jam vol 17 no 1 april 2006.pdf

115
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMBUAT JUDGMENT DALAM PREDIKSI FAILURE PERUSAHAAN Yavida Nurim, SE., M.Si., Akuntan STUDI EMPIRIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN AKUISISI DI INDONESIA Drs. Deden Iwan Kusuma, M.Si., Akuntan PERANCANGAN MODEL SALES FORCE AUTOMATION (SFA) DALAM RANGKA MENUNJANG CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) STUDI KASUS PADA PT POS INDONESIA (Persero) Akhmad Yunani PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN DALAM WEB SITE PERUSAHAAN INDONESIA Drs. Bambang Suripto, M.Si., Akuntan KAJIAN USAHA TERNAK KAMBING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAAN MASYARAKAT KABUPATEN SLEMAN Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si. PENGARUH SIKAP KERJA TERHADAP KINERJA PADA HOTEL BINTANG DI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Johnson Dongoran, SE., MBA. VOLUME XVII, NOMOR 1, APRIL 2006

Upload: vudiep

Post on 26-Jan-2017

249 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMBUAT JUDGMENTDALAM PREDIKSI FAILURE PERUSAHAAN

Yavida Nurim, SE., M.Si., Akuntan

STUDI EMPIRIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSIPADA PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN AKUISISI DI INDONESIA

Drs. Deden Iwan Kusuma, M.Si., Akuntan

PERANCANGAN MODEL SALES FORCE AUTOMATION (SFA) DALAM RANGKA

MENUNJANG CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM)STUDI KASUS PADA PT POS INDONESIA (Persero)

Akhmad Yunani

PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN DALAM WEB SITE PERUSAHAAN INDONESIADrs. Bambang Suripto, M.Si., Akuntan

KAJIAN USAHA TERNAK KAMBING DALAM RANGKAMENINGKATKAN KESEJAHTERAAAN MASYARAKAT KABUPATEN SLEMAN

Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si.

PENGARUH SIKAP KERJA TERHADAP KINERJAPADA HOTEL BINTANG DI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Johnson Dongoran, SE., MBA.

VOLUME XVII, NOMOR 1, APRIL 2006

Page 2: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

Editorial Staff Jurnal Akuntansi Manajemen (JAM)

Editor in ChiefDjoko Susanto

STIE YKPN Yogyakarta

Managing EditorSinta Sudarini

STIE YKPN Yogyakarta

EditorsAl. Haryono Jusup Indra Wijaya KusumaUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Arief Suadi Jogiyanto H.MUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Basu Swastha Dharmmesta MardiasmoUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Djoko Susanto SoeratnoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Eko Widodo Lo Su’ad HusnanSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Enny Pudjiastuti SuwardjonoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Gudono Tandelilin EduardusUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Harsono Zaki BaridwanUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Editorial SecretaryRudy Badrudin

STIE YKPN Yogyakarta

Editorial OfficePusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 Fax. (0274) 486081

http://www.stieykpn.ac.id

Volume XVIINomor 1April 2006

Page 3: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

DARI REDAKSI

Volume XVIINomor 1April 2006

Pembaca yang terhormat,Selamat berjumpa kembali dengan Jurnal

Akuntansi & Manajemen (JAM) STIE YKPNYogyakarta Volume XVII Nomor 1, April 2006. Beberapaperubahan tampilan dan isi JAM telah kami lakukan. Disamping itu, kami juga telah memberikan kemudahanbagi para pembaca dalam mengarsip dalam bentuk fileartikel-artikel yang telah dimuat pada edisi JAMsebelumnya dengan cara mengakses artikel-artikeltersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (www://stieykpn. ac.id). Semua itu kami lakukan sebagaikonsekuensi ilmiah dengan telah Terakreditasinya JAMberdasarkan Surat Keputusan Direktur JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 26/DIKTI/Kep/2005 denganNilai B.

Dalam JAM Volume XVII Nomor 1, April 2006ini, disajikan 6 artikel sebagai berikut: PengaruhKarakteristik Pembuat Judgment dalam Prediksi Fail-ure Perusahaan; Studi Empiris Pemilihan MetodeAkuntansi pada Perusahaan yang MelaksanakanAkuisisi di Indonesia; Perancangan Model Sales Force

Automation (SFA) dalam Rangka Menunjang Cus-tomer Relationship Management (CRM): Studi Kasuspada PT Pos Indonesia (Persero); Praktik PelaporanKeuangan dalam Web Site Perusahaan Indonesia;Kajian Usaha Ternak Kambing dalam RangkaMeningkatkan Kesejahteraaan Masyarakat KabupatenSleman; dan Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerjapada Hotel Bintang di Jawa Tengah dan Daerah IstimewaYogyakarta.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semuapihak yang telah memberikan kontribusi padapenerbitan JAM Volume XVII Nomor 1, April 2006 ini.Harapan kami, mudah-mudahan artikel-artikel padaJAM tersebut dapat memberikan nilai tambah informasidan pengetahuan dalam bidang Akuntansi,Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan bagi parapembaca. Selamat menikmati sajian kami pada JAM kaliini dan sampai jumpa pada JAM Volume XVII Nomor 2,Agustus 2006 dengan artikel-artikel yang lebih menarik.

REDAKSI.

Page 4: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMBUAT JUDGMENTDALAM PREDIKSI FAILURE PERUSAHAAN

Yavida Nurim, SE., M.Si., Akuntan1-10

STUDI EMPIRIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSIPADA PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN AKUISISI DI INDONESIA

Drs. Deden Iwan Kusuma, M.Si., Akuntan11-24

PERANCANGAN MODEL SALES FORCE AUTOMATION (SFA) DALAM RANGKAMENUNJANG CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM)

STUDI KASUS PADA PT POS INDONESIA (Persero)Akhmad Yunani

25-40

PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN DALAM WEB SITE PERUSAHAAN INDONESIADrs. Bambang Suripto, M.Si., Akuntan

41-56

KAJIAN USAHA TERNAK KAMBING DALAM RANGKAMENINGKATKAN KESEJAHTERAAAN MASYARAKAT KABUPATEN SLEMAN

Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si.57-78

PENGARUH SIKAP KERJATERHADAP KINERJA PADA HOTEL BINTANG DI JAWA TENGAH DAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAJohnson Dongoran, SE., MBA.

79-92

DAFTAR ISI

Volume XVIINomor 1April 2006

Page 5: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

11

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

STUDI EMPIRIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSIPADA PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN AKUISISI

DI INDONESIA

Deden Iwan Kusuma 1

1 Drs. Deden Iwan Kusuma, M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

ABSTRACT

In general, companies always try to develop and makesuitable changes in anticipating the globalization era.One way of doing this is through business combina-tion. There are three types of business combination,i.e. acquisition, merger, and consolidation. Merger andconsolidation refer to the basic ideas of business com-bination, whereas acquisition refers more to the waysthese ideas are implemented. Hence, an acquisition cantake the form of a merger or consolidation, based onand in accordance with legal regulations.

Companies which undergo acquisition need tochoose which accounting methods to use to recordbusiness transactions. According to SAK (more or lesscomparable to GAAP), there are two alternative ac-counting methods, i.e. purchase method and poolingof interest method. In Indonesia, the use of either oneof the two methods has not yet been clearly estab-lished in SAK, so that the managers can use one of thetwo methods which is better for their interest. There-fore, the fenomena of business combination create ac-counting problem how to apply pooling of interest andpurchase methods.

So far accounting standard which has been usedinternationally in applying these methods is referencedon APB Opinion No. 16. According to this opinion,there are 12 criteria when a company uses pooling ofinterest method. If any one of the 12 criteria is not met,

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 11-24

the company should use purchase method. Therefore,it is needed to do empirical study of choice of poolingof interest method and purchase method by compa-nies undergoing acquisition in Indonesia.

The objectives of this research were: (1) to findout whether or not the companies using pooling ofinterest method have met the 12 criteria, (2) to examinewhether or not the number of companies using thepooling of interest method are different from that us-ing purchase method, (3) to examine whether or not theaverage application of the 12 criteria by the companiesusing the pooling of interest method is different fromthat of those using the purchase method, and (4) toexamine whether or not the average application of the12 criteria by the companies which have made refer-ence to the APB Opinion No. 16 is different from thatby those which have not by companies choosing thepooling of interest method. The findings of this re-search were as follows:1. The average application of the 12 criteria of the com-

panies choosing the pooling of interest method is67 percent and standard deviation is 7 percent,therefore it can be concluded the companies choos-ing the pooling of interest method have not met the12 criteria.

2. The number of companies choosing choosing thepurchase method are larger than those choosingthe pooling of interest method, in the ratio of 21 : 12(64% : 36%).

Page 6: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

12

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

3. The average application the 12 criteria by the com-panies choosing the pooling of interest method islarger than that by those choosing the purchasemethod, in the ratio of 15,4167 : 13,9524 (67% : 61%).On the basis of the results of the analysis using ttest (2 mean difference test), there is no significantdifference on the average application of the 12 cri-teria between the companies choosing the poolingof interest method and those choosing the pur-chase method.

4. Among the companies choosing the pooling of in-terest method, the average application of the 12criteria by the companies which have made refer-ence to APB Opinion No. 16 is larger than that bythose which have not, in the ratio of 15,5714 : 15,2(68% : 66%). The results of the analysis using t test(2 mean difference test) indicate that there is nosignificant difference on the average application ofthe 12 criteria between companies which have madereference to APB Opinion No. 16 and those whichhave not by the companies choosing the poolingof interest method.

The following were additional findings of theresearch: (1) in most cases companies which undergoacquisition in Indonesia have made business combi-nation at least once (i.e. 37 companies or 67%); (2) thefinancial resources used to make business combina-tion mostly come from right issues (i.e. 39 companiesor 76%); and (3) the main purpose of business combi-nation by companies undergoing acquisition is gener-ally to extend their lines of business (i.e. 20 companiesor 48%), and to strengthen their synergic effects (i.e.16 companies or 38%).

Keywords: business combination, acquisition, merger,consolidation, pooling of interest method, and pur-chase method.

PENDAHULUAN

Mulai tahun 1989 penggabungan usaha dalambentuk akuisisi semakin sering terjadi di Indonesia. Halini ditunjukkan dengan data yang diperoleh dariBAPEPAM dan BEJ yang menyebutkan sejak tahun1989 sampai tahun 2002 telah terjadi transaksi akuisisioleh 62 perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2002),

dalam menghadapi kondisi perekonomian yangmenunjukkan berbagai transaksi akuisisi perusahaan,komite IAI perlu mengadakan penelitian deskriptifuntuk menyusun metode akuntansi untuk akuisisi.

Perusahaan yang melaksanakan akuisisi perlumenentukan metode akuntansi apa yang akandigunakan untuk mencatat transaksi penggabungan.Metode akuntansi yang dipilih akan berpengaruh padalaporan keuangan perusahaan gabungan, baik padaperiode berjalan maupun pada periode-periodeberikutnya. Metode akuntansi yang bisa digunakanuntuk mencatat akuisisi adalah metode pembelian (pur-chase method) dan metode penyatuan kepentingan(pooling of interest me-thod). Penggunaan keduametode akuntansi tersebut di Indonesia belum diatursecara jelas dalam Standar Akuntansi Indonesia (SAK).Zaki Baridwan juga mengakui bahwa aturan yangdikeluarkan oleh IIA itu belum sepenuhnya siapmenghadapi aktivitas akuisisi yang terjadi dalam duniausaha di Indonesia. Dengan demikian, kemungkinanlaporan keuangan yang dibuat hanya untuk memenuhikeinginan pihak manajemen.

Belum adanya aturan yang tegas dan rinci dalamSAK tersebut, berakibat manajemen dapatmenggunakan salah satu metode yang kira-kira lebihbermanfaat untuk kepentingan mereka. Mengingatmanajemen sebagai pihak pengelola perusahaan yangterpisah dari pemiliknya, akan dinilai prestasinyaberdasarkan laba yang dihasilkan. Dengan kondisisemacam itu, maka manajemen cenderungmenggunakan metode penyatuan kepentingan danbukan metode pembelian. Hal ini disebabkan metodepembelian menilai aktiva lebih besar daripada nilaihistoris, sehinggga amortisasi dan penyusutan aktivaperusahaan menjadi relatif lebih besar dan berakibatlaba perusahaan lebih rendah.

Fenomena penggabungan usaha dengansendirinya membawa permasalahan aspek akuntansi,salah satunya adalah tentang bagaimana kriteriapenerapan metode penyatuan kepentingan (poolingof interest method) dan metode pembelian (purchasemethod). Hal ini menjadi bahan pertimbangan IAIsebagai organisasi profesi akuntan yang berkewajibanuntuk mengatur dan menetapkan standar akuntansi diIndonesia, yang dalam pelaksanaan-nya, prosespenyusunan standar akuntansi juga melibatkanBAPEPAM dan instansi lainnya. Terlebih dalam era

Page 7: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

13

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

globalisasi pasar modal dewasa ini memberikan dampakterhadap Standar Akuntansi Keuangan yang secarapotensial dapat berbeda dengan standar akuntansiyang berlaku di luar negeri. Untuk mengantisipasiperkembangan situasi ini perlu mengambil ancang-ancang menghadapi segala kemungkinan tersebut,yaitu dengan memahami standar akuntansi yangberlaku secara internasional dan meningkatkankemampuan teknis terhadap standar tersebut dalamsetiap kondisi yang memerlukannya.

Selama ini standar akuntansi yang berlakusecara internasional yang bersangkutan dengan kriteriapenerapan metode penyatuan kepentingan (poolingof interest method) dan metode pembelian (purchasemethod) adalah mengacu pada Accounting PrinciplesBoard (APB) Opinion No. 16 tahun 1970. MenurutAPB Opinion No. 16, ada 12 kriteria yang harusdipenuhi apabila perusahaan akan menggunakanmetode penyatuan kepentingan, dan apabila salah satukriteria tersebut tidak dipenuhi maka perusahaan harusmenggunakan metode pembelian.

Penelitian ini disusun untuk membantu —sebagai bahan pertimbangan tambahan— usahapenyusunan standar akuntansi tentang pemilihanmetode penyatuan kepentingan dan metode pembelianbagi perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-nesia. Ada empat hal yang ingin diketahui dan menjadidasar penelitian ini, yaitu:1. Apakah perusahaan yang memilih metode

penyatuan kepentingan sudah memenuhi 12 kriteriamenurut APB Opinion No. 16 atau belum?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalamjumlah perusahaan antara perusahaan yang memilihmetode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-ratapenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan perusahaan yang memilihmetode pembelian?

4. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-ratapenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 bagiperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan antara yang sudah mengacu APBOpinion No. 16 dengan yang belum mengacu APBOpinion No. 16?

METODOLOGI PENELITIAN

Universe dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesia,sedangkan populasi penelitian adalah perusahaanyang melaksanakan akuisisi di Indonesia pada periodetahun 1989 sampai dengan tahun 2002. Menurut dataBursa Efek Jakarta, sampai dengan akhir tahun 2002jumlah perusahaan yang melaksanakan akuisisi adalah62 buah.

Elemen yang akan digunakan untukkepentingan analisis adalah pejabat yang berwenangdalam pemilihan metode akuntansi dari perusahaanyang melaksanakan akuisisi di Indonesia untuk periodetahun 1989 sampai dengan tahun 2002. Dengandemikian, responden yang diharapkan, meliputipresiden direktur, manajer akuntansi, manajer keuangan,dan atau controller dari perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia pada periode tahun1989 sampai dengan tahun 2002. Sebagai kerangkasamplingnya (sampling frame) adalah daftarperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesiauntuk periode tahun 1989 sampai dengan tahun 2002.

Pengambilan SampelBerdasarkan sejumlah perusahaan yang

melaksanakan akuisisi di Indonesia untuk periode tahun1989 sampai dengan tahun 2002 yang dianggap sebagaipopulasi, penulis bermaksud mengambil sampelsebanyak mungkin. Untuk itu semua anggota populasidikirimi kuesioner, hal ini juga dimaksudkan untukmenjaga kemungkinan tidak dikirimkannya jawabanmereka. Di samping itu, berdasarkan pengalamanbeberapa peneliti, biasanya hanya berkisar 20 sampaidengan 39 persen saja responden yang maumengembalikan jawaban atas kuesioner yangdikirimkan melalui jasa pos. Dengan cara ini —mengingat populasi relatif sedikit— diharapkan jumlahdata yang terkumpul dapat memenuhi kriteriapengolahan data.

Teknik Pengumpulan DataData yang dibutuhkan, dikumpulkan dengan

menggunakan metode kuesioner dalam bentuk closedended questionaire. Pengumpulan data dilakukanmelalui mail survey, kuesioner dikirimkan kepadaresponden melalui pos, dan pengembaliannya

Page 8: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

14

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

dilakukan langsung oleh responden denganmenggunakan sampul surat siap kirim (berperangko)yang disediakan oleh penulis. Alasan dilakukan melaluimail survey adalah dengan harapan prosespengumpulan data dapat lebih menghemat waktu danbiaya, mengingat anggota populasi secara geografisletaknya berjauhan. Meskipun diakui bahwa mail sur-vey ini mempunyai kelemahan, yaitu (a) kemungkinanresponden akan menjawab tidak jujur (response bias)sangat tinggi dan (b) jawaban yang diharapkan akanditerima sangat rendah (low response rate).

Untuk menghindari responden yang asal jawab,kuesioner disiapkan sedemikian rupa dengan maksudcross check, dengan cara diberikan beberapapertanyaan yang sama dalam kalimat yang berbeda. Disamping itu, sebelum dilakukan pengolahan data,terlebih dahulu akan dilakukan uji acak dan ujireliabilitas atas data tersebut. Variabel yang digunakandalam penelitian ini adalah penerapan 12 kriteria APBOpinion No. 16, perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, perusahaan yang memilihmetode pembelian, perusahaan yang sudah mengacuAPB Opinion No. 16, dan perusahaan yang belummengacu APB Opinion No. 16.

Berdasarkan 12 kriteria APB Opinion No. 16tahun 1970, disusun suatu daftar pertanyaan(kuesioner) dalam bentuk closed ended questionaire.Dengan kuesioner, diharapkan dapat diketahui apakahperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesiadalam pemilihan metode akuntansinya sudah memenuhisyarat yang terdapat dalam APB Opinion No. 16 ataubelum, dalam arti bagi perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan sudah menerapkan 12 kriteriatersebut dan yang tidak memenuhi salah satu syaratakan memilih metode pembelian.

Berdasarkan test questionaire yang dilakukanterhadap 10 responden, ternyata 50 persen mengirimkanjawabannya dan tidak ditemukan permasalahan dalampengisian kuesioner tersebut. Atas dasar itupengiriman kuesioner dilanjutkan ke perusahaan-perusahaan lainnya sebanyak 52 responden, akan tetapisetelah ditunggu selama 45 hari, hanya 13 respondensaja yang mengirimkan jawabannya. Untuk itu, penulismelakukan pengecekan ke perusahaan-perusahaanyang ada di Jakarta melalui telepon dan datanglangsung menemui responden, sedangkan bagiperusahaan yang berada di luar kota Jakarta, penulis

mengirimkan telegram yang menyatakan bahwajawaban kuesioner sangat ditunggu.

Setelah ditunggu sampai tiga minggu berhasildiperoleh jawaban dari 5 responden. Untuk mencapaijumlah responden yang diharapkan, penulis kembalimengirimkan kuesioner kepada responden yang masihbelum juga mengirimkan jawaban. Akhirnya, dari 62perusahaan yang dikirimi kuesioner berhasildikumpulkan 33 responden.

Teknik Pengujian DataMengingat pengumpulan data dilakukan

melalui kuesioner, maka kesungguhan responden dalammenjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yangpenting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu hasilpenelitian sosial sangat ditentukan oleh alat pengukuryang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.Untuk itu pertama kali akan dilakukan test of random-ness (tes acak), yang dimaksudkan untuk mengetahuiresponden menjawab secara acak atau tidak acak ataskuesioner penelitian. Tes acak menggunakan alat teschi-kuadrat, dengan cara membandingkan antaradistribusi frekuensi skor jawaban responden (disebutdistribusi riil) dengan distribusi frekuensi skor jawabanyang diharapkan (disebut distribusi teoritis). Jikadistribusi riil lebih besar daripada distribusi teoritissecara signifikan, hal ini menunjukkan bahwaresponden menjawab secara tidak acak. Perbedaanyang signifikan menunjukkan bahwa respondenmenjawab secara tidak acak. Kriteria untuk tes chi-kuadrat adalah:

e)e - n( = X

i

2ii

k

=1i

2 ∑Keterangan:ni = frekuensi yang diamati, kategori ke-iei = frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-ik = jumlah kategori

Setelah dilakukan tes acak, selanjutnyadilakukan test of reliability (tes reliabilitas). Tesreliabilitas data dimaksudkan untuk menentukan tingkatkepercayaan minimal yang dapat diberikan terhadapkesungguhan jawaban yang diterima. Reliabilitasmenunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetapkonsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebihterhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yangsama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah indeks yang

Page 9: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

15

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapatdipercaya atau dapat diandalkan. Tes reliabilitasberkaitan dengan kemantapan atau konsistensi suatuinformasi atau data apabila dilakukan pengamatanberulang-ulang.

Menurut Saifuddin Azwar (1999), ada tigametode yang dapat digunakan untuk melakukan tesreliabilitas, yaitu test-retest method, parallel-formsmethod, dan internal consistency method. Berdasarkanketiga metode tersebut, penulis menggunakan metodeinternal consistency, dengan alasan hanya memerlukansatu kali penyajian tes saja dan pada metode ini masalah-masalah yang timbul akibat penyajian yang berulangdapat dihindari. Teknik perhitungan reliabilitas metodeinternal consistency yang digunakan adalah formulaKuder-Richardson-20 (KR-20). Formula ini dikenakanpada data skor dikotomi (misalnya pernyataan ya dantidak) dari tes yang dibelah menjadi sebanyak itemnya,dengan rumus sebagai berikut:

)S

p)-p(1-(1 1-K

K = 20-KR2x

Keterangan:KR-20 = Koefisien reliabilitas KR-20K = Banyaknya itemp = Banyaknya skor 1 pada suatu item dibagi

oleh banyaknya subyek (n)Sx

2 = Varians skor total (x).

Hasil uji KR-20 dapat diinterpretasikan bahwasemakin tinggi tingkat kepercayaan atas skor jawabanberarti semakin rendah tingkat kesalahannya. Untukmengetahui reliabilitas atau tidaknya data penelitian,akan dibandingkan antara koefisien hitung reliabilitas(KR-20) dengan koefisien teoritisnya (simple correla-tion coefficient atau r tabel). Data penelitian dikatakanreliabel apabila nilai KR-20 lebih besar daripada nilai rtabel.

Teknik Analisis DataUntuk setiap pertanyaan yang ada disediakan

dua pilihan, yaitu ya dengan skor 1 dan tidak denganskor 0. Atas dasar data yang berhasil diperoleh, nilaiyang diberikan untuk masing-masing pertanyaandikumpulkan.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitianakan dianalisis dengan menggunakan statistikparametrik, yaitu “t test”. Alasan menggunakan statistikparametrik, karena data yang bisa dikumpulkantergolong sampel besar. Data yang bisa digolongkansebagai sampel besar adalah apabila jumlah sampellebih besar dari 30.

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

Sebelum dilakukan analisis, semua data yang terkumpuldilakukan dua macam pengujian, yaitu tes acak dan tesreliabilitas. Tabel 1 berikut menyajikan ringkasantabulasi dari 33 responden untuk jawaban standarakuntansi dan pemilihan metode akuntansi.

Tabel 1Standar Akuntansi Penggabungan Usaha Dalam SAK

Sumber: Data Primer yang diolah.

Item Pernyataan Jawaban

1 Standar akuntansi penggabungan usaha dalam SAK belum tegas = 33 sudah tegas = 0

2 Mengacu pada APB Opinion No. 16 mengacu = 14 tak mengacu = 19

3 Metode akuntansi untuk penggabungan usaha penyatuan kepentingan = 12 pembelian = 21

4 Pemilihan metode bukan merupakan alternatif setuju = 26 tak setuju = 7

5 Metode akuntansi untuk hubungan induk dan anak (afiliasi)

ekuitas = 27 harga perolehan = 6

Page 10: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

16

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Berdasarkan data di atas menunjukkan semuaperusahaan setuju bahwa SAK belum mengatur secarategas dan rinci tentang standar akuntansipenggabungan usaha. Hal ini memungkinkanperusahaan bisa memilih metode akuntansi untukpenggabungan usaha yang paling menguntungkanbagi mereka. Padahal pemakaian masing-masing metodeakan berbeda pengaruhnya terhadap laporan keuanganperusahaan.

Mengingat SAK belum mengatur secara tegasdan rinci, banyak akuntan Indonesia yang mengacukepada standar akuntansi yang berlaku di luar negeri,salah satunya adalah APB Opinion No. 16 yangmengatur pemilihan metode akuntansi untukpenggabungan usaha. APB Opinion No. 16 yangberlaku di Amerika Serikat ini memberikan 12 kriteriasebagai syarat penerapan metode penyatuankepentingan. Apabila salah satu dari 12 kriteria tersebuttidak bisa dipenuhi, maka perusahaan harusmenggunakan metode pembelian. Berdasarkan hasiljawaban responden menunjukkan ada 14 respondenyang mengacu pada APB Opinion No. 16, dan 19responden yang tidak mengacu Opinion tersebut.Data ini menunjukkan bahwa cukup banyak akuntanyang sudah mengetahui 12 kriteria penerapan metodepenyatuan kepentingan.

Hal yang menggembirakan ternyata semuaperusahaan setuju bahwa pemilihan metode pembeliandan metode penyatuan kepentingan bukan merupakanalternatif, artinya tidak dapat dipilih tanpa persyaratantertentu. Berdasarkan hasil jawaban responden inimenunjukkan pada umumnya mereka sudahmengetahui jika pemilihan kedua metode akuntansiuntuk penggabungan usaha tidak asal memilih saja.

Berdasarkan hasil jawaban pemilihan metodeakuntansi, menunjukkan bahwa mereka, manajer ataudireksi yang bertanggungjawab dalam pemilihanmetode akuntansi, lebih banyak yang memilih metodepembelian daripada metode penyatuan kepentingandengan perbandingan 21 (64%): 12 (36%). Banyaknyaperusahaan yang memilih metode pembelian ini,menunjukkan bahwa perusahaan yang melaksanakanakuisisi banyak yang mematuhi asumsi yang mendasari(SAK) maupun kriteria penerapan metode akuntansiuntuk penggabungan usaha (APB Opinion No. 16).Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yangdikemukakan oleh Ruddy Koesnadi bahwa perusahaan

yang melaksanakan akuisisi di Indonesia lebih banyakyang menggunakan metode pembelian daripadametode penyatuan kepentingan (Marzuki Usman, 1990:22).

Penggunaan metode ekuitas dan metode hargaperolehan oleh perusahaan yang melaksanakanpenggabungan usaha akan menghasilkan laporankeuangan konsolidasi yang sama, oleh karena itu padaprinsipnya perusahaan boleh menggunakan salah satudari kedua metode tersebut. Di Indonesia, pemilihankedua metode tersebut belum diatur secara jelas, hanyamenyatakan bahwa apabila suatu perusahaanmempunyai investasi dalam saham dengan hak suarapada perusahaaan lain dalam jumlah yangmemungkinkan perusahaan pemodal menguasaiperusahaan lain tersebut, maka metode ekuitas akanlebih mencerminkan hubungan ekonomis antara keduaperusahaan tersebut dibandingkan dengan metodeharga perolehan. Di Amerika Serikat, pemilihan keduametode diatur di dalam Accounting Principles Board(APB) Opinion No. 16, yang menyatakan bahwametode harga perolehan hanya digunakan untukpemilikan saham di bawah 20%. Untuk hal ini ternyatakebanyakan responden (sebesar 80%) mematuhi SAK,dengan menggunakan metode ekuitas. Hal ini sesuaidengan hasil jawaban responden untuk penerapanmetode akuntansi nomor 11, yang menunjukkankebanyakan responden (76%) menguasai sahamperusahaan lain yang bergabung sebesar 90% sahambiasa. Untuk penerapan metode ekuitas ini, perlumencontoh Amerika Serikat yang sudah membuataturan di dalam Accounting Principles Board (APB)No. 18, dan metode ekuitas ini diakui sebagai metodeyang lazim dipakai dewasa ini (khususnya praktikakuntansi di Amerika).

Penerapan Metode AkuntansiTabel 2 menyajikan ringkasan tabulasi dari

jawaban 33 responden untuk penerapan metodeakuntansi. Berdasarkan jawaban responden daripernyataan nomor 1 sampai dengan nomor 23 yangdidasarkan 12 kriteria tersebut, akan diuraikan seberapabesar persentase dari masing-masing pemilih metodeakuntansi dalam memenuhi masing-masing kriteria.

Kriteria Pertama. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 3 dan 19, yang menyatakan bahwaperusahaan yang bergabung harus mempunyai

Page 11: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

17

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

otonomi penuh, dan bukan merupakan perusahaan anakatau divisi perusahaan. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 75-83 persen,dan pemilih metode pembelian sebesar 62-72 persen.

Kriteria Kedua. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 1 dan 5, yang memberikan ketentuanbahwa antara perusahaan yang bergabung harusindependen satu sama lain, yang ditunjukkan dengantidak adanya saling pemilikan saham antarperusahaanyang bergabung. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 75-83 persen,dan pemilih metode pembelian sebesar 19-38 persen.

Kriteria Ketiga. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 2 dan 8, yang memberikan ketentuanbahwa perolehan saham yang menyebabkanpenggabungan usaha harus dilakukan dalam sekalitransaksi, atau diselesaikan dalam jangka waktu satutahun antara rencana penggabungan usaha sampaidengan selesainya penggabungan usaha. Kriteria inidipenuhi oleh pemilih metode penyatuan kepentingansebesar 75-83 persen, dan pemilih metode pembeliansebesar 76-81 persen.

Kriteria Empat. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 9 dan 11, yang memberikan ketentuanbahwa perusahaan pengambil alih mengeluarkan sahambiasa untuk menguasai perusahaan lain, dan bisamenguasai saham biasa perusahaan lain sebesar 90%atau lebih. Kriteria ini dipenuhi pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 75-100 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 72-80 persen.

Kriteria Lima. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 12 dan 23, yang memberikan syaratbahwa setelah penggabungan usaha dilaksanakan, haksuara pemegang saham biasa secara potensial harussama. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 67-83 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 52 persen.

Kriteria Enam. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 17, yang memberikan syarat bahwaperusahaan yang bergabung tidak melakukan pembeliankembali saham-saham biasa (treasury stock), yangtujuannya berkaitan dengan rencana penggabunganusaha. Untuk kriteria ini hanya dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 17 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 52 persen.

Tabel 2Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Penerapan Metode Akuntansi

Nomor Penyatuan Kepentingan PembelianPernyataan Ya Tidak Ya Ya

1 14 19 10 42 26 7 10 163 22 11 10 124 23 10 11 125 17 16 9 86 21 12 9 127 22 11 7 158 26 7 9 179 27 6 12 15

10 16 17 6 1011 25 8 9 1612 19 14 8 1113 18 15 5 1314 33 0 12 2115 10 23 4 616 14 19 4 1017 13 20 2 1118 21 12 8 1319 24 9 9 1520 30 3 11 1921 25 8 10 1522 12 21 4 823 21 12 10 11

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 12: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

18

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Kriteria Tujuh. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 7 dan 13, yang menyatakan bahwaproporsi pemilikan saham oleh setiap pemegang sahamharus tetap sama seperti sebelum penggabunganusaha. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 42-58 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 62-72 persen.

Kriteria Delapan. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 14 dan 20, yang menyatakan bahwasetiap pemegang saham dapat menggunakan haksuaranya setelah penggabungan usaha. Kriteria inidipenuhi oleh pemilih metode penyatuan kepentingansebesar 92-100 persen, dan pemilih metode pembeliansebesar 91-100 persen.

Kriteria Sembilan. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 10 dan 16, yang menginginkanperusahaan yang bergabung tidak diperkenankanmengeluarkan janji bersyarat akan membagikan suratberharga atau saham baru setelah penggabunganusaha. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 33-50 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 48 persen.

Kriteria Sepuluh. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 15 dan 22, yang menginginkanperusahaan yang bergabung tidak diperkenankansegera menarik kembali sebagian atau seluruh saham

yang beredar. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan hanya sebesar 33 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 29-38 persen.

Kriteria Sebelas. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 6 dan 18, yang menginginkan setiapperusahaan yang bergabung tidak memberikanperjanjian pengikatan untuk kepentingan pemegangsaham sebelum penggabungan usaha, sepertimenjaminkan saham untuk memperoleh pinjaman.Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metode penyatuankepentingan sebesar 67-75 persen, dan pemilih metodepembelian sebesar 57-62 persen.

Kriteria Duabelas. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 4 dan 21, yang menginginkan bahwasetelah penggabungan usaha tidak diperkenankanuntuk menjual aktiva dalam jumlah yang material,kecuali penjualan aktiva yang normal yang dilakukanuntuk menghapus duplikasi fasilitas atau adanyakapasitas yang berlebihan. Kriteria ini dipenuhi olehpemilih metode penyatuan kepentingan sebesar 83-92persen, dan pemilih metode pembelian sebesar 57-72persen.

Penerapan masing-masing kriteria tersebut,apabila diurutkan dari yang terbesar sampai denganyang terkecil oleh masing-masing pemilih metodeakuntansi adalah sebagai berikut:

Rata-rata Penerapan Penyatuan Kepentingan Pembelian

90% ke atas kriteria 8 kriteria 8

80% - 89% kriteria 12, 2, 4

70% - 79% kriteria 1, 3, 5, 11 kriteria 3, 4

60% - 69% kriteria 1, 7, 11, 12

50% - 59% kriteria 7 kriteria 5, 6

40% - 49% kriteria 9 kriteria 9

30% - 39% kriteria 10 kriteria 10

20% - 29% kriteria 2

10% - 19% kriteria 6

Tabel 3Rata-rata Penerapan Masing-masing Kriteria APB Opinion No. 16

oleh Masing-Masing Pemilih Metode Akuntansi

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 13: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

19

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Berdasarkan hasil perhitungan denganmenggunakan Microstat, diperoleh rata-rata penerapandari perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan terhadap 12 kriteria APB Opinion No. 16adalah sebesar 67 persen (15,4167/23 x 100%) danstandar deviasi sebesar 7 persen (1,6214/23 x 100%).Hal ini berarti rata-rata penerapan 12 kriteria tersebutoleh perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, antara 60 persen sampai dengan 74persen.

Dengan melihat rata-rata penerapan 12 kriteriadari setiap perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, apabila dijadikan dalam bentuk klas in-terval akan tampak pada tabel 5.

menyatakan apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian, akandilakukan “t test” (uji beda 2 rata-rata) pada tingkatsignifikan 0,05. Langkah-langkah pengujian adalahsebagai berikut:

1. HipotesisHo: Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata

penerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan perusahaan yang memilihmetode pembelian.

Tabel 4Kelas Interval Rata-rata Penerapan 12 Kriteria APB Opinion No. 16

dari Perusahaan yang Memilih Metode Penyatuan Kepentingan

Sumber: Data Primer yang diolah.

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dikemukakanbahwa rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opinion No.16 dari perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan nilai di atas 72 persen sebanyak 4perusahaan (33 persen), sedangkan untuk nilai di atas65 persen sebanyak 8 perusahaan (67 persen), dansisanya mempunyai nilai kurang dari 65 persen.

Pengujian HipotesisHipotesis pertama (Ho) menganggap tidak ada

perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangmemilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian. Untuk

Ha: Ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan12 kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingandengan perusahaan yang memilih metodepembelian.

2. KriteriaPada tingkat signifikan 0,05 dan db:31 dengan

tes dua sisi, nilai t tabel menunjukkan ± 2,040 (db:30 =2,042 dan db:40 = 2,021). Dengan demikian, kriteriapenerimaan dan penolakan Ho adalah:Ho diterima apabila -2,040 < t hitung < 2,040Ho ditolak apabila t hitung > 2,040 atau t hitung < -2,040

Klas Interval Nilai Penerapan 12 kriteria

Jumlah Perusahaan

Persentase Perusahaan

50 - 56,5 1 8,334

57,5 - 64 3 25,000

65 - 71.5 4 33,333

72 - 78,5 4 33,333

Jumlah 12 100,000

Kelas Interval

Page 14: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

20

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

3. PerhitunganBerdasarkan hasil perhitungan pada lampiran

7, diperoleh nilai t sebesar 1,9924.

4. KesimpulanOleh karena nilai t hitung berada di antara -2,040

dan 2,040, maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangmemilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian untuktingkat signifikan 0,05. Dengan demikian, perbedaanrata-rata penerapan 12 kriteria sebesar 6 persen (1,4643/23 x 100%) tidak signifikan.

Hipotesis kedua (Ho) mengganggap tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan. Untuk menyatakan apakah ada perbedaanyang signifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APBOpinion No. 16 antara perusahaan yang sudahmengacu APB Opinion No. 16 dengan perusahaanyang belum mengacu APB Opinion No. 16 olehperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, akan dilakukan “t test” (uji beda 2 rata-rata) pada tingkat signifikan 0,05. Langkah-langkahpengujian adalah sebagai berikut:

1. HipotesisHo: Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata

penerapan APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang sudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan.

Ha: Ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan12 kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang sudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan

2. KriteriaPada tingkat signifikan 0,05 dan db:31 dengan

tes dua sisi, nilai t tabel menunjukkan ± 2,040 (db:30 =

2,042 dan db:40 = 2,021). Dengan demikian, kriteriapenerimaan dan penolakan Ho adalah:Ho diterima apabila -2,040 < t hitung < 2,040Ho ditolak apabila t hitung > 2,040 atau t hitung < -2,040

3. PerhitunganBerdasarkan hasil perhitungan pada lampiran

9, diperoleh nilai t sebesar -0,3757

4. KesimpulanOleh karena nilai t hitung di antara -2,040 dan

2,040, yaitu -2,040 < -0,3757 < 2,040, maka Ho diterima.Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang sudah mengacu APB Opinion No.16 dengan perusahaan yang belum mengacu APBOpinion No. 16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan.

Hasil Temuan IkutanSelain pertanyaan-pertanyaan pokok yang

hasilnya telah dikemukakan di atas, kuesioner inidilengkapi pula dengan beberapa pertanyaan tambahan,yang meliputi frekuensi melakukan penggabunganusaha, sumber dana dan tujuan utama penggabunganusaha, serta apakah ada perbedaan pengertian bentukpenggabungan usaha untuk merger, akuisisi dankonsolidasi.

Berdasarkan tabel 5 yang menyajikan frekuensipenggabungan usaha dari 33 responden, dapatdikemukakan bahwa perusahaan rata-rata melakukanpenggabungan usaha sebanyak 1 kali (67%),sedangkan yang melakukan 2-5 kali sebanyak 7perusahaan (21%) dan lebih dari 5 kali sebanyak 4perusahaan (12%).

Tabel 5Frekuensi Penggabungan Usaha

Frekuensi Jumlah Perusahaan

1 kali 37 (67%)2 - 5 kali 7 (21%)lebih dari 5 kali 4 (12%)Jumlah 33 (100%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 15: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

21

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Selanjutnya dari tabel 6 berikut, bisa dilihat darisumber dana yang mereka gunakan melakukanpenggabungan usaha. Sumber dana yang palingbanyak digunakan adalah penerbitan saham dariportepel (right issues) sebanyak 39 perusahaan (75%),berikutnya hasil penjualan convertible bond sebanyak6 perusahaan dan lain-lain (proceed IPO) sebanyak 2perusahaan, sedangkan yang menggunakan kas yangtersedia dan pinjaman bank tidak ada.

Tabel 6Sumber Dana Penggabungan Usaha

Sumber dana JumlahKas yang tersedia -Pinjaman bank -Penerbitan saham dari portepel(right issues) 39 (76%)Hasil penjualan convertible bond 6 (18%)Lain-lain: Proceed IPO 2 (6%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Jawaban responden untuk tujuan utamamelakukan penggabungan usaha banyak yang dijawablebih dari satu jawaban. Ringkasan jawaban respondenbisa dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Berdasarkantabel 8 bisa dilihat bahwa tujuan utama yang banyakdipilih dalam melakukan penggabungan usaha adalahmemperkuat atau memperluas line of business sebanyak20 pemilih (48%) dan efek sinergi sebanyak 16 pemilih(38%).

