jenis senjata api
DESCRIPTION
senjata apiTRANSCRIPT
C. JENIS SENJATA API
Klasifikasi senjata dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara lain:4
1. Berdasarkan tenaga pendorong/pelontar
Atas dasar tenaga yang digunakan untuk melontarkan anak pelurunya maka jenis
senjata dapat dibagi menjadi :4
a. Senjata api :
Yaitu jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya, terdiri
atas :
i. Mesiu hitam (black powder atau smoke powder)
Terdiri atas : belerang, arang dan sendawa.
Ciri-cirinya :
- Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa pembakaran.
- Tenaga lontarnya kurang kuat.
ii. Mesiu putih (white powder atau smokeless powder)
Terdiri atas :
- Nitrocellulose saja (single base powder).
- Nitrocellulose dan nitroglycerine (double base powder).
Ciri-cirinya :
- Menimbulkan asap sedikit.
- Menimbulkan sisa pembakaran sedikit.
- Tenaga lontarnya lebih kuat.
b. Senjata angin :
Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO2 sebagai
sumber energi untuk melontarkan pelurunya.
Gambar 2. Senapan angin
http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html
2. Berdasarkan cara menggunakan
Pembagian jenis senjata berdasarkan cara menggunakannya dapat dibedakan
menjadi:4
a. Senapan / bedil
Cara mengoperasikan senjata dari jenis ini adalah dengan kedua tangan sambil
memanfaatkan bahu.
Terdiri atas :
- Senapan berlaras lebih dari 22 inci (long-barrel weapon)
- Senapan berlaras kurang dari 22 inci (short-barrel weapon)
Macam-macam senapan laras panjang :
Rifles
Rifle adalah jenis senapan yang biasanya mempunyai panjang laras lebih
dari 18 inci. Terdapat pegangan kearah dada atau bahu, yang disebut
stock, agar dapat menahan hentakan yang terjadi ketika menembak,
supaya akurasi tetap terjaga. Laras panjangnya ini biasanya mempunyai
alur spiral di dalam, sehingga peluru yang melesat menjadi berputar,
dimaksudkan untuk akurasi dan kecepatan yang lebih maksimal.
Shotguns
Senapan yang memiliki laras panjang dengan kaliber yang biasanya cukup
besar. Selain untuk berburu, biasanya digunakan pula untuk berolahraga
menembak, dengan sasaran bergerak yang dilontarkan ke udara.
Jenis-jenis senjata api laras panjang yang sering digunakan di kalangan militer :
1. MAUSER
Pernah menjadi senjata standar Polri di jaman Orde Baru
hingga awal Reformasi, senjata ini kini hanya dijadikan senjata
beban bagi para siswa yang sedang
menjalani pendidikan Kepolisian. Type Manual; Kaliber 7,62 mm;
Magazin tidak dapat dilepas dengan kapasitas 5 peluru;
2. M1 GARAND
Senapan jaman perang dunia II yang merupakan symbol
pasukan AS pada jaman itu dan pernah menjadi senjata andalan TNI.
Panjang 1,103 m; Kaliber 0,3 inch; Berat 4,37 kg; Kapasitas magazin 8
peluru; Jarak tembak efektif 500 m.
3. SKS
4. SMLE 0.303
SMLE (Short Magazine Lee-Enfiled) digunakan tentara Inggris pada
perang dunia I & II, Akurasi dan kecepatan penembakan adalah kunci utama
kesuksesan senjata ini. Senjata ini juga pernah melengkapi persenjataan
Tni/Polri. Panjang 1,13 m; Berat 3,93 kg; Kapasitas magazin 10 peluru;
Kaliber 0,303 inch (setara 7,62 mm); Jarak tembak efektif 1 km; System
penembakan Manual.
5. STURMGEWEHR 44 (Stg 44)
Panjang 0,94 m; Berat 5,1 kg; Kapasitas magazin 30 peluru; Kaliber
7,62 mm Kurz; Daya tembak 500 peluru per menit; Jarak tembak efektif 300
m; Buatan Jerman, mulai diproduksi pada tahun 1944. Digunakan pada Perang
Dunia II.
