iv. kondisi umum - repository.ipb.ac.id · 22 tabel 4.1 wilayah perencanaan rtrw kota bandung no...

13
IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55' Lintang Selatan. Lingkup wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung meliputi batas administrasi kota Bandung, mencakup seluruh wilayah daratan seluas 16.729,650 Ha dan wilayah udara Kota Bandung. Untuk sektor-sektor tertentu perencanaan tata ruang ini melampaui batas administrasi kota. Secara administratif, wilayah perencanaan mencakup enam wilayah pengembangan (Wilayah Pengembangan Bojonagara, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Wilayah Pengembangan Tegallega, Wilayah Pengembangan Karees, Wilayah Pengembangan Ujungberung, dan Wilayah Pengembangan Gedebage). Wilayah pengembangan dan rincian kecamatan serta luasnya pada setiap Wilayah Pengembangan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Lokasi yang difokuskan dalam penelitian yaitu Wilayah Pengembangan (WP) Bojonagara. Secara administratif Wilayah Pengembangan Bojonagara terletak pada posisi yang strategis, hal ini dikarenakan Wilayah Pengembangan Bojonagara merupakan pintu gerbang dari dan menuju Kota Jakarta dan kota lainnya (Tol Pasteur), Bandara Husein Sastranegara, Stasiun Kereta Api serta terdapatnya industri berskala nasional dan beberapa Perguruan Tinggi yang memiliki daya tarik bagi Wilayah Pengembangan Bojonagara. Batas Wilayah Pengembangan Bojonagara adalah sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung Selatan : Wilayah Tegallega (Jl. Jendral Sudirman) Barat : Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi (Jl. Raya Cibeureum dan Sungai Cibeureum) Timur : Wilayah Cibeunying (Jl. Setiabudi, Jl. Cipaganti, Jl. Cihampelas)

Upload: hoangdat

Post on 16-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IV. KONDISI UMUM

4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan

4.1.1. Wilayah Administrasi

Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota

Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55' Lintang Selatan.

Lingkup wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung meliputi batas

administrasi kota Bandung, mencakup seluruh wilayah daratan seluas 16.729,650

Ha dan wilayah udara Kota Bandung. Untuk sektor-sektor tertentu perencanaan

tata ruang ini melampaui batas administrasi kota. Secara administratif, wilayah

perencanaan mencakup enam wilayah pengembangan (Wilayah Pengembangan

Bojonagara, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Wilayah Pengembangan

Tegallega, Wilayah Pengembangan Karees, Wilayah Pengembangan

Ujungberung, dan Wilayah Pengembangan Gedebage). Wilayah pengembangan

dan rincian kecamatan serta luasnya pada setiap Wilayah Pengembangan dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Lokasi yang difokuskan dalam penelitian yaitu Wilayah Pengembangan (WP)

Bojonagara. Secara administratif Wilayah Pengembangan Bojonagara terletak

pada posisi yang strategis, hal ini dikarenakan Wilayah Pengembangan

Bojonagara merupakan pintu gerbang dari dan menuju Kota Jakarta dan kota

lainnya (Tol Pasteur), Bandara Husein Sastranegara, Stasiun Kereta Api serta

terdapatnya industri berskala nasional dan beberapa Perguruan Tinggi yang

memiliki daya tarik bagi Wilayah Pengembangan Bojonagara. Batas Wilayah

Pengembangan Bojonagara adalah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Bandung

Selatan : Wilayah Tegallega (Jl. Jendral Sudirman)

Barat : Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi (Jl. Raya Cibeureum dan

Sungai Cibeureum)

Timur : Wilayah Cibeunying (Jl. Setiabudi, Jl. Cipaganti, Jl. Cihampelas)

