januari 2021 ringkasan eksekutif...2020 saat natal dan tahun baru. di tengah pandemi yang eskalatif,...
TRANSCRIPT
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1
Januari 2021
RINGKASAN EKSEKUTIF
• Kasus Covid-19 secara kumulatif telah mencapai 100 juta kasus di global dan menembus 1 juta kasus di Indonesia pada 26 Januari 2021. Secara global, kenaikan kasus dari 50 juta menjadi 100 juta terjadi dalam waktu kurang dari 3 bulan. Dari total kematian di dunia yang telah melebihi 2,1 juta, di Indonesia jumlah kematian telah mencapai 28 ribu. Seiring dengan kasus yang masih tereskalasi, 71,3 juta dosis vaksin telah disuntikan di dunia, sementara Indonesia hingga 26 Januari mencapai 172 ribu dosis. Pemerintah akan terus memperkuat program vaksinasi baik dari segi ketersediaan vaksin, vaksinator, infrastruktur pendukung serta pembiayaan.
• Vaksinasi global memberikan optimisme pemulihan ekonomi global yang ditunjukkan oleh penguatan Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur global pada level ekspansi di tingkat 53,8. Selain itu, hampir semua harga komoditas global sudah kembali pada level pre-pandemi, kecuali minyak mentah. Sentimen di sektor keuangan global membaik dicerminkan dari indeks volatilitas pasar saham maupun pasar obligasi yang stabil dan cenderung menurun. IMF merevisi lebih optimis proyeksi ekonomi global yang diperkirakan berkontraksi sebesar 3,5% pada tahun 2020 akan pulih pada tingkat 5,5% untuk tahun 2021 dan 4,2% pada tahun 2022.
• Kondisi di pasar keuangan domestik relatif kondusif, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2020 ditutup pada level 5.979, atau meningkat 9,4% dibandingkan November 2020, walaupun masih terkontraksi 10,9% (ytd) dibandingkan akhir tahun 2019. Kinerja pasar obligasi pemerintah cukup baik yang terlihat dengan adanya penurunan imbal hasil instrumen SBN untuk tenor 10 Tahun ke level 5,89 serta yield SBN tenor 5 tahun yang ditutup di level 5,21.
• Sepanjang bulan Desember 2020 total aliran modal asing keluar di pasar saham dan obligasi tercatat sebesar Rp0,6 Triliun, atau berbalik arah dibandingkan aliran modal asing yang masuk di bulan November 2020 sebesar Rp19 Triliun. Nilai tukar Rupiah ditutup pada tingkat Rp.14.105/USD atau mengalami penguatan sebesar 0,2% dari bulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa tercatat sebesar USD135,9 miliar atau setara dengan kapasitas pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
• Untuk mendukung pemulihan ekonomi, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (7DRR) sebesar 3,75%, namun level tersebut belum mampu meningkatkan intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit terus menunjukkan penurunan sebesar -1,7% (yoy) di bulan November. Perlambatan kredit terjadi di semua jenis kredit baik untuk modal kerja, investasi dan konsumsi, masing-masing sebesar -3,8% (yoy), 0,2% (yoy) dan -0,2% (yoy).
• . Laju inflasi Desember 2020 mencapai 1,68% (yoy) atau 0,45% (mtm), meningkat dari angka November. Laju inflasi melanjutkan tren peningkatan didorong oleh mulai pulihnya permintaan menjelang akhir tahun di tengah kenaikan harga pangan karena berkurangnya stok. Secara keseluruhan, pandemi Covid-19 berdampak pada terbatasnya permintaan domestik terutama di periode Hari Besar Keagamaan Nasional sepanjang 2020, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Natal sehingga laju inflasi 2020 tercatat sangat rendah.
• Peningkatan laju inflasi sejalan dengan pergerakan indikator konsumsi rumah tangga yang menunjukkan penguatan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada posisi 96,5, menguat dibanding bulan sebelumnya dan Indeks Penjualan Eceran (RSI) naik 2,87% (mtm), walaupun masih mengalami kontraksi 20,66% (yoy). Penjualan listrik sedikit menurun sebesar -0,2% namun meningkat 4,6% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya karena aktivitas masyarakat yang mulai meningkat di luar rumah.
• Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV-2020 telah mengarah pada perbaikan. Indikator PMTB bangunan, yaitu penjualan semen dan PMTB mesin dan perlengkapan yaitu impor barang modal, meningkat dibandingkan bulan November, walaupun indikator PMTB kendaraan yang ditunjukkan oleh penjualan mobil niaga kembali melemah di bulan Desember. Realisasi belanja modal Pemerintah tahun 2020 sebesar Rp188,8 triliun atau 137,5% dari pagu dalam Perpres 72 tahun 2020, dimana realisasi belanja modal dialokasikan pada pembangunan sarana dan prasarana kesehatan. Selain itu, realisasi investasi pada triwulan IV-2020 mencapai Rp214,7 triliun atau tumbuh sebesar 3,1% (yoy) dan secara kumulatif realisasi investasi langsung mencapai Rp826,3 triliun atau 101,1% terhadap target investasi tahun 2020 yaitu sebesar Rp817,2 triliun.
• Indikator Konsumsi Pemerintah pada bulan Desember 2020 meningkat. Realisasi belanja negara yang telah mencapai 2.589,9 triliun atau 94,6% dari total anggaran belanja negara berdasarkan Perpres 72 tahun 2020 tumbuh 12,2% dibandingkan realisasi tahun lalu. Capaian belanja negara tersebut didorong belanja pemerintah pusat, utamanya oleh peningkatan realisasi belanja bantuan sosial, dukungan untuk dunia usaha melalui belanja lainnya, serta peningkatan belanja barang.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 2
PEREKONOMIAN GLOBAL Covid-19 masih menjadi ancaman nyata baik bagi dunia maupun
Indonesia. Di dunia, kasus Covid-19 telah mencapai milestone
100 juta kasus kumulatif, dengan jumlah kematian melebihi 2,1
juta. Eskalasi kasus ini nampak dari pertambahan kasus dari 50
menjadi 100 juta yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 3
bulan, jauh melebihi 50 juta kasus pertama yang terjadi dalam 10
bulan. Pelaksanaan vaksinasi global yang sudah dilakukan lebih
dari 55 negara memberi harapan besar akan percepatan
penyelesaian pandemi dan pemulihan aktivitas sosial ekonomi.
Namun demikian, vaksinasi merupakan sebuah proses kompleks
yang memiliki tantangan tinggi termasuk bagi negara maju.
Sekitar 71,3 juta dosis vaksin telah disuntikan di dunia, dengan
AS dan Tiongkok sebagai yang tertinggi. Namun secara jangkauan
populasi, Israel, UEA, Bahrain dan Inggris menjadi yang terdepan.
Sama halnya dengan kondisi global, perkembangan Covid-19 di
Indonesia juga mencapai milestone baru yakni akumulasi kasus
yang sudah melewati 1 juta pada tanggal 26 Januari 2021.
