journal reading tht rspad gatot subroto periode 25 mei 2015 - 26 juni 2015

19
JOURNAL READING FEASIBILITY AND EFFICIENCY OF CONCURRENT CHEMO-RADIOTHERAPY FOR NASOPHARYNGEAL CARCINOMA PATIENTS Disusun Oleh : Lailatul Faradila – FK UPN JAKARTA Alethea Andantika – FK UKRIDA Pembimbing : dr. Khairan Irmansyah, Sp.THT-KL, MKes KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT

Upload: lailatul-faradila

Post on 18-Aug-2015

50 views

Category:

Health & Medicine


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

JOURNAL READING

FEASIBILITY AND EFFICIENCY OF CONCURRENT CHEMO-RADIOTHERAPY FOR NASOPHARYNGEAL CARCINOMA

PATIENTS

Disusun Oleh :

Lailatul Faradila – FK UPN JAKARTA

Alethea Andantika – FK UKRIDA

Pembimbing :

dr. Khairan Irmansyah, Sp.THT-KL, MKes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT

RSPAD GATOT SUBROTO

Page 2: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

PERIODE 25 MEI 2015 – 26 JUNI 2015

Uji Kelayakan dan Efisiensi Kemo-

Radioterapi pada Pasien Karsinoma

Nasofaring

Imene Essaidi, Chiraz Nasr, Lotfi Kochbati, Mongi Maalej

Radio-Oncology Department Salah Azaiz Cancer Institute, boulevard du 9-Avril, 1006 Tunis,

TunisiaCitation: Essaidi I, Nasr C, Kochbati L, Maalej M. Feasibility and efficiency of concurrent

chemo-radiotherapy for nasopharyngeal carcinoma patients. J Nasopharyng Carcinoma, 2015, 1(21):

e21. doi:10.15383/jnpc.21.

Competing interests: The authors have declared that no competing interests exist.

Conflict of interest: None.

Copyright:2014 By the Editorial Department of Journal of Nasopharyngeal Carcinoma. This is an

open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which

permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author

and source are credited.

Abstrak :

Tujuan : Untuk mengevaluasi kemungkinan dan efisiensi dari kemo-radioterapi

pada pasien dengan karsinoma nasofaring. Pasien dan Metode : Kami

mengumpulkan 33 data pasien karsinoma nasofaring non-metastase yang sudah

diterapi dengan kemo-radioterapi pada periode januari 2004 sampai desember

2006. Rata – rata usia pasien 41 tahun, dan perbandingan pria dan wanita 3:1.

Berdasarkan data TNM staging system tahun 2002, T3-T4 dan N2-N3 rata – rata

67% dan 46%. Seluruh pasien dengan kanker yang tidak berdiferensiasi dan

menerima terapi conventional fractionated 2D radioterapi konvensional (RT)

dengan total dosis 70-74 Gyand bersamaan dengan cisplatin intravena (40mg/m2).

2

Page 3: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

Hasil : Toksisitas akut dapat diatasi. mukositis dan rekasi pada kulit Grade 3 – 4

terlihat pada 6 pasien (18%). Adanya kejadian grade 3 disfagia pada 1 pasien

menimbulkan dihentikannya radioterapi selama satu minggu. Semua pasien pada

penelitian ini menyelesaikan protocol radioterapinya. Empat pasien (12%)

menolak untuk menyelesaikan kemoterpainya dan 5 pasien lainnya (15%) tidak

menerima kemoterapi seperti yang dijadwalkan karena adanya gangguan pada

ginjal dan/atau toksisitas hematologi. Setelah dilakukan median follow up dari 58

bulan, 6 pasien (18%) menimbulkan kekambuhan pada daerah sekitar dan terjadi

metastasis jauh di 4 kasus (12%), 6 pasien (18%) hanya timbul metastasis jauh.