22

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

No Wilayah Pengembangan Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

1 Wilayah Bojonagara 2.330,28

Kec. Andir 403,16

Kec. Sukasari 656,94

Kec. Cicendo 716,77

Kec. Sukajadi 554,41

2 Wilayah Cibeunying 2.933,28

Kec. Cidadap 619,67

Kec. Coblong 754,99

Kec. Bandung Wetan 355,08

Kec. Cibeunying Kidul 409,54

Kec. Cibeunying Kaler 451,04

Kec. Sumur Bandung 342,96

3 Wilayah Tegallega 2.707,07

Kec. Astana Anyar 295,26

Kec. Bojongloa Kidul 622,93

Kec. Bojongloa Kaler 326,81

Kec. Babakan Ciparay 735,32

Kec. Bandung Kulon 726,75

4 Wilayah Karees 2.107,09

Kec. Regol 441,30

Kec. Lengkong 576,89

Kec. Batununggal 467,59

Kec. Kiaracondong 621,31

5 Wilayah Ujungberung 4.050,16

Kec. Cicadas 902,28

Kec. Arcamanik 914,83

Kec. Ujungberung 1.104,28

Kec. Cibiru 1.128,77

6 Wilayah Gedebage 2.602,12

Kec. Bandung Kidul 436,58

Kec. Margacinta 859,58

Kec. Rancasari 1.305,96

Kota Bandung 16.729,65 Sumber : RTRW Kota Bandung

Wilayah Pengembangan Bojonagara ini secara administrasi meliputi 4

(empat) wilayah kecamatan, yaitu :

a. Kecamatan Andir, meliputi 6 (enam) kelurahan, yaitu :

a.1. Kelurahan Campaka

23

a.2. Kelurahan Maleber

a.3. Kelurahan Garuda

a.4. Kelurahan Punguscariang

a.5. Kelurahan Ciroyom

a.6. Kelurahan Kebonjeruk

b. Kecamatan Cicendo, meliputi 6 (enam) kelurahan, yaitu :

b.1. Kelurahan Arjuna

b.2. Kelurahan Pasirkaliki

b.3. Kelurahan Pamoyanan

b.4. Kelurahan Pajajaran

b.5. Kelurahan Husen Sastranegara

b.6. Kelurahan Sukaraja

c. Kecamatan Sukajadi, meliputi 5 (lima) kelurahan, yaitu :

c.1. Kelurahan Sukawarna

c.2. Kelurahan Sukagalih

c.3. Kelurahan Sukabungah

c.4. Kelurahan Cipedes

c.5. Kelurahan Pasteur

d. Kecamatan Sukasari, meliputi 4 (empat) kelurahan, yaitu :

d.1. Kelurahan Sarijadi

d.2. Kelurahan Sukarasa

d.3. Kelurahan Gegerkalong

d.4. Kelurahan Isola

4.1.2. Ketinggian dan Kemiringan Lereng

Wilayah Pengembangan Bojonagara terletak pada daerah dataran tinggi

dengan kecenderungan ke arah utara semakin tinggi. Daerah tertinggi WP

Bojonagara terletak di daerah perbatasan dengan Kabupaten Bandung tepatnya

dengan Kecamatan Lembang yaitu dengan ketinggian 1.050 mdpl, sedangkan

kearah selatan semakin rendah yaitu 700 mdpl yang berbatasan dengan Wilayah

Pengembangan Tegallega.

Secara umum kemiringan lahan Wilayah Bojonagara terbagi atas 4 (empat)

kelas, yaitu 0-2%, 2-8%, 8-15%, dan 15-30%. Hampir sebagian besar Wilayah

24

Pengembangan Bojonagara berada pada daerah dengan kemiringan 0-8%. Apabila

di klasifikasikan, keadaan lerengnya dapat dibagi menjadi :

Daerah datar : terdapat dibagian selatan WP Bojonagara, mulai jalan raya

antara Cibeureum – Cicaheum menuju arah selatan.

Daerah landai – agak curam : meliputi daerah bagian tengah WP Bojonagara,

mulai dari jalan raya Cibeureum – Cicaheum kearah utara sampai terusan

Pasteur lurus kearah timur.

Daerah agak curam – curam : tersebar di bagian utara WP Bojonagara,

terutama di kelurahan Isola dan Gegerkalong.

Berikut adalah tabel luas lahan berdasarkan kelas kemiringan lahan di WP

Bojonagara, Kota Bandung.

