inlis

Upload: billy-budiardjo

Post on 06-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI INTEGRATEDLIBRARY SYSTEM (INLIS)

TRANSCRIPT

  • 153VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI INTEGRATED LIBRARY SYSTEM (INLIS):

    STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RITuty Hendrawati

    Staff Bidang Transformasi Digital Perpustakaan Nasional RI

    AbstrakPenerapan otomasi di perpustakaan dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, terutama pada sistem kerja,

    perubahan manajerial organisasi, serta tanggapan pegawai, maupun tanggapan pemustaka. Oleh karena itu untuk mengetahui tanggapan dari pegawai perpustakaan Nasional RI terhadap implementasi Sistem Informasi perpustakaan, maka peneliti termotivasi untuk melakukan kajian penerimaan para pegawai terhadap penggunaan sistem informasi tersebut. Model yang digunakan pada penelitian ini merupakan penggabungan dari model UTAUT Unified Theory of Acceptance and Use of Technology ), model integratif multi level abstraksi, serta menggabungkan model Task Technology Fit dan symbolic adoption. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penerimaan yang dapat mempengaruhi pegawai dalam menggunakan Sistem informasi perpustakaan. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM) pada program AMOS (Analysis of Moment Structure) dan melakukan Analisis Jalur (Path Analysis). Berdasarkan hasil analisis bahwa faktor kualitas informasi (Information Quality) memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan atas perolehan informasi (Information Satisfaction) sebesar (CR : 9.982 dan P : 0.000), serta Kepuasan perolehan informasi (Information Satisfaction) memiliki pengaruh positif terhadap harapan pegawai atas performa (Performance Expectancy) sistem INLIS sebesar (CR : 8.367 dan P : 0.000). Adapun faktor yang memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap mental penerimaan pegawai (Symbolic Adoption) dalam mengadopsi sistem INLIS adalah harapan atas performa sistem INLIS (Performance Expectancy) sebesar (CR : 2.024 dan P : 0.043) dan faktor harapan upaya pengguna sistem INLIS (Effort Expectancy) sebesar (CR : 3.348 dan P : 0.000). Selain itu pula terdapat faktor Technology Characteristic yang memiliki pengaruh positif terhadap Task Technology Fit sebesar (CR : 3.716 dan P : 0.000).

    Kata kunci : Penerimaan Pengguna sistem informasi, Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), Kualitas informasi, Kepuasan atas informasi, Task Technology Fit, Symbolic Adoption, Penggunaan mandatory system

    AbstractApplication of automation in the library can impact widely, especially in work system, managerial organizational change, employee responses, and users responses. Therefore, to determine the response from librarian of the National Library about the implementation information System, the researchers were motivated to conduct a study about the acceptance of employees through information systems. The model used in this study is the incorporation of a model of UTAUT Unified Theory of Acceptance and Use of Technology), an integrative model of multi-level abstraction, and combines models of Task Technology Fit and symbolic adoption. This study aims to determine the factors that may affect the acceptance of employees in using the library information system. The data processing techniques in this study is using Structural Equation Modeling (SEM) in AMOS (Analysis of Moment Structure) and perform analysis Path (Path Analysis) . Based on the analysis, the quality factors information (Information Quality) has a positive effect on satisfaction with the acquisition of information (Information Satisfaction ) by ( CR : 9982 and P : 0.000 ), as well as information acquisition Kapuasan (Information Satisfaction) has a positive influence on the performance expectations of employees (Performance Expectancy) INLIS system for (CR : 8367 and P : 0.000). The factors that have a direct positive effect on recruitment mentally (Symbolic Adoption) in adopting INLIS system is above expectations INLIS system performance (Performance Expectancy) for (CR : 2.024 and P : 0.043) and effort expectancy factor system users INLIS (Effort Expectancy) by (CR : 3348 and P : 0.000 ). In addition there are also factors that Characteristic Technology has a positive influence on the Task Technology Fit for (CR:3716 and P:0.000).

    Keywords : User Acceptance of information systems , the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology ( UTAUT ) , information quality , satisfaction for the information , Task Technology Fit , Symbolic Adoption , mandatory use of the system

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013154

    1. Pendahuluan Era informasi merupakan zaman keemasan bagi

    siapa saja yang menguasai informasi, informasi menjadi suatu primadona serta kebutuhan untuk semua kalangan. bukan hanya sekedar butuh tetapi tiap elemen baik itu pribadi, komunitas, masyarakat, swasta maupun pemerintah sangat berperan dan berlomba-lomba tidak hanya menjadi penerima informasi tetapi berusaha menjadi pemberi informasi, sehingga akan terbentuknya budaya sharing informasi pada setiap elemen masyarakat.

    Mengingat kebutuhan masyarakat akan informasi semakin cepat, maka disini perlu adanya suatu lembaga yang tanggap terhadap pengelolaan, penyimpanan serta penyebaran informasi, lembaga tersebut sering kita kenal dengan nama perpustakaan. Dalam menjalankan tugas serta fungsinya perpustakaan dituntut cepat untuk memberikan layanan informasi kepada para pemustaka. Oleh karena itu perlu adanya penggunaan serta pemanfaat Teknologi Informasi (TI) di segala aspek kegiatan di perpustakaan, atau dengan kata lain otomasi perpustakaan. Hadirnya TI dalam pekerjaan mungkin dilakukan tanpa atau dengan sedikit campur tangan manusia. Kehadiran TI pun sangat membantu dalam banyak hal, baik itu untuk membantu dalam operasionalisasi perpustakaan, seperti : proses keanggotaan, Akusisi bahan pustaka, katalogisasi bahan pustaka, layanan sirkulasi (peminjaman bahan perpustakaan) serta memudahkan para pustakawan dalam mengorganisir dan memberikan layanan bahan pustaka yang dimilikinya dan sebagai sarana penerlusuran bagi para pemustaka dalam mencari bahan pustaka yang mereka cari (proses temu kembali informasi).

    Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peran teknologi dalam perpustakaan tidak hanya sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas subtantif saja namun juga harus mampu sebagai penunjang tugas administratif. Berdasarkan pemikiran tersebut, pada tahun 2005, Perpustakaan Nasional RI bekerjasama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan sebuah Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu. Sistem ini merupakan sistem informasi berbasis WEB yang dapat diakses dari manapun, sehingga mempermudah proses penelusuran informasi oleh penggunanya. Sistem Informasi

    perpustakaan dikembangkan secara bertahap mulai pada tahun 2005 dan hingga saat ini baru 4 modul yang berjalan dari 5 modul direncanakan.

    Untuk pertama kalinya implementasi INLIS di Perpustakaan Nasional RI dimulai pada tahun 2010 sampai sekarang. Dimana alasan utama dalam penerapan sistem informasi perpustakaan ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengguna dengan memberikan layanan prima. Beranjak di tahun ke-2 (dua) setelah implementasi sistem informasi perpustakaan, mulai timbulnya beberapa gejala yang menujukkan pada tingkat pemakai, seperti :

    a. Keluhan dari pegawai tentang Performance System yang belum stabil.

    b. Akses sambungan jaringan komputer terputus, sehingga tidak dapat melakukan operasional pada sistem tersebut.

    c. Keluhan dari beberapa pimpinan bahwa sistem informasi perpustakaan belum sesuai dengan kebutuhan proses bisnis mereka.

    d. Terdapat banyak pendapat mengenai perbandingan kehandalan antara sistem lama dengan sistem baru yang diimplementasikan.

    Gejala gejala tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap penerimaan sistem perpustakaan Di masa mendatang, terutama akan adanya penerimaan sistem secara terpaksa. Untuk lebih jelasnya dalam mengindentifikasi permasalahan dalam penerimaan sistem informasi INLIS akan di petakan pada analisis fishbone dibawah ini.

    Gambar 1.1. Pemetaan Masalah Implementasi Sistem Informasi INLIS

  • 155VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    Pada pemetaan masalah implementasi sistem informasi INLIS, terlihat jelas beberapa masalah yang nampak dipermukaan, dan akar permasalahan mengenai implementasi sistem informasi INLIS. Akan tetapi pada penelitian ini penulis membatasi akar masalah yang akan dikaji lebih lanjut. Disini lebih memfokuskan terhadap masalah penerimaan sistem, khususnya untuk pegawai Perpustakaan Nasional yang langsung berinteraksi dengan sistem tersebut. Dengan begitu pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan terhadap Sistem Informasi Perpustakaan?

    2. Pengembangan Theoritical Framework

    2.1. Model Penerimaan TeknologiPenerimaan pengguna terhadap implementasi

    sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai keinginan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin menerima sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar kemauan pemakai untuk merubah praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi yang baru, Succi and Walter, 1999 dalam Pikkarainen et.al, [1] 2003. Akan tetapi apabila pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak bagi organisasi / perusahaan (Davis, 1989; Venkatesh and David 1996 dalam Pikkarainen et.al., 2004).

    2.1.1.Technology Acceptance Model (TAM)Menurut Davis (1989) tingkat penerimaan

    teknologi informasi (Information technology Acceptance) ditentukan oleh enam faktor, yaitu variabel dari luar (external variable), persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan teknologi (Perceived Ease of Use), persepsi pengguna terhadap daya guna teknologi (Perceived Usefulness), sikap pengguna terhadap teknologi (Attitude Toward Using), kecenderungan perilaku (Behavioral Intention) dan pemakaian actual (Actual Usage). TAM memiliki dua sisi yaitu : sisi pertama yang biasa disebut beliefs yang terdiri dari : perceived usefulness dan Perceived ease of use. Sisi kedua terdiri dari: attitude, behavior intention to use serta

    usage behavior, Straub, Limayen, Evaristo,1995 dalam Petra, 2005 [2].

    External Variables

    Perceived usefullness

    Perceived ease of use

    Attitude Behavioral intention to

    use

    Actual use

    Gambar 2.1. Hubungan antar komponen dalam TAM (Sumber : davis ,1986 dalam Warshaw, et.al.,1989)

    2.1.2.Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

    Pada tahun 2003, Venkatesh et.al., mengusulkan teori yang dikenal dengan teori gabungan penerimaan dan penggunaan teknologi (Unified theory of acceptance and use of technology atau UTAUT). Dari hasil penelitian tersebut terdapat 4 (empat) variabel yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap penerimaan pemakai dan perilaku pemakaian, yaitu : Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence dan Facilitating Conditions. Keempat variabel tersebut dimoderasi oleh variabel lain yaitu : gender, usia, pengalaman, menggunaan secara sukarela atau tidak. Model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh, 2003, [3] dapat dilihat pada gambar 2.8.

