isi (repaired)
DESCRIPTION
obesitas adalah....TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kecenderungan
terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola makan. Berbagai faktor berperan
dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling penting adalah ketidak seimbangan
antara masukan makanan dan aktifitas fisik (Misnadiarly, 2007).
Istilah obesitas dan overweight sering digunakan untuk menyatakan adanya
kelebihan berat badan, tetapi obesitas dan overweight memiliki arti yang berbeda.
Obesitas (kegemukan) adalah ketidak seimbangan antara jumlah makanan yang
masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Kinanti indika, 2007),
sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang
terjadi akibat penimbunan jaringan lemak atau nonlemak meliputi otot, tulang, lemak
dan air (Indonesia Nutrion Network dalam Kinanti indika, 2010). Gemuk merupakan
suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan
kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha menjadi
gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan status sosialnya. dalam perkembangan
selanjutnya justru sebaliknya kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan
kesakitan dan peningkatan kematian (Hermawan, A Guntur, 2010). Salah satu metode
pengukuran tingkat obesitas dan overweight adalah dengan menggunakan
antropometri yaitu perbandingan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul
(RLPP). Seseorang dikatakan overweight jika hasil RLPP lebih dari 0,9 sedangkan
seseorang dikatakan obesitas jika RLPP kurang dari 0,8 (Kinanti indika, 2010).
Hasil survey NSS-HKI tahun 2001 di empat kota (Jakarta,Semarang, Makasar,
dan Surabaya) menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada wanita usia produktif
daerah kumuh perkotaan berkisar antara 18-25% , yang justru lebih besar dari pada
prevalensi kurus 11-14% (RAPGN, 2001). Hasil dan Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk wanita
dewasa di Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan adalah sebesar 12,8%
(SKRT, 2004). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi
Nasional obesitas pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3 % (Riskesdas,
2007).
1
Salah satu faktor yang berhubungan dengan obesitas adalah pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk
memahami suatu objek tertentu (Surajiyao, 2007). Faktor pengetahuan mempengaruhi
terhadap terjadinya obesitas, pengetahuan ibu tentang pengaturan makanan, cara
pengolahan makanan dan kandungan gizi dalam bahan makanan sangat
mempengaruhi asupan makan seseorang dan memberikan risiko yang sangat besar
terjadinya obesitas.
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu menyebabkan
perubahan dalam gaya hidup terutama pola makan. Pola makan tradisional yang tinggi
karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah
karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh
kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan tingkat konsumsi
juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola
makan dan aktifitas fisik ini berakibat kepada semakin banyaknya penduduk yang
mengalami masalah obesitas dan overweight (Almatsier, 2006).
BAB II
KONSEP OBESITAS
2.1 Definisi
Obesitas berasal dari bahasa latin obesus yang mengandung pengertian menelan atau
memakan. Obesitas adalah suatu kondisi penyakit kronis dengan karakteristik kelebihan
2
dari jaringan adiposa pada tubuh. Kondisi ini dipertimbangkan dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian daripada karakter kecacatan atau kelemahan dari
individu. (Oeser, 1997)
Dalam penilaian ukuran dan tingkat kegemukan, obesitas didefinisikan apabila Body
Mass Index (BMI) 27,8 atau lebih pada pria dan 27,3 atau lebih pada wanita yang
kemudian dinilai juga terjadi peningkatan 20% atau lebih dari berat badan ideal. Untuk
pria dengan tinggi badan 175 cm (5’9”) dengan berat badan lebih dari 85 kg (187 pon)
dan untuk wanita dengan tinggi badan 163 cm (5’4”) dengan berat badan 72 kg atau
158 pon (Oeser, 1997)
Obesitas dengan kombinasi berbagai faktor, menyebabkan kematian lebih dari 300.000
di Amerika Serikat setiap tahunnya (Newman, 2009). Studi epidemiologi menyatakan
adanya hubungan antara obesitas dengan risiko peningkatan penyakit kardiovaskular,
non-insulin . dependent diabetes mellitus (NIDDM), beberapa kondisi kanker, batu
kandung empedu, beberapa penyakit pernapasan, osteoartritis, gout, dan dislipidemia,
semuanya dapat meningkatkan risiko kematian (Mantzoros, 2006). Kondisi kelebihan
berat badan dengan distribusi lemak tubuh akan mengontribusi peningkatan risiko
gangguan metabolik dan penyakit kardiovaskular.
