indikator kesejahteraan 2014
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
1/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
2/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
3/70
Indikator Kesejahteraan RakyatProvinsi Maluku Utara
2014
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
4/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
5/70
Indikator Kesejahteraan RakyatMaluku Utara 2014
Nomor ISSN : 2460-7495Nomor Publikasi : 82520.1509Katalog BPS : 4102004.82Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cmJumlah Halaman : xiv + 50 Halaman
Naskah : Bidang Statistik Sosial
Pengolah : Bidang Statistik Sosial
Gambar Kulit : Bidang Statistik Sosial
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
Boleh d ikut ip dengan menyebutkan sumb ernya
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
6/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
7/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 iii
KATA PENGANTAR
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 merupakan
publikasi tahunan BPS Provinsi Maluku Utara penerbitan ke-14 yang menyajikan data
mengenai tingkat kesejahteraan rakyat Maluku Utara antar kabupaten/kota dan tipe
daerah. Data utama yang digunakan bersumber dari Sensus Penduduk, Susenas, Sakernas,
dan Maluku Utara Dalam Angka.
Publikasi ini menyajikan aspek-aspek kesejahteraan yang datanya tersedia dan
terukur. Untuk memudahkan interpretasi, perubahan tingkat kesejahteraan dikaji
menurut berbagai bidang yang mencakup kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan,
dan ketenagakerjaan yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup.
Kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
dalam proses penyusunan publikasi ini, kami sampaikan penghargaan terima kasih. Kritik
dan saran membangun untuk perbaikan publikasi di masa yang akan datang sangat
diharapkan.
Ternate, November 2015
Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Maluku Utara
M. Habibullah
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
8/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 iv
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
9/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 v
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................... iiiDaftar Isi ............................................................................................................. v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar ...................................................................................................... ix
Singkatan dan Akronim ......................................................................................... x
Abstraksi ............................................................................................................. xi
1. Kependudukan ............................................................................................ 1
2.
Kesehatan dan Gizi ...................................................................................... 9
3. Pendidikan .................................................................................................. 21
4. Ketenagakerjaan .......................................................................................... 33
Daftar Pustaka .................................................................................................. 43
Istilah Teknis .................................................................................................. 45
Sumber Data .................................................................................................. 49
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
10/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 vi
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
11/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 vii
DAFTAR TABEL
Halaman
KEPENDUDUKAN
1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan,
2014 .......................................................................................................... 6
1.2 Persentase Wanita menurut Usia pada Perkawinan Pertama dan,
Tipe Daerah 2014 ..................................................................................... 7
KESEHATAN DAN GIZI
2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup, 2011-2014 .................. 10
2.2 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Diberi ASI dan
Lamanya diberi ASI menurut Tipe Daerah, 2011 dan 2014 ...................... 12
2.3 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi menurut
Tipe Daerah, 2014 .................................................................................... 13
2.4 Banyaknya Sarana/Fasilitas Kesehatan, 2013-2014 ................................. 15
2.5 Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir dan
Tipe Daerah, 2014 .................................................................................... 16
2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis
Obat/Cara Pengobatan yang di Gunakan dan Tipe Daerah,
2014 .......................................................................................................... 17
2.7 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat
Berobat dan Tipe Daerah, 2014 ................................................................ 18
PENDIDIKAN
3.1 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah,
2013-2014.................................................................................................. 233.2 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) menurut Jenis Kelamin dan
Tipe Daerah, 2013-2014 ............................................................................ 25
3.3 Persentase penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat
Pendidikan dan Tipe Daerah, 2014 .......................................................... 27
3.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Jenis
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
12/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 viii
Kelamin dan Tipe Daerah, 2014 ............................................................... 29
3.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Usia Sekolah, Jenis
Kelamin dan Tipe Daerah, 2014 ............................................................... 30
KETENAGAKERJAAN
4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
selama Seminggu yang Lalu, 2013 dan 2014 ............................................ 34
4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014 ........................................................... 36
4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2013-2014 ......................................................................... 37
4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang BekerjaSeminggu yang Lalu menurut Kelompok Lapangan Usaha dan
Tipe Daerah, 2013 dan 2014 .................................................................... 39
4.5 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan dan Tipe
Daerah, 2013 dan 2014 ............................................................................ 40
4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja
selama Seminggu dan Tipe Daerah, 2011-2014 ....................................... 42
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
13/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2012-2014 ......................................... 2
1.2 Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk, 2014 ............... 4
1.3 Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2014 ........................... 5
2.1 Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit menurut Daerah
Tempat Tinggal, 2014 ................................................................................ 11
3.1 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut
Tipe Daerah, 2011-2014 ............................................................................ 22
4.1 TPAK menurut Tipe Daerah, 2011-2014 .................................................... 35
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
14/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 x
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
15/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xi
SINGKATAN DAN AKRONIM
APK : Angka Partisipasi Kasar
APM : Angka Partisipasi MurniASI : Air Susu Ibu
BPS : Badan Pusat Statistik
D1/D2/D3 : Diploma 1/ Diploma 2 / Diploma3
K : Perkotaan
D : Perdesaan
K + D : Perkotaan + Perdesaan
L : Laki-laki
P : Perempuan
L+P : Laki-laki + Perempuan
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Puskesmas Pembantu
MI : Madrasah Ibtidaiyah
Sakernas : Survey Angkatan Kerja Nasional
SD : Sekolah Dasar
SM : Sekolah Menengah
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SMLB : Sekolah Menengah Luar BiasaSMP : Sekolah Menengah Pertama
SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SP : Sensus Penduduk
Susenas : Survey Sosial Ekonomi Nasional
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka
Wajar : Wajib Belajar
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
16/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xii
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
17/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xiii
ABSTRAKSI
Publikasi ini menyajikan gambaran mengenai taraf kesejahteraan rakyat
Provinsi Maluku Utara, perkembangannya antar waktu serta perbandingannya antar
kabupaten/kota dan daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaaan). Dimensi
kesejahteraan rakyat yang diamati dalam publikasi ini meliputi kependudukan,
pendidikan, kesehatan dan gizi, ketenagakerjaan, pola konsumsi rumah tangga,
perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan secara terpisah dan merupakan Bab
tersendiri. Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang dapat
diamati dan dapat diukur (measurable welfare) dengan menggunakan indikator tunggal
maupun indikator komposit.
Taraf kesejahteraan rakyat Maluku Utara jika dilihat dari beberapa indikator,
menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu, antara lain:
Angka beban ketergantungan turun dari 62,47 pada 2013 menjadi 61,60 pada 2014.
Selama tiga tahun terakhir, angka melek huruf terus mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
Tingkat pengangguran terbuka yang terus mengalami penurunan selama tiga tahun
terakhir.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
18/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 xiv
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
19/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 1
Penduduk sebagai sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam
menggerakkan pembangunan ekonomi suatu wilayah, karena permasalahan
kependudukan tidak hany amenyangkut kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi juga
menyangkut masalah sosial budaya, ekonomi, polotik, pertahanan dan keamananyang
sngat berpengaruh dalam upaya peningkatan pemerataan kesejahteraan rakyat. Masalah
kependudukan masih menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Penduduk sebagai
pelaku maupun objek pembangunan otomatis menjadi modal utama yang diperlukan
demi berhasilnya kegiatan pembangunan di suatu wilayah. Namun, pemasalahan
kependudukan seperti tidak ada habisnya. Salah satu masalah yang masih menjadi fokus
utam pemerintah dalam beberapa tahun belakanagan selain jumlah, komposisi dan
distribusi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu data
kependudukan yang akurat dan tepat waktu sangat dibuuhkan dalam upaya penyelesaian
masalah-masalah tersebut.