Eskalasi kasus Covid-19 di Indonesia membuat kasus aktif terus
meningkat hingga mencapai lebih dari 163 ribu dengan tingkat
kematian harian yang juga cenderung meningkat dan perlu
diwaspadai. Perkembangan Covid-19 ini memberi ancaman pada
fasilitas dan tenaga kesehatan di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan, sambil terus memperkuat
testing, tracing dan treatment (3T) dan meningkatkan disiplin
3M.
Pada tanggal 13 Januari 2021, Indonesia sudah memulai vaksinasi
Covid-19, dengan Presiden Joko Widodo sebagai penerima vaksin
pertama yang diikuti dengan tenaga kesehatan sebagai kelompok
prioritas. Vaksinasi tersebut dilakukan setelah vaksin Sinovac
mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat
dan dan Makanan serta dinyatakan halal oleh Majelis Ulama
Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk terus
mengintensifkan vaksinasi yang rencananya akan diberikan pada
181,5 juta penduduk yang memenuhi syarat secara gratis.
Pemerintah akan memperkuat persiapan baik dari segi
ketersediaan vaksin, vaksinator, infrastruktur pendukung serta
pembiayaan. Bloomberg memantau bahwa hingga 26 Januari
2021 Indonesia sudah melakukan vaksinasi sekitar 172 ribu dosis.
Vaksinasi global memberikan optimisme pada pemulihan
ekonomi global. Tren perbaikan global terus nampak pada
berbagai indikator. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur
global terus menunjukkan penguatan level ekspansi di tingkat
53,8. Sebuah capaian yang kuat meskipun beberapa negara
kembali melakukan restriksi ketat. Hal ini juga menunjukkan
bahwa aktivitas sosial ekonomi global secara umum sudah
melakukan penyesuaian dengan kenormalan baru. Peningkatan
produksi dan permintaan mendorong penguatan harga-harga
komoditas khususnya pada harga CPO, Batu Bara dan Logam.
Hampir semua harga komoditas global sudah kembali pada level
pre-pandemi, kecuali minyak mentah. Ekonomi Tiongkok yang
tetap tumbuh positif serta momentum pemulihan manufaktur di
berbagai dunia menjadi faktor pendorong situasi ini.
Momentum pemulihan global yang berlanjut serta vaksinasi
global juga mendorong perbaikan sentimen di sektor keuangan
global. Indeks volatilitas pasar saham maupun pasar obligasi
stabil dan cenderung menurun. Kepercayaan di sektor keuangan
juga mendapat dorongan positif dari Pemerintahan baru AS serta
terjaganya stimulus di berbagai dunia. Sejalan dengan stabilitas
ini, aliran modal ke negara berkembang meningkat dan
mendorong apresiasi nilai tukar emerging market, termasuk
Indonesia. Volatilitas di pasar keuangan global harus terus
dipantau mengingat situasi pandemi yang masih terjadi yang
dapat memberi tekanan.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 3
Pada Januari 2021, IMF melakukan revisi proyeksi pertumbuhan
ekonomi global di tengah ketidakpastian yang luar biasa.
Ekonomi global diproyeksikan akan berkontraksi sebesar 3,5%
pada tahun 2020 dengan negara maju berkontraksi sebesar 4,9%
dan negara berkembang berkontraksi sebesar 2,4%. Angka
tersebut 0,9 pp lebih tinggi daripada proyeksi sebelumnya yang
mencerminkan momentum pemulihan yang lebih kuat dari
perkiraan pada paruh kedua tahun 2020. Adapun kekuatan
pemulihan di berbagai negara sangat bervariasi tergantung pada
fasilitas kesehatan, efektivitas dukungan kebijakan, cross-
country spillovers, dan karakteristik struktural. Sementara itu
untuk tahun selanjutnya, ekonomi global diperkirakan akan pulih
pada tingkat 5,5% (naik 0,3 pp) untuk tahun 2021 dan 4,2% pada
tahun 2022. Revisi naik pada proyeksi 2021 mencerminkan
ekspektasi dari penguatan aktivitas yang didukung oleh vaksinasi
dan dukungan kebijakan tambahan di beberapa negara besar.
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN DAN NILAI TUKAR
Kinerja Pasar Saham dan Surat Berharga Negara
Pada akhir tahun 2020 kondisi di pasar keuangan domestik
relatif kondusif, meskipun masih terdapat tekanan akibat
tingginya kasus covid-19 dalam negeri. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2020 ditutup pada level
5.979, atau meningkat 9,4% dibandingkan penutupan bulan
November 2020. Namun jika dibandingkan akhir tahun 2019,
kinerja IHSG masih mengalami kontraksi sebesar 10,9% (ytd).
Laju peningkatan IHSG di bulan Desember tertahan dengan
adanya sentimen negatif oleh investor merespon penerapan
kebijakan PSBB Baru di DKI Jakarta serta pengetatan aktivitas
masyarakat menjelang libur natal dan tahun baru. Akibatnya, di
bulan Desember investor asing mencatatkan arus modal keluar
di pasar saham sebesar Rp4 Triliun, atau berbalik dari kondisi
bulan November yang mencatat arus modal masuk sebesar
Rp3,4 trilliun. Terjadinya ouflow ini turut mendorong penurunan
porsi kepemilikan asing di pasar saham di akhir tahun 2020
menjadi 49,9% atau menurun dibandingkan akhir 2019 yang
sebesar 51,9%.
Sementara itu, kinerja pasar obligasi pemerintah cukup baik di
tengah masa pandemi covid-19 ini, yang terlihat dengan
adanya penurunan imbal hasil instrumen SBN untuk tenor 10
Tahun ke level 5,89 serta yield SBN tenor 5 tahun yang ditutup
di level 5,21. Penurunan yield SBN tersebut menandakan masih
tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian
domestik ke depan.
Penurunan yield juga disertai dengan turunnya risiko surat
berharga Indonesia di pasar global yang terlihat dari indikator
Credit Default Swap (CDS) 5 Tahun yang turun ke level 67,8 atau
hampir pulih ke level akhir tahun 2019 yang berada pada level
67,7. Namun di sisi lain, terjadi penurunan aliran modal masuk
investor asing di pasar SBN di bulan Desember yang tercatat
sebesar Rp3,4 Triliun. Berdasarkan perkembangan tersebut,
porsi keseluruhan kepemilikan asing di SBN Tradable pada akhir
tahun 2020 menurun menuju kisaran 25,16% atau turun cukup
dalam dibandingkan porsi akhir tahun 2019 yang sebesar
38,57%. Selain disebabkan adanya penurunan nominal SBN yang
dimiliki oleh investor asing, hal ini juga diakibatkan adanya
kenaikan porsi Bank Indonesia di SBN tradable sebagai dampak
pelaksanaan program burden sharing antara pemerintah dan
Bank Indonesia.
