indikator penyelenggaraan kabupaten/kota sehatkabupatensehat.trenggalekkab.go.id/lib/files/tatanan...
TRANSCRIPT
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
0
INDIKATOR PENYELENGGARAAN KABUPATEN/KOTA SEHAT
Tatanan : 7 Ketahanan Pangan Dan Gizi
TAHUN 2016
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
1
Tabel. Indikator Khusus Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
NO TATANAN SCORE NILAI NARASI INDIKATOR KHUSUS
7. Ketahanan Pangan dan Gizi (900)
1 Meningkatnya produksi
tanaman pangan
100
Pada tahun 2015 produksi
pertanian tanaman pangan
untuk padi dengan hasil produksi mencapai 184.604
ton, jagung mencapai 90.959,
ubi jalar mencapai 52 ton,
kacang tanah mencapai 2.907
ton, dan produksi kedelai mencapai produksi 10.326 ton.
Apabila dilihat dari wilayah
penghasil produksi tertinggi,
maka untuk komoditas padi
tertinggi pada wilayah
Kecamatan Panggul, ubi kayu pada Kecamatan Dongko,
kacang tanah pada wilayah
Kecamatan Durenan, produksi
jagung tertinggi pada
Kecamatan Tugu dan produksi tertinggi kedelai pada
Kecamatan Tugu dan
Kecamatan Gandusari (Data
Terlampir)
a. Meningkat 100
b. Sama dengan tahun
sebelumnya
50
c. Menurun 0
2 Kasus gizi buruk
100
Dengan peningkatan kegiatan
surveilans untuk penemuan
kasus gizi buruk sedini
mungkin sehingga pengobatan juga dapat dilakukan sedini
mungkin. Pada Tahun 2015,
kasus gizi buruk di Kabupaten
Trenggalek mencapai 286
kasus, menurun dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 308
kasus. (Data Terlampir)
a. Menurun 100
b. Sama dengan tahun
sebelumnya
50
c. Meningkat 0
3 Tersedianya cadangan pangan
dan lumbung pangan di
masyarakat
100
Cadangan Pangan dan
Lumbung pangan tersedia.
Dalam upaya penyediaan
pangan secara mandiri dan
keberlanjutan, diperlukan
adanya terobosan program melalui konsep berkebun di
pekarangan rumah atau
pemanfaatan lahan kosong
untuk ditanami tanaman produktif (Urban Farming atau
Kawasan Rumah Pangan Lestari), intensifikasi lahan,
menanam tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Selain itu juga yang
harus menjadi perhatian adalah mengenai pangan yang
Beragam, Bergizi, Seimbang
dan Aman (B2SA) dan
terpenuhinya cadangan pangan
di Kabupaten Trenggalek.
Cadangan pangan masyarakat dilaksanakan dengan membuat
lumbung pangan 29 unit.
a. Tersedia dan berfungsi
dengan baik
100
b. Tersedia tetapi tidak
berfungsi
50
c. Tidak tersedia 0
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
2
NO TATANAN SCORE NILAI NARASI
4 Ketersediaan pangan (diambil
dari neraca bahan makanan):
100
Ketahanan pangan merupakan
upaya sistematis dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan setiap
individu dalam suatu wilayah
yang tercermin dari
tersedianya pangan yang
cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau
serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Penyediaan pangan di
Kabupaten Trenggalek hingga
saat ini masih terkendala oleh
beberapa faktor diantaranya: (i)
keterbatasan lahan, (ii) anomali iklim dan (iii) bencana banjir.
Atas intensifikasi lahan
pertanian dan pekarangan hasil
produksi pangan di Kabupaten
Trenggalek mengalami surplus, bahkan hasil padi dapat dijual
ke daerah lain karena melebihi
kebutuhan, demikian juga
sayuran. Angka kecukupan gizi
masyarakat Tahun 2014 adalah
energi sebesar 5.617 kkal/kap/hari dan protein
sebesar 270,74 gram/hari.
Sedangkan Tahun 2015 Angka
Kecukupan Gizi Masyarakat
meningkat dimana energi sebesar 5.630 kkal/kap/hari
dan protein sebesar 283,84
gram/hari . (Data Terlampir)
a. Energi Lebih besar sama
dengan 2.400
Kkal/perkapita/hari
100
b. Energi 2.150 sampai
dengan 2.400 Kkal/perkapita/hari
50
c. Energi kurang dari 2.150 Kkal/perkapita/hari
0
5 Adanya kasus keracunan
pestisida pada petani
100
Tidak ada kasus keracunan
pestisida pada petani dalam
kurun waktu Tahun 2014-
2015. Melalui intensifikasi
pembinaan pada kelompok tani tentang penggunaan bahan
pembasmi hama (pestisida)
yang ramah lingkungan dan
aman.
a. Tidak ada 100
b. Ada dan menurun dari
tahun sebelumnya
50
c. Ada dan meningkat dari
tahun sebelumnya
0
6 Adanya penyuluhan
pengendalian hama terpadu
dan penggunaan pestisida
100
Penyuluhan pengendalian hama
terpadu dan penggunaan
pestisida dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan
pengendalian hama terpadu
maupun penggunaan pestisida
yang ramah lingkungan
dilaksanakan oleh petugas
penyuluh pertanian pada masing – masing kecamatan,
baik kepada kelompok tani
maupun pembinaan lapangan
pada petani. Disamping itu juga
telah dilakukan Demplot pada tiap – tiap kecamatan
a. Ada dan rutin 100
b. Ada dan kadang-kadang 50
c. Tidak ada 0
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
3
NO TATANAN SCORE NILAI NARASI
7 Berfungsinya lembaga
distribusi pangan yang ada di
masyarakat (koperasi, kelompok tani)
100
Lembaga distribusi pangan
yang ada di masyarakat
(koperasi, kelompok tani). Lembaga distribusi pangan
yang ada di masyarakat
berfungsi dengan baik.
Lembaga terkait meliputi
Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), Koperasi Tani, Kios Usaha Tani, pertokoan maupun
pasar.
a. Ada dan berfungsi 100
b. Ada dan tidak berfungsi 50
c. Tidak ada 0
8 Adanya program pertanian
organic oleh pemerintah dan
masyarakat
100
Program pertanian organik
diintensifkan di Kabupaten
Trenggalek baik oleh
pemerintah maupun
masyarakat melalui pemanfaatan pupuk organik
maupun penggunaan pestisida
ramah lingkungan. Disamping
itu juga optimalisasi
pembudayaan kompos yang
berasal dari sampah kandang, dapur maupun limbah tanaman
lainnya. Program pertanian
organik telah lama
diimplementasikan di
Kabupaten Trenggalek. Program pertanian organik sudah
dilaksanakan, salah satunya di
Desa Cakul Kecamatan Dongko
yaitu dengan mengembangkan
padi organik.
a. Ada dan luas areanya
meningkat
100
b. Ada dan luas areanya tetap 50
c. Tidak ada 0
TOTAL NILAI 800
NILAI MAKSIMUM 800
NILAI AKHIR 100,00%
Skor Penilaian Minimal :
Padapa 65%
Wiwerda 75%
Wistara 80%
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
4
Catatan/Komentar Tim Penilai :
Usulan Wistara; total nilai verifikasi lapangan = 34.200 Nilaiimal untuk Wistara (33.250 (80%) Dengan demikian kota x d sulkan untuk memperoleh Swastiengan ka ....................................................... 2016
TIM VERIFIKASI :
NO Nama
Instansi Tandatangan
1.
…………………………….. ……………………. ……………………
2.
……………………………… ……………………. ……………………
3.
…………………………….. ……………………. ……………………
4.
…………………………….. ……………………. ……………………
5.
……………………………… ……………………. ……………………
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
5
PEMBAHASAN INDIKATOR KHUSUS
TATANAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan
dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi
kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Di dalam mewujudkan ketahanan pangannya, setiap negara memiliki konsep
yang unik tergantung dari kondisi masing-masing negara. Indonesia sebagai negara
dengan kondisi wilayah geografis, sosial, budaya, ekonomi, dan penguasaan terhadap
teknologi yang khas; seharusnya mampu membangun sistem ketahanan pangan yang
tidak hanya unik tapi juga kokoh dan mengakar. Untuk itu, diperlukan suatu upaya
yang menyeluruh untuk membangun ketahanan pangan sesuai dengan kondisi
Indonesia. Strategi yang dapat digunakan meliputi pemantapan ketersediaan pangan
dengan basis kemandirian yang berkedaulatan dengan mengutamakan potensi lokal
mulai dari penyediaan input hingga industri pengolahan akhir, peningkatan kemudahan
dan kemampuan mengakses pangan, peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi
pangan menuju gizi seimbang berbasis pada pangan lokal, peningkatan status gizi
masyarakat, serta peningkatan mutu dan keamanan pangan.
Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah No 17/2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi sebagai pelaksana UU No 18/2012 tentang Pangan. PP yang
diteken dan diundangkan 19 Maret 2015 ini mengatur cadangan pangan pemerintah
dan cadangan pangan pemerintah daerah, penganekaragaman pangan dan perbaikan
gizi masyarakat, kesiapsiagaan krisis pangan dan penanggulangannya, distribusi
pangan serta perdagangan dan bantuan pangan, pengawasan, sistem informasi pangan
gizi dan peran serta masyarakat.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status
gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi
produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan
ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan
di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan
ditentukan pula oleh daya daya beli masyarakat terhadap pangan. Keberhasilan
tumbuh kembang pada masa kanak-kanak menentukan kualitas sumberdaya manusia
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pemba- ngunan nasional.
Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya faktor gizi,
kesehatan dan praktek pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Anak balita
merupakan kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan
gizi.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
6
Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan anggota rumah tangga dari segi jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai
dengan budaya setempat. Sedangkan ketahanan pangan keluarga tercermin dari
ketersediaan, kemampuan daya beli, dan keterjangkauan keluarga dalam memenuhi
pangan. Ketersediaan pangan keluarga akan dipengaruhi oleh faktor keterjangkauan
(jarak) dan kemampuan daya beli keluarga terhadap bahan makanan. Bila keluarga
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang disebabkan oleh
ketidakmampuan dalam menyediakan makanan karena jarak tepuh untuk
mendapatkan makanan tidak terjangkau atau tidak mampu membeli karena segi
ekonomi, maka keluarga tersebut dikatakan tidak tahan pangan. Kondisi ketahanan
pangan yang menurun, akan berakibat pada kurangnya pemenuhan gizi anggota
keluarga.
Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Trenggalek Tahun 2015-
2025 dan juga prioritas Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek periode 2016-2021 (Dr.
Emil Elestianto Dardark, M.Sc dsan H. Mochamad Nur Arifin). Kabupaten Trenggalek
merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur
yang diduga penganekaragaman penyediaan pangan (Pola Pangan Harapan) di beberapa
kecamatannya masih rendah. Skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Trenggalek
tergolong rendah, dengan skor Pola Pangan Harapan tertinggi adalah Kecamatan
Bendungan yaitu sebesar 61.18. Beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek juga
masih perlu ditingkatkan potensi ketahanan pangannya.
Penjabaran Misi Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek terkait Ketahanan Pangan dan Gizi
MISI 2 : Meningkatkan pembangunan sektor pertanian serta memberikan
perlindungan terhadap masyarakat untuk mewujudkan tata niaga
yang adil dan menyejahterakan;
2 . 1 . M e n g o p t i m a l k a n pengelolaan potensi
p e r t a n i a n b e r b a s i s
teknologi tepat guna dan
p e n i n g k a t a n
kesejahteraan petani, peternak dan nelayan
TUJUAN : SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH :
2.1.1. Meningkatnya ketersediaan dan
keanekaragaman pangan
2.1.2. Meningkatnya produksi, produktivitas, dan
daya saing produk pertanian dan peternakan
serta kesejahteraan petani dan peternak
2.1.3. Meningkatnya produksi, produktivitas, daya
saing dan nilai tambah produk perikanan,
kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan,
serta kelestarian sumberdaya kelautan dan
perikanan
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
7
Program Unggulan Intensifikasi Lahan Pertanian (Swasembada Pajale)
Program Unggulan Kawasan Agropolitan
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
8
Program Unggulan International Durio Forestry
Program Unggulan Kakao Land
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
9
Program Unggulan Revitalisasi Kebun Kopi Dilem Wilis
Program Unggulan Sentra Peternakan Rakyat
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
• Swasembada daging (ternak besar, kecil dan unggas);
• Sentra Peternakan Rakyat (SPR) dalam rangka Peningkatan Populasi Ternak dan Produksi Susu :
! Kecamatan Bendungan : Sapi Perah
! Kecamatan Tugu : Sapi Potong
! Kecamatan Suruh : Kambing PE
! Kecamatan Durenan : Unggas
• Pelestarian dan Pengembangan Sapi “GALEKAN”
" Plasma Nutfah asli Trenggalek;
" populasi saat ini tinggal 16 ekor;
" Keunggulan: tahan penyakit, karkas > 50%,
" daging kenyal.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
10
Program Unggulan Peningkatan Populasi Sapi
Program Unggulan Kawasan Minapolitan
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
PROGRAM UNGGULAN︎MISI 2
SEBARAN FASILITAS UTAMA Kawasan Prigi
PARIWISATA
PERIKANAN
PELABUHAN LAUT
• Pantai Pasir Putih & Simbaronce (panjang: 1 km, luas: 4 ha)
• Pantai Prigi (panjang: 2 km, luas: 5 ha)
• Pantai Damas (panjang: 2 km, luas: 5.5 ha)
• Ecowisata mangrove Cengkrong
• Rencana kenaikan status Pelabuhan Nusantara menjadi Pelabuhan Samudera
• Kegiatan industri: Pabrik tepung ikan, Pemindangan Ikan Bengkorok, pabrik es
T
Area Pariwisata
Area Perikanan
Area Pelabuhan Niaga
Kws Rawan Tsunami
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Rencana JLS
Boulevard
ke Kota Trenggalek 44km
ke Tulungagung (rencana JLS)
ke Kec, Munjungan 26 km
Pantai Damas
Pantai Cengkrong
Pantai Prigi
Pelabuhan Perikanan
Pantai Pasir Putih
Pelabuhan Laut
14
Informasi panjang GARIS pantai
• Belum terbangun
Pantai prigi termasuk obyek wisata KPP Koridor selatan (Damas, III-5)
Panjang garis pantai + 15.2 km
Effective use : 5 km
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
11
1. Meningkatnya produksi tanaman pangan
Adapun penggunaan lahan di Kabupaten Trenggalek tahun 2013 sampai
2015 jika dilihat dari jenisnya berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Trenggalek, ternyata penggunaan tanah untuk budidaya
pertanian (sawah dan budidaya pertanian) masih lebih dari 50% dari total luas
tanah tiap tahunnya. Sedangkan untuk jenis tanah yang digunakan sebagai sungai
dan perairan selama tahun berturut-turut 2013 - 2015 relatif tetap atau tidak
berubah.
Akan tetapi ada penurunan penggunaan tanah pada Budidaya pertanian
terlihat pada luasan sawah pada tahun 2013 seluas 12.193 Ha mengalami
penurunan tahun 2014 menjadi 12.160 Ha dan pada tahun 2015 mengalami
peningkatan menjadi 12.816 Ha. Sedangkan peningkatan luasan penggunaan tanah
untuk Budidaya Non Pertanian terlihat pada penggunaan untuk perumahan. Pada
tahun 2013 penggunaan tanah untuk perumahan seluas 10.838 ha menjadi 10.994
ha pada tahun 2014 dan jumlah yang sama pada tahun 2015. Selanjutnya
gambaran perkembangan luasan lahan menurut jenis penggunaan tanah di Kab.
