intuisi sebagai pendorong kelahiran seni - isi dps
TRANSCRIPT
1
2
RUPA
JURNAL ILMIAH SENI RUPA
VOLUME 8 NO. 1 SEPTEMBER 2009
JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
2011
3
RUPA
JURNAL ILMIAH SENI RUPA
VOLUME 8 NO. 1 SEPTEMBER 2009
Pelindung
Prof. Dr. I Wayan Rai S, MA.
Penanggungjawab
Dra. Ni Made Rinu, M.Si.
Ketua Penyunting
Drs. I Wayan Kondra, M.Si
Sekretaris Penyunting
I Wayan Setem, M.Sn
Penyunting Pelaksana
Drs. I Ketut Karyana
Drs. I Made Ruta
Penyunting Ali
Prof. Drs. Anak Agung Rai Kalam
Drs. I Ketut Murdana, M.Sn.
Produksi dan Distribusi Dra. Ni Made Purnami Utami, M.Erg.
ISSN 1412-9256
4
DAFTAR ISI
1. Bentuk Komodifikasi Tubuh Perempuan Khususnya di Kover Majalah
Playboy
Komang Arba Wirawan ...................................................................... 1
2. Industri Seni Berbasis Warna Lokal: Persefektip Seni Lukis, Mengintip
Peluang Pasar Global
I Wayan Mudana ................................................................................. 23
3. Transfonnasi Nilai-Nilai Tradisi Bali dalam Penciptaan Seni Lukis
Kontemporer
Ni Made Purnami Utami ...................................................................... 40
4. Hofker Pelukis Realis Pengagum Eksotisme Bali
I Wayan Kondra ................................................................................... 50
5. Seni Lukis Tradisional Wayang Kamasan: Sebuah Potensi Daerah Sebagai
Kebudayaan Nasional
Cok Gd. Raka Swendra ........................................................................ 66
6. Seni Rupa Pra-Sejarah Sampai Klasik di Indonesia dalam Konteks,
Perubahan Kebudayaan
A.A. Ngr. Gede Surya Buana .............................................................. 77
7. Permainan Elektronik (Game) sebagai Alternativ Media Pembelajaran
Arya Pageh Wibawa ............................................................................. 91
8. Peranan Esensial Karakteristik Sampul Buku
Ni Ketut Rini Astuti .............................................................................. 112
9. Otak Kanan dan Kecerdasan Intuisi (Resensi Buku)
I Wayan Setem ..................................................................................... 118
5
OTAK KANAN DAN KECERDASAN INTUISI
(RESENSI BUKU)
I Wayan Setem1
Judul Tulisan : Misteri Otak Kanan Manusia
Penulis : Daniel H. Pink.
Alih bahasa : Rusli
Penerbit : Think Yogyakarta.
Cetakan : Maret 2008.
Tebal : 336 halaman.
Kelengkapan : Catatan-catatan, Ucapan Terima Kasih, Tentang Penulis.
KRITIK POLA BERPIKIR REDUKTIF DAN ANALITIS
Terbitnya buku Misteri Otak Kanan Manusia tulisan Daniel H. Pink untuk
menelaah pergeseran bentuk pemikiran reduktif dan sangat analitis menuju cara
berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik bahkan menselaraskan
kerja otak kanan dan kiri. Buku setebal 336 halaman ini lebih tepat menempati posisi
sebagai karya pemikiran orisinil yang sangat mendalam tentang eksplorasi kerja otak
dengan berbagai ilustrasi tentang cara kita berpikir untuk mengarungi hidup dengan
cara lebih baik, lebih berarti serta produktif. Buku ini juga menjadi penting karena
telah meruntuhkan bentuk pemikiran dan pendekatan hidup yang bersifat reduktif
selama satu abad mendominasi masyarakat Barat.