Memasuki bulan Januari 2021, kinerja pasar keuangan
domestik mampu meneruskan tren peningkatan meskipun
masih dibayangi kenaikan kasus covid-19. Faktor positif dalam
negeri berasal dari perkembangan program vaksinasi yang mulai
dilaksanakan pada pertengahan Januari yang mendorong
optimisme investor terhadap pemilihan ekonomi yang lebih
cepat. Selain itu, volatilitas pasar keuangan global yang relatif
stabil pasca pelantikan Presiden Joe Biden di Amerika Serikat
turut mendorong aliran modal masuk ke pasar keuangan dalam
negeri. Di pasar saham, IHSG masih dalam tren peningkatan ke
level 6.258,6 sampai dengan 25 Januari 2021, atau meningkat
4,7% dibandingkan akhir tahun 2020 dan investor asing
mencatatkan net-inflow sebesar Rp11,4 Triliun. Sementara di
pasar obligasi, pergerakan yield masih berada di level yang
rendah dengan masing-masing berada di level 5,26 untuk yield
SBN tenor 5 Tahun dan 6,27 untuk yield SBN tenor 10 Tahun.
Investor asing juga masih mencatatkan net-inflow di pasar SBN
sebesar Rp6,5 Triliun hingga 21 Januari 2021.
Kinerja Arus Modal dan Nilai Tukar
Berdasarkan perkembangan di pasar saham dan pasar SBN, di
sepanjang bulan Desember 2020 total aliran modal asing keluar
di pasar saham dan obligasi tercatat sebesar Rp0,6 Triliun, atau
berbalik arah dibandingkan aliran modal asing yang masuk di
bulan November 2020 sebesar Rp19 Triliun. Secara keseluruhan
di tahun 2020, investor asing mencatatkan neto penjualan (net
foreign selling) sebesar Rp139,3 Triliun, masing-masing di pasar
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 4
saham tercatat net ouflow sebesar Rp47,8 Triliun hingga 18
Desember 2020 investor nonresiden masih mencatatkan net
outflow di pasar keuangan domestik sebesar Rp138,6 Trilliun dan
net ouflow di pasar obligasi sebesar Rp87,9 Triliun. Sementara
hingga 25 Januari 2021 tercatat total arus masuk di pasar saham
dan SBN meningkat mencapai Rp17,9 Triliun.
Di akhir bulan Desember, nilai tukar Rupiah masih mampu
mencatatkan apresiasi jika dibandingkan penutupan di bulan
November. Pada akhir tahun 2020, nilai tukar Rupiah ditutup
pada tingkat Rp.14.105/USD atau mengalami penguatan sebesar
0,2% dari bulan sebelumnya. Secara year to date nilai tukar
Rupiah mengalami pelemahan 1,5% dibanding akhir tahun 2019.
Nilai tukar rata rata tahun 2020 mencapai Rp.14.574/USD atau
meningkat dibandingkan rata-rata tahun 2019 yang sebesar
Rp14.146,3. Ke depan, diperkirakan pergerakan nilai tukar masih
dalam tren penguatan sejalan dengan optimisme perkembangan
program vaksinasi di dalam negeri serta perkembangan program
vaksinasi yang sudah dilakukan di beberapa negara. Meskipun
demikian, perlu diwaspadai adanya tekanan baik dari global dan
dalam negeri, di antaranya dari perkembangan mutasi virus baru
covid-19 serta kenaikan kasus covid-19 global dan di dalam
negeri.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir tahun 2020 tercatat
sebesar USD135,9 miliar, mengalami kenaikan dibandingkan
posisi akhir November sebesar USD133,6 miliar. Cadangan
devisa ini juga meningkat cukup tinggi jika dibandingkan posisi
di akhir tahun 2019 yang sebesar USD129,2 miliar.
Posisi cadangan devisa bulan Desember tersebut setara dengan
kapasitas pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Perkembangan cadangan devisa di bulan Desember ini di
antaranya dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri
pemerintah serta penerimaan pajak dalam bentuk valas.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
Kebijakan suku bunga rendah masih diterapkan oleh negara-
negara utama dunia untuk tetap mendukung pemulihan
ekonomi. Hal ini juga masih dilakukan oleh Bank Indonesia
dengan tetap mempertahankan suku bunga acuan (7DRR)
sebesar 3,75%. Penurunan suku bunga acuan ini tentunya
mendorong penurunan suku bunga pinjaman antarbank, suku
bunga simpanan dan suku bunga kredit. Bahkan selama beberapa
bulan terakhir, suku bunga PUAB sudah berada dibawah suku
bunga acuan (7DRR). Hal ini menunjukkan likuiditas bank yang
melimpah. Penurunan suku bunga simpanan dan kredit lebih
besar dibandingkan tahun sebelumnya. Namun penurunan suku
bunga simpanan tetap lebih besar dari penurunan suku bunga
kredit. Suku bunga simpanan turun lebih besar di tenor jangka
pendek. Sama seperti bulan sebelumnya, perbankan masih
menjaga suku bunga simpanan untuk tenor yang lebih panjang
demi menjaga likuiditasnya.
Walaupun suku bunga kredit berada dalam tren yang menurun
selama beberapa waktu ini, namun hal tersebut belum mampu
memulihkan fungsi intermediasi perbankan. Pertumbuhan kredit
terus menunjukkan pelemahan dan tetap berada di zona negatif.
Di bulan November, pertumbuhan kredit semakin turun dan
mencapai -1,7% (yoy). Perlambatan kredit tersebut terjadi di
semua jenis kredit baik untuk modal kerja, investasi dan
konsumsi, masing-masing sebesar -3,8% (yoy), 0,2% (yoy) dan -
0,2% (yoy). Kredit modal kerja semakin terkontraksi di antara
kredit lainnya. Dilihat dari sektornya, dominasi kredit masih
untuk sektor perdagangan dengan share di bulan November
sebesar 27,7% dan sektor manufaktur sebesar 22,1%. Sedangkan
kontributor kontraksi pertumbuhan terbesar didorong oleh
kredit ke sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, dan
sektor jasa keuangan dan asuransi. Beberapa sektor masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif di antaranya kredit ke
sektor konstruksi, sektor pertanian, dan sektor transportasi dan
pergudangan.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 5
Di sisi lain, pertumbuhan dana simpanan berada dalam tren yang
meningkat walau di bulan November sedikit melambat.
