ix rekomendasi
TRANSCRIPT
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 96
IX. REKOMENDASI
9.1 Peluang Pengembangan Industri Berbasis Agribisnis di
Kabupaten Paser
9.1.1 Industri Berbasis Kelapa Sawit
Berdasarkan hasil identifikasi komoditas dan industri eksisting di
Kabupaten Paser, maka salah satu potensi agribisnis dan agroindustri yang
berpeluang besar untuk dikembangkan adalah kelapa sawit dari hulu hingga
ke hilir. Setiap bagian tanaman kelapa sawit dapat dijadikan bahan industri
secara berantai. Efek berganda (multiplier effects) tanaman pohon kelapa
sawit ini mempunyai nilai ekonomis yang menjadikannya sangat berharga.
Pohon industri kelapa sawit ini dapat disajikan pada gambar berikut:
Gambar 9.1 Pohon Industri Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit
Tandan Buah Segar (Fresh Fruit
Bunches)
Pengolahan CPO (CPO Mill)
CPO Palm Kernel
Industri
Pemurnian
Crushing Plant
PKO Palm Kernel Meal (PKM)
Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO)
Industri Pemurnian
RBD Olein RBD
Stearin
Industri
Oleokimia
Industri Pemurnian
RBDKO
Industri Pangan
Industri Kosmetika dan Deterjen
Industri Kimia
Industri Pakan
Asam Lemak, Lemak
Alkohol, Ester, Gliserin, dll.
Kayu Pelepah
Furniture Pulp
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 97
Industir hulu perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk primer
berupa minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (Palm Kernel).
Produk-produk yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat luas, dengan
intensitas modal dan teknologi yang bervariasi. Produksi CPO Indonesia
yang diolah di dalam negeri sebagian besar masih dalam bentuk produk
antara seperti RBD palm oil , stearin dan olein, yang nilai tambahnya tidak
begitu besar dan baru sebagian kecil yang diolah menjadi produk-produk
oleokimia dengan nilai tambah yang cukup tinggi.
Produk primer kelapa sawit ini dapat dikembangkan menjadi industri
produk pangan dan non pangan lainnya. Melalui proses fraksinasi, rafinasi
dan hidrogenasi pada kelapa sawit dapat dikembangkan industri hilir yang
menghasilkan produk makanan. Dan melalui proses hidrolisis (splitting)
menghasilkan asam lemak dan gliserin yang dapat diolah lagi menjadi
produk-produk non pangan. Industri hilir kepa sawit ini terdiri dari industri
hasil setengah jadi dan industri barang jadi.seperti diuraikan dalam Pahan
(2006), sebagai berikut
1. Industri hasil setengah jadi
Industri hasil setengah jadi digolongkan menjadi 2, yaitu oleo-pangan
dan oleo-kimia.
a. Oleo-pangan
Oleo-pangan adalah penggunaan minyak sawit untuk produk pangan.
Olahan kelapa sawit yang digolongkan dalam oleo-pangan sebagai berikut:
Minyak goreng
Lemak makan: Margarine, vanaspati, dan shortening
b. Oleo-kimia
Oleo kimia adalah penggunaan minyak sawit untuk produk kimia (non
pangan). Olahan kelapa sawit yang digolongkan dalam oleo-kimia adalah
sebagai berikut:
Fatty acid, fatty alcohol, dan fatty amine
Methyl ester (biodiesel)
Glycerol
Ethoxylate dan epoxylate
Garam metalik
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 98
2. Industri barang jadi
Beberapa jenis makanan olahan kelapa sawit menjadi industri barang
jadi adalah sebagai berikut:
a. Industri makanan:
Kue, roti dan biskuit.
Cokelat, kembang gula dan es krim.
Tepung susu nabati (filled milk) dan coffee whitener (coffee mate).
Mie siap saji (instant noodle).
b. Industri kosmetik dan deterjen:
Sabun, cream lotion dan sampo.
c. Industri farmasi:
Vitamin A dan E.
d. Industri pabrik logam:
Sabun metalik untuk minyak pelumas dan campuran cat.
Pelumas dan pelindung karat permukaan lembaran baja pada industri
baja canai dingin (cold rolling mill).
Bahan pengapung (floatation agent) untuk memisahkan biji tembaga
atau cobalt dari baja.
e. Industri karoseri
f. Industri tinta cetak, lilin dan crayon.
g. Industri pakan ternak.
Selain minyak sawit dan minyak inti sawit, bagian lain dari tanaman
kelapa sawit juga bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan baku industri.
Produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah kelapa sawit ini
diantaranya adalah:
1. Tandan kosong kelap sawit:
Pupuk organik, kompos, dan kalium serta serat
2. Tempurung buah:
Arang aktif
3. Batang dan tandan sawit:
Pulp kertas
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 99
4. Batang pohon sawit
Perabot (furniture) dan papan partikel
5. Batang dan pelepah
Pakan ternak
6. Limbah cair dari proses produksi
Pupuk organik
Dengan potensi dan kemungkinan pengembangannya, maka
pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan dapat diarahkan pada
pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan melalui
pemberdayaan di hulu, dan penguatan di hilir. Pengembangan agribisnis
kelapa sawit ke depan tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan berikut :
Pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis kelapa sawit,
Mendorong pengembangan pasar modal yang memungkinkan petani
sebagai pemegang saham perusahaan,
Pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan
Pengembangan keseimbangan perdagangan domestik dan
internasional,
Pengembangan investasi kebun lengkap dengan pengolahan minyak
sawit
Pengembangan industri hilir kelapa sawit.
9.1.2 Industri Berbasis Karet
Komoditas unggulan perkebunan lain yang dimiliki Kabupaten Paser
adalah karet. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan penting,
karena secara nasional Indonesia merupakan negara dengan luas areal
perkebunan terbesar kedua di dunia. Beberapa keutamaan yang dimiliki
karet adalah bernilai ekonomis tinggi, kesempatan kerja dan mendatangkan
devisa, dan merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru
di wilayah sekitar perkebunan karet. Selain itu, karet secara ekologi
menguntungkan, karena perkebunan karet mendukung kelestarian
lingkungan dan sumber daya hayati. Berdasarkan kepada aspek-aspek
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 100
tersebut, maka agribisnis karet mempunyai prospek yang cerah di masa
mendatang.