Trenggalek ditunjukkan pada Tabel berikut ini :
Tabel Penggunaan Tanah di Kabupaten Trenggalek Tahun 2011-2014
No Jenis Penggunaan
Tanah
Luas Lahan (ha)
Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014
1. Budidaya Pertanian 62.588,85 62.557,37 62.512,49 60.280,70
Sawah 16.034,50 16.003,02 15.958,14 12.160,42
Budidaya Pertanian Lainnya
46.554,35 46.554,35 46.554,35 48.120,28
2. Budidaya Non Pertanian
13.225,60 13.257,08 13.301,96 15.533,75
Perumahan 13.206,38 13.237,86 13.282,74 15.509,15
Jasa 17,86 17,86 17,86 23,23
Budidaya Non Pertanian Lainnya
1,37 1,37 1,37 1,37
3. Non Budidaya 48.074,09 48.074,09 48.074,09 48.074,09
Hutan 22.773,78 22.773,78 22.773,78 22.773,78
Tanah Terbuka 94,82 94,82 94,82 94,82
Padang Rumput 25.205,49 25.205,49 25.205,49 25.205,49
4. Sungai dan Perairan Lainnya
850,56 850,56 850,56 850,56
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kab. Trenggalek, 2015
Lahan Pertanian di Kabupaten Trenggalek
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
12
Pertanian dan Perkebunan
Pada tahun 2015 produksi pertanian tanaman pangan untuk padi
dengan hasil produksi mencapai 184.604 ton, jagung mencapai 90.959, ubi
jalar mencapai 52 ton, kacang tanah mencapai 2.907 ton, dan produksi
kedelai mencapai produksi 10.326 ton. Apabila dilihat dari wilayah penghasil
produksi tertinggi, maka untuk komoditas padi tertinggi pada wilayah
Kecamatan Panggul, ubi kayu pada Kecamatan Dongko, kacang tanah pada
wilayah Kecamatan Durenan, produksi jagung tertinggi pada Kecamatan
Tugu dan produksi tertinggi kedelai pada Kecamatan Tugu dan Kecamatan
Gandusari.
Produksi Hasil Pertanian Tahun 2011-2015 dijelaskan pada Tabel
berikut.
Tabel. Produksi Hasil Pertanian (ton)
Uraian Th 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015
Padi 149.220 173.003 177.636 169.608 184.604
Jagung 64.438 79.663 63.423 76.294 90.959
Ubi kayu 350.463 402.063 336.309 425.617 350.727
Ubi jalar 1.668 350 341 509 52
Kacang tanah 2.857 1.593 3.559 2.059 2.907
Kacang kedelai 7.019 7.528 5.933 8.367 10.326 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab. Trenggalek, 2016
Pengembangan tanaman perkebunan di Kabupaten Trenggalek dituntut
untuk tetap memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, ekologi dan sosial
yang merupakan indikator pengelolaan sumber daya perkebunan dan
kehutanan yang lestari. Jenis komoditi perkebunan yang cukup potensial dan
merupakan tanaman unggulan di Kabupaten Trenggalek antara lain adalah
kelapa, nilam, coklat, cengkeh, dan tebu. Tabel berikut menjelaskan jumlah
produksi hasil perkebunan di Kabupaten Trenggalek Tahun 2011-2015.
Tabel. Produksi Hasil Perkebunan (ton)
Uraian Th 2010 Th 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015
Kelapa 10.682,00 10.609,75 10.652,50 8.689,25 10.475,75 10.399,75
Cengkeh 607,75 536,75 589,25 319,75 551,25 2.462,96
Kopi 394,75 170,25 179,25 174,5 179,75 291,95
Coklat 893,75 759,25 767,75 664,75 869,75 820,10
Tebu 59.720 39.850 39.030 49.010 51.113 21.642
Vanili 26,00 10,30 10,55 10,10 11,53 15,92
Jambu mete 49,25 12,25 27,14 26,38 27,15 4,15
Nilam 847,00 - 828,50 360,75 313,75 -
Kapuk randu 78,25 23,95 45,30 44,64 46,30 23,05 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab. Trenggalek, 2016
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
13
Komoditi sayuran pada umumnya terjadi fluktuasi produksi dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2010 produksi cabe 4.522 kwintal dan tahun 2011
turun menjadi 4.342 kwintal, tahun 2012 kembali meningkat mencapai 5.074
kwintal, tahun 2013 kembali turun menjadi 4.912 kwintal dan pada tahun
2014 kembali meningkat menjadi 6.400 kwintal, pada tahun 2015 sebesar
4.956 kwintal. Untuk buah-buahan, komoditi terbanyak produksinya pada
tahun 2015 adalah pisang dengan produksi 167.866 kwintal disusul durian
dengan produksi 157.314 kwintal. Adapun Tabel berikut menjelaskan
tentang jumlah produksi komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan di
Kabupaten Trenggalek tahun 2011-2015.
Tabel. Produksi Sayur- Sayuran (kwintal)
Jenis Sayur Th.
2011 Th.
2012 Th.
2013 Th.
2014 Th.
2015
Bawang putih - - - - - Bawang merah - 90 - - 63 Kubis - - - - - Sawi 1.381 1.123 609 940 590 Kacang-kacangan 2.313 2.540 3.497 3.500 2.852
Lombok/ Cabe 4.342 5.074 4.912 6.400 4.956
Tomat 1.141 524 320 170 688 Terong 2.712 2.332 2.421 2.240 1.710 Buncis 1.027 572 789 580 524 Ketimun 634 516 550 940 3.148 Labu Siam 2.955 2.933 7.227 2.440 7.227 Kangkung 2.815 2.176 2.653 1.970 2.963 Bayam 674 339 340 470 537 Kentang - - 456 190 814
Jumlah 19.994 18.219 23.774 19.840 26.072
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab. Trenggalek, 2016
Tabel. Produksi Buah-Buahan (kwintal)
Jenis Buah 2011 2012 2013 2014 2015
Alpokad 3.684 51.056 176.423 17.860 22.177
Mangga 53.225 72.654 61.364 58.160 96.795 Rambutan 11.778 25.309 87.078 16.790 23.059 Duku 36 3.518 10.871 4.080 4.046
Jeruk 12 32 250 260 1.749
Salak 21.615 34.402 111.799 61.240 50.419
Durian 25.594 142.764 452.031 71.940 157.314 Jambu air 539 934 939 760 715 Jambu biji 446 1.484 1.023 970 905
Sawo 619 3.385 9.216 970 952
Papaya 3.651 3.929 4.824 9.330 6.703 Pisang 11.7658 118.991 260.484 250.470 167.866 Nanas 45 63 76 40 117 Manggis 2.542 5.076 15.179 620 19.766
Jumlah 241.444 463.597 1.191.557 493.490 552.583
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab. Trenggalek, 2016
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
14
Peternakan
Komoditas unggulan peternakan di Kabupaten Trenggalek tahun 2015
dengan populasi tertinggi ada 7 hewan ternak, sebagaimana diuraikan pada
lokasi konsentrasi sebagai berikut :
Tabel. Potensi Produksi Peternakan Tahun 2011-2015
No. Komoditas
Unggulan
Jumlah Populasi (Ekor)
2011 2012 2013 2014 2015
Lokasi
Konsentrasi
(Kecamatan)
1 Sapi Potong 42.560 43.411 29.905 31.431 32.668
Bendungan,
Panggul, Tugu, Karangan
2 Sapi Perah 5.405 5.554 4.347 4.567 4.831 Bendungan,
Pule, Suruh
3 Kambing 226.470 229.377 233.965 340.635 362.287
Pule, Dongko,
Panggul,
Kampak
4 Ayam Potong 167.940 503.711 509.098 1.864.000 1.919.920
Kampak,
Gandusari, Karangan,
Durenan
5 Ayam Buras 575.682 792.386 824.081 853.450 908.517 Pule, Tugu,
Dongko, Pogalan
6 Itik 94.274 90.368 92.179 165.200 172.532
Durenan,
Gandusari,
Pogalan, Tugu
7 Burung
Puyuh 63.554 140.102 142.904 148.523 157.422
Durenan, Kampak,
Gandusari,
Karangan
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Trenggalek, 2016
Produksi Daging untuk ternak besar pada tahun 2015 adalah Daging
Sapi sebesar 1.275,08 ton yang menyebar di 14 Kecamatan. Untuk ternak kecil
produksi terbesar adalah kambing sebesar 843,11 ton. Sedangkan produksi
daging unggas terbesar adalah Ayam Ras sebesar 2.393,75 ton. Tabel berikut
menjelaskan produksi daging komunitas peternakan untuk masing-masing
kecamatan di Kab. Trenggalek.