Tabel 7Tujuan Utama Penggabungan Usaha

Tujuan Utama JumlahEfek Sinergi 16 (38%)Memperkuat/memperluasline of business 20 (48%)Konglomerasi 3 (7%)Lain-lain:kekuatan lebih dalam R&D 4 (9%)Jumlah 42 (100%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Dalam bentuk bisnis sering terjadikesalahpahaman dalam persepsi mengenai akuisisi danmerger. Bagi sementara pihak, kedua istilah ini seringdigunakan secara bergantian dengan maksud yangsama, yakni sebagai suatu bentuk penggabunganusaha. Kenyataan sebenarnya, kedua istilah tersebutmengandung pengertian yang berbeda, bahkan dapatdibedakan pula dengan bentuk kombinasi lainnya, yaitukonsolidasi. Meskipun demikian, suatu akuisisi dapatmengambil bentuk suatu merger atau konsolidasi.Pengertian akuisisi lebih mengacu pada carapelaksanaan ide penggabungan usaha, sedangkanpengertian merger dan konsolidasi mengacu pada idepokok penggabungan usaha. Oleh karena itu,kuesioner ditambahkan dengan pertanyaan setujutidaknya dengan perbedaan antara merger, akuisisi dankonsolidasi. Berdasarkan hasil jawaban respondenmenunjukkan bahwa semua responden menjawab adaperbedaan antara ketiganya.

Berdasarkan hasil jawaban respondenberikutnya diketahui pula, bahwa semua respondenmelakukan penggabungan usaha dalam bentuk akuisisi.Penggabungan usaha yang dilakukan melalui investasisaham sejumlah lebih dari 50% saham, baik perusahaanyang membeli maupun yang dibeli, masih tetapmelanjutkan kegiatan usahanya masing-masing.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di muka, ada beberapa halyang dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Rata-rata penerapan 12 kriteria menurut APB Opin-

ion No. 16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan adalah sebesar 67 persendengan standar deviasi sebesar 7 persen. Hal iniberarti rata-rata penerapan 12 kriteria tersebut olehperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, antara 60 persen sampai dengan 74persen. Dengan demikian, dapat dikemukakanbahwa perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan belum menerapkan ataumemenuhi 12 kriteria menurut APB Opinion No. 16.

2. Rata-rata penerapan 12 kriteria menurut APB Opin-ion No. 16 dari perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan dengan nilai di atas 72persen sebanyak 4 perusahaan (33%), sedangkanuntuk nilai di atas 65 persen sebanyak 8 perusahaan

Page 16: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

22

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

(67%), dan sisanya sebanyak 4 perusahaan (33%)mempunyai nilai kurang dari 65 persen.

3. Secara kuantitatif (dalam jumlah perusahaan),perusahaan yang memilih metode pembelian lebihbanyak daripada perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, dengan perbandingan 21: 12 (64% : 36%).

4. Berdasarkan perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, rata-rata penerapan dariperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 ternyata lebih besar daripada perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16, denganperbandingan 15,5714 : 15,2 (68% : 66%). Hasilanalisis menunjukkan tidak ada perbedaan yangsignifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opin-ion No. 16 antara perusahaan yang belum mengacuAPB Opinion No. 16 dengan perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16.

5. Perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan mempunyai rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 yang lebih besardaripada perusahaan yang memilih metodepembelian, dengan perbandingan 15,4167 : 13,9524(67% : 61%). Hasil analisis menunjukkan tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingandengan perusahaan yang memilih metodepembelian.

6. Secara kuantitatif (dalam jumlah perusahaan),perusahaan yang memilih metode ekuitas lebihbanyak daripada yang memilih metode hargaperolehan, dengan perbandingan 27 : 6 (82% : 18%).Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan metode bagiinvestasi saham sudah menerapkan atau memenuhiyang dinyatakan di dalam SAK dan APB OpinionNo. 16 bahwa pemilikan saham dalam jumlah cukupbesar dan dapat mengendalikan perusahaan anak,disarankan menggunakan metode ekuitas.Berdasarkan jawaban responden, 25 perusahaan(76%) yang melaksanakan akuisisi menguasaisaham perusahaan lain yang bergabung sebesar90% atau lebih.

7. Berdasarkan 12 kriteria APB Opinion No. 16, kriteriayang dapat dipenuhi sebesar 90% ke atas olehperusahaan yang melaksanakan akuisisi, baik yangmemilih metode penyatuan kepentingan maupun

metode pembelian, adalah kriteria delapan. Adapunkriteria yang dapat dipenuhi sebesar 80% sampaidengan 89% oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan adalah kriteria 2, 4 dan 12,sedangkan kriteria yang paling sedikit dipenuhi olehpemilih metode penyatuan kepentingan adalahkriteria 6 (17%) dan oleh pemilih metode pembelianadalah kriteria 2 (19-38%).

8. Semua perusahaan yang melaksanakan akuisisi diIndonesia mengakui bahwa SAK belum mengatursecara tegas dan jelas dalam pemilihan metodeakuntansi untuk penggabungan usaha.

9. Hasil temuan ikutan yang diperoleh, meliputi:a. Perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-

nesia kebanyakan melakukan penggabunganusaha sebanyak 1 kali (22 perusahaan = 67%),sedangkan yang melakukan penggabunganusaha antara 2 - 5 kali sebanyak 7 perusahaan(21%) dan lebih dari 5 kali sebanyak 4perusahaan (12%).

b. Sumber dana yang digunakan untuk melakukanpenggabungan usaha oleh perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia denganurutan sebagai berikut: 25 perusahaan (76%)berasal dari penerbitan saham dari portepel(right issues), 6 perusahaan (18%) berasal darihasil penjualan convertible bond, dan 2perusahaan (6%) berasal dari proceed IPO.

c. Tujuan utama dari perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia untukmelakukan penggabungan usaha denganurutan sebagai berikut: (1) memperkuat/memperluas line of business (48%), (2) efeksinergi (38%), (3) kekuatan lebih dalam R & D(9%) dan konglomerasi (7%).

d. Responden dari perusahaan yang melaksana-kan akuisisi di Indonesia mengetahui perbedaanantara merger, akuisisi, dan konsolidasi secarabaik.

Berdasarkan simpulan dan pembahasan di muka,dapat disarankan hal-hal berikut ini:1. Agar IAI atau instansi terkait dapat memberikan

pertimbangan yang lengkap dalam membuat aturanatau standar akuntansi penggabungan usaha, makadisarankan perlu penelitian lebih lanjut tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Page 17: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

23

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

penyatuan kepentingan dan metode pembelian olehperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-nesia, dan kecenderungan perusahaan yangmelaksanakan akuisisi dalam memilih metodeakuntansi penggabungan usaha.

2. Agar IAI atau pihak yang terkait dapat menetapkanstandar akuntansi penggabungan usaha yangmemadai, dan dengan memperhatikan hanya 67%dari 12 kriteria yang bisa dipenuhi oleh perusahaanyang melakukan akuisisi, maka disarankan agarmetode akuntansi yang ditetapkan denganmelakukan dua alternatif, yaitu (1) IAI tidakmemperkenankan menggunakan metode penyatuankepentingan, dan (2) IAI tetap memperkenankanmenggunakan metode penyatuan kepentingandengan membuatkan standar penerapan minimal.

3. Dalam hal ditemukan kasus perusahaan memilihmetode penyatuan kepentingan untuk mencatatpenggabungan usahanya, dan alternatif keduadigunakan, maka IAI bisa menetapkan standar mini-mal, dengan cara: (a) dengan mengecualikanpenerapan dari 12 kriteria tersebut yang palingsedikit dipenuhi, yaitu kriteria sepuluh dan kriteriaenam, atau (b) dengan standar penerapankeseluruhan, yaitu sebesar 70%.

4. Bagi perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan untuk mencatat penggabunganusahanya, IAI bisa memberikan ketentuanpenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 secarabertahap, dengan cara sebagai berikut:(a) periode tahun 1994 sampai dengan tahun 1996

harus menerapkan kriteria 1 sampai dengan 4;(b) periode tahun 1997 sampai dengan tahun 1999

harus menerapkan kriteria 5 sampai dengan 8;dan

(c) periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2003harus menerapkan kriteria 9 sampai dengan 10;dan

(d) periode berikutnya harus menerapkan kriteria11 sampai dengan 12.

Dengan demikian, 12 kriteria secara keseluruhanharus dipenuhi dan merupakan aturan yang tetap bagiperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Principles Board, “Opinion Of The Ac-counting Principles Board No. 16, BusinessCombination”, AICPA, New York, 1970.

Anonim, “Unsur-unsur Dalam Merjer Dan AkuisisiDi Indonesia”, Manajemen Dan Usahawan In-donesia No. 3 Tahun XXI, Maret 1992.

Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition,Prentice Hall International, Inc., New Jersey,1996.

Beaver, W.H., “The Information Content of AnnualEarning Announcements”, Empirical Researchin Accounting : Selected Studies, Supplementto Journal of Accounting Research, 1968.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar AkuntansiKeuangan, “Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan No. 22, Akuntansi PenggabunganUsaha”, Jakarta: Salemba Empat, 1996.

Marzuki Usman, “Profesi Akuntan Dalam Bidang PasarModal”, Seminar Pasar Modal Pada KongresVI Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 1990.

Saifuddin Azwar, “Reliabilitas” Dalam PenataranMetodologi Penelitian Sosial. Fakultas PsikologiUGM, Yogyakarta, 26 Juni-7 Juli 1999.

Zaki Baridwan, “Peranan Penelitian DalamPengembangan Profesi dan Disiplin AkuntansiMemasuki Abad 21”, Konvensi NasionalAkuntansi, Yogyakarta, 2002.

Page 18: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

24

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Page 19: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

1

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN

TERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMBUAT JUDGMENT

DALAM PREDIKSI FAILURE PERUSAHAAN1)

Yavida Nurim 2)

1 Ucapan terimakasih diucapkan kepada Dr. Indra Wijaya Kusuma MBA, Akuntan atas segala saran dan masukan dalampenelitian ini.

2 Yavida Nurim, SE., M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra Yogyakarta.

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 1-10

ABSTRACT

Besides cues, judgment in failure prediction also in-volves predictor’s characteristics. Predictor’s charac-teristics, such as expertise, experience, gender, age,education, have role in predictor’s judgment. Hence,the differences of the predictor’s characteristics causedifferences of factors that influence in processing theinformation.

This research uses expert and novice as prox-ies of the predictor’s characteristics. The prediction offailure has been done using forty-seven undergradu-ate students as novices and ninety-two graduate stu-dents as experts.

The result shows that in expert level, thepredictor’s characteristics have role in the judgment ofprediction than novice. However, the accuracy of pre-diction in both level are found to be similar. The resultalso shows there are differences of factors that lead inerror type I and II in the judgment of the failure predic-tion.

Keywords: predictor’s characteristics, predictionof failure, accurate and inaccurate prediction, expertand novice, type I and type II errors.

LATAR BELAKANG

Hampir setiap aktivitas dari yang paling sederhanasampai yang sangat kompleks tidak dapat lepas dariproses judgment. Judgment diperlukan karenasebagian besar aktivitas berkaitan dengan usahamemprediksi kejadian di masa mendatang. Sebagaicontoh, prediksi tentang hasil yang dapat dicapai,prediksi atas kesalahan pengambilan keputusan, atauprediksi kemungkinan kebangkrutan. Lens modelmenyatakan bahwa judgment dengan tujuanmemprediksi merupakan hubungan antara petunjuk atauinformasi (cues) dengan prediksi yang dibuat olehmanusia. Meskipun proses prediksi menggunakan alat(tools), seperti komputer atau decision aids, tetapi alattidak dapat menggantikan esensi dari judgment(Hogarth,1994: 1-10).

Implikasi dari lens model tersebut adalah bahwaprediksi melibatkan kemampuan olah pikir manusiauntuk (1) memilih petunjuk yang sesuai, (2)menghubungkan antarpetunjuk yang dipilih, dan (3)menghubungkan petunjuk dengan kejadian yangditargetkan. Pembuat prediksi yang berpengetahuan,berpengalaman, dan berkeahlian lebih mampumenyeleksi informasi, memproses informasi, dan

Page 20: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

2

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

mendorong proses judgment dilakukan secaraterstruktur (Gibbins, 1984). Dengan demikian,pengalaman, pengetahuan, dan keahlian berperan dalamperbedaan cara menyeleksi, memilih, sertamenghubungkan informasi dalam melakukan judgment.

Penelitian ini menguji 2 faktor yang terlibat dalamproses judgment dalam konteks prediksi yaitukarakteristik pembuat prediksi dan informasi eksternaldalam menentukan keakuratan prediksi. MenurutHogarth (1994), karakteristik pembuat prediksi (predic-tor) seperti: pengalaman, keahlian, umur, jenis kelamin,latar belakang pendidikan, seharusnya menjadi bagianyang tak terpisahkan untuk memahami proses judg-ment yang dilakukan oleh pembuat prediksi (predic-tor). Dengan adanya perbedaan karakteristik pembuatprediksi, diduga terdapat juga perbedaan faktor-faktoryang berperan dalam kesuksesan prediksi.

Hasil penelitian diharapkan memberikan 2manfaat. Pertama, memberikan bukti adanya perbedaankarakteristik pembuat prediksi yang akan berpengaruhterhadap perbedaan faktor-faktor yang berkontribusiterhadap terjadinya keakuratan dan ketidakakuratanprediksi (type I dan II error). Kedua, sesuai denganpendapat Hogart (1994) bahwa sangatlah pentingmemahami peran pembuat prediksi dalam prosesprediksi yang diharapkan dapat memberikan buktibahwa level pengalaman pembuat prediksi (predictor)mempengaruhi tingkat dominasi dalam proses prediksi.

Opini merupakan salah satu bentuk prediksi,maka opini harus dikaitkan dengan karakteristik olahpikir manusia. Implikasinya, jika investor menerimainformasi laporan keuangan auditan, investor harusmemahami karakteristik auditor yang memberikan opini,misalnya pengalaman, latar belakang, atau kulturauditornya, bukan hanya besar kecilnya kantorpengaudit.

Implikasi lainnya adalah jika karakteristikpembuat prediksi berperan dalam mempengaruhikeakuratan prediksi, maka perlu digunakan tools yangsesuai dengan karakteristik pembuat prediksi agarketidakakuratan prediksi dapat diminimalkan. Toolsdapat berbentuk decision aids untuk menentukan levelfailure suatu perusahaan. Hal itu dilakukan karenadomain pengetahuan pembuat prediksi berperan dalammenentukan jenis, proses evaluasi, dan prosesmengakusisi informasi (Einhorn dan Hogarth, 1981)serta keyakinan mendefinisikan keterkaitan berbagai

kejadian (event) (Hogarth, 1994).

TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS

Peran Informasi dalam Judgment

Judgment terdiri dari dua macam yaitu evaluasi danprediksi. Menurut Hogarth (1994: 4-10), kedua bentukjudgment tersebut terbentuk karena adanya informasiyang diproses dan ditransfer oleh olah pikir manusiaatau merupakan hasil dari perbandingan sejumlahpetunjuk atau informasi. Brunswik menggambarkanhubungan tersebut ke dalam 2 buah sistem yang salingberhubungan yang disebut model lens (lens model).Sistem yang pertama menggambarkan hubungan antarainformasi yang berasal dari lingkungan dan kejadianyang diprediksi. Sistem kedua, menggambarkan perankarakteristik olah pikir manusia yang digunakan untukprediksi.

Berkaitan dengan sistem pertama, informasiyang dapat digunakan dapat berupa informasi internaldan eksternal. Contoh informasi internal adalahstatemen keuangan (financial statement) dankeputusan atau kebijakan yang ditetapkan perusahaan,dan informasi eksternal adalah faktor lingkunganeksternal perusahaan (Laitinen dan Laitinen [1998] danTheodossiou [1988]) dan karakteristik perusahaan(Lennox, 1999).

Keakuratan informasi internal sebagai dasarprediksi lebih rendah dibandingkan informasi eksternal.Sebagai contoh adalah laporan keuangan, yangawalnya diharapkan dapat mengatasi gap antaramanajemen dengan fihak eksternal serta dapatdigunakan sebagai dasar pengambilan keputusanbisnis dan ekonomi (FASB, 1992). Kenyataannyaterdapat kepentingan penyaji informasi yangmendorong penurunan tingkat reliabilitas informasi.

Beaver (1966) dan Altman (1968) telahmembuktikan kegunaan informasi akuntansi untukprediksi failure. Akan tetapi, informasi akuntansitersebut memiliki kelemahan, yaitu perbedaan dayaprediksi setiap rasio, rasio tidak dapatmengklasifikasikan perusahaan fail (gagal) dan non-fail (tidak gagal) secara tepat, dan penggunaan rasioyang berbeda pada tahun-tahun sebelum terjadi fail-ure. Kelemahan tersebut tidak terjadi jika informasiakuntansi digunakan untuk mengukur kinerja (bukan

Page 21: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

3

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

prediksi), misalnya menentukan akan direorganisasi ataudilikuidasi perusahaan yang bangkrut (Alderson danBetker, 1999), mengukur kualitas investasi danmengukur besarnya cost resolving (Thomson, 1988).

Terdapatnya kenyataan bahwa setiap rasiomemiliki kemampuan berbeda untuk prediksi (Beaver[1966], Altman [1968], Thomson [1988], dan Laitinen[1991]), maka berakibat pada ketidakmampuan informasiakuntansi memenuhi konsep reliabel dalam konteksprediksi dan memiliki kelemahan dalam daya prediksi.

Dengan demikian, informasi akuntansi sebagaipetunjuk tidak dapat dikatakan konsisten dan akanmendorong terjadinya kesalahan jika digunakansebagai dasar judgment (Laitinen dan Laitinen, 1998).

Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebutmaka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitianini adalah:H1

a: Rasio keuangan berpengaruh terhadap

keakuratan prediksi pada respondenberpengalaman.

H1b

Rasio keuangan berpengaruh terhadapkeakuratan prediksi pada responden belumberpengalaman.

Kelemahan yang dimiliki informasi internaldapat diatasi dengan memahami karakteristik setiaprasio, yaitu pertama, Philosophov dan Philosophov(2003) menyarankan digunakannya rasio yang berbedauntuk memprediksi probabilitas kebangkrutan dalamrentang satu sampai lima tahun, mengingat besarnyaperbedaan tipe kesalahan I dan II yang semakin besarpada 5 tahun sebelum dibanding dengan 1 tahunsebelum kebangkrutan (Beaver, 1968). Kedua,memahami proses terjadinya failure karena akandiketahui penyebab penurunan rasio (Laitinen, 1991).

Kelemahan dapat pula diminimalkan denganmenyertakan informasi eksternal seperti penyertaankarakteristik/jenis perusahaan (Lennox, 1999) ataumempertimbangkan kondisi ekonomi (Thomson, 1988)dalam prediksi. Karakteristik industri mengimplikasikanperbedaan probabilitas failure, sehingga tidak seluruhperusahaan memiliki peluang yang sama dalam failure(Lennox, 1999). Penyertaan atau mempertimbangkankondisi ekonomi dilakukan karena rasio keuangan tidakkonsisten jika kondisi ekonomi berubah (Laitinen danLaitinen, 1998). Bahkan jika perusahaan pada kondisikinerja yang sedang tidak stabil, maka keahlian tidak

dapat meningkatkan daya prediksi. Meskipun dilakukanoleh seorang yang ahli dimungkinkan pula terjadi salahprediksi (McKinley, Ponemon, dan Schick, 1996).

Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebutmaka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitianini adalah:H2

a : Informasi jenis perusahaan berpengaruh

terhadap keakuratan prediksi pada respondenberpengalaman.

H2b

Informasi jenis perusahaan berpengaruhterhadap keakuratan prediksi pada respondenbelum berpengalaman.

H3a

Kondisi ekonomi berpengaruh terhadapkeakuratan prediksi pada respondenberpengalaman.

H3b

Kondisi ekonomi berpengaruh terhadapkeakuratan prediksi pada responden belumberpengalaman.

Peran Predictor dalam Judgment

Berkaitan dengan sistem kedua yaitu prosesolah pikir manusia dalam judgment prediksi, maka sistemini akan mempersepsikan dan menghubungkan setiapinformasi dengan informasi atau petunjuk lain, yangdigunakan sebagai dasar prediksi. Karakteristik olahpikir manusia dalam judgment prediksi memiliki sifatantara lain selektif [hanya informasi yang dianggappenting yang diolah], sekuensial [pengolahan informasibertahap atau terpisah atas setiap kejadian], dankapasitas pemrosesannya terbatas. Akibatnya, suatuevaluasi yang merefleksikan preferensi individu, tidakdapat dikatakan salah, tetapi tidak konsisten. Begitupula dengan prediksi, maka tidak dapat dikatakan suatuprediksi salah dalam mengekspresikan suatu kejadian,akan tetapi prediksi tidak akurat.

Meskipun belum dapat dibuktikan secaraempiris mana yang lebih dominan, intuisi digunakanuntuk memanipulasi substantive knowledge(pengetahuan substantif) yang diperoleh melaluikursus, pelatihan, dan instruksi-instruksi berkaitandengan kemampuan konseptual (Hogarth,1994).Penerapan intuisi tersebut merupakan karakteristiksistem pemrosesan informasi pada manusia, yangmembedakan dengan sistem pemrosesan informasi padamesin (komputer) atau teknik statistika.

Page 22: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

4

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

Bukti adanya penerapan intuisi adalah terjadinyaperbedaan penggunaan rasio keuangan untuk prediksikebangkrutan. Rasio keuangan yang secara empiristelah terbukti dapat digunakan untuk memprediksikebangkrutan, oleh para analis tidak digunakan untukmemprediksi kebangkrutan. Ternyata analismenggunakan rasio yang berbeda untuk jenis usaharetail dan pemanufakturan (Shivaswamy, Hoban, danMatsumoto, 1993). Perbedaan tersebut berakibat padaketidakakuratan daya prediksi jika dibandingkandengan teknik statistika. Hal itu dibuktikan olehKusuma dan Nurim (2002) yaitu responden dalammemprediksi perusahaan yang mengalami laba negatifpada tahun 1997, ketepatan prediksinya hanya mencapai45.1%, meski menggunakan data tahun 1994 sampai1996. Namun, jika teknik statistika yang digunakanketepatannya mencapai 83.3% meski menggunakandata tahun 1994 saja.

Dengan demikian, konsep penting berkaitandengan karakteristik pembuat prediksi adalah: pertama,pembuat prediksi harus mampu membuat skala prioritasdari setiap petunjuk dengan tepat untuk diprioritaskansebagai dasar prediksi. Jika terdapat berbagai petunjukseperti: statemen keuangan (financial statement),pernyataan manajemen, atau informasi kondisilingkungan, maka pembuat prediksi harus mampumenetapkan petunjuk mana yang diprioritaskan sebagaidasar prediksi.

Kedua, pemilihan petunjuk dan penetapanprioritas tersebut melibatkan potensi yang ada dalamdiri pembuat prediksi, misalkan pengalaman,pendidikan, jenis kelamin, umur, keahlian bahkan emosiserta intuisi. Dengan demikian, tidak terdapat formulayang sama antarindividu dalam membuat judgmentuntuk memprediksi. Berdasarkan uraian di atas makahipotesis yang dikembangkan adalahH4: Terdapat perbedaan faktor penyebab

keakuratan prediksi pada respondenberpengalaman dan belum berpengalaman.

METODA PENELITIAN

Pemilihan Sampel untuk Prediksi

Judgment dalam prediksi menyertakan dua hal, yaituinformasi (internal dan eksternal) dan karakteristikpembuat prediksi (predictor). Karakteristik pembuat

prediksi pada penelitian ini dinyatakan denganresponden berpengalaman (expert) dan belumberpengalaman (novice). Informasi internal yangdigunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuanganantara lain turnover ratio [D1], working capital to to-tal assets [D2], total debt to total assets ratio [D3],net income to total assets ratio [D4], informasi totalassets. Rasio tersebut digunakan oleh Beaver (1966 dan1968), Altman (1968), Philosophov dan Philosopov(2003), Laitinen dan Laitinen (1998), dan Lennox (1999)dalam melakukan prediksi failure. Informasi eksternaldiwakili dengan kondisi ekonomi yaitu perioda selamakrisis (tahun 1997 sampai tahun 1999) dan setelah krisis(tahun 2000 sampai tahun 2002), serta karakteristik/jenisindustri.

Agar sesuai dengan kondisi nyata maka prediksidilakukan terhadap kemungkinan perusahaanmengalami failure dan tidak failure. Failure menurutLaitinen (1991) merupakan suatu kondisi perusahaanmasih dapat beroperasi tetapi tidak menguntungkansebagai investasi dan tidak mampu memenuhikewajibannya (Beaver, 1966). Operasionalisasi failuredalam penelitian ini adalah 2 tahun berturut-turutmengalami kerugian yaitu selama krisis (1998 dan 1999)dan sesudah krisis (2001 dan 2002). Sebaliknya, tidakfailure berarti dalam perioda tersebut labanya positif.

Dengan demikian, berdasarkan kondisi padakedua perioda maka perusahaan yang digunakan untukprediksi adalah pada tahun 1997 dan tahun 2000.Selanjutnya, diambil dua perusahaan yang memilikikondisi paling tinggi laba maupun ruginya pada keduaperioda, sehingga terdapat 8 perusahaan sebagaisampel dari failure dan non failure. Berdasarkan datatersebut, diidentifikasi karakteristik industri dari ke-8perusahaan. Selanjutnya ditentukan rasio turnoverratio (D1), working capital to total assets (D2), totaldebt to total assets ratio (D3), net income to totalassets ratio (D4) berdasarkan data tahun 1997 untukperioda krisis dan tahun 2000 untuk perioda sesudahkrisis.

Responden dan Metoda Eksperimen

Eksperimen dilakukan dengan menggunakanmahasiswa S1 UGM sebagai wakil dari kelompok yangbelum berpengalaman (BP) dan mahasiswa MM UGMsebagai kelompok yang berpengalaman (PH). Metoda

Page 23: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

5

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

eksperimen diadopsi dari eksperimen yang telahdilakukan oleh Laitinen dan Laitinen (1998) tetapidengan modifikasi pada sampel perusahaan danresponden agar sesuai dengan tujuan penelitian.

Eksperimen dilakukan dengan memberikan 2macam treatment kepada responden yaitu, pertamaresponden mendapat hasil perhitungan ke-empat rasiotersebut di atas (D1- D4) dari 3 perusahaan selama satuperioda (-1) sebelum failure beserta ukuran perusahaan(total aset). Kedua, seperti pada treatment pertamatetapi responden diberikan informasi tentang jenisindustri. Pada kedua treatment tidak memberikaninformasi tentang tanggal terjadinya failure.

Setiap treatment yang diberikan kepadaresponden berisi 3 perusahaan. Pemilihan perusahaanyang akan dianalisis oleh responden dilakukan secaraacak baik perioda terjadinya failure maupun kondisinya,tetapi secara keseluruhan jumlah perusahaan failuresama dengan tidak failure. Dengan demikian, respondendimungkinkan menganalisis perusahaan yangmengalami failure seluruhnya, failure dan tidak fail-ure, atau tidak failure seluruhnya. Sesuai dengantujuan penelitian, selain melakukan prediksi, respondenjuga mengisi data pribadi (seperti indeks prestasikumulatif (IPK), umur, jenis kelamin, lama bekerja, danjenis institusi). Dalam penelitian ini terdapat 9 variabelindependen (jenis industri, 4 rasio keuangan, kondisiekonomi, jenis kelamin, IPK, dan umur) dan 1 variabeldependen yang bersifat dummy.

Karena pengujian ini bertujuan mengidentifikasifaktor-faktor yang berpengaruh terhadap keakuratandan ketidakakuratan (type I dan II error) prediksi makaresponden diharuskan menentukan perusahaan yangfailure dan tidak failure. Prediksi dilakukan denganmenetapkan prosentase yaitu dari 0% sampai 100%terjadinya failure. Batas ketepatan prediksi dinyatakandengan titik tengah antara 0% sampai 100% yaitu 50%.Oleh karena itu, apabila responden memprediksiperusahaan tidak failure padahal nyatanya failure(dinyatakan dengan kurang dari 50% kemungkinan fail-ure) maka dikategorikan kesalahan tipe I (TE1).Sebaliknya jika responden memprediksi perusahaanfailure padahal nyatanya tidak failure (dinyatakandengan lebih dari 50% kemungkinan failure) merupakankesalahan tipe II (TE2). Selanjutnya, jika respondenmemprediksi dengan benar perusahaan yang failuredan tidak failure maka prediksi akurat (TE0).

Berdasarkan persentase keakuratan danketidakakuratan (type I dan II error) yang dilakukanoleh ke dua level pengalaman, selanjutnya analisisdilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinyakedua tipe kesalahan pada kedua level tersebut denganpengujian analisis diskriminan. Dengan demikianterdapat 3 pengujian yaitu:1. Pengujian terhadap TE0 berarti identifikasi faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaankelompok responden yang (1) akurat dan (2) tidakakurat (type I dan II error) dalam prediksi.

2. Pengujian terhadap TE1 adalah identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaankelompok responden yang melakukan (1) type I er-ror dengan (2) type II error dan akurat dalammemprediksi.

3. Pengujian TE2 yaitu identifikasi faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya perbedaan kelompokresponden yang melakukan (1) type II error dengan(2) kelompok yang akurat memprediksi danmelakukan type I error.

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Mahasiswa S1 Akuntansi UGM sebagai wakil dariresponden yang belum berpengalaman (BP) berjumlah47 responden, dan mahasiswa MM UGM sebagai wakildari responden berpengalaman (PH) berjumlah 92.Setiap responden memprediksi 6 perusahaan dalam 2kali treatment (masing-masing 3 perusahaan yangdisertai informasi jenis perusahaan dan 3 perusahaanyang tidak disertai informasi jenis perusahaan). Dengandemikian, total perusahaan yang dianalisis olehresponden yang belum berpengalaman adalahsebanyak 282 buah dan oleh responden yangberpengalaman adalah sebanyak 552 buah (lihat tabel1).

Page 24: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

6

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 bahwakeakuratan prediksi pada responden yang belumberpengalaman (TE0) adalah sebesar 75%, sedangkantype I error (TE1) adalah sebesar 14.4% dan type IIerror (TE2) adalah sebesar 10.6%. Keakuratan prediksipada responden yang telah berpengalaman (TE0)adalah sebesar 74.4%, sedangkan TE1 adalah sebesar15.7%, dan TE2 adalah sebesar 9, 6%. Dengan demikian,statistik deskritif menunjukkan bahwa hasil prediksiantara responden yang berpengalaman dan yang tidakberpengalaman mempunyai pola yang serupa.

Selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitianmaka dianalisis penyebab terjadinya ketepatan prediksi(TE0), ketidaktepatan prediksi (TE1 dan TE2) denganuji diskriminan pada masing-masing level keahlian yaituresponden belum berpengalaman dan respondenberpengalaman.

Hasil Pengujian

a. Pengujian TE0, TE1, dan TE2Tabel 2 menyajikan ringkasan hasil tes

diskriminan untuk mendapatkan faktor diskriminanyang membedakan ketepatan prediksi, kesalahan tipeI, dan kesalahan tipe II. Berdasarkan hasil pengujianterhadap ketepatan prediksi (TE0) responden yangbelum berpengalaman, diperoleh bukti bahwapemberian informasi jenis industri dan kondisi ekonomimembedakan prediksi akurat dengan tidak akurat(berturut-turut tingkat signifikansi 0,043 dan 0,084).

Data rasio keuangan dan karakteristik respondentidak ada yang membedakan keakuratan prediksi.

Tabel 1Hasil Eksperimen pada 2 Level Pengalaman

Jumlah Total Data tidak Data yang TE0 TE1 TE2Responden Perusahaan Lengkap Dipakai

yg Diprediksi

Responden belum 47 282 46 236 177 34 25pengalaman(BP) (16.3%) (83.7%) (75%) (14.4 %) (10.6%)Responden yangpengalaman(PH) 92 552 127 425 317 67 41

(23%) (77.2%) (74,6%) (15.76%) (9.5%)

Keterangan:BP adalah responden yang belum berpengalaman dan memiliki latar belakang yang sama.PH adalah responden berpengalaman tetapi latar belakang dan pengalamannya heterogen.TE0 adalah responden yang melakukan prediksi secara tepat.TE1 adalah responden yang melakukan kesalahan tipe I (perusahaan failure diprediksi tidak failure).TE2 adalah responden yang melakukan kesalahan tipe II (perusahaan tidak failure diprediksi failure).

Page 25: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

7

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

Keterangan:D1: turnover ratioD2: working capitial to total assetsD3: total debt to total assets ratioD4: net income to total assets* sig. 5%** sig 10%

Pada responden berpengalaman diperoleh bukti bahwahanya turnover ratio (D1) dan karakteristik individuresponden yaitu Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yangsignifikan membedakan prediksi yang akurat dan tidakakurat (berturut-turut tingkat signifikansi adalah 0,005dan 0,067). Data jenis industri dan kondisi ekonomijustru tidak membedakan keakuratan prediksi.

Apabila dianalisis lebih jauh pada kesalahantipe I (TE1) untuk responden belum berpengalaman,hanya faktor jenis industri secara signifikanmembedakan kesalahan prediksi tipe I (tingkatsignifikansi adalah 0,057). Untuk responden yangberpengalaman, faktor jenis industri, karakteristikindividu, dan kondisi ekonomi membedakan kesalahanprediksi tipe I (tingkat signifikansi berturut-turut adalah0,084, 0.021, dan 0.078).

Akan tetapi, pengujian TE2 pada respondenbelum berpengalaman, berbeda dengan dua pengujiansebelumnya karena tidak ada satupun faktor yangmembedakan kesalahan tipe II. Artinya adalahresponden yang belum berpengalaman yang melakukankesalahan tipe II dengan yang tidak melakukankesalahan prediksi tipe II tidak dibedakan oleh faktorjenis industri, rasio keuangan, karakteristik individu,dan kondisi ekonomi.

Pada responden yang telah berpengalaman,faktor rasio keuangan (rasio D1 dan D4) dan faktorkarakteristik individual (jenis kelamin) signifikan dalammembedakan kesalahan tipe II (tingkat signifikansiberturut-turut adalah 0.018, 0.004 dan 0.030). Faktorlainnya (jenis industri dan kondisi ekonomi) tidaksignifikan dalam membedakan kesalahan tipe II.

b. Analisis Hasil PengujianBerkaitan dengan hipotesis, maka hasil pengujian tidakdapat menolak H01

a artinya rasio keuangan yang

digunakan responden belum berpengalaman tidaksignifikan dapat membedakan kelompok yang akuratdan tidak akurat dalam memprediksi. Dengan demikian,rasio keuangan tidak berpengaruh terhadap keakuratan

Tabel 2Hasil Dengan Uji Diskriminan untuk Responden Belum Pengalaman dan

yang Sudah Pengalaman

Page 26: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

8

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

prediksi.Demikian juga, pada hasil pengujian terhadap

responden berpengalaman hanya turnover ratio yangsignifikan dapat membedakan kelompok yang akuratdengan tidak akurat dalam prediksi. Rasio keuanganlain tidak signifikan kelompok yang akurat dan tidakakurat dalam memprediksi, Dengan demikian, hasilpengujian tidak dapat menolak H01

b yaitu rasio tidak

berpengaruh terhadap keakuratan dan ketidakakuratanprediksi pada responden berpengalaman.

Pada responden belum berpengalamanpemberian informasi jenis industri dalam hasilpengujian keakuratan (TE0) maupun kesalahan tipe I(TE1) dapat menolak H02

a , dengan demikian pemberian

informasi jenis industri dapat membedakan kelompokyang akurat dan tidak akurat dalam memprediksi. Akantetapi, pada responden berpengalaman tidak demikiankarena pengaruhnya marginal (yaitu hanya padamemprediksi tipe kesalahan I dengan tingkatsignifikansi hanya 0.084). Dengan demikian, hasilpengujian tidak dapat menolak H02

b yaitu jenis industri

tidak berpengaruh terhadap keakuratan danketidakakuratan prediksi pada respondenberpengalaman.

Kondisi ekonomi hanya berpengaruh marginalterhadap keakuratan prediksi baik pada respondenbelum berpengalaman maupun berpengalaman. Dengandemikian, hasil pengujian tidak dapat menolak H03

a dan

H03b.

Berdasarkan hasil pengujian keakuratan,kesalahan tipe I, dan kesalahan tipe II pada respondenbelum berpengalaman dan yang sudah berpengalaman,maka disimpulkan bahwa faktor yang membedakankeakuratan pada kedua kelompok secara umum adalahtidak sama. Responden belum berpengalaman lebihbanyak menggunakan informasi eksternal untukprediksi (yaitu jenis industri dan kondisi ekonomi).Responden berpengalaman lebih menggunakaninformasi internal (rasio keuangan dan karakteristikresponden) dalam memprediksi. Dengan adanyaperbedaan faktor keakuratan tersebut, maka H04 dapatditolak.

SIMPULAN dan KETERBATASAN

Judgment dalam prediksi menurut Hogarth (1994)melibatkan dua hal yaitu petunjuk atau informasi dan

karakteristik pembuat prediksi (predictor). Setiapinformasi dan petunjuk diduga berpengaruh terhadapkeakuratan prediksi Demikian juga perbedaankarakteristik pembuat prediksi, seperti: pengalaman,pengetahuan, keahlian, jenis kelamin, umur, akanberpengaruh terhadap perbedaan dalam proses judg-ment diimplikasikan dalam pemilihan informasi olehresponden (Hogarth, 1994). Dengan demikian, didugapula perbedaan pengalaman akan menyebabkanperbedaan faktor-faktor yang menyebabkan keakuratandan ketidakakuratan prediksi antar karakteristik pre-dictor yang berbeda.

Informasi internal (rasio keuangan) daneksternal (jenis industri dan kondisi ekonomi)digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitianini menggunakan 2 level pengalaman sebagai proksiperbedaan karakteristik predictor yaitu respondenberpengalaman dan responden belum berpengalaman.

Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwaterdapat perbedaan penyebab keakuratan prediksi padakedua responden tersebut. Analisis tersebutdidasarkan pada hasil hipotesis H1, H2, dan H3, yaitubahwa responden belum berpengalaman lebih banyakmenggunakan informasi eksternal, sedangkanresponden berpengalaman cenderung menggunakaninformasi internal dan karakteristik pembuat prediksiberpengaruh dalam proses prediksi Hasil jugamembuktikan bahwa responden berpengalamanmemiliki pola judgment yang berbeda dibandingkanresponden yang belum berpengalaman. Hal inimengindikasikan adanya perbedaan tingkat peran pre-dictor dalam prediksi.

Bukti lain adalah tidak terpakainya 23% datakarena tidak adanya pengisian rasio oleh respondenberpengalaman meskipun 23% data tersebut akuratdalam memprediksi. Dengan demikian, respondenmelakukan prediksi bukan berdasarkan informasi tetapiberdasarkan intuisi. Hal itu berdasarkan pada pendapatHogarth (1994) bahwa penerapan intuisi merupakankarakteristik proses judgment oleh manusia dankarakteristik predictor menjadi bagian tak terpisahkanuntuk memahami proses judgment dalam prediksi.

Keterbatasan penelitian ini adalah institusiresponden berpengalaman tidak diidentifikasi sertaberagamnya latar belakang keahlian dari setiapresponden, sehingga tidak diketahui pengaruhnyaterhadap keakuratan dan ketidak-akuratan prediksi. Jika

Page 27: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

9

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

hal itu dapat dilakukan maka diharapkan dapatdiidentifikasi latar belakang pembuat prediksi yangberperan dalam meningkatkan keakuratan prediksi.

Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukanadalah mengidentifikasi latar belakang responden yang

DAFTAR PUSTAKA

Alderson, M. J. dan B. L. Betker. 1999. AssesingPost Bangkruptcy Performance: AnAnalysis of Reorganized Firms’ CashFlow form Operating Activities dan Finan-cial Distress. Working Paper.

Altman, E. I. 1968. Financial Ratio, DiscriminantAnalysis and The Prediction of Corpo-rate Bankruptcy. The Journal of Finance.September. p: 589-609.

Beaver, W. H. 1966. Financial Ratio as Predictorsof Failure. Journal of Acounting Re-search. Vol. 4. p: 71-101.

_________.1968. Market Prices, Financial Ra-tios, and The Predictions of Failure. Jour-nal of Accounting Research. Autumn. p:179-199.

Einhorn, H. J. dan R. M. Hogarth. 1981. Behav-ioral Decision Theory: Processes of Judg-ment and Choice. Journal of AccountingResearch. Vol.19 No. 1 Spring. p: 1-31.

FASB. 1991/1992. Statement of FinancialAcounting Concepts. Irwin. Homewood.Illionis. 60430.

Gibbins, M. 1984. Propositions about The Psy-chology of Professional Judgment in Pub-lic Accounting. Journal of AccountingResearch. Vol. 22. No. 1. Spring. p: 103-125.

Hogarth, R. M. 1994. Judgment and Choice: ThePsychology of Decesion. John Willey andSons.

Kusuma, Indra W. dan Y. Nurim. 2002. PrediksiKemampuan Perusahaan pada MasaKrisis: Perbandingan judgment denganStatistika. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.STIE Trisakti. Vol. 4 (3). p: 253-268.