Gambar 9.2 Pohon Industri Karet
Secara umum, industri karet dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu:
1. Industri Hasil Setengah Jadi
a. Karet Remah (Crumb rubber)
b. RSS dan lateks padat
Bahan olah karet berupa lateks dapat diolah menjadi berbagai jenis
produk lateks. Karet padat juga dapat diolah menjadi beragam produk.
Pohon Karet
Lateks, sheet
Kayu
Crumb rubber
Arang, kayu gergajian, pulp
Furniture
Alat kesehatan & laboratorium
Perlengkapan kendaraan
Alat olah raga
Perlengkapan pakaian
Perlengkapan teknik industri
Perlengkapan anak & bayi
Perlengkapan rumah tangga
Barang lain
Pipet, selang stetoskop dll
Ban, pedal, karet kaca mobil
Bola, pakaian selam dll
Sepatu & sandal karet
Air house, oil seal, rubber bushing dll
Balon, dot, perlak, mainan anak dll
Karper, perlengkapan lain
Kondom, pelampung dll
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 101
2. Industri Barang Jadi
a. Industri alat kesehatan dan laboratorium
Pipet, selang stetoskop dan lain-lain
b. Industri perlengkapan kendaraan
Ban kendaraan, pedal sepeda dan motor
Karet kaca mobil, karet klep dan lain-lain
c. Industri alat olah raga
Bola sepak, boal basket, bola volley
Pakaian selam dan lain-lain
d. Industri perlengkapan pakaian
Sepatu, sandal karet dan lain-lain
e. Industri perlengkapan teknik industri
Air house, Oil seal
Rubber bushing dan lain-lain
f. Industri perlengkapan anak dan bayi
Balon, dot susu
Perlak, mainan anak dan lain-lain
g. Industri perlengkapan rumah tangga
Karpet dan perlengkapan lainnya
h. Industri-industri lain
Kondom, pelampung dan lain-lain
Selain getahnya, kayu karet juga memiliki nilai ekonomis yang baik di
dunia. Karena kayu karet saat ini banyak diminati oleh masyarakat, dengan
coraknya yang seperti kayu ramin dan warna yang cerah. Saat ini kayu karet
juga menjadi alternatif kayu yang memenuhi persyaratan ekolabelling karena
telah dibudidayakan secara luas. Kayu karet dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku perabotan rumah tangga, particle board, parquet, Medium
Density Fibreboard dan lain sebagainya.
Menurut prediksi Departemen Pertanian pada tahun-tahun mendatang
pabrik pengolahan crumb rubber yang ada saat ini kapasitasnya sudah tidak
mencukupi. Oleh karenanya dibutuhkan investasi baru untuk membangun
pabrik pengolahan baru untuk menampung pertumbuhan pasokan bahan
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 102
baku. Posisi karet yang merupakan komoditas unggulan tidak hanya dalm
lingkup Kabupaten Paser tapi juga nasional, menjadi daya tarik investor
untuk menanamkan modalnya.
Saat ini ragam produk karet yang dihasilkan masih terbatas, pada
umumnya masih didominasi oleh produk primer (raw material) dan produk
setengah jadi. Sebagian besar produk karet diolah menjadi karet remah
(crumb rubber) dan lainnya dalam bentuk RSS dan lateks padat. Industri
berbasis lateks pada saat ini masih terkendala rendahnya daya saing
produk-produk industri lateks Indonesia. Kegiatan pengolahan berbahan
baku crumb rubber atau lateks di Indonesia sampai saat ini tercatat masih
didominasi oleh industri ban kendaraan, selainnya dalam sektor usaha kecil
dan menengah.
Kabupaten Paser sebagai salah satu daerah penghasil karet
mempunyai peluang untuk pengembangan berbagai industri yang berbasis
tanaman karet, terutama usaha kecil dan menengah. Industri kecil barang
jadi karet ini pada umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga
secara informal. Dan hubungan yang dibentuk oleh usaha ini terintegrasi
dengan industri lain, dari hulu sampai hilir. Dalam pengadaan bahan baku,
pengrajin industri kecil menjalin hubungan dengan pabrik kompon sebagai
bahan baku utama. Kemudian untuk pemasaran produknya pengrajin
biasanya menjadi vendor dari suatu perusahaan besar seperti pabrik otomotif
atau pabrik elektronik, menjual kepada pedagang perantara atau menjual
langsung ke toko-toko.
Pengembangan usaha ini memerlukan pembinaan yang intens dari
pemerintah. Koordinasi yang erat dengan berbagai pihak harus senantiasa
digalang agar industri ini dapat semakin berkembang. Institusi tersebut
diantaranya pelaksana fungsi penelitian dan pengembangan, kemudian
institusi pendukung perdagangan, pemasaran, keuangan dan jasa lainnya.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 103
9.1.3 Industri Berbasis Pisang
Pada sub sektor hortikuktura, pisang merupakan komoditas unggulan
dengan produksi terbesar di Kabupaten Paser. Potensi ini pun sudah dapat
ditangkap oleh masyarakat, terbukti dengan banyak berkembangnya usaha
kecil berbasis pisang seperti sale dan keripik pisang. Bahkan beberapa
diantaranya sudah dapat menembus pasar di kota besar seperti Samarinda
dan Balikpapan.
Sebagai produk primer, pisang dapat diolah menjadi berbagai jenis
bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku industri sebagai berikut:
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 104
Gambar 9.3 Pohon Industri Pisang
Pisang
Pohon pisang
Tandan & buah
Batang
Daun
Bonggol
Batang luar
Pakan ternak
Pupuk organic
Serat pakaian
Kerajinan tangan
Empulur
Tepung
Acar
Kertas
Dye (warna)
Pembungkus
Kertas
Dye (warna)
Chip
Dendeng
Acar
Tepung
Kertas
Obat
Dye (warna)
Limbah
Off grade
Edible portion
Jantung
Kulit
Tandan
Sayuran
Penyedap rasa
Pupuk organik
Makanan ternak
Etil alcohol
Biogas
Dye
Wax lantai
Semir sepatu
Ketchup
Vinegar
Sari/ cider
Segar
Olahan
Konsumsi buah segar
Keripik
Lendre
Getuk
Sale
Jus
Tepung
Puree
Sirup glukosa
Etil alcohol
Flakes
Selai, jelly
Cider/ anggur
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 105
Selain dimakan buahnya, pisang dapat diolah menjadi berbagai jenis
produk yang dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Bahan Pangan
a. Keripik, Ledre, getuk, jus, puree, sale, selai, pisang goreng, pisang
bakar
b. Tepung, makanan bayi
c. Cuka, cider (wine), sirup glukosa
2. Bahan Pakan
a. Pakan ternak langsung
b. Pakan ternak olahan melaui bubuk pisang (banana meal)
3. Bahan baku industri
a. Serat untuk kerajinan tangan
b. Zat warna (dye)
c. Biogas
d. Etil alkohol
e. Kertas
f. Bahan pembungkus
g. Charcoal
h. Wax lantai
i. Semir sepatu
Usaha pengolahan pisang dapat memberikan berbagai keuntungan.