Tegasnya dalam hal ini, misteri kecerdasan manusia jauh lebih besar dari
sekedar IQ. Manusia memiliki kecerdasan multi yang dirumuskan dengan istilah
multiple intelligences, meliputi kecerdasan logis-matematis, linguistik-verbal, visual-
spasial, musikal, kinesthetik, emosional (intrapersonal dan interpersonal), naturalis,
intuisi, moral, eksistensial, spiritual dan lain-lain.
Kecerdasan sebagai potensi otak manusia yang telah dijabarkan,
mencerminkan bahwa intuisi bagian dari kecerdasan manusia. Paul Maclean
mengemukakan bahwa, otak manusia terdiri dari tiga bagian dasar yang disebut “otak
trione” (three in one), yaitu batang (otak reptil), sistim limbik (otak mamalia) dan
neokorteks (Porter dan Hernacki, 2003: 26).
1 I Wayan Setem adalah Dosen Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni
Indonesia Denpasar.
6
Sumber: Quantum Learning
…otak reptil adalah komponen terendah dari kecerdasan manusia kemudian
disekeliling otak reptil terdapat sistim limbik yang sangat kompleks dan luas, atau
otak mamalia. Sistim limbik adalah panel kontrol utama yang menggunakan informasi
dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh dan yang tidak begitu sering, indra
peraba dan penciuman sebagai input-nya. Kemudian informasi tersebut didistribusikan
kebagian pemikir di dalam otak yakni neokorteks. Dalam neokortekslah semua
kecerdasan yang lebih tinggi berada, seperti linguistik, matematika, visual /
spasial, kinestetik / perasa, musik dan antar pribadi (Porter dan Hernacki, 2003: 28).
Dari tiga bagian dasar otak manusia, juga dibagi menjadi belahan kanan dan
belahan kiri, yang lebih dikenal dengan “otak kanan dan otak kiri”.
Sumber: Quantum Learning
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, linier, dan rasional. Cara berpikirnya se-
suai dengan tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, audito-
7
rial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Dan cara berpikir otak
kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan
cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal, seperti perasaan dan emosi,
kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau
orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, kepekaan warna,
kreativitas, dan visualisasi.
Pada tahun 1970-an, Hershey Food Corp. menjalankan serangkaian iklan
televisi yang menggelikan dimana secara sembrono memuat pelajaran penting dalam
pemikiran otak kanan. Dalam iklan ini, seorang berjalan-jalan dalam mimpi sembari
mengunyah sebatang coklat. Yang lainnya sama-sama tidak sadar, berjalan-jalan
sembari makan selai kacang. Kedua orang itu bertengkar. Ending dari cerita itu
menegaskan ”kunci sukses adalah mengambil resiko untuk untuk memikirkan pikiran-
pikiran yang tidak konvensional dengan bisosiatif”. Mereka mempunyai makna intuitif
dari apa yang disebut ”Teori Inovasi Reese’s Peanut Butter Cup”: terkadang gagasan-
gagasan yang paling berpengaruh muncul dari penggabungan dua gagasan walaupun
sepertinya mustail untuk digabungkan.
Kemampuan untuk menempa jenis-jenis hubungan kreatif dan brilian ini adalah
tugas dari belahan kanan otak kita. Neurosaintis kognitif di Universitas Drexel dan
Northwestern telah menemukan bahwa kilatan-kilatan pandangan yang mendahului
momen-momen ”Aha!” disertai oleh ledakan besar dari aktifitas yang netral dibelahan
otak sebelah kanan. Bagaimanapun juga, ketika kita menyelesaikan masalah dalam
cara otak kiri yang lebih metodis, ”pusat eurika” ini tetap diam. Kemampuan kita
untuk mengaktifkan kapasitas belahan otak kanan ini menjadi lebih penting ketika kita
bertransisi dari era informasi dalam bisnis sekarang ini.
