isi bab 2 se

29
3 kejadian SE tertinggi pada populasi lebih tua yaitu usia >60 tahun pada 83 kasus per 100.000 penduduk. 6 Di Indonesia, data mengenai status epileptikus masih belum jelas karena SE juga berhubungan dengan epilepsi yang sampai saat ini masih belum ada penelitian secara epidemiologi. 7 Sedangkan data secara global sendiri menunjukkan bahwa SE terjadi pada 10-41 kasus per 100.000 orang per tahun dan paling sering terjadi pada anak-anak. 3 Lebih dari 15 % pasien dengan epilepsi memiliki setidaknya satu episode SE. Risiko lainnya yang meningkatkan frekuensi terjadinya SE yaitu usia muda, genetik serta kelainan pada otak. Angka kematian pada penderita status epileptikus dewasa sebesar 15-20 % dan 3-15% pada anak-anak. Kemudian, SE juga menimbulkan komplikasi akut yaitu hipertermia, edema paru, aritmia jantung serta kolaps kardiovaskular. Sedangkan untuk komplikasi jangka panjang dari SE yaitu

Upload: akhmed-bobby-z

Post on 24-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

status epileptikus

TRANSCRIPT

kejadian SE tertinggi pada populasi lebih tua yaitu usia >60 tahun pada 83 kasus per 100.000 penduduk.6Di Indonesia, data mengenai status epileptikus masih belum jelas karena SE juga berhubungan dengan epilepsi yang sampai saat ini masih belum ada penelitian secara epidemiologi.7 Sedangkan data secara global sendiri menunjukkan bahwa SE terjadi pada 10-41kasus per 100.000 orang per tahun dan paling sering terjadi pada anak-anak.3Lebih dari 15 % pasien dengan epilepsi memiliki setidaknya satu episode SE. Risiko lainnya yang meningkatkan frekuensi terjadinya SE yaitu usia muda, genetik serta kelainan pada otak. Angka kematian pada penderita status epileptikus dewasa sebesar 15-20 % dan 3-15% pada anak-anak. Kemudian, SE juga menimbulkan komplikasi akut yaitu hipertermia, edema paru, aritmia jantung serta kolaps kardiovaskular. Sedangkan untuk komplikasi jangka panjang dari SE yaitu epilepsi (20-40%), ensefalopati (6-15%) dan defisit neurologis fokal (9-11%).8

2.3Klasifikasi SEBerdasarkan lokasi, terdiri dari6:1. awal bangkitan status epileptikus terjadi di area tertentu di korteks (Partial Onset);2. awal bangkitan status epileptikus terjadi di kedua hemisfer otak (Generalized onset); sedangkan, jika berdasarkan pengamatan klinis terbagi atas:1. Status epileptikus konvulsif (bangkitan umum tonik-klonik) dan 2. Status epileptikus non-konvulsif (bangkitan bukan umum tonik-klonik).Banyak pendekatan klinis yang diterapkan untuk mengklasifikasikan status epileptikus yaitu status epileptikus umum (tonik-klonik, mioklonik, absens, atonik, akinetik) dan status epileptikus parsial (sederhana dan kompleks).6

2.4 Etiologi dan Faktor Risiko SEEtiologi dari SE yaitu6: 1. perubahan dalam pengobatan;2. eksaserbasi dari gangguan kejang yang sudah ada sebelumnya;3. manifestasi awal dari gangguan kejang; 4. kerusakan struktur kortikal yaitu stroke, cedera akibat hipoksia, tumor, perdarahan subarakhnoid (PSA), trauma kepala;5. toksikasi obat-obatan (kokain,teofilin); isoniazid (INH) dapat menyebabkan kejang dan memiliki keunikan dengan memiliki antidotumnya, piridoksin (vitaminB6); 6. penghentian konsumsi alkohol secara tiba-tiba;7. kelainan elektrolit (misalnya hiponatremia, hipernatremia, hiperkalsemia, ensefalopati hepatik);8. infeksi SSP (misalnya meningitis, abses otak, ensefalitis) dan9. dalam penelitian terbaru, infeksi HIV dan penggunaan narkoba juga dapat menyebabkan terjadinya SE. Hal ini sesuai dengan meningkatnya frekuensi kejadian.Penyebab SE bervariasi secara signifikan dengan usia. DeLorenzo,dkk melaporkan bahwa pada pasien usia 30 menitJika status tetap bertahan, intubasi dan berikan satu dari berikut, dengan monitoring EEG.Phenobarbital 20 mg/kg IV dengan 50-100 mg/min. Tambahkan 5 mg/kg bolus dapat diberikan sesuai kebutuhan. Atau dilanjutkan pasang infus midazolam 0.2 mg/kg, bolus lambat, lalu 0.1-2.0 mg/kg/jam. Atau memasang infus profolol, bolus 1-5 mg/kg selama 5 menit, kemudian 2-4 mg/kg/jam.

2.10Komplikasi SEStatus epileptikus adalah kejang yang paling serius karena terjadi terus-menerus tanpa berhenti dimana terdapat kontraksi otot yang sangat kuat, kesulitan bernapas dan muatan listrik di dalam otak menyebar luas. Apabila status epileptikus tidak dapat ditangani segera, maka kemungkinan besar bias terjadi kerusakan jaringan otak permanen dan kematian.2,9 Adapun komplikasi sistemik SE : hipertermia, asidosis, hipotensi, gagal napas, rabdomiolisis, aspirasi.6

2.11Prognosis SEPrognosis berhubungan paling kuat dengan etiologi SE. Misalnya, jika etiologinya meningitis, perjalanan penyakit yang menentukan hasil. Pasien dengan SE dari ketidakteraturan antikonvulsan/ pasien kejang dengan riwayat konsumsi alkohol umumnya memiliki prognosis yang baik, jika pengobatan dimulai cepat dan komplikasi akan dapat dicegah. Tingkat mortalitas SE menurun 60 tahun terakhir, mungkin ada hubungannya dengan diagnosis cepat dan perawatan yang lebih agresif. Probabilitas kematian erat berkorelasi dengan usia. Dalam studi berbasis populasi prospektif, De Lorenzoetal menemukan tingkat kematian sebesar 13% orang dewasa muda, 38% orang tua,dan >50% untuk mereka yang lebih tua dari 80 tahun.6Prognosis SE sendiri juga tergantung kepada respon terhadap pengobatan. Dalam studi yang dilakukan oleh Koperasi SE Veteran Affairs menunjukkan bahwa sebesar 56% dari pasien yang terdiagnosis jelas mengalami GCSE (General Convulsive Status Epilepticus) yang memberikan respon terhadap pengobatan tahap awal. Sedangkan untuk jenis SE Halus (Subtle SE) hanya 15% pasien yang menanggapi pengobatan awal. Sehingga jelas terlihat bahwa prognosis juga tergantung terhadap baik buruknya respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan. Semakin rendah respon terhadap pengobatan, semakin buruk prognosis.6