isi makalah emosi

9
EMOSI A. Hakikat Emosi Dari mana emosi itu muncul,apakah dari fikiran atau dari tubuh?? Agaknya,tak seorangpun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada pula yang mengatakan tindakan dulu (tubuh),baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan dulu (pikiran),baru muncul tindakan. Mana yang muncul lebih dulu tidaklah begitu begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi pada dasarnya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan emosi. Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan. B. Teori-teori Emosi Dalam upaya menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi,para ahli mengemukakan beberapa teori emosi. Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan Singer “Teori Emosi Dua- Faktor”. James dan lange yang terkenal dengan “Teori Emosi James-Lange”, serta Cannon dengan teori ‘’Emergency”-nya. 1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer “Teori Emosi Dua-Faktor” Schachter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja saa (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah , dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan – seperti diterima diperguruan tinggi idaman – emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi. Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran atribusi dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitf yang sangat dikenal dan dipublikasikan oleh Stanlay

Upload: agieb-bagraf

Post on 15-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ksncl

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah Emosi

EMOSI

A. Hakikat Emosi

Dari mana emosi itu muncul,apakah dari fikiran atau dari tubuh??

Agaknya,tak seorangpun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada pula yang mengatakan tindakan dulu (tubuh),baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan dulu (pikiran),baru muncul tindakan. Mana yang muncul lebih dulu tidaklah begitu begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi pada dasarnya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan emosi. Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan.

B. Teori-teori Emosi

Dalam upaya menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi,para ahli mengemukakan beberapa teori emosi. Beberapa teori emosi yang terkenal diajukan oleh Schachter dan Singer “Teori Emosi Dua-Faktor”. James dan lange yang terkenal dengan “Teori Emosi James-Lange”, serta Cannon dengan teori ‘’Emergency”-nya.

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer

“Teori Emosi Dua-Faktor” Schachter-Singer dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja saa (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah , dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan – seperti diterima diperguruan tinggi idaman – emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran atribusi dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitf yang sangat dikenal dan dipublikasikan oleh Stanlay Schachter dan Jeromy Singer pada tahun 1962. (konsepsi berkowitz tentang bagaimana pikiran tingkat tinggi menentukan pembentukan suasana emosional setelah munculnya reaksi awal, relatif primitif dan emosional, dipengaruhi oleh formulasi ini). Semua pembahasan tentang peran kognisi dalam proses terjadinya kemarahan, sangatlah tidak lengkap tanpa pembahasan dalam teori ini.

2. Teori Emosi James-Lange

Teori kedua dinamakan teori Emosi James-Lange. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadnya reaksi psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-lonca setelah melihat pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah kita melihat ular.

Menurut teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika seseorang misalnya, melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah

Page 2: Isi Makalah Emosi

makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-pau lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut mengapa rasa takut yang timbul ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar.

3. Teori “Emergency” Cannon

Teori emosi yang ketiga ini dinamakan teori “Emergency” Cannon. Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang fisiolog dari Harvard University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang geting, orang-orang primitif yang membuat respon semacam itu bisa survive dalam hidupnya.

Cannon menyalahkan teori James – Lange karena beberapa alasan, termasuk fokus eksklusif teori pada reaksi organ dalam. Cannon mengatakan, antara lain, bahwa organ dalam umumnya terlalu insensitif dan terlalu dalam responnya utuk bisa menjadi dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung sedemikian cepat meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.

C. PERKEMBANGAN EMOSI

Para ahli fisiologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasikan adalah perkembangan emosional. Orang dewasa pun mendapat kesukaran dalam menyatakan perasaannya. Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkangan, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga mengukur emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.

Disaat anak baru lahir syaraf yang menghubungkan otak baru dengan otak lama belum berkembang secara penuh. Karena itu, respon emosional anak tersebut tidak terkendalikan. Ia memberikan reaksi secara keseluruhan, tanpa menunjukkan perbedaan antara berbagai tingkat dan jenis stimulus.

Dengan membandingkan antara respon-respon emosional anak dan respon-respon emosional orang dewasa, bisa diketahui bahwa perkembangan itu bergerak dari tingkat sederhan ketingkat yang rumit.

Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang tampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pada keadaan tenang, bayi itu tidak menunjukkan perbuatan apapun jadi emosinya netral.

Kurang lebih tiga bulan kemudian, baru tampak pembedaan. Pada saat ini, terdapat dua ekstremitas, yaitu rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira. Senang atau gembira merupakan perkembangan emosi lebih lanjut yang tidak terdapat pada waktu lahir.

Page 3: Isi Makalah Emosi

Pada waktu usia lima bulan, marah dan benci mulai dipisahkan dari rasa tertekan atau terganggu. Usia tujuh bulan, mulai tampak perasaan takut. Antara usia 10-12 bulan, perasaan bersemangat dan kasih sayang mulai terpisah dari rasa senang. Semakin besar anak itu, semakin besar pula kemampuannya untuk belajar, sehingga perkembangan emosinya kian rumit. Perkembangan emosi lewat proses kematangan hanya terjadi saat usia satu tahun. Setelah itu, perkembangan selanjutnya lebih baik ditentukan oleh proses belajar.

Begitulah, sepanjang seluruh fase serta pada segenap tahap perkembangan anak, mengalirlah secara terus-menerus, tiada henti-hentinya, arus pengalaman-pengalaman emosional.

D. GANGGUAN EMOSI

1. Teori Lingkungan

Teori lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stres. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.

Menurut Bertand Russell, lingkungan emosional yang tepat bagi seseorang anak merupakan suatu hal yang sulit, dan tentu saja bervariasi menurut usia anak. Sepanjang masa kanak-kanak, ada kebutuhan untuk merasa aman, meskipun kian berkurang.

