industrialisasi kp feb 1012
TRANSCRIPT
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN SUNOTO, MES, PHD KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA: FEBRUARI, 2012
A. TANTANGAN Makro: 1. Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km,
tapi PDB perikanan baru 3,46%, 2. Gejala perubahan iklim makin mengancam sistem produksi kelautan dan perikanan,
sementara itu belum ada kebijakan anXsipasi Yg perubahan sistem produksi. Hulu Perikanan Tangkap: 1. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di laut sekitar 6,5 juta ton per tahun dan telah
dimanfaatkan lebih dari 5,3 juta, namun nelayan masih miskin, 2. Jumlah nelayan laut dan perairan umum 2.755.794 orang, tapi lebih dari 50% atau
1.466.666 nelayan berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan, 3. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap/Usaha Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik
2,60%, tapi 811.453 RTP atau 85% RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor tempel
4. Armada perikanan tangkap di laut 590.314 kapal, tapi 94% berukuran kurang dari 5 GT dng SDM berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah,
Hulu Budidaya: 1. Potensi tambak 1.224.076 ha, tapi realisasi baru 612.530 ha dengan sistem tradisional, 2. Potensi budidaya laut 8.363.501 ha, tapi realisasi hanya 74.543 ha, 3. Tenaga kerja budidaya ikan 2.916.000 orang, tapi kepemilikan lahan perkapita rendah dan
hidupnya masih memprihaXnkan,
TANTANGAN lanjutan
Hilir: 1. Jumlah industri perikanan lebih dari 60 ribu unit, tapi sebagian besar tradisional berskala
mikro , kecil, dan menengah 2. Jumlah industri pengolahan ikan menengah dan besar 570 unit, tapi hanya menyerap
tenaga kerja 170 RIBU orang, 3. Industri pengalengan ikan yang terda\ar lebih dari 50 perusahaan, tapi yang
berproduksi kurang dari 60% dengan kapasitas maksimum sekitar 60%, 4. Total produksi perikanan 11,6 juta ton dengan ekspor produk perikanan 1,1 juta ton
dengan nilai US$ 2.860.000.000,-‐ dimana sekitar 80% diekspor berupa bahan baku. 5. Produksi ikan olahan hasil penangkapan 2009 sebesar 1.103.395 ton, menurun -‐6,13%
dari tahun 2005. Produksi ikan kalengan hasil penangkapan di laut sebesar 40.238 ton pada tahun 2009 dan menurun -‐2,46% dari tahun 2005.
6. Volume ekspor hasil perikanan pada tahun 2009 sebesar 881.413 ton, naik 0,90% dari tahun 2005, tapi pada periode 2008-‐2009 turun -‐3,32%. Volume ekspor jenis udang selama tahun 2005 – 2009 turun -‐0,04%, sedangkan periode 2008-‐2009 turun -‐11.49%.
7. Nilai ekspor pada tahun 2009 US$ 2.466.202.000,-‐, naik 7,05% dari tahun 2005. Nilai ekspor udang US$1.007.481 tahun 2009, naik 2,40% dari tahun 2005, namun tahun 2008 – 2009 turun -‐13,54%.
Garam: Kebutuhan garam 3.251.691 ton/tahun, tapi impor garam 1.707.509 ton/tahun. Seratus persen garam industri diimpor. Dalam beberapa tahun terakhir sebagian garam konsumsi masih diimpor.
DIPERLUKAN KEBIJAKAN TEROBOSAN: PERCEPATAN INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
B. INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Industrialisasi Kelautan dan Perikanan adalah proses perubahan sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produkXvitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan, melalui modernisasi yang didukung dengan arah kebijakan terintegrasi antara kebijakan ekonomi makro, pengembangan infrastruktur, sistem usaha dan investasi, IPTEK dan SDM untuk kesejahteraan rakyat.
C. ARAH KEBIJAKAN (USULAN) VISI: INDONESIA PENGHASIL PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN BERNILAI TAMBAH DAN BERDAYA SAING TERKEMUKA TAHUN 2015 MISI: MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI: 1) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS, NILAI TAMBAH, DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 2) PENINGKATAN DAYA SAING DAN MODERNISASI BERORIENTASI PASAR 3) SWASEMBADA DAN MANAJEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN BERKELANJUTAN:
INTEGRASI HULU DAN HILIR BERWAWASAN LINGKUNGAN
D. TUJUAN INDUSTRIALISASI KP
1) Meningkatkan produksi, produkXvitas, dan
nilai tambah produk kelautan dan perikanan yang berdaya saing Xnggi berorientasi pasar,
2) Mempercepat pembangunan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan melalui modernisasi sistem produksi dan manajemen,
3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.
E. KERANGKA KONSEPTUAL: PRINSIP-‐PRINSIP INDUSTRIALISASI
1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING: Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk untuk ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2. MODERNISASI SISTEM PRODUKSI: Efisiensi dan modernisasi sistem produksi hulu dan hilir.
3. PENGUATAN PELAKU INDUSTRI KELAUTAN DAN PERIKANAN: Peningkatan jumlah, kapasitas, dan kualitas industri kelautan dan perikanan dan pembinaan hubungan antar enXtas bisnis dan industri pada semua tahapan value chain untuk memperkuat struktur industri kelautan dan perikanan.
4. BERBASIS KOMODITAS, WILAYAH, DAN SISTEM MANAJEMEN KAWASAN: Konsentrasi pada komoditas unggulan, potensi wilayah dan manajemen sentra-‐sentra produksi potensial sesuai dengan prospek pertumbuhannya di masa depan.
5. BERKELANJUTAN: Prinsip keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan perlindungan lingkungan berjangka panjang.
6. TRANSFORMASI SOSIAL: Perubahan cara berfikir dan perilaku masyarakat modern
UPAYA • Perluasan Pasar Global
dan nasional • Revitalisasi Pengolahan • Penataan Manajemen
Perikanan Tangkap • Revitalisasi Perikanan
Budidaya • Pembinaan Mutu dan
Pengawasan • Sistem Pengawasan KP • Pengembangan Sentra
industri dan prod BB • KonekXvitas Bisnis dan
kawasan • Pengembangan Iklim
Usaha dan Investasi • PeneliXan dan
Teknologi • Pengembangan SDM
dan Transformasi Sosial • Pengembangan Sistem
Manajemen • Revitalisasi Garam
Rakyat
Kondisi Saat ini
POTENSI: • SDA • SDM
• Peluang Pasar
STRATEGI 1. MENGEMBANGKAN
KOMODITAS DAN PRODUK BERBASIS PASAR
2. MENGEMBANGKAN KAWASAN
3. KONEKTIVITAS 4. MENGEMBANGKAN IKLIM
USAHA DAN INVESTASI 5. MENGEMBANGKAN
TEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA MANUSIA
6. MENATA SISTEM MANAJEMEN
7. MENGEMBANGKAN INDUSTRI GARAM
KEBIJAKAN PERCEPATAN
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
OUTCOME Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
OUTPUT • PRODUKSI • NILAI TAMBAH
• PENDAPATAN • PASAR
Lingkungan Strategis: INTERNASIONAL : 1. Globalisasi 2. Liberalisasi Perdagangan 3. Perubahan Iklim dan Lingkungan NASIONAL : 1. Kredit investasi dan modal kerja 2. Kemitraaan Usaha 3. Teknologi dan inovasi 4. Standarisasi dan SerXfikasi Produk 5. Lingkungan dan HAM 6. Otonomi Daerah
F. ALUR PIKIR INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
ISU dan Permasalahan : Input, Proses dan Output yang
berbeda-‐beda antar komoditas dan
kawasan
Instrumental input: Kerangka Regulasi dan Anggaran
NAIK
No Rincian Item Nilai Satuan
1 Luas Daratan Indonesia 1.910.931,32 Km2 (Kemendagri Mei 2010)
2 Luas Laut Indonesia
a Luas Laut Teritorial 284.210,90 Km2
b Luas Zone Ekonomi Eksklusif 2.981.211,00 Km2
