jam' ul quran

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, adalah pedoman inti dalam memahami dan mempelajari Islam itu sendiri. Selaku umat Islam yang baik, penting untuk memperbanyak wawasan pengetahuan tentang seluk-beluk yang berhubungan dengan al-Qur’an. Al-Qur’an yang secara harfiyah berarti ‘bacaan sempurna’ merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal sejak mengenal lima ribu tahun lalu yang dapat menandingi al-Qur’a>n al-Kari>m, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam al- Qur’a>n yang dibaca ratusan juta orang di seluruh dunia yang tidak mengerti artinya atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak. 1 Dengan adanya jaminan dalam surah al-H{ijr ayat 9, tidak berarti umat Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang tidak henti- hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat 1 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Cet. XII; Bandung: Mizan, 2001), h. 3. 1

Upload: mahbub-suaibi

Post on 14-Apr-2017

661 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jam' ul quran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, adalah pedoman inti dalam

memahami dan mempelajari Islam itu sendiri. Selaku umat Islam yang baik,

penting untuk memperbanyak wawasan pengetahuan tentang seluk-beluk yang

berhubungan dengan al-Qur’an.

Al-Qur’an yang secara harfiyah berarti ‘bacaan sempurna’ merupakan

suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak

manusia mengenal sejak mengenal lima ribu tahun lalu yang dapat menandingi al-

Qur’a>n al-Kari>m, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam al-

Qur’a>n yang dibaca ratusan juta orang di seluruh dunia yang tidak mengerti

artinya atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi

huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.1

Dengan adanya jaminan dalam surah al-H{ijr ayat 9, tidak berarti umat

Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara

kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang tidak henti-hentinya

berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat al-Qur’an. Oleh sebab itu, umat

Islam pada dasarnya tetap berkewajiban memeliharannya.

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian al-Qur’an

adalah dengan menghafal dan menulisnya. Pada masa permulaan Islam, setiap kali

Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, beliau menyampaikannya kepada para

Sahabat dan memerintahkan mereka untuk menghafal dan menuliskannya.

Hampir semua Sahabat yang menerimanya mampu menguasai dan menghafal isi

1Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Cet. XII; Bandung: Mizan, 2001), h. 3.

1

Page 2: Jam' ul quran

wahyu yang diturunkan kepada Nabi saw. Tradisi menghafal al-Qur’an

dilanjutkan setelah Nabi Muhammad saw. wafat, bahkan sampai saat ini umat

Islam senantiasa melakukan tradisi tersebut sebagai amaliah ibadah dan dalam

rangka memelihara keotentikan ayat-ayat al-Qur’an.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Menyimak latar belakang masalah di atas maka penulis menarik suatu

rumusan dan batasan masalah pada pembahasan makalah ini, sebagai berikut:

1. Apa pengertian Jam‘ al-Qur’a>n?

2. Bagaimana Jam’ al-Qur’a>n pada masa al-Khulafa’ al-Ra>syidu>n?

3. Bagaimana usaha lanjutan pemeliharaan al-Qur’an pasca al-Khulafa>

al-Ra>syidu>n?

2

Page 3: Jam' ul quran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jam’ al-Qur’a>n

Ditinjau dari segi bahasa, al-Jam’u berasal dari kata - جمع yang يخمع

artinya mengumpulkan. Sedangkan pengertian al-Jam’u secara terminologi, para

ulama berbeda pendapat. Menurut Az-Zarqani, Jam’ul Qur’an mengandung dua

pengertian. Pertama mengandung makna menghafal al-Qur’an dalam hati, dan

kedua yaitu menuliskan huruf demi huruf dan ayat demi ayat yang telah

diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut al-Qurtubi

dan Ibnu Katsir maksud dari Jam’ul Qur’an adalah menghimpun al-Qur’an dalam

hati atau menghafal al-Qur’an.2

Menurut Ahmad von Denffer, istilah pengumpulan al-Qur’an (jam’ al-

qur’ân) dalam literatur klasik itu mempunyai berbagai makna3, antara lain:

1. Al-Qur’an dicerna oleh hati.

2. Menulis kembali tiap pewahyuan.

3. Menghadirkan materi al-Qur’an untuk ditulis.

4. Menghadirkan laporan (tulisan) para penulis wahyu yang telah menghafal

al-Qur’an.