Laitinen, E. K. 1991. Financial Ratios and Differ-ent Failure Processes. Journal ofBussines Finance & Accounting. 18(5).September. p: 649-673.

Laitinen, E. K. dan T. Laitinen. 1998.Misclassification in Bankruptcy Predic-tion in Finland: Human Information Pro-cessing Approach. Accounting Auditing& Accountability Journal. Vol. 11 (2). p:216-244.

Lennox, C. S. 1999. The Accuracy & IncrementalInformation Content of Audit Report inPredicting Bankruptcy. Journal of Busi-ness Finance & Accounting. 26(5) & 6.June/July. p: 757-778.

McKinley, W., L. A. Ponemon, dan A. G. Schick.1996. Auditors Perceptions of ClientFirms: The Stigma of Decline and TheStigma of Growth. Accounting Organi-zations and Society. Vol. 21 (2/3). p: 193-245.

Philosophov dan Philosophov. 2003. CorporateBankruptcy Frognosis: An Attempts atCombined Prediction of The BankruptcyEvent & Time Interval of Its Occurrence.Working paper.

Shivaswamy, M., J. P. Hoban dan K. Matsumoto.1993. A Behavioral Analysis of FinancialRatio. The Mid-Atlantic Journal of

berpengalaman apakah perbedaan institusimenyebabkan perbedaan judgment dan pada level taskmanakah karakteristik pembuat prediksi berperan dalamjudgment.

Page 28: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

10

Jam STIE YKPN - Yavida Nurim Pengaruh Karakteristik ......

Business. Vol. 29 (1). March. p: 7-26.

Theodossiou, P. 1991. Alternative Models forAssesing The Financial Condition ofBusiness in Greece. Journal of BusinessFinance & Accounting. 18(5). Septem-ber. p: 697-720.

Thomson, J. B. 1988. Predicting Bank Failure inThe 1980’s. Unpublished Paper. p: 1-19.

Whitecotton, S. M. 1996. The Effects of Experi-ence and Confidence on Decision AidReliance: A Causal Model. BehaviorResearch in Accounting. Vol.8. p: 194-216.

Page 29: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

11

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

STUDI EMPIRIS PEMILIHAN METODE AKUNTANSIPADA PERUSAHAAN YANG MELAKSANAKAN AKUISISI

DI INDONESIA

Deden Iwan Kusuma 1

1 Drs. Deden Iwan Kusuma, M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

ABSTRACT

In general, companies always try to develop and makesuitable changes in anticipating the globalization era.One way of doing this is through business combina-tion. There are three types of business combination,i.e. acquisition, merger, and consolidation. Merger andconsolidation refer to the basic ideas of business com-bination, whereas acquisition refers more to the waysthese ideas are implemented. Hence, an acquisition cantake the form of a merger or consolidation, based onand in accordance with legal regulations.

Companies which undergo acquisition need tochoose which accounting methods to use to recordbusiness transactions. According to SAK (more or lesscomparable to GAAP), there are two alternative ac-counting methods, i.e. purchase method and poolingof interest method. In Indonesia, the use of either oneof the two methods has not yet been clearly estab-lished in SAK, so that the managers can use one of thetwo methods which is better for their interest. There-fore, the fenomena of business combination create ac-counting problem how to apply pooling of interest andpurchase methods.

So far accounting standard which has been usedinternationally in applying these methods is referencedon APB Opinion No. 16. According to this opinion,there are 12 criteria when a company uses pooling ofinterest method. If any one of the 12 criteria is not met,

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 11-24

the company should use purchase method. Therefore,it is needed to do empirical study of choice of poolingof interest method and purchase method by compa-nies undergoing acquisition in Indonesia.

The objectives of this research were: (1) to findout whether or not the companies using pooling ofinterest method have met the 12 criteria, (2) to examinewhether or not the number of companies using thepooling of interest method are different from that us-ing purchase method, (3) to examine whether or not theaverage application of the 12 criteria by the companiesusing the pooling of interest method is different fromthat of those using the purchase method, and (4) toexamine whether or not the average application of the12 criteria by the companies which have made refer-ence to the APB Opinion No. 16 is different from thatby those which have not by companies choosing thepooling of interest method. The findings of this re-search were as follows:1. The average application of the 12 criteria of the com-

panies choosing the pooling of interest method is67 percent and standard deviation is 7 percent,therefore it can be concluded the companies choos-ing the pooling of interest method have not met the12 criteria.

2. The number of companies choosing choosing thepurchase method are larger than those choosingthe pooling of interest method, in the ratio of 21 : 12(64% : 36%).

Page 30: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

12

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

3. The average application the 12 criteria by the com-panies choosing the pooling of interest method islarger than that by those choosing the purchasemethod, in the ratio of 15,4167 : 13,9524 (67% : 61%).On the basis of the results of the analysis using ttest (2 mean difference test), there is no significantdifference on the average application of the 12 cri-teria between the companies choosing the poolingof interest method and those choosing the pur-chase method.

4. Among the companies choosing the pooling of in-terest method, the average application of the 12criteria by the companies which have made refer-ence to APB Opinion No. 16 is larger than that bythose which have not, in the ratio of 15,5714 : 15,2(68% : 66%). The results of the analysis using t test(2 mean difference test) indicate that there is nosignificant difference on the average application ofthe 12 criteria between companies which have madereference to APB Opinion No. 16 and those whichhave not by the companies choosing the poolingof interest method.

The following were additional findings of theresearch: (1) in most cases companies which undergoacquisition in Indonesia have made business combi-nation at least once (i.e. 37 companies or 67%); (2) thefinancial resources used to make business combina-tion mostly come from right issues (i.e. 39 companiesor 76%); and (3) the main purpose of business combi-nation by companies undergoing acquisition is gener-ally to extend their lines of business (i.e. 20 companiesor 48%), and to strengthen their synergic effects (i.e.16 companies or 38%).

Keywords: business combination, acquisition, merger,consolidation, pooling of interest method, and pur-chase method.

PENDAHULUAN

Mulai tahun 1989 penggabungan usaha dalambentuk akuisisi semakin sering terjadi di Indonesia. Halini ditunjukkan dengan data yang diperoleh dariBAPEPAM dan BEJ yang menyebutkan sejak tahun1989 sampai tahun 2002 telah terjadi transaksi akuisisioleh 62 perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2002),

dalam menghadapi kondisi perekonomian yangmenunjukkan berbagai transaksi akuisisi perusahaan,komite IAI perlu mengadakan penelitian deskriptifuntuk menyusun metode akuntansi untuk akuisisi.

Perusahaan yang melaksanakan akuisisi perlumenentukan metode akuntansi apa yang akandigunakan untuk mencatat transaksi penggabungan.Metode akuntansi yang dipilih akan berpengaruh padalaporan keuangan perusahaan gabungan, baik padaperiode berjalan maupun pada periode-periodeberikutnya. Metode akuntansi yang bisa digunakanuntuk mencatat akuisisi adalah metode pembelian (pur-chase method) dan metode penyatuan kepentingan(pooling of interest me-thod). Penggunaan keduametode akuntansi tersebut di Indonesia belum diatursecara jelas dalam Standar Akuntansi Indonesia (SAK).Zaki Baridwan juga mengakui bahwa aturan yangdikeluarkan oleh IIA itu belum sepenuhnya siapmenghadapi aktivitas akuisisi yang terjadi dalam duniausaha di Indonesia. Dengan demikian, kemungkinanlaporan keuangan yang dibuat hanya untuk memenuhikeinginan pihak manajemen.

Belum adanya aturan yang tegas dan rinci dalamSAK tersebut, berakibat manajemen dapatmenggunakan salah satu metode yang kira-kira lebihbermanfaat untuk kepentingan mereka. Mengingatmanajemen sebagai pihak pengelola perusahaan yangterpisah dari pemiliknya, akan dinilai prestasinyaberdasarkan laba yang dihasilkan. Dengan kondisisemacam itu, maka manajemen cenderungmenggunakan metode penyatuan kepentingan danbukan metode pembelian. Hal ini disebabkan metodepembelian menilai aktiva lebih besar daripada nilaihistoris, sehinggga amortisasi dan penyusutan aktivaperusahaan menjadi relatif lebih besar dan berakibatlaba perusahaan lebih rendah.

Fenomena penggabungan usaha dengansendirinya membawa permasalahan aspek akuntansi,salah satunya adalah tentang bagaimana kriteriapenerapan metode penyatuan kepentingan (poolingof interest method) dan metode pembelian (purchasemethod). Hal ini menjadi bahan pertimbangan IAIsebagai organisasi profesi akuntan yang berkewajibanuntuk mengatur dan menetapkan standar akuntansi diIndonesia, yang dalam pelaksanaan-nya, prosespenyusunan standar akuntansi juga melibatkanBAPEPAM dan instansi lainnya. Terlebih dalam era

Page 31: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

13

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

globalisasi pasar modal dewasa ini memberikan dampakterhadap Standar Akuntansi Keuangan yang secarapotensial dapat berbeda dengan standar akuntansiyang berlaku di luar negeri. Untuk mengantisipasiperkembangan situasi ini perlu mengambil ancang-ancang menghadapi segala kemungkinan tersebut,yaitu dengan memahami standar akuntansi yangberlaku secara internasional dan meningkatkankemampuan teknis terhadap standar tersebut dalamsetiap kondisi yang memerlukannya.

Selama ini standar akuntansi yang berlakusecara internasional yang bersangkutan dengan kriteriapenerapan metode penyatuan kepentingan (poolingof interest method) dan metode pembelian (purchasemethod) adalah mengacu pada Accounting PrinciplesBoard (APB) Opinion No. 16 tahun 1970. MenurutAPB Opinion No. 16, ada 12 kriteria yang harusdipenuhi apabila perusahaan akan menggunakanmetode penyatuan kepentingan, dan apabila salah satukriteria tersebut tidak dipenuhi maka perusahaan harusmenggunakan metode pembelian.

Penelitian ini disusun untuk membantu —sebagai bahan pertimbangan tambahan— usahapenyusunan standar akuntansi tentang pemilihanmetode penyatuan kepentingan dan metode pembelianbagi perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-nesia. Ada empat hal yang ingin diketahui dan menjadidasar penelitian ini, yaitu:1. Apakah perusahaan yang memilih metode

penyatuan kepentingan sudah memenuhi 12 kriteriamenurut APB Opinion No. 16 atau belum?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalamjumlah perusahaan antara perusahaan yang memilihmetode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-ratapenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan perusahaan yang memilihmetode pembelian?

4. Apakah ada perbedaan yang signifikan rata-ratapenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 bagiperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan antara yang sudah mengacu APBOpinion No. 16 dengan yang belum mengacu APBOpinion No. 16?

METODOLOGI PENELITIAN

Universe dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesia,sedangkan populasi penelitian adalah perusahaanyang melaksanakan akuisisi di Indonesia pada periodetahun 1989 sampai dengan tahun 2002. Menurut dataBursa Efek Jakarta, sampai dengan akhir tahun 2002jumlah perusahaan yang melaksanakan akuisisi adalah62 buah.

Elemen yang akan digunakan untukkepentingan analisis adalah pejabat yang berwenangdalam pemilihan metode akuntansi dari perusahaanyang melaksanakan akuisisi di Indonesia untuk periodetahun 1989 sampai dengan tahun 2002. Dengandemikian, responden yang diharapkan, meliputipresiden direktur, manajer akuntansi, manajer keuangan,dan atau controller dari perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia pada periode tahun1989 sampai dengan tahun 2002. Sebagai kerangkasamplingnya (sampling frame) adalah daftarperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesiauntuk periode tahun 1989 sampai dengan tahun 2002.

Pengambilan SampelBerdasarkan sejumlah perusahaan yang

melaksanakan akuisisi di Indonesia untuk periode tahun1989 sampai dengan tahun 2002 yang dianggap sebagaipopulasi, penulis bermaksud mengambil sampelsebanyak mungkin. Untuk itu semua anggota populasidikirimi kuesioner, hal ini juga dimaksudkan untukmenjaga kemungkinan tidak dikirimkannya jawabanmereka. Di samping itu, berdasarkan pengalamanbeberapa peneliti, biasanya hanya berkisar 20 sampaidengan 39 persen saja responden yang maumengembalikan jawaban atas kuesioner yangdikirimkan melalui jasa pos. Dengan cara ini —mengingat populasi relatif sedikit— diharapkan jumlahdata yang terkumpul dapat memenuhi kriteriapengolahan data.

Teknik Pengumpulan DataData yang dibutuhkan, dikumpulkan dengan

menggunakan metode kuesioner dalam bentuk closedended questionaire. Pengumpulan data dilakukanmelalui mail survey, kuesioner dikirimkan kepadaresponden melalui pos, dan pengembaliannya

Page 32: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

14

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

dilakukan langsung oleh responden denganmenggunakan sampul surat siap kirim (berperangko)yang disediakan oleh penulis. Alasan dilakukan melaluimail survey adalah dengan harapan prosespengumpulan data dapat lebih menghemat waktu danbiaya, mengingat anggota populasi secara geografisletaknya berjauhan. Meskipun diakui bahwa mail sur-vey ini mempunyai kelemahan, yaitu (a) kemungkinanresponden akan menjawab tidak jujur (response bias)sangat tinggi dan (b) jawaban yang diharapkan akanditerima sangat rendah (low response rate).

Untuk menghindari responden yang asal jawab,kuesioner disiapkan sedemikian rupa dengan maksudcross check, dengan cara diberikan beberapapertanyaan yang sama dalam kalimat yang berbeda. Disamping itu, sebelum dilakukan pengolahan data,terlebih dahulu akan dilakukan uji acak dan ujireliabilitas atas data tersebut. Variabel yang digunakandalam penelitian ini adalah penerapan 12 kriteria APBOpinion No. 16, perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, perusahaan yang memilihmetode pembelian, perusahaan yang sudah mengacuAPB Opinion No. 16, dan perusahaan yang belummengacu APB Opinion No. 16.

Berdasarkan 12 kriteria APB Opinion No. 16tahun 1970, disusun suatu daftar pertanyaan(kuesioner) dalam bentuk closed ended questionaire.Dengan kuesioner, diharapkan dapat diketahui apakahperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indonesiadalam pemilihan metode akuntansinya sudah memenuhisyarat yang terdapat dalam APB Opinion No. 16 ataubelum, dalam arti bagi perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan sudah menerapkan 12 kriteriatersebut dan yang tidak memenuhi salah satu syaratakan memilih metode pembelian.

Berdasarkan test questionaire yang dilakukanterhadap 10 responden, ternyata 50 persen mengirimkanjawabannya dan tidak ditemukan permasalahan dalampengisian kuesioner tersebut. Atas dasar itupengiriman kuesioner dilanjutkan ke perusahaan-perusahaan lainnya sebanyak 52 responden, akan tetapisetelah ditunggu selama 45 hari, hanya 13 respondensaja yang mengirimkan jawabannya. Untuk itu, penulismelakukan pengecekan ke perusahaan-perusahaanyang ada di Jakarta melalui telepon dan datanglangsung menemui responden, sedangkan bagiperusahaan yang berada di luar kota Jakarta, penulis

mengirimkan telegram yang menyatakan bahwajawaban kuesioner sangat ditunggu.

Setelah ditunggu sampai tiga minggu berhasildiperoleh jawaban dari 5 responden. Untuk mencapaijumlah responden yang diharapkan, penulis kembalimengirimkan kuesioner kepada responden yang masihbelum juga mengirimkan jawaban. Akhirnya, dari 62perusahaan yang dikirimi kuesioner berhasildikumpulkan 33 responden.

Teknik Pengujian DataMengingat pengumpulan data dilakukan

melalui kuesioner, maka kesungguhan responden dalammenjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yangpenting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu hasilpenelitian sosial sangat ditentukan oleh alat pengukuryang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.Untuk itu pertama kali akan dilakukan test of random-ness (tes acak), yang dimaksudkan untuk mengetahuiresponden menjawab secara acak atau tidak acak ataskuesioner penelitian. Tes acak menggunakan alat teschi-kuadrat, dengan cara membandingkan antaradistribusi frekuensi skor jawaban responden (disebutdistribusi riil) dengan distribusi frekuensi skor jawabanyang diharapkan (disebut distribusi teoritis). Jikadistribusi riil lebih besar daripada distribusi teoritissecara signifikan, hal ini menunjukkan bahwaresponden menjawab secara tidak acak. Perbedaanyang signifikan menunjukkan bahwa respondenmenjawab secara tidak acak. Kriteria untuk tes chi-kuadrat adalah:

e)e - n( = X

i

2ii

k

=1i

2 ∑Keterangan:ni = frekuensi yang diamati, kategori ke-iei = frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-ik = jumlah kategori

Setelah dilakukan tes acak, selanjutnyadilakukan test of reliability (tes reliabilitas). Tesreliabilitas data dimaksudkan untuk menentukan tingkatkepercayaan minimal yang dapat diberikan terhadapkesungguhan jawaban yang diterima. Reliabilitasmenunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetapkonsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebihterhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yangsama. Hasilnya ditunjukkan oleh sebuah indeks yang

Page 33: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

15

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapatdipercaya atau dapat diandalkan. Tes reliabilitasberkaitan dengan kemantapan atau konsistensi suatuinformasi atau data apabila dilakukan pengamatanberulang-ulang.

Menurut Saifuddin Azwar (1999), ada tigametode yang dapat digunakan untuk melakukan tesreliabilitas, yaitu test-retest method, parallel-formsmethod, dan internal consistency method. Berdasarkanketiga metode tersebut, penulis menggunakan metodeinternal consistency, dengan alasan hanya memerlukansatu kali penyajian tes saja dan pada metode ini masalah-masalah yang timbul akibat penyajian yang berulangdapat dihindari. Teknik perhitungan reliabilitas metodeinternal consistency yang digunakan adalah formulaKuder-Richardson-20 (KR-20). Formula ini dikenakanpada data skor dikotomi (misalnya pernyataan ya dantidak) dari tes yang dibelah menjadi sebanyak itemnya,dengan rumus sebagai berikut:

)S

p)-p(1-(1 1-K

K = 20-KR2x

Keterangan:KR-20 = Koefisien reliabilitas KR-20K = Banyaknya itemp = Banyaknya skor 1 pada suatu item dibagi

oleh banyaknya subyek (n)Sx

2 = Varians skor total (x).

Hasil uji KR-20 dapat diinterpretasikan bahwasemakin tinggi tingkat kepercayaan atas skor jawabanberarti semakin rendah tingkat kesalahannya. Untukmengetahui reliabilitas atau tidaknya data penelitian,akan dibandingkan antara koefisien hitung reliabilitas(KR-20) dengan koefisien teoritisnya (simple correla-tion coefficient atau r tabel). Data penelitian dikatakanreliabel apabila nilai KR-20 lebih besar daripada nilai rtabel.

Teknik Analisis DataUntuk setiap pertanyaan yang ada disediakan

dua pilihan, yaitu ya dengan skor 1 dan tidak denganskor 0. Atas dasar data yang berhasil diperoleh, nilaiyang diberikan untuk masing-masing pertanyaandikumpulkan.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitianakan dianalisis dengan menggunakan statistikparametrik, yaitu “t test”. Alasan menggunakan statistikparametrik, karena data yang bisa dikumpulkantergolong sampel besar. Data yang bisa digolongkansebagai sampel besar adalah apabila jumlah sampellebih besar dari 30.

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

Sebelum dilakukan analisis, semua data yang terkumpuldilakukan dua macam pengujian, yaitu tes acak dan tesreliabilitas. Tabel 1 berikut menyajikan ringkasantabulasi dari 33 responden untuk jawaban standarakuntansi dan pemilihan metode akuntansi.

Tabel 1Standar Akuntansi Penggabungan Usaha Dalam SAK

Sumber: Data Primer yang diolah.

Item Pernyataan Jawaban

1 Standar akuntansi penggabungan usaha dalam SAK belum tegas = 33 sudah tegas = 0

2 Mengacu pada APB Opinion No. 16 mengacu = 14 tak mengacu = 19

3 Metode akuntansi untuk penggabungan usaha penyatuan kepentingan = 12 pembelian = 21

4 Pemilihan metode bukan merupakan alternatif setuju = 26 tak setuju = 7

5 Metode akuntansi untuk hubungan induk dan anak (afiliasi)

ekuitas = 27 harga perolehan = 6

Page 34: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

16

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Berdasarkan data di atas menunjukkan semuaperusahaan setuju bahwa SAK belum mengatur secarategas dan rinci tentang standar akuntansipenggabungan usaha. Hal ini memungkinkanperusahaan bisa memilih metode akuntansi untukpenggabungan usaha yang paling menguntungkanbagi mereka. Padahal pemakaian masing-masing metodeakan berbeda pengaruhnya terhadap laporan keuanganperusahaan.

Mengingat SAK belum mengatur secara tegasdan rinci, banyak akuntan Indonesia yang mengacukepada standar akuntansi yang berlaku di luar negeri,salah satunya adalah APB Opinion No. 16 yangmengatur pemilihan metode akuntansi untukpenggabungan usaha. APB Opinion No. 16 yangberlaku di Amerika Serikat ini memberikan 12 kriteriasebagai syarat penerapan metode penyatuankepentingan. Apabila salah satu dari 12 kriteria tersebuttidak bisa dipenuhi, maka perusahaan harusmenggunakan metode pembelian. Berdasarkan hasiljawaban responden menunjukkan ada 14 respondenyang mengacu pada APB Opinion No. 16, dan 19responden yang tidak mengacu Opinion tersebut.Data ini menunjukkan bahwa cukup banyak akuntanyang sudah mengetahui 12 kriteria penerapan metodepenyatuan kepentingan.

Hal yang menggembirakan ternyata semuaperusahaan setuju bahwa pemilihan metode pembeliandan metode penyatuan kepentingan bukan merupakanalternatif, artinya tidak dapat dipilih tanpa persyaratantertentu. Berdasarkan hasil jawaban responden inimenunjukkan pada umumnya mereka sudahmengetahui jika pemilihan kedua metode akuntansiuntuk penggabungan usaha tidak asal memilih saja.

Berdasarkan hasil jawaban pemilihan metodeakuntansi, menunjukkan bahwa mereka, manajer ataudireksi yang bertanggungjawab dalam pemilihanmetode akuntansi, lebih banyak yang memilih metodepembelian daripada metode penyatuan kepentingandengan perbandingan 21 (64%): 12 (36%). Banyaknyaperusahaan yang memilih metode pembelian ini,menunjukkan bahwa perusahaan yang melaksanakanakuisisi banyak yang mematuhi asumsi yang mendasari(SAK) maupun kriteria penerapan metode akuntansiuntuk penggabungan usaha (APB Opinion No. 16).Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yangdikemukakan oleh Ruddy Koesnadi bahwa perusahaan

yang melaksanakan akuisisi di Indonesia lebih banyakyang menggunakan metode pembelian daripadametode penyatuan kepentingan (Marzuki Usman, 1990:22).

Penggunaan metode ekuitas dan metode hargaperolehan oleh perusahaan yang melaksanakanpenggabungan usaha akan menghasilkan laporankeuangan konsolidasi yang sama, oleh karena itu padaprinsipnya perusahaan boleh menggunakan salah satudari kedua metode tersebut. Di Indonesia, pemilihankedua metode tersebut belum diatur secara jelas, hanyamenyatakan bahwa apabila suatu perusahaanmempunyai investasi dalam saham dengan hak suarapada perusahaaan lain dalam jumlah yangmemungkinkan perusahaan pemodal menguasaiperusahaan lain tersebut, maka metode ekuitas akanlebih mencerminkan hubungan ekonomis antara keduaperusahaan tersebut dibandingkan dengan metodeharga perolehan. Di Amerika Serikat, pemilihan keduametode diatur di dalam Accounting Principles Board(APB) Opinion No. 16, yang menyatakan bahwametode harga perolehan hanya digunakan untukpemilikan saham di bawah 20%. Untuk hal ini ternyatakebanyakan responden (sebesar 80%) mematuhi SAK,dengan menggunakan metode ekuitas. Hal ini sesuaidengan hasil jawaban responden untuk penerapanmetode akuntansi nomor 11, yang menunjukkankebanyakan responden (76%) menguasai sahamperusahaan lain yang bergabung sebesar 90% sahambiasa. Untuk penerapan metode ekuitas ini, perlumencontoh Amerika Serikat yang sudah membuataturan di dalam Accounting Principles Board (APB)No. 18, dan metode ekuitas ini diakui sebagai metodeyang lazim dipakai dewasa ini (khususnya praktikakuntansi di Amerika).

Penerapan Metode AkuntansiTabel 2 menyajikan ringkasan tabulasi dari

jawaban 33 responden untuk penerapan metodeakuntansi. Berdasarkan jawaban responden daripernyataan nomor 1 sampai dengan nomor 23 yangdidasarkan 12 kriteria tersebut, akan diuraikan seberapabesar persentase dari masing-masing pemilih metodeakuntansi dalam memenuhi masing-masing kriteria.

Kriteria Pertama. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 3 dan 19, yang menyatakan bahwaperusahaan yang bergabung harus mempunyai

Page 35: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

17

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

otonomi penuh, dan bukan merupakan perusahaan anakatau divisi perusahaan. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 75-83 persen,dan pemilih metode pembelian sebesar 62-72 persen.

Kriteria Kedua. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 1 dan 5, yang memberikan ketentuanbahwa antara perusahaan yang bergabung harusindependen satu sama lain, yang ditunjukkan dengantidak adanya saling pemilikan saham antarperusahaanyang bergabung. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 75-83 persen,dan pemilih metode pembelian sebesar 19-38 persen.

Kriteria Ketiga. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 2 dan 8, yang memberikan ketentuanbahwa perolehan saham yang menyebabkanpenggabungan usaha harus dilakukan dalam sekalitransaksi, atau diselesaikan dalam jangka waktu satutahun antara rencana penggabungan usaha sampaidengan selesainya penggabungan usaha. Kriteria inidipenuhi oleh pemilih metode penyatuan kepentingansebesar 75-83 persen, dan pemilih metode pembeliansebesar 76-81 persen.

Kriteria Empat. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 9 dan 11, yang memberikan ketentuanbahwa perusahaan pengambil alih mengeluarkan sahambiasa untuk menguasai perusahaan lain, dan bisamenguasai saham biasa perusahaan lain sebesar 90%atau lebih. Kriteria ini dipenuhi pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 75-100 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 72-80 persen.

Kriteria Lima. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 12 dan 23, yang memberikan syaratbahwa setelah penggabungan usaha dilaksanakan, haksuara pemegang saham biasa secara potensial harussama. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 67-83 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 52 persen.

Kriteria Enam. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 17, yang memberikan syarat bahwaperusahaan yang bergabung tidak melakukan pembeliankembali saham-saham biasa (treasury stock), yangtujuannya berkaitan dengan rencana penggabunganusaha. Untuk kriteria ini hanya dipenuhi oleh pemilihmetode penyatuan kepentingan sebesar 17 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 52 persen.

Tabel 2Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Penerapan Metode Akuntansi

Nomor Penyatuan Kepentingan PembelianPernyataan Ya Tidak Ya Ya

1 14 19 10 42 26 7 10 163 22 11 10 124 23 10 11 125 17 16 9 86 21 12 9 127 22 11 7 158 26 7 9 179 27 6 12 15

10 16 17 6 1011 25 8 9 1612 19 14 8 1113 18 15 5 1314 33 0 12 2115 10 23 4 616 14 19 4 1017 13 20 2 1118 21 12 8 1319 24 9 9 1520 30 3 11 1921 25 8 10 1522 12 21 4 823 21 12 10 11

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 36: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

18

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Kriteria Tujuh. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 7 dan 13, yang menyatakan bahwaproporsi pemilikan saham oleh setiap pemegang sahamharus tetap sama seperti sebelum penggabunganusaha. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 42-58 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 62-72 persen.

Kriteria Delapan. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 14 dan 20, yang menyatakan bahwasetiap pemegang saham dapat menggunakan haksuaranya setelah penggabungan usaha. Kriteria inidipenuhi oleh pemilih metode penyatuan kepentingansebesar 92-100 persen, dan pemilih metode pembeliansebesar 91-100 persen.

Kriteria Sembilan. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 10 dan 16, yang menginginkanperusahaan yang bergabung tidak diperkenankanmengeluarkan janji bersyarat akan membagikan suratberharga atau saham baru setelah penggabunganusaha. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan sebesar 33-50 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 48 persen.

Kriteria Sepuluh. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 15 dan 22, yang menginginkanperusahaan yang bergabung tidak diperkenankansegera menarik kembali sebagian atau seluruh saham

yang beredar. Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metodepenyatuan kepentingan hanya sebesar 33 persen, danpemilih metode pembelian sebesar 29-38 persen.

Kriteria Sebelas. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 6 dan 18, yang menginginkan setiapperusahaan yang bergabung tidak memberikanperjanjian pengikatan untuk kepentingan pemegangsaham sebelum penggabungan usaha, sepertimenjaminkan saham untuk memperoleh pinjaman.Kriteria ini dipenuhi oleh pemilih metode penyatuankepentingan sebesar 67-75 persen, dan pemilih metodepembelian sebesar 57-62 persen.

Kriteria Duabelas. Kriteria ini terdapat padapernyataan nomor 4 dan 21, yang menginginkan bahwasetelah penggabungan usaha tidak diperkenankanuntuk menjual aktiva dalam jumlah yang material,kecuali penjualan aktiva yang normal yang dilakukanuntuk menghapus duplikasi fasilitas atau adanyakapasitas yang berlebihan. Kriteria ini dipenuhi olehpemilih metode penyatuan kepentingan sebesar 83-92persen, dan pemilih metode pembelian sebesar 57-72persen.

Penerapan masing-masing kriteria tersebut,apabila diurutkan dari yang terbesar sampai denganyang terkecil oleh masing-masing pemilih metodeakuntansi adalah sebagai berikut:

Rata-rata Penerapan Penyatuan Kepentingan Pembelian

90% ke atas kriteria 8 kriteria 8

80% - 89% kriteria 12, 2, 4

70% - 79% kriteria 1, 3, 5, 11 kriteria 3, 4

60% - 69% kriteria 1, 7, 11, 12

50% - 59% kriteria 7 kriteria 5, 6

40% - 49% kriteria 9 kriteria 9

30% - 39% kriteria 10 kriteria 10

20% - 29% kriteria 2

10% - 19% kriteria 6

Tabel 3Rata-rata Penerapan Masing-masing Kriteria APB Opinion No. 16

oleh Masing-Masing Pemilih Metode Akuntansi

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 37: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

19

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Berdasarkan hasil perhitungan denganmenggunakan Microstat, diperoleh rata-rata penerapandari perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan terhadap 12 kriteria APB Opinion No. 16adalah sebesar 67 persen (15,4167/23 x 100%) danstandar deviasi sebesar 7 persen (1,6214/23 x 100%).Hal ini berarti rata-rata penerapan 12 kriteria tersebutoleh perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, antara 60 persen sampai dengan 74persen.

Dengan melihat rata-rata penerapan 12 kriteriadari setiap perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, apabila dijadikan dalam bentuk klas in-terval akan tampak pada tabel 5.

menyatakan apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian, akandilakukan “t test” (uji beda 2 rata-rata) pada tingkatsignifikan 0,05. Langkah-langkah pengujian adalahsebagai berikut:

1. HipotesisHo: Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata

penerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan perusahaan yang memilihmetode pembelian.

Tabel 4Kelas Interval Rata-rata Penerapan 12 Kriteria APB Opinion No. 16

dari Perusahaan yang Memilih Metode Penyatuan Kepentingan

Sumber: Data Primer yang diolah.

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dikemukakanbahwa rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opinion No.16 dari perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan dengan nilai di atas 72 persen sebanyak 4perusahaan (33 persen), sedangkan untuk nilai di atas65 persen sebanyak 8 perusahaan (67 persen), dansisanya mempunyai nilai kurang dari 65 persen.

Pengujian HipotesisHipotesis pertama (Ho) menganggap tidak ada

perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangmemilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian. Untuk

Ha: Ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan12 kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingandengan perusahaan yang memilih metodepembelian.

2. KriteriaPada tingkat signifikan 0,05 dan db:31 dengan

tes dua sisi, nilai t tabel menunjukkan ± 2,040 (db:30 =2,042 dan db:40 = 2,021). Dengan demikian, kriteriapenerimaan dan penolakan Ho adalah:Ho diterima apabila -2,040 < t hitung < 2,040Ho ditolak apabila t hitung > 2,040 atau t hitung < -2,040

Klas Interval Nilai Penerapan 12 kriteria

Jumlah Perusahaan

Persentase Perusahaan

50 - 56,5 1 8,334

57,5 - 64 3 25,000

65 - 71.5 4 33,333

72 - 78,5 4 33,333

Jumlah 12 100,000

Kelas Interval

Page 38: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

20

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

3. PerhitunganBerdasarkan hasil perhitungan pada lampiran

7, diperoleh nilai t sebesar 1,9924.

4. KesimpulanOleh karena nilai t hitung berada di antara -2,040

dan 2,040, maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangmemilih metode penyatuan kepentingan denganperusahaan yang memilih metode pembelian untuktingkat signifikan 0,05. Dengan demikian, perbedaanrata-rata penerapan 12 kriteria sebesar 6 persen (1,4643/23 x 100%) tidak signifikan.

Hipotesis kedua (Ho) mengganggap tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan. Untuk menyatakan apakah ada perbedaanyang signifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APBOpinion No. 16 antara perusahaan yang sudahmengacu APB Opinion No. 16 dengan perusahaanyang belum mengacu APB Opinion No. 16 olehperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, akan dilakukan “t test” (uji beda 2 rata-rata) pada tingkat signifikan 0,05. Langkah-langkahpengujian adalah sebagai berikut:

1. HipotesisHo: Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata

penerapan APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang sudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan.

Ha: Ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan12 kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang sudah mengacu APB Opinion No. 16 denganperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan

2. KriteriaPada tingkat signifikan 0,05 dan db:31 dengan

tes dua sisi, nilai t tabel menunjukkan ± 2,040 (db:30 =

2,042 dan db:40 = 2,021). Dengan demikian, kriteriapenerimaan dan penolakan Ho adalah:Ho diterima apabila -2,040 < t hitung < 2,040Ho ditolak apabila t hitung > 2,040 atau t hitung < -2,040

3. PerhitunganBerdasarkan hasil perhitungan pada lampiran

9, diperoleh nilai t sebesar -0,3757

4. KesimpulanOleh karena nilai t hitung di antara -2,040 dan

2,040, yaitu -2,040 < -0,3757 < 2,040, maka Ho diterima.Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 antaraperusahaan yang sudah mengacu APB Opinion No.16 dengan perusahaan yang belum mengacu APBOpinion No. 16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan.

Hasil Temuan IkutanSelain pertanyaan-pertanyaan pokok yang

hasilnya telah dikemukakan di atas, kuesioner inidilengkapi pula dengan beberapa pertanyaan tambahan,yang meliputi frekuensi melakukan penggabunganusaha, sumber dana dan tujuan utama penggabunganusaha, serta apakah ada perbedaan pengertian bentukpenggabungan usaha untuk merger, akuisisi dankonsolidasi.

Berdasarkan tabel 5 yang menyajikan frekuensipenggabungan usaha dari 33 responden, dapatdikemukakan bahwa perusahaan rata-rata melakukanpenggabungan usaha sebanyak 1 kali (67%),sedangkan yang melakukan 2-5 kali sebanyak 7perusahaan (21%) dan lebih dari 5 kali sebanyak 4perusahaan (12%).

Tabel 5Frekuensi Penggabungan Usaha

Frekuensi Jumlah Perusahaan

1 kali 37 (67%)2 - 5 kali 7 (21%)lebih dari 5 kali 4 (12%)Jumlah 33 (100%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Page 39: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

21

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Selanjutnya dari tabel 6 berikut, bisa dilihat darisumber dana yang mereka gunakan melakukanpenggabungan usaha. Sumber dana yang palingbanyak digunakan adalah penerbitan saham dariportepel (right issues) sebanyak 39 perusahaan (75%),berikutnya hasil penjualan convertible bond sebanyak6 perusahaan dan lain-lain (proceed IPO) sebanyak 2perusahaan, sedangkan yang menggunakan kas yangtersedia dan pinjaman bank tidak ada.

Tabel 6Sumber Dana Penggabungan Usaha

Sumber dana JumlahKas yang tersedia -Pinjaman bank -Penerbitan saham dari portepel(right issues) 39 (76%)Hasil penjualan convertible bond 6 (18%)Lain-lain: Proceed IPO 2 (6%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Jawaban responden untuk tujuan utamamelakukan penggabungan usaha banyak yang dijawablebih dari satu jawaban. Ringkasan jawaban respondenbisa dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Berdasarkantabel 8 bisa dilihat bahwa tujuan utama yang banyakdipilih dalam melakukan penggabungan usaha adalahmemperkuat atau memperluas line of business sebanyak20 pemilih (48%) dan efek sinergi sebanyak 16 pemilih(38%).

Tabel 7Tujuan Utama Penggabungan Usaha

Tujuan Utama JumlahEfek Sinergi 16 (38%)Memperkuat/memperluasline of business 20 (48%)Konglomerasi 3 (7%)Lain-lain:kekuatan lebih dalam R&D 4 (9%)Jumlah 42 (100%)

Sumber: Data Primer yang diolah.

Dalam bentuk bisnis sering terjadikesalahpahaman dalam persepsi mengenai akuisisi danmerger. Bagi sementara pihak, kedua istilah ini seringdigunakan secara bergantian dengan maksud yangsama, yakni sebagai suatu bentuk penggabunganusaha. Kenyataan sebenarnya, kedua istilah tersebutmengandung pengertian yang berbeda, bahkan dapatdibedakan pula dengan bentuk kombinasi lainnya, yaitukonsolidasi. Meskipun demikian, suatu akuisisi dapatmengambil bentuk suatu merger atau konsolidasi.Pengertian akuisisi lebih mengacu pada carapelaksanaan ide penggabungan usaha, sedangkanpengertian merger dan konsolidasi mengacu pada idepokok penggabungan usaha. Oleh karena itu,kuesioner ditambahkan dengan pertanyaan setujutidaknya dengan perbedaan antara merger, akuisisi dankonsolidasi. Berdasarkan hasil jawaban respondenmenunjukkan bahwa semua responden menjawab adaperbedaan antara ketiganya.

Berdasarkan hasil jawaban respondenberikutnya diketahui pula, bahwa semua respondenmelakukan penggabungan usaha dalam bentuk akuisisi.Penggabungan usaha yang dilakukan melalui investasisaham sejumlah lebih dari 50% saham, baik perusahaanyang membeli maupun yang dibeli, masih tetapmelanjutkan kegiatan usahanya masing-masing.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di muka, ada beberapa halyang dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Rata-rata penerapan 12 kriteria menurut APB Opin-

ion No. 16 oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan adalah sebesar 67 persendengan standar deviasi sebesar 7 persen. Hal iniberarti rata-rata penerapan 12 kriteria tersebut olehperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan, antara 60 persen sampai dengan 74persen. Dengan demikian, dapat dikemukakanbahwa perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan belum menerapkan ataumemenuhi 12 kriteria menurut APB Opinion No. 16.

2. Rata-rata penerapan 12 kriteria menurut APB Opin-ion No. 16 dari perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan dengan nilai di atas 72persen sebanyak 4 perusahaan (33%), sedangkanuntuk nilai di atas 65 persen sebanyak 8 perusahaan

Page 40: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

22

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

(67%), dan sisanya sebanyak 4 perusahaan (33%)mempunyai nilai kurang dari 65 persen.

3. Secara kuantitatif (dalam jumlah perusahaan),perusahaan yang memilih metode pembelian lebihbanyak daripada perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, dengan perbandingan 21: 12 (64% : 36%).

4. Berdasarkan perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan, rata-rata penerapan dariperusahaan yang belum mengacu APB Opinion No.16 ternyata lebih besar daripada perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16, denganperbandingan 15,5714 : 15,2 (68% : 66%). Hasilanalisis menunjukkan tidak ada perbedaan yangsignifikan rata-rata penerapan 12 kriteria APB Opin-ion No. 16 antara perusahaan yang belum mengacuAPB Opinion No. 16 dengan perusahaan yangsudah mengacu APB Opinion No. 16.

5. Perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan mempunyai rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 yang lebih besardaripada perusahaan yang memilih metodepembelian, dengan perbandingan 15,4167 : 13,9524(67% : 61%). Hasil analisis menunjukkan tidak adaperbedaan yang signifikan rata-rata penerapan 12kriteria APB Opinion No. 16 antara perusahaanyang memilih metode penyatuan kepentingandengan perusahaan yang memilih metodepembelian.

6. Secara kuantitatif (dalam jumlah perusahaan),perusahaan yang memilih metode ekuitas lebihbanyak daripada yang memilih metode hargaperolehan, dengan perbandingan 27 : 6 (82% : 18%).Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan metode bagiinvestasi saham sudah menerapkan atau memenuhiyang dinyatakan di dalam SAK dan APB OpinionNo. 16 bahwa pemilikan saham dalam jumlah cukupbesar dan dapat mengendalikan perusahaan anak,disarankan menggunakan metode ekuitas.Berdasarkan jawaban responden, 25 perusahaan(76%) yang melaksanakan akuisisi menguasaisaham perusahaan lain yang bergabung sebesar90% atau lebih.

