islam dan alam semesta

16
ISLAM DAN ALAM SEMESTA A. ALAM SEMESTA 1. Pengertian Alam Semesta Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya. 2. Penciptaan Alam Semesta a. Menurut Teori Big Bang Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan. Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan

Upload: salmiseprianti

Post on 26-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Dan Alam Semesta

ISLAM DAN ALAM SEMESTA

A.    ALAM SEMESTA

1. Pengertian Alam Semesta

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini

selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis,

diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut

universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.

Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.

Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika,

kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah

segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan

system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan

alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik

dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai

oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam

zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al

Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang

arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

2. Penciptaan Alam Semesta

a.       Menurut Teori Big Bang

Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu

kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa

penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam

semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini

mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini

telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis

yang tidak percaya tentang penciptaan.

     Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu

teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini,

dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.

Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang

menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini

mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut

paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.

      Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan

membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan

tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun

proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar

tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big

Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

Page 2: Islam Dan Alam Semesta

b.      Menurut Al Quran

Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya

ayat 30.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara

keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah

mereka tiada juga beriman?”

Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan

yang padu.

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya

dan kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau

terpaksa”. Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati”

“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit

urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami

memeliharanya dengan sebaik-baiknya`”  ( Fushshilat 11-12)

Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang

dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama

penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-

bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini

diciptakan selama 6 masa.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam

masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang

mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang

(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah

hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-

runkan air dari langit.

“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah

matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu

belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.

Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.

“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di

bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )

Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi”  , ini menerangkan bahwa air

bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang  (alien).

“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada

juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).

“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “

( QS Tha Ha ; 53)

“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).

Page 3: Islam Dan Alam Semesta

Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,

maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah

tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang

menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung

maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.

Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah

suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.

“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian

kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).

Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat

ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya

adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi

tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang

sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara

misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga

dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air.

Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat

kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit

yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-

bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan

dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3. Karakteristik Integral Alam Semesta

a.       Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.

b.      Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh

indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.

c.       Ditentukan.

d.      Bergantung.

e.       Relative.

4. Tujuan Penciptaan Alam

Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun

tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-

Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada

hukum dan ketetapan Allah.

Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi

tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan

melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia

sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di

dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat

nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.

Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya

nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan

akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul,

Page 4: Islam Dan Alam Semesta

dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu,

akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.

Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan

dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.

Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan.

Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada

akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih

mendekatkan diri pada Allah.

                                        

  

B.     MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)

Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah

demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan

manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai

hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam.

Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula

hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam

kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia

dengan alam disebut dengan takdir.

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu

1.Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,

2.Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al An’am : 115,

3.Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu

yang ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk

menetapkan semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai

berikut :

1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)

2. Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan

3. Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda

4. Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses

5. Alam diciptakn dengan keteraturan

6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang

7. Alam diciptakan terus berkembang

8. Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan

atau memperbaiki kerusakan tersebut.

Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-

hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah

hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta,

Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

Page 5: Islam Dan Alam Semesta

C.                HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA

1. Hubungan Historis 

Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya

persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke

19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan

manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-

Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern

seperti sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan

historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.

Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal

usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang

sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku,

unsure, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam

semesta.

2. Hubungan Fungsional

Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos,

manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki

keunggulan dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam

kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang

diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak

terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa

hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.

Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori

anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua

yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29

yang artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.”

Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti

disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu

melainkan sebagai rahmat seluruh alam.”

Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang

manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam

diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang

dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui

tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

D.                KESIMPULAN

1.      Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain

Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri

manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan

dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak

dan perhatian Allah.

Page 6: Islam Dan Alam Semesta

2.      Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.

3.      Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang

dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama

penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-

bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini

diciptakan selama 6 masa.

4.      Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.

5.      Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi

adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga 

bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola,

dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya

sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

6.      Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang

mengatur alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya

dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka

alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi

sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

7.      Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses

permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan

segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga

kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan

pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan

mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

DEPAG RI. 2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : PT

Bulan Bintang.

DEPAG RI. 2001. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat

Perguruan Tinggi Agama Islam, DEPAG.

Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.

