isi

37
Scenario RETENSIO URIN Seorang laki-laki berusia 70 tahun dibawa kedokter dengan keluhan tidak bisa berkemih. Dari anamnesa dijumpai riwayat nocturia. BAK tidak puas, nyeri pada saat buang air kecil, inkontinensia urin, aliran berkemih sedikit-sedikit dan tersendat-sendat, dan harus mengedan dulu untuk berkemih. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pembengkakan pada daerah suprapubic dengan kesan retenso urin. Dokter kemudian memasang kateter uretra dan keluar urin sebanyak 500cc. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menilai pembesaran prostat. Step 1 Retensi urin : ketidakmampuan kencing walaupun kandung kemih penuh Inkontinensia urin : ketidakmampuan seseorang dalam menahan keluarnya urin 1

Upload: wenty-arbeii

Post on 14-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JM

TRANSCRIPT

ScenarioRETENSIO URINSeorang laki-laki berusia 70 tahun dibawa kedokter dengan keluhan tidak bisa berkemih. Dari anamnesa dijumpai riwayat nocturia. BAK tidak puas, nyeri pada saat buang air kecil, inkontinensia urin, aliran berkemih sedikit-sedikit dan tersendat-sendat, dan harus mengedan dulu untuk berkemih. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pembengkakan pada daerah suprapubic dengan kesan retenso urin. Dokter kemudian memasang kateter uretra dan keluar urin sebanyak 500cc. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menilai pembesaran prostat.

Step 1 Retensi urin: ketidakmampuan kencing walaupun kandung kemih penuh Inkontinensia urin: ketidakmampuan seseorang dalam menahan keluarnya urin Prostat: organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior buli-buli didepan rektum dan membungkus uretra posterior

Step 21. Mengapa pasien harus mengedan dulu untuk berkemih?2. Mengapa terjadi nocturia pada pasien?3. Mengapa os berkemih sedikit dan tersendat?4. Penyebab terjadinya retensi urin?5. Apakah usia mempengaruhi keluahn pada skenario?6. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan pada daerah suprapubik?7. Penyebab BAK tidak puas dan nyeri pada saat BAK?

Step 31. Pembengkakan pada pasien area suprapubic dikarenakan vesika urinaria terlalu penuh sedangkan volume kapasitas normal dewasa adalah 300-400 cc2. Pembengkakan pada pasien area suprapubic dikarenakan vesika urinaria terlalu penuh sedangkan volume kapasitas normal dewasa adalah 300-400 cc3. Pembesaran prostat mekenan uretra urin keluar sedikit dan tersendat. Bisa karena obstruksi atau nonobstruksi saluran kemih terjadi penekanan4. Obstruksi : Pembesaran prostatBatu ginjalTumorNon-obstruksi: lemahnya otot dan persyarafan yang terganggu antara otak dan kandung kemih. Biasanya pasian lansia5. Adak karena pada lansia pria biasanya hormone estrogen nya lebih mendominasi karena berkurangnya produksi hormone testosteron6. Karena urin yang terdapat di vesika urinaria melebihi kapasitas normal7. Pembesaran prostat mekenan uretra urin keluar sedikit dan tersendat. Bisa karena obstruksi atau nonobstruksi saluran kemih terjadi penekanan

STEP 4

P. Fisik : Pembengkakan suprapubicPemasangan Kateter

Pemeriksaan Penunjang : RT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat (J.C.E Underwood, 1999).Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang ditimbulkannya sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah.

1.2 Tujuan Pembahasan Mengetahui patofisiologi, patogenesis, serta mekanisme keluhan-keluhan dari BPH Menentukan diagnosis secara sistematis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Mengetahui cara pencegahan dan terapi Mengetahui apa yang dimaksud dengan inkontinensia urin

1.3 Metode dan Teknik Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana kami menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 KOLELITIASISA. DEFINISIBPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretra lah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Benigna Prostat Hipertropi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).BPHadalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius. Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.

B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti dari terjadinyaBPHsampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan terjadinyaBPHadalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :1. DihydrotestosteronPeningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen testoteronPada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.3. Interaksi stroma epitelPeningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.4. Berkurangnya sel yang matiEstrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjarprostat.5. Teori sel stemTeori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan

C. PATOFISIOLOGIProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal Teori-teori tentang terjadinya BPH : Teori Dehidrosteron (DHT)Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein. Teori hormonePada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat. Faktor interaksi stroma dan epitelHal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi. Teori kebangkitan kembali (reawakening)atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu : Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang membesar. Hesitancy(kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra. Intermittency(kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.Terminal dribblingdan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter, Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang membesar. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia dan hemoroid.

D. MANIFESTASI KLINIKObstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.Keluhan pada saluran kemih bagian bawahKeluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.Gejala iritatifmeliputi: (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari. (nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari (urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan (disuria).nyeri pada saat miksiGejala obstruktifmeliputi: rasa tidak lampias sehabis miksi. (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika. (straining) harus mengejan (intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karena overflow. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.

Gejala pada saluran kemih bagian atasKeluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer.

Gejala di luar saluran kemihPasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal Warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam empat (4) derajat gradiasi sebagai berikut :DerajatColok DuburSisa Volume Urine

III

IIIIVPenonjolan prostat, batas atas mudah diraba.Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat mudah dicapai.Batas atas prostat tidak dapat diraba< 50 ml50 100 ml

> 100 mlRetensi urine total

Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai tanda dan gejala:1. Hemorogia. Hematurib. Peningkatan nadic. Tekanan darah menurund. Gelisahe. Kulit lembabf. Temperatur dingin

2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:a. bingungb. agitasic. kulit lembabd. anoreksiae. mualf. muntah

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu 3. Prostatektomi Retro Pubis4. Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.5. Rostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum Prostatektomymerupakan tindakanpembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.