Pertama, peningkatan nilai tambah yang dihasilkan dari industri pengolahan
akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Kedua, permintaan akan
pisang membuat petani lebih mudah dalam memasarkan hasil panennya
sehingga akan meningkatkan pendapatan. Ketiga, Umur penyimpanan dapat
semakin lama dibandingkan dijual langsung sehingga mengurangi kerusakan
dan kerugian. Keempat, produk pisang yang sudah diolah akan memiliki
tingkat ketahanan yang lebih baik sehingga memperkuat posisi tawar.
Pengembangan industri berbasis pisang di Kabupaten Paser harus
didukung oleh ketersediaan bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Pemerintah perlu mengidentifikasi kebutuhan eksisting dan proyeksi
kebutuhannya ke depan untuk menjamin keberlanjutan usaha pengolahan
pisang ini. Sampai saat ini industri pengolahan pisang masih terkendala
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 106
salah satunya oleh ketidaktepatan waktu pengiriman bahan baku. Hal ini
berdampak pada operasional usaha yang harus terhenti sementara.
Dalam pengembangan industri pengolahan pisang, selain ketersediaan
pasokan bahan baku, terdapat beberapa hal lain yang perlu diperhitungkan.
Diantaranya mengenai teknologi pasca panen pisang agar produk yang
dihasilkan bermutu tinggi dengan produktivitas yang baik. Pengangkutan
bahan baku ke bangsal-bangsal pengemasan harus ditangani secara hati-
hati untuk menghindari kerusakan dan cacat selama perjalanan. Proses
produksi yang baik dan higienis untuk menjamin kualitas produk. Kemudian
tahap pengemasan yang baik dan modern agar produk olahan pisang dapat
diterima oleh pasar. Kegiatan promosi dalam rangka penguatan distribusi
pemasaran produk penting untuk terus digencarkan agar produk olahan ini
tidak hanya dinikmati masyaralat lokal tetapi juga dapat menembus pasar di
propinsi lain.
9.1.4 Industri Berbasis Perikanan
Salah satu potensi komoditas yang dimiliki Kabupaten pssir adalah
perikanan, baik perikan laut maupun perikanan darat yang sebagian besar
berasal dari tambak. Selain dijual dalam keadaan segar, produk perikanan
juga dapat diolah menjadi berbagi macam jenis produk olahan yang dapat
meningkatkan nilai tambah. Selain itu, dengan dilakukan pengolahan maka
akan semakin awet dan mengurangi resiko kerusakan.
Saat ini telah berkembang beberapa sentra pengolahan ikan industri
kecil di pesisir Kabupaten Paser. Namun diversifikasi produk olahan tersebut
belum beragam. Sentra ini biasanya mengolah udang menjadi petis ataupun
kerupuk. Berikut dijabarkan beberapa produk olahan yang berasal dari ikan
atau udang:
1. Bahan Pangan
Ikan asin
Pindang
Kerupuk
Abon
Pengalengan ikan
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 107
2. Bahan Baku Pangan
Tepung ikan
Petis udang
Kecap ikan
Minyak ikan
3. Bahan baku industri
Biodiesel
Industri pengolahan ikan ini umumnya dikelola dalam skala kecil.
Sehingga pengembangan industri pengolahan perikanan ini dapat diarahkan
terutama untuk pembinaan industri kecil eksisting. Peningkatan daya saing
industri kecil ini dapat dilakukan dengan packing produk yang baik dan
terstandarisasi. Selanjutnya adalah pendampingan dalam jaringan
pemasaran sebagai bagian dari usaha peningkatan daya saing. Adapun
sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Paser, sub sektor
perikanan juga berpotensi untuk dikembangkan industri menengah dan besar
seperti fish canning.
9.1.5 Industri Yang Dapat Dikembangkan di JAJONPON
Berikut beberapa industri berbasis agribisnis yang dapat dikembangkan
di JAJONPON, diklasifikasikan berdasarkan skala usaha industri dan analisis
kebutuhan faktor-faktor kawasan industri.