Pertumbuhan dana simpanan mencapai 11,3% (yoy) terutama
didorong oleh kelompok nominal simpanan di atas Rp5 miliar,
yang merupakan simpanan perusahaan besar dan kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi. Sementara kelompok
simpanan antara Rp2 - 5 miliar mengalami pertumbuhan lebih
rendah dibanding tahun 2019 dikarenakan terjadi pergeseran
preferensi masyarakat dari tabungan menuju instrumen
keuangan dengan imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi yang
diindikasikan oleh peningkatan kepemilikan obligasi pemerintah
oleh individu.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan dana simpanan
sementara kredit terus melemah maka rasio loan to deposit juga
semakin turun. Dengan masih melimpahnya likuiditas,
perbankan masih meningkatkan portfolionya di instrument
keuangan/surat berharga. Di bulan Oktober, alokasi dana
perbankan ke surat berharga mencapai 17%. Perbankan juga
memegang porsi di SBN sekitar 39% di bulan November. Porsi ini
turun di bulan Desember kemungkinan dikarenakan
merealisasikan laba, namun kembali meningkat di bulan Januari
2021.
Secara umum kondisi
perbankan cukup baik yang
ditunjukkan dengan masih
stabilnya Capital Adequacy
Ratio (CAR). Namun perlu
menjadi perhatian bahwa
terjadi penurunan CAR bank
buku I pada bulan Oktober yang
menunjukkan permodalan yang tergerus. Selain itu, tingkat Non
Performing Loan (NPL) juga relatif stabil walaupun terdapat
sedikit peningkatan di bank buku II dan IV.
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan di bulan Desember melanjutkan tren positif
selama delapan bulan terakhir dengan mencatatkan surplus
sebesar USD2,1 miliar, dengan komposisi surplus nonmigas
sebesar USD2,56 miliar dan defisit migas sebesar USD0,46 miliar.
Surplus di bulan Desember ini tentunya menambah surplus
secara kumulatif sepanjang tahun 2020 menjadi sebesar
USD21,74 miliar yang terdiri dari surplus neraca nonmigas
sebesar USD27,69 miliar dan defisit neraca migas sebesar
USD5,95 miliar. Di sepanjang tahun 2002, migas masih terus
mencatatkan defisit walaupun mengecil sementara nonmigas
terus mencatatkan surplus dengan nilai yang cukup besar,
kecuali pada bulan April dimana nonmigas mencatatkan defisit
sebesar USD81,7 juta. Defisit tersebut dikarenakan mulai
meningkatnya pandemi Covid-19 dimana banyak negara
melakukan lockdown, demikian juga dengan Indonesia yang
mulai menerapkan pembatasan sosial berskala besar.
Ekspor bulan Desember 2020 tercatat sebesar USD16,5 miliar,
tumbuh positif dibandingkan bulan sebelumnya. Perbaikan
ekspor di bulan Desember membuat pertumbuhan secara
tahunan meningkat menjadi menjadi 14,6% (yoy). Hal ini
mendorong perbaikan defisit ekspor sepanjang tahun ini yang
sebelumnya sebesar -4,2% (ytd) di bulan November menjadi -
2,6% (ytd) di bulan Desember. Perbaikan juga terjadi di sisi
impor. Impor bulan Desember tercatat sebesar USD14,4 miliar,
meningkat cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan ini membuat laju defisit impor di bulan Desember
membaik dari sebelumnya sebesar -17,46% (yoy) atau -18,91%
(ytd) di bulan November menjadi -0,5% (yoy) atau -17,3%.
Sepanjang tahun 2020, ekspor
mengalami pertumbuhan
sebesar -2,6% (ytd) dimana
lebih didukung oleh perbaikan
harga komoditas nonmigas.
Kenaikan harga non migas
tersebut mengkompensasi
turunnya jumlah permintaan,
sementara untuk ekspor migas, baik harga ataupun volume
masih mengalami tekanan. Di sisi impor, penurunan sebesar
17,3% (ytd) disebabkan baik oleh faktor harga maupun volume,
baik untuk nonmigas maupun migas. Penurunan harga migas
cukup signifikan dibanding penurunan harga di nonmigas,
sementara penurunan secara volume hampir sama antara migas
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 6
dan nonmigas.
Apabila dilihat dari komoditasnya, beberapa komoditas utama
ekspor masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi
seperti lemak dan minyak nabati/hewani (HS15), besi dan baja
(HS72), serta logam mulia/perhiasan (71). Peningkatan espor
minyak hewan/nabati dan logam mulia masih didorong oleh
kenaikan harga sementara volume mengalami kontraksi.
Sementara itu, kenaikan ekspor besi dan baja didorong oleh
meningkatnya jumlah permintaan walaupun secara harga
mengalami tekanan. Di sisi impor, mayoritas komoditas
mengalami penurunan baik disebabkan harga dan volume
seperti mesin dan peralatan mekanis (HS84), besi dan baja
(HS72) serta bahan kimia organik (HS29). Sementara komoditas
mesin dan perlengkapan elektrik (HS85) juga mengalami
kontraksi volume, namun sedikit tertolong dengan kenaikan
harga, demikian juga dengan komoditas plastik dan barang dari
plastik (HS39).
Apabila dilihat secara sektoral, sepanjang tahun 2020, ekspor
pertanian meningkat cukup signifikan sebesar 13,9% (ytd).
Namun proporsi ekspor pertanian yang hanya 2,5% dari total
ekspor, belum mampu mengangkat kinerja ekspor secara
keseluruhan. Ekspor sektor manufaktur bertumbuh positif
walaupun belum terlalu signifikan yaitu sebesar 2,9% (ytd). Laju
defisit ekspor sektor pertambangan mengalami perlambatan
setelah ekspor di bulan Desember membaik. Ekspor sektor
pertambangan tumbuh sebesar -20,7% (ytd) di tahun 2020
setelah beberapa waktu terus mengalami kontraksi. Berdasarkan
penggunaannya, semua impor berdasarkan jenis penggunaan
masih mengalami penurunan walaupun impor di bulan
Desember mengalami perbaikan. Impor bahan baku/penolong
yang merupakan input produksi masih terkontraksi sebesar
16,7% (ytd).
Hal ini menunjukkan bahwa sisi supply masih lemah. Impor
barang modal juga masih terkontraksi sebesar 18,3% (ytd),
sementara impor barang konsumsi turun sebesar 10,9% (ytd).
Walaupun masih mengalami penurunan, impor di bulan
November dan Desember menunjukkan peningkatan. Hal ini
diharapkan menjadi sinyal awal ekonomi domestik bergerak.
PERKEMBANGAN HARGA
Laju inflasi Desember 2020 mencapai 1,68% (yoy), meningkat
dari angka November sebesar 1,59% (yoy). Laju inflasi
melanjutkan tren meningkat yang didorong oleh mulai pulihnya
permintaan menjelang akhir tahun di tengah kenaikan harga
pangan karena berkurangnya stok. Pada Desember 2020, laju
inflasi bulan ke bulan mencapai 0,45% (mtm). Pandemi Covid-19
masih berdampak pada terbatasnya permintaan menjelang akhir
tahun yang bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru.
Wabah Covid-19 juga telah menyebabkan terbatasnya
permintaan domestik, terutama di periode Hari Besar
Keagamaan Nasional sepanjang 2020, seperti Ramadan, Lebaran,
dan Natal sehingga laju inflasi 2020 tercatat sangat rendah.