Page 7: Islam Dan Alam Semesta

Penciptaan Alam Semesta Menurut al-QuranRabu, 2013 September 18 15:44

Tweet it Digg it Google

Para ilmuwan sejak dulu senantiasa ingin mengetahui jenis partikel yang membentuk matahari,

bulan, bintang-bintang dan bumi. Metode alamiah yang terlintas di pikiran mereka adalah

berusaha untuk menyingkap bagian-bagian materi yang membentuk alam semesta. Mereka

percaya bahwa dengan memisahkan unsur-unsur pembentuk sesuatu, pada akhirnya dapat

diketahui sebuah partikel yang menjadi unsur pertama pembentuk sesuatu tersebut.

 

Oleh karena itu, kita menyaksikan bahwa para ilmuwan kuno menganggap air, udara, api dan

tanah sebagai unsur pertama terbentuknya alam semesta dan beberapa yang lain berbicara

tentang keberadaan sebuah unsur yang penuh teka-teki dan mereka menyebutnya sebagai

rahasia penciptaan alam. Unsur yang penuh teka-teki itu sekarang dikenal sebagai atom dan

kemudian para ilmuwan menyingkapnya melalui eksperimen di laboratorium-laboratorium riset.

Atom tersusun dari inti atom dan itu dikenal sebagai partikel pertama penciptaan.

 

Kitab suci al-Quran dalam sejumlah ayatnya, menyinggung fenomena-fenomena yang menyita

pikiran dan menakjubkan seperti penciptaan. Proses penciptaan alam semesta dan dunia serta

tahapan-tahapannya, dapat ditemukan secara acak di berbagai ayat al-Quran. Di ayat-ayat itu,

kadang asap (Dukhan) atau air disebutkan sebagai partikel dasar terbentuknya langit dan bumi.

Abdul Ghani Khatib dalam sebuah bukunya menulis, "Tuhan pertama kali menciptakan air dan

bersamanya ia ciptakan unsur-unsur lain. Kemudian ia hembuskan suhu yang sangat panas

sehingga keluar uap darinya... uap itu seperti asap, tebal dan pekat. Kemudian Tuhan

mengubah asap itu menjadi padat dan menjadikannya bentuk yang berbeda."

 

Page 8: Islam Dan Alam Semesta

Berkenaan dengan penciptaan alam semesta, Imam Muhammad al-Baqir as mengatakan,

"Semua yang ada adalah air dan Arsh Tuhan berada di atasnya, kemudian Tuhan menciptakan

sebuah ledakan di air dan setelah itu, ia memadamkan bara dan lidahnya dan kemudian muncul

asap yang menjadi materi terbentuknya langit." (Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil 4, hal 540)

 

Al-Quran dalam surat Fussilat ayat 11, menyinggung masalah penciptaan langit dari asap dan

berfirman, "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan

asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut

perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka

hati".

 

Seorang mufassir besar Islam, Ayatullah Makarim Shirazi ketika menafsirkan ayat 11 surat

Fussilat, menulis, "Kalimat (langit itu masih merupakan asap) menunjukkan bahwa penciptaan

langit dimulai dari tumpukan dan gumpalan asap yang sangat besar dan ini sepenuhnya sesuai

dengan riset terbaru tentang dimulainya penciptaan. Sekarang, kebanyakan bintang juga dalam

bentuk tumpukan gas dan asap yang padat." (Tafsir Nemune, jil 20, hal 228)

 

Beberapa mufassir dengan memperhatikan ayat 27-32 surat an-Nazi'at, meyakini bahwa langit

diciptakan sebelum bumi dan setelah itu barulah muncul air, tumbuh-tumbuhan dan gunung-

gunung. Tahapan tersebut sesuai dengan penegasan sains modern." Dalam surat an-Nazi'at

ayat 27-32 disebutkan, "Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah

membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan

malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu

dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-

tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh."

 

Seorang fisikawan Rusia, George Gamow juga menganggap asap sebagai partikel pertama

terbentuknya bintang-bintang dan mengatakan, "Sebuah argumentasi astronomi mengantarkan

kita pada realita ini bahwa bintang-bintang langit yang tak terhitung jumlahnya memiliki awal dan

semua mereka muncul dari asap yang sangat panas."

 

Menurut lahiriyah ayat-ayat al-Quran dapat disimpulkan bahwa langit dan bumi muncul setelah

sebuah fase yang disebut asap oleh al-Quran. Dan sebelum asap, ada sebuah fase lain di mana

air terkadang memainkan peran penting di dalamnya. Beberapa pakar tafsir menerjemahkan

kata "Ma'" terkait penciptaan alam dengan air. Tapi, beberapa yang lain menganggapnya

sebagai benda cair dan panas, di mana berbagai jenis gas yang panas dan pekat keluar dari

benda itu. Kemudian gas tersebut menjadi padat dan beku dan begitulah munculnya bumi,

bintang-bintang dan planet-planet.

