issn 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi...

13

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis
Page 2: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan

ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia,

diterbitkan secara berkala dua kali setahun

ISSN 0216-9169

Redaksi

Mohammad Irham

Pungki Lupiyaningdyah

Nur Rohmatin Isnaningsih

Conni Margaretha Sidabalok

Sekretariatan

Yulianto

Yuni Apriyanti

Alamat Redaksi

Bidang Zoologi Puslit Biologi - LIPI

Gd. Widyasatwaloka, Cibinong Science Center

JI. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911

TeIp. (021) 8765056-64

Fax. (021) 8765068

E-mail: [email protected]

Foto sampul depan :

Meloidogyne incognita - Foto: Kartika Dewi

Page 3: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

PEDOMAN PENULISAN

Redaksi FAUNA INDONESIA menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan, dapat

berupa hasil pengamatan di lapangan/ laboratorium atau studi pustaka yang terkait dengan fau-

na asli Indonesia yang bersifat ilmiah popular.

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan summary Bahasa Inggris maksimum 200 kata

dengan jarak baris tunggal.

Huruf menggunakan tipe Times New Roman 12, jarak baris 1.5 dalam format kertas A4 dengan uku-

ran margin atas dan bawah 2.5 cm, kanan dan kiri 3 cm.

Sistematika penulisan:

a. Judul: ditulis huruf besar, kecuali nama ilmiah spesies, dengan ukuran huruf 14.

b. Nama pengarang dan instansi/ organisasi.

c. Summary

d. Pendahuluan

e. Isi:

i. Jika tulisan berdasarkan pengamatan lapangan/ laboratorium maka dapat

dicantumkan cara kerja/ metoda, lokasi dan waktu, hasil, pembahasan.

ii. Studi pustaka dapat mencantumkan taksonomi, deskripsi morfologi, habitat

perilaku, konservasi, potensi pemanfaatan dan lain-lain tergantung topik tulisan.

f. Kesimpulan dan saran (jika ada).

g. Ucapan terima kasih (jika ada).

h. Daftar pustaka.

5. Acuan daftar pustaka:

Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis pertama atau tunggal.

a. Jurnal

Chamberlain. C.P., J.D. BIum, R.T. Holmes, X. Feng, T.W. Sherry & G.R. Graves. 1997. The use

of isotope tracers for identifying populations of migratory birds. Oecologia 9:132-141.

b. Buku

Flannery, T. 1990. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Associates. New York. 439 pp.

Koford, R.R., B.S. Bowen, J.T. Lokemoen & A.D. Kruse. 2000. Cowbird parasitism in

grasslands and croplands in the Northern Great Plains. Pages 229-235 in Ecology and

Management of Cowbirds (J. N.M. Smith, T. L. Cook, S. I. Rothstein, S. K. Robinson, and

S. G. Sealy, Eds.). University of Texas Press, Austin.

c. Koran

Bachtiar, I. 2009. Berawal dari hobi , kini jadi jutawan. Radar Bogor 28 November 2009.

Hal.20

d. internet

NY Times Online . 2007.”Fossil &nd challenges man’s timeline”. Accessed on 10 July 2007

(http://www.nytimes.com/nytonline/NYTO-Fossil-Challenges-Timeline.html).

Page 4: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

6. Tata nama fauna:

a. Nama ilmiah mengacu pada ICZN (zoologi) dan ICBN (botani), contoh Glossolepis incisus, na-

ma jenis dengan author Glossolepis incisus Weber, 1907.

b. Nama Inggris yang menunjuk nama jenis diawali dengan huruf besar dan italic, contoh Red

Rainbow&sh. Nama Indonesia yang menunjuk pada nama jenis diawali dengan huruf besar,

contoh Ikan Pelangi Merah.

c. Nama Indonesia dan Inggris yang menunjuk nama kelompok fauna ditulis dengan huruf

kecil, kecuali diawal kalimat, contoh ikan pelangi/ rainbowHsh.

