james anderson lola - stt setia
TRANSCRIPT
OTORITAS ALKITAB
BERDASARKAN PERSOALAN MARKUS 16:9-20
DALAM METODE KRITIK TEKSTUAL
James Anderson Lola
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
ABSTRAK
Di dalam sejarah, studi terhadap kitab Markus baru mendapatkan perhatian yang lebih
banyak pada abad XIX, sejak para sarjana dengan metode kritiknya mulai mendekati Alkitab.
Seiring dengan perkembangan metode kritik ini, kita diperhadapkan dengan berbagai
persoalan dan masalah yang ada berkaitan dengan kitab Markus ini.
Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan metode kritik ini adalah persoalan
kritik tekstual, terutama berkaitan dengan kedua belas ayat terakhir dari Injil Markus atau biasa
yang disebut dengan penutup Markus. Persoalan ini dianggap salah satu persoalan yang besar
karena sampai saat ini, tidak ada satu pun pandangan yang dapat secara utuh menjelaskan
mengenai persoalan ini.
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu (1) perbedaan-perbedaan yang
ditemukan dalam salinan-salinan naskah karena ada salinan-salinan mayoritas yang memuat
bagian ini, tetapi ada juga salinan yang dianggap layak dipercaya karena tua dan mendekat
naskah asli yang tidak memuat bagian ini, juga adanya kutipan-kutipan atau alusi dari
bapakbapak Gereja yang juga terpecah dalam dua kubu yaitu menyertakan bagian ini dan yang
tidak menyertakannya juga. (2) Perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam bagian penutup
ini, yaitu adanya perbedaan struktur, gaya bahasa dan pemilihan kata yang sama sekali
berbeda dari keseluruhan struktur dan gaya bahasa serta pemilihan kata dari keseluruhan Injil
Markus.
Faktor-faktor ini secara tidak langsung memberikan kesulitan untuk menentukan keaslian
dari bagian ini, berbagai solusi telah diberikan mengenai kehadiran bagian ini, ada yang secara
tegas menolak bagian ini sebagai milik dari Markus, ada yang juga menerima bagian ini sebagai
asli dari Markus.
Kedua pandangan ini, pada akhirnya memberikan sebuah implikasi sederhana mengenai
Alkitab, apakah Alkitab masih layak dipercaya dan juga apakah Alkitab juga masih berotoritas,
jika ditemukan persoalan-persoalan sepeni ini. Sikap skeptic mulai dikembangkan dan
berujung kepada penyangkalan akan keaslian dan kehandalan Alkitab sebagai kitab suci.
Penulis dalam riset ini coba memberikan usulan mengenai bagian ini sebagai bagian yang
memang merupakan tambahan terhadap kitab Markus berdasarkan kepada berbagai penelitian
yang kompeherensif terhadap salinan-salinan naskah, alusi bapak-bapak Gereja dan juga
struktur internal kitab Markus sendiri, sekaligus juga untuk memberikan argumentasi
mengenai otoritas dari bagian ini dan juga otoritas dan kehandalan alkitab, bahwa bagian ini
sekalipun adalah tambahan memang memiliki otoritas sebagai bagian dari kitab suci.