2.2 Etiologi dan Patofisiotogi
Walaupun dengan kemajuan dan penelitian modern, sampai saat ini penyebab pasti dari
obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas merupakan suatu kondisi yang sangat
kompleks yang menghadirkan interaksi antara tipe gen individu dan lingkungan. Secara
patofisiologi kondisi obesitas berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu faktor genetik
dan fisiologi, faktor lingkungan, faktor sosioekonomi, dan faktor psikokultural
(Camdem, 2009).
Dasar-dasar terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara intake kalori dan
pengeluaran tenaga (energy expenditure). Pada saat intake melebihi pengeluaran, maka
menghasilkan penambahan berat badan. Tubuh kita mempunyai regulasi untuk intake
kalori, penyimpanan, dan pengeluaran yang diatur oleh berbagai impuls kimia,
hormonal, dan saraf. Ketidakseimbangan dari kondisi ini akan mempersulit pengaturan
karena banyak faktor yang memberikan konstribusi terjadinya obesitas (Srnka, 2001),
2.3 Faktor yang Mempengaruhi
2.3.1 Faktor Genetik dan Fisiologi
3
Predisposisi genetik menjadi faktor penting sejak ditemukannya gen obesitas
pada tahun 1994 (Oeser, 1999). Gen obesitas diidentifikasi sebagai leptin protein
yang diproduksi oleh jaringan adiposa. Meskipun hubungan gen ini dengan
terjadinya obesitas masih belum dipahami sepenuhnya, tetapi penelitian leptin
yang menjadi unsur utama terjadinya obesitas tetap dilanjutkan (Srnka, 2001),
Sirkulasi leptin memberikan aksi pada otak dan impuls rasa kenyang sehingga
akan menurunkan nafsu makan. Pada tikus yang tidak memproduksi leptin,
setelah diberikan leptin, tikus menjadi tidak mau makan dan kehilangan berat
badan. Akan tetapi sayangnya eksperimen ini tidak berlaku pada manusia. Fakta
ini memberikan kesimpulan bahwa tidak hanya konsentrasi leptin serum yang
terjadi secara umum pada manusia. Hal ini memberikan korelasi positif antara
tingkat serum leptin dengan persentasi lemak tubuh dan BMl (Cerulli, 1998).
Pada sebagian besar pasien obesitas memiliki rangkaian genetik normal untuk
leptin, tetapi defisiensi leptin akan menampilkan kondisi obesitas yang berat. Hal
ini memberikan kesimpulan bahwa penurunan kadar leptin di sirkulasi
memberikan risiko peningkatan obesitas (Devlin, 2000).
2.3.2 Faktor Lingkungan
Pengaruh lingkungan adalah faktor yang secara signifikan meningkatkan resiko
obesitas. Situasi lingkungan memberikan pengaruh penting terhadap pola
kebiasaan makan dan penurunan aktifitas fisik. Beberapa prosuk makanan yang
dijual dipasaran,terutama makanan yang dibuat bukan dari rumah tangga
berisikan kandungan yang meningkatkan resiko intake kalori yang tinggi. Stress
imosional yang disebabkan oleh pekerjaan akan meningkatan mekanisme koping
untyk meningkatkan intake kalori. Kebiasaan diet yang kurang memperhatikan
intake kalori meghasilkan mpenimbunan nutrisi di dalam tubuh (Matsuzawa,
1994).
Pola hidup yang kurang gerak memfasilitasi peningkatan resiko obesitas. Kondisi
sekarang dengan pergerakan fisik yang kurang ditunjang dengan kebiasaan
pekerjaan yang lebih banyak di tempat duduk dan dengan kursi yang memberikan
mekanisme kemudahan,elefator dan ekskalator merupakan fasilitas yang
menurunkan pergerakan,dengan adanya remot kontrol untuk menghidupkan
televisi, AC, permainan yang disertai dengan memakan cemilan tinggi kalori
memberikan implikasi terhadap obesitas.
4
Kelebihan berat badan akan mempengaruhi kesehatansecara umum. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolisme, peenyakit
kasrdiovaskuler, gangguan pernafasan, osteoartritis, tekanan abdominal, kondisi
intergumen, dan peruban mental.