Lima tahun kelangsungan hidup secara keseluruhan dan tingkat kelangsungan

hidup bebas penyakit ini adalah 70 dan 63%. Analisis univariat untuk faktor

prognostik juga dilakukan. Secara keseluruhan angka bertahan hidup dipengaruhi

oleh Tahap T4, Tahap N3, usia> 40 tahun, dan siklus kemoterapi ≤ 5.Pasien yang

menerima lebih dari 5 siklus cisplatin juga telah secara signifikan angka

kelangsungan hidup dan metastasis lebih baik. Kesimpulan: Hasil penelitian

kami menunjukkan bahwa kemo-radioterapi untuk regioal karsinoma nasofaring

dimungkinkan dan efektif, dengan efek toksik yang dapat ditoleransi. Pada

analisis univariat, usia> 40 tahun, Tahap T4, Tahap N3, dan siklus kemoterapi ≤ 5

memiliki hasil signifikan buruk.

Kata kunci : kemo-radioterapi, karsinoma nasofaring, kelayakan, efisiensi,

toksisitas.

LATAR BELAKANG

Karsinoma nasofaring (KNF) berbeda dari keganasan lainnya di kepala

dan leher sehubungan dengan epidemiologi, patologi, presentasi dan respon klinis

untuk pengobatan [1,2]. Neoplasma ini memiliki distribusi etnis dan geografis

yang prevalensi tertingginya di populasi Asia Tenggara dan Afrika Utara. Hal ini

relatif sering terjadi di Tunisia dengan tingkat insiden 3,4 / 100.000 penduduk

pada laki-laki dan 1,6 / 100.000 penduduk pada wanita [3]. KNF merupakan

penyakit yang radiosensitif. Sekalipun tahap awal KNF sangat mudah

disembuhkan dengan radioterapi, angka kesembuhan dengan radioterapi saja

untuk KNF regional rendah [4-6]. Karena KNF adalah tumor kemosensitif, 3

Page 4: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

kemoterapi ditambahkan ke radioterapi dengan berbagai cara untuk

meningkatkan tingkat ketahanan hidup [7-17]. Sejak awal 1990-an, lebih dari 15

uji klinis acak dan 4 meta-analisis telah diterbitkan pada penggunaan induksi,

kemoterapi bersamaan dan adjuvant dalam pengobatan KNF regional [6-22].

Temuan utama dari studi ini adalah manfaat kelangsungan hidup yang

terkait dengan penggunaan kemo-radioterapi dengan atau tanpa ajuvan kemoterapi

dibanding hanya dengan radioterapi. Sejak itu kemo-radioterapi dengan atau tanpa

ajuvan kemoterapi telah menjadi modalitas pengobatan standar untuk pasien

dengan KNF, meskipun tingkat toksisitas akut menjadi signifikan terutama ketika

ajuvan kemoterapi diresepkan. Tujuan dari penelitian retrospektif ini adalah untuk

mengevaluasi kelayakan dan efisiensi dari kemo-radioterapi pada pasien KNF

regional.

Pasien dan Metode :

Karakteristik pasien :

Total 33 pasien dengan KNF non metastasis yang terkonfirmasi secara

histologi diterapi dengan kemo-radioterapi di Salah Azaiz Institute sejak Januari

2004 sampai dengan Desember 2006. Usia pasien berkisar dari usia 11 tahun

hingga 61 tahun dengan rata – rata usia 41 tahun. Dari 33 pasien, terdiri 25 pasien

laki – laki dan 8 pasien wanita (dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1).

Evaluasi staging awal meliputi riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, endoskopi

dan biopsi, pemeriksaan darah lengkap, fungsi renal dan liver, X-ray toraks,

abdominal ultrasonografi, CT scan dari nasofaring dan regio leher serta scintigrafi

tulang. Pasien secara klinis di klasifikasikan berdasarkan TNM staging sistem

2002, T3-T4 dan N2-N3 rata – rata 67% dan 46%.

Tabel 1. Karakteristik pasien.

Karakteristik Jumlah pasien Persentasi (%)

Usia

Rata - rata 41 tahun (Range usia 11 - 66 tahun)

Jenis kelamin

Laki – laki 25 76

Perempuan 8 24

4

Page 5: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

Patologi

WHO tipe III

T stage (TNM 2002)

T0 1 3

T1 2 6

T2 8 24

T3 15 46

T4 7 21

N stage (TNM 2002)

N0 6 18

N1 12 36

N2 11 34

N3 4 12

Rencana Terapi :

Semua pasien di terapi dengan kombinasi kemoterapi dan radioterapi.

