inventarisasi jenis-jenis hama utama dan · pdf fileprakata puji dan syukur penulis panjatkan...
TRANSCRIPT
INVENTARISASI JENIS-JENIS HAMA UTAMA DAN
KETAHANAN BIOLOGI PADA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L. Merril) DI KEBUN PERCOBAAN
MANGGOAPI MANOKWARI
Oleh
Maria Lowisa Ampnir
2005 23 003
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011
INVENTARISASI JENIS-JENIS HAMA UTAMA DAN
KETAHANAN BIOLOGI PADA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L. Merril ) DI KEBUN PERCOBAAN
MANGGOAPI MANOKWARI
Oleh
Maria Lowisa Ampnir
2005 23 003
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, hikmat dan kasih serta perlindungan – Nya yang telah memampukan
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul " Inventarisasi Jenis-jenis Hama Utama dan
Ketahanan Biologi pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril)
di Kebun Percobaan Manggoapi Manokwari " merupakan skripsi sarjana yang
dibuat sebagai salah salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Fakultas
Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Bapak Ir. Johannes Tethool, MS dan Bapak Ir. Jopie. W. Pattiasina,
MS selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran selama proses penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian
hingga penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih yang sama pula penulis sampaikan kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Papua dan Staf, Dekan Fakultas Pertanian dan
Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari atas fasilitas yang
telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Kampus Universitas
Negeri Papua Manokwari.
2. Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan Staf atas kesempatan,
fasilitas serta bantuan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
di Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua.
3. Bapak Ir. Jacob Bodang, M.Si selaku moderator seminar pra maupun skripsi.
4. Ibu Melinda, SP selaku dosen wali selama penulis menempuh studi di
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian.
5. Teman – teman seangkatan 2005 Fapertek tanpa terkecuali dan teman –
teman program studi HPT 2005, serta teman – teman kos kemah Rut yang
selama ini memberikan dukungan, bantuan dan motifasi.
6. Bapak Dolfinus Dimara sekeluarga. Bapak Derek Ampnir sekeluarga. Bapak
William Ampnir sekeluarga, dan keluarga besar Tomius Kabak atas segala
bantuan dan motifasi selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.
7. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesaikannya tulisan ini.
Skripsi ini ku persembahkan buat Ibu dan Ayah Tercinta, Adik–adik ku
tersayang (Welmince, Lukas, Sampari dan Dolfin) terima kasih atas segala doa,
bantuan, arahan, nasehat, serta dorongan yang diberikan selama ini.
Semoga Tuhan Yesus Kristus sumber berkat akan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tulisan ini.
Manokwari, Januari 2011
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Korem Distrik Biak Utara Kabupaten
Biak Numfor pada tanggal 28 Desember 1986, merupakan anak pertama dari lima
bersaudara dari Bapak bernama Ishak S. Ampnir dan Ibu bernama Marthina
Dimara.
Masuk pendidikan formal di SD Inpres Korem Biak Utara pada tahun
1994 dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
sekolah di SLTP Negeri I Biak Utara dan lulus pada tahun 2002. Kemudian
melanjutkan ke SMU Negeri I Biak Utara dan lulus pada tahun 2005.
Tahun 2005 terdaftar resmi sebagai mahasiswi pada Fakultas Pertanian dan
Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan sebagai penerima
beasiswa dari BI (Bank Indonesia) Jayapura.
RINGKASAN
MARIA LOWISA AMPNIR. Inventarisasi Jenis-jenis Hama Utama dan
Ketahanan Biologi pada beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril)
di Kebun Percobaan Manggoapi Manokwari, Di bimbingan oleh
(JOHANNES TETHOOL dan JOPIE. W. PATTIASINA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama utama
yang menyerang tanaman kedelai berdasarkan 10 varietas kedelai yang diuji.
Penelitian ini berlangsung di Kebun percobaan Manggoapi Manokwari yang
terletak pada ketinggian 110 m dari permukaan laut selama 4 bulan yaitu dari
bulan Maret sampai Juni 2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan teknik observasi lapang dan dilanjutkan dengan pengukuran standar
deviasi. Analisis data dimasukan dalam tabel dan diolah secara tabulasi dan untuk
identifikasi serangga menggunakan buku petunjuk bergambar hama ( Ismunadji,
et al, 1990 ). Variabel pengamatan meliputi jenis-jenis serangga hama, bentuk
kerusakan yang disebabkan hama, berat polong hampa dan bernas, jumlah
gerekan, bobot brangkasan basah dan kering dan tinggi tanaman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 8 jenis hama utama yang dijumpai
yaitu lalat kacang (Ophiomya phaseoli), penggulung daun (Lamprosema
indicata), ulat jengkal (Chryzodeixis calcites), kumbang daun (Phaedonia
inclusa), ulat grayak (Spodoptera litura), kepik hijau (Nezara viridula), kepik
polong (Riptortus linearis), dan kepik (Phiezodorus hybneri). Lalat kacang
(Ophiomya phaseoli) merupakan populasi tertinggi dari ke 8 jenis hama yaitu 151
ekor, kemudian kepik polong (Riptortus linearis) yaitu 52 ekor, kepik
(Phiezodorus hybneri) yaitu 32 ekor. Sedangkan hama lainnya populasi tidak
berarti karena hanya 1 dan 2 ekor.
Dari kesepuluh varietas kedelai uji yang termasuk tahan terhadap hama
penggerek polong adalah varietas Grobogan, Wilis, dan Kaba. Varietas yang
tahan terhadap penggerek batang Grobogan, Prafi, dan Kaba. Varietas yang
produksinya baik yaitu Cikuray dan Anjasmoro walaupun terbilang ada serangan
hama.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
Kedelai (Glycine max L. Merril) ................................................. 4
Taksonomi ............................................................................ 4
Deskripsi dan Morfologi ...................................................... 5
Syarat Tumbuh ..................................................................... 7
Varietas Kedelai uji .............................................................. 8
Jenis Hama Tanaman Kedelai .......................................................... 9
Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga (Metamorfosis) ........... 9
Ketahanan Biologi ............................................................................ 10
METODE PENELITIAN ................................................................. 12
Tempat dan Waktu ........................................................................... 12
Alat dan Bahan ................................................................................. 12
Metode Penelitian ............................................................................. 12
Pelaksanaan Penelitian. .................................................................... 13
Penentuan petak contoh ............................................................ 13
Penentuan tanaman contoh ........................................................ 13
Pengamatan serangga ................................................................ 13
Identifikasi serangga .................................................................. 13
Variabel Pengamatan ........................................................................ 14
Analisis Data .................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 16
Jenis Serangga Hama Utama Kedelai .............................................. 16
Populasi Serangga Hama Utama Kedelai ......................................... 26
Ketahanan tanaman terhadap beberapa jenis-jenis ........................... 29
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 33
Kesimpulan ...................................................................................... 33
Saran ................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 35
LAMPIRAN ..................................................................................... 37
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kehadiran jenis hama pada 10 varietas kedelai uji didasarkan pada
stadia serangga .................................................................................
14
2. Jenis dan populsi hama utama pada 10 varietas kedelai uji .............. 24
3. Jenis dan populasi hama utama berdasarkan umur tanaman ............ 25
4. Rata−rata variabel pengamatan tanaman terhadap 10 varietas
kedelai uji .........................................................................................
26
5. Hasil perhitungan selang kepercayaan 95 % dari rata−rata jumlah
polong hampa 10 varietas kedelai uji ..............................................
27
6. Hasil perhitungan selang kepercayaan 95 % dari rata−rata berat
polong 10 varietas kedelai uji ..........................................................
28
7. Hasil perhitungan selang kepercayaan 95 % dari rata−rata jumlah
gerekan 10 varietas kedelai uji .........................................................