Tabel. Produksi Daging Komoditas Peternakan Kab. Trenggalek Tahun 2015
NO KECAMATAN
Produksi Daging (Ton)
Ternak Besar Ternak Kecil Unggas
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Kelinci Ayam
Buras Ayam Ras Itik Enthok
1 PANGGUL 91,50 - - 72,02 6,49 - 0,08 90,34 247,85 0,89 3,30
2 MUNJUNGAN 64,33 0,45 - 31,13 7,93 - 0,03 53,48 70,08 1,84 0,84
3 WATULIMO 28,46 - - 21,10 3,46 - 0,01 77,13 39,88 1,09 0,28
4 KAMPAK 17,07 - - 21,62 1,17 - 0,05 39,88 212,06 3,33 0,83
5 DONGKO 16,83 - - 35,23 0,79 - 0,18 107,79 0,07 1,39 0,31
6 PULE 26,58 - - 16,80 1,41 - 0,34 129,72 25,54 0,64 0,38
7 KARANGAN 212,69 - - 88,87 2,83 - 0,09 76,52 422,71 2,25 1,83
8 SURUH 29,55 - - 39,47 0.89 - 0,14 44,08 55,88 1,48 0,96
9 GANDUSARI 34,39 - - 39,24 1,49 - 0,13 81,50 337,37 14,09 4,26
10 DURENAN 32,66 - - 76,23 1,50 - 0,12 73,51 264,72 36,52 5,68
11 POGALAN 238,28 - - 185,03 5,98 - 0,03 93,29 218,09 8,29 2,07
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
15
NO KECAMATAN
Produksi Daging (Ton)
Ternak Besar Ternak Kecil Unggas
Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Kelinci Ayam
Buras Ayam Ras Itik Enthok
12 TRENGGALEK 260,43 0,45 - 107,43 7,27 - 0,14 50,38 334,12 2,63 1,51
13 TUGU 186,29 - - 91,51 2,65 - 0,16 128,06 165,23 3,59 1,31
14 BENDUNGAN 36,02 - - 17,43 2,31 - 0,07 66,48 0,15 0,41 0,20
JUMLAH 1.275,08 0,90 - 843,11 46,17 - 1,57 1.112,16 2.393,75 78,44 23,76
1.275,98 890,85 3.608,11
Sumber: Dinas Peternakan Kab. Trenggalek, 2016
Total Produksi telur unggas pada tahun 2015 mencapai 2.824,4 ton, naik
dari tahun tahun sebelumnya dimana pada tahun 2014 produksi telur unggas
hanya mencapai 2.731,61 ton ton. Pada tahun 2015 telur ayam buras
produksinya mencapai 494,89 ton, telur ayam ras mencapai 1.149,48 ton, telur
itik 1.084,91 ton dan telur enthok 95,12 ton.
Kecenderungan Produksi susu baik susu sapi maupun susu kambing dari
tahun ke tahun volumenya semakin menurun, dimana pada tahun 2010
produksi susu mencapai 10,9 Juta liter, pada tahun 2011 turun menjadi 8,03
juta liter, pada tahun 2012 turun menjadi 7,53 juta liter, pada tahun 2013
kembali turun menjadi 6,237 juta liter, pada tahun 2014 sedikit naik menjadi
6,387 juta liter. Sedangkan produksi susu pada tahun 2015 kembali sedikit
mengalami penurunan menjadi 6,153 juta liter.
Tabel. Produksi Telur dan Susu Komoditas Peternakan Tahun 2015
NO KECAMATAN
Produksi Telur (Ton)
Produksi Susu (Lt) Unggas
Ayam Buras Ayam Ras Itik Enthok
1 PANGGUL 39,05 1,79 12,28 13,21 3.736,79
2 MUNJUNGAN 23,11 18,32 25,39 3,37 934,20
3 WATULIMO 33,33 67,08 15,08 1,12 -
4 KAMPAK 17,16 208,86 46,02 3,32 10.679,68
5 DONGKO 46,59 1,21 20,17 1,22 29.694,07
6 PULE 70,34 - 8,88 1,51 493.192,35
7 KARANGAN 33,07 187,36 31,05 7,39 17.931,19
8 SURUH 19,05 402,10 20,51 3,83 116.900,62
9 GANDUSARI 35,22 87,21 194,70 17,06 10.407,27
10 DURENAN 31,77 51,95 504,64 22,71 4.059,89
11 POGALAN 40,32 49,64 114,65 8,29 60.964,24
12 TRENGGALEK 21,79 50,79 36,31 6,04 3.125,69
13 TUGU 55,36 20,65 49,58 5,25 32.659,33
14 BENDUNGAN 28,73 2,52 5,65 0,80 5.368.918,68
JUMLAH 494,89 1.149,48 1.084,91 95,12
6.153.204,00 2.824,4
Sumber: Dinas Peternakan Kab. Trenggalek, 2016
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
16
2. Kasus gizi buruk
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi untuk kesehatan keluarga
semakin meningkat. Berdasarkan data hasil kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG)
diperoleh data bahwa pada tahun 2015 jumlah keluarga sadar gizi sebesar 53,7%,
nilai tersebut meningkat dibandingkan tahun 2014 yang hanya sejumlah 34,8%.
Meningkatnya presentase keluarga sadar gizi di Kabupaten Trenggalek juga ditandai
dengan menurunnya jumlah kasus balita gizi buruk. Pada tahun 2015 kasus balita
gizi buruk sebesar 286 kasus, nilai tersebut menurun dari tahun 2014 yang sebesar
308 kasus.
Keseriusan Pemerintah Daerah dalam menangani dan menurunkan jumlah
balita gizi buruk di Kabupaten Trenggalek terlihat dari diselenggarakannya kegiatan
Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil Tingkat Kabupaten yang melibatkan
berbagai lintas sektor masyarakat dan pemerintah serta keberlanjutan program
Pendampingan Ibu Hamil Risti yang telah melahirkan SK Kepala Dinas yang
mengatur mengenai Kader Pendamping Ibu Hamil Risti dan meningkatnya kerja
antara Dinas Kesehatan dengan PNPM GSC dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan Kelas Gizi di tingkat desa.
Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil Tingkat Kabupaten
Upaya penanggulangan masalah gizi telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
beserta jajarannya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masalah gizi timbul
bukan hanya karena kurangnya asupan makanan akan tetapi juga karena beberapa
faktor seperti tingkat ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua juga karena
faktor sosial budaya. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan masalah gizi sangat diperlukan agar masyarakat dapat memahami
dan menangani permasalahan tersebut secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat
tersebut melalui penyuluhan dan pembinaan dengan sasaran ibu – ibu rumah
tangga, dimana ibu rumah tangga mempunyai peran yang besar dalam penentuan
gizi keluarga.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
17
Penanggulangan masalah gizi oleh masyarakat di Kabupaten Trenggalek
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan seperti : GEMARIKAN (Gerakan
Memasyarakatkan Makan Ikan), Pelaksanaan Program Kelas ASI, Kelompok
Masyarakat Peduli ASI, Pelaksanaan program kelas gizi, penggunaan dana jimpitan
desa / kelurahan untuk pemberian makanan tambahan bagi balita dari keluarga
kurang mampu, gerakan pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk tanaman
pangan. Bahwa dalam rangka penggerakan ASI Eksklusif telah dibentuk Peraturan
Daerah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pemberian ASI Eksklusif. (Data Terlampir).
Pada Tahun 2015 ini telah diluncurkan Program Inovasi GERBANG ANGKASA BIRU
(Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu
dan Bayi).
GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan)
GEMARIKAN merupakan program nasional dan wajib dilaksanakan di
tingkat daerah, dalam rangka peningkatan konsumsi ikan, yang mempunyai
dua peran penting, yakni : pendorong
o peningkatan produksi perikanan yang berimbas pada pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan
khususnya dan
o peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan asupan protein hewani
dari ikan.
