web viewdilepaskan begitu saja. pariwisata telah tumbuh menjadi sebuah industri yang sangat...
TRANSCRIPT
BAB I.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai sektor pariwisata
yang sangat potensial, yang dapat menarik para wisatawan baik domestik
maupun wisatawan dari mancanegara. Melihat hal diatas maka sektor
pariwisata, merupakan andalan Indonesia sebagai salah satu penyumbang
devisa negara non migas yang terbesar, setelah tekstil dan kayu. Era
globalisasi mengakibatkan kegiatan ekonomi semakin berkembang di tiap
daerah sehingga terjadi interaksi antara masyarakat perkotaan dengan
yang diluar kota yang memerlukan tempat tinggal sementara. Ini berarti
bahwa seluruh kegiatan sektor pariwisata mulai sekarang harus sudah
dapat diarahkan untuk dapat menampung dan melayani pertumbuhan
sektor tersebut, mulai dari masalah akomodasi, prasarana angkutan dan
perhubungan udara, laut maupun darat, telekomunikasi, industri dan
penyediaan tenaga kerja.
Perkembangan sektor pariwisata merupakan suatu hal yang harus
dipertimbangkan secara logis dan realistis. Pariwisata dapat dikategorikan
kedalam kelompok industri terbesar dimana 8 persen ekspor barang dan
jasa berasal dari sektor pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu
sektor pembangunan yang terus digalakkan oleh pemerintah. Hal ini
disebabkan karena pariwisata mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa
negara di samping sektor migas atau menjadi penyumbang terbesar dalam
perdagangan internasional dari sektor jasa. Dunia pariwisata dapat
dijadikan sebagai alat politik oleh pemerintah untuk meciptakan suatu
kerjasama dengan negara lain, karena secara tidak langsung, pariwisata
khususnya pariwisata internasional dapat menciptakan pola simbiosis
mutualisme antara satu negara dengan negara lain. Dengan adanya kerja
sama pemerintah Indonesia dengan negara lain dalam bidang pariwisata
maka dapat mengundang negara lain untuk turut serta berpartisipasi
menyaksikan secara langsung kondisi pariwisata Indonesia.
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki letak yang
sangat strategis yakni di antara dua benua dan dua samudera serta
memiliki banyak potensi besar dalam sektor kepariwisataanya baik itu
potensi alam, bahari maupun wisatanya. Berdasarkan hal tersebut,
Indonesia mampu menyerap wisatawan mancanegara untuk melakukan
perjalanan dan kunjungan ke Indonesia sehingga menjadi salah satu
alternatif untuk membantu dan meningkatkan perolehan pendapatan atau
devisa Negara. Jadi sektor pariwisata diharapkan dapat memegang
peranan penting dalam penyarapan tenaga kerja dan menunjang
pendapatan daerah maupun nasional. Sektor pariwisata ini memberikan
sumbangan sekitar lima miliar dollar AS setiap tahun bagi devisa negara.
BPS memperkirakan penerimaan devisa pada tahun 2008 mencapai
5,3 miliar dollar Amerika atau naik 20,45 persen jika dibanding dengan
tahun sebelumnya yang mencapai 4,4 miliar dollar Amerika. Kenaikan ini
disebabkan karena meningkatnya jumlah wisman dan pengeluaran per
kunjungan. Berwisata memang sudah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat apalagi diera travelling seperti sekarang ini. Banyak orang
melakukan perjalanan dengan berbagai tujuan. Salah satunya yaitu untuk
suatu hiburan/relaksasi (leasure). Sesungguhnya leasure adalah sebuah
kebutuhan baru yang diciptakan dengan membentuk ”image” (citra) bahwa
orang perlu berwisata untuk mendapatkan kembali kesegaran yang telah
hilang dari dirinya karena dipakai untuk bekerja. Benar bahwa orang
berwisata tidak semata-mata hanya untuk rileks, santai dan bergembira
saja tetapi juga bisa mengenal kebudayaan lain atau dalam rangka
mendidik diri sendiri atau anak-anak.
Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat
dilepaskan begitu saja. Pariwisata telah tumbuh menjadi sebuah industri
yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah dikemudian
hari. Oleh karena itu banyak program yang telah dilakukan pemerintah
untuk mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia. Antara lain adalah
program ”Sadar Wisata” maupun visit indonesian years (VIY) dimana
target utamanya adalah meraih kunjungan wisatawan sebanyakbanyaknya
baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. kebutuhan
akan berwisata khususnya dari negara-negara maju semakin meningkat.