2. Teori Afektif

Pandangan profesional yang paling luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan pengalaman emosional bawah sadar yang dialami seorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan ditakuti ini kedalam sadar, sehingga dapat dilihat dari sudut yang lebih realistik.

Menurut pandangan ini, bukan lingkungan, seperti si ayah yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah sadar si anak (atau secara teknis dikatakan afeksi). Kelepasan hanya bisa dicapai bila perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seseorang yang tidak akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginannya yang berbahaya.

3. Teori Kognitif

Menurut teori “Psikoterapi Rasional-Emotif” oleh Albert Ellis (1962), penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irrasional, yang disadari maupun tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.

Menurut Hauck (1967), perbaikan emosional mencakup tiga langkah. Pertama, kita harus memperlihatkan kepada si anak anggapan-anggapan yang salah, yaitu merupakan suatu bencana bila ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dan jika ada perlakuan yang tidak adil dari orang tuanya,itu benar-benar akan mengganggunya. Kedua, kita selanjutnya

Page 4: Isi Makalah Emosi

menunjukkan lewat nalar bahwa bukan perilakunya, melainkan reaksinya terhadap orang tuanya itulah yang menyebabkan gangguannya, karena ia sebenarnya tidak disiksa secara fisik. Ketiga, ia akan dinasehati agar bersikap lebih manis dan dapat bekerja sama.

E. Macam – Macam Emosi

Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu : (1) marah, orang bergerak menentang sumber frustasi; (2) takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi; (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan; (4) depresi, orang menghentikan respons-respons terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri (Mahmud, 1990:167).

Dari hasil penelitiannya, John B. Watson. (dalam Mahmud,1990) menemukan bahwa tiga dari keempat respons emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu: takut, marah, dan cinta.

1. Takut

Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang timbul karena seorang anak kecil memang ditakuti-takuti atau karena berlakunya berbagai pantangan dirumah. Akan tetapi, ada juga rasa takut “naluriah” yang terpendam dalam hati sanubari setiap insan. Misalnya saja,rasa takut akan tempat gelap, takut berada ditempat sepi tanpa teman atau takut menghadapi hal-hal asing yang tidak dikenal. Kengerian-kengerian ini relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa. Karena, sebagai insan yang masih sangat masih muda, tentu saja daya tahan anak-anak belum kuat.(Sobur,1988:114-115).

Jika dilihat secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut selain mempunyai segi-segi negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan-perasaan dan gejala tubuh yang menegangkan, juga ada segi positifnya. Rasa takut merupakan salah satu kekuatan yang mendorong dan meggerakkannya. Bahwa rasa takut mempunyai ilai negatif dan positif, karena rasa takut melindungi individu dalam keadaan yang berbahaya.

2. Marah

Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil ketimbang rasa takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur sampai kira-kira 4 tahun. Kemarahan yang terlihat dari tingkah menyakiti diri sendiri, ini sering disebut anak ngambek atau ngadat untuk mendapatkan sesuatu. Dengan istilah lain, ngadat itu disebut temper tantrums (Gunarsa, 1980:89). Jika temper tantrums ini tidak ditanggulangi dengan baik, tingkah laku tersebut dapat dilakukan juga sesudah empat tahun. Cara-caranya lebih sulit lagi, sehingga sering tidak dapat dimengerti lagi bahwasanya cara tingkah laku tersebut merupakan luapan kemarahan.

Kemarahan, seperti halnya dengan ketakutan, dipengaruhi oleh faktor-faktor belajar dan pendewasaan (Jersild, 1954). Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough (1931,

Page 5: Isi Makalah Emosi

dlam Jersild,1954), terdapat cukup bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah marah apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup beristirahat.

Anggapan umum bahwa orang yang merasa tidak enak cenderung marah dan agresif mungkin sulit diterima, dan apabila pada kenyataannya, hubungan antara perasaan dan agresi terbuka itu bersifat kompleks. Dalam kaitan ini, Berkowits memberikan ringkasan emikirannya seperti tertuang berikut ini :

Bagaimana Perasaan Negatif Bisa Mengakibatkan Amarah

Kejadian tak enak

Perasaan Negatif

Reaksi Asosiatif PrimitifKecenderungan berkaitan

dengan agresi

(Respons motorik ekspresif,Reaksi psikologis, pikiran

Dan ingatan berkaitan denganAgresi)

Kemarahan Awal

Kecenderungan berkaitanDengan penghindaran

(Respons motorik ekspresif,Reaksi psikologis, pikiran,Dan ingatan yang berkaitan

Dengan penghindaran

Ketakutan Awal

Lebih Berkembang, Pemikiran“Tingkat Tinggi”

(pikiran berkaitan dengan atribusi,Aturan sosial tentang emosi yangSesuai dengan situasi, konsepsiTentang sifat emosi tertentu,dll)

Perasaan yang sudah dikembangkan

Sakit Hati, TersinggungAtau Amanah

Rasa Takut

Sumber : Berkowitz, 1999

Dalam bagan diatas, Formulasi Berkowits mempunyai beberapa tahap dalam pembentukan pengalaman dan perilaku emosional setelah seseorang mengalami kejadian negatif. Kejadian itu sendiri jelas menimbulkan perasaan negatif, dan teoretis, mungkin karena program biologis kita, perasaan tidak enak itu otomatis menimbulkan berbagai reaksi ekspresif motorik, perasaan, pikiran, dan memori.

Page 6: Isi Makalah Emosi

3. Cinta

Cinta kasih adalah ibarat fundamen pendidikan secara keseluruhan. Tanpa curahan kasih, pendidikan yang ideal tidak mungkin bisa dijalankan. Selanjutnya , pendidikan tanpa cinta akan menjadi kering dan bahkan tidak menarik.