28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli)................................................. 16
2. Penggulung daun ( Lamprosema indicata ) ................................... 17
3. Ulat jengkal ( Chrysodeixis chalcites Esp.) ................................... 18
4. Kumbang daun ( Phaedonia inclusa Stal. ) ................................... 19
5. Ulat grayak ( Spodoptera litura) ................................................... 20
6. Kepik hijau ( Nezara viridula L.) .................................................. 21
7. Kepik polong ( Riptortus linearis L. ) ........................................... 22
8. Kepik ( Phiezodorus hybneri ) ...................................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Deskripsi varietas kedelai .................................................................. 37
2. Hasil perhitungan selang kepercayaan 96 % polong hampa ............. 40
3. Hasil perhitungan selang kepercayaan 96 % berat polong ................ 41
4. Hasil perhitungan selang kepercayaan 96 % jumlah gerekan ........... 42
5. Denah lapangan ................................................................................. 43
6. Denah petak tanaman contoh ............................................................. 44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) menurut sistematika botani digolongkan
kedalam Ordo Polypetales, Famili Leguminoceae. Menurut pengamatan para
ahli, Kedelai bukan merupakan tanaman asli Indonesia, diperkirakan berasal dari
daerah Manshukuw (Cina). Karena penyebarannya, maka sekarang kedelai
sampai di daerah Eropa maupun Indonesia (Sugeng, 2001). Dari Cina, kedelai
menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan ke Indonesia. Di Indonesia,
terutama Jawa dan Bali, kedelai sudah ditanam sejak tahun 1750 (Sumarno,
1991). Kedelai merupakan salah satu bahan pangan penting sebagai sumber
protein nabati yang tinggi dan di konsumsi setiap hari oleh masyarakat,
sehingga kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun selalu meningkat. Kedelai selain
sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai bahan industri dan pakan ternak
(Cahyono, 2007). Kedelai merupakan sumber utama minyak atau lemak, karena
mengandung 6-24 % minyak dan 30 % protein kasar (Sastrahidrat dan Soemarno,
1991). Dengan demikian kedelai selalu dibutuhkan oleh masyarakat dalam
jumlah yang banyak, namun produksi kedelai Indonesia masih rendah jika
dibandingkan dengan negara lain, misalnya Amerika dan Brasil (Cahyono,
2007).
Konsumsi kedelai akan terus meningkat setiap tahun seiring degan
bertambahnya jumlah penduduk (2,1% setiap tahun). Sementara itu, laju
peningkatan produksi kedelai sampai sekarang belum mampu mengimbangi laju
permintaan, sehingga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi kedelai di dalam
negeri masih harus dilakukan impor (Cahyono, 2007). Menurut Dirjen Pertanian
Tanaman Pangan, Departemen Pertanian memprediksikan bahwa konsumsi
kedelai di dalam negeri (Indonesia) sampai tahun 2010 laju permintaan kedelai
mencapai 2,8 juta ton/tahun. Sementara itu pada saat yang sama produksi kedelai
nasional mencapai 1,2 juta ton/tahun (Danarti dan Sri Najiyati, 1992 dalam
Cahyono, 2007).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari,
produksi kedelai pada tahun 2008 mencapai 1.398 ton/tahun dengan luas panen
1.305 ha (BPS, 2007). Produksi kedelai yang rendah disebabkan karena beberapa
faktor. Faktor yang paling menonjol adalah pemberian pupuk yang belum tetap,
penggunaan varietas yang belum tepat dan pengendalian hama dan penyakit yang
belum dilakukan dengan baik.
Masalah
Tanaman kedelai mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Hal ini yang
mengakibatkan petani cenderung untuk meningkatkan produksinya dengan
membuka lahan seluas-luasnya untuk menanam kedelai, namun kadang
produksinya kurang baik atau menurun. Hal ini karena serangan hama yang sangat
berat. Hama dalam arti luas adalah semua organisme/binatang yang karena
aktifitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian ekonomi
yang cukup besar bagi manusia. Hama yang menyerang tanaman kedelai
umumnya dari golongan serangga.
Hama merupakan salah satu faktor utama yang sangat merugikan dan
harus diperhitungkan, khususnya bagi tanaman kedelai. Seperti pada tanaman-
tanaman lain, tanaman kedelai tidak luput dari gangguan hama. Beberapa hama
yang sangat serius sebagai hama utama seperti : Lalat buah (Ophiomya paseoli),
pengisap polong (Riptortus linearis), kumbang lepuh, dan ulat pemakan daun
(Lamprosema indicata) (Sastrahidra dan Soemarno, 1991). Hama penting
lainnya seperti penggerek polong (Etiella zinckenella), wereng kedelai
(Phaedonia inclusa), lalat kacang (Agromyza sp), pengisap dan penggerek polong
(Nezara viridula) (Adisarwanto, 2005). Berdasarkan masalah di atas maka perlu
dilakukan penelitian secara khusus tentang inventarisasi jenis-jenis hama utama
dan ketahanan biologi pada beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril) di
kebun percobaan Manggoapi Manokwari.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama utama
yang menyerang tanaman kedelai berdasarkan 10 jenis varietas kedelai yang diuji
dengan membandingkan tingkat populasi hama utama pada masing-masing
varietas kedelai yang diuji dan melihat ketahanan dari tanaman kedelai yang diuji
tersebut.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
petani mengenai pemilihan varietas kedelai yang tepat untuk dibudidayakan dan
juga petani dapat mengetahui jenis serangga hama utama yang menyerang
tanaman kedelai, sehingga hasil produksi petani akan kedelai lebih mencukupi
kebutuhan petani.
TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai
Jenis kedelai dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu kedelai kuning,
kedelai hitam, kedelai hijau, dan kedelai coklat. Kedelai kuning adalah kedelai
yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau; Kedelai hitam adalah kedelai
yang kulit bijinya berwarna hitam, kedelai ini biasa dibuat kecap; Kedelai hijau
adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau; Kedelai coklat adalah kedelai
yang kulit bijinya berwarna coklat (Cahyono, 2007).
Taksonomi
Dalam Cahyono (2007) menurut ilmu tumbuhan, tanaman kedelai di
klasifikasikan sebagai berikut :
Divisio (divisi) : Spermatophyta (tanaman)
Sub Divisio : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Clas (kelas) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo (bangsa) : Polypetales
Familia (suku) : Leguminoceae (kacang-kacangan)
Sub Familia : Papillionoideae
Genus (marga) : Glycine
Spesies (jenis) : Glicine max
Deskripsi dan Morfologi
Tanaman kedelai (Glycine max L.) tergolong ke dalam golongan tanaman
palawija (tanaman pangan). Membentuk polong pada setiap cabang tanaman.
Tanaman berbentuk perdu atau semak (Cahyono, 2007).
Berdasarkan tipe pertumbuhan batang, varietas-varietas yang tergolong
spesies Glycine max dibagi dalam tiga kelompok yakni tipe determinit,
indeterminit dan semi determinit
Tipe Determinit Memikiki :
Ciri - ciri ujung batang memiliki ukuran hamper sama dengan batang
bagian tengah, berbunga serempak, pertumbuhan vegetatif berhenti setelah
tanaman berbunga.
Tipe Indeterminit Memiliki :
Ciri-ciri ujung batang memiliki ukuran lebih kecil dari pada batang tengah,
batang agak melilit, ruas batang panjang, pertumbuhan vegetatif terus berlanjut
walaupun tanaman telah berbunga.
Tipe Semi Determinit Memiliki :
Ciri-ciri yang merupakan perpaduan dari tipe determinit dan indeterminit.
varietas yang termasuk kelompok semi determinit antara lain : Varietas Orba,
Guntur, Dempo, Merbau dan Lompobatang (Cahyono, 2007).
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman kedelai
sebagai berikut : Perakaran tanaman kedelai tersusun atas akar tunggang, akar
serabut, dan akar lateral. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi mencapai
kedalaman 1,5 m. Akar kedelai dapat membentuk bintil akar (nodule) dan di
dalam bintil akar hidup bakteri Rhizobium japonicum yang dapat mengikat
nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman
(Cahyono, 2007).
Batang tanaman kedelai tidak berkayu, berbatang jenis perdu (semak),
berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam, berbentuk bulat,
berwarna hijau, dan panjangnya bervariasi antara 30-100 cm. batang tanaman
kedelai dapat membentuk cabang 3-6 cabang. Percabangan mulai terbentuk atau
tumbuh ketika tinggi tanaman sudah mencapai 20 cm. banyaknya jumlah cabang
setiap tanaman bergantung pada varietas dan kepadatan populasi tanaman
(Cahyono, 2007).
Tanaman kedelai berdaun majemuk yang tersusun 3 helaian anak daun
setiap helai daun (daun bersusun tiga). Daun berbentuk lonjong dengan bagian
ujung runcing. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dengan permukaan daun
mempunyai struktur bulu yang beragam, tergantung dari varietasnya (Cahyono,
2007).
Bunga tanaman kedelai berbentuk menyerupai kupu-kupu dengan mahkota
bunga berwarna ungu atau putih. Bunga ini termasuk bunga sempurna atau
berkelamin dua (Hermaprodit), yaitu setiap bunga terdapat benang sari (sel
kelamin jantan) dan kepala putik (sel kelamin betina). Bunga bersifat bilateral
simetri (Zygomorphus). Bunga tanaman kedelai tumbuh secara berkelompok dan
muncul pada setiap ketiak daun (ruas-ruas batang) (Cahyono, 2007).
Buah atau polong kedelai berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya 5
cm, warna polong kedelai bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada yang
berwarna cokelat muda, cokelat kehitaman, putih dan kuning kecokelatan (warna
jerami). Di samping itu, permukaan polong mempunyai struktur bulu yang
beragam, warna bulu polong juga bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada
yang berwarna cokelat, abu-abu, cokelat tua, cokelat kuning dan putih (Cahyono,
2007).
Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,
bergantung pada varietasnya. Bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat dan bulat
agak pipih. Warnanya ada yang putih, krem, kuning, hijau, cokelat, hitam dan
sebagainya. Warna-warna tersebut adalah warna dari kulit bijinya. Ukuran biji
ada yang berukuran kecil (6-10 g/100 biji), ukuran sedang (11-12 g/100 bji), dan
yang berukuran besar (> 13 g/100 biji). Namun di luar negeri, misalnya Amerika
dan Jepang biji yang memiliki bobot 25 g/100 biji dikategorikan berukuran besar.
Sedangkan yang berukuran lebih dari 25 g/100 biji dikategorikan berukuran kecil.
Biji kedelai berkeping dua dan terbungkus oleh kulit. Biji mengandung 40 %
protein, 8 % lemak dan sisanya pati, gula, vitamin, mineral, air, senyawa-senyawa
lain yang berkhasiat obat (Cahyono, 2007).
Syarat Tumbuh
Kedelai merupakan tanaman beriklim tropik. Kedelai akan tumbuh subur
di daerah yang berhawa panas. Daerah yang paling baik untuk penanaman kedelai
ialah daerah yang mempunyai ketinggian sampai 400 m dari permukaan laut. Di
daerah yang lebih tinggi lagi, tanaman kedelai tidak akan dapat tumbuh normal.
Kedelai dapat tumbuh di tanah yang subur atau tanah agak kurus. Namun
demikian, hasilnya akan lebih banyak apabila tanah itu tidak tergenang air dan
cukup mengandung kapur. Kedelai dapat ditanam di tanah sawah atau tanah
tegalan. Pada waktu masih muda, tanaman kedelai memerlukan air, tanah harus
dalam keadaan lembab. Tetapi pada saat menjelang tua, tanaman kedelai tidak
memerlukan air lagi, karena itu harus dikeringkan (Sugeng, 2001).
Varietas Kedelai Uji
Varietas kedelai yang termasuk spesies Glycine max jumlahnya sangat
banyak dan memiliki sifat yang beragam, baik mengenai potensi produksinya,
daya adaptasinya terhadap lingkungan, ketahanannya terhadap serangan hama dan
penyakit, tipe pertumbuhannya, bentuk dan ukuran bijinya, warna bijinya, umur
panennya, tinggi tanaman, kandungan gizi dan sebagainya. Adapun beberapa
varietas unggul kedelai yang mempunyai produksi tinggi dan dapat memberikan
keuntungan (Cahyono, 2007).
Varietas unggul sebagai berikut : varietas Galungan, Wilis, Dempo,
Kelinci, Tidar, Rinjani, Lompo-batang, Bromo, Kawi, Burangrang, Tambora dan
Raung (Cahyono, 2007). Varitas yang dianjurkan untuk lahan kering adalah
varietas berumur genjah (75-80 hari), berbiji sedang, dan warna biji kekuningan,
seperti Lawu, Dieng, Tengger atau varietas unggul lokal. varietas kedelai
berumur (85-90 hari) yang di anjurkan antara lain adalah Willis, Kerinci,
Pangrango, Tampomas, dan Krakatau (Adisarwanto. 2000).
Varietas - varietas unggul kedelai yang berhasil dirakit sejak tahun 1974
ialah Orba, Galunggung, Lokon, dan Guntur. Varietas lokal yang masih banyak
ditanam antara lain Si Nyonya, Presi, Petek, Genjah slawi, Kucir dan Mandakan
(Sumarno, 1989 dalam Oka, 2005). Beberapa varietas kedelai yang diintroduksi
dan diujicobakan di Manokwari terdiri dari varietas Argomulyo, Cikuray,
Tanggamus, Anjasmoro, Sinabung, Grobogan, Sindoro, dan Wilis (Deskripsi
masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 1).
Jenis Hama Tanaman Kedelai
Di Indonesia telah diidentifikasi ada lebih dari 100 jenis hama
potensial diantaranya 16 jenis merupakan hama utama (key pest) yang dapat
menyerang tanaman mulai dari saat tumbuh, tanaman muda, bagian daun, polong
muda, dan polong tua. Berikut ini beberapa jenis hama penting tanaman kedelai ;
lalat bibit (Ophiomy paseoli), lalat batang (Melanogromyza sojae), lalat pucuk
(Melanogromyza dolichostigma), Agrotis spp, Longitarsus suturellinus, Aphis
glycines, Bemisia tabaci, Phaedonia inclusa, Spodoptera litura, Chrysodeixis
chalcites, Lamprosema indicata, Helicoverpa sp, Etiella spp, Riptortus linearis,
Nezara viridula, Piezodorus hybneri. Hama utama yaitu : lalat kacang (Agromyza
sp), ulat pemakan daun (Lamprosema litura), wereng kedelai (Phaedonia
inclusa), pengisap polong (Riptortus linearis), penggerek polong (Etiella
zinckenela), pengisap dan penggerek polong (Nezara viridula) (Adisarwanto,
2000).
Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga (Metamorfosis)
Pertumbuhan serangga biasanya melalui empat tahap bentuk hidup yaitu:
telur, larva / nimfa, pupa dan stadium dewasa. Telur diletakkan secara tunggal,
atau dalam kelompok, di dalam atau di atas jaringan tanaman atau binatang inang
yang menjadi sasaran makanan serangga. Embrio di dalam telur berkembang
menjadi larva atau nimfa (tergantung macam metamorfosis atau perkembangan)
yang keluar dari telur pada saat telur menetas. Larva/nimfa memiliki tahapan
perkembangan (instar), yang setiap tahapannya melalui proses pergantian kulit
(ecdysis), karena setiap meningkatan ukuran tubuh pada satu instar ke instar
berikutnya memerlukan integumen baru yang lebih besar (sama halnya dengan
anak yang bertumbuh memerlukan pakaian yang ukurannya lebih besar). Larva
berkembang menjadi pupa (pada ulat kup-kupu disebut cocoon atau kepompong),
dan pupa dan nimfa berkembang menjadi serangga dewasa (Tarumingkeng,
1994).
Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu
metamorfosis sempurna atau holometabola yang melalui tahapan - tahapan atau
stadium : telur – larva – pupa – dewasa, dan metamorfosis bertahap
(hemimetabola) yang melalui stadium – stadium : telur – nimfa – dewasa. Pada
hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang
dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat
stadium dewasanya. Contoh hemimetabola adalah jenis-jenis kepik seperti
walang sangit, yang nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik
dewasa, biasanya pada daun. Jenis-jenis belalang (Orthoptera) dan lipas
(Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan stadium dewasanya hidup
dan makan pada habitat yang sama (Tarumingkeng, 1994).
Ketahanan Biologi
Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat
relatif karena untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman sifat tanaman yang
tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka.
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi
hama yang sama dan keadaan lingkungan yang sama. Jadi pada tanaman yang
tahan, kehidupan dan perkembangbiakan serangga menjadi lebih terhambat bila
dibandingkan dengan sejumlah populasi hama tersebut berada pada tanaman yang
tidak atau kurang baik.
Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau
terbawa keturunan (faktor genetik) tetapi dapat juga karena lingkungan yang
menyebabkan tanaman menjadi tahan terhadap serangan hama. Beberapa ahli
yang membedakan ketahanan tanaman dalam dua kelompok yaitu Ketahanan
Ekologik dan ketahanan genetik (Kogan, 1982 dalam Untung, 1996). Ada ahli
lain yang menganggap ketahanan ekologik bukan merupakan ketahanan
sebenarnya dan disebut ketahanan palsu (pseudo resistance) sedangkan yang
disebut ketahanan tanaman adalah ketahanan genetik. Hal ini disebabkan sifat
ketahanan ekologik tidak tetap dan mudah berubah tergantung pada keadaan
lingkungannya, sedangkan sifat ketahanan genetik relatif stabil dan sedikit
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan (Untung, 1996).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Manggoapi Unipa Manokwari
yang terletak pada ketinggian 110 m dari permukaan laut dan Laboratorium hama
dan penyakit. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Papua. Penelitian ini
berlangsung selama 4 bulan yaitu dari bulan Maret sampai Juni 2010.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kapas, tali rafia, alkohol 70 %, kertas label,
buku petunjuk bergambar untuk identifikasi hama (Ismunadji, et al. 1990), dan
bahan lain yang menunjang pelaksanaan penelitian .
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, jala
serangga, alat tulis menulis, timbangan halus (Ohaus), botol perangkap, gunting,
dan mistar/penggaris.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif dengan teknik
observasi lapang yaitu pengamatan langsung di lapangan.
Pelaksanaan Penelitian
Sebelum pengambilan data, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Penentuan Petak Contoh.
Penentuan petak contoh dilakukan berdasarkan jumlah jenis varietas
yang uji sebanyak 10 varietas. Petak contoh yang diambil sebanyak 10
petak, berdasarkan 10 varietas kedelai yang diuji (Lampiran 5).