Dalam hal ini, usulan yang penulis berikan masih tetap merupakan sebuah kemungkinan
(probabilitas), sehingga penulis tetap menyarankan untuk terus melakukan penelitian, riset,
dan terus mengembangkan metode untuk meneliti Alkitab dari berbagai perspektif.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN .......................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ..................................................... iii
LEMBARAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI TESIS ................................................ iv
LEMBARAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN PENGUJI TESIS ........... v
ABSTRAK ........................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Balakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
E. Hipotesis .................................................................................................. 13
F. Metode Penelitian .................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14
BAB II MARKUS 16:9-20 DALAM SEJARAH STUDI KRITIK ............................... 15
A. Latar Diskusi Kritik Teks ........................................................................ 15
1. Proses Transmisi Teks Perjanjian Barui ........................................... 21
2. Manuscript Perjanjian Baru Mula-mula .......................................... 38
3. Kesaksian Bapak Gereja .................................................................... 49
4. Kesimpulan ........................................................................................ 50
B. Metodologi Kritik Tekstual ..................................................................... 52
C. Sejarah Kritik Tekstual terhadap Kitab Markus .................................... 62
BAB III BERAGAM SOLUSI TERHADAP MARKUS 16:9-20 .................................. 75
A. Kritik Tekstual terhadap Markus 16:9-20 .............................................. 75
B. Diversitas Akhir Markus ......................................................................... 86
1. Penolakan terhadap Akhiran Markus ............................................. 86
2. Penerimaan akan Akhiran Markus .................................................. 96
3. Persoalan dengan Akhiran Markus ἐφοβοῦντο γάρ ..................... 108
4. Kesimpulan dan Komentar Evaluatif .............................................. 112
C. Sebuah Usulan terhadap Penutup Markus ........................................... 117
1. Markan Priority ................................................................................. 120
2. Lost Ending Theory ........................................................................... 125
D. Kesimpulan .............................................................................................. 130
BAB IV IMPLIKASI BAGI PENGAJARAN GEREJA MASA KINI .......................... 135
A. Kehandalan dan Otoritas Alkitab .......................................................... 135
B. Dwi Natur Alkitab ................................................................................... 147
C. Alkitab Sumber Kebenaran ..................................................................... 150
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 153
A. Kesimpulan .............................................................................................. 153
B. Saran ......................................................................................................... 157
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 159
BIODATA .......................................................................................................................... 169
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas secara berturut-turut: Latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode dan prosedur
penelitian, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Injil Markus merupakan Injil yang paling dilupakan dalam sejaxah Gereja selama tujuh
belas abad,1 sejak abad II masehi hingga pada abad XIX, pada masa ini, eksistensi Injil Markus
seakan hilang oleh popularitas Injil Matius. Bapak-bapak Gereja sangat sedikit sekali mengutip
dari Injil Markus ketimbang dari Injil Matius. Alasan yang melatarbelakangi pemikiran seperti
ini, mungkin secara jelas dapat dilihat dalam pandangan Agustinus bahwa Injil Markus hanya
merupakan semacam ringkasan dari Injil Matius, seperti yang dikutip oleh Stein
Mark follows him (Matthew) closely, and looks like his attendant and epitomizer. For in
his narrative he gives nothing in concert with John apart from the others; by himself
separately, he has little to record; in conjuction with Luke, as distinguished from the rest,
he has still less; but in concord with Mathhew, he has a very large number of passages.
Much, too, he narrates in word almost numerically and identically the same as those used
by Matthew, where the agreement is either with that evangelist alone, or with him in
connection with the rest (De consensus evangelistarum).2
Hal ini terlihat juga dari bagaimana perbandingan penulisan tafsiran terhadap kitab-kitab
Injil, Gereja terus memberi perhatian lebih terhadap Injil Matius ketimbang Injil Markus. Mulai
dari tahun 650 hingga tahun 1000, terdapat tiga belas tafsiran yang cukup tebal mengenai Injil
Matius dan hanya empat buku tafsiran mengenai Injil Markus.3
Ketidakpopuleran Injil Markus ini, dirangkum dengan baik oleh Brenda Deen Schildgen
dalam bukunya yang be1judul Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Marla (l)
Kita tidak mempunyai tafsiran tentang Markus (meskipun Jerome meninggalkan 10 khotbah
1Roberth. H Stein, Mark, (Grand Rapids MI: Baker Akademik, 2008) hlm 15, bud. B.D. Schildgen, Power and
Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark (Detroit: Wayne State University Press, 1999), 35-42, yang menulis
pada bab pertama dari bukunya mengenai sikap terhadap Injil Markus dalam sejarah dengan sebuah tema “Ada tapi
[dianggap] tidak ada” (present but absent) 2Ibid, hlm 16, bnd. E. Massaux, The Influence of the Gospel of Saint Matthew on Christian Literature before
Saint Irenaeus, trans. NJ. Belval & S. Hecht; ed. AJ. Bellinzoni (New Gospel Studies 5; Macon: Mercer, 1993);
Schildgen, Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark, 35-42; William L. Lane, “From Historian to
Theologian: Milestones in Markan Scholarship,” in Review & Expositor 75.4 (Fall 1978), 601; Donald Guthrie,
Pengantar Perjanjian Ban: Volume I, telj. Hendry Ongkowidjojo (Surabaya: Momentum, 2010), 43. 3Lih. Robert H. Lightfoot, The Gospel Message of St. Mark (Oxford: Clarendon Press, 1950), 1-14; S. P. Kealy,
Mark's Gospel: A History of Its Interpretation (New York: Paulist Press, 1982). 757; Schildgen, Power and Prejudice: The
Reception of the Gospel of Mark, 43-11.