Pasien menerima konvensional 2D radioterapi menggunakan telecobalt unit

dengan daerah parallel bilateral yang berlawanan dengan tumor primer dan daerah

kepala – leher, dan daerah depan bagian leher bawah. Mereka menerima

konvensional 2D radioterapi menggunakan unit telecobalt dengan paralel bilateral

menentang ladang untuk tumor primer dan leher bagian atas, dan lapangan

anterior tunggal untuk leher rendah dengan perisai pusat. Setelah diberikan daya

sebesar 42-44Gy, tumor primer terdorong bilateral dan rantai limfatik serviks

posterior diobati dengan elektron yang sesuai (6-9 MeV). Dosis total yang

direncanakan adalah sebesar 70-74 Gy untuk tumor primer dan melibatkan

kelenjar getah bening dengan fraksi harian 2 Gy, 5 hari / minggu. Pasien

menerima IV cisplatin pada 40 mg / m2 mingguan selama seluruh durasi

pengobatan 7 minggu radoterapi eksternal. Gambaran darah lengkap dan biokimia

diperiksa mingguan sebelum kemoterapi diberikan. Jumlah siklus cisplatin yang

dapat diberikan tergantung pada toleransi pasien.

5

Page 6: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

Evaluasi pasien dan tindak lanjut:

Toksisitas akut radioterapi terkait didokumentasikan sesuai dengan

pedoman Terapi Radiasi Onkologi Group [23] dan toksisitas kemoterapi terkait

dengan kriteria WHO [24]. Pada setiap kunjungan tindak lanjut, pemeriksaan fisik

lengkap (termasuk endoskopi jika diperlukan) dilakukan. Setelah dilakukan terapi

dapat dilakukan CT scan atau MRI kepala dan leher diperoleh untuk semua pasien

pada 3 bulan setelah perawatan.

Metode statistik:

Titik akhir studi meliputi toksisitas akut, kelangsungan hidup secara

keseluruhan (OS), kelangsungan hidup bebas penyakit (DFS), kekambuhan daerah

regional (LRRFS) dan angka kebebasan metastasis (SRPM). Semua angka

kelangsungan hidup dihitung dari tanggal dimana hasil pemeriksaan histologi

dikonfirmasi diagnosis dengan tanggal titik akhir pengamatan atau tanggal

terakhir tindak lanjut. Titik akhir kelangsungan hidup dianalisis menggunakan

metode Kaplan-Meier. Analisa univariat dilakukan untuk evaluasi faktor

prognostik. Tes Log-rank digunakan untuk membandingkan kurva dan p-nilai

<0,05 dianggap signifikan secara statistik.

HASIL

Toksisitas dan Kepatuhan:

Toksisitas akut terjadi secara reversibel dan dapat ditoleransi. Efek

samping utama adalah mucositis (97%), reaksi kulit (94%), mual dan muntah

(76%), disfagia (51%), dan leukopenia (45%). Sebagian besar efek samping ini

adalah kelas 1-2. Mukositis yang berat dan reaksi kulit (Grade 3-4) terlihat pada 6

pasien (18%). Gangguan radioterapi selama seminggu terjadi pada 1 kasus karena

kelas 3 dysphagia. Gangguan fungsi ginjal ditemukan pada 4 kasus (12%). Semua

33 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini selesai direncanakan radioterapi

mereka. Jumlah rata-rata siklus cisplatin diadministrasikan adalah 5 siklus

(kisaran, 2-7 siklus). Empat pasien remaja (42%) menerima lebih dari 5 siklus

cisplatin. Empat pasien (12%) menolak untuk menyelesaikan kemoterapi,

6

Page 7: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

sementara 5 pasien lainnya (15%) tidak menerima siklus direncanakan kemoterapi

karena toksisitas pada ginjal dan / atau hematologi (Tabel 2 dan 3).

Tabel 2. Toksisitas akut.