7. Naskah dikirim secara elektronik ke alamat: [email protected]

Page 5: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

i

KATA PENGANTAR

Fauna Indonesia edisi pertama di tahun 2013 menyambangi anda kembali dengan suatu perubahan, yaitu

majalah ini bersatu dengan induknya, Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI), bersama dengan majalah ilmiah

Zoo Indonesia di website baru Masyarakat Zoologi Indonesia (www.MZI.or.id). Adanya publikasi Fauna

Indonesia di dalam MZI berarti majalah ini kembali kepada akar organisasi yang akan menggeliat menggaungkan

potensi dan konservasi fauna di Indonesia. Pembaca pun tidak hanya akan membaca artikel-artikel menarik

dalam edisi ini namun akan mengetahui juga organisasi dan aktifitas MZI.

Pada edisi ini ada tujuh artikel yang kami persembahkan kepada pembaca yang meliputi dunia

herpetofauna, moluska, serangga dan cacing endoparasit. Hal yang menarik untuk diperhatikan pada sajian ini

adalah sebagian memaparkan segi potensi pemanfaatan dari fauna lokal Indonesia. Artikel-artikel tentu saja akan

membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada

di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis yang belum banyak terungkap dapat terinisiasi dari tulisan tersebut. Kita

berharap bahwa semakin banyak tulisan yang dapat membuka potensi-potensi tersembunyi dari fauna Indonesia.

Tentu saja ini akan memperkuat pemikiran bahwa mengapa konservasi satwa perlu dilakukan karena potensi

pemanfaatannya baik untuk pangan, kesenangan dan servis ekologi sangat dibutuhkan manusia.

Selamat membaca.

Redaksi

Page 6: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI ...................................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii VOKALISASI ANAK BUAYA MUARA Crocodylus porosus ........................................................... 1 Hellen Kurniati INFORMASI BIOLOGI DAN PEMANFAATAN KERANG KEREK (Gafrarium tumidum) ................................................................................................................................. 5 Muhammad Masrur Islami MOLUSKA BAKAU SEBAGAI SUMBER PANGAN ................................................................... 12 Nova Mujiono PELUANG EKSPLORASI KERAGAMAN KEONG DARAT DARI PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA ............................................................................ 17 Heryanto MELOIDOGYNE INCOGNITA PADA KENTANG HITAM (SOLENOSTEMON ROTUNDIFOLIUS) ........................................................................................... 22 Kartika dewi & Yuni Apriyanti KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA) DI INDONESIA ....................................................................................................................................... 29 Erniwati JENIS-JENIS KURA-KURA AIR TAWAR YANG DIPERDAGANGKAN DI BANTEN .............................................................................................................................................. 35 Dadang Rahadian Subasli

Page 7: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

5

INFORMASI BIOLOGI DAN PEMANFAATAN

KERANG KEREK (Gafrarium tumidum)

Muhammad Masrur Islami

UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon - LIPI

Summary

�e clams Gafrarium tumidum are of edible ones and have both economical and ecological importances. �e shells are thick

and solid, short and high in shape, ovate-subquadrate to subtrigonal in outline, with various outer coloration of shell and the

length about 3-5 cm. �e distribution is in Indo-West Pacific, India, Sri Lanka, Japan, the Philippines, Indonesia,

Mauritius and Seychelles to Melanesia, Australia and New Caledonia. Sexes are separated but no external differentiation.

Annual sex ratio of male and female is deviated significantly from the 1:1 ratio with female being the dominant.

Economically, the clams are exploited by people in coastal area as alternative food sources, which are proven to be high in

nutrition especially in the protein, carbohydrate and fat. Ecologically, they can be used as bioindicator of metal

contamination.

PENDAHULUAN

Kerang merupakan kelompok Moluska yang

memiliki ciri-ciri bentuk kaki seperti kapak, insangnya

berlapis-lapis dan memiliki dua keping cangkang.

Kerang tergolong fauna hidup di lingkungan akuatik,

baik di perairan tawar, estuari maupun laut (Brusca &

Brusca 2003). Secara umum bagian tubuh kerang

dibagi menjadi lima yakni 1) kaki (foot, byssus); 2)

kepala (head); 3) bagian alat pencernaan dan

reproduksi (visceral mass); 4) selaput (mantle); dan 5)

cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-

organ syaraf sensorik dan mulut. Bagian kaki

merupakan otot yang mudah berkontraksi dan alat

utama untuk pergerakan. Cangkang merupakan alat

pelindung diri yang tersusun dari lapisan karbonat

yang memiliki bentuk dan warna bervariasi (Setyono

2006).