5. Menghadirkan seluruh sumber, baik lisan maupun tulisan.

Di kalangan ulama, jam’ al-Qur’a>n memiliki dua makna yaitu

hifz}uh}u kulluh fi> al-s}udu>r dan kita>batuhu kulluh fi> al-

sut}u>r.4

2 Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis, Idea Pustaka Utama, Bogor, 2003, h. 82.3 Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis, ... , h. 82.4Ibra>hi>m ‘Abd al-Rahma>n Khali>fah, Al-Mausu>’ah al-

Qur’a>niyyah al-Mutakhas}s}is}ah. h. 135.

3

Page 4: Jam' ul quran

1. Jam’ al-Qur’a>n dalam arti Hifz}uhu

Periode ini dimulai dari awal turunnya al-Qur’an. Oleh karena itu,

Rasulullah saw. adalah orang yang pertama yang menghapalnya. Allah swt.

menjamin akan mengumpulkannya di dada Nabi. Allah berfirman:

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”.5

Ibnu ‘Abba>s mengatakan; “Rasulullah sangat ingin segera menguasai

al-Qur’an yang diturunkan. Ia menggerakkan lidah dan bibirnya, karena takut apa

yang turun itu akan terlewatkan. Ia ingin segera mengahafalnya, maka Allah

menurunkan ayat di atas, dengan maksud bahwa Kamilah Allah yang

mengumpulkannya di dadamu, kemudian Kami membacakannya”. Dalam

ungkapan yang lain dikatakan, “Atas tanggungan Kamilah membacakannya”.

Maka setelah ayat di atas turun, apabila Jibril datang, Rasulullah diam. Dalam

lafaz lain dikatakan, “Ia mendengarkan”. Bila Jibril telah pergi, barulah ia

membacanya sebagaimana diperintahkan oleh Allah.6

2. Jam’ al-Qur’a>n dalam arti Kita>batuhu

Ini dimaksudkan adalah baik dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan

surah-surahnya, atau pun dengan menertibkan ayat-ayatnya semata, baik setiap

surah ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat

5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,1989.

6Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh (Jakarta: Pustaka MAPAN, 2009), h.64.

4

Page 5: Jam' ul quran

dan surah-surahnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul, yang menghimpun

semua surah, yang sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.7

Kitabat al-Qur’a>n (pengkodifikasian al-Qur’an) terjadi pada tiga masa.

Pertama, pada masa Nabi saw. Kedua, pada masa Abu> Bakar al-S}iddi>q. Ketiga, pada masa ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n. Ini akan penulis uraikan pada

pembahasan selanjutnya.

B. Jam’ Al-Qur’an Pada Masa Al-Khulafa> Al-Ra>Syidu>N

1. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu> Bakar al-S}iddi>qAbu Bakar menjalankan urusan umat Islam seseudah Rasulullah wafat. Ia

dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan

sebagian orang Arab. Karena itu, ia segerah menyiapkan pasukan dan

mengirimkannya untuk memerangi orang-orang murtad itu. Peperangan

Yamamah yang terjadi pada tahun ke-12 hijriah melibatkan sejumlah besar

sahabat yang hafal al-qur’an.

Dalam peperangan Yamamah, 70 Qurra’ dari kalangan sahabat gugur.

Umar bin al-Khattab merasa khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia mengajukan

usul kepada Abu bakar agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an karena

dikhawatirkan akan musnah. Pada awalnya, Abu Bakar menolak usulan ini dan

keberatan melakukan apa yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.