7. Berdasarkan 12 kriteria APB Opinion No. 16, kriteriayang dapat dipenuhi sebesar 90% ke atas olehperusahaan yang melaksanakan akuisisi, baik yangmemilih metode penyatuan kepentingan maupun

metode pembelian, adalah kriteria delapan. Adapunkriteria yang dapat dipenuhi sebesar 80% sampaidengan 89% oleh perusahaan yang memilih metodepenyatuan kepentingan adalah kriteria 2, 4 dan 12,sedangkan kriteria yang paling sedikit dipenuhi olehpemilih metode penyatuan kepentingan adalahkriteria 6 (17%) dan oleh pemilih metode pembelianadalah kriteria 2 (19-38%).

8. Semua perusahaan yang melaksanakan akuisisi diIndonesia mengakui bahwa SAK belum mengatursecara tegas dan jelas dalam pemilihan metodeakuntansi untuk penggabungan usaha.

9. Hasil temuan ikutan yang diperoleh, meliputi:a. Perusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-

nesia kebanyakan melakukan penggabunganusaha sebanyak 1 kali (22 perusahaan = 67%),sedangkan yang melakukan penggabunganusaha antara 2 - 5 kali sebanyak 7 perusahaan(21%) dan lebih dari 5 kali sebanyak 4perusahaan (12%).

b. Sumber dana yang digunakan untuk melakukanpenggabungan usaha oleh perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia denganurutan sebagai berikut: 25 perusahaan (76%)berasal dari penerbitan saham dari portepel(right issues), 6 perusahaan (18%) berasal darihasil penjualan convertible bond, dan 2perusahaan (6%) berasal dari proceed IPO.

c. Tujuan utama dari perusahaan yangmelaksanakan akuisisi di Indonesia untukmelakukan penggabungan usaha denganurutan sebagai berikut: (1) memperkuat/memperluas line of business (48%), (2) efeksinergi (38%), (3) kekuatan lebih dalam R & D(9%) dan konglomerasi (7%).

d. Responden dari perusahaan yang melaksana-kan akuisisi di Indonesia mengetahui perbedaanantara merger, akuisisi, dan konsolidasi secarabaik.

Berdasarkan simpulan dan pembahasan di muka,dapat disarankan hal-hal berikut ini:1. Agar IAI atau instansi terkait dapat memberikan

pertimbangan yang lengkap dalam membuat aturanatau standar akuntansi penggabungan usaha, makadisarankan perlu penelitian lebih lanjut tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Page 41: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

23

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

penyatuan kepentingan dan metode pembelian olehperusahaan yang melaksanakan akuisisi di Indo-nesia, dan kecenderungan perusahaan yangmelaksanakan akuisisi dalam memilih metodeakuntansi penggabungan usaha.

2. Agar IAI atau pihak yang terkait dapat menetapkanstandar akuntansi penggabungan usaha yangmemadai, dan dengan memperhatikan hanya 67%dari 12 kriteria yang bisa dipenuhi oleh perusahaanyang melakukan akuisisi, maka disarankan agarmetode akuntansi yang ditetapkan denganmelakukan dua alternatif, yaitu (1) IAI tidakmemperkenankan menggunakan metode penyatuankepentingan, dan (2) IAI tetap memperkenankanmenggunakan metode penyatuan kepentingandengan membuatkan standar penerapan minimal.

3. Dalam hal ditemukan kasus perusahaan memilihmetode penyatuan kepentingan untuk mencatatpenggabungan usahanya, dan alternatif keduadigunakan, maka IAI bisa menetapkan standar mini-mal, dengan cara: (a) dengan mengecualikanpenerapan dari 12 kriteria tersebut yang palingsedikit dipenuhi, yaitu kriteria sepuluh dan kriteriaenam, atau (b) dengan standar penerapankeseluruhan, yaitu sebesar 70%.

4. Bagi perusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan untuk mencatat penggabunganusahanya, IAI bisa memberikan ketentuanpenerapan 12 kriteria APB Opinion No. 16 secarabertahap, dengan cara sebagai berikut:(a) periode tahun 1994 sampai dengan tahun 1996

harus menerapkan kriteria 1 sampai dengan 4;(b) periode tahun 1997 sampai dengan tahun 1999

harus menerapkan kriteria 5 sampai dengan 8;dan

(c) periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2003harus menerapkan kriteria 9 sampai dengan 10;dan

(d) periode berikutnya harus menerapkan kriteria11 sampai dengan 12.

Dengan demikian, 12 kriteria secara keseluruhanharus dipenuhi dan merupakan aturan yang tetap bagiperusahaan yang memilih metode penyatuankepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Principles Board, “Opinion Of The Ac-counting Principles Board No. 16, BusinessCombination”, AICPA, New York, 1970.

Anonim, “Unsur-unsur Dalam Merjer Dan AkuisisiDi Indonesia”, Manajemen Dan Usahawan In-donesia No. 3 Tahun XXI, Maret 1992.

Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition,Prentice Hall International, Inc., New Jersey,1996.

Beaver, W.H., “The Information Content of AnnualEarning Announcements”, Empirical Researchin Accounting : Selected Studies, Supplementto Journal of Accounting Research, 1968.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar AkuntansiKeuangan, “Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan No. 22, Akuntansi PenggabunganUsaha”, Jakarta: Salemba Empat, 1996.

Marzuki Usman, “Profesi Akuntan Dalam Bidang PasarModal”, Seminar Pasar Modal Pada KongresVI Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 1990.

Saifuddin Azwar, “Reliabilitas” Dalam PenataranMetodologi Penelitian Sosial. Fakultas PsikologiUGM, Yogyakarta, 26 Juni-7 Juli 1999.

Zaki Baridwan, “Peranan Penelitian DalamPengembangan Profesi dan Disiplin AkuntansiMemasuki Abad 21”, Konvensi NasionalAkuntansi, Yogyakarta, 2002.

Page 42: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

24

Jam STIE YKPN - Deden Iwan Kusuma Studi empiris pemilihan ......

Page 43: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

25

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

PERANCANGAN MODEL SALES FORCE AUTOMATION (SFA)DALAM RANGKA MENUNJANG

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM)STUDI KASUS PADA PT POS INDONESIA (Persero)

Akhmad Yunani *

* Akhmad Yunani adalah staf Pengajar Politeknik Pos Indonesia.

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 25-40

ABSTRACT

Representing a strategy to retain customer, CustomerRelationship Management (CRM) is started by devel-oping knowledge about customer. Sales and marketingdepartment hold an important role in applying CRM.Sales and marketing process can be constructivelyconducted using Sales Force Automation (SFA). SFAis designed to assist sales force in attracting and re-taining customer, lessening administration time, em-ploying account management, and the most important,delivering advantage to sales activity.

PT Pos Indonesia (hereinafter will be referredas PT POS) proposed CRM implementation in the An-nual Plan of 2004. The main problem of CRM imple-mentation in this company is that there is no adequatemodel to manage customer database as base of theimplementation.

The objective of this paper is to identify dataflow and design Sales Force Automation (SFA) modeland application to support the implementation of CRMin PT POS. The proposed SFA model and applicationcan be adopted as a standard model to manage cus-tomer. This model is able to identify valuable customerof PT POS and integrate data, which is needed to de-velop knowledge about customer. Therefore, it is bet-ter for PT POS to implement SFA in getting better re-source exploiting, and as base of CRM implementa-

tion. PT POS is also required to formulate integratedCRM program involving Marketing, SFA, and CustomerService. It is also recommended to PT POS to improveaccount officer status become the sales representativein charge to sales performance of its representativeoffices.Keywords: Customer Relationship Management, Cus-tomer Database, Management Information System,Sales Force Automation.

PENDAHULUAN

Sudah menjadi sebuah hukum alam, bahwa suatuindustri yang memiliki cakupan pasar yang sangat besaratau produk yang sangat diminati akan dimasuki olehbanyak perusahaan dengan tujuan menjadi pemimpinpasar dalam industri tersebut. Industri jasa titipan (didalamnya termasuk perusahaan jasa kurir, express de-livery, dan logistik) merupakan salah satu bisnis yangtidak akan pernah kehilangan pemain, bahkan terusbertumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Bisnis jasa pengiriman yang dilakukan oleh parapemain di industri jasa titipan memang sangatprospektif karena cakupannya yang sangat luas, tidakterbatas pada komoditas tertentu saja. Demikian jugakonsumennya, mulai dari konsumen ritel seperti pelajardan ibu rumah tangga sampai konsumen besar sepertilembaga pendidikan, perbankan, agribisnis, asuransi,

Page 44: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

26

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

telekomunikasi bahkan perusahaan pertambangan.Menurut catatan Universal Postal Union (UPU,Organisasi Pos Dunia), angka pertumbuhan volumesurat tahun 1995 sampai tahun 2000 di Asia Pasifik rata-rata sebesar 1,4 %, sedangkan pertumbuhan antaratahun 2000 sampai tahun 2005 diperkirakan sebesar 4,1% (UPU, 2003).

PT POS, sebuah perusahaan jasa titipan di In-donesia berada pada kondisi persaingan yang sangatketat. Persaingan ini timbul salah satunya disebabkankarena sifat bisnis itu sendiri, khususnya jasa kurir,yang barrier to entry-nya rendah. Hal ini bisa dilihatsecara nyata dengan tumbuh pesatnya perusahaan jasakurir dengan berbagai skala. Dalam beberapa tahunterakhir, pangsa pasar PT POS cenderung mengalamipenurunan. PT POS sendiri menengarai bahwa semakinmenurunnya pangsa pasar yang diraih –rata-ratapenurunan pangsa pasar sebesar 20,89% dalam kurunwaktu dua tahun, 2001 dan 2002– sebagai akibat mutuproduk dan pentarifan yang kurang sesuai denganharapan pelanggan, sementara industri jasa titipan itusendiri mengalami pertumbuhan yang baik, yaitu sekitar30 % per tahun (PT POS, 2003). Demikian jugapertumbuhan pangsa pasar logistik (pengirimanbarang), baik domestik maupun internasional, yangpangsa pasar totalnya selama empat tahun (1997 – 2000)rata-rata hanya 4,06%, mengalami penurunan dalamkurun waktu tahun 1997 sampai dengan tahun 2000rata-rata sebesar 0,25%. Indikasi pertumbuhan bisnisini juga dapat dilihat dari jumlah perusahaan penyedialayanan jasa kurir dan ekspres serta logistik yangumbuh rata-rata 2% per tahun selama 1998 – 2000(Hidayat, 2002). Tingkat pertumbuhan negatif danpenurunan pangsa pasar tersebut bisa disebabkan olehberbagai macam faktor seperti kualitas layanan yangburuk, harga yang tidak kompetitif, semakin banyaknyapesaing langsung maupun substitutif. Oleh karena itu,berbagai upaya perlu dilakukan oleh PT POS dalamrangka mempertahankan pangsa pasarnya agar tidakterus menerus menurun.

Salah satu upaya upaya yang bisa dilakukanuntuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya adalahdengan mempertahankan pelanggannya. Ini bisadilakukan apabila PT POS dapat memperbaiki hubungandengan pelanggannya. Alasan untuk mempertahankanpelanggan dalam perusahaan juga mengandung artibahwa biaya yang dikeluarkan untuk menarik

pelanggan baru jauh lebih besar dibandingkan denganmempertahankan pelanggan yang ada. Menurut Kotler(1997), biaya untuk menarik pelanggan baru sekitar limakali biaya untuk menjaga agar pelanggan yang ada tetapmerasa puas dan menjadi retensi. Oleh karena itu, PTPOS sudah selayaknya memahami dan membangunhubungan komersial dengan pelanggannya dalamupaya mempertahankan pelanggan tersebut.

PERMASALAHAN

Salah satu program yang telah dirumuskan oleh PTPOS dalam rangka mempertahankan pelanggan adalahCustomer Relationship Management (CRM). Ada duaelemen fungsional dalam konsep CRM. Fungsi-fungsitersebut berkaitan langsung dengan pelanggan, yaitufungsi penjualan dan pemasaran, dan fungsi layananpelanggan. Fungsi utama dari kedua elemen tersebutadalah melakukan proses komunikasi denganpelanggan, dan pemenuhan keinginan pelanggan.

Siklus suatu bisnis dimulai dengan pemasaran,dan akan berujung pada proses penjualan. Tim penjualdalam hal ini bertugas untuk menutup deal denganpelanggan. Oleh karena itu, bagian penjualan danpemasaran memegang peran sangat vital dalampenerapan CRM. Proses pemasaran dan penjualandapat dilakukan dengan bantuan model Sales ForceAutomation (SFA). Masalah utama dalam implementasiCRM pada PT POS adalah belum adanya modelpengelolaan data pelanggan sebagai dasar dalamimplementasi tersebut. Lebih mendasar lagi adalahmasalah berkaitan dengan informasi pelanggan, antaralain:1. Belum adanya standarisasi identifikasi pelanggan

sehingga tidak ada kesamaan pandangan terhadappelanggan. Dalam beberapa kasus, kontribusibeberapa pelanggan yang sudah dapat diraihternyata tidak sesuai dengan pengorbanan kantorcabang untuk meraih pelangan tersebut, dari mulaimemprospek sampai terjadi transaksi.

2. Beragamnya model pengelolaan data pelanggandan format database yang tidak terstandarisasi.Setiap kantor cabang memiliki cara yang berbedauntuk mengelola data pelanggan sehingga apabiladilakukan konsolidasi wilayah membutuhkan waktudan sumber daya yang besar, di samping akurasidata juga rendah.

Page 45: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

27

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

3. Tidak adanya manajemen teritorial (territory man-agement) yang memungkinkan setiap kantorcabang memiliki area penjualan tersendiri sehinggaantar tenaga penjual (sales force) tidak salingberebut pelanggan. Dalam praktik sering terjadiadanya grey area yang menjadi rebutan antarkantorcabang karena masing-masing mengejar kinerjapenjualan yang tinggi, sementara pasar terbatas.Hal ini sering terjadi terutama untuk daerah-daerahyang di dalamnya terdapat kawasan industri ataukawasan bisnis.

4. Integrasi data antarproses dilakukan secara manualsehingga sulit untuk mengelolanya. Data penjualanyang ada belum bisa dijadikan informasi untukpengambilan keputusan manajerial, seperti insentiftenaga penjual dan skim-skim pembinaanpelanggan.

Berdasarkan uraian di atas, secara umum model SFA inidiajukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yangberkaitan dengan pengelolaan data pelanggan sebagaiberikut:1. Bagaimana merancang sebuah model penanganan

data pelanggan bagi tenaga penjual sehingga datapelanggan yang terkumpul dalam proses penjualantersebut bisa digunakan sebagai basis dalam pro-gram-program CRM terintegrasi nantinya.

2. Bagaimana merancang aplikasi model yangdibangun tersebut sehingga memudahkan prosespengelolaan data pelanggan pada tingkat wilayah,kantor cabang, dan tenaga penjual.

TINJAUAN PUSTAKA

Upaya Mempertahankan PelangganKesetiaan pelanggan merupakan faktor yang sangatpenting bagi perusahaan. Banyak perusahaanmenempatkan isu hubungan pelanggan (customer re-lationship) sebagai salah program dalam penyusunanstrateginya. Pengelolaan hubungan pelanggan (cus-tomer relationship management) yang akhir-akhir inibanyak dipraktikkan perusahaan didasarkan padapremis bahwa biaya untuk mempertahankan pelangganyang ada jauh lebih murah daripada untuk meraihpelanggan baru (Swift, 2001). Dalam jangka panjang,pelanggan yang setia akan jauh lebih menguntungkanbagi perusahaan.

Pelanggan yang setia merupakan konsumen

yang sudah menggunakan produk dan setia terhadapproduk tersebut. Griffin (1997) menyatakan bahwaloyalitas terkait dengan dua kondisi penting, yaitu cus-tomer retention (pelanggan yang bisa dipertahankan)dan total share of customer. Customer retentionmenunjukkan kelanggengan hubungan antaraperusahaan dengan pelanggan. Retained customersering diartikan sebagai loyal customer. Padahal,pelanggan yang bertahan belum tentu pelanggan setia(loyal customer). Pelanggan yang bertahan bisa sajasuatu saat membeli produk atau jasa pelengkap kepadaperusahaan pesaing, disamping tetap melakukanpembelian produk yang sama dengan merk perusahaan.Share of customer menunjukkan persentase anggaranpengeluaran pelanggan untuk mengkonsumsi produktertentu yang dibelanjakan kepada perusahaan.Ada dua upaya yang bisa dilakukan untukmempertahankan pelanggan (Kotler, 1997). Pertama,adalah dengan memperkokoh hambatan berpindah bagipelanggan. Pelanggan tidak akan berpindah ke produklain jika kepindahan tersebut menimbulkan biayapencarian yang besar atau kehilangan kesempatanmendapatkan diskon misalnya. Namun perlu disadaribahwa upaya ini sangat mudah dilakukan oleh setiapperusahaan. Pelanggan baru umumnya tertarik denganpotongan harga atau insentif-insentif lain, sehinggasangat mudah baginya untuk beralih kepadaperusahaan atau pesaing yang dapat menawarkaninsentfi yang lebih baik (Swift, 2001).

Relationship Marketing: Kunci untukMempertahankan PelangganPada masa lalu, perusahaan beranggapan bahwa produkmereka lebih unggul dibanding pesaing sehinggapelanggan akan selalu menjadikannya sebagai pilihan.Keunggulan bisa dibangun melalui efisiensi biaya untukmenekan harga dan peningkatan kualitas produk.Namun anggapan ini kini tidak lagi berlaku. Dalamperubahan lingkungan yang dinamis, efisiensi biayauntuk menekan harga dan peningkatan kualitas untukmemenangkan persaingan saja tidaklah cukup. Denganperkembangan teknologi, efisiensi biaya danpeningkatan kualitas dapat dengan mudah dilakukanoleh setiap perusahaan. Saat ini pelanggan telahsemakin berani dan agresif dalam menuntut kualitasyang unggul suatu produk dan juga layanan yangresponsif.

Page 46: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

28

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

Menurut Brown tuntutan ini hanya bisadipenuhi melalui pengelolaan hubungan pelanggan(customer relationship management—CRM).Kesetiaan pelanggan terjadi jika pelanggan menjadipemberi saran (advocate) bagi perusahaan meski tanpainsentif. Kunci sukses perusahaan adalah jikaperusahaan fokus pada keinginan pelanggan,memberikan produk (barang ataupun jasa) yang dapatmemenuhi keinginan tersebut, dan kemudian mengelolahubungan dengan pelanggan untuk menjamin adanyakepuasan dan pembelian ulang oleh pelanggan (Brown,2000).

Seluruh bisnis dilakukan didasarkan pada rela-tionship. Perusahaan harus berupaya agar hubunganyang terbangun menjadi nyata dan bermakna bagipelanggannya, serta menunjukkan bahwa pelangganbenar-benar menginginkan hubungan tersebut.Hubungan dengan pelanggan akan terbangunmanakala pelanggan menganggap adanya pola pikiryang saling menguntungkan antara pelanggan denganpemasok atau service provider (Grönroos, 2000). Polapikir yang saling menguntungkan mengandung artiadanya saling komitmen antara perusahaan (pemasok)dengan pelanggan. Perusahaan harus memahamipelanggan dan selalu menunjukkan pemahaman inidengan aksi nyata.

Tujuan utama relationship marketing adalahmembangun dan memelihara basis pelanggan yangmemiliki komitmen dan memberikan keuntungan bagiperusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,perusahaan akan fokus pada upaya menarik,mempertahankan, dan meningkatkan hubungan denganpelanggan (Zeithaml, 2000). Proses untuk membangunhubungan dengan pelanggan dimulai dari mencaripelanggan sampai menjaga agar pelanggan setia (Grif-fin, 1997). Proses ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar tersebut menjelaskan bahwa prosesmembangun hubungan pelanggan dimulai denganmelakukan penaksiran bahwa seseorang mungkinmemiliki peluang untuk membeli produk (barang ataujasa) yang ditawarkan perusahaan. Kegiatan suspectyang relatif sulit ini dilakukan untuk menjaring prospek,orang yang memiliki potensi keinginan dan daya beliterhadap produk tersebut. Prospek yang tidakmemenuhi kriteria pelanggan atau kurangmenguntungkan bagi perusahaan (disqualified pros-pects) diabaikan. Sedangkan prospek yang memenuhipersyaratan pelanggan (qualified prospects)diupayakan untuk dijadikan pelanggan awal (first-timecustomer). Setelah menjadi pelanggan awal makaperusahaan harus menciptakan kepuasan bagipelanggan tersebut sehingga pelanggan akan

Prospects

Qualified

Disqualified

First-timecustomers

Repeatcustomers Clients Advocates Partners

Inactive or ex-customers

Gambar 1Proses Pengembangan Pelanggan

Sumber: Griffin (1997)

Page 47: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

29

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

melakukan pembelian ulang (repeat buying) padaperusahaan.

Pelanggan awal maupun pelanggan yang telahmelakukan pembelian ulang masih dimungkinkan untukmembeli produk serupa dari pesaing. Oleh karena itu,perusahaan harus berupaya agar pelanggan yang telahmelakukan pembelian ulang tersebut menjadi klien.Klien adalah orang yang membeli produk tertentubeserta segala kategori produk yang relevan hanyakepada satu perusahaan. Proses berikutnya adalahmerubah klien menjadi advokat, yaitu orang yangmengagumi perusahaan dan mendorong orang lainuntuk membeli produk serupa kepada perusahaan yangsama. Proses terakhir adalah merubah pelangganadvokat menjadi partner, yaitu pelanggan yangbersedia bekerja sama secara aktif dengan perusahaan.

Customer Relationship Management (CRM)Dalam kondisi lingkungan dan persaingan yang sangatdinamis, persaingan tidak lagi hanya menitikberatkanpada upaya untuk merebut pelanggan, namun juga padaupaya bagaimana membangun dan mempertahankanhubungan yang saling menguntungkan denganpelanggan. Penggunaan informasi dan data historisuntuk memahami pola, perilaku, dan karakteristikpembelian sangat penting untuk membangunhubungan dengan pelanggan.

CRM telah dikenal luas sebagai strategi bisnisyang dirumuskan untuk memahami, mengelola, danmempertahankan hubungan pelanggan secara efektifdengan menggunakan kemajuan teknologi informasidan komunikasi (Tie, 2003). Strategi relationship mar-keting merubah fungsi pemasaran dari fungsi transaksimenjadi fungsi hubungan untuk meningkatkan nilaibagi pelanggan. Dengan demikian maka keunggulankompetitif terhadap pesaing yang masih mengandalkanstrategi lama tidak dapat dipertahankan lagi. MenurutGrönroos (2000), elemen-elemen taktis strategi rela-tionship terdiri dari tiga, yaitu:

1. Untuk membangun hubungan langsung denganpelanggan dan mitra bisnis yang lain.

2. Untuk membangun database yang menampunginformasi-informasi penting tentang pelanggan danlainnya.

3. Untuk mengembangkan sistem layanan yangberorientasi pelanggan.

CRM itu sendiri mencakup tiga fase. Setiap fase memilikidampak berbeda terhadap hubungan pelanggan,namun semuanya akan menambah kedekatan antaraperusahaan dengan pelanggan. ketiga fase dalam CRMtersebut adalah (Kalakota, 1999):1. Akuisisi pelanggan baru. Penarikan pelanggan

baru dilakukan melalui promosi dan kepemimpinanproduk (barang atau jasa). Kepada pelangganditawarkan keunggulan produk yang didukung olehkeunggulan layanan. Tujuan utama dari akusisipelanggan adalah membangun basis yang kuat bagipelanggan yang setia kepada produk atau jasa yangditawarkan oleh organisasi. Memulai hal barumerupakan pengalaman yang penting bagipelanggan. Tidak ada fase kedua dan ketiga apabilafase pertama dalam mengakuisisi pelanggan ini telahgagal dan tidak dapat memberikan basis yang kuatdalam pikiran pelanggan.

2. Meningkatkan profitabilitas pelanggan yang ada.Hubungan dengan pelanggan akan semakin dekatjika perusahaan mampu meningkatkan cross-sell-ing dan up-selling. Kepada pelanggan ditawarkankemudahan dengan biaya rendah (one-stop shop-ping). Tujuan utama fase ini adalah memberikanlayanan yang bersifat one stop service untuk semuahal yang berhubungan dengan pelanggan:informasi produk, keluhan pelanggan, maupunpenjualan produk atau jasa lain, selain produk yangtelah dimiliki oleh pelanggan. Fase kedua inimerupakan tindak lanjut bagi fase pertama. Fase iniakan meningkatkan pendapatan perusahaan denganmengurangi biaya akuisisi pelanggan baru.

3. Mempertahankan pelanggan yangmenguntungkan. Retensi difokuskan kepadaadaptabilitas layanan, yaitu memberikan layananbukan berdasarkan pada kebutuhan pasar tetapipada kebutuhan pelanggan. Perusahaan secaraproaktif membina hubungan dengan pelanggan.

Sales Force Automation (SFA)Tenaga penjual (sales people) mempunyai beragam carauntuk mencatat informasi pelanggan danmengkomunikasikannya ke kantor induknya (Dych,2002). Dengan semakin banyaknya informasi yangharus ditangani, tenaga penjual memerlukan alat untukmengelola catatan pelanggan, penelusuran peluang,membangun dan memonitor status penjualan, dan

Page 48: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

30

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

mengorganisir daftar kontak secara lebih baik.Penjualan yang efektif membutuhkan

kemampuan mengintegrasikan, otomasi, dan mengelolainteraksi pejualan seluruh perusahaan, dan jugapenempatan order yang berorientasi pelanggan.Aplikasi otomasi penjualan mengalami perkembangandari waktu ke waktu. Perkembangan ini ditandai denganberubahnya karakteristik aplikasi. Dengan otomasikegiatan-kegiatan penjualan, perusahaan dapatmelakukan peramalan, penelusuran pesanan, analisistren penjualan dan persaingan, mengelola prosespenjualan, dan berkomunikasi antara tenaga-tenaga dilapangan maupun di kantor. Layanan ini, yang seringdikenal dengan otomasi penjualan, menggunakanteknologi berbasis internet untuk mengurangi pekerjaanadministratif dan meningkatkan produktifitas tenagapenjual.

SFA merupakan suatu aplikasi yang membantumeningkatkan produktivitas tenaga penjual,mendokumentasikan dan mengkomunikasikan aktivitaslapangan. SFA difokuskan pada pengembanganhubungan pelanggan dan peningkatan kepuasanpelanggan (Dych, 2002). SFA dirancang untukmembantu tenaga penjual menarik danmempertahankan pelanggan, mengurangi waktuadministrasi, memperkuat account management, danyang paling mendasar mendorong agar seluruh kegiatanpenjual dapat mendatangkan keuntungan (Greenberg,2001). Aplikasi SFA pada awalnya digunakan untukmengatur proses penjualan secara keseluruhan dengancara mengelola informasi pada setiap tingkat yaitu darilead generation sampai ke contract closing. Saat inisoftware-software aplikasi SFA difokuskan pada upayauntuk meningkatkan produktivitas administratif tenagapenjual dengan mengotomasi fungsi-fungsi seperticontact management, opportunity management, fore-cast penjualan, atau pelacakan komisi penjualan(Kalakota, 1999).

Fungsi-Fungsi dalam Aplikasi SFAPada dasarnya semua aplikasi SFA, terlepas darisiapapun yang mengembangkan, memiliki fitur dasaryang sama. Fungsi-fungsi dalam SFA tercermin dalamfitur-fitur dasar dalam aplikasi yang dirancang. Adapunfitur dasar aplikasi SFA adalah (Greenber, 2001 danDych, 2001):

1. Contact Management. Merupakan perangkat dasardalam penjualan. Contact management mencakupdata-data: nama, alamat, nomor telepon, namaperusahaan, gelar atau sebutan, informasi personaldan bisnis, kegiatan individual yang berkaitan,keterangan tambahan mengenai individu, dantingkat dalam pengambilan keputusan.

2. Account Management. Fitur ini memungkinkantenaga penjual atau manajer penjualan menanganiaccount korporat secara individu. Setiap accountmemiliki keterkaitan dengan informasi lain, disamping nama dan alamat perusahaan, termasukkontak yang dilakukan dan peluang bisnis yangmungkin didapat. Fitur ini juga menggambarkanprofil pelanggan dan data potensi yang dirancanguntuk dapat digunakan oleh departemen penjualanyang memiliki account manager atau yangmenginginkan informasi korporat.

3. Opportunity Management. Sering dipandangsebagai modul SFA yang paling penting. Termasukdalam fitur ini adalah uraian peluang secara spesifikdan data perusahaannya, tenaga penjual atau timyang menangani, pembagian kerja tim, potensikeberhasilan setiap peluang, hasil akhir dari peluangtersebut, tahapan proses penjualan, dan perkiraanwaktu keberhasilan memanfaatkan peluangtersebut.

4. Lead Management. Fitur ini dapat disebut sebagaiturunan (subset) dari opportunity management.Pelanggan yang memiliki kriteria (lead) yangmemenuhi syarat akan menjadi peluang bagiperusahaan. Paket aplikasi yang memiliki fitur leadmanagement tajam dapat membantu tenaga penjualuntuk menyusun kriteria dari berbagai sumber,menggunakan kriteria yang dibangun melaluiproses penjualan, memperkirakan potensi kriteriayang bisa diwujudkan menjadi peluang.

5. Pipeline Management. Setiap perusahaan memilikikriteria masing-masing untuk merumuskan prosespenjualan. Namun demikian, awal dan akhir prosestersebut cenderung sudah terbakukan. Prosestersebut umumnya terdiri dari: prospecting, poten-tial lead, qualification, opportunity, building vi-sion, short list, negotiation, dan closed; win orlost.

6. Sales Forecasting. Salah satu bagian dari pipelinemanagement adalah peramalan berdasar angka

Page 49: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

31

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

penjualan dan pengelolaan aktivitas penjualan dariperamalan tersebut. Kebanyakan program SFAmemiliki alat peramalan yang mencukupi, biasanyasemacam paket spreadsheet canggih sebagai ba-sis programnya. Namun demikian, peramalan itusendiri masih merupakan hasil dugaan, terlepas dariberapapun algoritma yang digunakan dalam pro-gram peramalan.

7. Quotations and Orders. Paket SFA yang baikmemiliki perangkat untuk penghitungan penawarandan order. Fitur ini perlu didukung dengan katalogproduk. Seluruh fitur produk, termasuk layanan dankombinasi antara produk dan layanan, nomoridentifikasi berikut harganya, masa berlaku harga,diskon khusus, volume diskon, waktu diskon, dansebagainya harus tercakup dalam katalog tersebut.

PEMBAHASAN

Data dan Sampel yang DigunakanSesuai dengan tujuan dan kerangka pengembanganmodel yang dibangun, data-data yang diperlukan terdiridari data tentang proses penjualan yang ada selamaini, pengelolaan data pelanggan, struktur organisasiterkait dengan aktifitas penjualan, data pelangganbisnis, dan juga teknologi yang mungkin dapatdigunakan untuk perancangan SFA dalam prosespenjualan yang potensial untuk meningkatkan efisiensikerja dan mempersingkat setiap pekerjaan penjualan diPT POS.

Mengingat prosedur kerja pengelolaan datapelanggan yang bersifat baku dan berlaku di setiapunit kerja di lingkungan PT POS, maka sampel untukpengembangan model diambil dengan metode klasterberdasarkan kriteria kontribusi penjualan (pendapatan)produk yang diteliti terhadap kinerja pendapatan PTPOS secara keseluruhan. Pemilihan tersebut dilakukansecara bertingkat, yakni kinerja penjualan wilayah,kemudian dari wilayah yang memiliki kinerja tertinggidiambil sampel beberapa kantor cabang yangmenyumbangkan kinerja penjualan tertinggi terhadapkinerja wilayah.

Kinerja penjualan yang dijadikan acuan dalampengambilan sampel kantor cabang yang akan dijadikanmodel adalah untuk jenis pelanggan industri, karenasesuai dengan karakteristik produk PT POS makarancangan SFA ini sesuai hanya untuk pelanggan-

pelanggan industri. Oleh karena itu, ketersediaan datapenjualan untuk jenis-jenis pelanggan tersebut jugasangat menentukan dalam pengambilan sampeltersebut. Berdasarkan 11 wilayah yang dimiliki PT POS,Wilayah IV Jabotabek (selanjutnya disingkat WilposIV, membawahi area kerja DKI Jakarta, Bogor, Tangerang,dan Bekasi) menempati urutan pertama kontribusipenjualan terhadap kinerja total perusahaan. Dengandemikian, Wilpos IV yang memiliki sekitar 16 kantorcabang, ditetapkan sebagai sampel tingkat wilayah.Berrdasarkan ke-16 kantor cabang tersebut hanya ada9 kantor cabang yang memiliki kontribusi terhadapkinerja wilayah rata-rata selama tiga tahun (2001–2003)minimal 5%. Dengan demikian, ke-9 kantor cabangtersebut dijadikan sampel pengembangan model dandiberi notasi sesuai dengan nama singkatan kantortersebut (misal Jakarta Pusat dinotasikan jkp, JakartaTimur dinotasikan jat, dan sebagainya).

Organisasi dan Aktifitas Penjualan Saat IniUnit kerja yang mengelola aktivitas penjualan untukpelanggan besar atau sering disebut golden customerdibentuk baik di tingkat wilayah maupun kantor cabang.Pada tingkat wilayah, pengelolaan ini menjadi tanggungjawab Bagian Pengembangan Bisnis, sedangkan disetiap kantor cabang menjadi tanggung jawab BagianPemasaran. Aktivitas penjualan baik pada tingkatwilayah maupun kantor cabang dilakukan oleh suatutim yang disebut sebagai wiraniaga (account officer, diPT Pos disebut Penata Layanan Pos, selanjutnyadisingkat PLP).

Perebutan calon pelanggan antarkantor cabangsangat mungkin terjadi di sebuah wilayah mengingatkondisi geografis setiap kantor cabang dan lokasipelanggan yang unik. Contoh untuk pelanggan-pelanggan seperti Citibank (memiliki kantor di wilayahkantor cabang jkp dan jks), Bank Danamon (memilikikantor di wilayah kantor cabang jkp dan jktm), BankBNI (memiliki kantor di wilayah kantor cabang jktmdan jktf), dan juga PT Telkom (memiliki kantor di seluruharea kerja kantor cabang PT POS). Setiap pelanggan inibisa berhubungan dengan kantor cabang-kantorcabang yang berlainan dalam satu sehingga dealingdapat dilakukan antara satu pelanggan dengan beberapakantor cabang. Ini merupakan sebuah kelemahan tidakadanya manajemen teritorial yang mengatur pembagianwilayah pasar antarkantor cabang. Alur proses

Page 50: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

32

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

penjualan itu sendiri dapat digambarkan sebagaimanadilihat pada gambar berikut:

Gambar 2Alur Proses Penjualan oleh PLP Kantor Cabang

Pelaporan dan Arus InformasiPelaporan wajib dilakukan oleh PLP kantor cabangmelalui Manajer Pemasaran baik kepada kepala kantorcabang maupun Manajer Pengembangan Bisnis tingkatwilayah. Pelaporan ini dilakukan dalam rangkamemantau kinerja pemasaran kantor cabang, potensipasar yang masih ada, fluktuasi pengiriman pelangganbeserta kontinuitas pembayarannya, dan dalam rangkamasukan dalam tahapan identifikasi calon pelangganpada putaran penjualan selanjutnya. Laporan inidikirimkan setiap akhir bulan, memuat identitaspelanggan, contact person, PLP penanggung jawab,jenis kiriman (jumlah dan nilai), jumlah tagihandiselesaikan beserta tanggal penyelesaian, dan sisapiutang. Data tersebut akan memandu pola pembinaanseperti apa yang akan diperlakukan kepada setiappelanggan, yang digunakan oleh PLP itu sendiri,Manajer Pemasaran kantor cabang, kepala kantorcabang, dan Manajer Pengembangan Bisnis wilayah.Laporan tersebut juga digunakan oleh BagianKeuangan kantor cabang untuk mengetahui arus kasdan perputaran piutang pelanggan industri.

Jika digambarkan sebagai sebuah sistem, arusinformasi dalam sistem penjualan dapat digambarkandalam diagram konteks sebagai berikut:

I d e n t if ik a s i c a lo np e la n g g a n

C a l o n b e ra d ad i a r e a k e rj a ?

H u b u n g i c o n ta c t p e r s o nc a lo n p e la n g g a n

V o l. t r a n s a k s i> v o l. la y a k ?

N e g o s ia s i:- t in g k a t l a y a n a n

- h a r g a- d is k o n

- c a ra p e m b a y a ra n- f i t u r k h u s u s

K e s e p a k a t a nd i c a p a i ?

K o n s u lt a s ik a nd e n g a n A O re g io n

Y

N

Y

N

N

D a t a b a s ep e la n g g a n

B u a t P K S

Y

S u s p e c t

K u o ta s i p r o d u ko le h p e la n g g a n

R e ta in p e l a n g g a n

D a ta b a s ep ro s p e k

Gambar 3Diagram Konteks Sistem Penjualan Saat Ini

Kont rak p elan gg an kan tor cabang

Nilai transaksi dan tagihan

Ta gih an p iu tang

Vo lume t ransa ksi seluruh ka ntor cabang

Volume t ransaksi pelan ggan

Order pengiriman

Kont rak p elan gg an regional

0

Sistem pe njualan

Acco un t Off icer

Ke pa la kantor caba ng

Manaje r Bang_Bisnis

re gional

Bagian Keuangan Ktr Caban g

Page 51: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

33

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

Berdasarkan gambar tersebut dapat diidentifikasi in-put dan output untuk setiap entitas sebagai berikut:

harus mengirimkan laporan data penjualanpelanggan besar, lengkap dengan statusnya,

Tabel 1Identifikasi Input – Output Setiap Entitas Dalam Sistem Penjualan Existing

Entitas luar Input OutputAccount Officer (PLP) Order pengiriman Nilai transaksi d an tagihan kepada pelanggan.Kepala kantor cabang - Volume transaksi pelanggan kantor cabangManajer Bang. Bisnis wilayah - Volume transaksi pelanggan WilayahBagian Keuangan kantor cabang - Status piutang kepada pelanggan

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sumberarus data utama adalah PLP yang memberikan masukankedalam sistem berupa permintaan pengirimandokumen oleh pelanggan. Sistem akan mengolah datapermintaan tersebut sehingga menjadi output yangakan digunakan sebagai informasi oleh entitas luar yanglain. Kepala kantor cabang memperoleh informasitentang volume transaksi yang dilakukan olehpelanggan besar dalam wilayah kerjanya. ManajerPengembangan Bisnis wilayah memperoleh informasitentang volume transaksi yang dilakukan olehpelanggan besar dari seluruh kantor cabang,sedangkan Bagian Keuangan kantor cabangmemperoleh informasi jumlah tagihan yang sudah danharus dilunasi oleh pelanggan. Sementara itu, PLP jugaakan dapat melihat berapa volume transaksi yangdilakukannya dengan pelanggannya.

Kelemahan Sistem Saat IniMeskipun pengelolaan data dan pembinaan pelanggansecara prosedur sudah diatur dengan Standar Operasidan Prosedur (SOP) yang ditetapkan dengan SKDireksi, namun dalam prakteknya terdapat beberapakelemahan, antara lain:1. Tidak adanya territory management, sehingga

kemungkinan satu calon pelanggan diprospek olehPLP dari dua atau lebih kantor cabang sangat besar.Atau, PLP kantor cabang tertentu bisa memprospekpelanggan yang sudah dibina oleh kantor cabanglain. Penyebab timbulnya kemungkinan tersebutantara lain adalah sistem informasi pelanggan yangtidak handal. Dalam Sistem Operasi Prosedur (SOP),setiap akhir bulan Bagian Pemasaran kantor cabang

kepada Bagian Pengembangan Bisnis wilayah,sebagai bahan informasi kinerja dan pengendalianpelaksanaan pemasaran tingkat wilayah. Namunkarena informasi pelanggan yang diolah di tingkatwilayah tidak dapat segera diakses oleh seluruhkantor cabang, maka kemungkinan terjadinya duakali prospek untuk satu pelanggan sangat besar.

2. Perbedaan kebijakan penjualan antar kantorcabang. Calon pelanggan yang pada kantor cabangtertentu tidak memenuhi kriteria untuk dijadikanpelanggan bisa mengajukan kuotasi (permintaanlayanan) ke kantor cabang lain, untuk melakukantransaksi. Oleh cabang tersebut proses penjualanterulang kembali mulai dari prospek sampaipembuatan Perjanjian Kerja Sama (PKS), dengankebijakan penjualan yang berbeda dengan kantorcabang terdahulu. Perbedaan kebijakan penjualanini pada akhirnya dapat menurunkan citra PT POSsecara keseluruhan, di samping dapat menimbulkankanibalisasi antarkantor cabang.

