journal analysis kelompok 11 d
TRANSCRIPT
JOURNAL ANALYSIS
SHARING JOURNALHome Based Deep Breathing for Depression in Patients with Coronary Heart
Disease : A Randomized Controlled Trial
Group 11 D
Tiara Gita Putri 105070204131002
Desak Gede Prema . W 105070201131010
Titik Tri Ardiani 105070207131001
NURSING K3LN PROGRAMME
MEDICAL FACULTY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY
MALANG
2012
1. LATAR BELAKANG DAN TOPIK
Topik yang ada dalam jurnal ini adalah Home-based deep breathing for
depression in patients with coronary heart disease. Dimana saat ini depresi
kardiak banyak terjadi menyertai penyakit jantung dan menyebabkan kematian
pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Depresi merupakan prediktor
utama mortalitas dan semakin tinggi tingkat keparahan depresi, semakin tinggi
angka kematian. Dari beberapa hasil penelitian, pasien merasa lebih nyaman
ketika di lakukan teknik relaksasi napas dalam. Mereka lebih suka perawatan non
farmakologi seperti teknik ini dibandingkan penggunaan anti depresan.
Teknik napas dalam merupakan teknik yang sangat sederhana. Teknik
napas dalam ini juga menunjukkan serangkaian perubahan fisiologis terpadu
seperti penurunan gairah, penurunan konsumsi oksigen, penurunan detak
jantung dan tekanan darah, serta menurunkan rangsangan saraf simpatis.
2. METODE
A. Partisipan
Partisipan direkrut dari Dua klinik Rawat Jalan Kardiologi di daerah
Taiwan Utara. Dua orang Kardiolog terlibat dalam studi ini baik dalam
pengumpulan data, analisis data, dan perekrutan partisipan. Sebelumnya semua
partisipan telah mengikuti tes Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk
mengetahui tingkat gejala dpresi yang dialami partisipan sebelum dilakukannya
studi ini.
Partisipan yang dipilih untuk mengikuti studi ini adalah pasien yang stabil
dari segi medis dengan penyakit Jantung Koroner, berusia diatas 20 tahun, tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik yang parah dan hasil tes BDI-II > 10. Partisipan
yang ditunda adalah pasien yang mengidap Infark Miokard satu bulan yang lalu
dan sekitar 6 bulan yang lalu menjalani intervesi koroner seperti angioplasty,
stent, dan atheroctomy.
Partisipan yang tidak dapat mengikuti studi ini adalah mereka yang
memiliki kriteria seperti :
- Menjalani operasi baypass arteri koroner.
- Memiliki kriteria Gagal Jantung Kongestif kelas 3 dan 4 menurut New
York Heart Association.
- Menggunakan alat pacu jantung ataupun fibrilasi
- Memiliki Diabetes, Gagal ginjal, Kardiomiopati, dan penyakit Katup
Jantung yang tidak terkontrol.
Partisipan direkrut sejak Maret 2008 – Mei 2009, dimana pengumpulan
data dilakukan antara April 2008 - Juni 2009. Total 72 partisipan memenuhi
syarat untuk mengikuti studi ini, namun 10 diantaranya harus berhenti mengikuti
studi ini karena mengidap aritmia, mengajukan pengunduran diri, dan kehilangan
kontak, sehingga total partisipan dalam studi adala 62 orang.
B. Desain
Studi ini menggunakan desain percobaan secara acak terkontrol, dengan
menggunakan kelompok paralel. Sehingga partisipan yang mendapatkan
intervensi pelatihan nafas dalam (kelompok ekspeimental) dan dukungan
telepon mingguan (kelompok control) akan ditentukan secara acak.
C. Pengukuran Hasil
Dasar pengukuran studi ini adalah perubahan pada tingkat keparahan
gejala depresi partisipan yang diukur dengan tes BDI-II. Hasil sekunder adalah
perubahan pada tingkat keparahan gejala depresi yang diukur dengan PHQ-9.
BDI-II dan PHQ-9 dikaji untuk kedua kelompok pada awal studi (minggu 0), dan
periode setelah pelatihan (minggu 4). Khusus untuk kelompok eksperimental,
pengkajian dilakukan pada 2 minggu pertama setelah pelatihan (minggu 2).