Dalam proses pembanguan, disamping sebagai pelaksana pembangunan,
penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti
peningkatan kesejahteraan, kesehatan , keamanan, kualitas sumber daya manusia dan
sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu perhatian yang
lebih baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat
menunjang keberhasilan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang
keberhasilan pembangunan.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk suatu wilayah merupakan nilai yang
mengindikasikan pertumbuhan penduduk dari suatu period eke periode yang lain.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
20/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20142
Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat tanpa diimbangi dengan meningkatnya
kualitas sumber daya manusia itu sendiri, justru hanya akan menyebabkan masalah-
masalah berikutnya. Masalah-masalah yang mungkin akan timbul dengan tidak sejalannya
pertumbuhan penduduk dengan menambahnya jumlah pengangguran karena terkadang
kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan tidak terpenuhi yang berdampak makin
meningkatnya tingkat kriminalitas di masyarakat dsb.
Jumlah penduduk di Maluku Utara dari tahun ke tahun terus meningkat.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2010-2020, jumlah penduduk Maluku Utara pada
2012 mencapai 1.091.075 jiwa. Pada 2014, jumlah penduduk Maluku Utara meningkat
menjadi sebanyak 1.138.667 jiwa. Penduduk Maluku Utara menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada gambar 1.1
Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020
Gambar 1.1 Penduduk menurut Jenis Kelamin, 2012-2014
557.235
533.840
569.264
545.633
581.264
557.403
Laki-Laki Perempuan
2012 2013 2014
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
21/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 3
Dalam periode 2012-2014, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Selama periode tersebut jumlah laki-laki lebih dari separuh jumlah penduduk
Maluku Utara.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk yang merata merupakan suatu indikator keberhasilan
suatu pembangunan. Hal ini dikarenakan jika persebaran penduduk tidak merata berarti
pembangunan juga tidak merata
Untuk itu, masalah penyebaran penduduk yang tidak merata dirasa perlu
mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak
seimbang antar wilayah. Kepadatan penduduk merupakan indikator dalam mengetahui
persebaran penduduk. Kepadatan penduduk terbagi 3, yaitu kepadatan penduduk kasar,
kepadatan penduduk fisiologis dan kepadtan penduduk agraris. Kepadatan penduduk
kasar merupakan ukuran persebaran yang umum digunakan, karena selain kemudahan
dalam penghitungan, juga data yang dibutuhkan sederhana.
Jika dilihat dari pola persebaran penduduk, Provinsi Maluku Utara merupakan
daerah kepulauan dengan persebaran penduduk antar kabupaten/kota yang masih
timpang. Berdasarkan Gambar 1.2, Kota Ternate adalah kota dengan luas daratan paling
sempit di Maluku Utara. Luasnya hanya 0,56 persen dari seluruh daratan di Maluku Utara.
Akan tetapi berdasarkan persebaran penduduk Maluku Utara 2013, kota Ternate dihuni
sekitar 18,18 persen penduduk Maluku Utara. Sebaliknya, Kepulauan Sula sebagai
kabupaten dengan wilayah daratan terluas (luasnya sekitar 21,37 persen dari seluruh
wilayah daratan Maluku Utara). Namun hanya dihuni oleh sekitar 12,64 persen dari
jumlah penduduk Maluku Utara. Kondisi lebih ekstrim terjadi di Tidore Kepulauan, sebagai
daerah terluas kedua. 21,22 persen daratan Maluku, namun hanya 8,48 persen penduduk
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
22/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20144
Maluku Utara yang tinggal di kota ini. Dari persebaran penduduk ini dapat dilihat bahwa
penyebaran penduduk di Maluku Utara belum merata.
Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020
Gambar 1.2 Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk, 2014
Ketimpangan persebaran penduduk di Maluku Utara menyebabkan kepadatan
penduduk di masing-masing kabupaten/kota tidak merata. Kepadatan penduduk di
Ternate yang luasnya paling kecil dari seluruh wilayah daratan Maluku Utara, secara
umum, kepadatan penduduk di Maluku Utara pada 2014 mencapai 35,58 jiwa per km2.
Terdapat empat kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan penduduk lebih tinggi dari
kepadatan provinsi, yaitu Kepulauan Sula (52,14 jiwa per km2), Tidore Kepulauan (58,22
jiwa per km2), Halmahera Barat (62,82 per km
2) dan Ternate (1.865,42 per km
2).
0,56
18,25
1,10
5,19
5,05
4,25
5,80
9,55
10,99
15,51
14,44
7,28
19,48
18,9521,22
8,41
21,3712,60
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Persentase WilayahDaratan
Persebaran Penduduk
Kepulauan Sula
Tidore Kepulauan
Halmahera Selatan
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Pulau Morotai
Ternate
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
23/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 5
Sumber: BPS, Diolah dari Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2020
Gambar 1.3 Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2014
Tingginya kepadatan penduduk di Kota Ternate sebagai wilayah tersempit di
Maluku Utara mengindikasikan bahwa Ternate menjadi pilihan utama bagi para migran.
Meskipun ibu kota provinsi sudah pindah ke Sofifi (Tidore Kepulauan), namun semua
kegiatan masih terpusat di Ternate. Selain itu fasilitas-fasilitas umum di Ternate lebih
lengkap dibandingkan daerah lain.
Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota diharapkan lebih proaktif untuk
meningkatkan infrastrukturnya sehingga bisa meningkatkan daya tarik daerah masing-
masing dan dapat mewujudkan persebaran dan kepadatan penduduk yang merata.
12,6218,24
23,87 26,48
35,58
45,31
52,1458,22
63,82
1.865,42
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Haltim Halteng Pulmor Halsel Provinsi Halut Kepsul Tikep Halbar Ternate
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
24/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20146
Angka Beban Ketergantungan
Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin
dari semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok usia
0-14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin
kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia
produktif (15-64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban
yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif.
Tabel 1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan menurut Tipe
Daerah, 2014
Tipe DaerahUmur Angka Beban
Ketergantungan
(Jiwa)0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun +
(1) (2) (3) (4) (5)
K 31,84 65,51 2,64 52,63
D 36,5 60,49 3,01 65,32
K+D 36,21 61,88 2,91 61,60Sumber: BPS, Susenas 2014
Berdasarkan Tabel 1.1 pada 2014 angka beban ketergantungan di Maluku Utara
sebesar 61,60, artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
sekitar 62 penduduk usia tidak produktif. Jika dilihat dari tipe daerah, angka beban
ketergantungan di daerah perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkanperkotaan. Hal ini
bisa disebabkan karena di daerah perkotaan jaminan hidup layak lebih tinggi di banding di
perdesaan. Di perkotaan, lapangan dan kesempatan pekerjaan terbuka lebih luas, fasilitas-
fasilitas umum seperti sarana pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya lebih banyak
tersedia dan lebih mudah dijangkau. Sehingga lebih banyak penduduk usia produktif (15-
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
25/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 7
64 tahun) yang datang ke perkotaan untuk meningkatkan kualitas diri dan
kesejahteraannya.
Umur Perkawinan Pertama
Umur perkawinan pertama merupakan salah satu variabel antara yang
berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan pertama,
secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang
berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan.