tentang Markus) sebelum Victor dari Antiokhia pada abad V yang menyusun dan
menggabungkan tulisan-tulisan dari tafsiran Origenes, Titus dari Bostra, Theodore dari
Mopsuestia, Chrysostom dan Cyril dari Alexandria. (2) Dari Biblia Patristica, hingga Clement
dari Alexandria dan Tertulianus ada sekitar 1.400 ditambah kutipan/alusi kepada Markus
dibandingkan 2000 tentang Yohanes, 3300 Lukas dan 3900 Matius. Pada abad III, ada sekitar 250
alusi tentang Markus dibandingkan dengan 3600 untuk Matius, 1000 untuk Lukas dan 1600
untuk Yohanes. Referensi Origen terhadap Markus sekitar 650 kali, dibandingkan Matius yang
hampir 8000, Yohanes 5000 kali dan Lukas 3000 kali . Dalam khotbah yang masih ada,
Agustinus memiliki 250 referensi Matius, 170 Yohanes, 150 Lukas dan 15 Markus.4
Dengan begitu sedikitnya tulisan-tulisan pada abad mula-mula, memperlihatkan bahwa
Injil Markus merupakan Injil yang dianggap inferior pada abad permulaan bagi Bapak Gereja
mula-mula. Injil Markus dianggap lemah karena Injil Markus melewatkan beberapa catatan
penting mengenai doktrinal dan apologetika mengenai Kristus, seperti melewatkan kisah
tentang kelahiran Yesus Kristus, hanya sedikit mencatat ucapan-ucapan Yesus dibandingkan
ketiga Injil lainnya, kurangnya berita tentang kebangkitan Yesus sehingga dianggap lemah
dalam ha] retoris dan doktrinal.5
Namun pada abad XIX keadaan menjadi berubah, dipelopori oleh gerakan higher
criticism,6 yang menerapkan pengawasan logika secara ketat terhadap kitabkitab Injil. Pada
masa ini dari kalangan para saxjana kritik sumber (source criticism), muncul hipotesis Markan
Priority yang menantang Mathean Priority yang dianut Agustinus.7 Para penafsir dalam hal ini
mempercayai bahwa Markus mengandung 90 persen bahan dari apa yang ada di Matius, dan
sekita: 40 persen dari apa yang ada di Lukas. Matius dan Lukas biasanya mengikuti urutan
peristiwa dalam kitab Markus, dan mereka lebih sering mengikuti apa yang tertulis di dalam
4B.D. Schildgen, Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark (Detroit: Wayne State
University Press, 1999), 39-41 5Jacob Van Bruggen, Markus lnjil Menurut Pelrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 1
mengatakan bahwa orang yang membaca ketiga [njil yang lain itu tidak akan mencmukan informasi baru
dalam Markus... Markus adalah anak tiri ilmu tafsir, paling-paling tafsiran Markus digunakan hanya
untuk mendapatkan detail pelengkap. 6Higher Criticism menurut Kamus Merriam Webster adalah sebuah studi mengenai Alkitab,
tentang penulisan Alkitab untuk menemnukan latar belakang historis dan tujuan serta arti dari penulis.
Gerakan ini sendiri dimulai di Jennan oleh beberapa saxja dari Tubingen. 7D.A. Carson, Douglas J. Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan, 1992), 19-38; bnd. penjelasan W. D Davies and Dale C Allison, A Critical and
Exegetical Commentary on the Gospel according to Saint Matthew. International Critical Commentary. 3 Vols.