Toksisitas Akut Grade 1-2(%) Grade 3(%) Grade 4 (%)

Mukositis 26 (79%) 5 (15%) 1 (3%)

Reaksi kulit 25 (76%) 4 (12%) 2 (6%)

Disfagia 16 (48%) 1 (3%) -

Muntah 21 (64%) 4 (12%) -

Leukopenia 13 (39%) 2 (6%) -

Anemia 6 (18%) 1 (3%) -

Trombositopenia 1 (3%) - -

Kelainan ginjal 4 (12%)

Tabel 3. Siklus terapi.

Siklus cisplatin Jumlah pasien Persentase (%)

≤ 5 siklus 19 58

> 5 siklus 14 42

Angka kejadian dan kelangsungan hidup:

Setelah follow-up rata-rata 58 bulan (kisaran, 3-94 bulan), 6 pasien (18%)

menimbulkan kekambuhan regional dan terjadi metastasis jauh di 4 kasus (12%),

dan 6 pasien (18 %) hanya timbul metastasis jauh. Dalam lima tahun laju

kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS), angka kelangsungan hidup bebas

penyakit (DFS), laju kekambuhan daerah regional (LRRFS) dan laju angka

kebebasan metastasis (SRPM) adalah 70, 63, 80, dan 68% (Gambar. 1).

7

Page 8: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

Faktor prognostik:

Pada analisis univariat, usia> 40 tahun, Tahap T4, Tahap N3, dan siklus

kemoterapi ≤ 5 memiliki dampak buruk yang signifikan secara statistik pada OS

(Tabel 4 dan Gambar 2). Di sisi lain, Tahap T4 memiliki pengaruh yang

signifikan secara statistik pada LRRFS, Tahap N3 memiliki pengaruh yang

signifikan secara statistik pada SRPM dan pasien yang menerima lebih dari 5

siklus cisplatin memiliki DFS dan SRPM signifikan lebih baik daripada mereka

yang menerima kurang dari atau sama dengan 5 siklus kemoterapi.

DISKUSI

Karsinoma nasofaring sangat radiosensitif dan kemosensitif, dan

pengendalian penyakit yang sangat baik dapat dicapai dengan menggunakan

gabungan modalitas kemoradiasi bahkan pada pasien dengan penyakit lokal lanjut

[25]. The American Intergroup 0099 studi, menggunakan cisplatin bersamaan

dengan radioterapi diikuti oleh ajuvan kemoterapi dengan cisplatin dan

8

Page 9: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

fluorouracil (FU) adalah uji coba secara acak pertama yang menunjukkan manfaat

kelangsungan hidup dengan kemo-radioterapi.

Hasilnya didirikan standar pengobatan di Amerika Serikat sebagai standar

perawatan untuk lokal lanjut KNF [7]. Setelah itu, bahkan di negara-negara Asia

di mana KNF lazim, kemanjuran pengobatan kemo-radioterapi dengan atau tanpa

ajuvan kemoterapi dikonfirmasi dalam banyak studi klinis. Sejak itu, kami

menyimpulkan bahwa kemo-radioterapi dengan atau tanpa ajuvan kemoterapi

juga berlaku untuk pasien di daerah endemis dan harus standar praktek pada

penyakit lokal lanjut [8-10]. Besarnya keseluruhan manfaat kemo-radioterapi telah

dilaporkan sebelumnya di Meta-analisis Kemoterapi di Nasopharyngeal

Carcinoma (NPC MAC-) studi [19].

Analisis ini menunjukkan bahwa kemoterapi menyebabkan manfaat yang

tidak signifikan dalam kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS) dan

perkembangan hidup bebas (PFS). Efeknya adalah yang paling signifikan untuk

kelompok bersamaan. Dikombinasikan modalitas pengobatan menggunakan

bersamaan kemoterapi berbasis cisplatin adalah satu-satunya strategi yang

didukung oleh beberapa penelitian secara acak untuk meningkatkan kelangsungan

hidup. Sejak publikasi meta-analisis ini, banyak uji klinis [13-17, dan 22] dan

meta-analisis [20, 21] telah jelas menunjukkan bahwa kemoterapi diberikan

bersamaan dengan radioterapi sebagai paling mujarab. Peran neoadjuvant

kemoterapi (NACT), dan ajuvan kemoterapi di OS, dan dampaknya terhadap

kontrol kekambuhan regional dan metastasis jauh masih tetap kontroversial.