Tabel 9.1 Industri Kecil yang Dapat Dikembangkan di JAJONPON
KLASIFIKASI
INDUSTRIPRIORITAS
BASIS
KOMODITASJENIS INDUSTRI PRODUK NILAI
1 Perikanan laut Industri Barang Jadi Petis, kerupuk, ikan asin 1,7745
2 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Industri pakan ternak 2,1049
3 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Pupuk organik 2,1049
4 Pisang
Industri Hasil Setengah
Jadi
Industri bahan baku industri (bahan
pembungkus) 2,1049
5 Karet Industri Barang Jadi
Industri perlengkapan pakaian (, sandal karet
dll) 2,3058
KECIL
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 108
Tabel 9.2 Industri Menengah yang Dapat Dikembangkan di JAJONPON
KLASIFIKASI
INDUSTRIPRIORITAS
BASIS
KOMODITASJENIS INDUSTRI PRODUK NILAI
1 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Pupuk Organik, kompos 2,4956
2 Karet Industri Barang Jadi
Industri perlengkapan anak & bayi (balon,
dot, perlak, mainan anak dll) 2,5196
3 Pisang
Industri Hasil Setengah
Jadi Industri bahan baku industri (serat) 2,5376
4 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Arang aktif 2,5409
5 Karet Industri Barang Jadi
Industri perlengkapan kendaraan (pedal,
karet kaca mobil, karet klep) 2,5560
6 Karet Industri Barang Jadi Industri perlengkapan rumah tangga (karpet) 2,5742
7 Pisang Industri Barang Jadi Industri pakan ternak (banana meal) 2,5923
8 Karet Industri Barang Jadi Industri alat olah raga (bola, pakaian selam) 2,5924
9 Pisang Industri Barang Jadi
Industri bahan pangan (tepung, makanan
bayi, cuka, wine, sirup glukosa) 2,6070
10 Perikanan laut
Industri Hasil Setengah
Jadi Fish Flour, Frozen Fish 2,6932
11 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Furniture dan papan partikel 2,7225
12 Karet
Industri Hasil Setengah
Jadi RSS & lateks padat 2,8996
MENENGAH
Tabel 9.3 Industri Besar yang Dapat Dikembangkan di JAJONPON
KLASIFIKASI
INDUSTRIPRIORITAS
BASIS
KOMODITASJENIS INDUSTRI PRODUK NILAI
1 Pisang
Industri Hasil Setengah
Jadi
Bahan baku industri (zat warna, biogas, etil
alkohol, kertas, wax lantai, semir sepatu) 3,3793
2 Kelapa sawit
Industri Hasil Setengah
JadiCPO PKO
3,3965
3 Perikanan laut Industri Barang Jadi Fish Canning 3,4307
4 Kelapa sawit Industri Barang Jadi
Industri pabrik logam (sabun metalik untuk
minyak pelumas dan campuran cat, Floating
agent pada industri baja 3,4378
5 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Industri tinta cetak, lilin & krayon 3,4378
6 Karet Industri Barang Jadi
Industri alat kesehatan (pipet, selang
stetoskop) 3,4378
7 Karet Industri Barang Jadi
Industri perlengkapan teknik industri (air
house, oil seal, rubber bushing) 3,4667
8 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Pulp kertas 3,4743
9 Karet
Industri Hasil Setengah
Jadi Crumb rubber 3,4743
10 Karet Industri Barang Jadi Industri lainnya (kondom, pelampung dll) 3,4743
11 Karet Industri Barang Jadi Industri perlengkapan kendaraan (ban) 3,4956
12 Kelapa sawit
Industri Hasil Setengah
Jadi
Oleo Kimia (Fatty Acid, Fatty Alcohol, Fatty
Amine, Methyl ester/ biodiesel, Glycerol,
Ethoxylate, Epoxylate, Garam metalik) 3,5277
13 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Industri farmasi (vitamin A & E) 3,5391
14 Kelapa sawit Industri Barang Jadi
Industri kosmetik & deterjen (sabun, cream
lotian & sampo) 3,5418
15 Kelapa sawit Industri Barang Jadi
Industri makanan (Cokelat,es krim, tepung
susu nabati, coffee whitener, mie instan) 3,568016 Kelapa sawit Industri Barang Jadi Industri karoseri 3,6107
BESAR
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 109
9.2 Kearifan Industri Lokal Potensial
Kabupaten Paser memiliki beberapa jenis industri yang merupakan
kekhasan lokal dan sudah berlangsung selama turun-temurun. Industri yang
berbasiskan kearifan lokal ini harus senantiasa dijaga untuk mendukung
kelestarian budaya dan pola kehidupan khas masyarakat setempat,
kendatipun terjadi pergeseran dalam masyarakat. Diantaranya adalah
kegiatan pengolahan aren, rotan dan sagu. Ketiga komoditas ini jika
dilakukan pengolahan mempunyai nilai tambah yang ekonomis.
9.2.1 Industri Berbasis Aren
Pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari
bagian-bagian pohon aren selama ini, masih dilayani dengan mengandalkan
tanaman aren yang tumbuh liar yang juga telah berumur tua. Sedangkan,
pemanfaatannya sebagian besar hanya untuk dimabil nira yang kemudian
diolah menjadi gula merah padat. Sementara itu, pohon aren sebenarnya
mempunyai manfaat banyak dari bagian-bagian fisik pohon aren lainnya.
Yaitu misalnya akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai
peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda
untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti
buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
Seperti digambarkan melalui pohon industri berikut:
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 110
Gambar 9.4 Pohon Industri Tanaman Aren
Hampir semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan dan
menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomis. Bahkan hasil
sampingan pabrik seperti pati, ragi, dan molasses. Molasses dapat diolah
lagi menjadi ethanol, minuman obat, rum, kecap, makanan ternak, medium
jamur, kompos dan lain sebagainya.
Manfaat pohon aren dapat diperoleh mulai dari akar, batang, daun,
bunga dan buah. Aren juga dimanfaatkan untuk berbagai obat tradisional.
Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat
sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru. Batang yang keras
Pohon Aren
Buah
Nira
Batang pohon
Bahan bangunan & Perlengkapan rumah tangga
Bahan makanan
Gula semut
Gula merah
Gula aren cair
Gula aren kristal
Tuak
Cuka
Bahan pakan Pakan lebah
Bahan bakar Biodiesel (etanol)
Bahan makanan Kolang kaling
Bahan makanan
Tepung Bihun
Cendol
Ijuk Perlengkapan rumah tangga
Sapu
Sikat
Campuran bahan bangunan
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 111
digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan
sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu
sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam
pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem. Sedangkan ujung
batang yang masih muda (umbut) dapat digunakan sebagai sayur mayur.
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat
dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai
pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan
berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi berbagai
jenis produk bernilai ekonomis tinggi. Buahnya dapat diolah menjadi bahan
makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es,
kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.
9.2.2 Industri Berbasis Rotan
Selain pengembangan industri berbasis komoditas unggulan,
selayaknya dikembangkan juga industri lokal yang sudah berkembang di
masyarakat. Ketersediaan rotan yang banyak terdapat di hutan-hutan
Kabupaten Paser selama menjadi salah satu sumber mata pencaharian
penduduk, namun kegiatannya masih tradisonal dan dalam skala rumah
tangga informal.
Pengolahan rotan yang banyak terdapat di Kabupaten Paser umumnya
kerjainan tikar lampit. Sementara itu, komoditas rotan sebenarnya
mempunyai potensi besar dengan beragam produk dan kerajinan yang bisa
dihasilkannya. Rotan dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti
digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 112
Gambar 9.5 Pohon Industri Rotan
Pada dasarnya setiap bagian rotan mempunyai kegunanaan yang
beragam tergantung pada jenis dan hasil olahannya, antara lain sebagai
berikut:
1. Rotan bulat/ ketam/ amplas polished.
Untuk kerangka dalam pembutan kursi, meja, tangkai payung, tangkai
sapu dan lainnya. Pemanfaatannya sendiri tergantung dari bentuk
batang, dimater, warna, kilap, keawetan, kelurusan dan panjang
rusanya.
2. Kulit rotan (peel).
Untuk berbagai jenis anyaman (webbing), lampit, tikar, tas, keranjang,
dan sebagai bahan pengikat. Pemanfaatannya didasari pada warna,
elastisitas/ kekuatan dan kelurusan bukunya.