Vol.1: Introduction and Commentary on Matthew l-Vll (Edinburgh: T & T Clark, 1988) hlm 73-74 yang
menjelaskan bahwa Matias merupakan abbreviation dari Markus; Craig S. Keener, A Commentary on the
Gospel of Matthew (Grand Rapids MI: Eerdmans Publishing, 1999) hlm 8; Donald A. Hagner And Stephen
E. Young, Method In Matthew edited By Allan Powel (Edinburgh: Cambridge University Press, 2009) hlm
20-21; W. R. Farmer, The synoptic Problem: A Critical Analysis (Dillsboro:WestemNonhCarolina Press, 1976)
and “The Two-Gospcl Hypothesis: The Statement of the Hypothesis,” in The lnterrelalions of the Gospels,
ed. D. L. Dungan, BETL 95 (Leuven: Leuven University Press, 1990), 125-56.
Markus ketika mereka membahas sesuatu yang sama. Matius dan Lukas juga sering mengulang
kata-kata Markus, dan mereka kadang-kadang menafsirkan beberapa pemyataan Markus.8
Juga dari kalangan kritik bentuk, para satjana melakukan studi terhadap Injil Markus
untuk meneliti tradisi di belakang penulisan Injil, baik itu tradisi lisan maupun tradisi tulisan,
serta bagaimana para penulis tersebut merangkai serpihanserpihan tradisi tersebut menjadi
sebuah kitab.9 Penelitian berdasarkan kritik bentuk ini, telah membawa Injil Markus menjadi
pusat perhatian dalam penelitian akan kehidupan Yesus. William Wrede dalam ulasannya
mengenai Injil Markus menyatakan bahwa pada kenyataannya Injil Markus ditulis bukan
untuk menyajikan bukti sejarah tentang Yesus, melainkan memiliki tendensi teologis, dan lebih
bersifat dogmatis.10
Dalam bidang kritik tekstual (textual criticism),11 Injil Markus mendapatkan perhatian
yang cukup besar, terutama berkaitan dengan awal Injil dan akhir Injilnya. Pada permulaan
Injilnya, kata “Anak Allah” [viofi 980f)], dihilangkan dalam beberapa naskah awal yang penting
(Tulisan tangan asli dari teks codex Aleph Sinaiticus dan teks Q, dan beberapa minuscules),
untuk bagian awal Markus ini, para sarjana mengambil kesimpulan sederhana bahwa bisa saja
kata-kata pada permulaan Injil ini memang telah hilang sejak dari teks aslinya, namun juga
dapat ditemukan di sebagian besar naskah awal yang signifikan (the uncials A, B, D, L, W),
serta dalam periode naskah-naskah kemudian, dan juga frasa ini cocok dengan Kristologi
Markus.12
Persoalan kedua dalam kritik teks adalah apa yang menjadi topik dari riset penelitian
karya tulis ini, yaitu akhir dari Markus (ending of Mark) pasal 16:8b-20 yang mengacu kepada
peristiwa kebangkitan. Bagian ini menjadi bagian yang paling sering diperdebatkan dalam
karya-karya monografls abad XIX dan juga abad XX. Bagian akhir dari Injil kedua ini (Markus)
dapat dikatakan sebagai “the greatest of all literary mysteries,”13 and “the gravest textual
problem in the NT.”14
Penulis menyetujui bahwa bagian terakhir dari Injil Markus ini merupakan sebuah karya
yang menjadi misteri terbesar, bahkan dapat dikatakan sebagai teks yang sangat sulit karena
8Lih. Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids MI: Ecrdmans
Publishing, 1999) hlm 8 9Lih. M. Dibelius, From Tradition to Gospel, trans. B.L. Woolf (New York: Charles
Scribner’s Sons, 1934); sebuah pengantar yang baik untuk mengenal studi kritik bentuk: E.V.
McKnight, What is Form Criticism? (Philadelphia: Fortress Press, 1969); Darrell L. Bock, “Form
Ciriticism,” in Interpreting the New T estament: Essays on Methods and Issues, 106.127. 10William Wrede, The Messianic Secret, trans. J.C.G. Grieg (London, Cambridge: James Clarke,
l971), hlm 31 11Mengenai kritik tekstual, lih. Michael W. Holmes, “Textual Criticism," in Interpreting the New
Testament: Essays on Methods and Issues, 46-73. 12D.A. Carson, Douglas J. Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan, 1992) hlm bnd Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume I hlm 72-73 13D. E. Nineham, The Gospel of St. Mark (Pelican Gospel Commentaries; Baltimore: Penguin,
1963), 439. 14James R. Edwards, The Gospel according to Mark (Pillar New Testament Commentary; Grand
Rapids: Eerdmans, 2002), 497.