Secara umum konsekuensi obesitas memberikan pola dari distribusi adiposa yang
disertai dengan konsisi metabolisme spesifik. Peningkatan viseral lemak
menghasilkan peningkatan rasio klinik untuk distribusi. Hal ini memberikan
perubahan terhadap toleransi glukosa dan peningkatan tekanan darah (Pi-Sunyer,
2006). Distribusi lemak ini akan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler.
Adanya sindrom metabolik meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia,
gangguan toleransi glukosa, hipertensi, hipertrigeliserid, dan peningkatan
konsentrasi kolestrol very low density lipoprotein (VVDL). Sindrom metabolik
bukanlah penyakit, tetapi merupakan kelompok kondisi (AH, 2005).
Sekitar 65% obesitas mengalami osteoarttritis,yang merupakan penyakit
degeneratif muskulus skeletal. Pada individu dengan BMI lebih dari 40, secara
segnifikan akan meningkatkan resiko terjadinya asteoarttritis (Candem, 2009).
Adanya kondisi nyeri pada atritis akan menyebabkan penurunan pergerakan fisik
akibat keterbatasan dan memberikan konsekuensi peningkatan berat badan.
Pada perspektif kardiovaskuler,kondisi obesitas akan meningkatkan alran darah
disebabkan oleh perluasan area tubuh yang memerlukan suplay darah untuk
kebutuhan metabolisme jaringan. Kerja jantung akan meningkat dan memberikan
indikasi terjadinya gagal jantung kongestif akibat peningkatan tekanan arteri
sistomik. Kelebihan cairan akan meningkatkan resiko edema pada paru akibat
peningkatan tekanan arteri pulmonel. Kompensasi pernafasan dari obesitas
memberikan manifestasi elefasi tekanan intra abdominal,menekan volume
pernafasan dan menurunkan daya tahan otot-otot pernafasan. Peningkatan
kebutuhan oksigen,hiperfentilasi,dan hipofentilasi,berhenti nafas pada saat tidur
menimbulkan kondisi kematian mendadak. Kejadian brenti nafas pada saat tidur
terjadi 10-20% pada pasien obisitas (Gallagher, 2005).
Peningkatan tekanan intraabdominal akibat akumulasi jaringan lemak pada
rongga abdomen akan meningkatkan tekanan pada organ internal dan kulit.
Kondisi ini akan meningkatkan resiko Bartlett’s esophagitis dan resiko terjadinya
kanker esofgus. Inkontinensia (Camdem, 2009).
5
Kondisi obesitas juga mempengaruhi kulit yang terjadi peningkatan resiko
dikubitus (ulkus tekan),keterlambatan penyembuhan luka dermatitis,dan iritasi
integritas jaringan,khususnya apabila pada pasien dengan diabetes dan
keterbatasan aktivitas.
Pasien obesitas cenderung mengalami gangguan psikologis. Perubahan bentuk
akibat kelebihan berat badan dan akumulasi lemak ditubuh memberikan
manifestasi gangguan konsep diri (gambaran diri rendah).
2.4 Tanda dan Gejala
2.5 Komplikasi
2.6 Manifestasi Klinis
2.7 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
a. Terapi diet
b. Aktivitas fisik
c. Terapi perilaku, pola hidup, pola makan, penurunan stress
2. Terapi farmakologi
a. Agen nonadrenergik
1) Phentermine (Ionamin – Celltech; Adipex-P – Gate; Fastin – GlaxoSmithKlien)
2) Orlidtat (Xenical – Roche)
3) Sibutramine (Meridia – Abbott).
b. Agen serotonergik, seperti fluxetine (Prozac – Eli Lily) dan sertraline (Zoloft-
Pfizer)
c. Produk natural
3. Terapi Bedah
Terdapat dua intervensi bedah yang digunakan, yaitu reseksi lambung / gastroplasty
dan gastric bypass yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan intake kalori.
Terapi bedah dilakukan apabila dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi tidak
menghasilkan penurunan berat badan yang diharapkan.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Antropometri berasal dari kata antropos dan metos. Antopos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat
sangat umum sekali.
6
Dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, dan tebal lemak dibawah kulit.