    Gambar 2.2. Model UTAUT (Sumber : Venkatesh,et.al., 2003)

    2.1.3. Model keberhasilan SIDe Lone & McLean (1992) mengusulkan sebuah

    model untuk mengukur variabel bebas yang bersifat kompleks dalam suatu penelitian. Dalam penelitian, DeLone & McLean mengusulkan suatu model yang interaktif untuk memperlihatkan konsep dan operasi dari implementasi sistem informasi yang berhasil. Model ini telah banyak diintegrasikan dalam berbagai

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013156

    penelitian, DeLone & McLean, 2003 [4]. Model tersebut memiliki 6 (enam) dimensi atau variabel, yakni kualitas informasi (Information quality), kualitas sistem (Quality system), kualitas layanan (Quality service), penggunaan (use), kepuasan pengguna (user satisfaction) dan pemanfaatan (net benefit). Semua model ini bersifat saling berhubungan yang disebut dengan kausal model.

    Information Quality

    System Quality

    Service Quality User Satisfaction

    Net Benefits

    Use Intention to use

    Gambar 2.3. Model Keberhasilan Sistem Informasi(DeLone & McLean,2003)

    Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa faktor kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan secara independen dan bersama-sama dapat mempengaruhi penggunaan (Intention to use) dan kepuasan pemakai (User satisfaction). Besarnya elemen penggunan (Intention to use) dapat mempengaruhi besarnya nilai kepuasan pemakai (User satisfaction), serta intention to use dan user satisfaction dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan pada sistem tersebut.

    Model lain dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh (1998) yaitu End User Computing Satisfaction (EUCS). Model EUCS digunakan mengukur kepuasan pemakai terhadap sistem informasi. Sistem informasi suatu organisasi dapat diandalkan apabila memiliki kualitas yang baik dan mampu memberikan kepuasan pada pemakainya. Dengan adanya kepuasan pemakai tersebut maka akan timbul penerimaan (acceptance) pada sistem informasi yang dipergunakan dalam organisasi tersebut. Kepuasan pemakai (user satisfaction) merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pengembangan sistem informasi. Doll dan Torkzadeh mengembangkan instrumen EUCS yang meliputi 5 komponen yaitu terdiri dari: Isi (content), Akurasi (accuracy), Bentuk (format), Kemudahan (ease) dan Ketepatan Waktu (timeliness).

    Wixom dan todd, 2005 [5] menjelaskan bahwa kepuasan pengguna perlu dianggap sebagai object based attitude yang mana akan berperan sebagai variabel eksternal yang mempengaruhi intention dan behavior dengan

    mediasi behavioral beliefs dan behavioral attitude. Hasil penelitian ini terbagi dalam kategori informasi dan sistem dengan determinant artifak yang lebih kompleks. Pengetahuan ini penting untuk diketahui oleh sistem desainer untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem

    Gambar 2.4. Teori Integrasi Kepuasan dan Penerimaan Sistem Informasi (Wixom dan Todd, 2005)

    2.1.4. Task Technology Fit (TTF)Model Task Technology Fit (TTF) merupakan suatu

    model yang menitik beratkan pada tingkat kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk memenuhi kebutuhan tugas dalam pekerjaan, yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan (Godhue & Thompson 1995). Berdasarkan teori TTF, sistem informasi akan dianggap memberikan peningkatan kinerja dari penggunanya apabila sistem tersebut memiliki kesesuaian (fit) yang baik dengan tugas-tugas pekerjaan dari penggunanya, Godhue & Thompson 1995, [6]. Model ini memiliki 4 (empat) konstruk kunci diantaranya : Task Characteristic, Technology Characteristic, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk Task Technology Fit (TTF), serta konstruk (TTF) dapat mempengaruhi variable outcome yaitu Performance atau utilization. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5.

    Task

    Characteristic

    Technology Characteristic

    Task Technology

    Fit

    Performance Impacts

    Utilization

    Gambar 2.5. Task Technology Fit Model (Sumber:Godhue & Thompson, 1995)

    2.1.5. Symbolic AdoptionUser acceptance model yang dikemukakan oleh

  • 157VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    Nah et.al., (2004) merupakan mental penerimaan pengguna dalam mengadopsi sistem informasi, model tersebut merupakan turunan dari Model TRA (Theoritical of reasoned action) dan model TAM (Technology Acceptance Model). Berdasarkan ketiga teori tersebut, dasar dari keinginan pengguna untuk menggunakan sistem informasi (behavioral intention) dipengaruhi oleh Perceived ease of use dan Perceived usefulness. Namun pada model TAM, pengguna diberikan kebebasan untuk memilih dalam penggunaan teknologi, dengan kata lain lebih bersifat voluntary use. Akan tetapi apabila pengguna hanya dihadapkan pada satu pilihan, maka kondisi dari penggunaan sistem tersebut lebih bersifat keharusan (mandatory use), kebebasan pilihan tidak menjadi relevan, Nah et.al, 2004 [7]. Symbolic adoption adalah dorongan atau kecenderungan seseorang secara mental menerima ide/gagasan dalam mengadopsi dan mengimplementasikan inovasi TI (Klonglan dan Coward, 1970 dalam Nah et.al., 2004). Model ini dapat dilihat pada gambar 2.6.