F. PENATALAKSANAANNon Operatifa. Pembesaran hormon estrogen & progesteronb. Massase prostat, anjurkan sering masturbasic.Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendekd. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostane. Pemasangan kateter.

OperatifIndikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 mla.TUR (Trans Uretral Resection)b.STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)c.Retropubic Extravesical Prostatectomy)d.Prostatectomy Perineal3.Terapi medikamentosaa.Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin.b.Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).c.FitoterapiPengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain: eviprostat. Substansinya misalnya pygeum africanum, sawpalmetto, serenoa repelus.

4.Terapi bedaha.TURPb.TUIPc.Prostatektomi terbuka

5.Terapi invasif minimala.TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)b.Dilatasi balon trans uretra (TUBD)c.High Intensity Focus Ultrasoundd.Ablasi jarum trans uretra2.2 INKONTINENSIA URINA. DEFINISI

Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).

B. ETIOLOGISeiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Terapi perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein.Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya adalah masalah psikologis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik atau farmakologik yang tepat. Pasien lansia, kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu karena penyakit yang dideritanya. Nah, obat-obatan ini bisa sebagai biang keladi mengompol pada orang-orang tua. Jika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika memungkinkan, penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. Golongan obat yang berkontribusi pada IU, yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, antagonis adrenergic alfa, agonic adrenergic alfa, ACE inhibitor, dan kalsium antagonik. Golongan psikotropika seperti antidepresi, antipsikotik, dan sedatif hipnotik juga memiliki andil dalam IU. Kafein dan alcohol juga berperan dalam terjadinya mengompol. Selain hal-hal yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine.Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Faktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul.

C. KLASIFIKASI Inkontinensia akibat stressEliminasi urin diluar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra abdomen Urge InkontinensiaTerjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Overflow inkontinensiaDitandai oleh eliminasi urin yang sering dan kadang kadang terjadi hampir terus menerus dari kandung kemih. Inkontinensia fungsionalMerupakan Inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi faktor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi ( misal, demensia alzheimer ) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi. Bentuk bentuk Inkontinensia urin campuranMencakup ciri ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan.

D. PATOFISIOLOGIBila terjadi pengisian kandung kencing, tekanan didalam kandung kemih meningkat. Otot detrusor ( lapisan yang ketiga dari dinding kandung kencing ) memberikan respon dengan relausasi agar memperbesar volume daya tampung bila titik daya tampung. Bila titik daya tampung telah dicapai, biasanya 150 200 ml urin daya tentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat rangsangan. Stimulus transmisi lewat serabut reflek efferent ke lengkungan pusat refleks untuk mikturisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari lengkungan reflek ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detruksor.Sfingter interna yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan urine masuk kedalam irethra posterior. Relaksasi sfingter eksterna dan otot parineal mengikuti dan isi kandung kemih keluar, pelaksanaan kegiatan reflek bias mengalami interupsi dan berkemih dan ditangguhkan melalui dikeluarkanya impuls in hibitori dari pusat kortek yang berdampak kontraksi dilaur kesadaran dari sfingter eksterna. Bila salah satu bagian dari fungsi yang komleks uni rusak bias terjadi inkontinensia urine, karena bakteri pada saluran kemih menyebabkan iritasi pada lapisan mukosa kandung dan menstimulis rethrovesika urinaria.

E. KOMPLIKASIInfeksi saluran kemih merupakan sumber morbiditas yang menonjol united states dan juga menonjol dalam perkembangan kegagalan ginjal kronis pad tiap bagian dari saluran kemih.Kebanyakan infeksi saluran kemih tidak merupakan komplikasi, keadaannya tidak simtomasis, spontan, jelas dan sebagian merupakan cukup menonjol yang mengisyarakatkan pemikiran sebagai suatu masalah kesehatan. Tidak terdapat hal yang kontroversial dikalangan yang melaksanakan pencegahan pelayanan kesehatan sehubungan pertanyaan tentang kebutuhan pemeriksaan infeksi asimtomasis, namun terdapat kesukaran untuk mengidentifikasi kelompok beresiko dimana deteksi dan pengobatan dari infeksi ini memperlihatkan perbaikan kesehatan seseorang. Wanita cenderung mudah terserang infeksi saluran kemih bila dibandingkan dengan pria.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanWalaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertaigejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkankesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien denganBenigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksiyang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malamhari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa padaabdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untukmengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badanturunm. Anemia.Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidakdapatberkemihsehinggaharusdikeluarkandengankateter.Karenaurinselaluterisidalamkandungkemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusakginjal

3.2 SaranDalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikut1. Pembahasan yang lebih mendalam1. Pembahasan secara tepat dan benar Beberapa poin di atas merupakan saran kami berikan, apabila ada yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini .Demikianlah makalah ini disusun serta besar harapan nanti makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasisiwa fakultas kedokteran UISU dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami terima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta Pearce , Evelyn C.2006.AnatomiDanFisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sander , Mochamad Aleq . 2004.Patologi Anatomi. Jakarta : Rajawali Pers. Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC. Syaifuddin . 2003 .Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC. Wibowo , Daniel S . 2005 .Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

BIODATA PENULIS

Ketua: Mahdalena7112080051Sekretaris: Wenty Arbayeni7112080222Anggota: Solihatun Nur Fatimah7112080155Nurfenti 7112080281Faisal Aryadi Nasution7112080128Desilawati7112080144Ema Ssilawati7112080011Triana Purwoningsih7112080344Irmayani Br. Damanik7112080111Cory Cintia Alkalili7112080196Citra Anisa Manik7112080355Melizza Armelia Zardi7112080071

25