Tabel 4.2 Luas Lahan Berdasarkan Kelas Kemiringan di WP Bojonagara,

Kota Bandung

No Kemiringan (%) Klasifikasi Luas (Ha) Persentase (%)

1. 0 – 2 Datar 842,1797 36,55

2. 2 – 8 Landai 1.030,1339 44,70

3. 8 – 15 Agak Curam 338,2285 14,68

4. 15 – 30 Curam 93,7828 4,07

Jumlah 2.304,3249 100,00 Sumber : Hasil Analisis, 2009

4.1.3. Geologi

Kodisi geologi Wilayah Pengembangan Bojonagara termasuk kedalam

kelompok endapan alluvium/alluvial fan deposits yang didominasi oleh jenis

lempung lanauan – pasiran. Wilayah Pengembangan Bojonagara terdiri dari dua

struktur geologi yaitu :

1. Tufa berbatu apung : daerah penyebarannya mencakup keseluruhan

kecamatan Andir, kecamatan Cicendo serta sebagian kecil kecamatan

Sukajadi dan kecamatan Sukasari.

2. Tufa pasir : daerah penyebarannya mencakup kecamatan Sukajadi dan

Sukasari.

Pembentuk kuarter geologi Wilayah Pengembangan Bojonagara terdiri atas :

Endapan Dataran Banjir (Floodplain deposits)

Endapan Alur Sungai (Channel Deposits)

Endapan Kipas Aluvium (Alluvial Fan Deposits)

25

Susunan pembentuk kuarter geologi tersebut mencerminkan kondisi tanah di

WP Bojonagara yang subur, namun relatif rawan terhadap terjadinya banjir dan

erosi. Daerah rawan banjir banyak ditemui di bagian selatan (Kecamatan Andir

dan Cicendo), sedangkan daerah yang dinilai rawan terhadap slope atau erosi

adalah wilayah tengah dan utara (Kecamatan Sukajadi dan Sukasari). Kerawanan

akan erosi ini ditunjang dengan tingkat kemiringan bagian utara WP Bojonagara

yang relatif curam.

4.1.4. Klimatologi

Suhu udara di Wilayah Pengembangan Bojonagara cukup beragam hal ini

dikarenakan kondisi fisik WP Bojonagara yang terdiri dari wilayah perbukitan

serta sebagian berada didaerah yang relatif lebih rendah. Rata-rata suhu WP

Bojonagara adalah 23 C, temperature maksimum di wilayah ini adalah 31,4 C

serta temperature minimum 17,8 C. Kelembaban rata-rata 81% dengan curah

hujan 187,08 mm/bln. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Data Iklim Wilayah Pengembangan Bojonagara Tahun 2007

No Bulan CH

(mm)

Hari

Hujan

Temperatur (°C) Penguapan

(mm)

Tekanan

Udara

(mb)

RH

(%) Rata2 Maks Min

1 Januari 127,5 16 24,1 29,2 20,3 4,7 922,5 77

2 Februari 405,7 24 22,8 27,5 19,9 3,4 922,6 87

3 Maret 105,4 26 23,4 28,1 20,3 3,6 921,3 83

4 April 462,0 29 22,9 28,1 19,8 3,1 922,2 88

5 Mei 88,6 15 23,6 29,1 19,5 3,3 922,5 82

6 Juni 164,1 14 23,1 28,5 19,1 3,3 921,1 83

7 Juli 11,0 5 23,3 29,1 17,8 3,5 922,4 81

8 Agustus 11,4 1 23,6 29,7 17,8 4,3 923,2 73

9 September 44,1 8 24,4 31,4 18,7 5,2 922,8 72

10 Oktober 98,4 16 24,5 30,3 19,5 4,4 922,8 73

11 November 316,2 22 23,6 28,5 19,8 4,1 922,2 87

12 Desember 410,5 31 22,9 27,3 19,9 3,4 920,0 86

Rata-rata 187,08 17 23,5 28,9 19,4 3,9 922,1 81

Sumber : BMG Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung

4.1.5. Hidrologi

Wilayah pengembangan Bojonagara dilalui beberapa aliran sungai yang

terdiri dari sungai induk dan anak sungai yang semuanya mengalir dari utara ke

selatan. Sungai yang melewati Wilayah Pengembangan Bojonagara pada

26

umumnya bermuara pada sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut secara umum

dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengairan air hujan atau lebih dikenal

sebagai saluran drainase kota. Namun disamping itu oleh sebagian kecil penduduk

masih dipergunakan untuk keperluan MCK. Sampai saat ini sungai di Wilayah

Pengembangan Bojonagara yang telah dimanfaatkan sebagai sumber air bersih

adalah sungai cibeureum dengan kapasitas 40 lt/dtk (RDTRK WP Bojonagar

Bandung, 2006).