 

Ulasan ini paling tidak sejalan dengan Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Akan tetapi,

mengingat ada beragam teori tentang penciptaan alam semesta dan sampai sekarang belum

Page 9: Islam Dan Alam Semesta

satu pun terbukti dengan pasti, maka hipotesa-hipotesa tersebut tidak bisa disandarkan pada al-

Quran.

 

Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu

terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal atau permulaan" pada

alam semesta, yang disebabkan oleh Big Bang. Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam

semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus

hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta

bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu

terjadinya Big Bang tersebut.

 

Salah satu bukti yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar adalah

terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di seluruh jagat raya. Jika alam

semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini

diakibatkan perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium. Ini bukti yang ditemukan dari

penelitian yang panjang. Akhirnya, para ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam

semesta lahir dari sebuah ledakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya. Namun, jika

kita ingin melihat jauh sebelum Big Bang, apa yang harus kita lalukan? Apa yang terjadi sebelum

Big Bang? Kekuatan apa yang telah menciptakan itu semua?

 

Al-Quran dalam berbagai ayatnya, tidak hanya menyinggung partikel-partikel yang membentuk

kehidupan dan penciptaan, tapi juga menjelaskan bagaimana alam semesta itu terbentuk dan

masanya. Pada ayat 9-12 surat Fussilat, al-Quran memaparkan secara global tentang enam

tahapan dari tahap-tahap penciptaan alam semesta. Dua tahap untuk penciptaan langit, dua

tahap untuk penciptaan bumi dan dua tahap untuk penciptaan apa yang ada di antara langit dan

bumi. Namun, ayat-ayat tersebut tidak menyinggung proses detail dan waktu yang dibutuhkan

untuk setiap tahap.

 

Ayat-ayat tersebut berbunyi, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang

menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)

demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang

kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan

(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang

bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,

lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku

dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka

Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit

urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami

memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha

Mengetahui."

 

Page 10: Islam Dan Alam Semesta

Mengenai enam tahapan penciptaan tersebut, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan, "Tahap

pertama adalah tahap di mana alam semesta berbentuk gumpalan asap. Tahap kedua adalah

fase di mana tumpukan-tumpukan besar dari gumpalan asap tersebut mulai terpisah dan

berputar pada poros inti gumpalan. Pada tahap ketiga, tata surya termasuk matahari dan bumi,

mulai terbentuk dan pada tahap keempat, bumi mulai dingin dan siap menyambut kehidupan.

Pada tahap kelima, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan mulai tumbuh di bumi. Dan pada tahap

keenam, hewan dan manusia mulai tampak di bumi." (Tafsir Nemune, jil 6, hal 202)(IRIB

Indonesia)

Page 11: Islam Dan Alam Semesta

 SITI NURJANAH *) ; ISLAM DAN ALAM SEMESTA2 Juli 2013, Administrator

Manusia dan alam sekitarnya sebagai makhluk Tuhan secara keseluruhan merupakan penyebab

utama terjadinya berbagai macam perubahan sistem kehidupan tetapi semenjak dahulu kala,

kecuali manusia, makhluk hidup yang lain  itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara

alami yang bercirikan keajegan, keseimbangan dan keselarasan. Sedangkan manusia mempunyai

potensi dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda karena perkembangan ilmu dan

teknologi yang dikuasai khususnya, serta perkembangan kebudayaan pada umumnya. (Moh.

Soerjani, et.all. 1987:12)

 

Manusia dalam Al-Qur'an menurut Dirk Bakker adalah ciptaan dan Tuhan adalah penciptanya (Dirk

Bakker, 1965:12), manusia adalah makhluk istimewa karena dapat mengikuti tuntunan akal dalam

hal-hal yang diketahui tuntunan iman dalam hal-hal yang tidak diketahuinya. (Bint. Al-Syayuthi,

1966:35)

Mengenai penciptaan alam semesta, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an, surat Ali Imran;

190-191, memberikan informasi tentang penciptaan, struktur, dan perkembangan (evolusi) alam

semesta adalah salah satu hal untuk mengingat kekuasaan Allah. Sehingga ada 4 karakter dalam

diri seorang muslim yang berpikir (ulil albab):

1. Mereka yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, maupun berbaring (dalam

segala aktivitasnya);

2. Dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti menelaah fenomena

alam);

3. (bila dijumpainya suatu kekaguman mereka berkata:) "Tuhan kami, tiadalah Engkau

ciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau.";

4. (dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin sesat, mereka

senantiasa memohon kepada Allah:) "Dan jauhkanlah kami dari siksa neraka".