3. Hati rotan.
Untuk berbagai bahan pembuatan perabotan keranjang dan tali
pengikat. Penggunaannya didasarkan pada elastisitas, tingkat
keawetan, kehalusan hasil serutan dan kecacatan.
Tanaman
Rotan
Batang
Buah
Akar
Daun
Batang tua
Batang muda
Bahan kerajinan
Konstruksi
Bangunan
Perikanan
Pangan/ Sayuran
Bibit tanaman
Obat tradisional
Bahan pewarna
Rujak dan bumbu sayur
Obat tradisional
Atap rumah
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 113
4. Limbah kulit dan hati rotan.
Untuk keperluan industri petasan, pengisian jok mobil/ kursi dan
lainnya.
Batang merupakan bagian yang paling komersial dari tanaman rotan,
terutama batang yang sudah tua. Sifat dari rotan yang elastis, kenyal dan
ulet dapat menjadi karya yang indah ketika dipadukan dengan daya kreasi
seni yang khas. Selain untuk kerjaninan dan furniture, batang rotan juga
dapat dimanfaatkan sebagai konstruksi tulang beton. Hal ini dikarenakan
kekuatan dan keuletan batang rotan yang cukup tinggi. Salah satu rotan
yang baik untuk konstruksi tulang beton ini adalah jenis Tohiti.
Bagian pucuk batang rotan dewasa yang disebut umbut rotan dapat
dimanfaatkan untuk sayur-sayuran. Batang rotan yang umbutnya
dimanfaatkan untuk sayuran adalah rotan yang berdiameter besar dari jenis
Daemonorops. Umbut rotan ini dapat dikonsumsi dengan cara dibakar atau
dibuat sayuran dengan direbus. Daging buah rotan juga dimanfaatkan untuk
bumbu penyedap rasa.
Rotan juga sering dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Getah
dari biji rotan jenis Daemonorops dapat digunakan penah keluarnya darah
dari luka. Daging buah rotan dari jenis Daemonorops dan Calamus dapat
dimanfaatkan untuk mencegah sakit perut akibat murus-murus. Akara rotan
jenis Selian dapat digunakan sebagai pengurang rasa sakit pada ibu yang
melahirkan, yaitu dengan cara meminum seduhan akar rotan.
Produk sampingan dari buah rotan berupa getah Jernang sudah
terkenal di dunia. Getah yang dihasilkan dari rotan berjenis Daemonorops
dikenal dengan sebutan Dragon’s Blood. Keguanaan dari getah jernang ini
adalah untuk bahan baku pewarna dalam industri keramik, marmer, alat-alat
batu, kayu, kertas, cat, keperluan industri farmasi, sebuk untuk pasta gigi dan
ekstrak tanin.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 114
9.2.3 Industri Berbasis Sagu
Sagu yang banyak dimanfaatkan secara tradisional mempunyai
kegunaan yang cukup luas seperti digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 9.6 Pohon Industri Sagu
SAGU
Ampas
Tepung Sagu
Sagu Mutiara
Dextrin (Cyclodextrin)
Fruktosa
Glukosa
Etanol
Asam organik
Senyawa Kimia Lain
Single Cell Protein
Briket Arang
Bahan bakar
Medium jamur
Hardboard
Biomas, dll
Industri makanan
Industri makanan ternak
Industri makanan
Industri tekstil
Industri kosmetik
Industri farmasi
Industri pestisida
Industri perekat
Industri makanan
Industri minuman
Industri kimia
Bahan energi
Industri kimia
Makanan ternak
Industri kimia
Batang Bahan bangunan
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 115
Sagu yang pada umumnya dimanfaatkan untuk keperluan pangan
selama ini, dapat juga digunakan sebagai bahan baku berbagai macam
industri seperti industri pangan, industri perekat, industri kosmetika dan
berbagai macam industri kimia. Sehingga sagu dapat menciptalan nilai
tambah yang tinggi dengan banyaknya aktivitas ekonomi yang tumbuh.
Sagu dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat (ekstender) pada
industri kayu lapis. Dengan kadar protein dan pati yang tinggi maka sagu
menghasilkan daya rekat yang kuat. Aci sagu juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan energi dengan pengolahan menjadi etanol terlebih dahulu.
Alkohol dari pati sagu tersebut dapat dibuat spiritus dan dicampur lilin untuk
penerangan rumah. Sagu yang telah menjadi alkohol juga dimanfaatkan
dalam bidang kedokteran atau medis dan industri kimia. Selain itu, aci sagu
dapat diubah menjadi Cyclodekstrin dengan bantuan enzim
Cyclodextringluckanotransterase. Cyclodekstrin tersebut dapat digunakan
dalam industri pangan, kosmetik, farmasi, pestisida dan sebagainya.
Aci sagu dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, baik
secara langsung atau dengan pengolahan terlebih dahulu. Dengan
kandungannya, sagu dapat menggantikan tepung jagung (maizena) dan
sereliua lainnya pada pakan ternak seperti ayam, bebek, itik, babi dan
hewan-hewan ruminansia lainnya. Dalam industri pakan, aci sagu dapat
diolah menjadi Single Cell Protein (SCP) yang kaya protein dan vitamin.
Dengan teknologi fermentasi, pati sagu dapat diolah menjadi protein dalam
bentuk SCP.
Bagian tanaman sagu yang dapat dimanfaatkan bukan hanya acinya
uyang berasal dari batang, tetapi juga daunnya sebagai hasil sampingan.
Daun sagu dapat dibuat sebagai atap, keranjang atau tikar. Kulit pelepah
daun sagu dapat dimanfaatkan sebagai tikar atau lampit. Kulit paling luar
batang sagu selaib digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
untuk wadah pengendapan aci sagu dalam pengolahan secara tradisional.
Ampas sagu dapat digunakan sebagai media tumbuhnya cendawan atau
jamur. Ampas sagu bekas media tumbuh jamur yang telah lapuk dapat
digunakan sebagai pupuk. Selain penggunaan tersebut, ampas sagu juga
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan papan partikel (hardboard) atau
pulp untuk kertas dan sebagai bahan bakar.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 116
9.3 Aspek Teknis Kawasan Industri JAJONPON
Berdasarkan hasil analisis kondisi infrastruktur, sarana dan prasarana
eksisiting di daerah JAJONPON, di bawah ini beberapa aspek yang perlu
dilakukan peningkatan untuk pengembangan lokasi menjadi kawasan
industri.