3. Pengulangan kerja tenaga penjual. Data prospekmaupun pelanggan disimpan tidak secaraterintegrasi, sehingga apabila calon pelanggan yangsudah dinyatakan tidak layak untuk menjadipelanggan ternyata pada suatu saat mengajukankuotasi kembali, kemungkinan akan dilakukanproses penjualan mulai tahap prospecting.

4. Database pelanggan tidak banyak bermanfaat, baikbagi manajemen maupun bagi PLP itu sendiri. Bagimanajemen, informasi tentang pelanggan yang adatidak banyak membantu dalam pengambilankeputusan seperti untuk mengetahui kinerja PLP,peluang setiap pelanggan, dan kontak pelanggan,

Page 52: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

34

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

termasuk untuk pengambilan keputusan yangstrategis, seperti proyeksi permintaan layanan olehpelanggan sehingga kapasitas operasi bisadisiapkan sebelumnya. Bagi PLP, informasi tentangpelanggan tidak banyak mendukung peningkatankinerja seperti berapa insentif penjualan yangkemungkinan dapat diperoleh, prospektif calonpelanggan, kapan harus melakukan kontakpembinaan, termasuk profil prospek dan pelanggansecara umum.

5. Akses informasi sesuai dengan kepentinganmasing-masing (wilayah, kantor cabang, maupunPLP) sangat lama karena pengelolaan data dan shar-ing informasi dilakukan secara manual.

Kerangka Pengembangan ModelProgram CRM yang akan diimplementasikan oleh PTPOS menuntut prasyarat adanya pendekatanterintegrasi seluruh proses bisnis di perusahaantersebut untuk mengembangkan hubungan denganpelanggan sebagai upaya mempertahankan pelanggandengan basis informasi tentang pelanggan. Ujungtombak untuk memperoleh informasi tentang pelangganada dalam kegiatan penjualan.

Berdaarkan sistem penjualan yang adasebagaimana digambarkan dalam diagram kontekssistem penjualan saat ini (Gambar 3), dapat dijelaskanbahwa sistem penjualan tersebut belum memungkinkansetiap entitas untuk berinteraksi dengan sistem secaratimbal balik. Sebagai contoh, untuk menentukankelayakan calon pelanggan dan juga penentuan tingkatpenjualan periode mendatang, sistem tersebut belummampu memberikan informasi utuh. Oleh karena ituperlu dibangun sebuah sistem penjualan sebagai ba-sis pengelolaan data pelanggan dan bisa digunakanoleh banyak entitas sesuai dengan kebutuhaninformasi. Bangunan ini diwujudkan dalam bentukrancangan Sales Force Automation (SFA). Rancanganmodel ini dibangun untuk mengelola data pelangganskala besar sehingga memerlukan dukungan teknologi.

SFA dirancang untuk membantu tenaga penjualmengelola kegiatan selama proses penjualan, mulai dariprospecting sampai tahapan membina pelanggan.Solusi SFA dilengkapi dengan fasilitas contact man-agement, jadwal kegiatan, integrasi dengan kegiatanoperasional untuk memproses permintaan pelanggan,informasi mengenai produk dan pesaing, dukungan

purna jual, dan juga fasilitas untuk memonitor kinerjatenaga penjual dan juga lini produk serta manajementeritorial.

SFA pada prinsipnya menggunakan basisaplikasi-aplikasi komputer untuk membantu tenagapenjual dalam menunjang semua kegiatanpenjualannya seperti contact management ataupenjadwalan kegiatan. Perusahaan yang barumengimplementasikan SFA dalam departemenpenjualannya, perlu tetap memperhatikan prosespenjualan yang ada sebagai dasar membangun prosespenjualan terotomasi karena lebih efisien daripadamelakukan perubahan total dalam sistem. Sumber datayang ada dapat digunakan untuk melakukan sesuatuyang lebih penting dari sebelumnya. Jika digambarkan,hubungan antara input dan output dengan entitasdalam rancangan SFA tersebut akan terlihat padaGambar 4.

Berdasarkan gambar tersebut dapat dibuatdeskripsi hubungan input dan output yang terlibatdengan entitas luar dalam SFA yang disajikan padaTabel 2.

Komponen-komponen yang diperlukan dalamperancangan SFA adalah database pelanggan, data-base (katalog) produk), database pesaing, aplikasi con-tact management, aplikasi account management,aplikasi untuk perhitungan dalam lead management,aplikasi untuk peramalan penjualan, aplikasi jadwalkegiatan, aplikasi pelaporan, dan juga fasilitas untukberkomunikasi dengan pelanggan.Rangkaiantransformasi input, proses, dan output dalamrancangan SFA ini dapat digambarkan sebagai berikut(Gambar 5):

Aliran Data dalam SFAPengelolaan data pelanggan dalam SFA dapatmenghasilkan informasi yang dapat digunakan olehKepala kantor cabang maupun Manajer PengembanganBisnis wilayah dalam pengambilan keputusan berkaitandengan pemasaran, seperti kebijakan terminpembayaran dan penetapan target penjualan di masayang akan datang, serta aplikasi-aplikasi lain. Proses-proses yang terdapat dalam pengelolaan datapelanggan dapat digambarkan dalam Gambar 6.

Page 53: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

35

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

Lapo ra n transa ksi dan tagih an

Re que st kine rja AO & p erama lan

Request kinerja ktr cabang & pe ramalan

Tagiha n piutangID & trx pelang gan

Kinerja kt r ca ba ng & pe ra mala n

Kine rja AO & p erama lan

Da ta use r & password

0

Sa le s Fo rce Au to mation

+

Ad minist rator

Acco unt Off icer

Ke pala ka ntor ca ba ng

Manajer Bang_ Bisn is

regional

Ba gian Ke uan ga n ktr cab an g

Pe la nggan

Gambar 4Diagram Konteks Rancangan SFA

Tabel 2Deskripsi Input – Output Dengan Entitas Luar SFA

Page 54: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

36

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

Berdasarkan diagram aliran data tersebut,hubungan antara input – output dengan entitas luar

Gambar 5Gambaran Transformasi Input, Proses dan Output dalam Rancangan SFA

D A T AP E L A N G G A N

S A L E S F O R C EA U T O M A T I O N

C o n t a c tM n g t .

A c c o u n tM n g t .

O p p o r t u n i t yM n g t .

L e a d M n g t .

P i p e l i n eM n g t .

S a l e sF o r e c a s t i n g

Q u o t a t i o n sa n d O r d e r s

E n g i n e f o rD a t a S y n c h r .

A K T IV I T A S D A NK E B I J A K A N

P E N J U A L A N

Gambar 6Diagram Aliran Data Dalam Pengelolaan Data Pelanggan

Laporan transaksi

Data t agihan

Tagihan kpd pelanggan

Data trx k redit

Ramalan penj_y ad_regionalReques t prak iraan penj_y ad

Kinerja t tl ktr cabang

Reques t k inerja tt l k tr c abang

Data penjualan ttl kt r c abang

Reques t prak iraan penj_y ad

Ramalan penjualan yadRequest kinerja AO

Data penjualan AO

Dat a penjualan periodik

Trx kas dan kredit

Data volume kir im an

Ac count Off icer

Kepala k tr c abang

Manajaer Bang_Bisnis

regional

1

Entri trxRekaman t rx

pelanggan

2

Ev aluasi kiner ja AO

3Menghitung prakiraan

penjualan kt r cab yad

4Evaluasi

k inerja k tr c abang

5Menghit ung praki raan penj_ttl

ktrcab_yad

6Rekap piutang

pelanggan

Bag_Keuangan k tr cabang

Pelanggan

Pelanggan#

Page 55: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

37

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

pada proses-proses dalam pengelolaan data pelanggandapat dijelaskan pada tabel berikut:Fungsi-Fungsi dalam Rancangan Aplikasi Model SFASFA merupakan aplikasi antar \muka berbasis web yang

dibangun untuk memudahkan tenaga penjual mengeloladata pelanggan dan nantinya akan berguna bagipengambil keputusan, dalam hal ini tingkat wilayah dankantor cabang, dalam menetapkan kebijakan penjualan.Untuk kemudahan penggunaan, aplikasi ini disusundengan menu-menu yang akan memandu setiappengguna untuk melakukan interaksi dengan sistem.Fungsi-fungsi yang terdapat dalam rancangan SFA iniadalah sebagai berikut:

Kontak Pelanggan. Kontak pelanggan merupakanfasilitas yang digunakan oleh PLP untukberhubungan dengan pelanggan. Kontakpelanggan menampilkan data-data yang berkaitan

dengan pelanggan, yaitu nama pelanggan, alamat,nomor telepon dan faksimili, contact person, alamatemail, nomor kontrak, kode identitas (user name) PLPyang menangani, dan volume transaksi. Fungsi inisangat penting bagi PLP, Kepala kantor cabang maupunManajer Pengembangan Bisnis wilayah karenamerupakan basis pengetahuan tentang pelanggan.Account Management. Salah satu fungsi yang sangatpenting dalam model SFA adalah kemampuannya untuk

Proses Input Output Entitas Keterangan Entri transaksi - ID pelanggan

- Tanggal dan jumlah transaksi

Transaksi kas dan kredit

Account Officer (PLP)

Nilai dan frekuensi transaksi menjadi dasar bagi proses-proses lain.

Evaluasi kinerja PLP

- ID Kepala kantor cabang

- Request kinerja PLP

Rekaman transaksi pelanggan

Kepala kantor cabang

Proses ini digunakan oleh Kepala kantor cabang untuk menilai kinerja PLP dan kantornya, untuk bahan penetapan kebijakan pemasaran.

Prakiraan penjualan kantor cabang

- ID Kepala kantor cabang

- Request peramalan

- Rekaman transaksi pelanggan

- Prakiraan penjualan periode yad

Kepala kantor cabang

Rekaman transaksi sebagai dasar perhitungan prakiraan penjualan kantor cabang periode yang akan datang.

Evaluasi kinerja kantor cabang

- ID Manajer Bang. Bisnis wilayah

- Request kinerja kantor cabang

- Rekaman transaksi pelanggan per kantor cabang

- Prakiraan penjualan periode yad

Manajer Bang. Bisnis wilayah

Proses ini digunakan oleh Manajer Bang. Bisnis wilayah untuk menilai kinerja kantor cabang sebagai bahan penetapan kebijakan bagi Kantor cabang tersebut.

Prakiraan penjualan wilayah

- ID Manajer Bang. Bisnis wilayah

- Request peramalan

- Rekaman transaksi pelanggan seluruh kantor cabang

- Prakiraan penjualan wilayah periode yad

Manajer Bang. Bisnis wilayah

Proses ini digunakan sebagai tolok ukur penetapan target penjualan untuk pelanggan industri dalam wilayah pada periode mendatang.

Rekapitulasi piutang pelanggan

- ID pelanggan - Tanggal dan

jumlah transaksi

Transaksi kas dan kredit

Bagian Keuangan kantor cabang

Proses ini sekaligus sebagai pemeriksaan silang transaksi pelanggan antara Bagian Pemasaran dengan Bagian Keuangan di kantor cabang.

Tabel 3Deskripsi Input – Output Dengan Entitas Luar Diagram Aliran Data

Page 56: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

38

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

menyajikan informasi kinerja sistem penjualan. Fungsidari fasilitas ini adalah untuk menampilkan datapenjualan setiap PLP, data penjualan seluruh PLP dalampada suatu kantor cabang, dan data penjualan seluruhPLP di seluruh kantor cabang di area kerja wilayah.Penampilan data setiap PLP sesuai dengan hak aksesyang diberikan kepada PLP, penampilan data seluruhPLP dalam suatu kantor cabang hanya diberikankepada Kepala kantor cabang tersebut, dan penampilanpenjualan seluruh PLP di seluruh kantor cabang dalamarea kerja wilayah hanya diberikan kepada ManajerPengembangan Bisnis. Fasilitas Account Managementini juga untuk melacak transaksi pelanggan yang telahdikelola oleh seorang PLP, seperti waktu transaksiterakhir, jumlah piutang yang jatuh tempo, dan jugafrekuensi melakukan transaksi untuk memonitorkontinyuitas pelanggan.Territory Management. SFA memungkinkanpengelolaan dan akses data pelanggan berdasarkanotentisitas PLP. Setiap PLP hanya memiliki hak akseske data pelanggan yang ada dalam kelolaannya. Sistemjuga akan secara otomatis menolak calon pelangganyang datanya sudah tersimpan dalam databse prospekataupun database pelanggan untuk diprospek oleh PLP.Dengan demikian maka kemungkinan satu calonpelanggan diprospek oleh PLP dari dua atau lebih kantorcabang, PLP kantor cabang tertentu bisa memprospekpelanggan yang sudah dibina oleh kantor cabang lainbisa dihilangkan.Lead Management. Lead management memungkinkanpenyimpanan data calon pelanggan secara dini yaitupada saat dilakukan prospek. Hal ini untuk mencegahproses penjualan dilakukan dari awal lagi jika suatusaat di kemudian hari calon pelanggan tersebutdiprospek kembali. Lead management ditunjukkan olehfungsi prospek dalam aplikasi SFA ini.Opportunity. Opportunity management berkaitandengan penentuan status kelayakan perusahaan yangakan dijadikan pelanggan, ditandai dengankepindahana data pelanggan dari prospek_dbo ke da-tabase pelanggan (customer_dbo).Forecasting. Fungsi forecasting menganalisis trenpenjualan kepada pelanggan besar di masa yang akandatang. Fungsi ini bekerja dengan menempatkansebuah algoritma program untuk memanipulasi dataseluruh pelanggan baik untuk kantor cabang maupununtuk wilayah. Kegunaan forecasting bagi Manajer

Pengembangan Bisnis wilayah adalah untukmenentukan target penjualan di masa yang akan datanguntuk segmen pelanggan industri, juga untukmemprediksi volume penjualan per pelanggan.Sedangkan bagi Kepala kantor cabang, fungsi inibermanfaat untuk menentukan target penjualan di masayang akan datang untuk segmen pelanggan industrisecara keseluruhan maupun per pelanggan bagi kantorcabang yang bersangkutan. Forecasting ini jugadigunakan oleh sistem untuk menentukan volume layakbagi suatu prospek yang akan dijadikan pelanggan.

Ada beberapa metode peramalan yang dapatdigunakan untuk menentukan nilai suatu variabel dimasa yang akan datang (Makridakis, 1983). Berkaitandengan data penjualan kepada pelanggan besar diwilayah, pemilihan metode peramalan yang digunakandalam aplikasi SFA ini didasarkan pada nilai kesalahanestimasi (Standard Error of Estimation, SEE) yangpaling kecil. SEE dihitung dengan rumus:

keterangan:- e2 = jumlah kuadrat kesalahan- n = jumlah data dalam deret berkala

Berdasarkan yang digunakan untuk menetapkanmetode peramalan adalah data penjualan kepadapelanggan besar di Wilpos IV selama 3 tahun (2001 –2003). Alternatif metode peramalan yang dipakai dalamaplikasi ini adalah metode Regresi Linear, metode Mov-ing Average dan metode Exponential Smoothing.Dengan bantuan Microsoft Excel 2000, nilai kesalahanestimasi untuk setiap metode peramalan adalah:- Regresi Linear sebesar 352.6601867- Moving Average 367.3196019- Exponential Smoothing 326.5800011

Dengan demikian, metode peramalan yangdigunakan dalam aplikasi SFA ini adalah metode Expo-nential Smoothing karena memiliki nilai SEE paling kecil.

Rancangan Aplikasi SFASFA yang dirancang untuk PT POS ini berbentuk pro-gram aplikasi berbasis web, dibangun dengan PHP danMySQL, yang dapat digunakan untuk penambahandata, menyimpan profil prospek dan pelanggan,

Page 57: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

39

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

kalender untuk skedul kontak pelanggan setiap PLP,territory management, membuat prakiraan penjualandi masa yang akan datang, dan untuk sistem pelaporandalam lingkup kegiatan penjualan di tingkat kantorcabang (PLP dan kepala kantor) maupun tingkatwilayah. Perancangan ini dilakukan tidak untuk merubahsistem yang telah ada, namun untuk memperbaiki sistemtersebut sehingga memudahkan dan memberikanmanfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingandengan pelanggan dalam menetapkan kebijakanpenjualan.Rancangan aplikasi SFA yang dibangun secaraterintegrasi ini (paket aplikasi yang dapat digunakanoleh PLP, Manajer Pemasaran kantor cabang, Kepalakantor cabang, dan Manajer Pengembangan Bisniswilayah) ini sebenarnya sangat mungkin diterapkan diPT POS mengingat sangat tersebarnya jaringan kantorcabang yang dimiliki perusahaan, dan hampir seluruhtitik pelayanan sudah terkoneksi internet.

SIMPULAN

1. Data tentang pelanggan, yang diperoleh dari prosespenjualan yang dilakukan oleh PLP, memiliki peransangat menentukan bagi perusahaan, karena darisinilah perusahaan dapat mengetahui profilpelanggan sebagai dasar perumusan programpemasaran untuk mempertahankan pelanggan.

2. Meskipun PT POS telah memiliki panduan dalampengelolaan data pelanggan, namun dalamprakteknya sistem pengelolaan database pelanggansama sekali belum bisa digunakan sebagai basisimplementasi CRM.

3. Model dan rancangan aplikasi SFA yang diajukandapat digunakan sebagai standar pengelolaan datapelanggan karena mampu mengidentifikasipelanggan yang bernilai bagi PT POS danmengintegrasikan data yang diperlukan dalammembangun pengetahuan tentang pelanggan,menyusun kebijakan penjualan dan program-pro-gram pemasaran untuk mempertahankan pelanggan.

4. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut berkaitan denganbiaya dan manfaat yang diperoleh untukmengalihkan sistem penjualan yang ada ke sistempenjualan dengan model SFA.

DAFTAR PUSTAKA

— (2002). Technical Implementation Guide: SalesforceAutomation, Cisco System, www.cisco.com

— (2001). Sales Force Automatioan Component Over-view. www.salesforce.com

Brown, Stanley A. (2000). Customer RelationshipManagement: A Strategic Imperative in theWorld of e-Business. John Wiley & Sons,Ontario.

Corner, Ian and Matthew Hinton (2002). Customer Re-lationship Management System: Implementa-tion Risks and Relationship Dynamics. Inter-national Journal of Qualitative Market Re-search, Vol. 5 No. 4 – 2002, p. 239 – 251.

Dick, A. S. and K. Basu (1994). Consumer Loyalty:toward an Integrated Conceptual Framework.Journal of Academy of Marketing Science, Vol.22, No. 2, p. 99-113.

Griffin, Jill (1997). Customer Loyalty: How to Earn It,How to Keep It. 1st ed., Jossey-Bass, San Fran-cisco.

Greenberg, Paul (2001). CRM at the Speed of Light:Capturing and Keeping Customers in InternetReal Time. McGraw-Hill, California.

Grönroos, Christian (2000). Service Management andMarketing: A Customer Relationship Manage-ment Approach. 2nd Ed., John Wiley & Sons,New York.

Hidayat, Yosep T. (2002). Formulasi Strategi BersaingPT POS. Tesis Magister Manajemen Bisnis danAdministrasi Teknologi, Institut TeknologiBandung.

Jogiyanto H.M. (1990). Analisis dan Disain SistemInformasi: Pendekatan Terstruktur Teori danAplikasi Bisnis. Andi Offset, Yogyakarta.

Page 58: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

40

Jam STIE YKPN - Akhmad Yunani Perancangan Model ......

Kalakota, Ravi and Marcia Robinson (1999). E-Busi-ness: Roadmap for Success. Addison WesleyLongman, Inc., Massachusetts.

Kotler, Philip (1999). Marketing Management: Analy-sis, Planning, Implementation, and Control.9th ed., Prentice-Hall, NJ.

Manning, Gerald L. and Barry L. Reece (1998). SellingToday: Building Quality Partnership. 7th ed.,Prentice-Hall, NJ.

Makridakis, Spyros, Steven C. Wheelwright and VictorE. McGee (1993). Forecasting. 2nd ed., John-Wiley & Sons, New York.

McLeod, Raymond, Jr. (1995). Management Informa-tion System. 6th ed., Prentice-Hall, NJ.

Shelly, Gary B., et all (1995). Systems Analysis andDesign. Boyd & Fraser, Massachusetts.

Swift, Ronald (2001). Accelerating Customer Relation-ship Using CRM and Relationship Technolo-gies. Prentice-Hall, New Jersey.

Universal Postal Union (2003). The Postal Industry atOctober 2002. Universal Postal Union (UPU),Berne.

Zeithaml, Valarie A. and Mary Jo Bitner (2000). ServiceMarketing: Integrating Customer Focus Acrossthe Firm. 2nd ed., McGraw-Hill, NY.

Page 59: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

41

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN DALAM WEB SITEPERUSAHAAN INDONESIA

Bambang Suripto 1

1 Drs. Bambang Suripto, M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta, sedang menempuhprogram Doktor Akuntansi pada Program Pascasarjana UGM.

ABSTRACT

The primary objective of this study is to investigatethe utilization of the internet by Indonesian listed com-panies for disclose financial information. It also exam-ines the way in which companies used to disclose andnature of the financial information disclosed on com-panies web. Sample of this study consists of 58 firmslisted on the Jakarta Stock Exchange. Using a disclo-sure index for measuring financial information disclo-sure in the companies’ web sites, this study revealedthat 84 percent firm have accessible web site and 73percent of which provided financial information on theirweb site. This study also revealed that most Indone-sian firm use internet merely as redistribution tool offinancial information traditionally have distributed bypaper-based annual report. Most of the Indonesianfirm not utilize of the internet potential to improve fi-nancial reporting.

Keyword: Investor, Internet, Financial Information,Disclosure, Indonesia.

PENDAHULUAN

Pelaporan keuangan merupakan proses komunikasiinformasi keuangan oleh perusahaan kepada parapemakai. Pencapaian tujuan yang sederhana tersebut

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 41-56

telah menimbulkan berbagai masalah, di antaranyamengenai informasi apa yang harus dilaporkan, kapaninformasi dilaporkan, bagaimana informasi dilaporkan,siapa yang bertanggung jawab terhadap informasi yangdilaporkan. Masalah-masalah tersebut sudah lamamenjadi bahan perdebatan pada tingkat nasional danberkembang menjadi perdebatan pada tingkatinternasional dipicu oleh perkembangan perusahaanmultinasional dan pasar modal global (Lymer, 1999).

Revolusi di bidang teknologi informasi dankomunikasi telah meningkatkan kemampuanperusahaan untuk menyediakan informasi dan pemakaidalam menggunakan informasi (Wallman, 1995).Perubahan tersebut mendorong berbagai pihak untukmengkaji ulang model pelaporan keuangan yang berlakudan mereka menemukan banyak kelemahan. Kelemahanpelaporan keuangan yang sekarang berlakudiidentifikasi sebagai salah satu penyebab inefisiensipasar modal, kendala diversifikasi risiko, dan masalahlikuiditas investasi yang pada akhirnya berpengaruhterhadap tingkat pertumbuhan dan daya saing ekonomisuatu negara (Jenkin, 1994). Oleh karena itu perludikembangkan model pelaporan keuangan yang baru.

Aplikasi teknologi jejaring global, khususnyainternet, oleh perusahaan dalam berbagai bidang usahatumbuh dengan sangat cepat. Pemakaian internet olehperusahaan di bidang pelaporan keuangan dapatmemperbaiki pelaporan keuangan perusahaan.

Page 60: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

42

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

Beberapa penelitian menunjukkan sebagian besarperusahaan yang terdaftar di bursa negara maju saatini sudah mengungkap informasi keuangan dalamwebsite dan tingkat pengungkapannya semakinmeningkat dan inovatif. Internet mempunyaikemungkinan untuk menjadi sumber utama bagipemakai untuk mencari informasi keuangan perusahaan(Lymer at al., 1999). Perusahaan pelopor di bidang inisudah menginvestasikan sumberdaya untukmengembangkan web site-nya dan terus berusahamenemukan cara inovatif untuk menyajikan informasikeuangan.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Pelaporan keuangan menggunakan internet merupakanbidang yang baru. Penggunaan internet untukpelaporan keuangan juga masih bersifat sukarelasehingga memungkinkan perusahaan untukbereksperimen. Penelitian-penelitian sebelumnya dibidang ini dilakukan terutama di negara-negara maju.Seperti yang dinyatakan oleh Marston dan Straker(2001), penelitian mengenai pelaporan keuanganmenggunakan internet masih relatif jarang, terutama dinegara berkembang. Oleh karena itu, salah satu tujuanpenelitian ini adalah memenuhi kekurangan literaturpelaporan keuangan menggunakan internet di negaraberkembang. Penelitian ini secara spesifik dirancanguntuk mencapai tujuan-tujuan berikut ini:1. Mengetahui apakah perusahaan-perusahaan besar

di Indonesia sudah memiliki web site.2. Mengetahui apakah web site perusahaan digunakan

untuk mengungkapkan informasi keuangan.3. Mengetahui cara yang dipraktikkan oleh

perusahaan untuk menyajikan informasi keuangandalam web site.

4. Mengidentifikasi informasi keuangan dan informasipenting lainnya yang disajikan oleh perusahaandalam web site.

Penelitian ini diharapkan memberikanpengetahuan mengenai praktik pengungkapaninformasi keuangan dalam web site perusahaan Indo-nesia. Pengetahuan ini penting bagi perusahaan, in-vestor dan calon inverstor, dan badan pengambilkebijakan yang terkait dengan pelaporan keuanganperusahaan. Penelitian ini juga bermanfaat bagiakademisi yang menekuni bidang pelaporan keuangan

perusahaan.Perusahaan harus berupaya paling tidak

menyamai pesaing dalam jenis dan jumlah informasiyang diungkap untuk berhasil dalam persainganperolehan dana di pasar modal global. Pengetahuanmengenai pengungkapan juga berguna bagi analiskeuangan dalam menentukan ekspektasi mengenai jenisdan jumlah informasi yang diberikan oleh perusahaandalam web site. Pengetahuan tersebut juga bermanfaatbagi badan-badan pengambil kebijakan untukmelakukan pengaturan pengungkapan informasikeuangan dalam internet.

TELAAH LITERATUR

Teori keagenan menyatakan bahwa peran informasiakuntansi adalah untuk mengawasi perilaku manajerdalam rangka menekan biaya keagenan. Watt danZimmerman (1978) menyatakan bahwa perusahaanharus meningkatkan pengungkapan sukarela untukmenghindari tuntutan pengaturan dari pemerintah danstakeholder. Lev (1992) menyatakan bahwa tanpapengungkapan secara aktif oleh perusahaan, kebenarantidak akan pernah nampak—kesenjangan informasipermanen tetap ada antara insiders dan outsiders.Ashbaugh et al. (1999) mendefinisikan pelaporankeuangan menggunakan internet sebagai distribusiinformasi keuangan perusahaan menggunakanteknologi internet, misalnya World Wide Web. Manfaatpelaporan keuangan menggunakan internet diantaranya adalah sebagai berikut:1. Meningkatkan efisiensi biaya, karena

a) menurunkan biaya produksi dan distribusi yangberhubungan dengan laporan tahunan cetakan,dan

b) menekan jumlah permintaan laporan keuangancetakan dari pemakai laporan keuangan yangbukan pemegang saham.

2. Memperbaiki akses pemakai terhadap informasi,dengana) fleksibilitas akses yang tidak berurutan terhadap

informasi dengan menggunakan hyperlink,b) menyediakan informasi lebih banyak dibanding

yang tersedia dalam laporan tahunan cetakan,c) menyediakan informasi real-time,d) menyediakan informasi dalam cara yang

interaktif, dan

Page 61: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

43

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

e) memperbaiki keteraksesan informasi yang akanmengakibatkan penyebaran informasi yang lebihadil (Fisher et al., 2004).

f) Semakin banyak artikel-artikel yang dimuatdalam media-media bisnis (Gowthorpe danFlynn, 1997; Wildstrom, 1997; Ashbaugh at al.,1999; Marston, 2003; Khadaroo, 2005 danlainnya) mencerminkan tumbuhnya kesadaranarti penting internet sebagai media komunikasiinformasi keuangan. Proses hubungan inves-tor dapat ditingkatkan, lebih transparan daninkusif, dengan media pelaporan internet(Marston, 2003). Sebagai contoh, rekamanpresentasi analisis dapat ditayangkan dalamweb site perusahaan.

Pada tahun 1999 edisi khusus European AccountingReview, “The Internet and Corporate Reporting inEurope”, dipublikasikan. Lymer (1999) membahaspelaporan keuangan menggunakan internet denganmenelaah literatur secara terinci. Dia juga membahasberbagai masalah yang perlu dipertimbangkan olehperusahaan, regulator, dan badan penyusun standardalam menentukan bagaimana bentuk pelaporan iniharus dikembangkan ke depan. Debreceny dan Gray(1999) melakukan survei web site perusahaan Perancis,Jerman, dan UK untuk mengetahui apakah laporan au-ditor dimasukkan dalam web site. Deller et al. (1999)melakukan survei aktivitas hubungan investor dalaminternet oleh perusahaan AS, UK, dan Jerman. Merekamenemukan bahwa hubungan investor melalui internetperusahaan AS lebih umum dan memberikan lebihbanyak fitur dibanding dua negara lainnya.

Gowthorpe dan Amat (1999) meneliti web siteperusahaan yang terdaftar di Madrid Stock Exchange.Hedlin (1999) melakukan survei web site perusahaanSwedia. Pirchegger dan Wagenhofer (1999)menganalisis web site perusahaan Austria dua kali padawaktu yang berbeda dan membandingkan skorpengungkapan dengan perusahaan Jerman. Merekamenemukan bahwa perusahaan besar Austriamengungkap lebih banyak dan perusahaan yangsahamnya lebih banyak dimiliki oleh publikmengungkap lebih banyak. Ashbaugh et al. (1999)mensurvei 290 perusahaan US yang secara tradisionalpraktik pelaporan keuangannya sudah dievaluasi olehAIMR. Mereka menghipotesakan ada hubungan antara

pelaporan keuangan menggunakan internet (diukursebagai varabel 0/1) dengan ukuran perusahaan, ROA,peringkat pelaporan oleh AIMR, dan persentase sahamyang dimiliki oleh investor individu. Dengan analisislogit mereka menemukan bahwa hanya ukuranperusahaan yang berpengaruh signifikan.

Marston (2003) melakukan penelitianperusahaan besar Jepang dan menemukan mayoritasperusahaan mempunyai web site berbahasa Inggris danukuran perusahaan berhubungan positif dengankeberadaan web site tetapi tidak berhubungan denganluas pengungkapan. Zakimi dan Hamid (2005)melakukan survei terhadap web site 100 perusahaanterbesar Malaysia dengan instrumen indekspengungkapan. Mereka menemukan 70 persenperusahaan menyediakan materi hubungan investordalam web site perusahaan dan materi yang palingbanyak disajikan adalah profil perusahaan. Khadaroo(2005) melakukan survei web site perusahaan Malay-sia dan Singapura dan menemukan bahwa perusahaanSingapura lebih banyak menggunakan web site danlebih baik dalam memanfaatkan potensi internetdibanding perusahaan Malaysia.

Pertumbuhan pelaporan keuangan mengguna-kan internet tidak lepas dari pengamatan regulatorakuntansi. IASC (Lymer et al., 1999) telahmempublikasikan artikel pembahasan Business Report-ing on the Internet yang mengusulkan beberapastandar untuk pelaporan usaha dalam web site. Artikeltersebut juga memuat survei pelaporan internet yangmencakup 30 perusahaan terbesar di 22 negara. FASBdi USA juga telah mempublikasikan Electronic Distri-bution of Business Reporting Information (2000)sebagai bagian dari Business Reporting ResearchProject. Artikel tersebut memasukkan hasil surveiterinci perusahaan Fortune 100. Kedua laporan tersebutmemuat telaah literatur yang ekstensif. Di Perancis,COB (1999) telah menerbitkan beberapa aturanmengenai penggunaan internet oleh perusahaan yangterdaftar di bursa.

METODE PENELITIAN

Sampel penelitian ini terdiri atas 58 perusahaan publikterbesar Indonesia menurut jumlah kapitalisasi pasar.Jumlah kapitalisasi pasar perusahaan ditentukanberdasar data ICMD 2003. Pemilihan perusahaan-

Page 62: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

44

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

perusahaan besar dalam penelitian ini konsisten denganpenelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karenapelaporan keuangan menggunakan internet merupakanbidang yang baru, maka perusahaan-perusahaan besardiduga lebih mungkin untuk merintis praktik tersebut.

Langkah pertama dalam penelitian ini adalahmengidentifikasi alamat web site perusahaan sampel.Untuk mengidentifikasi web site perusahaan, penelitimenggunakan search enggine yang umum digunakan,yaitu Yahoo dan Google. Cara yang sama sudahdigunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.Apabila dengan cara tersebut web site perusahaantidak ditemukan, maka dianggap perusahaan tersebuttidak memiliki web site. Setelah web site perusahaandiidentifikasi, web site tersebut dikunjungi dandilakukan content analysis.

Krippendorff (1980) seperti yang dikutip olehZakimi dan Hamid (2005) mendefinisikan content analy-sis sebagai “sebuah teknik penelitian untuk mengambilkesimpulan yang valid dari data menurut isinya.” Con-tent analysis meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalahmemutuskan dokumen yang akan dianalisis. Dalampenelitian ini yang dianalisis isinya adalah web siteperusahaan. Peneliti mengunjungi web site perusahaansampel dan menganalisis isinya dalam waktu enam hari(27 Oktober 2005 sampai dengan 1 Nopember 2005).Analisis tersebut dilakukan dalam waktu yang singkatkarena sifat internet yang sangat dinamis dan cepatberubah. Hal tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Tahap kedua content analysis adalahmenentukan cara mengukur pengungkapan informasikeuangan. Telaah terhadap literatur menunjukkanbahwa ukuran luas pelaporan keuangan menggunakaninternet dalam penelitian-penelitian sebelumnya adalahada atau tidaknya suatu item informasi dalam web site.Untuk mengukur tingkat pengungkapan secarakuantitatif, dalam penelitian ini dikembangkan sebuahindeks pengungkapan. Prosedur dikotomi digunakanuntuk mengukur skor pengungkapan. Skor satudiberikan apabila suatu item informasi diungkap danskor nol apabila suatu item informasi tidak diungkap.Pemilihan item-item informasi yang digunakan dalampenelitian ini dikembangkan berdasar pada penelitian-penelitian sebelumnya.

Tahap ketiga content analysis adalahmengembangkan sebuah daftar pengecekan (check-

list). Dalam penelitian ini daftar pengecekandikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu atribut umumdan atribut informasi keuangan. Unsur-unsur dalamatribut umum berkaitan dengan bagaimana perusahaanmenyajikan informasi keuangan dalam web site. Unsur-unsur dalam atribut informasi keuangan berkaitandengan jenis informasi keuangan apa yang disajikanperusahaan dalam web site.

HASIL SURVEI ATRIBUT UMUM

Temuan mengenai keberadaan web site perusahaandisajikan dalam Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkanbahwa 54 perusahaan (93 persen) mempunyai web site.Dari jumlah tersebut, web site 3 perusahaan gabungdengan perusahaan induk (asing) sehingga tidakdimasukkan ke dalam analisis karena pertimbanganketerbandingan. Web site perusahaan sisanya, duadiantaranya tidak dapat diakses isinya karena yang satumasih dalam tahap rekonstruksi dan yang lain karenaerror. Jumlah perusahaan Indonesia yang memiliki website relatif lebih banyak dibanding perusahaan Malay-sia (75 persen) dan Singapura (87 persen) (Khadaroo,2005). Namun demikian untuk menginterpretasiperbedaan tersebut perlu mempertimbangkanperbedaan waktu penelitian mengingat sifat internetyang sangat dinamis dan cepat berubah. ArtikelKhadaroo (2005) tidak mencantumkan waktudilakukannya penelitian.

Untuk mengetahui dan menemukan informasidalam laporan cetakan umumnya akan mudah apabilaada daftar isinya. Sama dengan laporan cetakan,terdapat beberapa cara yang dapat disediakan olehperusahaan untuk memudahkan pengunjungmengetahui isi web site dan menemukan informasi yangada didalamnya. Site map dan search box adalah duacara yang dapat disediakan oleh perusahaan untukmemudahkan penggunjung menemukan informasi didalam web site. Tabel 2 menunjukkan bahwa dariseluruh web site perusahaan yang diteliti, 21perusahaan (43 persen) menyediakan site map saja, 26perusahaan menyediakan site map dan search box, dan2 perusahaan (4 persen) tidak menyediakan keduanya.

Hubungan investor (HI) adalah pengelolaanhubungan antara perusahaan yang sekuritasnyadiperdagangkan di bursa dengan pemegang dan calonpemegang sekuritas perusahaan. Marston (1996)

Page 63: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

45

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

menyatakan bahwa tujuan HI adalah menyediakaninformasi kepada masyarakat keuangan danmasyarakat investor sedemikian rupa sehingga merekadapat mengevaluasi perusahaan. Ryder dan Regester(1989) seperti yang dikutip Marston (1996) menyatakanbahwa HI mempunyai arti penting stratejik dalammenjalin hubungan antara perusahaan dengan inves-tor. Mereka menyarankan aktivitas HI dipusatkan padatiga prinsip. Pertama adalah mencapai danmempertahankan harga saham tertinggi yangdimungkinkan. Kedua adalah untuk menumbuhkankepercayaan investor sehingga dengan cara tersebutbiaya pembelanjaan perusahaan dapat ditekan. Ketigaadalah untuk melindungi kebutuhan pemegang sahamutama dan menarik investasi institusional dan asing.Tabel 3 menunjukkan bahwa 36 perusahaan (73 persen)

mempunyai bagian khusus untuk hubungan investor.Perusahaan-perusahaan tersebut kemungkinan lebihmengetahui arti penting komunikasi hubungan inves-tor melalui web site dan cara yang memudahkan inves-tor mendapatkan informasi yang diperlukan denganefisien.

Informasi penting yang diperlukan investoryang dapat dimuat dalam bagian hubungan investoradalah laporan tahunan. Secara tradisional laporantahunan disampaikan kepada pihak-pihak yangmemerlukan dalam bentuk cetakan. Laporan tahunancetakan tersebut oleh perusahaan disampaikan kepadapihak-pihak yang membutuhkan yang sudah dikenalatau dikirimkan kepada pihak yang minta. Pencatumanlaporan tahunan dalam web site dapat menekan biayacetak dan biaya pengiriman serta dapat menjangkau

Page 64: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

46

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

pihak yang membutuhkan laporan tahunan yangsebelumnya tidak dikenal oleh perusahaan. Tabel 4memuat data perusahaan yang mencantumkan laporantahunan dalam web site-nya. Jumlah perusahaan yangmencantumkan laporan tahunan sebanyak 34perusahaan (69 persen) dan perusahaan yang tidakmencantumkan laporan tahunan sebanyak 15perusahaan (31 persen).

Arti penting laporan tahunan dari sudutpandang manajemen dapat tercermin pada apakah adadirect link ke/dari laporan tahunan yang jelas dalamweb site. Tabel 5 menyajikan data link ke dan darilaporan tahunan. Tabel tersebut menunjukkan bahwaseluruh perusahaan yang mencantumkan laporankeuangan menyediakan link dari home page ke laporantahunan (69 persen) dan hanya 3 perusahaan (6 persen)yang menyediakan link dari laporan tahunan ke bagianlain web site. Berdasarkan data tersebut berartipengunjung dapat secara mudah akses ke laporantahunan tetapi akan lebih sulit apabila ingin akses keinformasi lain dari halaman laporan tahunan. Hal

tersebut terjadi karena sebagian besar perusahaanmenyajikan laporan tahunan dalam format PDF yangtidak memungkinan dibuat link. Banyaknya perusahaanyang menyediakan link yang jelas ke laporan tahunanmengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaanmemandang web site merupakan media penting untukmenyampaikan laporan tahunan kepada investor (Lymerat al. 1999).

Format yang paling populer digunakan untukmembangun web site adalah HTML (Hyper TextMarkup Langguage). Namun demikian untukmenyajikan informasi keuangan dan laporan tahunanformat yang populer adalah HTML dan PDF. Setiapformat mempunyai keunggulan dan kelemahannyasendiri-sendiri. Generasi terbaru HTML yang cocokdigunakan untuk pelaporan keuangan menggunakaninternet sehingga dapat mencapai manfaat tertinggipada saat ini adalah XML. Namun demikian formattersebut belum banyak digunakan sekalipun di negaramaju. Padahal Microsoft Excel 2003 sudahmenyertakan program tersebut. Tabel 6 menunjukkan

Page 65: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

47

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

bahwa format yang paling banyak digunakan untukmenyajikan laporan tahunan dan laporan keuanganadalah PDF sebanyak 28 perusahaan (82 persen).Keunggulan format tersebut adalah mudah dibuat, kalaudicetak akan sama dengan laporan cetakan, dandokumen tidak mudah untuk diubah. Kelemahanterutama format tersebut adalah merupakan file yangbesar sehingga memperlambat proses download, tidakdapat di-link, dan data tidak dapat langsung digunakantanpa entry ulang. Format penyajian laporan keuanganyang memungkinkan pemakai langsung menggunakandata laporan keuangan tanpa entry ulang adalah Ex-cel/Lotus dan XML. Namun hasil survei menunjukkanperusahaan Indonesia belum ada yang menggunakanformat tersebut.