Hal ini bisa dilihat dari jumlah orang yang berwisata dari tahun ke tahun
yang selalu bertambah. Di Indonesia jumlah kunjungan wisatawan dari
tahun ketahun juga semakin meningkat,
Sektor pariwisata bisa dikatakan salah satu sektor yang paling siap
dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan sektor
usaha lainnya. Oleh karena itu untuk pengembangannya diperlukan suatu
strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata
yang berbasis kerakyatan atau community based tourism development.
Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan dalam Pasal 4, bahwa tujuan Kepariwisataan antara lain
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran,
memajukan kebudayaan dan mengangkat citra bangsa. Dengan demikian
diharapkan mampu mewujudkan prospek pariwisata Indonesia kedepan
yang lebih menjanjikan, karena pengembangan tersebut dapat
mengantisipasi dan memenuhi sesuai dengan perubahan pola konsumsi
para wisatawan (consumers behaviour pattern), yang semula hanya
terfokus ingin menikmati sun-sea and sand, tetapi saat ini sudah
meningkat pada kreasi budaya (culture), peninggalan sejarah (heritage)
serta nature dari suatu daerah/negara.
BAB II.
KERANGKA TEORI & TIPUS
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa pariwisata adalah
kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela Pariwisata meliputi :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan pariwisata.
2. Pengusahaan objek dan daya tarik pariwisata, seperti : Kawasan
pariwisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, dan
sebagainya
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :
Usaha jasa pariwisata seperti biro perjalanan pariwisata;
Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah
makan, bar, angkutan pariwisata dan sebagainya;
Usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan
mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah dan lain-lain (James J.Spillane, 1987).
Menurut definisi yang lebih luas, pariwisata adalah perjalanan dari
satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan
maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian
dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,
alam dan ilmu.
Jika dilihat dari jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, pendapatan
nasional dapat dikelompokkan menjadi:
1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) yaitu
nilai barang dan jasa yang diproduksi masyarakat suatu negara dalam
periode tertentu, biasanya satu tahun. GDP dihitung dengan
menjumlahkan semua basil produksi barang dan jasa dari masyarakat
yang tinggal di suatu negara, ditambah warga negara asing yang bekerja
di negara tersebut. Selain PDB, kita mengenal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi
oleh seluruh masyarakat yang tinggal di suatu daerah (region).
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) yaitu
seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara
suatu negara tertentu di manapun berada dalam periode tertentu, biasanya
satu tahun. PNB dapat dirumuskan sebagai berikut.
PNB = PUB – PFPNPendapatan Faktor Produksi Neto (PFPN) merupakan selisih antara
pendapatan atau produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang berada di
luar negeri (FPLN) dan pendapatan atau produk yang dihasilkan oleh
masyarakat asing di dalam negeri (FPDN). Umumnya, PFPN negara-
negara sedang berkembang seperti Indonesia bernilai negatif. Artinya,
impor faktor produksi lebih besar dari pada ekspor faktor produksi. Oleh
karena itu, di negara sedang berkembang nilai PNB lebih kecil dari pada
nilai PDB.
3. Produk Nasional Neto (Net National Product)Produk Nasional Neto (PNN) yaitu seluruh nilai produksi barang barang
dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu
biasanya sat tahun, setelah dikurangi penyusutan dan barang pengganti
modal. PNN dapat dirumuskan sebagai berikut.
PNN = PNB — (Penyusutan + Barang pengganti modal)
Produk GNP menyebabkan barang modal yang ada menjadi habis,
misalnya mesin menjadi habis karena digunakan. Jika sumber daya ini
tidak digunakan untuk menggantikan barang modal yang ada, GNP tidak
mungkin dipertahankan pada periode yang berlaku.
Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah
satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) dapat diukur dari kenaikan
besarnya pendapatan nasional ( produksi nasional ) pada periode tertentu.
Oleh karena itu, nilai dari pendapatan nasional ( national income ) ini
merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode
tertentu.