1. Kondisi Lahan/ Lokasi yang akan dijadikan Kawasan Industri.
Wilayah JAJONPON merupakan wilayah yang memiliki letak strategis
dan dekat dengan pusat pertumbuhan Kabupaten Paser. Luasan wilayah
Janju, Jone dan Pondong yang secara keseluruhan mencapai 305,31 Km²
yang ditandai dengan masih banyaknya lahan marginal yang dapat
dioptimasi sebagai lokasi kawasan industri. Hal penting yang harus menjadi
perhatian dalam persiapan lahan kawasan industri adalah, bahwa lahan
untuk kawasan industri tidak berbenturan dengan kepentingan ekologis
yang bersifat mengatur keseimbangan antara kemajuan industri dan
kelestarian alam. Untuk kawasan JAJONPON sendiri kondisinya menjadi
sangat unik, di satu sisi pemerintah setempat memandang kawasan ini
sebagai kawasan yang patut dikembangkan, mengingat kondisi eksisting
saat ini sebagai kawasan yang sudah berkembang sebagai salah satu
kawasan pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain sebagian kawasan
tersebut merupakan kawasan cagar alam yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Hal ini dapat menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan oleh
kedua belah pihak.
Dalam kajian ini tidak membahas mengenai status kawasan yang pada
saat ini adalah sebagai cagar alam, namun lebih melihat kepada aspek
potensi kawasan jika akan dijadikan sebagai kawasan industri berdasarkan
kondisi eksisting komoditas, fisik dan kebijakan. Oleh karenanya, terkait
status kawasan perlu dilakukan kajian mendalam lebih lanjut mengenai
kepentingan ekologis dan peruntukan lahan di Janju, Jone dan Pondong.
Sehingga diperlukan koordinasi yang lebih intensif antara pemerintah pusat
dan pemerintah Kabupaten Paser agar kawasan ini dapat dimanfaatkan
sesuai fungsi dan kegunaan lahan.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 117
Tabel 9.4 Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
NoKriteria Pemilihan
LokasiFaktor Pertimbangan Lokasi JAJOPON
1Jarak terhadap
permukimanMinimal 2 km -
2Jringan jalan yang
melayaniArteri primer
Dilalui jalan negara trans
Kalimantan
- Jaringan listrik Ada
- Jaringan telekomunikasi Baru telepon seluler
4 Prasarana angkutanTersedia pelabuhan laut/ outlet
(ekspor/ impor)Pelabuhan Pondong Baru
5 Topografi Maksimal 0 - 15 derajat
Kecamatan Tanah Grogot dan
Kuaro memiliki topografi 0 - 8
derajat
6 Jarak terhadap sungai Maksimal 5 km dan terlayani Terlayani oleh sungai
- Non pertanian -
- Non permukiman -
- Non konservasi -
8 Ketersediaan lahan Minimal 25 Ha -
- PasarDekat dengan Balikpapan dan
Banjarmasin
- Bahan baku Tersedia
- Tenaga kerjaTingkat pendidikan masih
rendah
Orientasi lokasi
Peruntukan lahan
Jaringan yang melayani3
7
9
2. Ketersediaan Air
Sumber air di wilayah JAJONPON saat ini berasal dari sungai dan air
sumur. Namun, permasalahan surutnya air sampai dengan berkurangnya
volume air sumur pada musim kemarau dapat menjadi kelemahan sebagai
kawasan industri. Bagi industri, air harus tersedia sepanjang tahun untuk
menjamin keberlanjutan produksi. Sehingga kebutuhan akan sumber air ini
membutuhkan kapasitas pelayanan air sekitar 1500 galon per hektar per
hari.
Sumber air ini dapat diusahakan dari:
Perusahaan air yang dikelola oleh pemerintah.
Air tanah dari sumur dalam (deep well).
Pengolahan air (water treatment plant), baik air buangan, air tendon
hujan, air sungai maupun sumber air lainnya, yang diolah sedemikian
rupa sehingga hasilnya memenuhi standar yang berlaku bagi air bersih.
Kemudian, sistem pengairan yang baik harus disediakan untuk
melayani pengembangan kawasan industri ini. Infrastruktur untuk
pendistribusian air harus didesain dengan kriteria aliran yang memadai untuk
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 118
1500 galon per hektar per hari. Kecepatan air juga harus didesain
sedemikian rupa sehingga perawatan aliran air mudah dilakukan dan air
dapat bergerak dalam arah yang cenderung horizontal.
Saluran sanitasi yang dibutuhkan harus mempertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut:
Kapasitas sistem saluran yang ada untuk menerima aliran yang
diduga dari lokasi pembuangan.
Kapasitas pembuangan kotoran.
Pembatasan kapasitas anak sungai dalam menampung pembuangan
kotoran.
3. Ketersediaan Saluran Irigasi dan Drainase
Saluran pembuangan air, mulai dari titik awal sampai dengan titik akhir
pembuangan perlu didesain sedemikian rupa sehingga sistem pembuangan
dari kawasan industri ini dapat menampung seluruh pembuangan air baik
dari permukaan jalan sampai dengan air kotor domestik (rumah tangga).
Perencanaan akan kebutuhan irigasi dan drainase ini perlu dipersiapkan
sejak awal dan bersifat utuh. Studi perbandingan awal tentang hal ini terkait
dengan kondisi topografi lahan yang akan dijadikan kawasan industri.
Pemerintah harus cukup perhatian dengan saluran drainase ini
mengingat limbah yang dihasilkan kawasan industri dapat menjadi masalah
tersendiri di kemudian hari. Sehingga perencanaan tempat pembuangan
akhir dari limbah ini perlu disiapkan sejak dini.
4. Ketersediaan Tenaga Listrik
Standar permintaan listrik untuk kawasan industri yang baik adalah 15
kVA per 100 meter persegi luas lantai. Jika industri yang akan beroperasi di
kawasan itu adalah tergolong berat, maka listrik yang dibutuhkan lebih besar
sampai lebih dari 150 kVA per 100 meter persegi luas lantai.
Energi listrik yang bersumber dari PLN merupakan yang paling
ekonomis dari segi biaya dan investasi yang harus dikeluarkan. Namun
dapat juga diusahakan alternatif lain untuk memperoleh listrik ini, diantaranya
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar kawasan industri
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 119
seperti batu bara, air sungai, panas bumi dan sebagainya. Proses
penyediaan listrik ini dapat diakomodir oleh pemerintah bekerjasama dengan
perusahaan swasta yang bergerak dalam investasi pembangkit listrik atau
dengan pengelola kawasan industri itu sendiri.