Kemudian alam semesta bermula juga diterangkan dalam Al-Qur'an dengan menggambarkan tentang penegasan kepada orang kafir yang tetap tidak mau beriman bahwa antara langut dan bumi adalah suatu yang padu, lalu Allah memisahkan antara keduanya. Dan dari air Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup (Al-Qur'an, Surat Al-Anbiya' : 30). Al-Quran menyatakan alam semesta datang dari satu sumber materi dan energi, dan kemudian Allah mengembangkannya. Islam mengakui konsep singulariti alam semesta (teori Big Bang).

Al-Qur'an secara jelas menyebutkan bahwa alam semesta ini mengembang. Alam semesta ini dinamik dengan segala konsekuensinya. Konsep alam semesta mengembang adalah salah satu konsep fundamental dalam Kosmologi Modern. Pengembangan alam semesta dibuktikan oleh Allah dengan tanda-tanda kekuasaanNya yaitu dengan menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia mengumpulkan semuanya

Page 12: Islam Dan Alam Semesta

apabila dikehendakiNya.(Al-Qur'an, Surat Al-Syura : 29) Banyaknya planet di alam semesta ini memungkinkan bahwa kehidupan bisa terjadi tidak hanya di bumi kita. Ayat di tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa adanya makhluk di langit (di luar bumi) yang berdiam.   Alam semesta ini memang masih lama untuk berakhir menurut prediksi manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami qudrah dan iradah Allah, karena masih mengembang. Tapi, bumi dan tata surya kita bisa saja lebih hancur jauh lebih dahulu daripada Alam Semesta. Namun Allah mempertegas bahwa pasti akan terjadi akhir alam semesta yang juga dibicarakan dalam Al-Qur'an, dengan mengetengahkan betapa dahsyatnya ketika alam semesta berakhir yang lazim disebut dengan kiamat. Peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa langit dan bumi kembali menjadi satu. Demikian juga Al-Qur'an bercerita tentang matahari membengkak sampai menjadi merah dengan temperatur yang luar biasa panasnya. Saking panasnya sehingga semua air yang ada di bumi menggelegak dan menguap. Inilah salah satu proses evolusi bintang, dan matahari kita adalah seperti bintang biasa yang pasti akan mengalami proses mati (Al-Qur'an, Surat  Al-Qiyamah : 8-9)

Menurut Ian Richard Netton dalam buku Mulyadhi Kartanegara, bahwa Kosmologi sesuai dengan namanya, adalah ilmu yang menyelidiki dan mempelajari kosmos (alam semesta) yana biasanya didefinisikan sebagai segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda dengan kosmologi modern/barat, kosmologi dalam Islam berbicara bukan hanya satu tatanan kosmos yaitu tatanan fisik tetapi juga meliputi tatanan dunia lain yang non fisik. Penelitian kosmologi biasanya diarahkan pada teori penciptaan alam semesta. Pertanyaan bagaimana alam semesta yang beraneka ragam ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, padahal ada diktum filosofis yang menyatakan bahwa dari yang satu  hanya akan lahir satu juga, adalah pernyataan fundamental dalam kosmologi yang telah mengisi benak para filosof muslim. Penelitian ini telah melahirkan berbagai teori penciptaan, khususnya teori emanasi (faydh) dan telah diabadikan dalam berbagai karya filosof mereka. (Mulyadhi Kartanegara, 2006:158-159)

Secara mendasar, kaum muslimin dibimbing oleh ajaran-ajaran Wahyu. Kepercayaan pada kesatuan seluruh fenomena seperti yang ditunjukkan dalam Al-Qur'an, bersama dengan klasifikasi sains seperti filosofis, mendorong penelitian kosmologis yang secara keseluruhan, mencerminkan luasnya pendekatan. Pada satu sisi terdapat spekulasi metafisika dan mistis yang melampaui benda-benda yang dapat diungkap melalui pengamatan langsung atau pengujian rasional murni. Di sisi lain terdapat pengamatan astronomi langsung dan analisis tentang fenomena yang diamati. Hakikat Fisika adalah ayat-ayat Allah (sunatullah, fenomena alam) yang dapat dimengerti oleh Sains. Sementara sains itu sendiri adalah ilmu pengetahuan dasar yang diperoleh dari logika dan pendekatan ilmiah.