teks ini melahirkan setidaknya tiga persoalan besar yaitu, pada (l) shorter ending (ay.8b) yang
dianggap mempakan tambahan belakangan dan bukan tulisan Markus, dalam hal ini, Markus
mengakhiri Injilnya hanya pada ayat 8 (2) sisipan pada ayat 14 dalam beberapa terjemahan dan
(3) longer edition (ay.9-20) yang juga dianggap merupakan tambahan belakangan dan bukan
tulisan Markus.15
Pertanyaan yang hadir pada persoalan ini adalah apakah Markus 16:8b-20 mempakan
bagian yang asli dari karya Markus dalam Injilnya, ataukah justru ditambahkan kemudian,
sehingga yang sebenarnya adalah Injil Markus berakhir pada ayat 8 bagian (a) semata, yaitu
pada kata efobounto gar (εφοβουντο γαρ).
Banyak argumentasi diberikan, terutama berkaitan dengan variasi naskah-naskah kuno
dan juga argumen kepada gaya Markus 16:9-20 yang berbeda dari keseluruhannya,16 begitu
juga dengan mayoritas terjemaham Alkitab yang menyangsikan keaslian dari Markus 16:8b-20
ini.
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
TB-LAI meletakkan, spasi yang cukup jauh antara markus 16:8a dan Markus 16:8b
maupun markus 16:9-20, bahkan dalam beberapa versi terjemahan LAI, bagian ini diberi
tanda kurung tegak sebagai suatu pertanda akan teks-teks yang tidak terdapat dalam
naskah-naskah yang dinilai paling baik atau kuno dicantumkan dalam tanda kurung
tegak, misalnya dalam Matius 6:13. Nas-nas lain seperti Markus 16:9-20 dan Yohanes 7:53-
8:11 juga diberi tanda kurung tegak.
New International Version (NIV)
NIV memberikan footnote/catatan kaki sebagai berikut: “The two most reliable early
manuscripts do not have Mark 16:9-20.”
American Standart Version
ASV memberikan footnote/catatan kaki sebagai berikut: “The two oldest Greek manuscripts,
and some other authorities, omit from ver. 9 to the end. Some other authorities have a different
ending to the Gospel.”
Good News Bible
GNB (Good News Bible) meletakkan Markus 16:9-20 di dalam tanda kurung tegak, dan
memberikan headnote/catatan kepada di atas ayat 9 yang berbunyi: “AN OLD ENDING
15Jika dildasiflkasikan kepada naskah-naskah Alkitab akan terlihat bahwa persoalan Markus l6 ini
tidak hanya 3 melainkan 5 persoalan utama berkaitan dengan teks Markus 16, karena ada naskahnaskah
Alkitab yang (l) ada teks yang memuat Mark 16:1-8a, tetapi tidak memuat Mark 16:8b dan Mark 16:9-20.
(2) memuat Mark 1621-83 dan Mark 16:8b, tetapi tidak memuat Mark 169-20. (3) memuat Mark 16: 1-83
dan Mark 16:9-20, tetapi tidak memuat Mark 16:8b. (4) memuat Mark 16:1-8a, Mark 16:8b, dan Mark 169-
20. (5) memuat Mark 16:1-8a, tidak memuat Mark 16:81), lalu memuat Mark 16:9-20, tetapi disertai
penambahan setelah Mark 16:14. 16Untuk lebih rincinya lih. J. K. Elliott, “The Text and Language of the Endings to Mark’s Gospel,” TZ 27
(1971) 255-262.