Tabel 1.2 Persentase Wanita menurut Umur pada Perkawinan Pertama dan Tipe Daerah,
2014
Tipe DaerahUmur
< 16 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 25 Tahun +
(1) (2) (3) (4) (5)
K 8,47 17,11 56,5 17,91
D 12,09 27,39 50,62 9,9
K+D 11,12 24,62 52,2 12,06
Sumber: BPS, Susenas 2013
Seorang wanita yang berumur kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk
menghadapi kehidupan berumahtangga dan seksual. Pada 2013, wanita yang menikah di
umur kurang dari 16 tahun hanya sebesar 3,99 persen. Sedangkan pada umur yang
dianggap sudah cukup matang untuk memasuki kehidupan berumahtangga dan seksual
adalah 19-24 tahun. Di Maluku Utara, wanita yang melakukan perkawinan pertama di
umur 19-24 tahun pada 2013 sudah cukup tinggi, yaitu 50,50 persen.
Persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur kurang
dari 16 tahun cenderung lebih tinggi di daerah perdesaan jika dibandingkan dengan yang
tinggal di perkotaan. Demikian pula yang terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
26/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 20148
Sebaliknya pada kelompok umur 19-24 tahun dan kelompok umur 25 tahun ke atas di
perkotaan memiliki persentase yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
27/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 9
Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu
pembangunan. Karena selain sebagai objek pembangunan, sumber daya manusia juga
merupakan subjek pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas selain sebagai
salah satu hasil pembangunan, jika merupakan penggerak keberhasilan pembangunan itu
sendiri.
Untuk melihat kualitas sumber daya manusia, dapat ditentukan dari dua aspek,
yaitu fisik dan non fisik. Drai segi fisik terukur dari derajat kesehatan. Indikator utama
biasanya digunakan untuk melihat derajat kesehatan adalah angga kematian bayi dan
angka harapan hidup. Selain derajat kesehatan, aspek penting lain dari kualitas fisik
penduduk adalah upaya peningkatan derajat dan status kesehatan masyarakat yang dapat
digambarkan dengan beberapa indikator pemanfaatankesehatan seperti cakupan
imunisasi serta penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis
pengobatan yang dilakukan.
Pemerintah telah berupaya melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan.
Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga
berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pos
obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air minum bersih.
Derajat dan Status Kesehatan Penduduk
Dalam suatu Negara diupayakan meningkanya angka harapan hidup
penduduknya yang mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduknya.
Selain angka harapan hidup, angka kematian juga merupakan salah satu indikator yang
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
28/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 10
digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan suatu daerah. Anhka kematian yang biasa
digunakan adalah angka kematian bayi.
Angka harapan hidup merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani
seseorang di suatu wilayah tertentu dengan mempertimbangkan kondisi mortalitas di
wilayah tersebut. Angka harapan hidup biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam program peningkatan kesejahteraan rakyat.
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 terjadi penurunan angka kematian bayi selama periode 2011-2014. Pada 2011 angka
kematian bayi mencapai 39,16 per 1000 kelahiran hidup menjadi 38,37 per 1000 kelahiran
bayi pada tahun 2012, dan terus menurun hingga menjadi 37,63 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2013. Sebaliknya angka harapan hidup penduduk Maluku Utara mengalami
kenaikan dari 66,87 pada 2011 menjadi 67.05 tahun pada 2012 dan terus meningkat
menjadi 67,42 tahun pada 2014. Kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang lahir pada
2014 diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 67,42 tahun.
Indikator Kesehatan 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
Angka Kematian Bayi 39,16 38,37 37,63 36,98
Angka Harapan Hidup (tahun) 66,87 67,05 67,24 67,42
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
Tabel 2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup, 2011-2014
Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan
penduduk pada waktu tertentu. Penduduk yang sakit dapat didefinisikan dengan
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sampai mengakibatkan terganggunya
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
29/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
30/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 12
pembentukan. ASI terbukti mampu meningkatkan daya tahan tumbuh balita. Tubuh balita
memang sangat rentan terhadap penyakit, untuk itu dibutuhkan ASI sebagai tameng yang
melindungi balita dari bahanya penyakit. Oleh karena itu, pemberian ASI saja tanpa
makanan dan minuman lain sangat dianjurkan bersama dengan makanan dan minuman
lain sangat dianjurkan bersama dengan makanan tambahan, ASI diberikan hingga usia 2
tahun (24 bulan).
Anak usia 2-4 tahun yang pernah diberi ASI pada 2013 sebanyak 96.70 persen
dan mengalalami penurunan pada 2014 menjadi 95.16 persen. Penurunan persentase
anak pernah diberi ASI terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan, seperti disajikan
pada Tabel 2.2
2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
K 95,38 92,48 16,73 15,59
D 97,15 96,12 17,58 16,50
K + D 96,70 95,16 17,37 16,28
Sumber : BPS, Susenas 2013-2014
Rata-Rata Lama Diberi ASI
(Bulan)
Tabel 2.2 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Diberi Asi dan
Lamanya Diberi ASI menurut Tipe Daerah,
2013 dan 2014
Tipe Daerah
Anak Usia 2-4 Tahun yang
Pernah Diberi ASI (%)
Bila dibedakan menurut tipe daerah, selama dua tahun terakhir persentase
anak usia 2-4 tahun yang mendapatkan ASI di perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan
di perkotaan. Sedangkan jika dilihat dari lamanya pemberian ASI, rata-rata anak usia 2-4
tahun di Maluku Utara diberi ASI selama 16,28 bulan. Angka ini masih di bawah angka
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
31/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 13
anjuran kesehatan, dimana seorang anak seharusnya diberi ASI selama 24 bulan (2 tahun).
Oleh karena itu, masih perlu adanya upaya nyata yang dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya ASI bagi balita dengan harapan setiap balita di Maluku Utara
bisa mendapatkan ASI sesuai anjuran kesehatan.
Namun demikian dapat dikatakan bahwa peluang anak usia 2-4 tahun untuk
mendapatkan tingkat imunitas dan pertumbuhan yang lebih baik ternyata lebih banyak
terjadi di perdesaan, hal tersebut dapat dimaklumi mengingat lebih banyak ibu-ibu yang
tinggal di perdesaan yang mempunyai banyak waktu di rumah sehingga kesempatan untuk
memberi ASI anaknya lebih besar bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggal di
perkotaan yang cenderung lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja di luar rumah.
Tipe Daerah BCG DPT Polio Campak Hepatitis B
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
K 97,28 93,07 93,78 83,89 91,81
D 92,10 90,41 89,92 80,64 87,60
K + D 93,49 91,12 90,96 81,51 88,74
Sumber: BPS, Susenas 2014
Tabel 2.3 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi menurut Tipe
Daerah, 2014
Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan
kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi sangat diperlukan bagi
perkembangan dan peningkatan kekebalan daya tahan tubuh balita agar sistem
pertahanan tubuhnya kuat terhadap suatu penyakit. Anak yang mendapat imunisasi dasar
lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
32/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 14
penularan kepada orang sekitarnya. Jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada balita
adalah BCG, DPT, Polio, Campak/Morbili dan Hepatitis B.
Berdasarkan hasil susenas 2014. Mayoritas balita sudah mendapatkan imunisasi
yang wajib, yaitu sudah lebih dari 90 persen, kecuali untuk campak. Balita yang pernah
mendapatkan imunisasi campak baru 81,51 persen. Rendahnya balita yang mendapatkan
imunisasi campak terjadi baik di daerah maupun perkotaan maupun perdesaan, masing-
masing hanya sebesar 83,89 persen dan 80,64 persen.
