian antibiotika berlebihan pada

semakin meningkat dan semakin mengkawatirkan. Pemberian antibiotika berlebihan

atau pemberian irasional artinya penggunaan tidak benar dan tidak sesuai dengan

indikasi penyakitnya. Permasalahan penggunaan obat dahulu juga dihadapi oleh

negara maju seperti Amerika Serikat ( Judarwanto, 2011 ).

Dampak penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan

terjadinya berbagai macam reaksi antara lain penyebarluasan reaksi obat sebagai

akibat hipersensitifitas serta kerusakan sel-sel darah, keracunan obat sehingga terjadi

kerusakan ginjal ( gagal ginjal) dan kerusakan sel-sel saraf, perkembangan resistensi

obat dalam populasi mikroba serta perubahan flora normal tubuh yang menyebabkan

ketidakseimbangan sehingga terjadi infeksi ( Jawetz, 2005 ).

Bakteri flora normal pada organ tubuh tertentu bisa menjadi patogen apabila

terjadi perubahan substrat dan berpindahnya bakteri ke organ lain. Dalam rongga

mulut manusia terdapat bakteri flora normal yaitu Streptococcus mutans/  

Streptococcus viridans, Staphylococcus sp dan  Lactobacillus  sp, bahkan

Streptococcus mutans merupakan flora normal sepanjang hidup. Bakteri-bakteri

tersebut dalam rongga mulut berperan dalam proses pencernakan dan pertahanan

Page 3: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 3/6

3

tubuh tetapi juga berperan dalam pembentukan karies gigi. Sisa makanan yang

mengandung karbohidrat difermentasi oleh bakteri membentuk asam, asam yang

terbentuk menyebabkan lapisan luar gigi mengalami demineralisasi akibatnya terjadi

karies gigi. Adanya karies gigi dapat menyebabkan bakteri rongga mulut berpindah

habitatnya dan terjadi infeksi melalui gigi yang berlubang ke pembuluh darah

sehingga terjadi bakterimia. Flora normal yang berubah menjadi patogen setelah

 berpindah keorgan lain disebut dengan oportunis ( Jawetz, 2005 ).

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan tidak hanya menyebabkan

resistensi terhadap bakteri patogen penyebab infeksi saja tetapi juga menyebabkan

resistensi terhadap flora normal tubuh. Sebagai contoh yang sering terjadi

dimasyarakat adalah pada saat menderita batuk, pilek dan flu dengan minum obat

yang mengandung antibiotik tanpa resep dokter, sehingga kemungkinan terjadinya

resistensi bakteri flora normal pada rongga mulut akan meningkat. Jenis, dosis,

intensitas dan cara pemakaian antibiotik setiap orang berbeda sehingga pola

resistensinyapun beda. Masalah resistensi tidak hanya menjadi masalah individu

tetapi menjadi masalah pemerintah bahkan dunia sehingga seluruh negara berupaya

untuk menanggulangi terjadinya peningkatan resistensi antibiotik, organisasi

kesehatan dunia ( WHO ) merumuskan 67 rekomendasi guna mengendalikan

 peningkatan resistensi terhadap antimikroba ( WHO, 2001. cit Wahyono, 2010).

Tema hari kesehatan dunia tahun 2011 yang ditetapkan oleh WHO adalah

“ Penggunakan antibiotik yang rasional”. Tema ini ditetapkan setelah ditemukan

 banyak antibiotik tidak lagi mempan untuk membunuh jenis bakteri tertentu

contohnya bakteri “super” atau disebut superbug  yang bernama NDM-1 ( New Delhi

Page 4: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 4/6

4

Metallo-beta-laktamase-1 ). Bakteri tersebut telah mewabah di India, Pakistan,

Inggris, Amerika dan resisten terhadap berbagai macam antibiotik. Menurut pakar

kesehatan dari Universitas Gadjah Mada Iwan Dwiprahasto setiap rumah sakit

 penting untuk memiliki pola resistensi bakteri yang dibuat setiap 3 bulan sekali,

mengingat adanya potensi terjadinya resistensi akibat penggunaan yang berlebihan

( Chandra, 2011).

Penelitian ini menggunakan sampel siswa SMK Theresiana kelas XII, karena

 pada usia tersebut kemungkinan seseorang sudah lebih lama terpapar oleh mikroba

dan antibiotik dibanding kelas dibawahnya sehingga kemungkinan terjadi resistensi

terhadap antibiotik juga lebih tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah pola resistensi bakteri flora

normal rongga mulut terhadap antibiotik Amoksilin, Eritromisin, Kloramfenikol dan

Tetrasiklin.