c Luas Laut 12 Mil 279.322,00 Km2 (UNCLOS 1992)
3 Panjang Garis Pantai Indonesia 104.000,00 Km (Bakosurtanal, 2006)
4 Jumlah Pulau 17.504,00 pulau (Kemendagri 2008) a Pulau Sudah Bernama 7.870 pulau b Pulau Belum Bernama 9.634 pulau c Pulau Berpenduduk 1.659 pulau d Pulau Tidak Berpenduduk 11.807 pulau
5 Pulau yang Telah Diverifikasi 13.466 pulau
Jumlah Pulau yang sudah Didaftarkan ke PBB 4.981 pulau
6 Jumlah Kabupaten/Kota 497 pulau 7 Jumlah Kabupaten Pesisir 324 pulau
(Kemendagri Mei 2010)
1. POTENSI INDONESIA
2. PRODUKSI PERIKANAN DUNIA 1950 – 2009 DAN PROYEKSI 2010 – 2012 (JUTA TON)
000’ TON 1959 1969 1979 1989 1999 2009
Total Tangkap
32.370
57.899
67.579
89.565
92.713
89.837
Laut
29.408
53.504
62.680
83.345
84.437
79.513
Perairan Umum
2.962
4.395
4.899
6.220
8.276
10.324
Total Budidaya
1.893
3.238
6.715
16.483
39.603
73.045
Laut
845
1.886
4.255
8.127
19.958
34.799
Perairan Umum
1.048
1.352
2.459
8.355
19.645
38.246
Grand Total
34.263
61.137
74.294
106.048
132.316
162.882
3. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA DUNIA TAHUN 1959 -‐2009
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Ikan Dunia 2002 -‐ 2009 (1000 ton)
China
Indonesia
Thailand
Vietnam
Dunia
4. PRODUKSI IKAN DUNIA 2002 – 2009 (1000 TON)
Sumber: Infofish 2011
-‐
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000 1950
1952
1954
1956
1958
1960
1962
1964
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
China
Peru
Indonesia
USA
India
Japan
Russian FederaXon
Chile
Myanmar
Philippines
5. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DUNIA DAN POSISI INDONESIA 1950 -‐ 2009
Sumber : Fishstat 2011, FAO
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
45000000
50000000
1950
1952
1954
1956
1958
1960
1962
1964
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
China
Indonesia
India
Viet Nam
Philippines
Thailand
Korea, Republic of
Japan
Bangladesh
Norway
6. PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DUNIA DAN POSISI INDONESIA 1950 -‐ 2009
Sumber : Fishstat 2011, FAO
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Nilai Ekspor Perikanan Dunia 2003 – 2010 (x 1.000.000 US$)
China
Norwegia
Thailand
Kanada
Denmark
Indonesia
Dunia
Sumber: Infofish, Juli 2011
7. NILAI EKSPOR PERIKANAN DUNIA 2003 – 2010 (US$ MILLION)
Share (%)2006 2007 2008 2009 2010 2010
Total 81,397.35 87,994.67 96,171.67 91,436.68 103,696.01 100.00 Lainnya 31,216.59 34,175.08 37,679.35 34,546.97 37,288.07 35.96
1 China 9,162.11 9,508.86 10,364.12 10,500.16 13,539.77 13.06 2 Norway 5,379.80 6,089.74 6,722.43 6,923.22 8,660.35 8.35 3 Thailand 5,196.57 5,614.68 6,487.52 6,208.88 7,012.62 6.76 4 USA 4,337.28 4,387.76 4,364.02 4,075.66 4,544.43 4.38 5 Viet Nam 3,359.70 3,764.00 4,510.57 4,253.37 4,368.40 4.21 6 Canada 3,629.53 3,657.84 3,672.86 3,211.09 3,804.87 3.67 7 Netherlands 2,381.88 2,713.90 2,865.08 2,627.14 3,439.00 3.32 8 Spain 2,834.89 3,285.14 3,490.64 3,131.11 3,293.28 3.18 9 Chile 3,080.35 3,166.16 3,409.71 3,010.62 2,846.10 2.74 10 Denmark 2,885.71 3,057.14 3,226.54 2,677.19 2,730.81 2.63 11 Sweden 1,539.78 1,623.84 1,869.81 2,012.25 2,632.68 2.54 12 Indonesia * 1,985.90 2,127.76 2,503.84 2,285.89 2,611.58 2.52 13 Rusia 586.80 589.00 558.68 1,768.89 2,226.02 2.15 14 Japan 1,693.79 1,963.34 1,940.29 1,784.08 2,164.02 2.09 15 Germany 1,741.18 1,896.58 2,115.62 2,108.41 2,160.47 2.08 43 Singapore 385.47 373.85 390.61 311.78 373.57 0.36
No NegaraNilai (juta US$)
8. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR PERIKANAN DUNIA DAN POSISI INDONESIA (2006 – 2010)
Sumber : FAO * INDONESIA PADA POSISI 12
9. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOMODITAS UTAMA TAHUN 2007 -‐ 2011
Sumber: KKP
10. TINGKAT EKSPLOITASI PERIKANAN TANGKAP DI LAUT
Sumber KKP
Katogori dan Ukuran Kapal/Perahu Tahun Kenaikan Rata-rata (%)
2007 2008 2009 2010 2011 2007-2010 2009-2010
Jumlah Total 590.314 596.184 590.352 570.827 na -1.10 -3,31
Perahu Tanpa Motor 241.889 212.003 193.798 172.907 na -10,57 -10,78
Perahu Motor Tempel 185.509 229.335 236.632 231.333 na 8,19 -2,24
Kapal Motor 162.916 154.846 159.922 166.587 na 0,83 4,17
Ukuran Kapal Motor
< 5 GT 114.273 107.934 105.121 110.163 na -1,12 4,80
5 - 10 GT 30.617 29.936 32.214 31.460 na 1,01 -2,34
10 - 20 GT 8.194 7.728 8.842 10.988 na 11,00 24,27
20 - 30 GT 5.345 5.200 7.403 7.264 na 12,59 -1,88
30 - 50 GT 913 747 2.407 2.495 na 69,23 3,66
50 - 100 GT 1.832 1.665 2.270 2.347 na 10,20 3,39
100 - 200 GT 1.322 1.230 1.317 1.462 na 3,71 11,01
> 200 GT 420 406 348 408 na -0,13 17,24
11. JUMLAH KAPAL PERIKANAN
Sumber KKP
No Jenis Budidaya Luas Lahan (ha)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Budidaya Laut 26.890 36.731 32.760 42.676 87.649
2 Budidaya Tambak 597.035 555.926 618.251 682.725 682.857
3 Budidaya Kolam 95.902 106.776 123.941 270.354 146.577
4 Budidaya Keramba 239 384 213 300 537
5 Budidaya Jaring Apung 466 557 570 1.306 753
6 Budidaya Sawah 121.247 121.229 142.621 127.679 165.638
Jumlah 841.780 821.603 918.357 1.125.041 1134.688
12. LUAS LAHAN BUDIDAYA IKAN
TAHUN 2006– 2010
Sumber: KKP
No Jenis Budidaya Produksi (ton)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Laut 1.365.918 1.509.528 1.965.333 2.820.083 3.514.702
2 Tambak 629.610 933.833 960.178 907.123 1.416.038
3 Kolam 381.946 410.373 479.167 554.067 818.809
4 Keramba 56.200 63.929 75.769 101.771 121.271
5 Jaring Apung 143.251 190.893 263.169 238.606 309.499
6 Sawah 105.671 85.009 111.584 86.913 96.605
Jumlah 2.682.596 3.193.565 3.855.200 4.708.563 6.277.923
13. PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
Sumber KKP
14. PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA UNTUK 11 KOMODITAS UTAMA 2010
Sumber KKP
PROVINSI JUMLAH
UPI
JENIS PENGOLAHAN IKAN YANG UTAMA
PENGA-LENGAN
PEM-BEKU-AN
PENG-GARA-MAN
PEMINDA-NGAN
PENGA-SAPAN
PERA-GIAN
PERE-DUK-SIAN
PENGO-LAHAN SURIMI
PRODUK SEGAR
LAIN-NYA
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Aceh 2.955 10 26 2.375 28 276 62 32 - 108 38 Sumater Utara 2.233 7 30 1.374 33 16 128 20 3 50 572 Sumatera Barat 1.547 - - 958 14 141 - 3 4 51 376 Riau 1.241 2 6 431 - 559 73 4 21 63 82 Jambi 517 - 3 116 1 5 49 33 8 1 301 Sumatera Selatan 2.070 - 6 127 - 120 15 98 29 10 1.665 Bengkulu 465 - - 242 - 44 62 10 2 - 105 Lampung 1.361 - 3 740 8 101 51 91 32 16 319 Bangka Belitung 956 - 24 99 - 3 190 25 22 71 524 Kepulauan Riau 612 - - 208 7 1 25 15 2 15 339 DKI Jakarta 1.069 1 19 505 77 15 5 79 39 22 307 Jawa Barat 5.966 4 13 657 4.018 38 384 274 11 93 474 Jawa Tengah 8.350 7 9 1.631 1.949 2.538 486 196 6 430 1.098 DI Yogyakarta 334 1 1 6 59 8 1 29 - 26 203 Jawa Timur 10.640 36 139 2.520 2.139 2.350 895 248 151 485 1.677 Banten 1.142 - 7 498 264 12 15 59 7 93 187 Bali 954 8 13 18 700 19 2 34 1 69 90 Nusa Tenggara Barat 3.550 1 10 1.186 1.450 471 35 20 3 275 99 Nusa Tenggara Timur 280 1 4 265 - 1 - 2 - 6 1 Kalimantan Barat 1.304 - 18 934 3 15 79 2 - 54 199 Kalimantan Tengah 1.011 - 1 872 2 - 24 2 - 29 81 Kalimantan Selatan 3.660 20 28 3.129 1 1 147 7 1 92 234 Kalimantan Timur 1.464 - 21 1.064 2 13 78 3 20 182 81 Sulawesi Utara 386 9 33 106 - 178 15 - - 3 42 Sulawesi Tengah 802 2 15 482 20 222 - 3 2 36 20 Sulawesi Selatan 2.783 5 63 2.340 60 93 44 25 2 102 49 Sulawesi Tenggara 1.225 - 22 590 113 426 7 4 6 34 23 Gorontalo 361 - 16 97 - 25 - - 1 222 - Sulawesi Barat 205 - - 114 - 59 - 4 4 20 4 Maluku 141 - 7 49 4 70 9 - - 1 1 Maluku Utara 301 - 4 58 - 142 - - 4 84 9 Papua Barat 65 - 9 21 - 4 28 1 - - 2 Papua 165 - 6 64 - 90 3 - - 2 -