Hubungan antara Fisika dan Sains tidak perlu lagi dipertanyakan. Yang menarik adalah hubungan Sains dengan Teologi: Kosmologi Islam menjadi contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis diantara mereka berdua: bagaimana sains membantu memahami Al-Quran, dan bagaimana Al-Quran menjadi literatur utama sains.

Dalam menggali kosmologi Islam mistik, seseorang harus terbiasa dengan kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan eksistensi yang sering dikemukakan dalam istilah-istilah abstrak seperti wujud murni, hakiki, dan realitas absolut dan tak terbatas semuanya dengan makna khusus esoteris, dan berdimensi jauh di luar apa yang dipahami oleh orang Barat saat ini dengan ruang, waktu, dan materi. Apa yang terlihat umum pada sebagian besar kosmologi dari masa pramodern adalah kepedulian filosofis yang bersifat sentral terhadap pendefinisian letak manusia, yamg sama-sama dipahami sebagai mikrokosmos, di dalam alam semesta yang serba mencakup,  atau makrokosmos. Lebih jauh lagi, kosmologi pada intinya memasukkan sebab spiritual dan tujuan utama.( Seyyed Hossein Nasr, 1978:75)

Al-Qur'an melukiskan alam sebagai makhluk yang pada intinya merupakan ciptaan Tuhan yang menyelubungi dan sekaligus menyingkap keagungan Tuhan. Bentuk-bentuk alam merupakan  manifestasi kekuasannya, tak terbilang kayanya yang menyembunyikan berbagai qudrah ilahiyah, tetapi pada saat yang sama juga menyibakkan kualitas-kualitas " (qudrah) itu bagi mereka yang mata hatinya belum dibutakan oleh kesombongan dan jiwa yang penuh nafsu (al-nafs-al-amarah).Sesungguhnya Al-Qur?an menempati posisi yang amat sentral dalam pandangan hidup seorang muslim namun demikian pedoman hidup yang termuat dalam Al-Qur'an hanyalah akan dapat dimengerti dan dipedomani jika ada upaya untuk berpikir betapa pentingnya komunikasi antara Al-

Page 13: Islam Dan Alam Semesta

Qur'an dan akal secara terus-menerus. Dengan adanya komunikasi itu maka Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dapat dimengerti dan dihayati serta dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi berbagai persoalan hidup manusia. Komunikasi itu berarti adanya hubungan akal dan Al-Qur'an secara fungsional, bukan struktural. Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman dan akal sebagai sarana untuk memahaminya.

Membicarakan manusia sebagai ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan dengan realitas lain yaitu yang menciptakan manusia. Dalam bahasan agama pada umumnya pencipta itu disebut Tuhan. Oleh karena itu dalam filsafat juga dikenal adanya filsafat antropologi yang bercorak teologis, yaitu pembahasan manusia yang didasarkan kepada kitab suci. Membicarakan manusia sebagai ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan dengan realitas lain yaitu yang menciptakan manusia.

Penyelidikan terhadap manusia dan alam sekitarnya yang merupakan ruang lingkup lingkungan hidup sebagai ciptaan akan memandangnya dari sudut pandangan penciptaannya yaitu Tuhan dan manusia serta alam sekitarnya sebagai ciptaan. Manusia sebagai khalifah mempunyai kedudukan yang teramat istimewa, baik potensinya maupun kedudukannya di alam semesta dari makhluk lainnya.

Memahami hubungan Tuhan, manusia, dan alam seperti dijelaskan Ismail Razi al-Faruqi (1982:12-14) tidak terlepas dari doktrin tauhid yang memiliki tiga prinsip, pertama, dualitas yang menjelaskan bahwa realitas hanya terdiri dari dua jenis, Khaliq dan makhluq. Khaliq yaitu Allah sebagai pecipta, penguasa, dan pemelihara alam jagat raya ini. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan. Manusia sebagai bagian dari mahluknya, tidak mungkin akan menjadi pencipta yang dapat menguasai makhluk lainnya secara absolut, ia harus tunduk pada ketentuan khaliq. Kedua, ideasional yang mempunyai pengertian bahwa meskipun terjadi pemisahan antara khaliq dan makhluq namun hanya bersifat ontologism. Di antara keduanya ada hubungan ideasional yang memungkinkan manusia dapat memahaminya, bukan dalam pengertian materi, tetapi hasil ciptaanNya yang di dalamnya terdapat ketentuan ketentuan yang aksiomatis berupa hukum alam (sunnatullah). Ketiga, teologi yang berarti bahwa pemahaman manusia yang ada dalam kerangka relasi-relasi ideasional bukan bersifat psotifistik atau metaerialistik, tetapi bersifat teologis yaitu mempunyai tujuan, melayani penciptanya, dan melakukan hal itu berdasarkan rancangan yang jelas.