Lapisan air tanah di Wilayah Pengembangan Bojonagara dibagi dalam tiga

lapisan yaitu lapisan air tanah bebas/dangkal, lapisan air tanah

menengah/intermedier, dan lapisan air tanah dalam. Kedalaman permukaan air

tanah di Wilayah Pengembangan Bojonagara umumnya dangkal dan semakin

dalam di daerah perbukitan. Untuk lebih jelas sumber mata air yang terdapat di

Wilayah Bojonagara dapat dilihat pada berikut.

Tabel 4.4 Sumber Mata Air di Wilayah Pengembangan Bojonagara

No. Nama Mata Air Kelurahan Kecamatan Debit (lt/dtk)

1 Cinotot Sukarasa Sukasari 0,35

2 Cibakom Sukarasa Sukasari 0,65

3 Balumbang Ajan Geger Kalong Sukasari 0,1

4 Cikadal Meteng Geger Kalong Sukasari 0,5

5 Seke Ojin Sukawarna Sukajadi 1

6 Cibogo Sukawarna Sukajadi 1

7 Seke Blok 26 Sukawarna Sukajadi Rembesan

8 Cibarunay Sarijadi Sukasari 1,7

9 Cidamar Sukaraja Cicendo 5

10 Pancuran Tujuh Sukarasa Sukasari Rembesan

11 Citalaga Sukarasa Sukasari 2,4

12 Sukawarna Sukawarna Sukajadi 0,35

Sumber : RDTRK WP Bojonagara, Bandung Tahun 2006

4.2. Kondisi Sosial

Aspek sosial yang dikaji ialah aspek kependudukan, dan faktor – faktor

kependudukan yang dianalis adalah faktor jumlah penduduk dan kepadatan

penduduk. Berikut adalah data penduduk pada daerah studi di Wilayah

Pengembangan Bojonagara.

27

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Luas Wilayah serta

Kepadatan Penduduk di WP Bojonagara Tahun 2007

No. Kecamatan / Kelurahan Luas (Ha)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Ha)

A Kecamatan Andir 370,74 140.307 378,45

1 Campaka 64,24 21.740 338,42

2 Malebar 53,00 28.273 533,45

3 Garuda 44,60 13.562 304,08

4 Puguscariang 69,00 27.966 405,30

5 Ciroyom 60,00 27.920 465,33

6 Kebonjeruk 79,90 20.846 260,90

B Kecamatan Cicendo 686,69 112.323 163,57

1 Arjuna 68,00 19.794 291,09

2 Pasirkaliki 109,00 12.733 116,82

3 Pamoyanan 52,00 12.950 249,04

4 Pajajaran 73,00 28.268 387,23

5 Husen Sastranegara 252,69 19.014 75,25

6 Sukaraja 132,00 19.564 148,21

C Kecamatan Sukajadi 430,90 125.548 291,36

1 Sukawarna 80,00 17.611 220,14

2 Sukagalih 131,00 21.817 166,54

3 Sukabungah 49,90 32.317 647,64

4 Cipedes 51,00 28.841 565,51

5 Pasteur 119,00 24.962 209,76

D Kecamatan Sukasari 627,53 92.728 147,77

1 Sarijadi 157,06 31.362 199,68

2 Sukarasa 123,02 13.994 113,75

3 Gegerkalong 167,77 27.742 165,36

4 Isola 179,68 19.630 109,25

BOJONAGARA 2.115,86 470.906 222,56 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2007

4.3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Pengembangan Bojonagara secara umum

memiliki karakteristik mixed use serta aglomerasi kegiatan tertentu yang relatif

homogen. Jika ditinjau dari fungsinya sebagai pelayanan bagi pengembangan

pendidikan, industri, perdagangan, dan pemukiman, peruntukan lahan bagi

kegiatan tersebut cukup berkembang pesat di WP Bojonagara. Contoh

penggunaan lahan di Wilayah Pengembangan Bojonagara dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