1.3. Tujuan

a. Mengidentifikasi spesies bakteri flora normal rongga mulut pada siswa SMK

Theresiana Semarang kompetensi keahlian Analis Kesehatan.

 b. Mengetahui pola resistensi bakteri yang ditemukan terhadap antibiotik Amoksilin,

Eritromisin, Kloramfenikol dan Tetrasiklin secara invitro.

Page 5: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 5/6

5

1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bakteri flora normal rongga

mulut dapat mengalami resistensi terhadap antibiotik yang diakibatkan

 penggunaan antibiotik tidak sesuai aturan.

Page 6: Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

8/19/2019 Jtptunimus Gdl Nurulhiday 6536-1-11bab 1

http://slidepdf.com/reader/full/jtptunimus-gdl-nurulhiday-6536-1-11bab-1 6/6

6

1.5. Originalitas penelitian

Tabel 1. Originalitas penelitianNo Pengarang, Th Judul Variabel Hasil

 

1 Refdanita,2004

Pola kepekaankumanTerhadap

antibiotik di

ruang intensifRS FatmawatiJakarta

Bebas : kumanyang ditemukandiruang intensif.

Terikat : pola

kepekaan terhdpPenisilin,Amok,Ampisilin,

Kloram da

Tetrasiklin

 P aeruginosa  resisten terhadap Penisilin,Amoksisilin, Ampisilin, Kloramfenikol danTetrasiklin  Klebsiella sp  resisten terhadap

Amoksisilin,Penisilin,Kloramfenikol,

Ampisilin dan tetrasiklin.  E coli resistenterhadap Ampisilin, Penisilin, Amoksisilindan Tetrasiklin. S aureus  & S epidermidis

resisten terhadap Ampisilin, Amoksisilin,

Penisilin dan Kloramfenikol. 

2 Yulika Harniza,

2009

Pola resistensi

 bakteri yang

diisolasi dariBangsal bedah

RSUPN Cipto

Pada tahun2003-2006

Bebas : bakteri

yg diisolasi dr

 bangsal bedah.Terikat : pola

resistensi terhdp

Kloram,Amok,TrimethoprimCiprofloxasin

S aureus resistensi Kloramfenikol, E coli,  K

 pneumoniae, P mirabilis,   P aeruginosa

resistensi Amoksisilin&Trimethoprim Ecoli, K pneumoniae resisten terhadap

Ciprofloxasin

3 TommiePrasetyo,2009

Pola resistensikuman darikultur darah dilab MikroFK UI

th 2001-2006

terhadapKloramfenikol,Trimethoprim &

Tetrasiklin

Bebas: kumandr kultur darah.Terikat : polaresistensi terhdp

Kloramfenikol,

Trimethoprim,Tetrasiklin

Kloram Trim Te

 Acinetobacter S S R

 Pseudomonas S R R

Salmonella t S S S

 Klebsiella p R R S

S aureus R S S

S epidermidis R R S

4 AgusSjahrurachman,2000

Pola kumaninfeksi saluran pernafasan

 bawah dan

kepekaanterhadap berbagai

antibiotika

Bebas : kumaninfeksi saluran pernafasan

 bawah non TBC

Terikat : polakepekaan terhdpgol Penisilin &

Sefalosporin

ditemukan 90 isolat bakteri ( 28 % Gram + ,72 % Gram - ).58 % peka terhadap golPenisilin 32% peka terhadap Sefotiam, 33

% peka terhadap Sefdinin, 76 % peka

terhadap Seftasidim dan 63 % terhadapSefirom. Resisten terhadapStreptomisin53%,Kloramfenikol,

Tetrasiklin & Kotrimoksasol 46-56%

5 Rizal, 2009 Pola kuman &kepekaan nya di

RSU dr OenSolo Baru Kab.Sukoharjo th

2006 -2007

Bebas : kulturkuman RS dr

Oen.Terikat : polakepekaan terhdp

Penisilin,Tetrasiklin,

Kloramfenikol,Aminoglikosida

 E coli sensitif terhadap Amikasin, Cefepim,Tobramycin, Gentamycin dan resisten

terhadap Clindamycin, erytromycin,Amoksisilin dan tetrasiklin.  Klebsiella pneumoniae sensitif terhadap Imipenem,

Meropenem, Levofloxasin, Amikasin danresisten terhadap Ampisilin, Amoksisilin,

Cefotoxime. S aureus sensitif terhadapAmikasin,Cefepime, Clarythromycin,Ciprofloxasin,Gentamycin,Chloram.