Di abad ke-20 unsur- unsur ini sama sekali telah menghilang dari pencarian ilmiah. Namun di abad Pertengahan atau Islam 'klasik' seperti pada masyarakat yang di dominasi iman sebelum dan sesudahnya, konsep spiritual dan metafisika memberikan rangsangan dan titik tolak untuk spekulasi yang tidak berseberangan dengan eksperimen praktis dan karenanya bukan tidak relevan dengan upaya ilmiah.

Tenaga pembimbing dari Wahyu, dengan pandangan transendennya terhadap seluruh ciptaan, tidak menghalangi kosmolog muslim dalam mengembangkan sejumlah sistem yang berbeda untuk menjelaskan sifat dan karya alam semesta. Secara khusus, mereka berpusat terutama pada apa yang akhirnya dikenalkan sebagai mekanika benda-benda angkasa. Dalam hal ini mereka sangat dipengaruhi oleh Al-Majisti (himpunan besar), naskah astronomi yang sangat berpengaruh karya orang mesir-Helenis abad kedua Ptomeleus. Karya ini sebagian didasarkan pada kosmos Aritoteles yang berpusat pada bumi, dan konsep matematis dari pergerakan planet dalam sfera mendominasi pandangan astronom Muslim selama berabad-abad.

Penelitian kosmologi lainnya diarahkan pada entiles-entiles immaterial yang memancar dari Tuhan, dan telah menjadi perantara antara Tuhan dan alam fisik (materil). Dari sinilah muncul kajian-kajian terhadap berbagai jenis entiles metafisik yang immaterial yang disebut  akal-akal ('uqul) yang dalam bahasa agama disebut malaikat. Dari sini muncullah cabang ilmu metafisik khusus yang disebut angelology. Disini dapat dilihat misalnya menemukan hirarki para malaikat atau akal dalam teori emanasi mereka. Sesuai dengan perkembangan ilmiah yang berlaku pada saat itu, maka terdapat sepuluh akal-akal  samawi, dari akal 1-10, dan dari akal 10, yang biasa disebut akal aktif (malaikat jibril), muncullah alam fisik, termasuk bumi yang dihuni ini. Diselidiki juga disini bagaimana proses formasi alam fisik ini dari akal aktif ini, dalam kaitannya dengan alam fisik adalah pemberian bentuk (wahib al-shuwar),yang tugasnya adalah memberi bentuk pada alam fisik yang pada saat itu masih berupa potensi materi. Dan kombinasi antara bentuk dan materi inilah yang bertanggung jawab atas formasi alam fisik.

Page 14: Islam Dan Alam Semesta

Dalam satu pengertian alam mengambil bagian dalam wahyu Al-Qur'an yang berbicara kepada bentuk-bentuk alam sebagaimana kepada manusia. Dan dalam ayat-ayat tertentu lainnya, Tuhan menjadikan anggota-anggota non manusia dari ciptaannya. Al-Qur'an tidak menarik garis pemisah yang jelas baik antara yang natural dan yang supranatural, maupun antara dunia manusia dan dunia alam ?.

Akhirnya, konsep-konsep astronomi yang lebih spesifik tentang kosmos pun berkembang. Kaum Muslimin berupaya untuk menyatukan model ptolemeus tentang kosmos dengan persamaan matematika yang menggambarkan kosmos sesuai dengan apa yang mereka akhirnya pahami sebagai posisi dan pergerakan aktual dari benda-benda langit. Perubahan teori sistem planet ini merupakan salah satu keberhasilan ilmiah muslim dalam astronomi. Suatu bagian vital lain dari warisan Timur dan klasik yang siap digunakan yang oleh Kaum Muslimin diutamakan dan segera ditingkatkan secara signifikan: matematika, alat bahasa fundamental dari penelitian ilmiah.