Pembangunan kepariwisataan nasional merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang melibatkan seluruh kegiatan masyarakat,
bangsa dan negara untuk terwujudnya salah satu aspek dari kepentingan
nasional. Sektor pariwisata dalam pengembangannya diharapkan dapat
menempati posisi utama untuk menggantikan sektor migas sebagai salah
satu pilar penopang devisa negara. Masalah pariwisata merupakan suatu
hal yang sudah mendunia. Masing-masing negara berusaha
mempromosikan potensi yang berhubungan dengan kepariwisataannya.
Dalam konteks regional, Indonesia pun terus berupaya untuk terus
mempromosikan potensi kepariwisataannya. Dalam lingkup nasional,
sektor pariwisata dianggap sebagai sektor yang potensial di masa yang
akan datang. Menurut definisi yang bersifat umum, pariwisata adalah
keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk
mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. Pariwisata
berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam jangka waktu
pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup
dan bekerja, dan kegiatan mereka selama tmggal di tempat tujuan-tujuan
itu. Menurut ketentuan perundangan di Indo¬nesia yang dimaksud dengan
pariwisata adalah ‘segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan-pengusahaan obyek dan Jaya tarik wisata Berta
usaha¬usaha yang terkait di bidang tersebut. Berdasarkan analisis
tersebut wajar jika industri pariwisata di Indonesia dinilai sebagai sektor
andalan penyumbang devisa negara terbesar dalam bidang nonmigas.
Terlebih ketika pemerintah Indonesia mencanangkan program otonomi
daerah, maka industri pariwisata merupakan salah sate alternatif yang
dapat dimanfaatkan sebagai somber penerimaan daerah.
Adapun manfaat-manfaat pariwisata bagi suatu negara dapat
dijabarkan sebagai berikut : a) Pariwisata merupakan faktor penting dalam
menggalang persatuan dan kesatuan bangsa yang memiliki masyarakat
dengan berbagai perbedaan. b) Pariwisata merupakan faktor penting
dalam menggalang persatuanan kesatuan bangsa yang memiliki
masyarakat dengan berbagai perbedaam. c) Pariwisata merupakan faktor
penting dalam pembangunan perekonomian d) Pariwisata internasional
berguna sebagai sarana mempercepat hubungan bilateral. e) Pariwisata
juga dapat dijadikan ajang pengenalan suatu negara di kanca
internasional. Perkembangan pariwisata di Indonesia juga mendapat
perhatian secara khusus, karena pemasukan dari sektor pariwisata
merupakan sepuluh besar urutan sumber penghasilan devisa di Indonesia.
Untuk itu pemerintah sedang mengadakan program pemberdayaan
masyarakat guna meningkatkan produksi pariwisata di Indonesia dan lebih
mengenalkannya ke dunia internasional. Kegiatan pariwisata sebenarnya
dapat memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap berbagai segi kehidupan diantaranya sosiologi, budaya,
psikologi, dan terutamanya ekonomi. Pengaruh ini merupakan akibat
adanya interaksi langsung antara unsur-unsur kehidupan sebagai unsur
pendukung kegiatan pariwisata itu sendiri. Dan hal ini dilatarbelakangi
karena adanya keadaan sosiologi masyarakat yang kondusif, maka
kegiatan pariwisata tidak akan berjalan dengan maksimal. Menurut Wahab
(1976), dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap
level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua sisi, diantaranya: 1. /Akibat
Langsung/ yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi
meliputi: a) Akibatnya terhadap neraca pembayaran. b) Akibatnya terhadap
unsur kesempatan kerja. c) Akibatnya dalam mendistribusikan
pendapatan. 1. /Akibat Tidak Langsung/ yang ditimbulkan oleh kegiatan
pariwisata mencakup: a) Hasil ganda. b) Hasilnya dalam memasarkan
produk-produk tertentu. c) Hasilnya untuk sektor pemerintahan. 2.2.3
Pariwisata Sebagai Suatu Sarana Kebijakan Ekonomi di Negara-negara
Sedang Berkembang. (Wahab, 1976), pada kebanyakan negara sedang
berkembang, perkembangan ekonomi telah lama bergantung pada industri
yang terpaksa berdasarkan terutama pada produksi barang-barang modal.