Pemanfaatan Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan
salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan
penduduk. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun, ketersediaan
dan kualitasnya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang ada saat ini. Pada Tabel 2.5 disajikan perkembangan jumlah rumah sakit, puskesmas,
dan puskesmas pembantu yang ada di Provinsi Maluku Utara 2013-2014.
Ketersediaan puskesmas selama periode 2013-2014vmengalami penambahan,
banyaknya rumah sakit, rumah sakit bersalin dan klinik/balai kesehatan tidak mengalami
perubahan. Banyaknya puskesmas dari 123 unit pada 2013, bertambah menjadi 131 unit
pada 2014. Ketersediaan sarana/fasilitas kesehatan perlu untuk ditambah, baik kuantitas
maupun kualitasnya demi mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan
penduduk di Maluku Utara.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
33/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 15
.
Sarana/Fasilitas Kesehatan 2013 2014
(1) (2) (3)
Rumah Sakit 21 21
Rumah Sakit Bersalin 1 1
Puskesmas 123 131
Posyandu 1.253 1.391
Klini k/Bala i Keseha tan 3 3
Polindes 293 272
Sumber: BPS, Maluku Utara Dalam Angka
Tabel 2.4 Banyaknya Sarana/Fasilitas Kesehatan, 2013-2014
Selain peningkatan fasilitas kesehatan, yang tidak kalah pentingnya adalah
tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik
jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya
menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat melahirkan, dimana pemerintah
mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayiyang dilahirkannya.
Pada umumnya, penduduk di perkotaan cenderung memilih tenaga kesehatan
khususnya bidan sebagai penolong persalinan. Sedangkan di perdesaan, persalinan lebih
banyak dilakukan oleh bukan tenaga kesehatan khususnya dukun bersalin. Tabel 2.5
menunjukkan bahwa secara umum pada 2014, persalinan lebih banyak ditolong oleh
tenaga medis (59,46 persen) dan mayoritas terjadi di daerah perkotaan (86,67 persen).
Namun demikian, di perdesaan persalinan paling banyak ditolong oleh dukun bersalin
yang mencapai 47,62 persen.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
34/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 16
Penolong Persalinan K D K + D
(1) (2) (3) (4)
Tenaga Kesehatan 86,67 49,46 59,46
Dokter 33,77 6,08 13,52
Bidan 52,90 42,11 45,01
Tenaga Medis Lainnya 0,00 1,27 0,93
Bukan Tenaga Kesehatan 11,10 48,47 38,44
Dukun Bersal in 11,10 47,62 37,82
Fami l i & Lainnya 0,00 0,85 0,62
Sumber: BPS, Susenas 2014
Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir
dan Tipe Daerah, 2014
Tingginya penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun bersalin bisa
disebabkan oleh belum meratanya persebaran tenaga medis sampai wilayah perdesaan,
sulitnya wilayah geografis untuk menjangkau puskesmas/pustu, dan faktor ekonomi
masyarakat. Selain itu, faktor budaya yang melekat pada masyarakat tertentu dapat
menimbulkan dan membangun pola pikir yang salah tentang tenaga medis sehingga
mereka kurang percaya pada tenaga medis.
Peningkatan status kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari jenis
pengobatan yang dilakukan. Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada
umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat
jalan.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
35/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 17
Jenis Obat K D K + D
(1) (2) (3) (4)
Modern 83,06 56,71 62,85
Tradis ional 6,61 12,26 10,94
La innya 0,00 0,85 0,65
Modern + Tradis ional 9,39 24,55 21,01
Modern + La in 0,76 1,40 1,25
Tradis ional + La in 0,19 0,58 0,49
Modern + Tradis ional + La in 0,00 3,66 2,81
% Penduduk yang Berobat
Sendiri70,96 74,25 73,46
Sumber: BPS, Susenas 2014
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis
Obat/Cara Pengobatan yang Digunakan
dan Tipe Daerah, 2014
Pada 2014, 73,46 persen penduduk yang sakit memilih untuk berobat sendiri.
Antara penduduk perkotaan dan perdesaan, penduduk di perkotaan cenderung memilih
untuk mengobati sendiri penyakitnya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya
persentase penduduk yang berobat sendidri di perdesaan dibandingkan perkotaan yaitu
74,25 persen berbanding 70.96 persen.
Penduduk yang berobat sendiri biasanya menggunakan obat/cara pengobatan
tradisional, modern, dan lainnya (bahan makanan suplemen/pelengkap alami). Tabel 2.6
menunjukkan bahwa penduduk yang menderita sakit lebih memilih menggunakan obat
modern dari pada tradisional atau lainnya. Kondisi yang sama terjadi baik di perkotaan
maupu perdesaan. Dapat disimpulkan bahwa di Maluku Utara baik di perkotaan maupun
perdesaan memiliki karakteristik yang sama dalam memilih obat yang digunakan untuk
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
36/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 18
mengobati sakitnya, yaitu cenderung memilih obat modern atau campuran obat modern
dan tradisional.
Tempat Berobat K D K + D
(1) (2) (3) (4)
Rumah Saki t Pemerintah 9,47 10,36 10,11
Rumah Saki t Swasta 3,00 1,94 2,24
Praktek Dokter/Kl inik 42,87 9,29 18,84
Puskesmas/Pustu 35,80 58,80 52,26
Pratek Nakes 7,06 12,13 10,69
Lainnya* 1,80 7,48 5,86
% Penduduk yang Berobat Jalan 47,58 38,12 40,40
* Lainnya : Praktek Batra, Dukun Bersal in, dan lainnya.
Sumber: BPS, Susenas 2014
Tabel 2.7 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut
Tempat Berobat dan Tipe Daerah, 2014
Berdasarkan tempat untuk berobat jalan, fasilitas kesehatan yang sering
digunakan penduduk Maluku Utara pada 2014 adalah puskesmas/pustu (52,26 persen),
praktek dokter/klinik (18,84 persen), praktek tenaga kesehatan (10,69 persen).
Puskesmas/pustu di Maluku Utara merupakan fasilitas kesehatan yang paling abnyak
dijumpai hampir di setiap Kecamatan dibandingkan fasilitas kesehatan modern lainnya.
Sehingga sangat wajar jika persentase penduduk Maluku utara yang berobat jalan di
pukesmas/pustu lebih tinggi dibandingkan fasilitas kesehatan lainnya.
Menurut daerah tempat tinggal, pada tahun 2014 penduduk perkotaan paling
banyak memanfaatkan puskesmas/pustu sebagai tempat berobat jalan (35,80 persen),
dan praktek dokter/klinik (42,87 persen). Potret yang hampir sama terjadi juga di
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
37/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 19
perdesaan, mayoritas penduduk perdesaan cenderung pergi ke puskesmas/pustu untuk
berobat (52,26 persen). Di samping itu, penduduk perdesaan cenderung lebih memilih
untuk pergi ke praktek dokter/klinik (18,84 persen) dibandingkan pergi ke rumah sakit
pemerintah ataupun tempat berobat lainnya.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
38/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 20
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
39/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 21
Pendidikan mempunyai peran penting bagi kesuksesan pembangunan suatu
bangsa. Pendidikan adalah penentu bagi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.