Saat ini, kemoterapi bersamaan selama radioterapi harus dipertimbangkan

standar perawatannya. Dosis mingguan (30-40 mg / m2) serta dosis 3-minggu

(100 mg / m2) rejimen berbasis cisplatin diterima sebagai praktek standar. Efek

toksik yang cukup dengan jadwal 3-minggu seperti diungkapkan oleh studi

Intergroup [7] di mana hanya 63% dari pasien telah menerima tiga minggu

pengobatan dengan dosis 100mg bersamaan / m2 cisplatin. Pada tahap III uji coba

secara acak dari Hong Kong, dosis rendah cisplatin (40 mg / m2) diberikan dalam

siklus mingguan selama seluruh proses radioterapi telah ditunjukkan untuk

meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS), terutama di T3 ke T4

subkelompok (untuk lengan CCRT, 5 tahun OS dan PFS harga yang 70,3 dan

9

Page 10: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

60,2%, masing-masing). Dalam hal toksisitas dan kepatuhan terhadap kemoterapi,

toksisitas sistemik dan lokal yang umumnya diterima, 60% dari pasien

menyelesaikan minimal 5 siklus cisplatin bersamaan, dan hanya 44%

menyelesaikan direncanakan 6 siklus cisplatin bersamaan selama radioterapi [10].

Kim et al secara retrospektif berdasarkan pengalaman mereka baik dari segi

regimens mingguan dan 3-mingguan diketahui bahwa toksisitas dan kepatuhan

terhadap kemoterapi, baik toksisitas sistemik dan lokal umumnya dapat diterima,

60% dari pasien menyelesaikan minimal 5 siklus cisplatin bersamaan, dan hanya

44% menyelesaikan 6 siklus cisplatin yang direncanakan bersamaan selama

radioterapi [10]. Kim et al telah mengamati secara retrospektif pengalaman

mereka baik rejimen mingguan dan 3-minggu. Mereka telah menemukan

penjadwalan mingguan praktis dan layak untuk kemoradioterapi pada pasien

dengan karsinoma nasofaring, yang mengakibatkan penurunan tosisitas akibat

pengobatan radiasi dan kejadian toksik akut minimal, tanpa melibatkan kontrol

lokal [27]. Ada kecenderungan untuk pusat kesehatan di daerah endemik untuk

memilih rejimen mingguan karena profil toksisitas yang lebih baik dan khasiat

yang sebanding. Untuk alasan ini, kami mengadopsi dalam penelitian kami

mengenai protokol cisplatin mingguan (40 mg / m2), semua pasien memiliki

kepatuhan yang relatif baik, dan 58% dari pasien menyelesaikan minimal 5 siklus

cisplatin bersamaan. Tidak ada toksisitas yang fatal yang berkaitan dengan

pengobatan yang sudah direncanakan. Meskipun tingginya insiden kelas 1 atau 2

mukositis, muntah, dan leukopenia, protokol kemoradioterapi lebih ditoleransi,

dengan derajat toksisitas 3 sampai 4 yang lebih ringan daripada uji coba

sebelumnya. Menariknya, 2 laporan retrospektif mengungkapkan bahwa dosis

cisplatin selamakemoradioterapi memiliki dampak prognostik yang signifikan.

Mereka menemukan bahwa jumlah siklus berbasis cisplatin bersamaan

kemoterapi secara bermakna dikaitkan dengan angka kelangsungan hidup secara

keseluruhan di subkelompok tahap III, tapi tidak dalam tahap IV [28, 29]. Sebuah

penjelasan yang mungkin untuk ini yaitu kemoradioterapi untuk pasien dengan

penyakit berisiko tinggi mungkin tidak cukup untuk meningkatkan hasil mereka

secara signifikan. Dengan demikian akan menjamin eksplorasi lebih lanjut dari

kemoterapi adjuvan sebagai modalitas pengobatan tambahan bagian ini pasien.