5. Ketersediaan Alat dan Penunjang Transportasi
Aktivitas perekonomian di Kabupaten Paser salah satunya didukung
oleh sistem transportasi umum. Berdasarkan data BPS didapatkan bahwa
selama tahun 2006 terdapat sebanyak 217 mobil penumpang umum, 9 bis
umum dan 232 mobil barang umum. Kecamatan Kuaro yang berjarak tidak
jauh dari wilayah JAJONPON memiliki sebuah terminal antar kota antar
propinsi yang mempunyai akses ke Banjarmasin dan Samarinda, serta
angkutan umum yang menuju Kabupaten Penajam. Wilayah JAJONPON
juga dilalui kendaraan umum antar desa dan minibus sebagai salah satu alat
transportasi umum yang biasa digunakan oleh masyarakat.
Dengan perkiraan tenaga kerja di kawasan industri sebanyak 50 sampai
dengan 500 tenaga kerja per hektar, maka jumlah kendaraan umum yang
ada saat ini diperkirakan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan transportasi.
Mobilisasi tenaga kerja di kawasan industri perlu diikuti dengan peningkatan
kapasitas kendaraan umum dari dan menuju ke JAJONPON. Pemerintah
perlu mengupayakan studi lanjutan tentang peningkatan kebutuhan mobilitas
masyarakat dan perkiraan dengan kehadiran kawasan industri.
6. Aksesibilitas Jaringan Transportasi
Jaringan transportasi di Kabupaten Paser pada umumnya sudah cukup
baik. Infrastruktur jalan yang relatif baik menuju wilayah JAJONPON
memungkinkan dilalui oleh kendaraan dari berbagai jenis. Kawasan industri
mendorong digunakannya kendaraan berat untuk sarana distribusi produk
dan bahan baku. Untuk itu dibutuhkan beberapa persyaratan khusus untuk
mendukung kawasan industri, terutama mengenai kapasitas dan daya
dukung tonase jalan serta jembatan. Standar kebutuhan jaringan jalan utama
bagi kawasan industri adalah 2 jalur 1 arah dengan perkerasan 2 x 7 meter,
atau 1 jalur 2 arah dengan perkerasan minimum 8 meter. Hal lain yang harus
diperhitungkan adalah estimasi volume kendaraan atau lalu lintas per
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 120
harinya, arah kendaraan, serta rata-rata kecepatan kendaraan. Penerangan
jalan dan rambu-rambu lalu lintas yang masih kurang perlu mendapat
perhatian dari pemerintah untuk mendukung keamanan transportasi.
Adanya empat pelabuhan di sekitar wilayah JAJONPON menjadi
potensi aksebilitas transportasi bongkar muat barang bagi industri.
Pelabuhan laut Pondong memiliki potensi untuk dijadikan pelabuhan industri
di kawasan JAJONPON. Dengan beroperasinya kawasan industri maka
intensitas kegiatan bongkar muat akan meningkat, oleh karenanya kapasitas
bongkar muat di pelabuhan yang ada sekarang perlu dikaji lebih lanjut untuk
mendukung aktivitas yang lebih intens. Termasuk juga peningkatan kualitas
penerangan yang memadai.
7. Ketersediaan Jaringan Telekomunikasi
Telekomunikasi bagi industri merupakan alat utama. Kebutuhan
telekomunikasi yang utama adalah telepon, karena dari telepon ini dapat
dikembangkan menjadi faksimili, internet dan lain sebagainya. Layanan
telekomunikasi yang ada di Kabupaten Paser saat ini belum dapat
menjangkau semua kawasan termasuk di JAJONPON. Jaringan komunikasi
telepon kabel yang dilayani oleh PT.Telkom belum mencapai wilayah-wilayah
terdalam di JAJONPON. Selain telepon kabel, jaringan telepon nirkabel juga
menjadi penting sebagai layanan komunikasi bergerak yang dibutuhkan.
Standar kebutuhan jenis kabel telepon untuk transmisi suatu kawasan
industri adalah antara 4 sampai dengan 5 SST per hektar, terdiri dari:
Kabel utama antar saluran – Kabel serat optik
Kabel sekunder ke simpul-simpul distribusi
8. Ketersediaan Tenaga Kerja
Tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah di Kabupaten Paser
dapat menjadi faktor penghambat datangnya investasi pengembangan
kawasan industri. Sehigga pemerintah perlu mempersiapkan kualitas
tenaga kerja ini seiring dengan dipersiapkannya aspek teknis lainnya.
Peningkatan kualitas pendidikan dan skill atau keterampilan tenaga kerja
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain dengan peningkatan
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 121
fasilitas pendidikan formal masyarakat secara berkelanjutan, juga dengan
memberikan pelatihan-pelatihan praktis bagi penduduk usia kerja disertai
pemagangan kerja.
9. Ketersediaan Lembaga Pendukung,
Operasional suatu industri tidak terlepas dari berbagai aspek,
diantaranya ketersediaan lembaga pendukung. Lembaga pendukung
seperti perbankan di Kabupaten Paser saat ini telah beroperasi sebanyak
3 bank. Dalam ke depannya tentu industri membutuhkan jasa ini untuk
mendukung lalu lintas keuangan perusahaan, termasuk diantaranya
pembayaran gaji kepada karyawan. Kemudian faktor kemudahan industri
dalam melakukan pengurusan aspek legal perusahaan juga menjadi
penting, oleh karenanya kehadiran kantor hukun atau notariat dan
akuntan publik menjadi penting. Pemerintah dalam hal ini harus menjadi
fasilitator dalam penyediaan layanan lembaga-lembaga pendukung.
