interaksi obat pada mikroba

19
 INTERAKSI PADA OBAT ANTIMIKROBA Oleh: Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan  Aminah Dalimu nthe : Interaksi Pada Obat An timikroba, 2009

Upload: dwiyana-marta-afrida

Post on 09-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

interaksi obat pada mikroba

TRANSCRIPT

  • INTERAKSI PADA OBAT ANTIMIKROBA

    Oleh:

    Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt

    Departemen Farmakologi

    Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara

    Medan

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • DAFTAR ISI

    Bab I. Pendahuluan................................................................................................1

    Bab II. Tinjaun Pustaka...........................................................................................2

    Bab III.Pembahasan.............................................................................................. 12

    Bab IV.Kesimpulan................................................................................................16

    Daftar Pustaka........................................................................................................17

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction,

    merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan.

    Interaksi obat dapat menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang

    menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab

    terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Secara umum, kesalahan pengobatan

    akibat interaksi obat ini jarang terungkap akibat kurangnya pengetahuan kita, baik

    dokter, apoteker, apalagi pasien tentang hal ini.

    Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang

    dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat

    ini cukup besar, terutama pada pasien yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat

    pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru dilempar ke

    pasar setiap tahunnya. Dan tampaknya hamper mustahil jika seorang dokter atau

    apoteker harus menghapalkan dan menguasai masalah interaksi obat dari sekian

    ribu macam obat yang beredar saat ini.

    Oleh karena itu, setiap pusat pengobatan modern seperti rumah sakit,

    puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek, sebaiknya atau bahkan seharusnya

    memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Halini

    bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada

    pasien dan rasionalisasi penggunaan obat dapat tercapai..

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Interaksi obat

    Satu di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan

    adalah pemberian secara bersamaan dengan obat-obat lain. Seseorang

    mengkonsumsi obat, tentunya bertujuan agar penyakit ataupun gejala penyakitnya

    cepat hilang. Namun, tujuan yang hendak dicapai tidak selalu sesuai harapan,

    bahkan terkadang justru memperberat penyakit yang diderita. Hal yang tidak

    diinginkan itu bisa timbul, manakala seseorang mengonsumsi lebih dari satu

    macam obat dalam waktu yang bersamaan atau dikenal dengan polifarmasi. Saling

    berpengaruhnya macam-macam obat yang diminum, dikenal dengan interaksi

    obat.

    Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine

    Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh

    penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini

    terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang

    menguntungkan. Obat yang mempengaruhi disebut dengan precipitant drug,

    sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object drug. Pada beberapa

    kasus, interaksi ini terkadang dapat menimbulkan perubahan efek pada kedua

    obat, sehingga obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi,

    menjadi tidak jelas. Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekira 7%

    dari semua efek samping obat dan kematian akibat ini sekitar 4%. Hal ini dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

    1. Kurangnya dokumentasi

    2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter

    tentang mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga

    interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai

    reaksi idiosinkrinasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan

    penyakit.

    3. Faktor keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (bayi dan lansia), ada atau

    tidaknya suatu penyakit, jumlah obat yang digunakan dan juga faktor

    sensitivitas penderita.

    Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.

    Interaksi yang menguntungkan antara lain:

    (1) penisilin dengan probenisid ; probenesid akan menghambat sekresi penisilin

    ditubuli ginjal sehngga meningkatkan kadarnya dalam plasma sehingga

    meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore

    (2) Kombinasi obat antihipertensi ; meningkatkan efektivitas dan mengurangi

    efek samping

    (3) Kombinasi obat anti tuberculosis ; memperlambat timbulnya resistensi kuman

    terhadap obat.

    Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan

    toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila

    menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah)

    seperti glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatistika.

    Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka

    interaksi obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak

    sebagai precipitant drug mempunyai sifat sebagai berikut:

    a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma, akan menggeser obat lain (object

    drug) dari ikatan proteinnya. Contoh: Aspirin. Fenilbutazon dan golongan Sulfa.

    b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya:

    * Perangsang metabolisme: fenitoin, karbamazepam, rifampisih, antipirin dan

    griseofulvin.