Jenis Parameter:
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi
badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat.
b. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otak
menurun. Pada orang yang edema asitest terjadi penanmbahan cairan tubuh. Adanya
tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya pada orang
kekurangan gizi.
c. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi
badan merupakan ukuran kedua terpenting karna dengan menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
d. Lingkar lengan atas (LLA)
Dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karna
mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga
yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian,
terutama jika digunakan sebagai pilihan untuk indeks status gizi.
e. Lingkar kepala
Dalam antropometri gizi, masuk lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan
menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur.
f. Lingkar dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala
dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak
7
tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada semakin cepat. Umur antara 6 bulan
dan 5 tahun,rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot
dan lemak pada dinding dada . ini dapat digunakan sebagai indikator dalam
menentukan KEP pada anak balita.
g. Jaringan lunak
otak, hati, jantung dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari
berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak mal nutrisi. Otot dan
lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP.
Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam
pengukuran status gizi di masyarakat
8
2.9 Pathway
9
Faktor predisposisi genetik dan fisiologis
Faktor predisposisi lingkungan
Salah persepsi, sumber informasi , penurunan motivasi
Ketidak adekuatan program pengobatan
Akumulasi lemak pada jaringan adiposa
obesitas
Respon psikologis
Pola kebiasaan makan dan penurunan aktivitas fisik
Penurunan kadar leptin di sirkulasi
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Risiko
osteoratritis
Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah)
Penurunan pergerakan
Perubahan bentuk badan tampak gemuk
Perubahan bentuk badan tampak gemuk
Peningkatan berat badan
Akumulasi lemak pada
Hambatan mobilitas fisik
Peningkatan aliran darah, peningkatan kebutuhan metabolisme jaringan. Kerja jantung meningkat, peningkatan tekanan arteri sistemik
Kelebihan cairan, peningkatan tekanan
arteri pulmoner, elevasi tekanan inta abdominal, menekan volume pernafasan,
dan menurunkan daya tahan otot otot
pernafasan
Gangguan elastisitas kulit, gangguan
sirkulasi integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka,
dermatitis, dan iritasi integritas
jaringan
Risiko gagal jantung kongestif
Tercetusnya aktivasi, re-entry dan otomatisasi
Aritmia ventrikular
Pola nafas tidak efektif risiko edema paru
Risiko gagal nafas
Kematian mendadak
Risiko dekubitus (ulkus tekan) risiko gangguan integritas
jaringan kulit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
OBESITAS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Didalam data demografi terdapat identitas klien dan penanggung jawab terdiri
dari nama, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama,
alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Klien biasanya mengatakan susah sekali berdiri sehabis duduk
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien tidak mengalami apa-apa selain merasakan berat badannya semakin
bertambah, disamping itu pasien mengalami kesusahan berdiri sehabis duduk.
c. Riwayat kesehatan dahulu:
Sebelumnya pasien memiliki berat badan normal tapi setelah dua tahun
kemudian berat badan pasien mengalami perubahan
d. Riwayat kesehatan kelurga:
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami obesitas
3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola penatalkasaan kesehatan – presepsi sehat
a. Kurang pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat
2. Pola nutrisi
a. Tipe makanan
b. Nafsu makan meningkat
c. Pola makan tidak seimbang
3. Pola aktivitas
a. Gangguan dalam melakukkan aktivitas sehari-hari
4. Pola tidur istrirahat
a. Kesulitan tidur
5. Pola presepsi diri – konsep diri
a. Citra tubuh
b. Presepsi mengenai kemampuan
c. Pola emosional
10
6. Pola peran dan hubungan
a. Adanya perubahan peran klien yang mengalami penurunan di dalam
masyarakat
7. Pola koping – toleransi stres
a. Kemampuan mengendalikan stres mengalami perubahan tubuh
8. Pola nilai dan keyakinan
a. Kesulitan dalam menjalankan ibadah sehari-hari
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. TTV: Tekanan darah, pernfasan dan nadi, hipertensi, peningkatan frekuensi
nafas
3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
3.1.5.1 Kolesterol (serum)
1. Nilai Rujukan
Dewasa : Nilai Ideal: <200mg/dl. Risiko Sedang: 200-240 mg/dl.
Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: Kadar berisiko tinggi, tetatpi
akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1 bulan setelah
pelahiran.
Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (Usia 2-19 Tahun); Nilai ideal: 130-
170 mg/dl. Rsisiko Sedang: 171-184 mg/dl. Risiko Tinggi: >185 mg/dl.