28

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota

Bandung, sebagian besar Wilayah Pengembangan Bojonegara adalah berupa lahan

terbangun yang mencapai 85,33% dari total luas wilayah, sedangkan ruang

terbuka yang terdapat di wilayah ini adalah sebesar 14,67%. Peruntukan

penggunaan lahan yang paling dominan adalah perumahan yaitu dengan luasan

1.184,13 Ha, sedangkan peruntukan lahan yang paling kecil luasannya adalah

a) Pemakaman b) Perdagangan

c) Sawah d) Perumahan

e) Taman Perumahan f) Stasiun Kereta Api

Gambar 4.1 Contoh Penggunaan Lahan di Wilayah Pengembangan Bojonagara

29

kompleks militer yaitu sebesar 1,64 Ha di kecamatan Sukajadi. Berikut adalah

data penggunaan lahan eksisiting di WP Bojonagara tahun 2006.

Tabel 4.6 Penggunaan Lahan Eksisting di WP Bojonagara Tahun 2006

No Guna Lahan (Ha) Luas (Ha) WP Bojonagara

Andir Cicendo Sukajadi Sukasari Ha %

1 Fasilitas Kesehatan 3,52 5,42 10,34 6,40 25,68 1,21

2 Fasilitas Umum 4,45 7,00 7,93 6,34 25,72 1,22

3 Industri 12,90 28,36 0,00 0,00 41,26 1,95

4 Kebun/Sawah/Ladang 15,68 23,67 23,79 87,12 150,26 7,10

5 Kolam 0,44 0,62 5,47 8,53 15,06 0,71

6 Komplek Militer 0,00 0,00 1,64 0,00 1,64 0,08

7 Bandara 3,15 96,21 0,00 0,00 99,36 4,70

8 Lapangan/RTH 6,78 25,06 10,33 19,70 61,87 2,92

9 Pendidikan 13,68 19,50 13,87 42,11 89,16 4,21

10 Perdagangan dan Jasa 51,95 45,64 45,12 42,51 185,22 8,75

11 Peribadatan 5,93 11,81 8,36 12,61 38,71 1,83

12 Perkantoran 12,75 30,40 28,37 34,84 106,36 5,03

13 Permukiman 230,33 367,61 262,40 323,79 1.184,13 55,96

14 Semak/Tanah kosong 4,04 9,13 9,35 38,53 61,05 2,89

15 Stasiun KA 0,00 8,31 0,00 0,00 8,31 0,39

16 Lainnya 5,14 7,95 3,93 5,05 22,07 1,04

Luas Wilayah 370,74 686,69 430,90 627,53 2.115,86 100,00

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta karya, 2006.

Data yang ditampilakan pada Tabel 4.6, merupakan data yang didapat dari

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, sehingga luasan total Wilayah

Bojonagara berbeda dengan luas total dari hasil pengolahan citra landsat kota

Bandung.

4.4. Penutupan Lahan

Penutupan lahan terkait dengan vegetasi, struktur, atau fitur-fitur lain yang

menutupi lahan (Consortium for Atlantic Regional Assessment, 2006). Kondisi

penutupan lahan dapat diketahui dari peta penutupan lahan hasil olahan citra

landsat. Klasifikasi penutupan lahan berdasarkan BPN menjadi acuan dalam

pengklasifikasian peta landsat. Peta penutupan lahan Wilayah Pengembangan

Bojonagara tahun 1999, 2004, dan 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.2, Gambar

4.3, dan Gambar 4.4. Sedangkan persentase kelas penutupan lahan Wilayah

Bojonagara dapat dilihar pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7.

30

31

32

33

Gambar 4.5 Persentase Kelas Pentupan Lahan Wilayah Pengembahan Bojonagara

Tahun 1999

Gambar 4.6 Persentase Kelas Pentupan Lahan Wilayah Pengembahan Bojonagara

Tahun 2004

Gambar 4.7 Persentase Kelas Pentupan Lahan Wilayah Pengembahan Bojonagara

Tahun 2007