Informasi yang disajikan dalam laporan tahunanlebih dapat diandalkan apabila diaudit oleh auditor. Olehkarena itu laporan tahunan cetakan, sebagai paketinformasi keuangan auditan, merupakan sumber yanglebih dapat diandalkan bagi para pemakai. Namundemikian hal tersebut kemungkinan tidak terjadi untuklaporan tahunan yang dimuat dalam web site. Dalaminternet perusahaan dapat membuat hyperlink antarainformasi yang diaudit dengan informasi yang tidakdiaudit. Hal tersebut dapat menyesatkan para pemakai.Hal yang membuat situasi lebih berbahaya adalahapabila link semacam itu dibuat dan beberapa waktukemudian dihilangkan. Apabila itu terjadi maka akanmerusak reliabilitas laporan tahunan. Penelitianmembuktikan bahwa hyperlink laporan keuanganauditan ke informasi yang tidak diaudit berpengaruhpada pertimbangan investor (Hodge, 2001).

Dalam penelitian ini diketahui bahwaperusahaan Indonesia menggunakan teknik-teknikyang memungkinkan pemakai untuk mengetahui secarajelas apakah mereka berada di dalam atau di luar laporankeuangan auditan. Data mengenai hal tersebut disajikandalam Tabel 7. Perusahaan yang menggunakan tekniklaporan tahunan dibuka dalam layar baru sebanyak 14

perusahaan (29 persen) dan yang menggunakan tekniklaporan tahunan disajikan dalam sub-window tersendirisebanyak 20 perusahaan (41 persen). Menurutpengalaman peneliti, apabila laporan tahunan disajikandalam format PDF, cara pertama lebih efisien karenapemakai lebih mudah berpindah dari dan ke laporantahunan. Apabila digunakan cara ke dua, pengunjungyang sudah keluar dari laporan tahunan dan ingin masukkembali maka harus download ulang sehinggamemakan waktu. Disamping teknik-teknik tersebut adateknik lain untuk membedakan informasi auditan denganinformasi yang tidak diaudit, misalnya denganmemunculkan judul laporan tahunan ketika pemakaimasuk ke wilayah laporan tahunan atau denganmenggunakan desain dan pewarnaan yang unik untuklaporan tahunan. Namun hasil survei menunjukkantidak ada perusahaan yang menggunakan cara-caratersebut.

Salah satu keunggulan pelaporan keuanganmenggunakan internet adalah adanya fasilitas yangmemungkinkan pemakai berinteraksi denganperusahaan untuk bertanya atau memesan informasitertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murahdibanding mengirim surat atau menelpon keperusahaan. Tabel 8 menyajikan data fasilitas yangdisediakan perusahaan yang memungkinkan investorberinteraksi dengan perusahaan. Berdasarkan seluruhweb site perusahaan yang diteliti, sebanyak 22perusahaan (45 persen) menyediakan alamat e-mailuntuk hubungan investor, 19 perusahaan (39 persen)memberikan fasilitas yang memungkinkan investorberkirim pesan dari dalam web page tanpa mengetahuialamat e-mail hubungan investor perusahaan, dan 8perusahaan (16 persen) tidak menyediakan keduafasilitas tersebut. Cara pertama lebih memudahkan in-vestor karena alamat e-mail perusahaan dapatdimasukkan ke dalam daftar alamat e-mail pribadisehingga investor dapat mengirim pesan tanpa harusmengunjungi web site perusahaan.

Page 66: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

48

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

Namun demikian, cara tersebut dapat mengakibatkanperusahaan kebanjiran kiriman e-mail baik yang relevanmaupun tidak relevan yang masing-masing perluditanggapi secara spesifik. Dengan cara kedua, apabilainvestor ingin berkirim pesan maka harus mengunjungiweb site perusahaan. Cara tersebut dapat mengurangikiriman e-mail ke perusahaan tetapi relatif mempersulitinvestor untuk berinteraksi dengan perusahaan.

Di samping cara-cara di atas, ada cara lain yangmemungkinkan pemakai berinteraksi denganperusahaan yaitu fasilitas feedback dan e-mail alerts.Melalui fasilitas feedback pemakai dapat memberikanmasukan kepada perusahaan untuk perbaikan web sitesecara umum. Email alert merupakan teknologi “push”yang memungkinkan investor memesan untuk dikirimimelalui email apabila perusahaan memasukkaninformasi baru tertentu ke dalam web site perusahaan.Dengan teknologi tersebut, investor akan selalumendapatkan informasi terkini yang relevan baginyatanpa harus selalu mengunjungi web site perusahaan.Tabel 9 menunjukkan bahwa dari seluruh web siteperusahaan yang di teliti, sebanyak 4 perusahaan (8persen) memberikan fasilitas feedback dan sebanyak 3perusahaan (6 persen) memberikan fasilitas email alert.

Banyak web site perusahaan menyediakanfasilitas download bagi laporan keuangan dan/ataulaporan tahunan. Tabel 10 menunjukkan bahwasebanyak 33 perusahaan (67 persen) menyediakanfasilitas download bagi laporan tahunannya. Fasilitasdownload memungkinkan pemakai untuk mencetaksendiri laporan tahunan yang ada di dalam web site.Oleh karena sebagian besar perusahaan menggunakanformat PDF untuk laporan tahunan, maka hasilcetakannya akan sama dengan laporan tahunan cetakantradisional.

Perusahaan dapat memberikan informasi kepadapengunjung web site dengan cara menyediakaninformasi tersebut langsung di dalam web siteperusahaan atau membuat link ke informasi yangtersedia di web site pihak lain. Misalnya untukmenyediakan informasi saham terkini, di dalam web siteperusahaan dapat di-link ke web site pasar modal. Tabel10 menunjukkan bahwa 7 perusahaan (14 persen)membuat link ke web site pihak lain. Sedikitnyaperusahaan yang membuat link kemungkinan didorongoleh keinginan untuk menjamin akurasi dankelengkapan informasi. Link ke informasi yangdisediakan pihak ketiga dapat mengakibatkan kualitas

Page 67: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

49

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

informasi yang bervariasi dan informasi tersebut diluarpengendalian perusahaan. Masalah kewajiban jugadapat timbul apabila perusahaan membuat link ke website pihak ketiga. Hyperlink informasi pihak lain kedalam web site perusahaan merupakan sumberpeningkatan risiko (Etrredge, Richardson, dan Scholz,2001). SEC (2000) sudah berupaya mengatasi masalahtersebut dengan menetapkan tiga faktor agar hyperlinktidak menyesatkan pemakai: konteks, potensi investoruntuk bingung, dan penyajian hyperlink. Namundemikian, menurut Ettredge et al. (2001), kriteriatersebut tidak cukup jelas untuk dipraktikkan dan olehkarenanya masalah tersebut belum terpecahkan.

Webcasting events melalui internet merupakanteknologi relatif baru yang memungkinkan analis daninvestor menyaksikan siaran langsung suatu peristiwaseperti conference call dimanapun lokasinyasepanjang mereka mempunyai koneksi ke internet.Ulangan terhadap peristiwa tersebut juga dapatdisediakan bagi mereka yang tidak dapat melihat siaranlangsung peristiwa tersebut. Pemakaian webcast diUSA didorong oleh diberlakukannya regulasi “FairDisclosure” pada bulan Oktober 2000. Dalam regulasiFD: “apabila penerbit, atau pihak yang bertindak untukkepentingannya, mengungkap informasi nonpublikmaterial kepada pihak tertentu (pada umumnyaprofesional pasar modal dan pemegang sekuritaspenerbit sehingga dapat memperdagangkan denganbaik sekuritas berdasarkan informasi tersebut), makamereka harus mengungkap informasi tersebut kepadapublik (SEC, 2000).”

Melalui internet informasi tersebut dapatmencapai publik dengan biaya yang wajar baik dari sisi

penerbit maupun pemakai. Oleh karena itu, webcastmerupakan teknik yang populer di USA untukmemenuhi aturan tersebut. Tabel 10 menunjukkanjumlah perusahaan Indonesia yang menggunakanteknologi webcast 1 perusahaan (2 persen). Sedikitnyaperusahaan Indonesia yang menggunakan teknologitersebut kemungkinan terjadi karena belum adaperaturan FD di Indonesia.

HASIL SURVEI ATRIBUT LAPORAN TAHUNAN

Pada bagian ini akan disajikan data mengenaiketersediaan informasi keuangan dan informasi laindalam web site perusahaan. Tabel 11 menyajikaninformasi umum yang biasa dimuat dalam laporantahunan tradisional. Berdasarkan hasil survei tersebutdiketahui bahwa informasi yang paling banyak dimuatdalam web site perusahaan adalah profil perusahaansebanyak 48 perusahaan (98 persen), sama denganperusahaan Malaysia (Zakimi dan Hamid, 2005). Profilperusahaan meliputi tanggal pendirian, lokasi usaha,dan aktivitas perusahaan. Informasi yang palingbanyak disajikan kedua adalah profil dewan komisarisdan direktur sebanyak 35 perusahaan (71 persen),kemudian pernyataan visi dan misi perusahaansebanyak 34 perusahaan (69 persen).

Sebagian besar web site perusahaan memuatsambutan direktur perusahaan kepada pemegangsaham. Hanya 15 perusahaan (31 persen) yang tidakmencantumkan sambutan tersebut. Dalam Tabel 11 jugaditunjukkan bahwa sebanyak 25 perusahaan (51 persen)menyajikan analisis dan pembahasan manajemen(MDA) dalam web site perusahaan. Pada urutan

Page 68: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

50

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

berikutnya adalah data mengenai profil karyawansebanyak 20 perusahaan (41 persen), disusul denganinformasi mengenai aktivitas sosial sebanyak 19perusahaan (39 persen), dan yang terakhir informasimengenai profil pelanggan sebanyak 2 perusahaan (4persen). Informasi umum seperti yang tercantum dalamTabel 11 sangat penting dalam rangka membangunkepercayaan investor karena informasi tersebutmenunjukkan kekuatan perusahaan dan arah strategisyang akan dicapai perusahaan di masa yang akandatang.

Tabel 12 menyajikan hasil survei terhadapkeberadaan elemen-elemen pokok laporan keuanganauditan dalam web site perusahaan. Berdasarkan datadalam tabel tersebut diketahui bahwa empat peringkatteratas yang paling banyak disajikan dalam web siteperusahaan adalah elemen laporan keuangan pokok.Neraca disajikan oleh 33 perusahaan (67 persen),laporan rugi-laba disajikan oleh 32 perusahaan (65persen), laporan perubahan modal pemegang sahamdisajikan oleh 31 perusahaan (63 persen), dan laporanarus kas disajikan oleh 30 perusahaan (61 persen).Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari laporankeuangan yang paling sedikit disajikan adalah catatanatas laporan keuangan (28 perusahaan atau 57 persen).Hal tersebut kemungkinan terjadi karena catatan ataslaporan keuangan umumnya membutuhkan tempatpenyimpanan yang cukup besar apabila dicantumkandalam web site terutama jika formatnya PDF.

Laporan auditor merupakan sumber pentingbagi kredibilitas dan reliabilitas laporan keuangan.Laporan auditor formal harus ditandatangani danditanggali oleh auditor. Meskipun semua perusahaankemungkinan memenuhi peraturan tersebut dalamlaporan keuangan cetakan, Tabel 13 menunjukkanbahwa hanya 29 perusahaan (59 persen) yang memuatlaporan auditor dalam web site perusahaan dan hanya16 perusahaan (33 persen) yang memuat tanda tanganauditor. Praktik tersebut dapat mengurangi kredibilitasdan reabilitas laporan keuangan yang di muat dalaminternet. Tabel 13 juga mencantumkan hasil surveiterhadap keberadaan surat pernyataan mengenaitanggung jawab manajemen atas kewajaran laporankeuangan. Dari seluruh web site perusahaan yangditeliti, hanya 15 perusahaan (31 persen) yangmencantumkan surat pernyataan tersebut. Tidakdicantumkannya surat pernyataan manajemen dapatmenimbulkan masalah apabila dikemudian hari timbultuntutan hukum dari pihak yang dirugikan karenadisesatkan oleh informasi keuangan yang ada dalamweb site perusahaan.

Kaplan (1996) menyatakan bahwa salah satukeunggulan web site sebagai media penyebaraninformasi adalah dapat menyajikan informasi yang lebihterinci dibanding yang dimungkinkan oleh laporantahunan tradisional. Pelaporan keuangan menggunakaninternet memungkinkan perusahaan meningkatkanpengungkapan keuangan dengan mengungkap data

Page 69: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

51

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

keuangan yang tidak ringkas dan data keuangantambahan (misalnya penjualan mingguan ataukuartalan) dalam web site (Ashbaugh et al. 1999). Olehkarena kendala teknologi, perusahaan pada masa lalumelaporkan data keuangan ringkas ke pasar (Wallman,1995). Dengan kemampuan internet, ada kemungkinanperusahaan sudah mulai mengungkap informasikeuangan rinci yang lebih relevan.

Tabel 14 menyajikan hasil survei keberadaandata keuangaan dan data penting lainnya yang dapatdimuat dalam web site. Beberapa di antaranya berupadata rinci yang bermanfaat bagi investor untukmengevaluasi kinerja dan posisi keuangan perusahaansekarang dan masa yang akan datang. Dalam tabeltersebut nampak bahwa data keuangan paling banyakdimuat dalam web site perusahaan adalah ringkasandata keuangan penting sebanyak 39 perusahaan (80persen) dan rasio-rasio keuangan yang disajikan dalamtabel sebanyak 36 perusahaan (73 persen). Banyaknyaperusahaan yang mencantumkan informasi tersebutdapat terjadi karena data itu sudah biasa tercantumdalam laporan tahunan tradisional.

Dalam Tabel 14 juga diketahui bahwa dariseluruh web site perusahaan yang diteliti, 35 diantaranya (71 persen) menyajikan informasi press re-lease. Isi dari press release meliputi informasi mengenaihasil-hasil keuangan (kuartalan, semesteran, dantahunan), rapat pemegang saham (tahunan atau luarbiasa), perubahan dewan komisaris dan direksi, danperubahan pemilikan saham. Selain laporan keuangan

tahunan, laporan keuangan kuartalan relatif banyakdisajikan dalam web site perusahaan yaitu sebanyak31 perusahaan (63 persen). Sedangkan untuk informasiyang lebih rinci lainnya tidak banyak dimuat dalam website perusahaan. Agenda kegiatan perusahaandicantumkan oleh 9 perusahaan (18 persen), informasirincian penjualan per produk disajikan oleh 4perusahaan (8 persen), informasi rincian per segmendisajikan oleh 3 perusahaan (6 persen), dan statistikatau data industri disajikan oleh 3 perusahaan (6persen). Berdasarkan hasil survei tersebut diketahuibahwa perusahaan Indonesia belum memanfaatkankemampuan internet untuk menyajikan informasi yanglebih rinci dibanding media tradisional.

Seperti yang tersaji dalam Tabel 14, perusahaanyang menyajikan rasio keuangan dalam tabel sebanyak36 perusahaan (71 persen) dan rasio dalam kontekssaja sebanyak 1 perusahaan (2 persen). Untukmemaksimalkan kegunaan pelaporan keuanganmenggunakan internet, perusahaan-perusahaanidealnya menyajikan ukuran kinerja yang sama (Lymer,2000). Pada saat ini manajemen tidak terikat aturan untukmempublikasi informasi rasio-rasio tertentu. Informasirasio yang disajikan sangat bervariasi tergantung padapertimbangan manajemen.

Tabel 15 menyajikan hasil penelitian mengenaikeberadaan informasi yang berkaitan dengan sahamperusahaan di dalam web site. Informasi yang palingbanyak disajikan adalah informasi mengenai pemilikansaham perusahaan (27 perusahaan atau 55 persen),

Page 70: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

52

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

disusul informasi mengenai kinerja saham perusahaan(26 perusahaan atau 53 persen), kemudian informasimengenai harga saham terkini (20 perusahaan atau 41persen), dan yang paling sedikit disajikan adalahinformasi mengenai peringkat sekuritas perusahaan (4perusahaan atau 8 persen).

Salah satu keunggulan pelaporan keuanganmenggunakan internet adalah dapat menyediakaninformasi terkini melalui pemeliharaan secara teraturterhadap web site (FASB, 2000). Penggunaan internetuntuk penyajian laporan keuangan dapat meningkatkanrelevansi informasi melalui peningkatan ketepatanwaktu penyajian informasi keuangan (Ashbaugh at al.,1999). Ketepatan waktu penyajian dalam kontekspelaporan keuangan menggunakan internetmenyangkut penyajian informasi sebelum kehilangankapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan (FASB,

1980) serta penyebaran informasi dengan cara yangmemungkinkan perolehan dan penggunaan informasitersebut lebih cepat.

Tabel 16 menyajikan data ketepatan waktupenyajian laporan tahunan dalam web site perusahaan.Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa 28perusahaan (57 persen) menyajikan laporan tahunanterkini (tahun 2004), 4 perusahaan (8 persen) menyajikanlaporan tahunan lewat satu tahun (tahun 2003), danhanya 2 perusahaan (4 persen) yang menyajikanlaporan tahunan yang sudah usang (sebelum tahun2003). Berdasarkan hasil survei tersebut diketahuibahwa sebagian besar perusahaan menyajikan laporantahunan terkini di dalam web site.

Tabel 17 menyajikan data ketepatan waktupenyajian laporan kuartalan dalam web site perusahaan.Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya

Page 71: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

53

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

7 perusahaan (14 persen) menyajikan laporan kuartalanterkini (kuartal 3 tahun 2005), 20 perusahaan (41 persen)menyajikan laporan tahunan lewat satu kuartal (kuartal2 tahun 2005), dan 4 perusahaan (8 persen) yangmenyajikan laporan kuartalan yang sudah usang(sebelum kuartal 2 tahun 2005). Berdasarkan hasilsurvei tersebut diketahui bahwa sebagian besarperusahaan menyajikan laporan kuartalan di dalam website secara tidak tepat waktu sehingga dapat mengurangirelevansi informasi.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa pelaporankeuangan menggunakan internet sudah banyakdipraktikkan oleh perusahaan Indonesia. Namundemikian penggunaan internet untuk pelaporankeuangan oleh perusahaan Indonesia masih sebatassebagai alat redistribusi informasi yang selama ini sudahdikomunikasikan dengan media tradisional. PerusahaanIndonesia belum banyak memanfaatkan potensiinternet untuk meningkatkan dan memperbaiki prosespelaporan informasi keuangan kepada pemakai.

Pemakaian internet untuk pelaporan keuanganyang belum optimal kemungkinan terjadi karena haltersebut masih merupakan bidang yang baru dan belumsemua perusahaan manyadari manfaat yang dapatdiperoleh. Oleh karena itu, perlu upaya untukmenggalakkan pelaporan keuangan menggunakaninternet perusahaan Indonesia supaya dapatmemenangkan persaingan perolehan dana dari pasarglobal. Salah satu usaha yang dapat ditempuh untukmeningkatkan praktik pengungkapan informasi dalamweb site perusahaan adalah memperbanyak penelitianyang dipublikasi mengenai bidang tersebut.

Survei ulang di masa yang akan datang, denganmemasukkan atribut-atribut baru, berguna untukmengetahui perkembangan praktik pelaporan keuanganmenggunakan internet perusahaan Indonesia. Surveiyang mencakup perusahaan di beberapa negara jugapenting untuk dilakukan untuk membuat perbandinganantar negara. Dengan survei tersebut dapat diketahuidaya saing perusahaan Indonesia relatif dibandingperusahaan di negara lain dari sisi pelaporan keuanganmenggunakan internet.

DAFTAR PUSTAKA

Ashbaugh, H., Johnstone, K.M., dan Warfield, T.D.,“Corporate Reporting on the Internet”, Ac-counting Horizons (Vol. 13 No. 3, September1999): 241-57.

Brennan, N. dan Hourigan D., “Corporate Reportingon the Internet by Irish Companies”, Accoun-tancy Ireland (Vol. 30 No. 6, December 1998):18-21.

Commission dés Operations de Bourse (COB), “Guide-lines Concerning the Use of the Internet byListed Companies on A Regulated MarketWhen They Disseminate Financial Informa-tion”, COB (Paris, 1999).

Craven, B.M. dan Marston, C.L., “Financial Reportingon the Internet by Leading UK Companies”,The European Accounting Review (Vol. 8 No.2, 1999): 321-33.

Debreceny, R. dan Gray, G.L., “Financial Reporting onthe Internet and the External Audit”, EuropeanAccounting Review (Vol. 8, No. 2, 1999): 335-50.

Deller, D., Stubenrath, M., dan Weber, C., “A Surveyon the Use of the Internet for Investor Rela-tions in the USA, the UK and Germany”, Euro-pean Accounting Review (Vol. 8, No. 2, 1999):351-64.

Ettredge, M., Richardson, V.J., dan Scholz, S., “The Pre-sentation of Financial Information at CorporateWeb Sites”, International Journal of Account-ing Information Systems (Vol. 2, 2001): 149-68.

Financial Accounting Standards Board (FASB), “Quali-tative Characteristics of Accounting Informa-tion: Statement of Financial Accounting Con-cept No. 2”, FASB (Stamford, CT, 2000).

————, “Electronic Distribution of Business Report-ing Information”, Business Reporting ResearchProject, Steering Committee Report Series,FASB (Stamford, CT, 2000).

Page 72: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

54

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

Fisher, R., Oyelere, P., dan Lasward F., “Corporate Re-porting on the Internet: Audit Issues and Con-tent Analysis of Practices”, Managerial Ac-counting Journal (Vol. 19 No. 3, 2004): 412-39.

Gowthorpe, C. dan Flynn, G., “Reporting on the Web:the state-of-the-art”, Accountancy (August,1997).

Gowthorpe, C. dan Amat, O., “External Reporting ofAccounting dan Financial Information via theInternet in Spain”, European Accounting Re-view (Vol. 8 No. 2, 1999): 365-71.

Hedlin, P., “The Internet as a Vehicle for Investor Rela-tions: the Swedish Case”, European Account-ing Review (Vol. 8 No. 2, 1999): 373-81.

Hodge, F.D., “Hyperlinking Unaudited Information toAudited Financial Statements: Effects on Inves-tor Judgment”, The Accounting Review (Vol. 31No. 3, 2001): 333-46.

Institute for Economic and Financial Research, “Indo-nesian Capital Market Directories”, ECFIN(Jakarta: 2003).

Jenkins Committee Report, “Improving Business Re-porting: A Customer Focus”, Report of the Spe-cial Committee of AICPA on Financial Report-ing-Users Needs Sub-committee. Tersedia dihttp://www.rutgers.edu/Accounting/raw/aicpa/index.htm.

Kaplan, M., “Market Voluntary Plans via the WorldWide Web”, National Underwriter 100 (April1996): 8-9.

Khadaroo, M.I., “Business Reporting on the Internetin Malaysia and Singapore: A ComparativeStudy”, Corporate Communications: An Inter-national Journal (Vol. 10 No. 1, 2005): 58-68.

Lev, B., “Information Disclosure Strategy”, CaliforniaManagement Review (Summer, 1992): 9-32.

Lymer, A., “The Use of the Internet for Corporate Re-porting—A Discussion of the Issues and Sur-vey of Current Usage in the UK”, Journal ofFinancial Information System (1999).

————, “Investor Information Online—the Futureof Corporate Reporting?,” Account (Vol. 7 No 2,2000): 4-5.

Lymer, A., Debreceny, R., Gary, G., dan Rahman, A.,“Business Reporting on the Internet”, IASC(London, 1999).

Marston, C., “The Organization of Investor RelationsFunction by Large UK-quoted Companies”,Omega: International Journal of ManagementScience (Vol. 24 No. 4, 1996): 477-88.

—————., “Financial Reporting on the Internet byLeading Japanese Companies”, CorporateCommunications: An International Journal(Vol. 8 No. 1, 2003): 23-34.

Marston, C. dan Staker M., “Investor Relations: AnEuropean Survey”, Corporate Communica-tions: An International Journal (Vol. 6 No. 2,2001): 82-93.

Ng, E.J. dan Koh, H.C., “An Agency Theory and ProbitAnalytic Approach to Corporate Non-manda-tory Disclosure Compliance”, Asia-Pacific Jour-nal of Accounting (December 1994): 29-44.

Pirchegger, B. dan Wagenhofer, A., “Financial Infor-mation on the Internet: A Survey of theHomepages of Austrian Companies”, EuropeanAccounting Review (Vol. 8 No. 2, 1999): 383-91.

Reilly, M., “Wonders of the Web”, Investor Relations(February 1997).

SEC, “Fact Sheet 2000-53: Interpretative Release onthe Use of Electronic Media 2000”, Securitiesand Exchange Commission (2000)

Page 73: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

55

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

Wallman, S., “The Future of Accounting and Disclo-sure in Evolving World: The Need for DramaticChanges”, Accounting Horizons (Vol. 9 No. 3,September 1995): 81-91.

—————, “The Future of Accounting and Finan-cial Reporting Part 2: The Colorized Approach”,Accounting Horizons (Vol. 10 No. 2, June 1996):138-48.

Watts, R.L. and Zimmerman, J.L., “Towards PositiveTheory of the Determination of AccountingStandards”, The Accounting Review (Vol. 53,1978): 112-34.

Wildstrom, S.H., “Surfing for Annual Report”, Busi-ness Week (14 April 1997).

Zakimi, F. dan Abdul H., “Malaysian Companies’ Useof the Internet for Investor Relations”, Corpo-rate Governance (Vo. 5 No. 1, 2005): 5-14.

Page 74: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

56

Jam STIE YKPN - Bambang Suripto Praktik Pelaporan ......

Page 75: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

57

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

KAJIAN USAHA TERNAK KAMBING DALAM RANGKAMENINGKATKAN KESEJAHTERAAAN MASYARAKAT

KABUPATEN SLEMAN

Mufidhatul Khasanah1

1 Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si., adalah Dosen Tetap Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UniversitasWangsa Manggala Yogyakarta.

PENDAHULUAN

Amerika Serikat sebagai negara maju dan makmurmengandalkan produk pertanian sebagai basis dalammengembangkan sektor bisnis dan industri. Ada sekitar950 bidang kerja yang berada pada 1.900 industriberbasis pertanian (agribisnis) yang mempekerjakan 1dari 5 (20%) angkatan kerja. Jadi, agribisnis merupakankegiatan bisnis pertama yang menjadi wadah lapangankerja terbesar daripada sektor ekonomi lainnya.Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, adasekitar 2,3 juta pengusaha pertanian yang setiapperusahaan setidaknya mampu menghidupi 57 orangdi dalam negeri dan 22 orang di luar negeri.

Indonesia sering disebut sebagai negara agrariskarena lebih kurang 70% penduduknya terlibat dalamaktivitas di sektor agraris. Oleh karena itu, seandainyasektor agraris dikelola dengan benar makapengangguran dan kemiskinan tidak akan terjadi.

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 57-78

Pengelolaan sektor agraris yang benar dapat dilakukanmelalui penyediaan kebutuhan bagi usaha tani,pemrosesan hasil pertanian sehingga memiliki nilaitambah, dan memasarkannya secara borongan daneceran. Jadi, bidang agribisnis merupakan sektor yangluas dengan melibatkan banyak tenaga kerja dariberbagai tingkatan pendidikan. Sektor pertanian di In-donesia pada umumnya melibatkan potensi pedesaanyang sebagian hanya menghasilkan produk primer yangberasal dari tanaman dan hewan, belummengembangkan ke industri pengelolaan produk primertersebut. Dalam pertanian, nilai bisnis tetap merupakanbagian yang menentukan. Berikut ini disajikan datatentang keunggulan agribisnis pada tabel 1:

Nampak pada tabel 1, kontribusi agribisnisterhadap nilai industri nonmigas, ekspor nonmigas, dankesempatan kerja industri nonmigas lebih daripada 50%sedangkan kontribusinya terhadap impor nonmigashanya 27,40% (atau lebih kurang 25%). Hal ini

Lingkup Persentase Pangsa terhadap nilai industri nonmigas Pangsa terhadap ekspor nonmigas Pangsa terhadap kesempatan kerja industri nonmigas Pangsa terhadap impor nonmigas

63,78% 65,12% 73,64% 27,40%

Tabel 1Keunggulan Agribisnis

Sumber: Kontan, 27 September 2004, hal. 12.

Page 76: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

58

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

menunjukkan bahwa agribisnis mempunyai peranpenting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini jugasudah dibuktikan pada waktu Indonesia mengalamikrisis tahun 1998 yang lalu. Pada waktu krisis, semuasektor ekonomi mempunyai laju pertumbuhan negatifkecuali sektor pertanian yang mampu mencapai lajupertumbuhan positif sehingga sektor pertanian menjadidewa penyelamat perekonomian Indonesia. Krisisekonomi yang terjadi di Indonesia, terjadi pula diperekonomian Kabupaten Sleman.

Kabupaten Sleman yang secara geografisterletak di antara 107o 15’ 03" dan 100o 29’ 30" BujurTimur, 7o 34’ 51" dan 7o 47’ 03" Lintang Selatanmempunyai jarak terjauh Utara Selatan 32 Km danTimur-Barat 35 Km. Wilayah Kabupaten Sleman seluas18% dari luas wilayah Propinsi DIY atau seluas 574,82Km2. Berdasarkan luas wilayah tersebut termanfaatkanuntuk tanah sawah seluas 242,91 Km2 (42,26%), tanahtegalan seluas 58,64 Km2 (0,31%), dan pemanfaatan lain

seluas 55,11 Km2 (9,59%). Secara topografis, wilayahKabupaten Sleman merupakan wilayah dataranperbukitan dan pegunungan dengan ketinggian antara100 meter hingga 2.500 meter di atas permukaan laut.Wilayah bagian selatan relatif datar kecuali perbukitandi sebelah tenggara Kecamatan Prambanan dansebagian Gamping. Semakin ke utara kondisibergelombang. Pada bagian utara wilayah Sleman(lereng Merapi) kondisi alam relatif terjal, namun tingkatkesuburannya tinggi dan terdapat banyak sumber air.

Perekonomian Kabupaten Sleman –dilihat dariindikator ekonomi sektor-sektor PDRB- mempunyaiposisi yang sangat penting dalam menyumbang PDRBPropinsi DIY dibandingkan dengan kota/kabupatenyang lain. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangankontribusi PDRB Kabupaten Sleman atas dasar hargaberlaku (ADHB) selama tahun 1998 sampai dengan 2003terhadap PDRB Propinsi DIY seperti yang nampak padatabel 2 berikut ini.

Sumber: BPS Propinsi DIY.

NOMOR SEKTOR-SEKTOR (LAPANGAN USAHA) 1998 1999 2000 2001 2002 2003

1 PERTANIAN 25.75% 23.17% 25.91% 28.48% 31.44% 26.38%

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 7.01% 7.79% 8.10% 8.35% 11.40% 12.52%

PRIMER 24.28% 22.22% 24.79% 27.08% 29.83% 25.43%

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 27.08% 25.05% 25.69% 26.76% 35.75% 35.31%

4 LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH 32.63% 29.33% 28.76% 26.98% 37.79% 43.41%

5 BANGUNAN 33.60% 33.74% 34.85% 35.71% 33.91% 41.23%

SEKUNDER 29.35% 27.76% 28.51% 29.38% 35.27% 37.30%

6 PERDAGANGAN, HOTEL, dan RESTORAN 28.60% 28.40% 28.65% 30.96% 32.73% 34.31%

7 PENGANGKUTAN dan KOMUNIKASI 25.59% 25.61% 24.62% 23.59% 21.72% 23.70%

8 KEUANGAN, PERSEWAAN dan JASA PERUSAHAAN 30.32% 32.12% 29.91% 32.96% 26.44% 30.21%

9 JASA-JASA 28.22% 29.22% 26.97% 26.35% 24.89% 26.80%

TERSIER 28.22% 28.77% 27.60% 28.40% 27.04% 29.35%

PDRB KABUPATEN SLEMAN TERHADAP PDRB DIY 27.68% 26.99% 27.20% 28.37% 29.51% 30.46%

Tabel 2Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Sleman

Terhadap PDRB Propinsi DIYTahun 1998-2003

Page 77: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

59

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Berdasarkan tabel 2, nampak kesembilan sektordalam PDRB Kabupaten Sleman ADHB selama tahun1998-2003 mempunyai rata-rata kontribusi lebih besardaripada 25% (28,37%) terhadap PDRB Propinsi DIYkecuali sektor pertambangan dan penggalian yanghanya mampu memberikan kontribusi sebanyak 9,20%.Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanamanbahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan danhasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan mampumemberikan kontribusi sebanyak 25,75% pada tahun1998 dan naik menjadi 26,83% pada tahun 2003 atauselama tahun 1998-2003 mampu memberikan kontribusirata-rata sebanyak 26,86%. Bahkan, berdasarkan dataprediksi PDRB Kabupaten Sleman ADHB tahun 2005-2009 seperti yang nampak pada tabel 3 berikut ini,kontribusi kesembilan sektor dalam PDRB KabupatenSleman mampu memberikan kontribusi rata-ratasebanyak 29,77% yang lebih tinggi daripada tahun1998-2003 yang sebanyak 28,37%.

Sektor pertanian di Kabupaten Sleman selamatahun 1998-2003 mengalami perubahan nilai LocationQuotient (LQ). Nilai LQ merupakan indikator potensisuatu sektor atau subsektor atau produk di suatuwilayah. Apabila nilai LQ suatu sektor atau subsektoratau produk lebih besar daripada 1, maka sektor atausubsektor atau produk tersebut dapat dikembangkanpotensinya. Apabila nilai LQ suatu sektor atausubsektor atau produk lebih kecil daripada 1, makasektor atau subsektor atau produk tersebut tidak dapatdikembangkan potensinya. Pengembangan potensisektor atau subsektor atau produk tersebut tergantungkaitan ke belakang (backward) dan ke depan (forward).Kaitan ke belakang pengembangan suatu sektor atausubsektor atau produk misalnya ketersediaan bahanbaku, lahan, manusia, modal atau kapital, dan keahlianmanajerial. Kaitan ke depan pengembangan suatusektor atau subsektor atau produk misalnya tingkatpenyerapan pasar, kemampuan daya beli konsumen,

Sumber: BPS Propinsi DIY. Data diolah.

Tabel 3Prediksi Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Sleman

Terhadap PDRB Propinsi DIYTahun 2005-2009

Page 78: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

60

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

dan selera konsumen. Berikut ini disajikan tabel 4tentang LQ sektor-sektor PDRB Kabupaten Slemanselama tahun 1998-2003.

Berdasarkan tabel 4, nampak nilai LQ sektorpertanian berfluktuasi selama tahun 1998-2003. Padatahun 2001 dan 2002 nilai LQ sektor pertanian lebihbesar daripada 1 sedangkan pada tahun 1998, 1999,2000, dan 2003 lebih kecil daripada 1. Fluktuasi nilai LQ

sektor pertanian selama tahun 1998-2003 menunjukkanbahwa kaitan ke belakang dan ke depan sektor pertanianjuga mengalami perubahan. Prediksi nilai LQ sektorpertanian tahun 2005-2009 diperkirakan menunjukkanhasil yang lebih besar daripada 1, khususnya mulaitahun 2006-2009. Prediksi nilai LQ sektor-sektor diKabupaten Sleman selama tahun 2005-2009 disajikanpada tabel 5 berikut ini:

Tabel 4LQ Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Sleman

Tahun 1998-2003

Sumber: BPS Propinsi DIY. Data diolah.

Tabel 5Prediksi Nilai LQ Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Sleman

Tahun 2005-2009

Sumber: BPS Propinsi DIY. Data diolah.

Page 79: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

61

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Dampak fluktuasi nilai LQ sektor pertanianselama tahun 1998-2003 mengakibatkan terjadinyaperubahan kontribusi sektor pertanian dan sektorlainnya dalam PDRB Kabupaten Sleman. Hal iniditunjukkan pada tabel 6 tentang perubahan kontribusisektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman selamatahun 1998-2003.

Berdasarkan tabel 6, nampak bahwa sektorpertanian selama tahun 1998-2003 mampu memberikankontribusi rata-rata terhadap PDRB Kabupaten Slemansebanyak 18,24% atau sebagai sektor penyumbangterbesar kedua setelah sektor perdagangan, hotel, danrestoran yang sebanyak 20,19%.

SUBSEKTOR PETERNAKAN DAN HASIL-HASILNYA

Apabila dilihat kontribusi sub-subsektor pertanianselama tahun 1999-2003 nampak subsektor peternakandan hasil-hasilnya selalu mampu memberikan kontribusiterhadap sektor pertanian dan PDRB Kabupaten Slemanterbesar kedua setelah subsektor tanaman bahanmakanan. Pada tahun 1999, subsektor peternakan danhasil-hasilnya mampu memberikan kontribusi terhadapPDRB Kabupaten Sleman sebanyak 1,63% sedang padatahun 2003 sebanyak 1,54%. Hal ini menunjukkan bahwasubsektor peternakan dan hasil-hasilnya di Kabupaten

Tabel 6Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Sleman

Tahun 1998-2003

Sumber: BPS Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 80: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

62

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Tabel 7Kontribusi Sub-Subsektor Pertanian Terhadap

PDRB ADHB Kabupaten SlemanTahun 1999-2003

Sumber: BPS Kabupaten Sleman.

Sleman mempunyai peran penting dalam perkembangansektor pertanian dan perekonomian Kabupaten Sleman.Berikut ini disajikan tabel 7 tentang kontribusi sub-subsektor pertanian Kabupaten Sleman selama tahun1999-2003.

Laju pertumbuhan subsektor peternakan danhasil-hasilnya selama tahun 1998-2003 menunjukkanhasil yang berfluktuasi. Fluktuasi laju pertumbuhan inidisebabkan karena faktor kaitan ke belakang dan kedepan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sepertiyang dijelaskan sebelumnya. Subsektor peternakan danhasil-hasilnya pernah mengalami laju pertumbuhannegatif pada tahun 2001. Namun, pada tahun 2002 dan2003 mampu mencapai laju pertumbuhan positif masing-masing sebanyak 16,41% dan 4,38%. Berikut ini

disajikan laju pertumbuhan sub-subsektor pertanianselama tahun 1998-2003.

Berdasarkan penjelasan berbagai tabel tersebutmenjadi bukti bahwa Kabupaten Sleman menjadipenopang kebutuhan pangan masyarakat Propinsi DIY.Oleh karena itu, Kabupaten Sleman perlu meningkatkan-minimal mempertahankan– hasil sub-subsektorpertanian tak terkecuali subsektor peternakan dan hasil-hasilnya.

PETERNAKAN KAMBING

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yangbanyak dipilih masyarakat perdesaan di Indonesiasebagai salah satu sumber penghasilan keluarga.

Tabel 8Laju Pertumbuhan Sub-Subsektor Pertanian

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 1993 Kabupaten SlemanTahun 1998-2003

Sumber: BPS Kabupaten Sleman. Data diolah.

Page 81: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

63

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Populasi kambing di Indonesia rata-rata mengalami lajupertumbuhan sebanyak 2,2% sampai 4,3% per tahun(B. Sarwono, 2004, 2). Nilai ekonomi sumberdayabeternak kambing terhadap total pendapatan keluargasebanyak 14%-25%. Semakin rendah tingkat perluasanlahan pertanian, semakin besar nilai sumberdaya yangdiusahakan dari beternak kambing. Peningkatan nilaisumberdaya beternak kambing dapat dilakukan apabilapeternak kambing memperhatikan kaidah-kaidah usahapeternakan kambing seperti penggunaan bibit yangbaik, pemberian pakan yang cukup gizi dan volume,tata laksana pemeliharaan yang benar, danmemperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.

Pada tahun 2004 ini, kebutuhan kambing diPropinsi DIY untuk memenuhi warung-warung satekambing mencapai 300 ekor per hari. Kebutuhantersebut oleh peternak kambing hanya dapat dipenuhi125 ekor kambing (42,5%) sehingga masih kurang 175

ekor kambing (57,5%) per harinya (Kedaulatan Rakyat,18 Septemver 2004, hal. 5). Berdasarkan hal itu, BupatiSleman Drs. Ibnu Subiyanto, Akuntan seusaikunjungan ke berbagai desa di Kabupaten Slemanmenyatakan bahwa populasi ternak kambing diKabupaten Sleman harus dapat ditingkatkan lagi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan warung-warungsate kambing yang masih kurang 57,5% tersebut –berartisebagai sumber pendapatan peternak kambing, ternakkambing juga dapat bermanfaat dalam menghasilkankotoran ternaknya untuk digunakan sebagai bahanpupuk organik yang memiliki keunggulan dibandingkanpupuk pabrik. Bahkan ternak kambing dapat jugadigunakan sebagai penangkal terhadap berbagaipenyakit yang disebabkan oleh nyamuk, misalnya ma-laria. Berikut ini disajikan populasi ternak kambing diKabupaten Sleman pada tahun 2003 pada tabel 9 dan10.