2. Penentuan Tanaman Contoh.
Tanaman contoh diambil berdasarkan 10 varietas kedelai yang diuji.
Pengambilan tanaman contoh dilakukan secara diagonal sebanyak 10
tanaman dalam satu varietas (Lampiran 6).
3. Pengamatan Serangga.
Pengamatan serangga di lapangan dilakukan dalam setiap petak pada
masing-masing 10 tanaman contoh per varietas, Serangga yang terdapat
pada daun ataupun batang masih dalam stadia larva, dan pupa/nimfa dan
imago diidentifikasi dengan menggunakan buku petunjuk bergambar hama
(Ismunadji, et al, 1990), serangga imago dihitung populasi per tanaman
contoh dan khusus hama lalat diambil dengan menggunakan jala serangga.
Penelitian ini dilakukan pada pagi hari (06.30-09.00), dan sore hari
(16.30-18.00) ini dilakukan satu kali dalam seminggu.
4. Identifikasi Jenis Serangga Hama.
Serangga hama yang sudah tertangkap ataupun yang diamati
langsung pada tanaman diidentifikasi dengan buku petunjuk bergambar
dan buku identifikasi lainnya (Ismunadji, et al, 1990).
Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : variabel
utama dan penunjang.
Variabel Utama Meliputi :
1. Jenis-jenis serangga hama (stadia larva, pupa/nimfa dan imago) dan
populasinya yang terdapat pada tanaman kedelai. Pengamatan setiap
minggu yaitu 2 – 11 minggu setelah tanam (MST).
2. Bentuk kerusakan yang disebabkan hama tersebut.
3. Berat polong, jumlah polong hampa dan polong bernas.
4. Jumlah gerekan pada batang tanaman contoh.
5. Bobot brangkasan basah dan kering (saat panen).
6. Tinggi tanaman (saat panen) dan umur panen dari tanaman contoh.
Variabel Penunjang Meliputi :
Data harian keadan iklim (suhu dan kelembaban).
Ketahanan biologi tanaman terhadap 10 varietas uji diukur dengan varians
dan standar deviasi dengan selang kepercayaan (SK) 95 % yang
menggunakan rumus menurut Dajan (1984), Rumus dapat dilihat pada
(Lampiran 4, 5, dan 6).
Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan dimasukkan dalam tabel dan diolah
secara tabulasi dan dilanjutkan dengan perhitungan nilai standar deviasi,
kemudian untuk identifikasi serangga menggunakan buku petunjuk bergambar
hama (Ismunadji, et al. 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Serangga Hama Utama Kedelai
Kehadiran berbagai jenis-jenis hama yang dijumpai pada ke 10 varietas
kedelai yang diuji, selama pertumbuhan dan disajikan pada Tabel 1.
Tabel. 1.Kehadiran Jenis Hama Pada 10 Varietas kedelai uji didasarkan pada
Stadia Serangga.
No Jenis hama Varietas Kedelai Stadia Serangga
A B C D E F G H I J Telur Larva Pupa Nimfa Imago
1
Lalat
(Ophiomyia
phaseoli) + + + + + + + + + + - - - - +
2
Penggulung
daun
(Lamprosema
indicata) + + + + + - + + + - + + - - -
3
Ulat jengkal
(Chrysodeixis
chalcites) - + - + - - - - - - - + - - -
4
Kumbang
daun
(Phaedonia
inclusa) + - - - - - - - - - - - - - +
5
Ulat grayak
(Spodoptera
litura) - - - + - - - - - - - + - - -
6
Kepik hijau
(Nezara
viridula L.) - - + - - - - + - - - - - + +
7
Kepik polong
(Riptortus
linearis L.) + + + + + + + + - + - - - + +
8
Kepik
(Phiezodorus
hybneri) + - + + + + + + - + - - - + +
Keterangan : + = (hama ada) ; – = (hama tidak ada) ;
A (Argomulyo); B (Cikuray); C (Tanggamus);
D(Anjasmoro); E (Sinabung); F (Grobogan);
G (Prafi); H (Sindoro); I (Wilis); J (Kaba).
Dari Tabel 1, terlihat bahwa ada 8 jenis hama utama yang dijumpai yaitu
lalat kacang; penggulung daun; ulat jengkal; kumbang daun; ulat grayak; kepik
hijau; kepik polong; dan kepik (Phiezodorus hibneri) dan ada juga jenis hama lain
yang ditemukan pada tanaman kedelai seperti keong dan belalang.
Dari ke delapan jenis hama (Tabel 1) ditemukan dengan stadia yang
berbeda seperti stadia imago adalah lalat kacang (Ophiomya phaseoli), kepik
polong (Riptortus linearis), kepik hijau (Nezara viridula) dan kepik (Phiezodorus
hybneri), stadia nimfa adalah kepik polong (Riptortus linearis), kepik hijau
(Nezara viridula) dan kepik (Phiezodorus hybneri). Stadia larva adalah
penggulung daun (Lamprosema indicata), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites)
dan ulat grayak (Spodoptera litura). Stadia telur adalah penggulung daun
(Lamprosema indicata), sedangkan yang tidak ditemukan stadia pupa.
Lebih lanjut dari penelitian ini, hama lalat kacang dijumpai pada semua
varietas uji, sedangkan hama penggulung daun (Lamprosema indicata) ditemukan
pada varietas Argomulyo, Cikuray, Tanggamus, Anjasmoro, Sinabung, Prafi,
Sindoro, dan Wilis, Akan tetapi untuk varietas Grobogan dan Kaba tidak
dijumpai. Hama ulat jengkal (Chryzodeixis chalcites) hanya ditemukan pada
varietas Cikuray dan Anjasmoro, sedangkan pada 8 varietas uji lainnya tidak.
Hama kumbang daun (Phaedonia inclusa) hanya ditemukan pada varietas
Argomulyo dan tidak ditemukan pada 9 varietas uji lainnya. Ulat grayak
(Spodoptera litura) ditemukan pada varietas Anjasmoro, sedangkan pada 9
varietas uji yang lain tidak ditemukan. Kepik hijau (Nezara viridula) ditemukan
pada varietas Tanggamus dan Sindoro, tidak ditemukan pada varietas uji lain.
Kepik polong (Riptortus linearis) tidak ditemukan pada varietas Wilis, tetapi
menyerang 9 varietas uji lainnya. Kepik (Phiezodorus hybneri) tidak dijumpai
pada varietas Cikuray dan Wilis, tetapi pada varietas Argomulyo, Tanggamus,
Anjasmoro, Sinabung, Grobogan, Prafi, Sindoro dan Kaba.
Uraian dari masing-masing jenis hama yang dijumpai pada tanaman
kedelai selama pertumbuhan, adalah sebagai berikut :
1. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli).
(a) (b) (c)
Gambar 1. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli)
(a) Imago ; (b) Imago (Sumber Ismunadji, et al, 1990) ;
(c) Bentuk kerusakan
Lalat kacang (Ophiomya phaseoli) ditemukan pada sepuluh varietas
kedelai yang diuji. Hama ini merusak tanaman pada stadia vegetatif. Stadia hama
yang merusak yaitu stadia larva. Menurut Adisarwanto et al (1999) larva lalat
ini yang menjadi hama, larva yang baru menetas berwarna putih transparan dan
akan berubah menjadi putih kekuningan. Pada bagian mulut larva terdapat bintik
hitam. Hal ini didukung oleh Ismunadji et al (1990) bahwa larva yang baru
keluar dari telur menggerek kotiledon dan daun pertama, kemudian ke tangkai
daun terus menuju ke bagian bawah batang. Imago berwarna hitam mengkilat
(Gambar 1.a ), berukuran 1,84-2,86 mm pada yang betina dan 1,60-2,20 mm pada
yang jantan, hal ini dikemukakan oleh Ismunadji et al (1990). Lalat betina
badannya berukuran lebih besar dari pada yang jantan, hal ini dikemukakan oleh
Cahyono (2007).
2. Penggulung daun (Lamprosema indicata).
(a) (b) (c)
Gambar 2. Penggulung daun (Lamprosema indicata)
(a) Imago; (b) Larva; (c) Bentuk kerusakan
Hama penggulung daun (Lamprosema indicata) menyerang hampir semua
jenis tanaman kacang-kacangan selain tanaman kedelai seperti kacang tanah,
kacang panjang, kacang hijau dan kacang tunggak. Hasil penelitian (Tabel 1)
terlihat bahwa hama penggulung daun hanya dijumpai pada varietas Wilis,
sedangkan varietas Grobogan dan Kaba, tidak ditemukan hama penggulung daun
tersebut. Ngengat berwarna kuning kecoklatan dengan garis coklat kehitaman
pada sayapnya (Gambar 2.a). Rentangan sayapnya dapat mencapai 20 mm.