Akan tetapi Umar tetap membujuknya, sehingga Allah membuka hati Abu Bakar

untuk menerima usulan tersebut.8

Ada suatu riwayat yang tersebut luas, karena itu muncul dalam berbagai

versi yang mengisahkan pengumpulan al-Qur’an pada masa kekhalifaan Abu> Bakar. Menurut riwayat ini, ‘Umar bin al-Khat}t}>ab merasa khawatir

7Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh .h.66.

8 Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2010), h.84.

5

Page 6: Jam' ul quran

bahwa dalam pertempuran Yama>mah, banyak qa>ri> al-Qur’an yang

telah tewas. Orang-orang ini merupakan penghafal al-Qur’an, ‘Umar cemas jika

bertambah lagi angka kematian itu, maka beberapa bagian dari al-Qur’an yang

akan musnah. Karena itu, ia menasehati Abu> Bakar agar mengumpulkan al-

Qur’an. Pada mulanya Abu> Bakar agak ragu untuk melakukan tugas demikian

karena ia tidak menerima otoritas dari Nabi, tetapi kemudian ia memberikan

persetujuannya dan menugaskan Zai>d bin S|a>bit.9

Zaid binTsabit adalah orang yang ditunjuk Abu Bakar untuk

mengumpulkan al-Qur’a<n dalam satu mushaf. Adapun alasan penunjukan Zaid

oleh karena beliau berusia muda, intelegensi tinggi dan pekerjaannya di masa

Nabi sebagai penulis wahyu10.

Meskipun pada awalnya Zaid bin Tsabit juga ragu namun pada akhirnya ia

bersedia melaksanakan hal tersebut. Atas kesediaan Zaid bin Tsabit, dibuatlah

sebuah panitia yang diketuainya, sedang anggotanya adalah Ubay bin Ka’ab, Ali

bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan.11

Dalam menjalankan tugasnya, berbagai metode dilakukan untuk

mengumpulkan al-Qur’a<n. Diantaranya mengumpulkan tulisan-tulisan al-

Qur’a<n dari para sahabat, mencocokkan dengan hafalan para sahabat, atau pun

9Watt, W. Montgomery. Bell’s Introduction to the Qur’an, terj. Taufik Adnan Amal, Richard Bell Pengantar Studi al-Qur’an (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 61.

10Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah al-Qur’a>n (Cet.I; Jakarta: Forum kajian Budaya dan Agama,2001), h.145.

11H}asybi al-S}iddieqi>, Sejarah dan Pengantar Ilmu al Qur’a>n/Tafsir, h. 100.

6

Page 7: Jam' ul quran

menghadirkan dua orang saksi yang menyaksikan bahwa pembawa al-Qur’a<n

itu telah mendengarnya dari lisan Rasulullah saw.12

Dalam rentang waktu kerja tim, Zaid kesulitan terberat dialaminya pada

saat tidak menemukan naskah mengenai ayat 128 dari Surat at-Taubah. Ayat

tersebut dihafal oleh banyak sahabat termasuk Zaid, namun tidak ditemukan

dalam bentuk tulisan. Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari ayat tersebut

ditemukan ditangan Abu Khuzaimah al-Anshari.13

Dengan cara seperti inilah Zaid mengumpulkan ayat-ayat dan surah-surah

al-Qur’a<n dan mengumpulkannya yang sebelumnya terpisah-pisah. Setelah

selesainya pengumpulan dan penulisan al-Qur’a<n ini, kemudian diserahkan

kepada Abu Bakar dan beliau menyimpannya sampai wafat.

Masa pengumpulan al-Qur’a<n ini terlihat sangat singkat. Sebagai mana

diketahui, Abu Bakar hanya memerintah kekhalifaan Islam ketika itu selama

kurang lebih dua tahun mulai Rabi’ul Awwal 11 H sampai Jumadil Tsa>ni 13

H.. Sementara Zaid melalui tugasnya setelah peperangan Yamamah (bulan ketiga

tahun 12 H). Hal ini berarti bahwa waktu yang tersisa bagi Zaid hanya 15 bulan.14