Dan, tentu saja kita menggunakan kedua belah otak kita bahkan untuk tugas-
tugas yang paling sederhana sekalipun. Namun perbedaan-perbedaan yang pasti antara
kedua belahan otak tersebut menghasilkan suatu kiasan yang kuat untuk menafsirkan
masa sekarang dan menentukan masa depan. Dewasa ini keterampilan-keterampilan
penentu era sebelumnya—kemampuan ”otak kiri” yang memperkuat era informasi—
sangat penting namun tidak lagi memadai. Dan kemampuan-kemampuan yang pernah
kita remehkan atau anggap kurang penting kapasitas-kapasitas otak kanan semakin
akan menentukan siapa akan berkembang dan siapa akan menggelepar. Bagi para
individu, keluarga, organisasi, keberhasilan profesi dan kepuasan pribadi sekarang
membutuhkan satu pikiran yang sepenuhnya baru (p. 14).
Dua belahan otak manusia tidaklah bekerja seperti saklar on-off—satu bergerak
turun segera setelah yang lainnya dihidupkan. ”Kita bisa saja mengatakan bahwa
wilayah-wilayah otak tertentu lebih aktif dari yang lainnya ketika ia menjalankan
fungsi-fungsi tertentu,” tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa fungsi-fungsi tersebut
hanya terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja. Neurosaintis seakan dua belahan
otak tersebut mengambil pendekatan yang sangat berbeda dalam menuntun tindakan
kita, memahami dunia, dan bereaksi terhadap pelbagai kejadian (p. 32-40).
Secara singkat dapat dijabarkan perbedaan otak kiri dan kanan manusia yakni:
1) Otak kiri mengontrol bagian tubuh sebelah kanan;dan sebaliknya.
8
Otak manusia itu kontralateral yaitu, masing-masing belahan otak mengontrol
belahan tubuh lainnya yang bersebelahan. Itulah mengapa struke pada bagian kanan
otak seorang akan membuat sulit orang itu untuk menggerakkan bagian kiri tubuhnya
dan stroke pada bagian kiri akan merusak berfungsinya tubuh pada bagian kanan.
Kontralateralisasi bereaksi, tidak hanya ketika menulis atau menendang, tetapi
juga ketika kita menggerakkan kepala dan mata kita. Dalam sistem bahasa Barat,
membaca dan menulis meliputi pengalihan dari kiri ke kanan, dan karenanya latihlah
belahan otak sebelah kiri. Bahasa tertulis, yang ditemukan oleh orang-orang Yunani
sekitar tahun 550 SM, telah membantu memperkuat dominasi belahan otak sebelah
kiri (setidaknya di Barat) dan menciptakan apa yang disebut oleh pengikut para ahli
sejarah Yunani-Romawi kuno dari Harvbard, Eric Havelock sebagai ”pikiran alpa-
betis”, oleh karena itu tidaklah mengejutkan jika belahan otak kiri mendominasi
permainan.
2) Otak kiri bersifat berurutan: otak kanan bersifat simultan.
Pikiran dimensi lain tentang pikiran alpabetis; ia memproses suara dan simbol
secara berurutan. Ketika membaca kalimat yang mulai dengan kata ”ketika” pindah ke
kata ”anda” dan menemukan makna setiap huruf, setiap suku kata, setiap kata yang
sedang berlangsung. Ini juga merupakan suatu kemampuan belahan otak sebelah kiri
anda lebih unggul. Dalam kata-kata berurutan yang terdapat dalam buku teks tentang
neurosains:
Belahan kiri pada khususnya bagus dalam mengenali peristiwa-peristiwa
serial—peristiwa-peristiwa yang unsur-unsurnya terjadi secara berurutan—dan
mengontrol urutan-urutan prilaku. Belahan kiri juga dilibatkan dalam mengontrol
perilaku-perilaku serial. Fungsi-fungsi serial yang dilakukan oleh belahan kiri
mencakup aktivitas-aktivitas verbal, seperti berbicara, memahami perkataan orang
lain, membaca dan menulis.