Kedua keping cangkang pada bagian dalam

ditautkan oleh sebuah otot aduktor anterior dan

sebuah otot aduktor posterior, yang bekerja secara

antagonis dengan hinge atau engsel. Ketika otot

aduktor rileks, ligamen berkerut maka kedua keping

cangkang akan terbuka, demikian sebaliknya. Di

bawah engsel terdapat gigi atau tonjolan pada salah

satu keping yang berfungsi untuk mempererat

sambungan keping cangkang, (Poutiers 1998).

Kerang telah dimanfaatkan untuk berbagai

kepentingan, baik secara ekologi, ekonomi maupun

kepentingan lainnya. Secara ekologi, kerang memiliki

peranan yang penting dalam suatu ekosistem dan

menjadi salah satu elemen yang tak terpisahkan dari

rantai makanan yang ada di perairan. Selain itu kerang

juga dapat digunakan sebagai indikator dari suatu

keadaan lingkungan. Secara ekonomi, kerang telah

dikenal sebagai sumber makanan yang lezat dan

bergizi. Selain itu, cangkangnya juga dapat digunakan

untuk hiasan atau pernak-pernik (Kellogg dan Fautin

2002).

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 8: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

6

Kerang kerek Gafrarium tumidum merupakan

salah satu contoh kerang yang telah banyak

dimanfaatkan baik untuk kepentingan ekologi,

ekonomi maupun kepentingan yang lain. Tulisan ini

membahas beberapa aspek biologi dan pemanfaatan

kerang kerek dengan harapan dapat memberikan

informasi yang mendukung pemanfaatannya secara

lebih optimal.

KLASIFIKASI DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI

Kerang kerek G. tumidum termasuk ke dalam

famili Veneridae, kelas Bivalvia. Secara lengkap

klasifikasi G. tumidum menurut Lamprell &

Whitehead (1992) dan Poutiers (1998) adalah sebagai

berikut:

Fillum : Mollusca

Kelas : Bivalvia

Subkelas : Heterodonta

Ordo : Veneroida

Famili : Veneridae

Genus : Gafrarium

Spesies : Gafrarium tumidum Roding, 1798

Kerang kerek memiliki bentuk cangkang yang

tebal dan garis pertumbuhan yang menonjol untuk

melindungi tubuhnya dari tekanan lingkungan dan

gangguan predator (Kira 1981, Kurihara 2003).

Kerang ini memiliki umbo yang tebal, rendah dan

berbentuk bulat serta pallial sinus sangat dangkal

(Gambar 1). Engsel yang ada biasanya kuat dengan 3

gigi kardinal pada setiap cangkang. Selain itu, gigi

lateral anterior berkembang dengan baik, satu di

cangkang bagian kiri dan dua di cangkang bagian

kanan, dipisahkan oleh lekukan yang dalam. Ukuran

cangkang maksimum mencapai 4 cm, namun ukuran

rata-rata adalah 3 cm. Habitatnya di pantai berpasir

dan berlumpur, di daerah intertidal dan sublitoral

hingga kedalaman sekitar 30 meter (Poutiers 1998).

HABITAT DAN DISTRIBUSI

Kerang kerek memiliki sifat infauna atau semi-

infauna yang mendiami habiat berpasir dan berlumpur

di kawasan pesisir dan berperan sebagai penyusun

komunitas makrozoobentos (Barnes 1991). Kerang G.

tumidum merupakan salah satu jenis kerang yang

hidup di daerah intertidal dan litoral hingga kedalaman

30 cm (Poutiers 1998). Kerang ini hidup di

permukaan substrat dasar perairan. Substratnya bisa

berupa pasir berlumpur dan sedimen berlumpur

(Baron & Clavier 1992).

Kerang Gafrarium pada umumnya membuat

Gambar 1. Morfologi cangkang Gafrarium tumidum

(Poutiers 1998).

Gambar 2. Distribusi kerang Gafrarium tumidum (Poutiers 1998).