    * Penghambat metabolisme: alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal,

    ketokonazol, eritromisin, klaritromisin dan siprofloksasin.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya: furosemid

    (diuretik- peluruh kencing), dapat menghambat ekskresi gentamisin, sehingga

    menimbulkan toksik.

    Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose

    response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik

    yang besar dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa

    memperbesar efek terapinya. Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat

    dengan dosis terapinya, maka mudah keracunan obat bila terjadi suatu interaksi.

    Pada umumnya akan terjadi dua hal, yaitu pengurangan efek terapinya dan

    terjadinya efek samping. Contoh obat dengan profil demikian seperti antibiotika

    golongan aminoglikosida, antikoagulan, antikonvulsi dan obat-obat sitotoksik dan

    imunosupresan, kontrasepsi oral serta obat-obat susunan syaraf pusat.

    Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan

    tejadi interaksi adalah :

    [1/2 n (n-1)] kali, n = jumlah obat

    Tipe interaksi

    Ada tiga jenis interaksi obat, yaitu interaksi farmasetis, farmakokinetik dan

    farmakodinamik.

    1.Interaksi farmasetis

    Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat

    diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita. Misalnya

    interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat

    menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Contoh lain : dua

    obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau

    terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu

    senyawa dll.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Bentuk interaksi:

    a.Interaksi secara fisik

    Misalnya :

    -Terjadi perubahan kelarutan

    -Terjadinya turun titik beku

    b.Interaksi secara khemis

    Misalnya :

    Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat

    selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

    2. Interaksi farmakokinetik

    Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi,

    distribusi, metabolisme dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau

    senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dariperubahan pada satu atau lebih

    parameter farmakokinetik seperti konsentrasi serum maksimum, luas daerah

    dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui

    urine, dan sebagainya.

    Interaksi pada fase absorbsi.

    Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam saluran

    pencernaan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain: berubahnya kecepatan

    aliran darah pada saluran pencernaan, berubahnya motilitas saluran pencernaan,

    pH , kelarutan obat, metabolisme saluran pencernaan, system flora dan mukosa

    saluran pencernaan atau terbentunya kompleks yang tidak larut.

    a. Interaksi langsung

    Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan sebelum

    absorbsi dapat mengganggu proses absorbsi. Interaksi ini dapat dihindari

    dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu yang

    berbeda (minimal 2 jam).

    b.Perubahan pH cairan saluran pencernaan.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antacid, akan meningkatkan

    kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut.

    Contohnya aspirin. Dalam suasana alkalis,absorpsi per satuan luas area

    absorpsi akan lebih lambat. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin

    olh basa akan mempercepat absopsinya. Akan tetapi, suasana alkali pada

    saluran pencernaan akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat

    basa seperti tetrasiklin.

    c. Motilitas saluran pencernaan.

    Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat. Oleh

    karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin cepat

    pula absorpssinya. Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung,

    misalnya metoklorpropamid, akan mempercepat absorpsi obat lain yang

    diberikan secara bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu

    pengosongan lambung seperti antikolinergik akan memperlambat absorbsi

    obatlain.

    d. Perubahan flora usus.

    Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain:

    - sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K

    - memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif

    - tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa

    - hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi

    sirkulasi enterohepatik yang akan memperpanjang kerja obat seperti pil

    KB

    Pemberian antibakteri berspektrum luas saperti tetrasiklin,kloramfenikol dan

    ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga akan meningkatkan

    efektifitas anti koagulan oral yang diberikan secara bersama-sama,

    mengurangi efektifitas sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa

    danmengurangi efektifitas kontrasepsi oral.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Interaksi pada fase distribusi

    a. Interaksi dalam ikatan protein plasma.

    Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan dari ikatan

    proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasi object drug akan

    meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik.

    Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi ini antara lain :

    1. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume distribusi

    yang kecil

    2. Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat meningkatkan kadar

    obat bebas

    3. efek toksik yang serius sebelum kompensasi erjadimisalnya terjadinya

    pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada antidiabetik oral

    4. eliminasinya mengalami kejenuhanseperti fenitoin , sehingga peningkatan

    kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya.

    b. Interaksi dalam ikatan jaringan

    Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan

    kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin.

    Interaksi pada fase metabolisme

    Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau dihambat

    oleh precipitant drug. Perangsang dan penghambat enzim metabolisme sudah

    lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi karena retikulum

    endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P 450 yang merupakan enzim metabolik

    obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan

    konsentrasi plasma object drug berkurang, sehingga efektivitasnya menurun.

    Contah. Pemberian rifampisin pada akseptor kontrasepsi oral dapat meyebabkan

    terjadinya kehamilan.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Interaksi pada fase ekskresi

    Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting

    dalam interaksi ini.

    Contoh :

    Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan

    dan memperlama efek, Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan

    Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada enderita

    yg menggunaka probenecid.

    3.Interaksi farmakodinamik

    Merupakan interaksi di tempat kerja obat. Jenis ini banyak sekali dan dapat

    terjadi dengan banyak obat. Dua atau lebih obat dapat berinteraksi di tempat yang

    sama atau di tempat yang berlainan. Hasilnya bisa merupakan antagonistik (saling

    meniadakan) ataupun sinergistik (saling memperkuat). Misalnya interaksi

    antagonistik antara morfin dengan nalokson pada sebuah reseptor, ataupun

    interaksi sinergistik antara antibiotika gentamisin dengan suksinilkolin, bisa

    menimbulkan depolarisasi di otot lurik yang lebih besar sehingga bisa

    menimbulkan kelumpuhan otot muskuler yang lebih lama.

    Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari

    object drug pada tempat aksi, baik secara langsung maupun tak langsung.

    1.Interaksi farmakodinamika secara langsung

    Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau

    sinergis) atau memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya

    sama.

    Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya:

    a. penurunan efek opiat dengan naloxon

    b. penurunan aksi walfarin oleh vit. K

    c. penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine.

    d. penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Sinergis pada tempat yg sama :

    Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina,

    vasodilator.

    2. Interaksi farmakodinamika secara tak langsung

    Pada interaksi ini, farmakologik, terapeutik, atau efek toksik dari precipitant

    drug dalam beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari

    objek drug, tetapi terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi

    secara mandiri (langsung)

    Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3

    cara :

    a.Agregasi platelet

    Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat,

    dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.

    b.Ulcerasi GI

    Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan

    kemungkinan terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan,

    misalnya aspirin, fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain

    c.Fibrinolisis

    Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin.

    4. Interaksi lain-lain

    Interaksi antar mikroba.

    Pada meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitif terhadap

    ampisilin, pemberian ampisilin bersama-sama dengan kloramfenikol akan

    menyebabkan antagonisme.

    Dengan adanya risiko interaksi obat ini, maka sudah seyogianya para tenaga

    medis (dokter, apoteker, perawat), untuk lebih hati-hati lagi dalam memberikan

    obat polifarmasi. Kini sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kasus interaksi obat

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • ini sudah didokumentasikan untuk kepentingan terapi. Sebagai contoh kita bisa

    lihat bagaimana interaksi obat bisa terjadi pada proses penyembuhan penyakit

    jerawat (Acne vulgaris), Jika penderita tidak tepat dalam mengonsusmsi obat yang

    bervariasi, maka bukannya jerawata akan sembuh tetapi karena interaksi obat ,

    proses penyembuhan bisa semakin lama, Bahkan timbul masalah lain terhadap

    kulit.

    II. Antimikroba

    Antimikroba adalah obat-obat yang digunakan untuk memberantas infeksi

    mikroba pada manusia. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh

    mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri

    dan organisme lain.

    Antimikroba dapat bersifat :

    1.Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan

    bakteri. Contoh : Tetrasiklin, kloramfenikol, eritrosin

    2.Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Contoh : Penisilin,

    sefalosforin, gentamisin

    Antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja yang utama, yaitu:

    1.Antimetabolit

    Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik mikroba.