Sebaliknya, belahan kanan tidak bergerak dalam pembentukan file tunggal A-B-
C-D-E. Bakat khususnya adalah kemampuan untuk menafsirkan sesuatu secara
simultan. Sisi otak kita ini ”mengkhususkan pada melihat benda-benda sekaligus:
melihat semua bagian dari bentuk geometris dan memahami bentuknya, atau melihat
pada semua unsur dari sebuah situasi dan memahami apa artinya”. Ini membuat
belahan kanan pada khususnya berguna dalam menafsirkan wajah-wajah dan
memberikan kepada manusia suatu kedudukan yang relatif lebih baik daripada
komputer.
3) Otak kiri mengkhususkan pada teks; otak kanan pada konteks.
Anggaplah bahwa pada suatu malam anda dan istri anda sedang menyiapkan
jamuan untuk malam. Anggap pula dipertengahan persiapan tersebut, istri anda sadar
bahwa anda lupa membeli bahan yang paling penting untuk makan malam tersebut.
Anggap juga istri anda mengambil kunci mobil, memonyongkan bibirnya, dan melihat
kepada anda, dan berdesis, ”saya akan pergi ke toko.” Hampir semua orang dengan
otak yang utuh akan memahami dua hal tentang kata-kata yang baru saja
9
diucapkannya. Pertama istri anda sedang menuju Safeway. Ke dua, istri anda marah.
Belahan otak kiri anda memahami bagian pertamanya—yaitu, ia menguraikan suara-
suara dan sintaksis dari kata-kata istri anda dan sampai pada makna dan harfiahnya.
Namun belahan otak kanan memahami aspek ke dua dari pertukaran ini—bahwa kata-
kata yang biasanya netral ”saya akan pergi ke toko” tidaklah netral sama sekali.
Pandangan mata dan desisan suara menandai bahwa isteri anda sedang marah.
Orang-orang yang memiliki kerusakan pada suatu belahan otak tidak dapat
mencapai kesimpulan ganda ini. Seorang dengan kerusakan pada belahan otak
kanannya, dan hanya belahan kiri yang berfungsi, akan mendengar komentar-
komentar tersebut dan memahami bahwa isteri tersebut sedang menuju ke suatu
toko—namun lupa pada kemarahan dan kejengkelan yang menstimulasi perjalananya.
Seorang dengan kerusakan pada belahan otak sebelah kirinya, dan hanya belahan
kanan yang berfungsi, akan sampai pada pemahaman bahwa isteri tersebut sedang
jengkel—namun mungkin tidak tahu kemana isteri tersebut pergi.
Secara sederhana, belahan otak kiri memperhatikan pada apa yang dikatakan;
belahan sebelah kanan memfokuskan pada bagaimana ia dikatakan—isyarat-isyarat
non-verbal yang seringkali emosional yang disampaikan melalui pandangan, ekspresi
wajah, dan intonasi.
Tetapi, perbedaan antara kanan dan kiri mencakup lebih dari pada hanya
sekedar perbedaan verbal dan nonverbal. Perbedaan teks/konteks, yang pada mulanya
dikemukakan oleh Robert Ornstein, berlaku lebih luas lagi. Misalnya, bahasa-bahasa
tulisan tertentu sangat bergantung kepada konteks. Bahasa-bahasa seperti bahasa Arab
dan Yunani seringkali di tulis dalam bentuk konsonan, yang berarti pembaca mesti
memahami apa huruf vokalnya dengan konsep-konsep dan gagasan-gagasan
mengitarinya. Dalam bahasa-bahasa tersebut, jika anda membaca padanan kata dari
”stmp n th bg,” anda akan mengisinya dengan huruf-huruf vokal yang berbeda
tergantung pada apakah frase tersebut muncul pada buku pedoman pengontrol hama
(”stomp on the bug”, injaklah hama) atau pada cerita pendek tentang sebuah
perjalanan menuju kantor pos (”stamp in the bag”, perangko di dalam tas). Tidak
seperti bahasa Inggris, bahasa-bahasa mengharuskan pembaca untuk menyediakan
huruf-huruf vokal dengan memahami konteks biasanya di tulis dari kanan ke kiri.