Gemarikan dan Masa Depan Bangsa, GEMARIKAN bukan hanya tentang
variasi menu ikan sehari-hari, bukan pula sekedar menunjang kesehatan,
tetapi lebih dari itu, GEMARIKAN mempunyai niat mulia yakni membangun
bangsa, menyiapkan generasi yang cerdas dan berdaya saing, karena fakta
berkata bangsa yang gemar makan ikan, masyarakatnya cerdas
FORIKAN Trenggalek, dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Trenggalek
Nomor: 188.45/140/406.013/2011 tanggal 8 Pebruari 2011 tentang
FORIKAN Kabupaten Trenggalek, dengan tujuan membangun jaringan dan
kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam rangka mendorong
peningkatan konsumsi ikan
Kegiatan GEMARIKAN (i) Rapat Koordinasi, bersama pihak terkait (anggota
dan pengurus FORIKAN Trenggalek) yang membahas strategi peningkatan
konsumsi ikan dengan dukungan dari berbagai pihak terkait; (ii) Safari
GEMARIKAN bersama anak – anak sekolah tingkat pemula (Taman
Posyandu, PAUD, TK/RA, SD/MI dan pihak terkait dalam rangka
peningkatan konsumsi ikan di Kecamatan Karangan, Durenan dan Pogalan;
(iii) Workshop GEMARIKAN bersama ibu guru TK; (iv) Gebyar GEMARIKAN
bersama anak-anak SDN 1 Sumbergedong, SDN 2 Sumbergedong, SDN 3
Ngantru, SDN 2 Surodakan dan SMPN 3 Trenggalek; (v) Partisipasi dalam
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
18
Lomba Masak Ikan Tingkat Propinsi Jawa Timur dan beberapa kali menjadi
juara baik untuk kategori Menu Dewasa maupun anak-anak
Tujuan/Materi GEMARIKAN, memberikan edukasi tentang jenis, manfaat
ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, mengenalkan olahan ikan baik berupa
kudapan/snack maupun lauk makan siang
Sasaran GEMARIKAN, tidak hanya kepada anak-anak tetapi juga orang
dewasa terutama ibu hamil, menyusui maupun yang memilliki putra/putri
batita dan balita. Untuk sasaran dewasa, selain diberikan pengetahuan
tentang manfaat ikan, juga disampaikan tentang “Menjadi Konsumen
Cerdas dalam membeli ikan” dan Tips mengolah ikan yang sehat, semuanya
bertujuan agar manfaat ikan bisa diperoleh anak dan seluruh anggota
keluarga ketika bahan baku-nya baik dan cara mengolahnya juga sehat.
Kegiatan GEMARIKAN yang dilaksanakan oleh FORIKAN
Kelompok Masyarakat Peduli ASI
Lingkungan ibu menyusui juga mempengaruhi keberhasilan ibu dalam
menyusui. Oleh karena itu di kabupaten trenggalek juga diadakan kegiatan
berupa pembentukan KP-ASI (Kelompok Pendukung Air Susu Ibu) dan Kelas
ASI. KP-ASI merupakan sekelompok orang yang peduli terhadap pemberian ASI
kepada bayi yang beranggotakan laki-laki dan perempuan baik dari masyarakat
umum, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sebagainya. KP-ASI di Kabupaten
Trenggalek mulai dilaksanakan di Desa Salamrejo Kec. Karangan Kabupaten
Trenggalek dengan sejumlah pendukung dari Tim Penggerak PKK
(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Kepala Desa, Camat, Bidan Desa,
Perawat Desa, Komandan Koramil, Kapolsek dan masyarakat umum. Kegiatan
KP-ASI tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan Kelas ASI.
Kelas ASI bertujuan untuk membina dan memberikan pendidikan kepada
sasaran (ibu hamil trimester akhir dan ibu menyusui) mengenai pemberian ASI
dan mengupas tuntas semua permasalahan yang dihadapi di masyarakat dalam
pemberian ASI pada bayinya. Kelas ASI tersebut dilaksanakan dengan metode
FGD (Focus Group Discussion). Dengan demikian, tidak akan ada lagi halangan
bagi ibu pekerja (wanita karir) untuk memberikan ASI secara Eksklusif kepada
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
19
bayinya. KP ASI dan Kelas ASI salah satu desa di Kecamatan Karangan tepatnya
di desa Salamrejo berhasil menyabet juara 3 se Provinsi Jawa Timur pada
Tahun 2013. Prestasi tersebut merupakan bukti kepedulian yang nyata dari
berbagai sektor dalam rangka mendukung keberhasilan menyusui Eksklusif di
wilayah kerjanya. Hal tersebut tak lepas dari kerja keras kader, bidan desa dan
seluruh aspek masyarakat yang sangat peduli terhadap keberhasilan menyusui
secara eksklusif. Yang dimaksud ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja
kepada bayi, tanpa makanan lain, sampai bayi mencapai usia 6 bulan.
Kebijakan menyusui termasuk penegasan larangan pengiklanan susu formula
dan pembatasan pemberian rekomendasi bagi pemberian susu formula.
Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui yang dimaksud harus memenuhi
persyaratan: ada ruangan tertutup, wastafel (tempat cuci tangan), lemari es,
meja bayi, dan kursi untuk tempat duduk ibu yang menyusui/memerah ASI.
Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui terutama disediakan di tempat kerja
(instansi pemerintah dan swasta), ditempat umum (pusat perbelanjaan, stasiun,
bandara, dll) dan tempat layanan public lainnya, merujuk pada Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Kegiatan kelompok Masyarakat Peduli ASI
Pelaksanaan Program Kelas ASI
Pelaksanaan Kelas ASI berupa serangkaian kegiatan antara lain pendataan
sasaran, pembentukan kelas ASI, Pemberian Materi dan Konseling Menyusui,
Pembuatan contoh Makanan Pendamping ASI dengan bahan lokal serta
Monitoring dan evaluasi. Pemberian Materi dan konseling menyusui serta
pembuatan contoh makanan Pendamping ASI dilaksanakan setiap 2 bulan
sekali. Dalam serangkaian kegiatan tersebut, bayi yang menjadi peserta dalam
kelas ASI secara tidak langsung mendapatkan pendampingan dalam
pelaksanaan pemberian ASI hingga tercapainya ASI Eksklusif hingga 6 bulan
penuh.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
20
Pelaksanaan program kelas gizi
Kelas Gizi bertujuan dan meningkatkan Pengetahuan, Tindakan, dan Pola
Asuh Ibu balitanya. Dengan adanya Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Ibu balita
terhadap balitanya balita dapat mengaplikasikannya kesehariannya dan Berat
kurang dapat meningkat standart pertumbuhannya. Pelaksanaan Kelas Gizi
menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dimana kelompok
masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizipada
saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi, dengan demikian diharapkan
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun.
Peningkatan Pola Asuh diharapkan sesuai dengan elaksanaan pendekatan
positive deviance Discussion). Pendekatan positive deviance didasarkan pada
asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah masyarakat sudah ada dalam
masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Sebagai tindak lanjut dari
pertemuan Sosialisasi Kelas Gizi dan Pendampingan Bumil di Tingkat
Kabupaten pada tanggal 26 Mei 2014 Kesehatan menyelenggarakan
Pembentukan Kelas Gizi Kecamatan.
Keterkaitan berbagai pihak tersebut sangat berperan pada keberhasilan
pelaksanaan Kelas Gizi di masyarakat. Mengingat Kelas Gizi sangat butuh
Penyuluh pertanian dalam mensukseskan Kelas Gizi dengan menjelaskan dan
memaparkan apa saja dan tanaman sayur buah sebagai sumber gizi masyarakat
terbatas. Pada saat pelaksanaan Kelas Gizi ditekankan pemanfaatan bahan
makanan lokal yang ada di sekitar masyarakat untuk menanggulangi masalah
kurang gizi di masyarakat tersebut. Beberapa desa yang telah terpapar kegiatan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dari Kantor Ketahanan Pangan
diharapkan lebih mudah dalam akses pangan karena ketersediaan pangan di
tingkat rumah tangga mampu disediakan dengan pelatihan maupun penyediaan
benih dari Kantor Ketahanan Pangan. Peran bagaimana cara menanam maupun
meskipun dengan lahan.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang untuk balita peserta Kelas Gizi
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan. Hasil DDTK
dilaporkan berupa ceklist DDTK yang kemudian dijadikan sebagai record
tumbuh kembang balita.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
21
GERBANG ANGKASA BIRU (Gerakan Perbaikan Gizi dan Akselerasi
Pencegahan Kesakitan dan Kematian Ibu dan Bayi)
Program ini adalah salah satu hasil implemnetasi dari rekomendasi Forum
Trenggalek Sehat atas masih adanya permasalahan diantaranya : Masih
tingginya Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan masih adanya kasus
Kelainan Bawaan, BBLR, KEK semasa Kehamilan, Infeksi, Anemia Bumil, GAKY,
Konsumsi Garam Beriodium. Dari masalah tersebut sehingga dibutuhkan
suatu gerakan yang melibatkan lebih banyak lagi stakeholder dan masyarakat
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ruang lingkup kegiatan yang menjadi prioritas pada program GERBANG
ANGKASA BIRU ini adalah : 1) Kelas Ibu, 2) Kelas Asi, 3) Kelas Gizi, 4) PMT Gizi
Buruk, 5) PMT Ibu Hamil , 6) Pendampingan ibu hamil Risti melalui KSPR (
2014 : 535 bumil 6x pend kader. 1 bumil 1 kader 2015: 268 ibu) kader dilatih
dg bukti mengisi rapot pendampingan APBD, 7) AMBR ( Audit Maternal Bumil
Risti ), dan 8) Pertemuan Bidan dan dokter pusk bahas risti dan rtl penanganan
oleh rujuk.