6. AK-47
Hingga saat ini hampir seluruh dunia telah menggunakannya. Mulai
dari Militer, Kepolisian hingga para pemberontak dan teroris pun
menggunakan senjata ini sebagai senjata andalan mereka. Gampang
dioperasikan dan tahan banting, itulah yang membuat senjata ini diterima luas
oleh seluruh dunia. Di Indonesia sendiri senjata ini digunakan oleh Marinir
TNI-AL dan Kopassus TNI-AD. Bahkan Polri pun memperkuat pasukan
Brimobnya dengan senjata ini. Type Gas Operated; Kaliber 7,62 x 39 mm;
Kapasitas magazin 30 peluru; Panjang 880 mm; Berat 4,3 kg; Daya tembak
600 perluru per menit; Kecepatan peluru 710 m per detik.
7. M-16
Kaliber 5,56 mm NATO; Sistem Gas Operated; Panjang total 986 mm
(A1), 1.006 mm (A2); Panjang laras 508 mm; Berat 2,89 kg kosong, 3,6 kg
dgn 30 butir peluru; Daya tembak 650-800 peluru per menit; Jarak tembak
maksimum 460 m (A1), 550 m (A2); Kapasitas magazin 30 dan 20 butir
peluru. Senjata ini di Indonesia banyak dipakai oleh TNI dan Polri.
8. FN FAL
Panjang 1,053 m; Berat 4,3 kg; Kaliber 7,62 mm; Kapasitas magazin
20 peluru; Daya tembak 550 peluru per menit; Jarak tembak efektif 800 m.
Buatan FN Belgia. FAL merupakan singkata dari FusilAutomatique Legere.
9. STEYR AUG
Senjata buatan Austria ini konon merupakan salah satu senapan
infantri jenis bullpup terbaik karena bisa dioperasikan dalam kondisi ekstrim
dan akurasinya cukup jempolan. Bobotnya yang cukup ringan karena sebagian
besar bahannya dari bahan plastik tahan banting. Panjang 0,79 m; Berat 3,6
kg; Kaliber 5,56 mm NATO; Kapasitas magazin 30-42 peluru; Daya tembak
650 peluru per menit; Jarak tembak efektif 500 m.
10. SA 80
Panjang 0,78 m; Berat 3,80 kg; Kaliber 5,56 mm; Kapasitas magazin
30 peluru; Daya tembak 700 peluru per menit; Jarak tembak efektif 400 m.
Buatan Inggris, mulai produksi tahun 1980. Magasin yang sering terlepas
sendiri dan body yang tidak tahan kotor konon menjadi penyebab senjata ini
gagal menjaring pembeli di luar Inggris terutama pada awal produksi.
11. M4 A1
System Gas Operated; Kaliber 5,56 mm NATO; Panjang total 838 mm
(dgn popor ditarik), 757 mm (popor masuk); Panjang laras 370 mm; Berat
2,52 kg (kosong), 3,0 kg (dgn 30 peluru); Kapasitas magazin 30 peluru; Daya
tembak 700-950 peluru per menit; Jarak tembak efektif 360 m; Dilengkapi
dengan Senter, Teleskop, Infra Red dan Pembidik Laser. Buatan Amerika. Di
Negara asalnya digunakan oleh USSOCOM. Di Indonesia digunakan sebagai
senjata standar oleh Densus 88 AT Polri.
12. SS1-V1
Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang laras
449 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Daya tembak 750-760
peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode Single, 3 burst, Full Auto,
Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia. Digunakan oleh TNI/Polri.
13. SS1-V2
Senapan Serbu buatan PT. Pindad Indonesia yang menjadi senjata
standar TNI. Automatic Carbine (Medium Barrel); Kaliber 5,56 x 45 mm;
Panjang laras 363 mm; Panjang total 890 mm (popor keluar), 666 mm (popor
lipat); Berat kosong 3,91 kg; Jarak tembak 450 m; Daya Tembak 750-760 m;
Firing Mode Single, Full Auto, Safe.