Al-Zarqani mengemukakan bahwa mushaf yang disusun pada masa Abu

Bakar hanyalah penulisan urutan-urutan ayat-ayatnya saja tanpa mengurut surah-

surahnya.15

12Muhammad Hadi Ma’rifat, Sejarah Al-Qur’a>n, terj.Thoha Musawa , h.136.13Manna’ al-Qattan, Maba>h}is fi>‘Ulu>m Al-Qur’a>n, h. 126.14Taufik Adnan Amal, sejarah al-Qur’a>n (Cet.I; Jakarta: Forum kajian Budaya dan

Agama,2001., h. 148.15al-Zarqani, Manahal al-Irfan fi Ulumu al-Qur’an, Juz I(t.t:Dar al-Fikr, 1996), h. 182.

7

Page 8: Jam' ul quran

S}uh}uf yang telah dikumpulkan itu berada di tangan Abu> bakar

sampai wafatnya, lalu dipegang ‘Umar semasa hidupnya, kemudian disimpan oleh

H}afs}ah binti ‘Umar.16

Dalam penyalinan kembali al-Qur’an, Abu> Bakar menetapkan dua

pedoman. Pertama, penulisan berdasarkankan kepada sumber tulisan al-Qur’an

yang pernah ditulis pada masa Rasulullah saw. yang tersimpan di kediamannya.

Kedua, penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para Sahabat penghafal al-

Qur’an. Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan al-Qur’an

sehingga ia tidak menerima ayat yang akan dituliskannya sehingga disaksikan

oleh dua orang saksi. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun

yaitu pada tahun ke-13 Hijriah di bawah pengawasan Khalifah Abu> Bakar,

‘Umar bin Khat}t}a>b dan para tokoh Sahabat lainnya. Setelah sempurna,

kemudian berdasarkan hasil musyawarah maka tulisan al-Qur’an itu dinamakan

Mus}h}af .17

2. Pengumpulan al-Qur’an pada masa ‘Us\man bin Affa>nPenyebaran Islam bertambah luas dan para Qurra>’ pun tersebar di

pelbagai wilayah, dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari bacaan dari

para Qurra>’ yang telah dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan al-

Qur’an yang mereka bawakan berbeda sejalan dengan perbedaan huruf yang

dengannya al-Qur’an diturunkan. Apabila mereka berkumpul pada suatu

16HR al-Bukha>ri>, al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h}, kitab tentang Fad}a>il Alqura>n, bab jam’ al-Qur’a>n.

17Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’i, Ulum al-Qur’an (Cet.II; Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 78-79.

8

Page 9: Jam' ul quran

pertemuan, atau di suatu medan pertempuran, sebagian mereka merasa heran akan

adanya perbedaan qira>at itu.18

Penjelasan tradisional tentang alasan yang menyebabkan diambil langkah

selanjutnya dalam menetapkan bentuk al-Qur’an menyiratkan bahwa perbedaan-

perbedaan serius dalam bacaan (qira>at) terdapat dalam salinan-salinan al-

Qur’an yang pada ‘Us\ma>n di berbagai wilayah.19 Tidak berbeda dari kisah

pengumpulan pertama Zai>d bin S|a>bit, terdapat sejumlah riwayat tentang

pengumpulan kedua al-Qur’an yang dilakukan Zai>d pada masa Khalifah ‘Us\man bin ‘Affa>n.20

Dari Anas dikemukakan bahwa Khuzaifah bin Al-Yaman datang kepada

Usman bin Affan dan mengemukakan bahwa ketika ia mengikuti peperangan di

Armenian dan Azarbaijan bersama dengan penduduk Irak, ia amat terkejut dengan

adanya perbedaan mereka dalam bacaan. Lalu, ia berkata kepada Usman,

“Selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (dalam

masalah kitab) , sebagaimana perselisihan orang-orang Yahudi dan Nasrani.21

Al-Ima>m al-Bukha>ri> mentakhri>j di dalam kitab

s}ah}i>h} dari hadis Ibnu Syiha>b al-Zuhri> bahwa Anas bin Ma>lik menceritakan kepadanya: Bahwa Huz\aifah bin al-Yama>m menghadap Us\man. Ia tengah memimpin penduduk Syam dan Iraq dalam ekspedisi militer