Secara umum sepanjang tahun 2020, tren melambat masih
dicerminkan oleh inflasi beberapa kelompok pengeluaran
nonpangan meskipun terdapat kenaikan yang signifikan pada
kelompok pangan. Tren meningkat telah terjadi sejak September
pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dipengaruhi
oleh faktor musim tanam di akhir tahun seiring dengan
permintaan pangan yang mulai pulih. Sementara untuk
kelompok lainnya cenderung mengalami perlambatan sepanjang
tahun 2020. Hal ini terjadi pada komoditas tahan lama, seperti
sandang, furnitur, perlengkapan rumah tangga, dan jasa-jasa,
seperti jasa pendidikan, perumahan, rekreasi. Kelompok
kesehatan sempat mengalami peningkatan hingga pertengahan
tahun, namun kembali melambat sampai akhir 2020. Kelompok
transportasi juga sempat meningkat pada periode Mei-Agustus
sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah dalam membatasi
pergerakan masyarakat sehingga berdampak pada pembentukan
tarif transportasi. Namun, hingga akhir tahun kelompok
transportasi kembali melambat. Secara spasial, laju inflasi di
sebagian besar daerah di Indonesia berada pada kisaran 0 - 2%
pada 2020. Hal ini menunjukkan rendahnya inflasi akibat
turunnya permintaan dan daya beli masyarakat terjadi di seluruh
wilayah Indonesia.
Komponen inflasi inti masih mengalami tren perlambatan hingga
akhir tahun 2020 mencerminkan masih terbatasnya permintaan
masyarakat akibat pandemi. Pada Desember 2020, laju inflasi inti
mencapai 1,60% (yoy), sedikit menurun dari angka November
yang mencapai 1,67% (yoy). Masih lemahnya daya beli
masyarakat di sepanjang 2020 tergambar dari tren penurunan
inflasi yang terjadi sejak awal pandemi di Indonesia. Nilai tukar
Rupiah yang stabil dan harga komoditas global yang masih relatif
rendah juga mendorong terbatasnya dampak imported inflation.
Meskipun pertumbuhan uang beredar mengalami tren
meningkat sepanjang tahun 2020, laju inflasi inti berada pada
tingkat yang rendah sejalan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi yang juga masih sangat rendah. Secara umum, inflasi
harga barang-barang nonpangan dan jasa-jasa mengalami tren
penurunan, seperti pada komoditas sandang dan keperluan
rumah tangga, jasa perumahan, pendidikan, perawatan jasmani,
dan kebutuhan leisure.
Berbeda dengan tren inflasi inti, inflasi komponen volatile food
masih melanjutkan tren peningkatan sebagai dampak menipis
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 7
menipisnya stok pangan di tengah mulai naiknya permintaan
pada akhir tahun 2020.
Laju inflasi volatile food mencapai 3,62% (yoy), naik dari angka
November yang mencapai 2,41% (yoy). Secara musiman,
kenaikan harga pangan secara historis terjadi pada masa
menjelang akhir tahun seiring masuknya periode musim tanam
dan penghujan. Naiknya intensitas hujan di beberapa daerah
mendorong kenaikan harga pangan disebabkan oleh
menurunnya produksi dan kendala distribusi akibat bencana
alam. Selain dari sisi produksi, naiknya permintaan pangan
menjelang Natal dan Tahun Baru di tengah masa pemulihan
ekonomi juga mendorong kenaikan harga-harga kebutuhan
pangan. Beberapa komoditas mulai menunjukkan peningkatan
harga, seperti produk hortikultura dan hasil unggas. Meskipun
begitu, inflasi pangan masih terkendali, didukung oleh berbagai
kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah untuk menjaga
ketersediaan pasokan. Terjaganya inflasi pangan menjadi salah
satu kunci penting dalam pengendalian inflasi dan proses
pemulihan ekonomi nasional.
Sementara untuk inflasi administered price, laju inflasi Desember
mencapai 0,25% (yoy), lebih rendah dari angka November yang
mencapai 0,56% (yoy). Meskipun menjelang Natal dan Tahun
Baru permintaan transportasi tetap mengalami kenaikan, namun
kenaikan tarif yang cukup besar terjadi hanya pada angkutan
udara. Berbeda dengan pola historis yang kenaikannya didorong
oleh peningkatan tarif kereta api dan angkutan antarkota.
Penurunan laju inflasi administered price juga didorong oleh
faktor kebijakan pembatasan sosial dan syarat tes untuk
perjalanan jarak jauh sehingga menyebabkan mobilitas
masyarakat antardaerah menjadi lebih terbatas.
PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : PERKEMBANGAN KINERJA PERDAGANGAN, TRANSPORTASI, DAN PARIWISATA
Indikator sektor perdagangan di Bulan November - Desember
2020 memberikan sinyal beragam, tetapi secara umum
menunjukkan pergerakan sektor ini secara perlahan menuju
zona positif dari titik terdalam masa pandemi Covid-19. Kinerja
yang membaik dari bulan sebelumnya terjadi pada penjualan
mobil penumpang dan mobil niaga, serta impor barang
konsumsi.
Penjualan Kendaraaan
Kinerja penjualan mobil yang terdiri dari mobil penumpang dan
mobil niaga secara bulanan di pasar dalam negeri jelang akhir
tahun kembali menorehkan kenaikan pertumbuhan walau masih
dalam zona negatif. Pada periode November 2020, dibandingkan
dengan bulan sebelumnya secara wholesales (pabrik ke dealer)
penjualan mobil naik 9,8% menjadi 49.018 unit dari 53.844 unit.
Sementara di penjualan ritel naik 21,2% menjadi 56.106 unit dari
bulan Oktober 46.284 unit. Total penjualan tersebut sekaligus
menjadi yang tertinggi semenjak industri otomotif nasional
mengalami kontraksi akibat pandemi virus corona pada April
2020. Sementara penjualan sepeda motor kembali mengalami
kontraksi pertumbuhan, dengan penjualan hanya sejumlah
237.035 unit atau turun sekitar 25,4% dari penjualan pada bulan
sebelumnya yang membukukan angka 317.830. Bila
dibandingkan dengan penjualan pada bulan November tahun
lalu yang mencapai 547.684 unit, pertumbuhan penjualan
sepeda motor mengalami kontraksi sebesar 56,7%. Berbagai
strategi bisnis untuk mendorong penjualan belum mampu
memperbaiki kinerja pertumbuhan.
Indeks Penjualan Riil
Kinerja penjualan eceran secara bulanan pada Desember 2020
tumbuh 2,9 persen (mtm), didorong oleh peningkatan
permintaan masyarakat pada saat hari besar keagamaan
nasional (Natal) serta tahun baru. Seluruh kelompok memiliki
pertumbuhan positif, terutama pada kelompok peralatan
informasi dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga
lainnya. Namun demikian, secara tahunan penjualan eceran pada
Desember 2020 masih dalam zona kotraksi pertumbuhan dengan
tumbuh -20,7 persen (yoy), lebih dalam dibanding bulan
November sebesar -16,3 persen (yoy).