10

Page 11: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

Dalam penelitian kami, pasien yang menerima lebih dari 5 siklus cisplatin selama

kemoradioterapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada mereka yang tidak.

Hal ini konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya [28, 29]. berdasarkan

fakta analisis retrospektif, hubungan kausal antara siklus cisplatin dan perbaikan

angka kelangsungan hidup secara keseluruhan tidak didefinisikan secara jelas.

Namun, sampai studi konfirmasi lebih lanjut yang tersedia, hasil ini setidaknya

memungkinkan kita untuk menyarankan pasien yang dikemoterapi bahwa

kemoradioterapi dapat mempengaruhi prognosis. Meskipun pasien yang

dilibatkan dalam penelitian retrospektif kami tidak menerima adjuvan kemoterapi

yang disertai kemoradioterapi, angka kelangsungan hidup 5 tahun dari 70%

menjadi 5 tahun-angka kelangsungan hidup bebas penyakit menjadi 63%. Hasil

ini sejalan dengan data yang diterbitkan [7-10] dan menyoroti kebutuhan tahap

lanjut percobaan III untuk menilai peranan adjuvan kemoterapi yang disertai

kemoradioterapi. Chen et al telah menerbitkan temuan fase acak mereka

persidangan III dari kemoradioterapi dan adjuvan kemoterapi dibandingkan

kemoradioterapi sendiri melibatkan lebih dari 500 pasien dengan stadium non-

metastatik III-IV pasien karsinoma nasofaring. Pada median follow-up selama 38

bulan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perkiraan kegagalan tingkat

kelangsungan hidup bebas 2 tahun di kemoradioterapi dan adjuvan kemoterapi

versus kemoradioterapi saja. Dalam hal toksisitas, 42% dari 205 pasien dengan

adjuvan kemoterapi derajat 3-4 toksisitas selama adjuvan kemoterapi, dengan

17% dari pasien telah mengalami toksisitas hematologi signifikan [30]. Sebuah

meta-analisis terbaru menunjukkan temuan yang sama [31] .Salah satu cara untuk

memilih pasien yang lebih cocok untuk pendekatan adjuvant mungkin penilaian

plasma tingkat EBV DNA. Deteksi dini sesudah kemoradioterapi angka EBV

DNA yang tinggi dapat menjadi indikasi untuk dilakukan adjuvan kemoterapi.

Chan et al sedang melakukan uji klinis dengan penggunaan pasca-radioterapi

EBV DNA untuk memilih pasien berisiko tinggi secara acak untuk diobservasi

dalam menerima adjuvan kemoterapi. Penelitian ini sedang berlangsung dan hasil

yang diharapkan dalam 2 tahun mendatang [32].

Lin et al menunjukkan bahwa kemoradioterapi tidak memadai untuk

pasien berisiko tinggi (ukuran nodal> 6 cm, metastasis kelenjar supraklavikular,

11

Page 12: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

1992 AJCC tahap T4N2, dan beberapa metastasis kelenjar getah bening leher

dengan pembesaran lebih dari 4 cm) dengan angka 5 tahun kelangsungan hidup

dibandingkan dengan radioterapi sendiri (55,8% vs 46,3%, p = 0,176) [33]. Salah

satu strategi untuk lebih meningkatkan efektivitas kemoterapi untuk pasien kanker

nasofaring berisiko tinggi adalah dengan menggunakan pengobatan yang lebih

agresif dengan adjuvan kemoterapi selain kemoradioterapi. Induksi kemoterapi

umumnya lebih baik ditoleransi daripada adjuvan kemoterapi dan mungkin

memberikan pemberantasan awal jauh mikro-metastasis. Selain itu, adjuvan

kemoterapi dapat mengecilkan tumor primer untuk memberikan margin yang

lebih luas untuk iradiasi. Sebuah beberapa tahap II penelitian klinis, menggunakan

adjuvan kemoterapi intensif diikuti oleh kemoradioterapi, telah menunjukkan

mendorong profil toksisitas dan pengendalian penyakit [34, 35].