Sumber: Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertanian dan Pertahanan KabupatenSleman, Tahun 2003. Data diolah.

Tabel 9Populasi Ternak Kambing di Kabupaten Sleman

Tahun 2003

Page 82: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

64

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Berdasarkan tabel 9, nampak persentasekambing jantan sebagian besar terdapat di kecamatanBerbah (12,32%) dan Moyudan (12,37%), sedangpersentase kambing betina sebagian besar terdapat dikecamatan Ngaglik (10,54%), Prambanan (16,09%), danTuri (14,06%). Kelima kecamatan di Kabupaten Slemanyang memiliki persentase kambing jantan dan betinaterbesar merupakan kecamatan yang termasuk dalamwilayah perdesaan, kecuali kecamatan Ngaglik yangmasuk kecamatan perkotaan. Hal ini menunjukkanbahwa pada empat kecamatan perdesaan kambingditernakkan sebagai bagian dari kehidupan petani padaumumnya (diternakkan belum menggunakan prinsip-prinsip bisnis) sedang pada kecamatan perkotaankambing diternakkan sebagai bagian dari kegiatan

bisnis penduduk (diternakkan sudah menggunakanprinsip-prinsip bisnis).

Berdasarkan tabel 10, nampak di semuakecamatan Kabupaten Sleman persentase kambingbetina lebih banyak daripada persentase kambingjantan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk usahapeternakan kambing di masing-masing kecamatan tidakada masalah karena rasio kambing betina dan jantanyang lebih besar daripada 1. Ketertarikan masyarakatdalam usaha peternakan kambing di Kabupaten Slemanbergantung pada beberapa faktor, seperti harga ternakkambing dan harga kulit kambing. Berikut ini disajikandata tentang harga ternak kambing dan harga kulitkambing.

Tabel 10Populasi Ternak Kambing di Kabupaten Sleman

Tahun 2003

Sumber: Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertanian dan Pertahanan KabupatenSleman, Tahun 2003. Data diolah.

Page 83: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

65

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Untuk menunjang pengembangan ternakkambing di Kabupaten Sleman maka dibangun PosKesehatan Hewan (Poskeswan) di beberapa tempat.Berikut ini disajikan poskeswan di Kabupaten Slemantahun 2003 beserta layanan pemeriksaan. Selama tahun2003, jumlah kambing yang disuntik sebanyak 322 ekor,baik yang dilakukan di poskeswan maupun di kandangkambing. Sementara jumlah kambing yang mati danterdata pada tahun 2003 sebanyak 10 ekor.

Kebutuhan jumlah kambing yang belum dapatdilayani untuk memenuhi permintaan warung-warungsate kambing di Propinsi DIY pada tahun 2004 adalah57,5% atau 175 ekor kambing per hari. Hal inimenunjukkan bahwa jumlah pengusaha warung sate(gule) kambing di Propinsi DIY cukup banyak. Berikutini disajikan tabel tentang pengusaha warung sate(gule) kambing dan daging kambing yang dibutuhkanper kecamatan di Kabupaten Sleman tahun 2003.

Tabel 11Harga Ternak Kambing dan Harga Kulit Kambing

di Kabupaten Sleman, Tahun 2003

Sumber: Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertanian dan Pertahanan Kabupaten Sleman, Tahun2003.

Tabel 12Kegiatan Poskeswan di kabupaten Sleman

Tahun 2003

Sumber: Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertanian dan PertahananKabupaten Sleman, Tahun 2003.

Page 84: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

66

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Berdasarkan tabel 13, nampak jumlah pengusahawarung sate (gule) kambing terbanyak di KabupatenSleman ada di kecamatan Godean (15,32%), sedangjumlah daging kambing yang dibutuhkan terbanyak diKabupaten Sleman ada di kecamatan Depok (27,24%)dan kecamatan Ngaglik (12,29%). Berdasarkan lokasikecamatan yang termasuk kecamatan perkotaan, makanampak bahwa para pengusaha warung sate (gule)kambing melakukan usaha tersebut dengan tujuanbisnis atau profit oriented. Di samping usaha warungsate (gule) kambing, nilai ekonomis usaha ternakkambing di Kabupaten Sleman tahun 2003 ditunjukkanpula dengan hasil kulit kambing sebanyak 4.872 lembaryang nilai jualnya per lembar Rp43.000,-. Dengandemikian, penerimaan total kulit kambing sebanyakRp209.496.000,-.

Tabel 13Jumlah Pengusaha Warung Sate (Gule) Kambing dan

Jumlah Daging Kambing yang Dibutuhkanper Kecamatan di Kabupaten Sleman

Tahun 2003

Sumber: Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertanian dan Pertahanan Kabupaten Sleman, Tahun2003. Data diolah.

USAHA TERNAK KAMBING

Menurut Dinas Peternakan Kambing Pemerintah DKIJakarta, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikandalam usaha ternak kambing, yaitu bibit, makanan, dantata laksana.

1. BibitPemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuandari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah,misalnya kambing kacang untuk produksi daging,kambing etawah untuk produksi susu, dansebagainya. Secara umum ciri bibit yang baik adalahyang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih danmengkilat, dan daya adaptasi tinggi terhadaplingkungan.

Page 85: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

67

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Ciri untuk calon induk:1) Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis

punggung dan pinggang lurus, tubuh besartetapi tidak terlalu gemuk.

2) Jinak dan sorot matanya ramah.3) Kaki lurus dan tumit tinggi.4) Gigi lengkap (2 gigi seri tetap), mampu merumput

dengan baik (efisien), rahang atas dan bawahrata.

5) Berasal dari keturunan kembar atau dilahirkantunggal tapi dari induk yang muda.

6) Ambing simetris, tidak menggantung danberputing 2 buah.

7) Umur lebih daripada 1 tahun.8) Berat lebih daripada 20 kg.

Ciri untuk calon pejantan:1) Tubuh besar dan panjang dengan bagian

belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar,tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memilikilibido (nafsu kawin) tinggi.

2) Gigi lengkap (2 gigi seri tetap), mampu merumputdengan baik (efisien), rahang atas dan bawahrata.

3) Kaki lurus dan kuat.4) Berasal dari keturunan kembar.5) Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.

2. MakananJenis makanan dan cara pemberiannya disesuaikandengan umur dan kondisi ternak. Pakan yangdiberikan harus cukup protein, karbohidrat, vita-min dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dandisukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Padadasarnya ada dua macam makanan, yaitu pakanhijauan (berbagai jenis rumput, daun lamtoro, gamal,dan daun nangka) dan pakan tambahan(konsentrat) berasal dari kacang-kacangan, tepungikan, bungkil kelapa, dedak ditambah vitamin danmineral. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3%berat badan (dasar bahan kering) atau 10% - 15%berat badan (dasar bahan segar). Untuk pakankambing pada waktu bunting tua dan barumelahirkan, selain pakan hijauan perlu pakantambahan sekitar 1,5% berat badan dengankandungan protein 16%.

Cara pemberiannya:1) Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat

rumput 10% dari berat badan kambing, berikanjuga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari,dan garam berjodium secukupnya.

2) Untuk kambing bunting, induk menyusui,kambing perah dan pejantan yang seringdikawinkan perlu ditambahkan makananpenguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1kg/ekor/hari.

3. TATA LAKSANA1) Kandang

Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari,bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah:Kandang beranak120 cm x 120 cm /ekorKandang induk 100 cm x 125 cm /ekorKandang anak 100 cm x 125 cm /ekorKandang pejantan 110 cm x 125 cm /ekor

2) Pengelolaan ReproduksiDiusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harusdiperhatikan adalah:a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur

6 - 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan padaumur 10 - 12 bulan atau saat bobot badanmencapai 55 - 60 kg.

b. Lama birahi 24 - 45 jam dan siklus birahiberselang selama 17 - 21 hari.

c. Tanda-tanda birahi adalah gelisah, nafsu makandan minum menurun, ekor sering dikibaskan,sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki.

d. Rasio jantan dan betina adalah 1 : 10Saat yang tepat untuk mengawinkan kambingadalah:a. Masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan).b. Masa melahirkan, penyapihan, dan istirahat ± 2

bulan.3) Pengendalian Penyakit

a. Hendaknya ditekankan pada pencegahanpenyakit melalui sanitasi kandang yang baik,makanan yang cukup gizi, dan vaksinasi.

b. Penyakit yang sering menyerang kambingadalah cacingan, kudis (scabies), kembung

Page 86: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

68

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dankoksidiosis.

4) Pasca Panena. Hendaknya diusahakan untuk selalu

meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak,baik daging, susu, kulit, tanduk, maupunkotorannya. Apabila kambing hendak dijualpada saat berat badan tidak bertambah lagi(umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agarpermintaan akan kambing cukup tinggi.

b. Harga jual per ekor kambing berdasarkan berathidup x (45% sampai 50%) karkas x harga dagingeceran.

c. Menurut Balai Penelitian Ternak (e-mail:[email protected]), kotoran kambing sebagaipupuk organik sangat bermanfaat bagi tanahdan tanaman. Pupuk organik atau (kompos)sebagai hasil akhir atau hasil antara dariperubahan tanaman atau hewan tersusun daricampuran limbah pertanian, limbah dapur, danhasil samping pemeliharaan ternak (campuranfeses, urin, dan sisa pakan).Penggunaan pupuk anorganik yang tersusun

dari satu atau gabungan beberapa unsur kimia yangdiproses pada suatu pabrik secara terus menerus tanpadiimbangi dengan pemberian pupuk organik akanmengganggu sifat fisik tanah yang selanjutnyamempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan sifat fisikdan kimiawi tanah serta mencegah kerusakan lahanadalah konservasi dengan pupuk organik.

Salah satu ternak yang cukup berpotensisebagai sumber pupuk organik adalah kambing. Petaniumumnya memelihara ternak tersebut sebagai usahasampingan. Di daerah Cirebon, Bogor dan Garut, setiappetani rata-rata memiliki kambing 6,32 ekor. Rata-ratasetiap ekor ternak memerlukan pakan hijauan segar 5,35kg/hari atau 33,3 kg/peternak. Berdasarkan hasilperhitungan, dari jumlah pakan yang dikonsumsitersebut, 4 kg akan dikeluarkan sebagai feses (bahankering feses 45%) per hari per 6,32 ekor. Selain itu, sisapakan hijauan yang terbuang berkisar 40-50% atau 14,2kg. Dengan demikian, feses dan sisa hijauan yang dapatdikumpulkan setiap hari sebagai bahan komposmencapai 18,2 kg untuk setiap peternak.

Feses kambing mengandung bahan kering dannitrogen berturut-turut 40-50% dan 1,2-2,1%.

Kandungan tersebut bergantung pada bahanpenyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen pakan,nilai biologis ransum, dan kemampuan ternak untukmencerna ransum. Produksi urin kambing-dombamencapai 0,6-2,5 l/hari dengan kandungan nitrogen0,51-0,71%. Variasi kandungan nitrogen tersebutbergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkatkelarutan protein kasar pakan, serta kemampuan ternakuntuk memanfaatkan nitrogen asal pakan. Kotorankambing yang tersusun dari feses, urin, dan sisa pakanmengandung nitrogen lebih tinggi daripada yang hanyaberasal dari feses.

Pemeliharaan ternak dengan dikandangkan danpemberian pakan sistem “potong angkut” memudahkanpetani untuk mengumpulkan kotoran ternak. Apabilapengumpulan dan pengambilan kotoran kambingdilakukan setiap tiga bulan maka produksi kotorankambing yang diperoleh mencapai 1.728 kg setiappeternak. Jumlah nitrogen yang dapat diperoleh darikotoran kambing dengan total bobot badan ± 120 kgdan dengan periode pengumpulan kotoran selama tigabulan sekali mencapai 7,4 kg. Jumlah ini dapatdisetarakan dengan 16,2 kg urea (46% nitrogen).

Produksi bahan kering kompos kotorankambing-domba yang dapat dihasilkan selama 3 bulanmencapai 4 kali lebih tinggi dari bobot badan ternakkambing yang dipelihara, atau 16 kali dalam setahun.Kotoran kambing dapat dimanfaatkan secara langsungdengan mencampurkannya pada saat pengolahantanah. Namun untuk mendapatkan hasil lebih baik,disarankan agar kotoran diolah terlebih dahulu. Hasilolahan tersebut dikenal dengan pupuk kandang. Carapengolahan kotoran tersebut digolongkan menjadi dua,yakni pengolahan dengan sistem terbuka dan tertutup.Pada sistem terbuka, kotoran dibiarkan sekitar 3 bulandalam lubang penampung yang tersedia di bawahkandang panggung. Cara ini cukup murah dan mudah.Kotoran yang telah tertimbun dapat langsungdigunakan sebagai pupuk organik.

Pengolahan dengan sistem tertutup dilakukandengan cara menimbun kotoran dalam suatu lubangyang diberi atap dan terhindar dari genangan air. Lantaidan dinding lubang sebaiknya disemen untukmencegah kehilangan unsur hara. Selanjutnya lubangditutup dengan tanah setebal 30 cm dan dibiarkanselama 3 bulan. Pupuk organik kemudian dikeluarkandan siap digunakan.

Page 87: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

69

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING

1) Usaha Ternak Penggemukan Kambing Potonga. Asumsii. Waktu penggemukan kambing potong 100 hari

dengan waktu istirahat 5 hari.ii. Jumlah ternak kambing potong sebanyak 100

ekor dengan harga cempe per ekor Rp250.000,-iii. Nilai kandang Rp15.000.000,- untuk 20 periode

penggemukan.iv. Nilai peralatan pemeliharaan Rp3.000.000,-

untuk 10 periode penggemukan.v. Pakan hijauan rata-rata sebanyak 4 kg per ekor/

hari dengan harga Rp100,- per kg.vi. Konsentrat rata-rata 0,225 kg per ekor/hari

dengan harga Rp700,- per kg.vii. Biaya obatan-obatan Rp5.000,- per ekor.viii.Jumlah tenaga kerja 2 orang dengan upah

Rp500.000,- per bulan.ix. Berat akhir pemeliharaan rata-rata 30 kg dengan

persentase karkas 30 kg.x. Harga jual kambing potong Rp400.000,- per

ekor.

xi. Harga berat karkas Rp26.500,- per kg, edibleproduct Rp45.000,- per ekor, dan kulit Rp43.000,-per lembar.

xii. Biaya pemasaran Rp1.000.000,-xiii. Nilai jual kotoran kambing sebagai pupuk

kandang Rp1.000.000,- per periodepemeliharaan.

xiv. Biaya pemotongan dan pengulitan Rp25.000,-per ekor.

xv. Biaya lain-lain Rp500.000,-b. Ringkasan hasil perhitungan

i. Biaya Tetap Rp1.050.000,-ii. Biaya Variabel nonkarkas Rp36.575.00,-iii. Biaya Total nonkarkas Rp37.625.000,-iv. Biaya Variabel karkas Rp39.075.000,-v. Biaya Total karkas Rp40.125.000,-vi. Penerimaan nonkarkas Rp41.000.000.-vii. Penerimaan karkas Rp45.575.000,-viii.Nilai B/C ratio sebesar 1,83 menunjukkan bahwa

tambahan penerimaan yang diperoleh sebesar1,83 kali tambahan biaya yang dikeluarkan.

c. Rincian hasil perhitungan disajikan pada tabel 14berikut ini.

Tabel 14Analisis Usaha Penggemukan Kambing Potong

Page 88: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

70

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Sumber: Subangkit M. dan B. Sarwono. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.2004. hal. 70-73. Data diolah.

Nilai B/C ratio sebesar 1,83.

2) Usaha Ternak Pembibitan Kambing Potonga. Asumsii. Waktu pembibitan kambing potong dilakukan

selama rata-rata 8 bulan sehingga waktupemeliharaan dalam waktu 6 tahun sampai indukmencapai umur afkir, induk telah menghasilkananak 7 kali.

ii. Jumlah anak rata-rata setiap kelahiran (liter size)adalah 1,8.

iii. Jumlah induk sebanyak 100 ekor dan pejantansebanyak 7 ekor.

iv. Harga rata-rata induk awal per ekor Rp500.000,-dan saat afkir Rp360.000,-

v. Harga rata-rata pejantan awal per ekorRp700.000,- dan saat afkir Rp490.000,-

vi. Persentase bunting rata-rata 90%, mortalitassampai saat sapih 6%, dan mortalitas dari umursapih sampai dengan cempe (7 bulan) 4%.

vii. Nilai kandang Rp15.000.000,- denganpenyusutan 10% per periode (8 bulan).

Page 89: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

71

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

viii. Nilai peralatan pemeliharaan Rp3.000.000,-untuk 7 periode pembibitan.

ix. Pakan hijauan induk rata-rata sebanyak 5 kgper ekor/hari dan anak lepas sapih (selama 120hari) 2 kg per ekor/hari dengan harga Rp100,-per kg.

x. Konsentrat rata-rata 0,25 kg per ekor/hari dananak lepas sapih (selama 120 hari) 100 gr perekor/hari dengan harga Rp700,- per kg.

xi. Biaya obatan-obatan Rp3.000,- per ekor.xii. Jumlah tenaga kerja 2 orang dengan upah

Rp500.000,- per bulan.xiii. Jumlah anak yang dilahirkan adalah 90% x 100

ekor x 1,8 = 162 ekor.xiv. Jumlah anak sampai umur 7 bulan adalah 90% x

162 ekor = 145 ekor.xv. Harga cempe Rp250,000,- per ekor.

b. Ringkasan hasil perhitungani. Biaya Tetap Rp4.138.571,-ii. Biaya Variabel Rp32.067.000,-iii. Biaya Total Rp36.205.571,-iv. Penerimaan Rp37.250.000.-v. Laba per periode Rp1.044.429,-vi. Laba per siklus 6 tahun (7 periode) Rp7.311.003,-

c. Rincian hasil perhitungan disajikan pada tabel 15berikut ini.

Tabel 15Analisis Usaha Pembibitan Kambing Potong

Page 90: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

72

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Scheme Ternak Kambing Melalui Ternak KambingBergulir

1) Kelompok Peternak Penggemukan KambingPotong (KP2KP)Usaha penggemukan ternak kambing potong diKabupaten Sleman dilakukan melalui bantuan danabergulir kepada usaha pengembangan penggemukankambing potong. Bantuan dana bergulir usaha tersebutsenilai Rp6 milyar yang disalurkan melalui KP2KPKabupaten Sleman.

Berdasarkan bantuan dana bergulir sebanyakRp6 milyar, dapat dibentuk KP2KP sebanyak 103kelompok dan pengadaan bakalan kambing potongsebanyak 10.300 ekor yang disalurkan kepada paraanggota kelompok dari 103 KP2KP Kabupaten Sleman

yang tersebar di 86 desa di 17 kecamatan. Bakalankambing tersebut bukan bantuan gratis melainkanbantuan dana bergulir yang harus dikembalikan kepadaanggota kelompok dan Pemerintah Kabupaten Slemanuntuk pembentukan KP2KP yang lain. Pengembalian-nya berupa bakalan kambing yang dibeli dari hasilusaha ternak kambing KP2KP, sehingga bibit kambingdapat digulirkan lagi pada anggota KP2KP yang belummemperoleh kesempatan menerimanya. Di sampingpengembalian kepada anggota KP2KP yang lain,KP2KP juga mengembalikan dana sebanyak tertentukepada Pemerintah Kabupaten Sleman untuk digunakanbagi pembentukan KP2KP baru. Berikut ini disajikandata tentang alokasi pengguliran kambing potong danjumlah kelompok per kecamatan.

Sumber: Subangkit M. dan B. Sarwono. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.2004. hal. 73-76. Data diolah.

Page 91: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

73

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Berdasarkan tabel 16, per kecamatan diKabupaten Sleman akan memperoleh alokasi jumlahbakalan kambing yang berbeda-beda sesuai denganpersentase pemilikan kambing yang terdapat di masing-masing kecamatan (tabel 10). Jumlah kelompok ternakkambing potong per kecamatan yang dapat dibentuknampak pada tabel 16 kolom terakhir. Masing-masingkelompok ternak kambing memiliki anggota sebanyak20 orang. Scheme pengguliran untuk 103 KP2KP danpengembangan bagi KP2KP baru disajikan pada tabel17 A dan tabel 17 B berikut ini:

Tabel 16Alokasi Ternak Kambing dan Jumlah Kelompok per Kecamatan

Page 92: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

74

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Tabel 17 AAsumsi Scheme Pengembangan Dana Bergulir untuk KP2KP

di Kabupaten Sleman, Tahun 2005

Tabel 17 BScheme Pengembangan Dana Bergulir untuk KP2KP

di Kabupaten Sleman, Tahun 2005

Page 93: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

75

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

2) Kelompok Peternak Pembibitan KambingPotong (KP2KP)Usaha pembibitan ternak kambing potong diKabupaten Sleman dilakukan melalui bantuan danabergulir kepada usaha pengembangan pembibitankambing potong. Bantuan dana bergulir usaha tersebutsenilai Rp6 milyar yang disalurkan melalui KP2KPKabupaten Sleman.

Berdasarkan bantuan dana bergulir sebanyakRp6 milyar, dapat dibentuk KP2KP sebanyak 57kelompok dan pengadaan kambing potong sebanyak5.700 ekor kambing betina (induk) dan 399 ekor kambingjantan (pejantan) yang disalurkan kepada para anggotakelompok dari 57 KP2KP Kabupaten Sleman yangtersebar di 86 desa di 17 kecamatan. Kambing induk

dan pejantan tersebut bukan bantuan gratis melainkanbantuan dana bergulir yang harus dikembalikan kepadaanggota kelompok dan Pemerintah Kabupaten Slemanuntuk pembentukan KP2KP yang lain.Pengembaliannya berupa bakalan kambing yang dibelidari hasil usaha ternak kambing KP2KP, sehingga bibitkambing dapat digulirkan lagi pada anggota KP2KPyang belum memperoleh kesempatan menerimanya. Disamping pengembalian kepada anggota KP2KP yanglain, KP2KP juga mengembalikan dana sebanyaktertentu kepada Pemerintah Kabupaten Sleman untukdigunakan bagi pembentukan KP2KP baru. Berikut inidisajikan data tentang alokasi pengguliran kambingpotong dan jumlah kelompok per kecamatan.

Tabel 18Alokasi Ternak Kambing dan Jumlah Kelompok per Kecamatan

Page 94: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

76

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Berdasarkan tabel 18, per kecamatan diKabupaten Sleman akan memperoleh alokasi jumlahkambing induk dan pejantan yang berbeda-beda sesuaidengan persentase pemilikan kambing yang terdapatdi masing-masing kecamatan (tabel 10). Jumlahkelompok ternak kambing potong per kecamatan yang

dapat dibentuk nampak pada tabel 16 kolom terakhir.Masing-masing kelompok ternak kambing memilikianggota sebanyak 20 orang. Scheme pengguliran untuk57 KP2KP dan pengembangan bagi KP2KP barudisajikan pada tabel 19 A dan tabel 19 B berikut ini:

Tabel 19 AAsumsi Scheme Pengembangan Dana Bergulir untuk KP2KP

di Kabupaten Sleman, Tahun 2005

Page 95: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

77

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnyamaka usaha ternak kambing dalam rangka meningkatkankesejahteraaan masyarakat Kabupaten Sleman dapatdilakukan melalui:1. penyerapan tenaga kerja sehingga akan mengurangi

angka pengangguran.2. penciptaan pendapatan masyarakat sehingga akan

mengurangi angka kemiskinan.3. penyerapan tenaga kerja dan penciptaan

pendapatan akan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat.

Agar usaha ternak penggemukan danpembibitan kambing potong melalui KP2KP diKabupaten Sleman tahun 2005 berhasil dan suksesmaka perlu pendampingan terhadap pembentukanKP2KP sejak awal. Pendampingan tersebutdimaksudkan bagi anggota KP2KP agar memilikikesadaran (awareness) untuk mengikuti kelompoktersebut melalui keterlibatannya (involvement) dalamKP2KP. Keterlibatan dalam KP2KP akan menghasilkansuatu komitmen (committment) untuk selaluberpartisipasi (participation) dalam menjaga hasilusaha ternak penggemukan dan pembibitan kambingpotong di Kabupaten Sleman tahun 2005.

Di samping itu, keberhasilan usaha ternakpenggemukan dan pembibitan kambing potong melaluiKP2KP di Kabupaten Sleman tahun 2005 jugaditentukan ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT)

yang ada. Menurut perhitungan, berdasarkan jumlahkambing sebanyak 10.300 untuk usaha ternakpenggemukan kambing potong membutuhkan 41.200kg HMT per hari. Sedang untuk usaha ternakpembibitan kambing potong membutuhkan 24.396 kgHMT per hari.

Pada aspek penyediaan bahan pupuk kandang(bahan kompos) bagi kebutuhan sektor pertanian diKabupaten Sleman dapat disediakan bahan kompossebanyak 29.661,39 kg dari usaha ternak penggemukankambing potong. Sedang dari usaha ternak pembibitankambing potong dapat disediakan bahan kompossebanyak 17.563,58 kg.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Sleman. Produk Domestik RegionalBruto. berbagai tahun.

BPS Propinsi DIY. Produk Domestik Regional Bruto.berbagai tahun.

Kontan, 27 September 2004.Dinas Pertanian dan Pertahanan Kabupaten Sleman,

Laporan Tahunan Statistik Dinas Pertaniandan Pertahanan Kabupaten Sleman. Tahun2003.

Subangkit M. dan B. Sarwono. PenggemukanKambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.2004.

Tabel 19 BScheme Pengembangan Dana Bergulir untuk KP2KP

di Kabupaten Sleman, Tahun 2005

Catatan:a. pada periode ke-2, tambahan KP2KP dipotong Rp5.230.000,- (selisih revenue dengan variabel cost)b. mulai periode ke-3 dari pembentukan tambahan KP2KP, KP2KP dipotong Rp18.000.000,- (nilai kandang dan

nilai peralatan pemeliharaan).

Tahun Periode Jumlah Kelompok Tambahan Kelompok Keterangan1 Januari-Agustus A1 (57) A1' (3) R-VC = DB2 September-April A1 (57) + A1' (3) = 60 A1'’ (9) Kandang+Alat=DB3 Mei-Desember A1 (57) + A1' (3) + A1'’ (9) = 69 A1'’’ (1) R-VC = DB4 Januari-Agustus A1 (57) + A1’ (3) + A1’’ (9) + A1’’’ (1) = 70 A1"” (11) Kandang+Alat=DB5 September-April6 Mei-Desember7 Januari-Agustus

Page 96: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

78

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Khasanah Kajian Usaha Ternak ......

Page 97: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

79

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

1 Penelitian lapangan dilakukan 17 Mei s/d 31 Juli 2004 dan telah diseminarkan pada Seminar Staf Fakultas Ekonomi Univer-sitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada 12 Agustus 2005. Penulis berterimakasih kepada FE – UKSW atas dukungan danabagi terselenggaranya penelitian ini melalui dana penelitian individual pada FE – UKSW Salatiga Tahun Akademik 2004/2005.

2 Johnson Dongoran, SE., MBA., adalah Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen SatyaWacana, Salatiga, sedang menempuh program Doktor Manajemen pada Program Pascasarjana UGM.

ABSTRAK

Kinerja seringkali menjadi peubah gayut (dependenvariable) dalam penelitian bisnis karena manajemenpada umumnya terpumpun (focus) pada kinerja dankeuntungan (Bae & Lawler, 2000), kinerja merupakanfaktor penentu keberlangsungan organisasi (Dollinger,1997) dan merupakan ukuran keberhasilan organisasidan keefektifan manajemen (Robbins, 2001; Wood etal. 1998) atau keefektifan pemimpin (Yukl, 2002). Selainmutu manajemen (Prahalad & Bettis, 1986), salah satufaktor penting yang menjelaskan kinerja adalah sikapkerja (Luthans, 1998; Robbins, 2001; Wood et al. 1998).

Penelitian ini memperlakukan kinerja sebagaipeubah gayut yang dipengaruhi oleh sikap kerja danbermaksud mengkaji seberapa kuat pengaruh sikapkerja terhadap kinerja.

Kata kunci: sikap kerja, kinerja.

MASALAH dan PERSOALAN PENELITIAN

Menurut Robbins (2001) dan Wood et al. (1998), sikapkerja mencakup kepuasan kerja, komitmen karyawan

Volume XVIINomor 1April 2006Hal. 79-92

PENGARUH SIKAP KERJATERHADAP KINERJA PADA HOTEL BINTANG

DI JAWA TENGAH DANDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA1*

Johnson Dongoran 2

pada organisasi (employee commitment to organiza-tion, disingkat ECO) yang lebih dikenal dengan istilahkomitmen organisasional (Dongoran, 2005; 2001; Dun-ham, Grube & Castaneda, 1994; Ko, Price & Mueller,1997; Meyer & Allen, 1991; Meyer, Allen & Smith, 1993)dan keterlibatan kerja. Pertanyaan mendasar yang akandijawab lewat penelitian ini adalah seberapa kuatpengaruh sikap kerja terhadap kinerja? Karena sikapkerja terdiri dari tiga sub konsep, yaitu kepuasan kerja,komitmen organisasional dan keterlibatan kerja, makauntuk memperjelas masalah penelitian, dirumuskanpersoalan penelitian sebagai berikut: (i) Seberapa kuatpengaruh sikap kerja terhadap kinerja?, (ii) Seberapakuat pengaruh masing-masing elemen sikap kerja –terdiri dari kepuasan kerja, komitmen organisasionaldan keterlibatan kerja – terhadap kinerja?, dan (iii)Seberapa kuat pengaruh kepuasan kerja, komitmenorganisaional dan keterlibatan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja?

TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN

Tujuan yang mau dicapai melalui penelitian ini adalahuntuk mengetahui seberapa kuat pengaruh sikap kerja

Page 98: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

80

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

yang mencakup kepuasan kerja, komitmenorganisasional dan keterlibatan kerja baik sendiri-sendirimaupun secara bersama terhadap kinerja pada obyek/subyek penelitian, yakni hotel bintang di Jawa Tengahdan Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun manfaatpenelitian ini adalah (i) menambah wawasan ilmu kepadaakademisi tentang pengaruh job attitudes (job satis-faction, organizational commitment dan job involve-ment) terhadap kinerja (performance), dan (ii) masukanbagi manajemen – pada industri jasa perhotelan – untukpengambilan kebijakan di masa mendatang berkaitandengan job attitudes dan performance.

LANDASAN TEORI, HIPOTESIS, dan MODELPENELITAN

Konsep dalam penelitian ini terdiri dari sikap kerja –kepuasan kerja, komitmen organisasional danketerlibatan kerja – sebagai peubah bebas (independenvariable) dan kinerja sebagai peubah gayut (dependenvariable). Berikut batasan yang digunakan untukmasing-masing peubah tersebut.

KinerjaWood et al. (1998) menyebut bahwa kinerja adalah“ringkasan ukuran jumlah dan mutu kontribusi tugasindividu atau kelompok pada unit kerja dan organisasi”(p.149) atau sebagai “mutu dan jumlah kerja yangdihasilkan” (p.18). Yeti (2005) mengacu sejumlah literaturtentang pengertian kinerja dan menyebut antara lain:tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat diukurdengan alat yang dapat dikembangkan dalam studiyang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum,meliputi jumlah kerja, mutu kerja, pengetahuan tentangpekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disampaikan,dan perencanaan kerja (Seymour, 1991), atau sejumlahhasil yang dicapai oleh seorang pekerja atau unit faktorproduksi lain dalam jangka waktu tertentu (Haryanti,1990 dan Winardi 1990 dalam Yeti, 2005), dan perilakumanusia dalam melaksanakan peranannya untukmencapai tujuan organisasi (Mulyadi, 1993).

Ukuran kinerja bervariasi tergantung padakinerja siapa yang diukur, apakah kinerja pribadi, kinerjakelompok, kinerja unit, atau kinerja organisasi. Dalampenelitian ini, ukuran kinerja adalah kinerja hotel bintangyang mencakup keuntungan, rata-rata tingkat hunianhotel dan rata-rata lama menginap tamu hotel.

Sikap kerjaSikap merupakan “predisposisi merespons secarapositif atau negatif terhadap seseorang atau sesuatudi lingkungan sekitar” (Wood et al., 1998, p.143),“pandangan atau reaksi seseorang terhadap peristiwa,orang, barang, situasi, atau program organisasi”(Gibson et al. 2003, p.471). Sikap dipengaruhi nilai yangdianut namun terpumpun pada orang atau obyektertentu. Wood et al, (1998) memberi contoh, bahwa“tenaga kerja perlu berpartisipasi” merupakan nilai dantanggapan positif atau negatif terhadap kerja karenadiberi kesempatan berpartisipasi merupakan attitude(p.143). Sikap kerja terdiri dari kepuasan kerja dankomitmen organisasional (Luthans, 1998; Gibson,Ivancevich & Donnelly, 1997) serta keterlibatan kerja(Robbins, 2001; Wood et al. 1998).

Literatur organizational behavior (OB)menyebut kepuasan karyawan sebagai sikap umumterhadap pekerjaan, bukan perilaku karyawan (Robbins,2001; Wood et al. 1998). Kepuasan kerja adalah“perbedaan antara jumlah imbalan yang diterima pekerjadengan jumlah yang mereka yakini seharusnya merekaterima” (Robbins, 2001, p.21) atau “derajad terhadapmana seseorang menganggap positif atau negatiftentang pekerjaannya” (Wood et al. 1998, p.146).Menurut Handoko (1999), kepuasan kerja merupakancermin perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,pekerjaan tersebut ditampilkan pada sikap positifkaryawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatuyang dihadapi di lingkungan kerjanya. Yeti (2005)mengacu As’ad (1995) mengungkapkan bahwakepuasan kerja berhubungan erat dengan sikapkaryawan terhadap pekerjaan sendiri, situasi kerja,kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan,dan setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yangberbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang ada padadirinya. Sementara itu, Rasimin dan Ancok (1998)mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan refleksidari tingkah laku dalam bekerja yang bernilai positif.

Komitmen adalah keinginan atau dorongan daridalam individu untuk menunjang keberhasilanorganisasi sesuai tujuan dan lebih mengutamakankepentingan organisasi (Wiener, 1982 dalam Yeti, 2005).Cakupan komitmen sangat luas, bisa pada organisasi,pada tujuan, pada keputusan, pada strategi, padaatasan yang biasa dikenal dengan loyalitas, pada ‘ideo-logical values’ (Yukl, 1994, p.73) atau pada norma.

Page 99: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

81

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Namun, sebaik apapun visi, misi, lesan dan strategiorganisasi tidak akan dapat dicapai tanpa komitmenpartisipan organisasi (Dongoran, 2001). Komitmenmerupakan target pribadi untuk setuju dengankeputusan, dan berupaya melaksanakan keputusantersebut secara efektif (Yukl, 2002), identifikasidengan organisasi dan keterlibatan di dalam organisasi(Lee dan Steers dalam McCaul, Hinsz & McCaul, 1995),atau sikap umum yang dimiliki karyawan terhadaporganisasi – reaksi afektif dan evaluatif terhadaporganisasi (McCaul, Hinsz & McCaul, 1995).

Yeti (2005) menyetir sejumlah pengertiankomitmen organisasional, dan mengatakan bahwakomitmen organisasional sebagai sifat hubunganseorang individu dengan organisasi, dimana setiaporganisasi memiliki komitmen yang berbeda satudengan yang lainnya sesuai dengan bentuk dan tujuandari organisasi itu sendiri (Mowdy, Porter & Steers,1982); dan komitmen organisasional adalah suatu istilahuntuk menyatakan loyalitas atau kesetiaan seseorangterhadap organisasi tempat orang tersebut bekerja(Dubut, 2003). Definisi paling sering dipergunakanadalah “komitmen organisasi terdiri dari tiga bagian,yakni keyakinan dan penerimaan atas tujuan dan sistimnilai organisasi, kesediaan untuk menggunakan upayasekuat tenaga demi organisasi, dan keinginan untuktetap tinggal di dalam organisasi” (Porter et al. 1974dalam McCaul, Hinsz & McCaul, 1995, p.81).Selanjutnya, Hodge dan Anthony (1988) mengatakanbahwa komitmen merupakan kondisi di mana anggotakelompok memberikan kemampuan dan loyalitas merekaterhadap organisasi untuk mewujudkan tujuanorganisasi sebagai imbalan atas kepuasan yang merekaperoleh dari organisasi. Dengan kata lain, minat anggotadan organisasi secara jelas dapat diidentifikasi, yaknisedikit perlawanan dan dapat diantisipasi bahwaterdapat mutual benefit untuk kelompok dan anggota.Wood et al. (1998) memberi pengertian keterlibatan kerjasebagai “kerelaan seseorang untuk bekerja keras danberupaya melebihi tuntutan kerja normal” (p.146).Batasan lain dikemukakan oleh Robbins (2001) yangmenyebut bahwa keterlibatan kerja sebagai “derajadsejauh mana orang mengidentifikasi diri denganpekerjaan, aktif berpartisipasi di dalamnya, danmempertimbangkan kinerja penting bagi kesejahteraanpribadi” (p.69). Menurut pengertian ini, tenaga kerjayang memiliki job involvement tinggi mengidentifikasi

diri terhadap pekerjaan dan sangat bertanggung jawabatas pekerjaan yang dilakukan.

Pengembangan HipotesisKepuasan kerja mempengaruhi kinerja (Schab &Cummings, 1970; Wood et al. 1998). Pengaruh tersebutpositif karena karyawan yang puas atas pekerjaannyaakan senang hati melakukan pekerjaan tersebut danberupaya terus-menerus meningkatkan kemampuandan keterampilan sehingga semakin profesionalmelaksanakan tugas di dalam orgnisasi yang padaakhirnya bermuara pada peningkatan kinerja yangbersangkutan dan kinerja organisasi secarakeseluruhan. Menurut Laffaldano dan Muchinsky(1985), pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerjaadalah positif, tetapi pengaruh tersebut lemah. Yeti(2005) mengutip sejumlah penelitian danmengemukakan bahwa kepercayaan manajer penjualanmempunyai pengaruh yang paling besar terhadapkinerja tenaga penjualan, diikuti kemudian oleh upaya,kepuasan kerja, konflik peranan dan ketidakjelasanperanan (Astuti, 2003 dalam Yeti, 2005); terdapatpengaruh positif kepuasan kerja terhadap kinerja(Andrianto, 2001); terdapat pengaruh positif kepuasankerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan(Agustian, 2001 dalam Yeti, 2005); dan kepuasan kerja– meliputi kepuasan atas gaji, pekerjaan itu sendiri,pengawasan, promosi, kelompok kerja, kondisi kerjadan motivasi – mempunyai pengaruh positif terhadapkinerja (Parminto, 1991 dalam Yeti, 2005).

Ada kemungkinan kepuasan kerja salingmempengaruhi dengan komitmen organisasional(Wood et al. 1998), atau kepuasan kerja meningkatkankomitmen organisasional (Clugston, 2000; Kalliath,Bluedorn & Strube, 1999; Levy & Williams, 1998; Woodet al. 1998), dan karyawan yang puas akan respect danberkeinginan kuat untuk membalas secara positif rasapuas tersebut. Secara teoritis, komitmen organisasionalmempengaruhi berbagai perilaku penting agarorganisasi berfungsi efektif (McCaul, Hinsz & McCaul,1995). Berbagai studi menunjukkan komitmenorganisasional berkaitan dengan beraneka ragamperilaku bekerja seperti voluntary turnover, employeeperformance, organizational citizenship, dan absen-teeism (Shore, Barksdale, & Shore, 1995). Gibson,Ivancevich dan Donnelly (1997) menyebut tanpakomitmen akan menurunkan keefektifan organisasi;

Page 100: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

82

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

komitmen tinggi mengurangi keinginan karyawan untukkeluar dari organisasi atau keinginan untuk menerimapekerjaan di tempat lain; komitmen tinggi mengurangikebutuhan akan penyeliaan; dan komitmen tinggimeningkatkan perpaduan tujuan pribadi dengan tujuanorganisasi.