Jumlah 60.117 114 556 23.876 10.952 8.056 2.912 1.323 381 2.745 9.202
15. JUMLAH UNIT PENGOLAHAN MENURUT JENIS PENGOLAHAN IKAN UTAMA
NO PROPINSI UNIT PRODUK*) NO PROPINSI UNIT PRODUK
1 ACEH 1 1 16 KALBAR 7 1,2
2 SUMMUT 52 1,2,3,4,5 17 KALTIM 15 1
3 SUMBAR 2 2 18 KALSEL 10 1,5
4 KEPRI 1 2 19 KALTENG 1 1
5 SUMSEL 3 1,7 20 SULUT 34 2,3,6
6 BABEL 5 2 21 GORONTALO 3 1,2
7 LAMPUNG 6 1,7, 8,10 22 SULSEL 67 1,2,4,8,11
8 BANTEN 12 1,2,4,5,8,12 23 SULTRA 6 1,2,5
9 JABAR 31 1,2, 3, 4,5, 9,12 24 SULTENG 5 1,2,5
10 DKI 57 1,2,4,5 25 MALUKU 15 1,2
11 JATENG 25 1,2,3,4,8,9 26 MALUT 4 2,5
12 JATIM 126 1,2,3,4,5,8,10,12,
13 27 IRJABAR 8 1,2,3
13 BALI 57 2,3,4,5,6 28 PAPUA 4 2
14 NTB 1 2 Jumlah 570
15 NTT 16 1,2,4,6
16. JUMLAH UNIT PENGOLAHAN DAN JENIS PRODUK 2011
Sumber KKP
Rincian -‐ Item Tahun – Year
Kenaikan Rata-‐Rata (%)
Increasing Average (%)
2007 2008 2009 2010 2011*) 2007 -‐ 2011 2010 -‐ 2011
Volume -‐ Volume (Ton) 854.329 911.674 881.413 1.103.575 1.028.000 5,44 -‐6,85
Udang -‐ Shrimp 157.545 170.583 150.989 145.092 150.000 -‐0,93 3,38
Tuna, Cakalang, Tongkol -‐ 121.316 130.056 131.550 122.450 123.000 0,47 0,45
Tuna, Skipkjack, Little Tuna
Ikan Lainnya -‐ Other Fish 393.679 424.401 430.513 622.932 528.000 9,67 -‐15,24 Kepiting -‐ Crab 21.510 20.713 18.673 21.537 23.000 2,14 6,79 Lainnya -‐ Others 160.279 165.921 149.688 191.564 204.000 7,05 6,49
Nilai -‐ Value (US$ 1.000) 2.258.920 2.699.683 2.466.201 2.863.830 3.199.000 9,67 11,70
Udang -‐ Shrimp 1.029.935 1.165.293 1.007.481 1.056.399 1.229.000 5,20 16,34
Tuna, Cakalang, Tongkol -‐ 304.348 347.189 352.300 383.230 453.000 10,63 18,21
Tuna, Skipkjack, Little Tuna
Ikan Lainnya -‐ Other Fish 568.420 734.392 723.523 898.039 936.000 14,02 4,23 Kepiting -‐ Crab 179.189 214.319 156.993 208.424 249.000 11,27 19,47 Lainnya -‐ Others 177.028 238.490 225.904 317.738 332.000 18,65 4,49
17. VOLUME DAN NILAI EKSPOR KOMODITAS UTAMA 2007 -‐ 2011
Sumber KKP
No Komoditas Utama Total Produksi *) Pasar Ekspor Pasar Lokal
1 Udang Tidak Beku 3.344.975 3.177.726 167.249
2 Udang Beku 109.165.542 103.707.265 5.458.277
3 Udang Dalam Kaleng 40.218.049 38.207.147 2.010.902
4 Tuna Segar 18.893.657 17.948.974 944.683
5 Tuna/ Cakalang Beku 52.351.069 49.733.516 2.617.553
6 Tuna dalam kaleng 57.649.738 54.767.251 2.882.487
7 Ikan lainnya hidup/ segar 394.697.382 394.697.382 na
8 Ikan lainnya beku 181.589.241 172.509.779 9.079.462
9 Ikan kering/ asin/ asap 34.001.289 32.301.225 1.700.064
10 Ikan lainnya dalam kaleng 187.541.810 18.754.181 168.787.629
11 Kepiting segar/ dingin 6.171.580 5.863.001 308.579
12 Kepiting beku 4.707.180 4.471.821 235.359
13 Kepiting dalam kaleng 11.791.896 11.202.301 589.595
14 Kerupuk udang 8.360.638 7.942.606 418.032
15 Rumput laut kering 131.363.845 124.795.653 6.568.192
16 Ikan teri kering asin 2.664.813 2.531.572 133.241
17 Hasil perikanan lainnya 38.191.321 36.281.755 1.909.566
Total 1.282.704.026 1.078.893.155 203.810.871
18. PRODUKSI DAN PEMASARAN IKAN TAHUN 2010 (TON) (Sumber: KKP)
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Nilai Impor Perikanan Dunia 2003 – 2010 (x 1.000.000 US$)
Jepang
USA
Spanyol
Perancis
Jerman
Dunia
19. NILAI IMPOR PERIKANAN DUNIA 2003 – 2010 (X 1.000.000 US $)
Sumber: Infofish 2011
No Negara Nil: Bil US$ & Vol: 000 Ton JAN-‐AUG
2010 2010 2011 Nil Vol Nil Vol Nil Vol
Total 2,748.61 1,042.63 1,771.68 687.21 2,105.00 654.99 Lainnya 522.68 207.22 333.58 140.77 438.74 138.98
1 USA 867.35 126.99 583.38 87.25 697.84 84.15 2 JAPAN 687.05 119.64 428.35 79.18 470.51 68.14 3 CHINA 144.17 200.60 76.71 113.52 119.63 136.02 4 HONG KONG 117.96 26.56 80.61 17.55 65.58 14.46 5 THAILAND 97.61 193.17 67.07 135.29 59.89 93.30 6 VIET NAM 71.10 54.68 45.11 36.37 56.77 36.52 7 SINGAPORE 79.17 44.15 50.32 29.34 53.17 27.79 8 UK 68.66 10.31 46.93 7.18 50.88 7.55 9 MALAYSIA 58.11 48.90 39.69 34.21 47.09 35.42 10 GERMANY 34.76 10.41 19.92 6.56 44.91 12.66
20. NEGARA TUJUAN EKSPOR INDONESIA (10 BESAR) TAHUN 2010
Sumber: KKP)
21. GRAFIK NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR PRODUK PERIKANAN INDONESIA
Sumber: KKP
22. EKSPOR PERIKANAN INDONESIA 2010 MENURUT KELOMPOK KOMODITAS
Sumber: KKP
G. STRATEGI 1. PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN PRODUK KP BERBASIS PASAR
Ruang Lingkup: – Peningkatan produksi, produkXvitas, dan kualitas komoditas dan bahan baku – Peningkatan produksi, produkXvitas, kualitas, dan ragam produk ikan olahan
dan produk lain berbasis ikan – Peningkatan daya saing dan penetrasi produk-‐produk perikanan di pasar global – Penataan Kebijakan ekspor-‐impor komoditas dan produk perikanan
2. PENGEMBANGAN KAWASAN Ruang Lingkup:
– Pengembangan sentra-‐sentra produksi potensial sebagai basis industrialisasi kelautan dan perikanan
– Pengembangan sentra-‐sentra produksi hulu sebagai penyangga sistem produksi hilir
3. PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS Pengembangan konekXvitas didalam dan antar kawasan melalui: pembangunan dan manajemen infrastruktur dasar dan pelayanan publik terintegrasi.
STRATEGI lanjutan 4. PENGEMBANGAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI
Ruang Lingkup: – Integrasi kebijakan investasi lintas sektor dan daerah, pusat dan daerah – Pengembangan sistem investasi inovaXf kelautan dan perikanan – Pelayanan publik dan usaha terintegrasi
5. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA MANUSIA Ruang Lingkup:
– Teknologi Xnggi dan inovaXf kelautan dan perikanan – Teknologi tepat guna kreaXf untuk industri kecil kelautan dan perikanan – Peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia berkompetensi Xnggi dan
berkarakter: kesiapan masyarakat industri kelautan dan perikanan
6. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN Ruang Lingkup:
– sistem manajemen kelembagaan kelautan dan perikanan – Struktur dan sistem manajemen birokrasi dan pelayanan publik
1. PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN PRODUK BERBASIS PASAR
1.1 PERLUASAN PASAR GLOBAL DAN NASIONAL 1.2 REVITALISASI PENGOLAHAN 1.3 PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP 1.4 REVITALISASI PERIKANAN BUDIDAYA 1.5 REVITALISASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT 1.6 PENGENDALIAN MUTU 1.7 SISTEM PENGAWASAN SUMBERDAYA KP
1.1 STRATEGI 1: PERLUASAN PASAR GLOBAL DAN NASIONAL
Sasaran: • Peningkatan konsumsi ikan dalam negeri. • Peningkatan volume dan nilai ekspor komoditas dan produk-‐produk perikanan • Peningkatan akses pasar dan market share produk perikanan di pasar global dan jumlah
negara tujuan ekspor: Amerika Utara, Jepang, Eropa, Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika • Peningkatan volume dan nilai produk perikanan di pasar dalam negeri untuk menangkal
produk impor.