14. SS1-V3
Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang laras
363 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Kaliber 5,56 mm; Firing
Mode Single, 3 burst, Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia.
Digunakan oleh TNI.
15. SS1-V5
Panjang (popor keluar) 770 mm, (popor lipat) 557 mm; Panjang laras
252 mm; Berat kosong 3,37 kg; Jarak tembak 200 m; Daya tembak 720-760
peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode Single, Full Auto, Safe.
Buatan PT. Pindad Indonesia. Digunakan oleh Polri.
16. SABHARA-V1
17. SABHARA-V2
18. XM8
Senjata yang diproduksi oleh Heckler-Koch Amerika mulai diproduksi
tahun 2005, dan akan berubah nama menjadi M8 ketika resmi dipakai. Kaliber
5,56 mm. Senjata ini konon akan menggantikan M16 sebagai senjata standar
AD Amerika Serikat. Sejumlah kelebihan ditawarkan mulai dari bobotnya
yang lebih ringan hingga kelengkapan sistem optik pada pembidik Infra
Rednya.
19. SS1-R5 RAIDER
Kaliber 5,56 x 45 mm; Panjang laras 252 mm; Panjang Senjata 770
mm (popor keluar), 557 mm (popor lipat); Berat kosong 3,37 kg; Daya tembak
650-700 peluru per menit; Jarak tembak efektif 375 m; Firing mode Single,
Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia, digunakan oleh RAIDER TNI-
AD
`
a. Senjata berat yang tidak bisa ditangani atau diangkat oleh orang,
melainkan harus diletakkan di tanah atau dipasang pada sesuatu.
Misalnya kebanyakan senjata mesin, senjata yang terpasang di
pesawat terbang, tank, senjata anti pesawat, dan lainnya. Ada pula
yang dinamakan meriam, yaitu senjata yang
mempunyai kaliber lebih dari 50.
b. Senjata genggam (handgun)
Cara memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan menggunakan
satu tangan.
Terdiri atas :
Pistol
Yang dimaksud pistol biasanya memang mengacu kepada istilah
handgun itu sendiri. Jenis pistol ialah pistol semi otomatis, seperti FN, dan
pistol mesin yang full otomatis, seperti UZI.
Pistol menggunakan peluru yang terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam magazine. Satu magazine bisa memuat 5 hingga 19 peluru
tergantung kepada jenisnya, dan bisa diisi berulang kali. Dalam
pemakaiannya, magazine dimasukkan ke dalam pegangan pistol.
Revolver
Pistol dengan magazine yang berbentuk silinder berlubang, dengan
laras yang lebih panjang. Biasanya magazine silinder ini dapat diisi 6
peluru, satu peluru dalam setiap lubang. Silinder akan otomatis memutar
mengarahkan lubang berikutnya setelah ditembakkan.
Terdapat semacam palu yang memukul ujung bagian peluru ketika
pelatuk ditarik, bagian belakang peluru yang berisi bubuk peledak akan
seketika terbakar dan meledak, sehingga ujung peluru depan yang
merupakan bagian inti dari peluru, akan melesat dengan cepat memburu
sasarannya.
Ada pula jenis yang lain, yaitu revolver dengan dua buah laras
panjang. Jenis ini lebih kuat hentakannya dan lebih lemah akurasinya jika
dibandingkan revolver berlaras satu. Tetapi dapat lebih cepat dalam proses
penembakkannya.
Derringers
Ialah jenis pistol yang sangat kecil dan pendek. Berlaras satu atau dia,
dengan pengisian peluru langsung di belakang larasnya. Karena
ukurannya yang kecil, senjata jenis ini sering digunakan untuk cadangan
yang disembunyikan, atau sebagai pelengkap.