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 8
Penurunan penjualan tahunan terutama terjadi pada
subkelompok sandang dan kelompok peralatan informasi dan
komunikasi masing-masing -60,9 % (yoy) dan -38,4% (yoy).
Impor Barang Konsumsi
Impor Barang Konsumsi pada November masih dalam level
kontraksi, tetapi dengan arah pergerakan yang lebih baik
dibanding bulan sebelumnya. Jika dilihat secara klasifikasi BEC,
terlihat perbaikan pada bulan November terjadi karena adanya
pertumbuhan positif secara bulanan pada komponen barang
konsumsi, kecuali untuk komponen impor mobil penumpang
yang masih negatif.
Indikator Transportasi
Indikator transportasi penumpang dan logistik di November 2020
mulai memberi sinyal perbaikan kinerja sejalan dengan
peningkatakan kepercayaan masyarakat menggunakan
transportasi di masa pandemi. Sektor transportasi dan logistik
sendiri memiliki andil 4,40% terhadap total PDB pada Q3-2020,
dengan dominasi andil dari subsektor angkutan darat dan
logistik. Pembatasan mobilitas masyarakat dan pembatasan
protokol batas jumlah penumpang (75%), berdampak langsung
pada demand sektor ini. Jasa transportasi dan jasa logistik secara
umum berperan penting karena efisiensi logistik akan
berdampak terhadap daya saing produk dan komoditas, maupun
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pengangkutan Penumpang
Jumlah penumpang angkutan udara yang diberangkatkan pada
November 2020 mulai menunjukkan adanya tren peningkatkan.
Penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada
November 2020 sebanyak 3,0 juta orang, naik 33,43 persen
dibanding bulan sebelumnya. Jumlah penumpang domestik
terbesar melalui Bandara Soekarno Hatta dan angkutan udara
internasional terjadi di Bandara Ngurah RaiDenpasar. Untuk
penumpang angkutan laut dalam negeri, yang diberangkatkan
pada November 2020 tercatat 1,2 juta orang, naik 9,34 persen
dibanding Oktober 2020 dengan kenaikan jumlah penumpang
tertinggi terjadi di Pelabuhan Belawan diikuti Tanjung Priok dan
Makassar. Sementara itu untuk jumlah penumpang kereta api,
yang berangkat pada November 2020 sebanyak 13,7 juta orang
atau naik 14,95 persen dibanding bulan sebelumnya. Namun, bila
dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19 atau di
tahun 2019, pertumbuhan pengangkutan penumpang dengan
berbagai moda masih terjadi penurunan yang cukup tajam.
Pengangkutan Barang
Sejalan dengan kenaikan pertumbuhan pengangkutan
penumpang, pertumbuhan pengangkutan barang di bulan
November 2020 juga mengalami kenaikan meski angkutan
barang udara yang masih berada di level kontraksi. Jumlah
barang yang diangkut oleh moda angkutan laut di bulan
November 2020 naik 0,22 % menjadi 27,4 juta ton dibanding
bulan sebelumnya. Jumlah barang yang diangkut kereta api di
bulan November 2020 mengalami peningkatan sebesar 19,45
persen menjadi 4,6 juta ton dibanding bulan sebelumnya.
Perbaikan kinerja pengangkutan barang memiliki kaitan erat
dengan kinerja sektor lainnya, seperti perdagangan, manufaktur,
dan pertambangan di bulan November, selain itu peningkatan
aktivitas e-commerce turut mendorong jasa pengiriman barang
dan permintaan pergudangan logistik.
Indikator Pariwisata
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) masih
belum pulih seiring dengan kebijakan pembatasan kunjungan
wisman untuk non-essential travel akibat pendemi Covid19,
mesikupun demikian Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel
berbintang di Indonesia menunjukkan tren perbaikan. Pemulihan
sektor pariwisata masih tergantung pada penanganan Covid-19
yang masih diliputi ketidakpastian meskipun program vaksinasi
telah dijalankan di beberapa negara. Pada tanggal 1 s.d. 14
Januari 2021 pemerintah memutuskan untuk melakukan
penutupan sementara kedatangan WNA untuk mencegah varian
baru COVID-19 yang pertama dideteksi di Inggris, yang kemudian
diperpanjang hingga tanggal 25 Januari 2021.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan data BPS, wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke Indonesia pada November 2020 sebesar 175.313 kunjungan.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 9
Kunjungan ini tercatat meningkat 13,90% dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang sebanyak 153,9 ribu, tetapi menurun
86,31% dibandingkan November 2019 yang sebanyak 1,3 juta
kunjungan. Wisman paling banyak masuk ke Indonesia melalui
jalur darat sebesar 88,6 ribu atau 50% dari total wisman ke
Indonesia. Sementara sisanya masuk melalui jalur laut sebanyak
43,3 ribu dan udara 43,4 ribu. Pembatasan aktivitas karena
pandemi covid-19 menyebabkan masih rendahnya kunjungan
wisatawan dari mancanegara.
Berdasarkan asal negara, kunjungan wisman didominasi oleh
wisman dari Timor Leste yang mencapai 72,9 ribu atau 41,61%
dari total kunjungan wisman bulan November 2020. Selain itu,
wisman yang berasal dari Malaysia berjumlah 23,75%, dan China
3,72%. Tingginya jumlah wisman yang menggunakan jalur darat
dan juga yang berasal dari Timor Leste dan Malaysia
dibandingkan jalur dan asal lainnya, menunjukkan data wisman
tersebut masih didominasi oleh kegiatan lintas di perbatasan
negara.
Tingkat Okupansi Hotel Berbintang
Tingkat okupansi atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel
berbintang mencapai 40,14% pada November 2020. TPK
tersebut mengalami penurunan sebesar 18,44 poin jika
dibandingkan dengan TPK pada bulan November 2019 yang
tercatat sebesar 58,58%. Sementara jika dibandingkan dengan
bulan Oktober 2020 yang tercatat sebesar 37,48%, TPK justru
mengalami kenaikan sebesar 2,66%. Kenaikan TPK ini didorong
oleh tren staycation selama pandemi Covid-19. Masyarakat yang
telah bosan untuk melakukan aktivitas di rumah dari mulai kerja,
ibadah, dan juga sekolah dari rumah ingin melakukan
penyegaran atau refreshing. Staycation menjadi alternatif untuk
solusi tersebut, dengan tinggal dan melakukan aktivitas di hotel
tanpa harus keluar kota dan dapat merasakan pengalaman yang
baru.