Tabel 9.5 Standar Teknis Pelayanan Kawasan Industri
No Teknis Pelayanan Standar Kapasitas Pelayanan Kapasitas JAJOPON
1 Luas lahan per unit usaha 0,1 - 4,5 Ha -
2 Air Bersih 0,5 - 21/ detik/ Ha
Kapasitas distribusi Tanah
Grogot 70 liter/ detik & Unit
Pelayanan Kuaro 5 liter/ detik
3 Listrik 0,5 - 0,2 MVA/ Ha
Produksi listrik Kab. Pasir
26.438.939 Kwh, kapasitas
tersambung 17.994.030 VA
4 Telekomunikasi 4 - 5 SST/ Ha -
5 Kapasitas kelola IPAL Limbah Golongan I -
6 Tenaga kerja 50 - 500 TK/ Ha
Angkatan kerja 122.314 jiwa
dengan tingkat pendidikan yang
masih rendah
7 Kebutuhan hunian 2 TK/ unit hunian -
- 1 unit bak sampah/ kavling
- 1 unit armada sampah/ 20 Ha
- 1 unit TPS/ 20 Ha
Prasarana dan sarana
sampah (padat)8 -
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 122
9.4 Prinsip Kemitraan Kawasan Industri
Prinsip-prinsip kebijakan yang mengarah pada keberlanjutan
pembangunan di Kabupaten Paser dan khususnya yang terkait dengan
rencana pengembangan kawasan industri JAJONPON perlu sekali lagi
diolah bersama kemitraan pemerintah-swasta (PPC: Public Private
coallition). Kemitraan ini ke depannya bahkan dapat diperluas menjadi
kemitraan pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat (ABCG ;
Academician, Business, community and Governement) yang seharusnya
dapat membantu merumuskan prinsip pengembangan Kawasan Industri
JAJONPON yang lebih holistik. Logika yang dipertimbangkan dalam konteks
pembangunan kawasan industri dalam hal ini adalah, menghubungkan dua
isu utama yang populer pada Kawasan Industri yaitu: pada satu sisi,
pembangunan Kawasan Industri JAJONPON di Kabupaten Paser
memerlukan pengembangan keterkaitan lebih lanjut (misalnya perdagangan
dan investasi regional, stimulasi UKM, kebijakan kluster, dsb) dan di sisi lain,
keberlanjutan pembangunan kawasan industrii dan keberlanjutan lingkungan
merupak dua sisi mata uang yang sama.
Persoalan lain yang berhubungan dengan sistem dan tata
pemerintahan yang baik (governance) menjadi begitu krusial karena prinsip
pemebangunan kawasan industri bersifat regional yang mencakup kawasan
inti dimana kawasan industri itu dibangun, dan wilayah sekitar sebagai
daerah pemasok bahan baku dan pendukung lainnya (hinterland) disinilah
urgensinya segera meningkatkan mekanisme kerjasama antar pemerintah
daerah/kota dan propinsi untuk hal tersebut.
9.5 Sumber Dana Pembangunan Kawasan Industri
Berdasarkan prinsip-prinsip mendasar tersebut, maka jelas bahwa
penggunaan sumber dana publik, sebagai hasil dari dana bagi hasil dari
sumber daya alam yang dimiliki (contoh, Batubara) seharusnya dapat
menciptakan stimulan pembangunan berkelanjutan.Untuk itu yang
dibutuhkan Kabupaten Paser adalah kemunculan entitas ekonomi besar,
memiliki dampak pengganda dan bersifat berkelanjutan. Salah satu entitas
ekonomi yang dapat mengelavasi prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah
kawasan Industri. Oleh karena itu, Kawasan Industri JAJONPON dapat
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 123
memanfaatkan dana publik untuk tahap awal pembangunannya dan
terutama untuk membiayai barang publik yang bermanfaat jangka panjang,
dan kedua untuk merangsang produktifitas. Selanjutnya pada saat kawasan
industri ini terbentuk barulah pembebanan biaya kepada pemakai harus
memperbesar penggunaan sarana yang tersedia secara optimal dalam
jangka panjang dan menjadi sumber pendapatan baru yang menguatkan
sumber dana publik yang ada.
9.6 Kelembagaan Kebijakan
Kelembagaan untuk penciptaan keterkaitan berbagai sektor, terutama
pada tingkat kerjasama yang sangat penting antara pemerintah daerah.
Kerjasama antar kabupaten dapat dijalankan berdasarkan agenda sosial,
lingkuangan dan ekonomi. Kelembagaan penciptaan keterkaitan berbagai
sektor mengarah kepada program multi-stakeholder yang menitikberatkan
pada perkembangan ekonomi lokal dengan orientasi pasar ke luar daerah
(antar kabupaten, antar propinsi atau bakhakan ekspor). Agenda antar
wilayah dapat dilakukan berdasarkan kluster ekonomi secara berkelanjutan,
yang dapat mencakup kawasan pengembangan yang homogen atau
kepentingan ekonomi fungsional yang sama, misalnya komoditas tertentu.
Peran pemerintah dapat dipertajam dan dibuat lebih efektif, dengan tujuan
utama untuk menfasilitasi kerjasama antar pemerintah yang efektif.
9.7 Kelembagaan Penyelenggara
Pembentukan Komisi Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri
JAJONPON (KPPKI JAJONPON) perlu segera dibentuk dan diaktifkan.
Komisi ini akan memegang peran utama dalam mengkoordinasi dan
mendorong timbulnya kerjasama antar pemerintah lokal. Contohnya, Komisi
dapat memberikan informasi kepada pemerintah kabupaten mengenai
beberapa kegiatan kerjasama yang potensial berdasarkan program Kawasan
Industri JAJONPON. Komisi ini juga dapat merekrut dan mendanai
beberapa studi dan survei serta mengorganisasi beberapa pertemuan dan
lokakarya untuk memperoleh dukungan pemerintah propinsi dan pemerintah
pusat sertap para stakeholder lain khususnya untuk isi pembangunan lintas
batas.
Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Kawasan Industri) Kabupaten Paser 124
9.8 Hukum dan Peraturan Daerah Yang Menunjang Kawasan Industri
Suatu prasyarat final jangka panjang untuk menjalankan tujuan strategis
Kawasan Industri JAJONPON Kabupaten Paser adalah penyusunan dan
penguatan produk hukum. Kawasan Industri JAJONPON sangat
membutuhkan jaminan hukum. Termasuk pula, membangun aliansi sosial
jangka panjang, baik ekonomi, kelembagaan dan budaya, hal ini
membutuhkan kesamaan pandangan yang kuat. Kesamaan pandangan ini
merupakan aturan bagi kerangka hukum yang terlegitimasi.
Legitimasi bukan hanya terkait dengan isu penegakan hukum yang
transparan atau pengahargaan terhadap pelaksanaan hukum itu sendiri.
kepastian hukum dan transparansi hukum dapat didorong dengan kuat jika
peraturan daerah disusun secara bersama-sama.