Berhasil tidaknya suatu bangsa ditentukan dari kualitas sumber daya manusianya. Untuk
mewujudkan keberhasilan pembangunan, diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dimana, sumber daya manusia yang berkualitas tersebut ditentukan oleh
pendidikan. Meskipun pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai jalur, namun
pendidikan formal tetap diakui sebagai indikator utama dalam mengukur tingkat
pendidikan suatu wilayah. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana
dan prasarana belajar seperti pembanguna gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung
perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi. Relevansi pendidikan merupakanlink and match, yaitu pendekatan atau strategi
meningkatkan relevansi system pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas
pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesui dengan
tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengolahan pendidikan dimaksudkan bahwa
pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Angka putus sekolah yang masih tinggi, kesenjangan mendapatkan kesempatan
pendidikan antar kelompok penduduk dan antar daerah, serta kualitas pendidikan yang
belum bisa memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetetif, merupakan
beberapa permasalahan mendasar pendidikan yang memerlukan solusi secara cepat
Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan
taraf pendidikanmasyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan
perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasildicapai masyarakat pada
periode waktu tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui
beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Angka
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
40/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201422
Partisapi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang yang ditamatkan,
angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah.
Angka Melek Huruf
Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat
digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa,
serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar
angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan
mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau
huruf lainnya.
Berdasarkan Gambar 3.1, angka melek huruf di daerah perkotaan menunjukkan
sedikit peningkatan, yaitu dari 99,09 persen pada 2013 menjadi 99,57 persen pada 2014.
Begitu pula, angka melek huruf di daerah perdesaan mengalami peningkatan dari 96,77
persen pada 2013 menjadi 97,86 persen pada 2014. Selain itu, dari Gambar yang sama
dapat terlihat bahwa angka melek huruf penduduk di daerah perkotaan selama dua tahun
terakhir relatif lebih baik dibandingkan penduduk yang tinggal di daerah perdesaan.
Sumber: BPS, Susenas 2013-2014
Gambar 3.1 Angka Melek Huruf Penduduk 15 Tahun ke Atas
menurut Tipe Daerah, 2013-2014
99,09
96,77
99,57
97,86
Perkotaan Perdesaan
2013 2014
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
41/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 23
Tabel 3.1 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan angka melek huruf
terhadap bertambahnya usia, baik yang tinggal di daerah perkotaan ataupun di daerah
perdesaan. Ini juga berarti bahwa penduduk yang dapat membaca dan menulis atau melek
huruf lebih banyak pada kelompok penduduk usia muda dan penduduk yang tidak dapat
membaca dan menulis atau buta huruf lebih banyak pada kelompok penduduk usia tua
terutama di daerah perdesaan. Angka melek huruf tertinggi di daerah perkotaan dan
perdesaan 2014 adalah penduduk pada kelompok usia 15-19 tahun, 20-24 tahun dan 25-
34 tahun yaitu mencapai 100,00 persen. Sedangkan angka melek huruf terendah terjadi
pada kelompok penduduk usia 50 tahun ke atas, yaitu 97,79 persen (perkotaan) dan 93,26
persen (perdesaan). Pada 2014, angka melek huruf penduduk Maluku Utara pada
kelompok usia 50 tahun ke atas tercatat 94,46 persen, naik dari 2013 yaitu 91,24 persen.
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
15-19 99,69 100,00 99,28 99,74 99,40 99,82
20-24 100,00 100,00 99,26 99,54 99,51 99,71
25-34 99,56 100,00 98,89 99,20 99,09 99,42
35-49 99,67 99,84 97,29 98,22 97,95 98,68
50+ 96,17 97,79 89,32 93,26 91,24 94,46
15+ 99,09 99,57 96,77 97,86 97,45 98,36
L 99,47 99,86 97,95 98,91 98,39 99,18
P 98,69 99,29 95,53 96,77 96,47 97,51
Sumber: BPS, Susenas 2013-2014
Tabel 3.1 Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur dan
Tipe Daerah, 2013-2014
K + DKelompok
Umur
K D
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
42/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201424
Selama periode 2013-2014, angka melek huruf laki-laki relatif lebih tinggi
dibanding perempuan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada 2012, angka melek
huruf laki-laki dan perempuan di perkotaan adalah 99,52 persen berbanding 98,17 persen,
sedangkan di perdesaan 97,13 persen berbanding 93,966 persen. Keadaan ini sedikit
memberikan gambaran bahwa kualitas pendidikan laki-laki di Maluku Utara lebih baik
dibanding perempuan.
Rata-Rata Lama Sekolah
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia adalah dengan pencanangan program Wajib Belajar (Wajar) Sembilan Tahun.
Keberhasilan program Wajar Sembilan Tahun dapat diketahui melalui indikator rata-rata
lama sekolah. Indikator tersebut digunakan untuk mengetahui lama tahun yang
dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas di bangku sekolah formal yang pernah
dijalani atau diikuti.
Secara umum rata-rata lama sekolah penduduk pada 2014 sebesar 8,79 tahun.
Hal ini berarti rata-rata pendidikan penduduk hanya sampai kelas 3 SMP. Pencapaian
angka ini sedikit lebih tinggi daripada rata-rata lama sekolah penduduk pada tahun
sebelumnya yang mencapai 8,50 tahun.
Rata-rata lama sekolah penduduk di perkotaan pada 2014 sebesar 10,85 tahun,
lebih tinggi daripada di perdesaan yang sebesar 7,95 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata penduduk di perkotaan mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SMA, sedangkan
di perdesaan hanya sampai pada pendidikan kelas 2 SMP.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
43/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 25
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
L 11,18 11,16 8,23 8,38 8,88 9,18
P 10,46 10,53 7,45 7,51 8,11 8,40
L + P 10,82 10,85 7,85 7,95 8,50 8,79
Sumber: BPS, Susenas 2013-2014
K D
Tabel 3.2 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) menurut Jenis Kelamin dan Tipe
Daerah, 2013-2014
Jenis
Kelamin
K + D
Dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, secara umum rata-rata lama sekolah laki-
laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki
di perkotaan mencapai 11,16 tahun atau baru mencapai kelas 2 SMA dan di perdesaan
mencapai 8,38 tahun atau baru mencapai kelas 2 SMP. Sementara itu, rata-rata lama
sekolah penduduk perempuan di perkotaan mencapai 10,53 tahun atau baru mencapai
kelas 1 SMA dan di perdesaan mencapai 7,51 tahun atau baru mencapai kelas 1 SMP.
Dengan kondisi tersebut maka program wajib belajar 9 tahun atau target
pendidikan dasar minimal 9 tahun baru dicapai hanya oleh penduduk di perkotaan.
Sedangkan penduduk di perdesaan terutama perempuan jauh dari target 9 tahun, yaitu
baru mencapai kelas 1 SMP.
Tingkat Pendidikan
Indikator lain yang dapat menunjukkan kualitas sumber daya manusia dapatdilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki atau ijazah pendidikan terakhirnya. Indikator
tingkat pendidikan pada publikasi ini menggunakan persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut tingkat pendidikan/ijazah terakhir yang ditamatkannya. Pada 2012,
secara umum penduduk umur 10 tahun ke atas yang menamatkan sekolah pada jenjang
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
44/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201426
pendidikan SMP ke atas masih cukup rendah dibanding penduduk yang maksimal
menamatkan pendidikan SD.