2. Deskripsi
Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta
ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira
sebanyak 70% kolesterol diesterifikasikan (dikombinasi dengan asam
lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol diunakan tubuh
untuk membentuk gaaram empedu sebagai fasilitator pencernaan lemak
dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal, ovarium, dan
testis. Hormon tiroid dan estrogendapat menurunkan konsentrasi
kolesterol, serta sebaliknya tindakan pembedahan ooforektomi,
meningkatkan konsentrasinya.
Kolesterol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri koroner
dan sterosklerosis. Hiperkolesterolemia menyebabkan penumpukan
plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCl. Kadar
kolesterol serum yang tinggi dapat berhubungan dengaan
kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan
11
diet. Lebih kurang sepertiga dari masyarakat di Amerika memiliki
kadar kolesterol serum di bawah 200 mg/dl, kadar ini merupakan kadar
ideal.
3. Tujuan
a) Untuk memeriksa kadar kolesterol klien
b) Untuk memantau kadar kolesterol
4. Masalah Klinis
a) Penurunan Kadar: Hipertiroidisme, sindrom Chusing )hormon
adrenal yang berlebih), kelaparan, malabsorpsi, anemia, infeksi
akut. Pengaruh Obat: Antilipid (Zocor, Mevacor, Lipitor), tiroksin,
antibiotik (kanamisin, neomisin, parmomisin, tetrasiklin), asam
nikotinat, estrogen, glukagon, heparin, salisilat (aspirin), kolkisin,
obat hipoglikemik per oral.
b) Peningkatan Kadar: MCl akut; aterosklerosis; hipotiroidisme;
obstruksi bilier; sirosis bilier; kolangitis; hiperkolesterolemia
keluarga; diabetes melitus yang tidak terkontrol; sindrom nefrotik;
pankreatektomi; kehamilan (trimester III); hiperlipoproteimia tipe
II, III, dan V; periode stres berat; diet kolesterol tinggi (lemak
hewani). Pengaruh Obat: Aspiriin, kortikosteroid, steroid (agens
anabolik dan androgen), kontarsepsi oral, epinefrin dan
neropinefrin, bromida, fenotiazin (klorpromazin [Thorazine],
trifluoperazin [Stelazine], vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin
(Dilantin).
5. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
penigkatan kadar kolesterol serum.
b) Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol serum.
c) Hipoksia barat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.
d) Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol serum.
6. Prosedur
a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan, cairan, dan obat)
selama 12 jam. Klien diperbolehkan minum.
12
b) Kumpulan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah
terjadinya hemolisis.
c) Catat pennggunaan obat yang dikonsumsi klien yaang tidak
terdaftar pada formulir laboratorium.
7. Tindakan sebelum dan sesudah pemeriksaan
Peningkatan Kadar
a) Kaitkan masalah klinis dan penggunaan obat dengan
hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar kolesterol dapat
menandakan terjadinya penyakit arteri koroner.
b) Tangguhkan pemberian obat yang dapat meningkatkan kadar
serum selama 12 jam sebelum darah diambil, atas persetujuan
pemberi layanan kesehatan.
c) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai
kadar kolesterol serum dan efek yang timbul jika kadar kolesterol
meninngkat.
d) Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan
mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada
obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum.
e) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolesterol (mis., daging babi
asap, telur, mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu,
kelapa, dan cokelat).
f) Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk
mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.
3.1.5.2 Gula Darah
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang uumumnya ada pada pasien dengan obesitas pada saat
dilakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara
intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas.
13
3.3 Intervensi Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara
intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan kelebihan nutrisi pasien terpenuhi.
Kreteria evaluasi :
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi program pengobatan obesitas
- Pasien mendapatkan terapi farmakologis dan atau terapi bedah
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien, timbang
berat badan dan tinggi badan, ukur
BMI.
Kaji faktor yang bisa meningkatkan
nafsu makan pasien
Memvalidasi dan menetapkan derajat
masalah untuk menetapkan pilihan intervensi
yang tepat
Kaji adanya penyakit gangguan
metabolisme yang berhubungan
dengan resiko obesitas, seperti
diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit kardiovaskular.
Kaji adanya riwayat pembedahan
yang meningkatkan resiko obesitas,
misalnya pengangkatan kelenjar
pankreas
Mengidentifikasi faktor – faktor penyakit
yang menjadi predisposisi obesitas
Kaji persepsi pasien dan keluarga
tentag metode penurunan berat badan
Menggali faktor pendukung dalam
menjalankan program terapi obesitas.