Namun apabila hal ini tidak segera ditanggapi, maka akan mengakibatkan
ketidakefektifan sistem harga sebagai alat pemacu pencipta industri baru
yang diharapkan mampu mengurangi nilai impor dan meningkatkan jumlah
ekspor. Pada kenyataannya terdapat dua alasan pokok dalam hal ini
(Wahab, 1976) diantaranya: pertama, terjadinya kerugian biaya awal yang
kurang menggairahkan untuk mendirikan industri baru di negara-negara
yang sedang berkembang ini; kedua, masih kurangnya wisatawan yang
menyadari cabang baru apa dalam kegiatan ekonomi yang cocok bagi
negara mereka sendiri. Karena suatu industri jasa termasuk industri jenis
ketiga, maka periwisata memegang peran utama dalam hal kebijaksanaan
kesempatan kerja..
Adapun ciri-ciri khusus mengenai industri pariwisata yaitu sebagai
berikut:
Produk pariwisata tidak dapat disimpan atau dipindahkan; b. Permintaan
akan produk pariwisata sangat tergantung pads musim (highly seasonal);
c. Permintaan dipengaruhi oleh faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat
atau sulit diramalkan (unpredictable influences). Misalnya, perubahan
dalam nilai kurs valuta, ketidaktentraman politik, dan perubahan cuaca
dapat mempengaruhi permintaan; d. Permintaan tergantung pada banyak
motivasi yang rumit. Ada lebih dan satu alasan mengapa para wisatawan
mancanegara melakukan perjalanan ke luar negeri; e. Pariwisata sangat
elastis akan harga dan pendapatan. Salah satu tujuan pengembangan
kepariwisataan di Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan
devisa khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada
umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong
kegiatan-kegiatan industri-industri penunjang dan industri-industri
sampingan lainnya. Di Indonesia pengembangan industni pariwisata
masuk dalam skala prioritas khususnya bagi daerah-daerah yang miskin
akan sumber daya alam. Sesuai dengan pernyataan International Union of
Official Travel Organization (IUOTO) dalam konferensi di Roma tahun
1963 bahwa pariwisata adalah penting bukan saja sebagai sumber devisa,
tapi juga sebagai faktor yang menentukan lokasi industri dan dalam
perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam somber-somber alam.
Ini menunjukkan bahwa pariwisata sebagai industri jasa mempunyai andil
besar dalam mendistribusikan pembangunan ke daerah-daerah yang
belum berkembang.
BAB III.
DATA DAN PEMBAHASAN
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan
World Tourism. Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan
yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya
pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azazi manusia.
Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di
negara berkembang termasuk pula Indonesia. Pertumbuhan pariwisaata di
dunia mengakibatkan Indonesia menjadi sadar akan pentingnya pariwisata
bagi perekonomian dan taraf hidup bangsa. Pendapatan Indonesia berasal
dari dua sektor yaitu migas dan non migas. Karena keterbatasan sumber
migas yang dimiliki oleh Indonesia, maka sangatlah tidak mungkin jika
pemerintah Indonesia hanya mengandalkan sektor migas saja. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 bahwa sektor pariwisata
menyumbang usd. 7,37 juta dan menempati urutan ketiga setelah minyak
dan gas sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa
negara yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam
membangun perekonomian yang saat ini pertumbuhannya masih sangat
lambat. Untuk ini sektor pariwisata di Indonesia harus bisa dikembangkan
agar mampu menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Dalam pengembangan sektor pariwisata tersebut hendaknya tetap
berpedoman kepada Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10 tahun
2009 dalam Pasal 5, yaitu kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip
antara lain memberikan manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,
kesetaraan dan proposionalitas; serta menjamin keterpaduan antar sektor,
antar daerah, antar pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan
sistemik dalam rangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku
kepentingan. Menguatnya korelasi antara pemanfaatan sarana teknologi
informasi. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk mengembangkan
dunia serta meningkatkan taraf hidup bangsa dengan melakukan usaha
diluar sektor migas yaitu pada sektor non migas, yang salah satu
sektornya yaitu pariwisata. Berbicara mengenai pariwisata, Indonesia
merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya dan alam yang luar
biasa. Letak yang strategis diantara dua benua dan dua samudra
menjadikan alam Indonesia memiliki perpaduan-perpaduan yang tentunya
mengundang wisatawan asing untuk datang ke Indonesia.