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 9: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

7

lubang di pasir halus atau pun lumpur, namun tidak

seluruh bagian tubuhnya masuk ke dalam lubang

tersebut (Allan 1962). Kilburn (1999) menyatakan

bahwa kerang ini hidupnya terbenam secara vertikal,

namun terkadang bagian posteriornya muncul pada

permukaan pasir atau lumpur. Umumnya kerang ini

hidup di perairan yang dangkal dan kadang-kadang

membentuk populasi yang padat.

Distribusi kerang G. tumidum meliputi wilayah

Indo-Pasifik, India, Sri Lanka, Jepang, Filipina, dan

Indonesia (Gambar 2). Kerang ini juga dapat dijumpai

di wilayah Mauritius dan Seychelles hingga

Melanesia, Australia dan New Caledonia (Abbot &

Dance 1990, Poutiers 1998).

REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN

Kerang kerek G. tumidum memiliki kelamin

jantan dan betina yang terpisah. Perbandingan

kelamin individu jantan dan betina umumnya

memiliki perbandingan 1:1 dengan individu betina

lebih dominan. Meskipun kelaminnya terpisah namun

tidak terdiferensiasi secara eksternal. Pada awal

perkembangan gonad, sel telur memiliki bentuk tidak

beraturan (irregular) dengan ukuran rata-rata < 45

mm, sedangkan ketika memasuki awal matang gonad,

kebanyakan sel telur berbentuk bulat namun masih

ada yang tidak beraturan dengan ukuran 45 - 58 mm.

Bentuk akan menjadi bulat sempurna ketika

memasuki tahap matang gonad dengan ukuran sekitar

72 mm (Jagadis & Rajagopal 2007).

Jagadis & Rajagopal (2007) juga menyatakan

bahwa berdasarkan pengamatan perkembangan

diameter sel gonad melalui gonad smear dan preparat

histologi G. tumidum , maka didapatkan empat tahap

kematangan gonad pada individu betina dan dua

tahap kematangan gonad pada individu jantan.

Menurut Jagadis (2011), embrio kerang kerek

memiliki beberapa tahap perkembangan meliputi sel

telur yang terfertilisasi, pembentukan polar tubuh,

perkembangan menjadi dua sel, tahap trefoil,

perkembangan morula dan trochopore (Gambar 3).

Gambar 3. Perkembangan embrio kerang kerek Gafrarium

tumidum (Jagadis 2011).

Pertumbuhan merupakan proses biologis

kompleks dimana banyak faktor mempengaruhinya.

Secara umum ada dua faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi kerang

laut yakni faktor dalam yang meliputi keturunan, seks,

umur, penyakit serta parasit dan faktor luar yang bisa

berupa makanan, variabilitas musim, temperatur,

salinitas, derajat keasaman (pH) dan kadar kalsium

(Effendie 2002, Morriconi et al. 2002). Temperatur

merupakan salah satu faktor pembatas terkait proses

oogenesis. Kondisi temperatur rendah akan

mengakibatkan rendahnya laju oogenesis kerang

(Morriconi et al. 2002). Sedangkan makanan berperan

penting terutama pada saat puncak pemijahan dan

distribusi anakan (Khayat & Muhandai 2006).

Pertumbuhan kerang memiliki ciri-ciri terletak

pada tingkat variasi yang meliputi variasi tingkat

perkembangan, variasi umur, dan kondisi lingkungan.

Perubahan yang terjadi selama pertumbuhan pada

kerang dapat dilihat dengan dua cara, yaitu pertama

dengan melihat perubahan parameter pertumbuhan

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 10: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

8

kerang yang dihubungkan dengan tingkat variasi umur

dan kedua dengan membandingkan tingkat

pertumbuhan salah satu dimensi cangkang dengan

dimensi lain (Wilbur 1984). Menurut Mariani et al.

(2002), tingkat pertumbuhan setiap dimensi tubuh

kerang cenderung tidak seragam dimana proporsi

dimensi tubuh akan berubah seiring dengan

penambahan ukuran dimensi. Pertumbuhan pada

kerang umumnya menyangkut pada tiga aspek

meliputi pertumbuhan panjang yakni pertumbuhan

cangkang dari posterior ke anterior, pertumbuhan

tinggi yaitu pertumbuhan dari sisi dorsal sampai

ventral, dan yang terakhir adalah pertumbuhan tebal

yaitu pertumbuhan antara sisi luar cangkang bagian

kanan dan kiri.