Dengan peningkatan kegiatan surveilans untuk penemuan kasus gizi buruk
sedini mungkin sehingga pengobatan juga dapat dilakukan sedini mungkin. Pada
Tahun 2015, kasus gizi buruk di Kabupaten Trenggalek mencapai 286 kasus,
menurun dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 308 kasus.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
22
3. Tersedianya cadangan pangan dan lumbung pangan di masyarakat
Pengembangan cadangan pangan Pemerintah Kabupaten Trenggalek dan
masyarakat dilaksanakan dengan membuat lumbung pangan. Isi lumbung dapat
berupa gabah, jagung, kedelai, kacang tanah dan bahan pangan pokok lainnya.
Pengembangan lumbung pangan diarahkan pada daerah miskin dan rawan
pangan, Kegiatan dikembangkan ke arah penguatan cadangan pangan masyarakat
dan simpan pinjam pangan saat panen atau masa paceklik. Peran kelembagaan
lumbung pangan selain berperan sebagai fungsi sosial dalam penyediaan cadangan
pangan masyarakat diharapkan juga berperan sebagai fungsi ekonomi bagi
kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar.
Dalam rangka memenuhi ketersediaan pangan serta kelancaran
pendistribusian bahan pangan khususnya di wilayah Kabupaten Trenggalek
Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Kantor Ketahanan Pangan setiap tahun
menyelenggarakan Sosialisasi Pengembangan Ketersediaan dan Distribusi pangan
Kabupaten Trenggalek. Sasaran sosialisasi adalah Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), Kelompok Lumbung Pangan, Kelompok Cadangan Pangan di
Pekarangan, Kelompok Tani Jual, Gapoktan Pelaksana Cadangan Pangan
Masyarakat serta Lembaga Pembeli Gabah. Sosialisasi ini diharapkan mampu
memotivasi pemerintah untuk menghasilkan kebijakan yang mampu menciptakan
kinerja distribusi pangan yang kondusif dan efisien yang akan memberikan
kontribusi positif khususnya terhadap stabilisasi harga pangan dan menjaga
kondisi pasokan pangan.
Ketahanan pangan merupakan upaya sistematis dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumsi pangan setiap individu dalam suatu wilayah yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif
secara berkelanjutan. Penyediaan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga saat ini
masih terkendala oleh beberapa faktor diantaranya: (i) keterbatasan lahan, (ii)
anomali iklim dan (iii) bencana banjir.
Dalam upaya penyediaan pangan secara mandiri dan keberlanjutan,
diperlukan adanya terobosan program melalui konsep berkebun di pekarangan
rumah atau pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami tanaman produktif (Urban
Farming atau Kawasan Rumah Pangan Lestari), intensifikasi lahan, menanam
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selain itu juga yang harus menjadi
perhatian adalah mengenai pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman
(B2SA) dan terpenuhinya cadangan pangan di Kabupaten Trenggalek.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
23
Potensi produksi tanaman pangan Kabupaten Trenggalek tahun 2015 jika
dikaitkan dengan ketersediaan dan kebutuhan pangan pada tahun 2015
sebagaimana dijabarkan pada Tabel di bawah ini :
Tabel. Ketersediaan dan Kebutuhan Bahan Pangan Kab. Trenggalek Tahun 2015
No. Komoditi Ketersediaan
(ton)
Jumlah
penduduk
Konsumsi/kapita/
tahun (ton)
Kebutuhan
(ton)
Plus/(Minus)
(ton)
1 Padi 184.604,00 797.275 0,0894 71.276,39 99.384,28
2 Jagung 90.959,00 797.275 0,0042 3.348,56 77.324,40
3 Kedelai 10.326,00 797.275 0,0112 8.929,48 863,72
4 Kacang
Tanah 2.907,00
797.275 0,0004 318,91 2.420,78
5 Ubi Kayu 350.727,00 797.275 0,0084 6.697,11 291.420,84
Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kab. Trenggalek, 2016
Dari 5 komoditas unggulan tanaman pangan Kabupaten Trenggalek pada
tahun 2015 seluruh komoditas mengalami surplus bahan pangan. Sedangkan
surplus ketersediaan pangan tertinggi dialami komoditas ubi kayu sebanyak
291.420,84 ton.
Produksi pangan akan meningkat secara optimal bila pendapatan petani
meningkat. Sedangkan pendapatan petani akan meningkat bila produksi pangan
yang dihasilkan mendapatkan imbalan harga yang menguntungkan secara
ekonomi.. Selain itu, untuk ketersediaan modal bagi para Gapoktan, diharapkan
Perbankan bersedia memberikan kredit dengan bunga rendah sehingga mampu
diakses oleh semua kelompok tani.
Gambar. Lumbung Pangan Trenggalek dan Panen Raya Kedelai
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
24
4. Ketersediaan pangan (diambil dari neraca bahan makanan)
Harga bahan pangan yang semakin tinggi, daya beli masyarakat untuk
membeli bahan pangan yang bermutu, bergizi dan aman semakin menurun hal ini
dikawatirkan akan mengakibatkan jumlah penderita gizi buruk meningkat. Untuk
mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui Kantor
Ketahanan Pangan menggelar sosialisasi antisipasi kerawanan pangan untuk kader
pangan Kecamatan tiap tahunnya. Acara tersebut melibatkan kader pangan yang
terdiri dari TimPenggerak PKK Kecamatan, kader pangan Kecamatan, TP PKK
Kabupaten Trenggalek serta Forum Trenggalek Sehat. Kegiatan ini bertujuan untuk
menginformasikan kondisi gizi dan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga tahun
berkenaan, memberi solusi pencegahan dan penanganan kerawanan pangan di
masyarakat, dan terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar
dan terjangkau.
Usaha untuk meningkatkan pangan dalam negeri dan menerapkan atau
diversifikasi konsumsi pangan guna menstabilkan harga bahan pangan agar tetap
terjangkau oleh masyarakat dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya
yang tersedia yaitu melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh
rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan
keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga
sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistemastis pengembangannya.
Pemerintah Kabupaten Trenggalek terus berkomitmen untuk melibatkan
rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan
berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan
perlu dilakukan dalam memberikan semangat untuk menggalakkan budaya
menanam di lahan pekarangan , baik di kota maupun pedesaan. Semua pihak
terutama kader pangan di Desa, Kecamatan maupun Kabupaten untuk bahu
membahu menanggulangi kerawanan pangan ini, sehingga tidak sampai
menimbulkan permasalahan baru seperti mengakibatkan terjadinya kelaparan,
kurang gizi, gizi buruk, gangguan jiwa bahkan sampai kematian.
Sosialisasi/Workshop Antisipasi Kerawanan Pangan
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
25
Sosialisasi P2KP /Workshop Pengembangan Ketersediaan Pangan Non Beras
Bimbingan Teknis Pengolahan Pangan dan Sosialisasi Peningkatan Mutu dan
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan upaya sistematis dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumsi pangan setiap individu dalam suatu wilayah yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif
secara berkelanjutan. Penyediaan pangan di Kabupaten Trenggalek hingga saat ini
masih terkendala oleh beberapa faktor diantaranya: (i) keterbatasan lahan, (ii)
anomali iklim dan (iii) bencana banjir. Atas intensifikasi lahan pertanian dan
pekarangan hasil produksi pangan di Kabupaten Trenggalek mengalami surplus,
bahkan hasil padi dapat dijual ke daerah lain karena melebihi kebutuhan, demikian
juga sayuran. Angka kecukupan gizi masyarakat Tahun 2014 adalah energi sebesar
5.617 kkal/kap/hari dan protein sebesar 270,74 gram/hari. Sedangkan Tahun
2015 Angka Kecukupan Gizi Masyarakat meningkat dimana energi sebesar 5.630
kkal/kap/hari dan protein sebesar 283,84 gram/hari .
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
26
Tabel. Profil Urusan Ketahanan Pangan, Kelautan Perikanan dan Pertanian
No.