Menurut Cahyono (2007) larva (Gambar 2.b) tubuhnya berwarna kehijauan
dengan garis-garis kuning sampai putih dan kepalanya berwarna kuning muda
mengkilat. Menurut Ismunadji et al (1990) tanaman kedelai yang terserang
hama ini mudah karena adanya daun-daun yang direkat menjadi satu. Apabila
rekatan itu dibuka, maka terlihat larva yang aktif bergerak.
3. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.).
(a) (b)
Gambar 3. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.).
(a) Imago; (b) Bentuk kerusakan
Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.) berwarna hijau dan berjalan
seperti menjengkal ; memakan daun kedelai sehingga tertinggal tulang-tulang
daunnya saja. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 3.b). Ngengat betina
meletakkan telurnya dipermukaan bawah daun kedelai. Umur telur 3-4 hari.
Larva berwarna hijau, larva berpupa di daun, ditutup dengan benang-benang sutra
yang berwarna putih sutra yang berwarna putih kotor. Umur larva 14-19 hari,
umur pupa 6-11 hari, dan umur imago 5-12 hari (Gambar 3.a). Serangan larva
menyebabkan bercak-bercak putih pada daun karena yang tinggal hanya epidermis
dan tulang daunnya. Varietas cikuray ditemukan 1 ekor larva begitu juga dengan
varietas anjasmoro, sedangkan varietas lain tidak ditemukan hama ulat jengkal ini.
4. Kumbang daun (Phaedonia inclusa Stal.)
(a) (b)
Gambar 4. Kumbang daun (Phaedonia inclusa Stal.)
(a) Imago; (b) Bentuk kerusakan
Kumbang daun (Phaedonia inclusa Stal.) menyerang kedelai sejak stadia
ulat (larva) sampai kumbang (Gambar 4.a). Dalam Tabel 1 dapat kita lihat bahwa
hanya ada satu jenis varietas saja yang terserang hama kumbang daun tersebut.
Imago dari pada hama kumbang daun ini dapat hadir di pertanaman sejak awal
pertumbuhan tanam sampai panen. Cahyono (2007) mengemukakan bahwa
imago memiliki ciri-ciri kepala dan toraknya (dada) berwarna merah, sayap depan
berwarna hitam kebiruan mengkilap dengan bagian pinggir berwarna kuning.
Kumbang jantan memiliki ukuran tubuh lebih pendekdari kumbang betina.
Kumbang dewasa dan larvanya sama-sama merusak pucuk daun, tangkai daun,
bunga, dan polong. Bentuk kerusakan (Gambar 4.b). Menurut Ismunadji et al
(1990) telur diletakkan berkelompok dalam 5-10 butir/kelompok dipermukaan
bawah daun. Larva terdiri dari 4 instar. Larva muda berwarna hitam keabu-abuan.
Umur larva rata-rata 12 hari. Pupa dibentuk di dalam tanah, berwarna kuning
pucat dan umur pupa rata-rata 8 hari.
5. Ulat grayak (Spodoptera litura ).
(a) (b)
Gambar 5. Ulat grayak (Spodoptera litura ).
(a) Larva dan Bentuk kerusakan; (b) Imago.
Ulat grayak (Spodoptera litura ) yang masih muda berwarna kehijauan,
sedangkan ulat dewasanya berwarna kecokelatan atau abu-abu gelap dan
berbintik- bintik hitam serta bergaris-garis keputihan (Gambar 5. a). Pada Tabel 2
hanya ada 1 ekor larva yang menyerang kedelai varietas Anjasmoro, tetapi tidak
ditemukan pada varietas yang lain. Ulat grayak memiliki imago (ngengat)
berwarna agak keabu-abuan (Gambar 5. b). Ukuran panjang ngengat jantan 17
mm dan betina 15,7 mm, ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok
terutama pada permukaan bawah daun. Larva hidup bergerombol memakan daun
kecuali epidermis permukaan atas daun, larva juga dapat makan bunga dan polong
muda. Serangan larva pada stadia pembungaan dan awal pembentukan polong
dapat mengurangi atau menggagalkan panen. Cahyono (2007) menyatakan ulat
grayak berumur 20 hari untuk menjadi kepompong (pupa). Pupa berwarna coklat,
dibentuk di dalam tanah. Umur pupa rata-rata 9-10 hari. Hal ini dikemukakan oleh
Ismunadji, et al . (1990).
6. Kepik hijau (Nezara viridula L.).
(a) (b)
Gambar 6. Kepik hijau (Nezara viridula L.).
(a) Nimfa ; (b) Imago
Cahyono (2007) menyatakan bahwa kepik dewasa tubuhnya berwarna
hijau, berbentuk segi lima seperti perisai, panjang tubuh 1 cm (Gambar 6. b).
Menurut Ismunadji et al (1990) telur diletakkan berkelompok antara 10-118
butir, rata-rata 200 butir per induk. Bentuk telur seperti cangkir, berwarna kuning
dan berubah menjadi merah bata pada tiga hari sebelum menetas. Kepik muda
(nimfa) memiliki warna tubuh berbeda-beda sesuai dengan perkembangan
instarnya (Gambar 6. a). Bentuk tubuh kepik hijau hampir bulat dan berbau khas,
hal ini disampaikan oleh Sumarno (1991). Untuk diketahui bahwa serangga imago
meletakkan telur pada daun, polong, batang dan di rumput. Kepik hijau mengisap
polong muda maupun polong tua. Polong muda yang diserang menjadi pipih,
tidak berisi, keriput, dan akhirnya gugur.
7. Kepik polong (Riptortus linearis L.).
(a) (b)
Gambar 7. Kepik polong (Riptortus linearis L.).
(a) Imago; (b) Nimfa
Menurut Ismunadji, et al (1990) imago berwarna cokelat dengan garis
putih kekuningan disepanjang sisi badannya (Gambar 7. a). Panjang badan imago
betina 13-14 mm, sedangkan yang jantan 11-13 mm. Menurut Cahyono (2007)
telur kepik cokelat berwarna keabu-abuan, dan biasanya terdapat dipermukaan
daun bagian bawah secara berkelompok. Umur telur 6-7 hari. Nimfa terdiri dari
lima instar yang berbeda bentuk, warna, ukuran, dan umurnya, nimfa instar I dan
II mirip semut gramang, instar III mirip semut rangrang berwarna coklat. IV dan
V mirip semut polyrachis (Gambar 7. b), instar IV berwarna coklat kehitaman
sedangkan instar V berwarna hitam kebuan. Kepik cokelat mengisap polong
muda maupun polong tua. Polong muda yang diserang kepik cokelat menjadi
hampa (tidak membentuk biji), sedangkan polong tua yang terserang, bijinya
menjadi keriput dan berbintik-bintik hitam.
8. Kepik (Phiezodorus hybneri).
(a) (b)
Gambar 8. Kepik (Phiezodorus hybneri).
(a) Nimfa; (b) Imago
Menurut Ismunadji et al (1990) imago kepik (Phiezodorus hybneri)
berwarna hijau pucat, berukuran 10 mm, dan antenanya berwarna kemerahan
(Gambar 8.b). Umur imago rata-rata 30 hari (19-45). Imago datang dipertanaman
sejak pembentukan bunga untuk meletakkan telur. Telur diletakkan berkelompok
pada permukaan daun dan polong, dua baris per kelompok dan terdiri dari 12-41
butir. Umur telur rata-rata 4 hari. Nimfa terdiri dari lima instar (Gambar 8.a).
Umur rata-rata instar I, II, III, IV dan V berturut-turut 2,4,3,3 dan 5 hari. Nimfa
instar I berwarna jingga terang kemudian berubah menjadi kehitaman. Instar III,
kepala dan toraknya (dada.) agak coklat dengan garis-garis membujur,
sedangkan abdomennya agak kuning dengan bercak coklat kehijauan. Instar V
berwarna pucat kehijauan, pada bagian tengah kepalanya terdapat garis membujur
berwarna agak coklat. Umur nimfa rata-rata 17,5 hari (14-22 hari). Kepik
(Phiezodorus hybneri) serangannya sama dengan kepik hijau (Nezara viridula L.)
dan kepik polong (Riptortus linearis L.) yang mengakibatkan kualitas dan
kuantitas hasil berkurang.
Populasi Serangga Hama Utama Kedelai
Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggu sejak tanaman berumur 2-11
minggu setelah tanam (MST) tentang jenis-jenis hama pada 10 varietas kedelai
yang diuji dan sebaran populasi dapat dilihat dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel. 2. Jenis dan Populasi Hama Utama Pada 10 Varietas Kedelai Uji.