KOMPOSISI NILAI GIZI KERANG KEREK

Kerang-kerangan merupakan salah satu sumber

makanan alternatif yang memiliki nilai gizi terutama

mampu menyediakan protein kualitas tinggi,

mencakup beberapa asam amino esensial yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Kerang juga memiliki

kandungan lemak 20 - 28% kalori, sehingga kerang

tergolong sumber makanan yang rendah lemak namun

kaya akan protein (King et al. 1990).

Kerang kerek mempunyai kandungan protein,

karbohidrat maupun lemak yang berbeda-beda pada

setiap bagian tubuhnya. Babu et al. (2012)

menganalisis kandungan protein, lemak dan

karbohidrat pada beberapa bagian tubuh kerang kerek

meliputi mantel, jaringan dalam (viscera) dan kaki

(Tabel 1). Bagian tubuh yang memiliki komposisi

proksimat tertinggi terdapat pada bagian jaringan

dalam. Selain itu, protein diketahui sebagai

kandungan tertinggi dari kerang kerek tersebut

dengan total komposisi mencapai 61,74% dari bagian

tubuhnya. Komposisi protein yang ada meliputi asam

amino esensial maupun non-esensial (Tabel 2),

sedangkan lemak terdiri dari asam lemak jenuh

maupun tak jenuh.

Komposisi proksimat masing-masing bagian

tubuh kerang kerek di atas memiliki kecenderungan

yang hampir sama dengan kerang jenis lainnya yakni

secara tipikal memiliki kandungan protein tinggi serta

rendah lemak dan kolesterol. Jayabal dan Kalyani

(1987) mengemukakan hasil analisis proksimat

bagian tubuh Meretrix meretrix memiliki kandungan

24,82% protein; 13,53% karbohidrat; dan 7,26%

lemak.

Babu et al. (2012) menyatakan bahwa

komposisi biokimiawi seperti protein, lemak,

karbohidrat dan sebagainya pada kerang dipengaruhi

oleh siklus reproduksi dan ketersediaan makanan.

Akumulasi protein, lemak, dan karbohidrat umumnya

tinggi pada masa proliferasi gonad. Persentasenya

akan meningkat seiring dengan kematangan gonad.

PEMANFAATAN KERANG KEREK

Tabel 1. Komposisi proksimat kerang kerek G. tumidum

Komposisi proksimat

Protein (%)

Karbohidrat (%)

Lemak (%)

Mantel 20,56 9,02 4,12

Jaringan dalam (viscera)

24,82 13,53 7,26

Kaki 16,36 10,09 2,99

Total 61,74 32,64 14,37

Tabel 2. Komposisi asam amino esensial pada masing-

masing bagian tubuh kerang kerek G. tumidum (g

asam amino/100 g protein).

Asam amino esensial

Mantel (%)

Viscera (%)

Kaki (%)

Phenylalanine 1,10 1,19 1,00

�reonine 0,87 0,92 0,75

Valine 0,31 0,50 0,30

Histidine 0,56 0,67 0,47

Isoleucine 0,91 1,08 0,90

Methioneine 1,02 1,04 1,00

Leucine 0,86 0,91 0,76

Lysine 0,12 0,34 0,11

Proline 0,21 0,31 0,11

Tryptophan 0,79 0,98 0,68

Total 6,75 7,94 6,08

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 11: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

9

Kerang diketahui sebagai salah satu sumberdaya

hayati laut yang telah lama dimanfaatkan untuk

berbagai kepentingan ekonomis dan komersil. Kerang

umumnya digunakan sebagai sumber makanan untuk

memenuhi kebutuhan protein, perhiasan, obat-obatan

maupun manfaat lainnya baik dari daging maupun

cangkangnya.

Kerang kerek G. tumidum juga memiliki

manfaat yang cukup banyak. Penduduk kawasan

pesisir di Cina, Jepang dan India memanfaatkan

kerang ini sebagai penghasil protein produk makanan

laut. Di Jepang kerang ini dikemas dalam

beranekaragam makanan dan memiliki nilai jual

tinggi. Selain untuk dikonsumsi, kerang ini juga dapat

digunakan untuk campuran kosmetik, bahan

perhiasan dan ornamen bahan bangunan (Baron &

Clavier 1992, �omas 2001).