Jika dilihat berdasarkan regional. TPK tertinggi pada November
2020 tercatat di Provinsi Lampung sebesar 59,14%, diikuti oleh
Provinsi Gorontalo sebesar 58,80%, dan Provinsi Kalimantan
Tengah sebesar 58,21%. Sebaliknya, persentase TPK terendah
tercatat di Provinsi Bali sebesar 9,32%. Bali sebagai destinasi
wisata yang sangat bergantung pada wisatawan mancanegara
sangat mengalami tekanan selama pandemi, karena kunjungan
wisman selama masa pandemi yang turun drastis. Beberapa
provinsi yang pada awal pandemi mencatat TPK sangat rendah
seperti Yogyakarta (5,36%), dan Sumatera Barat (9,09%)
bertahap mulai menunjukkan perbaikan. Pada November 2020
TPK Yogyakarta tercatat sebesar 44,99% dan Sumatera Barat
sebesar 47,49%. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di
Bali, karena ketergantungan atas wisman untuk provinsi
Yogyakarta dan Sumatera Barat tidak sebesar Bali, sehingga
masih dapat mengandalkan wisatawan domestik. Jika melihat
dari klasifikasi hotel yang ada di Indonesia, Hotel Bintang 3
memiliki TPK paling tinggi yaitu sebesar 42,03%. Kemudian posisi
tertinggi kedua adalah Hotel Bintang 4 sebesar 41,91%.
Sedangkan Hotel Bintang 1, Bintang 2, dan Bintang 5 berturut-
turut adalah 29,03%, 28,99%, dan 35,37%.
PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : INDIKATOR PERTUMBUHAN EKONOMI
Indikator Konsumsi Rumah Tangga
Indikator Konsumsi rumah tangga pada bulan Desember
menunjukkan penguatan optimisme konsumen yang tercermin
pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 96,5 dibanding
bulan sebelumnya yang sebesar 92,0. Keyakinan konsumen
menguat di seluruh kategori tingkat pengeluaran. Perbaikan
keyakinan konsumen pada November 2020 didorong oleh
menguatnya persepsi akan kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi ke depan. Persepsi terhadap kondisi ekonomi yang
membaik saat ini didukung oleh aspek ketersediaan lapangan
kerja, penghasilan, dan ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke
depan meningkat dilihat dari ketersediaan lapangan kerja.
Indeks Penjualan Eceran (RSI) pada bulan Desember 2020 sudah
keluar dari titik terendah di bulan November. Pada bulan
Desember RSI naik 2,87% (mtm), namun tetap berkontraksi
20,66% (yoy). Dibanding kuartal III 2020, RSI kuartal IV masih
berkontraksi 5,68% atau - 17,39% bila dibanding kuartal yang
tahun 2019. Pelemahan RSI ini merupakan hal yang wajar dalam
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 10
siklus tahunan konsumsi. Konsumsi makanan dan minuman yang
merupakan porsi terbesar dalam konsumsi rumah tangga (42%)
pada bulan Desember meningkat 2,41% (mtm) namun
berkontraksi 12,32 bila dibanding Bulan Desember tahun lalu.
Sementara itu penjualan mobil penumpang terus menanjak di
bulan Desember ini, penjualannya sudah mencapai 74% dari
keadaan pra-pandemi di bulan Maret 2020. Sementara itu
penjualan sepeda motor menunjukkan penurunan sejak Bulan
Oktober 2020 dimana ini juga merupakan siklus musiman seperti
yang terjadi tahun lalu. Penjualan sepeda motor dan mobil
penumpang dari PT Astra di kuartal IV 2020 ini masing-masing
terkontraksi 49,8% (yoy) dan 41,8% (yoy). Secara kuartal ke
kuartal (qtq) penjualan sepeda motor mengalami kontraksi
20,6%, sedangkan penjualan mobil tumbuh 44,0%.
Penjualan listrik untuk golongan rumah tangga di Bulan
Desember 2020 mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan
bulan November yang menunjukkan masyarakat kembali
beraktivitas di luar rumah. Konsumsi listrik yang merupakan
bagian dari konsumsi RT untuk perumahan dan peralatan RT di
bulan Desember ini berkontraksi 0,2% (mtm) namun meningkat
4,6% bila dibandingkan bulan Desember 2019.
Kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)
Menutup tahun 2020, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
pada triwulan IV-2020 telah mengarah kepada perbaikan secara
terbatas dibandingkan dengan triwulan III-2020 yang ditandai
dengan membaiknya beberapa indikator terutama yang
berhubungan dengan impor. Indikator PMTB seperti impor
barang modal dan impor besi dan baja telah mengalami
perbaikan meskipun masih di teritori negatif. Komponen PMTB
bangunan bergerak menguat yang ditandai dengan konsumsi
semen domestik per-Desember 2020 yang meningkat tipis
dibandingkan dengan realisasi November.
Pada bulan Desember, konsumsi semen yang pada bulan
November mengalami perbaikan sebesar -13,9% (YoY), kembali
mengalami perbaikan sebesar -12,1% (YoY). Hingga bulan
Desember 2020, konsumsi semen tahunan terkontraksi sebesar
10,4% (YoY). Sementara impor Besi dan Baja sebagai indikator
PMTB bangunan juga mengalami perbaikan dari bulan Oktober
ke bulan bulan November sebesar -34,2% (YoY) berlanjut ke
bulan Desember sebesar -9,4% (yoy) atau 14,7% (mtm). Secara
tahunan, impor besi dan baja tahun 2020 mengalami kontraksi
sebesar 34,0% (yoy).
Demikian pula impor barang modal sebagai indikator PMTB
Mesin dan Perlengkapan mengalami perbaikan yang cukup
signifikan. Setelah pada bulan November mengalami perbaikan
menjadi sebesar -2,9% (YoY), pada bulan Desember menjadi
sebesar 3,17% (YoY) atau 3,89% (mtm). Perbaikan indikator ini
sangat mempengaruhi pertumbuhan PMTB Mesin dan
Perlengkapan di triwulan IV-2020 ini. Namun secara tahunan
masih mengalami kontraksi pada 2020 sebesar 16,7% (YoY).
Penjualan mobil niaga sebagai indikator PMTB Kendaraan pada
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 11
bulan November mengalami perbaikan setelah mengalami
pelemahan pada bulan Oktober.
Pada Bulan Desember pertumbuhan penjualan mobil niaga
kembali mengalami perlambatan yaitu sebesar -28,2% (YoY) atau
-8,7% (mtm). Pertumbuhan tersebut mengakibatkan secara
tahunan, pertumbuhan penjualan mobil niaga tahun 2020
mengalami kontraksi sebesar 41,5% (YoY).