No Jenis Hama Varietas Kedelai
Σ A B C D E F G H I J
1 Lalat (Ophiomyia
phaseoli) 18 12 27 17 10 16 7 18 14 12 151
2
Penggulung daun
(Lamprosema
indicata) 2 2 3 2 2 - √ 1 6 - 18
3
Ulat
jengkal(Chrysodeixis
chalcites Esp.) - 1 - 1 - - - - - - 2
4 Kumbang daun
(Phaedonia inclusa) 1 - - - - - - - - - 1
5 Ulat grayak
(Spodoptera litura) - - - 1 - - - - - - 1
6 Kepik hijau (Nezara
viridula L.) - - 1 - - - - 1 - - 2
7 Kepik polong
(Riptortus linearis L.) 13 6 24 1 1 1 1 4 - 1 52
8 Kepik (Phiezodorus
hybneri) 8 - 8 4 6 - 3 3 - - 32
Keterangan : √ = Stadia telur, Σ = Jumlah., (-) = Tidak ditemukan hama
A(Argomulyo), B (Cikuray), C (Tanggamus), D (Anjasmoro),
E (Sinabung), F (Grobogan), G (Prafi), H (Sindoro), I (Wilis),
J (Kaba).
Dalam Tabel 2, terlihat bahwa populasi hama tertinggi adalah hama lalat
kacang (Ophiomya phaseoli ) yang ditemukan pada semua varietas uji, sedangkan
populasi hama terendah yaitu kumbang daun (Phaedonia inclusa ) dan ulat grayak
(Spodoptera litura ). Hama lalat kacang berkisar dari 7-27 ekor per varietas,
kumbang daun dan ulat grayak yang hanya ditemukan pada varietas
A(Argomulyo) dan D (Anjasmoro) masing-masing 1 ekor. Hama Riptortus
linearis, populasi tertinggi (24 ekor) pada varietas C (Tanggamus), sedangkan
varietas lainnya kurang dari 15 ekor per varietas.
Pengamatan mengenai umur tanaman terhadap kehadiran jenis-jenis hama
utama sejak tanaman berumur 2 - 11 MST disajikan pada Tabel 3.
Tabel. 3. Jenis dan Populasi Hama Utama Berdasarkan Umur Tanaman
No Jenis Hama
Umur Tanaman (MST)
Σ
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Lalat (Ophiomyia
phaseoli) 4 48 19 73 7 - - - - - 151
2
Penggulung daun
(Lamprosema
indicata) 3 1 1 4 6 2 1 - - - 18
3
Ulat jengkal
(Chryzodeixis
chalcites) - - 1 - 1 - - - - - 2
4 Kumbang daun
(Phaedonia inclusa) - - - - - - - - 1 - 1
5 Ulat grayak
(Spodoptera litura) - - - - - - - - 1 - 1
6 Kepik hijau (Nezara
viridula L.) - - - - - - 1 - 1 - 2
7
Kepik polong
(Riptortus linearis
L.) - - - - - - 3 7 6 36 52
8 Kepik (Phiezodorus
hybneri) - - - - - 1 - 5 8 18 32
Keterangan : Σ = jumlah; ( - ) = tidak ditemukan hama
Tabel 3, menunjukan bahwa ada 8 jenis serangga hama utama yang
menyerang kedelai (Glycine max L. Merrill) pada umur tanaman yang berbeda-
beda. Kedelapan jenis serangga hama ini hadir pada stadia vegetatif maupun
stadia generatif.
Populasi hama lalat tertinggi, muncul sejak tanaman berumur 2 sampai 6 MST
dan tidak lagi ditemukan adalah pada stadia generatif (7-11 MST). Hama lalat
(Ophiomya phaseoli) merupakan hama bibit yang menyerang tanaman saat
tanaman mulai muncul dipermukaan tanah. Menurut Ismunadji, et al (1990)
tanda serangan awal berupa bintik-bintik putih pada kotiledon, daun pertama dan
daun kedua yaitu bekas tusukan alat pelekat telur lalat.
Berdasarkan Tabel 3, juga terlihat ada 2 jenis hama lainnya yang menyerang
tanaman kedelai pada stadia vegetatif yaitu penggulung daun (Lamprosema
indicata) pada tanaman berumur 2-8 MST, dan ulat jengkal (Chryzodeixis
chalcites) pada tanaman berumur 4 dan 6 MST . Hama kepik polong (Riptortus
linearis) populasi tertinggi (36 ekor) pada tanaman berumur 11 MST dan kepik
(Phiezodorus hybneri) sebanyak 18 ekor. Ada 5 jenis hama menyerang pada
tanaman stadia generatif yaitu kumbang daun (Phaedonia inclusa), ulat grayak
(Spodoptera litura), kepik hijau (Nezara viridula L.), kepik polong (Riptortus
linearis L.) dan kepik (Phiezodorus chalcites). Kelima jenis hama yang muncul
saat tanaman stadia generatif ini merupakan jenis hama yang merusak polong,
sehingga dapat menurunkan produksinya.
Ketahanan Tanaman Terhadap Beberapa Jenis-jenis Hama Utama Kedelai
Hasil pengamatan tanaman kedelai pada saat panen untuk tinggi tanaman,
brangkasan basah dan kering, jumlah polong bernas dan hampa, berat polong dan
jumlah gerekan disajikan pada Tabel 4.
Tabel. 4. Rata-rata Variabel Pengamatan Tanaman terhadap 10 Varietas Kedelai
Uji.
Varietas
Variabel Pengamatan
Tinggi
tanaman
(cm)
saat
panen
Brangkasan
(gram)
Jumlah Polong Berat
polon
g
(gram
)
Jumlah
Gereka
n
Basah Kerin
g
Bernas Hamp
a
Argomulo 32,00 51,80 31,50 63,33 8,60 27,07 4,30
Cikuray 31,67 113,25 57,00 127,60 5,70 46,50 4,60
Tanggamu
s
41,90 62,87 31,50 83,20 7,00 26,80 3,80
Anjasmoro 38,12 60,00 52,00 82,20 6,60 37,00 2,60
Sinabung 17,10 61,47 36,00 108,80 4,20 28,00 6,40
Grobogan 21,40 31,00 17,67 38,30 2,20 14,33 0,40
Prafi 19,00 58,50 29,29 71,30 5,50 26,00 1,60
Sindoro 24,70 49,33 33,00 61,60 4,30 13,97 3,20
Wilis 36,20 48,50 25,00 54,20 1,90 15,50 2,20
Kaba 25,40 53,67 19,67 56,50 1,70 10,00 1,00
Tabel 4, dapat dilihat bahwa ada perbedaan ketahanan tanaman dari
kesepuluh varietas uji terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh hama–hama
tersebut. Hama penggerek polong ini, mengakibatkan polong menjadi hampa dan
tidak menghasilkan biji kedelai.
Menurut Painter (1951) dalam Oka (2005) daya tahan tanaman terhadap
serangga hama didefinisikan sebagai jumlah relatif dari sifat-sifat yang diturunkan
oleh tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh serangga.
Dari hasil analisa Tabel 4, diambil 3 macam variabel pengamatan yaitu
jumlah polong hampa, berat polong, dan jumlah gerekan sebagai sampel untuk
mengukur ketahanan varietas kedelai yang diuji dengan mengunakan rumus Dajan
(1984) standar deviasi dengan selang kepercayaan (95 %). disajikan dalam Tabel
6, 7, dan 8 berikut.
Perbedaan ketahanan terhadap jenis hama yang mengakibatkan kerusakan
polong (hampa) yaitu Riptortus linearis, Nezara viridula, dan Phiezodorus
hybneri pada Tabel 5.
Tabel 5. Selang Kepercayaan 95 % dari Rata–rata Penyebab Polong Hampa
pada10 Varietas Kedelai Uji Terhadap Hama Riptortus linearis, Nezara
viridula, dan Phiezodorus hybneri.
No. Nilai Selang Kepercayaan (µ) Selang Polong Hampa
1 < 3,14 F, I, dan J
2 3,14 < µ < 6,44 B, E, G, dan H
3 > 6,44 A, C, dan D
Keterangan : A (Argomulyo), B (Cikuray), C (Tanggamus),
D (Anjasmoro), E (Sinabung),F (grobogan),
G (Prafi), H (Sindoro), I (Wilis), dan J (Kaba).
Dari Tabel 5, pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai µ kurang dari
3,14 % yaitu 3 varietas (Grobogan, Wilis, dan Kaba) mampu bertahan dari
penggerek polong. Dan kerusakan antara 3,14 % < µ < 6,44 % ada 4 varietas
(Cikuray, Sinabung, Prafi, dan Sindoro), sedangkan kerusakan diatas 6,44 % ada 3
varietas (Argomulyo, Tanggamus, dan Anjasmoro) dapat mempengaruhi produksi
kedelai. Polong hampa diakibatkan oleh hama pengerek polong yaitu kepik coklat
(Riptortus linearis), kepik hijau (Nezara viridula L.), dan kepik (Phiesodorus
hybneri).