Jika dilihat dari tipe daerah, terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di
perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk di perdesaan. Sebagian besar
penduduk di perkotaan pada 2012 pendidikan dasar 18,11 persen, 18,22 persen telah
berpendidikan SMP, 36,89 persen berpendidikan sekolah menengah, dan 13,38 persen
telah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
penduduk yang tinggal di daerah perdesaan, yang sebagian besar masih berpendidikan SD
bahkan juga masih banyak yang tidak berijazah (tidak sekolah atau tidak tamat SD).
Bila dibandingkan tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan menurut
kabupaten/kota, tingkat pendidikan penduduk laki-laki lebih baik dari perempuan. Secara
umum, penduduk laki-laki dengan tingkat pendidikan SMP ke atas mencapai 49,90 persen,
sedangkan penduduk perempuan hanya sebesar 43,05 persen. Kondisi sebaliknya terjadi
pada tingkat pendidikan SD/belum tamat SD/tidak bersekolah. Penduduk laki-laki dengan
tingkat pendidikan SD/belum tamat SD/tidak bersekolah justru lebih rendah dari
perempuan (50,10 persen berbanding 56,95 persen). Kondisi yang sama juga terjadi di
seluruh kabupaten/kota. Untuk lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada Lampiran III (3).
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
45/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 27
K D K + D(2) (3) (4)
Tidak/Belum Pernah Besekolah 0,64 2,70 2,11
Belum Tamat Sekolah 13,16 25,08 21,69
Sekolah Dasar 17,47 32,00 27,87
S M P 17,56 17,39 17,44
Sekolah Menengah 37,50 17,43 23,13
Perguruan Tinggi 13,67 5,41 7,75
Sumber: BPS, Susenas 2014
Catatan: SD: SD/SDLB, MI, Paket A
SMP : SMP/SMPLB, M. Tsanawiyah, Paket B
SM: SMA/SMLB, M. Aliyah, SMK
Perguruan Tinggi: D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3
(1)
Tabel 3.3 Persentase penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat
Pendidikan dan Tipe Daerah, 2014
Tingkat Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator ini menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam
pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK mengukur proporsi anak sekolah
pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tertentu. APK merupakan indikator paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK juga bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan
pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk
untuk mengenyam pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena
populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di
luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
46/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201428
Pada 2014, APK di Maluku Utara untuk anak usia 7-12 sebesar 110,75 persen
(Tabel 3.4). Kondisi ini menunjukkan bahwa murid SD selain mencakup anak usia 7-12
tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan ada juga anak yang
berusia lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat anak yang tinggal
kelas, terlambat masuk SD atau sebaliknya terlalu dini bersekolah di SD. Sedangkan APK
untuk anak usia 13-15 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMP) sebesar 86,06 persen
dan 84,03 persen untuk anakyang berusia 16-18 tahun (usia ideal di jenjang pendidikan
SMA).
Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, menunjukkan bahwa APK di daerah
perkotaan lebih rendah bila dibandingkan di perdesaan pada kelompok usia 7-12 tahun,
sedangkan pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun berlaku sebaliknya. Bahkan
bila dilihat lebih detail lagi menunjukkan bahwa perbedaan APK antara kedua tempat
tinggal semakin besar pada kelompok umur yang lebih tinggi. Perbedaan terbesar terletak
pada kelompok umur 13-15 tahun yaitu APK di perkotaan sebesar 93,64 persen,
sedangkan di perdesaan sebesar 83,55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan
akses terhadap pendidikan antara kedua tempat tinggal belum merata. Di perkotaan
tampaknya penduduk lebih menikmati akses pendidikan dengan mudah.
Sementara itu, jika dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APK
perempuan sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan laki-laki pada kelompok umur 7-
12 tahun (110,85 persen berbanding 110,65 persen) dan pada kelompok umur 16-18
tahun (89,08 persen berbanding 79,49 persen). Sedangkan pada kelompok usia 13-15
tahun, APK perempuan lebih rendah dibanding laki-laki (83,00 persen berbanding 89,07
persen).
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
47/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 29
K D K + D
(2) (3) (4)
7-12 L 106,91 111,87 110,65
P 106,39 112,23 110,85
L + P 106,66 112,05 110,75
13-15 L 105,01 84,36 89,07
P 83,85 82,69 83,00
L + P 93,64 83,55 86,06
16-18 L 85,78 76,92 79,49
P 109,31 80,37 89,08
L + P 97,62 78,62 84,23
Sumber: BPS, Susenas 2014
(1)
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Jenis
Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014
Kelompok Umur, Jeniskelamin
Angka Partisipasi Murni (APM)
APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang
sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah
seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam
hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7-
12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7-12 tahun.
APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang
dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia
sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah
yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
48/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201430
K D K + D
(2) (3) (4)
7-12 L 94,77 96,88 96,36
P 93,11 96,96 96,05
L + P 93,98 96,92 96,21
13-15 L 86,33 74,57 77,26
P 69,39 74,00 72,76
L + P 77,23 74,30 75,03
16-18 L 70,66 57,69 61,46
P 73,66 60,96 64,78
L + P 72,17 59,29 63,10
Sumber: BPS, Susenas 2014
Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Usia Sekolah, Jenis
Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014
Kelompok Umur, Jeniskelamin
(1)
Potret pendidikan di Maluku Utara pada 2014 jika dilihat dari APM dan APK
menunjukkan karakteristik yang sama. Berdasarkan tipe daerah, hanya pada kelompok
usia 7-12 tahun, APM di daerah perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan. Selain itu,
jika dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APM perempuan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan pada kelompok umur
13-15 tahun.
Bila dibandingkan antar tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin rendah nilai APM. APM SMA/SMK/MA sederajat yang paling rendah
diantara yang lainnya menunjukkan akses terhadap pendidikan lanjutan atas masih
rendah. Bahkan jika dibandingkan APM SMA/SMK/MA sederajat di perkotaan dan
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
49/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 31
perdesaan menunjukkan kesenjangan yang cukup signifikan lebih dari 10 persen. Oleh
karena itu, pemerintah diharapkan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang
merata dan memudahkan akses pendidikan kepada masyarakat perdesaan.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
50/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201432
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
51/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 33
Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah
adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak. Tantangan ini mencakup dua
aspek sekaligus. Penciptaan lapangan kerja yang baru bagi angkatan kerja yang belum
bekerja, dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja sehingga
memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup secara layak.
Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi ketenagakerjaan. Sumber data penghitungan indikator ini
diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013 dan 2014.
Secara Umum, keadaan ketenagakerjaan di Maluku Utara pada 2013 dan 2014
disajikan pada Tabel 4.1. Penduduk yang bekerja pada 2013 tercatat sebanyak 454.978
orang, meningkat menjadi 456.017 orang. Sedangkan penduduk yang menganggur juga
meningkat dari 17.987 orang pada 2013 menjadi 25.487 orang pada 2014. Sedangkan
pada kelompok penduduk bukan angkatan kerja, peningkatan terjadi pada penduduk yang
sekolah, yaitu dari 77.206 orang pada 2013 menjadi 88.536 orang pada 2014.
Jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada 2013-2014, lebih dari separuh
jumlah penduduk angkatan kerja. Pada kelompok penduduk angkatan kerja di Maluku
Utara, penduduk yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menganggur.