Kegiatan Strategis: Pemetaan Potensi Pasar dan Daya Saing Produk Nasional: • Pemetaan kondisi terkini, potensi, trend pasar global , gap pasar, dan posisi Indonesia dalam
persaingan internasional • Pengukuran kekuatan daya saing produk-‐produk perikanan nasional dan perusahaan perikanan
dalam perdagangan internasional • IdenXfikasi produk-‐produk perikanan inovaXf dan potensi pemasaran di Xngkat global • Pemetaan jaringan perdagangan produk-‐produk perikanan lintas negara dan dalam negeri
menurut jenis produk dan pelaku usaha/perusahaan • Penguatan daya tangkal pasar dalam negeri terhadap produk-‐produk perikanan impor • Penguatan jaringan pasar dalam negeri lintas daerah sebagai basis pengembangan kekuatan
penetrasi pasar global
1.1 STRATEGI 1: PERLUASAN PASAR GLOBAL DAN NASIONAL
LANJUTAN • Pengembangan Market Intelegence:
– Pengembangan kelembagaan dan sistem kerja pengamatan dan analisis pergerakan produk-‐produk perikanan dan dinamika pasar dunia
– Pengembangan Sistem Informasi Intelegensi Pasar bekerjasama dengan perusahaan-‐perusahaan perikanan terkait: Public-‐Private Partnership on MarkeAng InformaAon Systems
• Pengembangan Jaringan Eksporbr-‐Imporbr Internasional: – Penyelenggaraan sistem kerjasama internasional melalui: business gathering, match making, dan
pameran internasional – Pengembangan kerjasama business to business partnership
• Pengembangan Kerjasama Internasional dalam Penyelesaian Hambatan Perdagangan: – Penyelesaian hambatan perdagangan tariff dan non-‐tariff – Peningkatan peranan negara dalam diplomasi perdagangan internasional
• Pembinaan Usaha Skala Kecil dan Menengah Inovabf: – Melakukan penguatan usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan peran dalam jaringan
perdagangan produk-‐produk perikanan internasional – Pengembangan koperasi usaha sebagai simpul-‐simpul perdagangan perikanan internasional. – Promosi dan branding produk-‐produk unggulan di dalam dan di luar negeri
• Penataan Kebijakan Perdagangan Nasional: – Review kebijakan terkait sistem perdagangan komoditas dan produk-‐produk perikanan global dan
nasional – Penataan ulang kebijakan perdagangan untuk mendukung daya saing produk dan perusahaan
perikanan dalam sistem pendagangan internasional – Standarisasi kualitas produk-‐produk perikanan sesuai standar perdagangan internasional.
1.2 STRATEGI 2: REVITALISASI PENGOLAHAN
Sasaran: 1) Peningkatan produksi dan nilai tambah produk perikanan 2) Peningkatan uXlitas dan kapasitas industri pengolahan nasional 3) Pembinaan industri pengolahan skala UMKM Kegiatan Strategis: • Penguatan Rantai Pasok Bahan Baku Berkualitas:
– Kebijakan sistem jaminan produksi dan distribusi bahan baku pengolahan memadai dari perikanan tangkap dan budidaya
– Pemberdayaan dan pembinaan UMKM dalam rangka pengembangan unit-‐unit produksi bahan baku sebagai pemasok andalan bagi industri pengolahan
– SerXfikasi kualitas bahan baku – Kebijakan nasional tentang sistem jaminan rantai pasokan memadai (supply chain) – Pengembangan Sistem LogisXk Ikan Nasional (SLIN) dan sarana pemasaran ikan bergerak.
• Diversifikasi Produk Ikan Olahan: – Mendorong peningkatan produk olahan inovaXf dan beragam – Pengembangan jenis produk olahan unggulan bernilai tambah dan berdaya saing Xnggi – Pengembangan industri rumput laut di kawasan Xmur Indonesia – Paket pengembangan teknologi pengolahan inovaXf untuk jenis produk olahan unggulan
untuk UMKM
1.2 STRATEGI 2: REVITALISASI PENGOLAHAN LANJUTAN
• Revitalisasi Industri Pengolahan: – Pelaksanaan program nasional revitalisasi industri pengolahan perikanan – Pembangunan industri pengolahan sesuai kebutuhan melalui PMDN dan PMA – Paket bantuan pengembangan sarana dan prasarana pengolahan bagi UMKM di sentra-‐sentra
produksi – Pengembangan sistem rantai dingin (cold chain system) – Penguatan sentra pengolahan skala kecil dan menengah sebagai bagian dari jaringan industri
perikanan secara luas – Kemitraan usaha besar dan UMKM: industri dan pemasok bahan baku – Sistem jaminan mutu dan bina usaha
• Pemberdayaan Usaha Pengolahan:
– Pemberdayaan pengolah ikan untuk memperkuat struktur dan sistem pengadaan bahan baku industri perikanan berjenjang
– Pembinaan sistem pananganan ikan di tempat pendaratan ikan – Penyediaan bantuan paket-‐paket melalui PNPM/PUMP – PelaXhan, penyuluhan, dan pendampingan pengolah ikan di sentra-‐sentra produksi.
1.3 STRATEGI 3: PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
Sasaran: 1) Peningkatan produkXvitas dan kualitas ikan segar dan bahan baku 2) Penguatan armada penangkapan ikan di seluruh WPP RI dan laut lepas 3) Peningkatan investasi dan usaha penangkapan ikan, baik skala besar maupun kecil 4) Peningkatan kualitas manajemen pelabuhan perikanan dan pelayanan publik Kegiatan Strategis: • Penataan Ulang Sistem Manajemen Penangkapan Ikan:
– Re-‐ registrasi nasional usaha penangkapan ikan dan kapal perikanan – Pemetaan alokasi perijinan menurut kewenangan pusat dan daerah, jenis alat
tangkap, jenis ikan yang ditangkap dan sebaran daerah penangkapan – Re-‐evaluasi kondisi Sumberdaya Ikan menurut WPP, pola migrasi ikan
menurut jenisnya, dan pola penangkapan – Pengembangan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dan sistem perijinan
terintegrasi: pusat, propinsi dan Kabupaten/Kota
1.3 STRATEGI 3: PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP LANJUTAN
Penataan Ulang Sistem Manajemen Penangkapan Ikan (lanjutan): – Pengembangan kebijakan usaha penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas
dan ZEE negara lain – Pengembangan kebijakan penangkapan ikan di wilayah perbatasan
dengan negara lain – Kajian dan penataan ulang sistem penangkapan dan pengangkutan
ikan secara ekonomi dan sistem pengamanan sumberdaya ikan yang efekXf
– Kajian sistem perijinan dan pengoperasian kapal berdasarkan riwayat kepemilikannya
– Pengembangan kebijakan pengelolaan dan penangkapan ikan di perairan umum
– Penguatan kebijakan tentang sistem perijinan dan penangkapan ikan di laut lepas.
1.3 STRATEGI 3: PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP LANJUTAN
• Opbmalisasi Penangkapan Ikan dan Pengkayaan SDI: – Konsolidasi sistem manajemen WPP untuk menjamin keamanan
Sumberdaya Ikan (SDI) – Pengembangan kegiatan penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas dan ZEE
negara-‐negara lain – Peningkatan penggunaan teknologi produkXf untuk meningkatkan
produksi, dan produkXvitas, dan kualitas perikanan tangkap untuk komoditas unggulan
– Peningkatan kualitas hasil penangkapan ikan melalui penerapan penanganan ikan dengan sistem rantai dingin
– Restrukturisasi dan redistribusi armada penangkapan ikan sesuai perkembangan kondisi dan potensi SDI di seluruh WPP dan laut lepas
– Paket bantuan teknologi kepada nelayan berbasis pelabuhan perikanan
– Sistem moratorium dan pemulihan habitat SDI – Modernisasi teknik penangkapan ikan dengan teknologi terkini dan
sistem pendingin di atas kapal perikanan
1.3 STRATEGI 3: PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP LANJUTAN
• Penataan Sistem Manajemen Pelabuhan Perikanan: – Penataan sistem pembangunan infrastruktur, fasilitas, dan
pemeliharaan pelabuhan perikanan – Penataan sistem manajemen administrasi, perawatan fasilitas,
sanitasi, dan kebersihan pelabuhan perikanan – Penyusunan standarisasi sistem pengelolaan pelabuhan perikanan
nasional – Penataan sistem pengawasan sumberdaya perikanan dan pengawasan
mutu – Pengembangan sistem logisXk manajemen pelabuhan perikanan – Evaluasi dan penataan penyelenggaraan manajemen pelabuhan yang
melibatkan perangkangkat pelabuhan, Perum Pelabuhan, koperasi, dan daerah
– Penyediaan BBM memadai untuk nelayan dan sistem distribusi dengan insenXf
– Revitalisasi Sistem Informasi Manajemen Pelabuhan: Pendaratan, Produksi, Pemasaran, dan Pelayanan Publik
1.3 STRATEGI 3: PENATAAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP LANJUTAN
• Penataan Sistem Pendaratan Ikan: – Sistem insenXf bagi nelayan yang mendaratkan ikan di pelabuhan: BBM, air bersih, dan es – MengefekXkan pemanfaatan Log Book dalam sistem pencataan pendaratan ikan – Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria pendaratan ikan di pelabuhan
perikanan. • Pengembangan Pelabuhan Perikanan sebagai Kawasan Penggerak Ekonomi di
Daerah: – Pengembangan pelabuhan sebagai basis industrialisiasi perikanan – Pengembangan pelabuhan perikanan potensial sebagai pusat bisnis dan koridor perdagangan
internasional dan nasional komoditas dan produk perikanan – Pengembangan konekXvitas antar pelabuhan perikanan melalui infrastruktur transportasi dan
komunikasi • Pemberdayaan Usaha Nelayan:
– Pemberdayaan nelayan untuk memperkuat struktur dan sistem pengadaan bahan baku industri perikanan
– Pembinaan sistem pananganan ikan di atas kapal – Penyediaan bantuan paket-‐paket permodalan, asuransi dan lainnya melalui PNPM/PUMP – PelaXhan, penyuluhan, dan pendampingan nelayan di pelabuhan.