BDI-II adalah kuisioner yang terdiri dari 21 item, dimana setiap item
memiliki rentang nilai dari 0-3. BDI-II dirancang untuk mengetahui tingkat
keparahan gejala depresi pasien. Skor BDI-II berkisar antara 0-63, dimana
semakin tinggi skor BDI-II mengindikasikan semakin tingginya tingkat keparahan
gejala depresi yang dialami pasien.
PHQ-9 adalah instrumen diagnostik untuk evaluasi tingkat gangguan
mental pasien. Terdiri dari 9 item yang masing-masing itemnya memiliki rentang
nilai antara 0-3, sehingga skor yang mungkin didapatkan berkisar antara 0-27.
Skor ≥ 10 memiliki sensitifitas dan spesifisitas sebesar 88 % untuk
mengindikasikan pasien tersebut mengalami depresi.
D. Intervensi
Variabel mandiri pada studi ini adalah 4 minggu masa pelatihan nafas
dalam untuk kelompok eksperimental dimana partisipan akan menerima
pelatihan nafas dalam menggunakan diafragma selama 30 menit dan dipandu
perawat yang memiliki pengalaman > 10 tahun untuk pelatihan ini. Partisipan
diminta untuk bernafas rata-rata 6 siklus pernafasan tiap menitnya. Pada teknik
nafas dalam yang benar, abdomen lebih dominan digunakan dibandingkan
pergerakan dada, selain itu partisipan juga diminta untuk relaks dan menutup
matanya selama dilakukan pelatihan.
Setelah itu partisipan dibekali lembar instruksi yang berisi langkah-
langkah melakukan nafas dalam dan diminta untuk rutin melakukan teknik
tersebut 3 kali sehari masing-masing selama 10 menit, dalam 4 minggu masa
studi. Pada 2 minggu masa studi, partisipan diminta kembali ke klinik untuk
monitoring hasil pelatihan. Tingkat kepatuhan partisipan > 80 %.
Sedangkan kelompok kontrol menerima 30 menit sesi manajemen stres
oleh perawat yang juga melakukan sesi pernafasan dalam. Sesi manajemen
stress ini membahas hubungan antara stres dan penyakit kardiovaskuler dan juga
bagaimana cara mengelola stres. Kelompok control ini juga menerima 4
dukungan telepon dan sesi informatif dimana tiap sesinya berlangsung sekitar 5
menit. Dalam sesi informatif dan dukungan telepon, perawat menggunakan skrip
berisi pertanyaan terstruktur mengenai ketidaknyamanan fisik, perubahan gaya
hidup, dan kekhawatiran tentang manajemen medis.
Teknik nafas dalam adalah teknik yang paling dasar untuk keterampilan
relaksasi. Teknik ini memungkinkan untuk menghirup oksigen sebanyak-
banyaknya dan meredakan ketegangan yang dapat menyebabkan stress negatif.
Keuntungan teknik ini adalah mudah, dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja.
Inspirasi
Atur posisi baik duduk ataupun
berdiri dengan baik dan nyaman.
Letakkan tangan diatas perut.
Tarik nafas perlahan melalui
hidung dan biarkan perut
mengembang. Sebelum
melakukan ekspirasi, tahan nafas
terlebih dahulu selama beberapa
detik.
Ekspirasi
Dengan tangan tetap berada di atas
perut, keluarkan nafas dengan
mengerucutkan bibir seperti saat
sedang bersiul. Dengan
mengerucutkan bibir, anda dapat
mengatur kecepatan nafas dan
menjaga saluran pernafasan untuk
tetap membuka. Keluarkan nafas
hingga perut mengempis. Lakukan
hal yang sama tiga sampai empat
kali siklus pernafasan tiap sesinya.
Pernafasan ini dapat diulang 3 kali
sehari ataupun pada saat anda
merasa tegang.
Ilustrasi dalam melakukan Pernafasan Dalam atau Diafragma
E. Analisis Statistik
Analisa statistik perbandingan kelompok menggunakan metode Student’s
T-test untuk variable yang berkelanjutan dan metode Chi-Square untuk variabel
kategoris. Analisis Kovarians (ANCOVA) digunakan untuk memeriksa perbedaan
kelompok PHQ-9 sedangkan Univariate Repeated-Measures Analysis of Variance
(ANOVA) digunakan untuk memeriksa perbedaan kelompok BDI-II dan PHQ-9.