Sedangkan pada kelompok bukan angkatan kerja, lebih didominasi oleh penduduk yang
mengurus rumah tangga.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
52/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201434
Kegiatan 2013 2014(1) (2) (3)
Angkatan Kerja 472.965 481.504
Bekerja 454.978 456.017
Pengangguran 17.987 25.487
Bukan Angkatan Kerja 262.032 272.261
Sekolah 77.206 88.536
Mengurus Rumah Tangga 151.227 149.866
Lainnya 33.599 33.859
Usia Kerja 734.997 753.765
Sumber : BPS, Sakernas 2013-2014
Tabel 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama
selama Seminggu yang Lalu, 2013 dan 2014
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Keterlibatan
penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang masuk
kedalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) disebut sebagai Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK). TPAK 2014 tercatat sebesar 63,88 persen, artinya dari setiap 100
penduduk, sekitar 64 orang termasuk dalam angkatan kerja. Angka ini sedikit lebih rendah
dibanding 2013 yang mencapai 64,35 persen.
Selama dua tahun terakhir tercatat bahwa TPAK di perkotaan cenderung lebih
rendah dibanding perdesaan. TPAK di perkotaan dan perdesaan, yaitu 57,65 persen
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
53/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 35
berbanding 67,04 persen pada 2013 dan 61,91 persen berbanding 64,67 persen pada
2014.
Sumber: BPS, Susenas 2013-2014
Gambar 4.1 TPAK menurut Tipe Daerah, 2013 dan 2014
Sebagian besar penduduk di perdesaan, pekerjaan utamanya adalah di sektor
pertanian atau perkebunan yang biasanya dibantu oleh pekerja keluarga (istri dan atau
anaknya). Anak-anak di perdesaan yang masih sekolah, biasanya membantu orang tuanya
di sawah/ladang/kebun selepas mereka sekolah. Sementara di perkotaan, seorang istri
masih banyak yang hanya mengurus rumah tangga saja dan anak-anak masih terfokus
pada pendidikan. Perbedaan kondisi ini yang diduga sebagai salah satu faktor penyebab
lebih rendahnya TPAK di daerah perkotaan dibanding perdesaan.
Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki cenderung lebih tinggi daripada
TPAK perempuan, baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Pada 2014,
sekitar 80,63 persen laki-laki termasuk dalam kelompok angkatan kerja, sementara
perempuan hanya sebesar 46,42 persen.
57,65
67,04
61,9164,67
Perkotaan Perdesaan
2013 2014
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
54/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201436
K D K + D
(2) (3) (4)
L 73,95 85,42 82,16
P 40,94 47,76 45,79
L + P 57,65 67,04 64,35
L 73,44 83,49 80,63
P 50,05 44,94 46,42
L + P 61,91 64,67 63,88
Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014
Tabel 4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tipe
Daerah dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014
2013
2014
Tahun/Jenis Kelamin
(1)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Sementara itu, kondisi TPT juga mengalami sedikit kenaikan pada 2014 bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. TPT mengalami peningkatan sebesar 149 persen,
yaitu dari 3,80 persen pada 2013 menjadi 5,29 persen pada 2014. Hal ini menunjukkan
bahwa kesempatan kerja yang tersedia mengalami penurunan sehingga semakin banyak
tenaga kerja yang terserap. Berkurangnya kesempatan kerja yang tercipta, semakin
meningkatkan tingkat pengangguran. Oleh karena itu, meningkatkan kesempatan kerja
dengan memperluas lapangan kerja dan mempermudah akses untuk mendapatkan
pekerjaan bagi masyarakat dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan bekerja, masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dari pendapatan yang diperoleh.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
55/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 37
K D K + D
(2) (3) (4)
L 4,30 1,98 2,58
P 7,75 5,52 6,10
L + P 5,51 3,21 3,80
L 7,14 3,43 4,39
P 9,22 5,90 6,93
L + P 7,97 4,26 5,29
Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014
Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Tipe Daerah
dan Jenis Kelamin, 2013 dan 2014
Tahun/Jenis Kelamin
(1)
2013
2014
Bila dilihat berdasarkan tipe daerah, TPT di perkotaan terlihat lebih tinggi bila
dibandingkan di perdesaan. TPT di perkotaan sebesar 7,97 persen, sedangkan di
perdesaan sebesar 4,26 persen. Tingginya TPT di perkotaan menunjukkan bahwa
kesempatan kerja di perkotaan terbatas dan tidak mampu menyerap semua angkatan
kerja. Lain halnya dengan di perdesaan yang mempunyai lapangan kerja yang luas dan
kesempatan kerja yang besar terutama di sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak daripada sektor lainnya.
Namun dapat dilihat pada Tabel 4.3 bahwa pada 2013 dan 2014, TPT
cenderung lebih tinggi dibandingkan perempuan, baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan. Kondisi ini mengindikasikan masih berkembangnya pola pikir yang konservatif
di masyarakat, bahwa yang harus mencari nafkah adalah laki-laki. Pada 2014, dari 100
angkatan kerja perempuan di Maluku Utara, enam sampai tujuh orang diantaranya
pengangguran.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
56/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201438
Lapangan Kerja dan Status Pekerjaan
Salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap
tenaga kerja adalah komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan.
Selain itu, indikator tersebut juga mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.
Pada 2013-2014, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah
sektor pertanian. Secara umum persentase penduduk yang bekerja pada lapangan usaha
pertanian pada 2014 sebesar 52,51 persen atau mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang sebesar 54,82 persen. Sektor jasa mencapai 38,02 persen
pada 2014 atau mengalami peningkatan dari 36,03 persen pada 2013. Sedikit peningkatan
juga dialami oleh sektor industri. Sektor industri mampu menyerap tenaga kerja sebesar
9,48 persen atau meningkat dari 9,14 persen pada 2013.
Jika ditinjau menurut tipe daerah, penyebaran penduduk yang bekerja di
perkotaan dan perdesaan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada 2014,
sebagian besar penduduk perkotaan sebesar 77,08 persen bekerja di sektor jasa.
Sedangkan di sektor pertanian dan industri, masing-masing hanya menyerap sebesar 9,98
persen dan 12,94 persen. Lain halnya dengan yang terdapat di perdesaan, sebagian besar
penduduk (68,23 persen) bekerja pada sektor pertanian. Sementara itu, penduduk
perdesaan yang bekerja di sektor industri dan jasa masing-masing hanya sebesar 8,20
persen dan 23,58 persen.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
57/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 39
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
14,10 9,98 68,55 68,23 54,82 52,51
10,37 12,94 8,73 8,20 9,14 9,48
75,53 77,08 22,72 23,58 36,03 38,02
Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014
(1)
Pertanian
Industri
Jasa
Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu
yang Lalu menurut Kelompok Lapangan Usaha
dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014
K D K + DKlasifikasi
Lapangan
Usaha
Catatan :
Pertanian : 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan
Manufaktur : 2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Minum
5. Konstruksi
Jasa : 6. Perdagangan, Rumah Makan, dan Hotel
7. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi
8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Meskipun sektor pertanian relatif lebih banyak dibanding dua sektor lainnya,
namun dilihat dari status pekerjaan utama, pekerja di sektor formal cenderung meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pada penduduk yang status pekerjaannya berusaha
dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai. Profil pekerja menurut status
pekerjaan utamanya disajikan pada Tabel 4.5.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
58/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201440
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (5) (6) (8) (9)
Berusaha Sendiri 22,10 21,53 24,42 23,17 23,84 22,72
Berusa ha Dibantu Buruh Tidak
Tetap/Dibayar
8,15 10,96 20,76 24,22 17,58 20,64
Berusaha Dibantu Buruh Tetap 4,09 2,60 2,48 3,64 2,89 3,36
Buruh/Karyawan/ Pegawai 49,13 50,05 18,83 18,42 26,47 26,95
Pekerja Bebas Pertanian 1,52 0,72 4,09 3,59 3,45 2,82
Pekerja Bebas Non Pertanian 2,36 3,17 1,56 2,33 1,76 2,56
Pe ke rja Ke l ua rga / Ti da k Di ba ya r 12,64 10,98 27,85 24,63 24,01 20,95
Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014
Tabel 4.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Selama Seminggu yang Lalu menurut Status
Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014
Satus Pekerjaan UtamaK D K + D
Apabila dilihat berdasarkan status pekerjaannya, kondisi penduduk yang
bekerja menurut status pekerjaannya pada 2014 sedikit berbeda dengan tahun
sebelumnya, khususnya pada pekerja yang berusaha sendiri. Pada 2013, sebanyak 23,84
persen penduduk merupakan pekerja yang berusaha sendiri dan turun menjadi 22,72
persen pada 2014. Sedangkan kondisi penduduk yang bekerja dengan status pekerjaan
yang lain pada 2014 tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya.