Di kawasan pesisir Maluku, kerang ini juga

dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai salah

satu sumber makanan alternatif selain ikan, terutama

pada saat musim ombak dimana ikan sulit didapat

dan sebagai penggantinya maka penduduk lokal

memanfaatkan kerang ini. Mereka mengambil kerang

ini pada saat surut. Aktivitas tersebut biasa disebut

dengan bameti. Salah satu area bameti kerang ini

Gambar 4. Harga kerang kerek G. tumidum tahun 2010 di Pulau Semakau, Singapura (Sumber gambar: http://hazelchew-nature.blogspot.com/2010/01/living-in-tanks.html).

Gambar 5. Kerang G. tumidum yang dipanen penduduk di

pesisir Passo, Teluk Ambon, Maluku

(dokumentasi pribadi, April 2012).

adalah di pesisir Passo, Teluk Ambon, di mana di

kawasan ini terdapat ekosistem mangrove yang cukup

luas dan merupakan habitat alami dari kerang kerek

ini.

Selain manfaat ekonomis, kerang kerek juga

memiliki manfaat ekologis terhadap komunitas

maupun ekosistem di mana kerang itu berada. Kerang

merupakan salah satu komponen rantai makanan di

ekosistem yang berperan sebagai suspension feeder

maupun filter feeder terutama di kawasan intertidal.

Kerang juga berperan sebagai sumber makanan bagi

makrozoobentos dan biota lainnya. Berkurangnya

atau menurunnya komunitas kerang yang ada di suatu

perairan tentunya akan mempengaruhi keseimbangan

ekosistem yang ada.

Kerang diketahui dapat digunakan pula sebagai

bioindikator suatu fenomena yang terjadi di ekosistem

perairan. Hedouin et al. (2006) mengemukakan hasil

penelitiannya di New Caledonia bahwa kerang G.

tumidum dapat digunakan sebagai indikator

pencemaran logam berat seperti Cadmium (Cd),

Chromium (Cr), Tembaga (Co), Seng (Zn) dan

Perak (Ag). Ukuran cangkang kerang memiliki

hubungan dengan tingkat pencemaran yang ada. Pada

unsur-unsur Cd, Cr, Co, dan Zn, semakin tinggi

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 12: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

10

tingkat pencemaran maka ukuran cangkang semakin

besar, sedangkan pada Ag, semakin tinggi tingkat

kontaminasi maka ukuran cangkang menjadi semakin

kecil. Namun secara keseluruhan diperlukan adanya

program monitoring terhadap kadar kontaminasi dan

ukuran cangkang agar didapatkan informasi yang

akurat terutama terkait ambang batas dari

pencemaran logam berat yang ada.

KESIMPULAN

Kerang kerek Gafrarium tumidum diketahui

memiliki kondisi biologi dan ekologi terutama

distribusinya yang luas di kawasan Indo-Pasifik

terutama di Indonesia. Nilai gizi yang tinggi serta

manfaat lainnya baik dari segi ekonomi maupun

ekologi kerang ini merupakan poin penting dalam

upaya pengelolaan yang berkesinambungan. Kajian

yang lebih mendalam terutama terkait usaha budidaya

dan konservasi kerang kerek ini sangat diperlukan

agar stok di alam dapat terjaga dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot, R. T. & P. Dance. 1990. Compendium of

Seashells. Crawford House Press. Australia: 411

pp.

Allan, J. 1962. Australia shells: with related animals

living in the sea, in fresh water and on the land.

Georgian House, Melbourne.

Babu A, V. Venkatesan, S. Rajagopal.

2012.Biochemical composition of different

body parts of Gafrarium tumidum (Roding,

1798) from Mandapam, South East Coast of

India. African Journal of Biotechnology. Vol. 11

(7): 1700-1704.

Barnes. R. D. 1991, Invertebrate Zoology 6th edition.

Blackwell Scientific Publication, Oxford. 1089

pp.

Baron, J. & J. Clavier. 1992. Estimation of soft

bottom intertidal bivalve stocks on the south-

west coast of New Caledonia. Aquat. Living

Resour. Vol. 5: 99-105.