Perbedaan ketahanan terhadap jenis hama yang mengakibatkan penurunan
berat polong karena hama penggerek polong yaitu Riptortus linearis, Nezara
viridula, dan Phiezodorus hybneri pada Tabel 6.
Tabel 6. Selang Kepercayaan 95 % dari Rata-rata Berat Polong pada 10 Varietas
Kedelai Uji Terhadap Produksi.
No. Nilai Selang Kepercayaan (µ) Selang Berat Polong
1 < 16,37 F, H, I, dan J
2 16,37 < µ < 32,66 A,C, E dan G
3 > 32,66 B dan D
Keterangan : A(Argomulyo), B (Cikuray), C (Tanggamus),
D (Anjasmoro), E (Sinabung),F (Grobogan),
G (Prafi), H(Sindoro), I(Wilis), dan J (Kaba).
Tabel 6, selang kepercayaan 95 % dengan nilai µ kurang dari 16,37 %
ada 4 varietas (Grobogan, Sindoro, Wilis, dan Kaba) termasuk produksi yang
rendah, karena kerusakan yang diakibatkan yaitu produksi kedelai menurun
dibawah 16,37 %. dan nilai µ antara 16,37 % < µ < 32,66 % ada 4 varietas
(Argomulyo, Tanggamus, Sinabung, dan Prafi ), sedangkan nilai µ diatas 32,66
% ada 2 varietas (Cikuray dan Anjasmoro) merupakan produksi kedelai tertinggi
dan termasuk varietas yang baik, sedangkan Tabel 5, varietas anjasmoro terserang
penggerek polong, namun dalam Tabel 6, produksinya sangat tinggi.
Perbedaan ketahanan terhadap jenis hama yang mengakibatkan gerekan
pada batang tanaman yaitu lalat kacang (Ophiomya phaseoli) pada Tabel 7.
Tabel 7. Selang Kepercayaan 95 % dari Rata-rata Penyebab Gerekan pada 10
Varietas Kedelai Uji Terhadap Hama lalat (Ophiomya phaseoli).
No. Nilai Selang Kepercayaan (µ) Selang Jumlah Gerekan
1 < 1, 721 F, G dan J
2 1, 721 < µ < 4,299 C, D dan H
3 > 4,299 A, B dan E
Keterangan : A (Argomulyo), B (Cikuray), C (Tanggamus),
D (Anjasmoro), E (Sinabung), F (Grobogan),
G (Prafi), H (Sindoro), I (Wilis), dan J (Kaba ).
Tabel 7, tingkat nilai selang kepercayaan 95 % dengan nilai µ kurang
dari 1, 721 % ada 3 varietas (Grobogan, Prafi,dan Kaba), mampu bertahan
terhadap penggerek batang dan kerusakan antara 1, 721 % < µ < 4,299 % ada 3
varietas (Tanggamus, Anjasmoro, dan Sindoro), sedangkan nilai µ kerusakan
diatas 4,299 % ada 3 varietas (Argomulyo, Cikuray, dan Sinabung). gerekan itu
diakibatkan karena hama penggerek batang tanaman kedelai. Hama yang
menggerek yaitu lalat kacang (Ophiomya phaseoli) yang menjadi hama yaitu larva
dapat menggerek batang tanamannya, sehingga tanaman mati tetapi yang bertahan
akan tampak kerdil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan yang di temukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Delapan jenis serangga hama utama adalah lalat kacang (Ophiomya
phaseoli), penggulung daun (Lamprosema indicata), ulat jengkal
(Chryzodeixis chalcites), kumbang daun (Phaedonia inclusa), ulat grayak
(Spodoptera litura), kepik hijau (Nezara viridula L.), kepik polong
(Riptortus linearis), kepik (Phiezodorus hybneri).
2. Dari kesepuluh varietas kedelai uji yang termasuk mampu bertahan
terhadap hama penggerek polong adalah varietas Grobogan, Wilis, dan
Kaba.
3. Varietas yang memiliki ketahanan terhadap penggerek batang adalah
Grobogan, Prafi, dan Kaba.
4. Varietas yang produksinya baik yaitu Cikuray dan Anjasmoro walaupun
terbilang ada serangan hama.
5. Hama utama yang populasi tertinggi adalah lalat kacang (Ophiomya
phaseoli),
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan kepada petani dan
peneliti lanjutan agar memperhatikan jenis varietas kedelai yang sesuai dengan
keadaan lingkungan sekitar, dan musim tanam yang sesuai, untuk itu dalam hasil
penelitian ini dapat digunakan varietas kedelai yang tahan terhadap hama – hama
utama kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Rini Wudiyanto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai
di Lahan Sawah, Kering,dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adisarwanto, T. 2000. Teknologi Produksi Kedelai. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai, Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar swadaya. Jakarta.
BPS. 2008. Laporan Tahunan Rata - Rata Produksi Kedelai. Badan Pusat Statistik,
Kabupaten Manokwari. Papua Barat.
Cahyono, Bambang. 2007. Kedelai, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
C.V. Aneka Ilmu. Semarang.
Dajan, Anton. 1984. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Ismunadji, M.; A. Syarifuddin Karama.; Justinus Soedjitno.; Mukelar Amir.; A.
Widjono.; Atsushi Naito dan Shigero Naito. 1990. Petunjuk Bergambar
Untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Menden hall william dan James. E. Reinmuth, 1993. Statistik untuk Manajemen
dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Oka, Nyoman Ida. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sastrahidrat, R.I. dan D.S Soermarno. 1991. Budidaya Tanaman Tropika.
Fakultas Pertanian, Universitas Malang.
Sugeng, H.R. 2001. Bercocok Tanam Palawijaya. C.V. Aneka Ilmu. Semarang.
Sumarno. 1991. Kedelai dan Cara Budidaya. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Tarumingkeng, R.C. 1994. Dinamika Populasi. Pustaka Sinar Harapan.
Untung, Kasumbogo. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Wamaer Marthina, 2004. Pengamatan Serangga Hama Belalang pada areal
Pertanaman Kelapa Sawit Pirsus di Kampung Umbui Distrik Prafi
Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana (Tidak diterbitkan).
Lampiran. 1. Deskripsi Varietas Kedelai
1. CIKURAY (Kedelai Hitam)
Dilepas tahun : 3 November 1992
SK Mentan : 616/Kpts/TP.240/11/92
Nomor galur : 630/1343-4-1
Asal : Hasil seleksi keturunan persilangan kedelai
No. 630 dan No. 1343 (Orba).
Hasil rata-rata : 1,7 t/ha biji kering
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau muda
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Hitam mengkilat
Warna polong tua : Coklat tua
Warna hilum biji : Putih
Tipe tumbuh : Determinit, bentuk daun lebar
Umur berbunga : 35 hari
Umur polong masak : 82–85 hari
Tinggi tanaman : 60–65 cm
Bobot 100 biji : 11–12 g
Kandungan protein : 35%
Kandungan lemak : 17%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Toleran karat daun
Keterangan : Polong masak tidak mudah pecah, beradap-
tasi baik di dataran rendah, juga cocok
untuk ditanam di dataran tinggi, cukup
baik untuk pertanaman di musim hujan
atau musim kemarau.
Pemulia : Darman MA. dan Ono Sutrisno.
2. SINDORO
Dilepas tahun : 1995
Nomor asal : T4 (UNSOED 2)
Asal : Hasil persilangan Dempo x Wilis
Hasil rata-rata : 2,03 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Hitam
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 36 hari
Umur polong masak : 86 hari
Tinggi tanaman : 59 cm
Bobot 100 biji : 12 g
Kandungan protein : 33%
Kandungan minyak : 16%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan karat daun
Keterangan : Sesuai untuk tanah masam
Pemulia : Sunarto, Noor Farid, dan Suwarto.