Pada 2013-2014, penduduk perkotaan lebih banyak yang bekerja sebagai
buruh/karyawan/pegawai (50,05 persen). Sedangkan penduduk di daerah perdesaan,
lebih dominan menjadi pekerja keluarga/tidak dibayar (24,63 persen) dan berusaha
dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar (24,22 persen). Tingginya pekerja keluarga/tidak
dibayar di perdesaan adalah hal yang wajar, mengingat di perdesaan, seorang istri atau
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
59/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
60/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Maluku Utara 201442
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (5) (6) (8) (9)
0* 4,27 5,04 5,30 2,94 5,04 3,09
1 - 14 2,82 8,50 10,42 4,74 8,50 7,80
15 - 24 7,71 16,41 19,35 10,06 16,41 14,29
25 - 34 12,26 17,55 19,34 12,77 17,55 18,57
35 + 72,94 52,49 45,60 69,49 52,49 56,25
Sumber: BPS, Sakernas 2013-2014
Catatan: *Sementara tidak bekerja
Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah
Jam Kerja Selama Seminggu dan Tipe Daerah, 2013 dan 2014
Jumlah JamKerja
K D K + D
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
61/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 43
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS)
2007, Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin 2005-2015.Jakarta: Badan Pusat Statistik
2011, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2010.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
2010, Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik
2010, Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi2010.Jakarta: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara
2011, Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2011.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2011, Maluku Utara dalam Angka 2011.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2012, Maluku Utara dalam Angka 2012.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2013, Maluku Utara dalam Angka 2013.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2014, Maluku Utara dalam Angka 2014.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2013, Statistik Kesejahteraan Provinsi Maluku Utara 2012.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
2014, Susenas Provinsi Maluku Utara 2013.
Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
62/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 44
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
63/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 45
ISTILAH TEKNIS
Air Minum Bersih
Air yang bersumber dari leding, air kemasan, serta pompa, sumur terlindungdan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (septic
tank) 10 meter.
Angka Beban Tanggungan
Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif
(di bawah 5 tahun dan 66 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif
(antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100.
Angka Harapan Hidup
Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada
perubahan pola mortalitas menurut umur.
Angka Kematian Bayi
Probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan
dengan per seribu kelahiran hidup).
Angka Kesakitan
Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Angka Melek Huruf
Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulisdalam huruf latin atau lainnya.
Angka Partisipasi Murni
Proporsi anak usia sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang
bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.
Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.
Bekerja
Melakukan kegiatan/pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, minimal selama satu
jam terus-menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga
tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Mereka
yang mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja dianggap
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
64/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 46
sebagai pekerja. bekerja dianggap sebagai pekerja.
Indeks Gini
Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas
pendapatan. Nilai Koefisien Gini terletak antara nol yang mencerminkan
kemerataan sempurna dan satu yang menggambarkan ketidakmerataansempurna.
Jumlah Jam Kerja Seluruhnya
Jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja (tidak termasuk jam kerja
istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan).
Kepadatan Penduduk
Rata-rata banyaknya penduduk per km2.
Lapangan Usaha
Bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja dimana seseorang bekerja.Masih Bersekolah
Sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi.
Penduduk Usia Kerja
Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
Penggangguran
Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja dan tidak bekerja tetapi
mencari pekerjaan.
Penggangguran Terbuka
Mereka yang termasuk pengganguran terbuka adalah mereka yang mencari
pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, serta mereka yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Pengeluaran
Pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup
seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi minuman, tembakau dan
sirih, bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya dan kesehatan,
sekolah, dan sebagainya.
Pekerja tidak dibayar
Seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh
penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga
rumah tangga atau bahkan anggota rumah tangga tanpa mendapat gaji.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
65/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 47
Perjalanan
Melakukan perjalanan pergi pulang (PP) sejauh minimal 100 Kilometer dan
tidak dalam rangka mencari nafkah dan tidak dilakukan secara rutin.
Rata-rata lama Sekolah
Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
Status Pekerjaan
Kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan
pekerjaan.
Tamat Sekolah
Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang
sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapat tanda tamat
ijazah.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Tidak atau belum pernah bersekolah disekolah formal, misalnya
tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak melanjutkan sekolah.
Tidak Bersekolah Lagi
Yaitu pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada
saat pencacahan tidak bersekolah lagi.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.
Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam
jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
66/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 48
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
67/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 49
SUMBER DATA
SENSUS PENDUDUK Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk
mengumpulkan data dasar penduduk dan rumah tangga diwilayah geografis Indonesia. Sejak era kemerdekaan,
Indonesia telah menyelenggarakan enam kali sensus
penduduk yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan
2010.
SP menggunakan dua tahap pencacahan; pencacahan
lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan
lengkap meliputi semua orang yang ada di wilayah
geografis Indonesia (kecuali anggota Korps Diplomatik
beserta keluarganya), awak kapal berbendera Indonesia
dalam perairan Indonesia, maupun para tunawisma
(gelandangan) yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap.
Pencacahan sampel mencakup penduduk yang bertempat
tinggal di blok-blok sensus/wilayah pencacahan yang
terpilih secara acak dan mencakup sekitar lima persen
rumah tangga.
SURVEI SOSIAL
EKONOMI
NASIONAL
Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
dilaksanakan setiap tahun dengan pergantian modul setiap
tiga tahunan. Data pokok yang dicakup antara lain: data
kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas,
pengeluaran rumah tangga, kriminalitas, serta perumahan
dan lingkungan. Karakteristik sosial ekonomi penduduk
yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan modul setiap
tiga tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan
secara berkala dalam pertanyaan modul adalah:
1. Konsumsi/Pengeluaran
2. Kesehatan, Perumahan dan Pemukiman
3. Sosial Budaya dan Pendidikan.
SUMBER DATA
LAINNYA
Selain dari sensus dan survei, Indikator Kesejahteraan
Rakyat (Inkesra) Provinsi Maluku Utara 2014 juga
menggunakan data yang berasal dari catatan administrasi
Departemen/Instansi pemerintah di luar BPS yang
terangkum dalam Maluku Utara dalam Angka sebagai
sumber data sekunder.
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
68/70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara 2014 50
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
69/70
-
7/24/2019 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 2014
70/70