1.4 STRATEGI 4: REVITALISASI PERIKANAN BUDIDAYA
Sasaran: 1) Peningkatan produksi, produkXvitas, dan kualitas perikanan budidaya unggulan sebagai
bahan baku industri pengolahan: target kecukupan bahan baku 2) Berkembangnya sentra-‐sentra produksi perikanan budidaya dengan prasarana memadai
untuk meingkatkan efisiensi sistem produksi 3) Berkembangnya investasi dan usaha budidaya inovaXf sebagai bagian dari jejaring industri
perikanan Kegiatan Strategis: • Pengembangan Induk dan Benih Unggul:
– Produksi induk dan benih unggul berkualitas, murah, dan distribusi merata – Pengembangan unit-‐unit produksi benih secara nasional berbasis sebaran sentra-‐sentar
produksi – SerXfikasi benih dan usaha pembenihan rakyat – Pengembangan teknologi pembenihan inovaXf – Pengembangan benih unggulan berkualitas: cepat tumbuh, tahan penyakit dan andalan pasar
1.4 STRATEGI 4: REVITALISASI PERIKANAN BUDIDAYA LANJUTAN
• Pengembangan Pakan Ikan Nasional: – Pengembangan sistem penyangga ikan melalui pengoperasian industri pakan nasional untuk
memenuhi kebutuhan pakan berkualitas dan murah – Pengembangan formula pakan berkualitas dan murah untuk produksi pakan ikan berbasis
masyarakat – Pengembangan bahan subsXtusi protein pengganX tepung ikan – Kerjasama perdagangan dengan negara produsen tepung ikan untuk mereduksi harga tepung
ikan impor – Paket bantuan teknologi pembuatan pakan ikan untuk rakyat
• Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan:
– Penerapan sistem faksinasi nasional terprogram – Sistem penanggulangan penyakit ikan secara nasional terprogram
• Inovasi Sistem Produksi:
– Pengembangan paket teknologi untuk mendukung intensifikasi – Pengembangan kebijakan inovaXf untuk paket program ekstensifikasi – Modernisasi dan bantuan paket teknologi tepat guna untuk rakyat
1.4 STRATEGI 4: REVITALISASI PERIKANAN BUDIDAYA LANJUTAN
• Pengembangan Sarana dan Prasarana: – Revitalisasi sarana/lahan produksi – Intensifikasi dan ekstensifikasi di kawasan atau wilayah potensial – Pengembangan program pembangunan sistem dan saluran pengairan
perikanan – Pembangunan dan pengelolaan jaringan jalan produksi dan akses.
• Pemberdayaan Usaha Budidaya: – Pemberdayaan pembudidaya untuk memperkuat struktur dan sistem
pengadaan bahan baku industri perikanan – Pembinaan sistem pananganan ikan yang baik – Penyediaan bantuan paket-‐paket permodalan, asuransi dan lainnya
melalui PNPM/PUMP – PelaXhan, penyuluhan, dan pendampingan pembudidaya.
1.5 STRATEGI 5: REVITALISASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Sasaran: 1) Peningkatan produksi, produkXvitas, dan kualitas rumput laut sebagai
bahan baku industri pengolahan 2) Berkembangnya sentra-‐sentra produksi budidaya rumput laut dengan
prasarana memadai untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi 3) Berkembangnya investasi dan usaha budidaya rumput laut inovaXf
sebagai bagian dari jejaring industri berbasis rumput laut Langkah Strategis: • Pengembangan Bibit Unggul:
– Produksi bibit unggul berkualitas, murah, dan distribusi merata – Pengembangan unit-‐unit produksi bibit secara nasional berbasis
sebaran sentra-‐sentar produksi – Pengembangan teknologi pembibitan inovaXf – Pengembangan bibit berkualitas: cepat tumbuh, tahan penyakit dan
andalan pasar
1.5 STRATEGI 5: REVITALISASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
LANJUTAN
• Penanggulangan Hama Rumput Laut: – Sistem penanggulangan hama rumput laut secara nasional terprogram
• Inovasi Sistem Produksi:
– Pengembangan paket teknologi untuk mendukung ekstensifikasi – Pengembangan kebijakan inovaXf untuk paket program ekstensifikasi
– Modernisasi dan bantuan paket teknologi tepat guna budidaya rumput laut untuk rakyat
– Pembinaan dan bantuan teknis sistem penanganan rumput laut pasca panen dan sistem produksi setengah jadi.
1.5 STRATEGI 5: REVITALISASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
LANJUTAN
• Pengembangan Sarana dan Prasarana: – Revitalisasi sarana/lahan produksi – Intensifikasi dan ekstensifikasi di kawasan atau wilayah potensial
– Pembangunan dan pengelolaan jaringan jalan produksi dan akses.
• Pemberdayaan Usaha Budidaya Rumput Laut: – Pemberdayaan pembudidaya untuk memperkuat struktur dan sistem pengadaan bahan baku industri berbahan baku rumput laut
– Penyediaan bantuan paket-‐paket permodalan, asuransi dan lainnya melalui PNPM/PUMP
– PelaXhan, penyuluhan, dan pendampingan pembudidaya.
1.6 STRATEGI 6: PENGENDALIAN MUTU
Sasaran: 1) Pengendalian hama penyakit ikan melalui penerapan In Line InspecAon 2) Penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan: SerXfikasi HACCP dan sistem manajemen
mutu produkXf dan konsistensi hulu-‐hilir (traceability) 3) Sistem pelayanan berkualitas karanXna ikan, mutu, dan keamanan hasil perikanan Kegiatan Strategis: • Penataan ulang kebijakan sistem perkaranXnaan melalui monitoring status kesehatan ikan
karanXna pengawalan tersebarnya penyakit ikan dari hulu sampai hilir • Penyusunan jejaring kerja dan harmonisasi penerapan in line inspecXon dengan pihak terkait • Standarisasi dan serXfikasi instalasi karanXna milik para pihak terkait • SerXfikasi industri pengolahan • Harmonisasi sistem mutu dengan negara mitra: Uni Eropa, China, Canada, Korea, Vietnam dan
Rusia • Kerjasama sistem mutu dengan negara tujuan ekspor: USA, Singapura, Malaysia, dan Australia • Penyiakpan kebijakan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan lalu lintas antar area • Pengembangan jejaring laboratorium referensi nasional dan internasional • Pengembangan sistem traceability produk perikanan • Pengembangan sistem namajemen data elektronik on line untuk pelayanan kelancaran
ekspor-‐impor dan domesXk • Pengembangan pelayanan bisnis untuk ekpor-‐impor dalam rangka Indonesia Single Window
(NSW)
1.7 STRATEGI 7: SISTEM PENGAWASAN SUMBERDAYA KP
Sasaran: 1) Perlindungan usaha dan investasi 2) Pengamanan sumberdaya perikanan dari IUU fishing 3) Kepatuhan hukum usaha penangkapan ikan, budidaya dan pengolahan ikan Kegiatan Strategis:
– Pengembangan Sistem Pengawasan dan Perlindungan Investasi dan Usaha – Pengembangan dan penajaman sistem pengawasan regional strategis di WPP RI:
registered and unregistered fishing vessels – Peningkatan efekXvitas pengawasan kapal-‐kapal perikanan di pelabuhan perikanan – Pengembangan pengawasan tangkahan dan pelabuhan perikanan skala kecil – Pergelaran operasi kapal pengawas didaerah-‐daerah rawan IUU fishing – Pembinaan forum koordinasi antar aparat penegak hukum bidang kelautan dan perikanan
melalui pertemuan-‐pertemuan dan kegiatan bersama dilaut – Pengembangan dan pemantapan rancang bangun sarana dan prasarana pengawasan
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan konsXlasi geografis dan daerah-‐daerah rawan strategis
– Mengembangkan sistem pengawasan untuk perlindungan lingkungan di laut, sentra-‐sentra produksi budidaya dan kawasan industri perikanan
– Meningkatkan peran Indonesia di forum CC RPOA untuk memerangi IUU fishing dan penguatan MCS
2. PENGEMBANGAN KAWASAN Sasaran:
1) Peningkatan efisiensi ekonomi di dalam kawasan dan lintas kawasan 2) Integrasi pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur: jalan, pengairan, listrik,
dan sistem transportasi 3) Percepatan perluasan skala ekonomi: mulAplier effect 4) Pengembangan pusat-‐pusat pertumbuhan ekonomi berbasis KP untuk
menggerakkan kegiatan ekonomi di daerah Kegiatan Strategis:
– Pemetaan sentra-‐sentra produksi perikanan dan pengolahan potensial secara nasional dan konekXvitas antar sentra-‐sentra produksi
– Penetapan Kawasan Industri Percontohan – Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Industri Percontohan – Penyusunan Rencana Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan: Jalan, air bersih,
energi, transportasi, dan instalasi pengolah air limbah (IPAL) – Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan – Memobilisasi pengembangan kawasan industri kepada pemerintah, propinsi,
Kabupaten/Kota dan pelaku usaha
3. PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS • Sasaran:
– Peningkatan konekXvitas antar pelaku usaha: hilir hulu, hilir-‐hilir, dan hulu-‐hulu (link and match)
– Berkembangnya hubungan antar sentra-‐sentra produksi sebagai jaringan perekonomian kawasan dengan infrastruktur dan pelayanan publik: jalan dan transportasi, pengairan, air bersih, energi, dan pusat pelayanan publik
• Langkah Strategis:
– Konsolidasi stakeholders dan idenXfikasi kondisi, permasalahan dan solusi sesuai dengan jenis kepenXngan bisnis dan usaha rakyat
– Pemanfaatan jaringan komunikasi websites dan forum-‐forum bisnis untuk meningkatkan intensitas komunikasi bisnis dan usaha rakyat
– Pemetaan kebutuhan infrastruktur dan penyusunan perencanaan bersama pengembangan infrastruktur dengan instansi terkait dunia usaha dan masyarakat
– Mengembangkan jaringan infrastruktur antar industri, sentra produksi , dan antara industri dengan sentra produksi bahan baku
– Penguatan keterkaitan industri pada semua Xngkatan rantai nilai (value chain) dari industri hulunya
4.PENGEMBANGAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI
Sasaran: 1) Meningkatnya pertumbuhan investasi di sektor KP 2) Meningkatnya area atau kawasan usaha 3) Meningkatnya kapasitas usaha dan jumlah pelaku usaha 4) Meningkatnya jaminan dan kepasXan usaha
Kegiatan Strategis:
– Melakukan review dan penyesuaian kebijakan berkaitan dengan perpajakan, kepabeanan, perdagangan, pertanahan, keemigrasian, dan ketenagakerjaan, serta Peraturan Daerah
– Review dan penataan/penyesuaian sistem perijinan, perbankan, permodalan, dan kepelabuhanan.