(fath}) ke Armenia dan Azerbaijan. Huz\ai>fah merasa cemas dengan

pertengkaran mereka (Ahl Syam dan Iraq) tentang qira>at. Maka berkatalah

Huz\ai>fah kepada ‘Us\ma>n: “Wahai Ami>r al-Mu’mini>n,

selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertikai tentang Kitab, sebagaimana yang

18Mardan, AL-QUR’AN:Sebuah Pengantar, h. 69-70.19Richard Bell, h. 64.20Taufik Adnan Amal, Rekosntruksi Sejarah Alqura>n., h. 196.21Mardan.AL-QUR’AN:Sebuah Pengantar. h.86.

9

Page 10: Jam' ul quran

telah terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani pada masa lalu.” Kemudian ‘Us\ma>n mengirim utusan kepada H}afs}ah dengan pesan: “Kirimkanlah kepada kami s}uh}uf yang ada di tanganmu, sehingga bisa diperbanyak serta disalin ke dalam mushaf-mushaf kemudian akan kami kembalikan kepadamu.” Lalu H}afs{ah mengirim

s}uhu}fnya kepada ‘Us\ma>n, yang kemudian memanggil Zai>d bin S|a>bit, ‘Abdullah bin al-Zubai>r, Sa’i>d bin ‘A<s} dan Abd al-

Rah{ma>n bin al-H{a>ris\ bin Hisya>m, lalu memerintahkan mereka

untuk menyalinnya menjadi beberapa mus}h}af. ‘Us\ma>n berkata kepada tiga

orang Quraisy (yang ada dalam tim) : “Apabila kalian berbeda pendapat dengan

Zai>d mengenai al-Qur’an, maka tulislah dengan dialek Quraisy, karena al-

Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka.” Mereka mengikuti perintah tersebut,

dan setelah berhasil menyalin s}uh}uf itu menjadi beberapa mus}h}af, ‘Us\ma>n mengembalikannya kepada H{afs}ah. Lalu ia mengirim mus}h}af salinan yang ada ke setiap propinsi dengan

perintah agar seluruh rekaman al-Qur’an yang ada, dibakar.22

Sebagaimana diberitakan dalam riwayat di atas, pengumpulan al-Qur’an di

masa ‘Us\ma>n dilakukan oleh suatu komisi yang terdiri dari empat orang,

yakni: Zai>d bin S|a>bit, ‘Abdullah bin al-Zubai>r, Sa’i>d bin al-‘A<s} dan ‘Abd al-Rah}ma>n. Zai>d yang merupakan ketua komisi

pengumpulan adalah seorang Ans}a>r yang sewaktu mudanya aktif sebagai

sekretaris Nabi dan mencatat wahyu-wahyu al-Qur’an. Di samping itu, seperti

telah dikemukakan sebelumnya, ia juga terlibat dalam pengumpulan al-Qur’an

yang dilakukan pada masa Khalifah Abu> Bakar. Riwayat di atas menyebutkan

22HR al-Bukha>ri>, al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h}, kitab tentang Fad}a>il Al-Qur’a>n, bab Jam’ Al-Qur’a>n.

10

Page 11: Jam' ul quran

bahwa s}uh}uf yang dikumpulkan pertama kali oleh Zai>d di masa Abu> Bakar kini dijadikan basis kodifikasi Us\man.23

Mushaf yang disusun pada masa khalifah Usman bin Affan ini lebih

lengkap jika dibandingkan dengan mushaf pada masa khalifah Abu Bakar. Al-

Zarqani menjelaskan bahwa mushaf Usmani telah dilengkapi penulisannya selain

tertib urutan ayat, juga sudah ada urutan-urutan surah.24

Telah dikemukakan bahwa setelah selesai melakukan kodifikasi al-Qur’an,

sejumlah salinan mus}h}af ‘us\m>ani> dikirim ke berbagai kota

metropolitan Islam. Riwayat-riwayat tentang jumlah mus}h}af yang berhasil

diselesaikan penulisannya dan kota-kota mana saja ia dikirim sangat beragam.