Untuk mendukung kepariwisataan di Indonesia, baik pemerintah
pusat maupun daerah terus melakukan meningkatkan atau
mengembangkan serta terus melestarikan kebudayaan tradisional untuk
menunjang pariwisata dan kebudayaan nasional. Jika di lihat dari sektor
eksternalnya yakni dengan mengadakan pembangunan sarana dan
prasaranya, yang dimaksud dengan prasarananya (infrastruktur) adalah
semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian barjalan
sedemikian rupa sehingga memudahkan manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan. Misalnya mempersiapkan sarana hotel yang bertaraf
internasional, mempermudah sarana komunikasi dan memperlancara
sarana transportasi baik darat, laut maupun udara dalam skala
internasional. Hal ini juga yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bau-Bau
sebagai salah satu daerah kotamadya di Provinsi Sulawesi Tenggara yang
memiliki kekayaan dan keindahan alam yang menarik serta layak untuk
dimanfaatkan secara maksimal. Kota Bau-Bau dahulu merupakan pusat
pemerintahan tradisional Kesultanan Buton. Kota Bau-Bau memiliki
beberapa objek wisata di antaranya wisata budaya sejarah, misalnya
Benteng dan Keraton Wolio Pusat Kebudayaan Wolio, wisata alam seperti
Gua Lakasa, Gua ntiti, Bukit Palagimata, Bukit Wantiro, Bukit Kolema,
Kalampa. Sulaa, Gua latoondu, Gua Kaisabu, Kali Bau-Bau, Cagar Alam
Wakonti, Air terjun Sampora, Permandian Bungi dan Tirta Rimba. Wisata
baharinya yaitu Kolagana, Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Pantai
Kokalukuna dan Pantai Kamali. Di sekitar pantai kamali juga terdapat
sebuah monumen yang di namakan dengan monument Naga yang di
jadikan simbol oleh pemerintah Kota Bau-Bau.
Kepariwisatan merupakan sektor yang sangat strategis serta sesuai
dengan visi Kota Bau-Bau sebagai “Pintu Gerbang Ekonomi dan
Pariwisata di Sulawesi Tenggara” . Tradisi budaya, peninggalan sejarah,
keindahan alam baik dilaut maupun didarat serta fasilitas pendukung
lainnya adalah potensi yang perlu dikembangkan dan dilestarikan sehingga
dapat memberikan sentuhan daya tarik wisata baik domestik maupun
mancanegara yang dikemukakan oleh Bapak Drs. MZ. Amirul Tamim, M.Si
selaku Walikota Bau-Bau.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran
pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan
kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa. Upaya yang dilakukan
pemerintah adalah melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai
potensi kepariwisataan daerah. Keberhasilan dalam bidang kepariwisataan
dicerminkan dengan semakin meningkatnya arus kunjungan wisata
mancanegara (Wisman) dari tahun ke tahun. Jumlah wisatawan
mancanegara yang berkunjung di Kota Bau-Bau selama tahun 2007
berjumlah 101 wisatawan dengan jumlah pengunjung terbesar berasal dari
Asia Pasifik sebanyak 63 kemudian disusul oleh bangsa Eropa sebanyak
13 wisatawan.
Tabel Jumlah Pengunjung objek Wisata Kota Bau-Bau
Tahun 2003-2007
Tahun Asia Pasifik Amerika Eropa Jumlah
2003 194 12 411 617
2004 100 5 144 294
2005 69 0 116 185
2006 * * * *
2007 63 0 38 101
Catatan : * data tidak tersedia
Sumber : BPS Kota Bau-Bau Tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas, dari tahun 2003 – 2004 negara-negara
Eropa mendominasi jumlah pengunjung tetapi pada tahun 2007 jumlah
pengunjung wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Bau-Bau
mengalami penurunan drastis yakni sebanyak 101 wisatawan
mancanegara. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah Kota Bau-Bau harus
lebih optimal meningkatkan, mengembangkan dan mengemas dengan
lebih baik lagi potensi wisatanya sehingga bisa menarik minat wisatawan
mancanegara untuk dapat mengunjungi kembali Kota wisata Bau-Bau.