3. HASIL
Dari hasil uji coba yang dilakukan pada 62 pasien PJK (Penyakit Jantung
Koroner) yaitu mencakup kelompok eksperimen,yang berjumlah 28 pasien
dengan menggunakan uji coba rumah berbasis pelatihan pernafasan dan
kelompok terkontrol, yang berjumlah 34 pasien dengan menggunakan dukungan
melalui telepon yang dilakukan secara perminggu pada pasien dengan PJK,
didapatkan hasil bahwa pada post-test BDI-II dan PHQ-9 secara signifikan lebih
rendah pada percobaan kelompok dibandingkan pada kelompok kontrol (masing-
masing : p <0,001 dan p <0,001).
Penurunan dalam BDI-II, dari awal, di post-test secara signifikan lebih
besar pada kelompok eksperimental sebagai dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p <0,001). Demikian pula, pre-test ke post-test perubahan PHQ-9 skor
secara signifikan lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol (p = 0,007).
Kemudian, penelitian ulang mengenai perubahan BDI-II dan PHQ-9 dalam
eksperimen kelompok dengan analisis berulang menggunakan langkah varians
(ANOVA atau Analysis of Variance) menunjukkan bahwa kedua instrument untuk
mengukur gejala depresi menggunakan BDI-II dan PHQ-9 menurun secara
signifikan dari waktu ke waktu (keduanya p <0,001). Persentase peserta dengan
BDI-II lebih dari sama dengan 17 menurun dari waktu ke waktu dari 28,6% pada
awal, dan 17,9% selama pengobatan, menjadi 10,7% post-test.
Jadi, kesimpulannya adalah uji coba rumah berbasis pelatihan pernafasan
efektif dalam mengurangi depresi gejala dibandingkan dengan dukungan telepon
pada pasien dengan PJK.
4. DISKUSI
Depresi bukan merupakan penyebab tunggal kematian pada pasien
dengan penyakit jantung koroner, tetapi merupakan faktor resiko yang
mempercepat kematian pada pasien. Dalam jurnal ini menunjukkan bahwa
setelah mengikuti program latihan ini selama 4 minggu dapat secara efektif
mengurangi skor depresi pada pasien penyakit jantung koroner. Selain itu juga
ditemukan penurunan secara signifikan dari skor depresi setelah mengikuti
pelatihan ini.
Program latihan napas dalam ini harus diikutkan dalam program
rehabilitasi jantung untuk mendukung adanya pengurangan skor depresi dari
pasien. Selain menurunkan skor depresi, jurnal ini juga dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk mengevaluasi efek dari latihan napas dalam.
Sebagai kesimpulan, menyebabkan program latihan teknik napas dalam
di rumah manjur dalam mengurangi gejala depresi dibandingkan dengan
dukungan telepon pada pasien dengan penyakit jantung Koroner.
5. SARAN
a. Sebaiknya penulis mencatumkan contoh instrumen pengkajian yang
digunakan untuk mengukur tingkat depresi partisipan pada jurnal
yang mereka buat, hal ini akan membantu pembaca untuk
mengetahui poin-poin pertanyaan apa saja yang menjadi dasar acuan
untuk mengetahui tingkat depresi partisipan.
b. Sebagai tambahan ada baiknyadalam penelitian ini juga dikaji apakah
pelatihan nafas dalam ini berpengaruh terhadap frekuensi sesak yang
biasanya dialami pasien PJK, karena kemunginan tingkat depresi
partisipan bisa menurun karena frekuensi sesaknya yang berkurang.
6. APLIKASI DI INDONESIA
Penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia karena penelitian ini
menunjukkan bukti pertama bahwa teknik relaksasi sederhana, yaitu dengan
menggunakan pernapasan dalam yang dipraktekkan secara teratur di rumah
selama 4 minggu, secara efektif dapat mengurangi skor depresi pada pasien
dengan PJK. Selain menggunakan teknik yang sederhana, penelitian ini juga
dapat mengurangi ketergantungan terhadap obat yang dikonsumsi oleh pasien.
7. LAMPIRAN
Gambar 1. Kuisioner BDI-II
Gambar 2. Kuisioner PHQ-9
DAFTAR PUSTAKA
Mithunss. Beck Depression Inventory Picture.
(http://withfriendship.com/images/f/26393/Beck-Depression-
Inventory-picture.gif)
Mithunss. Beck Depression Inventory Picture.
(http://withfriendship.com/images/f/26393/beck-depression-
inventory.gif)
Heritageechiro. Relaxation Tehnique I-Deep Breathing.
(http://www.heritagechiro.net/stress_reduction.pdf)