    Perceived ease of use

    Perceived Usefulness

    Perceived fit

    Perceived Compatibility

    Attitude toward system

    use Symbolic Adoption

    Gambar 2.6. Model Penerimaan Symbolic Adoption (Nah et.al, 2004)

    2.2. Tinjauan Penelitian SebelumnyaSeymour et.al., 2007 [8] melakukan penelitian

    penerimaan sistem ERP, dengan tujuan ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna akhir dari sistem ERP (Enterprise Resources Planning). Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang sudah dimodifikasi. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu, performance expectancy, effort expectancy, project communication, training dan shared belief diketahui sebagai antecedent terhadap symbolic adotion dan umur momoderasi hubungan antara effort expectancy terhadap symbolic adoption, trainning terhadap symbolic adoption, shared belief terhadap symbolic adoption dan project communication terhadap symbolic adoption. Penelitian yang dilakukan oleh Seymour (2007) relevan untuk organisasi yang akan menerapkan

    sistem ERP atau sistem yang bersifat mandatory.

    Facilitating Conditions

    Performance Expectancy (PE)

    Effort Expectancy (EE)

    Social Influence (SI)

    Age Gender

    Trainning

    Project Communication

    Shared Belief

    Experience

    Symbolic Adoption

    Exclude from research

    Gambar 2.7. Model UTAUT dengan Symbolic Adoption (Seymour et. Al, 2007)

    Pada tahun 2010 Koh,et.al. [9] melakukan penelitian dengan mengusulkan model pendekatan integratif, yang mana pada model tersebut adanya penggabungan dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu : konstruk kualitas informasi (information quality), kepuasan atas informasi yang diperoleh (information satisfaction), dan attitude dari model Wixom dan Todd (2005), selain itu Koh,et.al. 2010 menggabungkan beberapa konstruk yaitu : performance expectancy dari Venkatesh et. Al (2004), Use bahavior, overall satisfaction dan net benefits yang diadopsi dari model DeLone dan McLeon (2003). Pada penelitian yang dilakukan Koh, et.al. (2010) lebih berkonsentrasi pada stream informasi, yang kemudian mengganti konstruk usefulness dengan performance expectancy.

    Gambar 2.8. Model Integratif Multi Level Abstraksi(Koh et al, 2010)

    Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Zhou et.al., 2010 [10], yaitu mengkaji model penggunan mobile banking dengan menggabungkan model Task technology fit (TTF) dengan model penerimaan unified theory of acceptance and usage of technology (UTAUT). Kemudian tahun 2010 Pai dan Tu melakukan penelitian mengenai penerimaan

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013158

    dan penggunaan terhadap CRM (Customer Relation Service) di Taiwan. Pada penelitian ini Pai dan Tu (2010) menggunakan model UTAUT dan TTF, yang mana peneliti ingin mengkaji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi behavioral intention pengguna CRM.

    Performance Expectancy

    Effort Expectancy

    Social Influence

    Facilitating Condition

    Behavioral intention User

    Behaviour

    Task Technology Fit

    Task Characteristic Technology Characteristic

    Gambar 2.8. Model Penerimaan CRM(Sumber : Pai dan Tu, 2010)

    Pada penelitian ini mengusulkan beberapa konstruk yang dapat mempengaruhi perilaku serta niat pengguna, yang diantaranya : performance expectancy, effort expectancy dan Social influence. Begitupun juga model TTF memiliki pengaruh terhadap behavioral intention. Sedangkan konstruk task technology fit (TTF) dipengaruhi oleh konstruk Task Characteristic (TAC) dan Technology characteristic (TEC), serta konstruk user behavior dipengaruhi oleh behavioral intention dan facilitating condition. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pai dan Tu (2010) membuktikan bahwa penerimaan dan penggunaan CRM dapat dijelaskan dari penggabungan antara model UTAUT dengan TTF.

    2.3. Penentuan Model PenelitianPada penelitian ini, penulis mengintegrasikan

    beberapa model penerimaan sistem informasi yang pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pada dasarnya model penerimaan sistem informasi ini merupakan pengembangan dari model penerimaan TAM (Technology Acceptance Model), yang mana kemudian dilakukan pengembangan oleh venkatesh (2003) menjadi suatu model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology). Selain model UTAUT, peneliti menggunakan salah satu konstruk dari model keberhasilan sistem informasi (De Lone dan McLean, 2003), yaitu Information quality dan information Satisfaction. Berdasarkan hasil penelitian (koh et. alt, 2010) pada model integratif multi level

    abstraksi, bahwa information quality mempengaruhi information satisfaction, serta information satisfaction dapat mempengaruhi performance expectancy. Selain itu pula peneliti menggabungkan model Task Technology Fit (Zhou et. al., 2010) dan symbolic adoption (Nah et. al, 2004) sebagai dependent variable dengan faktor-faktor pendorong internal pribadi dan faktor eksternal (kondisi lingkungan). Pembentukan model penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Desain PenelitianNo Faktor-faktor De

    Lone & McLean (2003)

    Wixom & Todd (2005)

    Venkatesh (2003)

    Koh et al.

    (2010)

    Nah et.al.

    (2004)

    Zhou et.al.

    (2010)

    Reserach frame-work

    1 Information quality

    2 Information Satisfaction

    3 Performance Expectancy

    4 Effort expectancy

    5 Social influence

    6 Facilitating Condition

    7 Task characteritic

    8 Technology Characteristic

    9 Task technology Fit

    10 Symbolic Adoption

    Berdasarkan tabel pembentukan faktor-faktor penerimaan sistem informasi, maka penulis melakukan modivikasi dengan mengambil beberapa konstruk yang akan dijadikan pada model penelitian ini. Adapun variabel-variabel laten yang digunakan pada model penerimaan sistem informasi perpustakaan INLIS terdiri dari :

    1. Information Quality, Information Satisfaction (Wixom and Todd,2005)

    2. Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence serta Falitating Conditions (Venkatesh, 2003; 3),

    3. Task technology Fit, task Characteristic,Technology Characteristic (Zhou et. al., 2010);

    4. Serta yang Symbolic adoption (Koh et. al., 2010).

    Untuk lebih jelasnya Model penerimaan sistem informasi INLIS (Integrated Library System) dapat dilihat pada gambar 2.9.

