infeksi virus hepatitis c spesial studi jurnal 1

6
Resume Jurnal Chronic Hepatitis C Infection. Infeksi virus hepatitis C diperkirakan dapat menyerang hampir 180 juta orang di seluruh dunia, dan dapat berujung menjadi hepatitis kronis, sirosis, serta kangker hati, dan sebagian besar akan diindikasikan untuk melakukan trasplantasi hati. Daya tahan tubuh host menjadi kunci perlawanan terhadap infeksi virus hepatitis C yang masuk kedalam tubuh, tetapi apabila daya tahan tubuh dapat melawan tubuh, sekitar 15-30% pasien yang terinfeksi selama beberapa dekade dapat berkembang menjadi infeksi kronis dan sirosis hati. Virus hepatitis C merupakan virus RNA berantai tunggal golongan flavivirus yang memiliki sampul (envelope), dimana virus ini menyerang organ hati dengan masuk kedalam sel hati (hepatosit) dengan cara endositosis dan merangsang produksi protein proinflamasi. Setelah terpajan virus hepatitis C, tubuh akan mengaktifkan sistem imun adaptif, seperti sel T CD4 dan CD8, serta HLA kelas II menjadi sel antigenpresenting pada infeksi akut virus hepatitis C. Mutasi pada epitop virus, mengakibatkan T sel tidak dapat mengenali virus sehingga virus menetap dan mengakibatkan infeksi kronis. Biopsi

Upload: gusti-tirtha-drag-jr

Post on 17-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.

TRANSCRIPT

Resume JurnalChronic Hepatitis C Infection.

Infeksi virus hepatitis C diperkirakan dapat menyerang hampir 180 juta orang di seluruh dunia, dan dapat berujung menjadi hepatitis kronis, sirosis, serta kangker hati, dan sebagian besar akan diindikasikan untuk melakukan trasplantasi hati. Daya tahan tubuh host menjadi kunci perlawanan terhadap infeksi virus hepatitis C yang masuk kedalam tubuh, tetapi apabila daya tahan tubuh dapat melawan tubuh, sekitar 15-30% pasien yang terinfeksi selama beberapa dekade dapat berkembang menjadi infeksi kronis dan sirosis hati.Virus hepatitis C merupakan virus RNA berantai tunggal golongan flavivirus yang memiliki sampul (envelope), dimana virus ini menyerang organ hati dengan masuk kedalam sel hati (hepatosit) dengan cara endositosis dan merangsang produksi protein proinflamasi. Setelah terpajan virus hepatitis C, tubuh akan mengaktifkan sistem imun adaptif, seperti sel T CD4 dan CD8, serta HLA kelas II menjadi sel antigenpresenting pada infeksi akut virus hepatitis C. Mutasi pada epitop virus, mengakibatkan T sel tidak dapat mengenali virus sehingga virus menetap dan mengakibatkan infeksi kronis. Biopsi hati menjadi standar baku diagnosis kerusakan pada organ hati akibat infeksi kronis virus hepatitis C, seperti adanya jaringan parut (fibrosis) dan dapat digunakan untuk meramal kondisi organ hati dan manajemen pasien, namun sifatnya invasif dan mahal. Terdapat beberapa pemeriksaan lain untuk mengukur kerusakan akibat fibrosis pada hati, seperti aspartate aminotransferase (AST), platelet ration index (APRI), serta beberapa tes biomarker lain. Dengan menggabungkan beberapa pemeriksaan seperti APRI, dan FibroSURE atau HepaScore, dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi diagnosis tanpa harus melakukan biopsi hati.Terapi infeksi virushepatitis C telah mengalami kemajuan yang bermakna, dan kombinasi terapi pegylated interferon (peginterferon) dengan ribavirin menjadi standar pengobatan untuk semua genotip virus hepatitis C, sehingga tujuan terapi dapat tercapai yaitu mencegah komplikasi dan kematian dari infeksi virus hepatitis C. Dua peginterferon berlisensi (Pegasys, dari Roche, dan Pegintron, dari Merck) telah memberikan hasil yang baik dan memiliki keberhasilan dan keamanan yang serupa bila kombinasi dengan ribavirin dalam pengobatan infeksi virus hepatitis C. beberapa hal yang dapat mempengaruhi suatu respon virologi berkelanjutan atau sustained virologic response (SRV) adalah genotip virus, tingkat replikasi virus, dan juga kepatuhan dalam menjalani terapi. Suatu keberhasilan pengobatan dilihat dari jumlahnya virus yang terdeteksi. Pengobatan dikatakan berhasil apabila terjadi penurunan serum RNA virus hepatitis C dan biasanya ditinjau rata-rata setelah 3 bulan menjalani terapi. Salah satu prediktor keberhasilan terapi adalah ras, dimana ras kulit hitam memiliki tingkat SRV yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih, karena adanya gen IL 28B di kromosom 19 serta alel C meningkatkan efek terapi kombinasi antivirus tersebut, dan gen tersebut lebih banyak ditemukan pada ras kulit putih. Selain ras, beberapa prediktor yang dapat meningkatkan efek terapi adalah berat badan (