– Regulasi dan Deregulasi yang pro-‐bisnis
5. PENELITIAN DAN TEKNOLOGI Sasaran: • Berkembangnya teknologi terkini pemulyaan induk, benih dan produksi komoditas unggulan • Berkem bangnya teknologi penangkapan, penanganan, dan pengolahan komoditas unggulan • Berkembangnya manajemen dan teknologi penanganan hasil sejak penangkapan dan atau pembudidayaan, sampai dengan teknologi pengolahan.
Kegiatan Strategis: • Reorientasi arah kebijakan peneliXan untuk mendukung kebijakan industrialisasi KP • PeneliXan berorientasi pada pengembangan komoditas dan produk unggulan untuk memenangkan kompeXsi di pasar global
• PeneliXan pemulyaan induk dan benih unggulan produkXf, cepat tumbuh, dan tahan penyakit • Pengembangan teknologi produksi dan formula pakan ikan berkualitas dan murah, vaksin dan obat-‐obatan dan sistem pemberantasan hama dan penyakit ikan
• PeneliXan stok dan pola migrasi ikan, habitat dan trend perubahannya akibat climate change • Pengembangan kelembagaan dan sistem Klinik IPTEK untuk mendukung industrialisasi perikanan • Pengembangan teknologi rantai dingin dengan sistem CSW/RSW • PeneliXan teknologi produkXf penangkapan ikan, budidaya, dan pengolahan ikan • Pengembangan teknologi peralatan penangkapan ikan, budidaya dan pengolahan ikan. • Menyiapkan paket-‐paket teknologi untuk nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan untuk peningkatan produksi perikanan berkualitas.
6. PENGEMBANGAN SDM DAN TRANSFORMASI SOSIAL
Sasaran: 1) Peningkatan kompetensi generasi muda nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan
melalui pendidikan; 2) Peningakatn ketrampilan dan kompetensi nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan melalui pelaXhan; 3) Peningkatan kesadaran dan ketrampilan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan
melalui penyuluhan; dan 4) Terbentuknya masyarakat industri kelautan dan perikanan MADANI. Kegiatan Strategis: – Penyelenggaraan pendidikan kelautan dan perikanan berkualitas berstandar
internasional pada Xngkat SLTA, Akademi dan Perguruan Tinggi – Pengembangan sistem pendidikan terapan melalui factory teaching – Pengembangan kelembagaan pendidikan inovaXf – Mengembangkan jaringan usaha antar alumni dengan industri – Penyelenggaraan pelaXhan dengan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk
peningkatan produksi perikanan – Penyelenggaraan penyuluhan di sentra-‐sentra produksi dan lokasi potensial lainnya
untuk meningkatkan kinerja produksi para pelaku utama dan pelaku usaha – Meningkatkan kapasitas penyuluh dan kualitas materi penyuluhan sesuai dengan
standar kebutuhan.
7. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN
Sasaran: 1) Perbaikan sistem dan manajemen kelembagaan internal Kementerian Kelautan
dan Perikanan dan SKPD 2) Peningkatan efekXvitas manajemen melalui perumusan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan terintegrasi 3) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur kelautan dan perikanan
yang inovaXf Kegiatan Strategis: — Penataan Sistem Perencanaan dan Anggaran terintegrasi — Penyusunan Road Map dan Rencana Induk Industrialisasi Kelautan dan Perikanan — Penataan Struktur Organisasi danTata-‐kelola Birokrasi — Peningkatan Kualitas Sistem Pelayanan Publik — Pengembangan Sistem Monitoring dan Pengawasan Strategis — Pengembangan sistem pendataan dan manajemen data — Pengembangan Sistem Informasi Manajemen dan Sistem Informasi Geografis.
8. INDUSTRIALISASI USAHA GARAM RAKYAT 1. Pengembangan Produk
Produk industri usaha garam rakyat dikembangkan dalam beberapa tahapan pengolahan garam.Tahap awal hasil panen garam rakyat diolah untuk meningkatkan kualitas produksinya melalui pencucian dari kualitas produksi (KP) III menjadi KP I atau garam premium. Selanjutnya garam-‐garam yang akan dijual untuk menjadi garam dapur diforXfikasi/diiodisasi untuk memenuhi persyaratan garam konsumsi masyarakat. Pengembangan produk mencakup: 1) garam konsumsi dan 2) garam industri. Pengembangan garan konsumsi melipuX peningkatan produksi dan kualitas beryodium sesuai dengan standar yang ditetapkan, sedangkan produksi garam industri ditarget dapat mencukupi kebutuhan industri dengan kualitas dan kandungan NaCl minimal 94,7%.
2. Pengembangan Kawasan: 1) Lokasi industri usaha garam rakyat perlu dikembangkan dalam skala kawasan untuk
mencapai skala industri sehingga produksi primer dari kawasan tersebut cukup untuk mencapai kebutuhan industri pengolahan garam serta industri ikutannya.
2) Pengembangan kawasan produksi garam dilakukan melalui penataan ruang, konsolidasi lahan, dan penataan saluran air. Penataan ruang dilakukan untuk menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan budidaya dengan peruntukkan usaha garam rakyat. Lahan-‐lahan yang bersifat parsial dan terfregmentasi dalam luasan yang kecil akan dikonsolidasikan menjadi suatu hamparan yang mempunyai system produksi garam yang sama.
3) Dalam kawasan yang telah dikonsolidasikan tersebut akan dibangun jaringan irigasi, khususnya saluran tersier untuk menyalurkan air laut ke bak penampung air tua untuk selanjutnya diproses menjadi garam.
8.1 STRATEGI
INDUSTRIALISASI USAHA GARAM RAKYAT
1). PENYIAPAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GARAM: — Penyiapan Kawasan Produksi Garam — Pengembangan Kawasan Garam Intensifikasi/Revitalisasi — Ektensifikasi Lahan Tambak Garam.
2). PENINGKATAN PRODUKSI GARAM RAKYAT: — Klustering Pemusatan Produksi — Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar — Pengembangan Inovasi Teknologi Produksi — Pengembangan Kawasan Produksi Garam
8.1 STRATEGI
INDUSTRIALISASI USAHA GARAM RAKYAT LANJUTAN 3). INDUSTRI PENGOLAHAN GARAM RAKYAT:
― Pengembangan Industri Skala Kecil dan Menengah ― Pengembangan Inovasi Teknologi Pengolahan ― Pembinaan Manajerial dan Keterampilan Pelaku Usaha Garam
― Pengembangan Produksi Industri Garam
4). KEBIJAKAN HARGA DASAR DAN TATA NIAGA GARAM: — Regulasi dan Penataan Importasi Garam — IdenXfikasi dan Analisis Mata Rantai — Penetapan Kuota Produksi Garam
8.2 LANGKAH-‐LANGKAH STRATEGIS:
a. PENYIAPAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GARAM MELALUI INTENSIFIKASI DAN EKSTENSIFIKASI
1) Melakukan Penataan ruang dan zonasi, konsolidasi lahan dan penataan saluran irigasi air laut menjadi air tua
2) Melakukan Penataan ruang dan zonasi, konsolidasi lahan dan penataan saluran irigasi air laut
3) Melakukan Intensifikasi dan atau revitalisasi lahan garam yang dibagi menjadi 4 (empat) kluster
4) Melakukan pengembangan kawasan Industri Garam berbasis teknologi modern 5) Bekerjasama dengan Pemda Kab. Kupang (6000), Sampang (5000) Bima (3000), dan
Janeponto (1000), menyusun perencanaan dan detail engineering design untuk 15.000 ha lahan garam ekstensifikasi
6) Mengembangkan kemitraan dengan perusahaan Swasta Nasional, PT Garam, Cheetam, dan/atau Mitsubisi untuk membangun industri garam yang melibatkan masyarakat sekitar.