  • 159VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    H1

    H2

    H3

    H4

    H5 H6

    H7

    H8

    H9

    Performance Expectancy (PE) (Venkatesh et. al,

    2003)

    Effort Expectancy (EE) (Venkatesh et. al, 2003)

    Social Influence

    (SI) (Venkatesh et. al, 2003)

    Symbolic Adoption (Nah. et.al,

    2004)

    Facilitating Conditions

    (Venkatesh et. al, 2003)

    Information Quality (DeLone & McLean, 2003) (Wixom & Todd,2005)

    Information Satisfaction ( Doll

    & Torkzadeh 1998) (Wixom &

    Todd,2005)

    Technology Characteristic (Zhou et. al.,

    2010)

    Task Characteristic (Zhou et. al.,

    2010)

    Task Tachnology Fit (Goodhue & Thompson,

    1995)

    3. Metodologi PenelitianPadap penelitian ini pengumpulana data dilakukan

    dengan menggunakan kuesioner, di mana suatu kuesioner ini merupakan suatu metode pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Asumsi kunci dalam menggunakan kuesioner ini adalah bahwa objek penelitian merupakan orang-orang yang paling tahu tentang dirinya dan pernyataan dari objek penelitian yang diberikan adalah benar dan bisa dipercaya.

    Kuesioner yang dirancang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi mengenai data responden, diantaranya : jenis kelamin, usia, masa kerja, serta unit kerja dimana pegawai itu berada. Pada bagian kedua berisi pernyataan yang berhubungan dengan konstruk penelitian, di mana konstruk-konstruk tersebut merupakan konstruk dari model penerimaan sistem informasi perpustakaan.

    Adapun untuk teknik pengukuran pada kuesioner ini menggunaka skala likert antara 1-5. Nilai terendah dampai nilai tertinggi dari skala Likert berarti (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju dan (5) sangat tidak setuju. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam melakukan analisis serta pembahasan dari data yang sudah dikumpulkan adalah Structural Equation Modeling (SEM) dan Path Analysis, dengan dibantu software pengolah data AMOS. Hair et. al. (1998) dalam Ghozali (2008) mengajukan tahapan permodelan dalam analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu : (1) Pengembangan model secara teoritis; (2) menyusun diagram jalur; (3) mengubah diagram jalur menjadi persamaan

    struktural, (4) memilih matrik input untuk analisis data; (5) menilai identifikasi model, (6) mengevaluasi estimasi model, (7) interpretasi dan modifikasi model.

    4. Hasil Penelitian dan PembahasanPenelitian ini menggunakan responden sebanyak

    120 orang. Tetapi hal itu sudah memenuhi standar jumlah sampel minimal. Menurut Gozhali, 2008 [11] jumlah sampel minimal yang dapat diolah dengan menggunakan Teknik analisis Structural Equation Model (SEM) adalah sebanyak 100 sampai 150 sampel. Asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam analisis SEM adalah jumlah sampel yang memenuhi kaidah analisis. Berdasarkan teknik maximum likelihood estimation (ML) membutuhkan sampel berkisar 100 200 sampel. Teknik Generelized Least Square Estimation (GLS) dapat digunakan sampel berkisar 200 500. Selain itu pula kedua teknik tersebut mengharuskan data dalam kondisi berdistribusi normal untuk menghindari bias dalam menganalisa data. Apabila terdapat data outlier harus dibuang karena dapat menimbulkan bias dalam interpretasi dan mempengaruhi data lainnya. Data dapat dikatakan normal apabila c.r multivariate (critical ratio) memiliki syarat -2.58 < c.r. < 2.58 (dalam Ghozali, 2008). Berdasarkan hasil pengujian normalitas data, didapatkan item pertanyaan yang menyebab sebaran data tidak normal secara univariate, yaitu TTF4 dan TTF 3 (-3.629 dan -3.487) yang mempunyai nilai jauh dari batas normal (-2.58 < c.r. < 2.58). untuk data responden yang termasuk outlier yaitu responden nomor 9, karena memiliki nilai mahalanobis melebih 87.967, yaitu 93.001, ehingga data nomor 9 harus dihapus dan tidak diikut sertakan pada pengujian selanjutnya.

    4.1. Pengolahan Data dengan Model Structural Teknik pengolahan data yang digunakan pada

    penelitian ini menggunan Structural Equal Models (SEM) serta metode Path analysis.

    Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan suatu variabel di asumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Kuatnya hubungan kausalitas antara variabel variabel yang telah diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada pemilihan metode analisis, melainkan pada justifikasi secara teoritis untuk mendukung analisis. Setelah dilakukan penyusunan model path diagram, penulis melakukan

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013160

    pengubahan diagram jalur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Menurut Imam Gozali (2008) analisis konfimantori atau sering disebut Confimantory Factor Analysis (CFA) didesain untuk menguji multidimensional dari suatu konstruk teoritis, yang mana tujuannya yaitu untuk menguji uni dimensionalitas dari dimensi-dimensi pembentuk masing-masing variabel laten. Variabel-variabel laten atau konstruk eksogen ini terdiri dari 51 observed variable sebagai pembentuknya. Berdasarkan uji konfimantory seluruh model struktural, ada beberapa indikator yang tidak memenuhi syarat dari cut off value uji validitas, yaitu 0.50 (Hair et al, 1998 dalam Ghozali 2008). Data hasil pengujian konfimantori dapat dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Hasil Uji konfimatori Full Model Struktural