Brusca, R. C. and G. J. Brusca. 2003. Invertebrates

2nd edition. Sinauer Associates, Inc.

Massachusetts: 965 pp.

Effendie M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan

Pustaka Nusatama. Yogyakarta: 163 p.

Hedouin, L., M. Metian, J. L. Teyssié, S.W. Fowler,

R. Fichez & M. Warnau. 2006. Allometric

relationships in the bioconcentration of heavy

metals by the edible tropical clam Gafrarium

tumidum. Science of the Total Environment 366:

154–163

Jagadis, I. & S. Rajagopal. 2007. Reproductive

biology of Venus clam Gafrarium tumidum

(Roding, 1798) from Southeast coast of India.

Aquaculture Research. 38 , 1117-1122.

Jagadis, I. 2011. Spawning, larval development and

spat settlement in the Venus clam Gafrarium

tumidum (Roding, 1798) from south-east coast

of India. Indian J. Fish. 58(2): 1-5.

Kellogg, D. & D. G. Fautin. 2002. Class Bivalvia.

Accessed on August 12, 2010 (http://

animaldiversity.ummz.umich.edu/site/

accounts/information/Bivalvia.html).

Khayat, J. & M. Muhandai. 2006. Ecology and

biology of the benthic bivalve Amiantis

umbonella (Lamarck) in Khor Al-Adaid, Qatar.

Egyption J. Aquat. Res. Vol 32 (1): 419 - 430.

Kilburn, R. 1999. Family Veneridae in South-East

Asia. Proceeding 10th Congress and Workshop.

Tropical Marine Molluscs Programme

(TMMP). Ministry of Fisheries, Vietnam.

King I, M. T. Childs, C. Dorsett, J. G. Ostrander &

E. R. Monsen. 1990. Shellfish: proximate

composition, minerals, fatty acids, and sterols.

J. Am. Dietetic Assos. 90: 677-685.

Kira, T. 1981. Coloured illustration of the shell of

Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd. Japan:

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11

Page 13: ISSN 0216-9169 · 2013. 8. 19. · membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis

11

240 pp.

Kurihara, T. 2003. Adaptions of subtropic venus

clam to predation and desiccation: endurance of

Gafrarium tumidum and aviodance of Ruditapes

variegatus. Mar. Biol. Vol. 143 (43): 1117 -

1125.

Lamprell, K. & T. Whitehead. 1992. Bivalves of

Australia Vol. I. Crawford House Press Pty

Ltd. Bathurst, NSW: 182 pp.

Mariani S., F. Piccari & E. de Matthaeis. 2002. Shell

morphology in Cerastoderma spp. (Bivalvia:

Cardiidae) and its significance for adaptation to

tidal and non-tidal coastal habitats. J Mar Biol

Ass UK.82: 483-490.

Morriconi, E., B. J. Lomovasky, J. Calvo & T. Brey.

2002. �e reproductive cycle of Eurhomalea

exalbida (Chemnitz, 1795) (Bivalvia:

Veneridae) in Ushuaia Bay, Beagle Channel

(Argentina). Invert. Rep. Dev. Vol. 20 (10): 1 -

8.

Poutiers J. M. 1998. Bivalves (Acephala,

Lamellibranchia, Pelecypoda), pp 123-362.

Dalam: Carpenter, K.E & V.H. Niem. 1998.

FAO Species identification guide for fishery

purposes. �e living marine resources of the

Western Central Pacific 1. Seaweeds, Corals,

Bivalves and Gastropods. Rome. 686 p.

Setyono, D. E. D. 2006. Karakteristik Biologi dan

Produk Kekerangan Laut. Oseana 31 (1) : 1–7.

�omas, F. R. 2001. Mollusk habitat and fisheries in

Kiribati: An assessment from the Gilbert Island.

Pacific Science. 55 (1): 77 - 97.

Wilbur K. M. 1984. 9e Mollusca vol 7: Reproduction.

London (GB): Academic Press Inc. 450 p.

Muhammad Masrur Islami

UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon - LIPI

Jl. Y. Syaranamual, Guru-Guru, Poka, Ambon 97233

Email: [email protected]

Fauna IndonesiaVol 12 (1) Juni 2013: 5-11