Persepsi dan motivasi keluarga memberikan
pengaruh positif terhadap penurunan berat
badan.
Evaluasi adanya alergi makanan dan
kontraindikasi makanan
Beberapa komponen makanan tertentu dan
beberapa penyakit lain, seperti diabetes
14
melitus, hipertensi, gout, dan
lainnyamemberikan manifestasi terhadap
persiapan komposisi makanan yang akan
diberikan
Identifikasi pola dan jenis makanan
yang dikonsumsi pasien.
Eksplorasi penting dalam menilai mekanisme
intake makanan pada pasien obesitas
Kaji tingkat pengetahuan tentang
kebutuhan nutrisi dan pengetahuan
terhadap aktivitas dan faktor lainnya,
misalnya kondisi kehamilan
Terdapat dilema dalam kebutuhan nutrisi
pasien obesitas dengan faktor – faktor yang
diharuskan meningkatkan nutrisi seperti
obesitas. Perawat melakukan intervensi
kolaboratif dengan tim gizi untuk
menetapkan jenis nutrisi yang dikonsumsi
oleh pasien dan memberikan dukungan moral
agar klien ikut serta dalam program intake
nutrisi
Konsultasi dengan ahli gizi dan
menentukan kebutuha nutrisi yang
sesuai dengan kondisi individu
Pada pelaksanaan asuhan klinik, penentuan
kebutuhan nutrisi adalah kompetensi dari ahli
gizi. Peran perawat adalah sebagai
kolaborator klinik untuk menurunkan
masalah pasien.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara
intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas
Intervensi Rasional
Susun jadwal jangka pendek dan
jangka panjang yang tepat secara
individual kebutuhan nutrisi pasien
Dalam 1 pon jaringan adiposa berisi 3500
kcal (Srnka, 2001).
Progresivitas penurunan berat badan yang
dianjurkan adalah 500 kkal/minggu (Rock,
2004).
Perawat juga mendorong pasien untuk
melakukan perubahan asupan diet, terutama
tentang pola hidup.
Anjurkan peningkatan intake cairan
secara oral
Air membantu ekskresi berbagai produk dari
penghancuran lemak (Newnam, 2009) dan
15
membantu menurunkan resiko ketosis.
Anjurkan melakukan aktivitas latihan
fisik
Latihan fisik merupakan bagian integral dari
program penurunan berat badan. Kombinasi
antara diet dan program latihan akan
meningkatkan hilangnya jaringan adiposa
dibanding jaringan lainnya (Camdem, 2009)
Informasikan pada pasien tentang efek
obat dan untuk selalu meminum obat
penurun berat badan
Beberapa jenis obat seperti agen
noradrenergik dan agen serotonergik
mempunyai fungsi untuk menurunkan selera
atau nafsu makan yang dapat menurunkan
berat badan.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
3.5.1 Nilai normal hasil laboratorium Kolesterol
Target Normal Batas Tinggi Resiko Sangat
Tinggi
Kolesterol Total Kurang dari 200 200 – 239 240 atau lebih
Kolesterol LDL
(Kolesterol Jahat)
Kurang dari 130 130 – 159 160 atau lebih
Kolesterol HDL
(Kolesterol Jahat)
50 atau lebih 40 – 49 Kurang dari 40
Trigliserida Kurang dari 200 200 - 399 400 atau lebih
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak rubuh
sedikitnya 25% dari berat rata-rata untuk usia., jenis kelamin, dan tinggi badan.
Prognosis umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badan
buruk. Namun, keinginan pola hidup lebih sehat Dn penurunan factor risiko
sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang
untuk mengikuti diet dan program penurunan berat badan.Obesitas juga merupakan
suatu keadaan patologis dengan terdapatnya penimbuan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalah gizi karena kelebihan kalori
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan serat dan mikro
nutrien.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%).
Faktor yang menentukan antara lain :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Psikologis (gangguan emosi)
c. Faktor Neurogenik ( gangguan hormon)
d. Faktor Nutrisi
e. Aktivitas fisik
4.2 Saran:
1. Di dalam menentukan intervensi keperawatan telebih mengenai program diet, harus
lebih banyak berdiskusi dengan klien.
2. Untuk klien dengan obesitas, harus lebih mengutamakan pengaturan pola makan
yang baik untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
3. Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai
dari keluarga,, mulai dari keluarga,abat samapi teman akrab klien.
17