    Indikator loading factor Ket. validitasIQ1 0.66 ValidIQ2 0.73 ValidIQ3 0.66 ValidIQ4 0.75 ValidIQ5 0.45 Tidak ValidIS1 0.76 ValidIS2 0.78 ValidIS3 0.79 ValidIS4 0.79 ValidIS5 0.80 ValidPE1 0.84 ValidPE2 0.88 ValidPE3 0.81 ValidPE4 0.54 ValidEE1 0.87 ValidEE2 0.93 ValidEE4 0.78 ValidSI1 0.70 ValidSI2 0.81 ValidSI3 0.88 ValidSI4 0.83 ValidFC1 0.83 ValidFC2 0.78 ValidFC3 0.49 Tidak ValidFC4 0.54 ValidSA1 0.84 ValidSA2 0.87 ValidSA3 0.31 Tidak Valid

    Tabel 4.1. Hasil Uji konfimatori Full Model Struktural (Lanjut)

    Indikator loading factor

    Ket. validitas

    TAC1 0.76 ValidTAC2 0.69 ValidTAC3 0.82 ValidTEC1 0.59 ValidTEC2 0.78 ValidTEC3 0.70 ValidTTF1 0.29 Tidak Valid

    TTF2 0.30 Tidak ValidTTF5 0.32 Tidak ValidTTF6 0.28 Tidak ValidTTF7 0.22 Tidak ValidTTF8 0.42 Tidak ValidTTF9 0.31 Tidak ValidTTF10 0.36 Tidak ValidTTF11 0.28 Tidak ValidTTF12 0.74 ValidTTF13 0.78 ValidTTF14 0.66 ValidTTF15 0.77 ValidTTF16 0.74 Valid

    Tahapan berikutnya dilakukan uji realibilitas, hal ini berguna untuk menetapkan apakah instrument pertanyaan pada kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, realibility instrument mencirikan tingkat konsistensi (Ghozali, 2009). Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat realibilitas, yaitu composite (construct reability) adalah minimal 0.70 sedangkan cut-off value untuk variance extracted minimal 0.50 (Ghozali, 2008).

    Berdasarkan data hasil pengujian contruct reliability dan variance extract , dinyatakan seluruh variabel dalam model penerimaan ini reliable, karena mempunyai nilai yang sudah memenuhi syarat cut off value uji reliabilitas.

    Uji kelayakan model terdapat 2 (dua) tahapan, yaitu pengujian measurement dan structural model. Apabila ingin memperoleh seberapa fit model dengan data penelitian, yakni dengan cara malakukan evaluasi terhadap cut of value Goodnes of fit (GOF).

    Berikut resume berdasarkan hasil pengujian GOF dapat dilihat pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2. Hasil pengujian GOF model setelah ada eliminasi indikator

    Goodness of fit (GOF) index

    Cut off value

    Hasil pengujian

    keterangan

    Chi Square Sekecil mungkin

    1277.780 Mulai turun nilainya dibanding pada pengukuran model awal

    Probability 0,05 0.000 Poor fitCMIN/df 2,00 585 Poor fitRMSEA 0.05 -

    0,080.101 Poor fit

    GFI 0.90 0.635 Poor fitAGFI 0.90 0.584 Poor fitTLI 0.90 0.742 Poor fit

  • 161VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    Apabila dilihat dari hasil pengujian GOF index, tidak ada satupun hasil yang mengindikasikan fit model, karena nilainya jauh dibawah cut off value dari Goodness of fit. Berdasarkan hasil pengujian kelayakan model, maka direkomendasikan jalur hubungan antara task technology fit dengan Symbolic Adoption dieliminasi, karena mempunyai nilai jalur yang tidak signifikan.

    Setelah dilakukan beberapa kali proses eliminisi, tetapi tetap belum mengindikasikan model tersebut fit model, maka tahapan berikutnya dilakukan proses modifikasi model, dengan cara menghubungkan beberapa variabel error yang disarankan pada tabel modifivication indices.berikut hasil modifikasi tampilan model struktural.

    Gambar 4.3. Output Path Diagram Hasil ModifikasiDari hasil pengujian GOF seluruh kriteria

    nilainya masih dibawah cut off value GOF, maka hasil modifikasi model tersebut belum bisa dikatakan fit dengan data yang ada, sehingga sampai pada tahapan ini belum bisa dilakukan uji hipotesis, karena apabila model nya tidak dinyatakan fit akan membuat bias dalam mekakukan pengujian hipotesis. Oleh karena itu metode penelitian alternative dengan menggunakan Path analysis atau analisis jalur hubungan.