3. TANGGAMUS
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 536/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor induk : K3911-66
Asal : Hibrida (persilangan tunggal): Kerinci x
No. 3911
Hasil rata-rata : 1,22 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna kotiledon : Kuning
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat tua
Bentuk biji : Oval
Bentuk daun : Lanceolate
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 35 hari
Umur saat panen : 88 hari
Tinggi tanaman : 67 cm
Percabangan : 3–4 cabang
Bobot 100 biji : 11,0 g
Ukuran biji : Sedang
Kandungan protein : 44,5%
Kandungan lemak : 12,9%
Kandungan air : 6,1%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Moderat karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam
Pemulia : Darman MA., M. Muchlish Adie,
Heru Kuswantoro, dan Purwantoro
4. ANJASMORO
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : Mansuria 395-49-4
Asal : Seleksi massa dari populasi galur
murni Mansuria
Daya hasil : 2,03–2,25 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat muda
Warna hilum : Kuning kecoklatan
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Lebar
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 35,7–39,4 hari
Umur polong masak : 82,5–92,5 hari
Tinggi tanaman : 64 - 68 cm
Percabangan : 2,9–5,6 cabang
Jml. buku batang utama : 12,9–14,8
Bobot 100 biji : 14,8–15,3 g
Kandungan protein : 41,8–42,1%
Kandungan lemak : 17,2–18,6%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Moderat terhadap karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya,
Jamaluddin M.,Susanto, Darman M.A., dan
M. Muchlish Adie.
5. GROBOGAN
Dilepas tahun : 2008
SK Mentan : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Asal : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan
Tipe pertumbuhan : determinit
Warna hipokotil : ungu
Warna epikotil : ungu
Warna daun : hijau agak tua
Warna bulu batang : coklat
Warna bunga : ungu
Warna kulit biji : kuning muda
Warna polong tua : coklat
Warna hilum biji : coklat
Bentuk daun : lanceolate
Percabangan : -
Umur berbunga : 30-32 hari
Umur polong masak : ± 76 hari
Tinggi tanaman : 50–60 cm
Bobot biji : ± 18 g/100 biji
Rata-rata hasil : 2,77 ton/ha
Potensi hasil : 3,40 ton/ha
Kandungan protein : 43,9%
Kandungan lemak : 18,4%
Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa
kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda
cukup besar, pada musim hujan dan daerah
beririgasi baik.
Sifat lain : Polong masak tidak mudah pecah, dan pada
saat panen daun luruh 95–100%, saat
panen > 95 % daunnya telah luruh.
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie
Peneliti : T. Adisarwanto, Sumarsono,
Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono,
SB. Purwanto, Siti Khawariyah,
Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan
Suharno.
Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan,
BPSB JawaTengah, Pemerintah Daerah Prov Jawa Tengah.
6. WILIS
Dilepas tahun : 21 Juli 1983
SK Mentan : TP240/519/Kpts/7/1983
Nomor induk : B 3034
Asal : Hasil seleksi keturunan persilangan Orba x
No. 1682
Hasil rata-rata : 1,6 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau - hijau tua
Warna bulu : Coklat tua
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong tua : Coklat tua
Warna hylum : Coklat tua
Tipe tumbuh : Determit
Umur berbunga : ± 39 hari
Umur matang : 85–90 hari
Tinggi tanaman : ± 50 cm
Bentuk biji : Oval, agak pipih
Bobot 100 biji : ± 10 g
Kandungan protein : 37,0%
Kandungan minyak : 18,0%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan karat daun dan virus
Benih penjenis : Dipertahankan di Balittan Bogor dan Balittan Malang
Pemulia : Sumarno, Darman M Arsyad.,Rodiah, dan
Ono Sutrisno.
7. SINABUNG
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 533/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4
Asal : Silang ganda 16 tetua
Hasil rata-rata : 2,16 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat
Bentuk biji : Lonjong
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 35 hari
Umur saat panen : 88 hari
Tinggi tanaman : 66 cm
Bobot 100 biji : 10,68 g
Ukuran biji : sedang
Kandungan protein : 46,0%
Kandungan lemak : 13,0%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Wilayah adaptasi : Lahan sawah
Pemulia : M. Muchlish Adie, Soegito, Darman MA.,
dan Arifin.
8. ARGO MULYO
Dilepas tahun : 1998
Nomor galur : -
Asal : Introduksi dari Thailand, oleh
PT .Nestle Indonesia pada tahun 1988
Nama asal : Nakhon sawan 1
Daya hasil : 1,5–2,0 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : Putih terang
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 35 hari
Umur saat panen : 80–82 hari
Tinggi tanaman : 40 cm
Percabangan : 3–4 cabang dari batang utama
Bobot 100 biji : 16,0 g
Kandungan protein : 39,4%
Kandungan minyak : 20,8%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Toleran karat daun
Keterangan Sesuai untuk : Bahan baku susu Kedelai
Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot
Sunyoto, dan Sumarno.
Benih Penjenis (BS) : Dirawat dan diperbanyak oleh
BP Karangploso, Malang.
Lampiran 2. Hasil Penelitian Selang Kepercayaan 95 % Polong Hampa
Diketahui : n (Banyak sampel yang diamati) 10 varietas uji.
Ditanya : Selang kepercayaan (SK) 95 %
Penyelesaian :
Cari : atau
8,60+5,70+7,00+6,60+4,20+2,20+5,50+4,50+1,90+1,70
10
47,9
10
4,79
Cari : atau
(8,60-4,79)²+(5,70-4,79)²+(7,00-4,79)²+(6,60-4,79)²+(4,20-
4,79)²
+ (2,20-4,79)²+ (5,50- 4,79)²+(4,50-4,79)²+(1,90-4,79)²+
(1,70-4,79)²
9
= (3.81)²+(0,91)²+(2,21)²+(1,81)²+(-0,59)²+(-2,59)²+(0,71)²+
(-0,29)²+ (-2,89)²+(-3,09)²
9
= 14,51+0,82+4,88+3,27+0,34+6,70+0,50+0,68+8,35+9,54
9
= 48,99
9
=
Jadi untuk selang kepercayaan 95 % 100 % - 95 % = 5 % =
0,05
4,79 – 0,025 : 9. 0,73 4,79 +0,025 : 9. 0,73
4,79 – 2,262 . 0,73 4,79+2,262 . 0,73
4,79 – 1,65 4,79+ 1,65
3,14 6,44
Jadi selang kepercayaan 95 % bagi adalah 3,14 6,44
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Selang Kepercayaan 95 % Berat Polong
Diketahui : n (Banyak sampel yang diamati) 10 varietas uji
Ditanya : Selang kepercayaan (SK) 95 %
Penyelesaian :
Cari : atau
27,07+46,50+26,80+37,00+28,00+14,33
+26,00+13,97+15,50+10,00
10
245,17
10
24,517
Cari : atau
(27,07-24,517)²+(46,50-24,517)²+(26,80-
24,517)²+(37,024,517)²+(28,00-24,517)²+(14,33-24,517)²
+(26,00 -24,517)²+(13,97 -24,517)²+(15,50 -24,517)² +
(10,00 -24,517)²
9
= (2,553)²+(21,983)²+(2,283)²+(12,483)²+(3,483)²+(10,187)²
+ (1,483)²+(-10,54 7)²+(- 9,017)²+(-14,517)²
9
= 6,51+483,25+5,21+155,82+12,13+103,77+2,19
+ 111,23+81,30+210,74
9
= 1172,15
9
=
Jadi untuk selang kepercayaan 95 % 100 % - 95 % = 5 % =
0,05
– 0,025 : 9. 3,60 +0,025 : 9. 3,60
– 2,262 . 3,60 +2,262 . 3,60
– 8,143 + 8,143
16,37 32,66
Jadi selang kepercayaan 95 % bagi adalah 16,37 32,66
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Selang Kepercayaan 95 % Jumlah
Gerekan
Diketahui : n (Banyak sampel yang diamati) 10 varietas uji
Ditanya : Selang kepercayaan (SK) 95 %
Penyelesaian :
Cari : atau
4,30+4,60+3,80+2,60+6,40+0,40+1,60+3,20+2,20+1,00
10
30,1
10
3,01
Cari : atau
(4,30-3,01)²+ (4,60 -3,01)²+ (3,80 -3,01)²+ (2,60 -3,01)²+
(6,40-3,01)² + (0,40-3,01)²+ (1,60 -3,01)²+ (3,20 -3,01)²+
(2,20-3,01)² + (1,00 -3,01)²
9
= (1,29)²+(1,59)²+(0,79)²+(-0,41)²+(3,39)²+(-2,61)²
+ (-1,41)²+(0,19)²+ (- 0,81)²+(-2,01)²
9
= 1,66+2,52+0,62+0,16+11,49+6,81+1,98+0,03+0,65+4,04
9
= 29,96
9
=
Jadi untuk selang kepercayaan 95 % 100 % - 95 % = 5 % =
0,05
– 0,025 : 9. 0,57 +0,025 : 9. 0,57
– 2,262 . 0,57 +2,262 . 0,57
–1,289 + 1,289
1,7 4,299
Jadi selang kepercayaan 95 % bagi adalah 1,7 4,299
S
Lampiran. 5. Denah Lapangan 30,4 m
12,1 m
B
Wilis
Lokal Prafi
(X ) 4 Varietas
Sinabung
(X) Anjasmoro
Tanggamus
Argomulyo
Lokal Kaba Jayapura
Sindoro
(X) Tanggamus
Grobogan
(X) Wilis
Anjasmoro
Cikuray
U
T
15,2 m
Keterangan :
( X ) : Varietas yang
tidak diamati.
Luas lahan : 2574,88 m2
(84,7mx 30,4m)
Luas petak : 183,92 m2
(15,2m X
12,1m )
84,7 ms
B
Lampiran 6. Denah Petak Tanaman Contoh
1 m
12, 1 m
15,2 m
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
0,5 m
0,5m
mmmm
m 2,8 m
2,4 m