Sejumlah penelitian menunjukkan komitmenorganisasional mempengaruhi kinerja (Shore, Barsdale& Shore, 1995; Klein & Kim., 1998; Somers & Birnbaum,1998). Pengaruh tersebut karena komitmenmenunjukkan keyakinan dan dukungan kuat terhadaptujuan organisasi (Mowday et al. 1974 dalam Darlis,2000), pribadi yang memiliki komitmen berusaha kerasmewujudkan tujuan organisasi (Angle & Perry, 1981;Porter et al. 1974; Yukl, 2002), dan karyawan yangmemiliki komitmen tinggi memiliki pandangan dan sikappositif terhadap organisasi dan berusaha berbuat yangterbaik demi kepentingan organisasi (Porter et al. 1974).Dengan kata lain, komitmen tinggi dalam diri pribaditertentu berarti yang bersangkutan peduli pada nasiborganisasi dan membuat organisasi menjadi lebih baik(Darlis, 2000).

Robbins (2001) menyebut bahwa karyawanyang memiliki komitmen tinggi akan membawakeberhasilan bagi organisasi, seperti tumbuhnya salingpercaya, komunikasi menjadi terbuka, menonjolkansikap kebersamaan, mempercepat pengambilankeputusan serta terselesaikannya konflik. Mengacusejumlah penelitian tentang kaitan komitmenorganisasional dan kinerja, Yeti (2005) mengatakanbahwa kesesuaian hubungan antara komitmenorganisasi kepada karyawan, strategi kompetitif danpengendalian manajemen untuk menciptakan budayakerja akan meningkatkan kinerja perusahaan(Budiwibowo & Ikhsan, 2003 dalam Yeti, 2005), dankomitmen organisasioanal berpengaruh positif dansignifikan terhadap kinerja (Dubut, 2003; Purba, 2002dalam Yeti, 2005).

Belum ada penelitian mengkaitkan keterlibatankerja dengan kinerja. Seperti disinggung di atas, Woodet al. (1998) memberi pengertian keterlibatan kerjasebagai “kerelaan seseorang untuk bekerja keras danberusaha melebihi tuntutan kerja normal” (p.146).Berdasarkan pada batasan tersebut maka keterlibatankerja tidak berbeda dengan organizational citizenshipbehavior (OCB) dan considered a good corporate(Wood et al. 1998). Batasan lain dikemukakan oleh

Robbins (2001) yang menyebut bahwa keterlibatan kerjasebagai “derajad sejauh mana orang mengidentifikasidiri dengan pekerjaan, secara aktif berpartisipasi didalamnya, dan mempertimbangkan kinerja merupakanhal penting bagi kesejahteraan pribadi” (p.69). Dengandemikian, tenaga kerja yang memiliki job involvementtinggi mengidentifikasi diri terhadap pekerjaan dansangat bertanggung jawab atas pekerjaan yangdiemban, dan karena itu akan berdampak positif padakinerja.

HIPOTESIS PENELITIANBerdasarkan uraian di atas jelas bahwa sikap kerja(kepuasan kerja, komitmen organisasional danketerlibatan kerja) berpengaruh positif terhadap kinerja.Oleh karena itu, dapat dirumuskan hipotesis penelitiansebagai berikut:H–1: “Terdapat pengaruh positif sikap kerja

terhadap kinerja”H–2.a.: “Terdapat pengaruh positif kepuasan kerja

terhadap kinerja”H–2.b.: “Terdapat pengaruh positif komitmen

organisasional terhadap kinerja”H–2.c: “Terdapat pengaruh positif keterelibatan kerja

terhadap kinerja”H–3: “Terdapat pengaruh positif kepuasan kerja,

komitmen organisasional dan keterelibatankerja secara bersama terhadap kinerja”

MODEL PENELITIANKaitan berbagai peubah penelitian sebagaimanatertuang pada sejumlah hipotesis penelitian sepertidiuraikan di atas dapat digambarkan dalam modelpenelitian sebagai berikut:

Gambar 1Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja

Job Attitudes Performance

Page 101: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

83

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Gambar 2Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen

Organisasional, dan Keterlibatan Kerja SecaraTerpisah Terhadap Kinerja

Job Satisfaction Performance

OrganizationalCommitment

Job Involvement Performance

Gambar 3Pengaruh kepuasan kerja, komitmen,

organisasional dan keterlibatan kerja secarabersama terhadap kinerja

Job Satisfaction

OrganizationalCommitment

Job Involvement

jajaran manajer hotel bintang dijadikan responden(saturation sampling, Nan Lin, 1976), di mana seluruhhotel bintang dikirimi daftar pertanyaan lewat pos(Babbbie, 1989) melalui alamat setiap hotel tersebutmasing-masing lima (5) eksemplar. Tingkatpengembalian adalah 24 hotel dari 36 hotel bintang diDIY (66,67%), dengan jumlah responden sebanyak 87responden (48,33% dari 180 responden yangdiharapkan), dan 23 hotel dari 90 hotel bintang di JawaTengah (25,56%), dengan jumlah responden sebanyak82 responden (18,22 % dari 450 responden yangdiharapkan). Dengan demikian, sampel penelitian iniadalah 47 hotel bintang (37,3% dari 126 hotel bintang)dan 169 responden (26,35 % dari 630 responden yangdiharapkan).

Pengukuran Peubah PenelitianKinerja (performance) sebagai peubah gayut diukurdengan rata-rata tingkat keuntungan hotel relatifterhadap pesaing utama, rata-rata tingkat hunian relatifterhadap pesaing utama, dan rata-rata lama menginaptamu hotel relatif terhadap pesaing utama. Sikap kerjadiukur melalui tiga sub-peubah, yaitu kepuasan kerja,komitmen organisasional dan keterlibatan kerja.Kepuasan kerja diukur melalui 5 (lima) item, yakni satupertanyaan tunggal dan empat pernyataan ganda.Pertanyaan tunggal dimaksud adalah “How much doyou like your job?” (Ganzach, 1998), karena pertanyaantungal ini pernah dipergunakan sebelumnya olehpeneliti lain (Gehart, 1987; Staw and Ross, 1985), danternyata valid dan reliable (Ganzach, 1998). Walaupertanyaan tunggal tersebut memiliki kesahihan danketerandalan tinggi, namun perlu digunakan sejumlahpernyataan (multiple-item measure) mengukurkepuasan kerja agar lebih terjamin kesahihan danketerandalannya (Bagozzi, 1980; Dillon and Goldstein,1984; Supramono, 1998). Empat pernyataan yangdikembangkan Gregson (1990), dipergunakanSupramono (1998), memiliki internal consistencyreliabilities memadai yakni 0.74 (p.25).

Komitmen organisasional mencakup affective,continuance, dan normative commitment diukurberdasarkan questionaire yang dipergunakan Darlis(2000) terdiri dari 9 (sembilan) item pernyataan, yangdikembangkan dari questionaire yang dipergunakanAllen dan Meyer (1990), yang dipergunakan ulang olehDunham, Grube dan Castaneda (1994). Sedangkan

Performance

METODA PENELITIAN

Populasi dan pengambilan sampel

Penelitian dilakukan pada Industri Perhotelan di JawaTengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnyahotel bintang (star hotel). Terdapat 886 Hotel di JawaTengah, terdiri dari 90 hotel bintang dan 796 HotelMelati/non star hotel (Jawa Tengah Dalam Angka,2003), sementara itu, terdapat 36 hotel bintang dan 914hotel non bintang di Kota Yogyakarta dan tigaKabupaten lainnya di DIY (Petunjuk Wisata Yogya,2004). Untuk memperoleh data tentang sikap kerja(kepuasan kerja, komitmen organisasional, keterlibatankerja) dan kinerja hotel bintang, maka pimpinan dan

Performance

Page 102: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

84

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

keterlibatan kerja (job involvement) diukur melalui 5(lima) item pernyataan yang merupakan bagian dari jobattitudes questionaire sebagaimana dikembangkanRobbins (2001). Untuk semua konsep penelitiandipergunakan format jawaban lima item menurut Likert,di mana 1 berarti sama sekali tidak benar (definitely nottrue) dan 5 berarti betul sekali (definitely true).

Alat Analisis yang DigunakanTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapakuat pengaruh sikap kerja terhadap kinerja, baikpengaruh masing-masing elemen sikap kerja yangterdiri dari kepuasan kerja, komitmen organisasionaldan keterlibatan kerja terhadap kinerja maupunpengaruh bersama ketiga elemen tersebut terhadapkinerja. Alat analisis yang sesuai dengan maksud iniadalah regresi linear sederhana dan regresi berganda.Regresi linear sederhana dalam penelitian ini merupakanpersamaan yang digunakan untuk mengetahuipengaruh sikap kerja (JA) terhadap kinerja (P, P1, P2,atau P3), pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja (P,P1, P2, atau P3), pengaruh komitmen organisasionalterhadap kinerja (P, P1, P2, atau P3), dan pengaruhketerlibatan kerja terhadap kinerja (P, P1, P2, atau P3).Adapun rumusan persamaan regresi linear sederhanaadalah: (1). P = α + β1JA + ε; (2).P = α + β1 JS + ε; (3). P = α + β1OC + ε; dan (4) P = α+ β1JI + e, yang mana P dapat menjadi P1, P2 atau P3.

Regresi berganda merupakan persamaan yangdigunakan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja,komitmen organisasional dan keterlibatan kerja secarabersama-sama terhadap kinerja (P, P1, P2, atau P3).Apabila dirumuskan dalam model persamaan regresiberganda adalah sebagai berikut: (1). P = α + β1 JS + β2OC + β3 JI + ε; (2). P1 = α + β1 JS + β2 OC + β3 JI + ε;(3). P2 = α + β1 JS + β2 OC + β3 JI + ε; dan (4). P3 = α+ β1 JS + β2 OC + β3 JI + ε, yang mana ε = residual, β= regression coefficient, JA = job attitudes, JS = jobsatisfaction, OC = organizational commitment, JI =job involvement dan P = performance, rata-rata P1 + P2+ P3, sementara P1 = rata-rata keuntungan relatif hotelbintang, P2 = rata-rata tingkat hunian hotel bintang,dan P3 = rata-rata lama menginap tamu hotel bintangrelatif terhadap pesaing utama.

Hipotesis statistik yang diuji untuk semuapersamaan regresi linear sederhana dirumuskan sebagaiberikut: H0 : b1 = 0, dan Ha : b1 > 0. Untuk menguji

apakah koefisien regresi parsial berbeda secarasignifikan dari nol atau apakah suatu peubah bebassecara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap peubahgayut maka dipergunakan uji parameter individual yaitu“uji statistik t”, di mana pengujian dilakukan dua sisidengan tingkat alpha 5 persen (Gozhali, 2005),sedangkan hipotesa yang diuji untuk persamaanregresi berganda dirumuskan sebagai berikut: H0 : b1 =b2 = b3 = 0, dan Ha : semua bi > 0, ( i = 1,2,3). Untukmengetahui apakah ke tiga peubah bebas (kepuasankerja, komitmen organisasional dan keterlibatan kerja)secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikanterhadap peubah gayut (kinerja hotel bintang), makadipergunakan uji simultan yaitu “uji statistik F” dengantingkat alpha 5 persen (Gozhali, 2005).

HASIL PENELITIAN

Obyek penelitian adalah hotel bintang di Jawa Tengahdan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berjumlah 126hotel bintang, tetapi yang benar-benar menjadi sampelpenelitian hanya 47 hotel bintang (37,3%) dan 169responden dengan rincian seperti diringkaskan padatabel 1.

Uji Kesahihan Dan Uji Keterandalan Indikator EmpirisPeubah PenelitianPengaruh sikap kerja terhadap kinerja diuji denganmelakukan analisis regresi linear sederhana denganmenggunakan SPSS 10. Sebelum analisis regresisederhana, terlebih dahulu dilakukan uji kesahihan (va-lidity) dan uji keterandalan (reliability). Uji kesahihandilakukan untuk mengetahui sahih tidaknya suatukuesioner, yang mana kuesioner dikatakan sahih jikapertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkansesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut(Ghozali, 2005). Uji keterandalan dilakukan untukmengetahui apakah kuesioner yang merupakanindikator sikap kerja dan kinerja dalam kuesioner benar-benar terandal atau reliable (Ghozali, 2005). Untukpenelitian ini, uji kesahihan dilakukan dengan item tototal correlation (Dongoran, 1987; Gozhali, 2005).Menurut uji ini, semua item yang mengukur kepuasankerja, keterlibatan kerja, dan kinerja sahih, tetapi hanyaenam dari sembilan item yang mengukur komitmenorganisasional yang dianggap sahih (Tabel 2).

Page 103: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

85

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Tabel 1Sampel Penelitian Hotel Bintang di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber: Data primer, Juli 2004.

Tabel 2Hasil Uji Kesahihan Indikator Empiris Peubah Penelitian

Page 104: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

86

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Selanjutnya dilakukan uji keterandalan terhadapseluruh indikator empiris yang sahih. Uji keterandalandilakukan one shot atau pengukuran sekali saja denganuji statistik Cronbach Alpha (á), yakni baru disebutterandal apabila memiliki Cronbach Alpha (á) > 0,60(Ghozali, 2005 mengutip Nunnally, 1967). Berdasarkanuji keterandalan dengan program SPSS 10,keterandalan peubah bebas dan peubah gayut sepertipada tabel 3, ternyata item-item yang mengukurkepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan kinerja adalahterandal tetapi item-item yang mengukur komitmenorganiasasional tidak terandal. Dengan demikian,analisis hanya dapat dilanjutkan berkaitan denganpengaruh kepuasan kerja dan keterlibatan kerjaterhadap kinerja.

Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja: AnalisisRegresi Linear SederhanaAdapun hasil analisis regresi linear sederhana tentangpengaruh sikap kerja terhadap kinerja hotel bintangdiringkaskan pada tabel 4. Sesuai tabel 4, berdasarkanuji koefisien determinasi maka (a) sikap kerja hanyamampu menjelaskan variasi P dengan 10,5%, variasi P1dengan 7,8%, variasi P2 dengan 5,1% dan variasi P3dengan 7,4%, (b) kepuasan kerja hanya mampumenjelaskan variasi P dengan 7,9%, variasi P1 dengan6,2%, variasi P2 dengan 4,6% dan variasi P3 dengan4,4%, dan (c) keterlibatan kerja hanya mampumenjelaskan variasi P dengan 8,8%, variasi P1 dengan6,2%, variasi P2 dengan 3,6% dan variasi P3 dengan7,5%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebablain di luar mode1 (Ghozali, 2005).

Tabel 3Hasil Uji Keterandalan Indikator Empiris Peubah Penelitian

Page 105: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

87

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Berdasarkan uji signifikansi parameter individual(uji statistik t), ternyata sikap kerja, kepuasan kerja danketerlibatan kerja secara sendiri-sendiri signifikanmenjelaskan P, P1, P2 dan P3 karena memiliki probabilitassignifikansi lebih kecil dari 0,05 (Tabel 4). Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa secara sendiri-sendirisikap kerja, kepuasan kerja dan keterlibatan kerjaberpengaruh positif terhadap kinerja hotel bintangdengan persamaan sebagai disertakan pada tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan baik konstanta maupunkoefisien masing-masing peubah bebas (sikap kerja,kepuasan kerja dan keterlibatan kerja) memiliki nilaipositif. Ini menandakan bahwa persamaan regresi

sederhana tersebut memiliki hubungan yang searah,yang berarti kinerja hotel bintang akan semakinmeningkat seiring dengan meningkatnya masing-masing sikap kerja, kepuasan kerja atau keterlibatankerja. Konstanta sebesar nilai tertentu pada tabel 5tersebut berarti bahwa kinerja hotel bintang tetap akanmeningkat sebesar nilai konstantanya meskipunmasing-masing peubah bebas (sikap kerja, kepuasankerja atau keterlibatan kerja) bernilai nol. Koefisienpeubah bebas sebesar nilai tertentu menyatakan bahwasetiap penambahan satu satuan pada peubah bebas(sikap kerja, kepuasan kerja atau keterlibatan kerja)meningkatkan kinerja hotel bintang sebesar masing-masing nilai koefisien peubah bebas tersebut.Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwahipotesis yang menyebut terdapat pengaruh positifsikap kerja terhadap kinerja hotel diterima. Secara lebihrinci dapat dikemukakan: (a) terdapat pengaruh positifkepuasan kerja terhadap rata-rata keuntungan hotelbintang, rata-rata tingkat hunian hotel bintang danterhadap rata-rata lama menginap tamu hotel bintangrelatif terhadap pesaing utama, dan (b) terdapat

Tabel 4Ringkasan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

dan Uji Koefisien Determinasi (r Squire)

Keterangan:P = kinerja hotel bintang, rata-rata P1 + P2 + P3P1 = keuntungan hotel bintang relatif terhadap

pesaing utama,P2 = rata-rata tingkat hunian hotel bintang relatif

terhadap pesaing utama, danP3 = rata-rata lama menginap tamu hotel bintang relatif

terhadap pesaing utama.

Tabel 5Persamaan Regresi Linear Sederhana Tentang Masing-Masing Pengaruh Sikap Kerja, Kepuasan Kerja, dan

Keterlibatan Kerja Terhadap Kinerja Hotel Bintangdi Jawa Tengah dan DIY

Page 106: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

88

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

pengaruh positif keterlibatan kerja terhadap rata-ratakeuntungan hotel bintang, rata-rata tingkat hunianhotel bintang dan terhadap rata-rata lama menginaptamu hotel bintang relatif terhadap pesaing utama.

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Keterlibatan KerjaSecara Bersama Terhadap Kinerja HotelBerdasarkan hasil perhitungan regresi berganda dapatdiringkaskan uji simultan (uji statistik F) seperti padatabel 6 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut ternyatabahwa hipotesis nol ditolak, yang berarti peubahkepuasan kerja (JS) dan keterlibatan kerja (JI) secarabersama/serentak mempunyai pengaruh yangsignifikan dan positif terhadap kinerja hotel bintang.Berdasarkan tabel 6 nampak bahwa kepuasan kerja danketerlibatan kerja dapat menjelaskan kinerja hotelbintang sebesar 10,5%, menjelaskan rata-ratakeuntungan hotel bintang relatif terhadap pesaingutama sebesar 7,8%, menjelaskan rata-rata tingkathunian hotel bintang relatif terhadap pesaing utamasebesar 5,2%, dan dapat menjelaskan rata-rata lamamenginap tamu hotel bintang relatif terhadap pesaingutama sebesar 7,9%, sedangkan sisanya dijelaskanpeubah lain di luar model (Gozhali, 2005).

Berdasarkan persamaan regresi bergandatersebut untuk setiap persamaan, baik konstantamaupun koefisien peubah-peubah bebas memiliki nilaipositif. Ini menandakan bahwa persamaan regresiberganda tersebut memiliki hubungan yang searah,yang berarti kinerja hotel bintang akan semakinmeningkat seiring dengan meningkatnya kepuasan kerjadan keterlibatan kerja. Konstanta yang positif untuksetiap persamaan berarti bahwa hotel bintang dapatmeningkatkan kinerjanya sebesar nilai konstantanyameskipun peubah-peubah bebas, yakni kepuasan kerjadan keterlibatan kerja bernilai nol. Koefisien kepuasankerja dan keterlibatan kerja yang positif pada setiappersamaan menyatakan bahwa setiap penambahan satusatuan kepuasan kerja atau keterlibatan kerja akanmeningkatkan kinerja hotel bintang sebesar nilaikoefisien masing-masing kepuasan kerja atauketerlibatan kerja seperti pada persamaan tersebut.Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakanbahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruhpositif dan signifikan kepuasan kerja dan keterlibatankerja secara bersama-sama terhadap kinerja hotelbintang dapat diterima. Secara lebih rinci dapat disebutbahwa (a) terdapat pengaruh positif dan signifikan

Tabel 6Ringkasan Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) dan Koefisien Determinasi (r Kuadrat)

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, makabentuk persamaan regresi berganda tentang pengaruhkepuasan kerja dan keterlibatan kerja secara bersamaterhadap kinerja hotel bintang di Jawa Tengah dan DIYdiringkaskan sebagai berikut: (1). P = 1, 113 + 0,236 JS +0,260 JI + e; (2). P1 = 0, 848+ 0,282 JS + 0,253 JI + e; (3).P2 = 1, 316 + 0,296 JS + 0,163 JI + e; dan (4). P3 = 1, 180+ 0,128 JS + 0,363 JI + e.

kepuasan kerja dan keterlibatan kerja secara bersama-sama terhadap rata-rata keuntungan hotel bintangrelatif terhadap pesaing utama, (b) terdapat pengaruhpositif dan signifikan kepuasan kerja dan keterlibatankerja secara bersama-sama terhadap rata-rata tingkathunian hotel bintang relatif terhadap pesaing utama,dan (c) terdapat pengaruh positif dan signifikankepuasan kerja dan keterlibatan kerja secara bersama-sama terhadap rata-rata lama menginap tamu hotelbintang relatif terhadap pesaing utama.

Page 107: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

89

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

SIMPULANBeberapa simpulan penelitian adalah: Pertama, walausejumlah indikator empiris komitmen organisasionalsahih tetapi ternyata tidak terandal karena hanyamemiliki tingkat keterandalan sebesar 0,232 jauh dariyang dipersyaratakan sebesar 0,60 (Gozhali, 2005). Olehkarena itu, peubah komitmen organisasional tidakdisertakan lagi dalam analisis lebih lanjut.

Kedua, berdasarkan analisis regresi sederhana:(1). Sikap kerja hanya dapat menjelaskan variasi P, P1,P2, dan P3 secara terbatas. Terdapat faktor-faktor laindi luar model yang menjelaskan variasi P, P1, P2, dan P3selain sikap kerja. (2). Kepuasan kerja hanya dapatmenjelaskan variasi P, P1, P2, dan P3 secara terbatas.Terdapat faktor-faktor lain di luar model yangmenjelaskan variasi P, P1, P2, dan P3 selain kepuasankerja. (3). Keterlibatan kerja hanya dapat menjelaskanvariasi P, P1, P2, dan P3 secara terbatas. Terdapat faktor-faktor lain di luar model yang menjelaskan variasi P, P1,P2, dan P3 selain keterlibatan kerja. (4) Hipotesis yangmenyatakan bahwa sikap kerja berpengaruh positifterhadap kinerja hotel bintang diterima, dan secara rincidapat disimpulkan: (a) pengaruh kepuasan kerjaterhadap rata-rata keuntungan hotel relatif terhadappesaing utama (P1) adalah positif dan signifikan,pengaruh kepuasan kerja terhadap rata-rata tingkathunian hotel relatif terhadap pesaing utama (P2) adalahpositif dan signifikan, dan pengaruh kepuasan kerjaterhadap rata-rata lama menginap tamu hotel relatifterhadap pesaing utama (P3) adalah positif dansignifkan, (b) pengaruh keterlibatan kerja terhadap rata-rata keuntungan hotel relatif terhadap pesaing utama(P1) adalah positif dan signifikan, pengaruh keterlibatankerja terhadap rata-rata tingkat hunian hotel relatifterhadap pesaing utama (P2) adalah positif dansignifikan, dan pengaruh keterlibatan kerja terhadaprata-rata lama menginap tamu hotel relatif terhadappesaing utama (P3) adalah positif dan signifikan. (5).Jika hal lain dianggap konstan, maka kinerja hotelbintang tetap akan positif walau nilai kepuasan kerjaatau keterlibatan keja adalah nol.

Ketiga, menurut model persamaan regresiberganda: (1). Kepuasan kerja dan keterlibatan kerjasecara bersama-sama dapat menjelaskan kinerja hotelbintang sebesar 10,5%, menjelaskan rata-ratakeuntungan hotel bintang relatif terhadap pesaingutama sebesar 7,8%, menjelaskan rata-rata tingkat

hunian hotel bintang relatif terhadap pesaing utamasebesar 5,2%, dan dapat menjelaskan rata-rata lamamenginap tamu hotel bintang relatif terhadap pesaingutama sebesar 7,9%, sedangkan sisanya dijelaskanpeubah lain di luar model (Gozhali, 2005). (2). Hipotesisyang menyatakan terdapat pengaruh positif kepuasankerja dan keterlibatan kerja secara bersama-samaterhadap kinerja hotel bintang diterima, dan secara rincidapat disimpulkan bahwa (a) terdapat pengaruh positifdan signifikan kepuasan kerja dan keterlibatan kerjasecara bersama-sama terhadap rata-rata keuntunganhotel bintang relatif terhadap pesaing utama, (b)terdapat pengaruh positif dan signifikan kepuasan kerjadan keterlibatan kerja secara bersama-sama terhadaprata-rata tingkat hunian hotel bintang relatif terhdappesaing utama, dan (c) terdapat pengaruh positif dansignifikan kepuasan kerja dan keterlibatan kerja secarabersama-sama terhadap rata-rata lama menginap tamuhotel bintang relatif terhadap pesaing utama.

KELEMAHAN PENELITIAN dan PENELITIANMENDATANGKelemahan penelitian ini adalah (i) Sampel hotel terlalusedikit, yakni hanya 47 hotel bintang dari 126 hotelbintang di Jawa Tengah dan DIY (37,3%). Kecilnyasampel karena metode pengumpulan data melalui surat(mail survey, Babbie, 1989), dan karena itu pada masamendatang perlu kombinasi surat dan didatangilangsung ke masing-masing hotel supaya tingkatpengembalian menjadi lebih tinggi; (ii) Karena melaluisurat, besar kemungkinan terjadi kesalahpahamanresponden dalam memahami pertanyaan ataupernyataan pada kuesioner. Itu kemungkinan menjadipenyebab indikator empiris komitmen organisasionalmemiliki tingkat keterandalan rendah; dan (iii) Penelititidak mengasumsikan peubah lain yang dapatmempengaruhi kinerja hotel bintang selain sikap kerjasehingga kemampuannya menjelaskan kinerja hotelbintang sangat terbatas.

Untuk penelitian lebih lanjut diusulkan (i)penelitian dengan topik sama pada hotel bintangdengan jumlah sampel besar sehingga jumlahresponden juga semakin besar; (ii) penelitian dengantopik sama pada industri jasa lainnya seperti jasaperbankan dan lembaga keuangan non bank, dengansampel besar.

Page 108: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

90

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Natalie J. and John P. Meyer (1990). “The mea-surement and antecedents of affective, continu-ance and normative commitment to the organi-zation”. Journal of Occupational Psychology.Vol. 63: 1-18.

Andrianto, Bagus (2001). “Analisis keterikatan,komitmen, kepuasan kerja dan kinerja padaPT Industri Jamu Jago”., Tesis Program PascaSarjana Magister Manajemen UniversitasDiponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan.

Angle, H. L. and J. L. Perry (1981). “An EmpiricalAssesment of Organizational Commitment andOrganizational Effectiveness”. AdministrativeScience Quarterly. Vol. 26: 1 – 14.

As‘ad. M. (1995). “Psikologi Industri”., Edisi IV.,Yogyakarta: Liberty

Babbie, Earl (1989). “The Practice of Social Research”.,Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Bagozzi, R. P. (1980). “Performance and satisfaction inan industrial sales force: An examination of theirantecedents and simultaneity”. Journal of Mar-keting, Vol. 44 (Spring): 65 – 77.

Buchanan, B. (1974). “Building organization commit-ment: The socialization of managers in work or-ganization”. Adninbistrative Science Quar-terly. Vol. 19: 533 – 546.

Clugston, Michael (2000). “The mediating effects ofmultidimensional commitment on job satisfac-tion and intent to leave”. Journal of Organiza-tional Behavior. Vol. 21: 477 – 486.

Darlis, Edfan (2000). “Analisis Pengaruh KomitmenOrganisasional dan ketidakpastianlingkungan terhadap hubungan antaraPrtisipasi Anggaran dengan SenjanganAnggaran”., Tesis S2 Jurusan Ilmu-ilmu SosialProgram Studi Akuntansi., ProgramPascasarjana Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta., Tidak dipublikasi.

Dillon, William R. and Matthew Goldstein (1984). “Mul-tivariate Analysis: Methods and Applica-tions”. New York: John Wiley & Sons.

Dollinger, Marc J. (1997). “Entrepreneurship: Strate-gies and Resources”. Second Edition., UpperSaddle River, New Jersey: Prentice-Hall.

Dongoran, Johnson (2005). “Pengaruh KonsensusStrategik Terhadap Sikap Kerja dan KinerjaPada Hotel Bintang di Jawa Tengah danDaerah Istimewa Yogyakarta”., Tugas SmallProject Pada Program Doktor Fakultas EkonomiUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta SemesterII/2004 – 2005, dan telah diseminarkan padaSeminar Staff Fakultas Ekonomi UniversitasKristen Satya Wacana Salatiga, 12 Agustus2005. Belum dipublikasi.

Dongoran, Johnson (2001). “Komitmen Organisasi: DuaSisi Sebuah Koin”. Dian Ekonom, JurnalEkonomi dan Bisnis Vol. VII No. 1: 35 – 56.

Dongoran, Johnson (1987). “Pengukuran danPerskalaan”. Fakultas Ekonomi UniversitasKristen Satya Wacana Salatiga.

Dubut, Darius (2003). “Analisis komitmen organisasi,motivasi dan kemampuan kerja terhadapkinerja – Studi kasus pada RS Panti WilasaCitarum di Semarang”., Tesis Program PascaSarjana Magister Manajemen UniversitasDiponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan.

Dunham, Randall B., Jean A. Grube and Maria B.Castaneda (1994). “Organizational Commitment:The Utility of an Integrative Definition”. Jour-nal of Applied Psychology, Vol. 79. No. 3: 370 –380.

Fisher, Cynthia D. (1980). “On the Dubious Wisdom ofExpecting Job Satisfaction to Correlate with Per-formance”. Academy of Management Review.,Vol. 5. No. 4: 607 – 612.

Ganzach, Yoav (1998). “Intelligence and Job Satisfac-tion”. Academy of Management Journal. Vol.41. No. 5: 526 – 539.

Page 109: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

91

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Gerhart, B. (1987). “How important are dispositionalfactors as determinants of job satisfaction?”Journal of Applied Psychology. Vol. 72: 366 –373.

Ghozali, Imam (2005). “Aplikasi Analisis MultivariateDengan Program SPSS”. Edisi 3. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson, James L., John M. Ivancevich and James H.Donnelly, Jr. (1997). “Organizations: Behavior,Structure and Process”. Homewood Il: Rich-ard D. Irwin, Inc.

Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H.Donnelly, Jr., and Robert Konopaske (2003).,“Organizations: Behavior, Structure and Pro-cesses”. Boston: McGraw-Hill Irwin.

Gregson, Terry (1990). “The separate constructs ofcommunication satisfaction and job satisfac-tion”. Education and Psychological Measure-ment. Vol. 50: 39 – 49.

Handoko, Hani (1999). “Manajemen Personalia danSumber Daya Manusia”. Yogyakarta: BPFE.

Hodge, B.J. and Anthony, William P. (1988). “Organi-zation Theory”. Third Edition. NeedhamHeights, Massachussetts: Allyn and Bacon, Inc.

Jawa Tengah Dalam Angka Tahun (2003). Jakarta: BiroPusat Statistik.

Kalliath, Thomas J., Allen C. Bluedorn and Michael J.Strube (1999). “A test of value congruence ef-fects”. Journal of Organizational Behavior. Vol.20: 1175 – 1198.

Klein, Howard J. and Jay S. Kim (1998). “A field studyof the influence of situational constraints,leader-member exchange, and goal commitmenton performance”. Academy of ManagementJournal. Vol. 41 No. 1: 88-95.

Ko, Jong-Wook., James L. Price and Charles W. Mueller(1997). “Assessment of Meyer and Allen’s

Three-Component Model of OrganizationalCommitment in South Korea”. Journal of Ap-plied Psychology. Vol. 82. No. 6: 961-973.

Laffaldano, Michelle T and Paul M. Muchinsky (1985).“Job Satisfaction and Job Performance: A Meta-Analysis. Psychological Bulletin. Vol. 97 No.2: 251 – 273.

Levy, Paul E. and Jane R. Williams (1998). “The role ofperceived system knowledge in predicting ap-praisal reactions, job satisfaction, and organi-zational commitment”. Journal of Organiza-tional Behavior. Vol. 19: 53 – 65.

Luthans, Fred (1998). “Organizational Behavior”.Eight Edition. Boston: McGraw-Hill.

McCaul, Harriette S., Verlin B. Hinsz and Kevin D.McCaul (1995). “Assessing OrganizationalCommitment: An Employee’s Global AttitudeToward the Organizations”. Journal of AppliedBehavioral Science. Vol. 31 No.1: 80-90.

Meyer, John P. and Natalie J. Allen (1991). “A three-component conceptualization of organizationalcommitment”. Human Resource ManagementReview. Vol. 1: 61-98.

Meyer, John P., Natalie J. Allen and Catherine A. Smith(1993). “Commitment to Organizations and Oc-cupations: Extension and Test of a Three-Com-ponent Conceptualization”. Journal of AppliedPsychology”. Vol. 78. No. 4: 538-551.

Mowday, R. T., R. M. Steers and L. W. Porter and (1979).“The Measurement of Organizational Commit-ment”. Journal of Vocational Behavior. Vol. 14:224 – 247.

Mowday, R. T., L. W. Porter and R. M. Steers (1982).“Employee-Organizational Linkages: The Psy-chology of Commitment, Absenteism and Turn-over”. New York: Academic Press.

Mulyadi. 1998. “Auditing”. Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:PT. Salemba Empat

Page 110: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

92

Jam STIE YKPN - Johnson Dongoran Pengaruh Sikap Kerja ......

Nan Lin (1976). “Foundation of Social Research”. NewYork: McGraw-Hill, Inc.

Petunjuk Wisata Yogya (2004). Dinas Kebudayaan danPariwisata Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta.

Porter, Michael E. (1980). “Competitive Strategy”. NewYork: Free Press.

Porter, L., R. Steers., R. Mowday and P. Boulian (1974).“Organizational Commitment, job satisfaction,and turnover among psychiatric technicians”.Journal of Applied Psychology. Vol. 59: 603 –609.

Prahalad, C. K. and R. A. Bettis (1986). “The dominantlogic: A new linkage between diversity and per-formance”. Strategic Management Journal. Vol.7. No. 6: 485 – 501.

Rasimin dan Ancok (1998). “Pergantian karyawan danpengendaliannya”. Jakarta: PT GramediaPustaka Umum.

Robbins, Stepehen P. (1994). “Organizational Theory:Structure, Design and Applications”. 3rd ed.Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall In-ternational Inc.

Robbins, Stepehen P. (2001). “Organizational Behav-ior”. 9th ed. Englewood Cliffs, New Jersey:Prentice-Hall, Inc.

Schab, Donald P. and Larry L. Cummings (1970). “Theo-ries of performance and satisfaction: A review”.Industrial Relations. Vol. 9: 408 – 430.

Seymour, J Madison (1991). “University Linkages forAgriculture Development”. Journal of HigherEducation. Vol. 62. No. 3: 288 – 316.

Shore, Lynn McFarlane., Kevin Barksdale and Ted H.Shore (1995). “Managerial Perceptions of Em-ployee Commitment to the Organization”. Acad-emy of Management Journal. Vol. 38. No. 6:1593-1615.

Somers, Mark John and Dee Birnbaum (1998). “Work-related commitment and job performance: it’salso the nature of the performance that counts”.Journal of Organizational Behavior. Vol. 19:621 – 634.

Supramono (1998). “Organizational Downsizing: TheRelationship Between Self-Efficacy and Intentto Leave”. GSB Business Review. Vol. 2. No. 1:18 – 31.

Williams, L. J. and S. E. Anderson (1991) “Job satisfac-tion and organizational commitment as predic-tors of organizational citizenship an in-role be-haviors:, Journal or Management. Vol. 17: 601-617.

Wood, Jack, Joseph Wallace, Rachid M. Jeffane, DavidJ. Kennedy, John R. Schermerhorn, James G.Hunt, and Richard N. Osborn (1998).“Organisational Behaviour; An Asia-PacificPerspective”. Brisbane: John Wiley & Sons.

Yeti (2005). “Pengaruh Kepuasan Kerja, KemampuanAuditor Dan Komitmen OrganisasionalTerhadap Kinerja Auditor Pada KantorAkuntan Publik di Semarang”. Skripsi PadaFakultas Ekonomi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga. Tidak dipublikasikan.

Yogianto (2005). “Metode Penelitian untuk Bisnis:Salah Kaprah dan Pengalaman”. Yogyakarta:BPFE – UGM.

Yukl, Gary A. (2002). “Leadership in Organizations”.5th Edition. Englewood Cliffs New Jersey:Prentice-Hall, Inc.

Page 111: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

Volume XVI Nomor 1, April 2005

Lo, Eko Widodo, pp. 1-10, Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba

Tjahyono, Heru Kurnianto, pp. 11-24, Peran Kepemimpinan Sebagai Variabel Pemoderasian Hubungan BudayaOrganisasional dengan Keefektifan Organisasional (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di Propinsi DIY)

Astuti, Sri dan M. Hanad Hainafi, pp. 250-34, Pengaruh Laporan Auditor Dengan Modifikasi Going ConcernTerhadap Abnormal Accrual

Siregar, Baldric dan Twenty Selvia Sari Sianturi, pp. 35-49, ; Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil PemilihanUmum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004

Prajogo, Wisnu, pp. 51-65, Pengaruh Pemediasian Trust Dalam Hubungan Kepemimpinan Transformasionaldan Organizational Citizenship Behavior

Widiastuti, Sri Wahyuni dan Sri Suryaningrum, pp. 67-77, Pengaruh Motivasi Terhadap Minat MahasiswaAkuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA)

Volume XVI Nomor 2, Agustus 2005

Heriningsih, Sucahyo, Sri Suryaningrum, Windyastuti, pp. 79-91, Pengaruh Kecerdasan Emosional padaPemahaman Pengetahuan Akuntansi di Tingkat Pengantar dengan Penalaran dan Pendekatan Sistem

Susanto, Djoko dan Baldric Siregar, pp. 93-105, Peran Saling Melengkapi Laba dan Arus Kas Operasi dalamMenjelaskan Variasi Return Saham

Rahdi, Fahmy, pp. 107-119, Industry Policy and Technology Transfer: Review and Analysis of The Indone-sian Automotive Industry During New Orde Era

Yudiarti, Fr. Ninik dan Eko Widodo Lo, pp. 121-127, Pengaruh Framing; Pertanggungjawaban, dan JenisKelamin dalam Keputusan Investasi Tambahan: Keputusan Individual dan Grup

INDEKS PENULIS DAN ARTIKELJAM STIE YKPN YOGYAKARTA

Volume XVIINomor 1April 2006

Page 112: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

Volume XVIINomor 1April 2006

Asakdiyah, Salamatun, pp. 129-139, Analisis Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan KepuasanPelanggan dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group di Daerah IstimewaYogyakarta

Saputro, Julianto Agung, pp. 141-152, Konsep dan Pengukuran Investment Opportunity Set Serta Pengaruhnyapada Proses Kontrak

Volume XVI, Nomor 3, Desember 2005

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 153-171, The Critical Success Factors Of Tqm Underlying The Deming Man-agement Method: Evidence From The Indonesia’s Oil and Gas Industry

Lo, Eko Widodo, pp. 173-181, Manajemen Laba: Suatu Sistesa Teori

Sanjaya, I Putu Sugiartha, pp. 183-193, Analisis Pengaruh Akrual Diskresioner Terhadap Return SahamBagi Perusahaan-Perusahaan yang Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dan Non-BigFour

Sudarini, Sinta dan Silisia Mita Alloy, pp. 195-207, Penggunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi LabaPada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa EfekJakarta)

Winarso, Beni Suhendra, pp. 209-218, Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Perusahaanyang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split Pengujian TheSignaling Hypothesis

Siregar, Baldric, pp. 219-230, Hubungan antara Dividen, Leverage Keuangan, dan Investasi

Page 113: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

PEDOMAN PENULISANJURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN

Ketentuan Umum1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut

kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa namadan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.

3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulisyang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.

4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial SecretaryJurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155e-mail: [email protected]

Standar Penulisan1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2

spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,dan bawah masing-masing 3 cm.

2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama padalembar terpisah di bagian akhir naskah.

3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Romanberukuran 10 point.

4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.

Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan hurufkapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapidengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.

Volume XVIINomor 1April 2006

Page 114: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrakmengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yangditulis dalam satu spasi.

6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).8. Materi dan Metode ditulis lengkap.9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian

hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat

dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.13. Ilustrasi:

a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapijelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times NewRoman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal katamenggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi

b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Romanberukuran 10 point jarak satu spasi.

c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) danuntuk bahasa Inggris digunakan titik (.).

d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).

14. Daftar Pustakaa. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf

awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis,tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan namapenulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambilartikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit,dan tempat.

b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal80%.

c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

JurnalYetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A CaseStudy of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Volume XVIINomor 1April 2006

Page 115: JAM Vol 17 No 1 April 2006.pdf

BukuPaliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

ProsidingPujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasidengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk MendukungPembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (LustrumVIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. FakutasPeternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam BukuLeitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In:G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/DisertasiAssih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional danTingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

InternetHargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima

atau ditolak.4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah

(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-

bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidakditerima/ditolak).

6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Volume XVIINomor 1April 2006