TO THE GOSPEL” (Suatu akhiran yang kuno bagi Injil ini). Juga GNB memberikan
catatan kaki yang berbunyi: “Some manuscripts and ancient translations do not have this
ending to the Gospel (vers 9-20).” Setelah itu GNB memberikan ayat 8b dalam tanda kurung
tegak (tetapi diberi penomoran ayat 9 dan ayat 10), dan lalu memberikan catatan kaki
tentang bagian ini dengan kata-kata sebagai berikut: “Some manuscripts anda ancient
translations have this shorter ending to the Gospel in addition to the longer ending (verse 9-20)”
Revised Standart Version (RSV)
RSV memberikan footnote/catatan kaki yang agak panjang yang berbunyi sebagai berikut:
“Some of the most ancient authorities bring the book to a close at the end of verse 8. One authority
concludes the book by adding after verse 8 the following: But they reported briefly to Peter and
those with him all that they had been told. A nd after this, Jesus himselfsent out by means of them.
from east to west, the saered and imperishable proclamation of eternal salvation. ()ther authorities
include the preceding passage and continue with verses 9-20. In most authorities verses 9-20 follow
immediately after verse 8; a few authorities insert additional material after verse 14.”
The New Scoffield Study Bible
The New Scoffield Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: “Verses 9-20 are
not found in the two most ancient manuscripts, the Sinaiticus and Vaticanus; others have them
with partial omissions and variations. But the passage is quoted by Irenaeus and Hippolytus in the
second and third century.”
New Geneva Study Bible
New Geneva Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: “Scholars differ
regarding whether these verses were originally part of this Gospel. Some important early Greek
manuscripts lack these verses, other manuscripts have vv 9-20 (known as the ‘longer Ending ’),
and still others have a ‘Shorter Ending’ (roughly one verse long). A few manuscripts have both the
‘Shorter Ending’ and the ‘Longer Ending’. Because of these differences, some scholars believe that
vv 9-20 were added later and not written by Mark. On the other hand, the verses are cited by
writers from the late second century and are found in the overwhelming majority of existing Greek
manuscripts of the Gospel of Mark. For other scholars, these facts establish the authenticity of the
passage.”
Dalam varian, naskah-naskah kuno, perikop ini (Markus 16:9-20) tidak ada dalam naskah
naskah tertua yaitu pada naskah yang dianggap lebih baik yaitu codex Sinaiticus (א); dan Codex
Vaticanus (B) serta pada beberapa terjemahan (a.l. terjemahan Armenia),17 dan lebih lagi bahwa
17Codex Sinaiticus merupakan manuskrip Yunani tertua yang diketahui memuat keseluruhan
Perjanjian Batu. Fakta bahwa manuskrip tersebut tidak memuat Markan Appendix menunjukan
bahwa bagian tersebut baru disusupkan oleh para penyalin pada sekitar abad ke-4. Bagian tersebut
Clemens, Origenes, Jerome dan Eusebius serta Hieronymus dalam tulisan-tulisan mereka sama
sekali tidak menyinggung keberadaaan the longer edition ini.18
Juga bahwa ada perbedaan vocabulary yang sangat menonjol dalam Markus 16:9-20 ini
dengan keseluruhan teks Markus. Menurut Walter W. Wessel dalam tafsiran Injil Markusnya
yang diedit oleh Frank E. Gaebelein: The Expositor’s Bible Commentary; dalam Nestle IAIand
Greek Text ada 101 perbedaan kata dalam ayat 9 20 (167 total jumlahnya), setelah kata -kata
yang tidak penting seperti definite article. connectives dan lain-lain diabaikan, ada 75
perbedaan kata penting, yaitu 15 kata tidak nampak dalam Markus dan 11 yang lain digunakan
berbeda dengan kata kata yang biasa digunakan oleh Markus.19 Oleh sebab itu mereka
menyimpulkan bahwa sulit untuk percaya jika Markus 16:9-20 adalah tulisan Markus.20
Kesulitan yang ketiga adalah bahwa perbedaan model penulisan antara ayat 920
dibandingkan dengan seluruh Injil Markus. Banyak yang mencatat transisi canggung antara
16:8 dan 16:9. Subjek tindakan dalam ayat 8 adalah perempuan, tetapi kemudian ada
pergeseran agak tiba-tiba dalam ayat 9 yang menunjukkan Yesus sebagai subjek, ini
terekspresikan dari kata kexja utama. Dalam ayat 9, Maria Magdalena diidentiflkasi dengan
kalimat deskriptif, hampir seolah-olah dia sedang diperkenalkan untuk pertama kalinya,
meskipun dia jelas berpartisipasi dalam narasi sebelumnya ( 15:47 , 16:01 ), sedangkan para
wanita lain yang dengan Maria Magdalena misterius menghilang dari pelukisan kisah ini.