7) Bermitra dengan Pemda dan Kementerian PU membanguan prasarana dasar, saluran air laut, waduk air tua, jalan produksi dan mendorong pembangunan pelabuhan pengankutan garam
8) Mendorong investasi perusahaan untuk produk ikutan dari hasil produksi garam dan pengembangan produksi ikan sampingan
LANGKAH STRATEGIS: b. PENINGKATAN PRODUKSI USAHA GARAM RAKYAT
1) Melakukan intensifikasi dan revitalisasi dari 10.967 ha (2011) menjadi 16.500 ha (2012) lahan produksi garam rakyat
2) Melakukan rekayasa sosial, pendampingan dan penyuluhan petambak garam rakyat (KUGAR) melalui > 2000 kelompok usaha garam rakyat
3) Memberikan bantuan langsung masyarakat (BLM) untuk membeli bahan, alat dan input produksi, perbaikan tambak garam, dan prasarana dasar pendukung
4) Bekerjasama dengan PEMDA dan Kemen PU mebangun sarana prasarana dasar seperX saluran air laut, akses jalan produksi, gudang penampungan garam, dan waduk air tua
LANGKAH STRATEGIS: c. PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
GARAM RAKYAT
1) Meningkatkan kualitas garam hasil produksi, dari KP3/KP2 menjadi KP1 atau Premium melalui pencucian dan pengolahan lanjutan
2) Memfasilitasi diversififikasi hasil produksi garam rakyat untuk memenuhi konsumen dari berbagai segment dengan kriteria produk tertentu
3) Membina/fasilitasi 300 industri rumah tangga atau menengahuntuk melakukan forXfikasi/iodisasi bagi garam dapur dan memperbaiki kualitas packaging
4) Memfasilitasi proses sorXfikasi dan pengembangan produk turunan garam seperX garam cair untuk konsumsi, biYen dan bahan baku farmasi, SPA dll
LANGKAH STRATEGIS: d. PENETAPAN HARGA DASAR DAN TATA NIAGA
USAHA GARAM RAKYAT 1) Menetapkan harga dasar pemerintah KP1 Rp 750/kg, KP2
Rp 550/kg dan memantaunya untuk 2012-‐1015 2) Menetapkan satu insXtusi sebagai buffer stock, lalu insXtusi
ini menggalang dana dan melakukan operasi pasar menyangga harga ketetapan Pemerintah
3) Bermitra dengan koperasi primer dan sekunder nelayan sebagai mitra lembaga buffer stock, untuk membeli, menyimpan dan memasarkan produk pada saatnya
4) Memperbaiki mata rantai kegiatan ekonomi mulai petambak sampai konsumen sehingga petambak garam dapat menikmaX rente ekonomi yang lebih baik
9. IMPLEMENTASI INDUSTRIALISASI KP TAHAP I
Tujuan MerinXs pelaksanaan industrialisasi perikanan dan garam dengan komoditas unggulan dan lokasi potensial dan strategis untuk mendorong perubahan orientasi kebijakan dan kegiatan dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan
Komoditas Unggulan • Perikanan: Tuna, Udang, dan Rumput Laut • Garam: Garam Konsumsi
10. LOKASI Perikanan Tangkap: • Lokasi program percontohan terkait dengan komoditas hasil penangkapan akan dilaksanakan
di 5 lokasi: 1) Pelabuhan Perikanan Samodera Nizam Zaman, Jakarta, 2) Pelabuhan Samodera Pelabuhanratu, Jawa Barat, 3) Pelabuhan Perikanan Nusantara Bitung, Sulawesi Utara, Pelabuhan Perikanan Samodera Bungus, Sumatera Barat, dan 5) PPN Ambon, Maluku.
Perikanan Budidaya: • Lokasi program percontohan berbasis perikanan budidaya mencakup:
» Udang: 22 Kabupaten Pantai Utara Jawa » Rumput laut: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan NTB » PaXn: 14 Kabupaten, Sumatera » Bandeng: 12 Kabupaten Pantai Utara Jawa » Pindang: Pantai Utara Jawa
Garam: • Pengembangan industrialisasi usaha garam rakyat berbasis intensifikasi difokuskan
pada 7 Kabupaten, yaitu: i.) Indramayu (1.995 ha); ii.) Cirebon (1.504 ha); iii.) PaX (2.776 ha); iv.) Rembang (1.584 ha): v.) Sampang (4.200 ha); vi.) Pamekasan (891 ha) dan vii.) Sumenep (2.088 ha). Selain itu masih ada di 33 kabupaten/kota dalam skala lebih kecil lahan produksi garam, sehingga total potensi dan produksi lahan garam rakyat yang bisa dikembangkan secara intensifikasi mencapai 24.116 ha.
11. INDIKATOR KINERJA INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
• PERENCANAAN: – Terumuskannya RenStra KKP yang melandasi industrialisasi kelautan
dan perikanan – Tersusunnya Rencana Kegiatan yang langsung berkaitan dengan
industrialisasi kelautan dan perikanan dengan dukungan anggaran sekurang-‐kurangnya 50% dari anggaran total
– Terselenggaranya sistem perencanaan terintegrasi yang mengaitkan langsung antara beberapa faktor sebagai berikut:
• potensi dan daya serap pasar, • peningkatan kapasitas industri pengolahan, • peningkatan produksi bahan baku dan ikan segar budidaya, • peningkatan produkXvitas dan kualitas perikanan tangkap, manajemen
perijinan dan usaha penangkapan ikan, kualitas manajemen pelabuhan, • pengembangan wilayah, serta • peneliXan, tehnologi, sumberdaya manusia, mutu dan pengawasan.
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 1)
• PELAKSANAAN: – Sistem manajemen administrasi KKP:
• Terselenggaranya sistem manajemen data dan informasi yang langsung mendukung kegiatan industrialisasi kelautan dan perikanan
• Terselenggaranya monitoring dan evaluasi kegiatan industrialisasi KP secara periodik 3 bulanan
• Tersedianya peraturan perundang-‐undangan yang langsung mendukung kegiatan industrialisasi kelautan dan perikanan
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 2)
– Perluasan Pasar Nasional dan Global
• TeridenXfikasinya potensi, daya serap, dan trend pasar komoditas dan produk perikanan nasional dan global
• Meningkatnya volume dan nilai ekspor komoditas dan produk perikanan
• Meningkatnya konsumsi ikan di dalam negeri dan serapan pasar nasional
• Meningkatnya jumlah negara tujuan ekspor dan market share komoditas dan produk perikanan
• Terkendalinya impor ikan sesuai dengan keseimbangan kebutuhan bahan baku industri dan produksi bahan baku nasional
• Terkendalikannya gejolak harga komoditas dan produk perikanan nasional
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 3)
– Revitalisasi Pengolahan: • Meningkatnya jumlah dan kapasitas industri pengolahan berbasis ikan
• Meningkatnya diversifikasi produk-‐produk perikanan • Meningkatnya kapasitas dan kualitas usaha pengolahan UMKM
• Meningkatnya kualiatas produk-‐produk pengolahan sesuai dengan standar nasional dan inernasional
• Meningkatnya prosentasi pemenuhan bahan baku industri pengolahan.
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 4)
– Penangkapan Ikan (1): Penataan Ulang Sistem Manajemen Penangkapan ikan
• Meningkatnya produksi dan kualitas hasil tangkapan untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan industri
• Keberadaan data dan informasi terkini tentang status armada penangkapan ikan, perijinan dan alokasi penangkapan ikan
• Terselenggaranya sistem administrasi pengelolaan perijinan dan pengalokasian kapal penangkapan secara nasional terintegrasi, pusat, propinsi, dan kabupaten/kota,
• Perubahan kebijakan tentang penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas, dan ZEE negara lain,
• Penataan ulang sistem pengelolaan potensi perikanan tangkap (SDI) secara berkelanjutan untuk mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 5)
– Penangkapan Ikan(2): OpXmalisasi Penangkapan Ikan dan Pengkayaan SDI
• Ketersediaan sistem pendataan, data, dan sistem informasi manajemen sumberdaya ikan (SDI),
• Meningkatnya kinerja kegiatan penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas dan ZEE negara lain.
• Meningkatnya produkXvitas dan kualitas hasil tangkapan
• Redistribusi armada penangkapan ikan berimbang sesuai dengan potensi WPP
• Peningkatan jumlah kapal penangkap ikan berskala besar untuk beroperasi di ZEEI dan laut lepas.