Selain itu, indikator lainnya yang digunakan untuk memperkirakan
pertumbuhan PMTB secara keseluruhan adalah realisasi belanja
modal Pemerintah Pusat. Pada bulan Desember, pertumbuhan
penyerapan belanja modal pemerintah pusat mencapai 42%
(YoY), sementara secara tahunan, pertumbuhan penyerapan
belanja modal pemerintah pusat tahun 2020 adalah sebesar 6,2%
(YoY) Realisasi belanja modal tahun 2020 sebesar Rp188,8 triliun
atau mencapai 137,5% dari pagu APBN menurut Perpres 72 tahun
2020. Sebagian realisasi belanja modal dialokasikan untuk
mendukung penanganan Covid-19 dan Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN), termasuk pembangunan sarana dan
prasarana kesehatan. Realisasi belanja modal belanja modal juga
meningkat untuk membangun sarana dan prasarana kesehatan
Pusat dan TNI/Polri, pengadaan peralatan pertahanan/
keamanan, serta dukungan pengaadaan tanah untuk Proyek
Strategis Nasional (PSN).
Indikator lainnya yang digunakan untuk memperkirakan
pertumbuhan PMTB secara keseluruhan adalah realisasi
investasi langsung atau penanaman modal baik dari luar negeri
(Penanaman Modal Asing/PMA) maupun dari dalam negeri
(Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN). Realisasi investasi
pada triwulan IV-2020 mencapai Rp214,7 triliun atau tumbuh
sebesar 3,1% (YoY), yang terdiri dari realisasi PMA sebesar
Rp111,1 triliun atau tumbuh sebesar 5,5% (YoY) dan PMDN
sebesar Rp103,6 triliun atau tumbuh sebesar 0,6% (YoY).
Secara kumulatif realisasi investasi langsung mencapai Rp826,3
triliun atau mencapai 101,1% terhadap target investasi tahun
2020 yaitu sebesar Rp817,2 triliun. Pengesahan UU Cipta Kerja
dan adanya kepastian akan dimulainya program vaksinasi
nasional mampu memberikan sinyal positif dalam meningkatkan
kepercayaan investor di akhir tahun terutama bagi investor
dalam negeri. Penurunan PMA di Indonesia relatif jauh lebih
rendah dibandingkan dengan penurunan investasi dunia yang
diprediksi oleh United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) akan mencapai 40% di tahun 2020. Hal
ini menunjukan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi
masih cukup tinggi.
Sektor Konstruksi pada triwulan IV-2020 diperkirakan masih
mengalami kontraksi sebesar 3.5% (YoY). Pertumbuhan positif
masih sulit dicapai karena BUMN Konstruksi dan Jasa Konsultasi
Konstruksi telah memangkas capex-nya hingga lebih dari 50%
dari target semula sebagai respon antisipasi terhadap pandemi
Covid-19. Namun, kondisi triwulan IV2020 diperkirakan sedikit
lebih baik dibanding triwulan III-2020 sebagai dampak dari
dilanjutkannya berbagai proyek infrastruktur termasuk proyek
strategis nasional.
Sektor Real Estate masih berada di teritori positif, mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan III-2020 yaitu sebesar 2,1%
(YoY). Peningkatan ini didorong dari sisi demand properti
residensial yang ditunjukkan oleh peningkatan KPR/ KPA
menjelang akhir tahun. Penurunan suku bunga KPR oleh
beberapa bank, dan penawaran bunga fix untuk jangka waktu
tertentu menjadi salah satu faktor yang dapat menarik
permintaan masyarakat. Permintaan properti komersil masih
terbatas baik sewa maupun jual, utamanya pada apartemen,
hotel dan convention hall akibat kebijakan pembatasan aktivitas
masyarakat. Dari sisi supply, hingga akhir Desember 2020,
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 12
Pemerintah telah merealisasikan Program Sejuta Rumah
mencapai 965.000 unit terdiri dari pembangunan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebanyak
772.324 unit dan rumah untuk non-MBR sebanyak 192.893
unit.
Kinerja Konsumsi Pemerintah
Indikator Konsumsi Pemerintah pada bulan Desember 2020
menunjukkan realisasi belanja negara secara kumulatif
Januari - Desember telah mencapai 2.589,9 triliun atau
94,6% dari total anggaran belanja negara berdasarkan
Perpres 72 tahun 2020, tumbuh 12,2% dibandingkan
realisasi tahun lalu yang sebesar Rp2.309,6 triliun.
Sementara pendapatan negara mencapai Rp1.633,6 triliun.
Capaian belanja negara tersebut didorong belanja
pemerintah pusat, utamanya disebabkan peningkatan
realisasi belanja bantuan sosial, dukungan untuk dunia
usaha melalui belanja lainnya, serta peningkatan belanja
barang. Belanja pemerintah pusat sepanjang tahun 2020
mencapai Rp1.827,4 triliun yang tumbuh 22,1% (yoy)
dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Sementara itu
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp762,5
triliun atau mengalami penurunan sebesar 6,2% (yoy).
Realisasi belanja pegawai tahun 2020 mencapai Rp380,2 triliun
(94,2% dari pagu anggaran berdasarkan Perpres 72), atau
tumbuh 1,1% (yoy). Terutama dipengaruhi adanya perubahan
kebijakan pembayaran THR dan gaji ke-13 serta menurunnya
belanja untuk honorarium, vakasi, dan tunjangan karena
sebagian PNS melakukan pekerjaannya dari rumah (WFH).
Sementara itu, realisasi Belanja Barang sampai akhir tahun 2020
sebesar Rp417,6 triliun, tumbuh cukup tinggi mencapai 24,9%
(yoy), mencapai 152,9% terhadap pagu anggaran berdasarkan
Perpres 72 2020. Belanja barang di tahun 2020 terutama
digunakan untuk penanganan Covid-19 baik di bidang kesehatan
maupun bantuan pemerintah berupa bantuan langsung kepada
masyarakat umum, guru maupun pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah, maupun bantuan gaji para pekerja yang
pendapatannya di bawah 5 juta.
Meskipun realisasi APBN sampai dengan akhir tahun tumbuh
12,2% dibanding tahun 2019, dan defisit APBN yang meningkat
signifikan, konsumsi pemerintah pada tahun 2020 diperkirakan
akan mengalami sedikit megalami kontraksi sebesar 0,5% (yoy).
Hal ini tak terlepas dari berubahnya prioritas pemerintah dengan
memperbanyak anggaran untuk mendukung konsumsi
masyarakat. Selain itu, penerapan new normal dan working from
home dalam kegiatan administrasi pemerintahan turut berperan
dalam menurunnya pengeluaran konsumsi pemerintah.
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 13
Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun : Thomas NPD Keraf, Yasir Niti Samudro, Roni Parasian, Rahadian Zulfadin, Lilik Surya, Iis Iskandar, Raditiyo Harya Pamungkas, Dwi Anggi Novianti, Dedy Sunaryo, Immanuel Bekti Hartanto, Restu Rinayanti, Johan Zulkarnain, Andi Yoga, Wignyo Parasian, Yayu Andini, Ika Kartika Sari, Wiranda Baihaqi, Dimas Nurdy, Adi Triyono, Dessy Kusumawardani, Rizki Saputri, Ilham Satriyo N., Hilda Choirunnisyah
Layout : Patria Yoga Asmara Sumber Data : CEIC, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.