5. Berdasarkan bentuk permukaan dalam laras
Pembagian jenis senjata ini berdasarkan bentuk permukaan dalam dari laras dibagi
menjadi:4
a. Senjata berlaras rata (smooth-walled weapon)
Permukaan dalam dari larasnya rata atau tidak beralur melingkar. Laras dari
shotgun, senapan angin, pistol, atau revolver sering dibuat tanpa alur melingkar.
b. Senjata beralur melingkar (rifled weapon)
Kegunaan dari alur ini adalah agar anak peluru bergerak memutar sehingga arah
dan gerakan giroskopiknya menjadi lebih stabil. Gerakan memutar sesuai atau
berlawanan dengan arah jarum jam tergantung dari bentuk spiral dari alur. Senjata
militer biasanya dibuat dengan alur melingkar, sedangkan senjata angina atau
pistol kadang-kadang dibuat seperti itu.
Gambar 3. Jenis-jenis senjata api
http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html
1. MEKANISME KERJA SENJATA
Balistika adalah ilmu mengenai gerakan, sifat, dan efek dari proyektil,
khususnya peluru, bom , gravitasi , roket, dan lain-lain. ilmu atau seni merancang dan
mengerakkan proyektil untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Balistik terdiri dari 3,
yaitu balistik internal, balistik eksternal dan balistik terminal.
Balistik internal
Peluru yang ditembakkan dari senapan akan memiliki lebih banyak energi daripada
peluru yang ditembakkan dari pistol. Penggunaan bubuk yang banyak juga dapat digunakan
dalam kartrid senapan karena ruang peluru dapat dirancang untuk menahan tekanan yang
lebih besar ( 50.000 sampai 70.000 psi untuk senapan vs 30.000 sampai 40.000 psi untuk
pistol). Tekanan yang lebih tinggi membutuhkan senjata yang lebih besar dengan lebih
banyak recoil yang lebih lambat dan menghasilkan lebih banyak panas. Sulit dalam praktek
untuk mengukur kekuatan dalam laras senapan, tapi satu parameter yang mudah diukur
adalah kecepatan peluru keluar dari laras ( muzzle velocity ).
Ekspansi terkendali dari gas pembakaran mesiu menghasilkan tekanan (gaya /
daerah ). Daerah yang dimaksud adalah dasar peluru ( setara dengan diameter laras ) dan
konstan. Oleh karena itu, energi yang ditransmisikan ke peluru ( dengan massa tertentu ) akan
tergantung pada kekuatan massa, interval waktu dan gaya diterapkan. Yang terakhir dari
faktor-faktor ini adalah fungsi dari panjang barrel. perjalanan peluru melalui laras senapan
ditandai dengan meningkatkan percepatan gas untuk memperluas pendorong di atasnya.
Tetapi penurunan tekanan dalam barel sebagai akibat dari pengembangan gas. Sampai titik
tekanan berkurang, semakin panjang laras, semakin besar percepatan peluru.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memampatkan
udara atau dengan mengubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya tetap.
Sedangkan pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga
dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang
volumenya tetap. Dari 1 gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2, CO, Hydrogen Sulfida, dan
methane) antara 200 sampai 900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.4
Balistik eksternal (dari pistol menuju target)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras
dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,
sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa untuk
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal,
sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah
lepas laras menuju sasaran.3
Gambar 5. Alur laras
Dix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st
edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 – 98
Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah perputaran ke kiri
(pada Colt) atau ke kanan (pada Smith and Wesson). Di samping senjata api dengan laras
beralur (riffled bore), terdapat pula jenis dengan laras licin (smooth bore) seperti pada senjata
api jenis shot gun, yang pada satu kali tembakan dapat melontarkan anak peluru dalam
jumlah banyak sekaligus.3
Balistik eksternal dari jalur peluru dapat ditentukan oleh beberapa formula , yang
paling sederhana yaitu :
Energi Kinetik (KE ) = 1/2 MV2
Kecepatan ( V ) biasanya dalam kaki per detik ( fps ) dan massa ( M ) dalam
kilogram, berasal dari berat ( W ) dari peluru, dibagi dengan 7000 butir per pon kali
percepatan gravitasi ( 32 ft / detik ) sehingga di dapatkan:
Energi Kinetik (KE ) = W (V)2 / ( 450.435 ) ft / lb
Ini adalah energi peluru saat meninggalkan moncong , tetapi koefisien balistik (BC )
akan menentukan jumlah KE dikirim ke target sebagai hambatan udara ditemui .
