jawaban pbl no 1 modul 2 terapetik

3
1. Jelaskan Interpretasi dari Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien di skenario! Pada skenario diketahui pasien memiliki riwayat penyakit PPOK dan Hipertensi. Dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut : RPD : Hipertensi 3 tahun Pemfis : TD = 157/94 mmHg DJ = 74 kali/ menit SN = suara napas menurun BJ = Gallop JVP = tidak ada bendungan PP : DPL, profil lipid, dan fungsi hati dalam batas normal Fungsi paru : FEV 1 50% dari nilai yang diperkirakan Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah dan bukan dari gejala yang dilaporkan penderita. Kenyataannya, hipertensi sering tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) sam pai kerusakan end organ hamper atau telah terjadi. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah pasien 157/94 mmHg menandakan pasien menderita hipertensi grade 1 Kelainan bunyi jantung gallop terjadi ketika terhambatnya pengisian darah ventrikel selama diastolik.

Upload: egi-herliansah

Post on 08-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

interpretasi hasil pemeriksaan

TRANSCRIPT

1. Jelaskan Interpretasi dari Hasil Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien di skenario!

Pada skenario diketahui pasien memiliki riwayat penyakit PPOK dan Hipertensi. Dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

RPD : Hipertensi 3 tahun Pemfis : TD = 157/94 mmHg DJ = 74 kali/ menit SN = suara napas menurun BJ = Gallop JVP = tidak ada bendungan PP : DPL, profil lipid, dan fungsi hati dalam batas normal Fungsi paru : FEV1 50% dari nilai yang diperkirakan

Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah dan bukan dari gejala yang dilaporkan penderita. Kenyataannya, hipertensi sering tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) sam pai kerusakan end organ hamper atau telah terjadi. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah pasien 157/94 mmHg menandakan pasien menderita hipertensi grade 1

Kelainan bunyi jantung gallop terjadi ketika terhambatnya pengisian darah ventrikel selama diastolik. Hal ini dapat terjadi pada penderita beberapa penyakit tertentu yang menyebabkan adanya getaran sesaat ketika diastolik, getaran yang sama ketika bunyi jantung I dan II walaupun lebih halus. Bunyi jantung menjadi triplet dan menyebabkan efek akustik seperti gallop kuda. Bunyi ini dapat dihasilkan ketika awal diastolik, pada saat fase pengisian cepat siklus jantung maupun akhir kontraksi atrium.

Suara napas turun disebabkan aliran udara menurun akibat obstruksi bronkial (atelectasis) atau ketika cairan (efusi pleura) atau jaringan (obesitas) memisahkan saluran udara dari stetoskop, maka bunyi napas akan menghilang atau tidak terdengar. Pada pasien di skenario akibat terjadinya obstruksi katup pengatur bronkiolus, selama inspirasi lumen cukup besar untuk dilalui udara, ketika ekspirasi terjadi kolaps premature dan penyempitan lumen menghalangi aliran keluar udara, sehingga udara terperangkap dalam alveoli sehingga bunyi suara terdengar menurun.

Parameter untuk menentukan fungsi paru yaitu dengan menguji volume dinamis paru, FVC dan FEV1 FVC (Forced Vital Capacity) yaitu volume udara maksimum yang dapat dihembuskan secara paksa, yang dapat kita ketahui kapasitas vital paksa dari penderita. Umumnya dicpai dalam 3 detik dan nilai normalnya adalah 4 liter. FEV1 (Forced Expired Volume in one second) yaitu volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama.Nilai normalnya adalah 3,2 liter.

Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik rasio FEV1/FVC = 75-80%. Obstructive Lung Disease = tidak dapat menghembuskan udara (unable to get air out). FEV1/FVC < 75%. Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya. Pada pemeriksaan pasien ditemukan PEV1 50% menunjukan adanya kelainan obstruksi yang parah.

Daftar pustakaKatzung, Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar & Klinik Ed 10. Jakarta : EGCPrice, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Ed 6 Vol 2. Jakarta : EGC

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/lung-function-tests.pdf