Selain itu. penempatan kebangkitan Yesus dalam ayat 9 pada waktu awal (prbi) di hari
pertama minggu itu tampaknya tidak biasa setelah ayat 2, yang bercerita tentang wanita yang
menemukan kubur yang kosong sangat awal (lian préi) pada hari pertama dalam minggu itu.
Kata-kata awal ayat 9, anastas de yang diterjemahkan "sekarang setelah Yesus bangkit,"
terutama ketika digunakan bersama dengan proton "pertama," melayani lebih baik sebagai
awal dari sebuah narasi tentang serangkaian penampakan Yesus setelah kebangkitan selain
sebagai kelanjutan dari Markus 16:1-8
juga tidak terdapat pada beberapa manuskrip tertua lain sepcrti Codex Vaticanus (pertengahan
abad ke-4), Codex Bobiensis (abad keempat sampai kelima) dan sekitar 100 naskah terjemahan Armenia,
Afrika Gan Koptik. Beberapa naskah yang lebih muda dari Codex Sinaiticus diketahui
memasukan bagian tersebut walaupun dengan berbagai variasi, tetapi kebanyakan penulis naskah
tersebut menempatkan bagian ini dalam catatan kaki atau margin yang memisahkannya dari teks asli
Injil Markus bnd. penjelasan Metzger, bahwa akhir dari Markus pada 16:8 ditemukan dalam
"Syriac naskah Sinaitic, sekitar seratus naskah Armenia, Georgia dan dua naskah tertua"
(Tekstual Commentary 102). Untuk infomasi lebih lanjut tentang naskah Armenia yang
menghilangkan Markus 1619-20 dan argumen yang mendukung pendapat bahwa Markus 16:9-
20 adalah bukan bagian dari versi Armenia asli, Lih. E. C Colwell, "Markus 16:9-20 di Armenia
versi, "JBL 56 (1937) 369-386. 18Metzger, Textual Commentary 103. The quotations by Eusebius in Quaestiones ad Marinum
and by Jerome from his Epistola 120 are most easily accessible in W. R. Partner, The Last Twelve
Verses of Mark (SNTSMS 25; London: Cambridge University Press, 1974) 4, 23. bnd. D.A. Carson,
Douglas J . Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament. 19Eddy Peter Purwamo, Alkitab telah Dipalsukan (Tangerang, STT Philadelphia, 2005) hlm 22 20Lih. Elliott, “Text and Language” 258-262.
Akan tetapi tidak semata-mata hanya terdapat argumentasi mengenai ketidak aslian
bagian ini saja, karena pada kenyataannya ada juga para satjana yang mengakui keaslian dari
teks ini dengan mengacu kepada beberapa hal lain, misalnya melihat kepada mayoritas
manuskrip pada masa kemudian yang mencatat pasal 16 secara penuh, serta tulisan dari
Erasmus yang mempublikasikan bagian ini sebagai bagian yang asli dari milik Markus.21
Juga ada kejanggalan bahwa akhir dari Injil Markus ditutup dengan pemyataan
efobountu gar (εφοβουντο γαρ). Guthrie menulis “akan terasa aneh jika Injil kabar baik
berakhir dengan catatan tentang ketakutan,”22 sehingga memberikan sebuah kesimpulan
sederhana bahwa ada akhir dari Markus yang lebih panjang dan memungkinkan bahwa bagian
ini merupakan bagian asli dari kitab Markus.
Hal ini dipertegas dalam beberapa pandangan seperti yang dinyatakan oleh Bruce
Metzger “The traditional ending of Mark...is present in the vast number of witnesses, ”23 dan
juga apa yang diutarakan oleh Michael Holmes, yang memberikan rujukan bahwa bagian akhir
ini ditemukan dalam 95°o tulisan Yunani,24 serta apa yang ditulis oleh Kurt and Barbara Alland
yang menyatakan bahwa longer edition ini ditemukan pada 99% manuscript Yunani serta
tradisi-tradis belakangan
It is true that the longer ending of Mark 16:9-20 is found in 99 percent of the Greek
manuscripts as well as the rest of the tradition, enjoying over a period of centuries practically an
official ecclesiastical sanction as a genuine part of the gospel of Mark 25
Begitu juga dengan kesaksian Eusebius yang mengenal bagian Markus 16:920,26 semakin
membuat banyak teolog berada dalam persimpangan antara menerima atau menolak keaslian
bagian ini (Penulis akan membahas perdebatan ini lebih panjang dalam bab selanjutnya).