Menurut pandangan yang diterima secara luas, satu mus}h}af al-Qur’an

disimpan di Madinah, dan tiga salinan lainnya dikirim ke Kufah, Bas}rah dan

Damaskus.25 Pendapat populer lainnya, yang dipegang penulis al-Itqa>n,

menyebut ada lima eksemplar dan menambahkan kota Makkah ke jajaran empat

kota di atas.26 Ibnu Abi> Da>u>d menuturkan pandangan Abu> Ha>tim al-

Sajasta>ni> mengatakan ada tujuh mus}h}af selain kelima kota di atas,

dikirim juga ke Bahrain dan Yaman.27

23Taufik Adnan Amal. h. 197.24al-Zarqani, , Manahal al-Irfan fi Ulumu al-Qur’an., h. 73.25Taufik Adnan Amal, h. 202.26Al-Sayu>t}i>, h. 167.27

11

Page 12: Jam' ul quran

C. Usaha Lanjutan Pemeliharaan al-Qur’an Pasca al-Khulafa> al-

Ra>syidu>n

Berbeda dengan nasib kitab-kitab suci terdahulu (yang keaslian dan

keorisinilannya tidak terjaga), al-Qur’an diakui oleh banyak sarjana sebagai kitab

suci yang keasliannya terjaga dengan sempurna. Bakat menghafal yang luar biasa

pada bangsa Arab, kesungguhan generasi Sahabat Nabi dan generasi-generasi

berikutnya menghafal al-Qur’an di luar kepala, adanya pencatatan dan

pendekumentasian ayat-ayat al-Qur’an setiap kali turun, setengah tahun setelah

wafatnya Nabi, Abu> Bakar memerintahkan panitia yang dipimpin oleh Zai>d bin

S|a>bit untuk menghimpun dan membukukan al-Qur’an, kemudian

diperbanyak naskahnya pada masa Khalifah ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n. Semua itu telah membuahkan prestasi yang unik dalam sejarah tentang pemeliharaannya

dengan sempurna keaslian al-Qur’an. kendati telah terjadi perpecahan dan

peperangan sesama umat Islam, al-Qur’an mereka tetap satu, tidak berbeda, dari

dulu sampai sekarang, dan insya Allah sampai akhir zaman.28

Setelah periode Khalifah ‘Us\ma>n, pemeliharaan al-Qur’an di kalangan

umat Islam semakin diperketat dengan sangat teliti dan hati-hati. Naskah-naskah

al-Qur’an yang dikirim ke negara-negara Islam pada masa pemerintahannya,

disalin kembali oleh umat Islam dengan penuh kehati-hatian dengan tulisan yang

lebih indah dan rapi sesuai dengan perkembangan khat} Arab.29

Dari beberapa naskah yang dikirim ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n, umat Islam menyalin al-Qur’an untuk mereka masing-masing dengan teliti dan cermat. Suatu contoh, ‘Abd al-‘Azi>z bin Marwa>n, Gubernur Mesir setelah menulis mus}h}af, menjanjikan memberikan seekor

28Mardan,AL-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh , h. 72-73.

29Mardan,AL-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh , h. 74

12

Page 13: Jam' ul quran

kuda dan uang sebanyak 30 dinar kepada siapa yang bisa menunjukkan sesuatu

kesalahan dalam tulisannya. Di antara pemeriksa itu ada seorang qa>ri> yang

dapat menunjukkan suatu kesalahan, yaitu kata ‘na’jah’ padahal sebenarnya

‘naj’ah’.30

Penyalinan terhadap mus}h}af ‘us\ma>ni> dilakukan sangat pesat sekali. Suatu riwayat mengatakan bahwa ketika peperangan