Kota Bau-Bau merupakan daerah kecil yang masih belum terlalu luas
untuk dikenal oleh kalangan masyarakat, tetapi Bau-Bau memilki letak
yang sangat strategis dalam pembangunan pariwisata. Kota Bau-Bau
memilki banyak potensi objek wisata seperti wisata alam, wisata bahari,
wisata budaya, ekowisata, atraksi wisata serta wisata sejarah yang
menarik untuk dikunjungi dan dinikmati. Tetapi kerena potensi pariwisata
tersebut belum dikelolah secara maksimal sehingga mengakibatkan jumlah
pengunjung mancanegara terus menurun. Dan berdasarkan hal tersebut
pemerintah Kota Bau-Bau terus berusaha untuk memperbaiki serta
mengembangkan potensi objek wisata yang ada sehingga dapat
meningkatkan kembali jumlah pengunjung wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Kota Bau-Bau.
Berdasarkan data yang dikutip dari WTO , pada tahun 2000
wisatawan manca negara (wisman) internasional mencapai jumlah 698 juta
orang yang mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 476 milyar.
Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2 %
sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,3 persen,
bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 15 pesen per tahun. Sedangkan
jumlah wisatawan dalam negeri di masing-masing negara jumlahnya lebih
besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari
perekonomian nasional. sebagai gambaran di Indonesia jumlah wisatawan
nusantara (wisnus) pada tahun 2000 adalah sebesar 134 juta dengan
pengeluaran sebesar Rp. 7,7 triliun. Jumlah ini akan makin meningkat
dengan adanya kemudahan untuk mengakses suatu daerah.
Atas dasar angka-angka tersebut maka pantutlah apabila pariwisata
dikategorikan kedalam kelompok industri terbesar dunia (the world's
largest industry), sebagaimana dinyatakan pula oleh John Naisbitt dalam
buku tersebut diatas . Sekitar 8 persen dari ekspor barang dan jasa, pada
umumnya berasal dari sektor pariwisata. Dan pariwisata pun telah menjadi
penyumbang terbesar dalam perdagangan internasional dari sektor jasa,
kurang lebih 37 persen, termasuk 5-top exports categories di 83% negara
WTO, sumber utama devisa di 38% negara dan di Asia Tenggara
pariwisata dapat menyumbangkan 10 –12 persen dari GDP serta 7 – 8
persen dari total employement. Dominasi tujuan wisata pun mulai berubah.
Apabila di tahun 1950, 15 tujuan wisata utama di dunia terkonsentrasi di
Eropah Barat dan Amerika Utara, yang mendatangkan 97% dari jumlah
wisatawan dunia, maka pada tahun 1999 jumlah ini menurun menjadi 62%,
sisanya menyebar diberbagai belahan dunia terutama Asia Timur , Eropah
Timur, dan Amerika Latin. Diantaranya di kawasan Asia Timur dan Pasifik,
kedatangan wisatawan tercatat 122 juta diantaranya yang tertinggi diraih
oleh Cina sebesar 31,29 juta dengan perolehan devisa USD 16,231 miliar.
sedangkan terendah dari sepuluh besar adalah Jepang dengan
kedatangan wisatawan 4,757 juta dan memperoleh devisa USD. 3,374
miliar. Dan Indonesia merupakan negara dengan urutan kedelapan yang
dikunjungi oleh 5,064 juta dengan peroleh devisa USD. 5,7 miliar (pada
tahun 2000).
Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan
sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-
angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound tourism )
berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan
1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan
438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan
mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun
2020.
Berdasarkan angka perkiraan tersebut maka, para pelaku pariwisata
Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah
untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “
bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus
dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing
kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan
produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan
penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus
disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih
kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari
negara-negara disekitar Indonesia.
Walaupun demikian, persaingan ini seharusnya disikapi pula
bersama-sama dengan persandingan sehingga mampu menciptakan
suasana co-opetition (cooperation and competition) terutama dengan
negara tetangga yang lebih siap dan lebih sungguh-sungguh menangkap
peluang datangnya wisatawan internasional di daerah mereka masing-
masing. Paling tidak kita harus mampu menangkap dan memanfaatkan “
tetesan ” wisatawan yang berkunjung ke negara tetangga untuk singgah ke
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://gudangmakalah.blogspot.com
http://kolom.pacific.net.id
http://wisatadanbudaya.blogspot.com/
Data Base Pasar dan Produk Pariwisata/. 1992. Jakarta: direktorat
Jendral Pariwisata.
MAKALAH EKONOMI MAKRO
‘’ KONTRIBUSI PARIWISATA DALAM DEVISA NASIONAL ‘’
Disusun Oleh :
Rika Nugrahaningtias
H0810100
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2011/2012