4) Otak kiri menganalisa rincian-rincian; otak kanan mensintesiskan.
Pada tahun 1951, Isaiah Berlin menulis sebuah esai tentang War and Peace
(Perang dan Perdamaian) dan memberikannya judul sampingan: Leo Tolstoy’s
Historical Skepticism (Skeptisisme Historis Leo Tolstoy). Penerbit Berlin sangat suka
esai tersebut namun ia tidak suka dengan judulnya, maka ia mengubah judul tersebut
menjadi sesuatu yang lebih menarik: The Hedgehog and the Fox (Landak dan Rubah),
mengikuti pepatah Yunani Kuno, “rubah mengetahui banyak hal; landak mengetahui
satu hal yang besar. “Esai yang diberi judul ulang tersebut membantu membuat Berlin
menjadi terkenal. Dan konsep tersebut memberikan sebuah cara berguna untuk
menjelaskan perbedaan keempat antara dua sisi otak kita. Sisi kiri adalah seekor
rubah; sisi kanan adalah seekor landak. Secara umum, belahan kiri ikut serta dalam
10
analisa informasi, sebaliknya belahan kanan dikhususkan untuk perpaduan untuk
memahami sesuatu secara utuh.
B. OTAK KANAN MANUSIA DAN ENAM KECERDASAN
Untuk lebih menyakinkan hubungan belahan otak kanan dengan kecerdasan
intuisi, pada bagian Dua, terdapat enam kecerdasan yang sangat diperlukan dalam
aktivitas berkesenian. Enam kecerdasan tersebut akan semakin menjadi dasar
ketergantungan bagi setiap kesuksesan profesi dan kepuasan pribadi. Keenam
kecerdasan itu adalah desain, cerita, simponi, empati, permainan, dan makna.
Tidak hanya fungsi tetapi juga DESAIN. Tidaklah lagi memadai untuk
menciptakan sebuah produk, jasa, pengalaman, atau gaya hidup yang semata-mata
fungsional. Saat ini adalah saat yang secara ekonomi penting dan berharga secara
personal untuk menciptakan sesuatu yang juga indah, sedikit fantastis, dan menarik
secara emosional.
Tidak hanya argumen namun juga CERITA. Ketika hidup kita penuh dengan
informasi dan data, mengumpulkan argumen yang efektif tidaklah memadai.
Seseorang entah dimana pun pasti menemukan suatu yang berbeda untuk membantah
maksud anda. Esensi dari persuasi, komunikasi, dan pemahaman diri telah menjadi
suatu kemampuan juga untuk menciptakan suatu kisah yang menarik.
Tidak hanya fokus tetapi juga SIMPONI. Banyak dari era-era industri dan
informasi membutuhkan fokus dan spesialisasi. Namun ketika pekerjaan kerah-putih
dialihkan ke Asia dan direduksi ke dalam soft ware, ada sebuah peng-hargaan terhadap
kecerdasan yang menggabungkan bagian-bagian, atau apa yang disebut simponi. Apa
yang menjadi permintaan terbesar saat ini bukanlah analisa namun sintesa—melihat
keseluruhan perspektif, melintasi batasan-batasan, dan dapat mengkombinasikan
bagian-bagian terpisah ke dalam satu kesatuan baru yang mengesankan.
Tidak hanya logika tetapi juga EMPATI. Kapasitas untuk pemikiran yang logis
adalah salah satu hal yang membuat kita menjadi manusia. Namun dalam sebuah
dunia yang penuh dengan informasi yang menyebar dan alat-alat analitis yang maju,
logika sendiri tidaklah bisa.