Perdebatan yang telah hadir sepanjang tujuh belas abad ini, terus membawa kesulitan
pada persoalan teks Alkitab. Implikasi dari penerimaan akan ketidakaslian maupun keaslian
longer edition ini pada akhirnya akan membawa pemahaman kepada salah satu doktrin utama
kekristenan, mengenai Alkitab sebagai otoritas tertinggi dan sebagai penyataan diri Allah
secara verbal kepada manusia.
Iman Kristen mengakui bahwa Alkitab merupakan dasar dari semua pengajaran
mengenai Allah, manusia dan keseluruhan realitas, namun berkaitan dengan persoalan ini,
pusat pengajaran kekristenan seakan-akan diserang pada pusat (inti), karena jikalau Alkitab
tidak lagi murni, maka semua pengajaran Iman Kristen dapat dipertanyakan keasliannya.
21Robert H. Stein, The Ending of Mark dalam Bulletin for Biblical Research 18.1 (Louisville:
The Southern Baptist Theological Seminary, 2008) hlm 79 22Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 1 (Surabaya: Momentum, 2012) hlm 71
bnd. Jakob Van Bruggen, Markus Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia 23Metzger, A Textual Commentary, 124 24Michael W. Holmes, “The Many Endings of the Gospel of Mark,” B Rev 17/4 (2001): 19 25Kurt Aland and Barbara Aland, The Text ofthe New Testament: An Introduction to the
Critical Editions and to the Theory and Practice of Modern Textual Criticism (trans. Erroll F.
Rhodes;2nd ed.; Grand Rapids: Eerdmans, 1989), 292. 26Jacob Van Bruggen, Markus Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) hlm 651
Otoritas Alkitab digugat berkaitan dengan pengakuan Iman Kristen bahwa . Alkitab
adalah Firman Allah yang tidak dapat salah (innerancy dan infalibility), Firman yang tidak
berubah, namun pada kenyataannya memiliki teks-teks yang bennasalah bahkan dapat
dikategorikan sebagai teks-teks tambahan dalam Alkitab.
Alkitab telah dipalsukan, demikianlah pemyataan dari golongan liberal yang terus
mendekati Alkitab dengan pendekatan rasionalis, dan juga berdasarkan kepada pencarian akan
Yesus sejarah semakin mempertegas penolakan akan keaslian Alkitab. Salah satu kritik yang
keras terhadap Alkitab adalah dilontarkan oleh Bultman dengan teori demitologisasinya bagi
Bultman Alkitab lebih berisi kesaksian akan Yesus sebagai Yesus iman (mitos) dan bukan
berdasarkan fakta sejarah, sehingga apa yang tertulis di dalam Alkitab bukanlah sebuah
kesaksian sejarah melainkan hanyalah mitos dan cerita-cerita yang berkembang pada masa
itu.27
Masihkah Alkitab merupakan Firman Allah yang dapat dipercaya? Dalam konteks
Indonesia yang bersentuhan dengan Islam sebagai agama yang juga memiliki kitab suci dan
diterima sebagai Firman Allah yang turun daIi surga sehingga semua teks-teks Al-Quran
adalah benar dan tidak memiliki persoalan dalam hal keaslian teks yang dapat dipercaya dalam
klaim keagaamaan mereka, Alkitab dipertanyakan sebagai Firman Allah, bahkan lebih lagi,
dianggap bahwa Alkitab telah dipalsukan.
Pertanyaan-pertanyaan ini menghadirkan perdebatan-perdebatan yang berkaitan dengan
inti iman Kristen, oleh karena itu, penulis dalam karya tulis ini, akan memperlihatkan
bagaimana perdebatan berkaitan dengan “ending of Mark” ini dan juga kesimpulan mengenai
keaslian “ending of Mark” ini dalam kaitan dengan otoritas Alkitab yang dipertanyakan pada
masa kini.
27Lih. John E. Wilson, Introduction to Modern Theology (Louisville: Westminster John Knox
Press, 2007) hlm 202-204