antara ‘Ali> dan Mu’a>wiyah, jumlah mus}h}af yang diangkat di atas

tombak ada 300 buah, meskipun pada waktu itu penyalinan dilakukan dengan

tulisan tangan saja. Ini menunjukkan betapa pesat perkembangan jumlah

mus}h}af.Allah swt. berkehendak untuk menyiarkan Kitab-Nya di seluruh penjuru

dunia dengan perantara percetakan. Seperti halnya penulisan al-Qur’an,

percetakan al-Qur’an itu juga mengalami fase-fase perbaikan. Al-Qur’an pertama

kali dicetak di Venesia (Bunduqiyah) pada tahun 1530 M. Tetapi ketika cetakan

al-Qur’an penguasaan gereja mengeluarkan perintah untuk memusnahkan al-

Qur’an itu. Kemudian Hinkelmenn melakukan percetakan al-Qur’an di kota

Hamburg tahun 1694 M. Kemudian diiringi oleh Marrocci dengan mencetaknya

di Padone pada tahun 1698 M. kemudian muncul cetakan pertama secara Islam

dilaksnakan oleh Maulaya ‘Us\ma>n di St. Petersbaurg, Rusia pada tahun 1873

M, seperti itu juga dilakukan di Qazan. Di Iran terjadi percetakan dua kali, tahun

1928 M di Taheran dan pada tahun 1833 M Tibriz Flugel mencetak al-Qur’an di

Leipzig pada tahun 1834 M.31

30Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’I, Ulum al-Qur’an h. 87.31Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’I, Ulum al-Qur’an , h. 87-88.

13

Page 14: Jam' ul quran

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan beberapa poin:

1. Di kalangan Ulama, terminologi pengumpulan al-Qur’an (jam’ al-

Qur’a>n) memiliki dua konotasi, yaitu konotasi penghafalan al-Qur’an dan konotasi penulisannya secara

keseluruhan.

2. Pada masa Abu Bakar, penulisan al-Qur’an dilakukan karena

kekhawatiran sirnanya al-Qur’an dari syahidnya beberapa penghafal

al-Qur’an pada perang Yama>mah. Sedangkan pada masa Us\

man bin Affan, penulisan al-Qur’an dilakukan karena terjadinya

banyak perselisihan di dalam cara membaca al-Qur’an (qira>at).

14

Page 15: Jam' ul quran

DAFTAR PUSTAKA

Syihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an. Cet. XII; Bandung: Mizan, 2001.

al-Zarqa>ni>, Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Mana>hil al-‘Irfa>n

fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. t.t, Da>r al-Kita>b al-’Arabi>, t.th.

Abdurrahman, Hafidz. Ulumul Qur’an Praktis, Idea Pustaka Utama, Bogor, 2003.

Khali>fah, Ibra>hi>m ‘Abd al-Rahma>n. Al-Mausu>’ah al-

Qur’a>niyyah al-Mutakhas}s}is}ah. Kairo: Al-Majlis al-A’la> li al-Syuu>n al-Isla>miyyah. 2006.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ed. Revisi. Surabaya:

Mahkota, 1989.

Mardan. Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Alqura>n Secara Utuh.

Jakarta: Pustaka MAPAN, 2009.

Watt, W. Montgomery. Bell’s Introduction to the Qura’n. Terj. Taufik Adnan

Amal. Richard Bell Pengantar Studi al-Qur’an. Ed. 1, Cet. II; Jakarta :

PT RajaGrafindo Persada, 1995.

Amal, Taufik Adnan. Rekosntruksi Sejarah Alqura>n. Yogyakarta: Forum

Kajian Budaya dan Agama, 2001

Ma’rifat, Muhammad Hadi,Sejarah Al-Qur’a<n, terj.ThohaMusawa.Cet. II,

Jakarta: Al-Huda, 2007.

Al-Qattan, Manna’, Mabahis fi Ulum Al-Qur’a<n,t.t Mansyuriah al Haditsah

15

Page 16: Jam' ul quran

Syadali, Ahmad. Rafi’I, Ahmad. ‘Ulum Alqura>n. Cet.II, Bandung: Pustaka

Setia, 2000.

16