Tidak hanya keseriusan namun juga PERMAINAN. Bukti yang cukup
menunjukkan kepada kesehatan yang besar dan keuntungan-keuntungan profesional
dari ketawa, bersikap tenang, permainan, dan humor. Tentu saja, ada saatnya untuk
serius. Namun begitu banyak keseriusan mungkin tidak baik juga untuk karir anda dan
buruk bagi kesejahteraan anda. Dalam era konseptual, dalam pekerjaan dan kehidupan,
kita semua perlu bermain.
Tidak hanya akumulasi namun juga MAKNA. Kita hidup dalam sebuah dunia
yang berisi kelimpahan materi yang menarik. Itu telah membebaskan ratusan juga
orang dari perjuangan sehari-hari dan membebaskan kita untuk tujuan trasedensi dan
pemenuhan spiritual.
C. OTAK KANAN MANUSIA DAN KECERDASAN INTUISI
11
Manusia yang dikaruniai kemampuan cipta, rasa dan karsa merupakan
kecerdasan manusia untuk melakukan segala aktivitas kehidupan dalam memenuhi
kebutuhan jasmaniah maupun batiniah. Hal tersebut dilakukan tiada lain bertujuan
untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaannya dengan harapan untuk
mencapai kehidupan yang lebih sempurna. Aktivitas tersebut merupakan dinamika
kemampuan otak manusia dalam mengembangkan kebudayaannya dengan
menginterpretasi dan memproyeksikan nilai-nilai sebagai refleksi pengalaman batin
menyangkut berbagai fenomena sosial, budaya, agama, politik serta lingkungan alam
sekitarnya.
Kemudian secara psikologis, manusia memiliki kecerdasan intuisi yang
merupakan aktivitas otak kanan manusia. Cara berpikirnya sesuai dengan keinginan
untuk mengetahui sesuatu yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi.
Kecerdasan intuisi tersebut merupakan suatu kepekaan dibawah sadar, lebih bersifat
spontan untuk menangkap sesuatu di luar kemampuan rasio. Maka intuisi sebagai
bagian dari kecerdasan tertinggi otak manusia, lebih bersifat kreatif dan mampu
melakukan loncatan-loncatan dalam mengintepretasi dan mengkaji setiap gejala
artistik secara spontan.
Kepekaan intuisi seseorang terbangun apabila ada sentuhan dan rangsangan baik
eksternal maupun internal, maka segala memori yang tersimpan dalam otak manusia
terbuka kembali dan secara spontanitas membangkitkan imaji-imaji yang
memprovokasi kesadaran emosi dan kreativitas manusia untuk mewujudkannya secara
visual. Maka aktivitas intuisi merupakan suatu daya yang mendorong lahirnya suatu
cipta seni yang lebih bersifat murni.
Menurut Lorens Bagus: Nama intuisi timbul dari indera penglihatan manusia (Bahasa Latin intueor=
saya melihat). Namun, indera-indera lain juga mempunyai intuisi dengan cara
mereka sendiri. Dalam arti penuh, hanya persepsi langsung dapat dicirikan
sebagai intuisi. Sebab persepsi langsung sendiri turut menyajikan eksistensi
individu dalam penampakan-penampakan inderawi. Dalam arti luas imajinasi
disebut intuitif sejauh tersusun dari unsur-unsur intuitif, murni inderawi,
seraya sekaligus berabstraksi dari eksistensi hal-hal partikular yang disajikan
(Bagus, 2002: 264).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa intuisi sebagai suatu kemampu-
an (daya) untuk mengenal, memahami suatu pengetahuan secara langsung sebagai
bawaan dari getaran naluriah tanpa menggunakan rasio. Getaran rasa intuitif adalah
suatu getaran jiwa yang bersemayam dalam otak kanan. Intuisi sebagai kata benda
adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan
atau dipelajari yaitu berupa bisikan hati dan gerak hati.
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa dinalar
terlebih dahulu. Begitu seorang anak berhadapan dengan sesuatu hal, ia mendapatkan
gagasan / gambaran dan langsung digunakan. Maka intuisi merupakan imajinasi atau
sensasi langsung tanpa dipikir terlebih dahulu (Suparno, 2001: 62).