Liang dan al telah diterbitkan pertama meta-analysisto mengevaluasi

efikasi dan toksisitas dari neoajuvan kemoterapi diikuti oleh kemo-radioterapi

dibandingkan kemo-radioterapi dengan atau tanpa AC untuk loco-regional maju

KNF. Mereka menemukan bahwa neoajuvan kemoterapi diikuti oleh kemo-

radioterapi ditoleransi dengan baik tapi tidak bisa secara signifikan meningkatkan

prognosis dalam hal kelangsungan hidup secara keseluruhan, kegagalan hidup

bebas loco-regional atau metastasis jauh kegagalan kelangsungan hidup bebas

[36]. Mungkin hal ini berkaitan dengan fakta bahwa adanya keterlambatan

neoajuvan kemoterapi saat radioterapi.

Sementara hasil dari banyak uji klinis acak telah mengkonfirmasi

kemanjuran kemo-radioterapi lebih radioterapi sendiri untuk loco-regional

canggih KNF, muncul pertanyaan apakah kemo-radioterapi memiliki dampak

pada hasil penyakit tahap awal. Chen dan rekan menerbitkan fase acak mereka III

studi prospektif tahap II pasien KNF. Pasien diacak baik radioterapi konvensional

saja (n = 114) atau kemo-radioterapi (n = 116) dengan cisplatin mingguan

bersamaan pada 30 mg / m2. Pada median follow up pada 60 bulan, penambahan

kemoterapi statistik meningkatkan 5 tahun tingkat OS (94,5 vs 85,8%, p = 0,007),

PFS (88 vs 79%, p = 0,017, dan SRPM (95 vs 84 %, p = 0,007). Anehnya, tidak

ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam tingkat LRRFS 5 tahun (93

vs 91,1%, p = 0,29) [37]. Intensitas-termodulasi radioterapi (IMRT) secara luas

12

Page 13: Journal Reading THT RSPAD Gatot Subroto Periode 25 Mei 2015 - 26 Juni 2015

Journal of Nasopharyngeal Carcinoma 2014

digunakan sebagai alternatif untuk radioterapi konvensional pada pasien KNF

dengan penyakit stadium I-II, namun perannya dalam hubungan dengan

kemoterapi masih belum diketahui. Thamet al mengevaluasi hasil pengobatan dari

107 pasien dengan stadium IIB KNF setelah IMRT dengan atau tanpa kemoterapi.

Mereka menemukan bahwa IMRT tanpa bersamaan kemoterapi memberikan hasil

pengobatan yang baik dengan toxicityand diterima tanpa perbedaan yang

signifikan pada pasien yang diobati dengan kemoterapi [38] .Seperti tidak ada

calon data yang dipublikasikan tentang dampak kemo-radioterapi dalam tahap II

pasien KNF diobati dengan IMRT, kesimpulan mendefinisikan kemo-radioterapi

di era IMRT untuk pasien stadium awal KNF tidak dapat ditarik. Praktek kemo-

radioterapi dalam tahap penyakit II diterima asalkan keseimbangan diambil

dengan toksisitas jangka pendek dan panjang terkait bersamaan kemoterapi.

Dalam anothertrial, 868 pasien KNF non-metastatik diobati dengan IMRT

dianalisis secara retrospektif. Dengan tindak lanjut median dari 50 bulan, 5 tahun

diperkirakan penyakit kelangsungan hidup tertentu (DSS), kekambuhan bebas

lokal survival (LRFS), kekambuhan bebas daerah survival (RRFS) dan jauh

kelangsungan hidup metastasis bebas (DMFS) yang 84,7 %, 91,8%, 96,4% dan

84,6%, masing-masing. Profil Toksisitas sangat rendah. Kemoterapi bersamaan

gagal memperbaiki tingkat kelangsungan hidup untuk pasien dengan penyakit

locoregional maju dan meningkatkan keparahan toksisitas akut [39].

KESIMPULAN

Penelitian kami menegaskan bahwa mingguan cisplatin bersamaan dengan

radioterapi untuk kanker nasofaring stadium lanjut ditemukan ditoleransi dengan

efisiensi tinggi dan memberikan bukti lebih lanjut tentang pentingnya prognostik

kemoterapi dosis selama fase bersamaan dengan radioterapi.

13