    Termasuk dalam hal ini adalah sulfonamide dan trimetrofin. Sulfonamida

    akan menghambat pertumbuhan sel dengan cara menghambat sintesa asam

    folat oleh bakteri. Sulfonamid bebas secara struktur mirip dengan asam

    folat, para amino asam benzoat (PABA), dan bekerja sebagai penghambat

    kompetitif untuk enzim-enzim yang mempersatukan PABA dan sebagian

    pteridin menjadi asam dihidropteroat. Trimetropim secara struktur mirip

    pteridin yang dihidrolisis oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja

    sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi

    dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat

    2.Menghambat Sintesis dinding sel. Contoh : Penisilin, sefalosforin,

    vankomisin

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • 3.Menghambat fungsi membrane sel. Disini antimikroba bekerja secara

    langsung pada membrane sel yang akan mempengaruhi permiabilitas dan

    menyebabkan keluarnya senyawaintraseluler bakteri. Contoh : Polimiksin

    4.Menghambat sintesis protein.

    Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan

    sintesis protein dihambat. Dalam hal ini antibiotic dapat berinteraksi dengan

    ribosom 30s, termasuk :aminoglikosida, tetrasiklin dan spektinomisin atau

    berinteraksi dengan ribosom 50s, misalnya pada kloramfenikol dan eritromisin

    5. Menghambat asam nukleat. Contohnya : rifampisin akan menmgikat dan

    menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada bakteri,

    kuinolon akan menghambat DNA girase.

    Penggolongan antimikroba.

    Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan strukturnya, yaitu :

    1.Antibiotik golongan beta laktam. Contohnya : penisilin dan sefalosforin

    2.Antibiotik golongan Aminoglikosida. Contohnya : Neomisin, vankomisin,

    kanamisin

    3.Antibiotik golongan tetrasiklin.

    4.Antibiotik golongan makrolida. Contohnya : eritromisin

    5.Sulfonamida. Contohnya : sulfadiazin, sulfametoksazol

    6.Antibiotik golongan kuinolon. Contohnya : flouroquinolon, siprofloksasin

    7.Antijamur. Contohnya : Amfoterisin B, griseofulvin, ketokonazol

    Kombinasi Obat-obat Antimikroba.

    Pengobatan dengan bermacam-macam antimikroba dapat diindikasikan pada

    keadaan klinik sebagai berikut :

    1.Dalam keadaan darurat, misalnya : meningitis

    2.Untuk menunda timbulnya resistensi, misalnya antibiotik untuk pengobatan

    TBC

    3.Untuk mendapatkan efek sinergis, misalnya beta laktam ditambah

    aminoglikosida pada infeksi Pseudomonas aeroginosa

    4.Pada infeksi campuran, misalnya bakteri dan jamur.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    1.Interaksi Farmasetik

    Interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi antar obat dan interaksi

    antara obat suntik dengan cairan infus

    Obat A Obat B Interaksi

    Gentamisin Karbenisilin Inaktivasi gentamisin

    Penisilin G Vitamin C Inaktivasi penisilin

    Amfoterisin B Infus NaCl Terjadi endapan

    Keterangan : Obat A = Objec drug

    Obat B = Presipitan drug

    2.Interaksi Farmakokinetik

    I. Absorpsi

    Obat A Obat B Interaksi

    a. Interaksi langsung

    Tetrasiklin Katin multivalent (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasi, Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi

    Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi jumlah absorpsi tetrasiklin dan Fe2+ menurun

    Linkomisin Kaolin-pektat Linkomisin diserap oleh kaolin sehingga absorpsi berkurang

    Rifampisin Bentonit Rifampisin akan diserap oleh bentonit sehingga absorpsi berkurang

    b. Perubahan pH cairan saluran pencernaan

    Tetrasiklin NaHCO3 Kelarutan tetrasiklin akan berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang

    Penisilin G Eritromisin

    Antasida Kelarutan tetrasiklin akan berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang

    c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus

    Isoniazid Gel Al(OH)3 Al(OH)3 akan memperpanjang waktu pengosongan lambung,

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • sehingga bioavailabilitas isoniazid berkurang

    II. Metabolisme

    Obat A Obat B Interaksi

    a. Metabolisme dipercepat

    Kloramfenikol Fenobarbital Fenobarbital akan menginduksi system enzim metabolisme kloramfenikol sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun

    INH, PAS Rifampisin Rifampisin akan menginduksi system enzim metabolisme INH dan PAS sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun

    b. Metabolisme dihambat Fenitoin Kloramfenikol, INH, PAS Antibiotik akan

    menghambat metabolisme fenitoin sehingga efek/toksisitas fenitoin akan meningkat

    III. Ekskresi

    a. Ekskresi melalui emfedu dan sirkulasi enterohepatik

    Obat A Obat B Interaksi

    Rifampisin probenesid Probenesid akan mengurangi ekskresi rifampisin melalui empedu sehingga efek rifampisin meningkat

    Neomisin, rifampisin

    Kontrasepsi oral Antibiotik akan menghambat sirkulasi enterohepatik obat kontrasepsi oral sehingga efek KB menurun

    b. Sekresi tubuli ginjal

    Penisilin, dapson, PAS

    Probenesid Probenesid menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya.

    Gentamisin Furosemid Furosemid menghambat

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya.

    Penisilin Fenilbutazon Fenilbutazon menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya.

    3.Interaksi Farmakodinamik

    Interaksi fisiologi

    Obat A Obat B Interaksi

    d-tubokurare Aminoglikosida,

    tetrasiklin, klindamisin,

    linkomisin

    Meningkatkan efek d-

    tubokurare

    Kumarin Antibiotic spectrum luas Meningkatkan efek kumarin

    Aminoglikosida Furosemid, vankomisin Meningkatkan ototoksisitas

    Aminoglikosida Sefaloritin, amphoterisin

    B

    Meningkatkan nefrotoksik

    4.Interaksi antimikroba dengan makanan

    a. Absorpsi obat yang ditingkatkan dengan adanya makanan

    Obat Mekanisme Perhatian

    Eritromisin Tidak diketahui Gunakan bersama makanan

    Griseofulvin Obat bersifat larut lemak Gunakan bersama makanan

    dengan kadar lemak tinggi

    b. Absorpsi yang tertunda atau menurun dengan adanya makanan

    Obat Mekanisme Perhatian

    Ampisilin Mengurangi volume cairan perut

    Gunakan bersama air

    Amoksisilin Mengurangi volume cairan perut

    Gunakan bersama air

    INH Makanan akan menaikkan pH saluran cerna dan memperlambat waktu pengosongan lambung

    Minum saat perut kosong

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Linkomisin Mekanisme tidak diketahui

    Minum saat perut kosong

    Sulfonamida Mekanisme tidak diketahui

    Gunakan bersama dengan makanan yang akan memperpanjang waktu pengosongan lambaung

    Tetrasiklin Berikatan dengan ion kalsium dan garam besi membentuk kelat yang tidak larut

    Gunakan 1 jam atau 2 jam setelah makan, dan hindari susu

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian

    2. Adanya praktek polifarmasi harus dipandang cermat oleh masyarakat

    dan tim medis

    3. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat-dengan obat tapi dapat juga

    terjadi antara obat dengan makanan.

    Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

  • Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009

    DAFTAR PUSTAKA

    Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Penerbit EGC Kedokteran. Jakarta. Hal : 800-810

    Muhlis, M. 2006. Drug Interaction, Jakarta Munaf, S. 1994. Catatan Kuliah Famakologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Jakarta. Hal : 9-15 Sinaga, E.. 2005. Interaksi antara Beberapa Obat. Sumber Replubika. Jakarta Stockley, I.H. 1996. Drug Interaction. Blackwell Science. Nottingham. England Suara Merdeka. 2001. Hati-hati terhadap polifarmasi. Jakarta Thomas, J.A. 1995. Drug-Nutrien Interaction. San Antonio