12
Ada sebuah metode yang digunakan untuk membedakan intuisi sejati, dengan
intuisi yang lebih rendah derajatnya: yang membedakan fakta spiritual dengan fakta
mekanis, pasif, dan alamiah. Setiap intuisi atau representasi sejati adalah juga sebuah
ekspresi. Yang tidak bisa mewujudkan dirinya dalam bentuk ekspresi bukanlah suatu
intuisi atau representasi, tetapi sebuah sensasi / perasaan dan hanya sebuah fakta
alamiah saja. Jiwa hanya mengeluarkan kata hati (intuisi) ketika membuat,
membentuk, dan mengekspresikan.
Dari pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa, intuisi adalah suatu bisikan
hati yang hanya dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Intuisi merupakan
representasi sejati yang menggetarkan jiwa yang memberi imaji dan fantasi ketika
seniman menciptakan karya seni. Intuisi di luar kesadaran membangkitkan memori
imaji-imaji dari hasil kontemplasi, pengalaman batin terdalam dari seorang seniman,
akibat bersinggungan dengan lingkungan yang melingkupinya. Ketika ada rangsangan
secara internal maupun eksternal, secara spontan membangkitkan imaji-imaji dan
membangun kesadaran emosi yang mendorong lahirnya karya seni.
Pengetahuan yang bersifat intuitif adalah pengetahuan yang sifatnya ekspresif,
yang terpisah dan bersifat mandiri dalam hal fungsi intelektual; yang tidak melakukan
pembedaan-pembedaan empiris, tidak membedakan antara realitas dan bukan realitas,
tidak terpisah ruang dan waktu. Intuisi atau representasi dibedakan dari bentuk yang
dirasakan dan dialami, dari sensasi yang muncul, atau dari pandangan psikis.
Dari uraian tersebut dikatakan bahwa, seni adalah visi atau intuisi. Seniman
yang menghasilkan imaji atau fantasi, dan ketika orang menikmati seni akan
memperhatikan hal-hal yang ingin ditunjukkan oleh seorang seniman, mengamati
celah-celah yang dibukanya dan mereproduksi image itu pada dirinya.
Intuisi merupakan representasi sejati yang mampu menghadirkan imaji dan
fantasi pada jiwa seorang seniman, yang hanya dapat diwujudkan dalam bentuk
ekspresi. Pengetahuan intuisi sebagai pengetahuan mandiri dalam hal fungsi
intelektual muncul tanpa melalui analisa terlebih dahulu, merupakan gejala estetik
yang lebih bersifat emosional dan spontan.
Aktivitas otak kanan manusia, dengan cara berpikir yang bersifat non verbal,
yaitu berkenaan dengan perasaan yang memotivasi munculnya kreativitas. Kreativitas
adalah keterampilan, artinya siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau
melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia mempunyai peluang untuk menjadi
kreatif. Kreativitas bukan hanya sekedar bakat yang dimiliki oleh orang-orang
tertentu, atau monopoli para seniman saja. Dilihat dari potensi otak yang dimiliki,
semua manusia mempunyai potensi untuk menjadi kreatif asal memiliki kemauan
dengan mengoptimalkan potensi otak, terbuka menerima stimulasi internal maupun
eksternal serta terjaminnya kebebasan dari intervensi / tekanan terhadap kecerdasan
intuisinya. Dengan demikian akan memberi wahana bagi intuisi untuk berkelana ke
dalam ruang terdalam dari imajinasi yang membangkitkan getaran estetik serta
merangsang emosi untuk diekspresikan ke dalam karya seni.
DAFTAR RUJUKAN
13
Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, 2003, Quantum Learning, terjemahan Alwiyah
Abdurrahman, Bandung: Kaifa.
Bagus, Lorens, 2002, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia.
Suparno, Paul, 2001, Teori Perkembangan Kognitif, Yogyakarta: Kanisius.