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 6)
– Penangkapan Ikan (3): Penataan Sistem Manajemen Pelabuhan Perikanan:
• Terselenggaranya manajemen pelabuhan yang terXb, dan efisien sebagai pusat kendali manajemen penangkapan ikan di wilayah,
• Terselenggaranya sistem manajemen pelabuhan sesuai standar keamanan, kebersihan, dan pelayanan secara nasional,
• Terselenggaranya sistem pengawasan dan pengendalian mutu sesuai yang diharapkan,
• Tersedianya fasilitas pendukung kegiatan nelayan dan industri pengolahan di wilayah pelabuhan, seperX BBM, air bersih dan listrik,
• Terselenggaranya sistem pendaratan ikan sesuai standar nasional, termasuk sistem pencatatan (log book) dan pengawasan mutu.
– Pemberdayaan Nelayan: • Meningkatnya pendapatan nelayan, • Meningkatnya produkXvitas nelayan.
11. INDIKATOR KINERJA (lanjutan 7)
– Perikanan Budidaya: • Meningkatnya volume produksi induk, benih dan hasil budidaya ikan berkualitas, yang didukung dengan sistem pengendalian hama dan penyakit ikan yang memadai,
• Meningkatnya supply bahan baku pengolahan dari hasil budidaya ikan,
• Meningkatnya daya saing produk budidaya ikan melalui efisiensi sistem produksi, ketersediaan pakan, penerapan teknologi, dan kompetensi SDM yang memadai,
• Berkembangnya penerapan teknologi budidaya untuk mendorong peningkatan produksi,
• Meningkatnya dukungan infrastruktur seperX pengairan, jalan, dan energi,
• Meningkatnya pendapatan pembudidaya ikan.
12. TINDAK LANJUT: LANGKAH-‐LANGKAH STRATEGIS KEGIATAN TAHAP I
1. Penjabaran garis-‐garis besar Kebijakan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan manjadi program dan kegiatan operasional dengan pengalokasian anggaran untuk tahun 2012
2. Penerbitan Peraturan Menteri tentang Program Nasional Percepatan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan
3. Penerbitan Keputusan Menteri tentang Kawasan Industri Kelautan dan Perikanan
4. Penyusunan Business Model dan Business Plan 5. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan
Industri Kelautan dan Perikanan 6. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Sistem Monitoring dan
Evaluasi 7. Penyusunan sistem pengawasan program industrialisasi kelautan
dan perikanan 8. Penandatangan Kerjasama antara Menteri Kelautan dan
Perikanan dengan Menteri Perindustrian, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri ESDM, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perdagangan, dan Kepala BKPM.
9. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Industri
Kelautan dan Perikanan 10. Penanda tanganan kerjasama Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan Gubernur dan BupaX/Walikota terkait 11. Penetapan Lokasi Kawasan Industri Kelautan dan Perikanan
dengan Keputusan BupaX/walikota 12. Penataan ulang perencanaan pada Xngkat Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk mengakomodasi program dan kegiatan berkaitan dengan Industrialisasi kelautan dan perikanan
13. Penajaman program dan kegiatan seXap Unit Kerja Eselon 1 di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
14. Rapat-‐rapat koordinasi internal dan antara Kementerian Kelauatan dan Perikanan dengan Kementerian terkait dan daaerah
15. Penyusunan rencana aksi (acXon plan) oleh seXap unit kerja eselon 1 Kementerian Kelautan dan Perikanan
12. TINDAK LANJUT: LANGKAH-‐LANGKAH STRATEGIS KEGIATAN PERINTISAN lanjutan
13. T A H A P A N INDUSTRIALISASI KELAUTAN PERIKANAN
2014
2013
2012
2011
Pemantapan Model Industrialisasi Kelautan dan Perikanan
Implementasi Tahap I Persiapan Tahap II
Persiapan dan Formulasi Model
• PPS Nizam Zachman, Jakarta • PPN Pelabuhanratu, Jawa Barat • PPN Brondong, Jawa Timur • PPP Muncar, Jawa Timur • PPN Bitung, Sulawesi Utara dan PPS Ambon, Maluku
TAHAP I INDUSTRIALISASI
BERBASIS PERIKANAN TANGKAP
• Udang : Lampung (Kab. Tulang Bawang), Sulsel (Kab. Pinrang), dan kawasan Pantura Jawa (Kab. Indramayu)
• Rumput Laut : Kawasan Bali-Nusa Tenggara (Sumbawa-NTB) dan kawasan Sulawesi (Morowali-Sulteng dan Minahasa Utara-Sulut)
• Patin : Kab. Banjar • Bandeng : Kab. Gresik
TAHAP I INDUSTRIALISASI
BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA
Implementasi Tahap II Persiapan Pemantapan
14. RENCANA TINDAK (ACTION PLAN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Penyusunan Kebijakan dan Sosialisasia. Finalisasi Konsep Industrialisasi Kelautan dan Perikananb. Business Gatheringc. Presentasi di Sidang DPRd. Launching Konsep Industrialisasie. Sosialisasi di Lingkungan KKP dan Stakeholders lain
2 Ground check di lokasi program tahap 13 Penyusunan Road Map Industrialisasi Perikanan4 Penyusunan Rencana Bisnis Industrialisasi5 Temu Usaha (Daerah dan pelaku Usaha) di Jakarta6 Koordinasi Lintas Stakeholder (KL, Daerah, Donors, Pelaku Usaha dan CSO)
7 Penyusunan Instrumen kebijakan untuk industrialisasi 8 Kerjasama dengan KL lain (Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian) untuk penyusunan instrumen industrialisasi perikanan
9 Pelaksanaan Program/Kegiatan dari KKP10 Pelaksanaan Program/Kegiatan dari Mitra KKP11 Monitoring dan Evaluasi
No Kegiatan 2012 2013 2014
KEGIATAN TAHAP I
1. PENETAPAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN DI 6 PELABUHAN PERIKANAN DAN LOKASI PERIKANAN BUDIDAYA: TAHAP 1 : KOMODITAS TUNA, DAN BUDIDAYA: UDANG, RUMPUT LAUT, PATIN, DAN BANDENG.
2. REVITALISASI BUDIDAYA BANDENG DI PANTURA DENGAN MEMANFAATKAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN (POKDAKAN DAN POKLAHSAR) – UNTUK REHABILITASI SARPRAS DAN MODAL KERJA
3. PENGEMBANGAN BUDIDAYA PATIN DI SUMATERA DENGAN MEMANFAATKAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT:PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN (PUMP) DALAM RANGKA SUBSTITUSI DARI IMPOR – REHABILITASI SARPRAS DAN MODAL KERJA PENGEMBANGAN BUDIDAYA PATIN DI SUMATERA DENGAN – MEMANFAATKAN BANTUAN LANGSUNG
4. REVITALISASI INDUSTRI PEMINDANGAN SKAL A MIKRO,KECIL DAN MENENGAH 5. PENGEMBANGAN PRODUKSI TUNA BERBASIS PELABUHAN 6. PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT
KEGIATAN TAHAP I lanjutan 7. REVITALISASI BUDIDAYA UDANG: PRA PRODUKSI:
– REHABILITASI SALURAN – PENGADAAN SARANA PRODUKSI UDANG – PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT – PELATIHAN, PENDAMPINGAN DAN PEMBERDAYAAN KAPASITAS PETAMBAK
PRODUKSI: – PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)
PASCA PANEN: – PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) – PELATIHAN PENERAPAN SISTEM RANTAI DINGIN
KEGIATAN TAHAP I lanjutan 8. Pengembangan Rumput Laut:
• Pengembangan dan pengadaan bibit rumput laut berkualitas
• Pengembangan dan perluasan lahan budidaya rumput laut yang didukung oleh infrastruktur yang memadai,
• Pembinaan pembudidaya rumput laut skala UMKM dan skala besar,
• Pengembangan industri dan investasi pengolahan rumput laut,
• Perluasan pemasaran hasil produksi rumput laut secara nasional dan internasional.
KEGIATAN TAHAP I
PETA DISTRIBUSI DAN KONEKTIVITAS SENTRA-‐SENTRA PRODUKSI (contoh pola pengembangan)
Komoditas Utama -‐ Udang -‐ Nila
Kluster Nila -‐ Musi Rawas (simpul) -‐ Lubuk Lingau -‐ Kota Pagaralam
Kluster Udang -‐ Tulang Bawang (simpul) -‐ Lampung Timur -‐ Lampung Selatan
CONTOH
Komoditas Utama -‐ Udang -‐ Lele -‐ Bandeng -‐ Tuna & Udang Tangkapan
Klaster Udang -‐ Indramayu (simpul) -‐ Karawang -‐ Subang CONTOH
Komoditas Utama -‐ PaXn
Klaster PaXn -‐ Banjar (simpul) -‐ Hulu Sungai Utara -‐ Kota Banjarmasin
CONTOH
Komoditas Utama -‐ Udang -‐ Rumput Laut -‐ Tuna & Udang
Klaster Rumput Laut -‐ Morowali (simpul) -‐ Banggai Kepulauan -‐ Banggai
Klaster Udang -‐ Pinrang (simpul) -‐ Pangkep -‐ Maros
CONTOH
Komoditas Utama -‐ Rumput Laut Kluster Rumput Laut
-‐ Sumbawa (simpul) -‐ Lombok Timur -‐ Lombok Barat -‐ Bima -‐ Sumbawa Barat
CONTOH
TERIMA KASIH