    4.2. Analisis jalur (Path analysis)Analisis jalur merupakan pengembangan dari regresi model yang digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matrik korelasi, dua atau lebih model yang dibandingkan oleh peneliti (Ghozali, 2008). Berikut ini merupakan model penerimaan sistem informasi INLIS yang disintesis berdasarkan telaah teori. sebagai berikut :

    Gambar 4.4. Path Analysis Model Penerimaan Sistem Informasi Perpustakaan

    Hasil kesesuaian melalui model ini dapat diperoleh nilai loading factor antar variabel. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai loading faktor yang menghubungkan variabel TTF dengan variabel symbolic adoption memiliki nilai 0.001 dan variable TAC yang mempengaruhi TTF

    memiliki inilai -0.01 yang berarti dibawah batas nilai 0.05, sehingga jalur koefisien tersebut tidak signifikan dan harus dihilangkan. Berikut output hasil pengujian path analysis

    Tabel 4.3. Hasil uji Path Analysis

    Estimate S.E. C.R. P Label keterangan

    IS

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013162

    4.3. Implikasi PenelitianPenelitian ini akan berguna jika hasil analisisnya

    dapat digunakan sebagai usulan pengembangan sistem, adapun implikasi peneltiannya sebagai berikut :

    A. Aspek Manajerial

    1. Pihak pengambil keputusan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi dalam penerapan sistem informasi perpustakaan INLIS yang berkesinambungan.

    2. Kualitas informasi (Information quality) merupakan salah satu faktor yang sangat memperngaruhi penerimaan pegawai dalam menggunakan INLIS, sehingga dalam pengembangan sistem kedepanya perlu diperhatikan tingkat keakuratan, kelengkapan, kemudahan untuk memahami informasi yang ditampilkan dari sistem tersebut, serta tingkat relevansi dan adanya penjaminan tingkat keamanan informasi yang tersimpan pada sistem INLIS. Dengan meningkatnya kualitas informasi yang dihasilkan pada sistem INLIS, maka akan menimbulkan tingkat kepuasan pegawai atas perolahan informasi pada sistem tersebut.

    3. Harapan-harapan akan performa dari sistem INLIS (Performance expectancy) serta harapan upaya dalam penggunaan sistem (Effort ecpectancy , akan senantiasa dapat memberikan masukan bagi pihak yang melakukan pengembangan sistem, sehingga dalam pengembangannya variabel penentu Performance expectancy dan effort ecpectancy dapat dijadikan tolok ukur dalam evaluasi sistem.

    4. Pihak pengambil keputusan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pengembangan sumber daya yang berkompeten dalam menunjang operasional sistem, sehingga hal ini dapat memberikan dampak positif baik bagi organisasi, ataupun bagi para pegawai. Sumber daya yang dimaksud adalah, berupa fasilitas penunjang operasional serta berupa keahlian dan pengetahuan para pegawai dalam penggunaan sistem.

    B. Aspek Sistem

    1. Dampak terhadap sistem akan terlihat pada tingkat ketersediaan sistem. Pengguna mengharapkan supaya sistem informasi INLIS dapat dengan mudah diakses, yang berarti operasional sistem INLIS perlu memperhatikan kelangsungan layanannya, meminimalisasi adanya gangguan terhadap aplikasi sistem, serta pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi.

    2. Untuk pengembangan sistem kedepanya, faktor kemudahan serta kenyaman dalam menggunakan system INLIS sangat lah penting diperhatikan, hal ini disebabkan, pengguna lebih tertarik untuk menggunakan sistem yang mudah (user friendly) serta nyaman.

    C. Aspek People (orang) 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengguna

    menerima sistem ini karena dari kualitas informasi yang dihasilkan pada sistem tersebut, sehingga pengelola dapat meningkatkan atas kualitas data yang diperoleh dari sistem INLIS, seperti keakuratan informasi, kelengkapan atas perolehan informasi, format informasi yang mudah dimengerti, adanya relevansi, serta tingkat keamanan yang terjamin atas informasi yang disimpan pada sistem informasi INLIS, sehingga dengan begitu akan menimbulkan kepuasan tersendiri bagi para pegawai dalam menggunakan system INLIS.

    2. Performance expectancy atau ekspektasi atas

    perfoma sistem informasi INLIS merupakan salah satu fakor yang mendorong para pegawai untuk menggunakan sistem tersebut, dengan harapan adanya sistem tersebut dapat meningkatkan kinerja para pegawai, baik dalam penyelesaian pekerjaan, meningkatkan produktivitas kerja, memberikan kesempatan promosi kerja.

    3. Hasil penelitian ini juga bisa memberitahukan

    bahwa pegawai perpustakaan nasional sangat menginginkan sistem informasi yang mudah digunakan (User friendly) dan nyaman dalam penggunaannya.

  • 163VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

    D. Aspek Penelitian Lanjutan

    1. Ketepatan dalam pemilihan operasional variabel penelitian tidak hanya didasarkan pada adopsi dari teori-toeri yang ada, namun perlu adanya penyesuaian dengan kondisi penelitian yang akan dikaji akan menjadikan operasional variabel lebih tepat dalam melakukan pengukuran.

    2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengembangkan model ini dengan menambahkan variabel lain yang belum digunakan, seperti kondisi yang memfasilitasi, variabel moderating , berupa jenis kelamin, umur, dan pengalaman.

    5. PenutupBerdasarkan analisa data yang sudah dilakukan,

    maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pegawai dalam menerima sistem informasi INLIS adalah kualitas informasi (information quality) yang dihasilkan dari sistem INLIS, tingkat kepuasan pegawai atas perolehan informasi (information satisfaction), harapan pegawai atas perfoma sistem yang dapat meningkatkan kinerja mereka (performance expectancy), harapan upaya / usaha dalam penggunaan sistem informasi (effort expectancy), serta karakteristik dari teknologi yang akan digunakan, meskipun tidak secara langsung mempengaruhi mental penerimaan dari para pegawai dalam mengadopsi penggunaan sistem informasi INLIS.

    Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil penelitian ini menunjukan bahwa hubungan kausal yang terjadi antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : terdapat hubungan antara kualitas informasi (Information quality) dengan kepuasan akan informasi (Information satisfaction), semakin berkualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi INLIS, maka akan semakin meningkat pula kepuasan para pegawai dalam memperoleh informasi yang dihasilkan dari sistem INLIS. Semakin pengguna merasa puas akan informasi yang dihasilkan maka pengguna akan semakin percaya diri dalam menggunakan informasi tersebut. Hal ini dipandang akan semakin memenuhi harapan performa (Performance expectancy) pengguna sistem.

    Begitu pula semakin sistem itu dapat memberikan manfaat bagi pegawai yang menggunakannya, maka akan memberikan keyakinan terhadap mental penerimaan pegawai (symbolic adoption).

    Harapan atas penggunaan (Effort expectancy) sistem informasi INLIS dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap mental penerimaan pegawai (symbolic adoption) dalam penggunaan sistem informasi INLIS, hal ini menunjukkan semakin mudah dan nyaman sistem yang akan diterapkan, maka semakin terdorong pula para pegawai untuk menerima adopsi (symbolic adoption) dari sistem informasi tersebut. Karakteristik teknologi (technology characteristic) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecocokan teknologi (task technology fit). Kondisi ini menunjukan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh teknologi atau sistem informasi yang menyebabkan pegawai dapat menggunakan sistem tersebut. Pada konteks penelitian ini pegawai menginginkan adanya sistem yang mudah diakses, real time serta terjamin tingkat keamanannya.

    Pada kasus Information quality, tidak secara langsung memberikan pengaruh pada symbolic adoption, melainkan berpengaruh secara langsung terhadap information satisfaction, yang kemudian information satisfaction mempengaruhi performance expectancy. Dimana performance expectancy merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mental penerimaan pegawai (symbolic adoption).

    Rekomendasi yang diusulkan

    Aspek aspek pada kualitas informasi (Information quality) dapat dijadikan acuan bagi pihak pengembang dalam melakukan peningkatan kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem INLIS, dalam hal ini yang perlu segera dilakukan mengenai keamanan (security) informasi yang tersimpan pada sistem INLIS.

    Sedangkan untuk meningkatkan kepuasan atas perolehan informasi para pengguna sistem perlu peningkatan dari segala aspek kualitas informasi yang merupakan output dari sistem INLIS. Pihak pengembang sistem perlu memberikan respon atas masukan-masukan yang diberikan dari para pegawai.

  • VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013164

    Item-item yang terdapat pada performance expectancy dapat dijadikan strategi dalam meningkatkan penerimaan pegawai terhadap sistem INLIS, sehingga untuk kedepannya sistem dapat lebih bermanfaat bagi para pegawai serta para pemustaka yang menggunakan sistem tersebut.

    Selain berdasarkan faktor performance expectancy, item-item yang terdapat effort expectancy juga bisa dijadikan strategi pengembangan sistem kedepannya, sehingga sistem yang diharapkan oleh pegawai, yakni sistem yang user friendly, serta nyaman, bisa menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pegawai untuk menggunakannya.

    Pada penelitian selanjutnya, untuk pemilihan operasional variabel, tidak hanya diambil dari teori yang ada, namun harus disesuaikan dengan konteks penelitian yang akan dikaji, sehingga operasional variabel penelitian akan lebih tepat dan terukur.

    Perlu adanya penelitian serupa, dengan menggunakan model ini, tapi ditujukan untuk voluntary usage , dalam hal ini pemustaka sebagai pengguna sistem INLIS.

    Daftar Pustaka

    [1] Pikkarainen, et al. (2004). Consumer acceptance of online banking: an extension of the technology acceptance model Internet Research Volume 14 Number 3 pp. 224-235

    [2] Petra S.M. Wijaya. (2005). Pengujian Model Penerimaan Teknologi Internet Pada Mahasiswa. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. l, No. l. Februari.

    [3] Venkatesh, V., et.al. (2003). User Acceptance of information Technology : Toward a Unified views, MIS Quarterly, 27, 3, 425 -478.

    [4] DeLone, W.H. and McLean, E.R. (2003). The DeLone and McLean model of information systems success : a ten-year update. Journal of Management Information Systems, 19,4, 9-30.

    [5] Wixom, B. & Todd, p. (2005). A Theoretical Integration of user satisfaction and technology acceptance. Information Systems research, Vol. 16, no. 1, pp. 85-103

    [6] Goodhue, D.I.., & Thompson, R.L. (1995). Task Technology Fit and Individual Performance. MIS Quarterly, 19(2), 213-236.

    [7] Nah, F.F. tan, X. & Teh, S.H. (2004). An empirical investigation on end-users acceptance of enterprise systems. Information Resource Management Journal. 17(3), 32-53.

    [8] Seymour L., Wadzanai Makanya, Simon Berrange (2007, April). End-Users Acceptance of enterprise Resource planning Systems : An Investigation of Antecedents. Proceedings of the 6th Annual ISO nEworld Conference. Las Vegas.

    [9] Koh, C., Prybutok, V. Ryan,S.D. and Wu, Y. (2010). A model for mandatory use of software technologies : an integrative approach by applying multiple levels of abstraction of informing Science. Informing Scieence : the International Journal of an Emerging Transdiscipline, Vol. 13, 2010, pp 177-202.

    [10] Zhou, T., Lu, Y. B. and Wang, B. (2010). Integrating TTF and UTAUT to explain mobile banking user adoption. Computers in Human Behavior, 26(4), 760-767.

    [11] Ghozali, Imam. (2008). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS 16.0. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.