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan Realisasi Capaian
Kondisi Kinerja
pada awal periode RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
ASPEK PELAYANAN UMUM
Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar
3 Pangan
3.1 Pola konsumsi masyarakat yang berimbang sesuai skor PPH (Pola Pangan
Harapan)
PPH 57,80 68,30 78,90 89,40 87,89
3.2 Angka Kecukupan Gizi (AKG) masyarakat
kalori/kapita/hari
a. Energi (kkal/kapita/hari)
3.908,00 6.508,00 4.262,00 5.617,00 5.630,00
b. Protein (gr/hari) 142,50 155,43 160,54 270,74 283,84
3.3 Ketersediaan Pangan
a. Padi ton 137.005,60 159.033,06 181.476,39 155.908,69 170.660,66
b. Jagung ton 56.128,97 67.657,95 63.424,18 67.535,81 80.672,95
c. Kedelai ton 6.385,80 7.527,59 5.936,04 7.951,88 9.793,20
d. Kacang Tanah ton 2.623,81 1.593,14 3.560,13 1.899,25 2.739,69
e. Ubi Kayu ton 297.893,55 402.062,75
336.309,30
361.774,45 298.117,95
f. Daging ton 2.462,25 4.317,75 3.528,00 3.738,75 4.329,75
g. Telur ton 1.994,77 1.450,98 1.399,18 1.992,99 2.194,34
h. Susu ton 6.958,97 6.531,56 5.405,32 5.535,14 5.331,98
i. Ikan ton 37.004,22 33.705,54 33.415,62 18.519,10 24.325,46
Layanan Urusan Pilihan
1 Kelautan dan Perikanan
1.1 Jumlah produksi perikanan :
- Perikanan Tangkap 41.101,18 37.086,79 36.568,06 18.550,35 24.751,84
a. Perikanan Laut ton 41.085,70 37.070,40 36.550,16 18.532,23 24.733,49
b. Perairan Umum Daratan
ton 15,48 16,39 17,90 18,12 18,35
- Perikanan Budidaya
a. Pembesaran ton 2.433,20 2.566,79 2.744,44 3.236,76 3.866,35
b. Benih Ikan ekor 22.008.000 27.595.000 26.411.850 26.556.350 27.892.150
1.2 Jumlah RTP Pembudidaya
RTP 1.583 1.892 1.931 1.964 1.998
1.3 Luas Kawasan Budidaya
Ha 17,14 17,99 18,72 19,25 19,96
1.4 Angka Konsumsi Ikan kg/kapita/
tahun
20,43 21,07 22,66 22,88 23,51
1.5 Produksi ikan yang diolah
ton 21.073,70 15.744,19 24.447,27 9.976,83 10.804,66
3 Pertanian
3.1 Jumlah Produksi Hasil Tanaman Pangan
Padi ton 149.220 173.003 177.636 169.608 184.604,00
Jagung ton 64.438 79.663 63.423 79.294 90.959,00
Kedelai Ton 7.019 7.528 5.933 8.367 10.326,00
Ubi Kayu ton 1.668 398 341 509 350.727,00
3.2 Jumlah Produksi Hasil
Perkebunan
Kakao ton 10.609,75 10.652,50 8.689,25 10.475,75 820,10
Kelapa ton 538,75 589,25 319,75 551 10.399,60
Cengkeh ton 170,25 179,25 174,5 179,75 2.462,96
Kopi ton 759,25 767,75 664,75 869,75 291,95
Nilam ton 231,64
Janggelan ton 2.549 828,5 179,25 313,75 243,00
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
27
No.
ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/
INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
DAERAH
Satuan Realisasi Capaian
Kondisi Kinerja
pada awal periode
RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
3.3 Jumlah Produksi Hasil Hortikultura
sayur - sayuran
Cabai ton - 9 - - 437,60
Bawang Merah ton 434,2 615 491,2 640 63,00
Kacang Panjang ton 231 254 350 350 285,20
Sawi ton 128 112,0 61,0 94,0 59,00
Terung ton 271,2 233,2 242,1 224,0 171,00
Jamur ton 71,3 11 2.514 2.824 194,00
Buah Buahan ton
Durian ton 368,4 5.105,6 17.642,3 1.786 15.731,40
Manggis ton 2.161,5 3.440,2 11.179,9 6.124 1.976,60
Salak ton 2.559,4 14.276,4 45.230,1 7.194 5.041,90
Pisang ton 15.338,4 11.899 26.048 25.047 16.786,60
Alpukat ton 254,2 507,6 1.517,9 62 2.217,70
Biofarmaka
Jahe (Gajah, Jewot, Merah, Emprit)
ton 1.412,4 1.624 1.689 1.422 2.071,10
Kunyit ton 2.714 1.565 1.535 1.920 2.084,30
Temulawak ton 1.513 1.240 1.369 1.464 1.215,30
3.2 Jumlah Produk Pertanian yang berdaya
saing
Unit
3.3 Jumlah Poduk Pertanian yang
Meningkat Daya Saingnya (Bersertifikat)
Produk 3
3.4 Jumlah Populasi
Ternak :
a. Sapi Potong ekor 42.560 43.411 29.905 31.431 32.668
b. Sapi Perah ekor 5.405 5.554 4.347 4.567 4.831
c. Kambing ekor 226.470 229.377 233.965 340.635 362.287
d. Domba ekor 20.757 20.137 20.541 9.746 10.230
e. Unggas ekor 2.276.517 3.125.812 3.185.431 3.071.072 3.195.816
Jumlah Produksi :
a. Daging ton 3.283 5.757 4.704 4.985 5.773
b. Telur ton 2.804 1.989 1.918 2.732 3.008
c. Susu ton 8.255 7.748 6.412 6.566 6.325
3.5 Jumlah unit usaha pangan asal hewan yang memperoleh
sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner)
unit - - - - -
3.6 Jumlah unit usaha
pengolahan hasil produksi peternakan yang dibina
unit - - - - 7
Sumber : Rancangan RPJMD Kab. Trenggalek Tahun 2016-2021
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
28
5. Adanya kasus keracunan pestisida pada petani
Tidak ada kasus keracunan pestisida pada petani dalam kurun waktu Tahun
2014-2015. Melalui intensifikasi pembinaan pada kelompok tani tentang
penggunaan bahan pembasmi hama (pestisida) yang ramah lingkungan dan aman.
Pemberian Pestisida di lahan pertanian
6. Adanya penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida
Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir,
menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies hama,
melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga secara
ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan.
Falsafah pengendalian hama yang digunakan adalah
Pengelolaan/Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT tidak pernah mengandalkan
satu taktik pengendalian saja dalam memcahkan permasalahan hama yang timbul,
melainkan dengan tetap mencari alternatif pengendalian yang lain.
Beberapa taktik pengendalian hama yang dikenal meliputi : taktik
pengendalian secara mekanis, fisis, hayati, dengan varietas tahan, mengatur pola
tanam, sanitasi dan eradikasi, dan cara kimiawi.
Penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida
dilaksanakan secara rutin. Kegiatan penyuluhan pengendalian hama terpadu
maupun penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dilaksanakan oleh petugas
penyuluh pertanian pada masing – masing kecamatan, baik kepada kelompok tani
maupun pembinaan lapangan pada petani. Disamping itu juga telah dilakukan
Demplot pada tiap – tiap kecamatan.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
29
Pengendalian hama terpadu pada awalnya muncul akibat penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan pada pertanian. Setelah pesitsida sintetis
dikembangkan banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah hama telah
selesai dan diperkirakan bahwa pada suatu saat hama yang biasa merusak
tanaman hanya dapat ditemukan di museum. Pestisida sintetis semakin
dikembangkan dan penggunaannya semakin luas yang mengakibatkan timbulnya
resistensi, residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia, munculnya hama baru,
dan pencemaran terhadap lingkungan.
Penggunaan pestisida pertanian berpotensi menimbulkan dampak negatif
bagi pengguna, konsumen, lingkungan, serta dampak sosial ekonomi. Oleh karena
itu, Penggunaan pestisida harus dilakukan secara hati-hati. Tujuan penggunaan
pestisida harus ditekankan untuk menurunkan populasi hama, menghentikan
serangan penyakit, dan mengendalikan gulma agar keberadaanya tidak
menyebabkan kerugianekonomis atau bisa menekan kehilangan hasil pertanian
Pestisida tidak dimaksudkan untuk menaikan produksi tanaman, tidak pula
untuk menyuburkan tanaman. Jika produksi tanaman yang diperlakukan dengan
pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi aplikasi
pestisida, hal tersebut merupakan konsekuensi logis. Sebagai contoh, jika petak
yang tidak mendapatkan aplikasi pestisida sebagian hasilnya hilang kareana
dirusak OPT, petak yang mendapatkan aplikasi pestisida mengeluarkan hasil yang
normal.