Gerak maju dari peluru juga dipengaruhi oleh tarikan/drag ( D ) , yang dihitung
sebagai :
( D ) = f ( v / a ) k & pd2v2
f ( v / a ) adalah suatu koefisien yang berhubungan dengan rasio kecepatan peluru
dengan kecepatan suara dalam medium yang dilalui dalam perjalanan . k adalah konstan
untuk bentuk peluru dan & adalah konstan untuk yaw ( penyimpangan dari penerbangan
linear ). p adalah densitas medium ( kepadatan jaringan adalah > 800 kali dari udara ) , d
adalah diameter ( kaliber ) peluru , dan v kecepatan. Dengan demikian , kecepatan yang lebih
besar , kaliber besar , atau jaringan padat memberikan tarikan lebih besar. Sejauh mana
peluru diperlambat dengan drag/tarikan disebut retardasi ( r ) yang diberikan oleh rumus :
r = D / M
Drag/ tarikan sulit untuk diukur, sehingga Koefisien Balistik (BC ) sering digunakan :
BC = SD / I
SD adalah densitas sectional peluru , dan I adalah faktor bentuk untuk bentuk peluru.
Density Sectional dihitung dari massa peluru ( M ) dibagi dengan kuadrat diameternya. Nilai
faktor bentuk I menurun dengan meningkatnya kemanunggalan peluru ( bola akan memiliki
nilai tertinggi I ) .
Karena tarikan (D) adalah fungsi dari kecepatan, dapat dilihat bahwa untuk peluru dari
suatu massa (M), semakin besar kecepatan, semakin besar keterbelakangan tersebut. Drag
juga dipengaruhi oleh putaran peluru. Semakin cepat berputar, semakin kecil kemungkinan
peluru akan "menyimpang" atau mengubah ke samping dan jatuh di jalur penerbangan
melalui udara.
Balistik terminal
Penyimpangan dari arah lurus memiliki banyak hubungannya dengan pola cedera
peluru pada target, disebut "balistik terminal." Pendek, peluru dengan kecepatan tinggi mulai
menyimpang lebih parah dan saat berbelok, dan bahkan memutar, setelah memasuki jaringan.
Hal ini menyebabkan banyak jaringan yang displaced dan meningkatkan tarikan. Peluru
yang lebih berat mungkin memiliki energi kinetik yang lebih pada jangkauan yang lebih
panjang ketika menuju target, tetapi dapat menembus baik sehingga keluar target dengan
banyak energi kinetik sisa. Bahkan peluru dengan energi kinetik rendah dapat memberikan
kerusakan jaringan yang signifikan dan target adalah pada jarak pendek (seperti pada pistol).
(Jandial et al, 2008)
Peluru menghasilkan kerusakan jaringan dalam tiga cara (Adams, 1982):
1. Laserasi - Kerusakan jaringan melalui laserasi terjadi di sepanjang jalur atau "track"
melalui tubuh yang proyektil, atau fragmen nya.
2. Kavitasi - Sebuah rongga "permanen" disebabkan oleh jalur (track) dari peluru itu
sendiri dengan menghancurkan jaringan, sedangkan rongga "sementara" yang
dibentuk oleh radial membentang di jalur peluru dari percepatan medium (udara atau
jaringan) di bangun dari peluru, menyebabkan rongga luka. (Maiden, 2009).
3. Gelombang kejut - gelombang kejut dari kompres media dan perjalanan menjelang
peluru, serta sisi, tapi gelombang ini terakhir hanya beberapa mikrodetik dan tidak
menyebabkan kerusakan besar pada kecepatan rendah. Pada kecepatan tinggi,
gelombang kejut yang dihasilkan dapat mencapai hingga 200 atmosfer tekanan.
(DiMaio dan Zumwalt, 1977).
Kecepatan dan massa peluru akan mempengaruhi sifat luka. Kecepatan
diklasifikasikan sebagai rendah (<1000 fps), menengah (1000-2000 fps), dan tinggi (> 2000
fps). (Wilson, 1977)
Bentuk peluru digambarkan sebagai berikut :