Memang ada beberapa bahan aktif pestisida memiliki efek fitotonik seperti
pada beberapa senyawa triazole. Namun, efek ini harus dianggap sebagai efek
samping saja, bukan tujuan utama penggunaan pestisida. Untuk menghindari atau
menekan hal-hal yang tidak diinginkan, penggunaan pestisida pertanian
sebaiknya memperhatikan tiga prinsip berikut :
1. Digunakan secara legal artinya penggunaan pestisida tidak boleh bertentangan
dengan peraturan atau perundangan yang berlaku di Indonesia
2. Digunakan secara benar harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuatnya
atau lembaga yang berwenang. Selain itu, pengguna juga harus memperhatikan
syarat-syarat teknis sesuai dengan metode aplikasi yang digunakan. Pestisida
yang digunakan harus mampu menampilkan efikasi biologisnya yang optimal.
Efikasi biologis (biological efficacy) adalah kemampuan pestisida untuk
mengendalikan OPT sasaran seperti yang dicantumkan dalam label atau
petunjuk penggunaan. Penggunaan secara benar bertujuan untuk
mengefektifkan kerja pestisida
3. Digunakan secara bijaksana harus sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu
mengendalikan OPT. Penggunaan pestisida yang bijaksana adalah penggunaan
pestisida yang lebih rasional, lebih mengedepankan akal sehat daripada emosi.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
30
Dalam pelaksanannya, pengguna perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Penggunaan pestisida yang bijaksana tidak berdampak negatif bagi keselamatan
pengguna, konsumen, dan kelestarian lingkungan
Pengguna pestisida yang bijaksana sejalan dengan konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT)
Penggunaan pestisida yang bijaksana seharusnya mengikutsertakan manajemen
resistensi untuk mencegah atau menunda terjadinya resistensi OPT terhadap
pestisida
Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berati penggunaan pestisida yang
tidak berlebihan dan ekonomis
Tidak ada kasus keracunan pestisida pada petani dalam kurun waktu Tahun 2014-
2015 di Kabupaten Trenggalek. Hal ini diantisipasi melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi
pembinaan dan penyuluhan oleh Penyuluh-penyuluh pertanian di Kabupaten Trenggalek
pada kelompok tani tentang penggunaan bahan pembasmi hama (pestisida) yang ramah
lingkungan dan aman.
Temu Penyuluh Pertanian Se-Kabupaten Trenggalek
7. Berfungsinya lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (koperasi,
kelompok tani)
Ketahanan pangan masyaratkan terwujudnya secara simultan ketersediaan
pangan yang cukup dan merata di seluruh wilayah, sekaligus kemampuan setiap
rumah tangga mengkonsumsi pangan yang cukup untuk hidup sehat dan produktif.
Untuk itu, pembangunan ketahanan pangan antara lain harus mencakup
peningkatan kapasitas penyediaan pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penduduk yang terus berkembang sekaligus peningkatan kemampuan akses rumah
tangga terhadap pangan yang cukup, baik dari produksi sendiri maupun dari
pasar/membeli. Disamping itu, pembangunan ketahanan pangan juga mencakup
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
31
upaya membangun kemandirian pangan, yaitu memenuhi kebutuhan pangan
dengan mengoptimalkan sumber daya domestik agar dalam pemenuhan pangan
pokoknya tidak tergantung pihak lain.
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat merupakan kegiatan
dalam rangka meningkatkan kemampuan Gapoktan di wilayah sentra produksi padi
agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/
memasarkan/mengolah hasil produksi pangannya disaat menghadapi panen raya
dan mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan anggotanya disaat menghadapi
paceklik. Pada umumnya disaat panen raya bersamaan dengan datangnya musim
hujan, dimana petani mengalami kesulitan untuk mengeringkan gabah sehingga
mereka menjual kepada pelepas uang dengan harga yang sangat murah.
Dampaknya harga gabah/beras di tingkat petani jatuh sehingga petani sebagai
produsen pangan selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan.
Sedangkan di sisi lain petani disaat mereka tidak mempunyai panen (saat paceklik),
maka petani akan menjadi konsumen, sehingga mereka membutuhkan akses
terhadap pangan untuk kebutuhan anggota keluarganya.
Mengingat petani selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan di
saat menghadapi panen maupun menghadapi paceklik, Pemerintah Kabupaten
Trenggalek telah memfasilitasi dan mendorong petani untuk tidak berjalan sendiri-
sendiri tetapi dapat membangun kebersamaan dalam bentuk kumpulan petani
dalam satu kelompok tani (Poktan) ataupun bergabung dalam bentuk gabungan
kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kesamaan kepentingan dan kesamaan
masalah yang dihadapi, sehingga mereka mempunyai kekuatan yang sama untuk
meningkatkan posisi tawar khususnya dalam mendistribusikan hasil panennya
pada saat panen raya maupun mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitra
usahanya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi Gapoktan dan anggotanya.
Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat pemerintah
mendorong Gapoktan agar mampu memberdayakan seluruh sumberdaya yang
dimiliki dalam upaya meningkatkan daya saing dan pendapatan serta
kesejahateraan anggota.
Bagi petani-petani yang berada dalam wadah Gapoktan, dapat terpenuhi
kebutuhan pokok pangannya jika mereka memerlukan. Hal ini mengingat dalam
aktivitas kegiatan LDPM terdapat usaha pengembangan cadangan pangan untuk
tujuan memudahkan petani anggota mengakses pangan, khususnya pada saat
paceklik. Melalui pendekatan ini para anggota petani mampu memenuhi kebutuhan
hidup yang paling mendasar untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-hari
menjadi lebih produktif. Disisi lain, diharapkan Gapoktan mampu memberdayakan
unit usahanya agar mampu membeli gabah/beras/ terutama dari hasil produksi
petani anggotanya dengan harga serendah-rendahnya sesuai dengan HPP.
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
32
Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (koperasi, kelompok
tani). Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat berfungsi dengan baik.
Lembaga terkait meliputi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi Tani, Kios
Usaha Tani, pertokoan maupun pasar.
Sosialisasi Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K)
Peringatan Hari Tani Nasional
Pemberian Bantuan Handtractor sebanyak 93 unit kepada GAPOKTAN
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
33
8. Adanya program pertanian organik oleh pemerintah dan masyarakat
Program pertanian organik diintensifkan di Kabupaten Trenggalek baik oleh
pemerintah maupun masyarakat melalui pemanfaatan pupuk organik maupun
penggunaan pestisida ramah lingkungan. Disamping itu juga optimalisasi
pembudayaan kompos yang berasal dari sampah kandang, dapur maupun limbah
tanaman lainnya.
Program pertanian organik di Kabupaten Trenggalek sudah dikembangkan,
salah satunya dengan dikembangkannya padi organik di Desa Cakul Kecamatan
Dongko. Padi Organik yang dikembangkan sudah mendapatkan Sertifikat Organik
dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman dengan Standar SNI. Sertifikat Organik
diserahkan oleh Wakil Menteri Pertanian di Jakarta pada acara Pameran Komoditas
Organik se-Indonesia pada tahun 2014.
Sertifikat Padi Organik
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
34
Kecamatan Pule yang meliputi :
a. Sentra Olahan Janggelan
b. Perkebunan Organik
Kecamatan Dongko yang meliputi :
a. Pertanian Organik
Kecamatan Kampak yang meliputi :
a. Sentra Produksi Padi
b. Pasar Agrobisnis
Kecamatan Durenan yang meliputi :
a. Sentra Produksi Padi
b. Sentra Produksi Jagung
Kecamatan Karangan yang meliputi :
a. Kakao Land UPH Karangan
b. Sentra Produksi Kedelai
Kecamatan Bendungan yang meliputi :
a. Kawasan Agropolitan
b. Kawasan Selingkar Wilis
c. Kebun Kopi Dilem Wilis
LOKASI UNGGULAN
Indikator Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat Di Kabupaten Trenggalek Tatanan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi
35
PROGRAM KABUPATEN/KOTA SEHAT